HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
DISMENORE PADA SISWI KELAS X MAN 2 MODEL
JL. WILLEM ISKANDAR MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh :
071000050 YUNITA MATANARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
DISMENORE PADA SISWI KELAS X MAN 2 MODEL
JL. WILLEM ISKANDAR MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
071000050 YUNITA MATANARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Dismenore merupakan nyeri yang dialami remaja saat menstrusi, dismenore
ini mengganggu setidaknya 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang meengganggu aktivitas harian. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami dismenore,
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore pada sisiwi kelas x man 2 Model Medan. Jenis penelitian ini adalah desskriptif. Populasi penelitian adalah siswi kelas X man 2 model yang berjumlah 150 orang. Sampel diambil sebanyak 60 orang dengan tehnik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir
food recall 24 dan formulir aktivitas fisik.
Dari hasil penelitian menggunakan analisis statistik dengan uji chi-square
diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi magnesium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,023) < 0,05} ; ada hubungan yang signifikan antara konsumsi kalsium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,028) < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi Vitamin E dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,38) > 0,05} ; ada hubungan antara yang signifikan antara konsumsi niasin dengan nyeri dismenore pada siswi kelas x {p(0,002 < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat nyeri dismenore {p(0,34) > 0,05}.
Pada siswi MAN 2 Model Medan agar mengkonsumsi makanan yang kaya akan magnesium, kalsium dan niasin. Pada pihak sekolah agar meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang gizi seimbang melalui pemanfaatan UKS ( Unit Kesehatan Sekolah).
ABSTRACT
Dysmenhorrea is a pain experienced by teenagers during menstruation phase. This dismenore is annoying at least 50% of women in their reproductive period and 60-85% in teenager period that would disturb daily activity. If their nutrition status is good, so in their menstruation phase they wouldn’t be dysmenhorrae.
The objective of this research is to know the relationship between food concuption pattern and physical activity and dysmenhorrea rate among the first grade female students in MAN 2 Model Medan. Type of the research is descriptive study. The population of this research are 150 persons of first grade female students of MAN 2 Model. there are 60 person sample that taken by using simple random technique. Data collection is conducted through interview by using food recall during 24 hours and the physical activity form.
The result of research using statistics analysis with chi-square is obtained that there is a significant relationship between magnesium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,023) < 0,05}; there is a significant relationship between Calsium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,028) < 0,05}; there is no significant relationship between vitamin E intake and the dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,38) > 0,05}; there is a significant relationship between niacin intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,002 < 0,05}; there is no significant relationship between physical activity and the dismenhorea rate among first grade female students {p(0,34) > 0,05}.
It suggested to famale student of MAN 2 Model Medan to cosume foods which rich of substance particulary magnesium, calcium and niacin for school to increase
the knowledge about balance nutrition..
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : YUNITA MATANARI
Tempat /Tanggal Lahir : Sidikalang/ 03 Mei 1989
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 5 (lima) dari 7 (tujuh ) bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Batu Kapur No. 327 Sidikalang
Riwayat Pendidikan : 1. 1995-2001 : SDN 033912 Sidikalang
2. 2001-2004 : SMPN 2 Sidikalang
3. 2004-2007 : MAN Sidikang
4. 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan
kharunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun 2011”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari dukungan, bimbingan
dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs.Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, nasehat
dan arahan kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.
3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan kepada penulis.
4. Bapak dr. Mhd Arifin Siregar, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi masukan, saran selama penulis kuliah di FKM USU.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas
pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan tidak lupa
kepada bangMarihot yang selalu membantu penulis dalam hal administrasi. 7. Drs. H. Amarullah, SH, M.Pd selaku pimpinan MAN 2 Model Medan yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di MAN 2
Model Medan dan siswi-siswi kelas X MAN 2 Model Medan yang telah bersedia
menjadi responden dalam penulisan skripsi ini.
8. Orangtuaku yang tercinta Bripka Muslim Matanari dan Anna Angkat. Yang telah memberikan segala-galanya kepada penulis dan Orangtua yang sangat
penulis banggakan, karena semangat dan doa yang telah kalian tunjukkan telah
membuat saya mampu bertahan dalam cobaan hidup.
9. Keluargaku yang tersayang Mhd Vizai Saham Matanari, A.Md, Lina Matanari, A.Ma. Pd. SD, Riris Matanari, A.Md, Asna Matanari, AMK, Maya Matanari, dedi Matanari dan Liza faizatul Azkiya Matanari yang telah banyak memberi dukungan moril maupun materil pada penulis.
10.Terkhusus buat Brigadir David Chandra yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya serta dukungan maupun semangat pada penulis.
11.Sahabat-sahabat terbaik saya yang telah banyak membantu: Cut Alia Novianda, Veranika Pakpahan, SKM, Veronica Sianturi, SKM, Meishi Sihombing, SKM, Arif Law, SKM.
12.Teman-teman Gizi (07) : Apri, Astri, Riska, Taupik, Titin, Tia,apri, ivo, fitri, Cem, Nenk, kak Sheri, kak Elsa, kak Elfrina dll.
13.Semua pihak yang telah membantu saya, baik bantuan dukungan, saran, doa,
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik itu dalam
penulisan kata, penyusunan kalimat maupun dalam penyajian data. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Amin.
Medan, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... .i
ABSTRAK ... ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja Putri ... 5
2.2. Menstruasi ... 6
2.2.1. Siklus Bulanan ... 7
2.2.2. Perubahan Siklus Menstruasi... 8
2.2.3. Rasa Sakit Sewaktu Mestruasi ... 9
2.3. Dismenore ... 9
2.3.1. Gejala Dan Tanda ... 10
2.3.2. Penyebab ... 10
2.3.3. Klasifikasi ... 11
2.3.4. Derajat Dismenore ... 13
2.3.5. Pengobatan... 14
2.4. Pola Makan ... 15
2.4.1. Pola Makan Remaja ... 16
2.4.2.Pola Makan dilihat dari Jenis Makanan dan Frekuensi Makan Remaja 17 2.4.3. Kebutuhan Energi Remaja ... 19
2.4.4. Hubungan Status Gizi Dengan Dismenore ... 19
2.4.5. Beberapa Zat Gizi untuk Mengurangi Nyeri Dismenore ... 20
2.4.5.1. Magnesium ... 21
2.4.5.1. Kalsium ... 21
2.4.5.1. Vitamin E ... 22
2.4.5.1. Niasin ... 22
2.4.5.1. Angka kecukupan Gizi Yang Dianjurkan ... 23
2.6. Kerangka Konsep ... 25
2.7. Hipotesa ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27
3.2.2 Waktu Penelitian ... 27
3.3 Populasi dan Sampel ... 27
3.3.1 Populasi ... 27
3.3.2 Sampel ... 28
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4.1 Data Primer ... 29
3.4.2 Data Sekunder ... 29
3.5 Instrumen Penelitian ... 30
3.6 Defenisi Operasional ... 30
3.7 Aspek Pengukuran ... 31
3.8. Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.7.1 Pengolahan Data ... 32
3.7.2 Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 33
4.2 Karateristik Responden ... 34
4.2.1 Umur ... 34
4.2.2 Kelas ... 34
4.3 Pola Makan ... 35
4.3.1 Jumlah Magnesium (mg) Yang di Konsumsi Siswi kelas X ... 35
4.3.2 Jumlah Kalsium (mg) Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X ... 35
4.3.3 jumlah Vitamin E (mg/d) yang Dikonsumsi Kelas X ... 36
4.3.4 Jumlah Niasin (mg/d) Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X ... 37
4.4 Aktivitas Fisik ... 37
4.5 Tingkat Nyeri Dismenore ... 38
4.6 Hubungan Pola Makan Dengan Dismenore ... 38
4.6.1 Hubungan Jumlah Magnesium (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 38
4.6.2 Hubungan Jumlah Kalsium (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 39
4.6.3 Hubungan Jumlah Vitamin E (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 40
4.6.4 Hubungan Jumlah Niasin (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore ... 41
BAB V PEMBAHASAN
5.1.Pola Makan Siswi Kelas X Man 2 Model ... 43
5.1.1 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 43
5.1.2 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 44
5.1.3 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 45
5.1.4 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan ... 46
5.2 Aktivitas Fisik Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 47
5.3 Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 47
5.4 Hubungan Pola Makan Dan Dismenore ... 48
5.4.1 Hubungan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 48
5.4.2 Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 49
5.4.3 Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 50
5.4.4 Hubungan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 51
5.5 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat nyeri Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model ... 51
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 53
6.2 Saran ... 54
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Wanita... 23
Tabel 2.2 Tingkat Aktivitas Fisik ... 24
Tabel 3.1 Distribusi Kelas Dan Juga Sampel Yang Diambil ... 29
Tabel 4.1 Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin siswi di MAN 2
Model Medan Tahun 2011 ... 34
Tabel 4.2 Tabel distribusi frekuensi umur responden di MAN 2 model
medan tahun 2011 ... 34
Tabel 4.3 Tabel distribusi frekuensi kelas Responden di MAN 2 Model
Medan Tahun 2011 ... 35
Tabel 4.4 Distribusi Siswi Kelas X Model Berdasarkan Jumlah
Magnesium (mg) Yang Dikonsumsi ... 35
Tabel 4.5 Distribusi Siswi Kelas X Model Berdasarkan Jumlah Kalsium
(mg) Yang Dikonsumsi ... 36
Tabel 4.6 Distribusi Siswi Kelas X Model Berdasarkan Jumlah Vitamin
E Yang Dikonsumsi ... 36
Tabel 4.7 Distribusi Siswi Kelas X Berdasarkan Jumlah Niasin Yang
Dikonsumsi... 37
Tabel. 4.8 Distribusi Aktivitas Fisik Siswi Kelas X MAN 2 Model Dapat
Dilihat Dari Tabel Berikut ini ... 37
Tabel 4.9 Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Tingkat
Nyeri Dismenore ... 38
Tabel 4.10 Distribusi Hubungan Jumlah Magnesium (mg) Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi
Kelas X MAN 2 Model ... 39
Tabel 4.11 Distribusi Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X Man 2
Tabel 4.12 Distribusi Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2
Model ... 41
Tabel 4.13 Distribusi Hubungan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Dengan
Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi kelas X MAN 2 Model ... 41
Tabel 4.14 Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Nyeri
LAMPIRAN
• Universal Pain Assessment Tool
• Formulir Food Recall
• Formulir Aktivitas Fisik
• Master Data
• Output Pengolahan Data
ABSTRAK
Dismenore merupakan nyeri yang dialami remaja saat menstrusi, dismenore
ini mengganggu setidaknya 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang meengganggu aktivitas harian. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami dismenore,
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore pada sisiwi kelas x man 2 Model Medan. Jenis penelitian ini adalah desskriptif. Populasi penelitian adalah siswi kelas X man 2 model yang berjumlah 150 orang. Sampel diambil sebanyak 60 orang dengan tehnik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir
food recall 24 dan formulir aktivitas fisik.
Dari hasil penelitian menggunakan analisis statistik dengan uji chi-square
diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi magnesium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,023) < 0,05} ; ada hubungan yang signifikan antara konsumsi kalsium dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,028) < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi Vitamin E dengan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X {p(0,38) > 0,05} ; ada hubungan antara yang signifikan antara konsumsi niasin dengan nyeri dismenore pada siswi kelas x {p(0,002 < 0,05} ; tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat nyeri dismenore {p(0,34) > 0,05}.
Pada siswi MAN 2 Model Medan agar mengkonsumsi makanan yang kaya akan magnesium, kalsium dan niasin. Pada pihak sekolah agar meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang gizi seimbang melalui pemanfaatan UKS ( Unit Kesehatan Sekolah).
ABSTRACT
Dysmenhorrea is a pain experienced by teenagers during menstruation phase. This dismenore is annoying at least 50% of women in their reproductive period and 60-85% in teenager period that would disturb daily activity. If their nutrition status is good, so in their menstruation phase they wouldn’t be dysmenhorrae.
The objective of this research is to know the relationship between food concuption pattern and physical activity and dysmenhorrea rate among the first grade female students in MAN 2 Model Medan. Type of the research is descriptive study. The population of this research are 150 persons of first grade female students of MAN 2 Model. there are 60 person sample that taken by using simple random technique. Data collection is conducted through interview by using food recall during 24 hours and the physical activity form.
The result of research using statistics analysis with chi-square is obtained that there is a significant relationship between magnesium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,023) < 0,05}; there is a significant relationship between Calsium intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,028) < 0,05}; there is no significant relationship between vitamin E intake and the dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,38) > 0,05}; there is a significant relationship between niacin intake and dysmenhorrea rate among the first grade female students {p(0,002 < 0,05}; there is no significant relationship between physical activity and the dismenhorea rate among first grade female students {p(0,34) > 0,05}.
It suggested to famale student of MAN 2 Model Medan to cosume foods which rich of substance particulary magnesium, calcium and niacin for school to increase
the knowledge about balance nutrition..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perjalanan hidup, normalnya wanita mengalami periode menstruasi atau
haid, mulai dari usia remaja hingga monopause. Pada saat atau akan menstruasi,
sering muncul keluhan, khususnya para wanita usia produktif. Bagi sebagian wanita,
saat-saat menjelang menstruasi sering merasa tak nyaman bahkan sangat sering
mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti sakit perut hingga bagian pinggang, mual
atau pusing (Kasdu 2005).
Namun penyebabnya masih belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Gejala yang
timbul dapat berhubungan dengan perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
pada siklus haid. Namun dapat juga disebabkan oleh masalah psikis wanita sendiri
(Kasdu 2005).
Banyak hal yang mengatakan bahwa nyeri haid erat kaitannya dengan
kebiasaan makan khususnya pada remaja. Banyak faktor yang berperan dalam hal
kebiasaan makan remaja, baik yang termasuk faktor instrinsik maupun faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani, dan
kejiwaan yang sakit, penilaian yang lebih terhadap mutu makanan dan pengetahuan
gizi. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah pengaruh sosial budaya, agama, psikologi,
maupun pengaruh ekonomi.
Ada kecenderungan kaum remaja enggan untuk makan di rumah, dan
cenderung lebih suka untuk makan di luar. Sehingga sangatlah sulit untuk memantau
Disamping itu banyak kita jumpai remaja putri yang ikut-ikutan melakukan diet
untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap ramping. Namun kecenderungan itu seringkali
menjadi masalah bagi kesehatannya dan remaja putri juga sering sekali tidak
memperhatikan keseimbangan aktivitas tubuh dengan konsumsi zat gizi, dimana
remaja sangat membutuhkan nutrisi yang banyak pada saat remaja karena gizi sangat
mempengaruhi kesehatan dan fisiknya, padahal remaja putri setiap bulannya akan
mengalami menstruasi dan akan kehilangan beberapa zat gizi yang terbawa oleh
darah menstruasi tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulanya untuk kehamilan (Arisman, 2004). Walaupun menstruasi
datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami
ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid
berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi (Saryono, 2009). Dismenore dapat disertai dengan rasa mual, muntah,
diare dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan
mabuk, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami
“kelumpuhan” aktivitas untuk sementara (Saryono, 2009). Kelainan yang selalu
timbul tidak mungkin menyebabkan kematian seseorang, tetapi hal ini akan sangat
menggangu syarafnya, kadang-kadang sampai mengalami penderitaan yang menahun
dan kronis (Hartati, 1990).
Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan
dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan
apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan
bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat
karena dismenore primer (Schwarz, 1989).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25% yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di
Surabaya di dapatkan 1,07% - 1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang
kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008). Dari hasil survei pendahuluan yang telah
dilakukan terhadap 10 siswi MAN 2 Model Medan, ditemukan semua siswi
mengalami dismenore dan 3 diantaranya mengalami dismenore yang sangat
mengganggu aktivitas siswi tersebut.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis ingin
melakukan penelitian tentang ”Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan
dismenore pada siswi kelas X MAN 2 MODEL Jl. Willem Iskandar Medan Tahun
2011”.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore pada
sisiwi kelas X MAN 2 MODEL Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan dismenore
1.3.2.Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui kuantitas Magnesium, Kalsium, Vitamin E dan Niasin pada
siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan 2011
2. Untuk mengetahui aktivitas fisik pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem
Iskandar Medan Tahun 2011.
3. Untuk mengetahui tingkat nyeri dismenore yang dialami siswi kelas X MAN 2
Model Jl. Willem Iskandar Medan 2011.
1.4.Manfaat Penelitian
Dapat dijadikan informasi bagi remaja/wanita mengenai cara mengatasi
dismenore ketika menstruasi, sehingga mereka mampu mengatasi keluhan-keluhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja Putri
Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia.
Pada masa ini remaja akan mengalami berbagai proses-proses perubahan secara
biologis juga perubahan secara psikologis yang dipengaruhi beberapa faktor,
termasuk oleh masyarakat, teman sebaya, dan juga media masa. Seseorang yang
berada di masa remaja ini juga belajar meninggalkan sesuatu yang bersifat
kekanak-kanakan dan pada saat yang bersamaan akan mempelajari perubahan pola perilaku
dan sikap baru orang dewasa. Selain itu, remaja juga dihadapkan pada tuntutan yang
terkadang bertentangan, baik dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun di
masyarakat sekitar (Yahya, 2006).
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batas usia remaja adalah
12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi pelayanan program pelayanan definisi
remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10
sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat
Remaja dan perlindungan Hak reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun
(Anonim, 2007).
Masa remaja adalah periode transisi dengan perubahan fisik yang menandai
seorang anak mempunyai kemampuan bereproduksi. Anak perempuan mulai
mengalami menstruasinya, anak laki-laki mulai ejakulasi. Serta tingkah laku mereka
pada saat itu akan berubah cepat dan kadang-kadang menimbulkan suatu
Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badan dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya.
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke kebudayaan lain.
Secara umum di definisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas
dari orang tua mereka.
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering di kenal
dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan
(August, 2009).
2.2. Mentruasi
Sekitar satu kali setiap bulan, pada masa tahun-tahun suburnya, perempuan
menjalani masa beberapa hari dimana ada cairan dari rahim yang mengalir lewat
vaginanya. Peristiwa bulanan ini disebut menstruasi. Menstruasi adalah proses yang
sehat, bagian dari kesiapan tubuh perempuan untuk menyonsong kemungkinan
terjadinya kehamilan.
Kebanyakan perempuan menganggap menstruasi sebagai bagian yang normal
dari kehidupan mereka. Tapi sering mereka tak tahu mengapa menstruasi datang, atau
2.2.1. Siklus bulanan
Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun yang
terus berlanjut sampai umur 45-50 tahun tergantung pada berbagai faktor, termasuk
kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Setiap
perempuan memiliki siklus (lingkaran jadwal) yang berlainan dari perempuan lain.
Siklus bulanan ini berawal dari pertama datangnya menstruasi. Kebanyakan
perempuan mendapat menstruasi setiap 28 hari sekali, tapi ada juga yang selang 20
hari sudah mendapat menstruasi lagi, dan ada jaraknya sampai 25 hari.
Selama siklus bulanan, jumlah hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan dalam indung telur berubah. Pada pengaruh pertama siklus ini, yang
dihasilkan oleh indung telur sebagian besar adalah estrogen. Estrogen ini
menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal diseputar dinding
rahim. Tubuh perempuan membuat lapisan itu demi kemungkinan tumbuhnya janin.
Pada pengaruh kedua dalam siklus menstruasi, yakni antara pertengahan
sampai datangnya menstruasi berikutnya, tubuh perempuan jnuga menghasilkan
hormon progesteron. Progesteron menyiapkan rahim untuk kehamilan.
Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal pada wanita. Untuk
mengenal gejala-gejala saat menstruasi perlu dimengerti juga tentang bagaiman siklus
menstruasi itu bekerja. Hal ini sangat penting dilakukan untuk membantu
memprediksi dan mengatasi gejala.
Hari ke-1 dalam siklus menstruasi merupakan awal dari sebuah periode,
sekitar hari ke-5, estrogen membantu lapisan uterus untuk mempersiapkan proses
salah satu ovarium akan melepaskan sebuah telur. Hal ini dinamakan sebagai ovulasi,
setelah mencapai tahap ovulasi, progesteron akan meningkat. Pada tahap ini,
gejala-gejala rasa sakit sebelum menstruasi mulai tanpak. Sekitar hari ke-28, hormon
progesteron akan menurun dan menyebabkan dinding uterus meluruh sehingga terjadi
perdarahan yang biasa disebut menstruasi. Pada tahap ini, gejala-gejala rasa sakit
sebelum menstruasi sudah mulai menghilang. Hal ini menandai awal dari siklus yang
baru. Siklus menstruasi akan terus berlanjut.
2.2.2. Perubahan Siklus Menstruasi
Ada kalanya indung telur tidak melepas satupun sel telur ke rahim. Jika ini
terjadi, tubuh hanya sedikit memproduksi progesteron, dan perubahan jumlah
produksi hormon ini menyebabkan seberapa sering dan seberapa banyak menstruasi
ikut berubah. Remaja yang baru saja mendapat menstruasi pertama mungkin saja
mendapat menstruasi satu kali dalam beberapa bulan, darah yang keluar hanya
sedikit, atau justru sebaliknya mengeluarkan lebih banyak darah, dan sebagian remaja
tertentu akan mengalami rasa sakit saat akan menjelang mentruasi. Keadaan seperti
ini tergolong normal dan akan tertata sesudah beberapa lama.
Saat mulai menjelang akhir masa subur dan mendekati monopouse, barang
kali menstruasi akan lebih banyak atau lebih sering ketimbang biasanya. Pada masa
monopouse sudah sangat dekat, bisa juga menstruasi akan mendadak berhenti lalu
setelah beberapa bulan akan mendapat menstruasi lagi. Keadaan seperti ini adalah
2.2.3. Rasa Sakit Sewaktu Menstruasi
Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal yang terjadi pada wanita
subur. Namun saat akan mengalami menstruasi kadang-kadang terdapat
keluhan-keluhan atau rasa sakit yang mengganggu aktivitas wanita. Namun jika disertai
dengan berbagai keluhan yang berat dan periodik setiap menjelang menstruasi maka
kondisi metabolisme yang mungkin terjadi. Keluhan yang timbul dapat berupa
depresi alam perasaan, perasaan putus asa, rasa cemas tegang, perubahan mood
secara tiba-tiba, mudah marah, sensitif, penurunan ketertarikan pada aktivitas
sehari-hari yang biasa dilakukan, kesulitan dalam konsentrasi, kelemahan, kurang energy,
perubahan nafsu makan, banyak makan, pilih-pilih makanan, gangguan tidur maupun
gejala fisik seperti : payudara menegang, bengkak, sakit kepala, sakit sendi atau otot,
bengkak, penambahan berat badan. Sebagian besar wanita mengalami gangguan atau
keluhan saat menstruasi, diantaranya nyeri saat haid. Nyeri haid dalam istilah medis
disebut juga dismenore atau menstrual cramps. Dahulu, dismenore dianggap sebagai
masalah psikologis wanita, tetapi sekarang merupakan kondisi medis yang nyata.
Keluhan dalam sindrom menstruasi akan hilang ketika menstruasi terjadi dan
akan muncul kembali ketika menjelang menstruasi. Keluhan yang terjadi dirasakan
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, oleh karena itu pemahaman yang mendasar
untuk mengenali maupun mengatasi masalah yang timbul.
2.3. Dismenore
Dismenore adalah sakit di bagian perut yang terjadi sebelum atau terjadi
bersamaan saat menstruasi. Nyeri haid/dismenore merupakan ketidakseimbangan
psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita
pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu
50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan
banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita
diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore
ini (Annathayakheisha,2009).
2.3.1. Gejala dan tanda
Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian
bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai
nyeri tumpul yang terus menerus ada.
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering
berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.
2.3.2. Penyebab
Dismenore disebabkan ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah,
prostaglandin dan faktor stress/psikologi mengakibatkan terjadinya dismenore pada
beberapa wanita. Dismenore juga disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu
bisa karena penyakit (radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus,
selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang berlebihan.
Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
2. Kurang berolah raga
3. stres psikis atau stres sosial.
2.3.3. Klasifikasi
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya
kelainan atau sebab yang dapat diamati.
Berdasarkan jenis nyeri :
1. Dismenore spasmodik
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan
terjadi sebelum atau segera setelah menstruasi dimulai. Dismenore spasmodik dapat
dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian wanita
yang mengalami dismenore spasmodik tidak dapat melakukan aktvitas.
Tanda dismenore spasmodik antara lain :
a. Pingsan
b. Mual
c. Muntah
2. Dismenore kongestif
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang.
Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada
saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid,
penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain:
a. Pegal pada paha
c. Lelah
d. Mudah tersinggung
e. Kehilangan keseimbangan
f. Ceroboh
g. Gangguan tidur
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah:
1. Dismenore primer
Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya.
Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya
dan 15% diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi yang hebat. Biasanya
dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 1-2 tahun setelah menstruasi
pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang
dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau
potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika
saluran serviksnya sempit.
2. Dismenore sekunder
Disebut dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang
mengalami dismenore. Dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20
tahun.
Penyebab dari dismenore sekunder adalah
a. Endometriosis
c. Adenomiosis
d. Peradangan tuba fallopi
e. Perlengketan abnormal antara organ didalam perut
f. Pemakaian IUD
2.3.4. Derajat Dismenore
Menurut Potter (2005), karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Ada 2 cara untuk menentukan tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut, yaitu Skala pendeskripsi verbal (Verbal
Descriptor Scale/VDS) dan (Numerical Ratting Scale/NRS). Skala pendeskripsi
verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5
kata. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan”. Alat Verbal Descriptor Scale/VDS ini memungkinkan responden untuk
mendeskripsikan nyeri yang dialaminya, sedangkan skala penilaian numerik
(Numerical Ratting Scale/NRS) lebih digunakan sebagai pengganti pendskripsi kata.
Salah satu alat untuk menetukan tingkat nyeri adalah universal pain assessment tool.
Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana
Tak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri sedang nyeri berat nyeri yak tertahankan
Skala Intensitas Nyeri Numerik
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2.3.5. Pengobatan
Diketahui bahwa beberapa hormon seperti prostaglandin dapat membuat
rahim berkontraksi. Wanita yang menderita kejang merasakan sakit yang ditimbulkan
kontraksi tersebut. Salah satu cara mengurangi nyeri itu mungkin dengan mengurangi
jumlah prostaglandin tertentu yang diproduksi tubuh sehingga kontraksi tersebut
tidak begitu kuat (Beryl, 1995). Adapun pengobatan yang dilakukan untuk
mengurangi dismenore adalah sebagai berikut :
a. Obat nonsteroid antiinflamatory
Obat nonsteroidal antiinflammatory yang berguna untuk menghambat
pembentukan prostaglandin yang dapat mengurangi dismenore (Lethaby, 2007).
b. Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dengan dosis yang rendah dapat mengurangi dismenore (Zoler,
2004). Hormon-hormon pada kontrasepsi dapat mengontrol pertumbuhan dinding
uterus sehingga prostaglandin sedikit dibentuk. Akibatnya, kontraksi lebih sedikit,
aliran darah lebih sedikit dan nyeri berkurang.
c. Pijatan/massage
Pijatan/massage berguna untuk menstimulasi pembuluh darah kecil di bawah kulit
sehingga memberikan rasa rileks. Pijatan/massage ini diberikan pada bagian
kepala, leher, dan bagian tulang belakang (Kingston, 1995).
d. Kompres hangat
Kompres dengan air hangat dapat membantu pada masa haid karena panas dapat
yang ditaruh pada tempat yang nyeri seperti pada perut bagian bawah atau
punggung ( Kingston, 1995).
e. Perubahan diet
Meningkatan konsumsi serat, kalsium, makanan yang mengandung kedelai,
buah-buahan dan sayur-sayuran, serta meningkatkan konsumsi magnesium, kalsium,
vitamin B6 dan E, dan mengonsumsi suplemen minyak ikan yang mengandung
omega 3 dapat mengurangi dismenore (Tran, 2001).
2.4. Pola Makan
Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan
lemak akan menyebabkan jumlah yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan
kebutuhan energi, begitu juga dengan sebaliknya konsumsi makanan yang kurang,
baik yang mengandung karbohidrat, lemak dan zat-zat gizi lainnya akan meyebabkan
jumlah energi yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan. Dan
sebagian orang memiliki kebasaan makan yang tidak benar sehingga memacu
beberapa penyakit. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan yang
penuh kalori atau makanan siap saji terutama bagi anak sekolah, padahal anak
sekolah memerlukan asupan gizi yang cukup.
Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan
kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seprti besi, kalsium dan
beberapa vitamin ternyata masih kurang. Khususnya pada remaja putri yang setiap
bulannya akan mengalami siklus menstruasi, yang dalam hal ini remaja putri sangat
banyak membutuhkan asupan besi, kalsium dan beberapa vitamin dikarenakan pada
Penelitian terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukkan asupan besi sebagian
besar remaja putri tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Dinegara yang
sedang berkembang, sekitar 27% remaja lelaki dan 26% remaja putri menderita
anemia, sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan
7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang ( 10 negara di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi (Arisman,
2004)
2.4.1.Pola Makan Remaja
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Menurut khumaidi (1994), kebiasaan makan adalah tingkah laku manuasia
atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi
sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan akan dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam
dan sejak dahulu makanan juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan
persahabatan.
Makanan merupakan kebutuhan bagi hidup manusia, makanan yang
dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Pada masyarakat
dikenal pola makan dan kebiasaan makan dimana seseorang/sekelompok orang
tinggal. Salah satu fungsi utama makanan adalah memberikan energi. Energi itu tidak
hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk berfungsinya
kebutuhan kalori harian seorang seorang akan bergantung pada usia, jenis kelamin,
tingkat kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana seorang tinggal ( Sediaoetama,
1996).
Dimasa remaja akan terdapat banyak situasi yang berbahaya yang memungkin
seseorang untuk makan secara kurang maupun lebih. Dan pada masa remaja kegiatan
maupun aktivitas sering sekali menurun dikarenakan oleh jumlah konsumsi makanan
yang kurang maupun lebih.
Salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan remaja agar selalu
sehat bukan hanya untuk saat itu tetapi juga menunjang kesehatan seumur hidupnya
adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi. Pada masa pertumbuhan tubuh remaja
sangat membutuhkan protein, vitamin dan mineral. Jika remaja cukup makan, maka
remaja tersebut tidak akan sakit. Ada jenis-jenis makanan tertentu yang sangat
penting bagi gadis remaja. Ketika ia mulai mendapat menstruasi, tipa bulan ada
sejumlah darah yang keluar. Remaja putri tersebut akan menghadapi resiko anemia
atau kurang darah. Darah haid harus diganti dengan memakan buah-buahan yang
mengandung zat besi dan kalsium untuk tulangnya kuat.
2.4.2. Pola Makan dilihat dari Jenis Makanan dan Frekuensi Makan Remaja
Dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, manusia diharapkan memakan
makanan yang beraneka ragam. Makin beragam jenis makanan yang dikonsumsi akan
semakin baik, karena tidak ada satu makanan yang menyediakan semua unsur yang
dibutuhkan (Helven, 2008)
Di dalam setiap jenis bahan makanan, tergantung zat gizi dimana jenis dan
lainnya. Satu jenis bahan makanan paling sedikit mengandung satu jenis zat gizi
dengan kadar yang relatif berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, atau tinggi. Dalam
kehidupan sehari-hari boleh dikatakan tidak ada orang yang mengkonsumsi hanya
satu jenis bahan makanan, tetapi terdiri dari beberapa jenis. Orang yang
mengkonsumsi hidangan makanan yang terdiri dari campuran berbagai jenis bahan
makanan akan memperoleh zat gizi beraneka ragam yang terkandung dlam makanan
yang bersangkutan. Ini berati kebutuhan individu akan berbagai jenis zat dapat lebih
dijamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam.
Kebanyakan dari remaja konsumsi makanan yang beraneka ragam sangatlah
jarang sekali dilakukan, dimana remaja kususnya anak sekolah mempunyai kebiasaan
yang sampai saat ini tidak dapat dirubah, yaitu kebiasaan makan makanan jajanan.
Dimana makanan jajanan ini banyak mengandung kalori tetapi tidak banyak
mengandung zat gizi yang dapat memenuhi kubutuhan gizi remaja. Ditambah lagi
dengan remaja putri yang memiliki program diet agar terlihat cantik karena saat
remaja merupakan masa puber yaitu perubahan ragawi maupun mental. Dimana
keadaan ini sangat membahayakan gizi remaja putri tersebut. Frekuensi dan waktu
makannya pun kadang kurang atau melebihi dari frekuensi makan yang ideal yaitu
sekali makan pagi, siang dan makan malam. Hal ini disebabkan juga karena adanya
2.4.3. Kebutuhan Energi Remaja
Kebutuhan energi remaja putri berbeda dengan remaja putra, dimana untuk
mengerjakan aktivitas, seorang wanita hanya menghabiskan lebih sedikit energi dari
pria, hal ini disebabkan karena pria lebih banyak melakukan aktivitas fisik, yang
membutuhkan energi yang relatif banyak dan juga karena wanita memiliki berat
tubuh yang lebih ringan dibanding pria.
Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA.
Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energi ketimbang remaja
putri. pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal perhari.
Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), dan kemudian
menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada
stadium perkembangan fisiologis bukan usia kronologis.
2.4.4. Hubungan Status Gizi dengan Dismenore
Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarke atau haid
pertama baik dari faktor usia terjadinya menarke, adanya keluhan-keluhan selama
menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis, wanita remaja yang
pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan
mengeluh perutnya terasa begah. Akan tetapi, pada beberapa remaja keluhan-keluhan
tersebut tidak dirasakan. Hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa
dikonsumsi, selain olahraga yang teratur.
Menurut Heryati (2005), remaja wanita disarankan untuk mengonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang agar status gizinya baik. Apabila status gizi
haid atau dismenore. Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang digunakan oleh
tubuh sesuai kebutuhan (Paath, 2005).
2.4.5. Beberapa Zat Gizi untuk Mengurangi Nyeri Dismenore
Dismenore merupakan keluhan nyeri saat datang bulan, biasanya nyeri
dirasakan di bagian bawah perut. Salah satu alternatif untuk mengurangi dismenore
yakni, terapi nutrisi. Menurut Hill (2002), untuk dapat mengurangi kram saat
menstruasi, diperlukan zat gizi sebagai terapi, yaitu (1) mengonsumsi Magnesium
sebanyak 300 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg setiap empat jam
sekali selama keluhan sakit dirasakan, (2) mengonsumsi Kalsium sebanyak 800-1000
mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 250-500 mg setiap empat jam sekali selama
keluhan sakit dirasakan, (3) mengonsumsi Vitamin E sebanyak 800 IU, dan (4)
mengonsumsi Niasin sebanyak 200 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg
setiap 2-3 jam selama keluhan sakit dirasakan.
Beberapa penelitian juga menyebutkan hubungan beberapa zat gizi dengan
penurunan tingkat nyeri saat menstruasi. Sebuah jurnal yang ditulis oleh Werbach
(2004), menyatakan bahwa niasin, tiamin, vitamin E, dan magnesium dapat
mengurangi dismenore.
Wanita yang mengalami dismenore perlu mengonsumsi kacang-kacangan atau
makanan yang kaya akan omega 3 dan 6 sedikitnya dua atau tiga minggu sebelum
datangnya haid. Ini dikemukakakn oleh Dr. Salinel Jr. yang mengatakan bahwa
kacang-kacangan atau makanan yang kaya akan omega 6 merupakan suatu
2.4.5.1. Magnesium
Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa
rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung (Hill, 2002). Selain itu,
magnesium juga berfungsi memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah
kekejangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab itu, magnesium berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi (Dean, 2010).
Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian
dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta coklat juga merupakan sumber
magnesium yang baik (Almatsier, 2004).
2.4.5.2. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi
bagi
Kalsium bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi saraf. Jika otot tidak
mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur sehingga dapat
mengakibatkan kram (Hill, 2002).
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, seperti keju. Ikan
dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.
Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe,
serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan
ini mangandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat
2.4.5.3. Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin E mempunyai
fungsi sebagai antioksidan di dalam tubuh (Hill, 2001). Vitamin E sangat penting
untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas serta mencegah berbagai
penyakit, mengurangi kelelahan, hingga memperlambat penuaan dini yang
dikarenakan oleh proses oksidasi.
Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak
kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan
sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan
mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas (Almatsier, 2004).
2.4.5.4. Niasin
Niasin berfungsi di dalam tubuh sebagai bagian koenzim NAD dan NADP.
Koenzim ini diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis, metabolisme
protein, asam lemak, pernafasan sel dan detoksifikasi (Almatsier, 2004).
Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang tanah. Susu
dan telur mengandung sedikit niasin. Sayur dan buah tidak merupakan sumber niasin.
Akibat kekurangan niasin adalah kelemahan otot, anoreksia, gangguan
pencernaan dan kulit memerah (Almatsier, 2004).
2.4.5.5. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary
Allowance (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan
pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang
Tabel 2.1. Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Wanita
Sumber : Hill, Mc. Graw. Nutrition Almanac, 2002.
2.5.Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga
atau energy. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain berjalan,
berlari, berolahraga, mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda, dan
lain-lain (Agustiani, dkk 2008). Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam
upaya mengurangi gejala-gejala dismenore adalah berolah raga. Olah raga merupakan
salah satu tehnik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid, hal ini
disebabkan pada saat melakukan olah raga, tubuh akan menghasilkan endorphin.
Endorphin berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga
menimbulkan rasa nyaman. (Harry, 2007).
Aktivitas fisik digolongkan menjadi berat, sedang dan ringan. Pada umumnya
anak sekolah tergolong tergolong aktivitas sedang, karena aktivitas yang dilakukan
hanyalah sekolah yaitu dengan kegiatan duduk, berdiri, berjalan, menulis dll (Helven,
2008).
Seluruh aktivitas tersebut memerlukan energi didalam tubuh yang terbuang,
begitu juga dengan sebaliknya dengan berkurangnya aktivitas fisik maka banyak
Pengeluaran energi dikelompokkan menurut jenis kegiatan, yaitu tidur,
pekerjaan (ringan, sedang, berat), santai dan kegiatan lainnya (kegiatan rumah tangga,
sosial dan olahraga).
Tingkat aktivitas fisik (physical activity level) tidak dapat dihitung pada ibu
hamil dan ibu menyusui, namun berlaku pada orang dewasa, adapun perhitungan
tingkat aktivitas fisik yaitu :
PAL =
1440menit(24jam) Tingkat aktivitas fisik dalam sehari
Sedang untuk menentukan total aktivitas fisik dengan cara :
Total aktivitas fisik = Aktivitas Fisik x PAL
Sebagai cotoh dari tingkat aktivitas fisik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Tingkat Aktivitas Fisik
Aktivitas Jenis Aktivitas PAL
Tidak beraktivitas Tidur 0,5
Ringan Sekali Hanya duduk ( untuk usia > 65 tahun, sakit)
1,2 – 1,3
Ringan sedang Kerja kantor, pekerja toko 1,4 – 1,5
Sedang Mengemudi, belajar,
mengajar
1,6 – 1,7
Berat Kegiatan yang membutuhkan
2.6. Kerangka Konsep
Dalam hal ini variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari kerangka konsep di atas dapat dijelaskan apakah ada hubungan pola
makan berupa ketersediaan zat gizi (Magnesium, Kalsium, Vitamin E serta Niasin )
dan aktivitas fisik (olahraga) terhadap dismenore yang terjadi pada siswi di MAN
2Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011.
2.7. Hipotesa
1. Ho : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan dismenore pada siswi
kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011
Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan dismenore pada siswi kelas
X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011 Pola makan berupa
ketersediaan zat gizi dalam makanan, meliputi :
- Magnesium - Kalsium - Vitamin E - Niasin
Aktivitas fisik ( Olahraga )
2. Ho : Tidak ada hubungan antar aktivitas fisik dengan dismenore pada
siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun 2011
Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan dismenore pada siswi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian
crossectional untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan
dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Jl. Willem Iskandar Medan Tahun
2011.
3.2.Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Model MEDAN yang terletak di Jl. Willem
Iskandar No. 7A. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan yaitu :
1. Dari hasil survei pendahuluan banyak siswi kelas X MAN 2 Model Medan yang
mengalami gangguan dismenore.
2. Peneliti lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian di sekolah ini,
karena tidak ada penelitian tentang dismenore sebelumnya.
3. Disekolah tersebut terdapat kegiatan tambahan belajar siswi, sehingga aktivitas
belajar lebih banyak.
3.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli – Desember 2011.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas X MAN 2 Medan Jl. Willem
3.3.2. Sampel
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus
sebagai berikut (Notoatmodjo S, 2005):
N n =
1 + N (d²) Keterangan :
N = Jumlah seluruh siswi kelas X
n = Besar sampel
d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi yang ditetapkan sebesar0,1
(Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan survei awal populasi siswi MAN 2 Model Medan adalah 150
orang. Maka, sampel dari siswi MAN 2 Model Medan adalah 60 orang.
Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan disajikan untuk analisis
dilakukan dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan
sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap kelas agar setiap siswi memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap kelas.
Penentuan sampel dari setiap kelas dengan menggunakan metode alokasi atau
proporsional, yaitu :
NH
nh = x n N
nh : Besar sampel setiap kelas NH : Besar populasi setipa kelas n :Total sampel
berikut uraian kelas dan jumlah sampel yang diambil dengan kriteria siswi yang telah
menstruasi.
Tabel. 3.1 Distribusi Kelas Dan Juga Sampel Yang Diambil
No Kelas Populasi siswi Jumlah sampel
1 X – I 22 9
2 X – II 24 10
3 X – III 22 9
4 X – IV 24 10
5 X – V 21 8
6 X – VI 20 8
7 X – VII 17 6
Jumlah 150 60
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing
kelompok populasi (berdasarkan kelas) dengan cara tehnik undian.
3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data primer
Data primer meliputi pola makan (Jumlah Magnesium, Jumlah Kalsium,
Jumlah Vitamin E dan Jumlah Niasin) yang dihitung/diukur melalui food recall 24
jam yang dilakukan secara beturut-turut selama 2 hari dan aktivitas fisik (Tidak
beraktivitas, Ringan sekali, ringan sedang, sedang, Berat, Sangat berat) dihitung dari
hasil formulir aktivitas fisik.
3.4.2.Data sekunder
Data sekunder yaitu data dari sekolah yang diperolah dari bagian tata usaha,
survei dan penelitian serta literatul yang berhubungan dengan penelitian yang
3.5.Istrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa :
1. Universal Pain Assessment Tool
2. Formulir food recall
3. Formulir aktivitas fisik
4. Daftar komposisi bahan makanan ( DKBM )
5. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan ( DKGA )
6. Nutrisurvey
3.6. Defenisi Operasional
1. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai ketersediaan
zat gizi berupa jumlah Magnesium, jumlah Kalsium, jumlah Vitamin E serta
jumlah Niasin yang dikonsumsi responden.
2. Jumlah Magnesium adalah banyaknya nilai Magnesium (mg) yang terkandung
dalam makanan yang dikonsumsi responden.
3. Jumlah Kalsium adalah banyaknya nilai Kalsium (mg) yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi responden.
4. Jumlah Vitamin E adalah banyaknya nilai Vitamin E (mg/d) yang terkandung
dalam makanan yang dikonsumsi responden.
5. Jumlah Niasin adalah banyaknya nilai Niasin (mg/d) yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi responden.
6. Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan responden dalam sehari.
7. Dismenore adalah sakit di bagian perut yang terjadi sebelum atau terjadi
3.7.Aspek Pengukuran
1. Tingkat nyeri dismenore diketahui dengan menggunakan universal pain
assessment tool, dapat dikategorikan atas : tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri
sedang, nyeri berat, nyeri tidak tertahankan.
2. Jumlah Magnesium dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :
a. Kurang, jika AKG ≤ 360 mg
b. Cukup, jika AKG ≥ 360 mg
3. Jumlah Kalsium dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :
c. Kurang, jika AKG ≤ 1300 mg
d. Cukup, jika AKG ≥ 1300 mg
4. Jumlah Vitamin E dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :
e. Kurang, jika AKG ≤ 15 mg/d
f. Cukup, jika AKG ≥ 15 mg/d
5. Jumlah Niasin dihitung dari food recall dan dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan, dikategorikan menjadi :
g. Kurang, jika AKG ≤ 14 mg/d
h. Cukup, jika AKG ≥ 14 mg/d
6. Aktivitas fisik dihitung dengan menggunakan tingkat aktifitas fisik (physical
activity level), dikategorikan menjadi :
b. Ringan sekali, jika PAL 1,2 – 1,3
c. Ringan sedang, jika PAL 1,4 – 1,5
d. Sedang, jika PAL 1,6 – 1,7
e. Berat, jika PAL 1,8 – 1,9
f. Sangat berat, jika 2,0 – 2,4
3.8. Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1.Pengolahan Data
1. Editing yaitu, memeriksa kembali data yang telah dikumpul, jika terdapat
kesalahan, data diperbaiki kembali agar informasi yang didapat benar dan akurat.
2. Tabulating yaitu, data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk
mempermudah pengolahan data serta pengambilan keputusan.
3.8.2.Analisis Data
Data yang telah dikumpul, diolah dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan pola
makan dengan dismenoe dan hubungan aktivitas fisik dengan dismenore digunakan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
MAN 2 Model terletak di jalan Willem Iskandar No. 7a Medan Kecamatan
Medan Perjuangan. MAN 2 Model memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu rungan Labolatorium, Perpustakaan,
Ruang komputer, Ruang media, musolla, lapangan basket, auditorium dan ruangan
kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun rungan untuk siswi terdiri
dari :
- Kelas 1 : 10 kelas
- Kelas II : 12 kelas yang terdiri dari 6 jurusan IPA, 4 jurusan IPS, 1
jurusan IPB dan 1 jurusan agama.
- Kelas III : 11 kelas yang terdiri dari 5 jurusan IPA, 4 Jurusan IPS, 1
jurusan IPB dan 1 jurusan agama.
Jumlah seluruh siswanya adalah 1029 orang dengan perincian sebagai berikut :
- Kelas 1 : 321 orang
- Kelas 2 : 376 orang
- Kelas 3 : 334 orang
Berdasarkan jenis kelamin siswa di MAN 2 Model yang berjenis kelamin perempuan
yaitu 619 0rang (60,2%) dan laki-laki sebanyak 410 orang (39,8%). Data
Tabel 4.1. Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin siswi di MAN 2 Model Medan Tahun 2011
No Jenis kelamin n %
1. Laki-laki 410 39,8
2. Perempuan 619 60,2
Jumlah 1029 100,0
4.2. Karateristik Responden 4.2.1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian, umur responden yang terlihat pada Tabel 4.2.
menunjukkan bahwa umumnya responden berumur 15 tahun yaitu sebanyak 47 orang
(78,3%) dan yang paling sedikit berumur 16 tahun yaitu 13 orang (21,7%).
Tabel 4.2. Tabel distribusi frekuensi umur responden di MAN 2 model medan tahun 2011
No Umur n %
1. 15 47 78,3
2. 16 13 21,7
Jumlah 60 100,0
4.2.2. Kelas
Dari 60 siswi yang diteliti, sebanyak 9 orang (15%) berada dikelas X-1, 10
orang (16,7%) berada di kelas X-II, 9 orang (15%) berada dikelas X-III, 10 orang
(16,7%) berada di kelas X-IV, 8 orang (13,3%) berada di kelas X-V, 8 orang (13,3%)
berada di kelas X-VI, 6 orang (10%) berada di kelas X-VII. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.3. Tabel distribusi frekuensi kelas Responden di MAN 2 Model Medan
4.3.1. Jumlah Magnesium Yang di Konsumsi Siswi kelas X
Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah Magnesium
yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi.
No. Tingkat Konsumsi magnesium n %
1. Kurang 28 46,7
2. Cukup 32 53,3
Jumlah 60 100,0
Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa konsumsi Magnesium responden yang
tergolong kurang sebanyak 28 orang (46,7%) sedangkan konsumsi Magnesium
responden yang tergolong cukup sebanyak 32 orang (53,3%), dimana rata-rata
konsumsi magnesium responden yaitu 382,2 mg.
4.3.2. Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X
Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah kalsium yang
Tabel 4.5. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi.
No. Tingkat Konsumsi Kalsium n %
1. Kurang 25 41,7
2. Cukup 35 58,3
Jumlah 60 100,0
Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa konsumsi Kalsium responden yang
tergolong cukup sebanyak 25 orang (41,7%) sedangkan konsumsi Kalsium responden
yang tergolong kurang sebanyak 35 orang (58,3%), dimana rata-rata konsumsi
kalsium responden yaitu 1339,4 mg.
4.3.3. Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X
Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah Vitamin E yang
dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi.
No. Tingkat Konsumsi Vitamin E n %
1. Kurang 39 65,0
2. Cukup 21 35,0
Jumlah 60 100,0
Dari tabel 4.6. dapat diketahui bahwa konsumsi Vitamin E responden yang
tergolong kurang sebanyak 39 orang (65,0%) sedangkan konsumsi Vitamin E
responden yang tergolong cukup sebanyak 21 orang (35,0%), dimana rata-rata
4.3.4. Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi Siswi Kelas X.
Pola makan siswi kelas X MAN 2 Model berdasarkan jumlah Niasin yang
dikonsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Jumlah Niasin Yang Dikonsumsi.
No. Tingkat Konsumsi Niasin n %
1. Kurang 21 35,0
2. Cukup 39 65,0
Jumlah 60 100,0
Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa konsumsi Niasin responden yang
tergolong kurang sebanyak 21 orang (35,0%) sedangkan konsumsi Niasin responden
yang tergolong cukup sebanyak 39 orang (65,0%), dimana rata-rata konsumsi niasin
responden yaitu 19,4 mg/d.
4.4. Aktivitas Fisik
Distribusi aktivitas fisik siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel. 4.8. Distribusi Aktivitas Fisik Siswi Kelas X MAN 2 Model Dapat Dilihat Dari Tabel Berikut ini.
No. Aktivitas Fisik n %
1. Ringan sedang 50 83,3
2. Sedang 10 16,7
Jumlah 60 100,0
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden siswi MAN 2
Model kurang menggunakan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, baik pada
4.5. Tingkat Nyeri Dismenore
Distribusi tingkat nyeri dismenore siswi kelas X MAN 2 Model dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9. Distribusi Siswi Kelas X MAN 2 Model Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore
No. Tingkat Nyeri Dismenore n %
1. Ringan 28 46,7
2. Sedang 18 30,0
3. Berat 14 23,3
Jumlah 60 100,0
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden siswi MAN 2 Model mengalami dismenore dengan tingkat nyeri Ringan yaitu sebanyak 28 orang (46,7%).
4.6. Hubungan Pola Makan dengan Dismenore
Hubungan pola makan dengan dismenore dapat dilihat dari hasil tabulasi
silang antara jumlah Magnesium, jumlah Kalsium, jumlah Vitamin E dan jumlah
Niasin yang dikonsumsi dengan tingkat Nyeri Dismenore.
4.6.1. Hubungan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri Dismenore
Hubungan jumlah Magnesium yang dikonsumsi dengan dismenore pada siswi