• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan (Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan (Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT

PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)

SKRIPSI

Oleh:

DEBBIE FEBRINA MANURUNG 090304009

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT

PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)

SKRIPSI

Oleh:

DEBBIE FEBRINA MANURUNG 090304009

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Thomson Sebayang, MT) (Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si) NIP: 195711151986011001 NIP: 195411111981031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)

DEBBIE FEBRINA MANURUNG

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang penting. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan, produksi ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah faktor input produksi usaha budidaya perikanan berpengaruh nyata terhadap produksi dan untuk menganalisis optimalisasi penggunaan input produksi pada usaha budidaya perikanan di Kota Tanjung Balai.

Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh input produksi terhadap produksi dan optimalisasi penggunaan input adalah Cobb Douglas, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.

Hasil penelitian adalah R² sebesar 0,896, Fhitung (74,612) > Ftabel(2,9340) berarti penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi, Secara parsial variabel benih (X1) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y), dimana

t

hitung= 4,327 >

t

tabel

= 2,045. Variabel pakan (

X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimana

t

hitung= 2,014<

t

tabel=2,045. Variabel tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimana

t

hitung= 1,220<

t

tabel=2,045. Secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata hanya benih, sedangkan pakan dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum mencapai tingkat optimal. Sehingga perlu dilakukan penambahan dan pengurangan input produksi seperti benih, pakan, dan tenaga kerja agar produksi menjadi optimal.
(4)

RIWAYAT HIDUP

DEBBIE FEBRINA MANURUNG, lahir di Medan, pada tanggal 9 Februari

1991. Anak pertama dari Bapak M. Syahruzar Manurung dan Ibu Hindun. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 060887 Medan, tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, tamat tahun

2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Dharma Pancasila Medan, tamat

tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

5. Bulan Juli melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Binjai,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul

dari skripsi ini adalah “ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT

PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN”. Tujuan dari penyusunan skripsi

ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.

Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan memotivasi penulis dalam pengerjaan, penyelesaian, dan

penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam pengerjaan, dan penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda tercinta M. Syahruzar Manurung dan Ibunda tercinta Hindun, serta

adik tersayang Dedhad Nugraha Manurung yang telah memberikan

dukungannya baik secara materi maupun doa, kasih sayang, motivasi, serta

semangat kepada penulis.

2. H. Dtm. Nazaruddin yang telah memberikan dukungan, doa, motivasi, dan

bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

(6)

Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan

administrasi kegiatan organisasi di kampus.

4. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2009 Program Studi Agribisnis khususnya

Indri Pratiwi Pohan, Febry Tita Ekaputri, Nova Rohani, Reny Marissa, Aiva

Viforit, Michael Surbakti, Dicky Tri Iswanto, M. Zainul Arifin SPY, Dedek

Prasetya, Fauzi Indra Prawira, dan seluruh anggota PKL Binjai, Laut Tador,

Payabagas atas motivasi, kebersamaan dan canda tawa kalian yang membuat

penulis menjadi bersemangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru

kedepannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Budidaya Perikanan ... 9

2.1.1. Penyediaan Benih ... 11

2.1.2. Pembuatan Tempat Pemeliharaan ... 11

2.1.3. Kondisi Air ... 12

2.1.4. Pakan ... 12

2.1.5. Pengendalian penyakit ... 13

2.2. Nilai Gizi Ikan ... 16

2.3. Landasan Teori ... 17

2.3.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 17

2.3.2. Penerimaan Usahatani ... 18

2.3.3. Biaya Usahatani ... 19

2.3.4. Optimalisasi ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran ... 21

2.5. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN. ... 24

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2. Metode Penentuan Sampel. ... 24

(8)

3.4. Metode Analisis Data ... 25

3.5. Definisi ... 32

3.6. Batasan Operasional ... 33

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 34 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

4.1.1. Luas dan Letak Geografi. ... 34

4.2. Keadaan Penduduk ... 35

4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 36

4.3.1. Umur Petani ... 36

4.3.2. Pendidikan Petani ... 37

4.3.3. Pengalaman Bertani ... 38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1. Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian ... 39

5.2. Hasil Regresi ... 41

5.3. Uji Kesesuaian Model ... 43

5.4. Uji Asumsi Klasik ... 44

5.5. Optimalisasi Penggunaan Input Produksi Pada Usaha Budidaya Perikanan ... 49

5.6. Masalah-Masalah Dalam Penyediaan Dan Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan ... 52

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 53

(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota 6 Tahun 2008 – 2011 Provinsi Sumatera Utara

2. Komposisi Nilai Gizi Ikan 16

3. Besar dan Distribusi Sampel di Setiap Lokasi Penelitian 25

4. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota 35 Tanjung Balai

5. Keadaan Umur Petani Sampel di Kota Tanjung Balai 36

6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Kota Tanjung Balai 37

7. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Kota Tanjung Balai 38

8. Analisis Regresi Faktor-Faktor Input Produksi 41

9. Hasil Uji Multikolinearitas 47

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Optimalisasi

Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan 22

2. Histogram Uji Normalitas 45

3. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual 46

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

1. Karakteristik Petani Usaha Budidaya Perikanan

2. Penggunaan dan Biaya Benih Pada Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)

3. Penggunaan dan Biaya Pakan Pada Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)

4. Penggunaan dan Nilai Curahan Tenaga Kerja Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)

5. Total Biaya Sarana Produksi Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musin Tanam)

6. Jumlah Produksi, Harga dan Penerimaan Usaha Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)

7. Penggunaan Input Produksi dan Hasil Produksi Budidaya Perikanan Per Sampel (Per Musim Tanam)

8. Nilai Logaritma Natural dari Penggunaan Input-Input Produksi Per Sampel (per musim tanam)

9. Hasil Regresi

(12)

ABSTRAK

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

(Studi Kasus : Kota Tanjung Balai)

DEBBIE FEBRINA MANURUNG

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang penting. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan, produksi ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah faktor input produksi usaha budidaya perikanan berpengaruh nyata terhadap produksi dan untuk menganalisis optimalisasi penggunaan input produksi pada usaha budidaya perikanan di Kota Tanjung Balai.

Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh input produksi terhadap produksi dan optimalisasi penggunaan input adalah Cobb Douglas, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.

Hasil penelitian adalah R² sebesar 0,896, Fhitung (74,612) > Ftabel(2,9340) berarti penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi, Secara parsial variabel benih (X1) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y), dimana

t

hitung= 4,327 >

t

tabel

= 2,045. Variabel pakan (

X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimana

t

hitung= 2,014<

t

tabel=2,045. Variabel tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) dimana

t

hitung= 1,220<

t

tabel=2,045. Secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata hanya benih, sedangkan pakan dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Penggunaan input produksi di daerah penelitian belum mencapai tingkat optimal. Sehingga perlu dilakukan penambahan dan pengurangan input produksi seperti benih, pakan, dan tenaga kerja agar produksi menjadi optimal.
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan lauk yang bergizi tinggi, karena daging ikan mengandung protein

sebesar 18% sampai 24%, lemak, mineral serta vitamin A, B, C, D, E dan K. Ikan

dikonsumsi dalam bentuk ikan segar, ikan olahan seperti pindang, ikan asin, ikan

asapan, ikan dalam kaleng dan lain-lain. Ikan sebagai bahan makanan bergizi

sangat penting bagi tubuh manusia agar dapat dihasilkan manusia atau keluarga

yang sehat, cerdas, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dalam

pembangunan bangsa (Simanjuntak, 1996).

Ikan sebagai sumber protein hewani mempunyai kelebihan tersendiri

dibandingkan dengan hewan lainnya. Selain mempunyai kandungan protein,

lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air serta bahan esensial lainya, daging

ikan mudah dicerna oleh tubuh manusia karena tidak berserat. Ikan mempunyai

kandungan protein yang lebih tinggi dibanding dengan daging hewan lain. Hal ini

disebabkan faktor makanan hewan itu sendiri serta lingkungan

(Anonimusc, 2013).

Pada dasarnya makanan yang dimakan oleh manusia mempunyai fungsi untuk

pembentukan pertumbuhan tubuh, pengganti sel-sel yang rusak serta mengatur

metabolisme didalam tubuh. Manfaat makan ikan pada dasarnya untuk :

• Memperbaiki dan meningkatkan nilai gizi tubuh

• Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan

(14)

Di dalam negeri permintaan ikan pun cenderung meningkat sebagai akibat

meningkatnya pendapatan dan kesadaran mengkonsumsi makanan sehat sumber

protein hewani sebagai pengganti ayam dan daging. Ini disebabkan makanan yang

berasal dari ikan dapat diterima semua lapisan masyarakat dan tidak menimbulkan

efek negatif bagi kesehatan. Pemerintah mengharapkan peningkatan konsumsi

dalam negeri dapat mencapai 30 kg/kapita/tahun (Akbar dan Sudaryanto, 2001).

Seiring dengan program pemerintah yaitu untuk meningkatkan konsumsi ikan,

dalam negeri, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi

ikan dalam negeri. Akan tetapi kondisi perikanan tangkap saat ini tengah

mengalami stagnasi, bahkan cenderung menglami penurunan produksi dibeberapa

wilayah di Indonesia. Degradasi lingkungan perairan laut akibat perubahan iklim

global, ditambah lagi dengan eksploitasi ikan yang berlebih tanpa kontrol

berdampak pada menurunnya produksi perikanan laut.

Sementara itu, tingkat konsumsi ikan cenderung mengalami peningkatan seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya. Tentunya hal ini

memerlukan solusi, sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumsi ikan

yang cenderung meningkat dan produksi perikanan laut yang cenderung

mengalami penurunan. Perikanan budidaya merupakan salah satu solusi yang bisa

dilakukan, mengingat produksinya yang bisa dikontrol baik dengan teknologi

inovasi maupun kapasitasnya (Anonimusd , 2013).

Usaha perikanan secara keseluruhan sebenarnya dapat membuka kesempatan

usaha yang baru bagi usaha kecil dan menengah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

(15)

usaha budidaya, penangkapan, pengolahan dan pemasaran produk perikanan.

Sebagai contoh dalam usaha penangkapan ikan dimana usaha utama adalah

penangkapannya maka diversifikasi usaha dapat berupa pengolahan produk hasil

tangkapan dan pemasarannya yang apabila dilaksanakan secara optimal akan

dapat membuka peluang usaha baru yang nantinya akan dapat membuka peluang

kesempatan kerja. Dengan dijalankannya usaha budidaya ikan, secara langsung

diharapkan akan dapat menambah pendapatan bagi keluarga petani ikan sehingga

dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan pembudidaya ikan (Evy, 2001).

Dalam budidaya ikan, jaminan penyediaan benih ikan dalam kuantitas dan

kualitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan

keberhasilan usaha. Benih ikan bisa didapat dari dua cara yaitu dengan

menangkap langsung dari perairan umum seperti sungai, atau danau dan bisa juga

membelinya di tempat-tempat penjualan benih (Sumantadinata, 1981).

Selain penyediaan benih ikan, penyediaan faktor-faktor input produksi lainnya

seperti pakan ikan, tenaga kerja, dan penyusutan juga berpengaruh terhadap

keberhasilan usaha budidaya perikanan. Jenis pakan yang baik berupa pelet yang

mengandung 25% protein. Selain itu juga dapat diberikan pakan tambahan berupa

dedak halus, ampas tahu atau bahan makanan lain yang mudah diperoleh seperti

daun. Pemberian pakan per hari harus, yaitu sebanyak 3-5% dari berat tubuh ikan.

Sedangkan tenaga kerja yang baik untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya

perikanan adalah tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman (Daniel, 2002).

(16)

Faktor input produksi lainnya yaitu penyusutan yang terdiri dari

peralatan-peralatan yang digunakan untuk mendukung usaha budidaya perikanan seperti

kolam, jaring, ember, dan timbangan. Kolam yang digunakan untuk melakukan

usaha budidaya perikanan harus sesuai dengan anjuran yaitu kolam tanah dengan

jenis tanah bertekstur liat atau liat berpasir. Kedalaman kolam sebaiknya berkisar

antara 0,5 - 1 m. Kedalaman ini berperan dalam menentukan tingkat kesuburan

kolam dimana kedalaman kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang

berperan pada proses fotosintesis tumbuhan dalam air, sehingga menyebabkan

tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam kolam (Anonimusa, 2012).

Beberapa contoh hasil dari usaha budidaya perikanan adalah ikan nila, ikan

gurami, ikan mas, ikan lele, ikan belut, ikan patin, ikan bawal, dan masih banyak

lagi. Dengan mengembangkan kegiatan sektor perikanan, masyarakat akan

mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sumber gizi dan tentu saja sekaligus

meningkatkan pendapatan dan devisa negara bila ikan-ikan tersebut dapat menjadi

produk andalan dari Indonesia yang dapat diekspor ke luar negeri (Zulkifli, 1998).

Kegiatan usaha budidaya perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya,

pemasukan benih, pemberian pakan dan obat-obatan, serta panen. Faktor-faktor

produksi tersebut sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh.

Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal

untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja dan aspek

manajemen adalah faktor produksi yang terpenting di antar faktor produksi

(17)

Hampir di seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara melakukan usaha

budidaya perikanan seiring dengan program pemerintah yaitu untuk meningkatkan

konsumsi ikan dalam negeri yang belum didukung dengan ketersediaan ikan

secara memadai. Selain itu, usaha budidaya perikanan ini juga diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan keluarga. Prospek budidaya perikanan dapat dilihat

pada data produksi ikan per Kabupaten/Kota tahun 2008 – 2011 di Provinsi

(18)

Tabel 1. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008 – 2011 Provinsi Sumatera Utara.

No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton) Persentase (%)

1. Nias 17,1 0,02

2. Mandailing Natal 2.855,3 3,40

3. Tapanuli Selatan 1.491,5 1,78

4. Tapanuli Tengah 474,3 0,56 5. Tapanuli Utara 658,7 0,78 6. Toba Samosir 10.894,6 12,97

7. Labuhan Batu 117,4 0,14

8. Asahan 107,1 0,12

9. Simalungun 18.265,7 21,75

10. Dairi 1.147,3 1,37

11. Karo 7.438,6 8,86

12. Deli Serdang 3.518,8 4,19

13. Langkat 201,9 0,02

14. Nias Selatan 22,6 0,03

15. Humbang Hasundutan 1.425,5 1,70 16. Pakpak Barat 388,1 0,46 17. Samosir 24.935,6 29,69 18. Serdang Bedagai 2.203,3 2,62

19. Batu Bara 104,1 0,12

20. Padang Lawas Utara 2.534,0 3,02

21. Padang Lawas 949,9 1,13

22. Labuhan Batu Selatan 745,2 0,89 23. Labuhan Batu Utara 126,5 0,15

24. Nias Utara 89,6 0,11

25. Nias Barat 11,3 0,01

26. Sibolga 17,0 0,02

27. Tanjung Balai 54,9 0,06

28. Pematang Siantar 2.322,9 2,77

29. Tebing Tinggi 397,9 0,47

30. Medan 54,7 0,06

31. Binjai 148,1 0,18

32. Padang Sidimpuan 523,1 0,62

33. Gunung Sitoli 8,3 0,01

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Tanjung Balai berada pada

urutan ke 7 terendah setelah Kabupaten Gunung Sitoli, Nias Barat, Sibolga, Nias,

(19)

daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data pada Tabel 1, produksi

ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan

penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah

penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah-masalah diidentifikasikan

sebagai berikut :

1. Berapa macam input produksi yang digunakan pada usaha budidaya perikanan

di daerah penelitian?

2. Bagaimana pengaruh input produksi terhadap produksi usaha budidaya

perikanan di daerah penelitian?

3. Apakah penggunaan input produksi di daerah penelitian sudah optimal?

4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi penggunaan

input produksi di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis input produksi apa yang digunakan pada usaha budidaya

perikanan di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh input produksi terhadap produksi

usaha budidaya perikanan di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah penelitian

(20)

4. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat optimalisasi

penggunaan input produksi pada daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi para petani budidaya perikanan dalam rangka

meningkatkan nilai optimalisasi penggunaan input produksi.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam

menentukan kebijakan terhadap upaya peningkatan nilai optimalisasi

penggunaan input produksi usaha budidaya perikanan.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Perikanan

Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan

yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

dalam arti luas, semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu

masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan

adanya campur tangan manusia. Jadi, pengertian budidaya tidak hanya

memelihara ikan dikolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya.

Secara luas pengertian ini juga mencakup kegiatan mengusahakan komoditi

perikanan di danau, sungai, waduk, ataupun di laut. Kegiatan usaha budidaya

perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya, pemasukan benih,

pemberian pakan dan obat-obatan, dan panen (Rahardi, 2000).

Salah satu contoh ikan hasil budidaya adalah ikan gurami. Ikan gurami adalah

salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih petani untuk dipelihara atau

dibudidayakan. Keunggulan gurami bagi petani antara lain ikan ini dapat

berkembang biak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja

dan dapat hidup di air tergenang. Selain itu, harganya relatif mahal. Habitat asli

gurami adalah rawa dataran rendah yang berair dalam. Ikan ini bersifat sangat

peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga

dapat mengambil oksigen dari luar air. Atas dasar informasi tersebut maka usaha

pemeliharaan ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di daerah dataran

(22)

Selain ikan gurami, ikan lele juga dapat dibudidayakan. Ikan lele mempunyai

potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan karena kecepatan pertumbuhannya

cukup tinggi, dapat memanfaatkan berbagai jenis makanan dengan mudah, dan

dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi, tidak terlalu susah dalam

pembudidayaannya dan yang penting pula adalah dagingnya mengandung kadar

protein yang cukup tinggi serta rasa dagingnya yang cukup gurih dan lezat

(Simanjuntak, 1996).

Namun dalam usaha pembudidayaan ikan selalu ada masalah yang timbul.

Demikian juga dalam usaha pembudidayaan ikan lele. Masalah pengadaan benih

secara terus menerus masih merupakan hambatan. Selain itu kebiasaan ikan lele

yang suka menggali lubang pada sisi tanah untuk mencari jalan keluar ke alam

bebas dan melompat dari kolam ke atas permukaan terutama pada saat hujan turun

malam hari sehingga mengakibatkan hilangnya ikan lele tersebut juga menjadi

masalah bagi petani lele karena akan menimbulkan kerugian pada usaha

budidayan (Simanjuntak, 1996).

Ikan nila juga merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan di kolam

air tawar. Nila dapat dikatakan berprospek yang cerah karena sudah dikenal lama.

Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan ini terus berkembang dan semakin popular

di masyarakat. Hal ini wajar saja karena ikan nila tergolong ikan yang murah

untuk dibudidayakan.

Tujuan budidaya perikanan untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih

(23)

secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:

- Penyediaan benih

- Pembuatan tempat pemeliharaan

- Kondisi air

- Pakan

- Pengendalian penyakit

2.1.1. Penyediaan Benih

Benih yang baik sangat penting untuk mendapatkan produksi yang sangat tinggi.

Benih tersebut harus sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah

memenuhi syarat, dan sehat, serta persentase kematiannya rendah, berwarna cerah

dan pergerakannya lincah (Soekartawi, 1989).

2.1.2. Pembuatan Tempat Pemeliharaan

Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi soal, bisa kolam, empang, tambak,

keramba, tong, atau bahkan drum. Luas tempat yang disediakan untuk

membesarkan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan

sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya terlalu besar sehingga

menghabiskan biaya. Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat

pemeliharaan sangatlah penting. Tempat pemeliharaan merupakan aset yang

berharga untuk berproduksi.

Ikan dapat hidup baik di kolam yang dangkal dengan kedalaman antara 30-50 cm.

Namun akan lebih baik apabila ikan dipelihara di kolam yang lebih dalam dengan

(24)

menjadi besar. Untuk kolam tanah 1 x 1m dapat menampung 100-150 ekor ikan

yang berukuran panjang 3-5 cm atau ikan sebesar dua jari. Apabila ikan mencapai

berat 90-100 gram / ekor maka jumlah ikan dalam kolam harus dikurangi sampai

kira-kira 50% (Soekartawi, 1989).

2.1.3. Kondisi Air

Arus air sangat membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan

timbunan sisa-sisa metabolisme ikan, dan membawa oksigen terlarut yang sangat

dibutuhkan ikan. Usaha pembesaran ikan dapat dilakukan pada dataran rendah

sampai agak tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air

tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar

bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kedalaman air minimal 5

meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20–40 cm/detik.

Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan adalah pH air antara 6,5–8,6, suhu

air berkisar antara 25–30ºC. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l, kadar garam air 0–

28 ppt, dan amoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppm (Soekartawi, 1989).

2.1.4. Pakan

Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan yang

diberikan hanya seadanya, maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit.

Kandungan gizi pakan lebih berperan dibanding jumlah pakan yang diberikan.

Jenis pakan yang baik berupa pelet yang mengandung 25% protein. Selain itu juga

dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan

makanan lain yang mudah diperoleh. Pemberian pakan per hari harus, yaitu

(25)

2.1.5. Pengendalian Penyakit

Ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam

pembudidayaan, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang

lebih besar dan dapat menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu, pencegahan

penyakit dan penanggulangan merupakan aspek budidaya yang penting salah

satunya adalah dengan cara pemberian kapur (dolomit) pada kolam dengan dosis

10-25 gr/m2. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih

terdapat di dasar kolam dan meningkatkan pH air ( Soekartawi, 1989).

Faktor-faktor produksi mempengaruhi besar kecilnya produksi usaha budidaya

perikanan. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi

lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan, upah tenaga kerja

dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor

produksi lainnya (Soekartawi, 1989).

Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan “korbanan produksi”, karena

faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam

Bahasa Inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor

produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya perlu diketahui oleh

seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka

diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk

(output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship

(FR). Dalam rumus matematis, FR ini ditulis dengan :

(26)

Dimana :

Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X

X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y

(Soekartawi, 1994)

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor

produksi yang dipakai menghasilkan hasil maksimum. Dikatakan efisien harga

jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang

bersangkutan dan dikatakan efisien ekonomi jika usaha pertanian tersebut

mencapai efisien teknis dan sekaligus mencapai efisiensi harga (Rahardi, 2000).

Bagi pengusaha yang terjun dalam dunia perikanan atau para investor yang

menginvestasikan modalnya untuk usaha perikanan perlu mengetahui sifat-sifat

komoditi ikan. Hal ini penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap

penjualan pasti mengharapkan untung dalam usahanya. Dengan mengetahui sifat

ikan, budidaya dan pasca panennya dengan sebaik-baiknya maka akan dapat

dihindari kesulitan dan tidak menderita kerugian. Sifat-sifat komoditi perikanan

antara lain :

a. Tidak tergantung musim

Berbeda dengan budidaya tanaman, misalnya sayuran, dalam budidaya ikan

tidak memperlihatkan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat

dilakukan pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi.

Demikian juga pada saat panen, dapat dilakukan bila ikan telah mencapai

(27)

b. Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen

Jauh dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mempengaruhi harga

komoditi ikan. Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di

tangan konsumen karena adanya pengaruh tata niaga.

c. Mudah rusak

Tubuh semua jenis ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta

pH tubuh yang mendekati netral, sehingga bisa dijadikan media yang baik

untuk pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikroorganisme.

d. Resiko tinggi

Ikan memiliki sifat mudah rusak, apabila dalam pemasarannya tidak cepat

sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan kerugian pada pengusaha

ikan.

e. Perputaran modal cepat

Umumnya waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen

tidak terlalu lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan, bahkan

bagi orang-orang yang mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1-2 bulan

modal bisa kembali. Hal ini tergantung pada kesuburan kolam, ukuran ikan

yang diharapkan, teknik pemeliharaan. Biasanya untuk ukuran 500-600 gr/ekor

pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 6 sampai 9 bulan

pemeliharaan. Sedangkan untuk ikan lele dapat dipanen pada umur 4 bulan.

Sehingga dengan demikian perputaran modalnya cukup cepat yaitu berkisar

antara 4-6 bulan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air

hingga tersisa di kemalir (parit kolam) yang untuk selanjutnya dapat ditangkap

(28)

2.2. Nilai Gizi Ikan

Ikan merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi yang sangat

dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam

amino dengan pola hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh

manusia. Ikan juga mengandung mineral seperti K,Ca, P, S, Mg, Cl, dan mineral

lain yang diperlukan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, daging ikan memiliki

komposisi nilai gizi seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Ikan

Komposisi Jumlah Kandungan (%)

Air 60-80

Protein 18-30

Lemak 0,1-0,2

Karbohidrat 0,0-1,0

Vitamin dan Mineral 5,35 Sumber :Buku Agribisnis Perikanan, 2001

Ikan lebih dianjurkan untuk dikonsumsi dibandingkan dengan daging binatang

terutama bagi penderita kolesterol dan gangguan tekanan darah ataupun jantung.

Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik bagi kesehatan manusia.

Menurut para ahli gizi, bahwa kecukupan protein terutama pada masa

pertumbuhan akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, sehingga kekurangan

protein dapat berakibat terganggunya pertumbuhan otak. Oleh karena itu apapun

kondisinya, kecukupan protein khususnya pada anak-anak, harus tetap terjamin

(29)

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input)

dan produksi (output). Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan

yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut

dengan variabel terikat (dependent), dan yang lain disebut variabel bebas

(independen). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi yang

memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang dihasilkan.

Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data yang diperoleh harus

terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Bentuk

persamaaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:

LnY = ln bo + b1ln X1+ b2ln X2 + b3ln X3+ u ln e (Soekartawi, 1994).

Dimana :

Y = Produksi ikan

X1 = Penggunaan benih (ekor)

X2 = Penggunaan Pakan (kg)

X3 = Tenaga Kerja (Orang)

bo = Intersep

b1…bn = Koefisien regresi

u = Faktor pengganggu

Dengan menyelesaikan persamaan tersebut maka akan diperoleh besaran

(30)

penduga sekaligus menunjukkan besaran elastisitas masing-masing faktor input

terhadap output (Soekartawi, 1995).

Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:

1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah

penerapannya.

2. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung

menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan.

3. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks

efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi

penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang

dikaji.

(Soekarwati,1993).

2.3.2. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y x Py

Dimana :

TR = Total Penerimaan

Y = Hasil Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga Hasil Produksi

Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan :

- Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi

(31)

- Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual

beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan dan produksi

mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda. Jadi

disamping frekuensi penjualan yang perlu diketahui juga harga jual pada

masing-masing penjualan tersebut.

- Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka

diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat

kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun

terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir ini biasanya sering dipakai oleh

para peneliti untuk memudahkan perhitungan (Soekartawi, 1995).

2.3.3. Biaya Usahatani

Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan

ikan, dari persiapan sampai panen. Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya

tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya

yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Sedangkan biaya

variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. Besarnya biaya

tetap dapat dihitung dengan rumus berikut:

FC = Σ X x Px

Dimana :

FC = Biaya tetap

X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

Px = Harga input

(32)

VC = Σ X x Px

Dimana :

VC = Biaya variabel

X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel

Px = Harga input

Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap

(VC), maka dapat dituliskan sebagai berikut :

TC = FC + VC

2.3.4. Optimalisasi

Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi yaitu bagaimana menggunakan

faktor produksi tersebut secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu

ekonomi maka pengertian efisien dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :

a. Efisiensi teknis yaitu jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan

produksi maksimum.

b. Efisiensi harga/alokatif yaitu jika nilai dari produk margin sama dengan harga

faktor produksi.

c. Efisiensi ekonomi yaitu jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis

dan efisiensi harga (soekartawi, 1993).

(Soekartawi, 1993).

Pengertian “efisiensi” sangat relatif. Dalam tulisan disajikan disini, efisiensi

diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk

mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian dapat terjadi

(33)

untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut, atau dapat dituliskan

dengan :

NPM = Px

Dimana :

NPM : Nilai Produk Marginal

Px : Harga Input

(Soekartawi, 1993)

2.4. Kerangka Pemikiran

Sistem usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan di daerah penelitian

merupakan sistem usaha budidaya dengan menggunakan media kolam. Setiap

petani ikan dalam menyelenggarakan usaha budidayanya berusaha agar hasil

produksi (panen) dari usaha budidayanya tinggi. Besarnya produksi yang akan

dihasilkan dipengaruhi oleh input produksi yang terdiri dari pakan, benih, dan

tenaga kerja.

Untuk menghasilkan produksi (panen) dari suatu usaha budidaya, petani ikan

mengeluarkan biaya produksi. Biaya produksi mutlak dikeluarkan oleh seorang

petani ikan dalam suatu proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang

dikeluarkan oleh seorang petani ikan dalam proses produksi yang besarnya biaya

tersebut bergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan berdasarkan

jumlah benih, pakan, dan tenaga kerja serta sarana produksi yang lainnya.

Setelah penyediaan faktor-faktor input produksi terpenuhi, maka proses budidaya

perikanan dapat dilakukan oleh petani ikan. Para petani ikan berusaha membuat

(34)

Dengan menggunakan konsep optimalisasi dalam penggunaan input produksi,

petani ikan diharapkan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Optimalisasi

input produksi disini artinya adalah bagaimana petani dapat menemukan

kombinasi input produksi yang baik sehingga diperoleh produksi yang maksimal

sesuai dengan ketersediaan inputnya tersebut.

Dari hasil produksi ikan yang diperoleh dapat dilihat apakah penggunaaan input

[image:34.595.146.503.321.658.2]

produksi sudah optimal. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 1.

Keterangan :

= Menyatakan mempengaruhi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Produksi

Budidaya Perikanan

Biaya Input Produksi Harga

input

Budidaya

Hasil Produksi Bididaya Perikanan

(35)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Faktor produksi yang digunakan dalam usaha budidaya perikanan di daerah

penelitian berpengaruh nyata terhadap produksi.

2. Penggunaan input produksi pada daerah penelitian belum optimal.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi di daerah penelitian

adalah biaya benih, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja serta penggunaan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara yang

ditentukan secara purposive (disengaja), artinya ditentukan secara sengaja

didasarkan pertimbangan tertentu. Daerah penelitian ini dipilih dengan

pertimbangan bahwa ini merupakan salah satu daerah produsen ikan di Sumatera

Utara walaupun jumlah produksinya masih relatif sedikit dibandingkan daerah

lain seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kecamatan yang dipilih sebagai lokasi

penelitian adalah kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar Timur, Sei Tualang

Raso dan Teluk Nibung dengan pertimbangan bahwa hanya di keempat

kecamatan tersebut terdapat penduduk yang melakukan usaha budidaya perikanan.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani budidaya perikanan di empat

kecamatan di kota Tanjung Balai, yaitu Kecamatan Datuk Bandar, Kecamatan

Datuk Bandar Timur, Kecamatan Sei Tualang Raso, dan Kecamatan Teluk

Nibung dengan jumlah populasi sebanyak 42 orang.

Pada desain penelitian, besar sampel yang digunakan dalam penelitian minimum

30 unit (Nazir, 2005). Dengan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini

besar sampel ditetapkan sebanyak 30 sampel. Distribusi sampel untuk setiap

(37)
[image:37.595.107.479.113.315.2]

Tabel 3. Besar dan Distribusi Sampel di Setiap lokasi penelitian

Kecamatan Populasi Sampel

Datuk Bandar

Datuk Bandar Timur

Sei Tualang Raso

Teluk Nibung

25

6

8

3

25/42 x 30 = 18

6/42 x 30 = 4

8/42 x 30 = 6

3/42 x 30 = 2

Jumlah 42 30

Sumber :Dinas Perikanan Kota Tanjung Balai, 2012

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data perikanan budidaya yang dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani

budidaya perikanan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari

berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan

Pusat Statistik Kota Tanjung Balai, dan Dinas Perikanan Kota Tanjung Balai.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 diuji dengan menggunakan model fungsi produksi yaitu fungsi

produksi Cobb-Douglas dengan rumus sebagai berikut :

�=�01�1�2�2�3�3�

(38)

Fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk fungsi linear berganda dengan

cara mentransformasikan persamaan tersebut ke dalam log-natural (ln). Bentuk

persamaan fungsi produksi menjadi :

LnY = ln bo + b1ln X1+ b2ln X2+ b3ln X3+ u ln e

Dimana :

Y = Produksi ikan (kg)

X1 = Penggunaan benih (ekor)

X2 = Penggunaan Pakan (kg)

X3 = Tenaga Kerja (orang)

bo = Intersep

b1…bn = Koefisien regresi

u = Faktor pengganggu

Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan

Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Pendugaan dengan

Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) memiliki beberapa

persyaratan untuk memperoleh the best linear unbiased estimated (BLUE)

sehingga dilakukan uji asumsi klasik. Namun pada penelitian ini hanya asumsi

normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang diuji. Sedangkan

autokorelasi tidak diuji sebab asumsi ini sering terjadi pada penelitian dengan data

time series (Soekartawi, 1994).

Hal ini dikemukakan Supranto (2005) bahwa autokorelasi merupakan korelasi

(39)

a. Asumsi Normalitas

Asumsi kenormalan sangat diperlukan dalam menghadapi sampel kecil untuk

keperluan pengujian hipotesis (Supranto, 2005). Tujuan uji normalitas adalah

untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi

normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Santoso, 2010).

Untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik digunakan Normal

Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif data

sesungguhnya (yang digambarkan dengan ploting) dengan distribusi kumulatif

dari distribusi normal (yang digambarkan dengan garis lurus normal dari kiri ke

kanan atas). Jika data normal, maka garis yang digambarkan data akan mengikuti

atau merapat ke garis diagonalnya (Sulianto, 2011).

b. Asumsi Multikolinieritas

Menurut Ragner Frish dalam Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri berarti

hubungan linear tunggal, sedangkan kolinieritas ganda (milticollinearity)

menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Untuk

mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :

1. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1

2. nilai VIF lebih besar dari 10

3. R² = 1

Jika terjadi masalah multikolinearitas maka dapat dilakukan beberapa metode

untuk mengatasinya. Metode-metode yang dapat dilakukan adalah sebagai

(40)

1. Memperbesar ukuran sampel

2. Menggabungkan data time series dan data cross-section, atau

3. Dengan menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas

c. Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati

scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu bisa menunjukkan

adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan

scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya

masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2010)

d. Uji F

Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama

(serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji-F.

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :

H0 : bi = 0

H1 : Paling sedikit ada nilai bi ≠ 0

F-hitung = ���

���

=

�²

(�−1)

(1−�²) (�−�)

Dimana :

MRS : Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi)

MSE : Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)

R² : Koefisien Determinasi

(41)

R² = ���

���

² =

�� ∑ ���1�+�2∑ ���2�+⋯+��∑ ����� ∑ ��²

Dimana :

SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi)

SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)

R² = Koefisien Determinasi

Kesimpulan statistik:

Bila nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni input

produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi (Y)

(Soekartawi, 1994).

e. Uji t

Untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi) yang digunakan dari

usaha perikanan budidaya secara parsial berpengaruh nyata terhadap hasil

produksi (Y) digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu per satu.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : bi ≠ 0

H1 : bi ≠ 0

t-hitung = ��

�� (��) Dimana :

bi = Koefisien Regresi

(42)

Kesimpulan Statistik :

Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata

berpengaruh terhadap produksi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana

variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y) digunakan nilai

koefisien determinasi (R²). Selain itu untuk mengetahui keeratan hubungan antara

regresor (Xi) dan regresi (Y) digunakan koefisien korelasi (R).

Untuk hipotesis 2 diuji dengan menggunakan usaha perhitungan elastisitas

produksi (bi) yaitu :

��

=

�� ��

.

� �

=

PM PR

Dimana :

bi : Elastisitas produksi

PM : Produk Marginal

PR : Produk Rata-rata

(Soekartawi, 1989)

Produk Marginal (dy/dxi). Y dan X diambil berdasarkan jumlah rata-ratanya.

Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan di atas, diperoleh jumlah produk

marginal untuk masing-masing input produksi. Tingkat optimalisasi faktor

produksi usaha perikanan budidaya dihasilkan dari rasio nilai produk marginal

(NPM) dengan harga masing-masing input produksi. Produk Marginal = dy/dx,

sedangkan Produk Rata-Rata = y/x. Dari rumus tersebut dapat dicari nilai Produk

Marginal yaitu :

(43)

Dimana :

PM : Produk Marginal

PR : Produk Rata-rata

NPM adalah perkalian antara produk marginal dengan harga produk per satuan.

Dengan melihat harga input produksi maka diperoleh tingkat optimalisasi

masing-masing input produksi.

Tingkat Optimalisasi = �����

���

• Jika �����

���

= 1

maka input produksi tersebut sudah optimal

• Jika �����

���

< 1

maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus

ditambah

• Jika �����

���

> 1

maka penggunaan input produksi melebihi optimal dan harus

dikurangi

(Soekartawi, 1995).

Untuk hipotesis 3 digunakan analisis optimalisasi dengan melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi perhitungan optimalisasi.

3.5. Definisi

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian

tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan

operasional sebagai berikut:

1. Usaha budidaya perikanan adalah usaha yang mengusahakan pemeliharaan

(44)

2. Input produksi adalah komponen utama yang mutlak diperlukan dalam

melaksanakan proses produksi pada usaha budidaya perikanan yang terdiri dari

benih, pakan, dan tenaga kerja.

3. Produksi adalah semua hasil usaha budidaya perikanan yang dikonsumsi dan

dijual dalam satuan kg.

4. Optimalisasi adalah penggunaan input produksi dengan kombinasi tertentu

sehingga diperoleh produksi dengan hasil yang maksimal di bawah batas fungsi

produksi.

5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang

diperhitungkan petani ikan untuk kegiatan usaha budidayanya dalam jangka

waktu satu kali pembesaran dalam satuan rupiah.

6. Harga input adalah sejumlah nilai yang dibayarkan untuk memperoleh input

produksi dalam satuan rupiah.

7. Biaya input adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh input dalam

jangka waktu satu kali pembesaran dalam satuan rupiah.

3.6. Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Kota Tanjung Balai, Kecamatan Datuk Bandar,

Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kecamatan Sei Tualang Raso, dan

Kecamatan Teluk Nibung.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2013

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Luas dan Letak Geografi

Tanjung Balai yang dikenal dengan sebutan kota kerang terletak 184 km dari

ibukota Provinsi Sumatera Utara. Berada di kawasan pantai Timur dan seluruh

wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Asahan. Secara astronomis berada di

antara 2°55’15” dan 3°01’30” Lintang Utara serta 99°45’15” dan 99°50’15” Bujur

Timur. Luas wilayah Kota Tanjung Balai adalah 60,52 km² atau 0,09 persen dari

total luas daratan provinsi Sumatera Utara. Kota Tanjung Balai terdiri dari 6

Kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Datuk Bandar

2. Kecamatan Datuk Bandar Timur

3. Kecamatan Tanjung Balai Selatan

4. Kecamatan Tanjung Balai Utara

5. Kecamatan Sei Tualang Raso

6. Kecamatan Teluk Nibung

Sesuai dengan letaknya di kawasan pantai Timur, Kota Tanjung Balai berada pada

wilayah dataran rendah dengan ketinggian antara 1-3 meter dari permukaan laut.

Sebagian wilayah kota berada di sepanjang tepi Sungai Berawa dan dipengaruhi

oleh pasang surut air laut. Secara administratif, Kota Tanjung Balai mempunyai

batas-batas wilayah sebagai berikut :

(46)

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

• Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Sei Kepayang

Kota Tanjung Balai tergolong daerah beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata

berkisar antara 25°C sampai dengan 32°C dan dipengaruhi oleh musim kemarau

dan musim hujan.

4.2.Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Tanjung Balai tercatat sebanyak 33.023 KK dengan

jumlah seluruhnya adalah sebesar 154.445 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 77.933

jiwa dan perempuan 76.512 jiwa. Keadaan penduduk menurut kelompok umur

[image:46.595.115.499.445.727.2]

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Tanjung Balai Tahun 2011

No. Kelompok Umur Jumlah Persentase

(tahun) (jiwa) (%)

1 0-4 17.946 11,62

2 5-9 18.588 12,04

3 10-14 17.519 11,34

4 15-19 15.410 9,98

5 20-24 13.082 8,47

6 25-29 13.216 8,56

7 30-34 11.847 7,67

8 35-39 10.905 7,06

9 40-44 9.243 5,98

10 45-49 7.892 5,11

11 50-54 6.415 4,15

12 55-59 4.504 2,92

13 60-64 2.906 1,88

14 65-69 2.083 1,35

15 70-74 1.309 0,85

16 75+ 1.580 1,02

Jumlah 154.445 100,00

(47)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kota Tanjung Balai

yang terbesar adalah pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu 18.588 jiwa atau

sebesar 12,04% dan jumlah penduduk yang terkecil adalah pada kelompok umur

70-74 yaitu sebesar 1.309 jiwa atau sebesar 0,85%.

4.3.Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani,

pendidikan petani, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga.

4.3.1. Umur Petani

Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan

kemampuan petani dalam mengolah usahataninya. Semakin tua umur petani,

kemampuan kerja cenderung semakin menurun, akhirnya dapat mempengaruhi

produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Berdasarkan lampiran 1 dapat dilihat

bahwa keadaan umur petani rata-rata di daerah penelitian adalah 46,96 tahun

dengan rentang 21-74 tahun. Keadaan umur petani sampel di daerah penelitian

[image:47.595.112.450.541.670.2]

dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan Umur Petani Sampel di Kota Tanjung Balai

No. Kelompok Umur Jumlah Persentase (tahun) (Orang) (%)

1 20-24 2 6,67

2 30-34 1 3,33

3 35-39 2 6,67

4 40-44 3 10,00 5 45-49 9 30,00 6 ≥ 50 13 43,33 Jumlah 30 100,00

(48)

Dari Tabel 5 dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada

kelompok umur ≥ 50 tahun dengan jumlah 13 orang atau 43,33% dan yang

terkecil pada kelompok umur 30-34 tahun dengan jumlah 1orang atau 3,33%.

4.3.2. Pendidikan Petani

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam

mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimalisasi

penggunaan input dalam usahataninya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki

petani akan membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru yang

diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat

meningkatkan produksi pada usahatani petani. Adapun tingkat pendidikan petani

sampel yang ada di Kota Tanjung Balai bervariasi dari tingkat SD, SLTP, SMU,

dan Sarjana (S1). Dari petani sampel yang ada di Kota Tanjung Balai ini

[image:48.595.111.507.472.572.2]

kebanyakan berasal dari tingkat pendidikan SD

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Kota Tanjung Balai

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

(Orang) (%) 1 SD 11 36,67 2 SMP 8 26,67 3 SMA 9 30,00 4 S1 2 6,66

Jumlah 30 100,00

Sumber :Lampiran 1

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel rata-rata

berkisar pada tingkat SD dan S1. Untuk jumlah petani sampel yang terbesar ialah

pada tingkat SD sebesar 11 orang atau 36,67 % dari jumlah keseluruhan,

sedangkan yang terkecil berada pada tingkat S1 yaitu sebesar 2 orang atau 6,66 %

(49)

4.3.3. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi

suatu usahatani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani, maka semakin baik

pula pengelolaan usahataninya. Berdasarkan lampiran 1 dapat dilihat bahwa

rata-rata pengalaman bertani petani sampel adalah sebesar 2,67 tahun dengan interval

[image:49.595.103.514.321.394.2]

0,33-16 tahun. Keadaan pengalaman bertani petani sampel dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Kota Tanjung Balai

No. Pengalaman Bertani Jumlah Persentase (tahun) (Orang) (%) 1 0–10 29 96,67 2 11–20 1 3,33 Jumlah 30 100,00

Sumber : Lampiran 1

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai pengalaman

bertani terbanyak ialah pada kelompok 0-10 tahun sebesar 29 orang atau 96,67%

dari jumlah keseluruhan petani responden yang berada di daerah penelitian,

sedangkan untuk pengalaman bertani yang terkecil berada pada kelompok 11-20

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian

Volume penggunaan input produksi di daerah penelitian akan mempengaruhi

tingkat optimalisasi input produksi. Input yang dimaksud di sini adalah benih,

pakan, dan tenaga kerja.

a. Benih

Benih yang digunakan oleh petani ikan adalah benih lele, gurami, nila, patin,

belut, mas dan bawal. Volume penggunaan benih ikan gurami per kolam yaitu

sebesar 7.816 ekor dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan

benih ikan lele per kolam yaitu sebesar 934 ekor dengan volume rata-rata kolam

23 m3. Volume penggunaan benih ikan patin per kolam yaitu sebesar 595 ekor

dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan benih ikan nila per

kolam yaitu sebesar 580 ekor dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan benih ikan belut per kolam yaitu sebesar 200 ekor dengan volume

rata-rata kolam 23 m3. Volume penggunaan benih ikan mas per kolam yaitu

sebesar 443 ekor dengan volume rata-rata kolam 23 m3. Sedangkan volume

penggunaan benih ikan bawal per kolam yaitu sebesar 700 ekor dengan volume

rata-rata kolam 23 m3.

Benih yang digunakan oleh petani ikan dibeli dari pasar yang ada di Kota Tanjung

Balai dengan harga yang berbeda - beda untuk setiap jenis ikan. Harga benih ikan

(51)

dimulai dari Rp. 200 sampai Rp. 2.000 per ekor. Harga benih ikan nila dimulai

dari Rp. 700 sampai Rp. 1.500 per ekor. Harga benih ikan bawal Rp. 1.700 per

ekor. Harga benih ikan patin dimulai dari Rp. 500 sampai Rp. 2.000 per ekor.

Harga benih belut Rp. 1.000 per ekor.

b. Pakan

Pakan ikan terdiri dari pelet, kangkung, perut ikan, dan udang halus. Volume

penggunaan pakan pelet per kolam yaitu sebesar 32,68 kg. volume penggunaan

pakan kangkung per kolam yaitu sebesar 14,15 kg. Volume penggunaan pakan

perut ikan per kolam yaitu sebesar 29,92 kg. Volume penggunaan pakan udang

halus per kolam yaitu sebesar 0,81 kg.

Pakan ikan cukup tersedia di daerah penelitian. Para petani ikan dapat dengan

mudah membeli pakan ikan di pasar-pasar terdekat di Kota Tanjung Balai, dan

sebagian lagi dapat di ambil di lahan sendiri berupa daun kangkung. Pakan ikan

berupa pelet dibeli dengan harga mulai dari Rp. 5.000 sampai 5.500 per kilogram,

kangkung dengan harga mulai dari Rp. 1.000 sampai Rp. 2.000 per kilogram,

perut ikan dengan harga mulai dari Rp. 1.000 sampai Rp. 2.500 per kilogram, dan

udang halus dengan harga Rp. 5.000 per kilogram.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan kebanyakan adalah tenaga kerja yang berasal dari

dalam keluarga. Namun ada beberapa petani ikan yang menggunakan tenaga kerja

luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per kolam adalah 0,35 orang

(52)

5.2. Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Ikan

Untuk menganalisis pengaruh penggunaan input produksi terhadap produksi pada

usaha budidaya perikanan di daerah penelitian,dilakukan dengan terlebih dahulu

diformulasikan model fungsi produksi pada usaha budidaya perikanan tersebut.

Fungsi produksi dibuat ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi hasil produksi usaha budidaya perikanan. Model fungsi produksi

yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas. Variabel-variabel yang digunakan

dalam model fungsi produksi adalah variabel yang tidak bebas yaitu produksi

usaha budidaya perikanan (Y), dan variabel-variabel bebas yang diduga

mempengaruhi produksi usaha budidaya perikanan adalah (X) yang terdiri dari

benih (X1), pakan (X2), dan tenaga kerja (X3). Berikut ini ditampilkan tabel hasil

[image:52.595.116.512.469.622.2]

uji regresi variabel input terhadap hasil produksi ikan di daerah penelitian.

Tabel 8. Analisis Regresi Faktor-Faktor Input Produksi Terhadap Hasil

Produksi Ikan

No Variabel Koefisien Standar

������

Sig Regresi Error

1 Konstanta -1,173 0,691 -1,697 0,102 2 Benih 0,652 0,151 4,327 0,000 3 Pakan 0,346 0,172 2,014 0,054 4 Tenaga Kerja 0,294 0,204 1,220 0,233 �� = 0,896 Keterangan : Nyata pada α 0,05

���

= 0,000

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9

Melalui uji regresi pada Tabel 8, diperoleh model fungsi produksi yaitu:

(53)

Untuk nilai konstantanya (intersep) yaitu sebesar -1,173 dapat diinterpretasikan

bahwa jumlah produksi usaha perikanan budidaya akan menurun sebesar 1,173 kg

jika variabel-variabel input produksi dikeluarkan dari model atau variabel-variabel

input sama dengan nol.

Nilai koefisien regresi X1 (benih) adalah 0,652, sehingga dapat diinterpretasikan

bahwa setiap penambahan benih sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap

konstan maka produksi rata-rata usaha perikanan budidaya akan meningkat

sebesar 0,652%.

Nilai koefisien regresi X2 (pakan) adalah 0,346, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pakan sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap

konstan, maka produksi rata-rata usaha perikanan budidaya akan meningkat

sebesar 0,346%

Nilai koefisien regresi X3 (tenaga kerja) adalah 0,294, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1% dengan

input-input lainnya dianggap konstan, maka produksi rata-rata usaha perikanan

budidaya akan meningkat sebesar 0,294%.

Untuk mengetahui sejauh mana persentase variasi produksi budidaya perikanan

(Y) dapat ditentukan oleh input produksi (Xi), maka digunakan nilai koefisien

determinasi (R²) = 0,896. Hal ini berarti bahwa 89,6% variasi produksi ditentukan

oleh variabel faktor-faktor produksi yaitu benih, pakan, tenaga kerja dan sisanya

(54)

5.3. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dilakukan dari uji secara keseluruhan atau uji F dan uji

parsial atau uji t. Hasil pengujian diuraikan sebagai berikut :

a. Uji Serempak (Uji F)

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan input terhadap produksi budidaya

perikanan secara serempak, maka digunakan uji F. Dari Tabel 8 telah diperoleh

hasil bahwa nilai

F

Sig adalah sebesar 0,000. Bila nilai

F

Sig < Sig maka H0 ditolak,

artinya variabel bebas yakni input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh

nyata terhadap tingkat produksi (Y) (Soekartawi, 1993).

Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa nilai

F

Sig (0,000) < Sig (0,05). Hal ini

menyatakan bahwa penggunaan input produksi secara serempak berpengaruh

terhadap hasil produksi budidaya perikanan.

b. Uji Parsial (Uji t)

Kemudian untuk melihat hubungan antara input produksi secara parsial

(masing-masing) terhadap produksi usaha budidaya perikanan, maka digunakan uji t yang

dapat dilihat pada Tabel 8. Menurut Soekartawi (1993) jika t-hitung > t-tabel

maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata berpengaruh terhadap

produksi. Berdasarkan Tabel 8 secara parsial variabel benih (X1) berpengaruh

nyata terhadap hasil produksi budidaya perikanan (Y), karena

t

hitung = 4,327 >

t

tabel

= 2,045 atau Sig(0,000) < 0,05.

Variabel pakan (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi perikanan

(55)

Padahal menurut teori fungsi produksi pakan memiliki pengaruh terhadap

produksi karena pakan merupakan salah satu dari input produksi.

Variabel tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi perikanan

budidaya (Y) karena

t

hitung = 1,220 <

t

tabel = 2,045 atau Sig(0,233) > 0,05. Padahal menurut teori fungsi produksi tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap

produksi karena tenaga kerja merupakan salah satu dari input produksi

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ada satu variabel yang memiliki nilai

thitung > ttabel . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa input produksi yang

berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah benih sedangkan input

produksi lainnya yaitu pakan dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi budidaya perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1, yang

menyatakan bahwa penggunaan input produksi secara parsial di daerah penelitian

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi budidaya perikanan, ditolak karena

hampir semua input produksi tidak berpengaruh secara parsial terhadap hasil

produksi budidaya perikanan.

5.4. Uji Asumsi Klasik

Pendugaan dengan

Gambar

Tabel 1. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota Tahun
Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Ikan
Gambar 1.
Tabel 3. Besar dan Distribusi Sampel di Setiap lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis, Kewajaran Harga serta Evaluasi Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi maka Pokja V Kantor Layanan Pengadaan (KLP) Kabupaten

Menurut Ibu/Bapak/Saudara jikalau para pengusaha etnis Arab menyatakan dukungan terhadap salah satu kandidat Walikota / Wakil Walkot, seberapa pengaruhnya bagi anda dalam menentukan

Untuk mengubah jenis dan ukuran pada teks yang telah Anda buat sebelumnya, maka dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut..  Blok teks yang akan Anda ubah

Panduan Lengkap Pekerjaan Sekretaris. Wacana

Kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh Motivasi kerja (Rottwell, 2000), dimana faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi kerja adalah: (1) Struktur Organisasi (Robbins, 2003;

Padahal atraksi tersebut merupakan brand dari Desa Wisata Menari, seharusnya atraksi wisata ini tidak perlu dijadikan atau dimasukan ke dalam paket wisata karena akan membuat

Penggunaan fi lling dan packing dalam pembelajaran volume kubus dan balok dengan pendekatan PMRI dapat membantu siswa memahami konsep volume kubus dan balok dengan

EFEKTIFITAS BAKTERIOSIN TERHADAP MASTITIS SUB KLINIS MELALUI CALIFORNIA MASTITIS TEST.. DAN