ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT
PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)
SKRIPSI
Oleh:
DEBBIE FEBRINA MANURUNG 090304009
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT
PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)
SKRIPSI
Oleh:
DEBBIE FEBRINA MANURUNG 090304009
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Thomson Sebayang, MT) (Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si) NIP: 195711151986011001 NIP: 195411111981031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)
DEBBIE FEBRINA MANURUNG
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang penting. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan, produksi ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah faktor input produksi usaha budidaya perikanan berpengaruh nyata terhadap produksi dan untuk menganalisis optimalisasi penggunaan input produksi pada usaha budidaya perikanan di Kota Tanjung Balai.
Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh input produksi terhadap produksi dan optimalisasi penggunaan input adalah Cobb Douglas, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.
Hasil penelitian adalah R² sebesar 0,896, Fhitung (74,612) > Ftabel(2,9340) berarti penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi, Secara parsial variabel benih (X1) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y), dimana
t
hitung= 4,327 >t
tabel= 2,045. Variabel pakan (
X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimanat
hitung= 2,014<t
tabel=2,045. Variabel tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimanat
hitung= 1,220<t
tabel=2,045. Secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata hanya benih, sedangkan pakan dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum mencapai tingkat optimal. Sehingga perlu dilakukan penambahan dan pengurangan input produksi seperti benih, pakan, dan tenaga kerja agar produksi menjadi optimal.RIWAYAT HIDUP
DEBBIE FEBRINA MANURUNG, lahir di Medan, pada tanggal 9 Februari
1991. Anak pertama dari Bapak M. Syahruzar Manurung dan Ibu Hindun. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 060887 Medan, tamat tahun 2003.
2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, tamat tahun
2006.
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Dharma Pancasila Medan, tamat
tahun 2009.
4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
5. Bulan Juli melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Binjai,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul
dari skripsi ini adalah “ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT
PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN”. Tujuan dari penyusunan skripsi
ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan memotivasi penulis dalam pengerjaan, penyelesaian, dan
penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam pengerjaan, dan penyelesaian skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda tercinta M. Syahruzar Manurung dan Ibunda tercinta Hindun, serta
adik tersayang Dedhad Nugraha Manurung yang telah memberikan
dukungannya baik secara materi maupun doa, kasih sayang, motivasi, serta
semangat kepada penulis.
2. H. Dtm. Nazaruddin yang telah memberikan dukungan, doa, motivasi, dan
bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan
administrasi kegiatan organisasi di kampus.
4. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2009 Program Studi Agribisnis khususnya
Indri Pratiwi Pohan, Febry Tita Ekaputri, Nova Rohani, Reny Marissa, Aiva
Viforit, Michael Surbakti, Dicky Tri Iswanto, M. Zainul Arifin SPY, Dedek
Prasetya, Fauzi Indra Prawira, dan seluruh anggota PKL Binjai, Laut Tador,
Payabagas atas motivasi, kebersamaan dan canda tawa kalian yang membuat
penulis menjadi bersemangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru
kedepannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Budidaya Perikanan ... 9
2.1.1. Penyediaan Benih ... 11
2.1.2. Pembuatan Tempat Pemeliharaan ... 11
2.1.3. Kondisi Air ... 12
2.1.4. Pakan ... 12
2.1.5. Pengendalian penyakit ... 13
2.2. Nilai Gizi Ikan ... 16
2.3. Landasan Teori ... 17
2.3.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 17
2.3.2. Penerimaan Usahatani ... 18
2.3.3. Biaya Usahatani ... 19
2.3.4. Optimalisasi ... 20
2.4. Kerangka Pemikiran ... 21
2.5. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III. METODE PENELITIAN. ... 24
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24
3.2. Metode Penentuan Sampel. ... 24
3.4. Metode Analisis Data ... 25
3.5. Definisi ... 32
3.6. Batasan Operasional ... 33
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 34 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 34
4.1.1. Luas dan Letak Geografi. ... 34
4.2. Keadaan Penduduk ... 35
4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 36
4.3.1. Umur Petani ... 36
4.3.2. Pendidikan Petani ... 37
4.3.3. Pengalaman Bertani ... 38
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
5.1. Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian ... 39
5.2. Hasil Regresi ... 41
5.3. Uji Kesesuaian Model ... 43
5.4. Uji Asumsi Klasik ... 44
5.5. Optimalisasi Penggunaan Input Produksi Pada Usaha Budidaya Perikanan ... 49
5.6. Masalah-Masalah Dalam Penyediaan Dan Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan ... 52
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
6.1. Kesimpulan ... 53
6.2. Saran ... 53
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
1. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota 6 Tahun 2008 – 2011 Provinsi Sumatera Utara
2. Komposisi Nilai Gizi Ikan 16
3. Besar dan Distribusi Sampel di Setiap Lokasi Penelitian 25
4. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota 35 Tanjung Balai
5. Keadaan Umur Petani Sampel di Kota Tanjung Balai 36
6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Kota Tanjung Balai 37
7. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Kota Tanjung Balai 38
8. Analisis Regresi Faktor-Faktor Input Produksi 41
9. Hasil Uji Multikolinearitas 47
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Optimalisasi
Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan 22
2. Histogram Uji Normalitas 45
3. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual 46
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan
1. Karakteristik Petani Usaha Budidaya Perikanan
2. Penggunaan dan Biaya Benih Pada Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)
3. Penggunaan dan Biaya Pakan Pada Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)
4. Penggunaan dan Nilai Curahan Tenaga Kerja Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)
5. Total Biaya Sarana Produksi Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musin Tanam)
6. Jumlah Produksi, Harga dan Penerimaan Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)
7. Penggunaan Input Produksi dan Hasil Produksi Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)
8. Nilai Logaritma Natural dari Penggunaan Input-Input Produksi Per Sampel (per musim tanam)
9. Hasil Regresi
ABSTRAK
ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)
DEBBIE FEBRINA MANURUNG
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang penting. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan, produksi ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah faktor input produksi usaha budidaya perikanan berpengaruh nyata terhadap produksi dan untuk menganalisis optimalisasi penggunaan input produksi pada usaha budidaya perikanan di Kota Tanjung Balai.
Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh input produksi terhadap produksi dan optimalisasi penggunaan input adalah Cobb Douglas, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.
Hasil penelitian adalah R² sebesar 0,896, Fhitung (74,612) > Ftabel(2,9340) berarti penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi, Secara parsial variabel benih (X1) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y), dimana
t
hitung= 4,327 >t
tabel= 2,045. Variabel pakan (
X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimanat
hitung= 2,014<t
tabel=2,045. Variabel tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimanat
hitung= 1,220<t
tabel=2,045. Secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata hanya benih, sedangkan pakan dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum mencapai tingkat optimal. Sehingga perlu dilakukan penambahan dan pengurangan input produksi seperti benih, pakan, dan tenaga kerja agar produksi menjadi optimal.BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan lauk yang bergizi tinggi, karena daging ikan mengandung protein
sebesar 18% sampai 24%, lemak, mineral serta vitamin A, B, C, D, E dan K. Ikan
dikonsumsi dalam bentuk ikan segar, ikan olahan seperti pindang, ikan asin, ikan
asapan, ikan dalam kaleng dan lain-lain. Ikan sebagai bahan makanan bergizi
sangat penting bagi tubuh manusia agar dapat dihasilkan manusia atau keluarga
yang sehat, cerdas, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dalam
pembangunan bangsa (Simanjuntak, 1996).
Ikan sebagai sumber protein hewani mempunyai kelebihan tersendiri
dibandingkan dengan hewan lainnya. Selain mempunyai kandungan protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air serta bahan esensial lainya, daging
ikan mudah dicerna oleh tubuh manusia karena tidak berserat. Ikan mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi dibanding dengan daging hewan lain. Hal ini
disebabkan faktor makanan hewan itu sendiri serta lingkungan
(Anonimusc, 2013).
Pada dasarnya makanan yang dimakan oleh manusia mempunyai fungsi untuk
pembentukan pertumbuhan tubuh, pengganti sel-sel yang rusak serta mengatur
metabolisme didalam tubuh. Manfaat makan ikan pada dasarnya untuk :
• Memperbaiki dan meningkatkan nilai gizi tubuh
• Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
Di dalam negeri permintaan ikan pun cenderung meningkat sebagai akibat
meningkatnya pendapatan dan kesadaran mengkonsumsi makanan sehat sumber
protein hewani sebagai pengganti ayam dan daging. Ini disebabkan makanan yang
berasal dari ikan dapat diterima semua lapisan masyarakat dan tidak menimbulkan
efek negatif bagi kesehatan. Pemerintah mengharapkan peningkatan konsumsi
dalam negeri dapat mencapai 30 kg/kapita/tahun (Akbar dan Sudaryanto, 2001).
Seiring dengan program pemerintah yaitu untuk meningkatkan konsumsi ikan,
dalam negeri, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi
ikan dalam negeri. Akan tetapi kondisi perikanan tangkap saat ini tengah
mengalami stagnasi, bahkan cenderung menglami penurunan produksi dibeberapa
wilayah di Indonesia. Degradasi lingkungan perairan laut akibat perubahan iklim
global, ditambah lagi dengan eksploitasi ikan yang berlebih tanpa kontrol
berdampak pada menurunnya produksi perikanan laut.
Sementara itu, tingkat konsumsi ikan cenderung mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya. Tentunya hal ini
memerlukan solusi, sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumsi ikan
yang cenderung meningkat dan produksi perikanan laut yang cenderung
mengalami penurunan. Perikanan budidaya merupakan salah satu solusi yang bisa
dilakukan, mengingat produksinya yang bisa dikontrol baik dengan teknologi
inovasi maupun kapasitasnya (Anonimusd , 2013).
Usaha perikanan secara keseluruhan sebenarnya dapat membuka kesempatan
usaha yang baru bagi usaha kecil dan menengah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
usaha budidaya, penangkapan, pengolahan dan pemasaran produk perikanan.
Sebagai contoh dalam usaha penangkapan ikan dimana usaha utama adalah
penangkapannya maka diversifikasi usaha dapat berupa pengolahan produk hasil
tangkapan dan pemasarannya yang apabila dilaksanakan secara optimal akan
dapat membuka peluang usaha baru yang nantinya akan dapat membuka peluang
kesempatan kerja. Dengan dijalankannya usaha budidaya ikan, secara langsung
diharapkan akan dapat menambah pendapatan bagi keluarga petani ikan sehingga
dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan pembudidaya ikan (Evy, 2001).
Dalam budidaya ikan, jaminan penyediaan benih ikan dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan
keberhasilan usaha. Benih ikan bisa didapat dari dua cara yaitu dengan
menangkap langsung dari perairan umum seperti sungai, atau danau dan bisa juga
membelinya di tempat-tempat penjualan benih (Sumantadinata, 1981).
Selain penyediaan benih ikan, penyediaan faktor-faktor input produksi lainnya
seperti pakan ikan, tenaga kerja, dan penyusutan juga berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha budidaya perikanan. Jenis pakan yang baik berupa pelet yang
mengandung 25% protein. Selain itu juga dapat diberikan pakan tambahan berupa
dedak halus, ampas tahu atau bahan makanan lain yang mudah diperoleh seperti
daun. Pemberian pakan per hari harus, yaitu sebanyak 3-5% dari berat tubuh ikan.
Sedangkan tenaga kerja yang baik untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya
perikanan adalah tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman (Daniel, 2002).
Faktor input produksi lainnya yaitu penyusutan yang terdiri dari
peralatan-peralatan yang digunakan untuk mendukung usaha budidaya perikanan seperti
kolam, jaring, ember, dan timbangan. Kolam yang digunakan untuk melakukan
usaha budidaya perikanan harus sesuai dengan anjuran yaitu kolam tanah dengan
jenis tanah bertekstur liat atau liat berpasir. Kedalaman kolam sebaiknya berkisar
antara 0,5 - 1 m. Kedalaman ini berperan dalam menentukan tingkat kesuburan
kolam dimana kedalaman kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang
berperan pada proses fotosintesis tumbuhan dalam air, sehingga menyebabkan
tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam kolam (Anonimusa, 2012).
Beberapa contoh hasil dari usaha budidaya perikanan adalah ikan nila, ikan
gurami, ikan mas, ikan lele, ikan belut, ikan patin, ikan bawal, dan masih banyak
lagi. Dengan mengembangkan kegiatan sektor perikanan, masyarakat akan
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sumber gizi dan tentu saja sekaligus
meningkatkan pendapatan dan devisa negara bila ikan-ikan tersebut dapat menjadi
produk andalan dari Indonesia yang dapat diekspor ke luar negeri (Zulkifli, 1998).
Kegiatan usaha budidaya perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya,
pemasukan benih, pemberian pakan dan obat-obatan, serta panen. Faktor-faktor
produksi tersebut sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal
untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting di antar faktor produksi
Hampir di seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara melakukan usaha
budidaya perikanan seiring dengan program pemerintah yaitu untuk meningkatkan
konsumsi ikan dalam negeri yang belum didukung dengan ketersediaan ikan
secara memadai. Selain itu, usaha budidaya perikanan ini juga diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan keluarga. Prospek budidaya perikanan dapat dilihat
pada data produksi ikan per Kabupaten/Kota tahun 2008 – 2011 di Provinsi
Tabel 1. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008 – 2011 Provinsi Sumatera Utara.
No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton) Persentase (%)
1. Nias 17,1 0,02
2. Mandailing Natal 2.855,3 3,40
3. Tapanuli Selatan 1.491,5 1,78
4. Tapanuli Tengah 474,3 0,56 5. Tapanuli Utara 658,7 0,78 6. Toba Samosir 10.894,6 12,97
7. Labuhan Batu 117,4 0,14
8. Asahan 107,1 0,12
9. Simalungun 18.265,7 21,75
10. Dairi 1.147,3 1,37
11. Karo 7.438,6 8,86
12. Deli Serdang 3.518,8 4,19
13. Langkat 201,9 0,02
14. Nias Selatan 22,6 0,03
15. Humbang Hasundutan 1.425,5 1,70 16. Pakpak Barat 388,1 0,46 17. Samosir 24.935,6 29,69 18. Serdang Bedagai 2.203,3 2,62
19. Batu Bara 104,1 0,12
20. Padang Lawas Utara 2.534,0 3,02
21. Padang Lawas 949,9 1,13
22. Labuhan Batu Selatan 745,2 0,89 23. Labuhan Batu Utara 126,5 0,15
24. Nias Utara 89,6 0,11
25. Nias Barat 11,3 0,01
26. Sibolga 17,0 0,02
27. Tanjung Balai 54,9 0,06
28. Pematang Siantar 2.322,9 2,77
29. Tebing Tinggi 397,9 0,47
30. Medan 54,7 0,06
31. Binjai 148,1 0,18
32. Padang Sidimpuan 523,1 0,62
33. Gunung Sitoli 8,3 0,01
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Tanjung Balai berada pada
urutan ke 7 terendah setelah Kabupaten Gunung Sitoli, Nias Barat, Sibolga, Nias,
daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data pada Tabel 1, produksi
ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan
penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah
penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah-masalah diidentifikasikan
sebagai berikut :
1. Berapa macam input produksi yang digunakan pada usaha budidaya perikanan
di daerah penelitian?
2. Bagaimana pengaruh input produksi terhadap produksi usaha budidaya
perikanan di daerah penelitian?
3. Apakah penggunaan input produksi di daerah penelitian sudah optimal?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi penggunaan
input produksi di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis input produksi apa yang digunakan pada usaha budidaya
perikanan di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh input produksi terhadap produksi
usaha budidaya perikanan di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah penelitian
4. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat optimalisasi
penggunaan input produksi pada daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi para petani budidaya perikanan dalam rangka
meningkatkan nilai optimalisasi penggunaan input produksi.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
menentukan kebijakan terhadap upaya peningkatan nilai optimalisasi
penggunaan input produksi usaha budidaya perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Perikanan
Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan
yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan
dalam arti luas, semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu
masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan
adanya campur tangan manusia. Jadi, pengertian budidaya tidak hanya
memelihara ikan dikolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya.
Secara luas pengertian ini juga mencakup kegiatan mengusahakan komoditi
perikanan di danau, sungai, waduk, ataupun di laut. Kegiatan usaha budidaya
perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya, pemasukan benih,
pemberian pakan dan obat-obatan, dan panen (Rahardi, 2000).
Salah satu contoh ikan hasil budidaya adalah ikan gurami. Ikan gurami adalah
salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih petani untuk dipelihara atau
dibudidayakan. Keunggulan gurami bagi petani antara lain ikan ini dapat
berkembang biak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja
dan dapat hidup di air tergenang. Selain itu, harganya relatif mahal. Habitat asli
gurami adalah rawa dataran rendah yang berair dalam. Ikan ini bersifat sangat
peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga
dapat mengambil oksigen dari luar air. Atas dasar informasi tersebut maka usaha
pemeliharaan ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di daerah dataran
Selain ikan gurami, ikan lele juga dapat dibudidayakan. Ikan lele mempunyai
potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan karena kecepatan pertumbuhannya
cukup tinggi, dapat memanfaatkan berbagai jenis makanan dengan mudah, dan
dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi, tidak terlalu susah dalam
pembudidayaannya dan yang penting pula adalah dagingnya mengandung kadar
protein yang cukup tinggi serta rasa dagingnya yang cukup gurih dan lezat
(Simanjuntak, 1996).
Namun dalam usaha pembudidayaan ikan selalu ada masalah yang timbul.
Demikian juga dalam usaha pembudidayaan ikan lele. Masalah pengadaan benih
secara terus menerus masih merupakan hambatan. Selain itu kebiasaan ikan lele
yang suka menggali lubang pada sisi tanah untuk mencari jalan keluar ke alam
bebas dan melompat dari kolam ke atas permukaan terutama pada saat hujan turun
malam hari sehingga mengakibatkan hilangnya ikan lele tersebut juga menjadi
masalah bagi petani lele karena akan menimbulkan kerugian pada usaha
budidayan (Simanjuntak, 1996).
Ikan nila juga merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan di kolam
air tawar. Nila dapat dikatakan berprospek yang cerah karena sudah dikenal lama.
Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan ini terus berkembang dan semakin popular
di masyarakat. Hal ini wajar saja karena ikan nila tergolong ikan yang murah
untuk dibudidayakan.
Tujuan budidaya perikanan untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih
secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Penyediaan benih
- Pembuatan tempat pemeliharaan
- Kondisi air
- Pakan
- Pengendalian penyakit
2.1.1. Penyediaan Benih
Benih yang baik sangat penting untuk mendapatkan produksi yang sangat tinggi.
Benih tersebut harus sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah
memenuhi syarat, dan sehat, serta persentase kematiannya rendah, berwarna cerah
dan pergerakannya lincah (Soekartawi, 1989).
2.1.2. Pembuatan Tempat Pemeliharaan
Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi soal, bisa kolam, empang, tambak,
keramba, tong, atau bahkan drum. Luas tempat yang disediakan untuk
membesarkan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan
sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya terlalu besar sehingga
menghabiskan biaya. Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat
pemeliharaan sangatlah penting. Tempat pemeliharaan merupakan aset yang
berharga untuk berproduksi.
Ikan dapat hidup baik di kolam yang dangkal dengan kedalaman antara 30-50 cm.
Namun akan lebih baik apabila ikan dipelihara di kolam yang lebih dalam dengan
menjadi besar. Untuk kolam tanah 1 x 1m dapat menampung 100-150 ekor ikan
yang berukuran panjang 3-5 cm atau ikan sebesar dua jari. Apabila ikan mencapai
berat 90-100 gram / ekor maka jumlah ikan dalam kolam harus dikurangi sampai
kira-kira 50% (Soekartawi, 1989).
2.1.3. Kondisi Air
Arus air sangat membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan
timbunan sisa-sisa metabolisme ikan, dan membawa oksigen terlarut yang sangat
dibutuhkan ikan. Usaha pembesaran ikan dapat dilakukan pada dataran rendah
sampai agak tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air
tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kedalaman air minimal 5
meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20–40 cm/detik.
Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan adalah pH air antara 6,5–8,6, suhu
air berkisar antara 25–30ºC. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l, kadar garam air 0–
28 ppt, dan amoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppm (Soekartawi, 1989).
2.1.4. Pakan
Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan yang
diberikan hanya seadanya, maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit.
Kandungan gizi pakan lebih berperan dibanding jumlah pakan yang diberikan.
Jenis pakan yang baik berupa pelet yang mengandung 25% protein. Selain itu juga
dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan
makanan lain yang mudah diperoleh. Pemberian pakan per hari harus, yaitu
2.1.5. Pengendalian Penyakit
Ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam
pembudidayaan, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang
lebih besar dan dapat menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu, pencegahan
penyakit dan penanggulangan merupakan aspek budidaya yang penting salah
satunya adalah dengan cara pemberian kapur (dolomit) pada kolam dengan dosis
10-25 gr/m2. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih
terdapat di dasar kolam dan meningkatkan pH air ( Soekartawi, 1989).
Faktor-faktor produksi mempengaruhi besar kecilnya produksi usaha budidaya
perikanan. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi
lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan, upah tenaga kerja
dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor
produksi lainnya (Soekartawi, 1989).
Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan “korbanan produksi”, karena
faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam
Bahasa Inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor
produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya perlu diketahui oleh
seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka
diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk
(output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship
(FR). Dalam rumus matematis, FR ini ditulis dengan :
Dimana :
Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X
X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y
(Soekartawi, 1994)
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor
produksi yang dipakai menghasilkan hasil maksimum. Dikatakan efisien harga
jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang
bersangkutan dan dikatakan efisien ekonomi jika usaha pertanian tersebut
mencapai efisien teknis dan sekaligus mencapai efisiensi harga (Rahardi, 2000).
Bagi pengusaha yang terjun dalam dunia perikanan atau para investor yang
menginvestasikan modalnya untuk usaha perikanan perlu mengetahui sifat-sifat
komoditi ikan. Hal ini penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
penjualan pasti mengharapkan untung dalam usahanya. Dengan mengetahui sifat
ikan, budidaya dan pasca panennya dengan sebaik-baiknya maka akan dapat
dihindari kesulitan dan tidak menderita kerugian. Sifat-sifat komoditi perikanan
antara lain :
a. Tidak tergantung musim
Berbeda dengan budidaya tanaman, misalnya sayuran, dalam budidaya ikan
tidak memperlihatkan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat
dilakukan pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi.
Demikian juga pada saat panen, dapat dilakukan bila ikan telah mencapai
b. Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen
Jauh dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mempengaruhi harga
komoditi ikan. Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di
tangan konsumen karena adanya pengaruh tata niaga.
c. Mudah rusak
Tubuh semua jenis ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta
pH tubuh yang mendekati netral, sehingga bisa dijadikan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikroorganisme.
d. Resiko tinggi
Ikan memiliki sifat mudah rusak, apabila dalam pemasarannya tidak cepat
sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan kerugian pada pengusaha
ikan.
e. Perputaran modal cepat
Umumnya waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen
tidak terlalu lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan, bahkan
bagi orang-orang yang mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1-2 bulan
modal bisa kembali. Hal ini tergantung pada kesuburan kolam, ukuran ikan
yang diharapkan, teknik pemeliharaan. Biasanya untuk ukuran 500-600 gr/ekor
pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 6 sampai 9 bulan
pemeliharaan. Sedangkan untuk ikan lele dapat dipanen pada umur 4 bulan.
Sehingga dengan demikian perputaran modalnya cukup cepat yaitu berkisar
antara 4-6 bulan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air
hingga tersisa di kemalir (parit kolam) yang untuk selanjutnya dapat ditangkap
2.2. Nilai Gizi Ikan
Ikan merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi yang sangat
dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam
amino dengan pola hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh
manusia. Ikan juga mengandung mineral seperti K,Ca, P, S, Mg, Cl, dan mineral
lain yang diperlukan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, daging ikan memiliki
komposisi nilai gizi seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Ikan
Komposisi Jumlah Kandungan (%)
Air 60-80
Protein 18-30
Lemak 0,1-0,2
Karbohidrat 0,0-1,0
Vitamin dan Mineral 5,35 Sumber :Buku Agribisnis Perikanan, 2001
Ikan lebih dianjurkan untuk dikonsumsi dibandingkan dengan daging binatang
terutama bagi penderita kolesterol dan gangguan tekanan darah ataupun jantung.
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik bagi kesehatan manusia.
Menurut para ahli gizi, bahwa kecukupan protein terutama pada masa
pertumbuhan akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, sehingga kekurangan
protein dapat berakibat terganggunya pertumbuhan otak. Oleh karena itu apapun
kondisinya, kecukupan protein khususnya pada anak-anak, harus tetap terjamin
2.3. Landasan Teori
2.3.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input)
dan produksi (output). Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut
dengan variabel terikat (dependent), dan yang lain disebut variabel bebas
(independen). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi yang
memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang dihasilkan.
Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data yang diperoleh harus
terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Bentuk
persamaaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:
LnY = ln bo + b1ln X1+ b2ln X2 + b3ln X3+ u ln e (Soekartawi, 1994).
Dimana :
Y = Produksi ikan
X1 = Penggunaan benih (ekor)
X2 = Penggunaan Pakan (kg)
X3 = Tenaga Kerja (Orang)
bo = Intersep
b1…bn = Koefisien regresi
u = Faktor pengganggu
Dengan menyelesaikan persamaan tersebut maka akan diperoleh besaran
penduga sekaligus menunjukkan besaran elastisitas masing-masing faktor input
terhadap output (Soekartawi, 1995).
Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah
penerapannya.
2. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan.
3. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks
efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang
dikaji.
(Soekarwati,1993).
2.3.2. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = Y x Py
Dimana :
TR = Total Penerimaan
Y = Hasil Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Hasil Produksi
Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan :
- Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi
- Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual
beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan dan produksi
mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda. Jadi
disamping frekuensi penjualan yang perlu diketahui juga harga jual pada
masing-masing penjualan tersebut.
- Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka
diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat
kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun
terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir ini biasanya sering dipakai oleh
para peneliti untuk memudahkan perhitungan (Soekartawi, 1995).
2.3.3. Biaya Usahatani
Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan
ikan, dari persiapan sampai panen. Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya
tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya
yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. Besarnya biaya
tetap dapat dihitung dengan rumus berikut:
FC = Σ X x Px
Dimana :
FC = Biaya tetap
X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Px = Harga input
VC = Σ X x Px
Dimana :
VC = Biaya variabel
X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel
Px = Harga input
Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap
(VC), maka dapat dituliskan sebagai berikut :
TC = FC + VC
2.3.4. Optimalisasi
Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi yaitu bagaimana menggunakan
faktor produksi tersebut secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu
ekonomi maka pengertian efisien dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
a. Efisiensi teknis yaitu jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan
produksi maksimum.
b. Efisiensi harga/alokatif yaitu jika nilai dari produk margin sama dengan harga
faktor produksi.
c. Efisiensi ekonomi yaitu jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis
dan efisiensi harga (soekartawi, 1993).
(Soekartawi, 1993).
Pengertian “efisiensi” sangat relatif. Dalam tulisan disajikan disini, efisiensi
diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian dapat terjadi
untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut, atau dapat dituliskan
dengan :
NPM = Px
Dimana :
NPM : Nilai Produk Marginal
Px : Harga Input
(Soekartawi, 1993)
2.4. Kerangka Pemikiran
Sistem usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan di daerah penelitian
merupakan sistem usaha budidaya dengan menggunakan media kolam. Setiap
petani ikan dalam menyelenggarakan usaha budidayanya berusaha agar hasil
produksi (panen) dari usaha budidayanya tinggi. Besarnya produksi yang akan
dihasilkan dipengaruhi oleh input produksi yang terdiri dari pakan, benih, dan
tenaga kerja.
Untuk menghasilkan produksi (panen) dari suatu usaha budidaya, petani ikan
mengeluarkan biaya produksi. Biaya produksi mutlak dikeluarkan oleh seorang
petani ikan dalam suatu proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang
dikeluarkan oleh seorang petani ikan dalam proses produksi yang besarnya biaya
tersebut bergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan berdasarkan
jumlah benih, pakan, dan tenaga kerja serta sarana produksi yang lainnya.
Setelah penyediaan faktor-faktor input produksi terpenuhi, maka proses budidaya
perikanan dapat dilakukan oleh petani ikan. Para petani ikan berusaha membuat
Dengan menggunakan konsep optimalisasi dalam penggunaan input produksi,
petani ikan diharapkan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Optimalisasi
input produksi disini artinya adalah bagaimana petani dapat menemukan
kombinasi input produksi yang baik sehingga diperoleh produksi yang maksimal
sesuai dengan ketersediaan inputnya tersebut.
Dari hasil produksi ikan yang diperoleh dapat dilihat apakah penggunaaan input
[image:34.595.146.503.321.658.2]produksi sudah optimal. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 1.
Keterangan :
= Menyatakan mempengaruhi
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Produksi
Budidaya Perikanan
Biaya Input Produksi Harga
input
Budidaya
Hasil Produksi Bididaya Perikanan
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Faktor produksi yang digunakan dalam usaha budidaya perikanan di daerah
penelitian berpengaruh nyata terhadap produksi.
2. Penggunaan input produksi pada daerah penelitian belum optimal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi di daerah penelitian
adalah biaya benih, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja serta penggunaan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara yang
ditentukan secara purposive (disengaja), artinya ditentukan secara sengaja
didasarkan pertimbangan tertentu. Daerah penelitian ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa ini merupakan salah satu daerah produsen ikan di Sumatera
Utara walaupun jumlah produksinya masih relatif sedikit dibandingkan daerah
lain seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kecamatan yang dipilih sebagai lokasi
penelitian adalah kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar Timur, Sei Tualang
Raso dan Teluk Nibung dengan pertimbangan bahwa hanya di keempat
kecamatan tersebut terdapat penduduk yang melakukan usaha budidaya perikanan.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani budidaya perikanan di empat
kecamatan di kota Tanjung Balai, yaitu Kecamatan Datuk Bandar, Kecamatan
Datuk Bandar Timur, Kecamatan Sei Tualang Raso, dan Kecamatan Teluk
Nibung dengan jumlah populasi sebanyak 42 orang.
Pada desain penelitian, besar sampel yang digunakan dalam penelitian minimum
30 unit (Nazir, 2005). Dengan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini
besar sampel ditetapkan sebanyak 30 sampel. Distribusi sampel untuk setiap
Tabel 3. Besar dan Distribusi Sampel di Setiap lokasi penelitian
Kecamatan Populasi Sampel
Datuk Bandar
Datuk Bandar Timur
Sei Tualang Raso
Teluk Nibung
25
6
8
3
25/42 x 30 = 18
6/42 x 30 = 4
8/42 x 30 = 6
3/42 x 30 = 2
Jumlah 42 30
Sumber :Dinas Perikanan Kota Tanjung Balai, 2012
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data perikanan budidaya yang dikumpulkan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani
budidaya perikanan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).
Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari
berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan
Pusat Statistik Kota Tanjung Balai, dan Dinas Perikanan Kota Tanjung Balai.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1 diuji dengan menggunakan model fungsi produksi yaitu fungsi
produksi Cobb-Douglas dengan rumus sebagai berikut :
�=�0 �1�1�2�2�3�3�
Fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk fungsi linear berganda dengan
cara mentransformasikan persamaan tersebut ke dalam log-natural (ln). Bentuk
persamaan fungsi produksi menjadi :
LnY = ln bo + b1ln X1+ b2ln X2+ b3ln X3+ u ln e
Dimana :
Y = Produksi ikan (kg)
X1 = Penggunaan benih (ekor)
X2 = Penggunaan Pakan (kg)
X3 = Tenaga Kerja (orang)
bo = Intersep
b1…bn = Koefisien regresi
u = Faktor pengganggu
Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan
Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Pendugaan dengan
Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) memiliki beberapa
persyaratan untuk memperoleh the best linear unbiased estimated (BLUE)
sehingga dilakukan uji asumsi klasik. Namun pada penelitian ini hanya asumsi
normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang diuji. Sedangkan
autokorelasi tidak diuji sebab asumsi ini sering terjadi pada penelitian dengan data
time series (Soekartawi, 1994).
Hal ini dikemukakan Supranto (2005) bahwa autokorelasi merupakan korelasi
a. Asumsi Normalitas
Asumsi kenormalan sangat diperlukan dalam menghadapi sampel kecil untuk
keperluan pengujian hipotesis (Supranto, 2005). Tujuan uji normalitas adalah
untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi
normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Santoso, 2010).
Untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik digunakan Normal
Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif data
sesungguhnya (yang digambarkan dengan ploting) dengan distribusi kumulatif
dari distribusi normal (yang digambarkan dengan garis lurus normal dari kiri ke
kanan atas). Jika data normal, maka garis yang digambarkan data akan mengikuti
atau merapat ke garis diagonalnya (Sulianto, 2011).
b. Asumsi Multikolinieritas
Menurut Ragner Frish dalam Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri berarti
hubungan linear tunggal, sedangkan kolinieritas ganda (milticollinearity)
menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Untuk
mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :
1. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1
2. nilai VIF lebih besar dari 10
3. R² = 1
Jika terjadi masalah multikolinearitas maka dapat dilakukan beberapa metode
untuk mengatasinya. Metode-metode yang dapat dilakukan adalah sebagai
1. Memperbesar ukuran sampel
2. Menggabungkan data time series dan data cross-section, atau
3. Dengan menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas
c. Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati
scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu bisa menunjukkan
adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan
scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya
masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2010)
d. Uji F
Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama
(serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji-F.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :
H0 : bi = 0
H1 : Paling sedikit ada nilai bi ≠ 0
F-hitung = ���
���
=
�²(�−1)
�
(1−�²) (�−�)
�
Dimana :
MRS : Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi)
MSE : Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)
R² : Koefisien Determinasi
R² = ���
���
�
² =
�� ∑ ���1�+�2∑ ���2�+⋯+��∑ ����� ∑ ��²Dimana :
SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi)
SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)
R² = Koefisien Determinasi
Kesimpulan statistik:
Bila nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni input
produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi (Y)
(Soekartawi, 1994).
e. Uji t
Untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi) yang digunakan dari
usaha perikanan budidaya secara parsial berpengaruh nyata terhadap hasil
produksi (Y) digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu per satu.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : bi ≠ 0
H1 : bi ≠ 0
t-hitung = ��
�� (��) Dimana :
bi = Koefisien Regresi
Kesimpulan Statistik :
Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata
berpengaruh terhadap produksi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana
variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y) digunakan nilai
koefisien determinasi (R²). Selain itu untuk mengetahui keeratan hubungan antara
regresor (Xi) dan regresi (Y) digunakan koefisien korelasi (R).
Untuk hipotesis 2 diuji dengan menggunakan usaha perhitungan elastisitas
produksi (bi) yaitu :
��
=
�� ��.
� �
=
PM PR
Dimana :
bi : Elastisitas produksi
PM : Produk Marginal
PR : Produk Rata-rata
(Soekartawi, 1989)
Produk Marginal (dy/dxi). Y dan X diambil berdasarkan jumlah rata-ratanya.
Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan di atas, diperoleh jumlah produk
marginal untuk masing-masing input produksi. Tingkat optimalisasi faktor
produksi usaha perikanan budidaya dihasilkan dari rasio nilai produk marginal
(NPM) dengan harga masing-masing input produksi. Produk Marginal = dy/dx,
sedangkan Produk Rata-Rata = y/x. Dari rumus tersebut dapat dicari nilai Produk
Marginal yaitu :
Dimana :
PM : Produk Marginal
PR : Produk Rata-rata
NPM adalah perkalian antara produk marginal dengan harga produk per satuan.
Dengan melihat harga input produksi maka diperoleh tingkat optimalisasi
masing-masing input produksi.
Tingkat Optimalisasi = �����
���
• Jika �����
���
= 1
maka input produksi tersebut sudah optimal
• Jika �����
���
< 1
maka penggunaan input produksi belum optimal dan harusditambah
• Jika �����
���
> 1
maka penggunaan input produksi melebihi optimal dan harus
dikurangi
(Soekartawi, 1995).
Untuk hipotesis 3 digunakan analisis optimalisasi dengan melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi perhitungan optimalisasi.
3.5. Definisi
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian
tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan
operasional sebagai berikut:
1. Usaha budidaya perikanan adalah usaha yang mengusahakan pemeliharaan
2. Input produksi adalah komponen utama yang mutlak diperlukan dalam
melaksanakan proses produksi pada usaha budidaya perikanan yang terdiri dari
benih, pakan, dan tenaga kerja.
3. Produksi adalah semua hasil usaha budidaya perikanan yang dikonsumsi dan
dijual dalam satuan kg.
4. Optimalisasi adalah penggunaan input produksi dengan kombinasi tertentu
sehingga diperoleh produksi dengan hasil yang maksimal di bawah batas fungsi
produksi.
5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang
diperhitungkan petani ikan untuk kegiatan usaha budidayanya dalam jangka
waktu satu kali pembesaran dalam satuan rupiah.
6. Harga input adalah sejumlah nilai yang dibayarkan untuk memperoleh input
produksi dalam satuan rupiah.
7. Biaya input adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh input dalam
jangka waktu satu kali pembesaran dalam satuan rupiah.
3.6. Batasan Operasional
1. Tempat penelitian adalah Kota Tanjung Balai, Kecamatan Datuk Bandar,
Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kecamatan Sei Tualang Raso, dan
Kecamatan Teluk Nibung.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2013
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Luas dan Letak Geografi
Tanjung Balai yang dikenal dengan sebutan kota kerang terletak 184 km dari
ibukota Provinsi Sumatera Utara. Berada di kawasan pantai Timur dan seluruh
wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Asahan. Secara astronomis berada di
antara 2°55’15” dan 3°01’30” Lintang Utara serta 99°45’15” dan 99°50’15” Bujur
Timur. Luas wilayah Kota Tanjung Balai adalah 60,52 km² atau 0,09 persen dari
total luas daratan provinsi Sumatera Utara. Kota Tanjung Balai terdiri dari 6
Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Datuk Bandar
2. Kecamatan Datuk Bandar Timur
3. Kecamatan Tanjung Balai Selatan
4. Kecamatan Tanjung Balai Utara
5. Kecamatan Sei Tualang Raso
6. Kecamatan Teluk Nibung
Sesuai dengan letaknya di kawasan pantai Timur, Kota Tanjung Balai berada pada
wilayah dataran rendah dengan ketinggian antara 1-3 meter dari permukaan laut.
Sebagian wilayah kota berada di sepanjang tepi Sungai Berawa dan dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Secara administratif, Kota Tanjung Balai mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat
• Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Sei Kepayang
Kota Tanjung Balai tergolong daerah beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata
berkisar antara 25°C sampai dengan 32°C dan dipengaruhi oleh musim kemarau
dan musim hujan.
4.2.Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Tanjung Balai tercatat sebanyak 33.023 KK dengan
jumlah seluruhnya adalah sebesar 154.445 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 77.933
jiwa dan perempuan 76.512 jiwa. Keadaan penduduk menurut kelompok umur
[image:46.595.115.499.445.727.2]dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Tanjung Balai Tahun 2011
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase
(tahun) (jiwa) (%)
1 0-4 17.946 11,62
2 5-9 18.588 12,04
3 10-14 17.519 11,34
4 15-19 15.410 9,98
5 20-24 13.082 8,47
6 25-29 13.216 8,56
7 30-34 11.847 7,67
8 35-39 10.905 7,06
9 40-44 9.243 5,98
10 45-49 7.892 5,11
11 50-54 6.415 4,15
12 55-59 4.504 2,92
13 60-64 2.906 1,88
14 65-69 2.083 1,35
15 70-74 1.309 0,85
16 75+ 1.580 1,02
Jumlah 154.445 100,00
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kota Tanjung Balai
yang terbesar adalah pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu 18.588 jiwa atau
sebesar 12,04% dan jumlah penduduk yang terkecil adalah pada kelompok umur
70-74 yaitu sebesar 1.309 jiwa atau sebesar 0,85%.
4.3.Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani,
pendidikan petani, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga.
4.3.1. Umur Petani
Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan
kemampuan petani dalam mengolah usahataninya. Semakin tua umur petani,
kemampuan kerja cenderung semakin menurun, akhirnya dapat mempengaruhi
produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Berdasarkan lampiran 1 dapat dilihat
bahwa keadaan umur petani rata-rata di daerah penelitian adalah 46,96 tahun
dengan rentang 21-74 tahun. Keadaan umur petani sampel di daerah penelitian
[image:47.595.112.450.541.670.2]dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Keadaan Umur Petani Sampel di Kota Tanjung Balai
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase (tahun) (Orang) (%)
1 20-24 2 6,67
2 30-34 1 3,33
3 35-39 2 6,67
4 40-44 3 10,00 5 45-49 9 30,00 6 ≥ 50 13 43,33 Jumlah 30 100,00
Dari Tabel 5 dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada
kelompok umur ≥ 50 tahun dengan jumlah 13 orang atau 43,33% dan yang
terkecil pada kelompok umur 30-34 tahun dengan jumlah 1orang atau 3,33%.
4.3.2. Pendidikan Petani
Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimalisasi
penggunaan input dalam usahataninya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki
petani akan membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru yang
diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat
meningkatkan produksi pada usahatani petani. Adapun tingkat pendidikan petani
sampel yang ada di Kota Tanjung Balai bervariasi dari tingkat SD, SLTP, SMU,
dan Sarjana (S1). Dari petani sampel yang ada di Kota Tanjung Balai ini
[image:48.595.111.507.472.572.2]kebanyakan berasal dari tingkat pendidikan SD
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Kota Tanjung Balai
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(Orang) (%) 1 SD 11 36,67 2 SMP 8 26,67 3 SMA 9 30,00 4 S1 2 6,66
Jumlah 30 100,00
Sumber :Lampiran 1
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel rata-rata
berkisar pada tingkat SD dan S1. Untuk jumlah petani sampel yang terbesar ialah
pada tingkat SD sebesar 11 orang atau 36,67 % dari jumlah keseluruhan,
sedangkan yang terkecil berada pada tingkat S1 yaitu sebesar 2 orang atau 6,66 %
4.3.3. Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
suatu usahatani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani, maka semakin baik
pula pengelolaan usahataninya. Berdasarkan lampiran 1 dapat dilihat bahwa
rata-rata pengalaman bertani petani sampel adalah sebesar 2,67 tahun dengan interval
[image:49.595.103.514.321.394.2]0,33-16 tahun. Keadaan pengalaman bertani petani sampel dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Kota Tanjung Balai
No. Pengalaman Bertani Jumlah Persentase (tahun) (Orang) (%) 1 0–10 29 96,67 2 11–20 1 3,33 Jumlah 30 100,00
Sumber : Lampiran 1
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai pengalaman
bertani terbanyak ialah pada kelompok 0-10 tahun sebesar 29 orang atau 96,67%
dari jumlah keseluruhan petani responden yang berada di daerah penelitian,
sedangkan untuk pengalaman bertani yang terkecil berada pada kelompok 11-20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian
Volume penggunaan input produksi di daerah penelitian akan mempengaruhi
tingkat optimalisasi input produksi. Input yang dimaksud di sini adalah benih,
pakan, dan tenaga kerja.
a. Benih
Benih yang digunakan oleh petani ikan adalah benih lele, gurami, nila, patin,
belut, mas dan bawal. Volume penggunaan benih ikan gurami per kolam yaitu
sebesar 7.816 ekor dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan
benih ikan lele per kolam yaitu sebesar 934 ekor dengan volume rata-rata kolam
23 m3. Volume penggunaan benih ikan patin per kolam yaitu sebesar 595 ekor
dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan benih ikan nila per
kolam yaitu sebesar 580 ekor dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan benih ikan belut per kolam yaitu sebesar 200 ekor dengan volume
rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan benih ikan mas per kolam yaitu
sebesar 443 ekor dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Sedangkan volume
penggunaan benih ikan bawal per kolam yaitu sebesar 700 ekor dengan volume
rata-rata kolam 23 m3.
Benih yang digunakan oleh petani ikan dibeli dari pasar yang ada di Kota Tanjung
Balai dengan harga yang berbeda - beda untuk setiap jenis ikan. Harga benih ikan
dimulai dari Rp. 200 sampai Rp. 2.000 per ekor. Harga benih ikan nila dimulai
dari Rp. 700 sampai Rp. 1.500 per ekor. Harga benih ikan bawal Rp. 1.700 per
ekor. Harga benih ikan patin dimulai dari Rp. 500 sampai Rp. 2.000 per ekor.
Harga benih belut Rp. 1.000 per ekor.
b. Pakan
Pakan ikan terdiri dari pelet, kangkung, perut ikan, dan udang halus. Volume
penggunaan pakan pelet per kolam yaitu sebesar 32,68 kg. volume penggunaan
pakan kangkung per kolam yaitu sebesar 14,15 kg. Volume penggunaan pakan
perut ikan per kolam yaitu sebesar 29,92 kg. Volume penggunaan pakan udang
halus per kolam yaitu sebesar 0,81 kg.
Pakan ikan cukup tersedia di daerah penelitian. Para petani ikan dapat dengan
mudah membeli pakan ikan di pasar-pasar terdekat di Kota Tanjung Balai, dan
sebagian lagi dapat di ambil di lahan sendiri berupa daun kangkung. Pakan ikan
berupa pelet dibeli dengan harga mulai dari Rp. 5.000 sampai 5.500 per kilogram,
kangkung dengan harga mulai dari Rp. 1.000 sampai Rp. 2.000 per kilogram,
perut ikan dengan harga mulai dari Rp. 1.000 sampai Rp. 2.500 per kilogram, dan
udang halus dengan harga Rp. 5.000 per kilogram.
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan kebanyakan adalah tenaga kerja yang berasal dari
dalam keluarga. Namun ada beberapa petani ikan yang menggunakan tenaga kerja
luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per kolam adalah 0,35 orang
5.2. Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Ikan
Untuk menganalisis pengaruh penggunaan input produksi terhadap produksi pada
usaha budidaya perikanan di daerah penelitian,dilakukan dengan terlebih dahulu
diformulasikan model fungsi produksi pada usaha budidaya perikanan tersebut.
Fungsi produksi dibuat ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi hasil produksi usaha budidaya perikanan. Model fungsi produksi
yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas. Variabel-variabel yang digunakan
dalam model fungsi produksi adalah variabel yang tidak bebas yaitu produksi
usaha budidaya perikanan (Y), dan variabel-variabel bebas yang diduga
mempengaruhi produksi usaha budidaya perikanan adalah (X) yang terdiri dari
benih (X1), pakan (X2), dan tenaga kerja (X3). Berikut ini ditampilkan tabel hasil
[image:52.595.116.512.469.622.2]uji regresi variabel input terhadap hasil produksi ikan di daerah penelitian.
Tabel 8. Analisis Regresi Faktor-Faktor Input Produksi Terhadap Hasil
Produksi Ikan
No Variabel Koefisien Standar
�
������Sig Regresi Error
1 Konstanta -1,173 0,691 -1,697 0,102 2 Benih 0,652 0,151 4,327 0,000 3 Pakan 0,346 0,172 2,014 0,054 4 Tenaga Kerja 0,294 0,204 1,220 0,233 �� = 0,896 Keterangan : Nyata pada α 0,05
�
���= 0,000
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9
Melalui uji regresi pada Tabel 8, diperoleh model fungsi produksi yaitu:
Untuk nilai konstantanya (intersep) yaitu sebesar -1,173 dapat diinterpretasikan
bahwa jumlah produksi usaha perikanan budidaya akan menurun sebesar 1,173 kg
jika variabel-variabel input produksi dikeluarkan dari model atau variabel-variabel
input sama dengan nol.
Nilai koefisien regresi X1 (benih) adalah 0,652, sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa setiap penambahan benih sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap
konstan maka produksi rata-rata usaha perikanan budidaya akan meningkat
sebesar 0,652%.
Nilai koefisien regresi X2 (pakan) adalah 0,346, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pakan sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap
konstan, maka produksi rata-rata usaha perikanan budidaya akan meningkat
sebesar 0,346%
Nilai koefisien regresi X3 (tenaga kerja) adalah 0,294, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1% dengan
input-input lainnya dianggap konstan, maka produksi rata-rata usaha perikanan
budidaya akan meningkat sebesar 0,294%.
Untuk mengetahui sejauh mana persentase variasi produksi budidaya perikanan
(Y) dapat ditentukan oleh input produksi (Xi), maka digunakan nilai koefisien
determinasi (R²) = 0,896. Hal ini berarti bahwa 89,6% variasi produksi ditentukan
oleh variabel faktor-faktor produksi yaitu benih, pakan, tenaga kerja dan sisanya
5.3. Uji Kesesuaian Model
Uji kesesuaian model dilakukan dari uji secara keseluruhan atau uji F dan uji
parsial atau uji t. Hasil pengujian diuraikan sebagai berikut :
a. Uji Serempak (Uji F)
Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan input terhadap produksi budidaya
perikanan secara serempak, maka digunakan uji F. Dari Tabel 8 telah diperoleh
hasil bahwa nilai
F
Sig adalah sebesar 0,000. Bila nilaiF
Sig < Sig maka H0 ditolak,artinya variabel bebas yakni input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh
nyata terhadap tingkat produksi (Y) (Soekartawi, 1993).
Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa nilai
F
Sig (0,000) < Sig (0,05). Hal inimenyatakan bahwa penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh
terhadap hasil produksi budidaya perikanan.
b. Uji Parsial (Uji t)
Kemudian untuk melihat hubungan antara input produksi secara parsial
(masing-masing) terhadap produksi usaha budidaya perikanan, maka digunakan uji t yang
dapat dilihat pada Tabel 8. Menurut Soekartawi (1993) jika t-hitung > t-tabel
maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata berpengaruh terhadap
produksi. Berdasarkan Tabel 8 secara parsial variabel benih (X1) berpengaruh
nyata terhadap hasil produksi budidaya perikanan (Y), karena
t
hitung = 4,327 >t
tabel= 2,045 atau Sig(0,000) < 0,05.
Variabel pakan (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi perikanan
Padahal menurut teori fungsi produksi pakan memiliki pengaruh terhadap
produksi karena pakan merupakan salah satu dari input produksi.
Variabel tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi perikanan
budidaya (Y) karena
t
hitung = 1,220 <t
tabel = 2,045 atau Sig(0,233) > 0,05. Padahal menurut teori fungsi produksi tenaga kerja memiliki pengaruh terhadapproduksi karena tenaga kerja merupakan salah satu dari input produksi
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ada satu variabel yang memiliki nilai
thitung > ttabel . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa input produksi yang
berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah benih sedangkan input
produksi lainnya yaitu pakan dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi budidaya perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1, yang
menyatakan bahwa penggunaan input produksi secara parsial di daerah penelitian
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi budidaya perikanan, ditolak karena
hampir semua input produksi tidak berpengaruh secara parsial terhadap hasil
produksi budidaya perikanan.
5.4. Uji Asumsi Klasik
Pendugaan dengan