• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembebanan Tidak Seimbang Terhadap Rugi-Rugi Dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga Fasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pembebanan Tidak Seimbang Terhadap Rugi-Rugi Dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga Fasa"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP

RUGI-RUGI DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA

FASA

(Aplikasi pada Laboratorium Mesin-Mesin Listrik di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

NIM : 050402010

FERRY DANIEL HUTAGALUNG

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI-RUGI DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA FASA

(Aplikasi pada Laboratorium Mesin-Mesin Listrik di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan)

Oleh :

NIM : 050402010

FERRY DANIEL HUTAGALUNG

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

NIP : 19610404 198811 1001 Ir. Riswan Dinzi, MT

Diketahui oleh : Pelaksana Tugas Harian

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

NIP: 194510291973021001 Prof.Dr.Ir. Usman Baafai

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

(3)

ABSTRAK

Beban yang dipasok oleh generator cadangan umumnya tidak seimbang.

Kondisi beban yang tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya komponen urutan

pada arus saluran. Pada sistem tiga fasa-tiga kawat, beban yang tidak seimbang akan

menimbulkan arus urutan positif dan arus urutan negatif. Sedangkan pada sistem tiga

fasa-empat kawat, beban yang tidak seimbang akan menimbulkan arus urutan positif,

negatif dan nol. Arus urutan tersebut akan memperbesar rugi-rugi generator sehingga

efisiensi generator akan semakin rendah. Dengan adanya arus urutan nol pada sistem

tiga fasa-empat kawat maka rugi-rugi generator akan lebih besar sehingga efisiensi

generator akan lebih rendah dibandingkan pada sistem tiga fasa-tiga kawat. Dan

semakin besar faktor ketidakseimbangan maka semakin besar rugi-rugi dan semakin

rendah efisiensi generator.

Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode komponen simetris

untuk menganalisa rugi-rugi saat pembebanan tidak seimbang yaitu terutama

(4)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur hanyalah bagi-Nya Tuhan Yesus Kristus

yang telah memampukan penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini. Begitu banyak

kesulitan dan permasalahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tetapi Tuhan

Yesus selalu memiliki cara untuk menolong penulis, Dia selalu mendengar

permohonan dan seruan penulis agar Beliau Yang Maha Baik menolong penulis di

setiap saat pengerjaan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan teristimewa kepada yang tercinta Ibu,

Bapak dan Abang yang selalu memberikan segala dukungan, dana, motivasi dan

terlebih doa-doanya.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul Tugas Akhir ini adalah :

PENGARUH PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI-RUGI

DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA FASA

Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini,

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai dan Bapak Rachmad Fauzi, ST, MT selaku

Pelaksana Tugas Harian Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnain selaku dosen wali penulis yang senantiasa

memberikan bimbingan selama perkuliahan hingga menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

3. Bapak Ir. Riswan Dinzi, MT selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan

tulus meluangkan waktu dan memberikan pemikiran untuk membimbing penulis

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan dan Bapak Ir. Bonggas L. Tobing yang sudi

memberikan ide-ide ataupun pemikiran beliau dalam menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

5. Seluruh Staf Pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan seluruh

Pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara atas bantuan administrasinya.

6. Bapak Epri, Bapak Naibaho dan Bapak Simatupang selaku Pengajar dan

Pembimbing di Laboratorium Mesin-Mesin Listrik Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan stambuk 2005, Mangiring, David, Fritz,

Benny, Herman, Antoni, Umar Sidik, Lamringan, Marhon, Windy, Sadak, Ellis,

(6)

8. Serta semua abang senior dan adik junior yang telah bersedia berbagi

pengalaman dan motivasi kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir

ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

menyempurnakan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan

menambah pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Grafik ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

I.3. Batasan Masalah ... 3

I.4. Metode Penulisan ... 3

I.5. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA II.1. Umum ... 6

II.2. Komponen Generator Sinkron ... 7

II.3. Prinsip Kerja Generator Sinkron ... 12

II.4. Reaksi Jangkar Generator Sinkron ... 14

II.5. Identifikasi dan Penentuan Parameter Generator Sinkron ... 18

(8)

II.7. Diagram Fasor Generator Sinkron ... 30

BAB III RUGI-RUGI DAN EFISIENSI GNERATOR SINKRON TIGA FASA III.1. Umum ... 33

III.2. Rangkaian Beban Tiga Fasa Seimbang ... 33

III.3. Rugi-Rugi dan Efisiensi Generator Sinkron Saat Berbeban Seimbang ... 36

III.4. Rangkaian Beban Tiga Fasa Tidak Seimbang ... 39

III.5. Sintesis Fasor Tak Simetris Dari Komponen – Komponen Simetrisnya ... 41

III.6. Operator a ... 45

III.7. Komponen Simetris Fasor Tak Simetris ... 47

III.8. Impedansi Urutan dan Rangkaian Urutan ... 51

III.9. Rugi-Rugi dan Efisiensi Generator Sinkron Saat Berbeban Tidak Seimbang ... 53

BAB IV PENGARUH PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI-RUGI DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA FASA IV.1. Umum ... 62

IV.2. Peralatan Yang Digunakan ... 63

IV.3. Pengujian Menentukan Parameter Generator Tiga Fasa 64 IV.3.1. Pengujian Beban Nol ... 64

IV.3.2. Pengujian Hubung Singkat ... 67

IV.3.3. Pengukuran Tahanan Jangkar Arus Searah ... 70

IV.3.4. Menentukan Impedansi dan Reaktansi Sinkron ... 73

IV.3.5. Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Negatif ... 74

(9)

IV.4. Pengujian Berbeban Seimbang ... 82

IV.5. Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Pada Sistem Tiga Fasa -

Tiga Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang

Berbeda ... 86

IV.6. Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Pada Sistem Tiga Fasa -

Empat Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang

Berbeda ... 94

IV.7. Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Dengan Faktor Ketidak-

Seimbangan (UF) Tetap ... 100

IV.8. Analisa Secara Grafik Pengaruh Pembebanan Tidak Seimbang

Terhadap Rugi-Rugi dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga

Fasa ... 106

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 112

V.2. Saran ... 113

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Konstruksi Generator Sinkron ... 7

Gambar 2.2. Bentuk-Bentuk Alur ... 8

Gambar 2.3. Rotor Kutub Menonjol ... 10

Gambar 2.4. Rotor Kutub Silinder ... 11

Gambar 2.5. Model Reaksi Jangkar ... 16

Gambar 2.6. Karakteristik Beban Nol ... 19

Gambar 2.7. Karakteristik Hubung Singkat ... 21

Gambar 2.8. Diagram Fasor Saat Hubung Singkat ... 22

Gambar 2.9. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron ... 27

Gambar 2.10. Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron... 29

Gambar 2.11. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Fasa ... 30

Gambar 2.12. Diagram Fasor Generator Sinkron ... 32

Gambar 3.1. Sistem Beban Tiga Fasa Seimbang Terhubung Y Beserta Diagram Fasornya... 34

Gambar 3.2. Sistem Beban Tiga Fasa Seimbang Terhubung ∆ Beserta Diagram Fasornya... 35

Gambar 3.3. Diagram Aliran Daya Generator Sinkron ... 37

Gambar 3.4. Beban Tiga Fasa Tidak Seimbang Terhubung Bintang Pada Sistem Tiga Fasa-Empat Kawat dan Sistem Tiga Fasa-Tiga Kawat ... 40

Gambar 3.5. Tiga Himpunan Fasor Seimbang Yang Merupakan Komponen Simetris Dari Tiga Fasor Tak Seimbang ... 44

(11)

Gambar 3.7. Rangkaian Urutan Generator Sinkron ... 52

Gambar 4.1. Rangkaian Pengujian Beban Nol ... 64

Gambar 4.2. Rangkaian Pengujian Hubung Singkat ... 67

Gambar 4.3. Rangkaian Pengukuran Tahanan Jangkar Arus Searah ... 70

Gambar 4.5. Rangkaian Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Nol ... 78

Gambar 4.6. Rangkaian Pengujian Berbeban Seimbang ... 82

Gambar 4.7. Rangkaian Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Sistem Tiga Fasa -Tiga Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang Berbeda ... 86

Gambar 4.8. Rangkaian Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Sistem Tiga Fasa- Empat Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang Berbeda ... 94

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Beban Nol ... 66

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Hubung Singkat ... 69

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Tahanan Jangkar Arus Searah ... 71

Tabel 4.4. Hasil Analisa Data Pengukuran Tahanan Jangkar Arus Searah ... 73

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Negatif ... 76

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Nol ... 79

Tabel 4.7. Parameter Urutan Positif ... 82

Tabel 4.8. Parameter Urutan Negatif ... 82

Tabel 4.9. Parameter Urutan Nol ... 82

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Berbeban Seimbang ... 84

Tabel 4.11. Hasil Analisa Data Pengujian Berbeban Seimbang ... 85

Tabel 4.12. Hasil Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Sistem Tiga Fasa-Tiga Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang Berbeda ... 87

(13)

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Sistem Tiga Fasa-Empat

Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang Berbeda ... 96

Tabel 4.15. Hasil Analisa Data Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Sistem Tiga

Fasa-Empat Kawat Dengan Faktor Ketidakseimbangan (UF) yang Ber-

beda ... 100

Tabel 4.16. Hasil Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Dengan Faktor Ketidak-

seimbangan (UF) 10% ... 102

Tabel 4.17. Hasil Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Dengan Faktor Ketidak-

seimbangan (UF) 20% ... 102

Tabel 4.18. Hasil Analisa Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Dengan Faktor

Ketidakseimbangan (UF) 10% ... 105

Tabel 4.19. Hasil Analisa Pengujian Berbeban Tidak Seimbang Dengan Faktor

(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Hasil Pengujian Beban Nol ... 67

Grafik 4.2. Hasil Pengujian Hubung Singkat ... 70

Grafik 4.3. Perbandingan Rugi-Rugi Total Generator ... 106

Grafik 4.4. Perbandingan Rugi-Rugi Tembaga Jangkar ... 107

Grafik 4.5. Perbandingan Efisiensi Generator ... 108

Grafik 4.6. Perbandingan Rugi-Rugi Total Generator Antara UF 10% Dengan UF 20% ... 109

Grafik 4.7. Perbandingan Rugi-Rugi Tembaga Jangkar Antara UF 10% Dengan UF 20% ... 110

(15)

ABSTRAK

Beban yang dipasok oleh generator cadangan umumnya tidak seimbang.

Kondisi beban yang tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya komponen urutan

pada arus saluran. Pada sistem tiga fasa-tiga kawat, beban yang tidak seimbang akan

menimbulkan arus urutan positif dan arus urutan negatif. Sedangkan pada sistem tiga

fasa-empat kawat, beban yang tidak seimbang akan menimbulkan arus urutan positif,

negatif dan nol. Arus urutan tersebut akan memperbesar rugi-rugi generator sehingga

efisiensi generator akan semakin rendah. Dengan adanya arus urutan nol pada sistem

tiga fasa-empat kawat maka rugi-rugi generator akan lebih besar sehingga efisiensi

generator akan lebih rendah dibandingkan pada sistem tiga fasa-tiga kawat. Dan

semakin besar faktor ketidakseimbangan maka semakin besar rugi-rugi dan semakin

rendah efisiensi generator.

Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode komponen simetris

untuk menganalisa rugi-rugi saat pembebanan tidak seimbang yaitu terutama

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Generator sinkron merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem

tenaga listrik karena berperan dalam penyediaan energi listrik yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat secara umum baik industri, perkantoran, maupun

konsumen rumah tangga. Energi listrik sudah menjadi kebutuhan yang vital bagi

masyarakat secara umum. Hampir selama 24 jam setiap harinya konsumen

membutuhkan dan memakai energi listrik untuk berbagai macam penggunaan.

Tetapi permasalahan penyediaan energi listrik dewasa ini sudah menjadi

suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal tersebut dikarenakan seringnya terjadi

kekurangan penyediaan energi listrik terutama di Indonesia. Kurangnya penyediaan

energi listrik tersebut mengakibatkan kontinuitas produksi dari industri-industri

menjadi terganggu, kualitas kinerja setiap instansi perkantoran yang menggunakan

energi listrik menjadi berkurang, demikian juga pada konsumen rumah tangga.

Oleh karena itu, industri-industri, perkantoran maupun konsumen rumah

tangga menyediakan pembangkitan energi listrik sendiri ataupun menyediakan

generator cadangan. Sehingga dapat dipastikan di Indonesia, penyediaan energi

listrik sendiri ataupun generator cadangan jumlahnya sangat banyak. Perlu diketahui

(17)

generator yang dirancang oleh pabrik untuk melayani kondisi beban yang seimbang.

Sehingga untuk kondisi yang tidak ideal ataupun kondisi beban yang tidak seimbang

maka perlu diketahui bagaimana kondisi generator cadangan tersebut.

Sistem pembangkitan milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki

konfigurasi dimana generator selalu terhubung ke jaringan transmisi lewat trafo

penaik tegangan kemudian ke trafo penurun tegangan dan diteruskan ke pusat beban

melalui jaringan distribusi. Sedangkan pembangkitan energi listrik sendiri berupa

generator cadangan memiliki konfigurasi yang langsung terhubung ke pusat beban

tanpa melalui trafo. Dan perlu diketahui bahwa beban terpasang yang dipasok oleh

generator cadangan umumnya dalam kondisi yang tidak seimbang. Sehingga

generator cadangan yang terhubung langsung dengan pusat beban harus mampu

melayani beban yang tidak seimbang.

Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian baik berupa analisis maupun penelitian

di laboratorium untuk mengetahui pengaruh pembebanan yang tidak seimbang

terhadap generator sinkron, yang dalam hal ini pengaruhnya yaitu terhadap rugi-rugi

dan efisiensi generator itu sendiri.

I.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan

memperlihatkan pengaruh pembebanan tidak seimbang terhadap rugi-rugi dan

efisiensi generator sinkron tiga fasa. Dan manfaat dari penulisan tugas akhir ini yaitu

(18)

pembebanan tidak seimbang terhadap rugi-rugi dan efisiensi generator sinkron tiga

fasa.

I.3. Batasan Masalah

Agar isi dan pembahasan tugas akhir ini menjadi terarah dan dapat mencapai

hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan masalah yang akan

dibahas. Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

1. Generator Sinkron yang digunakan sebagai aplikasi adalah Generator Sinkron

Tiga Fasa pada Laboratorium Mesin-Mesin Listrik Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan.

2. Keadaan yang dipakai adalah keadaan mantap.

3. Jenis beban yang menjadi objek penelitian adalah jenis beban resistif.

4. Tidak membahas masalah harmonisa pada Generator Sinkron.

5. Tidak membahas tentang proteksi pada Generator Sinkron.

I.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Studi literatur

Yaitu dengan mempelajari buku referensi,artikel dari internet, dan bahan kuliah

(19)

2. Metode diskusi

Yaitu berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing, pengajar dan

pembimbing Laboratorium Mesin-Mesin Listrik Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan dan

teman-teman sesama mahasiswa mengenai masalah-masalah yang timbul selama

penulisan tugas akhir ini berlangsung.

3. Studi Lapangan

Melakukan percobaan di Laboratorium Mesin-Mesin Listrik Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK)

Medan.

I.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang

penulisan, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II GENERATOR SINKRON

Bab ini membahas tentang generator sinkron secara umum, konstruksi,

prinsip kerja, reaksi jangkar, identifikasi dan penentuan parameter,

(20)

BAB III RUGI-RUGI GENERATOR SINKRON TIGA FASA

Bab ini membahas tentang rugi-rugi generator sinkron tiga fasa dalam

keadaan pembebanan seimbang, rangkaian beban tiga fasa seimbang dan

tidak seimbang, sintesis fasor tak simetris dari komponen-komponen

simetrisnya, operator a, komponen simetris fasor tak simetris, impedansi

dan rangkaian urutan dan rugi-rugi generator sinkron dalam keadaan

pembebanan tidak seimbang.

BAB IV PENGARUH PEMBEBANAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP

RUGI-RUGI GENERATOR SINKRON TIGA FASA

Bab ini membahas tentang jenis dan spesifikasi peralatan, percobaan

menentukan parameter generator sinkron, percobaan beban seimbang,

percobaan beban tidak seimbang dan analisa data hasil percobaan yang

berkenaan dengan pengaruh pembebanan tidak seimbang terhadap

rugi-rugi dan efisiensi generator sinkron tiga fasa.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan penulis mengenai pembahasan pada bab-bab

(21)

BAB II

GENERATOR SINKRON TIGA FASA

II.1. Umum

Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik

ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)

merupakan jenis mesin listrik yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan

bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi mekanis

diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh penggerak mula (prime mover),

sedangkan energi listrik diperoleh dari proses induksi elektromagnetik yang terjadi

pada kumparan stator dan rotornya.

Generator sinkron dengan definisi sinkronnya, mempunyai makna bahwa

frekuensi listrik yang dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator

tersebut. Rotor generator sinkron yang diputar dengan penggerak mula (prime

mover) yang terdiri dari belitan medan dengan suplai arus searah akan menghasilkan

medan magnet putar dengan kecepatan dan arah putar yang sama dengan putaran

rotor tersebut. Hubungan antara medan magnet pada mesin dengan frekuensi listrik

pada stator ditunjukan pada Persamaan 2.1 dibawah ini:

120 . p

n

f = s ………... (2.1)

(22)

ns = Kecepatan putar medan magnet atau kecepatan putar rotor (rpm)

p = Jumlah kutub

Generator sinkron sering kita jumpai pada pusat-pusat pembangkit tenaga

listrik (dengan kapasitas yang relatif besar). Misalnya, pada PLTA, PLTU, PLTD

dan lain-lain. Selain generator dengan kapasitas besar, kita mengenal juga generator

dengan kapasitas yang relatif kecil, misalnya generator yang digunakan untuk

penerangan darurat yang sering disebut Generator Set atau generator cadangan.

II.2. Komponen Generator Sinkron

Generator sinkron mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik

bolak-balik secara elektromagnetik. Energi mekanik berasal dari penggerak mula yang

memutar rotor, sedangkan energi listrik dihasilkan dari proses induksi

elektromagnetik yang terjadi pada kumparan-kumparan stator.

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bentuk penampang sederhana dari sebuah

generator sinkron.

(23)

Secara umum generator sinkron terdiri atas stator, rotor, dan celah udara.

Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor adalah

bagian yang berputar dimana diletakkan kumparan medan yang disuplai oleh arus

searah dari Eksiter. Celah udara adalah ruang antara stator dan rotor.

1. Stator

Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :

a. Rangka Stator

Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti jangkar

generator.

b. Inti Stator

Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik

khusus yang terpasang ke rangka stator.

c. Alur (slot) dan Gigi

Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada 3 (tiga)

bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup. Ketiga bentuk

alur (slot) tersebut tampak seperti pada Gambar 2.2 berikut :

terbuka setengah terbuka tertutup

(24)

d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)

Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini merupakan

tempat timbulnya ggl induksi.

2. Rotor

Rotor terdiri dari tiga komponen utama yaitu :

a. Slip Ring

Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi

dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip

ring ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush)

yang letaknya menempel pada slip ring.

b. Kumparan Rotor (kumparan medan)

Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam

menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari

sumber eksitasi tertentu.

c. Poros Rotor

Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada

poros rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros

rotor.

Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet

yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient pole (kutub

(25)

a. Jenis Kutub Menonjol (Salient Pole)

Pada jenis salient pole, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan

rotor. Belitan-belitan medannya dihubung seri. Ketika belitan medan ini disuplai

oleh Eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub berlawanan.

Bentuk kutub menonjol generator sinkron tampak seperti pada Gambar 2.3

berikut :

Gambar 2.3. Rotor Kutub Menonjol

Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron

dengan kecepatan putar rendah dan sedang (120-400 rpm). Generator sinkron tipe

seperti ini biasanya dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem

pembangkit listrik. Rotor kutub menonjol baik digunakan untuk putaran rendah

dan sedang karena:

• Kutub menonjol akan mengalami rugi-rugi angin yang besar dan bersuara

bising jika diputar dengan kecepatan tinggi.

• Konstruksi kutub menonjol tidak cukup kuat untuk menahan tekanan mekanis

(26)

b. Jenis Kutub Silinder (Non Salient Pole)

Pada jenis non salient pole, konstruksi kutub magnet rata dengan

permukaan rotor. Jenis rotor ini terbuat dari baja tempa halus yang berbentuk

silinder yang mempunyai alur-alur terbuat di sisi luarnya. Belitan-belitan medan

dipasang pada alur-alur di sisi luarnya dan terhubung seri yang dienerjais oleh

Eksiter. Gambaran bentuk kutub silinder generator sinkron tampak seperti pada

Gambar 2.4 berikut :

Gambar 2.4. Rotor Kutub Silinder

Rotor silinder umumnya digunakan pada generator sinkron dengan

kecepatan putar tinggi (1500 atau 3000 rpm) seperti yang terdapat pada

pembangkit listrik tenaga uap. Rotor silinder baik digunakan pada kecepatan

putar tinggi karena :

 Konstruksinya memiliki kekuatan mekanik yang baik pada kecepatan putar

tinggi

 Distribusi di sekeliling rotor mendekati bentuk gelombang sinus sehingga

(27)

II.3. Prinsip Kerja Generator Sinkron

Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai

berikut :

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber

eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.

Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka

akan menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.

2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera

dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang

dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor,

akan diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar

yang terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah

besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi

suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan

tersebut, hal tersebut sesuai dengan Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3

berikut :

dt d N

(28)

) 120 44 , 4 ( 120 44 , 4 2 ) 120 . 14 , 3 . 2 ( 2 ) 120 . 14 , 3 . 2 ( ) 120 . 14 , 3 . 2 ( ) 120 2 ( ) 120 ( ) 2 ( ) 2 ( C Np Npn np N E E np N E t Cos np N t Cos np N np f t Cos f N f t Cos N dt t Sin d N e m m maks eff m m m m m m m = = = = = − = − = = ∴ − = = ∴ − = − = φ φ φ ω φ ω φ π ω φ π π ω ω ωφ ω φ m eff Cn

E = φ ... (2.3)

dimana : Em = ggl induksi maksimum (Volt) ; Eeff = ggl induksi efektif (Volt)

N = jumlah lilitan ; e = ggl induksi dalam keadaan transient (Volt)

C = konstanta ; f = frekuensi (hz)

n = putaran rotor (rpm)

φm = fluks magnetik maksimum (Weber)

Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang

ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan

kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada

(29)

Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk menghasilkan

energi listrik.

II.4. Reaksi Jangkar Generator Sinkron

Saat generator sinkron bekerja pada beban nol tidak ada arus yang mengalir

melalui kumparan jangkar (stator), sehingga yang ada pada celah udara hanya fluksi

arus medan rotor. Namun jika generator sinkron diberi beban, arus jangkar Ia akan

mengalir dan membentuk fluksi jangkar. Fluksi jangkar ini kemudian mempengaruhi

fluksi arus medan dan akhirnya menyebabkan berubahnya harga tegangan terminal

generator sinkron. Reaksi ini kemudian dikenal sebagai reaksi jangkar. Model reaksi

jangkar tampak pada Gambar 2.5.

Pengaruh yang ditimbulkan oleh fluksi jangkar dapat berupa distorsi,

penguatan (magnetising), maupun pelemahan (demagnetising) fluksi arus medan

pada celah udara. Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan fluksi jangkar tergantung

kepada beban dan faktor daya beban, yaitu :

a. Untuk beban resistif (cosφ = 1 )

Pengaruh fluksi jangkar terhadap fluksi medan hanyalah sebatas mendistorsinya

saja tanpa mempengaruhi kekuatannya (cross magnetising).

b. Untuk beban induktif murni (cosφ = 0 lag)

Arus akan tertinggal sebesar 900 dari tegangan. Fluksi yang dihasilkan oleh arus

jangkar akan melawan fluksi arus medan. Dengan kata lain reaksi jangkar akan

(30)

c. Untuk beban kapasitif murni (cosφ = 0 lead)

Arus akan mendahului tegangan sebesar 900. Fluksi yang dihasilkan oleh arus

jangkar akan searah dengan fluksi arus medan sehingga reaksi jangkar yang

terjadi akan magnetising artinya pengaruh reaksi jangkar akan menguatkan fluksi

arus medan.

d. Untuk beban tidak murni (induktif/kapasitif)

Pengaruh reaksi jangkar akan menjadi sebagian magnetising dan sebagian

demagnetising. Saat beban adalah kapasitif, maka reaksi jangkar akan sebagian distortif dan sebagian magnetising. Sementara itu saat beban adalah induktif, maka reaksi jangkar akan sebagian distortif dan sebagian demagnetising. Namun

(31)
[image:31.595.162.481.117.456.2]

Gambar 2.5. Model Reaksi Jangkar

Keterangan gambar :

a) Medan magnet yang berputar akan menghasilkan tegangan induksi EAmax

b) Tegangan resultan menghasilkan arus lagging saat generator berbeban induktif c) Arus stator menghasilkan medan magnet sendiri BS dan tegangan Estat pada

belitan stator

d) Vektor penjumlahan BS dan BR yang menghasilkan Bnet dan penjumlahan Estat dan

(32)

Bentuk permukaan rotor silinder yang hampir rata membentuk celah udara

yang seragam sehingga reluktansi yang terjadi akan sama besar di setiap arah. Oleh

karena itu pengaruh reaksi jangkar dapat diasumsikan menjadi satu reaktansi saja

yaitu reaktansi sinkron XS.

Bila rotor generator diputar, tegangan induksi Ea akan dibangkitkan pada

belitan statornya. Bila beban dihubungkan pada terminal generator, maka pada

belitan stator akan mengalir arus jangkar Ia. Medan magnet stator (fluksi jangkar)

akan mempengaruhi medan magnet yang berasal dari rotor (fluksi rotor) dan

merubah tegangan fasanya. Oleh karena itu untuk mendapatkan tegangan terminal

yang konstan medan magnet rotor harus diperbesar dengan meningkatkan arus

medan If. Seiring bertambahnya arus medan If maka akan diperoleh fluksi resultan

yang sama besar dengan fluksi awal.

Pada Gambar 2.5.a, dilukiskan rotor dua kutub yang berada didalam stator

tiga fasa. Dalam hal ini tidak ada beban yang terhubung ke terminal generator.

Medan magnet BR akan membangkitkan tegangan induksi EAmax. Pada saat generator

beroperasi tanpa beban, tidak ada arus jangkar yang mengalir sehingga EAmax akan

sama dan sefasa dengan tegangan terminal Vφ.

Pada saat beban induktif dihubungkan ke terminal generator, arus jangkar Ia

akan lagging secara vektoris dari tegangan terminal seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.5.b. Arus yang mengalir pada stator akan menghasilkan medan magnet

(33)

yang terlihat pada Gambar 2.5.c. Medan magnet stator BS akan menghasilkan

tegangan stator Estat.

Dengan adanya dua tegangan ini EAmax dan Estat, maka tegangan total pada

fasa yang sama adalah penjumlahan dari tegangan induksi EAmax dan tegangan stator

Estat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.d. Dalam persamaan dapat ditulis

sebagai berikut :

stat

A E

E

Vφ = max + [volt] ... (2.4)

Dan besarnya medan magnet total Bnet adalah penjumlahan dari medan magnet rotor

BR dengan medan magnet stator BS, yaitu seperti yang ditunjukan pada Persamaan

2.5 berikut :

S R net B B

B = + [Tesla] ... (2.5)

Bila EAmax dan BR sefasa, maka medan magnet resultan Bnet akan sefasa dangan Vφ.

II.5. Identifikasi Dan Penentuan Parameter Generator Sinkron

Parameter generator sinkron dibutuhkan pada dasarnya untuk

menggambarkan rangkaian ekivalen beserta karakteristiknya. Parameter yang

dibutuhkan pada penulisan ini yaitu impedansi sinkron Zs, reaktansi sinkron Xs,

tahanan jangkar urutan positif rj1, tahanan jangkar urutan negatif rj2 dan tahanan

jangkar urutan nol rj0. Sehingga untuk memperoleh parameter-parameter tersebut

(34)

a. Pengujian Beban Nol

Pengujian beban nol terkait dengan karakteristik beban nol yaitu hubungan

antara tegangan induksi Ea dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian beban

nol, rotor generator diputar pada kecepatan nominal dan terminal jangkar dalam

keadaan terbuka. Arus medan If diatur bertahap dari nol hingga diperoleh harga

tegangan induksi Ea berkisar kurang lebih 125% dari tegangan nominal generator.

Pada kondisi ini arus jangkar Ia=0 dan tegangan induksi Ea=Vt. Pembacaan tegangan

induksi jangkar dengan pengaruh variasi medan eksitasi digambarkan dalam sebuah

kurva yang ditunjukkan oleh Gambar 2.6.

Ea Volt

If (Ampere) Air Gap

Gambar 2.6. Karakteristik Beban Nol

Dari gambar diatas tampak bahwa kurva tersebut memiliki garis linear

sampai diperoleh harga saturasi dari arus medan. Pada keadaan belum jenuh

(unsaturated), rangka (frame) besi mesin sinkron memiliki reluktansi yang besarnya

beberapa ribu kali lebih kecil dibandingkan dengan reluktansi celah udara, sehingga

(35)

meningkat secara linear. Ketika pada akhirnya inti besi tersebut jenuh, reluktansinya

meningkat secara dramatis, sehingga peningkatan fluks jauh lebih lambat daripada

peningkatan ggl (hal ini yang digambarkan oleh kurva melengkung). Garis linear

pada kurva tersebut disebut juga sebagai karakteristik celah udara (air gap).

Rangkaian pengujian beban nol tampak pada Gambar 4.1.

b. Pengujian Hubung Singkat

Pengujian hubung singkat terkait dengan karakteristik hubung singkat yaitu

hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian

hubung singkat, mula-mula arus medan dibuat menjadi nol dan terminal jangkar

dihubung singkat melalui amperemeter. Lalu arus jangkar diperbesar dengan

menaikkan secara bertahap arus medan hingga tercapai nilai arus jangkar maksimum

yang masih aman sekitar 125% - 150% dari arus nominal jangkar. Karakteristik

hubung singkat merupakan garis lurus. Pada kondisi hubung singkat, tegangan

terminal Vt =0 dan arus jangkar sama dengan arus hubung singkat (Ia=Isc), sehingga

dapat dirumuskan :

s a

a sc

a

jX r

E I

I

+ = =

... (2.6)

Pembacaan arus jangkar atau arus hubung singkat dengan pengaruh variasi

(36)

Ia (Ampere)

[image:36.595.228.404.121.278.2]

If (Ampere)

Gambar 2.7. Karakteristik Hubung Singkat

Kurva tersebut merupakan kurva linier karena tidak adanya efek saturasi. Saat

tegangan terminal sama dengan nol, lebih dari 90% tegangan jatuh muncul akibat

reaktansi sinkron. Pada Gambar 2.8 terlihat fasor untuk kondisi hubung singkat

dimana terlihat arus jangkar Ia tertinggal dari tegangan induksi Ea hampir 900,

dengan kata lain reaksi jangkar yang dihasilkan Ia hampir sepenuhnya melawan fluks

medan yang menghasilkan tegangan induksi Ea. Kedua fluksi yang berlawanan

tersebut menjaga fluksi resultan celah udara pada tingkat yang rendah sehingga tidak

(37)

Ea

IXs Er

Ia.ra Fr Fa F

[image:37.595.229.409.113.348.2]

Ia IaXla

Gambar 2.8. Diagram Fasor Saat Hubung Singkat

c. Menentukan Impedansi dan Reaktansi Sinkron

Jika tidak terjadi saturasi, impedansi sinkron Zs akan bernilai tetap. Secara

aktual Zs bervariasi saat terjadi saturasi. Untuk menghitung voltage regulation, hanya

satu nilai Zs yang digunakan. Umumya nilai Zs yang digunakan tersebut diperoleh

dari arus hubung singkat Isc yang terbesar dan besar tegangan induks i beban nol Ebn

saat terjadi saturasi dengan arus medan penguat/eksitasi If yang sama. Nilai

impedansi sinkron Zs dan reaktansi sinkron Xs per fasa dapat dihitung dengan

menggunakan Persamaan 2.7 dan Persamaan 2.8 berikut ini :

sc bn s

I E

Z =

... (2.7)

2 2

a s

s Z r

(38)

dimana : Ebn = Tegangan induksi beban nol saat terjadi saturasi pada arus medan

tertentu (Volt)

Isc = Arus hubung singkat pada arus medan yang sama saat saturasi (A)

Zs = Impedansi sinkron (ohm)

Xs = Reaktansi sinkron (ohm)

ra = Tahanan jangkar (ohm)

d. Pengukuran Tahanan Jangkar Arus Searah

Pengukuran tahanan jangkar arus searah (rdc) biasanya menggunakan metode

voltmeter-amperemeter. Dimana kumparan jangkar dihubungkan kepada sumber

tegangan arus searah (dc) ketika mesin dalam keadaan diam lalu diukur besar

arus yang mengalir pada kumparan jangkar. Pengukuran dengan menggunakan

sumber tegangan dc dimaksudkan bahwa reaktansi kumparan jangkar akan

menjadi nol selama proses pengukuran. Arus yang mengalir pada kumparan

jangkar diatur pada nilai nominalnya supaya kumparan berada pada temperatur

operasi normal. Jika kumparan jangkar terhubung bintang dan netral tidak

tersedia maka besar tahanan jangkar arus searah (rdc) per fasa dapat dihitung

dengan Persamaan 2.9. Sedangkan jika kumparan jangkar terhubung delta maka

tahanan jangkar arus searah (rdc) per fasa dapat dihitung dengan Persamaan 2.10

seperti berikut :

dc dc

I V r

2

(39)

dc dc dc

I V r

2 3

= ... (2.10)

dimana : Vdc = Tegangan arus searah pada kedua terminal jangkar (Volt)

Idc = Arus searah yang mengalir pada kumparan jangkar (A)

rdc = Tahanan jangkar arus searah (ohm)

Nilai tahanan jangkar arus searah (rdc) merupakan nilai pendekatan karena saat

kumparan jangkar mengalirkan arus bolak-balik maka nilai tahanan jangkar akan

meningkat karena adanya efek kulit. Sehingga perlu diketahui nilai tahanan jangkar

efektif yang dapat dihitung dengan Persamaan 2.11 berikut ini :

dc efektif

a kr

r = .

... (2.11)

dengan k = 1,2 s/d 1,3

Pengukuran tahanan jangkar arus searah (rdc) pada penulisan ini menggunakan

metode voltmeter-amperemeter dengan kumparan jangkar terhubung bintang.

Rangkaian pengukuran tahanan jangkar arus searah tampak pada Gambar 4.3.

e. Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Negatif

Saat generator dialiri arus urutan negatif, perilaku putaran medan stator akan

mempunyai arah yang berlawanan dengan putaran rotor tetapi jumlah putaran tetap

sama dengan jumlah putaran rotor (kecepatan sinkron) sehingga terdapat slip sebesar

200 % atau s = 2. Atau dikatakan bahwa arus urutan negatif yang mengalir pada

(40)

terhadap kumparan jangkar dengan arah putar berlawananan dengan medan putar

yang dihasilkan dari arus urutan positif. Dan medan putar ini berputar pada dua kali

kecepatan sinkronnya relatif terhadap kumparan medan sehingga akan menyebabkan

arus dengan frekuensi dua kali lipat dari frekuensi semula terinduksi pada kumparan

kumparan medan (eksitasi). Dimana arus induksi ini akan cenderung mengalir pada

kumparan rotor terus melalui damper winding dimana reaktansi paling rendah. Jika

dibiarkan terus meningkat maka akan menyebabkan pemanasan berlebihan pada

rangka rotor. Dengan identifikasi diatas maka pengukuran impedansi jangkar urutan

negatif Zj2 dilakukan seperti Gambar 4.4. Dimana untuk mendapatkan arus urutan

negatif yaitu dengan cara menukar dua fasa kumparan jangkar generator uji dengan

dua fasa kumparan jangkar generator injeksi sementara itu arus medan tidak

diberikan pada generator uji. Dari rangkaian pengukuran pada Gambar 4.4,

impedansi jangkar urutan negatif per fasa Zj2 dapat dihitung dengan Persamaan 2.12

berikut :

a t j

I V

Z 2 = 3

... (2.12)

dimana : Vt = Tegangan terminal line to line (Volt)

Ia = Arus jangkar (A)

(41)

Sedangkan reaktansi jangkar urutan negatif per fasa Xj2 dan tahanan jangkar urutan

negatif per fasa rj2 dapat dihitung dengan Persamaan 2.13 dan Persamaan 2.14

berikut :

2 2 2 j .sinϕ j Z

X =

... (2.13)

2 2 2 j .cosϕ

j Z

r =

... (2.14)

dimana : Xj2 = Reaktansi jangkar urutan negatif (ohm)

rj2 = Tahanan jangkar urutan negatif (ohm)

cosϕ2 = Faktor daya kumparan jangkar urutan negatif

f. Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Nol

Saat generator dialiri arus urutan nol, medan putar akan sama dengan nol dan

dapat dikatakan tidak ada fluksi yang terinduksi ke kumparan rotor sehingga

dianggap tidak ada arus yang terinduksi pada kumparan rotor. Dengan identifikasi

diatas maka pengukuran impedansi jangkar urutan nol Zj0 dilakukan seperti Gambar

4.5. Dimana untuk menghasilkan medan putar sama dengan nol maka kumparan

jangkar generator uji dihubungkan secara seri dan disuplai dari salah satu fasa

sumber tegangan tiga fasa injeksi sementara itu rotor generator yang uji tidak diputar

dan eksitasi tidak diberikan. Dari rangkaian pengukuran pada Gambar 4.5, impedansi

jangkar urutan nol Zj0 dapat dihitung dengan Persamaan 2.15 berikut :

a t j

I V Z

3

0 =

(42)

dimana : Vt = Tegangan line to netral (Volt)

Ia = Arus jangkar (A)

Zj0 = Impedansi jangkar urutan nol (ohm)

Sedangkan reaktansi jangkar urutan nol Xj0 dan tahanan jangkar urutan nol rj0 dapat

dihitung dengan Persamaan 2.16 dan Persamaan 2.17 berikut :

0 0 0 j .sinϕ j Z

X =

... (2.16)

0 0 0 j .cosϕ

j Z

r =

... (2.17)

dimana : Xj0 = Reaktansi jangkar urutan nol (ohm)

rj0 = Tahanan jangkar urutan nol (ohm)

cosϕ0 = Faktor daya kumparan jangkar urutan nol

II.6. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron

Rangkaian ekivalen per fasa dari suatu generator sinkron dapat dilihat seperti

pada Gambar 2.9.

Rf

Lf

Ea

ra Xar Xla

Ia V f

Radj

[image:42.595.194.444.602.712.2]
(43)

dimana : Ea = Tegangan induksi (Volt)

Vt = Tegangan terminal generator (Volt)

Vf = Tegangan Eksitasi (Volt)

Rf = Tahanan belitan medan (ohm)

Lf = Induktansi belitan medan (H)

Radj = Tahanan variabel (ohm)

ra = Tahanan jangkar (ohm)

Xar = Reaktansi reaksi jangkar (ohm)

Xla = Reaktansi bocor belitan jangkar (ohm)

Ia = Arus jangkar (Ampere)

Berdasarkan Gambar 2.9 maka dapat ditulis persamaan tegangan induksi Ea

generator sinkron seperti yang tampak pada Persamaan 2.18 berikut :

Ea = Vt +jXar Ia +jXla Ia +ra Ia ... (2.18)

Dan persamaan tegangan terminal Vt generator sinkron dapat ditulis seperti yang

tampak pada Persamaan 2.19 berikut :

(44)

Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor sebagai

reaktansi sinkron, atau Xs = Xar + Xla dapat dilihat pada Gambar 2.10 maka

persamaan tegangan terminal menjadi seperti Persamaan 2.20 berikut :

Vt = Ea - j Xs Ia – ra Ia [volt] ... (2.20)

Radj

Rf

Lf

Ea

ra Xs

Ia

V f Vt

Gambar 2.10. Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron

Karena tegangan yang dibangkitkan generator sinkron adalah tegangan

bolak-balik, maka biasanya diekspresikan dalam bentuk fasor. Diagram fasor yang

menunjukkan hubungan antara tegangan induksi perfasa dengan tegangan terminal

generator ditunjukkan pada Gambar 2.12. Sementara itu untuk rangkaian ekivalen

(45)

f V

1 a

I

2 a

I

3 a

I

S jX

S jX

S jX

a

r

a

r

a

r

1 a

E

2 a

E

3 a

E

1

ph V

2

ph V

3

ph V f

R

f L f

[image:45.595.177.462.112.377.2]

I RAdj

Gambar 2.11. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Fasa

II.7. Diagram Fasor Generator Sinkron

Karena tegangan yang dibangkitkan pada generator sinkron adalah tegangan

arus bolak-balik, maka tegangan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk fasor.

Fasor terdiri atas dua bagian yaitu besaran skalar (magnitude) dan besar sudut,

dimana hubungan keduanya digambarkan dalam dua dimensi. Bila Ea, Vt, jXsIa dan

IaRa digambar dalam satu gambar yang menunjukan hubungan antara

besaran-besaran tersebut, maka hasil dari gambar ini dinamakan Diagram Fasor.

Dari Gambar 2.12, tampak bahwa total tegangan Ea berbeda dengan tegangan

fasa Vt , ini disebabkan adanya tegangan drop pada elemen resistif dan induktif pada

mesin. Semua tegangan dan arus dari Gambar 2.12 ini direferensikan terhadap Vt, (Vt

(46)

Gambar 2.12.a menunjukan hubungan dimana generator melayani beban

dengan faktor daya satu (beban resistif murni). Diagram fasor tersebut dapat

dibandingkan dengan dengan diagram fasor untuk generator yang melayani beban

induktif dan kapasitif (lagging dan leading), dimana diagram fasor untuk kedua

beban ini masing-masing diperlihatkan oleh Gambar 2.12.b dan Gambar 2.12.c. Perlu

dicatat bahwa untuk tegangan terminal dan arus jangkar yang sama, Ea yang

dibutuhkan untuk beban lagging (beban induktif) lebih besar dibandingkan dengan

Ea yang dibutuhkan untuk beban kapasitif. Oleh karena itu, untuk beban lagging

membutuhkan arus medan yang besar untuk mendapatkan tegangan terminal yang

sama, karena:

Ea = Cnφ ...……….………..(2.21)

Dimana dalam hal ini, n dijaga konstan untuk mendapatkan frekuensi yang konstan.

Begitu juga untuk arus medan dan arus beban yang sama, tegangan terminal Vt untuk

beban lagging (beban induktif) lebih rendah dibandingkan dengan tegangan terminal

(47)

Ia Vt Ia.ra

(a)

Ia

Vt

Ia.ra

jXs.Ia

(b )

Ia

Vt

Ia.ra jXs.Ia

Ea

(c)

jXs.Ia

Ea

[image:47.595.187.446.121.501.2]

Ea

Gambar 2.12. Diagram Fasor Generator Sinkron.

(48)

BAB III

RUGI-RUGI DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA FASA

III.1. Umum

Secara teori diketahui bahwa daya mekanis yang dihasilkan oleh penggerak

mula generator sinkron (daya output penggerak mula juga sebagai daya input

generator sinkron) diubah menjadi daya elektrik (daya output generator). Perbedaan

antara daya output dengan daya input generator sinkron dipresentasikan sebagai

rugi-rugi (losses) generator sinkron. Sedangkan perbandingan antara daya output dengan

daya input generator sinkron direpresentasikan sebagai efisiensi generator sinkron.

Pada Bab ini akan diuraikan tentang rugi-rugi dan efisiensi generator sinkron tiga

fasa saat berbeban seimbang dan saat berbeban tidak seimbang.

III.2. Rangkaian Beban Tiga Fasa Seimbang

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana :

1. Ketiga vektor arus dan tegangan sama besar

2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 1200 satu sama lain.

(49)
[image:49.595.123.514.111.291.2]

Gambar 3.1. Sistem Beban Tiga Fasa Seimbang Terhubung Y Beserta Diagram

Fasornya

Pada keadaan seimbang, impedansi beban pada masing-masing fasanya adalah sama

besar, sehingga dapat dituliskan seperti Persamaan 3.1 berikut :

θ

∠ = + = =

=Z Z R jX Z

Za b c

  

... (3.1)

Dalam hubungan Y, arus line sama dengan arus fasa, hal tersebut dapat ditentukan

dengan Persamaan 3.2, Persamaan 3.3 dan Persamaan 3.4 berikut :

a an an a a

Z V I

I

  

= =

' ... (3.2)

b bn bn b b

Z V I

I

  

= =

' ... (3.3)

c cn cn c c

Z V I

I

  

= =

(50)

Rangkaian beban tiga fasa seimbang terhubung delta (∆) dapat dilihat pada Gambar

[image:50.595.119.531.149.353.2]

3.2.

Gambar 3.2. Sistem Beban Tiga Fasa Seimbang Terhubung ∆Beserta Diagram

Fasornya

Dalam hubungan ∆, arus fasa dapat ditentukan dengan Persamaan 3.5, Persamaan

3.6 dan Persamaan 3.7 berikut :

ab ab ab

Z V

I

 

= ... (3.5)

bc bc bc

Z V

I

 

= ... (3.6)

ca ca ca

Z V

I

 

= . ... (3.7)

Sedangkan untuk arus linenya dapat ditentukan dengan menerapkan hukum Kirchoff

(51)

ca ab ac ab a

a I I I I

I' =  +  =  −  ... (3.8)

ab bc bc ba b

b I I I I

I' =  +  =  − ... (3.9)

bc ca cb ca c

c I I I I

I' =  +  =  − ... (3.10)

III.3. Rugi-Rugi dan Efisiensi Generator Sinkron Saat Berbeban Seimbang

Secara teori diketahui bahwa daya mekanis yang dihasilkan oleh penggerak

mula generator sinkron (daya output penggerak mula juga sebagai daya input

generator sinkron) diubah menjadi daya elektrik (daya output generator). Perbedaan

antara daya output dengan daya input generator sinkron dipresentasikan sebagai

rugi-rugi (losses) generator sinkron.

Diagram aliran daya generator sinkron dapat dilihat pada Gambar 3.3. Daya

input mekanis pada poros generator (Pin) yaitu seperti Persamaan 3.11 berikut :

m m in

P =τ ω ... (3.11)

Dan daya yang dikonversikan dari mekanikal menjadi elektrikal yang prosesnya

terjadi dalam mesin dapat ditulis seperti pada Persamaan 3.12 dan Persamaan 3.13

berikut :

m ind CONV

P =τ .ω ... (3.12)

γ cos 3 A A CONV E I

(52)

dimana γ adalah sudut antara EA dengan IA. Perbedaan antara daya input ke generator

dan daya yang dikonversikan dalam generator dipresentasikan sebagai rugi-rugi

mekanis dan rugi-rugi inti pada mesin.

conv

P

OUT

P

θ cos 3VTIL

=

Rugi inti gesek dan

Rugi angin Stray

losses

ind

ω

τ

m m in

P =τ ω

2

rugi I R loses (

[image:52.595.112.526.207.369.2]

Rugi-tembaga)

Gambar 3.3. Diagram Aliran Daya Generator Sinkron

Seperti halnya dengan mesin-mesin listrik lainnya, maupun transformator, maka

efisiensi generator sinkron dapat dituliskan seperti Persamaan 3.14 berikut :

( )

% = ×100% in

out P P

η ... (3.14)

dimana : Pin =Pout +

Rugirugi

...(3.15)

Pout = daya keluaran (Watt)

Pin = daya masukan (Watt)

Rugi-rugi yang terdapat pada generator sinkron biasanya dibagi atas 5 macam yaitu

(53)

1. Rugi-rugi angin dan gesekan (Pa&g)

2. Rugi-rugi inti besi (Pi)

3. Rugi-rugi tembaga kumparan medan penguat (Ptp)

4. Rugi-rugi tembaga kumparan jangkar (Ptj)

5. Rugi-rugi buta (Pb)

dimana :

j a tj I r

P =3 2. ... (3.16)

f f tp I r

P = 2. ... (3.17)

Rugi-rugi inti besi (Pi) dan rugi-rugi angin dan gesekan (Pa&g) merupakan rugi-rugi

tetap yang berarti besar rugi-rugi tersebut selalu tetap. Sedangkan rugi-rugi tembaga

kumparan medan penguat (Ptp), rugi-rugi tembaga kumparan jangkar (Ptj) dan

rugi-rugi buta (Pb) merupakan rugi-rugi bervariasi yang berarti besar rugi-rugi tersebut

tidak selalu tetap ataupun berubah-ubah.

Rugi-rugi angin dan gesekan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari bagian

yang berputar, rancangan sudu kipas rotor, desain bantalan (bearing) dan susunan

rumah (housing) mesin. Rugi yang hilang tersebut berupa daya yang diperlukan

untuk memutarkan kipas guna mensirkulasikan udara pendingin, dan gesekan

bantalan dan sikat.

Rugi-rugi inti besi (Pi) disebabkan oleh fluksi utama mesin dan terjadi

terutama pada gigi-gigi stator (jangkar), pada bagian inti jangkar dekat gigi-gigi

(54)

tipis baja silikon yang terisolasi satu sama lain untuk membatasi rugi-rugi histeresis

dan arus eddy pada baja.

Rugi-rugi tembaga penguat seperti tampak pada Persamaan 3.17 dihitung dari

arus medan dan tahanan arus searah dari kumparan penguat pada suhu 750C. Jatuh

tegangan pada cincin kolektor sikat umumnya diabaikan, tapi bisa juga disertakan

dalam rugi-rugi penguat. Rugi-rugi tembaga kumparan jangkar seperti tampak pada

Persamaan 3.16 dihitung dari tahanan arus searah kumparan jangkar pada suhu 750C.

III.4. Rangkaian Beban Tiga Fasa Tidak Seimbang

Yang dimaksud dengan keadaan yang tidak seimbang adalah keadaan dimana salah

satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak dipenuhi. Kemungkinan keadaan

tidak seimbang ada tiga yaitu :

1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 1200 satu sama lain.

2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 1200 satu sama lain.

3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 1200 satu sama lain.

Penyelesaian beban tidak seimbang untuk hubungan delta dapat disamakan dengan

keadaan seimbang. Sedangkan untuk hubungan bintang, penyelesaiannya adalah

sebagai berikut :

Pada sistem 3 fasa – 4 kawat, masing – masing fasa akan mengalirkan arus yang

tidak seimbang menuju netral. Sedangkan pada sistem tiga fasa – tiga kawat, akan

menghasilkan tegangan pada beban yang berubah cukup signifikan dan

(55)
[image:55.595.127.505.117.270.2]

Gambar 3.4. Beban Tiga Fasa Tidak Seimbang Terhubung Bintang Pada Sistem Tiga

Fasa - Empat Kawat dan Sistem Tiga Fasa - Tiga Kawat

Berdasarkan Gambar 3.4 diatas, pada sistem tiga fasa - empat kawat berlaku

persamaan-persamaan seperti Persamaan 3.18, Persamaan 3.19, Persamaan 3.20 dan

Persamaan 3.21 berikut :

a an a

Z V

I

 

= ... (3.18)

b bn b

Z V

I

 

= ... (3.19)

c cn c

Z V

I

 

= ... (3.20)

(

a b c

)

n I I I

I =  +  +  ... (3.21)

Sedangkan pada sistem tiga fasa – tiga kawat, rangkaian tersebut dapat diselesaikan

dengan persamaan loop berikut ini :

(56)

Loop 2 : −ZbI1 +

(

Zb +Zc

)

I2 =Vbc ... (3.23)

Dari Persamaan 3.22 dan Persamaan 3.23 dapat dicari fasor I1 dan I2, kemudian arus

line dapat dicari dengan Persamaan 3.24, Persamaan 3.25 dan Persamaan 3.26

berikut ini :

1

I

Ia =  ... (3.24)

1 2 I

I Ib

  

= ... (3.25)

2

I Ic

 

= ... (3.26)

Sedangkan tegangan pada setiap impedansi beban dapat ditulis seperti pada

Persamaan 3.27, Persamaan 3.28 dan Persamaan 3.29 berikut ini :

a a aO I Z

V =   ... (3.27)

b b bO I Z

V =   ... (3.28)

c c cO I Z

V =   ... (3.29)

Dalam penulisan ini, rugi-rugi tembaga kumparan jangkar pada kondisi tidak

seimbang dianalisa dengan metode komponen simetris. Oleh karena itu, diperlukan

uraian mengenai metode komponen simetris.

III.5. Sintesis Fasor Tak Simetris Dari Komponen-Komponen Simetrisnya

Karya Fortescue membuktikan bahwa suatu sistem yang tidak seimbang yang

(57)

fasor seimbang yang dinamakan komponen-komponen simetris dari fasor aslinya. n

buah fasor dalam setiap himpunan komponennya adalah sama panjang dan sudut

antara fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya. Metoda ini

berlaku untuk setiap sistem fasa majemuk tak seimbang, tetapi pembahasan pada

sistem tiga fasa saja.

Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga fasa

dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Tiga sistem fasor yang

seimbang ataupun yang disebut sebagai komponen-komponen simetris itu

adalah :

1. Komponen urutan positif (positive sequence components) yang terdiri dari

tiga fasor yang sama besarnya, saling beda fasa sebesar 1200 satu sama lain.

Dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya.

2. Komponen urutan negatif (negative sequence components) yang terdiri dari

tiga fasor yang sama besar, saling beda fasa sebesar 1200 satu sama lain. Dan

mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.

3. Komponen urutan nol (zero sequence components) yang terdiri dari tiga fasor

yang sama besar dan dengan pergeseran fasa sebesar nol antara fasor yang

satu dengan yang lain ataupun berarti memiliki beda fasa sebesar nol satu

sama lain.

Telah menjadi kebiasaaan umum, ketika memecahkan permasalahan dengan

menggunakan komponen simetris bahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai

a, b dan c dan dengan cara demikian sehingga urutan fasa tegangan maupun arus

(58)

seimbang itu adalah abc, sedangkan urutan fasa dari komponen urutan negatif adalah

acb. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan

dengan Va, Vb, dan Vc. Ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan dengan

subskrip tambahan 1 untuk komponen urutan positif, 2 untuk komponen urutan

negatif, dan 0 untuk komponen urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb, dan

Vc adalah Va1, Vb1, dan Vc1. Demikian pula, komponen urutan negatif adalah Va2,

Vb2, dan Vc2, sedangkan komponen urutan nol adalah Va0, Vb0, dan Vc0. Gambar 3.5

menunjukkan tiga himpunan komponen simetris semacam itu. Fasor arus akan

dinyatakan dengan I dengan subskrip seperti untuk tegangan tersebut.

Karena setiap fasor tidak seimbang dan yang asli adalah jumlah komponen

simetrisnya maka fasor asli yang dinyatakan dalam suku-suku komponen simetrisnya

adalah seperti pada Persamaan 3.30, Persamaan 3.31, Persamaan 3.32 berikut ini :

Va =Va1+Va2 +Va0 ... (3.30)

0 2

1 b b

b

b V V V

V =  +  +  ... (3.31)

0 2

1 c c

c

c V V V

V =  +  +  ... (3.32)

Sintesis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ketiga himpunan komponen simetris

(59)

Va1

Vc1

Vb1

(a) Komponen- Komponen Urutan Positif

Va2

Vc2

Vb2

(b) Komponen-Komponen Urutan Negatif

Va0

Vb0

Vc0

[image:59.595.227.410.114.296.2]

(c) Komponen-Komponen Urutan Nol

Gambar 3.5. Tiga Himpunan Fasor Seimbang Yang Merupakan Komponen Simetris

(60)

Va1

Vc1

Vb1

Va2

Va0

Vb2

Va

Vb0

Vc2

Vb

Vc0

[image:60.595.192.450.116.382.2]

Vc

Gambar 3.6. Penjumlahan Secara Grafis Komponen-Komponen Pada Gambar 3.5

Untuk Mendapatkan Tiga Fasor Tidak Seimbang

III.6. Operator a

Karena adanya pergeseran fasa pada komponen simetris tegangan dan arus

dalam sistem tiga fasa, akan sangat memudahkan bila mempunyai metode penulisan

cepat untuk menunjukkan perputaran fasor dengan 1200. Hasil kali dua buah

bilangan kompleks adalah hasil kali besarnya dan jumlah sudut fasanya. Jika

bilangan kompleks yang menyatakan fasor dikalikan dengan bilangan kompleks yang

besarnya satu dan sudutnya θ, bilangan kompleks yang dihasilkan adalah fasor yang

sama besar dengan fasor aslinya tetapi fasanya tergeser dengan sudut θ. Bilangan

kompleks dengan besar satu dan sudut θ merupakan operator yang memutar fasor

(61)

Sedangkan operator j adalah operator yang menyebabkan perputaran sebesar

900 dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dan operator -1 yang

menyebabkan perputaran sebesar 1800 dalam arah yang berlawanan dengan arah

jarum jam. Penggunaan operator j sebanyak dua kali berturut-turut akan

menyebabkan perputaran melalui 900 + 900 , yang membawa pada kesimpulan bahwa

j x j menyebabkan perputaran sebesar 1800, dan karena itu maka j2 adalah sama

dengan -1. Sedangkan huruf a biasanya digunakan untuk menunjukkan operator yang

menyebabkan perputaran sebesar 1200 dalam arah yang berlawanan dengan arah

jarum jam. Operator semacam ini adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan

sudutnya 1200 dan didefenisikan sebagai berikut :

866 , 0 5 , 0 1

120

1 3

2 0

j e

a= ∠ = j =− +

π

Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu akan

diputar dengan sudut sebesar 2400. Dan bila operator a dikenakan pada fasor tiga kali

berturut-turut, maka fasor akan diputar dengan sudut 3600. Jadi dapat disimpulkan

sebagai berikut :

a2 =1∠2400 =−0,5− j0,866

1 0 1 360

1 0 0

3 = ∠ = ∠ =

a

(62)

III.7. Komponen Simetris Fasor Tak Simetris

Pada Gambar 3.6 tampak sintesis tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan

fasor simetris. Sintesis itu dilakukan sesuai dengan Persamaan 3.30, Persamaan 3.31

dan Persamaan 3.32. Persamaan-persamaan tersebut dapat dianalisa untuk

menentukan bagaimana menguraikan ketiga fasor tak simetris itu menjadi komponen

simetrisnya. Mula-mula banyaknya kuantitas yang diketahui dapat dikurangi dengan

menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali fungsi operator a

dan komponen Va ataupun dapat dikatakan bahwa komponen fasa a yaitu Va sebagai

referensi. Dengan berpedoman pada Gambar 3.5 maka Persamaan 3.33 di bawah ini

dapat ditentukan yaitu sebagai berikut :

1 2

1 a

b a V

V =  Vc1 aVa1

 

=

2

2 a

b aV

V =  Vc2 =a2Va2 ... (3.33)

0

0 a

b V

V =  Vc0 =Va0

Dengan mensubtitusi Persamaan 3.33 ke dalam Persamaan 3.30, Persamaan 3.31 dan

Persamaan 3.32 maka diperoleh Persamaan 3.34, Persamaan 3.35, Persamaan 3.36

dan Persamaan 3.37 yaitu sebagai berikut :

0 2

1 a a

a

a V V V

V =  +  +  ... (3.34)

0 2 1

2

a a a

b a V aV V

V =  +  +  ... (3.35)

0 2 2

1 a a

a

c aV a V V

(63)

atau dalam bentuk matriks                       =             0 2 1 2 2 1 1 1 1 1 a a a c b a V V V a a a a V V V      

... (3.37)

Untuk memudahkan penganalisaan, kita misalkan

          = 1 1 1 1 1 2 2 a a a a

A ... (3.38)

dan invers matriks A yaitu seperti Persamaan 3.39 berikut :

          = − 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 a a a a

A ... (3.39)

dan dengan mengalikan kedua sisi Persamaan 3.37 dengan A-1 maka dapat diperoleh

Persamaan 3.40 seperti di bawah ini :

(64)

                      =             c b a a a a V V V a a a a V V V       1 1 1 1 1 3 1 2 2 0 2 1

... (3.40)

Persamaan 3.40 di atas menunjukkan bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris

menjadi komponen-komponen simetrisnya. Persamaan 3.40 di atas dapat ditulis

dalam bentuk persamaan yang biasa yaitu seperti tampak pada Persamaan 3.41,

Persamaan 3.42 dan Persamaan 3.43 berikut :

(

a b c

)

a V aV a V

V1   2

3 1

+ +

= ... (3.41)

(

a b c

)

a V a V aV

V2 =  + 2  + 

3 1

... (3.42)

(

a b c

)

a V V V

V =  +  +  3

1

0 ... (3.43)

Jika diperlukan, komponen Vb

Gambar

Gambar  2.5. Model Reaksi Jangkar
Gambar 2.7. Karakteristik Hubung Singkat
Gambar 2.8. Diagram Fasor Saat Hubung Singkat
Gambar 2.9. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.1 Rangkaian Simulasi Analisis Pengaruh Tegangan Tidak Seimbang dan Terdistorsi Harmonisa Terhadap Torsi dan Putaran Motor Induksi Tiga Fasa

Gambar 4.3 Grafik temperatur generator sinkron tiga phasa beban resistif tidak seimbang menggunakan thermometer infrared

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan input tiga fasa tidak seimbang berpengaruh terhadap unjuk kerja motor induksi tiga fasa, hal ini diperlihatkan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan input tiga fasa tidak seimbang berpengaruh terhadap unjuk kerja motor induksi tiga fasa, hal ini diperlihatkan dengan

Untuk itu pada tugas akhir ini akan dibahas bagaimana karakteristik generator sinkron tiga fasa saat terjadi perubahan beban, di mana untuk mendapatkan hasil tersebut akan

Untuk membandingkan temperatur motor sinkron tiga fasa dengan metode pengukuran menggunakan thermometer infrared dan metode pengukuran resistansi saat tegangan seimbang dan satu

Dalam hal ini dilakukan kajian analisis penelitian dilaboratorium untuk mengetahui bagaimana pengaruh tegangan tidak seimbang dua fasa terhadap temperature motor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan input tiga fasa tidak seimbang berpengaruh terhadap unjuk kerja motor induksi tiga fasa, hal ini diperlihatkan dengan