• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NO 7 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NO 7 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NO 7 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Oleh

DEWI YULIANDARI AS

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya untuk melindungi dan menjamin hak setiap orang untuk menghirup udara bersih tanpa adanya paparan asap rokok. Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang mengatur tentang area atau ruangan dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok. Masjid Agung, Terminal Karya Jaya dan Angkutan Umum di Kota Palembang merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok

Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok? dan Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris untuk memperoleh data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok sudah berjalan dengan baik khususnya di kawasan Masjid Agung dan Terminal Karya Jaya Kota Palembang namun penerapan di kawasan Angkutan Umum masih belum berjalan dengan efektif karena masih banyak pelanggaran yang terjadi. Faktor-faktor penghambat dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok ialah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengawas penegakkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu Dinas Kesehatan dan SatpolPP dan dari pihak pengawas internal kawasan dan para petugas atau aparat penegak hukum kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada para pelanggar.

Diharapkan kegiatan sosialisasi dapat ditingkatkan lagi agar masyarakat lebih banyak mengetahui dan mendukung pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Serta penerapan sanksi tidak hanya diberlakukan bagi pengawas internal masing-masing kawasan tetapi juga diberlakukan bagi masyarakat yang melanggar ketentuan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok.

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF PALEMBANG CITY REGULATION NO 7 YEAR 2009 ABOUT NO SMOKING AREA

BY

DEWI YULIANDARI AS

Implementation of no smoking area is an effort to protect and guarantee of everyone’s right to breathe a clean air without any exposure of cigarette smoke. Palembang city regulation No. 7 year 2009 about no smoking area which regulates a room or area that declared is prohibited for smoking activities. A mosque, Karya Jaya Bus Station and Palembang public transportation are the areas which have been designated as a No Smoking Area.

The problems of this research is how is the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area and what are the factors which as an obstacle in the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area. Research approach used in this study is empirical juridical to obtain primary and secondary data.

The result of this research shows that the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area has run well, particularly in the mosque and Karya Jaya Bus Station, but the implementation in Palembang public transportation is still not run effectively because there are many violations. The obstacle factor in the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area is the socialization lack did by No Smoking Area supervisory enforcement namely health department, Pamong Praja Police Force, internal supervisor and law enforcement officer are less in applying a sanctions to violators

Through This Implementation, the socialization activities expected could be improved, in order to people could aware and support the implementation of no smoking area and the imposition of sanctions is not only applied to the internal supervisor in each region but also applied to people who violate the provisions of no smoking area regulation.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 06 Juli 1992,

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Putri dari

Bapak Ambasador HS dan Ibu Syahiriani

Penulis memulai pendidikan pada tahun 1997 di Taman

Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyah Palembang, kemudian Sekolah Dasar (SD)

di SD Negeri 8 Palembang lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMP Negeri 17 Palembang lulus pada tahun 2007, dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Palembang lulus pada tahun 2010.

Pada masa SMP penulis aktif berorganisasi di Pramuka dan OSIS, dan SMA

di Majalah Sekolah (FOKUS) dan OSIS.

Pada tahun 2010 Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan

Akademik dan Bakat) atau Undangan. Selama masa perkuliahan penulis aktif

dalam organisasi internal kampus yaitu UKM-F MAHKAMAH (Mahasiswa

Pengkaji Masalah Hukum) dan Komunitas Konstitusi FH Unila. Pada tahun

2014 Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Labuhan

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap

hembusan nafas dan jejak langkah kita

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di muka bumi ini

Alhamdulillah dengan penuh rasa Bangga dan Kerendahan Hati Skripsi ini Kupersembahkan sebagai wujud bakti dan tanggung jawabku

kepada:

Kedua Orang Tuaku Tercinta Ambasador HS dan Syahiriani yang dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan

keberhasilanku.

Kedua saudaraku tersayang Putri Utami Ambarsari AS, S.T dan M.Imam Septiawan AS yang selalu berdoa, memotivasi dan menemani

baik suka maupun duka.

Keluarga yang selalu mendukungku dan calon pendamping hidupku yang masih dirahasikan Allah SWT

Serta

(8)

MOTO

Hidup itu seperti permainan ular tangga

Ada banyak tangga yang harus dilewati.

Ditengah perjalanan pasti akan menemui hambatan,

bahkan terkadang sudah hampir mencapai puncak

harus jatuh dan rela memulai semuanya lagi dari awal

dan terkadang harus rela didahului oleh orang lain,

tapi jika kita mau bersabar dan mau mengikuti alur

permainannya sampai selesai, kita pasti akan sampai

dipuncak dan menjadi pemenangnya.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya serta nikmat iman dan ilmu, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heriyandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses

perkuliahan;

3. Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum

Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama

proses perkuliahan;

4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik

sekaligus pembimbing utama atas kesediaanya dalam memberikan

bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H., selaku pembimbing kedua atas

kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam

(10)

6. Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H., selaku pembahas serta penguji utama atas

kesediaannya dalam memberikan masukan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsii ni;

7. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H., selaku pembahas kedua atas kesediaanya

dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Hukum, khusus nya bagian Hukum

Administrasi Negara, terimakasih atas ilmu yang bermanfaat serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Ibu selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum Unila dan Bapak

Ibu Staff Administrasi Bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih

atas bantuan dan arahan dalam pelaksanaan penyelesaian skripsi ini;

10.Ayahanda Ambasador HS dan Ibunda Syahiriani, kedua orangtuaku

tercinta dan terbaik sepanjang masa. Terima kasih atas semua doa-doa,

kasih sayang, kepercayaan, nasehat serta motivasi yang tidak pernah ada

habisnya dan selalu sabar menunggu kesuksesan penulis. Kedua saudaraku

tersayang Putri Utami Ambarsari AS, S.T, dan M. Imam Septiawan AS,

yang selalu memberikan canda, tawa serta dukungan semangat yang tiada

hentinya kepada penulis;

11.Kedua keponakan tersayang M.Chesta Adiwangsa dan Chalista Sabrina

Belvania;

12.Keluarga Besar Ayah dan Mama yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan nasehat yang telah

(11)

13.Sahabat seperjuangan (Amilya Rahayu, Eka Purnama Sari, Iis Priyatun,

Abi Zuliansyah, Aldi Setiawan, Agus Hermawan, Beni Yulianto,

Mardhotillah) terima kasih atas semua bantuan, kerjasama dan semangat

yang selalu menemani selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini

akhirnya kita sah jadi „Sarjana Hukum;

14.Teman-teman suka duka (Dika Permadi, Hendra Ari Saputra, Fitra

Albajuri, Febri Setiawan Minsi, Alfriando Joshua, Ata) terimakasih atas

semua bantuannya, supportnya dalam penyelesaian skripsi ini, semoga

secepatnya segera menyusul.

15.Teman-teman terbaik (Ayi, Ika, Ines, Acila, Emil, Herra, Dika, Asa,

Benny, Niko, Kresna) terima kasih atas kebersamaan suka dukanya,

kerjasamanya selama di perkuliahan;

16.„Kamu’ terima kasih telah memberikan waktu, motivasi, nasehat, dan

pengalaman yang begitu berharga selama perkuliahan sampai akhirnya

mendapatkan gelar „Sarjana Hukum’, semoga kita dapat meraih

kesuksesan bersama;

17.Keluarga besar UKM-F MAHKAMAH terima kasih atas kebersamaan dan

pengalaman berorganisasi selama di perkuliahan;

18.Keluarga KKN Desa Labuhan Ratu VII, Kabupaten Lampung Timur

(Keluarga Besar Pak Pudjo, Nika, Ani, NcikAnis, Uda Ari, Asa, Alsan,

Kresna, Hera, Ardi) terima kasih telah memberikan pengalaman berharga

selama 40 hari, senang sekali bisa mengenal kalian;

19.Keluarga besar RK (Shinta Annisa Wulandari, S.H., Alvionita Dwi Putri.,

(12)

Wulanda Putri, S.Ked., Angga Triadi., S.T., Imam Alfarisi., S.T., Fadil

Ramadhan, S.Ked., Nofatrin Swara Sampoerna., S.T., Erick Prakoso,

A.md) terima kasih untuk kebersamaan yang telah terjalin sejak SMA

sampai sekarang, akhirnya kita semua sudah sarjana;

20.Teman-teman Angkatan 2010 dan 2011 serta kakak dan adik tingkat

Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih untuk

kebersamaannya selama ini;

21.Teman-teman kostan Puri Pratiwi (Yanti, Dewi, Filo, Dini, Rani „ndut’,

Anggun, Mbak Indah, Lintang, Ella, Rani, Dini) terima kasih untuk

kebersamaannya baik suka maupun duka selama menjadi anak kostan;

22.Bapak Ibu Pejabat Balitbang Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat

Kesbangpol Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat Dinas Kesehatan Kota

Palembang, Bapak Ibu Pejabat Satpol-PP Kota Palembang, serta seluruh

narasumber. Terima kasih atas waktu dan kesediaannya telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

23.Kepada semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua

dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsiini;

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi inijauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.2 Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Implementasi ... 10

2.2 Peraturan Daerah ... 12

2.2.1 Pengertian Peraturan Daerah ... 12

2.2.2 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok .. 13

2.3 Rokok ... 14

2.3.1 Pengertian Rokok dan Kandungan Rokok ... 14

2.3.2 Tipe Perokok dan Faktor Perilaku Merokok ... 19

(14)

2.4 Kawasan Tanpa Rokok ... 26

2.4.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia dan Dasar Hukumnya ... 26

2.4.2 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok ... 29

2.4.3 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok ... 31

2.4.4 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1Pembentukan Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang ... 47

4.1.1.1 Dasar Hukum Pembentukan Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok... 47

4.1.1.2 Struktur Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok Pada Dinas Kesehatan Kota Palembang ... 49

4.1.1.3 Struktur Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok Pada Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang ... 52

4.1.2 Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 54

4.1.2.1 Proses Terbentuknya Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok... 54

4.1.2.2 Materi Muatan Peraturan Daerah Kota PalembangNo 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok... 56

4.1.3 Pelaksanaan Tugas Dinas Kesehatan dan SatpolPP Dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang ... 63

4.2 Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 69

4.2.1 Di Masjid Agung Kota Palembang ... 69

4.2.2 Di Terminal Karya Jaya Kota Palembang... 72

(15)

4.2.4 Akibat Hukum Pelanggaran Peraturan DaerahKota PalembangNo 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok ... 78

4.3 Faktor-Faktor Penghambat Dalam Implementasi

Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009

Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Tim Penegakan Kawasan Tanpa Rokok

Oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang ... 49

Gambar 2. Struktur Organisasi Tim Penegakan Kawasan Tanpa Rokok

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan

pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dengan melakukan berbagai upaya pemberantasan

penyakit. Di Indonesia, pola penyakit saat ini mengalami transisi epidemiologi

dimana beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit

menular bergeser ke penyakit tidak menular. Perubahan gaya hidup yang terjadi di

masyarakat akibat dampak dari perkembangan teknologi, keadaan demografi,

serta status sosial ekonomi mempunyai kontribusi terhadap ragam penyakit tidak

menular yang timbul. Peningkatan penyakit tidak menular tersebut tidak terlepas

dari perilaku hidup manusia dengan berbagai faktor resikonya seperti asupan

makanan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan

merokok. Setiap orang pasti sudah mengenal rokok, bahan utama rokok yaitu

olahan tembakau yang dibungkus dengan gulungan kertas. Popularitas rokok

menjadi fenomena pada abad ke-20, dan jumlah perokok meningkat sejak awal

tahun 1900-an tidak lama setelah diperkenalkannya teknologi produksi massal

yang baru ditambah dengan gencarnya media periklanan. Diseluruh dunia, rokok

merupakan salah satu penyebab yang paling banyak untuk kecacatan, penderitaan,

(19)

2

dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap asapnya termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana rustica,

nicotiana tabacumdan spesies lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar

dengan atau bahan tambahan.1 Selain itu rokok juga sangat berbahaya bagi

kesehatan tubuh karena menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, seperti stroke,

katarak, kanker mulut dan tenggorokan, infeksi paru, penyakit paru obstruktif

menahun, serangan jantung, kanker pancreas, kanker ginjal, kanker leher rahim

serta penyakit pembuluh darah tepi. Lebih dari 4000 bahan kimia telah di

identifikasi dalam asap tembakau, banyak diantaranya beracun, beberapa bersifat

radioaktif dan lebih dari 40 diketahui dapat menyebabkan kanker. Bahan-bahan

kimia ini terutama terdapat di dalam tar yaitu cairan cokelat lengket yang

terkondensasi dari asap tembakau. Tembakau banyak menghasilkan bahan kimia

yang suhunya tinggi (sampai 900oC) yang ditimbulkan dari ujung rokok yang

menyala ketika dihisap oleh perokok. 2

Menurut World Health Organization (WHO) lebih dari satu miliar yang hidup

saat ini, 500 juta orang akan terbunuh oleh tembakau. Berbagai hasil penelitian

baik dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti

dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. WHO memperkirakan jumlah

kematian didunia akibat konsumsi rokok pada tahun 2020 akan mencapai 10 juta

orang setiap tahunnya dan sekitar 70% diantaranya terjadi di negara berkembang

termasuk Indonesia. Pembangunan kesehatan bangsa Indonesia saat ini belum

1

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

2

(20)

3

menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dari Institute for

Health Metrics and Evaluation (IHME) Indonesia menduduki peringkat ke-2

setelahTimor Leste dengan 65 juta perokok atau 28% dari jumlah penduduk dan

untuk memenuhi kebutuhan merokok penduduknya, Indonesia mengimport lebih

dari 100 ribu ton tembakau per tahun. 3 Hal ini merupakan fakta menyedihkan

yang dapat memberikan dampak negative pada kondisi kesehatan. Berdasarkan

hasil Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 prevalensi perokok Indonesia

sebesar 29,2%, tahun 2010 prevalensi perokok meningkat sebesar 34,7%, tahun

2011 prevalensi perokok naikmenjadi 36% dan pada tahun 2014 prevalensi

perokok mengalami peningkatan menjadi 42,8%.

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan salah satu cara untuk membatasi

perilaku merokok. Di Indonesia telah terdapat beberapa peraturan yang melarang

orang merokok di tempat-tempat umum, diantaranya melalui Undang-Undang

Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang mencantumkan

peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian ketujuhbelas mengenai

Pengamanan Zat Adiktif pada Pasal 115. Kemudian Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, pada bagian

kelima Pasal 49-52. Di Indonesia Kawasan Tanpa Rokok telah diterapkan di

beberapa kota besar seperti Palembang, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya dan

Padang Panjang. Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Pasal 155 Ayat (2)

tentang Kesehatan menyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib menetapkan

3

(21)

4

Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya. Kebijakan ini juga diatur dalam Peraturan

Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No

188/Menkes/PB/2011No 7 Tahun 2011 Pasal 7 tentang Pelaksanaan Kawasan

Tanpa Rokok, menjelaskan bahwa Menteri Dalam Negeri melalui Direktur

Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa bertugas untuk mendorong

pemerintah daerah menetapkan dan melaksanakan Kawasan Tanpa Rokok di

wilayahnya masing-masing.

Di Kota Palembang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok disebabkan karena

prevalensi perokok yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini berdasarkan

hasil survey dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan Kota Palembang.

Tabel 1. Prevalensi Perokok di Kota Palembang dari Tahun 2008-2014.

No Tahun Prevalensi Perokok

1 2008 10,17%

2 2009 13,17%

3 2010 18,17%

4 2011 24,17%

5 2012 34,17%

6 2013 43,17%

7 2014 58,17%

(22)

5

Selain prevalensi perokok yang setiap tahun terus meningkat, Dinas Kesehatan

Kota Palembang juga mencatat jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) yang salah satunya disebabkan oleh asap rokok juga

mengalami peningkatan, pada bulan Januari 2013 terdapat 13. 535 orang dan pada

tahun 2014 meningkat menjadi 15. 974 orang. 4 Secara umum faktor yang

menyebabkan prevalensi perokok di Kota Palembang terus meningkat yaitu

dikarenakan perokok beranggapan bahwa, merokok adalah lambang kedewasaan,

percaya diri dan gengsi, obat penghilang kebosanan dan stres. Selain itu karena

adanya rasa ingin tahu, mendapatkan rokok masih sangat mudah, terpengaruh

teman dan lingkungan, serta kurangnya rasa peduli terhadap risiko bahwa

merokok berbahaya bagi kesehatan.

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang memang telah dilakukan

namun sampai saat ini masih belum berjalan dengan optimal. Menurut data dari

Dinas Kesehatan, prevalensi perokok tertinggi dari 7 kawasan yang telah

ditetapkan, peringkat atas berada di kawasan angkutan umum sebesar 67% dan

tempat umum sebesar 53 %. Kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan

Angkutan Umum di Kota Palembang merupakan salah satu contoh dari

masing-masing tempat yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok dan juga menjadi

objek dalam penelitian. Ketiga kawasan ini merupakan kawasan-kawasan yang

sering dikunjungi oleh masyarakat dan sudah pasti dari sebagian masyarakat yang

berada di kawasan tersebut adalah perokok. Dari hasil pengamatan yang

dilakukan, walaupun ketiga kawasan ini sudah menerapkan Kawasan Tanpa

4

(23)

6

Rokok tetapi ternyata masih saja ditemukan perokok di sekitar kawasan Masjid

Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang, baik

dilakukan oleh masyarakat maupun oleh petugas atau karyawan yang bekerja di

tempat tersebut.

Faktor yang mempengaruhi masih ditemukan perokok di ketiga kawasan ini yaitu

masih terdapat banyak warung di sekitar kawasan yang menjual rokok dengan

bebas, sehingga masyarakat masih dengan mudah untuk membeli rokok di sekitar

kawasan, selain masyarakat sebagai pengunjung, pegawai dan petugas dari

masing-masing tempat masih terlihat merokok di sekitar kawasan serta kurangnya

penegakkan hukum yang tegas dari pihak pengawas, untuk kawasan angkutan

umum, faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran yaitu para supir dan

kernet merupakan perokok sehingga mendorong penumpang untuk melakukan hal

yang sama, mereka beranggapan kawasan angkutan umum bukanlah kawasan

yang menggunakan pendingin atau Air Conditioner (AC). Hal ini yang

mengakibatkan penerapan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan

Tanpa Rokok di sekitar kawasan masih belum berjalan dengan optimal.

Melalui Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang

mengatur tentang area atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan

merokok serta kegiatan lain yang berhubungan dengan rokok merupakan suatu

upaya dari Pemerintah Kota Palembang untuk menertibkan sejumlah tempat yang

terindikasi sebagai tempat bebas rokok dan asap rokok. Dinas Kesehatan dan

Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang diberikan wewenang

oleh Walikota Palembang dalam hal pengawasan melalui Peraturan Walikota No

(24)

7

Tanpa Rokok di Kota Palembang merupakan suatu keputusan yang positif bagi

banyak pihak, khususnya bagi para pejuang antirokok serta mengingat pentingnya

sebuah regulasi untuk memperkuat upaya perubahan perilaku masyarakat agar

dapat hidup sehat terutama dapat terbebas dari asap rokok akan tetapi dalam

praktiknya penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang sampai saat ini

masih belum berjalan dengan optimal karena masih terdapat beberapa kendala

dalam penerapannya.

Melihat latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk membahas tentang

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009

Tentang Kawasan Tanpa Rokok”

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota Palembang ?

2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam Implementasi

Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan

Tanpa Rokok di kota Palembang ?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi

Negara pada umumnya yang membahas mengenai Implementasi Peraturan Daerah

(25)

8

dilakukan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, Satuan Polisi Pamong

Praja (SatpolPP) Kota Palembang sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam

pengawasan dan penegakkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang

Kawasan Tanpa Rokok. Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan

Umum Kota Palembang sebagai salah satu kawasan dari masing-masing tempat

yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi objek penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1) Untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

1.4.2 Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:

1) Kegunaan teoritis:

a. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai implementasi

Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan

Tanpa Rokok dengan menerapkan dan mengaplikasikan Ilmu Hukum

(26)

9

b. Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta menjadi

salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

2) Kegunaan praktis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pemerintah

daerah lainnya yang diwilayahnya telah menerapkan Kawasan Tanpa

Rokok.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi

pemerintah daerah yang diwilayahnya belum terdapat Peraturan Daerah

tentang Kawasan Tanpa Rokok.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pedoman bagi pihak

terkait dalam penegakkan hukum dan pencegahan terhadap para perokok

untuk tidak merokok di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Implementasi

Kata implementasi adalah sebuah kata serapan dari bahasa asing, kata

implementasi merupakan kata sederhana namun terdapat banyak makna yang

terkandung didalamnya. Kata dasar implementasi adalah implemen yang artinya

alat, implementasi merupakan salah satu upaya administrasi untuk menyelaraskan

antara kegiatan yang akan dilaksanakan dengan berbagai permasalahan yang

sedang dihadapi baik oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun oleh

masyarakat sebagai objek dari kebijakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan, artinya

yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau

didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Berikut ini beberapa pengertian

implementasi yang bersumber dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :1

1) Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi

Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi

atau pelaksanaan sebagai berikut:

1

(28)

11

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi

suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

2) Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam

Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai

implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses

interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.

3) Affan Gaffar berpendapat bahwa “Implementasi adalah suatu rangkaian

aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat

sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang

diharapkan”.

Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan

yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah

Undang-Undang muncul sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,

maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan

implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan

dan tentu saja yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut dan

bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat. 2

2

(29)

12

2.2 Peraturan Daerah (Perda)

2.2.1 Pengertian Peraturan Daerah

Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (7) tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan Peraturan

Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Definisi

lain dari Peraturan Daerah menurut Undang-UndangNo 32 Tahun 2004 Pasal 1

Ayat (10) tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut Perda adalah

peraturan daerah provinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota. Dalam

ketentuan Undang-UndangNo32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Peraturan daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih

lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan

memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Sesuai ketentuan

Undang-Undang No 10 Tahun 2004 Pasal 112 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, materi muatan Peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam

rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, menampung

kondisi khusus daerah, serta penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi. 3

Rancangan Peraturan daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) serta Gubernur atau Bupati/Walikota. Apabila dalam satukali masa

sidang Gubernur atau Bupati/Walikota dan DPRD menyampaikan rancangan

3

(30)

13

Peraturan daerah dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan

Perda yang dibahas oleh DPRD, sedangkan rancangan Peraturan daerah yang

disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dipergunakan sebagai bahan

persandingan. Program penyusunan Peraturan daerah dilakukan dalam satu

program legislasi daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam

penyiapan satu materi Peraturan daerah. Ada berbagai jenis Peraturan daerah yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kota dan Provinsi antara lain :

1) Pajak Daerah

2) Retribusi Daerah

3) Tata Ruang Wilayah Daerah

4) APBD

5) Rencana Program Jangka Menengah Daerah

6) Perangkat Daerah

7) Pemerintahan Desa

8) Pengaturan Umum Lainnya

2.2.2 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Saat ini pemerintah telah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya

perlindungan terhadap masyarakat dari bahaya asap rokok, seperti yang

dituangkan dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 115 Ayat (1) dan (2)

tentang Kesehatan yang mengamanatkan kepada setiap pemerintah daerah wajib

untuk menetapkan dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu dengan

diberlakukannya Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok hal ini

(31)

14

masyarakat perokok dan bukan perokok dan juga untuk menurunkan prevalensi

perokok.

2.3 Rokok

2.3.1 Pengertian Rokok dan Kandungan Rokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rokok adalah gulungan

tembakau yang dibalut dengan daun nipah, sedangkan merokok adalah menghisap

gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (3) tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi

Kesehatan, rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu

ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin

dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya

dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Temperatur pada sebatang rokok yang

sedang dibakar adalah 900oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk

ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok. Rokok mengandung lebih dari

4000 senyawa kimia dimana 40 diantaranya bersifat karsinogenik, sampai

sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya asap rokok untuk

menimbulkan penyakit. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok

(32)

15

didalam rokok yang bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi dinding dari

sistem pernafasan yang menyebabkan meningkatnya sekresi mucus di bronkus. 4

Menurut Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

sebanyak 25% mengandung zat berbahaya yang terdapat dalam rokok yang masuk

ke tubuh perokok (perokok aktif) sedangkan 75% beredar di udara bebas yang

beresiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif). Konsentrasi zat

berbahaya didalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap

melalui asap rokok tidak terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun

konsentrasi racun yang ada dalam perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif

kembali menghisap asap rokok yang ia hembuskan.

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang

sedang tidak dihisap sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran

tembakau yang tidak sempurna. Di dalam rokok terdapat tembakau sebagai faktor

penyebab utama munculnya penyakit. Menurut Jaya dalam bukunya Pembunuh

Berbahaya itu Bernama Rokok menyatakan setiap jenis dan merk rokok memiliki

kadar kandungan zat kimia yang berbeda-beda. Namun yang paling dominan

adalah nikotin, tar dan karbon monoksida. 5

1) Nikotin

Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrilidin yang terdapat dalam

Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya yang bersifat

adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin bersifat sangat

4

Aulia LE, Stop Merokok, Garai ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm 15.

5

(33)

16

adiktif, beracun dan tidak berwarna. Nikotin yang dihirup dari asap rokok

masuk ke paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah kemudian masuk ke

dalam otak perokok dalam waktu 7-10 detik. Nikotin yang terkandung

dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga di dalam cairan darah ada 40-50 nanogram nikotin setiap 1 ml

nya. Nikotin memiliki efek adiktif dan psikoaktif yang dapat merangsang

terjadinya sejumlah reaksi kimia yang dapat mempengaruhi hormon dan

neutrotransmitter seperti adrenalin, dopamine, dan insulin sehingga

membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini hanya

berlangsung sementara.

2) Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik yang bersifat

karsinogenik. Sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat

lengket dan menempel pada paru-paru sehingga dapat membuat warna gigi

dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru-paru. Tar

yang ada dalam asap rokok menyebabkan paralisesilia yang ada di saluran

pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema,

bronkhitis, kronik dan kanker paru.

3) Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida (CO) adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak

berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak

sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan

sebatang tembakau dapat mencapai 3%-6% dan gas ini dapat dihisap oleh

(34)

17

yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap diluar. Bila proses ini

dilakukan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan

terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh

darah akan terjadi dimana-mana yang dapat menyebabkan hilangnya

kesadaran hingga kematian.

4) Arsenic

Arsenic adalah unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga

terdiri dari unsur-unsur berikut:

a) Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu

saluran pernapasan bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan

perubahan kulit tubuh.

b) Amonium karbonat, yaitu zat yang bisa membentuk plak kuning

pada permukaan lidah serta menggangu kelenjar makanan dan

perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

5) Amonia

Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan

hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya, amonia sangat muda memasuki

sel-sel tubuh, karena kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika

disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa menyebabkan seseorang

pingsan.

6) Acrolein

Acrolein yaitu sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh

(35)

18

pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar alkohol dan

sangat menggangu kesehatan.

7) Hydrogen Cyanide

Hydrogen Cyanide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak bebau dan

tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah

terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Zat ini

memiliki racun yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.

8) Nitrous Oksida

Nitrous Oksida yaitu sejenis gas tidak berwarna jika gas ini terhisap maka

dapat menimbulkan rasa sakit pada tubuh dan pernapasan.

9) Formaldehyde

Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium.

10)Phenol

Phenol yaitu campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari

destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang.

11)Achetol

Achetol yaitu sejenis zat yang sering digunakan untuk membuat cat dan

mudah menguap dengan alkohol.

12)Hydrogen Sulfide

Hydrogen Sulfide yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan

bau yang tajam.

13)Pyridine

Pyridine yaitu cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam, zat ini

(36)

19

14)Methanol

Methanol yaitu sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar.

Meminum atau menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan

kematian.

2.3.2 Tipe Perokok dan Faktor Perilaku Merokok

Secara umum tipe perokok dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:6

1) Tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup.

a) Perokok aktif adalah orang yang menghisap atau mengkonsumsi

rokok secara langsung.

b) Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghisap

atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.

2) Tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari.

a) Perokok sangat berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok

lebih dari 31 batang perhari

b) Perokok berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok sekitar

21-30 batang perhari

c) Perokok ringan adalah orang yang mengkonsumsi rokok sekitar 10

batang perhari

3) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri.

6

(37)

20

Menurut Silvan Tomkins, ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management

of Theory, keempat tipe tersebut antara lain:7

1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, karena dengan

merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ada 3 tipe

perokok jenis ini, yaitu:

a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok

setelah minum kopi atau makan.

b) Stimulation to pik them up, perilaku merokok hanya dilakukan hanya

untuk mendapatkan kesenangan dalam diri.

c) Pleasure of handing the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok, misalnya merokok dengan menggunakan pipa.

2) Tipe prokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, karena dengan

merokok seseorang dapat mengurangi perasaan negatif, misalnya ketika

marah, cemas ataupun gelisah dengan merokok dianggap sebagai

penyelamat.

3) Tipe perokok yang adiktif, bagi yang sudah adiksi akan menambah dosis

rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang, dengan kata lain perokok mengalami ketagihan dalam

merokok.

4) Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, pada tipe seperti ini merokok

merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

7Ibid,

(38)

21

Perilaku merokok merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan, alasan

sebagian orang merokok selalu berbeda-beda. Menurut Levy, setiap individu

mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda-beda dan biasanya disesuaikan

dengan tujuan mereka merokok.8 Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh

Mu’tadin yang berpendapat bahwa penyebab merokok, antara lain:9

1) Pengaruh orang tua

Anak yang berasal dari keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua

biasanya tidak memperhatikan anaknya dan memberikan fisik yang

keraslebih muda menjadi perokok dibandingkan anak yang berasal dari

lingkungan keluarga yang bahagia.

2) Pengaruh teman

Berbagai fakta mengatakan bahwa semakin banyak remaja merokok

dikarenakan teman-temannya adalah perokok.

Melihat iklan media massa dan elektronik yang menampilkan gambar

bahwa rokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat perokok

seringkali terpengaruh untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam

iklan tersebut.

8

Komalasari D. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2008, hlm 97.

9Mu’tadin Z. Remaja dan Rokok,

(39)

22

2.3.3 Bahaya Rokok Bagi Kesehatan dan Bagi Perokok Pasif

Tembakau yang ada pada rokok adalah produk konsumen yang berbahaya dan

mematikan. Penggunaan tembakau tidak hanya merugikan mereka yang

mengkonsumsinya tetapi juga merugikan orang-orang yang terkena asap dari

rokok tersebut. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok

dan menyebabkan kematian:10

1) Penyakit Kardiovaskuler

Asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah pada seseorang

yang merokok, karena nikotin yang terkandung didalamnya akan

merangsang hormon adrenalin dan menyebabkan perangsangan kerja

jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskuler

meliputi kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner

dan stroke.

2) Penyakit Kanker Paru

Kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok

karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru.

3) Penyakit Saluran Pernapasan

Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis

dan obstruktif misalnya bronkitis dan emfisema. Gejala yang ditimbulkan

berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernapasan.

10Op.Cit

(40)

23

4) Merokok dan Kehamilan

Wanita perokok selama kehamilan akan lebih besar mengalami keguguran,

kematian bayi atau bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Penelitian

menunjukkan adanya hubungan langsung antara merokok selama

kehamilan dan risiko sindrom kematian bayi secara mendadak.

5) Merokok dan Alat Perkembangbiakan

Merokok dapat mengurangi akan terjadinya konsepsi (memiliki anak),

fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu

seksual juga akan mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan

perokok. Wanita perokok akan mengalami menopause lebih cepat

dibandingkan dengan yang bukan perokok.

6) Merokok dan Alat Pencernaan

Sakit maag lebih banyak dijumpai pada orang-orang yang merokok karena

adanya penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga

mempercepat terjadinya sakit maag.

7) Merokok Meningkatkan Tekanan Darah

Merokok sebatang per hari akan meningkatkan tekanan darah sistolik

10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1 menit

8) Merokok Membuat Lebih Cepat Tua

Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan

mengeriput terutama di daerah wajah dikarenakan bahan kimia yang ada

dalam rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di

daerah terbuka misalnya pada wajah. Wajah perokok akan menjadi lebih

(41)

24

9) Kanker Mulut

Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit

gusi.

10)Osteoporosis

Karbon Monoksida (CO) dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut

oksigen darah perokok sebesar 15% mengakibatkan kerapuhan tulang

sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama

untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang

belakang.

11)Katarak

Merokok mengakibatkan gangguan pada mata, perokok mempunyai 50%

lebih tinggi terkena katarak bahkan bisa mengalami kebutaan.

12)Kerontokan Rambut

Merokok menurunkan sistem kekebalan tubuh lebih mudah terserang

penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan

rambut,ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan

tangan.

13)Impotensi

Merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50% pada laki-laki

berusia 30-40 tahunan. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir

bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik.

Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah

(42)

25

Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok bukan hanya untuk para perokok aktif, tetapi

juga sangat berbahaya bagi perokok pasif. Perokok Pasif adalah orang yang bukan

perokok namun terpaksa menghisap asap rokok yang dikeluarkan oleh

perokok11atau secara umum perokok pasif adalah orang-orang yang tidak

merokok tetapi menghisap Environmental Tobacco Smoke (ETS) yaitu asap rokok

utama dan asap rokok sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok.

Bagi orang yang tidak merokok asap rokok pasti sesuatu yang tidak

menyenangkan dan sangat menggangu. Risiko yang ditimbulkan juga sangat

berbahaya seperti meningkatnya resiko kanker paru-paru dan serangan jantung,

meningkatnya resiko penyakit saluran pernafasan seperti radang paru-paru dan

bronkhitis, iritasi pada mata yang menyebabkan rasa sakit dan pedih, bersin dan

batuk-batuk karena alergi, sakit pada tekak, esofagus, kerongkongan, dan

tenggorokan, sakit kepala sebagai reaksi penolakan nikotin, dan sesak nafas.

Menurut penelitian terhadap 1. 263 pasien kanker paru-paru yang tidak pernah

merokok, terlihat bahwa mereka yang menjadi perokok pasif dirumah akan

meningkatkan resiko kanker paru-paru hingga 18%. Apabila hal ini terjadi dalam

waktu yang lama (30 tahun lebih) risikonya akan meningkat menjadi 23%.

Sedangkan perokok pasif di lingkungan kerja atau kehidupan sosial, risiko kanker

paru-paru akan meningkat menjadi 16%, apabila hal ini berlangsung dalam waktu

yang lama (20 tahun lebih) akan meningkat risikonya menjadi 27%. Mereka yang

dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibandingkan dengan

11

(43)

26

mereka yang hidup dengan udara bersih, dan angka kematiannya meningkat 15%

lebih tinggi. 12

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) berpendapat bahwa,

sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh

perokok, sedangkan 75% beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh

orang-orang disekelilingnya. Dengan demikian perokok pasif sama berbahayanya

dengan perokok aktif karena zat-zat yang berbahaya tersebut tidak terfilter oleh

perokok pasif, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui

ujung rokok yang dihisap namun besar kemungkinan perokok aktif juga akan

menghirup kembali asap rokok yang dihasilkan. 13

2.4 Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

2.4.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia dan Dasar Hukumnya

Rokok dikenal sejak abad ke-19 oleh penduduk Kudus, dan bisnis rokok dimulai

pada tahun 1906, sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai mengenal rokok dan

mengkonsumsi rokok. Dari kebiasaan merokok tersebut mengakibatkan terjadinya

prevalensi perokok di Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

sangat membahayakan perkembangan kesehatan penduduk Indonesia. Pada tahun

1999 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003

tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan

untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan

Pemerintah tersebut memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Pasal

12

Bambang Trim, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta, 2006, hlm 17.

13Ibid

(44)

27

22-25. Dalam Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk

mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok14 dan dalam Undang-Undang No 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok

pada bagian tujuh belas mengenai Pengamanan Zat Adiktif Pasal 115 Ayat (1)

dan(2). Untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19

Tahun 2003 Pasal 25 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, beberapa

pemerintah daerah akhirnya mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,

diantaranya:

1) DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang

Kawasan Dilarang Merokok namun Jakarta belum menerapkan 100%

Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih

menyediakan ruangan untuk merokok.

2) Bogor, belum menerbitkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok

secara eksklusif. Pengaturan tertib Kawasan Tanpa Rokok tertuang dalam

Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum Pasal 14-16

3) Cirebon, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Cirebon berbentuk Surat

Keputusan Walikota No 27A Tahun 2006 tentang Perlindungan Terhadap

Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon.

4) Surabaya, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Peraturan

Daerah Kota Surabaya No 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok

dan Kawasan Terbatas Merokok.

14

(45)

28

5) Palembang, kebijakan Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Peraturan

Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Kota Palembang merupakan kota pertama di Indonesia yang memiliki

Peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan sesuai

standar internasional serta menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok yaitu

tanpa menyediakan ruangan untuk merokok.

6) Padang Panjang, terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Padang Panjang

No 8 Tahun 2009 tentang Kawsan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib

Rokok.

Pada tahun 2014, sudah terdapat 131 kabupaten/kota yang telah memiliki

Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini menunjukkan bahwa

pemerintah daerah di Indonesia semakin menyadari bahwa pentingnya memiliki

lingkungan yang bersih, sehat dan bebas dari asap rokok guna melindungi

perokok pasif dan menurunkan prevalensi perokok di Indonesia khususnya di

daerah masing-masing dengan berinisiatif mengeluarkan Peraturan daerah

Kawasan Tanpa Rokok. 15Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia

khususnya di Kota Palembang memiliki beberapa landasan hukum, diantaranya:

1) Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

15

(46)

29

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk

Tembakau Bagi Kesehatan.

5) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011 No 7 Tahun 2011 tentang

Pedoman Kawasan Tanpa Rokok.

6) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

7) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No

4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.

8) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja

dan Sarana Kesehatan.

9) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 tahun 2009 tentang Kawasan

Tanpa Rokok.

2.4.2 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok

Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan

dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, maka setiap orang

berkewajiban menghormati hak orang lain dalam memperoleh lingkungan yang

sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial dan setiap orang berkewajiban untuk

(47)

30

kesehatan yang setinggi-tingginya. 16 Lingkungan yang sehat dapat terwujud

antara lain dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Dalam Peraturan Bersama

Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.

188/Menkes/PB/I/2011 No 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan

Tanpa Rokok, bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok adalah

ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan

memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk

tembakau. 17

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan yang efektif

dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat

bagi masyarakat serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari

dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung. Terdapat empat

alasan dalam mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu untuk melindungi

anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak

nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa

tidak merokok adalah perilaku yang lebih sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok dapat

mengurangi konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong

perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi

rokoknya.

16

Pasal 10 dan 11 Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

17

(48)

31

Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Pasal 115 tentang Kesehatan dan

dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 8 Ayat (2),

menetapkan beberapa kawasan yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok,

antara lain:18

7) Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan

2.4.3 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

Secara umum, terdapat beberapa prinsip dasar kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,

yaitu:19

1) Asap rokok orang lain mematikan.

2) Tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain.

3) Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap

Pasal 115 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

19

(49)

32

5) Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberi

perlindungan penuh bagi masyarakat.

6) Pembuatan ruang merokok dengan ventilasi/fitrasi udara tidak efektif.

Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 4,

prinsip penetapan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu:20

1) 100 % kawasan tanpa asap rokok.

2) Tidak ada ruang merokok di tempat umum/tempat kerja tertutup.

3) Pemaparan asap rokok pada orang lain melalui kegiatan merokok, atau

tindakan mengizinkan dan atau membiarkan orang merokok di kawasan

tanpa rokok adalah bertentangan dengan hukum.

2.4.4 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok tentunya memiliki tujuan, selain untuk

mengurangi jumlah perokok yang setiap tahun terus mengalami peningkatan.

Menurut Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 3 tentang

Kawasan Tanpa Rokok, terdapat beberapa tujuan pokok, yaitu:21

1) Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya paparan asap rokok

orang lain.

2) Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.

3) Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk

merokok baik langsung maupun tidak langsung.

20

Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

21

(50)

33

2.4.5 Manfaat Kawasan Tanpa Rokok

Manfaat Kawasan Tanpa Rokok adalah menciptakan tempat-tempat umum, sarana

kesehatan, tempat-tempat kerja, tempat ibadah, dan sarana pendidikan yang sehat,

nyaman dan aman, tidak terganggu asap rokok, dapat memberikan citra yang

positif, menegakkan etika merokok, mewujudkan generasi muda yang sehat,

meningkatkan produktivitas kerja yang optimal, menurunkan angka perokok dan

mencegah perokok pemula, memberikan hak kepada orang yang tidak merokok

untuk tidak terkena dampak racun rokok yang sangat banyak terkandung dalam

asap rokok dan mencegah meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh rokok

dan asap rokok baik kepada para perokok aktif maupun perokok pasif. 22

2.4.6 Objek Kawasan Tanpa Rokok

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa objek sebagai indikator dalam

pengawasan dan pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu :23

1) Ada atau tidaknya tanda “dilarang merokok” yang cukup jelas dan mudah

terbaca di pintu masuk gedung.

2) Ada atau tidaknya orang merokok di tempat yang telah ditetapkan sebagai

Kawasan Tanpa Rokok.

3) Ada atau tidaknya area atau ruangan merokok dalam gedung dengan atau

tanpa ventilasi untuk menghilangkan asap rokok .

22

Lily S Sulistyowati, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI, 2011, hlm 6.

23

(51)

34

4) Ada atau tidaknya tanda-tanda promosi atau iklan rokok di Kawasan

Tanpa Rokok (penjualan rokok di Kawasan Tanpa Rokok hanya

dibenarkan bagi yang memiliki izin usaha untuk menjual).

5) Ada atau tidaknya asbak dan/atau sarana pendukung merokok di tempat

yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

6) Ada atau tidaknya bau rokok di dalam gedung tertutup yang ditetapkan

sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

7) Ada atau tidaknya puntung rokok di gedung tertutup yang ditetapkan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga,

diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul. 1

3.1 Pendekatan Masalah

Dalam rangka penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang

No 7 Tahun 2009 tentang Kaawasan Tanpa Rokok maka penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:2

1) Pendekatan Yuridis, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji

peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan

Kebijakan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap

Implentasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

2) Pendekatan Empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui

pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm 43.

2

(53)

36

terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang

berhubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No

7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil

wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri :

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan

peraturan-peraturan lainnya.3 Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan

Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut:

a) Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012

tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa

Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

3

(54)

37

e) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011 tentang Pedoman

Kawasan Tanpa Rokok.

f) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap

Rokok.

g) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.

h) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat

Kerja dan Sarana Kesehatan.

i) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 tahun 2009 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisa dan memahami bahan hukum primer berupa

Undang-Undang, buku-buku, literatur maupun data-data lainnya.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum lain yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti hasil penelitian, Kamus Hukum, Kamus Besar

(55)

38

sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut:4

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan berbagai sumber.

2) Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan

mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yaitu

dengan menggunakan teknik wawancara kepada narasumber, yaitu :

a) Dinas Kesehatan Kota Palembang, yang dalam hal ini wawancara akan

dilakukan kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

(PMK) yaitu Ibu Dr. Afrimelda. M. Kes dan Administrator Program

Kawasan Tanpa Rokok yaitu Ibu Desi Permata Sari, S. Km

b) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Palembang, yang

dalam hal ini wawancara akan dilakukan kepada Seksi Penyelidikan

dan Penyidikan yaitu Bapak Ricko Saputra. S. H

4

Gambar

Tabel 1. Prevalensi Perokok di Kota Palembang dari Tahun 2008-2014.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada kepercayaan mengenai adanya larangan dalam pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), hal tersebut dilihat dari pernyataan akseptor bahwa di

Mengalikan dan Membagi berbagai Bentuk Pecahan, 9 dari 17 orang siswa atau sekitar 52% siswa terlihat kurang fokus saat pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa

Motivasi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat Pembentukan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat (Posyandu, Pos obat desa, Poskesdes / Poskeskel dll). Membina

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Pembuatan website tersebut bertujuan untuk memberikan informasi tentang eksistensi PT Jatijajar Mas Rahayu sebagai transportir BBM di kota Balikpapan. Selain itu, website ini

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Sesuai dengan program dan prioritas dari pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla , maka posisi anggota kabinet juga mengalami beberapa perubahan,

This study has shown that the built-up area and green areas are the most important parameters which could balance the LST of a city such as Kuala Lumpur city. Strong