PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP
EFISIENSI KERJA PEGAWAI
( Studi Pada Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir )
SKRIPSI
Oleh :
ROI GOMGOM PARULIAN TAMBUNAN NIM : 020903045
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK SKRIPSI
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP EFISIENSI KERJA PEGAWAI ( STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN TOBA SAMOSIR )
Nama : Roi G P Tambunan NIM : 020903045
Departemen : Administrasi Negara
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah ada pengaruh Pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di kantor BAPPEDA Kabupaten Toba Samosir.
Variabel-variabel yang diteliti adalah pengawasan (sebagai variabel bebas) dan efisiensi kerja (sebagai variabel terikat). Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
Ha : Ada pengaruh positif antara pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai. Ho : Tidak ada pengaruh positif antara pengawasan terhadap efisiensi kerja
pegawai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun sumber datanya meliputi data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data di lapangan, diperoleh dengan cara wawancara dan penyebaran kuisioner. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir, penulis menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dengan hasil r = 0,72 berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan kepada responden, sedangkan koefisien determinasi (Kd) yang didapat sebesar 51,84%. Hasil tersebut menunjukkan pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir signifikan dan tergolong kuat. Untuk pengujian hipotesis penulis menggunakan thitung dan ttabel dengan thitung = 5,521 dan ttabel = 2,04
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dengan judul:
“PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP EFISIENSI KERJA PEGAWAI” (Studi pada Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir).
Karya ini merupakan simbol dari sebuah episode dalam satu cerita yang terangkai
menjadi perjalanan hidup. Episode yang cukup panjang menyita waktu kurang lebih 6
tahun. Lazimnya sebuah perjalanan selalu diwarnai dengan proses interaksi dengan alam
semesta beserta isinya yang diterima atau tidak, pasti memberikan inspirasi dan membentuk
karakter penulis. Untuk proses yang telah memberikan inspirasi dan membantu
pembentukan karakter penulis tersebut penulis dengan segala kerendahan hati berterima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU.
2. Bapak Drs. Marlon Sihombing, MA, Ketua Departement Ilmu Administrasi Negara.
3. Ibu Dra. Februati Trimurni. Msi, selaku Dosen Wali sekaligus Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan serta petunjuk kepada
penulis baik dalam kegiatan selama perkuliahan maupun dalam proses penyusunan
4. Pegawai FISIP USU, Kak Emi, Kak Mega, serta seluruh pegawai FISIP yang telah
banyak membantu memberikan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan dan
segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik yang telah memberikan bahan ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Bapak Drs Tonny Sitorus. MPM, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Toba
Samosir beserta seluruh staf pegawai Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir
yang telah memberikan izin dan fasilitas penelitian selama penulis melakukan
penelitian di Kabupaten Toba Samosir.
6. Sembah sujud ananda kepada ayahanda P. Tambunan dan ibundaku tercinta H. Br
Sitorus, yang dengan sangat sangat sangat dan sangat tabah dan sabar menantikan
keberhasilan penulis setelah sekian lama dalam menyelesaikan studi pada
Universitas Sumatera Utara ini. Terima kasih atas doanya, trima kasih atas
dukunganya dan trimakasih untuk semua kasih sayangMu. ( Air mata penantian
panjang ini nggak akan kusia-siakan ).
7. My lovely Sister (Keluarga Mama Tiur dan Keluarga Mama Johan) n Brother
(abangda Jackson dan Adinda Ronald Tambunan) maaf untuk semua keterlambatan
ini, yang telah membantu penulis memberikan dorongan materiil maupun siprituiil
untuk tetap berjuang dalam penuntutan ilmu ini, buat keponakan-keponakanku,
untuk Oppungku tercinta dan untuk Tulang dan Nantulang yang sangat aku hormati,
segenap keluarga besar Tambunan-Sitorus dan untuk semua saudara-saudara yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih untuk semua bantuan
8. Terkhusus buat Budak AN-02 yang tak akan mungkin buat dilupakan. Rekan-rekan
ku yang mengalami eksekusi dini Bernard & Jenri anto ( DO bukan Berarti bodoh,
Gaskan terus masa mudamu bes), Para Gegendok penghuni An-02 yang masih
mendayung kapal buat cari tempat berlabuh (lae Freddy-Yhonatan Flakram), masih
ada harapan di depan maka Berjuanglah. Rekan-rekan Sarjana An-02 yang ntah
dimana klian tak ada kabar bah. Buat dewa-dewa (Armauliza, Dian, Yohannes,
Raymond, faisal, Fandi, Firman, Rajab polpoke, dll) serta cewek-cewek Sexy AN
yang baik hati (Tria, Dilli, destrina, Tika, marina, mariana, Fitrihayati, Aprina, Evi,
Henna, dll) Dan yang pastinya buat teman-teman 1 gubuk penderitaan di Huta
Namora (Pandapotan, Sahdor, Jhon everlin, charles, daniel).Walaupun di dunia ini
tidak ada yang abadi, tapi aku berharap kisah-kisah kuliah kita semua dulu kita tetap
abadi selamanya...amiin. Buat anak-anak AN 03 yang dapat merasakan kepedihan
dan kesedihan yang kurasakan, Lae Saor (thanks buat pinjaman barang-barang mu
lae makasih juga buat bantuanmu selama ini lae), thombak (gaskan terus Bola itu ),
Andi, doni, ezra, Bastian (duet harangan masih ada untuk kita ??), dll. Dan tentunya
spesial thanks to Seluruh rekan-rekan AN bersatu (“ANTU”)
9. Gamers Comunity of DOTA ALL STAR (Hiburan pembawa bencana dan
penghancur masa depanku), Berdikari Comunity (Neraka Dunia, thanks buat
kerjasamanya selama ini), TuaKz n Sayur Comunity (Kebas Sikit Muntahkan
sajalah), intinya Hancurkan Masa Depan dan wellcome to room Have Fun GPL.
10.Spesial thanksku buat Somebody Spesial cc Fitri Lubis, Thanks dah dukung aku
biarpun hanya sekedar kata-kata tapi itu dah memacu semangatku buat ngerjainya,
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini dirasakan masih banyak sekali
kekurangan dan kelemahannya, mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu
dengan kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Amiin.
Medan, Juni 2008
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... i
Daftar Grafik ... iii
Daftar Gambar ... iv
Daftar Tabel ... v
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Kerangka Teori ... 8
1.5.1. Pengawasan ... 8
1.5.2. Metode Pengawasan... 11
1.5.3. Tipe-tipe Pengawasan ... 13
1.5.4. Efisiensi Kerja ... 14
1.5.5. Prinsip-prinsip Efisiensi Kerja ... 17
1.5.6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Efisiensi ... 18
1.5.7. Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja ... 19
1.5.8. Kerangka Konsep... 23
1.5.9. Defenisi Operasional ... 24
1.5.10. Hipotesa ... 26
1.5.11. Kerangka Pemikiran ... 27
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Bentuk Penelitian ... 28
2.2. Lokasi Penelitian ... 28
2.3. Populasi dan Sampel ... 28
2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29
2.5. Teknik Penentuan Skor ... 30
2.6. Teknik Analisa Data ... 31
BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum ... 34
3.1.1. Visi, Misi, Sasaran ... 34
3.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 37
3.1.3 Tupoksi Kepala Bappeda ... 39
3.2. Susunan Organisasi ... 41
3.3. Pelaksanaan pengawasan dilingkungan Bappeda Toba Samosir .. 43
3.4 Efisiensi kerja pegawai dilingkungan Bappeda Toba Samosir ... 44
BAB IV. PENYAJIAN HASIL PENELITIAN 4.1. Penyajian Data ... 46
4.1.1. Data Identitas Responden ... 46
4.1.2. Variabel Bebas ... 50
4.1.3. Variabel Terikat ... 60
4.2. Analisis Data ... 70
4.2.1. Analisis Variabel Pengawasan ... 70
4.2.2. Analisis Variabel Efisiensi ... 72
4.2.3. Analisis Korelasi ... 73
4.2.4. Analisis Uji Signifikansi ... 75
4.2.5. Analisis Koefisien Determinasi ... 76
5.2. Saran ... 80
Daftar Grafik
Grafik 5.1. Capaian Skor Rata-rata jawaban Variabel X ... 70
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 27
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Teknik Penentuan/ Pengambilan Sampel Penelitian ... 29
Tabel 2.2. Klasifikasi Kooefisien Korelasi berdasarkan Interpretasinya .. 32
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 46
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir. ... 47
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Golongan ... 48
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan ... 49
Tabel 4.6. Tanggapan Responden Mengenai Pimpinan /Pengawas Sering Melakukan Pemantauan Terhadap Pekerjaan Yang Dilakukan Oleh Pegawai. ... 50
Tabel 4.7. Tanggapan Responden Mengenai Pimpinan Melakukan Pemeriksaan Melalui Pencatatan, Pengamatan Secara Langsung. ... 51
Tabel 4.8. Tanggapan Responden Mengenai Sebelum Pelaksanaan Kerja Dilakukan Pimpinan Terlebih Dahulu Memberikan Penjelasan Pelaksanaan Kegiatan. ... 51
Tabel 4.9. Tanggapan Responden mengenai pengawas senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan untuk suksesnya pelaksanaan kegiatan. ... 52
Tabel 4.10. Tanggapan Responden mengenai pengawas melakukan Inspeksi secara langsung terhadap pekerjaan tertentu daripada pegawai. ... 53
Tabel 4.11. Tanggapan Responden mengenai di dalam memberikan sanksi terhadap kesalahan pegawai, sanksi yang diberikan sudah sesuai dengan kesalahan yang dilakukan pegawai ... 54
Tabel 4.13. Tanggapan Responden mengenai pengawas pernah
memeriksa atau mengecek tindakan-tindakan disiplin
yang dilakukan terhadap bawahan. ... 55
Tabel 4.14. Tanggapan Responden mengenai pemeriksaan yang dilakukan
oleh pimpinan dilakukan secara rutin atau berkala. ... 56
Tabel 4.15. Tanggapan Responden mengenai pimpinan melakukan
Rencana Tindak Lanjut terhadap hasil pengawasan. ... 56
Tabel 4.16. Tanggapan Responden mengenai pengarahan
yang diberikan oleh pimpinan dapat dipahami
dan dimengerti oleh para pegawai. ... 57
Tabel 4.17. Tanggapan Responden mengenai pengawas di kantor
Dilaksanakan berdasarkan pengendalian pedoman kerja,
waktu, biaya yang dikeluarkan demi tercapainya
tujuan organisasi. ... 57
Tabel 4.18. Tanggapan Responden mengenai pimpinan mencocokkan
dan mengendalikan arus informasi tentang apa yang harus
dilakukan yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi oleh Bappeda... 58
Tabel 4.19. Tanggapan Responden mengenai pengawasan yang dilakukan
terhadap cara kerja atau proses kerja bawahan. ... 59
Tabel 4.20. Tanggapan Responden mengenai ada evaluasi kerja
yang dilakukan oleh pengawas terhadap kerja pegawai.
dilakukan secara terus-menerus... 59
Tabel 4.21. Tanggapan responden mengenai. Pemberian sanksi terhadap
pegawai yang tidak konsisten terhadap pekerjaanya ... 60
Tabel 4.22. Tanggapan responden mengenai Pemberian penghargaan dan
Tabel 4.23. Tanggapan responden mengenai Pekerjaan selalu mencapai
target sesuai dengan jangka waktu ... 61
Tabel 4.24. Tanggapan responden mengenai Jangka waktu pelaksaan
pekerjaan yang terbatas berpengaruh terhadap efisiensi kerja
pegawai ... 62
Tabel 4.25. Tanggapan responden mengenai Ruang kerja atau lingkungan
kerja mendukung terhadap cara kerja dan proses kerja ... 62
Tabel 4.26. Tanggapan responden mengenai Pemanfaatan biaya yang
seefektif dan seefisien mungkin dengan hasil yang maksimal .. 63
Tabel 4.27. Tanggapan responden mengenai Kemampuan menyelesaikan
pekerjaan semaksimal mungkin dengan materi yang terbatas .. 64
Tabel 4.28. Tanggapan responden mengenai. Pelaksanaan pekerjaan
dengan tanpa adanya unsur paksaan mampu menciptakan
efisiensi kerja yang lebih baik ... 64
Tabel 4.29. Tanggapan responden mengenai Pengawasan yang dilakukan
secara lansung lebih efektif dalam mengontrol proses kerja
pegawai ... 65
Tabel 4.30. Tanggapan responden mengenai Inspeksi yang dilakukan
secara tiba-tiba mempengaruhi kinerja pegawai ... 65
Tabel 4.31. Tanggapan responden mengenai Pemberian penduan kerja
agar pelaksanaan lebih cepat atau lebih efisien dengan hasil
yang lebih baik ... 66
Tabel 4.32. Tanggapan responden mengenai Pengawasan terhadap
Tabel 4.33. Tanggapan responden mengenai Hubungan emosional yang
baik antar sesama pegawai dapat meningkatkan efisiensi kerja. 67
Tabel 4.34. Tanggapan responden mengenai Penempatan pegawai sesuai
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki ... 68
Tabel 4.35. Tanggapan responden mengenai Pelaksanaan pekerjaan tidak
boleh menyimpang dari tujuan yang sebelumnya yang telah
ABSTRAK SKRIPSI
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP EFISIENSI KERJA PEGAWAI ( STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN TOBA SAMOSIR )
Nama : Roi G P Tambunan NIM : 020903045
Departemen : Administrasi Negara
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah ada pengaruh Pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di kantor BAPPEDA Kabupaten Toba Samosir.
Variabel-variabel yang diteliti adalah pengawasan (sebagai variabel bebas) dan efisiensi kerja (sebagai variabel terikat). Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
Ha : Ada pengaruh positif antara pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai. Ho : Tidak ada pengaruh positif antara pengawasan terhadap efisiensi kerja
pegawai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun sumber datanya meliputi data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data di lapangan, diperoleh dengan cara wawancara dan penyebaran kuisioner. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir, penulis menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dengan hasil r = 0,72 berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan kepada responden, sedangkan koefisien determinasi (Kd) yang didapat sebesar 51,84%. Hasil tersebut menunjukkan pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir signifikan dan tergolong kuat. Untuk pengujian hipotesis penulis menggunakan thitung dan ttabel dengan thitung = 5,521 dan ttabel = 2,04
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Beberapa pakar dan teoritisi administrasi berpendapat bahwa peranan
pemerintah harus terfokuskan pada upaya meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat selain pemberdayaan dan pembangunan. Tugas pokok pemerintahan
modern menurut Rasyid (1997; 11) pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
masyarakat, dengan kata lain, ia tidak diadakan untuk melayani dirinya sendiri,
tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan
kreativitasnya demi tercapainya tujuan bersama.
Otonomi Daerah sebagai wujud pelaksanaan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang digulirkan oleh Pemerintah sebagai
jawaban atas tuntutan masyarakat, pada hakekatnya merupakan penerapan
konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan negara secara
vertikal. Dalam konteks ini, kekuasaan akan terbagi antara pemerintah pusat di
satu pihak dan pemerintah daerah di lain pihak, yang secara legal konstitusional
tetap dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia. Kondisi ini membawa
implikasi terhadap perubahan paradigma pembangunan yang dewasa ini
diwarnai dengan isyarat globalisasi. Konsekuensinya, berbagai kebijakan publik
bagian dari dinamika yang harus direspons dalam kerangka proses
demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan kemandirian lokal.
Melalui pemerintahan yang desentralistik, akan terbuka wadah
demokrasi bagi masyarakat lokal untuk berperan serta dalam menentukan
nasibnya, serta berorientasi kepada kepentingan rakyat melalui pemerintahan
daerah yang terpercaya, terbuka dan jujur serta bersikap tidak mengelak
tanggung jawab (passing the buck) sebagai prasyarat terwujudnya pemerintahan
yang akuntabel dan mampu memenuhi asas-asas kepatutan dalam pemerintahan
(good governance).
Kehadiran Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan kemudian
diperbaharui kembali menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah, telah dan akan mengubah secara mendasar hubungan
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota. Karena Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dapat
dikatakan sebagai sebuah kontra konsep dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1974 yang masih memiliki warna penerapan asas sentralisasi. Hal ini dapat
dilihat dengan diberikannya otonomi yang luas kepada daerah, untuk dapat
menentukan sendiri seluruh urusan pemerintahan di daerah kecuali beberapa
kewenangan yang menjadi domain pusat. Banyak tugas-tugas pembangunan
yang didesentralisasikan terutama berkaitan dengan penyediaan pelayanan
masyarakat, pembangunan prasarana perkotaan dan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam proses menjalankan program-program nasional di tingkat
daerah.
Kondisi tersebut di atas memberikan peluang bagi pemerintah Kabupaten
Toba Samosir untuk menciptakan kemandirian dalam rangka membangun
daerahnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi dan peran
serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal.
Penjabaran prinsip-prinsip hal tersebut sangat menunjang untuk terwujudnya
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada prinsipnya
adalah mempertemukan kebutuhan generasi tanpa mengurangi kemampuan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Prinsip-prinsip dasar
untuk pedoman pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar tercapai hasil
pembangunan yang optimal dan berkeadilan dengan melibatkan semua pelaku
pembangunan, mengoptimalkan sumber daya alam, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana untuk memaksimumkan pembangunan sumber daya lokal
dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal .
Berbicara mengenai konteks Pembangunan Kabupaten Toba Samosir,
keberadaan Bappeda di tuntut untuk mampu secara optimal membangun sinergi
perencanaan daerah guna mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku
pembangunan serta mampu merumuskan dokumen perencanaan daerah yang
opersional, informatif, aspiratif dan sistematis guna mendorong perkembangan
Potensi para pelaku pembangunan yang merupakan representasi dari
seluruh warga masyarakat harus betul-betul didayagunakan untuk mengatasi
keterbatasan sumber daya, sehingga aspirasi masyarakat dapat terakomodasikan
dalam kebijakan pemerintah provinsi. Mengacu pada pola pikir tersebut di atas,
perlu disusun Rencana Stratejik Daerah (Renstrada) yang berisi tentang visi,
misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program unggulan dan kegiatan yang
diperlukan dengan memperhatikan kondisi obyektif daerah.Toba Samosir.
Disamping hal tersebut di atas, sistem pengawasan merupakan icon
penting yang tidak dapat dikesampingkan dalam pencapaian target dan tujuan
yang dikehendaki. Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar
kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang kemungkinan tidak akan tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini mengacu kepada defenisi pengawasan yang dikemukakan
oleh S.P. Siagian (1992:169) yang mengatakan bahwa : ”Pengawasan adalah
proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetukan sebelumnya.”
Disamping itu Kabupaten Toba Samosir yang merupakan wilayah
dengan tingkat keragaman yang tidak terlalu beragam justru mewarnai
pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan. Hal ini dapat dijelaskan dengan
sangat kuatnya eksistensi sukuisme di wilayah ini sehingga pengawasan efektif
ilmu Administrasi dan manajemen. Dengan kata lain toleransi yang ada antara
pimpinan dan bawahan masih terasa belum sesuai meski arus komunikasi yang
terbina cukup baik di wilayah ini.
Didasari oleh, fakta pentingnya pengaruh pengawasan dalam
peningkatan efisiensi kerja pegawai seperti yang telah dikemukakan di atas,
maka dalam hal ini Bappeda Kabupaten Toba Samosir perlu menerapkan sistem
pengawasan dalam proses pencapaian tujuan. Adapun elemen yang paling utama
untuk dijadikan fokus pengawasan adalah faktor faktor sumber daya manusia,
dimana dalam hal ini adalah para aparatur Bappeda Toba Samosir .
Adapun fokus penelitian ini lebih menekankan kepada pengawasan yang
dilaksnakan oleh seorang pimpinan kepada bawahan yang dalam penelitian ini
berarti pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Bappeda kepada para
bawahannya (sesuai dengan uraian Tupoksi kepala Bappeda yakni;
melaksanakan pengawasan melekat dalam rangka pembinaan dan penilaian
terhadap bawahan guna peningkatan efisiensi kinerja, menyusun deskripsi tugas
dari bawahan serta memberikan petunjuk arahan dan mendistribusikan tugas
pada bawahan) . Dengan adanya sistem pengawasan ini diharapkan aparat mau
dan mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya
dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan tanggung jawab dapat menciptakan
efisiensi dan efektifitas kerja di lingkungan Bappeda Kabupaten Samosir.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : ”Pengaruh Pengawasan Terhadap
1. 2. Perumusan Masalah
Dalam mengadakan pembahasan terhadap objek tertentu maka selalu
terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian
juga halnya dengan pelaksanaan pengawasan pegawai. Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Hubungan antara Pengawasan dengan efisiensi kerja
Pegawai di Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir ?
2. Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di
Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir ?
1. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pada dasarnya
memiliki tujuan penelitian, dalam maksud untuk memberikan arahan ataupun
jalur tertentu terhadap penelitian itu sendiri.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengawasan dengan efisiensi
kerja pada kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi
1. 4. Manfaat Penelitian
Dari kegiatan penelitian tentunya akan diperoleh hasil yang diharapkan
yang akan memberikan manfaat antara lain:
1. Secara Subyektif adalah Sebagai suatu tahap untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah dan kemampuan
untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmuah beerdasarkan kajian
dan teori serta aplikasi yang diperoleh dari ilmu administrasi negara.
2. Secara Objektif adalah sebagai kontribusi atau masukan bagi Bappeda
Toba-samosir khususnya dalam merencanakan dan mengembangkan
kegiatan pengawasan terhadap peningkatan efisiensi kerja pegawai.
3. Secara Akademis, Sebagai bahan referensi atau bacaan bagi
kepustakaan ilmu administrasi negara juga bagi pihak-pihak yang
membutuhkan yang tertarik dalam masalah ini.
1. 5. Kerangka Teori
Sebagai suatu anilisa ilmiah, tulisan ini juga menggunakan beberapa
pendekatan secara khusus untuk memahami permasalan penelitian yang
dikemukakan. Hal ini dilakukan agar penulis mendapatkan pedoman dalam
upaya menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. Oleh karena hal
demikian tersebut penulis bermaksud memaparkan pendekatan-pendekatan
1.5.1. Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang harus dimiliki
oleh setiap organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun swasta. Dalam
setiap organisasi terutama organisasi pemerintah, fungsi pengawasan sangat
penting karena pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin adanya
keserasian antara penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dengan
rencana-rencana mereka secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengawasan
dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,
ketidak sesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas
dan wewenang yang telah ditentukan.
Secara sederhana pengawasan merupakan kegiatan yang dilaksanakan
dengan mulus tanpa penyimpangan. Pengawasan merupakan usaha sadar dan
sistematik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang
diambil oleh organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengawasan mempunyai kaitan lansung dengan
seluruh proses administrasi dan manajemen. Pengawasan berkaitan dengan
tujuan yang ingin dicapai, dilaksanakan berdasarkan strategi dasar organisasi
yang telah dirumuskan dan ditetapkan sehingga menjadi program rencana
kerja.
Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada
sejauhmana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Dalam proses pencapaian tujuan tersebutlah sangat dibutuhkan sebuah
yang ada dalam organisasi tersebut sehingga aktivitas yang dilaksanakan
terarah dan mengacu kepada target atau sasaran yang ditentukan . S.P. Siagian
(2002:169) yang mengatakan bahwa : ”Pengawasan adalah proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetukan sebelumnya.” Sedangkan T Hani Handoko (1997 :359)
mendefenisikan bahwa pengawasan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuan organisasi tercapai.
Pentingnya pengawasan juga dapat dilihat dari Tujuan pengawasan,
yakni :
1.Supaya Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan rencana.
2.Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat
penyimpangan-penyimpangan
3.Supaya tujuan yang dihasilkan tercapai.
Jadi pengawasan merupakan tindakan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sudah sesuai dengan rencana, dan
apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan maka diperlukan
tindakan-tindakan koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut.
Dalam hal ini dengan adanya pengawasan maka kesalahan atau kekurangan
yang serupa diharapkan tidak akan terulang lagi. Adapun tindakan-tindakan
yang dilaksanakan dalam suatu sistem pengawasan adalah meliputi (Handoko
1. Menetapkan standar-standar
Dalam hal ini sistem pengawasan dilakukan dengan menetapkan
standar-standar kinerja yang harus dilakukan dalam bentuk
peraturan-peraturan yang menjadi ketentuan dalam pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab..
2. Mengukur performa dengan standar-standar yang ditetapkan
Tindakan yang dilakukan pada pada sistem ini adalah melihat
performa pegawai dalam kurun waktu tertentu dan wilayah kerja
tertentu melalui berbagai indikator penilaian kinerja. Hasil penilaian
kinerja ini kemudian dibandingkan dengan standar–standar yang telah
ditetapkan sebelumnya sehingga ditemukan suatu kesimpulan apakah
performa sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Umpan balik (feedback) hasil yang dicapai
Umpan balik merupakan suatu bentuk motivasi yang diberikan
kepada pegawai berdasarkan kinerja yang telah dicapai oleh pegawai
tersebut.
Adapun bentuk-bentuk dai umpan balik ini seperti penghargaan
terhadap prestasi, pemberian promosi, insentif dan jenjang karir yang
jelas.
4. Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan dari standar yang
ditetapkan.
Setelah dilakukan evaluasi secara mendalam dan sistematis
penyimpangan-penyimpangan. Tindakan yang dilakukan selanjutnya
adalah mencari alternatif yang sesuai terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan untuk dapat menghilangkan
penyimpangan atau meminimalkan penyimpangan yang terjadi.
1.5.2 Metode Pengawasan
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, dipahami benar bahwa bukan
persoalan yang mudah untuk melahirkan satu metode yang bisa diterima dan
berlaku secara universal, bahkan untuk konteks pada tingkatan lokal
sekalipun, apalagi pengawasan yang memiliki cakupan serta pengaruh luas,
menyangkut kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari
kondisi tersebut di atas tentunya sangat logis apabila dibutuhkan suatu metoda
yang tepat dan berlaku secara universal.
Seiring perjalanan waktu dan kompleksnya tuntutan akan kebutuhan
sebuah perencanaan maka dikenal metode pengawasan ( William H Newman,
pembahasan oleh James A F Stoner, 1996:6-9 ), yaitu :
1. Pengawasan Formal
Pengawasan yang secara formal dilakukan oleh unit pengawasan
yang bertindak atas nama pimpinan nama organisasinya atau atasan
daripada pimpinan organisasi. Dalam pengawasan ini biasanya
ditentukan dan telah ditetapkan prosedur, hubungan, dan tata kerja.
Contohnya : periode waktu pemeriksaan, periode waktu
pertanggungjawaban dan periode waktu pelaporan. Laporan itu harus
laporan dari unut pengawasan ini agar pimpinan agar selalu dapat
mengikutu perkembangannya mengenai segala hal yang terjadi
diorganisasinya.
2. Pengawasan Informal
Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui
saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan
informal ini biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan
mengadakan kunjungan yang tidak resmi (pribadi). Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kekakuan dalam hubungan antara
atasan dengan bawahan. Dengan cara demikian pimpinan
menghendaki keterbukaan dalam memperoleh informasi dan sekaligus
usul atau saran perbaikan dan penyempurnaan dari bawahannya.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh para bawahan dan tidak
dapat dipecahkan oleh mereka sendiri dalam kaitan ini pimpinan dapat
memberikan saran-saran dan pemikiran mengenai jalan keluarnya.
Sebaliknya para bawahan juga merasa bangga karena diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya secara langsung
kepada pimpinannya. Jelaslah bahwa pengawasan informal
mendekatkan hubungan pribadi yang bersifat informal. Hal ini sangat
menguntungkan terhadap pelaksanaan-pelaksanaan tugas-tugas
pekerjaan.
Untuk konteks Bappeda Kabupaten Samosir adapun metoda atau teknik
pengawasan tersebut yaitu secara pengawasan formal dan pengawasan
informal. Adapun acuan berpikir terhadap penggabungan dua metoda
pengawasan ini adalah untuk menciptakan suatu suasana yang formal namun
tidak terlalu kaku dan tetap mengutamakan hubungan emosional sehingga
diharapkan pengawasan yang dilaksanakan bukan merupakan suatu
momok/beban bagi para pegawai. Dengan pelaksanaaan metoda pengawasan
ini diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya para pegawai
betul-betul melaksanakannya berdasarkan kesadaran dan rasa tanggungjawab
bukan karena tekanan dari keberadaan sistem pengawasan tersebut.
Peranan pengawasan adalah suatu hal yang sangat esensial dan tidak
dapat diabaikan, karena pada hakekatnya pengawasan adalah suatu usaha
untuk mendetekasi kegiatan yang dilakukan oleh pegawai apakah kegiatan
tersebut telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi untuk
menilai pegawai dalam hal mematuhi kebijakan-kebijakan yang berlaku.
1.5.3. Tipe-Tipe Pengawasan
Menurut T hani Handoko (2003:361), ada 3 tipe dasar pengawasan
yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan
Pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi
masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
2. Pengawasan Concurrent
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan
untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan tujuan.
3. Pengawasan Umpan balik
Pengawasan yang dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari
suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Ketiga tipe pengawasan tersebut sangat berguna bagi sistem
manajemen dalam suatu organisasi, dimana memungkinkan
manajemen untuk membuat tindakan koreksi dan tetap mencapai
tujuan.
1.5.4. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan hal yang utama yang perlu di perbaiki untuk
mencapai efisiensi organisasi secara keseluruhan. Efisiensi perlu dijadikan
sebagai dasar pemikiran dalam penyederhanaan pekerjaan sebagai suatu
kegiatan tata usaha agar dapat diperoleh hasil yang maksimal dengan usaha
seminimal mungkin.
Efisiensi kerja erat hubungannya dengan diadakannya pengawasan oleh
pimpinan yang menyangkut pengukuran pada hasil pekerjaan yang
yang diberikan supaya dalam rangka bekerja, mereka mengetahui apa saja
yang menjadi keharusan terhadap dan apa yang tidak.
Untuk mewujudkan efisiensi kerja melalui tugas yang dilaksanakan
oleh bawahan, pimpinan harus dapat memotivasinya. Motivasi dari pimpinan
merupakan dorongan bagi bawahan agar lebih giat dan tekun dalam
menghadapi pekerjaan.
Pengertian efisiensi yang dikemukakan oleh Amitai Etzioni (1885;12)
menyatakan Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unit unit sosial yang
paling efektif dan efisien. Efektifitas organisasi diukur dari sejauh mana ia
berhasil mencapai tujuanya, sedangkan Efisiensi organisasi dikaji dari jumlah
sumber daya yang dipergunakan dalam perbandingan antara keuntungan dan
biaya atau dengan waktu.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi,
efisiensi dapat diukur dari jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam
proses kegiatan dengan perbandingan antara keuntungan dan biaya yang
dikeluarkan serta perbandingan antara hasil kerja dengan waktu yang
dihabiskan.
Sedangkan menurut The Liang Gie (1984; 8) menyatakan bahwa,
Efisiensi dapat dilihat dari 2 segi yaitu :
1) Segi usaha, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil
tertentu diperoleh dengan usaha sekecil mungkin. Usaha itu meliputi
pikiran, tenaga, waktu dan ruang, benda dan uang. Dalam hal ini
dalam pencapaian maksudnya adalah Seminimal mungkin usaha yang
dikeluarkan maka semakin efisien pekerjaan itu, oleh karena itu
pelaksanaan kegitan/kerjanya dilakukan dengan : cara yang termudah,
cara yang teringan, cara yang tercepat, cara yang terpendek jaraknya
dan cara yang termurah biayanya.
2) Segi hasil, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien bila dengan usaha
tertentu memberikan hasil yang memuaskan, baik dalam hal mutu
maupun jumlah. Dalam hal ini dinyatakan bahwa, Efisiensi dapat
diukur dari usaha yang paling minimal tetapi memberikan hasil yang
maksimal baik itu dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk
pencapaian target ini dapat dilakukan dengan usaha seperti
penghematan unsur-unsur usaha dan cara kerja.
Perbandingan terbalik antara usaha dan hasil sangat dipengaruhi oleh
cara pekerjaan itu dilaksanakan, dimana efisiensi kerja merupakan
perwujudan dari pekerjaan yang efisien, sehingga para pegawai dapat
mencapai hasil atau tujuan yang telah ditentukan melalui penghematan
unsur-unsur usaha, karena unsur-unsur-unsur-unsur usaha inilah yang sangat membantu didalam
penghematan pelaksanaan pekerjaan. Dalam rangka pelaksanaan efisiensi
kerja, yang perlu mendapat perhatian adalah cara kerja, sebab keberhasilan
setiap kegiatan dapat dilihat dari pelaksanaan cara kerjanya.
Menurut James A. F. Stoner yang dalam Alfonsus Sirait (1991:14)
menyatakan bahwa efisiensi kerja berarti memusatkan perhatian pada sumber
memberikan hasil kerja yang maksimal. Stoner menyatakan efisiensi yang
berkaitan dengan tata usaha dan penyederhanaan pekerjaan haruslah didukung
sumber daya manusia yang dapat menciptakan efisiensi tersebut. Sumber daya
manusia berupa tenaga dan pikiran harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk
menghindari penggunaan tenaga dan pikiran yang terlalu berat, sehingga
menyebabkan pemborosan yang pada akhirnya merugikan organisasi/instansi
tersebut, karena efisiensi yang hendak dicapai justru tidak diperoleh sama
sekali. Dengan demikian, diharapkan dengan penggunaan sumber daya
manusia secara tepat dapat dicapai efisiensi yang pada akhirnya efisiensi yang
diharapkan organisasi tercapai.
Dari beberapa defenisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa efisiensi
adalah ukuran antara rencana kerja dengan hasil kerja. Apabila hasil usaha
yang dicapai lebih dari usaha yang digunakan, atau dengan kata lain dengan
usha yang minimal memberikan hasil yang maksimal dari segi mutu dan
kualitas, maka itu dapat dikatakan efisien.
1.5.5. Prinsip-prinsip Efisiensi
Pada dasarnya prinsip efisiensi diperlukan dalam pekerjaan karena
dengan adanya prinsip ini organisasi memiliki pedoman untuk mencapai
efisiensi secara maksimal untuk mencapai tujuan. Menurut T. Hani Handoko (
1986), ada tujuh prinsip efisiensi, yaitu :
4) Balas jasa yang efisien dan adil. 5) Laporan yang terpercaya.
6) Pemberian perintah dan pengaturan kerja
7) Adanya standar, modul metoda dan waktu yang tepat.
T. Hani Handoko menyatakan bahwa dalam setiap manajemen, harus
ada perencanaan tujuan dan pencapaian hasil yang ingin dicapai oleh
organisasi, dengan cara-cara yang berbeda pada jalurnya dan dapat diterima
oleh setiap pegawai. Dengan peran seorang pimpinan dalam hal ini Kepala
Bappeda kab Toba Samosir haruslah mempunyai sikap cakap, memegang
prinsip efisiensi dan mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Efisiensi akan
terlaksana apabila balas jasa atas pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan
antara tenaga, waktu, pikiran dan hasil yang dicapai.
1.5.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi
Ada banyak faktor yang menentukan efisiensi kerja organisasi.
Faktor-faktor tersebut misalnya adalah, biaya produksi yang relatif murah, tenaga
kerja, produktifitas kerja, biaya material, kemajuan teknologi dan sebagainya.
Menurut Richard M streers (1995:21) ada beberapa faktor yang
memperngaruhi efisiensi, yaitu; penyusunan tujuan strategis, pencarian dan
pemanfaatan SDM, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan
keputusan, adaptasi dan motivasi organisasi. Menurut pendapat ini,
penyusunan tujuan yang terancana dengan baik disertai dengan pemanfaatan
tenaga kerja yang sesuai akan menunjang efisiensi kerja. Selain itu pengaruh
kepemimpinan seorang pengawas dalam hal ini adalah kepala Bappeda Kab
baik dalam organisasi baik secara vertikal maupon komnukasi horizontal,
akan turut mendukung terciptanya efisiensi disamping motivasi dan adaptasi
perusahaan itu sendiri dengan lingkungan, dan kemampuan organisasi.
Sedangkan The Liang Gie (1987) mengemukakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi efisiensi kerja yaitu, suasana kerja yang kondusif dan
saling mendukung. Lingkungan tempat kerja yang nyaman, hasil produksi
yang sesuai dengan yang diharapkan, perlengkapan dan fasilitas penunjang
dalam kegiatan sehari-hari serta alat-alat perlengkapan administratifnya. Dari
pendapat ini dapat disimpulkan bahwa peranan manajemen berpengaruh besar
dalam pendekatan tingkat efisiensi yang nyata. Sebuah perusahaan mungkin
mempunyai sumber daya yang cukup berupa uang, bahan dan kecakapan
teknologi, tetapi kepemimpinan yang buruk atau pengambilan keputusan yang
tidak tepat akan berpengaruh terhadap efisiensi yang akan berada dibawah
tingkat optimalnya.
1.5.7. Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja
Dalam lingkungan organisasi tujuan pengawasan adalah untuk
mendukung kelancaran dan ketetapan pelaksanaan kegiatan organisasi.
Pengawasan bermaksud untuk mewujudkan daya guna dan hasil guna serta
tepat guna dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan ini hanya dapat dicapai jika pengawasan diarahakan pada penertiban
disiplin pribadi para pegawai yang berupa disiplin kerja, disiplin waktu,
kepatuhan kepada atasan dan kesadaran untuk bekerja dengan
Salah satu usaha untuk mengoptimalkan efisiensi kerja adalah
pengawasan yang dilakukan oleh pengawas/pimpinan dalam hal ini adalah
Kepala Bappeda Kabupaten Toba Samosir. Pengawasan yang dilakukan
didalam suatu organisasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
organisasi. Menurut S. Handayaniningrat (1984:15) ”Pengawasan bertujuan
agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara efisien/berdaya guna, sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
Melalui pengawasan ini, dapat ditiadakannya atau setidak-tidaknya
dapat dikurangi kesalahan-kesalahan, penyelewengan-penyelewengan, dan
lain sebagainya yang dapat menghambat efisiensi kerja. Sebaliknya dengan
pengawasan dapat diperoleh manfaat secara efektif dan efisien
sumber-sumber dana, daya dan waktu.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen. Pengawasan
harus dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui
pengawasan dapat dilakukan penilaian apakah suatu unit organisasi atau
badan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara
hemat, efisien, dan efektif, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah
ditetapkan, dan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, melalui
pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pelaksanaan kegiatan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
Menurut Hadari Nawawi (1993:13) ada lima sumber kerja dalam
organisasi yang harus senantiasa diawasi agar tercipta efisiensi dalam bekerja
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, yaitu:
1. Tenaga fisik
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui berapa banyak tenaga
fisik yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu, baik dari banyaknya
jumlah pegawai maupun beratnya pekerjaan. Dengan kondisi seperti ini
pekerjaan dikatakan efisien bila untuk mencapai hasil yang ingin dicapai
digunakan lebih sedikit pegawai daripada jumlah yang lebih banyak,
sedangkan hasil yang dicapai sama atau bahkan lebih baik.
2. Metode/Cara kerja
Pengawasan dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah cara kerja
pegawai sesuai dengan metode yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
pencapaian hasil. Dengan kata lin pengawas dalam hal ini harus berusaha
agar pegawai mampu menggunakan metode atau cara kerja yang paling
tepat, guna memperoleh hasil kerja yang maksimal.
3. Bahan, Alat dan Uang
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui jumlah, jenis dan harga
bahan atau alat yang dipergunakan oleh pegawai untuk menghasilkan
sesuatu. Dalam hal ini peranan pengawas dibutuhkan untuk selalu
berusaha agar alat, bahan dan uang digunakan secara minimal tetapi
4. Fikiran
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui berat ringanya pekerjaan
dengan menggunakan tenaga fikiran pegawai. Pekerjaan dapat dikatakan
tidak efisien jika diselesaikan dengan cara berfikir yang berbelit-belit,
padahal sebenarnya dapat diselesaikan dengan cara berfikir yang
sederhana dengan hasil kerja yang sama.
5. Waktu
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui lamanya atau jangka
waktu yang digunakan pegawai untuk menghasilkan sesuatu. Semakin
hemat penggunaan waktu dengan beroleh hasil yang maksimal berarti
semakin tinggi efisiensi kerja.
Sebagai seorang pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pekerjaan pegawai hendaknya juga memberikan nilai atau penghargaan,
karena sebagai manusia para pegawai juga butuh perhatian dan rasa ingin
dihargai yang tidak berlebihan tetapi sesuai dengan hasil kerjanya. Dalam hal
ini berarti seorang pengawas senantisia harus bersikap tegas artinya pengawas
harus berani memberikan teguran atas kesalahan atau kekurangan yang
diperbuat oleh pegawai. Tenguran tersebut tentunya bertujuan untuk mendidik
agar pegawai tersebut tidak mengulangi kesalahan atau kekurangan yang sama
dikemudian hari nantinya. Pengawas juga harus Siap untuk menerima
pengaduan dan gagasan yang bersifat membangun dalam usha pencapai tujuan
Dari uraian-uraian diatas jelaslah bahwa pengawasan sangat
berpengaruh terhadap efisiensi kerja pegawai.
1.5.8. Kerangka Konsep
Untuk mendapatkan batasan maupun defenisi yang jelas dari
masing-masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari
beberapa konsep yang digunakan yaitu :
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan keseluruhan rangkaian tindakan kegiatan
atau usaha untuk mengawasi dan mengendalikan pegawai serta
unit/organisasi kerjanya secara terus menerus demi tercapainya tujuan
secara efisien sesuai dengan program/rencana dan ketentuan yang berlaku.
Dimana dalam penelitian ini pengawasan dilaksnakan oleh pimpinan
(Kepala Bappeda) kepada para pegawai yang bekerja pada bappeda
Kabupaten Toba Samosir.
2. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan tingkat keberhasilan pegawai dalam
mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya dan dana sehemat
mungkin serta perwujudan dari cara-cara bekerja pegawai yang dapat
1.5.9. Defenisi Operasional
Terdapat ada dua variabel yang perlu dijelaskan dalam penelitian tentang
Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Pegawai, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat:
1. Variabel bebas (Independent Variable).
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengawasan dengan indikator sebagai berikut :
1) Pemantauan yaitu melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh para bawahan serta mengadakan pemantauan langsung
atau pengamatan terhadap cara kerja dan proses kerja bawahan secara
terus menerus.
2) Pemeriksaan yaitu segala kegiatan dalam rangka pelaksanaan
pengawasan melalui pengamatan, pencatatan dan penelaahan secara
cermat cara kerja pegawai agar berjalan sesuai dengan aturan-aturan
yang telah ditetapkan.
3) pengarahan yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam
memberikan saran terhadap pelaksanaan pekerjaan.
4) Tindakan Koreksi yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penimpangan-penyimpangan
tugas yang dilakukan oleh bawahan.
2. Variabel terikat.
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah efisiensi
1) Segi Usaha, yakni meliputi;
- Mutu dan kualitas yaitu tingkat keberhasilan pegawai dalam
pencapaian tujuan pekerjaan dengan hasil yang maksimal.
- Penghematan waktu yaitu tingkat keberhasilan pegawai dalam
pencapaian tujuan pekerjaan dengan pemanfaatan waktu terbatas untuk
pencapaian hasil yang maksimal.
- Ekonomis/Hemat biaya yaitu tingkat keberhasilan pegawai dalam
pencapaian tujuan pekerjaan dengan pemanfaatan biaya yang terbatas
untuk hasil yang maksimal.
- Metode kerja yaitu Cara kerja yang sederhana dan mudah dengan
mamanfaatkan sumberdaya fisik dan keterampilan kerja.
2) Segi Hasil, yakni mencakup;
- Prestasi kerja yang dihasilkan yaitu usaha yang diperlukan untuk
mencapai prestasi kerja yang memuaskan.
- Target penyelesaian tugas yaitu usaha yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu.
- Memenuhi pekerjaan sesuai dengan biaya yang ditetapkan usaha
yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan dengan biaya yang
terbatas.
- Prosedur pekerjaan yaitu langkah-langkah yang di tetapkan dalam
melakukan pekerjaan
- Kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu tindakan-tindakan
1.5.10. Hipotesa
Hipotesa dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang berdifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. (Arikunto, Suharsimi, 1996:67)
Adapun hipotesa yang dipergunakan dalam penelitian meliputi 2
bagian yakni :
1. Hipotesis Pertama
Ha : Pengawasan berkorelasi positif dan signifikan terhadap efisiensi
kerja.
Ho : Pengawasan tidak berkorelasi positif dan signifikan terhadap efisiensi
kerja.
2. Hipotesis Kedua
Ha : Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi
kerja.
Ho : Pengawasan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
1.5.11. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian merupakan gambaran yang sederhana
tentang penelitian yang dilakukan khususnya dalam upaya memberikan
gambaran tentang hubungan antara variabel-variabel yang diteliti baik antara
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dengan demikian kerangka
[image:43.612.138.504.263.415.2]pemikiran tersebut dapat dijelaskan melalui gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan :
: Variabel Penelitian
: Indikator Variabel Penelitian
Variabel pengawasan memiliki hubungan secara linier terhadap variabel
efisiensi kerja. Dalam kerangka ini penulis membatasi arah determinasi
variabel X terhadap variabel Y tidak berlaku resiproksitas ataupun simultan.
Artinya determinasi yang dilihat yaitu X terhadap Y tidak berlaku
sebaliknya.
Variabel X Pengawasan
Variabel Y Efisiensi
1) Pemantauan 2) Pemeriksaan 3) Pengarahan 4) Koreksi
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rumus dan angka-angka statistik untuk membantu menganalisa
data dan fakta yang diperoleh dari responden.
2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang pelaksanaan pengawasan terhadap efesiensi kerja
pegawai ini dilakukan pada Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir.
2.3. Populasi dan Sampel
Di dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai di
kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir yang berjumlah 75 orang. Dengan
demikian populasi tersebut merupakan jumlah yang dapat diketahui sehingga
selanjutnya penulis mengambil ketetapan mengenai metode penarikan sampel
yang digunakan yakni Stratified Random Sampling. Adapun pemilihan metode
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa adanya homogenitas populasi
tersebut. Pengambilan sampel penelitian secara berstrata tersebut dapat
Tabel. 2.1
Teknik Penentuan/ Pengambilan Sampel Penelitian
No. Strata Penentuan Jumlah Sampel
1. Top Level (Kepala serta
pemegang jabatan Fungsional)
10
2. Middle (Sub Bidang) 10 3. Lower (Staf) 10
Jumlah Sampel (n) 30
Sumber : Penelitian Tahun 2008
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
pengumpulan data primer dan data sekunder yakni :
1. Pengumpulan data primer.
Pengumpulan data, dimana peneliti turun langsung kerja lokasi penelitian
untuk memperoleh data dan fakta yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara :
1) Observasi langsung, yakni dengan mengadakan pengamatan lansung dari
objek penelitian sekaligus mencatat hal-hal yang dianggap relevan dengan
permasalahan penelitian
2) Penyebaran kuesioner yaitu memberikan angket lepada responden, dan
menyajikan beberapa alternatif jawaban yang sudah tersedia mengenai
indikator-indikator yang di tetapkan.
3) Wawancara dengan responden. Mengadakan tanya jawab lepada
responden yang dianggap mengetahui permasalahan penelitian secara
2. Pengumpulan data sekunder.
Penelitian dilakukan melalui penelaahan bahan-bahan tertulis terdiri
dari buku-buku referensi, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan,
peraturan pemerintah, dokumen yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
2.5. Teknik Penentuan Skor
Teknik penentuan skor yang digunakan berisikan skala ordinal, yaitu
ukuran yang diberikan pada objek pengamatan maupun pengertian tingkatan dari
yang terendah sampai yang tertinggi. Penentuan skor ini didasarkan
sebagaimana yang dinamakan dengan Likert’s Summated Ratings (LSR).
Melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan kepada
responden, maka ditentukan skor dari setiap alternatif jawaban pertanyaan
sebagai berikut :
1) Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5
2) Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4
3) Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3
4) Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2
2.6. Teknik Analisa Data
1. Koefisien Korelasi
Teknik analisa data yang digunakan penulis sesuai dengan metode
korelasional adalah teknik analisa kuantitatif, yaitu digunakan untuk menguji
hubungan variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) melalui data yang
didapat dari kuesioner yang disebarkan dengan menggunakan perhitungan
statistik.
Adapun perhitungan statistik adalah rumus koefisien korelasi product
moment sebagai berikut :
( )( )
( )
{
∑
∑
−∑
}
∑
{
∑
∑
−( )
∑
}
− = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X Y X N rxy Keterangan :r = koefisisen korelasi X = variabel bebas Y = variabel terikat
N = jumlah sampel ( Saharsimi Arikunto, 2000:14 )
Untuk melihat hubungan kedua variabel diatas maka dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1) Nilai r positif menunjukkan hubungan antara variabel-variabel positif,
artinya kenaikan nilai variabel x diikuti oleh kenaikan nilai variabel y.
2) Nilai r negatif menunjukkan hubungan antara variabel-variabel negatif,
artinya apabila variabel x naik diikuti dengan turunnya nilai variabel
3) Nilai variabel sama dengan nol menunjukkan bahwa variabel-variabel
tersebut tidak memiliki hubungan.
Untuk mengetahui adanya hubunan atau tinggi rendahnya tingkat
hubungan kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan
penafsiran atau interpretasi dilihat dari angka-angka, dan Sugiyono
(1994:149) menyatakan sebagai berikut :
Tabel 2.2
Klasifikasi Kooefisien Korelasi berdasarkan Interpretasinya
Koefisien Korelasi Interpretasi
Antara 0,800 – 1,00 Antara 0,600 – 0,799 Antara 0,400 – 0,599 Antara 0,200 – 0,399 Antara 0,000 – 0,199
Sangat kuat Kuat Sedang Rendah
Sangat rendah (tidak berkorelasi)
Dengan nilai r yang kita peroleh, dapat kita lihat secara langsung
melalui tabel korelasi, untuk menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut
signifikan atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang
signifikan, artinya hipotesis kerja atau sering disebut dengan hipotesis
alternatif dapat diterima.
2. Uji Signifikansi
Uji signifikansi yang dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis
diterima atau ditolak. Uji signifikan yang dilakukan terhadap hipotesis nihil
yang mengatakan: “Tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y”.
t_tabel), dan diterima bila harga t_hitung lebih kecil dari harga t_tabel
(t_hitung < t_tabel). Rumus yang digunakan adalah:
( )
2 12 _
r n r hitung t
− − =
Kriteria pengujian hipotesis:
1) jika t_hitung ≥ t_tabel maka Ha = ρ≠ 0, maka Ha diterima.
2) jika t_hitung ≤ t_tabel maka Ho = ρ≠ 0, maka Ho diterima
( Sutrisno Hadi, 2001:365 )
3. Koefisien Determinasi
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui berapa persen pengaruh
ariabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment .
D = ( rxy )2 x 100 %
Keterangan :
D = Koefisien determinasi
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum
Kabupaten Toba Samosir merupakan Kabupaten yang dimekarkan dari
Kabupaten Tapanuli Utara yang dibentuk dengan UU Nomor 12 tahun 1998
Tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal, Diresmikan Tanggal 9 Maret
1999 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia sekaligus melantik Pejabat
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Toba Samosir.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 14
Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Toba Samosir, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
adalah merupakan organisasi teknis yang membantu Kepala Daerah dalam
menyusun program-program rencana kerja pemerintah daerah dan menampung
aspirasi yang bersumber dari berbagai tingkatan dalam masyarakat.
3.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi, dan Kebijakan
1. Visi :
2. Misi :
1) Meningkatkan Sumber Daya manusia Perencana Profesional;
2) Memenuhi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perencanaan Yang Sesuai
dengan Perkembangan Teknologi;
3) Menyiapkan Perencanaan Pembangunan Daerah;
4) Melakukan Penelitian dan Pengembangan untuk Bahan Perencanaan;
5) Mendorong Peningkatan Penanaman Modal di Daerah.
3. Tujuan :
1) Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan yang sesuai dengan
kebutuhan daerah;
2) Menyediakan data hasil studi untuk mendukung perencanaan;
3) Meningkatkan investasi di daerah;
4) Meningkatkan kualitas SDM Perencana;
5) Meningkatkan kapasitas lembaga perencanaan.
4. Sasaran :
1) Tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan yang sesuai dengan
kebutuhan daerah;
2) Tersedianya data hasil studi untuk mendukung perencanaan;
3) Meningkatkan investasi di daerah;
4) Meningkatkan kualitas SDM perencana;
5. Strategi
1) Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan peran serta masyarakat
dalam perencanaan pembangunan;
2) Menyediakan data base dan mengkaji dokumen perencanaan daerah;
3) Menyediakan data dan peta potensi daerah dengan pelayanan satu
pintu (one stop service);
4) Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan SDM perencana;
5) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung perencanaan.
6. Kebijakan
1) Melakukan perencanaan yang efesien, efektif dan aplikatif sesuai
degan kebutuhan daerah;
2) Melakukan servey, pengkajian dan penelitian yang tepat waktu;
3) Menyiapkan informasi investasi yang akurat serta peningkatan
pelayanan investasi;
4) Menyiapkan SDM perencana yang berkualitas;
3.1.2. Tugas Pokok Dan Fungsi Bappeda
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 1
Tahun 2005 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Toba
Samosir Nomor 14 Tahun 2004 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Toba Samosir maka Tugas Pokok dan
uraian Tugas Jabatan di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
Membantu Bupati dalam melaksanakan tugas di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
2. Fungsi
1) Menyusun Rencana Pembangunan jangka panjang, menengah dan
tahunan daerah;
2) Menyusun Program Tahunan sebagai pelaksanaan rencana-rencana
jangka panjang, menengah dan tahunan daerah yang dibiayai oleh
daerah sendiri ataupum yang diusulkan ke Pemerintah Propinsi untuk
dimasukkan kedalam program tahunan Nasional;
3) Mengkoordinasikan perencanaan diantara Dinas-dinas Daerah, satuan
organisasi lain dalam lingkungan Pemerintahan Daerah,
Kecamatan-kecamatan dan Badan-badan lain yang ada di Daerah;
4) Mengkoordinasikan penelitian untuk kepentingan Perencanaan
5) Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan rencana
Pembangunan untuk penyempurnaan perencanaan lebih lanjut;
6) Memonitor pelaksanaan pembangunan;
7) Menyusun rencana-rencana penanaman modal daerah yang dalam
garis besarnya berisikan tujuan, susunan prioritas strategi dan promosi
penanaman modal;
8) Melakukan koordinasi dengan satuan organisasi di daerah dalam
rangka penyelesaian perizinan yang berhubungan dengan pelaksanaan
penanaman modal;
9) Mengawasi persiapan dan perkembangan pelaksanaan penanaman
modal di daerah untuk kepentingan penilaian baik tentang laju
pelaksanaan maupun tentang penyesuaian yang diperlukan didalam
proyek;
10)Mengadakan penilaian mengenai permasalahan dan sumber-sumber
potensi secara menyeluruh untuk kepentingan perencanaan penanaman
modal;
11)Melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan;
12)Melakukan urusan tata usaha;
13)Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang
tugasnya;
3.1.3 Tupoksi Kepala Bappeda
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai Tugas
Pokok membantu Walikota di bidang perencanaan pembangunan daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah mempunyai Fungsi :
a. Perumusan penetapan kinerja aparatur.
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan
daerah.
c. Penunjang penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
Uraian Tugas :
1) Menyusun dan menyiapkan konsep program kerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
2) Mempelajari dan menjabarkan petunjuk dan disposisi Bupati guna
menunjang kelancaran tugas.
3) Mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan, petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
4) Mengkaji dan mengembangkan teknik dan metode pelaksanaan tugas di
bidang perencanaan pembangunan daerah.
penyusunan langkah-langkah kerja penyelenggaraan, pelaksanaan,
pembinaan, pengawasan dan evaluasi tugas di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
6) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
7) Melaksanakan tugas sesuai program kerja yang telah ditetapkan meliputi:
- Merumuskan kebijakan teknis dibidang perencanaan.
- Melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
- Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis terhadap
pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.
- Melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
- Melakukan evaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pada Bupati.
8) Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan
tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah serta menyiapkan bahan
petunjuk pemecahannya.
9) Melaksanakan pengawasan yang meliputi pembinaan, pengendalian dan
evaluasi terhadap kinerja pegawai.
10) Menyusun deskripsi tugas bagi bawahan.
12) Melaksanakan pengawasan melekat dalam rangka pembinaan dan
penilaian terhadap bawahan guna peningkatan kinerja.
13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati berkaitan dengan bidang
tugasnya.
3.2. Susunan Organisasi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nmor 14
Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Toba Samosir, yang terdiri dari :
1. Kepala Badan.
2. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
1) Subbag Umum dan Perlengkapan;
2) Subbag Keuangan dan Kepegawaian.
3. Bagian Ekonomi, Sosial Budaya dan Penanaman Modal, terdiri dari :
1) Subbid Ekonomi dan Penanaman Modal;
2) Subbid Sosial Budaya
4. Bidang Fisik dan Prasarana, terdiri dari :
1) Subbid PU Kimpraswil dan Perhubungan;
2) Subbid Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lingkungan
5. Bidang Penelitian, Pengembangan, Evaluasi dan Pelaporan, terdiri dari :
2) Subbid Evaluasi dan Pelaporan.
[image:58.612.112.528.164.584.2]6. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 3.1
Bagan Struktur Organisasi Bappeda Kab. Tobasa
KEPALA BAPPEDA
Bagian Tata Usaha Kelompok Jabatan
Fungsional
Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
Bidang Ekonomi, Sosbud dan Penanaman Modal
Sub Bagian Umum dan Perlengkapam
Sub Bidang Ekonomi, Sosbud dan Penanaman
Modal
Bidang Fisik dan Prasarana
Sub Bidang PU, KIMPRASWIL dan
Perhubungan
Bidang LITBANG, Evaluasi dan Pelaporan
Sub Bidang LITBANG
Sub Bidang Sosial Budaya
Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan Sub Bidang
3.3.Pelaksanaan Pengawasan di lingkungan bappeda kabupaten Tobasa
Struktur organisasi bappeda Kabupaten Toba Samosir juga
dilaksanakan selayaknya hierarki organisasi pada umumnya. Dengan kata lain
aktifitas ataupun pelaksanaan fungsi pengawasan yang meliputi pemantauan,
pemeriksaan, pengarahan dan koreksi senantiasa dilakukan oleh struktur yang
secara hierarki terletak lebih tinggi daripada struktur dibawahnya. Misalkan
saja kepada badan senantiasa mengawasi struktur organisasi yang secara
hierarki yang ada lebih rendah darinya seperti kelompok jabatan fungsional,
bagian tata usaha dan bidang-bidang yang ada. Demikian halnya yang
terlaksana pada struktur yang lebih rendah daripadanya.
Untuk konteks Bappeda Kabupaten Samosir adapun metoda atau
teknik pengawasan yang dilaksanakan lebih cenderung menjalankan kedua
metoda pengawasan tersebut yaitu secara pengawasan formal dan pengawasan
informal. Adapun acuan berpikir terhadap penggabungan dua metoda
pengawasan ini adalah untuk menciptakan suatu suasana yang formal namun
tidak terlalu kaku dan tetap mengutamakan hubungan emosional sehingga
diharapkan pengawasan yang dilaksanakan bukan merupakan suatu
momok/beban bagi para pegawai. Dengan pelaksanaaan metoda pengawasan
ini diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya para pegawai
betul-betul melaksanakannya berdasarkan kesadaran dan rasa tanggungjawab