STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK
Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor
Oleh
RISKA PRATIWI
H24104131
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
Riska Pratiwi. H24104131.
Strategi Harga pada UKM Kerajinan Keramik. Studi
Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor
.
Di bawah bimbingan
Budi Purwanto.
Kenaikan harga secara global akibat terjadinya inflasi akan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan
kecil-menengah. Salah satu UKM yang mengalami permasalahan akibat kenaikan harga
khususnya kenaikan harga pada bahan baku adalah Munti Bali (MB) Bogor.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh perubahan
harga bahan baku terhadap volume penjualan UKM MB (2) mengetahui strategi
perusahaan MB dalam menghadapi kenaikan harga bahan baku yang fluktuatif,
dan (3) mengetahui peranan pemerintah dalam upaya pemberdayaan UKM
khususnya pada UKM MB.
Penelitian dilakukan pada bulan April 2008 – Mei 2008. Data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis
yang digunakan untuk pengolahan data adalah (1) analisis harga pokok untuk
mengetahui struktur biaya (2) analisis deskriptif, untuk mengetahui strategi harga
yang dilakukan oleh MB, (3) Analisis kuantitatif berupa regresi linier berganda,
untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga bahan baku terhadap penerimaan MB
(4) analisis deskriptif untuk mengetahui efektivitas kebijakan pemerintah melalui
wawancara menggunakan schedule dengan pimpinan MB.
Hasil analisis harga pokok produksi menunjukkan bahwa biaya bahan
baku terbesar, yakni sebesar sekitar 36% adalah biaya tanah liat putih dan biaya
gas elpiji. Kenaikan harga pada kedua komoditi ini berpengaruh negatif terhadap
volume penjualan MB. Dari analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
kenaikan yang terjadi pada harga gas menyebabkan penurunan volume penjualan
sebesar Rp 23.311. Sedangkan untuk kenaikan harga tanah liat, menyebabkan
penurunan volume penjualan sebesar Rp 6.993.
Untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku, khususnya kenaikan pada
tanah liat dan gas elpiji, MB melakukan strategi menaikkan harga jual produk
keramik dan meningkatkan omzet penjualan. Meningkatkan omzet penjualan
dilakukan dengan meningkatkan kinerja bagian pemasaran dengan melakukan
promosi secara intensif. Meningkatkan harga jual produk keramik tidak dikenakan
pada semua produk, melainkan tergantung pada tingkat penjualan produk tersebut.
Selain itu, MB juga mempertimbangkan harga jual yang ditetapkan pesaing dan
besarnya kenaikan biaya produksi keramik sebelum melakukan kenaikan harga
jual pada produk keramiknya.
STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK
Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RISKA PRATIWI
H24104131
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK
Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RISKA PRATIWI
H24104131
Menyetujui, Juli 2008
Ir. Budi Purwanto, M.E.
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc.
Ketua Departemen
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 Februari 1987.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sunarno dan
Nurbaiti.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Ikal Dolog Bandar Lampung,
lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Azhar Bandar Lampung. Pada Tahun 1998,
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2
Bandar Lampung dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum
Negeri 2 Bandar Lampung. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Kenaikan harga BBM yang terjadi di Indonesia berimplikasi pada
kenaikan harga secara menyeluruh. Munti Bali sebagai perusahaan yang
memproduksi keramik terkena dampak dari kenaikan harga pada bahan bakunya.
Skripsi ini berjudul “Strategi Harga pada UKM Kerajinan Keramik Studi Kasus
pada CV. Munti Bali, Bogor”.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasinya
2. Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc dan Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran
3. Bapak Ir. Jeffrey Parahita Kohar selaku Direktur Utama Munti Bali, Ibu Tetti, Bapak Fuad, Mbak Neneng, dan seluruh pegawai Munti Bali yang telah bersedia memberikan informasi dan kesempatan melakukan penelitian di Munti Bali
4. Ibu Kurniawati Arik P,SE selaku pegawai Disperindagkop Kota Bogor yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai mengenai kegiatan Disperindagkop
5.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB
6. Mama dan Papa atas curahan kasih sayangnya yang tulus serta doa dan motivasinya kepada penulis.
7. Adikku, Anton Kisworo yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini
9. Anggie, Miranti, Leo, Kiki, dan Shiera atas dukungan dan kerjasamanya selama bimbingan
10. Teman-teman di MSc, Dini Vidya sebagai sahabat terbaikku, Mbak Lira, Nina, Nita, Mbak Tata, Mbak Suci, dan Mbak Atiek yang telah menjadikan MSC sebagai rumah keduaku yang nyaman
11. Kiki, Rika, Yossi, Nurika, dan Venny yang telah mengajarkan kepada penulis arti ketulusan sebuah persahabatan
12. Sahabat-sahabatku M.Iqbal, Taufan, Fahma, Retno, Tensisters, serta semua pihak yang yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan
bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.
Bogor, Juli 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...
i
KATA PENGANTAR ...
ii
DAFTAR ISI ...
iv
DAFTAR TABEL ...
vii
DAFTAR GAMBAR...
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...
ix
I.
PENDAHULUAN ...
1
1.1. Latar Belakang Masalah. ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Batasan Penelitian ... 6
II.
TINJAUAN PUSTAKA...
7
2.1. Kerajinan... 7
2.2. Keramik... 8
2.2.1. Pengertian Keramik ... 8
2.2.2. Sifat Keramik ... 8
2.2.3. Bahan Keramik ... 9
2.2.4. Pembuatan Keramik ... 9
2.2.3. Peran keramik ... 9
2.3. Usaha kecil dan Menengah (UKM) ... 10.
2.3.1. Pengertian Usaha kecil dan Menengah (UKM) ... 10
2.3.2. Perbandingan UKM dan Usaha Besar ... 12
2.4. Biaya ... ... 13
2.4.1. Pengertian Biaya... 13
2.4.2. Jenis Biaya ... 13
2.4.3. Penentuan Biaya ... 16
2.3.4. Pentingnya Perhitungan Biaya ... 17
2.5. Harga... ... 17.
2.6. Harga Pokok... 18
2.6.1. Harga pokok produksi ... 18
2.6.2. Harga Pokok Penjualan ... 19
2.7. Strategi Harga ... 19
2.7.1. Langkah Penetapan Harga ... 19
2.7.2. Strategi Adaptasi Harga ... 22
2.7.3. Memulai dan menanggapi perubahan harga ... 25
2.7.4. Strategi akibat Kenaikan Biaya ... 26
2.8. Peran pemerintah bagi UKM ... 27
III.
METODOLOGI PENELITIAN ...
29
3.1. Kerangka Pemikiran. ... 29
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian . ... 30
3.3. Metode Penelitian . ... 31
3.3.1. Pengumpulan Data.. ... 31
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data .. ... 31
3.3.2.1. Analisis Harga Pokok ... 31
3.3.2.2.
Harga Pokok Produksi ... 31
3.3.2.3.
Harga Pokok Penjualan ... 31
3.3.2.2. Analisis Deskriptif ... 33
3.3.2.3. Analisis Regresi Berganda ... 34
3.3.2.4. Analisis Kebijakan Pemerintah... 40
IV.PEMBAHASAN ...
43
4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 43
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan MB... 43
4.1.2. Bauran
Pemasaran... ...
44
4.1.2.1. Produk... ... 44
4.1.2.2. Harga ... ... 46
4.1.2.3. Sistem Distribusi... 50
4.1.2.4. Promosi ... ... 51
4.1.3. Produksi ... ... 51
4.1.3.1. Bahan baku produksi ... 51
4.1.3.2. Proses Produksi.. ... 52
4.1.3.3. Peralatan Produksi ... 54
4.1.3.4. Perkembangan Produksi ... 56
4.1.3.5. Perkembangan Penjualan... 58
4.1.4. Sumber Daya Manusia ... ... 59
4.1.4.1. Jam Kerja Pegawai MB ... ... 60
4.1.4.2. Fasilitas Pegawai MB ... ... 61
4.2. Analisis Harga Pokok ... ... 62
4.3. Pengaruh Perubahan Harga Bahan Baku terhadap MB ... 65
4.3.1. Analisis Korelasi.... ... 66
4.3.2. Analisis Komponen Utama ... 68
4.3.3. Evaluasi Dampak Perubahan Harga Bahan Baku Utama
Terhadap Penerimaan Munti Bali. ... 69
4.4. Strategi Perusahaan MB Menghadapi Kenaikan Harga Bahan
Baku .
71
4.4.1. Meningkatkan harga jual produk keramik MB ... 72
4.4.2. Meningkatkan Omzet Penjualan... 75
4.5. Pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap Kinerja Perusahaan Munti
Bali ... ...
76
4.5.1. Prosedur Penyusunan Program... 76
4.5.2. Program pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Bogor ... ... 77
4.5.3. Hasil Wawancara Melalui Schedule...
85
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
91
1.
Kesimpulan ... 91
2.
Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA...
93
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN
KREDIT INVESTASI
OLEH RATIH PRANITA
H14104098
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
Ratih Pranita. H14104098. Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi. (di bimbing oleh Sri Hartoyo).
Disintermediasi perbankan di Indonesia masih terjadi, sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga wajar apabila banyak pihak berpendapat bahwa lambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis tahun 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang terkena krisis (Harmanta dan Ekananda, 2005). Fakta yang ada mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit untuk kegiatan produktif seperti kredit investasi yang sifatnya jangka panjang, tumbuh lebih rendah dibandingkan kredit yang bersifat konsumtif.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran dan permintaan kredit investasi pada bank umum nasional sehingga dapat diketahui faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan kredit investasi. Penelitian tentang kredit investasi maupun investasi itu sendiri umumnya cenderung hanya melihat dari satu sisi yaitu penawaran saja ataupun permintaan saja, sehingga faktor yang dapat meningkatkan penawaran dan permintaan kredit investasi dapat diketahui namun tetap menguntungkan bagi kedua sisi yaitu masyarakat di sisi permintaan dan penyedia kredit investasi di sisi penawaran.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data bulanan dari tahun 2002:1-2006:12. Sumber data berasal dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua persamaan struktural dan satu persamaan identitas yang akan diestimasi dengan sistem persamaan simultan, pendugaan model dan uji signifikansi menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan bantuan software E-views.
Hasil analisis penawaran kredit investasi pada Bank Umum Nasional dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan keseimbangan suku bunga kredit investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi, pengaruh tabungan masyarakat dua periode sebelumnya tidak signifikan dan positif, ROA tiga periode sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi.
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN
KREDIT INVESTASI
Oleh
RATIH PRANITA H14104098
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Oktober 1986 dari pasangan
Cecep Sumedi dan Endang Werdiningsih. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3
Bogor pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 1 Bogor pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 dan
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor pada tahun
2001 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi dalam organisasi
kemahasiswaan, yaitu Hipotesa dan BEM-FEM, menjadi panitia di beberapa
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah
serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi pada Bank Umun
Nasional”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada :
1. Dr. Ir. H. Sri Hartoyo M. S sebagai Pembimbing Skripsi yang telah
mencurahkan segala waktu, pikiran dan tenaga secara suka rela untuk
membimbing penulis.
2. Nunung Nuryantono, Phd dan Syamsul H.P, M.Si selaku dosen dosen penguji
dan komisi pendidikan atas kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi
skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM
IPB.
4. Kedua orang tua dan kedua adikku yang telah memberikan curahan kasih
sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
5. Keluarga besar Ratih Pranita yang selalu memberikan do’a dan dukungan
serta semangat untuk mengejar cita-cita.
6. Deny Marcian yang banyak membantu selama pembuatan skripsi ini dengan
tulus dan penuh semangat.
7. ABCDEF ( Agita, Ririn, Dewi, Fitsol, Indri ), Geng Slebor ( Ucup, Fajri,
Pansus ), Cai, Dodol, Andra, Lulu, bang jomb, bang dadan, dan seluruh
mahasiswa Ilmu Ekonomi angkatan 41.
8. The Power of 4 ( Andini, Muthia, Yanita ).
Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih membutuhkan
penyempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran
diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa
yang telah penulis susun dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan
menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya.
Bogor, Juli 2008
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Penawaran Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 6
2.2. Permintaan Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya . 7 2.3. Penelitian Terdahulu ... 8
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
3.1. Penawaran dan Permintaan Kredit ... 10
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 13
1V. METODE PENELITIAN ... 15
4.1. Jenis dan Sumber Data ... 15
4.2. Model Analisis ... 15
4.3. Identifikasi Persamaan ... 16
4.4. Pendugaan Model dan Uji Signifikansi ... 19
4.5. Uji Asumsi Klasik ... 19
V. PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI ... 21
5.1. Perkembangan Kredit Investasi ... 21
5.2. Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi ... 23
5.3. Jumlah Tabungan pada Bank Umum Nasional ... 24
5.4. Gross Domestik Product (GDP) ... 25
5.5. Return on Asset (ROA) ... 26
5.6. Loan to Deposit Ratio ... 27
5.7. Jumlah Uang Beredar (M2) ... 28
VI. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI ... 30
6.1. Analisis Kredit Investasi yang ditawarkan ... 31
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
7.1. Kesimpulan ... 37
7.2. Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
x
DAFTAR TABEL
No. Halaman
4.1 Pengujian Order Condition ... 18
4.2 Pengujian Rank Condotion ... 19
6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 30
6.2 Hasil Estimasi Two Stage Least Square ... 31
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1.1 Grafik Penyaluran Kredit ... 2
2.1 Kurva Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi ... 13
2.2 Kerangka Pemikiran ... 14
5.1 Grafik Perkembangan Kredit Investasi ... 22
5.2 Grafik Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi ... 23
5.3 Grafik Perkembangan Tabungan Masyarakat ... 24
5.4 Kurva Perkembangan GDP ... 26
5.5 Kurva Perkembangan ROA Bank Umum Nasioanal ... 27
5.6 Kurva Perkembangan LDR Bank Umum Nasioanal ... 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank Indonesia optimis bahwa pertumbuhan kredit di Indonesia akan
tercapai karena melihat dari keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh
persaingan dan kondisi yang tidak menentu, keadaan ini memicu bank-bank
umum berlomba-lomba untuk meningkatkan sumber dana bank yang kemudian
disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Pengertian Bank sendiri adalah badan
usaha yang menghipun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No. 10
tahun 1998).
Pihak bank terus mengembangkan kompetensi di bidang kredit untuk
menggalang pertumbuhan kredit yang berkesinambungan sekaligus menjalankan
fungsinya sebagai jasa intermediasi keuangan (Abdullah, 2007). Namun pada
kenyataannya fungsi bank tersebut belum sepenuhnya tercapai, kualitas kredit
yang disalurkan pertumbuhannya rendah khususnya kredit investasi, pertumbuhan
kredit untuk kegiatan produktif yaitu modal kerja dan investasi yang sifatnya
jangka panjang tumbuh lebih rendah dibandingkan kredit konsumsi. Menurut
Bappenas (2005), pertumbuhan kredit investasi yang rendah ini disebabkan oleh
1) sifat sumber pendanaannya yang sebagian jangka pendek; 2) ketatnya peraturan
BI dalam memberikan kredit; 3) perbankan umumnya dalam kondisi konsolidasi
dan 4) masih tingginya resiko di sektor riil dan adanya assymetric information
2
Laporan Bank Indonesia (2003) menyebutkan bahwa belum pulihnya
fungsi intermediasi perbankan tersebut disebabkan oleh masih berlangsungnya
konsolidasi internal perbankan dan belum mampunya sektor riil menyerap kredit.
Sektor rill sendiri belum mampu menyerap kredit karena terjadinya credit crunch.
Credit crunch disebabkan kurangnya keinginan perbankan menyalurkan kredit
sehingga kebijakan moneter menjadi relatif longgar, keadaan ini menyebabkan
kredit tidak dapat ditransmisikan oleh sektor riil melalui pemberian pinjaman.
Credit crunch juga dapat mengurangi ruang gerak bagi kebijakan moneter, karena
dalam kondisi tersebut kebijakan moneter untuk menaikkan suku bunga akan
memperburuk kondisi dunia usaha (Agenor, 2000). Perkembangan kredit
perbankan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 1. Grafik Penyaluran Kredit Sumber : (Bappenas), Agustus 2005
Penurunan dan rendahnya pertumbuhan kredit investasi yang disalurkan
bank umum nasional selama beberapa tahun terakhir mencerminkan perputaran
3
sumber pembiayaan investasi dan produksi bagi sektor riil, padahal dana yang
siap disalurkan untuk disalurkan menjadi kredit selama periode tersebut
cenderung meningkat seiring dengan peningkatan tabungan masyarakat dan return
yang diterima oleh bank, aliran dana yang ditujukan untuk membiayai kegiatan
investasi dan produksi seharusnya dijadikan prioritas karena keduanya merupakan
faktor penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Investasi sendiri didefinisikan sebagai semua kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi output di masa yang
akan datang. Investasi sangat mempengaruhi sumbangan sektor perbankan dalam
pembangunan ekonomi yang dapat dilihat dari besarnya sumbangan pada PDB
(Produk Domestik Bruto) melalui penyaluran kredit investasi.
Permintaan kredit investasi di Indonesia beberapa tahun terakhir memang
mengalami peningkatan namun besarnya masih berada dibawah permintaan kredit
konsumsi dan modal kerja, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Faktor-faktor
seperti perubahan suku bunga kredit, tingginya resiko investasi, persyaratan untuk
mengajukan kredit investasi yang tidak mudah, serta masih besarnya
kecenderungan masyarakat berperan sebagai konsumen mempengaruhi besarnya
permintaan kredit investasi ini. Pertumbuhan kredit investasi yang rendah ini juga
dipengaruhi oleh penawaran kredit perbankan, perilaku penawaran kredit
perbankan sendiri dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK
(Dana Pihak Ketiga), persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi
perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio),
jumlah kredit macet atau NPL (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to
4
indikator lain yang juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan
kredit kepada debitur adalah faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang
tercermin dalam Return on Assets (ROA).
1.2. Perumusan Masalah
Disintermediasi perbankan di Indonesia masih terjadi, sumber utama
pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya
masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga wajar apabila
banyak pihak berpendapat bahwa lambatnya penyaluran kredit perbankan di
Indonesia setelah krisis tahun 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya
pemulihan ekonomi di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang
terkena krisis (Harmanta dan Ekananda, 2005). Padahal setelah krisis terjadi,
pendapatan bank yang berasal dari ROA cenderung mengalami peningkatan
sehingga memungkinkan pihak bank untuk dapat meningkatkan penawaran
kreditnya.
Fakta yang ada mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit untuk
kegiatan produktif seperti kredit investasi yang sifatnya jangka panjang, tumbuh
lebih rendah dibandingkan kredit yang bersifat konsumtif. Padahal pertumbuhan
kredit investasi mempunyai hubungan langsung dengan pertumbuhan sektor riil
yang merupakan tolak ukur bagi pertumbuhan ekonomi negara. Mengacu pada
pemikiran tersebut, penulis bermaksud mengidentifikasi masalah yaitu
menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran dan
permintaan kredit investasi pada bank umum nasional dalam keadaan
keseimbangan, serta menganalisis faktor apa saja yang dapat memacu peningkatan
5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan kredit investasi pada bank umum
nasional sehingga dapat diketahui faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan
kredit investasi. Penelitian tentang kredit investasi maupun investasi itu sendiri
umumnya cenderung hanya melihat dari satu sisi yaitu penawaran saja ataupun
permintaan saja, sehingga faktor yang dapat meningkatkan penawaran dan
permintaan kredit investasi dapat diketahui namun tetap menguntungkan bagi
kedua sisi yaitu masyarakat di sisi permintaan dan penyedia kredit investasi di
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penawaran Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya
Lerner (1938) berpendapat bahwa suku bunga di tentukan oleh harga
kredit dan diatur oleh interaksi penawaran dan permintaan modal. Suku bunga
adalah harga yang menyamakan tabungan atau kredit yang ditawarkan ditambah
dengan tambahan bersih dari kenaikan jumlah uang dari suatu periode tertentu.
LDR adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan bank dibagi dengan jumlah
DPK (Dana Pihak Ketiga). Loan bukan hanya kredit yang disalurkan bank, tetapi
termasuk juga obligasi korporasi yang dipegang bank. BI akan memberikan nilai
tambah bagi sebuah bank yang berhasil menghimpun DPK yang berjangka waktu
panjang.
LDR juga dapat dikatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank, karena jumlah DPK tidak mampu menutup kredit yang
disalurkan sehingga bank harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk
menutup kekurangannya (Retnadi, 2007). Semakin tinggi LDR maka semakin
banyak pula kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat termasuk kredit
investasi.
ROA adalah salah satu cara penilaian yang digunakan untuk mengukur
tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh
sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. Menurut Bank Indonesia
(2006), ROA itu membandingkan laba terhadap total asset, apabila terjadi
peningkatan ROA secara signifikan maka akan berpengaruh juga terhadap
7 % 100 Aset Total Pajak Setelah Laba Asset on
Return = x (2.1)
Tabungan adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun
penarikannya dapat dilakukan kapan saja, hampir setiap orang merasa wajib
memiliki tabungan di Bank, tidak hanya di satu bank tetapi dua atau tiga bank
sekaligus. Semakin banyak orang yang menabung di bank disebabkan saat ini
tabungan tidak hanya digunakan sebagai sarana menyimpan uang saja, tetapi juga
ditambah dengan fasilitas lain seperti fasilitas debet, fasilitas ATM, transfer, dan
lain sebagainya (Senduk, 2000). Semakin banyak masyarakat menabung di bank,
maka akan semakin banyak bank mendapatkan dana. Dana tersebut adalah dana
yang kemudian akan diputarkan menjadi kredit termasuk kredit investasi.
2.2. Permintaan Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya
GDP adalah nilai uang atau nilai moneter semua barang-barang serta jasa
yang dihasilkan oleh suatu negara pada suatu periode tertentu, meliputi konsumsi,
belanja/pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor bersih (ekspor dikurangi
impor), disimbolkan dengan Y = C + I + G + (X - M). GDP merupakan indikator
yang tepat untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara dan pendapatan
masyarakat disuatu negara, biasanya diukur secara tahunan, meskipun perhitungan
bulanannya juga diumumkan (Danareksa, 2008). Peningkatan GDP akan
mempengaruhi iklim investasi disuatu negara yang selanjutnya akan
meningkatkan permintaan kredit investasi.
Komponen-komponen yang menentukan tingkat bunga kredit yang dalam
kredit investasi yaitu cost of loanable funds, overhead cost, faktor risiko, spread,
8
komponen tersebut menjadi alat persaingan yang sangat strategis dalam industri
perbankan yang sangat kompetitif. Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang
berlawanan untuk penawaran dan permintaan kredit investasi, sehingga jika
tingkat bunga kredit investasi naik maka kredit investasi yang ditawarkan akan
naik karena bank bisa mendapat peningkatan keuntungan dari kenaikan bunga
tersebut namun sebaliknya bagi permintaan kredit investasi, kenaikan tingkat
bunga kredit investasi akan menurunkan permintaan.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan oleh Arifiani (2003), Harmanta dan
Ekananda (2005), serta Hafidh (2003) menyimpulkan bahwa jumlah kredit yang
ditawarkan dipengaruhi variabel simpanan deposito bank umum dan suku bunga
SBI. Besarnya variabel SBI memiliki pengaruh yang negatif dan deposito
memiliki pengaruh yang positif terhadap penawaran pinjamannya. Sedangkan
pada bank kecil yang terjadi justru sebaliknya, variabel SBI memiliki pengaruh
yang positif dan deposito memiliki pengaruh yang negatif terhadap penawaran
pinjamannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2005) menyimpulkan bahwa
realisasi kredit investasi dipengaruhi secara signifikan oleh suku bunga kredit
investasi dengan arah positif tetapi variabel tabungan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan. Sedangkan realisasi kredit modal kerja dipengaruhi secara
signifikan oleh suku bunga kredit modal kerja dan tabungan dengan arah positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) dan Mahrinasari MS
(2006) menyimpulkan bahwa variabel DPK, CAR, LDR dan ROA secara parsial
9
investasi sedangkan rasio kas berpengaruh negatif, disebabkan sumber dana bank
yang ada lebih besar dialokasikan kepada kegiatan aktiva produktif yang
mendatangkan keuntungan bagi bank.
Penelitian Harmanta dan Ekananda (2005) menyimpulkan bahwa kredit
yang ditawarkan merupakan fungsi dari kapasitas kredit bank umum, suku bunga
kredit bank umum, suku bunga SBI, NPL dan variabel dummy sebelum dan
setelah krisis tahun 1997, di dalam fungsi tersebut seluruh variabel (kecuali
variabel dummy krisis) secara statistik juga signifikan mempengaruhi kredit yang
ditawarkan dan seluruhnya mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan yaitu
positif untuk variabel kapasitas kredit dan suku bunga kredit bank umum, serta
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Penawaran dan Permintaan Kredit
Keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, Melitz dan Pardue (1973) dalam Insukindro
(1995) merumuskan model penawaran kredit oleh sistem perbankan sebagai
berikut :
LSt = g(S, SB, IB, BD) (3.1)
dimana :
LSt adalah jumlah penawaran kredit oleh bank, S adalah kendala-kendala yang
dihadapi bank seperti tingkat cadangan bank atau ketentuan mengenai cadangan
wajib, SB adalah tingkat suku bunga kredit bank biaya oportunitas meminjamkan
uang dan BD adalah biaya deposito bank.
Penawaran kredit dipengaruhi oleh besarnya GWM, apabila tingkat
cadangan wajib naik maka dana yang dapat disalurkan menjadi kredit akan
berkurang. Biaya oportunitas dan biaya deposito juga mempengaruhi penawaran
kredit karena keduanya dapat menjadi acuan bank untuk menentukan suku bunga
kredit, apabila biaya deposito meningkat maka cost of fund meningkat yang
selanjutnya akan menyebabkan suku bunga meningkat. Suku bunga kredit
mempengaruhi permintaan kredit investasi, apabila suku bunga kredit naik maka
permintaan kredit akan menurun karena kenaikan suku bunga berarti tingginya
11
Model tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Warjiyo (2004) yang
mengatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang
secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan
dalam bentuk uang beredar (M1, M2) digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor
riil melelui penyaluran kredit perbankan. Namun dalam kenyataannya anggapan
seperti itu tidak selamanya benar, karena penawaran kredit perbankan juga
dipengaruhi oleh CAR, NPL dan LDR. Hubungan fungsinya adalah sebagai
berikut :
LSt = f(DPK, PUD, CAR, NPL, LDR) (3.2)
dimana :
LSt adalah penawaran kredit perbankan, PUD adalah prospek usaha debitor, DPK
adalah Dana Pihak Ketiga, CAR adalah Capital Adequacy Ratio, NPL adalah Non
Performing Loan dan LDR adalah Loan to Deposit Ratio.
Penawaran kredit oleh bank dipengaruhi oleh jumlah DPK karena DPK
yang dihimpun oleh bank merupakan salah satu sumber dana yang akan
disalurkan melalui kredit. Bank juga akan melihat prospek usaha yang dimiliki
oleh debitor karena salah satu penyebab terjadinya NPL adalah kurangnya
informasi tentang usaha yang dimiliki oleh debitor. NPL sendiri akan menjadi
hambatan bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin
mengalami kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan debitor membayar
12
Menurut Suseno dan Piter (2003), ROA (Return on Assets) juga
berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit terhadap debitor.
ROA sendiri merupakan salah satu indikator untuk melihat besarnya keuntungan
yang diperoleh oleh bank.
Penelitian ini menganalisis bukan hanya penawaran kredit saja, tapi juga
permintaan dalam keadaan keseimbangan. LSt(Loan Supply) adalah jumlah uang
di bank yang siap untuk dialokasikan menjadi kredit. Rumus matematisnya adalah
sebagai berikut :
LSt = ( 1 – ) DD (3.3)
LSt adalah penawaran kredit investasi, adalah jumlah Giro Wajib Minimum
(GWM) dan DD adalah demand deposit.
LDt (Loan Demand) adalah banyaknya kredit yang diinginkan oleh masyarakat.
Rumus matematisnya adalah sebagai berikut :
LDt = L ( , SB ) (3.4)
Keadaan keseimbangan juga dianalisis karena yang dianalisis bukan dari
sisi permintaan kredit saja atau penawaran kredit saja, melainkan keduanya, faktor
yang mempengaruhi kedua sisi baik penawaran kredit maupun permintaan kredit
dapat teranalisis. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut :
LSt = LDt
13
dimana :
LSt adalah penawaran kredit, LDt adalah permintaan kredit, adalah Suku Bunga
[image:35.612.235.402.189.339.2]Bond, sbkrinv adalah Suku Bunga Kredit dan adalah GWM.
Gambar 2.1. Kurva Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi
Gambar tersebut menunjukkan keseimbangan antara penawaran kredit dan
permintaan kredit yaitu pada titik A, apabila terjadi kenaikan suku bunga maka
bank akan menambah kredit investasi yang disalurkan, namun keadaan ini tidak
didukung dengan peningkatan permintaan kredit sehingga yang terjadi adalah titik
keseimbangan bergeser ke titik B.
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas dianataranya yaitu
LDR, ROA, tabungan masyarakat, inflasi, suku bunga kredit, GDP dan kredit
investasi periode sebelumnya.
L L
LDt LSt1 LSt2
14
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
ROA, LDR dan tabungan masyarakat kredit mempengaruhi kredit
investasi pada sisi penawaran. Hal tersebut dikarenakan variabel tabungan
masyarakat, ROA dan LDR merupakan cerminan dari keadaan bank itu sendiri.
Variabel suku bunga mempengaruhi kedua sisi, karena suku bunga memberi
insentif bagi kedua belah pihak baik kreditor maupun debitor. Variabel GDP
mempengaruhi sisi permintaan karena keduanya mencerminkan keadaan
keuangan masyarakat sebagai debitor atau pemohon kredit. Pengaruh dari variabel
ROA, LDR, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit investasi diharapkan
berpengaruh positif terhadap kredit investasi yang ditawarkan. Pengaruh dari
variabel GDP, jumlah kredit investasi periode sebelumnya diharapkan
berpengaruh positif terhadap penawaran kredit dan suku bunga kredit investasi
diharapkan berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit investasi.
- Return on Assets - Loan to
Deposit Ratio - Tabungan
Masyarakat
- Suku bunga kredit
Penawaran Kredit Investasi
- inflasi - Suku bunga
kredit - Pendapatan nasional - Kredit investasi periode sebelumnya Permintaan Kredit Investasi
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalm penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data bulanan dari tahun 2002:1-2006:12. Sumber data berasal dari
Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS).
4.2. Model Analisis
Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua persamaan
struktural dan satu persamaan identitas dengan tiga variabel endogen yaitu Ls, Ld,
dan SB. Serta variabel predetermined yaitu S, ROA, NPL, SBI, INF, GDP, LDt-1,
KSM. Variabel-variabel tersebut akan diduga dengan sistem persamaan simultan.
Model persamaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penawaran kredit investasi
Lst = 0 + 1 SBt + 2 St + 3 ROA + 4 LDRt
+ 5 NPLt + 6 SBIt + (4.1)
dimana : 1> 0, 2 > 0, 3 > 0, 4 > 0, 5 < 0, 6 < 0
2. Permintaan kredit investasi
LDt = 0 + 1 SBt + 2 INFt + 3 GDPt + 4 LDt-1 + 5 KSMt + (4.2)
dimana : 1 < 0, 1< 0, 3 > 0, 4 > 0, 5 < 0
3. Persamaan Identitas
Lst = LDt
dimana:
Lst = Jumlah kredit yang ditawarkan ( Milyar )
16
SBt = Sukubunga kredit investasi ( Persen )
St-1 = Jumlah tabungan periodesebelumnya ( Milyar )
ROA = Return on Asset ( Persen )
LDRt = Loan to Deposit Ratio ( Persen )
M2t = Jumlah uang beredar ( Trilyun )
GDPt = Pendapatan Nasional ( Trilyun )
LDt-1 = Permintaan kredit investasi periode sebelumnya ( Milyar )
= error term
t = Periode waktu (bulan)
INF = Inflasi ( Persen )
NPLt = Non Performing Loan ( Persen )
SBIt = Suku Bunga SBI ( Persen )
KSMt = Permintaan Kredit Konsumsi ( Milyar )
Suku bunga kredit investasi diharapkan berpengaruh positif pada
penawaran kredit investasi namun negatif pada permintaan kredit investasi.
Tabungan masyarakat berpengaruh positif terhadap penawaran kredit investasi.
LDR berpengaruh positif terhadap penawaran kredit investasi. ROA berpengaruh
positif terhadap penawaran kredit investasi. Inflasi berpengaruh negatif terhadap
permintaan kredit investasi. GDP berpengaruh positif terhadap permintaan kredit
investasi.
4.3. Identifikasi Persamaan
Identifikasi persamaan dilakukan untuk mengetahui suatu model
persamaan simultan baik atau tidak. Persamaan dikatakan sudah baik jika
17
persamaan tersebut dapat diidentifikasi (identified) baik secara tepat (exactly
identified) ataupun secara lebih (over identified). Sebaliknya jika syarat perlu dan
syarat cukup tidak dapat dipenuhi, maka persamaan tersebut dikatakan tidak dapat
diidentifikasi (unidentified) ataupun kurang dapat diidentifikasi (under identified).
4.3.1. Order Condition
Kondisi order merupakan syarat perlu dari identifikasi model, dimana
model didefinisikan sebagai berikut :
M = Banyaknya variabel endogen dalam model,
m = Banyaknya variabel endogen dalam suatu persamaan,
K = Banyaknya variabel pada model,
k = Banyaknya variabel dalam suatu persamaan tertentu.
Kondisi order untuk mengidentifikasikan persamaan simultan menyatakan
bahwa ”agar suatu persamaan teridentifikasi dalam suatu model dari M persamaan
simultan, maka banyaknya variabel yang sudah ditetapkan dalam model dikurangi
banyaknya variabel dalam persamaan harus tidak kurang dari banyaknya variabel
endogen yang dimasukkan dalam persamaan dikurangi satu. Kondisi order ini
dinyatakan dengan (K-k) (m-1), dan jika (K-k) (m-1) maka persamaan
tersebut under identified, jika (K-k) = (m-1) maka just identified” Gujarati (1995).
Tabel 1 berikut adalah hasil pengujian Order Condition dari kedua persamaan
18
Tabel 4.1. Pengujian Order Condition
K-k >,<,= m-1 Identified
Persamaan 1
Persamaan 2
13 - 7 = 6
13 - 6 = 7
>
>
2 - 1 = 1
3 – 1 = 2
Over Identified
Over Identified
Sumber: Gujarati (1995)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua persamaan struktural dalam
model adalah over identified, sehingga parameter-parameter pada persamaan
simultan diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode Two Stage Least
Square (TSLS).
4.3.2. Rank Condition
Kondisi order adalah kondisi yang diperlukan tapi tidak cukup dijadikan
pedoman dalam mengidentifikasi persamaan, maksudnya jika kondisi order
dipenuhi, mungkin saja terjadi suatu persamaan yang tidak diidentifikasikan.
Gambaran umumnya adalah sebagai berikut, jika kondisi order K-k m-1
dipenuhi oleh suatu persamaan, maka belum tentu persamaan tersebut
teridentifikasi kerena variabel yang ditetapkan pertama kali dikeluarkan lebih
dahulu dari persamaan ini, tetapi didalam model tidak semuanya independen
sehingga mungkin tidak ada hubungan satu-satu antara koefisien struktural dan
koefisien bentuk yang direduksi. Oleh karena itu, diperlukan kedua-duanya baik
order condition maupun rank condition.
Kondisi rank untuk mengidentifikasikan persamaan simultan menyatakan
bahwa ”dalam suatu model M persamaan dalam M variabel endogen, suatu
persamaan diidentifikasikan jika dan hanya jika sekurang-kurangnya satu penentu
19
endogen maupun eksogen) yang tidak dimasukkan dari persamaan tertentu tadi
tetapi dimasukkan dalam persamaan lain dari model, jika K-k m-1 dan tingkat
dari matriks A adalah M-1, berarti persamaan tadi terlalu diidentifikasikan”
Gujarati (1995). Tabel 2 berikut adalah hasil pengujian Rank Condition dari kedua
[image:41.612.135.506.241.304.2]persamaan yang digunakan di dalam penelitian ini.
Tabel 4.2. Pengujian Rank Condotion
M – 1 Rank (A) Identified
Persamaan 1
Persamaan 2
2
2
2
2
Over Identified
Over Identified
Sumber: Gujarati (1995)
Hasil dari pengujian rank condition menunjukkan bahwa kedua persamaan
struktural dalam model memenuhi syarat rank, dimana tingkat dari matriks A
adalah M – 1, sehingga persamaan diatas over identified. Parameter-parameter
pada persamaan simultan diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode
Two Stage Least Square (TSLS).
4.4. Pendugaan Model dan Uji Signifikansi
Pendugaan model dan uji signifikansi menggunakan metode Two Stage
Least Square (TSLS) dengan bantuan software E-views. Pendugaan model dan uji
signifikansi ini bertujuan untuk melihat apakah dugaan model penawaran tersebut
relatif baik untuk digunakan (dilihat dari R2) dan apakah variabel-variabel
20
4.5. Uji Asumsi Klasik
Uju Asumsi Klasik digunakan untuk mengetahui apakah parameter yang
dihasilkan oleh model regresi yang diperoleh dari metode Two Stage Least Square
(TSLS) bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya koefisien
regresi pada persamaan tersebut tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
berarti. Uji asumsi klasik terdiri dari uji Normalitas, Autokorelasi,
Heteroskedastisitas dan uji multikoliniearitas.
Menurut Patria (2004) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi
data yang normal.
Menurut Kendall dan Buckland dalam Gujarati (2004), autokorelasi dapat
didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu atau ruang. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam
suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians
populasinya dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk
memperkirakan nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.
Heteroskedastisitas yaitu varians tiap unsur pengganggu di dalam model
tidak sama. Menurut (Algifari, 2000) konsekuensi dari heterosksedastisitas dalam
model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel
kecil maupun besar.
Multikolinearitas dapat di definisikan sebagai adanya hubungan linear
yang sempurna atau hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel
V. PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI
5.1. Perkembangan Kredit Investasi
Jumlah penawaran kredit investasi dari tahun ke tahun mulai mengalami
peningkatan, namun dalam perkembangannya belum berjalan seperti yang
diharapkan. Fenomena saat ini menunjukkan perbankan lebih cenderung untuk
menyalurkan kredit jangka pendek dibandingkan kredit jangka panjang.
Lambannya penurunan suku bunga kredit investasi disebabkan terutama oleh
masih tingginya persepsi risiko perbankan terhadap penyaluran kredit jangka
panjang, tercermin dari pertumbuhan kredit investasi yang rendah. Rendahnya
pertumbuhan kredit investasi jika melihat dari sisi permintaan mencerminkan
masih tingginya risiko dunia usaha dan jika ditinjau dari struktur dana perbankan
juga indikasi bahwa bank memiliki keterbatasan kemampuan untuk menyalurkan
kredit berjangka panjang karena DPK didominasi oleh dana jangka pendek.
-20 0 20 40 60 80 100
2002 2003 2004 2005 2006
KRINVRIIL INFLASI SBKRINVRIIL
22
Kredit investasi tertinggi tahun 2002 terjadi pada bulan Desember sebesar
84,424 milyar rupiah. Tahun 2003 pun nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember
sebesar 95,775 milyar rupiah. Begitu pula pada tahun 2004, 2005 dan 2006.
Keadaan ini disebabkan baik masyarakat maupun bank lebih memilih untuk tetap
berada dalam posisi aman yaitu menghindari resiko dari fluktuasi suku bunga
serta faktor-faktor lainnya yang bisa merugikan mereka.
Perkembangan kredit investasi bank umum nasional memang mengalami
peningkatan seperti yang terlihat pada Gambar 4. Tahun 2003, 2004 dan 2005
kredit investasi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,035 persen;
0,067 persen dan 0,088 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2006
mengalami penurunan sebesar 0,035 persen. Nilai tersebut mengindikasikan
bahwa kredit investasi mengalami peningkatan namun tingkat pertumbuhannya
masih relatif rendah.
5.2. Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi
Penyaluran kredit baru dan tingginya suku bunga kredit investasi pada
kondisi suku bunga deposito yang menurun cukup tajam mengikuti penurunan
suku bunga SBI, mampu mendorong penerimaan bunga kredit cukup tinggi.
Tingkat suku bunga kredit investasi baru menunjukkan sedikit penurunan sejak
Oktober 2002 seiring dengan adanya penurunan pada tingkat bunga SBI dan
tingkat bunga deposito, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum
krisis yang berkisar antara 16,0% hingga 16,5%. Tahun 2003 penurunan suku
bunga simpanan telah diikuti oleh suku bunga kredit namun dengan laju
penurunan yang lebih lambat. Suku bunga kredit investasi juga mengalami
23
-4 0 4 8 12 16
2003 2004 2005 2006
[image:45.612.150.493.91.280.2]SBKRINVRIIL
Gambar 5.2. Grafik Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi (Bank Indonesia, diolah)
Tahun 2004 penurunan suku bunga kredit investasi terjadi dengan laju
yang lebih lambat. Suku bunga kredit investasi menurun, tercatat sebesar 14,05%
pada akhir tahun. Penurunan tersebut lebih lambat daripada penurunan yang
terjadi pada 2003, sehingga mendorong tetap tingginya kesenjangan antara suku
bunga deposito dan kredit investasi. Kesenjangan suku bunga tersebut secara
makro mengindikasikan masih cukup tingginya persepsi risiko perbankan
terhadap penyaluran kredit jangka panjang.
5.3. Jumlah Tabungan pada Bank Umum Nasional
Perkembangan yang terlihat pada jumlah tabungan yaitu terjadinya
peningkatan dari tiap bulan dan juga tiap tahun. Namun peningkatan tersebut tidak
besar karena tingkat peningkatan pendapatan masyarakat yang juga tidak terlalu
besar. Tahun 2002 rata-rata jumlah tabungan masyarakat yaitu sebesar 173,17
milyar, peningkatan yang terjadi tiap bulannya tidak terlalu besar. Sedangkan
24
130 140 150 160 170 180 190 200 210
2002 2003 2004 2005 2006
[image:46.612.146.480.92.280.2]TABMASYRIIL
Gambar 5.3. Grafik Perkembangan Tabungan Masyarakat (Bank Indonesia, diolah)
Tahun 2004 adalah sebesar 263,02 milyar, tahun 2005 sebesar 282,30, dan
terakhir pada tahun 2006 rata-ratanya sebesar 286,63. Jumlah tabungan tertinggi
pada periode 2002-2006 terjadi pada bulan Desember 2006. Rata- rata tertinggi
juga terjadi pada tahun 2006. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya
pendapatan masyarakat serta perekonomian yang semakin membaik di Indonesia
pada tahun-tahun terakhir.
Tabungan masyarakat secara keseluruhan mengalami peningkatan pada
tahun 2003, 2004, dan 2005. Kenaikannya masing-masing sebesar 0,053 persen;
0,330 persen dan 0,159 persen. Tahun 2006 yaitu pada awal sampai pertengahan,
tabungan masyarakat mengalami penurunan sebesar 0,346 persen, kemudian
meningkat kembali di akhir tahun 2006.
5.4. Gross Domestik Product (GDP)
Pertumbuhan GDP tahun 2006 tidak lebih baik dari pertumbuhan ekonomi
25
rasa optimis di kalangan masyarakat tidak berhasil dibangkitkan. Tingginya
tingkat ketidakpastian di kalangan dunia usaha merupakan penyebab utama dari
rendahnya tingkat kenaikan investasi sepanjang tahun 2006, keadaan ini
disebabkan dari tidak kunjung kondusifnya iklim usaha di sektor produksi riil.
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat dikatakan tidak efektif
untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif karena seringkali dibayangi oleh
keragu-raguan pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan yang
dikeluarkan tersebut. Kejadian serupa juga terjadi pada tahun 2002 sampai 2004,
peningkatan yang cukup baik terlihat pada tahun 2005.
310 320 330 340 350 360 370 380 390
2002 2003 2004 2005 2006
[image:47.612.149.479.331.528.2]GDPRIIL
Gambar 5.4. Kurva Perkembangan GDP (Bank Indonesia, diolah)
Tahun 2002 sampai dengan 2006 perkembangan GDP cenderung lebih
banyak mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada tahun 2003, 2004 dan 2006
sebesar 0,166 persen; 0,159 persen dan 0,233 persen. Peningkatan terlihat pada
26
5.5. Return on Asset (ROA)
Profitabilitas perbankan terus membaik seperti yang tercermin pada Return
on Asset (ROA) yang mengalami peningkatan pada priode 2002 hingga
pertengahan tahun 2005, peningkatan ini disebabkan pemerintah ingin mengatasi
kondisi permodalan bank-bank sehingga memenuhi standar internasional, seperti
tercermin pada Capital Adequacy Ratio (CAR) dan juga ROA. Namun, pada
pertengahan tahun 2005 tepatnya pada bulan Juni terjadi penurunan nilai ROA
dari 3,33 persen menjadi 2,20 persen. Penurunan ini terjadi karena Non
Performing Loan yang terjadi pada periode tersebut cukup tinggi, sehingga laba
yang didapatkan oleh bank mengalami penurunan.
1.2 1.6 2.0 2.4 2.8 3.2 3.6
2002 2003 2004 2005 2006
[image:48.612.149.480.354.531.2]ROA
Gambar 5.5. Kurva Perkembangan ROA Bank Umum Nasional (Bank Indonesia, diolah)
5.6. Loan to Deposit Ratio
Penghimpunan dan penyaluran dana perbankan dalam periode 2002-2006
di sektor perbankan telah terjadi peningkatan. Peningkatan ini terlihat pada
27
bulan Desember 2004 sampai bulan Desember 2005 terutama didorong oleh
kenaikan suku bunga perbankan. Tingkat suku bunga deposito meningkat dari 6,4
persen pada akhir tahun 2004 menjadi 12,0 persen pada akhir 2005, sedangkan
tingkat suku bunga kredit modal kerja meningkat dari 13,4 persen menjadi 15,9
persen dalam periode yang sama. Penyaluran dana masyarakat pun meningkat
pesat sebesar 24,5 persen dari Rp 553,5 triliun menjadi Rp 689,7 triliun pada
periode yang sama. Perkembangan tersebut membuat loan to deposit ratio (LDR)
meningkat cukup berarti, dari 38,24 persen pada akhir tahun 2002 menjadi 61,56
persen pada akhir tahun 2006.
20 30 40 50 60 70
2003 2004 2005 2006
[image:49.612.147.478.326.502.2]LDR
Gambar 5.6. Kurva Perkembangan LDR Bank Umum Nasional (Bank Indonesia, diolah)
5.7. Jumlah Uang Beredar (M2)
Kebijaksanaan pengendalian uang beredar selalu diupayakan agar uang
beredar sesuai dengan kebutuhan perekonomian, dengan tetap memperhatikan
kestabilan harga. Gambar 9 berikut menunjukkan perkembangan jumlah uang
28
660 680 700 720 740 760 780
2002 2003 2004 2005 2006
[image:50.612.147.482.91.260.2]M2RIIL
Gambar 5.6. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (Bank Indoesia, diolah)
Perkembangan uang beredar dari tahun 2002 sampai 2006 senderung tidak
menentu. Tahun 2003 terjadi penurunan sebesar 0,287 persen dari tahun
sebelumnya, sedangkan pada tahun 2004 terjadi peningkatan sebesar 0,288
persen. Tahun 2005 jumlah uang beredar kembali turun sebesar 0,005 persen,
VI. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI
Pada bab ini akan dilakukan pendugaan terhadap fungsi penawaran dan
permintaan kredit pada persamaan 4.1 dan 4.2 dengan menggunkakan metode
Two Stage Least Square. Pendugaan pada model persamaan tersebut terlihat
bahwa nilai-nilai koefisiennya tidak sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena
itu dilakukan uji coba dengan merubah-rubah lag dari variabelnya. Hasil dari uji
coba tersebut akhirnya diperoleh hasil terbaik yaitu persamaan sebagai berikut :
1. Penawaran kredit investasi
Lst = 0 + 1 SBt + 2 St-2 + 3 ROAt-3 + 4 LDRt + 4 Lst-1 + (6.1)
2. Permintaan kredit investasi
[image:51.612.136.513.461.601.2]LDt = 0 + 1 SBt + 2 INFt + 3 GDPt + 4 LDt-1 + T + (6.2)
Tabel 6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji
Penawaran Kredit Investasi Permintaan Kredit Investasi
F-statistic Probability F-statistic Probability
Normalitas 13.70305 0.001058 1.082625 0.581984
Autokorelasi 7.091056 0.028853 4.544413 0.001259
Heteroskedastisitas 3.637558 0.001259 3.637558 0.001259
Sumber : Lampiran 2, 3, 4, 7, 8, 9
Berdasarkan tabel diatas diatas maka dapat disimpulkan bahwa model
bebas dari asumsi klasik yaitu normalitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas
31
[image:52.612.136.506.142.358.2]6.1. Analisis Penawaran Kredit Investasi
Tabel 6.2. Pendugaan Fungsi Penawaran Kredit Investasi
Sumber : Lampiran 1
Selanjutnya adalah uji F-hitung, pengujian ini bertujuan untuk melihat
apakah semua variabel independen secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen dilihat dari nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf
nyata = 0,1. Hasil F-hitung menunjukkan bahwa persamaan tersebut memiliki
probabilitas F-hitung lebih kecil dari nilai , maka dapat disimpulkan seluruh
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
bersamaan dengan derajat kepercayaan mendekati 100 persen.
Selanjutnya adalah uji-t untuk melihat signifikan atau tidaknya hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen secara sendiri-sendiri yang
dilihat dari probabilitasnya pada taraf nyata = 0,1. Hasil uji-t tersebut dapat
disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan
secara sendiri-sendiri terhadap penawaran kredit investasi di Indonesia.
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C 3.089 1.063 0.2926
Suku Bunga 0.102 1.519 0.0673
ROA(-3) 1.908 3.088 0.0016
LDR 0.0729 2.051 0.0227
Penawaran Kredit (-2)
0.831 10.534 0.0000
Tabungan Masyarakat (-1)
0.0061 0.254 0.4002
R-squared 0.971 Durbin-Watson stat 2.397
F-statistic 343.69
32
Hasil pendugaan menunjukkan bahwa model persamaan faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran kredit investasi yang telah diuji memiliki nilai
koefisien determinasi sebesar 0,971. Nilai koefisien determinasi tersebut dapat
diartikan bahwa jumlah kredit yang ditawarkan dapat dijelaskan oleh variasi dari
variabel suku bunga kredit investasi, ROA, LDR dan jumlah tabungan masyarakat
sebesar 97,1 persen.
Hasil analisis menunjukkan bahwa suku bunga kredit investasi (SB)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi. ROA tiga
periode sebelumnya (ROAt-3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penawaran kredit investasi. Penawaran kredit investasi periode sebelumnya (LSt-1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi. Jumlah
tabungan dua periode sebelumnya (St-2) berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap penawaran kredit investasi. LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penawaran kredit investasi.
Nilai koefisien SB (suku bunga kredit investasi) sebesar 0,102 artinya,
apabila terjadi kenaikan suku bunga kredit investasi sebesar 1 persen misalnya
dari 12 persen menjadi 13 persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi
yang ditawarkan naik sebesar 0,102 miliyar. Pengaruh suku bunga kredit investasi
terhadap kredit investasi yang ditawarkan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hermanto (2005) bahwa tingkat bunga mempengaruhi jumlah dana
yang ingin dipinjam oleh peminjam atau debitur dan jumlah dana yang akan
dipinjam oleh pemilik dana atau kreditur.
Nilai koefisien S (tabungan/simpanan) dua bulan sebelumnya sebesar
33
sebesar 1 milyar akan membuat jumlah kredit investasi yang ditawarkan naik
sebesar 0,0061 milyar. Pengaruh tabungan/simpanan terhadap penawaran kredit
investasi ini tidak signifikan karena tabungan masyarakat hanyalah salah satu
sumber dana untuk penyaluran kredit.
Nilai koefisien ROA enam bulan sebelumnya sebesar 1,908 artinya,
apabila terjadi kenaikan ROA enam bulan sebelumnya sebesar 1 persen misalnya
dari 12 persen menjadi 13 persen, akan membuat jumlah kredit investasi yang
ditawarkan naik sebesar 1,908 milyar. Pengaruh ROA terhadap kredit investasi
yang ditawarkan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahrinasari
(2006) dan Meydianawathi (2006) bahwa ROA adalah tingkat keuntungan yang
dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank, apabila ROA
meningkat maka dana yang dapat disalurkan menjadi kredit juga meningkat.
Nilai koefisien LDR sebesar 0,0729 artinya, apabila terjadi kenaikan LDR
sebesar sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13 persen, akan
menyebabkan jumlah kredit investasi yang ditawarkan naik sebesar 0,0729 milyar.
Pengaruh LDR terhadap penawaran kredit investasi ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mahrinasari (2006) bahwa LDR merupakan perbandingan
antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga, apabila dana pihak ketiga
meningkat maka jumlah penawaran kredit investasi juga akan meningkat.
Nilai koefisien penawaran kredit investasi periode sebelumnya (LSt-1)
sebesar 0,831 artinya, apabila terjadi kenaikan penawaran kredit investasi satu
bulan sebelumnya sebesar 1 milyar akan membuat jumlah kredit investasi yang
34
[image:55.612.134.506.143.348.2]6.2. Analisis Permintaan Kredit Investasi
Tabel 6.3. Hasil Estimasi Two Stage Least Square
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C 37.57 3.302 0.0009
Suku Bunga -1.458 -3.980 0.0001
GDP 0.0478 3.204 0.0011
Permintaan Kredit (-1)
0.529 6.015 0.0000
Tren 0.141 5.252 0.0000
Inflasi -1.518 -4.561 0.0000
R-squared 0.978 Durbin-Watson stat 1.660
F-statistic 453.11
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : lampiran 6
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa model persamaan faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan kredit investasi yang telah diuji memiliki nilai
koefisien determinasi sebesar 0,978. Nilai koefisien determinasi tersebut dapat
diartikan bahwa permintaan kredit investasi dapat dijelaskan oleh variasi dari
variabel suku bunga kredit investasi, GDP, M2, dan lag dari jumlah kredit
investasi sebesar 97,8 persen.
Selanjutnya adalah uji F-hitung pengujian ini dilakukan untuk melihat
apakah semua variabel independen secara bersamaan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen dengan melihat nilai probabilitas F–hitung
menggunakan taraf nyata = 0,1. Persamaan tersebut memiliki probabilitas
F-hitung lebih kecil dari nilai maka seluruh variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen secara bersamaan dengan derajat
35
Selanjutnya dilakukan uji-t untuk melihat signifikan atau tidaknya
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara
sendiri-sendiri yang dilihat dari probabilitasnya pada taraf nyata = 0,1. Berdasarkan hal
tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan
secara sendiri-sendiri terhadap permintaan kredit investasi di Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa suku bunga kredit investasi (SB) dan
inflasi (INF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit
investasi. GDP dan tren (T) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan kredit investasi. Permintaan kredit investasi periode ebelumnya (LDt-1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit investasi.
Tren variabel dalam penelitian ini cenderung meningkat. Terlihat dari
pengaruh tren yang positif dan signifikan dalam penelitian ini. Nilai koefisien SB
(suku bunga kredit investasi) sebesar -1,458 artinya, apabila terjadi kenaikan suku
bunga kredit investasi sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13
persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar
-1,458 miliyar. Debitur atau peminjam akan menunjukkan reaksi yang berlawanan
dengan kreditur apabila terjadi perubahan tingkat bunga kredit. Kenaikan suku
bunga akan menimbulkan reaksi yang negatif karena peminjam khawatir akan
ketidakmampuan untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
Nilai koefisien inflasi (INF) sebesar -1,518 artinya, apabila terjadi
kenaikan inflasi sebesar sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13
persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar
36
satumya adalah menurunnya investasi. Inflasi bisa menyebabkan tingkat bunga
naik sehingga akan menurunkan jumlah kredit investasi yang diminta.
Nilai koefisien GDP sebesar 0,0478, artinya apabila terjadi kenaikan GDP
sebesar 1 Trilyun akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta naik sebesar
0,0478 milyar. Pengaruh GDP terhadap permintaan kredit investasi ini sesuai
dengan kenyataan mengingat sektor riil merupakan salah satu tolak uku