• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rhodamin B Pada Jajanan Anak-anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Tiga Lingga Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Rhodamin B Pada Jajanan Anak-anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Tiga Lingga Kabupaten Dairi"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RHODAMIN B

PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh:

M.D. YES OLO LINGGA

NIM 060824032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS RHODAMIN B

PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

M.D. YES OLO LINGGA

NIM 060824032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS RHODAMIN B

PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

Oleh:

M.D. YES OLO LINGGA

NIM 060824032

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Juni 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Masria Lasma Tambunan, Msi., Apt. Prof. Dr. rer.nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt.

NIP 195005081977022001 NIP 195306191983031001

Pembimbing II, Dra. Masria Lasma Tambunan, Msi., Apt.

NIP 195005081977022001

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. Drs. Muchlisyam, MSi., Apt. NIP 195006071979031001 NIP 195006221980021001

Dra. Fat Aminah, MSc., Apt. NIP 195011171980022001 Dekan,

(4)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan kasih

setia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan dan kesabaran, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini untuk

memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Analisis Rhodamin B Pada Jajanan

Anak-anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Tiga Lingga Kabupaten Dairi”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pada

jajanan anak-anak sekolah dasar menggunakan zat pewarna Rhodamin B dan

kadar Rhodamin B yang terdapat pada jajanan anak-anak sekolah dasar. Melalui

penelitian ini diketahui bahwa pada sampel kembang gula dan kerupuk

mengandung Rhodamin B yang masih digunakan sebagai pewarna. Rhodamin B

dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi

pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati.

Ucapan terima kasih yang tulus tiada terhingga kepada Ayahanda (Alm)

dan Ibunda yang tercinta, serta kepada abang dan kakak ku atas doa, perhatian,

dan dorongan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan hingga

selesainya skripsi ini.

(5)

disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof.

Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan fasilitas sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan juga kepada Bapak Drs. Rasmadin

Mukhtar, MS., Apt., selaku dosen wali yang telah membimbing penulis selama

masa pendidikan, serta kepada semua teman-teman Farmasi Ekstensi stambuk

2006 tanpa terkecuali, teman-teman NHKBP Padang Bulan, dan tak lupa pula

kepada teman seperjuangan dari seluruh jurusan dan adik-adik yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik pada saat

kuliah maupun dalam proses penelitian hingga selesainya penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Medan, Juni 2011

Penulis,

(6)

ANALISIS RHODAMIN B

PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

ABSTRAK

Walaupun Rhodamin B dilarang digunakan di dalam makanan dan

minuman, tetapi ternyata masih ditemukan di dalam beberapa produk makanan

dan minuman seperti kembang gula, dan kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah

untuk melakukan pemeriksaan dan penetapan kadar rhodamin B didalam jajanan

anak-anak Sekolah Dasar di kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi.

Pemeriksaan kualitatif Rhodamin B dilakukan dengan kromatografi kertas

(KKt) dan spektrofotometer sinar tampak. Secara kromatografi kertas (KKt)

menggunakan pengembang butanol, asam asetat glasial dan aquades (40:10:24)

yang menghasilkan noda bewarna merah muda jika dilihat secara visual dan

memberikan fluoresensi kuning jika dilihat dibawah sinar UV 254nm. Secara

spektrofotometer sinar tampak diukur serapan maksimumnya pada panjang

gelombang 450-750nm. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar

tampak pada panjang gelombang 557nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8,82% sampel yang diperiksa

ternyata mengandung Rhodamin B (tiga dari tiga puluh empat sampel). Kadar

Rhodamin B pada sampel yang diperiksa adalah 6,3479 mcg/g untuk sampel

kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga, 5,8036 mcg/g untuk sampel

kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil dan 2,3958 mcg/g untuk sampel

kerupuk bulat kecil dari SDN 030320 Lau pangguh. Dari penelitian ini diketahui

masih terdapatnya penggunaan Rhodamin B dalam jajanan anak-anak sekolah

dasar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi.

(7)

THE ANALYSIS OF RHODAMIN B IN ELEMENTARY SCHOOL KIDS’

SNACK IN SOUTH DAIRI DISTRICT AREA

ABSTRACT

Although the use of Rhodamin B used in the food and drink already

banned, but it is still found in some food and beverage products such as sugar and

crackers. The objective of this research is to examine and quantitative analysis

Rhodamin B in Elementary School kids’ snack around the area Tiga lingga South

Dairi District.

The Qualitative identification of Rhodamin B have been done with Paper

Chromatography (KKt) and visible Spectrophotometer. In Paper Chromatography

(KKt) using developer butanol, glacial acetic acid and aquades (40:10:24). It has

been given the pink bold if it seen visually and given yellow fluorescence if seen

in UV spectrum 254nm. In visible spectrophotometer is measured at its maximum

absorption wavelength 450-750nm. Quantitative analysis was be done by visible

spectrophotometry maximum wavelength 557nm.

The results of the research show that 8,82% out of the analysis samples

contain Rhodamin B (3 samples out of 34). Rhodamin B levels in the samples

examined was 6,3479 mcg/g for cotton candy from SDN 030307 Tiga lingga,

5,8036 mcg/g for rectangular crackers from SDN 030311 Laumil and 2,3958

mcg/g for round Crackers from SDN 030320 Lau pangguh. From this research

that known Rhodamin B is still done in Elementary School kids’ snacks in Tiga

lingga South Dairi district area.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Hipotesis ...3

1.4 Tujuan Penelitian ...4

BAB II TINJAUANPUSTAKA ...5

2.1 Makanan Jajanan ...5

2.2 Bahan Tambahan Pangan ...5

2.3 Bahan Pewarna ...6

2.4 Rhodamin B ...9

2.5 Pemeriksaan Analisa Kualitatif dan Kuantitatif ...10

2.5.1 Kromatografi Kertas ...10

2.5.2 Metode Spektrofotometri Sinar Tampak ...10

2.6 Validasi Metode Analisis ...13

2.6.1 Kecermatan ...13

2.6.2 Keseksamaan ...14

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...15

3.1 Alat-alat dan Bahan-bahan yang digunakan ...15

3.2 Sampel ...15

3.3 Pembuatan Pereaksi ...16

3.4 Prosedur Kerja ...16

3.4.1 Analisa Kualitatif Rhodamin B ...16

3.4.1.1 Spektrofotometri Sinar Tampak ...16

3.4.1.2 Kromatografi Kertas ...17

3.4.2 Analisa Kuantitatif Rhodamin B ...18

3.4.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Rhodamin B ...19

3.4.2.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ...19

3.4.2.3 Penentuan Waktu Kerja Larutan Rhodamin B ...19

3.4.2.4 Penentuan Kurva Kalibrasi ...19

3.4.2.5 Penetapan Kadar Rhodamin B pada Sampel ...20

3.5 Uji Validasi Metode Analisis ...20

3.5.1 Penentuan Uji Perolehan Kembali ...20

3.5.2 Uji Ketelitian ...21

3.5.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ...21

3.6 Analisa Data Secara Statistik ...22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...23

4.1 Pemeriksaan Kualitatif Rhodamin B pada Sampel ...23

4.2 Penetapan Kadar ...29

4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum Larutan Rhodamin B ...29

4.2.2 Kurva Waktu Kerja Larutan Rhodamin B ...29

4.2.3 Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B ...29

4.2.4 Kadar Rhodamin B pada Sampel ...30

4.3 Uji Validasi Metode Analisis ...31

(10)

5.1 Kesimpulan ...33

5.2 Saran ...33

DAFTAR PUSTAKA ...34

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bahan Pewarna Sintesis yang diizinkan di Indonesia ...8

Tabel 2. Zat warna Alami bagi Makanan dan Minuman yang Dijinkan di

Indonesia ...8

Tabel 3. Bahan Pewarna Sintetis yang dilarang di Indonesia ...8

Tabel 4. Hasil pemeriksaan kualitatif Rhodamin B pada sampel dengan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus Bangun Rhodamin B ...9

Gambar 2. Kromatogram Hasil Uji Kualitatif Rhodamin B pada sampel ...26

Gambar 3. A adalah kurva serapan baku pembanding Rhodamin B (λ

maks

557 nm),

yaitu kurva serapan kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga (λ

maks

557 nm), yaitu kurva serapan kerupuk dari SDN 030311 Laumil (λ

maks

557 nm) dan D yaitu kurva serapan kerupuk dari SDN 030320 Lau

Pangguh (λ

maks

556,5 in) ...28

Gambar 4. Kurva kalibrasi Larutan Rhodamin B secara Spektrofotometri sinar

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Pengukuran Harga Rf ...36

Lampiran 2. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Rhodamin B ...37

Lampiran 3. Data Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B pada Panjang gelombang

557 nm ...38

Lampiran 4 Perhitungan Persamaan Regresi ...39

Lampiran 5 Contoh Perhitungan Kadar Rhodamin B pada Sampel ...40

Lampiran 6. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Rhodamin B

dalam kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga ...41

Lampiran 7. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Rhodamin B

dalam kerupuk dari SDN 030311 Laumil ...44

Lampiran 8. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Rhodamin B

dalam kerupuk dari SDN 030320 Lau pangguh ...47

Lampiran 9. Hasil Analisa Kadar Rhodamin dalam Sampel ...49

Lampiran 10. Perhitungan Perolehan Kembali (%) Kadar Rhodamin B

Sampel ... …..50

Lampiran 11. Perhitungan RSD ...51

Lampiran 12. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ...52

Lampiran 13. Surat Sertifikasi Bahan Baku POM ...53

Lampiran 14. Kromatogram Hasil Uji Kualitatif Rhodamin B yang positif dalam

sampel secara visual dan di bawah sinar UV 254 nm ...54

Lampiran 15. Kromatogram Hasil Uji Kualitatif Rhodamin B yang negatif dalam

sampel secara visual dan di bawah sinar UV 254 nm ...55

Lampiran 16. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding dan Sampel Secara Spektrofotometri Sinar

Tampak ... …..56

Lampiran 17. Sampel ... …..60

(14)
(15)

ANALISIS RHODAMIN B

PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

ABSTRAK

Walaupun Rhodamin B dilarang digunakan di dalam makanan dan

minuman, tetapi ternyata masih ditemukan di dalam beberapa produk makanan

dan minuman seperti kembang gula, dan kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah

untuk melakukan pemeriksaan dan penetapan kadar rhodamin B didalam jajanan

anak-anak Sekolah Dasar di kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi.

Pemeriksaan kualitatif Rhodamin B dilakukan dengan kromatografi kertas

(KKt) dan spektrofotometer sinar tampak. Secara kromatografi kertas (KKt)

menggunakan pengembang butanol, asam asetat glasial dan aquades (40:10:24)

yang menghasilkan noda bewarna merah muda jika dilihat secara visual dan

memberikan fluoresensi kuning jika dilihat dibawah sinar UV 254nm. Secara

spektrofotometer sinar tampak diukur serapan maksimumnya pada panjang

gelombang 450-750nm. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar

tampak pada panjang gelombang 557nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8,82% sampel yang diperiksa

ternyata mengandung Rhodamin B (tiga dari tiga puluh empat sampel). Kadar

Rhodamin B pada sampel yang diperiksa adalah 6,3479 mcg/g untuk sampel

kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga, 5,8036 mcg/g untuk sampel

kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil dan 2,3958 mcg/g untuk sampel

kerupuk bulat kecil dari SDN 030320 Lau pangguh. Dari penelitian ini diketahui

masih terdapatnya penggunaan Rhodamin B dalam jajanan anak-anak sekolah

dasar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi.

(16)

THE ANALYSIS OF RHODAMIN B IN ELEMENTARY SCHOOL KIDS’

SNACK IN SOUTH DAIRI DISTRICT AREA

ABSTRACT

Although the use of Rhodamin B used in the food and drink already

banned, but it is still found in some food and beverage products such as sugar and

crackers. The objective of this research is to examine and quantitative analysis

Rhodamin B in Elementary School kids’ snack around the area Tiga lingga South

Dairi District.

The Qualitative identification of Rhodamin B have been done with Paper

Chromatography (KKt) and visible Spectrophotometer. In Paper Chromatography

(KKt) using developer butanol, glacial acetic acid and aquades (40:10:24). It has

been given the pink bold if it seen visually and given yellow fluorescence if seen

in UV spectrum 254nm. In visible spectrophotometer is measured at its maximum

absorption wavelength 450-750nm. Quantitative analysis was be done by visible

spectrophotometry maximum wavelength 557nm.

The results of the research show that 8,82% out of the analysis samples

contain Rhodamin B (3 samples out of 34). Rhodamin B levels in the samples

examined was 6,3479 mcg/g for cotton candy from SDN 030307 Tiga lingga,

5,8036 mcg/g for rectangular crackers from SDN 030311 Laumil and 2,3958

mcg/g for round Crackers from SDN 030320 Lau pangguh. From this research

that known Rhodamin B is still done in Elementary School kids’ snacks in Tiga

lingga South Dairi district area.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan elemen penting bagi tubuh manusia. Hal ini

disebabkan karena makanan memberikan energi dan tenaga bagi tubuh untuk

melakukan kerja. Tentu saja, bisa memakan makanan yang sehat menjadi harapan

setiap manusia karena asupan gizi yang cukup, memberikan energi yang maksimal

pula bagi tubuh. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika kita mau mendisiplinkan

diri untuk hidup sehat serta mengatur pola makan yang baik demi kesehatan tubuh

kita.

Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam industri

makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan tersebut, sehingga

konsumen tergugah untuk membelinya. Warna seperti halnya cita rasa, juga

merupakan suatu pelengkap daya tarik makanan dan minuman. Penambahan zat

warna dalam makanan dan minuman mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap selera dan daya tarik konsumen (Syaifuddin, 2009).

(18)

biasanya berwarna lebih terang dan ditemukan pada makanan dan minuman

jajanan anak Sekolah Dasar (SD) (Mudjajanto, 2009).

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai

pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.28, Tahun 2004, Rhodamin

B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam

produk-produk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi

kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan

hati (Judarwanto, 2009). Zat warna Rhodamin B walaupun telah dilarang

penggunaannya ternyata masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat

warna Rhodamin B untuk produknya (Cahyadi, 2008).

Timbulnya penyalahgunaan disebabkan karena harga zat pewarna untuk

pangan lebih mahal jika dibandingkan dengan zat pewarna tekstil dan kulit,

biasanya warna dari zat pewarna tekstil dan kulit lebih menarik. Pemberian zat

pewarna berbahaya dalam bahan makanan dan minuman juga disebabkan karena

ketidaktahuan tentang zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak

diperbolehkan untuk ditambahkan pada makanan. Masyarakat kurang mengetahui

bahwa pewarna tekstil yang digunakan dalam makanan dapat menimbulkan

gangguan kesehatan tubuh yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan

penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia (Judarwanto, 2009).

(19)

Batu menunjukkan hasil 10,117% jajanan anak sekolah mengandung Rhodamin B dengan kadar 50,5181 mcg/g.

Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah Rhodamin B terdapat pada makanan dan minuman yang memiliki warna merah yaitu saus, kerupuk, kembang gula, permen, es, dan minuman kemasan. Analisis yang dilakukan yaitu identifikasi dengan Kromatografi Kertas (KKt) dan Spektrofotometri sinar tampak sedangkan penetapan kadar dilakukan dengan Spektrofotometri sinar tampak.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah Rhodamin B digunakan sebagai pewarna pada jajanan anak-anak Sekolah Dasar yang beredar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi?

2. Berapakah kadar Rhodamin B yang terdapat dalam jajanan anak-anak Sekolah Dasar tersebut?

1.3 Hipotesis

1. jajanan anak-anak Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi masih mengandung zat pewarna Rhodamin B.

2. Rhodamin B yang terdapat dalam jajanan anak-anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi terdapat dalam jumlah tertentu.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Membuktikan ada tidaknya Rhodamin B sebagai pewarna pada jajanan anak-anak Sekolah Dasar yang beredar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Jajanan

Kebutuhan makan anak-anak sekolah dasar perlu mendapat perhatian karena anak-anak mulai mempunyai kesibukan-kesibukan dengan pelajaran di sekolah dan di sekitar lingkungan sosialnya. Minat makan anak-anak sangat dipengaruhi oleh emosinya. Oleh karenanya faktor kebiasaan makan dan pengetahuan tentang gizi untuk membina kesehatannya perlu dimiliki. Dengan demikian anak-anak dapat memilih makanan yang tepat untuk dimakan, andaikata ia harus membeli makanan atau “jajan” untuk memenuhi kebutuhannya (Poedjiadi, 1994).

Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut. Dari beberapa jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah ditemukan adanya mengandung Bahan Tambahan Pangan seperti pewarna (Judarwanto, 2009).

2.2 Bahan Tambahan Makanan

Bahan tambahan makanan secara definitif dapat diartikan sebagai bahan yang

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

bentuk, cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa simpan. Salah satu bahan

(21)

1980). Keberadaan BTM ini membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih

menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam

jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan (Khomsan, 2003).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk kedalamnya adalah pewarna (Winarno, 1997). Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila, tidak digunakan untuk menyembunyikan atau menutupi penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan serta tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan (BPOM, 2003).

2.3 Bahan Pewarna

Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang sangat penting. Warna merupakan kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, warna juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan, 1997).

Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi

warna pada suatu objek (Fessenden & Fessenden, 1999). Penentuan mutu bahan

makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita

rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya, disamping itu ada faktor lain, misalnya sifat

mikrobiologis, tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor

warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan yang

(22)

warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna

yang seharusnya (Winarno, 1997).

Zat pewarna makanan sering kali menimbulkan masalah kesehatan, terutama dalam penyalahgunaan pemakaiannya. Betapa tidak, zat warna untuk tekstil dan kulit terkadang dipakai untuk mewarnai makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut (Winarno, 1997).

Penambahan bahan pewarna pangan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan (BPOM, 2003).

Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok yaitu certified color dan uncertified color. Certified color merupakan zat pewarna sintetik yang diijinkan penggunaannya dalam makanan (Tabel 1). Uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami (Tabel 2) (Winarno, 1997). Beberapa zat pewarna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam makanan (Tabel 3).

(23)

Tabel 1. Bahan Pewarna Sintesis yang diizinkan di Indonesia

Warna Nama

Nomor Indeks Nama

Merah Carmoisine 14720

Merah Amaranth 16185

Merah Erythrosium 45430

Oranye Sunsetyellow FCF 15985

Kuning Tartrazine 19140

Kuning Quineline yellow 47005

Hijau Fast green FCF 42053

Biru Brilliant blue FCF 42090

Biru Indigocarmine (indigotine ) 42090

Ungu Violet GB 42640

Sumber: Winarno (1997).

Tabel 2. Zat Pewarna Alami bagi Makanan dan Minuman yang diijinkan di Indonesia

Warna Nama

Nomor Indeks Nama

Merah Alkanat 75520

Merah Cochineal red ( karmin ) 75470

Kuning Annato 75120

Kuning Karoten 75130

Kuning Kurkumin 75300

Kuning Safron 75100

(24)

Biru Ultramarin -

Coklat Karamel 77007

Hitam Carbon black 77266

Hitam Besi oksida 77499

Putih Titanium dioksida 77891

Sumber: Winarno (1997).

Tabel 3. Bahan Pewarna Sintetis yang dilarang di Indonesia

Nama

Nomor Indeks Nama

Citrus Red No. 2 12156

Ponceau 3R (Red G) 16155

Ponceau SX ( Food Red No. 1) 14700

Rhodamin B ( Food Red No. 15) 45170

Guinea Green B (Acid Green No. 3) 42085

Magenta (Basic Violet No. 14) 42510

Chrysoidine (Basic Orange No. 2) 11270 Butter Yellow (Solvent Yellow No. 2) 11020

Sudan I (Food Yellow No. 2) 12055

Metanil Yellow (Ext. D&C Yellow No.1) 13065

Auramine (Basic Yellow No. 2) 41000

(25)

2.4 Rhodamin B

Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil dan kertas . Nama lazim dari rhodamin B adalah tetraehylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamine B chloride dan rumus kimia C28H31N2O3Cl, rumus bangun rhodamin B (pada Gambar 1), BM 479.

(H3CH2C)2N O N+(CH2CH3)2

COOH Cl

Gambar 1. Rumus Bangun Rhodamin B.

Rhodamin B adalah zat warna sintesis berbentuk Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan dan berfluoresensi. Rhodamin B sangat mudah larut dalam air dan dalam alkohol; sedikit larut dalam asam klorida dan natrium hidroksida. Rhodamin B digunakan sebagai pewarna untuk kulit, kapas, sutra, katun, wool, nilon, kertas, tinta dan pernis, sabun, pewarna kayu, dan bulu (Budavari, 1996).

(26)

terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata. Jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, gatal, bahkan kulit bibir terkelupas (Suyanti, 2007).

2.5 Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Rhodamin B

Analisis Kualitatif Rhodamin B dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti Kromatografi Kertas dan Spektrofotometer Sinar Tampak, untuk analisis kuantitatif Rhodamin B dilakukan secara Spektrofotometer Sinar Tampak.

2.5.1 Kromatografi Kertas

Analisis kualitatif Rhodamin B dengan menggunakan metode Kromatografi Kertas (BBPOM, 2007) dengan prinsip membandingkan harga Rf, jika dilihat secara visual berwarna merah jambu dan jika dilihat dibawah sinar UV 254nm berfluoresensi kuning. Kromatografi Kertas pada hakekatnya ialah KLT pada lapisan tipis sellulosa atau kertas dan merupakan metode kromatografi yang paling sederhana. Pengembangan terjadi karena kerja kapiler. Waktu pengembangan pada KKt berkisar mulai dari 30 menit sampai 12 jam, bergantung pada sifat kertas dan jarak pengembangan yang diinginkan. Data diberikan dalam bentuk harga Rf senyawa dari sampel yang diperiksa (Gritter, 1991).

2.5.2 Metode Spektrofotometri Sinar Tampak

(27)

tampak dengan mengukur absorbansinya kemudian kadar Rhodamin B dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan y =ax + b.

Spektrofotometer sinar tampak adalah pengukuran absorbansi energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada suatu panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang anata 200-400 nm, dan sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (Ditjen POM, 1995).

Hukum Lambert-Beer (Beer’s Law) adalah hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Menurut Rohman (2007) dan Day (2002), Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan dan berbanding terbalik dengan transmitan.

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

(28)

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu.

2. Waktu kerja (operating time)

Tujuannya ialah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu kerja ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian absorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi yang lurus menandakan bahwa hukum Lambert-Beer terpenuhi.

4. Pembacaan absorbansi sampel

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya terletak antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini disebabkan karena kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.

5. Perhitungan Kadar

(29)

suatu kurva kalibrasi, konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut (Rohman, 2007).

Rumus Perhitungan Kadar Rhodamin B.

s Fp V

Β Χ =

Κ . .

Keterangan K = Kadar total Rhodamin B dalam sampel (mcg/g)

X = Kadar Rhodamin B sesudah pengenceran

V = Volume sampel (ml)

Fp = Faktor Pengenceran

Bs = Berat sampel

2.6 Validasi Metode Analisis

Validasi Metode Analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

2.6.1 Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai % perolehan kembali (recovery).

(30)

2.6.2 Keseksamaan

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relative atau koefisien variasi 2% atau kurang (Harmita, 2004).

2.6.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk identifikasi dan penetapan kadar Rhodamin B dari beberapa jenis jajanan anak di sekolah dasar.

3.1 Alat-Alat dan Bahan-bahan yang digunakan

Alat-alat yang digunakan terdiri dari spektrofotometer UV Mini-1240 (Shimadzu) yang dihubungkan dengan printer Epson LQ 300, neraca analitis (Vibra), penangas air, dan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, corong pisah, cawan penguap dan chamber, Kertas whatman dan benang wool.

Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis (E.Merck), yaitu natrium hidroksida, asam asetat glasial, asam klorida, amonium hidroksida, butanol, dietil eter, n-heksan, etanol dan akuades.

3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara purposif yaitu didasarkan pada jajanan anak-anak yang beredar pada sekolah-sekolah dasar. Tempat pengambilan sampel dilakukan pada 20 Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi. Sampel yang diambil adalah jajanan anak Sekolah Dasar yang berwarna merah seperti saus, minuman, permen, kembang gula dan kerupuk.

3.3 Pembuatan Pereaksi

(32)

dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbondioksida dari udara. NaOH 10% dibuat dengan cara melarutkan 10 gram natrium hidroksida dengan air suling bebas CO2 hingga 100 ml, NaOH 0,5% dibuat

dengan cara melarutkan 500 mg natrium hidroksida dalam air bebas CO2 hingga 100 ml,

HCl 0,1N dibuat dengan cara mengencerkan 8,5 ml HCl 37% dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995). Sedangkan larutan amonia 2% dibuat dengan cara melarutkan 2 ml amonia pekat dengan etanol 70% hingga 200 ml (BBPOM, 2006).

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Analisa Kualitatif Rhodamin B

Pemeriksaan Kualitatif Rhodamin B pada sampel menggunakan metode Kromatografi Kertas dan Spektrofotometer Sinar Tampak.

3.4.1.1 Spektrofotometri Sinar Tampak

Metode Spektrofotometer Sinar Tampak berdasarkan prosedur dari BBPOM, 2006. Prinsip dari metode ini adalah dengan membandingkan kurva absorbansi yang diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 450-750nm. Prosedur ini dimulai dengan pembuatan larutan baku pembanding dan larutan uji.

Pembuatan Larutan Baku Pembanding dan Larutan Uji

(33)

Ditimbang sampel masing-masing berturut-turut kerupuk (± 15 g) dihomogenkan, kembang gula (± 15 g), saus (± 45 g), dan es doger (± 90 g), kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambah dengan 100 ml larutan amonia 2% kemudian ditutup dan didiamkan semalam sehingga semua pewarna larut. Larutan disaring dan diuapkan diatas penangas air hingga kering. Residu dilarutkan dengan 30 ml air, dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml, ditambahkan 6 ml larutan natrium hidroksida 10%. Lalu diekstraksi dengan 30 ml dietil eter. Ekstrak eter dipisahkan dan dicuci dengan 10 ml larutan natrium hidroksida 0,5% dan lapisan airnya dibuang. Ekstrak eter diekstraksi tiga kali, tiap kalinya dengan 10 ml asam klorida 0,1 N hingga lapisan eter tidak berwarna lagi, lapisan eter dibuang dan ekstrak asam klorida 0,1 N ditampung dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan asam klorida 0,1 N sampai tanda. Kemudian baku pembanding dan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 450-750 nm (BBPOM., 2006).

3.4.1.2 Kromatografi Kertas

Metode Kromatografi Kertas (KKt) berdasarkan prosedur dari BBPOM, 2007. Sampel ditimbang 30 gram larutkan masing-masing sampel dalam 50 ml akuades kemudian tambahkan asam asetat 6%, masukkan benang wool dan panaskan diatas penangas air sambil diaduk-aduk sampai 10 menit. Ambil Benang wool, cuci berulang-ulang dengan akuades hingga bersih. Benang wool yang telah bersih dimasukkan ke dalam cawan penguap, tambahkan larutan ammonia encer secukupnya, dipanaskan diatas penangas air hingga warna benang wool luntur. Larutan berwarna yang dperoleh dikumpulkan dalam cawan porselin dan diuapkan diatas penangas air hingga kering dan dilarutkan dalam 2 ml air.

(34)

masing-masing sampel dalam 50 ml aquades, ditambahkan 50 mg Rhodamin B dalam masing-masing larutan sampel, campur homogen tambahkan asam asetat 6%, kemudian dibuat perlakuan yang sama dengan pembuatan larutan sampel (Ditjen POM, 2000).

Plat KKt berukuran 20 x 20 cm. Larutan sampel, baku pembanding, dan campuran sampel dan baku pembanding, masing-masing ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 2 cm dari bagian bawah plat dan jarak antar noda adalah 2 cm. kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Plat KKt yang telah mengandung cuplikan dimasukkan kedalam chamber yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa n-butanol, asam asetat glasial, dan akuades (40 : 10 : 24). Dibiarkan fase bergerak sampai hampir mendekati batas atas plat. Kemudian plat KKt diangkat dan dibiarkan kering di udara. Diamati noda secara visual kemudian dihitung harga Rf nya dan dibawah sinar UV, jika secara visual noda berwarna merah jambu dan dibawah sinar UV 254 nm berfluoresensi kuning, menunjukkan adanya Rhodamin B (Ditjen POM, 2000).

3.4.2 Analisa Kuantitatif Rhodamin B

Penetapan Kadar Rhodamin B pada sampel menggunakan prosedur dari

BPOM, 2006. Prosedur ini dimulai dengan pembuatan larutan baku rhodamin B, penentuan panjang gelombang, penentuan waktu kerja, kurva kalibrasi larutan rhodamin B dan penetapan kadar rhodamin B pada sampel.

3.4.2.1 Pembuatan Induk Larutan Baku Pembanding

(35)

Dipipet 2,5 ml larutan induk baku I, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, lalu dikocok sampi homogen. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 50mcg/ml (LIB II).

3.4.2.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Dipipet 2 ml dari larutan induk baku II dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai 50 ml (konsentrasi 2 mcg/ml). Diukur serapan pada panjang gelombang 450-750 nm, dengan menggunakan blanko. Sebagai blanko digunakan HCl 0,1N.

3.4.2.3 Penentuan Waktu Kerja Larutan Rhodamin B

Dipipet 2 ml larutan induk baku II dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu ditambahkan HCl 0,1N sampai ke garis tanda (konsentrasi 2 mcg/ml). Diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh selama 30 menit.

3.4.2.4 Penentuan Kurva Kalibrasi

Dari larutan induk baku II dipipet sebanyak 1ml, 1,5ml, 2ml, 2,5ml dan 3 ml dengan menggunkan maat pipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan masing-masing diencerkan dengan HCl 0,1N sampai garis tanda (konsentrasi masing-masing-masing-masing larutan 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3mcg/ml). Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1N akan diperoleh kurva konsentrasi vs absorban.

3.4.2.5 Penetapan Kadar Rhodamin B pada Sampel

(36)

dapat ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi y = ax + b, dan kadar Rhodamin B dalam sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:

Rumus Perhitungan Kadar Rhodamin B.

s Fp V

Β Χ =

Κ . .

Keterangan K = Kadar total Rhodamin B dalam sampel (mcg/g)

X = Kadar Rhodamin B sesudah pengenceran

V = Volume sampel (ml)

Fp = Faktor Pengenceran

Bs = Berat sampel

3.5 Uji Validasi Metode Analisis

Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Uji validasi yang digunakan yaitu uji akurasi dengan parameter uji perolehan kembali, uji presisi, batas deteksi dan batas kuantitasi.

3.5.1 Penentuan Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku Rhodamin B dengan konsentrasi 50 mcg/ml sebanyak 1 ml kedalam sampel kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel.

Menurut WHO (1992), perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut : Uji perolehan kembali (%) =

A C

CA CF

*

x 100%

Keterangan : CF = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan

(37)

CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan larutan baku.

C*A = Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan. 3.5.2 Uji Ketelitian

Adapun parameter uji ketelitian yaitu koefisien variasi atau relative standard deviation (%RSD). Harga persentase koefisien variasi (%RSD) ditentukan dengan rumus:

RSD =

X SD

x 100%

Keterangan : SD = Standar Deviasi

X = Kadar rata-rata setelah ditambah larutan baku (WHO, 1992).

3.5.3 Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitatif

Batas Deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi yang masih memberi respon signifikan dibandingkan dengan blanko (WHO., 1992).

Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Batas Deteksi =

slope

SD

x

3

Batas Kuantitasi adalah kuantitatif analit terkecil dalam sampel yang masih memiliki kriteria cermat dan seksama (WHO,1992).

Batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus :

Batas Kuantitasi =

slope

SD

x

(38)

3.6 Analisa Data Secara Statistik

Untuk mengetahui data diterima atau ditolak dapat dilakukan uji statistika distribusi t. Dimana kadar Rhodamin B yang diperoleh dianalisa secara statistika dengan metode standar deviasi dengan rumus:

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

Keterangan : Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel

n = Jumlah perlakuan

untuk mencari thitung digunakan rumus :

t

hitung

=

n SD

-Xi X

sebagai dasar penolakan data hasil uji analisisnya t

hitung

>t

tabel

.

Untuk mencari kadar yang sebenarnya dengan interval kepercayaan 95%

dengan nilai α = 0,05 ; dk = n

-1, dapat dipergunakan rumus :

Kadar Rhodamin B (μ) =

X

± t(1 -

½ α) x SD/

n

Keterangan :

μ = Interval kepercayaan kadar sampel

X

= Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

dk = Derajat Kebebasan

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif Rhodamin B pada Sampel

Pada penelitian ini sebelum dilakukan analisa kuantitatif Rhodamin B pada sampel, perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya Rhodamin B pada sampel dengan menggunakan Kromatografi Kertas (KKt) dan metode Spektrofotometer Sinar Tampak. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitaif Rhodamin B dengan menggunakan Kromatografi Kertas (KKt) dan metode spektrofotometer sinar tampak pada sampel diperoleh data dan gambar kurva serapan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 2.

(40)
[image:40.596.114.532.160.760.2]

Tabel 4. Hasil pemeriksaan kualitatif Rhodamin B pada sampel dengan

menggunakan Spektrofotometer Sinar Tampak dan kromatografi Kertas (KKt). No Lokasi Pengambil- an Sampel Sampel Spektro- fotometri Sinar Tampak KKt Panjang Gelombang Maksimum (nm)

Visual Sinar UV Rf Sampel Rf Sampel + Baku Baku Pembanding

557 Merah jambu

kuning 0,9705

1 SDN 030307 Tigalingga

1.Es Doger - - - -

2.Es lilin - - - -

3.Kembang gula

557 Merah jambu

kuning 0,9647 0,9705

2 SDN 030308 Tigalingga

1.Saus - - - -

2.Permen - - - -

3.Es cair - - - -

3 SDN 030311 Laumil

1.Saus - - - -

2.Kerupuk segi empat

557 Merah jambu

kuning 0,9823 0,9823

4 SDN 030315 Laumolgap

1.Saus - - - -

2.Es Doger - - - -

5 SDN 030316 Sukandebi

1.Saus - - - -

2.Minuman cup Siena

- - - -

(41)

Gunung

sayang 2.Permen - - - -

7 SDN 030318 Bertungen

Julu

1.Es doger - - - -

2.Sambal Bali

- - - -

8 SDN 030319

Sumbul karo 1.Saus - - - -

9 SDN 030320 Lau pangguh

1.Kerupuk Bulat kecil

556,5 Merah jambu

kuning 0,9882 0,9882

2.minuman cup meico

- - - -

10 SDN 030321 Sibenkurung

1.Saus

- - - -

11 SDN 030322 Ujunteran

1.Permen - - - -

12 SDN 033917 Barisan

Tigor

1.Saus - - - -

2. Es lilin

- - - -

13 SDN 033918 Rambahserit

1.Saus - - - -

14 SDN 034786 Laupakpak

1.Sambal Fried chicken

- - - -

15 SDN 034787 Ujung Parira

1.Permen - - - -

(42)

1.Saus - - - - 17 SDN 034790

sarintonu

1.Saus - - - -

2.Es lilin - - - -

18 SDN 034791 Tanjung

Beringin 1.Sambal colex

- - - -

19 SDN 037995 Lau Pamulutan

1.Permen - - - -

2.Minuman

cup buavanta - - - -

20 SDN 037996 Tornauli

1. Permen - - - -

2.Es lilin - - - -

Keterangan : tanda (-) menunjukkan hasil negatif

(43)
[image:43.596.113.509.83.417.2]

… Y X1 Z1 X2 Z2 X3 Z3

Gambar 2. Kromatogram hasil uji kualitatif rhodamin B pada sampel

Keterangan: Y = Baku pembanding

X1 = Sampel kembang gula SDN 030307 Tiga lingga Z1 = Sampel kembang gula SDN 030307 Tiga lingga + Baku pembanding

X2 = Sampel kerupuk segi empat SDN 030311 Laumil Z2 = Sampel kerupuk segi empat SDN 030311 Laumil + Baku pembanding

(44)

Pada Gambar 2 dapat dilihat dari ketiga sampel yang diperiksa bahwa ketiganya mempunyai warna merah muda yang hampir sama dengan warna noda baku pembanding Rhodamin B, dan apabila dilihat dibawah sinar UV 254nm, noda tersebut berfluoresensi memberikan warna kuning. Identifikasi noda dapat juga dilakukan dengan melihat harga Rf-nya. Identifikasi sahih dilakukan jika senyawa yang dianalisis dibandingkan dengan senyawa pembanding dan dengan campuran yang terdiri atas senyawa yang dianalisis dan senyawa pembanding (cara spiking) pada lapisan yang sama (Gritter, 1991).

Bilangan Rf didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pengembang (diukur dari garis awal). Karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (Markham, 1988).

(45)
[image:45.596.148.384.76.640.2]

Gambar 3. A adalah kurva serapan baku pembanding Rhodamin B (λmaks 557 nm), B adalah kurva serapan kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga (λmaks 557 nm), C adalah kurva serapan kerupuk dari SDN

030311 Laumil (λmaks 557 nm) dan D adalah kurva serapan kerupuk dari SDN 030320 Lau pangguh (λ

A

B

C

(46)

4.2 Penetapan Kadar

4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum Larutan Rhodamin B

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan Rhodamin B dilakukan pada konsentrasi 2 ppm dengan rentang panjang gelombang 450-750 nm. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan Rhodamin B diperoleh λ maksimum pada 557 nm.

Kurva serapan larutan Rhodamin dapat dilihat pada Gambar 1. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh ini berbeda dengan yang terdapat dalam sertifikasi BPOM yaitu 554 nm. Perbedaan panjang gelombang sebesar 3 nm masih dalam batas toleransi yang diperkenankan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu ± 3 nm. Ini berarti bahwa panjang gelombang ini dapat diterima untuk analisis Rhodamin B pada sampel.

4.2.2 Kurva Waktu Kerja Larutan Rhodamin B

Pada penentuan waktu kerja larutan baku Rhodamin B diperoleh waktu pengukuran yang stabil sebanyak dua kali, antara lain dimulai dari menit ke-9 sampai menit ke-11, dan menit ke 18 sampai menit ke 20. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari data waktu kerja, diperoleh data yang mempunyai kesamaan angka 4 desimal lebih dari satu kali, sehingga diambil waktu kerja yang terbaik adalah waktu kerja menit ke 9 sampai ke 11.

4.2.3 Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B

(47)
[image:47.596.187.377.85.201.2]

Gambar 4. Kurva kalibrasi Larutan Rhodamin B secara Spektrofotometri sinar Tampak pada Panjang Gelombang 557 nm

Dari perhitungan kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis Y = 0,2267X + 0,009 dengan koefesien korelasi (r) sebesar 0,9995. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu 0,9950. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.2.4 Kadar Rhodamin B pada Sampel

Penetapan kadar Rhodamin B dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Hasil penetapan kadar Rhodamin B pada sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil perhitungan kadar, analisa statistik dan analisa kadar Rhodamin B dalam sampel dapat dilihat pada lampiran 5, 6, 7, 8 dan 9.

Tabel 5. Kadar Rhodamin B pada sampel

No Sampel Kadar Rhodamin B

(mcg/g)

Standar Deviasi

1 Kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga

6,3479 ± 0,0064 0,0020

2 Kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil

5,8036 ± 0,0138 0,0032

3 Kerupuk bulat dari SDN 030320 Lau pangguh

[image:47.596.115.508.598.754.2]
(48)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadar Rhodamin B dalam sampel antara 2,3956 mcg/g – 6,3479 mcg/g, dimana kadar terendah diperoleh pada kerupuk bulat dari SDN 030320 Lau pangguh dan kadar tertinggi diperoleh pada kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga 6,3479 mcg/g dan dari kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil 5,8036 mcg/g. Hal ini sangat berbahaya, karena semakin besar kemungkinan Rhodamin ini masuk ke dalam tubuh dan memberikan efek toksik. Dimana LD50 dari Rhodamin B ini adalah 89,5 mg/kg (Budavari, 2001).

4.3 Uji Validasi Metode Analisis

Pada penelitian ini dilakukan juga uji validasi metode dengan maksud untuk melihat sejauh mana kebenaran metode yang digunakan. Adapun uji validasi yang digunakan yaitu uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dan presisi dengan parameter Relatif Standar Deviasi (RSD) dan Standar Deviasi (SD).

(49)
(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari 34 sampel jajanan anak-anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi yang diteliti, terdapat 3 sampel yang mengandung Rhodamin B yaitu kembang gula (SDN 030307 Tiga lingga), kerupuk segi empat (SDN 030311 Laumil), kerupuk bulat (SDN 030320 Lau pangguh) atau dengan kata lain 8,82 % jajanan anak-anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tiga lingga Kabupaten Dairi mengandung Rhodamin B.

2. Dari hasil penelitian diperoleh kadar Rhodamin B dalam sampel antara 2,3958 mcg/g – 6,3479 mcg/g, dimana kadar terendah diperoleh pada kerupuk bulat dari SDN 030320 Lau pangguh dan kadar tertinggi diperoleh pada kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga, dan kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil. 5.2. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk memeriksa zat warna Rhodamin B pada jajanan anak Sekolah Dasar dari kabupaten yang lain.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Bahaya Pewarna Rhodamin B Pada Makanan. Diambil dari:

Astutik, S. (2010). Kenali Zat Pewarna Pakaian pada Makanan Serta Dampaknya. Diambil dari:

BPOM. (2003). Bahan Tambahan Pangan. Direktorat SPKP, Deputi III. Jakarta. Hal: 9.

Balai Besar POM. (2006). Instruksi Kerja: Penetapan Kadar Pewarna Rhodamin B Dalam Makanan. Medan.

Balai Besar POM. (2007). Instruksi Kerja: Cara Uji Pewarna Tambahan Makanan. Medan

Budavari, S. (1996). The Merck Index. An Encyclopedia of Chemical, Drugs and Biologicals. Eleven edition. USA. Published by Merck & Co Ink Rahway.

Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi kedua. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Hal: 1-2, 61-65.

Dalimunte, I. (2010). Analisa Rhodamin B Pada Jajanan Anak-anak Sekolah Dasar di Kabupaten Labuhan Batu selatan. Medan.

(52)

Deman, M.J. (1997). Kimia Makanan. Edisi kedua. Penerbit ITB, Bandung. Hal: 520 – 526.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta, Hal. 1176.

Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Fessenden. (1999). Kimia Organik. Jilid 1. Edisi keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hal. 150

Gritter, R.J., dan James, M.R. (1991). Pengantar Kromatografi. Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 107, 133.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.I No.3. Hal: 117-133.

Judawanto, W. (2009). Perilaku Makan Anak Sekolah. Jakarta. Diambil dari:

Kakaryawati. (2010). Pemeriksaan dan Penetapan Kadar Zat Pewarna Rhodamin B pada Saus dan kerupuk di Kota Medan. Medan.

Kenkel, J. (1994). Analitical Chemistry for Technicials. Second Edition. Florida. CRC Press. Hal: 226-227.

(53)

Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 24-25.

Mudjajanto, E.S. (2009). Pertanyaan H Eddy Setyo Mudjajanto, Pengamat Teknologi Pangan dan Gizi. Diambil dari:

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-dasar Biokimia. Penerbit UI-Press, Jakarta. Hal: 427

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal: 120, 225.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Statistika. Edisi Keenam. Penerbit Tarsito, Bandung. Hal: 168, 371.

Syaifuddin, M. (2009). Pewarna Sintesis Rhodamin B. Surabaya

WHO. (1992). Validation of Analytical Procedures Used in Examination of Pharmaceutical materials. WHO Technical Report Series. No. 823. Hal: 117.

Winarno, F.G, dkk. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. Hal: 66-68.

(54)

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Harga Rf

Harga Rf =

asal

titik

dari

pelarut

oleh

digerakkan

yang

jarak

asal

titik

dari

senyawa

oleh

digerakkan

yang

jarak

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm

Harga Rf untuk baku pembanding =

17 5 , 16

= 0,9705

Harga Rf untuk sampel I =

17 4 , 16

= 0,9647

Harga Rf untuk sampel I + baku pembanding =

17 5 , 16

= 0,9705

Harga Rf untuk sampel VI =

17 7 , 16

= 0,9823

Harga Rf untuk sampel VI + baku pembanding =

17 7 , 16

= 0,9823

Harga Rf untuk sampel VIII =

17 8 , 16

= 0,9882

Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding =

17 8 , 16

(55)

Lampiran 2. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Rhodamin B

Keterangan :

(56)

Lampiran 3. Data Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B pada Panjang

(57)

Lampiran 4 . Perhitungan Persamaan Regresi

No

X

Y

XY

X

2

Y

2

1

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

2

1,0000

0,2440

0,2440

1,0000

0,059536

3

1,5000

0,3570

0,5355

2,2500

0,127449

4

2,0000

0,4580

0,9160

4,0000

0,209764

5

2,5000

0,5780

1,4450

6,2500

0,334084

6

3,0000

0,6830

2,0490

9,0000

0,466489

n=6

∑X = 10,0000

X

= 1,6667

∑ Y = 2,320

Y

=0,3867

∑XY =

5,1895

∑X

2

=

22,5000

∑Y

2

=

1,197322

a =

(

) ( )

( )

2

( )

2

X

X

xy

y

X

∑ ∑

n

n

b = Y - a X

=

(

)

)

500

,

22

(

6

)

000

,

10

(

1895

,

5

6

)

320

,

2

)(

000

,

10

(

2

b = 0,3867 – 0,2266(1,6667)

= 0,2267 b = 0,009

maka, persamaan regresinya adalah Y = 0,2267 X + 0,009

r =

(

) ( )( )

(

) ( )

[

X

X

/

n

]

[

(

Y

) ( )

Y

/

n

]

n

/

Y

X

XY

2 2 2 2

r =

( )(

)

( ) ( )

[

22,5 10 /6

]

[

(

1,1973

) (

2,320

)

/6

]

6 / 320 , 2 10 1895 , 5 2 2 − − −

r =

3234

,

1

3228

,

1

(58)

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Kadar Rhodamin B pada Sampel

Berat sampel yang ditimbang

= 15,103 gram

Serapan (Y)

= 0,4447

Persamaan regresi

Y = 0,2267X + 0,009

Kadar Rhodamin (X)

0,4447 = 0,2267X + 0,009

X =

2267

,

0

009

,

0

4447

,

0

X = 1,9219 mcg/ml

Rumus Perhitungan Kadar Rhodamin B : K =

BS Fp x V x X

Dimana

K = Kadar total Rhodamin B dalam sampel (mcg/g)

X = kadar Rhodamin sesudah pengenceran

V = Volume sampel (ml)

F

p

= Faktor Pengenceran

BS= Berat sampel

Kadar Total Rhodamin B =

g

15,103

1

x

ml

50

x

mcg/ml

1,9219

= 6,3626 mcg/g

(59)

Lampiran 6. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Rhodamin B

dalam kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

1

6,3626

0,0109

0,00011881

2

6,3480

- 0,0037

0,00001369

3

6,3452

- 0,0065

0,00004225

4

6,3563

0,0046

0,00002116

5

6,3536

0,0019

0,00000361

6

6,3448

- 0,0069

0,00004761

n=6

X = 6,3517

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00024713

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

=

5

00024713

,

0

= 0,0070

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 5 diperoleh nilai

t

tabel

=2,5706. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n SD

-Xi X

t

hitung

data 1 = 3,7586

(data ditolak)

t

hitung

data 2 = 1,2758

(60)

Karena ada data yang t

hitung

> t

tabel

maka data itu dihitung kembali dengan cara

yang sama tanpa mengikutsertakan data yang t

hitung

> t

tabel.

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

2

6,3480

- 0,0016

0,00000256

3

6,3452

- 0,0044

0,00001936

4

6,3563

0,0067

0,00004489

5

6,3536

0,004

0,000016

6

6,3448

- 0,0048

0,00002304

n=5

X = 6,3496

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00010585

SD =

1 n X Xi 2 _ −       −

=

4

00010585

,

0

= 0,0051

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 4 diperoleh nilai

t

tabel

= 2,7765. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n

SD

-Xi

_

X

t

hitung

data 2 = 0,6957

t

hitung

data 3 = 1,9130

t

hitung

data 4 = 2,9130

(data ditolak)

t

hitung

data 5 = 1,7391

(61)

Karena ada data yang t

hitung

> t

tabel

maka data itu dihitung kembali dengan cara

yang sama tanpa mengikutsertakan data yang t

hitung

> t

tabel.

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

2

6,3480

0,0001

0,00000001

3

6,3452

-0,0027

0,00000729

5

6,3536

0,0057

0,00003249

6

6,3448

-0,0031

0,00000961

n=5

X = 6,3479

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,0000494

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

=

3

0000494

,

0

= 0,0040

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 4 diperoleh nilai

t

tabel

= 3,1824. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n

SD

-Xi

_

X

t

hitung

data 2 = 0,005

t

hitung

data 3 = 1,35

t

hitung

data 5 = 2,85

t

hitung

data 6 = 1,55

Kadar Rhodamin B (μ) =

X

± ( t x SD/ n )

(62)

Lampiran 7. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Rhodamin B

dalam kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

1

5,8080

0,0012

0,00000144

2

5,7974

- 0,0094

0,00008836

3

5,7859

- 0,0209

0,00043681

4

5,8054

- 0,0014

0,00000196

5

5,8292

0,0224

0,00050176

6

5,8148

0,008

0,000064

n=6

X = 5,8068

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00109433

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

=

5

00109433

,

0

= 0,0148

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 5 diperoleh nilai

t

tabel

=2,5706. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n SD

-Xi X

t

hitung

data 1 = 0,2

t

hitung

data 2 = 1,5667

t

hitung

data 3 = 3,4833

(data ditolak)

t

hitung

data 4 = 0,2333

(63)

Karena ada data yang t

hitung

> t

tabel

maka data itu dihitung kembali dengan cara

yang sama tanpa mengikutsertakan data yang t

hitung

> t

tabel.

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

1

5,8080

0,0016

0,00000256

2

5,7974

- 0,0009

0,00000081

4

5,8054

- 0,0001

0,00000001

6

5,8148

0,0084

0,00007056

n=4

X = 5,8068

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00007394

SD =

1 n X Xi 2 _ −       −

=

3

00007394

,

0

= 0,0050

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 4 diperoleh nilai

t

tabel

= 3,1824. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n

SD

-Xi

_

X

t

hitung

data 1 = 0,64

t

hitung

data 2 = 0,36

t

hitung

data 4 = 0,04

(64)

Karena ada data yang t

hitung

> t

tabel

maka data itu dihitung kembali dengan cara

yang sama tanpa mengikutsertakan data yang t

hitung

> t

tabel.

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

1

5,8080

0,0044

0,00001936

2

5,7974

- 0,0062

0,00003844

4

5,8054

- 0,0018

0,00000324

n=3

X = 5,8068

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00006104

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

=

2

00006104

,

0

= 0,0055

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 4 diperoleh nilai

t

tabel

= 4,3027. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n

SD

-Xi

_

X

t

hitung

data 1 = 1,375

t

hitung

data 2 = 1,9375

t

hitung

data 4 = 0,5625

Kadar Rhodamin B (μ) =

X

± ( t x SD/ n )

(65)

Lampiran 8. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar Rhodamin B

dalam kerupuk bulat dari SDN 030320 Lau pangguh

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

1

2,3932

- 0,0022

0,00000484

2

2,3985

0,0031

0,00000961

3

2,3908

- 0,0046

0,00002116

4

2,4010

0,0056

0,00003136

5

2,4045

0,0091

0,00008281

6

2,3844

- 0,011

0,000121

n=6

X = 5,3954

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00027078

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

=

5

00027078

,

0

= 0,0074

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 5 diperoleh nilai

t

tabel

=2,5706. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n SD

-Xi X

t

hitung

data 1 = 0,7333

t

hitung

data 2 = 1,0333

t

hitung

data 3 = 1,5333

t

hitung

data 4 = 1,8667

(66)

Karena ada data yang t

hitung

> t

tabel

maka data itu dihitung kembali dengan cara

yang sama tanpa mengikutsertakan data yang t

hitung

> t

tabel.

No

Kadar (mcg/g) Xi

Xi- X

(Xi-X)

2

1

2,3932

- 0,0026

0,00000676

2

2,3985

0,0027

0,00000729

3

2,3908

- 0,0050

0,000025

4

2,4010

0,0052

0,00002704

n=4

X = 2,3958

∑ ( Xi

-X)

2

= 0,00006609

SD =

1

n

X

Xi

2 _

 −

=

3

00006609

,

0

= 0,0047

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05 dan dk = 4 diperoleh nilai

t

tabel

= 3,1824. Data diterima jika t

hitung

< t

tabel

t

hitung

=

n

SD

-Xi

_

X

t

hitung

data 1 = 1,0833

t

hitung

data 2 = 1,125

t

hitung

data 3 = 2,0833

t

hitung

data 4 = 2,1667

Kadar Rhodamin B (μ) =

X

± ( t x SD/ n )

(67)

Lampiran 9. Hasil Analisa Kadar Rhodamin dalam Sampel

1. Hasil Analisa Kadar Rhodamin dalam Sampel Kembang gula dari SDN

030307 Tigalingga

No

Berat

(gram)

Fp

Absorbansi

Kadar(mcg/g) Kadar Sebenarnya

(mcg/g)

1.

15,103

1

0,4447

6,3626

6,3479 ± 0,0064

2.

15,041

0,4419

6,3480

3.

15,016

0,4410

6,3452

4.

15,056

0,4429

6,3563

5.

15,052

0,4426

6,3536

6.

15,024

0,4412

6,3448

2.

Hasil Analisa Kadar Rhodamin dalam Sampel Kerupuk segi empat dari

SDN 030311 Laumil

No

Berat

(gram)

Fp

Absorbansi

Kadar(mcg/g) Kadar Sebenarnya

(mcg/g)

1.

15,019

1

0,4045

5,8080

5,8036 ± 0,0138

2.

15,012

0,4036

5,7974

3.

15,008

0,4027

5,7859

4.

15,018

0,4043

5,8054

5.

15,032

0,4063

5,8292

6.

15,028

0,4052

5,8148

3. Hasil Analisa Kadar Rhodamin dalam Sampel Kerupuk bulat dari SDN

030320 Laupangguh

No

Berat

(gram)

Fp

Absorbansi

Kadar(mcg/g) Kadar Sebenarnya

(mcg/g)

1.

15,022

1

0,1720

2,3932

2,3958

± 0,0076

2.

15,026

0,1724

2,3985

3.

15,018

0,1718

2,3908

4.

15,029

0,1726

2,4010

5.

15,034

0,1729

2,4045

(68)

Lampiran 10. Perhitungan Perolehan Kembali (%) Kadar Rhodamin B Sampel

No Berat (gram)

A

A

C

A (

mcg/g)

A

F

C

F

(mcg/g)

1.

15,022

0,1720

2,3932

0,4156

5,9113

2.

15,026

0,1724

2,3985

0,4165

5,925

Gambar

Tabel 2. Zat Pewarna Alami bagi Makanan dan Minuman yang diijinkan di
Tabel 3. Bahan Pewarna Sintetis yang dilarang di Indonesia
Tabel 4. Hasil pemeriksaan kualitatif Rhodamin B pada sampel dengan
Gambar 2. Kromatogram hasil uji kualitatif rhodamin B pada sampel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Identifikasi rhodamin B dan mengetahui persepsi siswa terhadap jajanan di Sekolah Dasar sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Metode Penelitian :

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil, dan tidak boleh digunakan di dalam produk pangan karena dapat menyebabkan

“Identifikasi Rhodamin B dalam Makanan Jajanan dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometer (Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar di Kecamatan

Metode yang digunakan dalam analisis Rhodamin B pada produk sosis daging sapi dilakukan analisis kualitatif menggunakan metode spot test...

Dari kelima sampel cilok yang telah dilakukan uji kualitatif kandungan rhodamin B dan boraks menunjukkan hasil yang negatif sehingga aman untuk dikonsumsi, akan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Bakteri Escherichia coli dan Kandungan Zat Pewarna Rhodamin B pada. Makanan Jajanan di kantin

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif observasional, yaitu untuk melihat gambaran kandungan rhodamin B pada jajanan berwarna merah mencolok di

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi adanya bahan tambahan pewarna Rhodamin B di dalam jajanan yang dipasarkan di lingkungan sekolah SDN Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo