UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT
PERTUMBUHAN PENJUALAN PADA PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
OLEH:
NAMA
: ARIED SUMEKAR
NIM
: 060503071
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi
yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 10 Februari 2010 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti panjatkan kehaditat Allah
SWT yang telah memberikan hidayahnya dan petunjuk yang tiada terhingga,
sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
berangkaikan salam tak lupa pula peneliti hadiahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa cahaya Islam ke dunia ini dan juga
ilmu pengetahuan kepada ummatnya. sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan
Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama
penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan,
bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan terma kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan,
terutama :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra.Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen
3. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku dosen pembanding/penguji
I yang telah banyak memberikan arahan bagi peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak selaku dosen pembanding/penguji II yang telah
banyak memberikan arahan bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap
agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 10 Februari 2010 Peneliti,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Biaya kualitas dalam penelitian ini dikelompokkan dalam empat komponen, yaitu : biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kulitatif dan analisis kuantitatif statistik. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mengidentifikasikan dan mengelompokkan komponen-komponen biaya kualitas kedalam laporan biaya kualitas. Sedangkan analisis kuantitatif statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisi regresi berganda dengan mengunakan program SPSS for windows versi 16. Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan uji F, uji t dan adjusted R square.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa biaya kualitas secara simultan (uji F) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penjualan. Namun tidak demikian bila diuji secara parsial (uji t). Dengan adjusted R square diketahui bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh sebesar 26% dalam menentukan tingkat pertumbuhan penjualan.
ABSTRACT
This research has objection to knows effect of quality cost towards the rate of selling growth at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The quality cost on this research has grouped in four components, that are : prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, and external failure cost.
The method of analysis that used in this research is qualitative analysis and quantitative statistic analysis. Quantitative analysis was used to identifying and grouped quality cost components in quality cost statements. Quantitative statistic analysis in this research was used Double Regression Analysis by using SPSS software for windows version 16. The F test, t test, and adjusted R square used to examine the research hypothesis.
The result of this research with F test shows that The Quality Cost has significant effect towards the rate of selling growth. But not with t test, and adjusted R square shows that the quality cost has 26% effect to definite the rate of selling growth.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
ABSTRACT ……… ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ………. 6
C. Tujuan Penelitian ……… 7
D. Manfaat Penelitian ……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Teori ... 8
1. Pengertian Biaya ... 8
2. Pengertian Kualitas ... 9
3. Pengertian Biaya Kualitas ………. 14
4. Perilaku Biaya Kualitas ... 16
5. Perencanaan dan Penganggaran Biaya Kualitas ... 18
7. Laporan Biaya Kualitas ………. 20
8. Konsep Biaya Kualitas Optimum ... 21
9. Pengertian Penjualan ………. 23
10. Tingkat Pertumbuhan Penjualan ………. 25
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 27
C. Kerangka Konseptual ………. 29
D. Hipotesis Penelitian ………. 31
BAB III METODE PENELITIAN ………. 32
A. Desain Penelitian ………. 32
B. Populasi dan Sampel ………. 32
C. Variabel Penelitian ………. 33
1. Klasifikasi Variabel ………. 33
2. Defenisi Operasional Variabel ………. 34
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 35
E. Prosedur Pengambilan Data ………. 36
F. Model dan Tehnik Analisi Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 43
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 43
1.Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 43
3. Aktivitas PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan ... 47
4. Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 49
5. Prestasi Perusahaan ... 50
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Menganalisis Perilaku Biaya Kualitas Yang Terjadi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan … 56 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 64
3. Analisi Regresi ……… 75
4. Pengujian Hipotesis ……….... 77
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 81
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN dan SARAN ... 83
A. Kesimpulan ………. 83
B. Keterbatasan Penelitian ………. 84
C. Saran ………. 85
DAFTAR PUSTAKA ……….. 86
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 1.1 Daftar Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Pertumbuhan Penjualan PT.Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2001-2008 ... 5
Tabel 2.1 Kategori Biaya Kualitas ... 13
Tabel 2.2 Tinjauan Peneltian Terdahulu ... 27
Tabel 4.1 Daftar Kebun Penganugrahan SNA 2008 ... 51
Tabel 4.2 Unit-unit dari PTPN III (Persero) yang menerima penghargaan ..53
Tabel 4.3 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Biaya Kualitas dan Penjualan Tahun 2001-2003 ... 59
Tabel 4.4 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Biaya Kualitas dan Penjualan Tahun 2004-2006 ………….. 60
Tabel 4.5 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Biaya Kualitas dan Penjualan Tahun 2007-2008 …………. 61
Tabel 4.6 Persentase Komponen Biaya Kualitas Terhadap Penjualan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 63
Tabel 4.7 Descriptive Statistics ……… 65
Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ………... 66
Tabel 4.9 Descriptive Statistics data LN ... 67
Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test data LN ………... 68
Tabel 4.11 Coefficients ………... 72
Tabel 4.12 Model Summary ……….. 75
Tabel 4.13 Coefficients ………... 76
Tabel 4.14 Anova ... 78
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Perspektif Terhadap Kualitas ... 11
Gambar 2.2 Model Biaya Optimum ………. 22
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 30
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ...
50
Gambar 4.2 Grafik Histogram (sebelum data ditransformasi) ... 69
Gambar 4.3 Grafik Normal P-P Plot (sebelum data ditransformasi) .... 70
Gambar 4.4 Grafik Histogram (setelah data ditransformasi) ... 71
Gambar 4.5 Grafik Normal P-P Plot (setelah data ditransformasi)... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Huruf. Judul
i. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS
REPORT LAPORAN LABA RUGIPERIODE 2001-2004.
ii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS
REPORT LAPORAN LABA RUGIPERIODE 2005-2008.
iii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN TANAMAN PERIODE 2001-2004.
iv. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS
REPORT DAFTAR BEBAN TANAMAN PERIODE 2005-2008. .
v PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS
REPORT DAFTAR BEBAN PENJUALAN PERIODE 2001-2004.
vi. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS
REPORT DAFTAR BEBAN PENJUALAN PERIODE 2004-2008.
vii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2001-2002.
viii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2003-2004.
ix. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS
REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2005-2006.
x. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2007-2008.
xi PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DAFTAR BIAYA KUALITAS TRIWULAN I 2001 – TRIWULAN IV 2004.
xii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DAFTAR BIAYA KUALITAS TRIWULAN I 2005– TRIWULAN IV 2008.
xiv. Data Input Sebelum ditranformasi dengan Logaritma Natural
xv. Data Input Setelah ditranformasi dengan Logaritma Natural
xvi . Descriptives data
xvii. Npar test
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Biaya kualitas dalam penelitian ini dikelompokkan dalam empat komponen, yaitu : biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kulitatif dan analisis kuantitatif statistik. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mengidentifikasikan dan mengelompokkan komponen-komponen biaya kualitas kedalam laporan biaya kualitas. Sedangkan analisis kuantitatif statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisi regresi berganda dengan mengunakan program SPSS for windows versi 16. Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan uji F, uji t dan adjusted R square.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa biaya kualitas secara simultan (uji F) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penjualan. Namun tidak demikian bila diuji secara parsial (uji t). Dengan adjusted R square diketahui bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh sebesar 26% dalam menentukan tingkat pertumbuhan penjualan.
ABSTRACT
This research has objection to knows effect of quality cost towards the rate of selling growth at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The quality cost on this research has grouped in four components, that are : prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, and external failure cost.
The method of analysis that used in this research is qualitative analysis and quantitative statistic analysis. Quantitative analysis was used to identifying and grouped quality cost components in quality cost statements. Quantitative statistic analysis in this research was used Double Regression Analysis by using SPSS software for windows version 16. The F test, t test, and adjusted R square used to examine the research hypothesis.
The result of this research with F test shows that The Quality Cost has significant effect towards the rate of selling growth. But not with t test, and adjusted R square shows that the quality cost has 26% effect to definite the rate of selling growth.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya
seleksi perusahaan yang tetap bertahan atau memenangkan persaingan. Terjadinya
pergeseran kekuasaan pasar dari produsen ke konsumen, menyebabkan konsumen
memiliki kekuatan untuk menentukan cara memenuhi kebutuhannya. Perusahaan
harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan
akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Kepuasan pelanggan merupakan jaminan atas loyalitas pelanggan kepada
produk perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga tingkat pertumbuhan
penjualan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) yang dapat dicapai perusahaan dengan menciptakan nilai pelanggan
(customer value) yaitu selisih antara pengorbanan dan manfaat yang diperoleh
pelanggan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hansen, Mowen (2001 : 962) yang
menyatakan bahwa “dalam dua dekade terakhir, kualitas menjadi dimensi
kompetisi yang penting baik untuk perusahaan manufaktur maupun jasa”.
Dalam persaingan usaha yang semakin tajam, setidaknya ada tiga hal yang
harus dicermati oleh perusahaan yang memasarkan produknya yaitu
Kesementaraan mengacu pada perubahan tren, produk yang telah usang,
maupun selera konsumen yang berubah. Keanekaragaman berarti bahwa ada
persaingan dari produk-produk lain yang menjadi kompetitor bagi produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan inovasi berarti lahirnya produk baru,
teknologi baru, gaya hidup baru serta harapan baru. Dengan kata lain, kunci untuk
meningkatkan daya saing adalah menghasilkan produk yang dapat memberikan
nilai tambah baik dari segi manfaat maupun kualitas, sehingga pada akhirnya
dapat menciptakan kepuasan pelanggan.
Bagi produsen, menciptakan produk berkualitas tinggi dengan harga yang
bersaing bukan lagi pilihan, karena program perbaikan kualitas sudah menjadi
main issue untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kualitas telah
menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis kontemporer. Penekanan
kualitas merupakan hal yang paling penting dikarenakan oleh dua alasan. Pertama,
meningkatnya kesadaran pelanggan akan pentingnya kualitas produk dan jasa
yang mereka pilih. Kedua, peningkatan kualitas mengarah pada peningkatan dan
manfaat-manfaat yang terkait dengannya. Kualitas yang baik akan meningkatkan
penjualan. Setiap perusahaan yang menerapkan program perbaikan kualitas perlu
merencanakan, mengukur, mengawasi dan melaporkan kemajuan program
tersebut.
Beberapa perusahaan masih memiliki asumsi bahwa semakin tinggi
kualitas, semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Akibatnya harga jual juga
semakin tinggi. Asumsi ini tidak selamanya benar jika perbaikan kualitas produk
berkualitas rendah justru akan menambah biaya karena akan memerlukan biaya
ekstra untuk memperbaiki produk yang cacat. Selain meningkatkan penjualan,
kualitas yang tinggi dapat memberikan nilai lebih terhadap kepuasan pelanggan
yang mana dalam jangka panjang akan dapat memperluas market share.
Program perbaikan kualitas merupakan aktivitas yang membutuhkan biaya
yang dikenal dengan istilah Biaya Kualitas. Biaya Kualitas didefinisikan sebagai
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas
produk atau mencapai standard kualitas yang telah ditetapkan. Besarnya biaya
kualitas tergantung dari desain kualitas produk yang direncanakan. Informasi yang
menyediakan data biaya kulitas secara lengkap disusun dalam bentuk laporan
Biaya Kualitas atau tertera secara implisit dalam daftar biaya tanaman, daftar
biaya penjualan, dan daftar biaya administrasi. Laporan Biaya Kualitas
merupakan laporan keuangan interim yang dapat dijadikan parameter bisnis bagi
perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan untuk merencanakan strategi perbaikan kualitas pada
periode selanjutnya.
Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam persaingan lokal dan
internasional yang semakin ketat ini masalah biaya mendapat perhatian khusus.
Untuk itu perlu dicermati antara biaya produksi dengan biaya kualitas mana yang
lebih berpengaruh terhadap kinerja badan usaha yang umumnya diukur melalui
tingkat pertumbuhan penjualan.
Besterfield (2003 : 173) mengemukakan bahwa “biaya kualitas yang
mempengaruhi posisi persaingan perusahaan”. Oleh karena itu, manajemen perlu
merencanakan dan mengendalikan biaya kualitas agar berada pada titik yang
optimum. Ketidakefektifan perusahaan dalam memperlakukan biaya-biaya yang
berkaitan dengan kualitas akan menimbulkan masalah bagi perusahaan.
Perusahaan mungkin saja telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan
perbaikan kualitas dalam jumlah yang besar, namun kualitas yang diperoleh tidak
sesuai dengan yang diharapkan, akibatnya penjualan tidak meningkat.
Banyak upaya dilakukan oleh badan-badan usaha untuk dapat menekan
biayanya seefisien mungkin, tetapi tidak jarang penekanan biaya tersebut
mempunyai pengaruh buruk terhadap kualitas. Penerapan biaya kualitas juga
dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Sejarah Perseroan diawali
dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda
oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi
perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).
PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu
dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam
bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.
PTPN III mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal
konsesi seluas 166.909,94 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal
seluas 88.287 ha, karet 45.327 ha dan kakao seluas 8.761 ha. Selain penanaman
komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN III juga mengelola areal Plasma milik
petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan
Seperti halnya perusahaan-perusahaan lain, PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan mengikuti program perbaikan kualitas produk guna
meningkatkan total penjualan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan memiliki tujuan untuk menjadi terdepan dibidangnya dengan
menghasilkan produk-produk yang bermutu internasional. Hasil produksi
perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard (SII) Certificate,
international quality certificate ISO 9001 : 2000 dan ISO 14001 : 1996.
Biaya-biaya yang termasuk komponen biaya kualitas tidak dilaporkan secara
terpisah di dalam Laporan Biaya Kualitas. Akan tetapi, masih tergabung dalam
daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasi.
Berikut ini adalah ringkasan data mengenai Biaya penjualan, Biaya administrasi,
Pertumbuhan penjualan dalam setahun dimulai dari tahun 2001 – 2008:
Table 1.1
Daftar Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Pertumbuhan Penjualan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2001-2008
*Dalam ribuan rupiah
Tahun * Biaya penjualan *Biaya Administrasi Pertumbuhan
Penjualan
2001 42.183.214 221.007.879 -
2002 30.807.110 306.947.079 0,213
2003 51.158.840 376.223.272 0,157
2004 35.281.372 703.717.142 0,268
2005 45.285.832 396.788.874 0,103
2006 82.188.543 339.150.668 0,138
2007 79.504.613 624.953.159 0,49
2008 95.740.730 855.595.255 0,18
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dibandingkan tahun
2005 pada tahun 2006 terjadi peningkatan biaya penjualan dan biaya administrasi
oleh adanya beban rehabilitasi tanaman dan pabrik untuk optimalisasi produksi.
Disamping itu penjualan juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,8 % atau dari
total penjualan tahun 2005 sebesar 2.334.949.125 menjadi 2.656.668.117.
Merujuk pada paparan sebelumnya dan data diatas, bahwa biaya kualitas
memiliki pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan, maka peneliti tertarik
untuk membahas dan meneliti lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh
biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan serta untuk mengetahui
apakah dengan adanya biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan akan
memberikan andil terhadap peningkatan pertumbuhan penjualan atau tidak.
Dengan dasar hal tersebut diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih judul
“Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. ”
B. Rumusan Masalah Penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Apakah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal baik secara simultan maupun
parsial, berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya
kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan
internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat pertumbuhan penjualan
pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan baik secara simultan maupun
parsial.
D. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan memperluas pola pikir
secara ilmiah dalam bidang akuntansi terutama dalam memahami biaya
kualitas serta menemukan solusi atas fenomena empiris mengenai biaya
kualitas dan pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan penjualan.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, masukan dan
pertimbangan bagi perusahaan yang membutuhkan dalam merencanakan,
mengukur, dan menyusun laporan keuangan atas biaya-biaya yang terkait
dengan program perbaikan kualitas di masa yang akan datang.
3. Bagi pembaca dan masyarakat luas, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan informasi, referensi, perbandingan, dan juga sumbangan
pemikiran bagi peneliti selanjutnya mengenai biaya kualitas dan
pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan penjualan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .
1. Pengertian Biaya
Dalam membicarakan biaya kualitas terlebih dahulu harus
diketahui pengertian biaya. Menurut para ahli, biaya dapat diartikan
sebagai berikut :
a. Menurut Maher (1995 : 33), “biaya merupakan suatu pengorbanan
sumber daya yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan mencapai tujuan tertentu”.
b. Menurut Carter (2004 : 29), “biaya merupakan nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaat”.
Istilah biaya (cost) sering disinonimkan dengan beban (expense).
Namun pada dasarnya kedua istilah ini berbeda.
Menurut Samryn (2001 : 23) :
Istilah biaya (cost) pada umumya digunakan untuk pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya.
Sedangkan beban (expense) merupakan biaya yang tidak dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang atau identik dengan biaya/harga yang sudah habis masa manfaatnya.
Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna
mendatang. Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data
biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Menurut Sulistianingsih dan Zulkifli (1999:83-86) dan
Harnanto dan Zulkifli (2003:14) penggolongan biaya dapat didasarkan
pada hubungan antara biaya dengan:
• Obyek Pengeluaran, dimana prinsip dari penggolongan biaya ini
berkaitan dengan pengeluaran. Misalnya: biaya untuk membayar
gaji karyawan tersebut disebut biaya gaji.
• Fungsi Pokok Perusahaan.
2. Pengertian Kualitas
Kualitas merupakan salah satu faktor penentu kinerja perusahaan serta
sebagai patokan ukuran relatif kebaikan suatu produk. Produk berkualitas
adalah produk yang dapat memenuhi harapan konsumen. Purnama (2006 :
9) mengemukakan bahwa :
Kemampuan perusahaan untuk menyediakan produk berkualitas akan menjadi senjata untuk memenangkan persaingan karena dengan memberikan produk berkualitas, kepuasan konsumen akan tercapai. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan defenisi yang tepat dan pemahaman yang akurat tentang kualitas yang tepat.
Kualitas merupakan faktor utama yang menentukan kinerja suatu
perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan
perlu mengenal konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan
Ariani Dorothea, terdapat pengertian kualitas menurut Deming (1982):
”kualitas merupakan seluruh karakteristik produk dan jasa yang meliputi
marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk
dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pelanggan.”
Hansen, Mowen (2001: 963) mendefenisikan kualitas secara
spesifik ke dalam 8 (delapan) dimensi kualitas, yaitu :
1. Performance : merujuk pada konsistensi dan baiknya suatu produk.
2. Aesthetics , berupa daya tarik produk berdasarkan penampilannya .
3. Serviceability : kemampuan produk untuk memberikan jasa .
4. Features : karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan produk lain yang bisa memberikan kesan berbeda .
5. Reliability ; keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu .
6. Durability ; tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan umur ekonomis produk atau seberapa lama produk memberi manfaat ekonomis .
7. Conformance, kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
8. Fitness for use, kesesuaian produk dengan fungsi-fungsinya seperti yang diiklankan .
Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa defenisi
kualitas bersumber dari 2 (dua) sisi, yaitu produsen dan konsumen. Produsen
menentukan persyaratan atau spesifikasi kualitas, sedangkan konsumen
kerangka “Perspektif terhadap Kualitas” di bawah ini yang dikemukakan oleh
Russel (1996).
Sumber: Purnama, Manajemen Kualitas; Perspektif Global, 2006 Gambar 2.1
Kerangka Perspektif Terhadap Kualitas
Menurut Hansen dan Mowen (1994 ; 773) terdapat dua jenis kualitas
yaitu:
1. Quality of Design (Kualitas Desain)
”Quality of design a function of product specification” kualitas desain
merupakan suatu rincian atau spesifikasi produk yang menjadi sifat dari suatu
produk dipasar. Jika produk tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka produk tersebut sudah tidak memenuhi quality of
design. Produk dengan kualitas desain yang lebih tinggi mencerminkan biaya
The Meaning of Quality
Production Producer’s Perspektive Consumer’s Perspektive Marketing
Quality of Conformance - Conformance to
specification - Cost
Quality of Design - Quality
Characteristics - Price
produksi yang lebih tinggi akibatnya harga jual lebih tinggi, karena produk
tersebut akan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen.
2. Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian)
Defenisi quality of conformance menurut Hanse dan Mowen (2003 : 657)
”Quality of conformance is a measure of how a product meets is requirements or
specification. If the product all of the designed specification, it is fitness for use.”
Kualitas keseuaian merupakan ukuran seberapa jauh produk akhir sesuai dengan
standar atau spesfikasi yang telah ditentukan. Jika produk tersebut mampu
memenuhi semua spesifikasi maka produk tersebut, merupakan produk
berkualitas tinggi.
Dari kedua jenis kualitas tersebut quality of conformance yang perlu
mendapat perhatian lebih besar dari pihak manajemen, karena sebagian besar
masalah yang dihadapi badan usaha seperti pemborosan bahan baku, tenaga kerja,
maupun waktu, disebabkan oleh ketidaksesuaian produk akhir dengan spesifikasi
sehingga mengakibatkan badan usaha kehilangan penjualan, meningkatkan biaya
dan penurunan profiabilitas.
Disamping kedua jenis kualitas tesebut menurut Gitlow (1990 : 12)
ditambah satu jenis lagi merupakan jenis yang ketiga yaitu :
3. Quality of Performance
Quality of performance menunjukkan bagaimana keberhasilan produk
atau jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dipasaran yang meliputi
jenis kualitas tersebut harus diperhatikan oleh manajemen agar dapat bertalian
terus di pasaran karena dalam membeli konsumen menginginkan kualitas yang
didapatkan sesuai dengan harga yang dibayarkan.
Keterkaitan quality of design dengan quality conformance terhadap
peningkatan laba dijelaskan oleh Juran J.M (1993 : 5) sebagai berikut :
“Quality of design diistilahkan product feature sedangkan quality of
conformance diistilahkan lower of deficiencies”
Tabel 2.1. Kategori Biaya Kualitas
Sumber : Hansen, Mowen; 2001
Kualitas dari kegiatan yang diproduksi oleh organisasi tergantung atas
lima factor. Faktor-faktor tersebut adalah desain, peralatan, bahan baku, Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan
Internal 4. Audit Kualitas 5. Penelaahan
1. Inspeksi Bahan Baku 3. Biaya Jaminan 4. Diskon karena Barang Cacat 5. Utang Produk 6. Biaya
Penanganan
penjadwalan dan kinerja. Secara kombinasi faktor-faktor tersebut tentu
menentukan akurasi atau acceptability dari keluaran dan garis waktu.
Penjelasan mengenai lima factor yang mempengaruhi kualitas tersebut
menurut David Bain (1992 : 116) adalah sebagai berikut :
1. Desain
Kualitas keluaran tergantung tidak hanya atas desain atau rancangan dari produk tetapi juga desain dari sistem yang dibutuhkan untuk memproduksi keluaran-keluaran tersebut. Pengembangan kualitas melalui desain tidak sepenuhnya berarti biaya yang lebih tinggi.
2. Peralatan
Kemampuan dalam menyediakan peralatan dan mesin-mesin yang dapat secara tepat diandalkan dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki mempunyai dampak penting terhadap kualitas.
3. Bahan-bahan
Bahan (material) dari bermacam-macam jenis digunakan oleh organisasi dalam usaha untuk menghasilkan keluaran. Adalah hal yang bahwa karakteristik dari bahan- bahan yang dipakai tersebut memenuhi persyaratan atau kebutuhan.
4. Penjadwalan
Penjadwalan memiliki dampak yang luar biasa terhadap kualitas. Hal ini secara jelas mempengaruhi garis waktu dimana keluaran-keluaran dikirim.
5. Prestasi
Kinerja manusia mempunyai tugas penting terhadap kualitas dari keluaran-keluaran yang diproduksi. Kinerja tergantung dari dua faktor yaitu keterampilan dan motivasi. Kinerja = keterampilan + motivasi. Keterampilan merupakan suatu fungsi dari dua faktor yaitu pelatihan dan pengalaman. Keterampilan = pelatihan + pengalaman. Motivasi juga merupakan fungsi dari dua faktor yaitu sikap dan lingkungan. Motivasi = sikap + lingkungan.
3. Pengertian Biaya Kualitas
Segala pengeluaran yang mendukung perbaikan kualitas suatu produk
akan dimasukkan sebagai biaya kualitas. Gryna (2001 : 19) mengemukakan
diantarannya mengartikan biaya kualitas sebagi biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai kualitas.”
Biaya kualitas menurut Hilton, Maher, Selto (2003 : 266) diartikan sebagai
biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas untuk mengontrol kualitas dan dalam
mengoreksi risiko kegagalan yang timbul.
Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 966) biaya kualitas dapat
dikelompokkan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu :
1. Biaya Pencegahan (prevention costs)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Ketika biaya pencegahan meningkat, kita akan berharap bahwa biaya kegagalan menurun. Misalnya biaya pencegahan adalah engineering kualitas, program pelatihan kualitas, pelaporan kualitas, perencanaan kualitas, evaluasi supplier, dan seleksi supplier, audit kualitas, lingkaran kualitas, ladang uji coba, dan peninjauan kembali desain..
2. Biaya Penilaian (appraisal costs)
Biaya penilaian merupakan biaya yang muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Termasuk dalam contoh ini adalah inspeksi dan pengujian bahan baku, pengemasan, inspeksi, supervisi aktivitas penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, pengukuran peralatan, dan pengesahan dari pihak luar.
3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure costs)
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke pihak luar. Ini adalah kegagalan yang didedeteksi oleh aktivitas penilaian. Contoh dari biaya ini adalah bahan sisa, pengerjaan kembali, waktu tunda, penginspeksian kembali, pengujian kembali, dan perubahan desain. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat tidak ada. 4. Biaya Kegagalan Eksternal (external failure costs)
biaya, kategori ini adalah yang paling menghancurkan perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah kehilangan penjualan karena kinerja produk yang buruk, retur dan pengurangan harga karena kualitas yang buruk, jaminan, perbaikan, utang produk, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dan penyesuain keluhan. Biaya kegagalan eksternal, seperti biaya kegagalan internal, tidak ada jika barang cacat tidak ada.
Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai
indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan
dengan ukuran-ukuran lain.
a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya
kualitas total terhadap nilai penjualan). Makin rendah nilai ini
menunjukkan program perbaikan kualitas makin buruk.
b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan (persentase biaya kualitas
total terhadap nilai keuntungan). Makin rendah nilai ini menunjukkan
keuntungan makin besar dimana program perbaikan kualitas makin buruk.
c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan. Perbandingan
ini diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga
pokok penjualan. Makin rendah nilainya menunjukkan makin baik
program perbaikan kualitas.
4. Perilaku Biaya Kualitas
Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Berdasarkan analisis para pakar
kualitas, suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang berjalan dengan
baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan. Hal ini
setiap perusahaan dapat menyusun anggaran untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap kelompok atau elemen secara individual, sehingga biaya kualitas yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5% dari penjualan. Agar standar tersebut dapat tercapai, maka perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara individual.
Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka hal-hal berikut perlu
diperhatikan (Fandy, 1995:43) :
a. biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan,
b. untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1) rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya atau kenaikan biaya sesungguhnya,
2) rasio biaya yang dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan kearah pencapaian sasaran periodik,
c. untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap.
Struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara keempat jenis
biaya kualitas, yaitu prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, dan
external failure cost. Keempat komponen biaya ini bersama-sama akan
mempengaruhi biaya kualitas. Adapun perilaku masing-masing komponen adalah
sebagai berikut:
a. kenaikan prevention cost akan menghasilkan pengurangan defect (cacat)
yang pada gilirannya akan mengurangi appraisal cost, karena
pengurangan defect ini akan menyebabkan berkurangnya biaya untuk
inspeksi dan test produk yang dihasilkan sudah tidak mengandung defect
b. kenaikan prevention cost juga akan memepengaruhi biaya kegagalan
karena berkurangnya defect berarti berkurangnya biaya untuk mengolah
defect itu sendiri. Jadi apabila prevention cost tingg i, maka internal dan
external failure cost akan rendah.
c. pengurangan biaya kualitas total akan menyebabkan peningkatan level
kualitas produk dan perbaikan produktivitas perusahaan.
Prevention dan appraisal cost merupakan biaya kualitas yang dapat
dikendalikan oleh produsen (controllable quality cost). Artinya , tinggi rendahnya
biaya ini dapat ditentukan terlebih dahulu oleh produsen. Perencanaan dan
pelaksanaan proses produksi yang baik akan menyebabkan tingkat defect yang
semakin rendah. Defect yang semakin rendah ini pada gilirannya akan
mengurangi internal dan external failure cost yang tidak dapat dikendalikan oleh
produsen (uncontrollable quality cost). Biaya ini muncul akibat adanya defect.
Dengan kata lain, tinggi rendahnya uncontrollable quality cost ini muncul akibat
adanya perlakuan atau sikap produsen terhadap controllable quality cost.
5. Perencanaan dan Penganggaran Biaya Kualitas
Gryna (2001: 10) mengemukakan bahwa “Biaya akan naik seiring
peningkatan kualitas desain produk. Kenaikan biaya yang tepat sasaran
sehubungan dengan peningkatan kualitas dapat mengurangi biaya pengerjaan
Program pengelolaan kualitas yang baik membutuhkan perencanaan dan
penganggaran biaya kualitas yang tepat. Perencanaan biaya kualitas dalam bentuk
standar dapat dilakukan dengan analisis perilaku biaya kualitas yang terjadi pada
periode yang lalu. Tiap-tiap komponen biaya kualitas dibandingkan dan dianalisis
untuk mengetahui trend biaya yang terjadi. Untuk mengetahui trend biaya
tersebut digunakan analisis regresi.
Dari analisis regresi atas data biaya kualitas historis, dapat ditentukan
persentase masing-masing komponen biaya kualitas terhadap biaya produksi atau
jumlah penjualan. Setelah mengetahui trend biaya kualitas yang ada maka biaya
kualitas optimum dapat ditentukan, yang kemudian digunakan sebagai standar
dalam anggaran.
6. Strategi Pengurangan Biaya Kualitas
Kemampuan untuk mengurangi total biaya kualitas bahkan secara dramatis
telah dibuktikan oleh banyak perusahaan di Amerika. Misalnya Tennant
Company, sebuah perusahaan manufaktur penghasil produk-produk pembersih
lantai, mampu mengurangi biaya kualitasnya selama 8 (delapan) tahun dari 17%
menjadi 2,5% dari penjualan.
Berikut ini beberapa strategi pengurangan biaya kualitas yang
direkomendasikan oleh American Society for Quality Control (Hansen et al, 2001
: 974).
a. Lakukan serangan langsung terhadap biaya-biaya kegagalan hingga hingga mencapai titik nol.
c. Kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai. d. Lakukan evaluasi secara kontiniu.
e. Secara tidak langsung lakukan usaha-usaha pencegahan untuk mendapatkan keuntungan dari perbaikan selanjutunya.
Strategi-strategi tersebut memudahkan perusahaan dalam mengatasi masalah
biaya kualitas. Dengan demikian, efektivitas atau efisiensi dalam program
perbaikan kualitas akan tercapai.
7. Laporan Biaya Kualitas
a. Manfaat Laporan Biaya Kualitas
Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika organisasi
tersebut serius dengan program perbaikan kualitas. Laporan Biaya Kualitas
dapat dijadikan parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi
penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk tujuan
perusahaan.
Tjiptono et al.(2003 : 40) merincikan berbagai manfaat Laporan Biaya
Kualitas ke dalam beberapa point, antara lain:
1) mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba),
2) mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya,
3) menekan biaya pemebelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok,
4) mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan,
5) mengidentifikasi masalah kualitas dan adanya sistem yang berlebihan,
6) menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat,
8) sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara input dengan output,
9) sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara vital few dan trivial many,
10)sebagai alat manajemen strategic untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi,
11)sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
b. Jenis Laporan Biaya Kualitas
Laporan biaya kualitas ada 4 (empat) jenis (Hansen et al., 2001 : 984). 1. Laporan standar interim
Laporan ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi biaya kualitas yang dianggarkan. Para manajer menggunakan laporan ini untuk membandingkan biaya kualitas aktual dengan yang dianggarkan pada periode tersebut. 2. Laporan trend satu periode
Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir. Manajemen dapat memperoleh wawasan tambahan dengan menbandingkan kinerja tahun ini dan biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi pada tahun sebelumnya. 3. Laporan trend periode-ganda
Laporan ini menyediakan grafik yang menggambarkan perubahan kualitas sejak pertama kali program perbaikan kualitas tersebut dilaksanakan sampai tahun ini. Dengan laporan ini, diharapkan manajemen memperoleh informasi trend menyeluruh untuk menilai program peningkatan kualitas.
4. Laporan jangka panjang
Laporan ini menunjukkan kemajuan berdasarkan standar atau tujuan jangka panjang. Laporan jangka panjang ini membandingkan biaya kualitas aktual periode ini dengan biaya yang diizinkan jika standar cacat nihil tercapai (dengan asumsi tingkat penjualan sama dengan periode saat ini).
8. Konsep Biaya Kualitas Optimum
Pada dasarnya perusahaan menginginkan agar biaya kualitas rendah, namun
dapat mencapai yang lebih tinggi, setidaknya sampai pada titik tertentu. Pada
dasarnya ada dua paradigma tentang konsep biaya kualitas optimum, yaitu
Perusahaan-perusahaan yang intensif mengikuti program perbaikan kualitas lebih
cenderung mengikuti paradigm TQM. Paradigma ini beranggapan bahwa total
biaya kualitas terendah dicapai pada level zero defect (cacat nihil). Hal ini
dijelaskan pada gambar “Model Biaya Optimum” menurut TQM berikut.
Cost per good unit of product
0 Quality of Conformance(%) 100 Sumber: Gryna, Quality Planning and Analysis, 2001
Gambar 2.2 Model Biaya Optimum
Gambar tersebut menunjukkan 3 (tiga) macam kurva, yaitu:
a. kurva biaya kegagalan (Failure Cost). Biaya ini akan mencapai angka nol
jika produk yang dihasilkan 100% baik (zero defect), dan akan meningkat
menuju angka yang tidak terbatas ketika produk 100% cacat
b. kurva biaya pencegahan dan penilaian (Costs of appraisal plus
prevention). Biaya ini mencapai angka nol pada saat produk 100% cacat,
dan akan menjauhi angka nol seiring peningkatan kualitas produk.
c. kurva biaya kualitas total (Total Quality Costs). Kurva ini merupakan
gabungan kedua kurva di atas yang menggambarkan total biaya kualitas
Costs of appraisal plus prevention Failure Cost
per satuan produk yang baik. Biaya kualitas optimum terletak pada kurva
ini dengan sumbu absis tepat di 100% produk baik (zero defect).
9. Pengertian Penjualan.
Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi (Winarno & Ismaya, 2003: 380)
Penjualan diartikan sebagai suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak atau jasa dalam pertukaran untuk penerimaan kas, janji pembayaran atau dapat disamakan dengan uang, atau kombinasinya. Transaksi ini dicatat dan dilaporkan sebesar jumlah kas, janji pembayaran, atau ekuivalen dengan uang yang diterima.
Dari defenisi ini dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah setiap aktifitas
yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan pengiriman atau
penyerahan baik barang ataupun jasa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
pembayaran bagi si penerima barang (pembeli) baik secara tunai maupun kredit
sebesar kesepakatan kedua pihak. Penjual mencatat nilai penjualan sebesar
kesepakatan tersebut.
Dalam kamus istilah akuntansi keuangan dan investasi penjualan diartikan
sebagai ”pendapatan yang diterima dari pertukaran barang dan dicatat untuk satu
periode akuntansi tertentu, baik berdasarkan kas (sebagaimana diterima) atau
berdasarkan akrual (sebagaimana diperoleh)”. Dari arti penjualan ini, dapat
disimpulkan bahwa penjualan merupakan pendapatan yang diakui perusahaan
selama satu periode akuntansi tertentu dari hasil pertukaran barang, baik dengan
Untuk dapat dikatakan sebagai penjualan, suatu transakasi harus
menyangkut pemindahan risiko-risiko sebagai akibat kepemilikan tersebut.
Selanjutnya dikatakan oleh Yadiati & Wahyusdi (2006: 28) ”transaksi penjualan
barang dagang dalam perusahaan dagang dapat dilakukan baik secara tunai
maupun kredit atau secara tunai dan sisanya dibayar secara kredit”. Oleh karena
itu, didalam pendapatan yang diperoleh perusahaan mencakup keseluruhan
transaksi yang dilakukan dalam penjualan barang dagang tersebut.
Secara umum ada dua jenis penjualan yaitu :
a. Penjualan tunai
”Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan mewajibkan
pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang
diserahkan kepada pembeli oleh penjual”. (Mulyadi, 2001: 455).
b. Penjualan Kredit.
”Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan
barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu
tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut”. (Mulyadi,
2001: 212).
Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK no: 23) menyatakan
bahwa: ”Pendapatan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal”. (IAI, 2007: 23.2)
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa pendapatan pada umumnya
berasal dari aktivitas normal perusahaan. Aktivitas normal terdiri dari transaksi
penjualan dan pembelian. Transaksi penjualan terdiri dari penjualan produk,
pemberian jasa, pendapatan dari penggunaan aktiva dan pelepasan aktiva selain
barang dagang.
10. Tingkat pertumbuhan Penjualan.
Menurut Swastha & Handoko (2001: 404) , ”Pertumbuhan pendapatan atas
penjualan merupakan indikator penting dari produk dan/atau jasa perusahaan
tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan digunakan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan penjualan.”
Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan
mengalami pertumbuhan kearah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang
konsisten dalam aktifitas utama operasinya. Sehingga pertumbuhan yang terjadi
dalam perusahaan dagang sering juga disebut pertumbuhan penjualan.
Higgins (2003: 115-131) menyatakan bahwa: ”growth comes from two
sources; increasing volume and rising price. Because of all variabel cost, most
current asset, and current liabilities have tendency directly with sales, so it is a
good idea to see the growth rate based on the sales of the company”. Berdasarkan
pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan dapat
penjualan karena penjualan merupakan suatu aktifitas yang umumnya dilakukan
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu tingkat laba yang
diinginkan.
Perhitungan tingkat pertumbuhan penjualan adalah dengan
membandingkan antara penjualan akhir periode dengan penjualan yang dijadikan
tahun dasar (penjualan periode sebelumnya). Apabila persentase perbandingannya
semakin besar, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan semakin baik
atau lebih baik dari periode sebelumnya.
Menurut Horne & Machowicz (2005: 285), pertumbuhan penjualan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
g = 100%
0 0 1
x S
S
S −
Keterangan :
g : Growth Sales Rate ( tingkat pertumbuhan penjualan).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul ini dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2. 2 Tinjauan penelitian terdahulu Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
Budi
Secara simultan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap EBIT.
Secara parsial biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal tidak berpengaruh signifikan, namun biaya kegagalan eksternal berpengaruh signifikan terhadap EBIT Nasiah
Biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan
biaya kegagalan
Secara simultan biaya kualitas berpengaruh terhadap ROI.
1. Budi Susanto (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Budi Susanto (2005) berjudul Analisis
Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan apda Divisi
Tempat dan Cor PT Pindad (Persero) Bandung menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara komponen-komponen biaya kualitas, yaitu biaya
pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegaglan eksternal
secara simultan terhadap EBIT.
Pengujian hipotesis secara parsial dengn sistem uji statistik anaisis regresi dari
penelitian tersebut menujukkan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaia, biaya
kegaglan internal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EBIT.
Sedangkan biaya kegaglan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap EBIT.
2. Nasiah (2007)
Penelitian yang dilakukan oleh Nasiah (2007) mengenai pengaruh Biaya
Kualitas Terhadap Penjualan Tandan Buah Segar (TBS) pada PT. Syuhbarasta
Medan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang
terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagala internal, dan biaya
kegagalan eksternal. Sedangkan variabel dependennya adalah penjualan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari biaya
pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan dan biaya kegagalan eksternal
3. Dedi Kurniawan (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Kurniawan (2009) mengenai
Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada PT
Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya
penilaian, dan biaya kegagala. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat
profitabilitas (ROI).
Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data diperoleh kesimpulan
bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROI) perusahaan. Diantara
ketiga unsur biaya kualitas, secara parsial hanya biaya pencegahan yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROI). Sedangkan dua unsur
lainnya yaitu biaya penilaian dan biaya kegagalan tidak memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan.
C. Kerangka Konseptual
”Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel
yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta
Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan
sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Biaya Kualitas (X)
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual
Kualitas merupakan hal krusial yang menyangkut suatu produk, baik
barang atau jasa dan menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis
kontemporer. Sejauh mana produk sesuai dengan kebutuhan pemakainya
ditunjukkan dengan kualitas. Masalah kualitas akan timbul pada saat produk tidak
dapat memberikan fungsinya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan
pemakainya. Kuantifikasi kualitas ke dalam satuan uang memunculkan adanya
istilah biaya kualitas.
Produk yang berkualitas tentu merupakan produk yang memiliki nilai
(value) yang lebih tinggi dengan ditandai oleh tingkat kepuasan pelanggan yang Biaya kegagalan internal (X3)
Biaya Pencegahan (X1)
Biaya Penilaian (X2)
Tingkat Pertumbuhan
Penjualan (Y)
tinggi atas produk tersebut. Perusahaan harus sadar bahwa sebenarnya
penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya
dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Pada perusahaan yang menerapkan TQM (total Quality Management)
biaya kualitas antar periode cenderung menurun seiring dengan meningkatnya
kualitas produk dan kepuasan pelanggan sehingga peningkatan pertumbuhan
penjualan antar periode akan naik atau dapat dikatakan biaya kualitas memiliki
hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan penjualan . Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa biaya kualitas berpangaruh pada tingkat pertumbuhan
penjualan perusahaan.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina, Mulyani (2007 : 14) ”Hipotesis adalah proporsi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Hipotesis merupakan
dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diuji kebenarannya,
melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah
dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang
diuraikan sebelumnya, hipotesis yang diperoleh adalah :
Ho : biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan
pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Ha : biaya kualitas berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .
Penelitian ini menggunakan desain assosiatif kausal, yaitu jenis penelitian
yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
B.Populasi dan sampel.
”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”, (Sugiyono, 2004: 72). Populasi
dalam penelitian ini adalah berupa daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan
dan daftar biaya administrasi serta Laporan Laba Rugi per triwulan dari tahun
2001 – 2008 pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sehingga
jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 32 sampel penelitian.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel non-probability sampling dengan cara accidental sampling
yaitu penulis menggunakan sampel yang dapat diakses dengan baik dan diperoleh
C. Variabel Penelitian .
1.Klasifikasi Variabel
a. Variabel independen (bebas) .
Variabel independen disebut juga variabel bebas yaitu variabel yang
mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat dan mempunyai hubungan yang
positif maupun negatif bagi variabel terikat lainnya. Dalam hal ini variabel
independen adalah biaya kualitas dan selanjutnya disebut “X”, dimana komponen
biaya kualitas yaitu :
Biaya Pencegahan dengan simbol X1.
Biaya Penilaian dengan simbol X2.
Biaya Kegagalan Internal dengan simbol X3.
Biaya Kegagalan Eksternal dengan simbol X4.
b. Variabel dependen (terikat).
Variabel dependen disebut juga variabel terikat yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Jadi variabel terikat adalah konsekuensi dari
varibel bebas. Dalam hal ini, variabel terikat adalah tingkat pertumbuhan
2. Defenisi Operasional Variabel
Biaya kualitas adalah segala pengeluaran yang mendukung perbaikan kualitas
produk atau merupakan biaya yang timbul apabila produk tingkat dapat memenuhi
kepuasan pelanggan atau terjadi pada waktu proses produksi sedang berjalan.
Biaya kualitas terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan
internal, dan biaya kegagalan eksternal. Perhitungan biaya kualitas ini merupakan
akumulasi dari biaya-biaya yang tercakup dalam biaya kualitas yaitu biaya
pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, serta biaya kegagalan
eksternal.
Tingkat pertumbuhan penjualan menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi dan
industri yang dihitung dari nilai penjualan. “Semakin tinggi pendapatan
perusahaan atas penjualan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi dan industri”
(Sartono, 2001 : 33).
Rumus pertumbuhan penjualan menurut Horne&Machowicz (2005: 285),
g = 100%
0 0 1
x S
S
S −
Keterangan :
g : Growth Sales Rate ( tingkat pertumbuhan penjualan).
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari September 2009 sampai Januari
2010 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang berlokasi di Jl.
Sei Batanghari No. 2, Medan.
E. Prosedur Pengambilan Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data time series. Data time
series merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang
didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam mingguan,
bulanan, triwulanan, kwartalan, dan tahunan. Berdasarkan sumbernya, data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utama.
Dari primer yang peneliti kumpulkan dari perusahaan adalah hasil wawancara
berupa tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait dalam perusahaan yang
memiliki kaitan dengan biaya kualitas.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diolah dan telah menjadi
dokumentasi perusahaan. Data sekunder yang peneliti kumpulkan dari perusahaan
tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasil serta Laporan Laba
Rugi per triwulan untuk periode 2001-2008.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian adalah :
a. Dokumentasi, yaitu memperoleh data yang dilakukan dengan cara menelaah
dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan laporan biaya kualitas.
Data yang diperoleh berupa daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan
daftar biaya administrasi serta Laporan Laba Rugi.
b. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Wawancara yang dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penerapan manajemen mutu
total, kendala dalam penerapan biaya kualitas, serta tingkat penjualan dan
F. Model dan Tehnik Analisis Data
1. Metode Analisis Data
Untuk menentukan hubungan yang berlaku antara biaya pencegahan, biaya
penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap
tingkat Pertumbuhan Penjualan, analisis statistik yang digunakan adalah
persamaan regresi berganda, yang untuk menganalisis besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
Model persamaan :
Y = a + b X1 + b X2 + bX3 + b X4+ e
Keterangan :
Y = tingkat pertumbuhan penjualan
a = intercept atau konstanta
b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan varibel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
X1 = Biaya Pencegahan
X2 = Biaya Penilaian
X3 = Biaya Kegagalan Internal
X4 = Biaya Kegagalan Eksternal
2. Pengujian Data
a. Pengujian Asumsi Klasik
1). Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai
residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu
analisis statistik dan analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram
dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh
Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal
Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan
Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak
normal dan Ha diterima.
2). Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data
runtut waktu (timeseries). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu
dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik tidak terdapat autokorelasi.
Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah
dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Santoso
(2002:218) sebagai berikut:
a). angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
b). angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
c). angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3). Uji Heterokedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Menurut Erlina (2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika
varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas
independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan heteroskedastisitas, antara lain:
a). jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
b). jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau
terjadi homoskedastisitas.
b. Pengujian Hipotesis
1). Uji Simultan (Uji F statistik)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test (ANOVA
test). Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen tersebut dikatakan
mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel
independen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05. (Ghozali,
2005:84).
Bentuk pengujiannya:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1, b2, b3, b4 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan