• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN LANJUT USIA TRESNA WERDHA' NATAR LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN LANJUT USIA TRESNA WERDHA' NATAR LAMPUNG SELATAN"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN

LANJUT USIA TRESNA WERDHA’ NATAR LAMPUNG SELATAN

Oleh

HANIF FAKHRUDDIN

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering diderita lanjut usia. Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal, salah satunya dengan latihan jasmani senam jantung sehat. Senam jantung secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan secara teratur terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia.

Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif numerik berpasangan dengan desain penelitian quasi eksperimental pada bulan September – Oktober 2012. Responden terdiri dari 20 orang lansia dengan melakukan senam seminggu 2 kali selama 2 bulan. Penelitian ini membandingkan rerata kadar glukosa darah sebelum senam di hari pertama dan rerata sesudah senam di pertemuan terakhir.

Hasil uji statistik uji t menunjukan bahwa ada pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan (p=0.0001) dengan rerata sebelum senam 138,70 mg/dl dan sesudah 121,85 mg/dl sehingga rerata penurunan sebesar 16,85 mg/dl atau 12,15%. Simpulan, senam jantung sehat mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah pada lansia.

(3)

ABSTRACT

INFLUENCE HEART HEALTHY GYMNASTICS AGAINST FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS AT ELDERLY IN SOCIAL AND ELDERLY

INSTITUTION TRESNA WERDHA' NATAR SOUTH LAMPUNG

By

HANIF FAKHRUDDIN

Diabetes mellitus is a degenerative disease that often affects the elderly. Management of diabetes mellitus aims to maintain blood glucose levels within the normal range, one of them with a physical exercise heart-healthy gymnastics. Gymnastics heart can directly lead to an increase in glucose utilization by the active muscles, and more open capillary nets so that more is available insulin receptors and insulin receptors become more active which will affect the decrease in blood glucose in diabetic patients. The purpose of this study was to determine the effect of heart-healthy gymnastics done regularly on fasting blood glucose levels in the elderly.

This study is a comparative analytical study of numerical pairs with quasi experimental research design in September-October 2012. Respondents consisted of 20 elderly people by doing gymnastics 2 times a week for 2 months. This study compared the mean blood glucose levels before gymnastics on the first day and the mean post-gymnastics in the last meeting.

The results statistical tests t-tests showed that there is a heart healthy gymnastics influence on the decline in fasting blood glucose levels in elderly at Social and Elderly Institution Natar South Lampung (p = 0.0001) with a mean pre-gymnastics 138.70 mg/dl and after 121.85 mg/dl so mean decreased by 16.85 mg/dl or 12.15%. Conclusion, healthy heart gymnastics affect blood glucose levels decreased in the elderly.

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 23 Februari 1992. Penulis merupakan

anak pertama dari empat orang bersaudara dari pasangan Bapak Drs. H. Djumari

Sidiq dan Ibu Dr. Hj. Sutrisni Andayani, M.Pd. Riwayat pendidikan yang sudah

ditempuh oleh penulis antara lain :

1. TK Aisyi’ah Bustanul Athfal Metro tahun 1997-1998

2. SD Negeri 10 Metro Pusat tahun 1998-2000

3. Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah Hadimulyo Metro tahun 2000-2003

4. SMP Negeri 1 Metro tahun 2003-2006

5. SMA Muhammadiyah 1 Metro tahun 2006-2009

6. Fakultas Kedokteran Unila tahun 2009-sekarang

Adapun riwayat Organisasi yang telah dilalui oleh penulis antara lain :

1. Ketua Tim Olimpiade Biologi SMA Muhammadiyah 1 Metro Periode

2006-2008

2. Wakil Ketua KIR SMA Muhammadiyah 1 Meto Periode 2007-2008

3. Kepala Bidang PIP Ikatan Remaja Muhammadiyah SMA Muh. 1 Metro

Periode 2007-2008

4. Staf Bidang Akademik FSI Ibnu Sina FK Unila Periode 2010-2011

(7)

6. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Unila Periode

2011-2012

7. Kepala Bidang Usaha UKM-U Koperasi Mahasiswa Unila Periode

(8)

Sanwacana

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat

dan hidayah Nya skripsi berjudul “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap

Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Lansia Di Panti Sosial Dan Lanjut Usia

Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta

salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi kita

semua.

Skripsi dalam bidang fisiologi kedokteran ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam pembuatan

(9)

2. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO, selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, motivasi, kritik dan saran

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. dr. Oktafany, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan

bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Wiranto Basuki, Sp. PK, selaku penguji utama atas kesediaanya untuk

memberikan waktu, saran, dan kritik dalam pembahasan skripsi ini.

5. Ayah dan Ibu tercinta atas do’a, dukungan baik moril maupun materil serta

kasih sayang yang diberikan kepada saya baik dalam keadaan sedih maupun

bahagia. Terima kasih telah mendidik dan membesarkan saya sampai saat ini.

Semoga saya menjadi anak yang sholeh dan sukses sesuai dengan ayah dan

ibu harapkan.

6. My lovely brothers, Hasan Nuruddin dan Abdul Halim Mafudzin yang telah

memberikan do’a dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini sampai tuntas.

Terima kasih telah menjadi kakak yang baik dan peduli terhadap saya

meskipun memiliki kesibukan dalam bekerja.

7. My Script Partner, Evi Febriani Lubis, yang telah bersama-sama berjuang dan

saling melengkapi satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. dr. Merry Indah Sari dan Ibu Soraya Rachmanisa, M.Sc, selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing memotivasi saya selama

(10)

9. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Unila yang telah memberikan wawasan

dan keilmuan kepada penulis selama di perkuliahan. Semoga ilmu yang

diberikan dapat menjadi landasan dalam menggapai cita-cita dan

mengamalkan ilmu yang saya dapatkan dengan baik dan bijak.

10.Segenap karyawan Fakultas Kedokteran Unila atas kebaikan yang diberikan

kepada saya selama masa perkuliahan.

11. Segenap pengurus dan penghuni Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’

Natar Lampung Selatan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

12.Igus Ulfa Yaze, terima kasih atas perhatian, dukungan, motivasi dan

kesabaran menemani langkah saya selama ini.

13.Sahabat-sahabat saya : Ryan falamy, Syahrul Hamidi, Arif Yudho, Galih

Wicaksono, Muslim Thaher, Ryan Wahyudo, Tri Agung Sanjaya, Iqbal Sidik

atas keceriaan dan kebersamaan yang kalian berikan. Jazakumullah khoiran

katsir.

14.Sahabat – sahabat serumah kontrakan : Nanang Hidayatullah, Sandi Falenra,

Chofi Qolbi NA dan Andre Prasetyo Mahesya yang telah hidup bersama

dalam suka dan duka dalam kehidupan sehari – hari dalam satu rumah.

15.Seluruh teman-teman mahasiswa FK Unila angkatan 2009 yang tidak bisa

disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan, kekeluargaan dan

(11)

16.Seluruh kakak-kakak angkatan 2002, 2003, 2004, 2005,2006,2007, 2008 serta

adik-adik tingkat angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

17.Keluarga besar FSI Ibnu Sina FK Unila periode 2010 – 2011, BEM-F FK

Unila Periode 2011 – 2012, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat

Unila Periode 2011-2012, UKM-U Koperasi Mahasiswa Unila Periode

2013-2014 yang turut memberikan motivasi dan mengajarkan pengalaman kepada

penulis. Semoga eksistensi UKM tetap semangat.

18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan

penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi

keilmuan, masyarakat maupun penulis.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Bandar Lampung, 29 April 2013

Penulis

(12)

ii

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori ... 8

(13)

iii III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu ... 40

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 43

1. Alat ... 43

2. Bahan ... 44

E. Prosedur Penelitian ... 44

F. Definisi Operasional ... 46

G. Pengumpulan Data ... 47

1. Data Primer ... 47

2. Data Sekunder ... 47

H. Analisis Data ... 47

1. Analisis Univariat ... 47

2. Analisis Bivariat ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 49

1. Umur ... 49

2. Jenis Kelamin ... 50

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52

1. Analisis Univariat ... 52

2. Analisis Bivariat ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kadar Gula Darah ... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 46

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum Senam ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sesudah Senam ... 53

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Teori ... 10

Gambar 1.2 Kerangka Konsep ... 11

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur ... 50

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Gambar 4.3 Grafik Histogram Kadar Glukosa Darah Sebelum Senam ... 52

(16)

1 I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya

usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

banyak penduduk lanjut usia (lansia). Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut

usia 11,3 juta jiwa atau 8,9 %. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia

menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 % dari seluruh penduduk.

Pada tahun 2020 jumlah lansia diproyeksikan mencapai sekitar 30 juta jiwa

atau 11,5% dari total populasi. Hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia

meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Suparto, 2003).

Menurut Titus, ketua umum Lembaga Lanjut Usia Indonesia, lansia adalah

warga yang berusia di atas 60 tahun. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 18

juta jiwa lansia. Jumlah ini merupakan 7,8% dari total populasi. Sebanyak 25%

lansia menderita penyakit degeneratif dan hidup tergantung pada orang lain.

Sekitar 99% diantaranya mengkonsumsi obat dan sebagian besar

menghabiskan hidupnya dengan beristirahat, tanpa berbuat apa-apa (Laksmi,

2008). Penyakit-penyakit degeneratif tersebut antara lain penyakit

(17)

2 melitus, stroke, penyakit ginjal dan kanker (Brunner, 2002). Berdasarkan hasil

riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007, penyakit degeneratif meningkat

dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Dari beberapa

penyakit degeneratif yang ada, penyakit diabetes melitus merupakan salah satu

penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi

(Depkes, 2008).

Diabetes melitus ialah suatu penyakit degeneratif (pemunduran) yang ditandai

oleh berbagai gejala sebagai akibat kadar gula darah yang tinggi (Soegondo et

al., 2009). Menurut data World Health Organitation (WHO) Indonesia

menempati urutan ke 7 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita

diabetes mellitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat, Uni Soviet,

Jepang dan Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita diabetes millitus

di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita,

Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita

diabetes mellitus di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada

tahun 2003 menjadi diabetes mellitus 5.210.000 penderita pada tahun 2025.

WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama tipe

II paling banyak dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Diabetes Mellitus tipe II tanpa tergantung insulin muncul pada usia diatas 45

tahun, karena pada usia 45 tahun ke atas tubuh sudah mengalami banyak

perubahan terutama pada organ pankreas yang memproduksi insulin dalam

darah (Suyono, 2007).

(18)

3 tahun 2008 menyatakan prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,7% pada tahun

2008 (Depkes, 2010). Lampung menjadi salah satu provinsi dari 13 provinsi

mempunyai prevalensi Diabetes Melitus di atas prevalensi nasional, yaitu

Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,

Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Hal ini juga terlihat dari angka

kejadian diabetes melitus di provinsi Lampung untuk rawat jalan pada tahun

2009 mencapai 365 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2010

sejumlah 1103 orang (Adha, 2012).

Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula

darah dalam rentang normal. Latihan jasmani, seperti senam jantung sehat yang

dilakukan secara terartur merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol

dan mengatasi diabetes. Senam jantung secara langsung dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih

banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin

dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap

penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Nabyl, 2009). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan Agus

Santoso dengan judul “Pengaruh Latihan Fisik :Senam Aerobik Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah

Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004, hasil penelitian menunjukan

bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar

gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja

(19)

4 pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa latihan

dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah bagi seseorang yang

menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II (Maya, 2011).

Berdasarkan data Laporan Bulanan Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna

Werdha’ bulan Agustus 2012 jumlah penghuni panti adalah 108 orang terdiri

dari 46 orang pria dan 62 wanita. Dari jumlah tersebut, didapatkan beberapa

penghuni yang mengalami gejala – gejala seperti penyakit diabetes mellitus.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh senam jantung sehat terhadap kadar glukosa

darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar

Lampung Selatan.”

B.Perumusan Masalah

Diabetes melitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis

adalah suatu kumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan

meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemi). Meningkatnya kadar

glukosa darah ini disebabkan karena gangguan sekresi, resistensi hormon

insulin atau keduanya yang berkaitan dengan faktor genetik, usia dan

(20)

5 Pengelolaan diabetes melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula

darah dalam rentang normal. Dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis

dan terapi farmakologis. Pengelolaan non farmakologis meliputi pengendalian

berat badan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapi farmakologisnya yaitu

pemberian insulin dengan obat hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika

terapi non farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan

dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang telah di

terapkan sebelumnya (Yunir, 2007).

Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit

Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda

santai, jogging, senam jantung sehat dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Widharto, 2007).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan

Agus Santoso dengan judul “Pengaruh Latihan Fisik :Senam Aerobik Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah

Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004. Hasil penelitian menunjukan

bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar

gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja

Purbalingga (p=0.0001) dengan penurunan rata – rata sebesar 30,14 mg%. Jadi

pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa latihan

(21)

6 menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II (Maya, 2011).

Senam jantung sehat merupakan salah latihan fisik aerobik dengan intensitas

sedang. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu di uji coba agar diperoleh fakta

yang jelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh senam jantung sehat terhadap

kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna

Werdha Natar Lampung Selatan?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan

secara teratur terhadap kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti

Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.

b) Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran profil kadar glukosa darah puasa pada

lansia di Panti Sosial dan Lansia Werdha Natar Lampung Selatan.

2. Mengetahui angka keteraturan dalam mengikuti aktifitas senam

jantung sehat.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan senam

jantung sehat dengan penurunan kadar glukosa darah puasa pada

(22)

7 D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah kepustakaan dalam mengembangkan ilmu fisiologi kedokteran

terapan mengenai pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap

penurunan kadar glukosa darah puasa sebagai aplikasi dan pembuktian

teori kedokteran yang telah dipelajari.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis

Sebagai pengalaman pertama penulis dalam pembuatan skripsi dan

hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan pengetahuan

bagi penulis mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap

penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia.

b. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat

mengenai pentingnya pengaruh senam jantung sehat terhadap

penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia sehingga dapat

diterapkan dalam masyarakat khususnya bagi lansia yang mengalami

diabetes mellitus.

c. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dan bahan untuk

penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian saat ini.

(23)

8 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi kepada pengelola

dan penghuni panti mengenai pentingnya pengaruh senam jantung sehat

terhadap penurunan kadar glukosa darah khususnya untuk lansia yang

mengalami gejala atau penyakit metabolik diabetes mellitus.

E.Kerangka Teori

Proses penuaan sel atau aging cell merupakan suatu proses yang secara

alamiah akan dialami oleh setiap makhluk hidup atau organisme. Proses ini

merupakan suatu keadaan yang secara normal terjadi dan tidak bisa dihindari

Gejala awal yang bisa dikenali adalah mulai munculnya kemunduran fungsi

organ dan metabolisme tubuh yang meningkatkan kerentanan terhadap

berbagai penyakit degeneratif, salah satunya penyakit diabetes mellitus (Nisa,

2007).

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua – duanya (ADA, 2011). Diabetes mellitus yang sering

terjadi pada lansia merupakan jenis diabetes mellitus tipe II yang disebabkan

karena penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin yang cenderung

meningkat pada usia di atas 65 tahun (Maya, 2011).

Penyakit ini salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya cukup tinggi dan

(24)

9 menyebabkan berbagai komplikasi, seperti hipertensi, penyakit jantung,

kerusakan ginjal, gangguan penglihatan, koma diabetikum dan kaki

diabetikum (Brunner et al., 2002).

Penderita diabetes mellitus harus penatalaksanaan sedini mungkin. Tujuan

umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler

serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai

kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan

gangguan serius pada pola aktivitas pasien (ADA, 2011).

Menurut Brunner dan Suddart (2002), ada empat komponen dalam pelaksanaan

diabetes, yaitu diet dan pengendalian berat badan, latihan fisik, edukasi dan

bila diperlukan terapi farmakologis. Salah satu cara preventif maupun untuk

menjaga agar sistem fisiologis tubuh tidak cepat menurun dilakukan latihan

fisik secara teratur contohnya senam jantung sehat. Senam jantung memiliki

efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi resiko

kardiovaskuler (Arianti, 2010). Senam jantung akan menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

(25)

10 Gambar 1.1 Kerangka Teori Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha’

Natar, Lampung Selatan (Maya, 2011)

Kejadian diabetes

7.Penyakit dan infeksi pankreas 8.Dislipidemia

Faktor yang tidak dapat diubah 1.Riwayat keluarga diabetes 2.Ras atau latar belakang etnis 3.Riwayat diabetes pada

kehamilan

(Ehsa, 2010)

Faktor resiko diabetes tipe II

Penatalaksanaan

1. Kontrol Diet dan IMT

2. Edukasi

3. Terapi Farmakologi

4. Latihan

(Brunner dan Suddart , 2002)

Kebutuhan energi meningkat

Otot menjadi aktif dan lebih peka

Reseptor insulin lebih aktif

Peningkatan pemakaian kadar glukosa otot

(26)

11 F. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka senam jantung sehat yang

dilakukan secara teratur akan menurukan kadar glukosa darah puasa pada

lansia.

G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat adanya pengaruh senam jantung jantung sehat terhadap

penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan

Lansia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.

Ho : Tidak terdapat adanya pengaruh senam jantung jantung sehat terhadap

penurunan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Panti Sosial dan

Lansia Tresna Werdha’ Natar Lampung Selatan.

Senam Jantung Sehat Profil Kadar Glukosa

(27)

12 II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Senam Jantung Sehat

Senam jantung sehat adalah olahraga yang disusun dengan selalu

mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi,

serta upaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin (SJS Seri III, 2001).

Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress,

keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C,

menurunnya kadar LDL-C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas,

berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen

miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia, 2005).

Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri, dimana setiap seri dibedakan dari

gerakan dan intensitas latihan. Senam jantung sehat seri I, berbeda dengan

senam jantung sehat seri II, III, IV, maupun seri V, dimana semakin besar seri,

beban latihan semakin tinggi. Seri II dapat dilakukan jika sudah mampu

(28)

13 Memberikan kelenturan otot dan sendi dapat menghilangkan kekakuan otot dan

sendi tersebut dapat dihilangkan dengan memberikan senam jantung sehat dan

senam-senam lainnya yang sesuai. Menambah kekuatan otot-otot pada tangan

dan kaki Dengan demikian maka senam jantung sehat adalah olahraga yang

berintikan aerobik ditambah dengan olahraga yang dapat memberikan

kelenturan, kekuatan dan peningkatan otot-otot secara mudah, murah, meriah,

massal dan manfaat serta aman (Ariyanti,2010).

Pengamanan berbentuk sederhana hanya menghitung denyut nadi tetapi

kegunaannya sangat bermanfaat. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan

umur. Rumus yang mudah yakni rumus 200 yaitu 200 dikurangi umur. Itulah

nadi maksimal yang boleh dilakukan sewaktu melaksanakan latihan. Dari

gambaran tersebut olahraga jantung sehat dapat dilakukan oleh siapa saja,

dimana saja dan kapan saja (Supriyadi, 2006).

1. Program Senam Jantung Sehat

Dalam buku Petunjuk Senam Jantung Sehat Seri III (2001) dinyatakan,

bahwa program olahraga jantung sehat dalam pelaksanaan latihannya

haruslah disusun berdasarkan beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:

a. Umur

Dalam pelaksanaan latihan senam jantung sehat harus dilakukan

pengelompokkan menurut umur. Hal ini dikarenakan kemampuan

(29)

14 b. Jenis Kelamin

Program latihan untuk pria dan wanita haruslah berbeda.

c. Kapasitas Aerobik

Program latihan disesuaikan dengan kemampuan aerobic perorangan.

Adalah wajib mengukur kemampuan aerobic sebelum melakukan

program latihan.

d. Dosis Latihan

Oleh karena kemampuan setiap orang tidak sama, maka dosis

perorangan harus sesuai dengan kemampuannya, serta diberikan pada

daerah AMAN, artinya tidak membahayakan, tetapi tetap memberi

manfaat.

e. Program Berencana

Oleh karena olahraga senam jantung sehat mempunyai target sasaran,

maka program latihan haruslah direncanakan bertahap, yang akhirnya

mencapai taraf pemeliharaan. Secara singkat program latihyan

mengikuti pola:

1) program awal,

2) program kondisi, dan

(30)

15 Di dalam upaya mencapai sasaran tersebut, untuk tahap pertama, semua

anggota diarahkan mampu menyelesaikan program dasar, atau program

aerobic sederhana sebagai inti, yaitu:

1) Jalan kaki 6,4 km dalam waktu 1 jam,

2) Jogging atau jalan diselingi lari 4,8 km dalam waktu 30 menit,

3) Lari 3,2 km dalam waktu 20 menit.

Para anggota yang telah mampu melaksanakan program butir (1) serta

usianya 40 tahun sampai 49 tahun, dapat mencoba program butir (2)

yaitu jogging (andaikata syarat-syarat untuk itu dipenuhi). Untuk yang

berusia di bawah 40 tahun, jelas program butir (2) harus pula dikuasai

atau ditargetkan. Para anggota yang telah menyelesaikan program butir

(2) serta usianya di bawah 30 tahun, dapat meningkatkan program

latihan butir (3) yaitu lari 3,2 km dalam waktu 16 – 20 menit.

Dengan demikian, setiap orang yang ingin berolahraga senam jantung

sehat dapat melakukan programnya sesuai dengan umur dan

kemampuannya. Di samping itu harus menguasai teknik-teknik dasar

senam jantung sehat, seperti:

a. Menghitung denyut nadi secara tepat dan terampil

b. Mengusai teknik peregangan/pemanasan/pendinginan

c. Menguasai senam kelentukan yang benar

d. Menguasai teknik jalan, jogging atau lari dengan benar sesuai

program latihan yang dipilih atau peruntukkannya

(31)

16 f. Mengetahui kapan olahraga harus dihentikan

g. Mampu mengenali dan mengatasi bahaya/kegawatan (SJS seri III,

2001).

Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat

mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran. Misalnya, kebugaran

jantung-paru dapat dicapai dengan senam jantung sehat; suatu latihan

yang melibatkan otot-otot besar (utamanya lengan dan tungkai)

melakukan gerakan ritmis secara terus menerus. Selengkapnya regimen

yang dianjurkan khususnya untuk usia lanjut adalah :

a. F – 2 – 3 kali per minggu,

b. I - memacu jantung hingga target heart rate/denyut jantung latihan,

c. T - berjalan, jogging, berlari, senam jantung, bersepeda, lompat tali,

aerobic, dsb,

d. T - 20 – 40 menit (Santoso, 2008).

Senam jantung sehat yang telah dilakukan diharapkan akan mempunyai

nilai tambah dalam bentuk pengetahuan sehingga menghasilkan sikap

yang baik, seperti:

a. Tidak merokok

b. Menjaga keseimbangan tinggi dan berat badan

c. Menjaga dan mengatasi faktor resiko lainnya yang ada, seperti kadar

lemak dalam darah/kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes militus

(32)

17 e. Selalu taat menjalakan agamanya, sehingga mencapai ketentraman

lahir dan batin.

Untuk mengetahui apakah seseorang dapat dikatakan telah berhasil

mencapai program latihan, dapat dipakai bebrapa tolok ukur/parameter,

antara lain sebagai berikut:

a. Program latihan tercapai

b. Berat dan tinggi badan seimbang

c. Tekanan darah normal atau terkendali

d. Denyut nadi istirahat semakin bertambah lambat (relatif bradikardi)

e. Keluhan semakin hilang

f. Jumlah hari sakit berkurang

g. Faktor resiko hilang atau terkendali

h. Tingkat kesegaran jasmani baik (Supriyadi, 2006).

2. Rangkaian Gerak Senam Jantung Sehat

Rangkaian gerak senam jantung sehat sebagai bagian dari olahraga jantung

sehat, disusun dengan selalu mengutamakan klemampuan jantung, gerakan

otot besar dan kelentukan sendi, serta upaya memasukkan oksigen sebanyak

mungkin (SJS seri III, 2001).

Bagi anggota yang lebih muda, gerakan jalan di tempat dapat ditingkatkan

menjadi lari di tempat atau mengangkat kaki lebih tinggi, misalnya untuk

(33)

18 lebih tua, usia 50 tahun ke atas, gerakan jalan di tempat cukup memacu

jantung agar mencapai sasaran. Tinggi kaki disesuaikan dengan hasil

latihan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi.

Dalam menyusun senam jantung sehat telah dimasukkan prinsip latihan,

yaitu:

a. Latihan peregangan / pemanasan

- Ketukan musik 130 ketukan / menit selama 6 menit.

b. Latihan Inti

- Ketukan musik 145 ketukan / menit selama 12 menit.

c. Latihan pendinginan / penenangan.

- Ketukan musik 120 ketukan / menit selama 4 menit 30 detik (Wisit,

2012).

Gerakan senam jantung sehat Seri I:

1. Gerakan Pemanasan :

a. Gerakan I :

- Menundukkan kepala

- Memiringkan kepala ke kanan

- Memiringkan kepala ke kiri

b. Gerakan II :

- Mengangkat bahu kanan

- Mengangkat bahu kiri

- Mengangkat kedua bahu

(34)

19 - Saling menekan kedua telapak tangan

- Menarik jari-jari kedua tangan

d. Gerakan IV

- Memutar badan ke kanan

- Memutar badan ke kiri

e. Gerakan V

- Menarik kedua bahu

- Merentangkan kedua lengan kesamping

f. Gerakan VI

- Memiringkan sisi tubuh ke kanan

- Memiringkan sisi tubuh ke kanan

g. Gerakan VII

- Memutar badan dan kaki ke kanan

- Memutar badan dan kaki ke kiri

h. Gerakan VIII

- Membungkukkan badan

i. Gerakan IX

- Melangkahkan kaki serong kanan

- Melangkahkan kaki serong kiri

j. Gerakan X

- Mengangkat kaki kanan

- Mengangkat kaki kiri

(35)

20 - Menekuk kaki kanan ke belakang

- Menekuk kaki kiri ke belakang

2. Gerakan Inti

a. Gerakan I

- Jalan di tempat

b. Gerakan II

- Menundukkan dan menegakkan kepala

- Memiringkan kepala kesamping kanan dan kiri

c. Gerakan III

- Memutar bahu ke depan

- Memutar bahu ke belakang

d. Gerakan IV

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu

rentangkan

e. Gerakan V

- Mendorong lengan ke depan

- Mendorong lengan ke samping

f. Gerakan VI

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu

rentangkan

g. Gerakan VII

- Merenggutkan dan merentangkan tangan

(36)

21 belakang

h. Gerakan VIII

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu

rentangkan

i. Gerakan IX

- Memutar badan ke samping kanan dan kiri

- Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri

j. Gerakan X

- Jalan di depan dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu

rentangkan

k. Gerakan XI

- Mengangkat lutut kanan dan kiri

- Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri

l. Gerakan XII

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu

rentangkan

m.Gerakan XIII

- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri

- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan kiri belakang

n. Gerakan XIV

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu

rentangkan

o. Gerakan XV

(37)

22 p. Gerakan XVI

- Lari di tempat sambil mengayunkan kaki kanan dan kiri ke

depan bergantian

q. Gerakan XVII

- Lari di tempat sambil menekuk kaki kanan dan kiri ke belakang

bergantian

r. Gerakan XVIII

- Lari di tempat mengangkat lutut ke depan, sambil mengangkat

kedua lengan lurus sejajar ke depan dan ke atas

s. Gerakan XIX

- Lari di tempat dan menepuk tangan di atas kepala

t. Gerakan XX

- Lari ditempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu

rentangkan, menarik nafas

3. Gerakan pendinginan

a. Gerakan I

- Membuka kaki kanan selebar bahu dan membungkuk

b. Gerakan II

- Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan kiri

c. Gerakan III

- Memutar badan ke kanan dan ke kiri

d. Gerakan IV

(38)

23 Sebelum senam, melakukan pemanasan – pemanasan kecil, seperti jogging,

jalan di tempat agar suhu tubuh naik. Selain itu, agar tubuh tidak kaku

sehingga kemungkinan cedera diperkecil. Berdoa dulu sebelum melakukan

senam. Dilakukan di luar ruangan agar ada udara segar. Sebaiknya

dilakukan beramai – ramai agar lebih semangat (Santoso, 2008).

3. Petunjuk pelaksanaan Senam Jantung Sehat

Penyusunan gerakan senam jantung sehat didasarkan pada prinsip dasar

olahraga yang berguna untuk pembinaan kesehatan jantung dan kesegaran

jasmani yang mencakup beberapa komponen, yaitu sebagai beriakut :

a. Peningkatan ketahanan jantung dan alat peredaran darah serta

pernafasan/paru (cardiorespiratory endurance)

b. Kekuatan otot (strength)

c. Ketahanan otot (muscle endurance)

d. Kelenturan (flexibility)

e. Koordinasi gerak (coordination)

f. Kelincahan (agility)

g. Keseimbangan (balance)

Sedangkan prinsip dasar pelaksanaan gerak dari senam jantung sehat baik

itu seri I. II, III IV maupun V adalah melalui tahapan latihan sebagai

(39)

24 a. Sikap Sempurna

Sikap sempurna adalah berdiri tegak, kedua tumit rapat, ujung jari

terbuka selebar kepalan tangan 5 (lima) titik, mulai dari telinga, bahu,

pinggul, lutut dan mata kaki merupakan satu garis lurus, tegak lurus

dengan lantai. Pandangan lurus ke depan dan kedua lengan lurus di

samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam, jari-jari tangan

rapat di samping badan serta tangan tidak dikepal. Siap untuk olahraga.

b. Berdoa

Berdoa dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing,

semoga olahraga yang segera dilakukan memberi manfaat kekuatan dan

kesehatan lahir dan batin. Pusatkan pikiran dan perasaan dalam suasana

gembira. Setelah aba –aba “berdoa mulai”, tundukkan kepala dan setelah

aba-aba ”berdoa selesai”, kepala kembali tegak.

c. Menghitung Denyut Nadi

Menghitung denyut nadi dilakukan dengan cara jari telunjuk dan jari

tangan kanan meraba nadi radialis lengan kiri (pergelangan tangan kiri)

selama 10 (sepuluh) detik dan jumlahnya dikalikan 6, berarti nadi satu

menit, dengan sikap dua pergelangan tangan satu jengkal di depan dada

menghadap ke dalam.

Ada beberapa macam cara penghitungan denyut nadi, yaitu:

1. Denyut nadi istirahat, biasanya tidak melebihi 100 kali per menit

(40)

25 3. Denyut nadi latihan:

a. Minimal = (3/4 x nadi maksimal) per menit

b. Optimal = (nadi maksimal - 10) per menit

c. Maksimal = (200 – umur) per menit (Supriyadi, 2006).

B.Gula Darah

Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa dalam darah.

Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur ketat dalam tubuh.

Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel

tubuh. Umumnya tingkat gula dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8

mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya

berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi

makanan (Murray, 2003).

1. Pengaturan Kadar Gula Darah Tubuh

Yang berperan penting dalam fisiologi pengaturan kadar glukosa darah

adalah hepar, pancreas, adenohipofise dan kelenjar adrenal. Pengaruh lain

berasal dari : kelenjar tiroid, kerja fisik, serta faktor imunologi dan

herediter.

a. Hepar

(41)

26 vena porta. Sebagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen.

Pada saat itu kadar glukosa dalam vena porta lebih tinggi daripada vena

hepatik. Setelah absorbsi selesai, glikogen dalam hepar dipecah lagi

menjadi glukosa. Pada saat ini kadar glukosa dalam vena hepatik lebih

tinggi daripada dalam vena porta. Jadi jelaslah bahwa hepar dalam hal ini

berperan sebagai glukostat.

Dalam keadaan biasa, persediaan glikogen dalam hepar cukup untuk

mempertahankan kadar glukosa darah selama beberapa jam (Aulia,

2005).

b. Pankreas

Sekresi insulin kedalam darah diatur oleh berbagai faktor yaitu :

a) Jumlah makanan yang masuk

b) Hormon saluran cerna

c) Hormon susunan saraf (baik susunan saraf otonom maupun susunan saraf pusat)

Berbagai zat dalam makanan dapat merangsang sekresi insulin. Pada

manusia glukosa merupakan stimulus terkuat, dimana pemberian oral

lebih kuat merangsang sekresi insulin daripada pemberian intra vena.

Perangsangan sekresi insulin ini dengan perantaraan hormon intestinal.

Yang dimaksud hormon intestinal adalah sekretin, gastrin, pankreozimin,

(42)

27 Selain insulin, hormon pankreas yang juga penting ikut mengatur

metabolisme karbohidrat adalah glukagon. Glukagon menyebabkan

glikogenolisis dengan jalan merangsang adenilsiklase, suatu enzim yang

penting untuk mengaktifkan enzim fosforilase. Penurunan cadangan

glikogen dalam hepar menyebabkan bertambahnya deaminasi dan

transaminasi asam amino, sehingga glukoneogenesis menjadi lebih aktif

(Tara, 2009).

c. Sistem adrenergik (Kelenjar adenohipofise dan kelenjar adrenal)

Kerja zat adrenergik terhadap metabolisme adalah :

1. Meningkatkan glikogenolisis dihepar dan otot rangka.

2. Meningkatkan lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan

lemak.

Glikogen  Glukosa 1 P  Glukosa 6 P

Hepar mempunyai Glukosa 6 Phosfatase, tetapi otot rangka tidak

mempunyai, sehingga hepar melepas glukosa sedangkan otot rangka

melepas asam laktat.

Zat adrenergik juga menyebabkan penghambatan sekresi insulin . Diketahui

bahwa sekresi insulin distimulasi oleh aktifitas reseptor (beta)

adrenergik. Tetapi dalam pengaruhnya, reseptor (alpha) adrenergik

(43)

28 insulin dihambat. Oleh Metz dikatakan bahwa epinefrin mengganggu insulin

release dengan mekanisme mobilisasi ion Ca.

Epinefrin juga menyebabkan berkurangnya ambilan (uptake) glukosa oleh

jaringan perifer, akibatnya peningkatan kadar glukosa darah dan laktat

darah, serta penurunan glikogen dalam hepar dan otot rangka. Epinefrin

meningkatkan aktifitas enzim lipase trigliserida dalam jaringan lemak

sehingga mempercepat pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas (

free fatty acid =F.F.A. ) dan gliserol. Akibatnya kadar asam lemak bebas

dalam darah menintgkat. Aktifitas enzim lipase trigliserida tersebut terjadi

karena aktifitas reseptor yang berakibat terbentuknya siklik AMP (Fara,

2008).

Dari uraian pengaturan kadar glukosa darah tersebut diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa hiperglikemi dapat disebabkan oleh berbagai keadaan,

demikian pula halnya pada sindrom diabetes mellitus. Secara singkat dapat

disebutkan bahwa :

1. Semua keadaan yang menghambat produksi dan sekresi insulin.

2. Adanya zat-zat yang bersifat anti insulin dalam darah.

3. Keadaan yang menghambat efek insulin pada reseptornya (Shamoon H.,

2003).

2. Kadar Gula Darah

(44)

29 makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang

normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110

mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2

jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun

karbohidrat lainnya (Jayanti, 2010).

Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi

bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif

bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum

merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah

kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula

darah menurun secara perlahan (Reinauer, 2002).

Patokan – patokan yang dipakai di Indonesia adalah :

1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah.

Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO dalam petemuan

tahun 2005 disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan

sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah (Depkes, 2009)

Metode Kadar Gula Darah

(45)

30

(2-hglucose) (<140 mg/dL) (≥200mg/dL) (≤200mg/dL) (<140 mg/dL)

Dalam tabulasi diatas WHO mengeluarkan standard dalam 2 satuan yang

sering digunakan yaitu mmol/L dan mg/dL.

2. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia)

Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada

mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau

menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah.

3. IGT (Impairing Glucose Tolerance)

IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang

mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus

yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke keadaan normal.

Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga

mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang

sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli

terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin dan

terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.

4. IFG (Impairing Fasting Glucose)

Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah

puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai

kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi

(46)

31 optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran

gula dari hati ke dalam darah.

C.Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut usia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan

dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan

dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu

ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan Kesehatan

Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sebagai usia yang menunjukan proses

menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut

usia (Pratiwi, 2010).

1. Batasan – Batasan Lanjut Usia

Batasan umur pada lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45 tahun sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) = usia 60 tahun sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) = 75 tahun sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 1999).

Pengelompokan lanjut usia menurut Departemen Kesehatan RI dibagi

(47)

32 a. Pertama = umur pertengahan dalam masa virilitas, antara 45 – 54 tahun

b. Kedua = lansia dini dalam masa prasenium, usia 55 – 64 tahun

c. Ketiga = lanjut usia dalam masa senium, usia 65 tahun ke atas

d. Keempat = lanjut usia dengan resiko tinggi, usia lebih dari 70 tahun

(Depkes RI, 2007).

Menurut Undang – Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia, pada Bab I pasal 1 ayat 2 berbunyi “lansia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun (Arianti, 2010).

2. Teori mengenai Proses Penuaan

Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, gaya hidup

dan penyakit-penyakit yang diderita. Beberapa pakar mencoba

merumuskan apa yang dimaksud dengan proses menua. Di antaranya:

1. Teori pakai dan rusak (wear and tear theory)

2. Teori Neuro Endokrin

3. Teori Kontrol Genetik

4. Teori Telomerase

5. Teori Radikal Bebas

6. Teori cross-linking

(48)

33 3. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya

perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular,

respirasi, dan kognisi. Distribusi lemak berubah dengan bertambahnya

usia. Laki-laki dengan bertambahnya usia akan mengakumulasi lemak

terutama di sekitar batang tubuh (truncus) dan di sekitar organ-organ

dalam, sedangkan wanita terutama di sekitar organ-organ dalam. Penelitian

pada atlet senior menunjukkan bahwa mereka mempunyai kadar lemak

lebih rendah dibandingkan dengan non-atlet, namun apabila dibandingkan

dengan atlet muda mempunyai kadar lemak 5-10% lebih tinggi (Stanley et

al, 2009).

Pada Lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot,

penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada penurunan

kekuatan otot. Pada usia 90-an, 32% wanita dan 17% laki-laki mengalami

patah tulang panggul dan 12-20% meninggal karena komplikasi. Massa

tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan

20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang lebih

tinggi, kira-kira 15-20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80 tahun.

Laki – laki kehilangan massa tulang sekitar 1% per tahun sesudah usia 50

tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia 30-an,

dengan laju penurunan 2-3% per tahun sesudah menopause (Laksmi,

(49)

34 Perubahan pada sistem kardiovaskular ditandai dengan adanya perubahan

anatomi di jantung dan pembuluh darah, menurunnya denyut nadi

maksimal, meningkatnya tekanan darah, hipotensi postural, perubahan

dalam pemulihan denyut nadi sesudah aktivitas fisik, menurunnya jumlah

darah yang dipompa dalam tiap denyutan, dan perubahan dalam darah (sel

darah merah, hemoglobin). Olahraga disebutkan dapat menurunkan

tekanan darah pada hipertensi, meningkatkan stroke volume (jumlah darah

yang dikeluarkan jantung dalam satu kali denyutan), meningkatkan

produksi sel darah merah, menurunkan LDL dan menaikkan HDL, dan

mempercepat pemulihan setelah aktivitas fisik.

Beberapa kondisi Lansia yang terkait dengan fungsi paru diantaranya

meningkatnya infeksi saluran nafas atas, berkurangnya luas permukaan

paru (75m2 pada usia 20 tahun menjadi 50-60 m2 pada usia 80 tahun,

berkurangnya elastisitas paru, perubahan volume paru, dan kemungkinan

terjadi penyakit paru obstruktif menahun yang dapat memperpendek nafas,

batuk, lendir yang berlebihan, dan rendahnya toleransi terhadap latihan

fisik.

Lansia berisiko untuk mengalami depresi dan menurunnya kemampuan

dalam menghadapi stress. Depresi dapat timbul karena menurunnya status

kesehatan, kehilangan kemampuan fisik, kehilangan pasangan hidup, tidak

mempunya pekerjaan, uang, ketakutan hidup sendiri, dan lain sebagainya

(50)

35 Perubahan fungsi metabolik yang terjadi pada lansia terlihat jelas.

Penurunan hormon – hormon metabolik mengakibatkan gangguan dalam

proses regulasi nutrisi. Deposit protein dalam otot menjadi berkurang

akibat berkurangnya testosteron. Kadar lemak di darah semakin meningkat

mengakibatkan resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Produksi

insulin yang dihasilkan pankreas menurun serta resistensi insulin yang

cenderung meningkat di usia di atas 65 tahun (Guyton, 2002).

Lansia juga mengalami kendala pengaturan keseimbangan karena

menurunnya persepsi terhadap kedalaman, menurunnya penglihatan

perifer, menurunnya kemampuan untuk mendeteksi informasi spatial.

Kondisi ini berakibat meningkatnya risiko jatuh pada Lansia. Olahraga

yang ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan sangat bermanfaat,

misalnya Tai Chi, dansa (Laksmi,2008).

D. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Gula Darah

Secara umum, latihan senam jantung sehat yang benar, teratur, maju dan

berkelanjutan akan memberi manfaat pada kesehatan dan kebugaran tubuh.

Secara khusus, latihan senam jantung sehat dapat memberi manfaat untuk

bekerjanya organ tertentu, seperti misalnya untuk menguatkan jantung, untuk

mengelola kadar gula darah, untuk menjarangkan serangan asma, dan untuk

(51)

36 Senam jantung sehat pada penderita diabetes direkomendasikan karena terjadi

peningkatan resiko penyakit kardiovaskular pada diabetes. Intensitas latihan

fisik dalam senam jantung sehat harus dimulai pada tingkat yang rendah.

Ergometer lengan dapat dipergunakan untuk menilai adanya neuropati atau

microangiopati perifer (Albright et al. 2000: 1345). Hal yang perlu

diperhatikan adalah kemungkinan adanya komplikasi neurapati otonom yang

menurukan kemampuan penderita diabetes mencapai denyut nadi maksimal

sehingga menurunkan sensitivitas program latihan yang didasarkan denyut

nadi (Sigal et al. 2004: 2518).

Senam jantung sehat dapat menurunkan kadar glukosa darah karena latihan

jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif.

Penelitian terbaru memperlihatkan manfaat dari latihan jasmani yang teratur

terhadap metabolisme karbohidrat dan sensitivitas insulin (Yunir, 2006).

Latihan senam jantung sehat yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang

lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama

pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali

lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan

orang yang berolah raga. Manfaat latihan senam jantung sehat yang teratur

pada penderita DM antara lain :

1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan

lipid darah.

2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut

(52)

37 3. Membantu menurunkan berat badan.

4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.

5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. (Siregar, 2006).

Pada saat memulai program latihan senam jantung, sangat diperlukan untuk

mengukur kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan sehingga respon

kadar gula darah terhadap olahraga pada penderita diabetes dapat diketahui.

Penyesuaian asupan karbohidrat atau dosis insulin harus dilakukan pada saat

melakukan aktivitas fisik. Pada diabetes tipe I, resiko hipoglikemia selama

atau sesudah latihan fisik lebih tinggi dibandingkan dengan penderita diabetes

tipe II. Beckman et al. 2002: 2570).

Hipoglikemia merupakan efek senam jantung sehat yang harus diperhatikan,

mengingat olahraga memiliki efek meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh

terhadap insulin. Hipoglikemia juga terjadi karena pada saat latihan senam

jantung sehat juga terjadi peningkatan absorbsi insulin. Peningkatan absorbsi

insulin ini biasanya terjadi pada insulin kerja cepat (short-acting) dan bila

injeksi insulin dilakukan pada otot yang aktif melakukan gerakan.

Hipoglikemia dapat terjadi pada saat latihan sampai dengan 4 sampai 6 jam

setelah latihan senam jantung sehat. Agar hal ini dapat dicegah, dosis insulin

sebelum latihan harus dikurangi serta asupan karbohidrat sebelum latihan

harus ditingkatkan.

Hipoglikemia merupakan efek samping olahraga yang dapat bersifat fatal

(53)

38 penjelasan mengenai kemungkinan hipoglikemia, gejala-gejalanya dan cara

pengatasannya. Menurut Sigal et al. (2004: 2518) resiko hipoglikemia dapat

diminimalkan dengan :

1. Memonitor kadar gula darah secara rutin pada saat menjalankan program

latihan fisik.

2. Mengurangi dosis insulin (satu sampai dua unit tergantung petunjuk

dokter) serta meningkatkan asupan karbohidrat (10-15 gram pada latihan

30 menit) sebelum latihan dimulai.

3. Injeksi insulin dilakukan pada area yang pada saat latihan kurang aktif (

misalkan daerah perut).

4. Hindari latihan fisik pada saat puncak kerja insulin.

5. Pada latihan fisik dalam durasi waktu yang lama, asupan karbohidrat

dilakukan sebelum dan selama latihan.

6. Penderita diabetes tidak diperkenankan melakukan latihan fisik tanpa

pengawasan.

Respons penderita diabetes terhadap latihan pada diabetes tipe I tergantung

beberapa faktor termasuk adanya tambahan insulin eksogen. Jika diabetes

terkontrol tanpa komplikasi ketosis, latihan akan menurunkan kadar gula

darah sehingga kebutuhan terhadap insulin eksogen menurun. Sebaliknya

apabila kadar gula darah tidak terkontrol atau insulin tidak cukup tersedia

sebelum latihan fisik dilakukan, transport glukosa ke sel otot akan terhambat

sehingga glukosa tidak tersedia sebagai sumber energi (Gardner et al. 2001:

755). Pada keadaan ini, asam lemak bebas akan dipergunakan oleh tubuh dan

(54)

39 mengakibatkan kenaikan keasaman tubuh. Pada keadaan lanjut, tubuh akan

bereaksi dengan memproduksi lebih banyak gula yang dimaksudkan untuk

mencukupi kebutuhan sel otot terhadap glukosa sehingga semakin

memperburuk keadaan hiperglikemi. Oleh karena hal-hal tersebut, latihan

fisik pada penderita diabetes tipe I hanya boleh dilakukan apabila kadar gula

(55)

40 III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik komparatif numerik

berpasangan dengan desain penelitian quasi eksperimental dan metode

pengambilan data dengan pengukuran berulang (pre test – post test field trial)

tanpa kelompok kontrol (Dahlan, 2010).

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Panti Sosial dan Lanjut Usia

Tresna Werdha’ Kecamatan Natar Lampung Selatan.

.

2. Waktu

(56)

41 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah generalisasi dari gambaran

seluruh lansia yang tinggal di Provinsi Lampung.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh lansia

yang tinggal di Panti Sosial dan Lansia tresna Werdha, Natar,

Lampung Selatan per bulan September 2012 yang berjumlah 108

orang.

2. Sampel

Jenis cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah nonprobability sampling secara purposive sampling. Pada

penelitian analitik komparatif, variabel yang di uji adalah numerik

berpasangan dengan pengukuran berulang sehingga perhitungan sampel

dihitung dengan rumus (Dahlan, 2010):

[ ]

Keterangan:

n1 = n2 = besar sampel minimal

(57)

42

= deviat baku beta

S = simpang baku dari selisih nilai antarkelompok

= selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Peneliti menetapkan nilai α = 5 % ( α = 1,960), β = 10 % ( β = 1,282).

Perkiraan peneliti, sampel data dari penelitian ini bersifat heterogen jadi

nilai simpang bakunya (S) dua kali nilai . Nilai S pada penelitian

kadar glukosa darah puasa oleh Bina (2003) adalah sebesar 20 mg/dl.

Dengan memasukkan data masing-masing peningkatan pada indikator

tersebut kedalam rumus maka akan diperoleh jumlah sampel yang

digunakan sebagai berikut.

S = 20

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

dibulatkan 20 orang

Maka jumlah minimal sampel adalah 19 orang, tetapi disini kami

menggunakan 20 orang. Jadi sampel yang akan digunakan adalah

(58)

43 dengan asumsi jumlah tersebut minimal setelah pengurangan kriteria

inklusi dan eksklusi.

Kriteria – kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Kriteria inklusi

1) Responden berusia 55 tahun ke atas.

2) Lansia masih dapat melakukan senam jantung sehat sesuai

prosedur penelitian.

3) Lansia yang bersedia mengisi lembar informed consent dan

kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

b. Kriteria eksklusi

1) Mengkonsumsi obat – obatan antihiperglikemia.

2) Lansia mengikuti senam kurang dari 12 kali.

3) Adanya komplikasi kardiovaskuler dan komplikasi ekstremitas

yang mengganggu proses kegiatan senam.

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Televisi

b. Soundsystem

c. DVD Player

(59)

44 e. Glukometer dan pena lancet Easy Touch ® GCU

f. Kuesioner

2. Bahan

a. Kapas alkohol

b. Blood lancet GEA Medical 28 G

c. Easy Touch Glucose Strips

d. Darah kapiler

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Persetujuan (informed consent) dan kuesioner :

a. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang

penelitiannya dan gambaran kuesioner.

b. Bila responden bersedia, maka responden diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan (infomerd consent).

c. Responden yang bersedia berpartisipasi, ditanyakan berdasarkan

pertanyaan yang ada di kuesioner yang nantinya akan ditulis oleh

peneliti.

d. Mengoreksi hasil kuesioner yang sekiranya sesuai dengan kriteria

inklusi.

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dilakukan sebanyak dua kali,

(60)

45 sebelum senam dilakukan. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas

yang ditunjuk yaitu 2 orang enumerator yang telah diberi

pelatihan/training sehingga hasil atau data yang diperoleh tidak bias.

Prosedur melakukan pemeriksaan yaitu :

a. Siapkan Easy Touch® GCU, lancet, strip, kapas alkohol dan torniquet.

b. Masukan baterai dan nyalakan mesin.

c. Atur jam, tanggal dan tahun pada mesin.

d. Ambil chip warna hijau yang sesuai dengan cek glukosa, masukkan ke

dalam mesin untuk cek mesin.

e. Jika layar muncul “eror” berarti mesin rusak.

f. Jika layar muncul “OK” berarti mesin siap digunakan.

g. Masukan strip test glukosa darah, pada layar akan muncul

angka/kodesesuai dengan botol strip.

h. Setelah itu akan muncul tetes – tetes darah yang berkedip – kedip.

i. Membersihkan ujung jari yang akan diambil darah kapilernya dengan

kapas alkohol 70 % dan ditunggu sampai kering.

j. Tusuk bagian dengan pena lancet yang sebelumnya sudah terpasang

blood lancet baru.

k. Bersihkan tetesan darah pertama dengan kapas, kemudian teteskan

pada strip darah yang selanjutnya. Ingat, jangan menekan ujung jari

untuk mengeluarkan darah.

l. Beri kapas alkohol pada bekas tusukan.

(61)

46 n. Tunggu beberapa detik, kemudian hasil akan keluar pada layar (User’s

Manual Easy® GCU, 2006).

3. Mengamati responden melakukan senam jantung sehat, ini dilakukan

seminggu 2 kali setiap hari selasa dan jum’at selama 2 bulan yang

dipandu oleh instruktur senam. Dalam satu kali senam dilakukan selama

(62)

47 n minimal

8 jam

G. Pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil obeservasi atau

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh olahraga

senam jantung sehat terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa dan

dari pengisian lembar kuesioner, serta pengukuran kadar glukosa darah

puasa responden secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari data laporan Panti atau lembaga terkait

yang berhubungan dengan penelitian.

H. Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis data, yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat karakteristik variabel kadar

(63)

48 Sebaran frekuensi statistik yang disajikan berupa parameter ukuran

pemusatan, ukuran penyebaran dan grafik histogram untuk mengetahui

data dengan kurva normalnya.

2. Analisis Bivariat

Menurut Dahlan (2010), analisa bivariat digunakan untuk melihat

hubungan antara dua variabel, yaitu antara variabel independen dan

variabel dependen. Nantinya pada penelitian ini akan dilakukan uji

normalitas dari data yang didapatkan. Kemudian diuji secara statistik

dengan uji t berpasangan jika didapatkan data numerik berdistribusi

normal. Jika ternyata didapatkan data numerik dengan distribusi tidak

normal, maka uji statistik menggunakan uji wilcoxon. Seluruh perhitungan

ini diolah menggunakan software computer dengan program IBM SPSS

Statistic 19. Sedangkan Confidental Interval (CI) yang digunakan adalah

95 %. Apabila p value < 0,05 berarti ada pengaruh signifikan antara kedua

variabel yang diteliti, Ha diterima. Apabila nilai p value > 0,05 berarti

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah (Depkes, 2009)
Tabel 3.1Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian mengetahui pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi.. Jenis penelitian

Hasil penelitian menunjukan, (1) gambaran tingkat daya tahan jantung-paru lansia peserta senam jantung sehat yang berkatagori sedang, (2) gambaran tingkat daya tahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah puasa pada laki-laki dewasa muda obesitas lebih tinggi daripada kadar glukosa darah puasa

Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh antara senam jantung sehat dengan tekanan darah pada kelompok intervensi pada sebelum dan sesudah senam jantung sehat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap kebugaran jantung paru di Panti Werdha Bethania Lembean dengan tolak ukur VO 2 max..

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam aerobik terhadap kadar glukosa darah pada kelompok sanggar senam erni tonji Kabupaten

Hasil penelitian menggunakan uji Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa nilai p = 0,247 (&gt;a=0,05) artinya tidak ada perbedaan efektivitas senam lansia dan senam jantung sehat

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 sebelum diberikan senam lansia pada kelompok intervensi di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran