ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU SISWA KINEMATIKA BERMUATAN NILAI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA Oleh
Heru Sapto Nugroho
Menyediakan media pembelajaran merupakan salah satu upaya dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Buku siswa yang berlandaskan pendekatan saintifik
diharapkan dapat membentuk karakter siswa. Telah dilakukan penelitian untuk
mengembangkan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik
pada materi kinematika untuk siswa SMA dengan tujuan mengetahui
kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan buku siswa bermuatan nilai karakter
dengan pendekatan saintifik serta mengetahui keefektifan buku siswa. Tahapan
prosedur pengembangan meliputi: analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya,
identifikasi produk, pengembangan produk, validasi produk melalui uji internal,
revisi produk 1, uji eksternal produk, revisi produk 2, dan produksi masal.
Validasi produk dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi dengan diperoleh
skor 3,00 pada uji ahli materi dan skor 2,92 pada uji ahli desain. Sedangkan uji
satu lawan satu dilakukan terhadap 2 orang siswa dan uji eksternal kelompok kecil
dilakukan terhadap 27 siswa kelas X MIA 2 SMA Fransiskus Bandar Lampung.
Hasil uji internal diperoleh bahwa buku siswa yang dikembangkan dinyatakan
layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji eksternal menunjukkan
Heru Sapto Nugroho siswa tuntas KKM, selain itu buku siswa yang diuji menunjukkan kualitas
kemenarikan dengan skor 3,58 berkategorikan sangat baik, kualitas kemudahan
dengan skor 3,44 berkategorikan sangat baik, dan kualitas kemanfaatan dengan
skor 3,41 berkategorikan sangat baik.
Kata kunci: buku siswa, buku siswa berkarakter, nilai karakter, pendekatan
PENGEMBANGAN BUKU SISWA KINEMATIKA BERMUATAN NILAI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA
Oleh
HERU SAPTO NUGROHO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung, pada 14 Oktober
1992, anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Gregorius Semiyono
dan Ibu Christina Subariyah. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri
2 Campang Raya Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan di SMP Kartika Jaya II-2 yang diselesaikan pada tahun 2007, dan
melanjutkan pendidikan di SMA Fransiskus Kedaton yang diselesaikan pada
tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi
asisten mata kuliah Program Komputer (Prokom) pada tahun 2012/2013.
Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMA Bhakti Mulya desa Tugu Ratu dan Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan
MOTTO
“We all shine on like the Sun, the Moon and the stars.”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan
lembaran-lembaran karyaku ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan
mendalam kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapakku Gregorius Semiyono dan Ibuku Christina
Subariyah yang selalu berjuang untuk mewujudkan mimpiku. Terimakasih
atas kerja keras yang selama ini telah kalian lakukan dan doa yang selalu
kalian haturkan. Semoga Allah selalu memberi kesempatan untukku agar
selalu dapat membanggakan kalian.
2. Mas Toyo, Mba Ning, Mba Esti, Mba Tina, Mba Sari dan Mas Okta yang
selalu memperhatikan, membimbing dan menemani ku untuk mencapai
keberhasilan.
3. Mba Eni, Mas Sugi dan Mas Rio yang telah memberikan dukungan
kepadaku.
4. Teman-teman terdekat yang telah memberikan motivasi dan semangat untuk
mencapai keberhasilan.
x
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan
Buku Siswa Kinematika Bermuatan Nilai Karakter dengan Pendekatan Saintifik
untuk Siswa SMA”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari
berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis., selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembahas atas kesediaannya
xi
7. Pak Fery, Pak Nengah, Pak Agus, Pak Abe, Bu Vi, Pak Wayan, Pak Antomi
dan Pak Doni yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
8. Suster Pauli selaku Kepala Sekolah SMA Fransiskus Kedaton beserta jajaran
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.
9. Bapak Abi Kundadi, B.Sc., selaku guru mitra dan murid-murid kelas X dan XI
MIA SMA Fransiskus Kedaton atas bantuan dan kerjasamanya selama
penelitian berlangsung.
10.Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., dan Bapak Antomi Saregar, M.Pd., M.Si
selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.
11.Sahabat perjuangan Pendidikan Fisika 2010 B: Sandi, Andrian, Trian,
Satawag, Tofan, Mirza, Risky, Didi, Andi, Dodo, Vandan, Dewi, Mei, Novel,
Rosita, Sheila, Ratri, Liza, Rika, Kadek Ceria, April, Galih, Cory, Ismi, Beti,
Gusri, Nani, Novita, Mu’, Yunita dan Inayah, terimakasih telah membagi ilmu
dan semangat kepada penulis.
12.Teman-teman Program Studi Pendidikan Fisika A 2010, terima kasih atas
dukungannya.
13.Sahabat penulis di Tanjung Baru: Chemonk, Andi, Sigit, Aan, Arbeng dan
Dimas.
14.Fenny, Rinja, Ratna, Mba Eka, Tama, Irsan, Sani, Bobby, Anggun dan Dwi,
15.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
xii
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karunia kepada kita
semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, April 2015 Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Siswa ... 6
B. Desain Buku Siswa ... 9
C. Nilai Karakter ... 9
D. Pendekatan Saintifik ... 13
E. Kinematika dengan Analisis Vektor ... 20
1. Gerak Lurus ... 20
2. Gerak Parabola ... 24
xiv
3. Tahap Identifikasi Spesifikasi Produk ... 35
4. Tahap Pengembangan Produk ... 35
IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 43
1. Hasil Analisis Kebutuhan ... 43
2. Hasil Identifikasi Sumber Daya ... 43
3. Hasil Identifikasi Produk ... 44
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 65
B. Saran ... 66
xv LAMPIRAN
A. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 70
B. Observasi Sarana dan Prasana ... 71
C. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 72
D. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 75
E. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Siswa ... 77
F. Instrumen Uji Ahli Materi ... 78
G. Instrumen Uji Ahli Desain ... 82
H. Kisi-kisi Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 86
I. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 89
J. Kisi-kisi Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 93
K. Instrumen Uji Coba Produk ... 96
L. Hasil Uji Coba Produk pada Uji Satu Lawan Satu ... 99
M. Silabus ... 101
N. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 112
O. Hasil Uji Ahli Materi ... 123
P. Hasil Uji Ahli Desain ... 127
Q. Hasil Uji Eksternal Kelompok Kecil ... 131
R. Hasil Uji Efektifitas pada Kelompok Kecil ... 135
S. Rangkuman Hasil Penilaian Sikap ... 136
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu ... 18
2.2 Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses ... 18
3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ... 41
3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 42
4.1 Hasil Uji Internal ... 47
4.2 Komentar dan Saran Perbaikan Uji Ahli Desain ... 47
4.3 Komentar dan Saran Perbaikan Uji Ahli Materi ... 48
4.4 Skor Uji Coba Produk pada Uji Satu Lawan Satu ... 50
4.5 Data Hasil Evaluasi Tes ( Kompetensi Pengetahuan) ... 53
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah ... 16
2.2 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran ... 17
2.3 Vektor posisi �⃗ di dalam suatu ruang pada sumbu kartesian ... 20
2.4 Mobil berhenti ketika lampu merah ... 22
2.5 Lintasan peluru yang ditembakkan pada kecepatan awal �0 dengan sudut elevasi � ... 24
2.6 Perpaduan gerak pada sumbu (horizontal) dan sumbu (vertikal) ... 27
3.1 Model Pengembangan Media Instruksional ... 33
3.2 One-Shot Case Study ... 39
4.1 Format buku siswa yang dikembangkan ... 45
4.2 Grafik skor penilaian sikap rasa ingin tahu X MIA 2 pada uji kelompok kecil ... 54
4.3 Grafik skor penilaian sikap komunikatif X MIA 2 pada uji kelompok kecil... 54
4.4 Grafik skor penilaian sikap berpikir kreatif X MIA 2 pada uji kelompok kecil... 55
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara
siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana. Siswa mempunyai kewajiban untuk
belajar yang merupakan tugas utama seorang pelajar. Guru sebagai pendidik harus
menyediakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan
disampaikan sehingga siswa dengan tanggap menerima semua materi.
Ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah juga sangat berperan aktif dalam
menunjang semua proses pembelajaran.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 29 ayat 2
menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Dalam konteks sistem
pendidikan nasional tersebut, seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agar bisa mewujudkan tujuan
pendidikan nasional tersebut seorang pendidik dianggap mampu menjadi pendidik
apabila bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional, dan dituntut
dengan melaksanakan empat kompetensi sebagai pendidik, sebagian yaitu
2 sosial guru diharapkan dapat memahami karakter-karakter yang dimiliki oleh
siswa-siswa di kelas, berinterkasi secara baik dengan siswa dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran. Sedangkan
untuk memenuhi kompetensi profesional, seorang guru harus dapat merencanakan
proses pembelajaran termasuk menyediakan media pembelajaran yang menarik
dan kreatif. Pendekatan saintifik yang berlandaskan pada metode ilmiah
diharapkan mampu memberi peningkatan segi keprofesionalan seorang guru
dalam proses pembelajaran. Dengan melalui pendekatan ilmiah diharapkan guru
mampu membentuk karakter siswa yang disiplin, bertanggung jawab dan kreatif.
Menurut Suyatna (2013: 1), pembelajaran yang menerapkan scientific approach mengandung aktivitas siswa berupa mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyaji, menalar, dan mencipta. Tujuh aktivitas tersebut merupakan aktivitas
dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin
tahu siswa.
Berdasarkan hasil observasi langsung di kelas XI IPA 1 SMA Fransiskus, guru
cenderung menggunakan metode ceramah dalam kegiatan mengajar, media yang
digunakan guru dalam mengajar tidak variatif siswa hanya terbatas menggunakan
LKS saja, dan belum ada buku siswa yang bermuatan nilai karakter dengan
pendekatan saintifik yang digunakan oleh siswa, hanya buku yang digunakan
berisi materi-materi pembelajaran saja dengan penerbit Erlangga. Sarana dan
prasarana yang berfungsi untuk menunjang kegiatan di sekolah sudah ada seperti
laboratorium fisika dan perpustakaan. Sebagian siswa mengatakan bahwa
pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti karena terdapat rumus
3 Wawancara yang dilakukan, ditemukan suatu fenomena dimana siswa terutama
kelas XI IPA kurang menghargai keberadaaan perpustakaan di sekolah, siswa
sangat jarang memanfaatkan perpustakaan untuk membaca atau menggali ilmu di
sana.
Berdasarkan angket analisis kebutuhan siswa kelas XI IPA1 SMA Fransiskus
mengenai kebutuhan siswa terhadap buku siswa diperoleh rentang skor rata-rata
dalam persentase “ya” adalah 77,86% maka perlu dikembangkan buku siswa.
Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis mencoba memberikan alternatif
dengan mengembangkan sebuah buku siswa dengan pendekatan saintifik yang
bermuatan nilai karakter pada materi kinematika dengan analisis vektor. Dengan
dikembangkannya buku siswa ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi
pemecahan masalah yang ada, karena pemilihan pengembangan buku siswa itu
sendiri didasarkan pada manfaat dan karakteristik buku siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Diperlukan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi kinematika
dengan analisis vektor untuk siswa kelas XI IPA SMA Fransiskus.
2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan buku siswa bermuatan
nilai karakter dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
3. Bagaimana keefektifan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan
4 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Mengembangkan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan
saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi
kinematika dengan analisis vektor untuk siswa kelas XI IPA SMA
Fransiskus.
2. Mengetahui buku siswa yang dikemas dalam kemenarikan, kemudahan dan
kemanfaatan.
3. Mengetahui keefektifan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menyediakan sumber belajar alternatif bagi guru dan siswa pada materi
kinematika.
2. Sebagai sumber belajar yang variatif, menarik dan efektif.
3. Bahan tambahan guru dalam menuntaskan tujuan pembelajaran pada materi
kinematika.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Pengembangan dalam penelitian ini merupakan pembuatan buku siswa
5 2. Buku siswa dalam penelitian ini merupakan sarana pembelajaran yang berisi
materi pembelajaran yang dikemas secara kreatif dan dibuat menarik dengan
memasukkan pendekatan saintifik.
3. Pendekatan saintifik dalam buku siswa mengandung aktivitas siswa berupa
mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.
4. Pengembangan buku siswa dalam penelitian ini bermuatan nilai karakter
berbasis potensi diri yaitu komunikatif, rasa ingin tahu dan bertindak secara
efektif dan kreatif.
5. Pengembangan penelitian ini dibatasi pada materi kinematika dengan analisis
vektor pada tingkat SMA/MA jenjang XI yang didasarkan pada kurikulum
2013.
6. Uji coba internal terhadap produk pengembangan terdiri dari uji ahli desain
dan uji isi materi pembelajaran dengan dilibatkan dosen P. MIPA Universitas
Lampung.
7. Uji coba eksternal produk pengembangan dilakukan di kelas X MIA II SMA
Fransiskus Bandar Lampung dengan dilibatkan siswa dan guru mata pelajaran
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Buku Siswa
Buku siwa merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui buku siswa, siswa
dapat lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga buku
siswa dapat digunakan siswa sebagai sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan
belajarnya di kelas maupun di rumah. Menurut Arsyad (2005: 78) buku siswa
adalah suatu buku yang berisi materi pelajaran berupa konsep-konsep atau
pengertian-pengertian yang akan dikonstruksi siswa melalui masalah-masalah
yang ada di dalamnya yang disusun berdasarkan pendekatan.
Menurut Trianto (2007: 112)
Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan
berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi, dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa buku siswa
adalah buku yang berisikan materi yang dapat memudahkan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas maupun dirumah. Buku siswa dapat dijadikan siswa sebagai
pedoman untuk memperoleh dan memahami serta menerapkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah yang terjadi sehari-hari di
7 evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang telah diajarkan.
Indikator validasi buku siswa menurut Uswatun dalam Nahel (2012: 1) meliputi:
1. Komponen kelayakan isi, yaitu: (1) cangkupan materi, meliputi: keluasan
materi dan kedalaman materi; (2) Akurasi materi, meliputi: akurasi fakta,
akurasi konsep, akurasi prosedur/metode, akurasi teori; (3) Kemutakhiran,
meliputi: kesesuaian dengan perkembangan ilmu, keterkinian fitur
(contoh-contoh), kutipan termassa (up to date), satuan yang digunakan adalah satuan
Sistem Internasional; (4) Merangsang keingintahuan, meliputi: menumbuhkan
rasa ingin tahu, memberi tantangan untuk belajar lebih jauh;
(5) Mengembangkan kecakapan hidup, meliputi: mengembangkan kecakapan
hidup, sosial dan akademik.
2. Komponen bahasa, yaitu: (1) Sesuai dengan perkembangan siswa, meliputi:
kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir dan sosial emosional siswa;
(2) Komunikatif, meliputi: keterpahaman siswa terhadap pesan, kesesuaian
ilustrasi dengan substansi pesan, dialogis dan interaktif, kemampuan
memotivasi siswa untuk merespon pesan, dorongan berpikir kritis pada siswa;
(3) Koherensi dan keruntutan alur pikir, meliputi: (a) ketertautan antar bab,
antara bab dan sub-sub, antara sub-sub dalam bab dan antara alinea dalam sub
bab; (b) keutuhan makna dalam bab, dalam sub-bab dan makan dalam satu
alinea; (4) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, meliputi:
ketepatan tata bahasa, ketepatan ejaan; (5) Penggunaan istilah dan
simbol/lambang, meliputi: konsistensi penggunaan istilah, konsistensi
8 3. Komponen penyajian, yaitu: (1) Teknik penyajian, meliputi: konsistensi
sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian, keruntutan konsep,
hubungan antara fakta antara konsep dan antara prinsip serta antara teori,
keseimbangan antar bab dan keseimbangan substansi antar sub-sub dalam bab,
kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab, identifikasi tabel,
gambar dan lampiran; (2) Penyajian pembelajaran, meliputi: berpusat pada
siswa, keterlibatan siswa, keterjalinan komunikasi interaktif, kesesuaian dan
karakteristik mata pelajaran, kemampuan merangsang kedalaman berpikir
siswa, kemampuan memunculkan umpan balik untuk evaluasi.
Buku siswa yang telah ada hanya berisikan materi-materi pembelajaran, namun
buku siswa tersebut masih belum secara memadai mengintegrasi pendidikan
karakter di dalamnya. Apabila guru hanya sekedar mengikuti pembelajaran yang
berpatokan pada kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan
karakter secara memadai belum berjalan.
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi
pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui
pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan
yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Buku siswa IPA
berdasarkan kurikulum 2013, disusun mengacu pada pembelajaran IPA secara
terpadu dan utuh, sehingga setiap pengetahuan yang diajarkan, pembelajarannya
harus dilanjutkan sampai membuat siswa terampil dalam menyajikan pengetahuan
9 mensyukuri anugerah alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui
pemanfaatan yang bertanggung jawab.
B. Desain Buku Siswa
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 lebih diarahkan kepada penanaman karakter
kepada siswa. Pemerintah telah mempersiapkan perangkat pembelajaran, salah
satunya adalah buku pelajaran. Pemerintah membuat buku pelajaran kurikulum
2013 dua jenis, yaitu buku guru dan siswa. Dengan mengacu kepada buku siswa
milik pemerintah, pengembang ingin mengembangkan suatu produk yaitu buku
siswa sesuai dengan kurikulum 2013 dengan menitikberatkan fokus karakter.
Materi yang dipilih dalam buku siswa akan ditampilkan muatan nilai-nilai
karakter.
C. Nilai Karakter
Karakter adalah perilaku atau sifat dari sesorang yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitanya yang membedakan sesorang dari yang lainnya. Karakter
identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri,
karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan
bawaan sejak lahir (Koesoema, 2007: 80). Karakter identik dengan akhlak,
sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang
meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan
Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan,
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
10
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja.
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara
komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat
dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara
pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi untuk melaksanakanya,
baik terhadap Tuhan, dirinya,sesama lingkungan.
Khan (2010: 2) menjelaskan terdapat empat jenis karakter yang selama ini
dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu sebagai berikut:
(1) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral); (2) Pendidikan karakter berbasis budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan); (3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan); (4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi dari yang darahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis)
Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character education). Pendidikan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan
dan membentuk watak dan perilaku yang mencangkup adat istiadat, nilai-nilai
potensi, kemampuan, bakat, dan pikiran suatu bangsa. Pendidikan karakter yang
dikembangkan melalui sekolah harus dapat untuk membawa peserta didik memiliki
nilai-nilai karakter mulia seperti hormat dan peduli pada orang lain, tanggung
jawab, jujur, dan disiplin. Di sisi lain pendidikan karakter juga harus mampu
11 Pusat Kurikulum Kemdiknas ( 2009: 9-10) dalam rangka lebih memperkuat
pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18
nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu : (1) nilai religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja
keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat
kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) komunikatif; (14)
cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18)
tanggung jawab. Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa,
namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk
melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai
tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing,
yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga implementasinya dimungkinkan
terdapat perbedaaan jenis nilai karakter yang dikembangkan antara satu sekolah
dan atau daerah yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Aqib (2011: 50), pengertian pendidikan karakter secara terintegrasi di
dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang
berlangsung di dalam maupun luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai
kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi
12 yang bernilai baik. Dalam struktur kurikulum sekolah, pada dasarnya setiap mata
pelajaran memuat mater-materi yang berkaitan dengan karakter.
Yang tidak kalah penting, harus ada upaya serius untuk menumbuhkan nilai
karakter melalui dunia pendidikan. Institusi pendidikan, harus menjadi benteng
yang tangguh untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai nilai karakter
kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai
tersebut disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Tidak harus menjadi mata
pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok
bahasan yang relevan.
Penelitian ini menggunakan beberapa sikap atau perilaku ilmiah sebagai salah satu
indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu, menurut Kemendiknas (2010: 10) rasa ingin tahu adalah
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin
tahu siswa dikembangkan dengan cara menghadapkan siswa pada
permasalahan kehidupan sehari-hari yang memacunya untuk berpikir dan
kemudian memunculkan pertanyaan dan berusaha untuk mencari solusinya.
2. Komunikatif merupakan salah satu karakter yang telah ada dalam diri siswa
sejak lahir namun sangat perlu untuk dikembangkan. Menurut Kemendiknas
(2010: 9) komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. Siswa dengan
13 materi pembelajaran dikelas maupun informasi yang diperolehnya dari
lingkungan sekitarnya. Untuk itu karakter komunikatif perlu dikembangkan
pada diri siswa agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
D. Pendekatan Saintifik
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan saintifik dalam
pengembangan buku siswa. Suyatna (2013: 1) mengungkapkan bahwa:
“Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangan kompetensi siswa dalam melakukan
observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam
berinovasi dan berkarya.”
“Pembelajaran yang menerapkan scientific approach mengandung aktivitas siswa berupa mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Tujuh aktivitas tersebut merupakan aktivitas dalam
mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin
tahu siswa.”
Selain itu, di dalam Kemendikbud (2013: 192) juga dijelaskan bahwa
“Proses pembelajaran scientific approach harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis”
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka pembelajaran dengan menerapkan
scientific approach atau pendekatan ilmiah dapat diartikan sebagai konsep dasar dalam melatarbelakangi semua proses pembelajaran dengan menerapkan metode
ilmiah yang dapat mengembangkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan
berpikir serta menghindari sifat dan nilai non-ilmiah sehingga dapat mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi dan berkarya.
Kemendikbud (2013: 213-214) mengungkapkan bahwa komponen-komponen
14 1) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (foster a sense of wonder); 2) Meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observation); 3) Melakukan analisis (Push of analysis); dan 4) Berkomunikasi (require communication)
Berdasarkan ungkapan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam penggunaan
pendekatan ilmiah perlu diperhatikan adalah semua pengetahuan dan pemahaman
dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik, yang kemudian dapat difasilitasi
dalam kegiatan tanya jawab baik mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan penutup. Selain tanya jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu
masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di sekitar peserta didik.
Selanjutnya, pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Untuk meningkatkan keterampilan mengamati, maka
didalam pembelajaran sebaiknya dimunculkan kegiatan yang memungkinkan
siswa mengunakan berbagai panca indranya untuk mencatat hasil pengamatan.
Sedangkan menganalisis dapat berupa analisis kuantitatif dan kualitatif, dan pada
pendekatan ini, guru memfasilitasi peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil
dari yang telah mereka pelajari.
a. Kriteria Scientific Approach
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa kriteria yang
dalam Kemendikbud (2013: 191-192) diuraikan seperti berikut:
15 mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran; 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran; 5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran; 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung –jawabkan; dan 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
Dari pernyataan di atas, maka dalam melaksanakan pendekatan ilmiah harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah
yang menonjol melalui pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran dan terhindar dari sifat-sifat non-ilmiah
yang sering dilakukan siswa pada umumnya.
Materi pembelajaran fisika sangat sesuai dengan poin-poin yang telah
disebutkan di atas, yaitu berbasis pada konsep, teori, dan fakta; fisika juga
menuntut siswa untuk mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif. Sehingga dalam melakukan
pembelajaran harus menggunakan pendekatan ilmiah.
b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Scientific Approach
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Scientific Approach
16
Gambar 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Dalam ranah sikap, siswa akan tahu tentang “mengapa” suatu
materi itu diajarkan; dalam ranah keterampilan, siswa akan tahu tentang
“bagaimana” suatu masalah dapat dipecahkan; dan pada ranah pengetahuan
maka siswa akan tahu tentang “apa” maksud dari materi atau masalah
pembelajaran yang disajikan oleh guru. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Dalam Kemendikbud (2013: 194) juga dipaparkan langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan scientific approach seperti pada Gambar 2.2.
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan
17
Gambar 2.2 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Sumber: Kemendikbud (2013)
Berdasarkan Gambar 2.2, dapat dijelaskan dalam melakukan pembelajaran
semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, menalar, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan membentuk jejaring.
Untuk materi, situasi dan keadaan tertentu, sangat tidak mungkin pendekatan
ilmiah tepat untuk dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur di atas. Oleh
karena itu, kondisi yang seperti itu harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah
dan menghindari nilai non-ilmiah, dan pembelajaran yang tepat itu disajikan
dalam bentuk “1) mengamati; 2) menanya; 3) menalar; 4) analogi dalam
pembelajaran; 5) hubungan antar fenomena; dan 6) mencoba”.
Tidak semua materi pembelajaran bisa dieksperimenkan, misalnya tentang
tata surya. Materi pembelajaran tersebut sangat tidak mungkin untuk
dieksperimenkan. Oleh karena itu, siswa cukup dengan melakukan
pengamatan dengan membaca dari beberapa referensi, kemudian menanyakan
18 sesuatu yang belum diketahui, yang diikuti dengan kegiatan menalar masalah
tersebut, menganalogikan, kemudian menghubung-hubungkan antara
peristiwa yang satu dan peristiwa yang lainnya.
c. Implementasi Scientific Approach
Aspek-aspek dalam pendekatan ilmiah terintegrasi pada metode ilmiah dan
pendekatan keterampilan proses yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
IPA. Keterampilan yang dilatihkan ini dikenal dengan keterampilan proses
IPA. American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Kemendikbud (2013: 215), mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses
dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan proses
tersebut tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu
- Pengamatan - Pengontrolan variabel
- Pengukuran - Interpretasi data
- Menyimpulkan - Perumusan hipotesis
- Meramalkan - Pendefinisian variable secara operasional - Menggolongkan
- Merancang eksperimen - Mengkomunikasikan
Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau
kegiatan yang sedang dilakukan. Pada Tabel 2.2 berikut ini disajikan
jenis-jenis indikator keterampilan proses beserta sub indikatornya.
Tabel 2.2 Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses beserta Sub Indikatornya
No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
1 Mengamati - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera
- Mengumpulkan/ menggunakan fakta yang relevan 2 Mengelompokkan/
Klasifikasi
- Mencatat setiap pengamatan secara terpisah; - Mencari perbedaan, persamaan;
19 Lanjutan Tabel 2.2
No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains - Membandingkan ;
- Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan 3 Menafsirkan - Menghubungkan hasil-hasil pengamatan ;
- Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan; - Menyimpulkan
4 Meramalkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan; - Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan sebelum diamati 5 Mengajukan
pertanyaan
- Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana; - Bertanya untuk meminta penjelasan;
- Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.
6 Merumuskan hipotesis
- Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.
- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.
7 Merencanakan percobaan
- Menentukan alat/ bahan/ sumber yang akan digunakan
- Mentukan variabel/ faktor penentu;
- Menetukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat; - Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa
langkah kerja. 8 Menggunakan
alat/bahan
- Memakai alat/ bahan
- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/ bahan ;
- Mengetahui bagaimana menggunakan alat/ bahan. 9 Menerapkan
konsep
- Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
10 Berkomunikasi - Mengubah bentuk penyajian
- Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram; - Menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis;
- Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian; - Membaca grafik atau tabel atau diagram; - Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu
masalah atau suatu peristiwa.
Berdasarkan Tabel 2.2, maka dapat dijelaskan bahwa pendekatan ilmiah lebih
menekankan pada keterampilan proses sains, dengan hal itu siswa lebih
20 E. Kinematika dengan Analisis Vektor
1. Gerak Lurus
Perubahan posisi memunculkan perpindahan. Posisi dan perpindahan
keduanya merupakan besaran vektor. Sangat penting kalian ingat bahwa fisika
membedakan pengertian perpindahan dan jarak. Misalkan kalian pergi kepasar
untuk belanja. Satu jam berikutnya kalian kembali lagi ke rumah. Menurut
pengertian perpindahan, selama satu jam tersebut, kalian mengalami
perpindahan nol. Sedangkan jarak yang kalian alami adalah total panjang
lintasan saat kalian bergerak bolak balik dari rumah ke pasar.
Jadi posisi kalian pada saat di suatu ruang tersebut yaitu:
... (1) Pada setiap sumbu tersebut, terdapat vektor satuan yang besarnya satu dan
memiliki arah yang sama dengan arah sumbunya.
Jika posisi awal kalian pada saat belum mengalami perpindahan disebut ⃗⃗⃗ ,
setelah itu kalian bergerak ke sisi lain yaitu ⃗⃗⃗ , maka perpindahan kalian
adalah:
... (2) y
z
x
Gambar 2.3 Vektor posisi di dalam suatu ruang pada sumbu kartesian
= ̂ + ̂ + �̂
21
... (3)
a. Kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat
Pernahkah kalian perhatikan speedometer pada saat kalian mengendari kendaraan ketika pergi ke suatu tempat atau ke sekolah? Apa maksud dari
angka-angka yang tiap kali berubah sepanjang kalian menempuh perjalanan
tersebut? Mengapa jarum penunjuk bergerak naik?
Kecepatan rata-rata dari sebuah benda yang bergerak sama dengan
perpindahan suatu benda dibagi dengan interval waktu yang digunakan selama
perpindahan tersebut.
... (4)
Keterangan:
�̅ = kecepatan rata-rata (m/s)
∆ = perpindahan benda (m)
∆ = selang waktu (sekon)
Jika kita masukan persamaan 2 ke dalam persamaan 4, maka akan didapatkan:
... (5)
∆ = − ̂ + ( − ) ̂ + − �̂
� = ∆ ∆
22 Perhatikan Gambar 2.4, sebuah
mobil yang berhenti ketika lampu merah sedang menyala. Ketika lampu berganti menjadi hijau, mobil tersebut mulai melaju sampai 60 km/jam, berjalan dengan kecepatan tersebut untuk beberapa saat, kemudian
melambat sampai 20 km/jam ketika menghadapi kemacetan.
Dan akhirnya melaju kembali dengan kecepatan 60 km/jam. Artinya, nilai
kecepatan mobil tersebut berubah pada saat-saat tertentu. Ini yang dimaksud
dengan konsep kecepatan sesaat. Jadi kecepatan sesaat dapat kita definisikan
sebagai kecepatan rata-rata selama selang waktu ∆ yang sangat kecil,
mendekati nol. Maka secara matematis, kecepatan sesaat dapat kita tulis:
... (6)
Selanjutnya persamaan 6 dapat kita tuliskan sebagai:
... (7)
b. Percepatan rata-rata dan percepatan sesaat
Pada percepatan dikenal juga istilah percepatan rata-rata dan percepatan
sesaat. Oleh karena kecepatan termasuk besaran vektor, maka percepatan juga
merupakan besaran vektor, yang memiliki besar nilai dan arahnya.
Gambar 2.4 Mobil berhenti ketika lampu merah
http://goo.gl/74j2kA
�⃗⃗ = lim∆�→ ∆ ∆
23 Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Andi selalu memperhatikan
speedometer yang bekerja pada bus. Ketika bus sedang melaju kencang Andi
melihat jarum menunjuk pada angka 50 km/jam, dan terus bergerak naik
menjadi 70 km/jam. Artinya, pada interval atau selang waktu tertentu, bus
mengalami perubahan kecepatan (∆� .
Perubahan kecepatan terhadap suatu interval waktu (∆ ) kita definisikan
sebagai percepatan rata-rata. Arah percepatan rata-rata searah dengan arah
perubahan kecepatan.
... (8) Keterangan:
= Percepatan rata-rata (�/
∆� = Perubahan kecepatan (�/ )
∆ = Selang waktu (s)
Percepatan sesaat merupakan turunan kedua dari fungsi posisi. Percepatan
sesaat memiliki arah yang sama dengan perubahan kecepatan ∆� . Kita
tuliskan persamaanya sebagai berikut:
... (9)
... (10)
Persamaan 10 dapat kita tulis sebagai:
... (11)
=� − � ∆ =∆� ∆
�⃗⃗ =�� � =� � � �
�⃗⃗ =� � =�� ̂ +�� ̂ +�� �̂
24 2. Gerak Parabola
Gerak parabola adalah perpaduan antara dua gerak yang arahnya saling tegak
lurus, yaitu gerak arah horizontal dengan kecepatan konstan dan gerak
arah vertikal yang mempunyai kecepatan konstan yaitu percepatan
gravitasi. Walaupun sebenarnya sebuah benda yang melambung di udara
mengalami gaya gesek udara, namun gaya gesek tersebut diabaikan. Gerak
parabola salah satu contohnya ada gerak proyektil. Sebuah proyektil bisa
berupa sebuah bola golf, baseball, batu kecil atau pasir yang
ditendang/dilempar tetapi bukan sebuah pesawat terbang atau seekor burung
yang sedang terbang.
Jika kita memperhatikan Gambar 2.5, arah horizontal gerak benda tidak
mempunyai percepatan, lihat arah dan besar kecepatan adalah konstan, maka
komponen kecepatan � tidak mengalami perubahan dari keadaan awal sampai
akhir gerak, yaitu sebesar � . �
� �
�
�
� �
�
Gambar 2.5 Lintasan peluru yang ditembakkan pada kecepatan awal
25 Untuk sembarang waktu gerak benda arah horizontal mengalami
perpindahan − dari posisi awal , berlaku persamaan gerak lurus
beraturan, maka persamaan geraknya dapat dituliskan sebagai − = � .
Karena � = � cos �, maka persamaan gerak arah horizontal dan kecepatan
sesaatnya adalah − = � cos �
... (12)
Sedangkan komponen gerak arah vertikal dari gerak proyektil merupakan
gerak jatuh bebas (perhatikan Gambar 2.5). Gerak ini hanya dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi � , yang besarnya konstan untuk jangkauan jarak
tertentu. Dengan demikian, arah gerak vertikal adalah gerak lurus berubah
beraturan dengan percepatan diganti dengan nilai gravitasi (−�) ( tanda –
menunjukkan arah percepatan ke bawah (ke pusat bumi). Dapat dituliskan
sebagai:
− = � − �
− = � sin � − �
... (13)
Di mana adalah posisi awal pada saat =
Persamaan menunjukkan bahwa gerak arah vertikal sama dengan gerak benda
yang ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal � = � sin �.
Pada saat proyektil mencapai titik teringgi, kecepatan sesaat arah vertikal nol.
Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa titik tertinggi merupakan titik balik yaitu
� = � = � cos �
26 gerak proyektil membalik arah dan besarnya kecepatan menjadi semakin besar
pada saat proyektil bergerak semakin ke bawah. Pada arah sumbu Y (vertikal),
� akan dipengaruhi percepatan gravitasi yang arahnya ke bawah dan
besarnya g = 10 m/s2. Sehingga pada arah ini terjadi gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) diperlambat. Dari penjelasan di atas kalian tentu sudah bisa
menyimpulkan bahwa gerak parabola terjadi karena perpaduan gerak GLB
dan GLBB yang saling tegak lurus. Perpaduan tersebut dapat digambarkan
seperti ilustrasi dibawah ini!
� Gerak vertikal Gerak horizontal
27
Gambar 2.6 Perpaduan gerak pada sumbu (horizontal) dan sumbu (vertikal) Persamaan lintasan dari dari gerak proyektil adalah persamaan yang
menunjukkan hubungan antara simpangan horizontal dengan simpangan
28 vertikal dapat diturunkan dengan cara mengeiliminasi dari persamaan
12 dan persamaan 13 dengan kondisi awal = = , maka:
= � − �
= � sin � − � = � cos �
= � cos�
... (14)
Persamaan di atas menunjukkan bentuk lintasan gerak proyektil berbentuk
parabola, di mana nilai �, � dan � adalah konstan, sehingga secara umum
dapat ditulis dalam bentuk persamaan, = + dimana a dan b adalah
konstan.
Kecepatan sesaat proyektil pada saat dapat dituliskan sebagai:
... (15)
Sedangkan besar kelajuan proyektil pada setiap saat adalah besarnya
kecepatan sesaat yaitu:
� = √� + � = √ � cos � + � sin � − �
Arah kecepatan sesaat ditentukan oleh tan � =�
� dimana � adalah sudut
antara vektor kecepatan � dengan arah mendatar dan kecepatan sesaat peluru
besarnya sama dengan slope garis singgung pada titik tertentu pada saat .
Jarak mendatar jangkauan R yang ditempuh oleh proyektil pada saat proyektil
jatuh kembali ke tanah dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
29 dimana − = � yang diperoleh dengan menggunakan harga dari
persamaan di mana − = sehingga:
� = � cos � dan, = � sin � − �
Mengeleminasi nilai dari kedua persamaan didapatkan:
... (16)
Dari persamaan di atas dapat ditunjukkan bahwa jarak jangkauan terjauh
proyektil tercapai jika sudut � = 4 °. Jarak teringgi yang dapat dicapai
proyektil dapat ditentukan dari kondisi bahwa di titik tertinggi kecepatan
sesaat arah vertikal nol, maka: � = � sin � − � = , sehingga diperoleh
= �0sin �
� , yaitu waktu yang diperlukan oleh peluru untuk bergerak dari
tempat yang ditembakkan sampai titik tertinggi. Dari kondisi ini diperoleh
bahwa jarak tertinggi yang dicapai peluru adalah �� =�02sin2�
� .
3. Gerak Melingkar
Benda mengalami gerak melingkar beraturan
jika benda tersebut melakukan gerak dengan
lintasan berbentuk lingkaran dan kelajuan
konstan. Walaupun kelajuannya konstan
namun benda dipercepat karena arah
kecepatan selalu berubah, yang merupakan
garis singgung pada titik-titik di sepanjang
lingkaran. Walaupun yang mengalami perubahan hanya arah kecepatan,
namun benda tersebut tetap mengalami percepatan.
� =�� sin �
�
30 Kondisi ini adalah hal menarik pada gerak melingkar beraturan. Pada gambar
di atas ditunjukkan bahwa vektor kecepatan sesaat selalu merupakan garis
singgung pada sebuah titik di lingkaran dan percepatannya selalu tegak lurus
pada vektor kecepatan sesaatnya. Kedua vektor mempunyai besaran yang
konstan dan mempunyai arah yang berubah-ubah.
Percepatan selalu terarah ke pusat secara radial, maka disebut percepatan
sentripental. Untuk menentukan besar dan arah percepatan pada gerak
melingkar beraturan, kita perhatikan gambar. Sebuah benda bermassa �
melakukan gerak melingkar dengan jari-jari dan dengan kelajuan konstan.
Pada sistem koordinat kartesian maka posisi benda yang berada di titik P bisa
diuarikan ke sumbu � dan sumbu � .
Komponen skalar kecepatannya adalah:
... (17)
Bahwa sin � = �⁄ dan cos � = �⁄ , sehingga persamaan dapat dituliskan
kembali menjadi
... (18)
Bila persamaan 18 dideferensialkan terhadap fungsi waktu maka didapatkan
... (19)
Persamaan 19 dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan
31
Dimana
� =
� ���
,
� =
� �
��
Substitusi persamaan 17 ke persamaan 20 dan didapatkan :
= −� cos � ̂ + −� sin � ̂
Dari persamaan didapatkan besarnya percepatan sentripetal sebagai:
= √ + = √ −� cos � + −� sin � =� √cos� + sin�
... (21)
Untuk mengetahui arah percepatan , berdasarkan gambar didapatkan
... (22)
Persamaan menunjukkan bahwa ∅ = � yang berarti percepatan sentripetal
searrah dengan dan selalu menuju pusat lingkaran.
tan ∅ = −
�2
� sin �
32
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Research and Development adalah penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2009: 407). Penelitian pengembangan ini merupakan
pembuatan buku siswa kinematika dengan analisis vektor yang bermuatan nilai
karakter dengan pendekatan saintifik.
B. Subjek Penelitian
Subjek uji coba produk penelitian dan pengembangan yaitu ahli desain, ahli
isi/materi pembelajaran, uji satu lawan satu (one for one) dan uji kelompok kecil sebagai berikut.
1. Uji ahli desain yaitu seorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan
dalam mengevaluasi desain buku siswa.
2. Uji ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi yaitu seorang
yang berlatar belakang ilmu fisika.
3. Uji satu lawan satu yaitu diambil sampel penelitian 3 orang siswa yang
dapat mewakili populasi target.
4. Uji kelompok kecil yaitu diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA
33 C. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media
instruksional yang diadaptasi dari Suyanto (2009: 322), yang memuat
langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan
suatu produk. Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur
pengembangan produk dan uji produk, yaitu:
Gambar 3.1 Model pengembangan buku siswa diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto (2009: 322).
1. Analisis Kebutuhan
Tahap ini dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi langsung yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan pengembangan
Tahap II:
Tahap VI: Uji Eksternal
Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe III)
TahapV: Uji Internal
34 media berupa buku siswa dengan pendekatan saintifik. Wawancara ditujukan
terhadap guru mata pelajaran fisika kelas XI di SMA Fransiskus. Beberapa
pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui metode yang
diterapkan dalam pembelajaran, jenis media apa yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, sumber buku pegangan siswa yang digunakan dalam
pembelajaran, kendala-kendala siswa dalam penguasaan materi fisika dan
untuk mengetahui pentingnya penggunaan buku siswa yang akan
dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran di SMA Fransiskus penggunaan sumber belajar
masih didominasi oleh buku atau lks, tetapi terkadang guru menggunakan
slide atau proyektor, serta metode yang diterapkan masih didominasi oleh metode ceramah. Belum terdapat buku siswa pembelajaran sebagai media
penunjang dalam kegiatan pembelajaran, hanya penggunaan lks yang disusun
oleh guru.
Setelah wawancara dilakukan observasi untuk mengetahui kelengkapan sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah sebagai sumber belajar bagi guru
maupun siswa yang mendukung kegiatan pembelajaran. Observasi seperti
ketersediaan buku fisika di perpustakaan, ketersediaan alat-alat praktikum di
laboratorium fisika dan pemanfaatan sumber belajar. Berdasarkan hasil
observasi langsung di SMA Fransiskus diketahui bahwa sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan dan laboratorium
35 wawancara dan observasi ini yang menjadi acuan penulisan latar belakang
masalah penelitian pengembangan ini.
2. Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan
menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru
maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, ketersediaan
media dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Hasil identifikasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan
spesifikasi produk yang akan dikembangkan.
3. Identifikasi Spesifikasi Produk
Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan
sumber daya yang mendukung pengembangan produk hasil analisis kebutuhan
dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan;
b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi
pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran;
c. Menentukan format pengembangan buku siswa saintifik.
4. Pengembangan Produk
Tahap pengembangan produk ini dilakukan pembuatan buku siswa dengan
pendekatan saintifik materi kinematika dengan analisis vektor yang bermuatan
nilai karakter. Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah buku siswa
36 bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik tersusun secara
sistematis.
5. Uji Internal
Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain media pembelajaran
memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada
tahap pengembangan ini dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk. Uji
internal yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli
isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I,
kemudian dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen
uji yang telah dibuat. Uji kelayakan produk ini meliputi:
a. Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator penilaian
yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan
ahli isi/materi pembelajaran.
c. Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan
perbaikan.
d. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan ahli
isi/materi pembelajaran.
Dalam melaksanakan uji kelayakan peneliti melibatkan dua orang ahli, dimana
untuk uji ahli desain yang merupakan seorang master dalam bidang teknologi
pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu salah
seorang dosen P. MIPA Universitas Lampung, sedangkan ahli bidang
isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi
37 P. MIPA Universitas Lampung yang ahli dalam bidang fisika. Setelah
dilakukan uji internal produk, maka prototipe I akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli isi/materi. Selanjutnya produk hasil
perbaikan dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.
6. Uji Eksternal
Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh hasil
berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang
diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber sekaligus media
pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk. Hal
yang diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan menggunakan produk oleh
pengguna, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus terpenuhi.
Uji ini dilakukan melalui dua tahap yaitu: uji satu lawan satu dan uji
kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat
kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba media pada uji
kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih dua orang
siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan buku siswa secara
individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah buku siswa
sudah menarik, mudah digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran
dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, media akan diperbaiki pada pilihan
38 Pada uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang
belum pernah mendapatkan materi kinematika dengan analisis vektor. Uji
kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan
dan kemanfaatan dalam menggunakan media dan keefektifan media. Siswa
melakukan pembelajaran dengan menggunakan buku siswa dan setelah
pembelajaran siswa diberikan post test untuk mengetahui tingkat kemenarikan
dan kemudahan serta kemanfaatan buku siswa.
7. Produksi
Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III
kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini merupakan
tahap akhir dari penelitian pengembangan.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian pengembangan ini digunakan empat macam metode pengumpulan data.
Keempat metode tersebut yaitu:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis
kebutuhan media pembelajaran.
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan
prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.
3. Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang
39
X O
Instrumen meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen
angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan
produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon
pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan,
kemudahan dan kemanfaatan produk.
4. Metode Tes Khusus
Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk
yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Tahap ini produk digunakan
sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil sampel penelitian satu
kelas siswa, dimana sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan
menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 One-Shot Case Study
Keterangan: X = Treatment, penggunaan buku siswa pembelajaran
O = Hasil belajar siswa
Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas X MIA SMA
Fransiskus, siswa menggunakan buku siswa sebagai media pembelajaran,
selanjutnya siswa tersebut diberi soal post-test. Hasil post-test dianalisis
ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus
40 E. Metode Analisis Data
Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut.
Data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan data hasil observasi
langsung dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya penelitian ini. Data
kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain
dan ahli materi melalui uji/validasi ahli, yang selanjutnya data kesesuaian yang
diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang
dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan,
kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji
kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data hasil belajar yang diperoleh
melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat
efektivitas produk sebagai media pembelajaran.
Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan
untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar
dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi
pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya”
dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban
“tidak”, atau para ahli memberikan masukkan khusus terhadap media prototype
yang sudah dibuat.
Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk
mengetahui respon dari siswa terhadap buku siswa yang sudah dibuat. Instrumen
uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu:
41
jawaban “tidak”. Data kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan
buku siswa sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa
sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan
jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang
menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan
“tidak baik”.
Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat
kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah
skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya
hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap
pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor
Sangat menarik Sangat baik 4
Menarik Baik 3
Kurang menarik Kurang baik 2
Tidak menarik Tidak baik 1
Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian
total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Skor penilaian =jumlah nilai total skor tertinggi X 4 Jumlah skor pada instrumen
Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah
42 kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat
pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto (2009:20)
Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi
4 3,26 - 4,00 Sangat Baik
3 2,51 – 3,25 Baik
2 1,76 – 2,50 Kurang Baik
1 1,01 – 1,75 Tidak Baik
Data hasil post-test digunakan untuk mengukur tingkat keefektifan buku siswa, sebagai pembanding digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
mata pelajaran fisika di SMA Fransiskus. Apabila 75% nilai siswa yang
diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk
65
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dihasilkan buku siswa materi kinematika dengan pendekatan saintifik dan
bermuatan nilai karakter yang telah divalidasi ahli, yaitu ahli materi dan
ahli desain untuk meningkatkan pemahaman konsep dan perilaku ilmiah
siswa.
2. Dihasilkan buku siswa materi kinematika dengan pendekatan saintifik dan
bermuatan nilai karakter dengan skor kemenarikan sebesar 3,58 dengan
pernyataan kualitatif sangat baik, skor kemudahan sebesar 3,44 dan skor
kemanfaatan sebesar 3,41 sebagai media pembelajaran.
3. Buku siswa yang dikembangkan dinyatakan sudah efektif dengan
pencapaian hasil uji keefektifan, yaitu sebesar 81,5% siswa tuntas belajar
yang didasarkan pada KKM sebagai penilaian acuan kriteria sebagai
66 B. Saran
Berdasarkan simpulan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Produk hasil pengembangan buku siswa belum diujikan pada kelompok
yang lebih besar, sehingga kepercayaannya baru berlaku untuk ruang
lingkup kecil yaitu sekolah tempat penelitian. Saran dari penelitian
pengembangan ini, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui tingkat keefektifan buku siswa dalam lingkup yang lebih
luas.
2. Pengembangan karakter sikap yang muncul pada materi kinematika pada
buku siswa dapat ditambahkan sesuai dengan acuan kompetensi dasar.
Sehingga selanjutnya produk buku siswa yang dihasilkan tidak hanya
bermuatan nilai karakter rasa ingin tahu, komunikatif dan berpikir kreatif.
3. Pada saat menyajikan suatu fenomena pada pembelajaran yang
melibatkan pendekatan saintifik, hendaknya menyajikan fenomena yang
erat kaitan dengan materi yang dibahaskan. Karena hal tersebut akan
mengarahkan arah berpikir siswa.
4. Pada proses bertanya pun hendaknya siswa dibimbing dalam menemukan
pertanyaan dan menemukan jawabanya, terlebih dahulu sebaiknya
menggunakan uji miskonsepsi pada sajian buku siswa agar peneliti