ABSTRAK
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NO 7 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK
Oleh
DEWI YULIANDARI AS
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya untuk melindungi dan menjamin hak setiap orang untuk menghirup udara bersih tanpa adanya paparan asap rokok. Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang mengatur tentang area atau ruangan dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok. Masjid Agung, Terminal Karya Jaya dan Angkutan Umum di Kota Palembang merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok
Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok? dan Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris untuk memperoleh data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok sudah berjalan dengan baik khususnya di kawasan Masjid Agung dan Terminal Karya Jaya Kota Palembang namun penerapan di kawasan Angkutan Umum masih belum berjalan dengan efektif karena masih banyak pelanggaran yang terjadi. Faktor-faktor penghambat dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok ialah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengawas penegakkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu Dinas Kesehatan dan SatpolPP dan dari pihak pengawas internal kawasan dan para petugas atau aparat penegak hukum kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada para pelanggar.
Diharapkan kegiatan sosialisasi dapat ditingkatkan lagi agar masyarakat lebih banyak mengetahui dan mendukung pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Serta penerapan sanksi tidak hanya diberlakukan bagi pengawas internal masing-masing kawasan tetapi juga diberlakukan bagi masyarakat yang melanggar ketentuan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok.
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF PALEMBANG CITY REGULATION NO 7 YEAR 2009 ABOUT NO SMOKING AREA
BY
DEWI YULIANDARI AS
Implementation of no smoking area is an effort to protect and guarantee of everyone’s right to breathe a clean air without any exposure of cigarette smoke. Palembang city regulation No. 7 year 2009 about no smoking area which regulates a room or area that declared is prohibited for smoking activities. A mosque, Karya Jaya Bus Station and Palembang public transportation are the areas which have been designated as a No Smoking Area.
The problems of this research is how is the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area and what are the factors which as an obstacle in the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area. Research approach used in this study is empirical juridical to obtain primary and secondary data.
The result of this research shows that the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area has run well, particularly in the mosque and Karya Jaya Bus Station, but the implementation in Palembang public transportation is still not run effectively because there are many violations. The obstacle factor in the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area is the socialization lack did by No Smoking Area supervisory enforcement namely health department, Pamong Praja Police Force, internal supervisor and law enforcement officer are less in applying a sanctions to violators
Through This Implementation, the socialization activities expected could be improved, in order to people could aware and support the implementation of no smoking area and the imposition of sanctions is not only applied to the internal supervisor in each region but also applied to people who violate the provisions of no smoking area regulation.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 06 Juli 1992,
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Putri dari
Bapak Ambasador HS dan Ibu Syahiriani
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1997 di Taman
Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyah Palembang, kemudian Sekolah Dasar (SD)
di SD Negeri 8 Palembang lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Negeri 17 Palembang lulus pada tahun 2007, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Palembang lulus pada tahun 2010.
Pada masa SMP penulis aktif berorganisasi di Pramuka dan OSIS, dan SMA
di Majalah Sekolah (FOKUS) dan OSIS.
Pada tahun 2010 Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum
Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan
Akademik dan Bakat) atau Undangan. Selama masa perkuliahan penulis aktif
dalam organisasi internal kampus yaitu UKM-F MAHKAMAH (Mahasiswa
Pengkaji Masalah Hukum) dan Komunitas Konstitusi FH Unila. Pada tahun
2014 Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Labuhan
PERSEMBAHAN
Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap
hembusan nafas dan jejak langkah kita
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di muka bumi ini
Alhamdulillah dengan penuh rasa Bangga dan Kerendahan Hati Skripsi ini Kupersembahkan sebagai wujud bakti dan tanggung jawabku
kepada:
Kedua Orang Tuaku Tercinta Ambasador HS dan Syahiriani yang dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan
keberhasilanku.
Kedua saudaraku tersayang Putri Utami Ambarsari AS, S.T dan M.Imam Septiawan AS yang selalu berdoa, memotivasi dan menemani
baik suka maupun duka.
Keluarga yang selalu mendukungku dan calon pendamping hidupku yang masih dirahasikan Allah SWT
Serta
MOTO
Hidup itu seperti permainan ular tangga
Ada banyak tangga yang harus dilewati.
Ditengah perjalanan pasti akan menemui hambatan,
bahkan terkadang sudah hampir mencapai puncak
harus jatuh dan rela memulai semuanya lagi dari awal
dan terkadang harus rela didahului oleh orang lain,
tapi jika kita mau bersabar dan mau mengikuti alur
permainannya sampai selesai, kita pasti akan sampai
dipuncak dan menjadi pemenangnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya serta nikmat iman dan ilmu, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heriyandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
2. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses
perkuliahan;
3. Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum
Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama
proses perkuliahan;
4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik
sekaligus pembimbing utama atas kesediaanya dalam memberikan
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H., selaku pembimbing kedua atas
kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam
6. Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H., selaku pembahas serta penguji utama atas
kesediaannya dalam memberikan masukan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsii ni;
7. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H., selaku pembahas kedua atas kesediaanya
dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian
skripsi ini;
8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Hukum, khusus nya bagian Hukum
Administrasi Negara, terimakasih atas ilmu yang bermanfaat serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;
9. Bapak Ibu selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum Unila dan Bapak
Ibu Staff Administrasi Bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih
atas bantuan dan arahan dalam pelaksanaan penyelesaian skripsi ini;
10.Ayahanda Ambasador HS dan Ibunda Syahiriani, kedua orangtuaku
tercinta dan terbaik sepanjang masa. Terima kasih atas semua doa-doa,
kasih sayang, kepercayaan, nasehat serta motivasi yang tidak pernah ada
habisnya dan selalu sabar menunggu kesuksesan penulis. Kedua saudaraku
tersayang Putri Utami Ambarsari AS, S.T, dan M. Imam Septiawan AS,
yang selalu memberikan canda, tawa serta dukungan semangat yang tiada
hentinya kepada penulis;
11.Kedua keponakan tersayang M.Chesta Adiwangsa dan Chalista Sabrina
Belvania;
12.Keluarga Besar Ayah dan Mama yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan nasehat yang telah
13.Sahabat seperjuangan (Amilya Rahayu, Eka Purnama Sari, Iis Priyatun,
Abi Zuliansyah, Aldi Setiawan, Agus Hermawan, Beni Yulianto,
Mardhotillah) terima kasih atas semua bantuan, kerjasama dan semangat
yang selalu menemani selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini
akhirnya kita sah jadi „Sarjana Hukum;
14.Teman-teman suka duka (Dika Permadi, Hendra Ari Saputra, Fitra
Albajuri, Febri Setiawan Minsi, Alfriando Joshua, Ata) terimakasih atas
semua bantuannya, supportnya dalam penyelesaian skripsi ini, semoga
secepatnya segera menyusul.
15.Teman-teman terbaik (Ayi, Ika, Ines, Acila, Emil, Herra, Dika, Asa,
Benny, Niko, Kresna) terima kasih atas kebersamaan suka dukanya,
kerjasamanya selama di perkuliahan;
16.„Kamu’ terima kasih telah memberikan waktu, motivasi, nasehat, dan
pengalaman yang begitu berharga selama perkuliahan sampai akhirnya
mendapatkan gelar „Sarjana Hukum’, semoga kita dapat meraih
kesuksesan bersama;
17.Keluarga besar UKM-F MAHKAMAH terima kasih atas kebersamaan dan
pengalaman berorganisasi selama di perkuliahan;
18.Keluarga KKN Desa Labuhan Ratu VII, Kabupaten Lampung Timur
(Keluarga Besar Pak Pudjo, Nika, Ani, NcikAnis, Uda Ari, Asa, Alsan,
Kresna, Hera, Ardi) terima kasih telah memberikan pengalaman berharga
selama 40 hari, senang sekali bisa mengenal kalian;
19.Keluarga besar RK (Shinta Annisa Wulandari, S.H., Alvionita Dwi Putri.,
Wulanda Putri, S.Ked., Angga Triadi., S.T., Imam Alfarisi., S.T., Fadil
Ramadhan, S.Ked., Nofatrin Swara Sampoerna., S.T., Erick Prakoso,
A.md) terima kasih untuk kebersamaan yang telah terjalin sejak SMA
sampai sekarang, akhirnya kita semua sudah sarjana;
20.Teman-teman Angkatan 2010 dan 2011 serta kakak dan adik tingkat
Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih untuk
kebersamaannya selama ini;
21.Teman-teman kostan Puri Pratiwi (Yanti, Dewi, Filo, Dini, Rani „ndut’,
Anggun, Mbak Indah, Lintang, Ella, Rani, Dini) terima kasih untuk
kebersamaannya baik suka maupun duka selama menjadi anak kostan;
22.Bapak Ibu Pejabat Balitbang Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat
Kesbangpol Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat Dinas Kesehatan Kota
Palembang, Bapak Ibu Pejabat Satpol-PP Kota Palembang, serta seluruh
narasumber. Terima kasih atas waktu dan kesediaannya telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
23.Kepada semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua
dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsiini;
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi inijauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis
DAFTAR ISI
1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.4.2 Kegunaan Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Implementasi ... 10
2.2 Peraturan Daerah ... 12
2.2.1 Pengertian Peraturan Daerah ... 12
2.2.2 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok .. 13
2.3 Rokok ... 14
2.3.1 Pengertian Rokok dan Kandungan Rokok ... 14
2.3.2 Tipe Perokok dan Faktor Perilaku Merokok ... 19
2.4 Kawasan Tanpa Rokok ... 26
2.4.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia dan Dasar Hukumnya ... 26
2.4.2 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok ... 29
2.4.3 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok ... 31
2.4.4 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.1.1Pembentukan Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang ... 47
4.1.1.1 Dasar Hukum Pembentukan Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok... 47
4.1.1.2 Struktur Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok Pada Dinas Kesehatan Kota Palembang ... 49
4.1.1.3 Struktur Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok Pada Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang ... 52
4.1.2 Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 54
4.1.2.1 Proses Terbentuknya Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok... 54
4.1.2.2 Materi Muatan Peraturan Daerah Kota PalembangNo 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok... 56
4.1.3 Pelaksanaan Tugas Dinas Kesehatan dan SatpolPP Dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang ... 63
4.2 Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 69
4.2.1 Di Masjid Agung Kota Palembang ... 69
4.2.2 Di Terminal Karya Jaya Kota Palembang... 72
4.2.4 Akibat Hukum Pelanggaran Peraturan DaerahKota PalembangNo 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok ... 78
4.3 Faktor-Faktor Penghambat Dalam Implementasi
Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Tim Penegakan Kawasan Tanpa Rokok
Oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang ... 49
Gambar 2. Struktur Organisasi Tim Penegakan Kawasan Tanpa Rokok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan
pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan melakukan berbagai upaya pemberantasan
penyakit. Di Indonesia, pola penyakit saat ini mengalami transisi epidemiologi
dimana beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit
menular bergeser ke penyakit tidak menular. Perubahan gaya hidup yang terjadi di
masyarakat akibat dampak dari perkembangan teknologi, keadaan demografi,
serta status sosial ekonomi mempunyai kontribusi terhadap ragam penyakit tidak
menular yang timbul. Peningkatan penyakit tidak menular tersebut tidak terlepas
dari perilaku hidup manusia dengan berbagai faktor resikonya seperti asupan
makanan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan
merokok. Setiap orang pasti sudah mengenal rokok, bahan utama rokok yaitu
olahan tembakau yang dibungkus dengan gulungan kertas. Popularitas rokok
menjadi fenomena pada abad ke-20, dan jumlah perokok meningkat sejak awal
tahun 1900-an tidak lama setelah diperkenalkannya teknologi produksi massal
yang baru ditambah dengan gencarnya media periklanan. Diseluruh dunia, rokok
merupakan salah satu penyebab yang paling banyak untuk kecacatan, penderitaan,
2
dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap asapnya termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana rustica,
nicotiana tabacumdan spesies lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar
dengan atau bahan tambahan.1 Selain itu rokok juga sangat berbahaya bagi
kesehatan tubuh karena menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, seperti stroke,
katarak, kanker mulut dan tenggorokan, infeksi paru, penyakit paru obstruktif
menahun, serangan jantung, kanker pancreas, kanker ginjal, kanker leher rahim
serta penyakit pembuluh darah tepi. Lebih dari 4000 bahan kimia telah di
identifikasi dalam asap tembakau, banyak diantaranya beracun, beberapa bersifat
radioaktif dan lebih dari 40 diketahui dapat menyebabkan kanker. Bahan-bahan
kimia ini terutama terdapat di dalam tar yaitu cairan cokelat lengket yang
terkondensasi dari asap tembakau. Tembakau banyak menghasilkan bahan kimia
yang suhunya tinggi (sampai 900oC) yang ditimbulkan dari ujung rokok yang
menyala ketika dihisap oleh perokok. 2
Menurut World Health Organization (WHO) lebih dari satu miliar yang hidup
saat ini, 500 juta orang akan terbunuh oleh tembakau. Berbagai hasil penelitian
baik dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti
dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. WHO memperkirakan jumlah
kematian didunia akibat konsumsi rokok pada tahun 2020 akan mencapai 10 juta
orang setiap tahunnya dan sekitar 70% diantaranya terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia. Pembangunan kesehatan bangsa Indonesia saat ini belum
1
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
2
3
menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dari Institute for
Health Metrics and Evaluation (IHME) Indonesia menduduki peringkat ke-2
setelahTimor Leste dengan 65 juta perokok atau 28% dari jumlah penduduk dan
untuk memenuhi kebutuhan merokok penduduknya, Indonesia mengimport lebih
dari 100 ribu ton tembakau per tahun. 3 Hal ini merupakan fakta menyedihkan
yang dapat memberikan dampak negative pada kondisi kesehatan. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 prevalensi perokok Indonesia
sebesar 29,2%, tahun 2010 prevalensi perokok meningkat sebesar 34,7%, tahun
2011 prevalensi perokok naikmenjadi 36% dan pada tahun 2014 prevalensi
perokok mengalami peningkatan menjadi 42,8%.
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan salah satu cara untuk membatasi
perilaku merokok. Di Indonesia telah terdapat beberapa peraturan yang melarang
orang merokok di tempat-tempat umum, diantaranya melalui Undang-Undang
Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang mencantumkan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian ketujuhbelas mengenai
Pengamanan Zat Adiktif pada Pasal 115. Kemudian Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, pada bagian
kelima Pasal 49-52. Di Indonesia Kawasan Tanpa Rokok telah diterapkan di
beberapa kota besar seperti Palembang, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya dan
Padang Panjang. Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Pasal 155 Ayat (2)
tentang Kesehatan menyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib menetapkan
3
4
Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya”. Kebijakan ini juga diatur dalam Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No
188/Menkes/PB/2011No 7 Tahun 2011 Pasal 7 tentang Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok, menjelaskan bahwa Menteri Dalam Negeri melalui Direktur
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa bertugas untuk mendorong
pemerintah daerah menetapkan dan melaksanakan Kawasan Tanpa Rokok di
wilayahnya masing-masing.
Di Kota Palembang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok disebabkan karena
prevalensi perokok yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini berdasarkan
hasil survey dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan Kota Palembang.
Tabel 1. Prevalensi Perokok di Kota Palembang dari Tahun 2008-2014.
No Tahun Prevalensi Perokok
1 2008 10,17%
2 2009 13,17%
3 2010 18,17%
4 2011 24,17%
5 2012 34,17%
6 2013 43,17%
7 2014 58,17%
5
Selain prevalensi perokok yang setiap tahun terus meningkat, Dinas Kesehatan
Kota Palembang juga mencatat jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) yang salah satunya disebabkan oleh asap rokok juga
mengalami peningkatan, pada bulan Januari 2013 terdapat 13. 535 orang dan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 15. 974 orang. 4 Secara umum faktor yang
menyebabkan prevalensi perokok di Kota Palembang terus meningkat yaitu
dikarenakan perokok beranggapan bahwa, merokok adalah lambang kedewasaan,
percaya diri dan gengsi, obat penghilang kebosanan dan stres. Selain itu karena
adanya rasa ingin tahu, mendapatkan rokok masih sangat mudah, terpengaruh
teman dan lingkungan, serta kurangnya rasa peduli terhadap risiko bahwa
merokok berbahaya bagi kesehatan.
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang memang telah dilakukan
namun sampai saat ini masih belum berjalan dengan optimal. Menurut data dari
Dinas Kesehatan, prevalensi perokok tertinggi dari 7 kawasan yang telah
ditetapkan, peringkat atas berada di kawasan angkutan umum sebesar 67% dan
tempat umum sebesar 53 %. Kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan
Angkutan Umum di Kota Palembang merupakan salah satu contoh dari
masing-masing tempat yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok dan juga menjadi
objek dalam penelitian. Ketiga kawasan ini merupakan kawasan-kawasan yang
sering dikunjungi oleh masyarakat dan sudah pasti dari sebagian masyarakat yang
berada di kawasan tersebut adalah perokok. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, walaupun ketiga kawasan ini sudah menerapkan Kawasan Tanpa
4
6
Rokok tetapi ternyata masih saja ditemukan perokok di sekitar kawasan Masjid
Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang, baik
dilakukan oleh masyarakat maupun oleh petugas atau karyawan yang bekerja di
tempat tersebut.
Faktor yang mempengaruhi masih ditemukan perokok di ketiga kawasan ini yaitu
masih terdapat banyak warung di sekitar kawasan yang menjual rokok dengan
bebas, sehingga masyarakat masih dengan mudah untuk membeli rokok di sekitar
kawasan, selain masyarakat sebagai pengunjung, pegawai dan petugas dari
masing-masing tempat masih terlihat merokok di sekitar kawasan serta kurangnya
penegakkan hukum yang tegas dari pihak pengawas, untuk kawasan angkutan
umum, faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran yaitu para supir dan
kernet merupakan perokok sehingga mendorong penumpang untuk melakukan hal
yang sama, mereka beranggapan kawasan angkutan umum bukanlah kawasan
yang menggunakan pendingin atau Air Conditioner (AC). Hal ini yang
mengakibatkan penerapan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan
Tanpa Rokok di sekitar kawasan masih belum berjalan dengan optimal.
Melalui Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang
mengatur tentang area atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok serta kegiatan lain yang berhubungan dengan rokok merupakan suatu
upaya dari Pemerintah Kota Palembang untuk menertibkan sejumlah tempat yang
terindikasi sebagai tempat bebas rokok dan asap rokok. Dinas Kesehatan dan
Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang diberikan wewenang
oleh Walikota Palembang dalam hal pengawasan melalui Peraturan Walikota No
7
Tanpa Rokok di Kota Palembang merupakan suatu keputusan yang positif bagi
banyak pihak, khususnya bagi para pejuang antirokok serta mengingat pentingnya
sebuah regulasi untuk memperkuat upaya perubahan perilaku masyarakat agar
dapat hidup sehat terutama dapat terbebas dari asap rokok akan tetapi dalam
praktiknya penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang sampai saat ini
masih belum berjalan dengan optimal karena masih terdapat beberapa kendala
dalam penerapannya.
Melihat latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk membahas tentang
“Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Rokok”
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota Palembang ?
2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam Implementasi
Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan
Tanpa Rokok di kota Palembang ?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi
Negara pada umumnya yang membahas mengenai Implementasi Peraturan Daerah
8
dilakukan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, Satuan Polisi Pamong
Praja (SatpolPP) Kota Palembang sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam
pengawasan dan penegakkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang
Kawasan Tanpa Rokok. Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan
Umum Kota Palembang sebagai salah satu kawasan dari masing-masing tempat
yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi objek penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1) Untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7
Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang
Kawasan Tanpa Rokok.
1.4.2 Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1) Kegunaan teoritis:
a. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai implementasi
Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan
Tanpa Rokok dengan menerapkan dan mengaplikasikan Ilmu Hukum
9
b. Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta menjadi
salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.
2) Kegunaan praktis:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pemerintah
daerah lainnya yang diwilayahnya telah menerapkan Kawasan Tanpa
Rokok.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
pemerintah daerah yang diwilayahnya belum terdapat Peraturan Daerah
tentang Kawasan Tanpa Rokok.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pedoman bagi pihak
terkait dalam penegakkan hukum dan pencegahan terhadap para perokok
untuk tidak merokok di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Implementasi
Kata implementasi adalah sebuah kata serapan dari bahasa asing, kata
implementasi merupakan kata sederhana namun terdapat banyak makna yang
terkandung didalamnya. Kata dasar implementasi adalah implemen yang artinya
alat, implementasi merupakan salah satu upaya administrasi untuk menyelaraskan
antara kegiatan yang akan dilaksanakan dengan berbagai permasalahan yang
sedang dihadapi baik oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun oleh
masyarakat sebagai objek dari kebijakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan, artinya
yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau
didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Berikut ini beberapa pengertian
implementasi yang bersumber dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :1
1) Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi
Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi
atau pelaksanaan sebagai berikut:
1
11
“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.
2) Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam
Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai
implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:
“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses
interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan
jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.
3) Affan Gaffar berpendapat bahwa “Implementasi adalah suatu rangkaian
aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat
sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang
diharapkan”.
Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan
yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah
Undang-Undang muncul sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan
implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan
dan tentu saja yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut dan
bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat. 2
2
12
2.2 Peraturan Daerah (Perda)
2.2.1 Pengertian Peraturan Daerah
Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (7) tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan Peraturan
Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Definisi
lain dari Peraturan Daerah menurut Undang-UndangNo 32 Tahun 2004 Pasal 1
Ayat (10) tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut Perda adalah
peraturan daerah provinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota. Dalam
ketentuan Undang-UndangNo32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih
lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Sesuai ketentuan
Undang-Undang No 10 Tahun 2004 Pasal 112 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, materi muatan Peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, menampung
kondisi khusus daerah, serta penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. 3
Rancangan Peraturan daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) serta Gubernur atau Bupati/Walikota. Apabila dalam satukali masa
sidang Gubernur atau Bupati/Walikota dan DPRD menyampaikan rancangan
3
13
Peraturan daerah dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan
Perda yang dibahas oleh DPRD, sedangkan rancangan Peraturan daerah yang
disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dipergunakan sebagai bahan
persandingan. Program penyusunan Peraturan daerah dilakukan dalam satu
program legislasi daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam
penyiapan satu materi Peraturan daerah. Ada berbagai jenis Peraturan daerah yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kota dan Provinsi antara lain :
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Tata Ruang Wilayah Daerah
4) APBD
5) Rencana Program Jangka Menengah Daerah
6) Perangkat Daerah
7) Pemerintahan Desa
8) Pengaturan Umum Lainnya
2.2.2 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok
Saat ini pemerintah telah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya
perlindungan terhadap masyarakat dari bahaya asap rokok, seperti yang
dituangkan dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 115 Ayat (1) dan (2)
tentang Kesehatan yang mengamanatkan kepada setiap pemerintah daerah wajib
untuk menetapkan dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu dengan
diberlakukannya Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok hal ini
14
masyarakat perokok dan bukan perokok dan juga untuk menurunkan prevalensi
perokok.
2.3 Rokok
2.3.1 Pengertian Rokok dan Kandungan Rokok
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rokok adalah gulungan
tembakau yang dibalut dengan daun nipah, sedangkan merokok adalah menghisap
gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (3) tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan, rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu
ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin
dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya
dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Temperatur pada sebatang rokok yang
sedang dibakar adalah 900oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk
ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok. Rokok mengandung lebih dari
4000 senyawa kimia dimana 40 diantaranya bersifat karsinogenik, sampai
sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya asap rokok untuk
menimbulkan penyakit. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok
15
didalam rokok yang bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi dinding dari
sistem pernafasan yang menyebabkan meningkatnya sekresi mucus di bronkus. 4
Menurut Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
sebanyak 25% mengandung zat berbahaya yang terdapat dalam rokok yang masuk
ke tubuh perokok (perokok aktif) sedangkan 75% beredar di udara bebas yang
beresiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif). Konsentrasi zat
berbahaya didalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap
melalui asap rokok tidak terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun
konsentrasi racun yang ada dalam perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif
kembali menghisap asap rokok yang ia hembuskan.
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang
sedang tidak dihisap sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran
tembakau yang tidak sempurna. Di dalam rokok terdapat tembakau sebagai faktor
penyebab utama munculnya penyakit. Menurut Jaya dalam bukunya Pembunuh
Berbahaya itu Bernama Rokok menyatakan setiap jenis dan merk rokok memiliki
kadar kandungan zat kimia yang berbeda-beda. Namun yang paling dominan
adalah nikotin, tar dan karbon monoksida. 5
1) Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrilidin yang terdapat dalam
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya yang bersifat
adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin bersifat sangat
4
Aulia LE, Stop Merokok, Garai ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm 15.
5
16
adiktif, beracun dan tidak berwarna. Nikotin yang dihirup dari asap rokok
masuk ke paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah kemudian masuk ke
dalam otak perokok dalam waktu 7-10 detik. Nikotin yang terkandung
dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga di dalam cairan darah ada 40-50 nanogram nikotin setiap 1 ml
nya. Nikotin memiliki efek adiktif dan psikoaktif yang dapat merangsang
terjadinya sejumlah reaksi kimia yang dapat mempengaruhi hormon dan
neutrotransmitter seperti adrenalin, dopamine, dan insulin sehingga
membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini hanya
berlangsung sementara.
2) Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik yang bersifat
karsinogenik. Sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat
lengket dan menempel pada paru-paru sehingga dapat membuat warna gigi
dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru-paru. Tar
yang ada dalam asap rokok menyebabkan paralisesilia yang ada di saluran
pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema,
bronkhitis, kronik dan kanker paru.
3) Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida (CO) adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak
berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak
sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan
sebatang tembakau dapat mencapai 3%-6% dan gas ini dapat dihisap oleh
17
yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap diluar. Bila proses ini
dilakukan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan
terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh
darah akan terjadi dimana-mana yang dapat menyebabkan hilangnya
kesadaran hingga kematian.
4) Arsenic
Arsenic adalah unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga
terdiri dari unsur-unsur berikut:
a) Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu
saluran pernapasan bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan
perubahan kulit tubuh.
b) Amonium karbonat, yaitu zat yang bisa membentuk plak kuning
pada permukaan lidah serta menggangu kelenjar makanan dan
perasa yang terdapat pada permukaan lidah.
5) Amonia
Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya, amonia sangat muda memasuki
sel-sel tubuh, karena kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika
disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa menyebabkan seseorang
pingsan.
6) Acrolein
Acrolein yaitu sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh
18
pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar alkohol dan
sangat menggangu kesehatan.
7) Hydrogen Cyanide
Hydrogen Cyanide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak bebau dan
tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah
terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Zat ini
memiliki racun yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.
8) Nitrous Oksida
Nitrous Oksida yaitu sejenis gas tidak berwarna jika gas ini terhisap maka
dapat menimbulkan rasa sakit pada tubuh dan pernapasan.
9) Formaldehyde
Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium.
10)Phenol
Phenol yaitu campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari
destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang.
11)Achetol
Achetol yaitu sejenis zat yang sering digunakan untuk membuat cat dan
mudah menguap dengan alkohol.
12)Hydrogen Sulfide
Hydrogen Sulfide yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan
bau yang tajam.
13)Pyridine
Pyridine yaitu cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam, zat ini
19
14)Methanol
Methanol yaitu sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar.
Meminum atau menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan
kematian.
2.3.2 Tipe Perokok dan Faktor Perilaku Merokok
Secara umum tipe perokok dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:6
1) Tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup.
a) Perokok aktif adalah orang yang menghisap atau mengkonsumsi
rokok secara langsung.
b) Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghisap
atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
2) Tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari.
a) Perokok sangat berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok
lebih dari 31 batang perhari
b) Perokok berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok sekitar
21-30 batang perhari
c) Perokok ringan adalah orang yang mengkonsumsi rokok sekitar 10
batang perhari
3) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri.
6
20
Menurut Silvan Tomkins, ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management
of Theory, keempat tipe tersebut antara lain:7
1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, karena dengan
merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ada 3 tipe
perokok jenis ini, yaitu:
a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
b) Stimulation to pik them up, perilaku merokok hanya dilakukan hanya
untuk mendapatkan kesenangan dalam diri.
c) Pleasure of handing the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok, misalnya merokok dengan menggunakan pipa.
2) Tipe prokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, karena dengan
merokok seseorang dapat mengurangi perasaan negatif, misalnya ketika
marah, cemas ataupun gelisah dengan merokok dianggap sebagai
penyelamat.
3) Tipe perokok yang adiktif, bagi yang sudah adiksi akan menambah dosis
rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang, dengan kata lain perokok mengalami ketagihan dalam
merokok.
4) Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, pada tipe seperti ini merokok
merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.
7Ibid,
21
Perilaku merokok merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan, alasan
sebagian orang merokok selalu berbeda-beda. Menurut Levy, setiap individu
mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda-beda dan biasanya disesuaikan
dengan tujuan mereka merokok.8 Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh
Mu’tadin yang berpendapat bahwa penyebab merokok, antara lain:9
1) Pengaruh orang tua
Anak yang berasal dari keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua
biasanya tidak memperhatikan anaknya dan memberikan fisik yang
keraslebih muda menjadi perokok dibandingkan anak yang berasal dari
lingkungan keluarga yang bahagia.
2) Pengaruh teman
Berbagai fakta mengatakan bahwa semakin banyak remaja merokok
dikarenakan teman-temannya adalah perokok.
Melihat iklan media massa dan elektronik yang menampilkan gambar
bahwa rokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat perokok
seringkali terpengaruh untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam
iklan tersebut.
8
Komalasari D. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2008, hlm 97.
9Mu’tadin Z. Remaja dan Rokok,
22
2.3.3 Bahaya Rokok Bagi Kesehatan dan Bagi Perokok Pasif
Tembakau yang ada pada rokok adalah produk konsumen yang berbahaya dan
mematikan. Penggunaan tembakau tidak hanya merugikan mereka yang
mengkonsumsinya tetapi juga merugikan orang-orang yang terkena asap dari
rokok tersebut. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok
dan menyebabkan kematian:10
1) Penyakit Kardiovaskuler
Asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah pada seseorang
yang merokok, karena nikotin yang terkandung didalamnya akan
merangsang hormon adrenalin dan menyebabkan perangsangan kerja
jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskuler
meliputi kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner
dan stroke.
2) Penyakit Kanker Paru
Kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok
karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru.
3) Penyakit Saluran Pernapasan
Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis
dan obstruktif misalnya bronkitis dan emfisema. Gejala yang ditimbulkan
berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernapasan.
10Op.Cit
23
4) Merokok dan Kehamilan
Wanita perokok selama kehamilan akan lebih besar mengalami keguguran,
kematian bayi atau bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Penelitian
menunjukkan adanya hubungan langsung antara merokok selama
kehamilan dan risiko sindrom kematian bayi secara mendadak.
5) Merokok dan Alat Perkembangbiakan
Merokok dapat mengurangi akan terjadinya konsepsi (memiliki anak),
fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu
seksual juga akan mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan
perokok. Wanita perokok akan mengalami menopause lebih cepat
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
6) Merokok dan Alat Pencernaan
Sakit maag lebih banyak dijumpai pada orang-orang yang merokok karena
adanya penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga
mempercepat terjadinya sakit maag.
7) Merokok Meningkatkan Tekanan Darah
Merokok sebatang per hari akan meningkatkan tekanan darah sistolik
10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1 menit
8) Merokok Membuat Lebih Cepat Tua
Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan
mengeriput terutama di daerah wajah dikarenakan bahan kimia yang ada
dalam rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di
daerah terbuka misalnya pada wajah. Wajah perokok akan menjadi lebih
24
9) Kanker Mulut
Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit
gusi.
10)Osteoporosis
Karbon Monoksida (CO) dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15% mengakibatkan kerapuhan tulang
sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama
untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang
belakang.
11)Katarak
Merokok mengakibatkan gangguan pada mata, perokok mempunyai 50%
lebih tinggi terkena katarak bahkan bisa mengalami kebutaan.
12)Kerontokan Rambut
Merokok menurunkan sistem kekebalan tubuh lebih mudah terserang
penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan
rambut,ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan
tangan.
13)Impotensi
Merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50% pada laki-laki
berusia 30-40 tahunan. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir
bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik.
Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah
25
Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok bukan hanya untuk para perokok aktif, tetapi
juga sangat berbahaya bagi perokok pasif. Perokok Pasif adalah orang yang bukan
perokok namun terpaksa menghisap asap rokok yang dikeluarkan oleh
perokok11atau secara umum perokok pasif adalah orang-orang yang tidak
merokok tetapi menghisap Environmental Tobacco Smoke (ETS) yaitu asap rokok
utama dan asap rokok sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok.
Bagi orang yang tidak merokok asap rokok pasti sesuatu yang tidak
menyenangkan dan sangat menggangu. Risiko yang ditimbulkan juga sangat
berbahaya seperti meningkatnya resiko kanker paru-paru dan serangan jantung,
meningkatnya resiko penyakit saluran pernafasan seperti radang paru-paru dan
bronkhitis, iritasi pada mata yang menyebabkan rasa sakit dan pedih, bersin dan
batuk-batuk karena alergi, sakit pada tekak, esofagus, kerongkongan, dan
tenggorokan, sakit kepala sebagai reaksi penolakan nikotin, dan sesak nafas.
Menurut penelitian terhadap 1. 263 pasien kanker paru-paru yang tidak pernah
merokok, terlihat bahwa mereka yang menjadi perokok pasif dirumah akan
meningkatkan resiko kanker paru-paru hingga 18%. Apabila hal ini terjadi dalam
waktu yang lama (30 tahun lebih) risikonya akan meningkat menjadi 23%.
Sedangkan perokok pasif di lingkungan kerja atau kehidupan sosial, risiko kanker
paru-paru akan meningkat menjadi 16%, apabila hal ini berlangsung dalam waktu
yang lama (20 tahun lebih) akan meningkat risikonya menjadi 27%. Mereka yang
dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibandingkan dengan
11
26
mereka yang hidup dengan udara bersih, dan angka kematiannya meningkat 15%
lebih tinggi. 12
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) berpendapat bahwa,
sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh
perokok, sedangkan 75% beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh
orang-orang disekelilingnya. Dengan demikian perokok pasif sama berbahayanya
dengan perokok aktif karena zat-zat yang berbahaya tersebut tidak terfilter oleh
perokok pasif, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui
ujung rokok yang dihisap namun besar kemungkinan perokok aktif juga akan
menghirup kembali asap rokok yang dihasilkan. 13
2.4 Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
2.4.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia dan Dasar Hukumnya
Rokok dikenal sejak abad ke-19 oleh penduduk Kudus, dan bisnis rokok dimulai
pada tahun 1906, sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai mengenal rokok dan
mengkonsumsi rokok. Dari kebiasaan merokok tersebut mengakibatkan terjadinya
prevalensi perokok di Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini
sangat membahayakan perkembangan kesehatan penduduk Indonesia. Pada tahun
1999 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan
untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan
Pemerintah tersebut memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Pasal
12
Bambang Trim, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta, 2006, hlm 17.
13Ibid
27
22-25. Dalam Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok14 dan dalam Undang-Undang No 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok
pada bagian tujuh belas mengenai Pengamanan Zat Adiktif Pasal 115 Ayat (1)
dan(2). Untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19
Tahun 2003 Pasal 25 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, beberapa
pemerintah daerah akhirnya mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,
diantaranya:
1) DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang
Kawasan Dilarang Merokok namun Jakarta belum menerapkan 100%
Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih
menyediakan ruangan untuk merokok.
2) Bogor, belum menerbitkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
secara eksklusif. Pengaturan tertib Kawasan Tanpa Rokok tertuang dalam
Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum Pasal 14-16
3) Cirebon, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Cirebon berbentuk Surat
Keputusan Walikota No 27A Tahun 2006 tentang Perlindungan Terhadap
Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon.
4) Surabaya, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Peraturan
Daerah Kota Surabaya No 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok
dan Kawasan Terbatas Merokok.
14
28
5) Palembang, kebijakan Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Peraturan
Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Kota Palembang merupakan kota pertama di Indonesia yang memiliki
Peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan sesuai
standar internasional serta menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok yaitu
tanpa menyediakan ruangan untuk merokok.
6) Padang Panjang, terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Padang Panjang
No 8 Tahun 2009 tentang Kawsan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib
Rokok.
Pada tahun 2014, sudah terdapat 131 kabupaten/kota yang telah memiliki
Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah di Indonesia semakin menyadari bahwa pentingnya memiliki
lingkungan yang bersih, sehat dan bebas dari asap rokok guna melindungi
perokok pasif dan menurunkan prevalensi perokok di Indonesia khususnya di
daerah masing-masing dengan berinisiatif mengeluarkan Peraturan daerah
Kawasan Tanpa Rokok. 15Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia
khususnya di Kota Palembang memiliki beberapa landasan hukum, diantaranya:
1) Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
15
29
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan.
5) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011 No 7 Tahun 2011 tentang
Pedoman Kawasan Tanpa Rokok.
6) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.
7) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No
4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
8) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja
dan Sarana Kesehatan.
9) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 tahun 2009 tentang Kawasan
Tanpa Rokok.
2.4.2 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok
Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan
dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, maka setiap orang
berkewajiban menghormati hak orang lain dalam memperoleh lingkungan yang
sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial dan setiap orang berkewajiban untuk
30
kesehatan yang setinggi-tingginya. 16 Lingkungan yang sehat dapat terwujud
antara lain dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Dalam Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.
188/Menkes/PB/I/2011 No 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok, bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok adalah
ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk
tembakau. 17
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan yang efektif
dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat
bagi masyarakat serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung. Terdapat empat
alasan dalam mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu untuk melindungi
anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak
nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa
tidak merokok adalah perilaku yang lebih sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok dapat
mengurangi konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong
perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi
rokoknya.
16
Pasal 10 dan 11 Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
17
31
Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Pasal 115 tentang Kesehatan dan
dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 8 Ayat (2),
menetapkan beberapa kawasan yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok,
antara lain:18
7) Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
2.4.3 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Secara umum, terdapat beberapa prinsip dasar kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,
yaitu:19
1) Asap rokok orang lain mematikan.
2) Tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain.
3) Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap
Pasal 115 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
19
32
5) Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberi
perlindungan penuh bagi masyarakat.
6) Pembuatan ruang merokok dengan ventilasi/fitrasi udara tidak efektif.
Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 4,
prinsip penetapan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu:20
1) 100 % kawasan tanpa asap rokok.
2) Tidak ada ruang merokok di tempat umum/tempat kerja tertutup.
3) Pemaparan asap rokok pada orang lain melalui kegiatan merokok, atau
tindakan mengizinkan dan atau membiarkan orang merokok di kawasan
tanpa rokok adalah bertentangan dengan hukum.
2.4.4 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok tentunya memiliki tujuan, selain untuk
mengurangi jumlah perokok yang setiap tahun terus mengalami peningkatan.
Menurut Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 3 tentang
Kawasan Tanpa Rokok, terdapat beberapa tujuan pokok, yaitu:21
1) Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya paparan asap rokok
orang lain.
2) Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.
3) Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung.
20
Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
21
33
2.4.5 Manfaat Kawasan Tanpa Rokok
Manfaat Kawasan Tanpa Rokok adalah menciptakan tempat-tempat umum, sarana
kesehatan, tempat-tempat kerja, tempat ibadah, dan sarana pendidikan yang sehat,
nyaman dan aman, tidak terganggu asap rokok, dapat memberikan citra yang
positif, menegakkan etika merokok, mewujudkan generasi muda yang sehat,
meningkatkan produktivitas kerja yang optimal, menurunkan angka perokok dan
mencegah perokok pemula, memberikan hak kepada orang yang tidak merokok
untuk tidak terkena dampak racun rokok yang sangat banyak terkandung dalam
asap rokok dan mencegah meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh rokok
dan asap rokok baik kepada para perokok aktif maupun perokok pasif. 22
2.4.6 Objek Kawasan Tanpa Rokok
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa objek sebagai indikator dalam
pengawasan dan pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu :23
1) Ada atau tidaknya tanda “dilarang merokok” yang cukup jelas dan mudah
terbaca di pintu masuk gedung.
2) Ada atau tidaknya orang merokok di tempat yang telah ditetapkan sebagai
Kawasan Tanpa Rokok.
3) Ada atau tidaknya area atau ruangan merokok dalam gedung dengan atau
tanpa ventilasi untuk menghilangkan asap rokok .
22
Lily S Sulistyowati, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI, 2011, hlm 6.
23
34
4) Ada atau tidaknya tanda-tanda promosi atau iklan rokok di Kawasan
Tanpa Rokok (penjualan rokok di Kawasan Tanpa Rokok hanya
dibenarkan bagi yang memiliki izin usaha untuk menjual).
5) Ada atau tidaknya asbak dan/atau sarana pendukung merokok di tempat
yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.
6) Ada atau tidaknya bau rokok di dalam gedung tertutup yang ditetapkan
sebagai Kawasan Tanpa Rokok.
7) Ada atau tidaknya puntung rokok di gedung tertutup yang ditetapkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga,
diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul. 1
3.1 Pendekatan Masalah
Dalam rangka penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang
No 7 Tahun 2009 tentang Kaawasan Tanpa Rokok maka penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:2
1) Pendekatan Yuridis, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji
peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan
Kebijakan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap
Implentasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang
Kawasan Tanpa Rokok.
2) Pendekatan Empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui
pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm 43.
2
36
terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang
berhubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No
7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
3.2 Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil
wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri :
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan
peraturan-peraturan lainnya.3 Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan
Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut:
a) Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
3
37
e) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011 tentang Pedoman
Kawasan Tanpa Rokok.
f) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap
Rokok.
g) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
h) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat
Kerja dan Sarana Kesehatan.
i) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 tahun 2009 tentang
Kawasan Tanpa Rokok.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu
menganalisa dan memahami bahan hukum primer berupa
Undang-Undang, buku-buku, literatur maupun data-data lainnya.
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum lain yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, seperti hasil penelitian, Kamus Hukum, Kamus Besar
38
sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh
prosedur sebagai berikut:4
1) Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan berbagai sumber.
2) Studi Lapangan (Field Reasearce)
Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan
mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yaitu
dengan menggunakan teknik wawancara kepada narasumber, yaitu :
a) Dinas Kesehatan Kota Palembang, yang dalam hal ini wawancara akan
dilakukan kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
(PMK) yaitu Ibu Dr. Afrimelda. M. Kes dan Administrator Program
Kawasan Tanpa Rokok yaitu Ibu Desi Permata Sari, S. Km
b) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Palembang, yang
dalam hal ini wawancara akan dilakukan kepada Seksi Penyelidikan
dan Penyidikan yaitu Bapak Ricko Saputra. S. H
4