PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
SALMAN NUR 091121027
FAKULTASKEPERAWATAN UNIVERSITASSUMATERAUTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan 2010 “.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan dari Skripsi ini, baik dalam uraian, isi, serta tata bahasanya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, Mkes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universi-tas Sumatera Utara Medan.
2. Salbiah,SKp, M.Kep selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan
Skripsi ini.
3. Nur Afidarti, SKp, M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II dalam
penyusu-nan Skripsi ini.
4. dr. Yulinda Elvi Nasution selaku Ka.Bid. Pendidikan dan Penelitian
Rumah Sakit Haji Medan.
5. Seluruh staf dosen pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatra Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan
6. Rekan – rekan mahasiswa-Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan kelas
1/B Universitas Sumatra Utara yang turut membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri. Amin.
Medan, Januari 2011
Hormat Saya,
DAFTAR ISI
1.2.Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien ... 8
1.3.Indikator Kepuasan Pasien ... 10
2. Komunikasi ... 11
2.1.Defenis ... 11
2.2.Komponen Komunikasi ... 12
2.3Tujuan Komunikasi ... 13
3.4.Tehnik Komunikasi Terapeutik ... 19
3.5 Tahapa komunkasi ... 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 24
1. Kerangka Konsep ... 24
2. Defenisi Operasional ... 25
2.1.Komunikasi Terapeutik ... 25
2.2.Indikator Kepuasan Pasien ... 25
2.3.Kepuasan Pasien ... 25
BAB IV METODE PENELITIAN ... 29
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 37
Karakteristik Responden ... 37
Distribusi Sub Variabel Komunikasi Terapeutik ... 39
1.2. Distribusi Komunikasi terapeutik ... 40
1.3. Distribusi Sub Variabel Kepuasan pasien ... 40
1.4. Distribusi Kepuasan Pasien ... 41
1.4. Pengaruh komunikiasi terapeutik terhadap kepuasan pasien 41 2. Pembahasan ... 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Uji Validitas 2. Surat Permohonan Uji Reliabelitas
3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Su-matera Utara.Medan.
4. Surat Balasan dari Rumah Sakit Haji Medan.
5. Surat Izin Penelitian ke Ruangan dari Rumah Sakit Haji Medan. 6. Inform Consent
7. Jadwal Tentatif Penelitian 8. Taksasi dana
9. Instrumen Penelitian
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Nama : Salman Nur
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun Akademik : 2009/2010
ABSTRAK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar antara perawat dan pasien bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan asuhan keperawatan di ruangan rawat inap Rumah Sakit Haji Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan study korelasi dengan pengambilan sampel 10% dari jumlah populasi sebanyak 64 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2010 sampai dengan 25 agustus 2010. Hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan sudah optimal. Ditinjau dari adanya keterbatasan yang dimiliki dalam diri perawat seperti respon dan empati pada sebahagian perawat yang masih kurang dan belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai Komunikasi Terapeutik. Untuk kepuasan pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan, pada umumnya pasien merasa sangat puas atas pelayanan yang diberikan oleh perawat bila ditinjau dari respon dan empati perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
Berdasarkan uji analisis Spearman’n correlation pada penelitian ini menunjukkan nilai r = 0,004. Dan P= 0,972 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bagi perawat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sudah berjalan dengan baik dan bagi pihak Rumah Sakit membuat SOP komunikasi terapeutik, meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara mengikutsertakan para perawat dalam seminar-seminar keperawatan tentang komunikasi terapeutik, memberikan pelatihan untuk meningkatkan sikap
empati perawat terhadap pasien, dan memberikan kesempatan perawat melanjutkan pendidikannya.
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Nama : Salman Nur
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun Akademik : 2009/2010
ABSTRAK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar antara perawat dan pasien bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan asuhan keperawatan di ruangan rawat inap Rumah Sakit Haji Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan study korelasi dengan pengambilan sampel 10% dari jumlah populasi sebanyak 64 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2010 sampai dengan 25 agustus 2010. Hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan sudah optimal. Ditinjau dari adanya keterbatasan yang dimiliki dalam diri perawat seperti respon dan empati pada sebahagian perawat yang masih kurang dan belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai Komunikasi Terapeutik. Untuk kepuasan pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan, pada umumnya pasien merasa sangat puas atas pelayanan yang diberikan oleh perawat bila ditinjau dari respon dan empati perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
Berdasarkan uji analisis Spearman’n correlation pada penelitian ini menunjukkan nilai r = 0,004. Dan P= 0,972 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bagi perawat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sudah berjalan dengan baik dan bagi pihak Rumah Sakit membuat SOP komunikasi terapeutik, meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara mengikutsertakan para perawat dalam seminar-seminar keperawatan tentang komunikasi terapeutik, memberikan pelatihan untuk meningkatkan sikap
empati perawat terhadap pasien, dan memberikan kesempatan perawat melanjutkan pendidikannya.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal
yang mudah, Mudie dan Cottom (1997) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Kempul,
2009). Selain itu Purwanto (2007) menjelaskan bahwa kepuasan dapat dirasakan
siapa saja dalam menerima pelayanan kesehatan. Hal ini juga terjadi pada pasien
dalam menerima jasa pelayanan di Rumah Sakit.
Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada
beberapa faktor, antara lain mengacu pada kualitas produk atau jasa. Pasien akan
merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang
digunakan berkualitas.
Selain itu persepsi pasien terhadap kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh
dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya dan
komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.
Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam industri jasa. Pasien akan
merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan
merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap dirinya bila memilih
rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”. Persepsi
pasien terhadap hal ini cenderung akan mempengaruhi tingkat kepuasan yang
lebih tinggi.
Ada beberapa jenis – jenis pelayanan di rumah sakit yang kualitasnya selalu
dinilai oleh pasien, dan salah satunya adalah pelayanan keperawatan.
Tim Keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang
menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus
(Aljafar, 2009). Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien
sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan
agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan yang aman
ser-ta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Agar kebutuhan pasien
terpenuhi, salah satu tindakan yang diharapkan adalah perawat dapat melakukan
hubungan terapeutik dengan pasien. Untuk membina hubungan yang terapeutik
perawat harus menguasai tehnik dan sikap komunikasi terapeutik selama
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (Kelliat, 1996).
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat -
klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Seorang perawat tidak
akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak memiliki kemampuan menghargai
keunikan klien. Tanpa mengetahui keunikan masing-masing, terutama terkait
kebutuhan klien, perawat juga akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien
dan mengatasi masalah klien. Sehingga perlu metode yang tepat dalam
tentang pasien. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat
menghadapi, mengpersepsikan, bereaksi dan menghargai keunikan klien
(Mundakir, 2006).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti di rumah sakit Haji
Medan, dengan tehnik wawancara pada 10 pasien ditemukan beberapa keluhan
dari pasien. Keluhan tersebut antara lain terkait dengan buruknya pelayanan
perawat, sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap. Buruknya
pelayanan peawat yang dirasakan pasien terutama dari sikap, keramahan dan
kemampuan komunikasi yang kurang santun.
Hasil penelitian melalui survey CRC (Citizen Report Card) ICW pada bulan November 2009. dengan sampel 738 pasien miskin (pasien rawat inap dan jalan
yang memegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Keluarga
Miskin (Gakin) dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)) di 23 rumah sakit
yang ada di lima daerah (Jakarta, Bogor Depok, Tanggerang, Bekasi),
menunjukkan bahwa pasien miskin menyatakan bahwa pengurusan administrasi
rumah sakit masih rumit dan berbelit-belit (28,4 persen) dengan antrian yang
panjang (46,9%). Pasien rawat inap misalnya mengeluhkan rendahnya kunjungan
dan disiplin dokter terhadap mereka. Sedangkan pasien perempuan rawat inap
mengeluhkan sikap perawat yang kurang ramah dan simpatik terhadap mereka
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya kita dapat melihat bahwa
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan salah satunya dipengaruhi
oleh faktor komunikasi terapeutik perawat daalam memberikan asuhan
keperawatan. Banyak yang mengira atau berpendapat bahwa komunikasi
terapeutik identik dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat ini tidak
salah tetapi terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri,
karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk
terapi (Suryani, 2005).
Adapun manfaat dari komunikasi terapeutik itu sendiri adalah membantu
pasien dan untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
dengan hal – hal yang diperlukan. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal
mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan egonya. Mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat
kesehatan. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis
(tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu
penyelesaian masalah klien (Mundakir, 2006).
Berdasarkan studi literatur di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang ” Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan adalah :
2.1. Mengidentifikasi bagaimana komunikasi terapeutik perawat di rumah sakit
Haji Medan?
2.2. Mengidentifikasi bagaimana kepuasan pasien di rumah sakit Haji Medan ?
2.3. Menganalisis Bagaimana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
kepuasan pasien di Rumah Sakit ?
3. Tujuan Penelitian
3.1.Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1. Untuk Mengidentifikasi penerapan keterampilan komunikasi
terapeutik perawat di Rumah Sakit Haji Medan.
3.2.2. Untuk Mengidentifikasi kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji
Medan.
3.2.3. Untuk menganalisis pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
4. Manfaat Penelitian
4.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan perawat
dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien.
4.2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi perawat dalam
membina hubungan yang terapeutik dengan klien.
4.3. Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas kepada pasien, seperti setiap
melakukan terapi kepada pasien perawat harus melibatkan kerjasama
dengan keluarga atau pasien itu sendiri.
4.4. Sebagai bahan atau data dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kepuasan Pasien 1.1. Defenisi
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Imbalo, 2006).
Sedangkan Irawan (2003) mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan
hasil pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya. Sejalan dengan Oliver (1997,
dalam Irawan, 2003) mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan
harapan dan kebutuhan pasien. Respon ini sebagai hasil dari penilaian pasien
bahwa produk/pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan.
Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang
(Paparaya. 2009).
Pasien adalah orang dengan kebutuhan-kebutuhan yang sangat jauh berbeda
dari orang sehat. Kebutuhan-kebutuhannya pada saat itu bukan saja sangat
menonjol tetapi mungkin sudah dalam tingkatan ekstrim. Tidak saja harus makan
agar penyakitnya cepat sembuh tetapi harus disuapin. Tidak saja harus diberi obat
Bagi pasien kebutuhan yang paling menonjol bukanlah yang berkaitan
dengan harga diri atau untuk diakui kehebatannya tetapi adalah kebutuhan
belongingness and social needs. Merasa dicintai, didengarkan, tidak dianggap sebagai orang yang menyusahkan saja dan tidak pula diperlakukan sebagai
manusia yang tidak berguna (Tobing, 2008).
1.2. Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, aspek yang yang
dapat mempengaruhi kepuasan pasien menurut Moison Walter dan White( 1987, dalam Haryanti, 2000) terdiri dari :
1.2.1. Karakteristik Produk.
Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara
lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan
bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta
kelengkapannya.
1.2.2. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan
kualitas guna mencapai kepuasan pasien.
1.2.3. Pelayanan
Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan.
Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih, dan
memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah
sakit, kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan
1.2.4. Lokasi
Meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan
salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit.
Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah
dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin
menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.
1.2.5. Fasilitas.
Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan
pasien.
1.2.6. Image
Citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image
juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien
memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan.
1.2.7. Desain visual.
Meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit.
1.2.8. Suasana
Meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu.
1.2.9. Komunikasi
Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan-keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan
1.3. Indikator Kepuasan Pasien
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan
pasien. Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu
produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan pasien, sehingga
mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk
yang sama. Pengertian produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara
barang dan jasa. Produk rumah sakit adalah jasa pelayanan kesehatan (Depkes RI,
2008).
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan
fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian
sebagai berikut :
1.3.1.Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai
mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
1.3.2.Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan.
1.3.3.Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah
kejelasan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan
1.3.4.Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara,
keikutsertaan pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan
kebebasan pasien memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta
kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya.
1.3.5.Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah kebersihan ruangan pengobatan dan toilet.
2. KOMUNIKASI
2.1. Defenisi
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama
manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
orang lain serta mengubah sikap dan tingkah laku tersebut (Suryani, 2005). Selain
itu Seiler (1998, dalam Mundakir, 2006). Mendefenisikan bahwa komunikasi
adalah proses yang simbol verbal dan norverbal dikirimkan, diterima dan diberi
arti.
Dari defenisi tersebut diatas secara umum dapat disimpulkan bahawa
komunikasi merupakan proses pengiriman dan pertukaran (stimulus, signal,
penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif,
efektif maupun psikomotor).
2.2. Komponen Komunikasi
Menurut seorang ahli komunikasi, Effendy (2002, dalam Suryani, 2005)
komunikasi terdiri dari lima komponen yaitu :
2.2.1.Komunikator
Komunikator adalah orang yang memperkarsai adanya komunikasi.
2.2.2.Komunikan
Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, pihak yang
menerima berita atau pesan daribkomunikator.
2.2.3.Pesan
Pesan segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa ide,
pendapat, pikiran, dan saran.
2.2.4.Media
Media adalah sarana yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan pada pihak lain.
2.2.5.Efek
Efek atau akibat atau dampak adalah hasil dari komuniksai. Hasilnya
adalah perubahan pada diri sasaran.
2.3. Tujuan Komunikasi
Menurut Mundakir (2006) komunikasi yang dilakukan oleh perawat
Kemampuan komunikasi yang efektif ini merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh perawat profesional.
Secara umum tujuan komunikasi adalah :
2.3.1.Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain
(komunikan).
2.3.2.Memahami orang lain.
2.3.3.Supaya gagasan dapat diterima orang lain.
2.3.4.Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu.
2.4. Fungsi Komunikasi
Menurut Mundakir (2006) komunikasi merupakan aktifitas yang tidak dapat
dipisahkan dengan para perawat. Pelaksanaan komunikasi yang baik sangat
bermanfaat dalam keberhasilan perawat melaksanakan tugasnya. Secara umum
komunikasi berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, himbauan atau ajakan
dan hiburan bagi klien. Beberapa fungsi komunikasi tersebut adalah antara lain :
2.4.1.Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan
orang laen dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.4.2.Sosialisasi
Dengan komunikasi, sesuatu yang disampaikan dapat disebarluaskan
2.4.3.Motivasi
Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative
dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang
untuk melakakukan sesuatu yang yang diinginkan komunikator.
2.4.4.Perdebatan dan diskusi
Sesuatu permasalahan yang masih kontraversional atau polimek dalam
hubungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas dan diselasaikan
dengan menggunakan komunikasi yang instens baik melalui debat maupun
diskusi.
2.4.5.Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengatahuan dam tekhnologi untuk
mendorong perkembangan intlektual, pembentukan watak, serta
membentuk keterampialan dan kemahiran dapat dilakukan melalui
komunikasi yang baik dan efektif.
2.4.6.Memajukan kehidupan
Contoh dan fungsi komunikasi ini adalah menyebarkan kebudayaan da
seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membuat leaflet,
booklet atau sejenisnya yang berisi tentang bagai mana hidup sehat,
membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika
dan lain-,lain.
2.4.7.Hiburan
Dunia entertaiment telah banyak muncul dari produk komunikasi,
2.4.8.Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang
diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku
dan berpola pikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan memahami
pandanganan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang dilakukan.
2.5. Jenis-Jenis Komunikasi
Ratna (2009) mengatakan jenis – jenis komunikasi dasar terdiri dari dua
jenis yaitu :
2.5.1.Komunikasi Verbal
Komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat, symbol yang
digunakan sebagai alat adalah kata yang digunakan untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional
atau menguraikan objek observasi dan ingatan.
2.5.2.Komunikasi non Verbal
Komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi
menggunakan bahasa kias, bahasa gambar dan bahasa sikap. Proses
pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Menururt Nursalam (2002, dalam Ratna, 2009) kunci bagian
komunikasi non verbal yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi
vebal adalah :
a. Lingkungan; tempat dimana komunikasi dilaksanakan, merupakan
b. Penampilan: pakaian, kosmetik, adalah sesuatu yang menarik
merupakan dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasikan.
c. Kontak maata : kontak mataa memberikan terhadap kesedian
seseorang untuk berkomunikasi.
d. Postur tubuh dan gesturue: hobot suatu pesan bisa ditunjukan dengan
orang yang menunjukan telunjuknya, berdiri atau duduk.
e. Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan sesuatu respon
wajah.
f. Suara
2.6. Metode Komunikasi
Menurut Mundakir (2006) komunikasi yang dilaksanakan pada umumnya
mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode
yang digunakan untuk melakukan komunikasi yaitu:
2.6.1. Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan informasi secara umum.
2.6.2.Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat membujuk
secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau
mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.
2.6.3.Komunikasi instruktif atau koersif adalah metode komunikasi yang berupa
perintah untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
Stuart (1998, dalam Suryani, 2005) pada profesi keperawatan
komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat
komunikasi ditujukaan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Karena bertujuan untuk terapi maka
komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik.
3. Komunikasi Terapeutik 3.1. Defenisi
Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik.
dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan
dan pikiran (Kelliat, 1998).
Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain, berarti
keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada komunikasi karena proses
keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku mencapai tujuan.
3.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Suryani (2005) komunikasi Terapeutik bertujuan untuk mengembangkan
pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien yang meliputi :
3.2.1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri
klien.
3.2.2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien
3.2.3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau
tujuan yang terlalu tinggi tampa mengukur kemampuannya.
3.2.4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas
personal disini termasuk status, peran dan jenis kelamin.
3.3. Karateristik Helper Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik
Karakteristik pribadi seseorang helper atau perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena instrumen yang
digunakan oleh perawat pada saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya
sendiri.
Menurut Roger (1974, dalam Stuart 1998) ada beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, antara lain :
3.3.1. Kejujuran.
3.3.2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif.
3.3.3. Bersikap positif.
3.3.4. Empati bukan Simpati.
3.3.5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien.
3.3.6. Menerima klien apa adanya.
3.3.7. Sensitif terhadap klien.
3.4. Tehnik Komunikasi Terapeutik
Teknik Komunikasi Terapeutik Menurut Shives (1994), Stuart & Sundeen (1998),Wilson & Kneisl(1992), tehnik komunikasi terdiri dari:
3.4.1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Memandang klien ketika sedang berbicara, mempertahankan kontak mata
yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang
menunjukkan perhatian serta menghindarkan gerakan yang tidak perlu.
3.4.2. Menunjukkan Penerimaan
Mendengarkan tanpa memutus pembicaraan, memberikan umpan balik
verbal yang menampakkan pengertian, menghindarkan untuk berdebat,
mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien
3.4.3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien, bertanya
berkaitan dengan topik dan Mengajukan pertanyaan secara berurutan.
3.4.4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Perawat memberi Umpan balik Klien tahu pesannya dimengerti.
3.4.5. Mengklarifikasi
Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti oleh perawat
terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yang
disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba
3.4.6. Menyatakan Hasil Observasi
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan isyarat non-verbal klien.
3.4.7. Memfokuskan
Membatasi bahan pembicaraan, spesisifik dan dimengerti.
3.4.8. Menawarkan Informasi
Penyuluhan kesehatan bagi klien dan memberi rasa percaya klien terhadap
perawat serta memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
3.4.9. Diam
Memberi kesempatan pada perawat dan klien untuk mengorganisir pikiran,
keterampilan dan ketepatan waktu, berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan
3.4.10.Meringkas
Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat dan
membantu mengingat topik, serta mengulang aspek penting dalam
interaksi.
3.4.11.Memberikan Penghargaan
Memberi Salam dan menghargai klien sebagai manusia utuh.
3.4.12.Menawarkan Diri
Perawat menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dilakukan tanpa pamrih.
3.4.13.Memberi Kesempatan Kepada Klien Untuk Memulai Pembicaraan
Perawat menstimulasi agar klien mengambil inisiatif untuk membuka
3.4.14.Menganjurkan Untuk Meneruskan Pembicaraan
Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan daripada mengarahkan
diskusi/pembicaraan
3.4.15.Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan
Melihat kejadian dalam suatu perspektif kejadian berikutnya sebagai
akibat kejadian yang pertama.
3.4.16.Menganjurkan Klien Untuk Menguraikan Persepsinya
Melihat segala sesuatu dari perspektif klien dan waspada akan timbulnya
gejala ansietas dari klien
3.4.17.Merefleksi
Agar klien mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai
ba-gian dari dirinya sendiri
3.5. Tahapan Komunikasi Terapeutik
Kariyoso (1997)Interaksi berarti menjalin hubungan yang baik, interaksi
perawat klien adalah suatu kegiatan menjalin hubungan baik antara perawat dan
klien yang bertujuan untuk memperlancar dalam kegiatan pemberian pelayanan.
3.5.1. Tujuan
Adapun tujuan tahapan komunikasi itu adalah :
a. Memenuhi kebutuhan klien
b. Membantu klien dalam pengalaman kehidupan sehari – hari
3.5.2. Tahap Interaksi.
Stuart & Sundeen, (1995) membagi tahapan interaksi komunikasi
terapeutik menjadi 4 tahapan, adapun tahapannya sebagi beriku :
a. Pre interaksi
Tugas perawat pada tahap pre interaksi yaitu :
- Mendapat informasi tentang klien
- Mencari literatur berhubungan dengan masalah klien
- Mengeksploitasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
- Menganalisa kekuatan dan kelemahan professional
- Membuat rencana pertemuan dengan klien
- Tipe spesifik data yang akan dicari
- Metode yang tepat untuk kegiatan
- Setting ruangan/waktu yang tepat
b. Oreintasi/Perkenalan
Tugas perawat pada tahap orientasi yaitu :
- Membangun iklim kepercayaan
- Memformulasikan kontrak dengan klien
- Melakukan kontrak dengan klien
- komponen kontrak ( nama perawat, peran yang diharapkan dari
perawat & klien, tujuan, kerahasiaan, harapan, topik kegiatan,
c. Kerja
- Tugas perawat pada tahap kerja yaitu :
- Mendorong ekspresi terbuka perasaan klien
- Membuat klien menyadari inkonsistensi dalam tingkah
laku/pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri.
d. Terminasi
- Menghentikan interaksinya dengan klien
- Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara
Kognitif, afektif dan psikomotor
- Merencanakan tindak lanjut
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstrak yang terbentuk oleh generisasi dan
hal-hal khusus. Kerangka merupakan abstrak, maka konsep tidak langsung diamati
(Notoadtmojo, 2005).
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti Komunikasi
terapeutik perawat
Indikator Kepuasan meliputi : pasien meliputi :
2. Defenisi Operasional
N0 Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Variabel
yang dilakukan oleh
perawat pada saat
memberikan
pelayanan pada pasien
di rumah sakit.
1. Tahap orientasi
adalah hasil yang
diterima oleh pasien
setelah berinteraksi
dengan perawat, baik
perasaan senang
- Puas nilainya,
Responsivene
ss
Tanggapan perawat
pelaksana terhadap
keluhan pasien rawat
inap di rumah sakit.
Instrumen
- Puas nilainya,
- Sangat Puas,
nilainya 4.
- Puas nilainya,
3
- Tidak Puas
nilainya 2
- Sangat tidak
puas nilainya
1
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat
pengaruh diantara variabel independen (komunikasi terapeutik perawat), dengan
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain studi korelasi, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan
pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan.
2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Keseluruhan dari unit analisis dan karakteristik yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat rawat inap pada bulan
Maret 2010 di Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 640 orang. (Wakil Direktur
Penunjang Medis dan Pendikan 2010).
2.2. Sampel
Sebahagian dari populasi yang mana cirinya diselidiki atau diukur. Penentuan
jumlah sampel penelitian didasarkan pada rumusan Damsey dan Demsey (2002) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian
kurang dari 100, dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari 100 dapat diambil 10 %
dari jumlah populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel dengan
sederhana). Yang akan dipilih dari beberapa ruangan rawat inap secara acak
sampai mewakili populasi yaitu sebanyak 64 orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Haji Medan. Diperkirakan lokasi
dan wilayah ini mudah dijangkau sehingga dapat efesien waktu dan biaya karena
dilakukan dalam masa studi. dan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni
sampai dengan oktober 2010.
4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan izin
kepada istitusi Fakultas Ilmu Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan
izin kepada Direktur Rumah Sakit Haji Medan, tempat penelitian dilakukan.
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekan
pertimbangan etik yang meliputi :
4.1. Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak,
maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak – haknya.
4.2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantum nama responden,
4.3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan.
5. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah 2 bagian Kuesioner
yaitu :
1. Data demografi pasien, meliputi kode atau inisial, usia jenis kelamin, suku
bangsa, dan pendidikan.
2. Bagian kedua berupa kuesioner yang berisi tentang komunikasi terapeutik
perawat 15 pertanyaan dan kepuasan pasien 15 pertanyaan, maka jumlah
keseluruhan 30 pertanyaan.
5.1. Kuesioner Komunikasi Terapeutik
Untuk keterampilan komunikasi terapeutik perawat, Instrumen penelitian
dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu pada tahapan komunikasi terapeutik.
Kuisioner berupa pernyataan tentang variabel komunikasi terapeutik perawat
terdiri dari 15 pertanyaan yaitu terdapat pada nomor 1 s/d 15. dalam kuesioner
komunikasi terapeutik menggunakan skala likert dengan range 1–4. semua
pernyataan positif. pilihan jawaban yang tersedia Selalu (SL) = 4, Sering (SR) = 3,
Jarang (JR) = 2, Tidak Pernah (TP)=1. Total skor Pernyataan tentang komunikasi
terapeutik nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 60. Jadi semakin tinggi skor
semakin baik komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat saat berkomunikasi
Maka berdasarkan statistik dapat diukur berdasarkan rumus Sudjana (1992)
dengan rumus
Ada 4 kategori kelas dalam komunikasi terapeutik perawat yaitu keterampilan
sangat baik, keterampilan baik, keterampilan cukup, dan keterampilan kurang.
Maka didapatkan panjang kelas atau P=15 dan nilai terendah 15 sebagai batas
bawah kelas interval pertama. Maka keterampilan perawat dalam komunikasi
terapeutik sebagai berikut:
1 – 15 = keterampilan kurang 16 – 30 = keterampilan cukup.
31 – 45 = keterampilan baik.
46 – 60 = keterampilan sangat baik
5.2. Kuesioner Kepuasan Pasien
Untuk kepuasan pasien berdasarkan indikator kepuasan pasien terdiri dari
responsiveness dan empati perawat dalam komunikasi terapeutik. Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner. variabel kepuasan pasien berdasarkan
responsiveness terdapat pada no.16 s/d 20, dan empati terdapat pada no.21 s/d 30. maka keseluruhan terdiri dari 15 pernyataan. Untuk kepuasan pasien peneliti
menggunakan skala likert dengan rentang 1-4. skore terdiri dari Sangat Puas
(SP)= 4, Puas(P) = 3, Tidak Puas (TP) = 2, Sangat Tidak Puas (STP) = 1. total
skor diperoleh nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 60. jadi semakin tinggi skor Rentang
P = Dimana P= Panjang kelas, rentang = 15
maka semakin tinggi kepuasan pasien. Maka berdasarkan statistik dapat diukur
berdasarkan rumus Sudjana (1992) dengan rumus :
Ada 4 kategori kelas dalam tingkat kepuasan pasien yaitu Sangat puas, Puas,
Tidak Puas, dan Sangat Tidak puas. Maka didapatkan panjang kelas atau P=15
dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Maka tingkat
kepuasan pasien sebagai berikut:
1 – 15 = Sangat Tidak Puas
16 – 30 = Tidak Puas
31 – 45 = Puas
46 – 60 = Sangat Puas.
6. Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh akan dikirim ke
tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Haji Medan.
Setelah mendapat izin, peneliti akan melaksanakan pengumpulan data
penelitian, saat pengumpulan data saya akan meminta bantuan asisten dimana
asisten diberi penjelasan terlebih dahulu bagaimana cara mengisi kuesioner dan
menjelaskannya kepada responden, selanjutnya peneliti akan menjelaskan kepada
responden tentang tujuan dan manfaat serta proses pengisian kuesioner, kemudian Rentang
P = Dimana P= Panjang kelas, rentang = 15
responden akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Setelah itu
peneliti akan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Bila semua
data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, maka selanjutnya peneliti akan
menganalisa data.
7. Uji Validitas dan Reabilitas
Selanjutnya untuk memenuhi syarat yang baik dari suatu instrumen
penelitian, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner. Penjelasan
dari kedua hal tersebut sebagai berikut :
7.1. Validitas
Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan kemampuan
instrument pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk
mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002).
Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka.
Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi,
2007). Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kriteria yaitu: komunikasi terapeutik
dan kepuasan pasien. Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti kemudian
dikonsultasikan kepada dosen yang berkompeten. Untuk komunikasi terapeutik
dibuat berdasarkan tehnik komunikasi terapeutik selanjutnya dikonsulatasikan
kepada ibu Jenny Marlindawani Purba, SKp. MNS. Setelah konsultasi instrumen
komunikasi terapeutik diubah berdasarkan tahapan peoses komunikasi. Dan
berkomunikasi dengan pasien, kemudian dikonsultasikan kepada Bapak Fatih...
setelah konsultasi instrumen peneltian ini valid. (lampiran...)
7.2. Reliabilitas
Untuk mengetahui kepercayaan (reabilitas) instrument dilakukan uji reabilitas
instrument. Instrument disebut realibel jika instrument tersebut sudah baik, dapat
dipercaya dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini dilakukan
uji reabilitas dengan menggunakan responden yang mempunyai kriteria dan
ciri-ciri seperti sampel pada penelitian. Pada uji realibilitas ini mengambil responden
sebanyak 30 responden dan dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Pada 22
september 2010. Dengan perhitungan menggunakan rumus Koefisien Realibilitas
Cronbach Alpha, di mana suatu instrument dikatakan realibel jika mempunyai nilai alpha 0,5 atau lebih. (terori terkait).Pada uji reabelitas ini mendapatkan hasil
nilai alpha 0,896 sehingga dikatakan reliabel. (Lampiran....)
8. Analisa Data
Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa
tahapan, antara lain tahap pertama adalah :
8.1. Editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai
petunjuk.
8.3. Tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer secara manual.
8.4. Tahap ke empat atau tahap terakhir cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan, untuk memastikan ada kesalahan atau tidak.
8.5. Metode Statistik untuk analisa data yang digunakan adalah :
8.5.1.Statistik Univariat
Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari
suatu variabel yang bertujuan mengdeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit &
Hungler, 2002). Pada penlitian ini, analisa data dengan metode statistic
univariat digunakan untuk menganalisa variabel independent dan dependent
akan ditampilkan dalam tabel frekuensi.
8.5.2.Bivariat Statistik
Bivariat statistik adalah suatu prosedur untuk menganalisa hubungan
antara dua variabel independen (Komunikasi terapeutik perawat), dengan
variabel dependen (kepuasan pasien) keduanya akan di uji memakai skala
ordinal dengan uji korelasi Spearman Rank (Rho) bisa juga disebut dengan
korelasi berjenjang, atau korelasi berpangkat dan ditulis dengan notasi (rs),
untuk mengetahui tingkat kecocokan dari 2 variabel terhadap grup yang sama,
dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). Maka hasil diinterpretasikan
dengan membandingkan nilai p dengan nilai α. Bila nilai p > α maka
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini di uraikan tentang hasil penelitian pengaruh komunikasi
terapeutik perawat terhadap tingkat kepuasan pasien di rumah Sakit Haji Medan.
Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden,
keterampilan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien, Untuk melihat
pengaruh variabel Independen (komunikasi terapeutik perawat) terhadap variabel
dependen (kepuasan pasien). akan digunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho).
1.1. Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
Lanjutan Tabel 1.
Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
Suku
- Tidak Sekolah
11
Dari tabel diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terdiri dari
umur, jenis kelamin, suku dan pendidikan. Pada tabel (1). Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 41 – 45 tahun yaitu sebanyak
21 orang. Sedangkan distribusi ditinjau dari jenis kelamin responden mayoritas
laki-laki sebanyak 40 orang (62,5%).
Distribusi ditinjau dari suku responden mayoritas suku jawa sebanyak 22
orang (34,4%). Dan berdasarkan pendidikan responden mayoritas adalah
1.2. Deskripsi sub variabel Komunikasi Terapeutik Perawat.
Pada variabel komunikasi terapeutik perawat yang terdiri dari 3 sub
variabel berdasarkan tahapan komunikasi terapeutik di dapatkan hasil pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. Distribusi frekuensi sub variabel komunikasi terapeutik perawat di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010. (N=64).
N0 Sub variabel Frekuensi Persentase
1. Orientasi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan untuk variabel komunikasi
terapeutik perawat. Untuk sub variabel fase orientasi mayoritas 40 (62,5%) sangat
baik. Dan pada sub variabel fase kerja terdapat 34 (53,1%) perawat, minoritas 1
(1,6%), sedangkan pada fase terminasi mayoritas terdapat 39 (60,9%) dan
1.3. Komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat saat berkomunikasi dengan pasien.
Pada variabel komunikasi terapeutik perawat di dapatkan hasil pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.Distribusi keterampilan komunikasi terapeutik perawat di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Keterampilan Komunikasi Terapeutik Perawat
Frekuensi (F) Persentase (P)
Sangat baik 43 67,2
Baik 21 32,8
Total 64 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden mengatakan
komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat saat berkomunikasi dengan
pasien keterampilannya sangat baik sebanyak 43 responden (67,2%).
1.4. Deskripsi sub variabel Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan
Pada variabel kepuasan pasien terdiri dari 2 sub variabel yaitu,
berdasarkan responsivenes dan empati perawat dalam berkomunikasi dengan
pasien. Dalam penelitian ini hasil yang didapat sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi frekuensi sub variabel kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2010 (N= 64).
Sub Variabel Kepuasan pasien
Sangat Puas Puas
F P F P
Responsivenes 51 79,7 13 20,3
Dari hasil penelitian menunujukkan bahwa dari 64 responden yang
menjadi sampel penelitian. Berdasarkan responsivenes/tanggapan sebanyak 51
responden (79,7%), mengatakan sangat puas. Sedangkan berdasarkan empathy
perawat dalam berkomunikasi terapeutik. sebanyak 49 responden (76,6%) juga
mengatakan sangat puas.
1.5. Deskripsi Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Tabel 5. Distribusi frekuensi kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan Kepuasan pasien Frekuensi (F) Persentase (P)
Sangat Puas 55 85,9
Puas 9 14,1
Total 64 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pasien merasakan
kepuasan yang sangat puas terhdap respon dan empati perawat ketika berinteraksi
dengan pasien sebanyak 55 pasien (85,9%).
1.6. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Adapun pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Hasil analisa pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Variabel Variabel 2 p – value Korelasi (r)
Komunikasi Terapeutik perawat
Berdasarkan uji analisa dengan analisis korelasi sederhana (Spearman’s
rho), pada penelitian ini menunjukkan nilai r= 0,972, nilai pValue= 0,004.
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik perawat
terhadap kepuasan pasien.
2.1. Sub variabel Fase Orientasi
Penelitian pada sub variabel Orientasi didapatkan hampir seluruh perawat
meperkenalkan diri saat berinteraksi dengan pasien, (62,5), ada juga perawat yang
tidak melakukannya tetapi sedikit, hanya (1,6%). Perawat yang tidak
memperkenalkan diri terbatas pada menanyakan identitas pasien saja, perawat
juga membuat kontrak terlebih dahulu sebelum berinteraksi dengan pasien.
(Lampiran8).
Berarti keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada komunikasi
karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku mencapai tujuan.
2.2. Sub variabel Fase Kerja
Pada sub variabel fase kerja, dari hasil penelitian didapatkan bahwa
(53,1%) pasien mengatakan perawat melakukan komunikasi sangat baik yaitu
perawat bertanya kepada pasien mengenai keluhannya berkaitan dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan dan menjalankannya dengan baik. perawat juga
memberi kesempatan pasien untuk bertanya sebelum tindakan dilaksanakan. Dan
Sesuai dengan pendapat Rosyidi (2008) mengatakan bahwa tugas perawat pada
tahap kerja adalah mendorong ekspresi terbuka perasaan klien, membuat klien
menyadari inkonsistensi dalam tingkah laku/pemikiran yang berhubungan dengan
pemahaman diri. (Lampiran 9).
2.3. Sub variabel Fase Terminasi
Fase terakhir atau perpisahan (terminasi) yang didapatkan dari penelitian
menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik perawat baik (60,9%), perawat
memberi tahu pasien bahwa tindakan di ruang rawat inap selesai atau boleh
pulang. (Lampiran 10).
Menurut Mundakir (2006) pada fase ini perawat harus menciptakan
realitas perpisahan, menyimpulkan hasil kegiatan; evaluasi hasil dan proses.
Saling mengeksplorasi perasaan penolakan, kehilangan, sedih, marah dan
perilaku lain. Memberikan reinforcement positif dan merencanakan tindaklanjut
dengan klien. Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat,
topik) serta mengakhiri kegiatan dengan baik. Fase ini merupakan fase yang sulit
dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada
tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat
terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan
pulang. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat
menggunakan konsep kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua
yaitu: terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan; terminasi akhir,
Agar kesan tidak baik dapat dikurangi, sebaiknya memberikan salam perpisahan
dengan baik sebelum pasien meninggalkan ruang atau akan pulang.
Hal ini tercipta karena perawat benar-benar telah melakukan tahap ini
dengan baik, sehingga nilai kerja dan pendokumentasian juga lebih lebih kongkrit.
2.4. Komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat saat berkomunikasi dengan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel komunikasi terapeutik perawat
dapat dilihat pada tabel 2 bahwa 43 pasien (67,2%) merasakan bahwa komunikasi
terapeutik yang diterapkan oleh perawat sangat baik. (Lampiran 11).
Hal ini terjadi karena perawat telah mampu merealisasi diri, membina
hubungan interpersonal dengan klien serta memfasilitasi tumbuhnya hubungan
yang terapeutik. Sesuai dengan yang dikatakan Roger (1997, dalam Stuart 1998)
sesungguhnya karakteristik seorang perawat dapat memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik adalah kejujuran, tidak membingungkan dan cukup
ekspresif.bersikap positif, memiliki empati, dan menerima klien apa adanya
2.5. Karakteristik Variabel kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel kepuasan pasien terdiri dari 2
sub variabel sebagai berikut :
2.5.1. Sub Variabel Responsivenes
Pada variabel responsiveness berdasarkan analisis penelitian menujukkan
berinteraksi dengan pasien yaitu 79,7%, dan yang merasa puas 20,3%.
(Lampiran 12)
Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan pasien merasakan kepuasan yang
tinggi terhadap responsiveness perawat rumah sakit Haji Medan. Kepedulian
perawat ini meliputi pasien tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan
perawatan ketika pertama datang. perawat selalu mengecek kesehatan pasien dan
berinisiatif memanggil dokter jika terjadi perubahan kondisi tubuh pasien, perawat
juga membantu pasien menjelaskan tentang yang dirasakan klien, memberikan
obat tepat waktu yang telah ditentukan.
Dalam hai ini perawat berusaha memperhatikan kebutuhan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya, merespon permintaan mereka dengan tanggap,
mendengarkan dengan serius apa yang pasien keluhkan serta menginformasikan
jasa secara tepat. Menurut Supardi (2008). Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam
pelayanan rumah sakit adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari
mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
2.5.2. Sub Variabel Empaty
Pada sub variabel empati hasil penelitian menunjukkan (76,6%) merasakan
sangat puas terhadap empati perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. (Lampiran 12).
Hasil penelitian di RSU Haji Medan menunjukkan bahwa jumlah
pasien yang merasakan perawat punya rasa empati dalam menjalankan tugas
pasien yang merasakan perawat kurang punya rasa empati. Bahkan hampir seluruh
perawat berempati dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hal perawat
mengevaluasi perasaan pasien setelah berinteraksi dengannya, Walaupun
terkadang pasien yang dirawat inap sangat banyak, perawat juga bersikap sopan,
ramah dengan wajah yang tersenyum setiap bertemu dengan pasien, tidak
membeda-bedakan status social, etnis, agama, serta status ekonomi pasien.
Perawat juga memotivasi pasien untuk mengunkapkan perasaanya, terkadang
yang menjadi kendala pada saat pergantian shift jaga perawat tidak sempat untuk
melihat kondisi masing-.masing pasien yang sedang menjalani perawatan karena
perhatian perawat cenderung terfokus pada pasien yang kondisinya kritis,
frekuensi interaksi perawat dengan pasien tergolong paling sering dibandingkan
dengan tenaga kesehatan yang lainnya, maka keberadaan perawat di rumah sakit
sangat penting dalam memegang peranan atas kelangsungan kondisi pasien.
Sesuai dengan pendapat Bratha (2008) Seorang perawat dengan empatinya
akan membantu pasien. Perawat berkeharusan bersikap baik dan santun kepada
seluruh pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai orang lanjut usia sekalipun.
Sikap ini didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan tepat dalam
segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Perawatan yang efektif mencakup
pemberian perhatian kepada kebutuhan emosi sang pasien. Sikap perawat kepada
pasien disesuaikan dengan usia pasien. Hal ini menguatkan bahwa kemampuan
untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali oleh perawat agar perawatan lebih
Sedangkan menurut Pasuraman (2009) menambahkan pentingnya dimensi
empati dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Di mana pelayanan yang
bermutu dapat memberikan pengalaman yang baik bagi pasien dan akan
mengundang mereka untuk datang kembali dan menjadi pelanggan yang loyal.
Seorang pasien yang merasa diperhatikan oleh perawat akan menimbulkan rasa
puas pada pasien tersebut, maka pelanggan/pasien akan berusaha untuk mengingat
nama dan wajah perawat tersebut, dan tidak menutup kemungkinan setelah keluar
dari rumah sakit pasien akan tetap menjalin hubungan yang baik dengan perawat
tersebut.
2.6. Pengaruh Komunikasi terapeutik Perawat terhadap kepuasan pasien di rumah Sakit Haji Medan.
Dari hasil analisis penelitian dengan analisi korelasi Spearman’s. pengaruh
antara komunikasi yang diterapkan oleh perawat di rumah sakit Haji Medan. Pada
penelitian menunjukkan nilai r = 0,004. Yang berarti adanya korelasi yang tidak
kuat dan dengan nilai pValue = 0,972 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak
signifikan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien.
(lampiran 13 ).
Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesa dari penelitian ini ditolak karena
terdapat pengaruh yang tidak signifikan komunikasi terapeutik perawat terhadap
kepuasan pasien.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eva Alviana
ini menunjukkan bahwa : "Ada hubungan antara Komunikasi Terapeutik
Perawat-Pasien dengan Kepusan Perawat-Pasien terhadap Pelayanan Rumah Sakit AI-Islam
Bandung." Berdasar hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,514 dan p = 0,000. Data
ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut signifikan pada taraf signifikansi 0.01
(lebih kecil dari 0,05). Nilai r sebesar 0,514 berarti kekuatan hubungan tersebut
sedang atau moderat. Pola hubungan linier positif yang berarti semakin baik
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisi dan pembahasan atas hasil penelitian
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.1. Komunikasi terapeutik perawat di rumah Sakit Haji Medan rata – rata
sangat baik walaupun ada sebahagian belum menggunakan komunikasi
terapetik secara baik. Melalui tahapan komunikasi. Pada fase orientasi
(62,5%), dan fase kerja (53,1%), dan pada fase terminasi (60,9%)
1.2. Kepuasan yang dirasakan pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan
pada umunya sangat puas terhadap respon yaitu (79,7%) dan empati
perawat 76,8%) )ketika berinteraksi dengan pasien dalam meberikan
asuhan keperawatan.
1.3. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara komunikasi terapeutik
dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hipotesa peneliti ditolak.
2. Rekomendasi
2.1. Bagi perawat
Agar dapat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dan
2.2. Bagi pihak Rumah Sakit
Sebaiknya segera membuat SOP (Standart Operasional Prosedur)
komunikasi terapeutik, meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara
mengikutsertakan para perawat dalam seminar-seminar keperawatan
tentang komunikasi terapeutik, memberikan pelatihan untuk meningkatkan
sikap, empati perawat terhadap pasien, dan memberikan kesempatan
perawat melanjutkan pendidikannya.
2.3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melibatkan responden yang
lebih bayak lagi serta menggunakan indikator kepuasan yang lebih luas.
Daftar Pustaka
Arikunto, S .( 2002 ), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta .
Alimun, H. Aziz. (2007), Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah.
Salemba Medika. Jakarta
Dampsey & Dempsey, (2002), Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi IV, EGC, Jakarta.
Keliat, Budi, Anna. (1996), Hubungan Terapuetik Perawat Klein. Penerbit Buku Kedoktoran, ECG. Jakarta.
Mundakir, (2006), Komunikasi Dalam Keperawatan : Aplikasi Teori dan Praktik. EGC. Jakarta.
Notoadmojo Suekidjo. (2003), Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmojo, S. ( 2005 ), Metode Penelitian Keperawatan,, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam,( 2003 ), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Purwanto, Heri. (2007). Komunikasi Untuk Perawat. EGC, Jakarta. Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik : Teori dan Praktik. EGC. Jakarta. S. Pohan, Imbalo. (2006), Jaminan Mutu Layanan Kesehan. ECG. Jakarta. Sudjana (1992), Statistik Penelitian, Tarsito, bandung.
Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995), Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edi-tion. St.Louis:Mosby Year Book.
Stuart, G.W.& Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nurs-ing.St.Louis: Mosby Year Book.
Kempul.com. (2009). Kepuasan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
10 Mei 2010
Perihal : Uji Validitas
Kepada Yth.
Jenny M. Purba, SKp, MNS di
Medan
Sehubungan dengan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dibutuhkan validitas instrument untuk medukung hasil penelitian yang akurat, untuk itu kami mohon kesediaan Ibu mmberikan uji validitas bagi mahasiswa kami yang tersebut dibawah ini :
Nama : Salman Nur
NIM : 091121027
Jurusan : S1 Keperawatan
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Demikianlah surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Mengetahui : Medan, 10 Mei 2010
Dosen Pembimbing, Yang Membuat Permohonan
Salbiah, SKp, M.Kep. Salman Nur
Tembusan :
16 Oktober 2010
Perihal : Uji Reliabelitas Kepada Yth.
Direktur Rumah Sakit Haji di
Medan
Sehubungan dengan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Keperawatan Uni-versitas Sumatra Utara, dibutuhkan reliabelitas instrument untuk medukung hasil penelitian yang akurat, untuk itu kami mohon kesediaan Ibu memberikan uji reli-abelitas bagi mahasiswa kami yang tersebut dibawah ini :
Nama : Salman Nur
NIM : 091121027
Jurusan : S1 Keperawatan
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Demikianlah surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Mengetahui : Medan, 16 Oktober 2010
Dosen Pembimbing, YangMembuat
Permohonan
Salbiah, SKp, M.Kep. Salman Nur
Tembusan :
Reliability
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
Formulir Persetujuan Menjadi Responden
Judul penelitian : Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Peneliti : Salman Nur
Saya adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai
salah satu kegiatan proses belajar-mengajar dalam mata kuliah Riset
Kepera-watan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi
tera-paeutik perawat terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan. Partisipasi
saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Jika saudara tidak bersedia menjadi
responden, maka peneliti akan menghargai dan tidak akan memaksa saudara.
Peneliti menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban yang saudara
beri-kan dan hanya untuk kepentingan penelitian. saudara bebas untuk menanyaberi-kan
apapun tentang penelitian ini, sebagai tanda kesediaan saudara, dimohon untuk
menandatangani lembar persetujuan ini.
Medan, September 2010.
Responden Peneliti