ABSTRAK
PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN
LANJUT USIA TRESNA WERDHA’ NATAR LAMPUNG SELATAN
Oleh
HANIF FAKHRUDDIN
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering diderita lanjut usia. Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal, salah satunya dengan latihan jasmani senam jantung sehat. Senam jantung secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan secara teratur terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia.
Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif numerik berpasangan dengan desain penelitian quasi eksperimental pada bulan September – Oktober 2012. Responden terdiri dari 20 orang lansia dengan melakukan senam seminggu 2 kali selama 2 bulan. Penelitian ini membandingkan rerata kadar glukosa darah sebelum senam di hari pertama dan rerata sesudah senam di pertemuan terakhir.
Hasil uji statistik uji t menunjukan bahwa ada pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan (p=0.0001) dengan rerata sebelum senam 138,70 mg/dl dan sesudah 121,85 mg/dl sehingga rerata penurunan sebesar 16,85 mg/dl atau 12,15%. Simpulan, senam jantung sehat mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah pada lansia.
ABSTRACT
INFLUENCE HEART HEALTHY GYMNASTICS AGAINST FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS AT ELDERLY IN SOCIAL AND ELDERLY
INSTITUTION TRESNA WERDHA' NATAR SOUTH LAMPUNG
By
HANIF FAKHRUDDIN
Diabetes mellitus is a degenerative disease that often affects the elderly. Management of diabetes mellitus aims to maintain blood glucose levels within the normal range, one of them with a physical exercise heart-healthy gymnastics. Gymnastics heart can directly lead to an increase in glucose utilization by the active muscles, and more open capillary nets so that more is available insulin receptors and insulin receptors become more active which will affect the decrease in blood glucose in diabetic patients. The purpose of this study was to determine the effect of heart-healthy gymnastics done regularly on fasting blood glucose levels in the elderly.
This study is a comparative analytical study of numerical pairs with quasi experimental research design in September-October 2012. Respondents consisted of 20 elderly people by doing gymnastics 2 times a week for 2 months. This study compared the mean blood glucose levels before gymnastics on the first day and the mean post-gymnastics in the last meeting.
The results statistical tests t-tests showed that there is a heart healthy gymnastics influence on the decline in fasting blood glucose levels in elderly at Social and Elderly Institution Natar South Lampung (p = 0.0001) with a mean pre-gymnastics 138.70 mg/dl and after 121.85 mg/dl so mean decreased by 16.85 mg/dl or 12.15%. Conclusion, healthy heart gymnastics affect blood glucose levels decreased in the elderly.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 23 Februari 1992. Penulis merupakan
anak pertama dari empat orang bersaudara dari pasangan Bapak Drs. H. Djumari
Sidiq dan Ibu Dr. Hj. Sutrisni Andayani, M.Pd. Riwayat pendidikan yang sudah
ditempuh oleh penulis antara lain :
1. TK Aisyi’ah Bustanul Athfal Metro tahun 1997-1998
2. SD Negeri 10 Metro Pusat tahun 1998-2000
3. Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah Hadimulyo Metro tahun 2000-2003
4. SMP Negeri 1 Metro tahun 2003-2006
5. SMA Muhammadiyah 1 Metro tahun 2006-2009
6. Fakultas Kedokteran Unila tahun 2009-sekarang
Adapun riwayat Organisasi yang telah dilalui oleh penulis antara lain :
1. Ketua Tim Olimpiade Biologi SMA Muhammadiyah 1 Metro Periode
2006-2008
2. Wakil Ketua KIR SMA Muhammadiyah 1 Meto Periode 2007-2008
3. Kepala Bidang PIP Ikatan Remaja Muhammadiyah SMA Muh. 1 Metro
Periode 2007-2008
4. Staf Bidang Akademik FSI Ibnu Sina FK Unila Periode 2010-2011
6. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Unila Periode
2011-2012
7. Kepala Bidang Usaha UKM-U Koperasi Mahasiswa Unila Periode
Sanwacana
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah Nya skripsi berjudul “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap
Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Lansia Di Panti Sosial Dan Lanjut Usia
Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi kita
semua.
Skripsi dalam bidang fisiologi kedokteran ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam pembuatan
2. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO, selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, motivasi, kritik dan saran
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. dr. Oktafany, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. dr. Wiranto Basuki, Sp. PK, selaku penguji utama atas kesediaanya untuk
memberikan waktu, saran, dan kritik dalam pembahasan skripsi ini.
5. Ayah dan Ibu tercinta atas do’a, dukungan baik moril maupun materil serta
kasih sayang yang diberikan kepada saya baik dalam keadaan sedih maupun
bahagia. Terima kasih telah mendidik dan membesarkan saya sampai saat ini.
Semoga saya menjadi anak yang sholeh dan sukses sesuai dengan ayah dan
ibu harapkan.
6. My lovely brothers, Hasan Nuruddin dan Abdul Halim Mafudzin yang telah
memberikan do’a dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini sampai tuntas.
Terima kasih telah menjadi kakak yang baik dan peduli terhadap saya
meskipun memiliki kesibukan dalam bekerja.
7. My Script Partner, Evi Febriani Lubis, yang telah bersama-sama berjuang dan
saling melengkapi satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. dr. Merry Indah Sari dan Ibu Soraya Rachmanisa, M.Sc, selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing memotivasi saya selama
9. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Unila yang telah memberikan wawasan
dan keilmuan kepada penulis selama di perkuliahan. Semoga ilmu yang
diberikan dapat menjadi landasan dalam menggapai cita-cita dan
mengamalkan ilmu yang saya dapatkan dengan baik dan bijak.
10.Segenap karyawan Fakultas Kedokteran Unila atas kebaikan yang diberikan
kepada saya selama masa perkuliahan.
11. Segenap pengurus dan penghuni Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’
Natar Lampung Selatan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.
12.Igus Ulfa Yaze, terima kasih atas perhatian, dukungan, motivasi dan
kesabaran menemani langkah saya selama ini.
13.Sahabat-sahabat saya : Ryan falamy, Syahrul Hamidi, Arif Yudho, Galih
Wicaksono, Muslim Thaher, Ryan Wahyudo, Tri Agung Sanjaya, Iqbal Sidik
atas keceriaan dan kebersamaan yang kalian berikan. Jazakumullah khoiran
katsir.
14.Sahabat – sahabat serumah kontrakan : Nanang Hidayatullah, Sandi Falenra,
Chofi Qolbi NA dan Andre Prasetyo Mahesya yang telah hidup bersama
dalam suka dan duka dalam kehidupan sehari – hari dalam satu rumah.
15.Seluruh teman-teman mahasiswa FK Unila angkatan 2009 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan, kekeluargaan dan
16.Seluruh kakak-kakak angkatan 2002, 2003, 2004, 2005,2006,2007, 2008 serta
adik-adik tingkat angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
17.Keluarga besar FSI Ibnu Sina FK Unila periode 2010 – 2011, BEM-F FK
Unila Periode 2011 – 2012, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat
Unila Periode 2011-2012, UKM-U Koperasi Mahasiswa Unila Periode
2013-2014 yang turut memberikan motivasi dan mengajarkan pengalaman kepada
penulis. Semoga eksistensi UKM tetap semangat.
18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan
penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi
keilmuan, masyarakat maupun penulis.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Bandar Lampung, 29 April 2013
Penulis
ii
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Kerangka Teori ... 8
iii III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 40
B. Tempat dan Waktu ... 40
D. Alat dan Bahan Penelitian ... 43
1. Alat ... 43
2. Bahan ... 44
E. Prosedur Penelitian ... 44
F. Definisi Operasional ... 46
G. Pengumpulan Data ... 47
1. Data Primer ... 47
2. Data Sekunder ... 47
H. Analisis Data ... 47
1. Analisis Univariat ... 47
2. Analisis Bivariat ... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 49
1. Umur ... 49
2. Jenis Kelamin ... 50
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52
1. Analisis Univariat ... 52
2. Analisis Bivariat ... 54
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kadar Gula Darah ... 29
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 46
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum Senam ... 52
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sesudah Senam ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Teori ... 10
Gambar 1.2 Kerangka Konsep ... 11
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur ... 50
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Gambar 4.3 Grafik Histogram Kadar Glukosa Darah Sebelum Senam ... 52
1 I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya
usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin
banyak penduduk lanjut usia (lansia). Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut
usia 11,3 juta jiwa atau 8,9 %. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia
menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 % dari seluruh penduduk.
Pada tahun 2020 jumlah lansia diproyeksikan mencapai sekitar 30 juta jiwa
atau 11,5% dari total populasi. Hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Suparto, 2003).
Menurut Titus, ketua umum Lembaga Lanjut Usia Indonesia, lansia adalah
warga yang berusia di atas 60 tahun. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 18
juta jiwa lansia. Jumlah ini merupakan 7,8% dari total populasi. Sebanyak 25%
lansia menderita penyakit degeneratif dan hidup tergantung pada orang lain.
Sekitar 99% diantaranya mengkonsumsi obat dan sebagian besar
menghabiskan hidupnya dengan beristirahat, tanpa berbuat apa-apa (Laksmi,
2008). Penyakit-penyakit degeneratif tersebut antara lain penyakit
2 melitus, stroke, penyakit ginjal dan kanker (Brunner, 2002). Berdasarkan hasil
riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007, penyakit degeneratif meningkat
dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Dari beberapa
penyakit degeneratif yang ada, penyakit diabetes melitus merupakan salah satu
penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi
(Depkes, 2008).
Diabetes melitus ialah suatu penyakit degeneratif (pemunduran) yang ditandai
oleh berbagai gejala sebagai akibat kadar gula darah yang tinggi (Soegondo et
al., 2009). Menurut data World Health Organitation (WHO) Indonesia
menempati urutan ke 7 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita
diabetes mellitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat, Uni Soviet,
Jepang dan Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita diabetes millitus
di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita,
Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita
diabetes mellitus di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada
tahun 2003 menjadi diabetes mellitus 5.210.000 penderita pada tahun 2025.
WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama tipe
II paling banyak dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Diabetes Mellitus tipe II tanpa tergantung insulin muncul pada usia diatas 45
tahun, karena pada usia 45 tahun ke atas tubuh sudah mengalami banyak
perubahan terutama pada organ pankreas yang memproduksi insulin dalam
darah (Suyono, 2007).
3 tahun 2008 menyatakan prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,7% pada tahun
2008 (Depkes, 2010). Lampung menjadi salah satu provinsi dari 13 provinsi
mempunyai prevalensi Diabetes Melitus di atas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Hal ini juga terlihat dari angka
kejadian diabetes melitus di provinsi Lampung untuk rawat jalan pada tahun
2009 mencapai 365 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2010
sejumlah 1103 orang (Adha, 2012).
Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam rentang normal. Latihan jasmani, seperti senam jantung sehat yang
dilakukan secara terartur merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol
dan mengatasi diabetes. Senam jantung secara langsung dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih
banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin
dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap
penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Nabyl, 2009). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan Agus
Santoso dengan judul “Pengaruh Latihan Fisik :Senam Aerobik Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah
Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004, hasil penelitian menunjukan
bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar
gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja
4 pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa latihan
dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah bagi seseorang yang
menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II (Maya, 2011).
Berdasarkan data Laporan Bulanan Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna
Werdha’ bulan Agustus 2012 jumlah penghuni panti adalah 108 orang terdiri
dari 46 orang pria dan 62 wanita. Dari jumlah tersebut, didapatkan beberapa
penghuni yang mengalami gejala – gejala seperti penyakit diabetes mellitus.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh senam jantung sehat terhadap kadar glukosa
darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar
Lampung Selatan.”
B.Perumusan Masalah
Diabetes melitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis
adalah suatu kumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemi). Meningkatnya kadar
glukosa darah ini disebabkan karena gangguan sekresi, resistensi hormon
insulin atau keduanya yang berkaitan dengan faktor genetik, usia dan
5 Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam rentang normal. Dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis
dan terapi farmakologis. Pengelolaan non farmakologis meliputi pengendalian
berat badan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapi farmakologisnya yaitu
pemberian insulin dengan obat hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika
terapi non farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan
dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang telah di
terapkan sebelumnya (Yunir, 2007).
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit
Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda
santai, jogging, senam jantung sehat dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Widharto, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan
Agus Santoso dengan judul “Pengaruh Latihan Fisik :Senam Aerobik Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah
Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004. Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar
gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja
Purbalingga (p=0.0001) dengan penurunan rata – rata sebesar 30,14 mg%. Jadi
pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa latihan
6 menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II (Maya, 2011).
Senam jantung sehat merupakan salah latihan fisik aerobik dengan intensitas
sedang. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu di uji coba agar diperoleh fakta
yang jelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh senam jantung sehat terhadap
kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna
Werdha Natar Lampung Selatan?”
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Tujuan Umum
Mengetahui adakah pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan
secara teratur terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti
Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.
b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran profil kadar glukosa darah puasa pada
lansia di Panti Sosial dan Lansia Werdha Natar Lampung Selatan.
2. Mengetahui angka keteraturan dalam mengikuti aktifitas senam
jantung sehat.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan senam
jantung sehat dengan penurunan kadar glukosa darah puasa pada
7 D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah kepustakaan dalam mengembangkan ilmu fisiologi kedokteran
terapan mengenai pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap
penurunan kadar glukosa darah puasa sebagai aplikasi dan pembuktian
teori kedokteran yang telah dipelajari.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis
Sebagai pengalaman pertama penulis dalam pembuatan skripsi dan
hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan pengetahuan
bagi penulis mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap
penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia.
b. Manfaat bagi masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat
mengenai pentingnya pengaruh senam jantung sehat terhadap
penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia sehingga dapat
diterapkan dalam masyarakat khususnya bagi lansia yang mengalami
diabetes mellitus.
c. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dan bahan untuk
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian saat ini.
8 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi kepada pengelola
dan penghuni panti mengenai pentingnya pengaruh senam jantung sehat
terhadap penurunan kadar glukosa darah khususnya untuk lansia yang
mengalami gejala atau penyakit metabolik diabetes mellitus.
E.Kerangka Teori
Proses penuaan sel atau aging cell merupakan suatu proses yang secara
alamiah akan dialami oleh setiap makhluk hidup atau organisme. Proses ini
merupakan suatu keadaan yang secara normal terjadi dan tidak bisa dihindari
Gejala awal yang bisa dikenali adalah mulai munculnya kemunduran fungsi
organ dan metabolisme tubuh yang meningkatkan kerentanan terhadap
berbagai penyakit degeneratif, salah satunya penyakit diabetes mellitus (Nisa,
2007).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua – duanya (ADA, 2011). Diabetes mellitus yang sering
terjadi pada lansia merupakan jenis diabetes mellitus tipe II yang disebabkan
karena penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin yang cenderung
meningkat pada usia di atas 65 tahun (Maya, 2011).
Penyakit ini salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya cukup tinggi dan
9 menyebabkan berbagai komplikasi, seperti hipertensi, penyakit jantung,
kerusakan ginjal, gangguan penglihatan, koma diabetikum dan kaki
diabetikum (Brunner et al., 2002).
Penderita diabetes mellitus harus penatalaksanaan sedini mungkin. Tujuan
umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai
kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien (ADA, 2011).
Menurut Brunner dan Suddart (2002), ada empat komponen dalam pelaksanaan
diabetes, yaitu diet dan pengendalian berat badan, latihan fisik, edukasi dan
bila diperlukan terapi farmakologis. Salah satu cara preventif maupun untuk
menjaga agar sistem fisiologis tubuh tidak cepat menurun dilakukan latihan
fisik secara teratur contohnya senam jantung sehat. Senam jantung memiliki
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi resiko
kardiovaskuler (Arianti, 2010). Senam jantung akan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
10 Gambar 1.1 Kerangka Teori Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’
Natar, Lampung Selatan (Maya, 2011)
Kejadian diabetes
7.Penyakit dan infeksi pankreas 8.Dislipidemia
Faktor yang tidak dapat diubah 1.Riwayat keluarga diabetes 2.Ras atau latar belakang etnis 3.Riwayat diabetes pada
kehamilan
(Ehsa, 2010)
Faktor resiko diabetes tipe II
Penatalaksanaan
1. Kontrol Diet dan IMT
2. Edukasi
3. Terapi Farmakologi
4. Latihan
(Brunner dan Suddart , 2002)
Kebutuhan energi meningkat
Otot menjadi aktif dan lebih peka
Reseptor insulin lebih aktif
Peningkatan pemakaian kadar glukosa otot
11 F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka senam jantung sehat yang
dilakukan secara teratur akan menurukan kadar glukosa darah puasa pada
lansia.
G.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat adanya pengaruh senam jantung jantung sehat terhadap
penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan
Lansia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.
Ho : Tidak terdapat adanya pengaruh senam jantung jantung sehat terhadap
penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan
Lansia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.
Senam Jantung Sehat Profil Kadar Glukosa
12 II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Senam Jantung Sehat
Senam jantung sehat adalah olahraga yang disusun dengan selalu
mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi,
serta upaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin (SJS Seri III, 2001).
Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress,
keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C,
menurunnya kadar LDL-C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas,
berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen
miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia, 2005).
Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri, dimana setiap seri dibedakan dari
gerakan dan intensitas latihan. Senam jantung sehat seri I, berbeda dengan
senam jantung sehat seri II, III, IV, maupun seri V, dimana semakin besar seri,
beban latihan semakin tinggi. Seri II dapat dilakukan jika sudah mampu
13 Memberikan kelenturan otot dan sendi dapat menghilangkan kekakuan otot dan
sendi tersebut dapat dihilangkan dengan memberikan senam jantung sehat dan
senam-senam lainnya yang sesuai. Menambah kekuatan otot-otot pada tangan
dan kaki Dengan demikian maka senam jantung sehat adalah olahraga yang
berintikan aerobik ditambah dengan olahraga yang dapat memberikan
kelenturan, kekuatan dan peningkatan otot-otot secara mudah, murah, meriah,
massal dan manfaat serta aman (Ariyanti,2010).
Pengamanan berbentuk sederhana hanya menghitung denyut nadi tetapi
kegunaannya sangat bermanfaat. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan
umur. Rumus yang mudah yakni rumus 200 yaitu 200 dikurangi umur. Itulah
nadi maksimal yang boleh dilakukan sewaktu melaksanakan latihan. Dari
gambaran tersebut olahraga jantung sehat dapat dilakukan oleh siapa saja,
dimana saja dan kapan saja (Supriyadi, 2006).
1. Program Senam Jantung Sehat
Dalam buku Petunjuk Senam Jantung Sehat Seri III (2001) dinyatakan,
bahwa program olahraga jantung sehat dalam pelaksanaan latihannya
haruslah disusun berdasarkan beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Umur
Dalam pelaksanaan latihan senam jantung sehat harus dilakukan
pengelompokkan menurut umur. Hal ini dikarenakan kemampuan
14 b. Jenis Kelamin
Program latihan untuk pria dan wanita haruslah berbeda.
c. Kapasitas Aerobik
Program latihan disesuaikan dengan kemampuan aerobic perorangan.
Adalah wajib mengukur kemampuan aerobic sebelum melakukan
program latihan.
d. Dosis Latihan
Oleh karena kemampuan setiap orang tidak sama, maka dosis
perorangan harus sesuai dengan kemampuannya, serta diberikan pada
daerah AMAN, artinya tidak membahayakan, tetapi tetap memberi
manfaat.
e. Program Berencana
Oleh karena olahraga senam jantung sehat mempunyai target sasaran,
maka program latihan haruslah direncanakan bertahap, yang akhirnya
mencapai taraf pemeliharaan. Secara singkat program latihyan
mengikuti pola:
1) program awal,
2) program kondisi, dan
15 Di dalam upaya mencapai sasaran tersebut, untuk tahap pertama, semua
anggota diarahkan mampu menyelesaikan program dasar, atau program
aerobic sederhana sebagai inti, yaitu:
1) Jalan kaki 6,4 km dalam waktu 1 jam,
2) Jogging atau jalan diselingi lari 4,8 km dalam waktu 30 menit,
3) Lari 3,2 km dalam waktu 20 menit.
Para anggota yang telah mampu melaksanakan program butir (1) serta
usianya 40 tahun sampai 49 tahun, dapat mencoba program butir (2)
yaitu jogging (andaikata syarat-syarat untuk itu dipenuhi). Untuk yang
berusia di bawah 40 tahun, jelas program butir (2) harus pula dikuasai
atau ditargetkan. Para anggota yang telah menyelesaikan program butir
(2) serta usianya di bawah 30 tahun, dapat meningkatkan program
latihan butir (3) yaitu lari 3,2 km dalam waktu 16 – 20 menit.
Dengan demikian, setiap orang yang ingin berolahraga senam jantung
sehat dapat melakukan programnya sesuai dengan umur dan
kemampuannya. Di samping itu harus menguasai teknik-teknik dasar
senam jantung sehat, seperti:
a. Menghitung denyut nadi secara tepat dan terampil
b. Mengusai teknik peregangan/pemanasan/pendinginan
c. Menguasai senam kelentukan yang benar
d. Menguasai teknik jalan, jogging atau lari dengan benar sesuai
program latihan yang dipilih atau peruntukkannya
16 f. Mengetahui kapan olahraga harus dihentikan
g. Mampu mengenali dan mengatasi bahaya/kegawatan (SJS seri III,
2001).
Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat
mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran. Misalnya, kebugaran
jantung-paru dapat dicapai dengan senam jantung sehat; suatu latihan
yang melibatkan otot-otot besar (utamanya lengan dan tungkai)
melakukan gerakan ritmis secara terus menerus. Selengkapnya regimen
yang dianjurkan khususnya untuk usia lanjut adalah :
a. F – 2 – 3 kali per minggu,
b. I - memacu jantung hingga target heart rate/denyut jantung latihan,
c. T - berjalan, jogging, berlari, senam jantung, bersepeda, lompat tali,
aerobic, dsb,
d. T - 20 – 40 menit (Santoso, 2008).
Senam jantung sehat yang telah dilakukan diharapkan akan mempunyai
nilai tambah dalam bentuk pengetahuan sehingga menghasilkan sikap
yang baik, seperti:
a. Tidak merokok
b. Menjaga keseimbangan tinggi dan berat badan
c. Menjaga dan mengatasi faktor resiko lainnya yang ada, seperti kadar
lemak dalam darah/kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes militus
17 e. Selalu taat menjalakan agamanya, sehingga mencapai ketentraman
lahir dan batin.
Untuk mengetahui apakah seseorang dapat dikatakan telah berhasil
mencapai program latihan, dapat dipakai bebrapa tolok ukur/parameter,
antara lain sebagai berikut:
a. Program latihan tercapai
b. Berat dan tinggi badan seimbang
c. Tekanan darah normal atau terkendali
d. Denyut nadi istirahat semakin bertambah lambat (relatif bradikardi)
e. Keluhan semakin hilang
f. Jumlah hari sakit berkurang
g. Faktor resiko hilang atau terkendali
h. Tingkat kesegaran jasmani baik (Supriyadi, 2006).
2. Rangkaian Gerak Senam Jantung Sehat
Rangkaian gerak senam jantung sehat sebagai bagian dari olahraga jantung
sehat, disusun dengan selalu mengutamakan klemampuan jantung, gerakan
otot besar dan kelentukan sendi, serta upaya memasukkan oksigen sebanyak
mungkin (SJS seri III, 2001).
Bagi anggota yang lebih muda, gerakan jalan di tempat dapat ditingkatkan
menjadi lari di tempat atau mengangkat kaki lebih tinggi, misalnya untuk
18 lebih tua, usia 50 tahun ke atas, gerakan jalan di tempat cukup memacu
jantung agar mencapai sasaran. Tinggi kaki disesuaikan dengan hasil
latihan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi.
Dalam menyusun senam jantung sehat telah dimasukkan prinsip latihan,
yaitu:
a. Latihan peregangan / pemanasan
- Ketukan musik 130 ketukan / menit selama 6 menit.
b. Latihan Inti
- Ketukan musik 145 ketukan / menit selama 12 menit.
c. Latihan pendinginan / penenangan.
- Ketukan musik 120 ketukan / menit selama 4 menit 30 detik (Wisit,
2012).
Gerakan senam jantung sehat Seri I:
1. Gerakan Pemanasan :
a. Gerakan I :
- Menundukkan kepala
- Memiringkan kepala ke kanan
- Memiringkan kepala ke kiri
b. Gerakan II :
- Mengangkat bahu kanan
- Mengangkat bahu kiri
- Mengangkat kedua bahu
19 - Saling menekan kedua telapak tangan
- Menarik jari-jari kedua tangan
d. Gerakan IV
- Memutar badan ke kanan
- Memutar badan ke kiri
e. Gerakan V
- Menarik kedua bahu
- Merentangkan kedua lengan kesamping
f. Gerakan VI
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
g. Gerakan VII
- Memutar badan dan kaki ke kanan
- Memutar badan dan kaki ke kiri
h. Gerakan VIII
- Membungkukkan badan
i. Gerakan IX
- Melangkahkan kaki serong kanan
- Melangkahkan kaki serong kiri
j. Gerakan X
- Mengangkat kaki kanan
- Mengangkat kaki kiri
20 - Menekuk kaki kanan ke belakang
- Menekuk kaki kiri ke belakang
2. Gerakan Inti
a. Gerakan I
- Jalan di tempat
b. Gerakan II
- Menundukkan dan menegakkan kepala
- Memiringkan kepala kesamping kanan dan kiri
c. Gerakan III
- Memutar bahu ke depan
- Memutar bahu ke belakang
d. Gerakan IV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
e. Gerakan V
- Mendorong lengan ke depan
- Mendorong lengan ke samping
f. Gerakan VI
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu
rentangkan
g. Gerakan VII
- Merenggutkan dan merentangkan tangan
21 belakang
h. Gerakan VIII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
i. Gerakan IX
- Memutar badan ke samping kanan dan kiri
- Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri
j. Gerakan X
- Jalan di depan dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
k. Gerakan XI
- Mengangkat lutut kanan dan kiri
- Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri
l. Gerakan XII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
m.Gerakan XIII
- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri
- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan kiri belakang
n. Gerakan XIV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
o. Gerakan XV
22 p. Gerakan XVI
- Lari di tempat sambil mengayunkan kaki kanan dan kiri ke
depan bergantian
q. Gerakan XVII
- Lari di tempat sambil menekuk kaki kanan dan kiri ke belakang
bergantian
r. Gerakan XVIII
- Lari di tempat mengangkat lutut ke depan, sambil mengangkat
kedua lengan lurus sejajar ke depan dan ke atas
s. Gerakan XIX
- Lari di tempat dan menepuk tangan di atas kepala
t. Gerakan XX
- Lari ditempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu
rentangkan, menarik nafas
3. Gerakan pendinginan
a. Gerakan I
- Membuka kaki kanan selebar bahu dan membungkuk
b. Gerakan II
- Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan kiri
c. Gerakan III
- Memutar badan ke kanan dan ke kiri
d. Gerakan IV
23 Sebelum senam, melakukan pemanasan – pemanasan kecil, seperti jogging,
jalan di tempat agar suhu tubuh naik. Selain itu, agar tubuh tidak kaku
sehingga kemungkinan cedera diperkecil. Berdoa dulu sebelum melakukan
senam. Dilakukan di luar ruangan agar ada udara segar. Sebaiknya
dilakukan beramai – ramai agar lebih semangat (Santoso, 2008).
3. Petunjuk pelaksanaan Senam Jantung Sehat
Penyusunan gerakan senam jantung sehat didasarkan pada prinsip dasar
olahraga yang berguna untuk pembinaan kesehatan jantung dan kesegaran
jasmani yang mencakup beberapa komponen, yaitu sebagai beriakut :
a. Peningkatan ketahanan jantung dan alat peredaran darah serta
pernafasan/paru (cardiorespiratory endurance)
b. Kekuatan otot (strength)
c. Ketahanan otot (muscle endurance)
d. Kelenturan (flexibility)
e. Koordinasi gerak (coordination)
f. Kelincahan (agility)
g. Keseimbangan (balance)
Sedangkan prinsip dasar pelaksanaan gerak dari senam jantung sehat baik
itu seri I. II, III IV maupun V adalah melalui tahapan latihan sebagai
24 a. Sikap Sempurna
Sikap sempurna adalah berdiri tegak, kedua tumit rapat, ujung jari
terbuka selebar kepalan tangan 5 (lima) titik, mulai dari telinga, bahu,
pinggul, lutut dan mata kaki merupakan satu garis lurus, tegak lurus
dengan lantai. Pandangan lurus ke depan dan kedua lengan lurus di
samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam, jari-jari tangan
rapat di samping badan serta tangan tidak dikepal. Siap untuk olahraga.
b. Berdoa
Berdoa dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing,
semoga olahraga yang segera dilakukan memberi manfaat kekuatan dan
kesehatan lahir dan batin. Pusatkan pikiran dan perasaan dalam suasana
gembira. Setelah aba –aba “berdoa mulai”, tundukkan kepala dan setelah
aba-aba ”berdoa selesai”, kepala kembali tegak.
c. Menghitung Denyut Nadi
Menghitung denyut nadi dilakukan dengan cara jari telunjuk dan jari
tangan kanan meraba nadi radialis lengan kiri (pergelangan tangan kiri)
selama 10 (sepuluh) detik dan jumlahnya dikalikan 6, berarti nadi satu
menit, dengan sikap dua pergelangan tangan satu jengkal di depan dada
menghadap ke dalam.
Ada beberapa macam cara penghitungan denyut nadi, yaitu:
1. Denyut nadi istirahat, biasanya tidak melebihi 100 kali per menit
25 3. Denyut nadi latihan:
a. Minimal = (3/4 x nadi maksimal) per menit
b. Optimal = (nadi maksimal - 10) per menit
c. Maksimal = (200 – umur) per menit (Supriyadi, 2006).
B.Gula Darah
Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur ketat dalam tubuh.
Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel
tubuh. Umumnya tingkat gula dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8
mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya
berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi
makanan (Murray, 2003).
1. Pengaturan Kadar Gula Darah Tubuh
Yang berperan penting dalam fisiologi pengaturan kadar glukosa darah
adalah hepar, pancreas, adenohipofise dan kelenjar adrenal. Pengaruh lain
berasal dari : kelenjar tiroid, kerja fisik, serta faktor imunologi dan
herediter.
a. Hepar
26 vena porta. Sebagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen.
Pada saat itu kadar glukosa dalam vena porta lebih tinggi daripada vena
hepatik. Setelah absorbsi selesai, glikogen dalam hepar dipecah lagi
menjadi glukosa. Pada saat ini kadar glukosa dalam vena hepatik lebih
tinggi daripada dalam vena porta. Jadi jelaslah bahwa hepar dalam hal ini
berperan sebagai glukostat.
Dalam keadaan biasa, persediaan glikogen dalam hepar cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa darah selama beberapa jam (Aulia,
2005).
b. Pankreas
Sekresi insulin kedalam darah diatur oleh berbagai faktor yaitu :
a) Jumlah makanan yang masuk
b) Hormon saluran cerna
c) Hormon susunan saraf (baik susunan saraf otonom maupun susunan saraf pusat)
Berbagai zat dalam makanan dapat merangsang sekresi insulin. Pada
manusia glukosa merupakan stimulus terkuat, dimana pemberian oral
lebih kuat merangsang sekresi insulin daripada pemberian intra vena.
Perangsangan sekresi insulin ini dengan perantaraan hormon intestinal.
Yang dimaksud hormon intestinal adalah sekretin, gastrin, pankreozimin,
27 Selain insulin, hormon pankreas yang juga penting ikut mengatur
metabolisme karbohidrat adalah glukagon. Glukagon menyebabkan
glikogenolisis dengan jalan merangsang adenilsiklase, suatu enzim yang
penting untuk mengaktifkan enzim fosforilase. Penurunan cadangan
glikogen dalam hepar menyebabkan bertambahnya deaminasi dan
transaminasi asam amino, sehingga glukoneogenesis menjadi lebih aktif
(Tara, 2009).
c. Sistem adrenergik (Kelenjar adenohipofise dan kelenjar adrenal)
Kerja zat adrenergik terhadap metabolisme adalah :
1. Meningkatkan glikogenolisis dihepar dan otot rangka.
2. Meningkatkan lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan
lemak.
Glikogen Glukosa 1 P Glukosa 6 P
Hepar mempunyai Glukosa 6 Phosfatase, tetapi otot rangka tidak
mempunyai, sehingga hepar melepas glukosa sedangkan otot rangka
melepas asam laktat.
Zat adrenergik juga menyebabkan penghambatan sekresi insulin . Diketahui
bahwa sekresi insulin distimulasi oleh aktifitas reseptor (beta)
adrenergik. Tetapi dalam pengaruhnya, reseptor (alpha) adrenergik
28 insulin dihambat. Oleh Metz dikatakan bahwa epinefrin mengganggu insulin
release dengan mekanisme mobilisasi ion Ca.
Epinefrin juga menyebabkan berkurangnya ambilan (uptake) glukosa oleh
jaringan perifer, akibatnya peningkatan kadar glukosa darah dan laktat
darah, serta penurunan glikogen dalam hepar dan otot rangka. Epinefrin
meningkatkan aktifitas enzim lipase trigliserida dalam jaringan lemak
sehingga mempercepat pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas (
free fatty acid =F.F.A. ) dan gliserol. Akibatnya kadar asam lemak bebas
dalam darah menintgkat. Aktifitas enzim lipase trigliserida tersebut terjadi
karena aktifitas reseptor yang berakibat terbentuknya siklik AMP (Fara,
2008).
Dari uraian pengaturan kadar glukosa darah tersebut diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa hiperglikemi dapat disebabkan oleh berbagai keadaan,
demikian pula halnya pada sindrom diabetes mellitus. Secara singkat dapat
disebutkan bahwa :
1. Semua keadaan yang menghambat produksi dan sekresi insulin.
2. Adanya zat-zat yang bersifat anti insulin dalam darah.
3. Keadaan yang menghambat efek insulin pada reseptornya (Shamoon H.,
2003).
2. Kadar Gula Darah
29 makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang
normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2
jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
karbohidrat lainnya (Jayanti, 2010).
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi
bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif
bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah
kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula
darah menurun secara perlahan (Reinauer, 2002).
Patokan – patokan yang dipakai di Indonesia adalah :
1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah.
Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO dalam petemuan
tahun 2005 disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan
sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:
Tabel 2.1 Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah (Depkes, 2009)
Metode Kadar Gula Darah
30
(2-hglucose) (<140 mg/dL) (≥200mg/dL) (≤200mg/dL) (<140 mg/dL)
Dalam tabulasi diatas WHO mengeluarkan standard dalam 2 satuan yang
sering digunakan yaitu mmol/L dan mg/dL.
2. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia)
Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada
mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau
menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah.
3. IGT (Impairing Glucose Tolerance)
IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang
mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus
yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke keadaan normal.
Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga
mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang
sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli
terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin dan
terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.
4. IFG (Impairing Fasting Glucose)
Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah
puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai
kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi
31 optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran
gula dari hati ke dalam darah.
C.Lanjut Usia (Lansia)
Lanjut usia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu
ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sebagai usia yang menunjukan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
usia (Pratiwi, 2010).
1. Batasan – Batasan Lanjut Usia
Batasan umur pada lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45 tahun sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) = usia 60 tahun sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = 75 tahun sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 1999).
Pengelompokan lanjut usia menurut Departemen Kesehatan RI dibagi
32 a. Pertama = umur pertengahan dalam masa virilitas, antara 45 – 54 tahun
b. Kedua = lansia dini dalam masa prasenium, usia 55 – 64 tahun
c. Ketiga = lanjut usia dalam masa senium, usia 65 tahun ke atas
d. Keempat = lanjut usia dengan resiko tinggi, usia lebih dari 70 tahun
(Depkes RI, 2007).
Menurut Undang – Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia, pada Bab I pasal 1 ayat 2 berbunyi “lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun (Arianti, 2010).
2. Teori mengenai Proses Penuaan
Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, gaya hidup
dan penyakit-penyakit yang diderita. Beberapa pakar mencoba
merumuskan apa yang dimaksud dengan proses menua. Di antaranya:
1. Teori pakai dan rusak (wear and tear theory)
2. Teori Neuro Endokrin
3. Teori Kontrol Genetik
4. Teori Telomerase
5. Teori Radikal Bebas
6. Teori cross-linking
33 3. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya
perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular,
respirasi, dan kognisi. Distribusi lemak berubah dengan bertambahnya
usia. Laki-laki dengan bertambahnya usia akan mengakumulasi lemak
terutama di sekitar batang tubuh (truncus) dan di sekitar organ-organ
dalam, sedangkan wanita terutama di sekitar organ-organ dalam. Penelitian
pada atlet senior menunjukkan bahwa mereka mempunyai kadar lemak
lebih rendah dibandingkan dengan non-atlet, namun apabila dibandingkan
dengan atlet muda mempunyai kadar lemak 5-10% lebih tinggi (Stanley et
al, 2009).
Pada Lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot,
penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada penurunan
kekuatan otot. Pada usia 90-an, 32% wanita dan 17% laki-laki mengalami
patah tulang panggul dan 12-20% meninggal karena komplikasi. Massa
tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan
20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang lebih
tinggi, kira-kira 15-20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80 tahun.
Laki – laki kehilangan massa tulang sekitar 1% per tahun sesudah usia 50
tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia 30-an,
dengan laju penurunan 2-3% per tahun sesudah menopause (Laksmi,
34 Perubahan pada sistem kardiovaskular ditandai dengan adanya perubahan
anatomi di jantung dan pembuluh darah, menurunnya denyut nadi
maksimal, meningkatnya tekanan darah, hipotensi postural, perubahan
dalam pemulihan denyut nadi sesudah aktivitas fisik, menurunnya jumlah
darah yang dipompa dalam tiap denyutan, dan perubahan dalam darah (sel
darah merah, hemoglobin). Olahraga disebutkan dapat menurunkan
tekanan darah pada hipertensi, meningkatkan stroke volume (jumlah darah
yang dikeluarkan jantung dalam satu kali denyutan), meningkatkan
produksi sel darah merah, menurunkan LDL dan menaikkan HDL, dan
mempercepat pemulihan setelah aktivitas fisik.
Beberapa kondisi Lansia yang terkait dengan fungsi paru diantaranya
meningkatnya infeksi saluran nafas atas, berkurangnya luas permukaan
paru (75m2 pada usia 20 tahun menjadi 50-60 m2 pada usia 80 tahun,
berkurangnya elastisitas paru, perubahan volume paru, dan kemungkinan
terjadi penyakit paru obstruktif menahun yang dapat memperpendek nafas,
batuk, lendir yang berlebihan, dan rendahnya toleransi terhadap latihan
fisik.
Lansia berisiko untuk mengalami depresi dan menurunnya kemampuan
dalam menghadapi stress. Depresi dapat timbul karena menurunnya status
kesehatan, kehilangan kemampuan fisik, kehilangan pasangan hidup, tidak
mempunya pekerjaan, uang, ketakutan hidup sendiri, dan lain sebagainya
35 Perubahan fungsi metabolik yang terjadi pada lansia terlihat jelas.
Penurunan hormon – hormon metabolik mengakibatkan gangguan dalam
proses regulasi nutrisi. Deposit protein dalam otot menjadi berkurang
akibat berkurangnya testosteron. Kadar lemak di darah semakin meningkat
mengakibatkan resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Produksi
insulin yang dihasilkan pankreas menurun serta resistensi insulin yang
cenderung meningkat di usia di atas 65 tahun (Guyton, 2002).
Lansia juga mengalami kendala pengaturan keseimbangan karena
menurunnya persepsi terhadap kedalaman, menurunnya penglihatan
perifer, menurunnya kemampuan untuk mendeteksi informasi spatial.
Kondisi ini berakibat meningkatnya risiko jatuh pada Lansia. Olahraga
yang ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan sangat bermanfaat,
misalnya Tai Chi, dansa (Laksmi,2008).
D. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Gula Darah
Secara umum, latihan senam jantung sehat yang benar, teratur, maju dan
berkelanjutan akan memberi manfaat pada kesehatan dan kebugaran tubuh.
Secara khusus, latihan senam jantung sehat dapat memberi manfaat untuk
bekerjanya organ tertentu, seperti misalnya untuk menguatkan jantung, untuk
mengelola kadar gula darah, untuk menjarangkan serangan asma, dan untuk
36 Senam jantung sehat pada penderita diabetes direkomendasikan karena terjadi
peningkatan resiko penyakit kardiovaskular pada diabetes. Intensitas latihan
fisik dalam senam jantung sehat harus dimulai pada tingkat yang rendah.
Ergometer lengan dapat dipergunakan untuk menilai adanya neuropati atau
microangiopati perifer (Albright et al. 2000: 1345). Hal yang perlu
diperhatikan adalah kemungkinan adanya komplikasi neurapati otonom yang
menurukan kemampuan penderita diabetes mencapai denyut nadi maksimal
sehingga menurunkan sensitivitas program latihan yang didasarkan denyut
nadi (Sigal et al. 2004: 2518).
Senam jantung sehat dapat menurunkan kadar glukosa darah karena latihan
jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif.
Penelitian terbaru memperlihatkan manfaat dari latihan jasmani yang teratur
terhadap metabolisme karbohidrat dan sensitivitas insulin (Yunir, 2006).
Latihan senam jantung sehat yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama
pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali
lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan
orang yang berolah raga. Manfaat latihan senam jantung sehat yang teratur
pada penderita DM antara lain :
1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan
lipid darah.
2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut
37 3. Membantu menurunkan berat badan.
4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. (Siregar, 2006).
Pada saat memulai program latihan senam jantung, sangat diperlukan untuk
mengukur kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan sehingga respon
kadar gula darah terhadap olahraga pada penderita diabetes dapat diketahui.
Penyesuaian asupan karbohidrat atau dosis insulin harus dilakukan pada saat
melakukan aktivitas fisik. Pada diabetes tipe I, resiko hipoglikemia selama
atau sesudah latihan fisik lebih tinggi dibandingkan dengan penderita diabetes
tipe II. Beckman et al. 2002: 2570).
Hipoglikemia merupakan efek senam jantung sehat yang harus diperhatikan,
mengingat olahraga memiliki efek meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh
terhadap insulin. Hipoglikemia juga terjadi karena pada saat latihan senam
jantung sehat juga terjadi peningkatan absorbsi insulin. Peningkatan absorbsi
insulin ini biasanya terjadi pada insulin kerja cepat (short-acting) dan bila
injeksi insulin dilakukan pada otot yang aktif melakukan gerakan.
Hipoglikemia dapat terjadi pada saat latihan sampai dengan 4 sampai 6 jam
setelah latihan senam jantung sehat. Agar hal ini dapat dicegah, dosis insulin
sebelum latihan harus dikurangi serta asupan karbohidrat sebelum latihan
harus ditingkatkan.
Hipoglikemia merupakan efek samping olahraga yang dapat bersifat fatal
38 penjelasan mengenai kemungkinan hipoglikemia, gejala-gejalanya dan cara
pengatasannya. Menurut Sigal et al. (2004: 2518) resiko hipoglikemia dapat
diminimalkan dengan :
1. Memonitor kadar gula darah secara rutin pada saat menjalankan program
latihan fisik.
2. Mengurangi dosis insulin (satu sampai dua unit tergantung petunjuk
dokter) serta meningkatkan asupan karbohidrat (10-15 gram pada latihan
30 menit) sebelum latihan dimulai.
3. Injeksi insulin dilakukan pada area yang pada saat latihan kurang aktif (
misalkan daerah perut).
4. Hindari latihan fisik pada saat puncak kerja insulin.
5. Pada latihan fisik dalam durasi waktu yang lama, asupan karbohidrat
dilakukan sebelum dan selama latihan.
6. Penderita diabetes tidak diperkenankan melakukan latihan fisik tanpa
pengawasan.
Respons penderita diabetes terhadap latihan pada diabetes tipe I tergantung
beberapa faktor termasuk adanya tambahan insulin eksogen. Jika diabetes
terkontrol tanpa komplikasi ketosis, latihan akan menurunkan kadar gula
darah sehingga kebutuhan terhadap insulin eksogen menurun. Sebaliknya
apabila kadar gula darah tidak terkontrol atau insulin tidak cukup tersedia
sebelum latihan fisik dilakukan, transport glukosa ke sel otot akan terhambat
sehingga glukosa tidak tersedia sebagai sumber energi (Gardner et al. 2001:
755). Pada keadaan ini, asam lemak bebas akan dipergunakan oleh tubuh dan
39 mengakibatkan kenaikan keasaman tubuh. Pada keadaan lanjut, tubuh akan
bereaksi dengan memproduksi lebih banyak gula yang dimaksudkan untuk
mencukupi kebutuhan sel otot terhadap glukosa sehingga semakin
memperburuk keadaan hiperglikemi. Oleh karena hal-hal tersebut, latihan
fisik pada penderita diabetes tipe I hanya boleh dilakukan apabila kadar gula
40 III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik komparatif numerik
berpasangan dengan desain penelitian quasi eksperimental dan metode
pengambilan data dengan pengukuran berulang (pre test – post test field trial)
tanpa kelompok kontrol (Dahlan, 2010).
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Tempat penelitian akan dilaksanakan di Panti Sosial dan Lanjut Usia
Tresna Werdha’ Kecamatan Natar Lampung Selatan.
.
2. Waktu
41 C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah generalisasi dari gambaran
seluruh lansia yang tinggal di Provinsi Lampung.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh lansia
yang tinggal di Panti Sosial dan Lansia tresna Werdha, Natar,
Lampung Selatan per bulan September 2012 yang berjumlah 108
orang.
2. Sampel
Jenis cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nonprobability sampling secara purposive sampling. Pada
penelitian analitik komparatif, variabel yang di uji adalah numerik
berpasangan dengan pengukuran berulang sehingga perhitungan sampel
dihitung dengan rumus (Dahlan, 2010):
[ ]
Keterangan:
n1 = n2 = besar sampel minimal
42
= deviat baku beta
S = simpang baku dari selisih nilai antarkelompok
= selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Peneliti menetapkan nilai α = 5 % ( α = 1,960), β = 10 % ( β = 1,282).
Perkiraan peneliti, sampel data dari penelitian ini bersifat heterogen jadi
nilai simpang bakunya (S) dua kali nilai . Nilai S pada penelitian
kadar glukosa darah puasa oleh Bina (2003) adalah sebesar 20 mg/dl.
Dengan memasukkan data masing-masing peningkatan pada indikator
tersebut kedalam rumus maka akan diperoleh jumlah sampel yang
digunakan sebagai berikut.
S = 20
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
dibulatkan 20 orang
Maka jumlah minimal sampel adalah 19 orang, tetapi disini kami
menggunakan 20 orang. Jadi sampel yang akan digunakan adalah
43 dengan asumsi jumlah tersebut minimal setelah pengurangan kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria – kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Kriteria inklusi
1) Responden berusia 55 tahun ke atas.
2) Lansia masih dapat melakukan senam jantung sehat sesuai
prosedur penelitian.
3) Lansia yang bersedia mengisi lembar informed consent dan
kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
b. Kriteria eksklusi
1) Mengkonsumsi obat – obatan antihiperglikemia.
2) Lansia mengikuti senam kurang dari 12 kali.
3) Adanya komplikasi kardiovaskuler dan komplikasi ekstremitas
yang mengganggu proses kegiatan senam.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Televisi
b. Soundsystem
c. DVD Player
44 e. Glukometer dan pena lancet Easy Touch ® GCU
f. Kuesioner
2. Bahan
a. Kapas alkohol
b. Blood lancet GEA Medical 28 G
c. Easy Touch Glucose Strips
d. Darah kapiler
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Persetujuan (informed consent) dan kuesioner :
a. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang
penelitiannya dan gambaran kuesioner.
b. Bila responden bersedia, maka responden diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan (infomerd consent).
c. Responden yang bersedia berpartisipasi, ditanyakan berdasarkan
pertanyaan yang ada di kuesioner yang nantinya akan ditulis oleh
peneliti.
d. Mengoreksi hasil kuesioner yang sekiranya sesuai dengan kriteria
inklusi.
2. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dilakukan sebanyak dua kali,
45 sebelum senam dilakukan. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas
yang ditunjuk yaitu 2 orang enumerator yang telah diberi
pelatihan/training sehingga hasil atau data yang diperoleh tidak bias.
Prosedur melakukan pemeriksaan yaitu :
a. Siapkan Easy Touch® GCU, lancet, strip, kapas alkohol dan torniquet.
b. Masukan baterai dan nyalakan mesin.
c. Atur jam, tanggal dan tahun pada mesin.
d. Ambil chip warna hijau yang sesuai dengan cek glukosa, masukkan ke
dalam mesin untuk cek mesin.
e. Jika layar muncul “eror” berarti mesin rusak.
f. Jika layar muncul “OK” berarti mesin siap digunakan.
g. Masukan strip test glukosa darah, pada layar akan muncul
angka/kodesesuai dengan botol strip.
h. Setelah itu akan muncul tetes – tetes darah yang berkedip – kedip.
i. Membersihkan ujung jari yang akan diambil darah kapilernya dengan
kapas alkohol 70 % dan ditunggu sampai kering.
j. Tusuk bagian dengan pena lancet yang sebelumnya sudah terpasang
blood lancet baru.
k. Bersihkan tetesan darah pertama dengan kapas, kemudian teteskan
pada strip darah yang selanjutnya. Ingat, jangan menekan ujung jari
untuk mengeluarkan darah.
l. Beri kapas alkohol pada bekas tusukan.
46 n. Tunggu beberapa detik, kemudian hasil akan keluar pada layar (User’s
Manual Easy® GCU, 2006).
3. Mengamati responden melakukan senam jantung sehat, ini dilakukan
seminggu 2 kali setiap hari selasa dan jum’at selama 2 bulan yang
dipandu oleh instruktur senam. Dalam satu kali senam dilakukan selama
47 n minimal
8 jam
G. Pengumpulan data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil obeservasi atau
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh olahraga
senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa dan
dari pengisian lembar kuesioner, serta pengukuran kadar glukosa darah
puasa responden secara langsung.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari data laporan Panti atau lembaga terkait
yang berhubungan dengan penelitian.
H. Analisis Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis data, yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat karakteristik variabel kadar
48 Sebaran frekuensi statistik yang disajikan berupa parameter ukuran
pemusatan, ukuran penyebaran dan grafik histogram untuk mengetahui
data dengan kurva normalnya.
2. Analisis Bivariat
Menurut Dahlan (2010), analisa bivariat digunakan untuk melihat
hubungan antara dua variabel, yaitu antara variabel independen dan
variabel dependen. Nantinya pada penelitian ini akan dilakukan uji
normalitas dari data yang didapatkan. Kemudian diuji secara statistik
dengan uji t berpasangan jika didapatkan data numerik berdistribusi
normal. Jika ternyata didapatkan data numerik dengan distribusi tidak
normal, maka uji statistik menggunakan uji wilcoxon. Seluruh perhitungan
ini diolah menggunakan software computer dengan program IBM SPSS
Statistic 19. Sedangkan Confidental Interval (CI) yang digunakan adalah
95 %. Apabila p value < 0,05 berarti ada pengaruh signifikan antara kedua
variabel yang diteliti, Ha diterima. Apabila nilai p value > 0,05 berarti