• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Harga Pada Ukm Kerajinan Keramik Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Harga Pada Ukm Kerajinan Keramik Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK

Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor

Oleh

RISKA PRATIWI

H24104131

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Riska Pratiwi. H24104131.

Strategi Harga pada UKM Kerajinan Keramik. Studi

Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor

.

Di bawah bimbingan

Budi Purwanto.

Kenaikan harga secara global akibat terjadinya inflasi akan berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan

kecil-menengah. Salah satu UKM yang mengalami permasalahan akibat kenaikan harga

khususnya kenaikan harga pada bahan baku adalah Munti Bali (MB) Bogor.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh perubahan

harga bahan baku terhadap volume penjualan UKM MB (2) mengetahui strategi

perusahaan MB dalam menghadapi kenaikan harga bahan baku yang fluktuatif,

dan (3) mengetahui peranan pemerintah dalam upaya pemberdayaan UKM

khususnya pada UKM MB.

Penelitian dilakukan pada bulan April 2008 – Mei 2008. Data yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis

yang digunakan untuk pengolahan data adalah (1) analisis harga pokok untuk

mengetahui struktur biaya (2) analisis deskriptif, untuk mengetahui strategi harga

yang dilakukan oleh MB, (3) Analisis kuantitatif berupa regresi linier berganda,

untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga bahan baku terhadap penerimaan MB

(4) analisis deskriptif untuk mengetahui efektivitas kebijakan pemerintah melalui

wawancara menggunakan schedule dengan pimpinan MB.

Hasil analisis harga pokok produksi menunjukkan bahwa biaya bahan

baku terbesar, yakni sebesar sekitar 36% adalah biaya tanah liat putih dan biaya

gas elpiji. Kenaikan harga pada kedua komoditi ini berpengaruh negatif terhadap

volume penjualan MB. Dari analisis regresi berganda menunjukkan bahwa

kenaikan yang terjadi pada harga gas menyebabkan penurunan volume penjualan

sebesar Rp 23.311. Sedangkan untuk kenaikan harga tanah liat, menyebabkan

penurunan volume penjualan sebesar Rp 6.993.

Untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku, khususnya kenaikan pada

tanah liat dan gas elpiji, MB melakukan strategi menaikkan harga jual produk

keramik dan meningkatkan omzet penjualan. Meningkatkan omzet penjualan

dilakukan dengan meningkatkan kinerja bagian pemasaran dengan melakukan

promosi secara intensif. Meningkatkan harga jual produk keramik tidak dikenakan

pada semua produk, melainkan tergantung pada tingkat penjualan produk tersebut.

Selain itu, MB juga mempertimbangkan harga jual yang ditetapkan pesaing dan

besarnya kenaikan biaya produksi keramik sebelum melakukan kenaikan harga

jual pada produk keramiknya.

(3)

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK

Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RISKA PRATIWI

H24104131

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK

Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RISKA PRATIWI

H24104131

Menyetujui, Juli 2008

Ir. Budi Purwanto, M.E.

Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc.

Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 Februari 1987.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sunarno dan

Nurbaiti.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Ikal Dolog Bandar Lampung,

lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Azhar Bandar Lampung. Pada Tahun 1998,

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2

Bandar Lampung dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum

Negeri 2 Bandar Lampung. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian

Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor.

Kenaikan harga BBM yang terjadi di Indonesia berimplikasi pada

kenaikan harga secara menyeluruh. Munti Bali sebagai perusahaan yang

memproduksi keramik terkena dampak dari kenaikan harga pada bahan bakunya.

Skripsi ini berjudul “Strategi Harga pada UKM Kerajinan Keramik Studi Kasus

pada CV. Munti Bali, Bogor”.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara

moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasinya

2. Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc dan Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran

3. Bapak Ir. Jeffrey Parahita Kohar selaku Direktur Utama Munti Bali, Ibu Tetti, Bapak Fuad, Mbak Neneng, dan seluruh pegawai Munti Bali yang telah bersedia memberikan informasi dan kesempatan melakukan penelitian di Munti Bali

4. Ibu Kurniawati Arik P,SE selaku pegawai Disperindagkop Kota Bogor yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai mengenai kegiatan Disperindagkop

5.

Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM

IPB

6. Mama dan Papa atas curahan kasih sayangnya yang tulus serta doa dan motivasinya kepada penulis.

7. Adikku, Anton Kisworo yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini

(7)

9. Anggie, Miranti, Leo, Kiki, dan Shiera atas dukungan dan kerjasamanya selama bimbingan

10. Teman-teman di MSc, Dini Vidya sebagai sahabat terbaikku, Mbak Lira, Nina, Nita, Mbak Tata, Mbak Suci, dan Mbak Atiek yang telah menjadikan MSC sebagai rumah keduaku yang nyaman

11. Kiki, Rika, Yossi, Nurika, dan Venny yang telah mengajarkan kepada penulis arti ketulusan sebuah persahabatan

12. Sahabat-sahabatku M.Iqbal, Taufan, Fahma, Retno, Tensisters, serta semua pihak yang yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena

itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya,

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan

bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

iv

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR...

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...

ix

I.

PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang Masalah. ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Batasan Penelitian ... 6

II.

TINJAUAN PUSTAKA...

7

2.1. Kerajinan... 7

2.2. Keramik... 8

2.2.1. Pengertian Keramik ... 8

2.2.2. Sifat Keramik ... 8

2.2.3. Bahan Keramik ... 9

2.2.4. Pembuatan Keramik ... 9

2.2.3. Peran keramik ... 9

2.3. Usaha kecil dan Menengah (UKM) ... 10.

2.3.1. Pengertian Usaha kecil dan Menengah (UKM) ... 10

2.3.2. Perbandingan UKM dan Usaha Besar ... 12

2.4. Biaya ... ... 13

2.4.1. Pengertian Biaya... 13

2.4.2. Jenis Biaya ... 13

2.4.3. Penentuan Biaya ... 16

2.3.4. Pentingnya Perhitungan Biaya ... 17

2.5. Harga... ... 17.

2.6. Harga Pokok... 18

2.6.1. Harga pokok produksi ... 18

2.6.2. Harga Pokok Penjualan ... 19

2.7. Strategi Harga ... 19

2.7.1. Langkah Penetapan Harga ... 19

2.7.2. Strategi Adaptasi Harga ... 22

2.7.3. Memulai dan menanggapi perubahan harga ... 25

2.7.4. Strategi akibat Kenaikan Biaya ... 26

2.8. Peran pemerintah bagi UKM ... 27

(9)

III.

METODOLOGI PENELITIAN ...

29

3.1. Kerangka Pemikiran. ... 29

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian . ... 30

3.3. Metode Penelitian . ... 31

3.3.1. Pengumpulan Data.. ... 31

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data .. ... 31

3.3.2.1. Analisis Harga Pokok ... 31

3.3.2.2.

Harga Pokok Produksi ... 31

3.3.2.3.

Harga Pokok Penjualan ... 31

3.3.2.2. Analisis Deskriptif ... 33

3.3.2.3. Analisis Regresi Berganda ... 34

3.3.2.4. Analisis Kebijakan Pemerintah... 40

IV.PEMBAHASAN ...

43

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 43

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan MB... 43

4.1.2. Bauran

Pemasaran... ...

44

4.1.2.1. Produk... ... 44

4.1.2.2. Harga ... ... 46

4.1.2.3. Sistem Distribusi... 50

4.1.2.4. Promosi ... ... 51

4.1.3. Produksi ... ... 51

4.1.3.1. Bahan baku produksi ... 51

4.1.3.2. Proses Produksi.. ... 52

4.1.3.3. Peralatan Produksi ... 54

4.1.3.4. Perkembangan Produksi ... 56

4.1.3.5. Perkembangan Penjualan... 58

4.1.4. Sumber Daya Manusia ... ... 59

4.1.4.1. Jam Kerja Pegawai MB ... ... 60

4.1.4.2. Fasilitas Pegawai MB ... ... 61

4.2. Analisis Harga Pokok ... ... 62

4.3. Pengaruh Perubahan Harga Bahan Baku terhadap MB ... 65

4.3.1. Analisis Korelasi.... ... 66

4.3.2. Analisis Komponen Utama ... 68

4.3.3. Evaluasi Dampak Perubahan Harga Bahan Baku Utama

Terhadap Penerimaan Munti Bali. ... 69

4.4. Strategi Perusahaan MB Menghadapi Kenaikan Harga Bahan

Baku .

71

4.4.1. Meningkatkan harga jual produk keramik MB ... 72

4.4.2. Meningkatkan Omzet Penjualan... 75

4.5. Pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap Kinerja Perusahaan Munti

Bali ... ...

76

4.5.1. Prosedur Penyusunan Program... 76

4.5.2. Program pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Bogor ... ... 77

4.5.3. Hasil Wawancara Melalui Schedule...

85

(10)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

91

1.

Kesimpulan ... 91

2.

Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA...

93

(11)

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN

KREDIT INVESTASI

OLEH RATIH PRANITA

H14104098

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

Ratih Pranita. H14104098. Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi. (di bimbing oleh Sri Hartoyo).

Disintermediasi perbankan di Indonesia masih terjadi, sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga wajar apabila banyak pihak berpendapat bahwa lambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis tahun 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang terkena krisis (Harmanta dan Ekananda, 2005). Fakta yang ada mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit untuk kegiatan produktif seperti kredit investasi yang sifatnya jangka panjang, tumbuh lebih rendah dibandingkan kredit yang bersifat konsumtif.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran dan permintaan kredit investasi pada bank umum nasional sehingga dapat diketahui faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan kredit investasi. Penelitian tentang kredit investasi maupun investasi itu sendiri umumnya cenderung hanya melihat dari satu sisi yaitu penawaran saja ataupun permintaan saja, sehingga faktor yang dapat meningkatkan penawaran dan permintaan kredit investasi dapat diketahui namun tetap menguntungkan bagi kedua sisi yaitu masyarakat di sisi permintaan dan penyedia kredit investasi di sisi penawaran.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data bulanan dari tahun 2002:1-2006:12. Sumber data berasal dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua persamaan struktural dan satu persamaan identitas yang akan diestimasi dengan sistem persamaan simultan, pendugaan model dan uji signifikansi menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan bantuan software E-views.

Hasil analisis penawaran kredit investasi pada Bank Umum Nasional dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan keseimbangan suku bunga kredit investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi, pengaruh tabungan masyarakat dua periode sebelumnya tidak signifikan dan positif, ROA tiga periode sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi.

(13)

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN

KREDIT INVESTASI

Oleh

RATIH PRANITA H14104098

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(14)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2008

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Oktober 1986 dari pasangan

Cecep Sumedi dan Endang Werdiningsih. Penulis merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3

Bogor pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri 1 Bogor pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 dan

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor pada tahun

2001 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi dalam organisasi

kemahasiswaan, yaitu Hipotesa dan BEM-FEM, menjadi panitia di beberapa

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah

serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi pada Bank Umun

Nasional”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada :

1. Dr. Ir. H. Sri Hartoyo M. S sebagai Pembimbing Skripsi yang telah

mencurahkan segala waktu, pikiran dan tenaga secara suka rela untuk

membimbing penulis.

2. Nunung Nuryantono, Phd dan Syamsul H.P, M.Si selaku dosen dosen penguji

dan komisi pendidikan atas kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi

skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM

IPB.

4. Kedua orang tua dan kedua adikku yang telah memberikan curahan kasih

sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.

5. Keluarga besar Ratih Pranita yang selalu memberikan do’a dan dukungan

serta semangat untuk mengejar cita-cita.

6. Deny Marcian yang banyak membantu selama pembuatan skripsi ini dengan

tulus dan penuh semangat.

7. ABCDEF ( Agita, Ririn, Dewi, Fitsol, Indri ), Geng Slebor ( Ucup, Fajri,

Pansus ), Cai, Dodol, Andra, Lulu, bang jomb, bang dadan, dan seluruh

mahasiswa Ilmu Ekonomi angkatan 41.

8. The Power of 4 ( Andini, Muthia, Yanita ).

(17)

Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih membutuhkan

penyempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran

diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa

yang telah penulis susun dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan

menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya.

Bogor, Juli 2008

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penawaran Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 6

2.2. Permintaan Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya . 7 2.3. Penelitian Terdahulu ... 8

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

3.1. Penawaran dan Permintaan Kredit ... 10

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 13

1V. METODE PENELITIAN ... 15

4.1. Jenis dan Sumber Data ... 15

4.2. Model Analisis ... 15

4.3. Identifikasi Persamaan ... 16

4.4. Pendugaan Model dan Uji Signifikansi ... 19

4.5. Uji Asumsi Klasik ... 19

V. PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI ... 21

5.1. Perkembangan Kredit Investasi ... 21

5.2. Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi ... 23

5.3. Jumlah Tabungan pada Bank Umum Nasional ... 24

5.4. Gross Domestik Product (GDP) ... 25

5.5. Return on Asset (ROA) ... 26

5.6. Loan to Deposit Ratio ... 27

5.7. Jumlah Uang Beredar (M2) ... 28

VI. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI ... 30

6.1. Analisis Kredit Investasi yang ditawarkan ... 31

(19)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

7.1. Kesimpulan ... 37

7.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(20)

x

DAFTAR TABEL

No. Halaman

4.1 Pengujian Order Condition ... 18

4.2 Pengujian Rank Condotion ... 19

6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 30

6.2 Hasil Estimasi Two Stage Least Square ... 31

(21)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.1 Grafik Penyaluran Kredit ... 2

2.1 Kurva Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi ... 13

2.2 Kerangka Pemikiran ... 14

5.1 Grafik Perkembangan Kredit Investasi ... 22

5.2 Grafik Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi ... 23

5.3 Grafik Perkembangan Tabungan Masyarakat ... 24

5.4 Kurva Perkembangan GDP ... 26

5.5 Kurva Perkembangan ROA Bank Umum Nasioanal ... 27

5.6 Kurva Perkembangan LDR Bank Umum Nasioanal ... 28

(22)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank Indonesia optimis bahwa pertumbuhan kredit di Indonesia akan

tercapai karena melihat dari keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh

persaingan dan kondisi yang tidak menentu, keadaan ini memicu bank-bank

umum berlomba-lomba untuk meningkatkan sumber dana bank yang kemudian

disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Pengertian Bank sendiri adalah badan

usaha yang menghipun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No. 10

tahun 1998).

Pihak bank terus mengembangkan kompetensi di bidang kredit untuk

menggalang pertumbuhan kredit yang berkesinambungan sekaligus menjalankan

fungsinya sebagai jasa intermediasi keuangan (Abdullah, 2007). Namun pada

kenyataannya fungsi bank tersebut belum sepenuhnya tercapai, kualitas kredit

yang disalurkan pertumbuhannya rendah khususnya kredit investasi, pertumbuhan

kredit untuk kegiatan produktif yaitu modal kerja dan investasi yang sifatnya

jangka panjang tumbuh lebih rendah dibandingkan kredit konsumsi. Menurut

Bappenas (2005), pertumbuhan kredit investasi yang rendah ini disebabkan oleh

1) sifat sumber pendanaannya yang sebagian jangka pendek; 2) ketatnya peraturan

BI dalam memberikan kredit; 3) perbankan umumnya dalam kondisi konsolidasi

dan 4) masih tingginya resiko di sektor riil dan adanya assymetric information

(24)

2

Laporan Bank Indonesia (2003) menyebutkan bahwa belum pulihnya

fungsi intermediasi perbankan tersebut disebabkan oleh masih berlangsungnya

konsolidasi internal perbankan dan belum mampunya sektor riil menyerap kredit.

Sektor rill sendiri belum mampu menyerap kredit karena terjadinya credit crunch.

Credit crunch disebabkan kurangnya keinginan perbankan menyalurkan kredit

sehingga kebijakan moneter menjadi relatif longgar, keadaan ini menyebabkan

kredit tidak dapat ditransmisikan oleh sektor riil melalui pemberian pinjaman.

Credit crunch juga dapat mengurangi ruang gerak bagi kebijakan moneter, karena

dalam kondisi tersebut kebijakan moneter untuk menaikkan suku bunga akan

memperburuk kondisi dunia usaha (Agenor, 2000). Perkembangan kredit

perbankan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 1. Grafik Penyaluran Kredit Sumber : (Bappenas), Agustus 2005

Penurunan dan rendahnya pertumbuhan kredit investasi yang disalurkan

bank umum nasional selama beberapa tahun terakhir mencerminkan perputaran

(25)

3

sumber pembiayaan investasi dan produksi bagi sektor riil, padahal dana yang

siap disalurkan untuk disalurkan menjadi kredit selama periode tersebut

cenderung meningkat seiring dengan peningkatan tabungan masyarakat dan return

yang diterima oleh bank, aliran dana yang ditujukan untuk membiayai kegiatan

investasi dan produksi seharusnya dijadikan prioritas karena keduanya merupakan

faktor penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Investasi sendiri didefinisikan sebagai semua kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi output di masa yang

akan datang. Investasi sangat mempengaruhi sumbangan sektor perbankan dalam

pembangunan ekonomi yang dapat dilihat dari besarnya sumbangan pada PDB

(Produk Domestik Bruto) melalui penyaluran kredit investasi.

Permintaan kredit investasi di Indonesia beberapa tahun terakhir memang

mengalami peningkatan namun besarnya masih berada dibawah permintaan kredit

konsumsi dan modal kerja, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Faktor-faktor

seperti perubahan suku bunga kredit, tingginya resiko investasi, persyaratan untuk

mengajukan kredit investasi yang tidak mudah, serta masih besarnya

kecenderungan masyarakat berperan sebagai konsumen mempengaruhi besarnya

permintaan kredit investasi ini. Pertumbuhan kredit investasi yang rendah ini juga

dipengaruhi oleh penawaran kredit perbankan, perilaku penawaran kredit

perbankan sendiri dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK

(Dana Pihak Ketiga), persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi

perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio),

jumlah kredit macet atau NPL (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to

(26)

4

indikator lain yang juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan

kredit kepada debitur adalah faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang

tercermin dalam Return on Assets (ROA).

1.2. Perumusan Masalah

Disintermediasi perbankan di Indonesia masih terjadi, sumber utama

pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya

masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga wajar apabila

banyak pihak berpendapat bahwa lambatnya penyaluran kredit perbankan di

Indonesia setelah krisis tahun 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya

pemulihan ekonomi di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang

terkena krisis (Harmanta dan Ekananda, 2005). Padahal setelah krisis terjadi,

pendapatan bank yang berasal dari ROA cenderung mengalami peningkatan

sehingga memungkinkan pihak bank untuk dapat meningkatkan penawaran

kreditnya.

Fakta yang ada mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit untuk

kegiatan produktif seperti kredit investasi yang sifatnya jangka panjang, tumbuh

lebih rendah dibandingkan kredit yang bersifat konsumtif. Padahal pertumbuhan

kredit investasi mempunyai hubungan langsung dengan pertumbuhan sektor riil

yang merupakan tolak ukur bagi pertumbuhan ekonomi negara. Mengacu pada

pemikiran tersebut, penulis bermaksud mengidentifikasi masalah yaitu

menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran dan

permintaan kredit investasi pada bank umum nasional dalam keadaan

keseimbangan, serta menganalisis faktor apa saja yang dapat memacu peningkatan

(27)

5

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi penawaran dan permintaan kredit investasi pada bank umum

nasional sehingga dapat diketahui faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan

kredit investasi. Penelitian tentang kredit investasi maupun investasi itu sendiri

umumnya cenderung hanya melihat dari satu sisi yaitu penawaran saja ataupun

permintaan saja, sehingga faktor yang dapat meningkatkan penawaran dan

permintaan kredit investasi dapat diketahui namun tetap menguntungkan bagi

kedua sisi yaitu masyarakat di sisi permintaan dan penyedia kredit investasi di

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penawaran Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya

Lerner (1938) berpendapat bahwa suku bunga di tentukan oleh harga

kredit dan diatur oleh interaksi penawaran dan permintaan modal. Suku bunga

adalah harga yang menyamakan tabungan atau kredit yang ditawarkan ditambah

dengan tambahan bersih dari kenaikan jumlah uang dari suatu periode tertentu.

LDR adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan bank dibagi dengan jumlah

DPK (Dana Pihak Ketiga). Loan bukan hanya kredit yang disalurkan bank, tetapi

termasuk juga obligasi korporasi yang dipegang bank. BI akan memberikan nilai

tambah bagi sebuah bank yang berhasil menghimpun DPK yang berjangka waktu

panjang.

LDR juga dapat dikatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat likuiditas bank, karena jumlah DPK tidak mampu menutup kredit yang

disalurkan sehingga bank harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk

menutup kekurangannya (Retnadi, 2007). Semakin tinggi LDR maka semakin

banyak pula kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat termasuk kredit

investasi.

ROA adalah salah satu cara penilaian yang digunakan untuk mengukur

tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh

sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. Menurut Bank Indonesia

(2006), ROA itu membandingkan laba terhadap total asset, apabila terjadi

peningkatan ROA secara signifikan maka akan berpengaruh juga terhadap

(29)

7 % 100 Aset Total Pajak Setelah Laba Asset on

Return = x (2.1)

Tabungan adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun

penarikannya dapat dilakukan kapan saja, hampir setiap orang merasa wajib

memiliki tabungan di Bank, tidak hanya di satu bank tetapi dua atau tiga bank

sekaligus. Semakin banyak orang yang menabung di bank disebabkan saat ini

tabungan tidak hanya digunakan sebagai sarana menyimpan uang saja, tetapi juga

ditambah dengan fasilitas lain seperti fasilitas debet, fasilitas ATM, transfer, dan

lain sebagainya (Senduk, 2000). Semakin banyak masyarakat menabung di bank,

maka akan semakin banyak bank mendapatkan dana. Dana tersebut adalah dana

yang kemudian akan diputarkan menjadi kredit termasuk kredit investasi.

2.2. Permintaan Kredit Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya

GDP adalah nilai uang atau nilai moneter semua barang-barang serta jasa

yang dihasilkan oleh suatu negara pada suatu periode tertentu, meliputi konsumsi,

belanja/pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor bersih (ekspor dikurangi

impor), disimbolkan dengan Y = C + I + G + (X - M). GDP merupakan indikator

yang tepat untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara dan pendapatan

masyarakat disuatu negara, biasanya diukur secara tahunan, meskipun perhitungan

bulanannya juga diumumkan (Danareksa, 2008). Peningkatan GDP akan

mempengaruhi iklim investasi disuatu negara yang selanjutnya akan

meningkatkan permintaan kredit investasi.

Komponen-komponen yang menentukan tingkat bunga kredit yang dalam

kredit investasi yaitu cost of loanable funds, overhead cost, faktor risiko, spread,

(30)

8

komponen tersebut menjadi alat persaingan yang sangat strategis dalam industri

perbankan yang sangat kompetitif. Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang

berlawanan untuk penawaran dan permintaan kredit investasi, sehingga jika

tingkat bunga kredit investasi naik maka kredit investasi yang ditawarkan akan

naik karena bank bisa mendapat peningkatan keuntungan dari kenaikan bunga

tersebut namun sebaliknya bagi permintaan kredit investasi, kenaikan tingkat

bunga kredit investasi akan menurunkan permintaan.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan oleh Arifiani (2003), Harmanta dan

Ekananda (2005), serta Hafidh (2003) menyimpulkan bahwa jumlah kredit yang

ditawarkan dipengaruhi variabel simpanan deposito bank umum dan suku bunga

SBI. Besarnya variabel SBI memiliki pengaruh yang negatif dan deposito

memiliki pengaruh yang positif terhadap penawaran pinjamannya. Sedangkan

pada bank kecil yang terjadi justru sebaliknya, variabel SBI memiliki pengaruh

yang positif dan deposito memiliki pengaruh yang negatif terhadap penawaran

pinjamannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2005) menyimpulkan bahwa

realisasi kredit investasi dipengaruhi secara signifikan oleh suku bunga kredit

investasi dengan arah positif tetapi variabel tabungan tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan. Sedangkan realisasi kredit modal kerja dipengaruhi secara

signifikan oleh suku bunga kredit modal kerja dan tabungan dengan arah positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) dan Mahrinasari MS

(2006) menyimpulkan bahwa variabel DPK, CAR, LDR dan ROA secara parsial

(31)

9

investasi sedangkan rasio kas berpengaruh negatif, disebabkan sumber dana bank

yang ada lebih besar dialokasikan kepada kegiatan aktiva produktif yang

mendatangkan keuntungan bagi bank.

Penelitian Harmanta dan Ekananda (2005) menyimpulkan bahwa kredit

yang ditawarkan merupakan fungsi dari kapasitas kredit bank umum, suku bunga

kredit bank umum, suku bunga SBI, NPL dan variabel dummy sebelum dan

setelah krisis tahun 1997, di dalam fungsi tersebut seluruh variabel (kecuali

variabel dummy krisis) secara statistik juga signifikan mempengaruhi kredit yang

ditawarkan dan seluruhnya mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan yaitu

positif untuk variabel kapasitas kredit dan suku bunga kredit bank umum, serta

(32)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Penawaran dan Permintaan Kredit

Keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, Melitz dan Pardue (1973) dalam Insukindro

(1995) merumuskan model penawaran kredit oleh sistem perbankan sebagai

berikut :

LSt = g(S, SB, IB, BD) (3.1)

dimana :

LSt adalah jumlah penawaran kredit oleh bank, S adalah kendala-kendala yang

dihadapi bank seperti tingkat cadangan bank atau ketentuan mengenai cadangan

wajib, SB adalah tingkat suku bunga kredit bank biaya oportunitas meminjamkan

uang dan BD adalah biaya deposito bank.

Penawaran kredit dipengaruhi oleh besarnya GWM, apabila tingkat

cadangan wajib naik maka dana yang dapat disalurkan menjadi kredit akan

berkurang. Biaya oportunitas dan biaya deposito juga mempengaruhi penawaran

kredit karena keduanya dapat menjadi acuan bank untuk menentukan suku bunga

kredit, apabila biaya deposito meningkat maka cost of fund meningkat yang

selanjutnya akan menyebabkan suku bunga meningkat. Suku bunga kredit

mempengaruhi permintaan kredit investasi, apabila suku bunga kredit naik maka

permintaan kredit akan menurun karena kenaikan suku bunga berarti tingginya

(33)

11

Model tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Warjiyo (2004) yang

mengatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang

secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan

dalam bentuk uang beredar (M1, M2) digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor

riil melelui penyaluran kredit perbankan. Namun dalam kenyataannya anggapan

seperti itu tidak selamanya benar, karena penawaran kredit perbankan juga

dipengaruhi oleh CAR, NPL dan LDR. Hubungan fungsinya adalah sebagai

berikut :

LSt = f(DPK, PUD, CAR, NPL, LDR) (3.2)

dimana :

LSt adalah penawaran kredit perbankan, PUD adalah prospek usaha debitor, DPK

adalah Dana Pihak Ketiga, CAR adalah Capital Adequacy Ratio, NPL adalah Non

Performing Loan dan LDR adalah Loan to Deposit Ratio.

Penawaran kredit oleh bank dipengaruhi oleh jumlah DPK karena DPK

yang dihimpun oleh bank merupakan salah satu sumber dana yang akan

disalurkan melalui kredit. Bank juga akan melihat prospek usaha yang dimiliki

oleh debitor karena salah satu penyebab terjadinya NPL adalah kurangnya

informasi tentang usaha yang dimiliki oleh debitor. NPL sendiri akan menjadi

hambatan bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin

mengalami kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan debitor membayar

(34)

12

Menurut Suseno dan Piter (2003), ROA (Return on Assets) juga

berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit terhadap debitor.

ROA sendiri merupakan salah satu indikator untuk melihat besarnya keuntungan

yang diperoleh oleh bank.

Penelitian ini menganalisis bukan hanya penawaran kredit saja, tapi juga

permintaan dalam keadaan keseimbangan. LSt(Loan Supply) adalah jumlah uang

di bank yang siap untuk dialokasikan menjadi kredit. Rumus matematisnya adalah

sebagai berikut :

LSt = ( 1 – ) DD (3.3)

LSt adalah penawaran kredit investasi, adalah jumlah Giro Wajib Minimum

(GWM) dan DD adalah demand deposit.

LDt (Loan Demand) adalah banyaknya kredit yang diinginkan oleh masyarakat.

Rumus matematisnya adalah sebagai berikut :

LDt = L ( , SB ) (3.4)

Keadaan keseimbangan juga dianalisis karena yang dianalisis bukan dari

sisi permintaan kredit saja atau penawaran kredit saja, melainkan keduanya, faktor

yang mempengaruhi kedua sisi baik penawaran kredit maupun permintaan kredit

dapat teranalisis. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut :

LSt = LDt

(35)

13

dimana :

LSt adalah penawaran kredit, LDt adalah permintaan kredit, adalah Suku Bunga

[image:35.612.235.402.189.339.2]

Bond, sbkrinv adalah Suku Bunga Kredit dan adalah GWM.

Gambar 2.1. Kurva Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi

Gambar tersebut menunjukkan keseimbangan antara penawaran kredit dan

permintaan kredit yaitu pada titik A, apabila terjadi kenaikan suku bunga maka

bank akan menambah kredit investasi yang disalurkan, namun keadaan ini tidak

didukung dengan peningkatan permintaan kredit sehingga yang terjadi adalah titik

keseimbangan bergeser ke titik B.

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas dianataranya yaitu

LDR, ROA, tabungan masyarakat, inflasi, suku bunga kredit, GDP dan kredit

investasi periode sebelumnya.

L L

LDt LSt1 LSt2

(36)
[image:36.612.143.481.75.313.2]

14

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

ROA, LDR dan tabungan masyarakat kredit mempengaruhi kredit

investasi pada sisi penawaran. Hal tersebut dikarenakan variabel tabungan

masyarakat, ROA dan LDR merupakan cerminan dari keadaan bank itu sendiri.

Variabel suku bunga mempengaruhi kedua sisi, karena suku bunga memberi

insentif bagi kedua belah pihak baik kreditor maupun debitor. Variabel GDP

mempengaruhi sisi permintaan karena keduanya mencerminkan keadaan

keuangan masyarakat sebagai debitor atau pemohon kredit. Pengaruh dari variabel

ROA, LDR, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit investasi diharapkan

berpengaruh positif terhadap kredit investasi yang ditawarkan. Pengaruh dari

variabel GDP, jumlah kredit investasi periode sebelumnya diharapkan

berpengaruh positif terhadap penawaran kredit dan suku bunga kredit investasi

diharapkan berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit investasi.

- Return on Assets - Loan to

Deposit Ratio - Tabungan

Masyarakat

- Suku bunga kredit

Penawaran Kredit Investasi

- inflasi - Suku bunga

kredit - Pendapatan nasional - Kredit investasi periode sebelumnya Permintaan Kredit Investasi

(37)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalm penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data bulanan dari tahun 2002:1-2006:12. Sumber data berasal dari

Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS).

4.2. Model Analisis

Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua persamaan

struktural dan satu persamaan identitas dengan tiga variabel endogen yaitu Ls, Ld,

dan SB. Serta variabel predetermined yaitu S, ROA, NPL, SBI, INF, GDP, LDt-1,

KSM. Variabel-variabel tersebut akan diduga dengan sistem persamaan simultan.

Model persamaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penawaran kredit investasi

Lst = 0 + 1 SBt + 2 St + 3 ROA + 4 LDRt

+ 5 NPLt + 6 SBIt + (4.1)

dimana : 1> 0, 2 > 0, 3 > 0, 4 > 0, 5 < 0, 6 < 0

2. Permintaan kredit investasi

LDt = 0 + 1 SBt + 2 INFt + 3 GDPt + 4 LDt-1 + 5 KSMt + (4.2)

dimana : 1 < 0, 1< 0, 3 > 0, 4 > 0, 5 < 0

3. Persamaan Identitas

Lst = LDt

dimana:

Lst = Jumlah kredit yang ditawarkan ( Milyar )

(38)

16

SBt = Sukubunga kredit investasi ( Persen )

St-1 = Jumlah tabungan periodesebelumnya ( Milyar )

ROA = Return on Asset ( Persen )

LDRt = Loan to Deposit Ratio ( Persen )

M2t = Jumlah uang beredar ( Trilyun )

GDPt = Pendapatan Nasional ( Trilyun )

LDt-1 = Permintaan kredit investasi periode sebelumnya ( Milyar )

= error term

t = Periode waktu (bulan)

INF = Inflasi ( Persen )

NPLt = Non Performing Loan ( Persen )

SBIt = Suku Bunga SBI ( Persen )

KSMt = Permintaan Kredit Konsumsi ( Milyar )

Suku bunga kredit investasi diharapkan berpengaruh positif pada

penawaran kredit investasi namun negatif pada permintaan kredit investasi.

Tabungan masyarakat berpengaruh positif terhadap penawaran kredit investasi.

LDR berpengaruh positif terhadap penawaran kredit investasi. ROA berpengaruh

positif terhadap penawaran kredit investasi. Inflasi berpengaruh negatif terhadap

permintaan kredit investasi. GDP berpengaruh positif terhadap permintaan kredit

investasi.

4.3. Identifikasi Persamaan

Identifikasi persamaan dilakukan untuk mengetahui suatu model

persamaan simultan baik atau tidak. Persamaan dikatakan sudah baik jika

(39)

17

persamaan tersebut dapat diidentifikasi (identified) baik secara tepat (exactly

identified) ataupun secara lebih (over identified). Sebaliknya jika syarat perlu dan

syarat cukup tidak dapat dipenuhi, maka persamaan tersebut dikatakan tidak dapat

diidentifikasi (unidentified) ataupun kurang dapat diidentifikasi (under identified).

4.3.1. Order Condition

Kondisi order merupakan syarat perlu dari identifikasi model, dimana

model didefinisikan sebagai berikut :

M = Banyaknya variabel endogen dalam model,

m = Banyaknya variabel endogen dalam suatu persamaan,

K = Banyaknya variabel pada model,

k = Banyaknya variabel dalam suatu persamaan tertentu.

Kondisi order untuk mengidentifikasikan persamaan simultan menyatakan

bahwa ”agar suatu persamaan teridentifikasi dalam suatu model dari M persamaan

simultan, maka banyaknya variabel yang sudah ditetapkan dalam model dikurangi

banyaknya variabel dalam persamaan harus tidak kurang dari banyaknya variabel

endogen yang dimasukkan dalam persamaan dikurangi satu. Kondisi order ini

dinyatakan dengan (K-k) (m-1), dan jika (K-k) (m-1) maka persamaan

tersebut under identified, jika (K-k) = (m-1) maka just identified” Gujarati (1995).

Tabel 1 berikut adalah hasil pengujian Order Condition dari kedua persamaan

(40)
[image:40.612.135.501.107.166.2]

18

Tabel 4.1. Pengujian Order Condition

K-k >,<,= m-1 Identified

Persamaan 1

Persamaan 2

13 - 7 = 6

13 - 6 = 7

>

>

2 - 1 = 1

3 – 1 = 2

Over Identified

Over Identified

Sumber: Gujarati (1995)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua persamaan struktural dalam

model adalah over identified, sehingga parameter-parameter pada persamaan

simultan diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode Two Stage Least

Square (TSLS).

4.3.2. Rank Condition

Kondisi order adalah kondisi yang diperlukan tapi tidak cukup dijadikan

pedoman dalam mengidentifikasi persamaan, maksudnya jika kondisi order

dipenuhi, mungkin saja terjadi suatu persamaan yang tidak diidentifikasikan.

Gambaran umumnya adalah sebagai berikut, jika kondisi order K-k m-1

dipenuhi oleh suatu persamaan, maka belum tentu persamaan tersebut

teridentifikasi kerena variabel yang ditetapkan pertama kali dikeluarkan lebih

dahulu dari persamaan ini, tetapi didalam model tidak semuanya independen

sehingga mungkin tidak ada hubungan satu-satu antara koefisien struktural dan

koefisien bentuk yang direduksi. Oleh karena itu, diperlukan kedua-duanya baik

order condition maupun rank condition.

Kondisi rank untuk mengidentifikasikan persamaan simultan menyatakan

bahwa ”dalam suatu model M persamaan dalam M variabel endogen, suatu

persamaan diidentifikasikan jika dan hanya jika sekurang-kurangnya satu penentu

(41)

19

endogen maupun eksogen) yang tidak dimasukkan dari persamaan tertentu tadi

tetapi dimasukkan dalam persamaan lain dari model, jika K-k m-1 dan tingkat

dari matriks A adalah M-1, berarti persamaan tadi terlalu diidentifikasikan”

Gujarati (1995). Tabel 2 berikut adalah hasil pengujian Rank Condition dari kedua

[image:41.612.135.506.241.304.2]

persamaan yang digunakan di dalam penelitian ini.

Tabel 4.2. Pengujian Rank Condotion

M – 1 Rank (A) Identified

Persamaan 1

Persamaan 2

2

2

2

2

Over Identified

Over Identified

Sumber: Gujarati (1995)

Hasil dari pengujian rank condition menunjukkan bahwa kedua persamaan

struktural dalam model memenuhi syarat rank, dimana tingkat dari matriks A

adalah M – 1, sehingga persamaan diatas over identified. Parameter-parameter

pada persamaan simultan diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode

Two Stage Least Square (TSLS).

4.4. Pendugaan Model dan Uji Signifikansi

Pendugaan model dan uji signifikansi menggunakan metode Two Stage

Least Square (TSLS) dengan bantuan software E-views. Pendugaan model dan uji

signifikansi ini bertujuan untuk melihat apakah dugaan model penawaran tersebut

relatif baik untuk digunakan (dilihat dari R2) dan apakah variabel-variabel

(42)

20

4.5. Uji Asumsi Klasik

Uju Asumsi Klasik digunakan untuk mengetahui apakah parameter yang

dihasilkan oleh model regresi yang diperoleh dari metode Two Stage Least Square

(TSLS) bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya koefisien

regresi pada persamaan tersebut tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang

berarti. Uji asumsi klasik terdiri dari uji Normalitas, Autokorelasi,

Heteroskedastisitas dan uji multikoliniearitas.

Menurut Patria (2004) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi

data yang normal.

Menurut Kendall dan Buckland dalam Gujarati (2004), autokorelasi dapat

didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang

diurutkan menurut waktu atau ruang. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam

suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians

populasinya dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk

memperkirakan nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.

Heteroskedastisitas yaitu varians tiap unsur pengganggu di dalam model

tidak sama. Menurut (Algifari, 2000) konsekuensi dari heterosksedastisitas dalam

model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel

kecil maupun besar.

Multikolinearitas dapat di definisikan sebagai adanya hubungan linear

yang sempurna atau hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel

(43)

V. PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI

5.1. Perkembangan Kredit Investasi

Jumlah penawaran kredit investasi dari tahun ke tahun mulai mengalami

peningkatan, namun dalam perkembangannya belum berjalan seperti yang

diharapkan. Fenomena saat ini menunjukkan perbankan lebih cenderung untuk

menyalurkan kredit jangka pendek dibandingkan kredit jangka panjang.

Lambannya penurunan suku bunga kredit investasi disebabkan terutama oleh

masih tingginya persepsi risiko perbankan terhadap penyaluran kredit jangka

panjang, tercermin dari pertumbuhan kredit investasi yang rendah. Rendahnya

pertumbuhan kredit investasi jika melihat dari sisi permintaan mencerminkan

masih tingginya risiko dunia usaha dan jika ditinjau dari struktur dana perbankan

juga indikasi bahwa bank memiliki keterbatasan kemampuan untuk menyalurkan

kredit berjangka panjang karena DPK didominasi oleh dana jangka pendek.

-20 0 20 40 60 80 100

2002 2003 2004 2005 2006

KRINVRIIL INFLASI SBKRINVRIIL

(44)

22

Kredit investasi tertinggi tahun 2002 terjadi pada bulan Desember sebesar

84,424 milyar rupiah. Tahun 2003 pun nilai tertinggi terjadi pada bulan Desember

sebesar 95,775 milyar rupiah. Begitu pula pada tahun 2004, 2005 dan 2006.

Keadaan ini disebabkan baik masyarakat maupun bank lebih memilih untuk tetap

berada dalam posisi aman yaitu menghindari resiko dari fluktuasi suku bunga

serta faktor-faktor lainnya yang bisa merugikan mereka.

Perkembangan kredit investasi bank umum nasional memang mengalami

peningkatan seperti yang terlihat pada Gambar 4. Tahun 2003, 2004 dan 2005

kredit investasi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,035 persen;

0,067 persen dan 0,088 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2006

mengalami penurunan sebesar 0,035 persen. Nilai tersebut mengindikasikan

bahwa kredit investasi mengalami peningkatan namun tingkat pertumbuhannya

masih relatif rendah.

5.2. Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi

Penyaluran kredit baru dan tingginya suku bunga kredit investasi pada

kondisi suku bunga deposito yang menurun cukup tajam mengikuti penurunan

suku bunga SBI, mampu mendorong penerimaan bunga kredit cukup tinggi.

Tingkat suku bunga kredit investasi baru menunjukkan sedikit penurunan sejak

Oktober 2002 seiring dengan adanya penurunan pada tingkat bunga SBI dan

tingkat bunga deposito, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum

krisis yang berkisar antara 16,0% hingga 16,5%. Tahun 2003 penurunan suku

bunga simpanan telah diikuti oleh suku bunga kredit namun dengan laju

penurunan yang lebih lambat. Suku bunga kredit investasi juga mengalami

(45)

23

-4 0 4 8 12 16

2003 2004 2005 2006

[image:45.612.150.493.91.280.2]

SBKRINVRIIL

Gambar 5.2. Grafik Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Investasi (Bank Indonesia, diolah)

Tahun 2004 penurunan suku bunga kredit investasi terjadi dengan laju

yang lebih lambat. Suku bunga kredit investasi menurun, tercatat sebesar 14,05%

pada akhir tahun. Penurunan tersebut lebih lambat daripada penurunan yang

terjadi pada 2003, sehingga mendorong tetap tingginya kesenjangan antara suku

bunga deposito dan kredit investasi. Kesenjangan suku bunga tersebut secara

makro mengindikasikan masih cukup tingginya persepsi risiko perbankan

terhadap penyaluran kredit jangka panjang.

5.3. Jumlah Tabungan pada Bank Umum Nasional

Perkembangan yang terlihat pada jumlah tabungan yaitu terjadinya

peningkatan dari tiap bulan dan juga tiap tahun. Namun peningkatan tersebut tidak

besar karena tingkat peningkatan pendapatan masyarakat yang juga tidak terlalu

besar. Tahun 2002 rata-rata jumlah tabungan masyarakat yaitu sebesar 173,17

milyar, peningkatan yang terjadi tiap bulannya tidak terlalu besar. Sedangkan

(46)

24

130 140 150 160 170 180 190 200 210

2002 2003 2004 2005 2006

[image:46.612.146.480.92.280.2]

TABMASYRIIL

Gambar 5.3. Grafik Perkembangan Tabungan Masyarakat (Bank Indonesia, diolah)

Tahun 2004 adalah sebesar 263,02 milyar, tahun 2005 sebesar 282,30, dan

terakhir pada tahun 2006 rata-ratanya sebesar 286,63. Jumlah tabungan tertinggi

pada periode 2002-2006 terjadi pada bulan Desember 2006. Rata- rata tertinggi

juga terjadi pada tahun 2006. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya

pendapatan masyarakat serta perekonomian yang semakin membaik di Indonesia

pada tahun-tahun terakhir.

Tabungan masyarakat secara keseluruhan mengalami peningkatan pada

tahun 2003, 2004, dan 2005. Kenaikannya masing-masing sebesar 0,053 persen;

0,330 persen dan 0,159 persen. Tahun 2006 yaitu pada awal sampai pertengahan,

tabungan masyarakat mengalami penurunan sebesar 0,346 persen, kemudian

meningkat kembali di akhir tahun 2006.

5.4. Gross Domestik Product (GDP)

Pertumbuhan GDP tahun 2006 tidak lebih baik dari pertumbuhan ekonomi

(47)

25

rasa optimis di kalangan masyarakat tidak berhasil dibangkitkan. Tingginya

tingkat ketidakpastian di kalangan dunia usaha merupakan penyebab utama dari

rendahnya tingkat kenaikan investasi sepanjang tahun 2006, keadaan ini

disebabkan dari tidak kunjung kondusifnya iklim usaha di sektor produksi riil.

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat dikatakan tidak efektif

untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif karena seringkali dibayangi oleh

keragu-raguan pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan yang

dikeluarkan tersebut. Kejadian serupa juga terjadi pada tahun 2002 sampai 2004,

peningkatan yang cukup baik terlihat pada tahun 2005.

310 320 330 340 350 360 370 380 390

2002 2003 2004 2005 2006

[image:47.612.149.479.331.528.2]

GDPRIIL

Gambar 5.4. Kurva Perkembangan GDP (Bank Indonesia, diolah)

Tahun 2002 sampai dengan 2006 perkembangan GDP cenderung lebih

banyak mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada tahun 2003, 2004 dan 2006

sebesar 0,166 persen; 0,159 persen dan 0,233 persen. Peningkatan terlihat pada

(48)

26

5.5. Return on Asset (ROA)

Profitabilitas perbankan terus membaik seperti yang tercermin pada Return

on Asset (ROA) yang mengalami peningkatan pada priode 2002 hingga

pertengahan tahun 2005, peningkatan ini disebabkan pemerintah ingin mengatasi

kondisi permodalan bank-bank sehingga memenuhi standar internasional, seperti

tercermin pada Capital Adequacy Ratio (CAR) dan juga ROA. Namun, pada

pertengahan tahun 2005 tepatnya pada bulan Juni terjadi penurunan nilai ROA

dari 3,33 persen menjadi 2,20 persen. Penurunan ini terjadi karena Non

Performing Loan yang terjadi pada periode tersebut cukup tinggi, sehingga laba

yang didapatkan oleh bank mengalami penurunan.

1.2 1.6 2.0 2.4 2.8 3.2 3.6

2002 2003 2004 2005 2006

[image:48.612.149.480.354.531.2]

ROA

Gambar 5.5. Kurva Perkembangan ROA Bank Umum Nasional (Bank Indonesia, diolah)

5.6. Loan to Deposit Ratio

Penghimpunan dan penyaluran dana perbankan dalam periode 2002-2006

di sektor perbankan telah terjadi peningkatan. Peningkatan ini terlihat pada

(49)

27

bulan Desember 2004 sampai bulan Desember 2005 terutama didorong oleh

kenaikan suku bunga perbankan. Tingkat suku bunga deposito meningkat dari 6,4

persen pada akhir tahun 2004 menjadi 12,0 persen pada akhir 2005, sedangkan

tingkat suku bunga kredit modal kerja meningkat dari 13,4 persen menjadi 15,9

persen dalam periode yang sama. Penyaluran dana masyarakat pun meningkat

pesat sebesar 24,5 persen dari Rp 553,5 triliun menjadi Rp 689,7 triliun pada

periode yang sama. Perkembangan tersebut membuat loan to deposit ratio (LDR)

meningkat cukup berarti, dari 38,24 persen pada akhir tahun 2002 menjadi 61,56

persen pada akhir tahun 2006.

20 30 40 50 60 70

2003 2004 2005 2006

[image:49.612.147.478.326.502.2]

LDR

Gambar 5.6. Kurva Perkembangan LDR Bank Umum Nasional (Bank Indonesia, diolah)

5.7. Jumlah Uang Beredar (M2)

Kebijaksanaan pengendalian uang beredar selalu diupayakan agar uang

beredar sesuai dengan kebutuhan perekonomian, dengan tetap memperhatikan

kestabilan harga. Gambar 9 berikut menunjukkan perkembangan jumlah uang

(50)

28

660 680 700 720 740 760 780

2002 2003 2004 2005 2006

[image:50.612.147.482.91.260.2]

M2RIIL

Gambar 5.6. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (Bank Indoesia, diolah)

Perkembangan uang beredar dari tahun 2002 sampai 2006 senderung tidak

menentu. Tahun 2003 terjadi penurunan sebesar 0,287 persen dari tahun

sebelumnya, sedangkan pada tahun 2004 terjadi peningkatan sebesar 0,288

persen. Tahun 2005 jumlah uang beredar kembali turun sebesar 0,005 persen,

(51)

VI. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI

Pada bab ini akan dilakukan pendugaan terhadap fungsi penawaran dan

permintaan kredit pada persamaan 4.1 dan 4.2 dengan menggunkakan metode

Two Stage Least Square. Pendugaan pada model persamaan tersebut terlihat

bahwa nilai-nilai koefisiennya tidak sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena

itu dilakukan uji coba dengan merubah-rubah lag dari variabelnya. Hasil dari uji

coba tersebut akhirnya diperoleh hasil terbaik yaitu persamaan sebagai berikut :

1. Penawaran kredit investasi

Lst = 0 + 1 SBt + 2 St-2 + 3 ROAt-3 + 4 LDRt + 4 Lst-1 + (6.1)

2. Permintaan kredit investasi

[image:51.612.136.513.461.601.2]

LDt = 0 + 1 SBt + 2 INFt + 3 GDPt + 4 LDt-1 + T + (6.2)

Tabel 6.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji

Penawaran Kredit Investasi Permintaan Kredit Investasi

F-statistic Probability F-statistic Probability

Normalitas 13.70305 0.001058 1.082625 0.581984

Autokorelasi 7.091056 0.028853 4.544413 0.001259

Heteroskedastisitas 3.637558 0.001259 3.637558 0.001259

Sumber : Lampiran 2, 3, 4, 7, 8, 9

Berdasarkan tabel diatas diatas maka dapat disimpulkan bahwa model

bebas dari asumsi klasik yaitu normalitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas

(52)

31

[image:52.612.136.506.142.358.2]

6.1. Analisis Penawaran Kredit Investasi

Tabel 6.2. Pendugaan Fungsi Penawaran Kredit Investasi

Sumber : Lampiran 1

Selanjutnya adalah uji F-hitung, pengujian ini bertujuan untuk melihat

apakah semua variabel independen secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen dilihat dari nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf

nyata = 0,1. Hasil F-hitung menunjukkan bahwa persamaan tersebut memiliki

probabilitas F-hitung lebih kecil dari nilai , maka dapat disimpulkan seluruh

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara

bersamaan dengan derajat kepercayaan mendekati 100 persen.

Selanjutnya adalah uji-t untuk melihat signifikan atau tidaknya hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen secara sendiri-sendiri yang

dilihat dari probabilitasnya pada taraf nyata = 0,1. Hasil uji-t tersebut dapat

disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan

secara sendiri-sendiri terhadap penawaran kredit investasi di Indonesia.

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 3.089 1.063 0.2926

Suku Bunga 0.102 1.519 0.0673

ROA(-3) 1.908 3.088 0.0016

LDR 0.0729 2.051 0.0227

Penawaran Kredit (-2)

0.831 10.534 0.0000

Tabungan Masyarakat (-1)

0.0061 0.254 0.4002

R-squared 0.971 Durbin-Watson stat 2.397

F-statistic 343.69

(53)

32

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa model persamaan faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran kredit investasi yang telah diuji memiliki nilai

koefisien determinasi sebesar 0,971. Nilai koefisien determinasi tersebut dapat

diartikan bahwa jumlah kredit yang ditawarkan dapat dijelaskan oleh variasi dari

variabel suku bunga kredit investasi, ROA, LDR dan jumlah tabungan masyarakat

sebesar 97,1 persen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa suku bunga kredit investasi (SB)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi. ROA tiga

periode sebelumnya (ROAt-3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kredit investasi. Penawaran kredit investasi periode sebelumnya (LSt-1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi. Jumlah

tabungan dua periode sebelumnya (St-2) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap penawaran kredit investasi. LDR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penawaran kredit investasi.

Nilai koefisien SB (suku bunga kredit investasi) sebesar 0,102 artinya,

apabila terjadi kenaikan suku bunga kredit investasi sebesar 1 persen misalnya

dari 12 persen menjadi 13 persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi

yang ditawarkan naik sebesar 0,102 miliyar. Pengaruh suku bunga kredit investasi

terhadap kredit investasi yang ditawarkan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hermanto (2005) bahwa tingkat bunga mempengaruhi jumlah dana

yang ingin dipinjam oleh peminjam atau debitur dan jumlah dana yang akan

dipinjam oleh pemilik dana atau kreditur.

Nilai koefisien S (tabungan/simpanan) dua bulan sebelumnya sebesar

(54)

33

sebesar 1 milyar akan membuat jumlah kredit investasi yang ditawarkan naik

sebesar 0,0061 milyar. Pengaruh tabungan/simpanan terhadap penawaran kredit

investasi ini tidak signifikan karena tabungan masyarakat hanyalah salah satu

sumber dana untuk penyaluran kredit.

Nilai koefisien ROA enam bulan sebelumnya sebesar 1,908 artinya,

apabila terjadi kenaikan ROA enam bulan sebelumnya sebesar 1 persen misalnya

dari 12 persen menjadi 13 persen, akan membuat jumlah kredit investasi yang

ditawarkan naik sebesar 1,908 milyar. Pengaruh ROA terhadap kredit investasi

yang ditawarkan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahrinasari

(2006) dan Meydianawathi (2006) bahwa ROA adalah tingkat keuntungan yang

dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank, apabila ROA

meningkat maka dana yang dapat disalurkan menjadi kredit juga meningkat.

Nilai koefisien LDR sebesar 0,0729 artinya, apabila terjadi kenaikan LDR

sebesar sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13 persen, akan

menyebabkan jumlah kredit investasi yang ditawarkan naik sebesar 0,0729 milyar.

Pengaruh LDR terhadap penawaran kredit investasi ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Mahrinasari (2006) bahwa LDR merupakan perbandingan

antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga, apabila dana pihak ketiga

meningkat maka jumlah penawaran kredit investasi juga akan meningkat.

Nilai koefisien penawaran kredit investasi periode sebelumnya (LSt-1)

sebesar 0,831 artinya, apabila terjadi kenaikan penawaran kredit investasi satu

bulan sebelumnya sebesar 1 milyar akan membuat jumlah kredit investasi yang

(55)

34

[image:55.612.134.506.143.348.2]

6.2. Analisis Permintaan Kredit Investasi

Tabel 6.3. Hasil Estimasi Two Stage Least Square

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 37.57 3.302 0.0009

Suku Bunga -1.458 -3.980 0.0001

GDP 0.0478 3.204 0.0011

Permintaan Kredit (-1)

0.529 6.015 0.0000

Tren 0.141 5.252 0.0000

Inflasi -1.518 -4.561 0.0000

R-squared 0.978 Durbin-Watson stat 1.660

F-statistic 453.11

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : lampiran 6

Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa model persamaan faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan kredit investasi yang telah diuji memiliki nilai

koefisien determinasi sebesar 0,978. Nilai koefisien determinasi tersebut dapat

diartikan bahwa permintaan kredit investasi dapat dijelaskan oleh variasi dari

variabel suku bunga kredit investasi, GDP, M2, dan lag dari jumlah kredit

investasi sebesar 97,8 persen.

Selanjutnya adalah uji F-hitung pengujian ini dilakukan untuk melihat

apakah semua variabel independen secara bersamaan berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen dengan melihat nilai probabilitas F–hitung

menggunakan taraf nyata = 0,1. Persamaan tersebut memiliki probabilitas

F-hitung lebih kecil dari nilai maka seluruh variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen secara bersamaan dengan derajat

(56)

35

Selanjutnya dilakukan uji-t untuk melihat signifikan atau tidaknya

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara

sendiri-sendiri yang dilihat dari probabilitasnya pada taraf nyata = 0,1. Berdasarkan hal

tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan

secara sendiri-sendiri terhadap permintaan kredit investasi di Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa suku bunga kredit investasi (SB) dan

inflasi (INF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit

investasi. GDP dan tren (T) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan kredit investasi. Permintaan kredit investasi periode ebelumnya (LDt-1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit investasi.

Tren variabel dalam penelitian ini cenderung meningkat. Terlihat dari

pengaruh tren yang positif dan signifikan dalam penelitian ini. Nilai koefisien SB

(suku bunga kredit investasi) sebesar -1,458 artinya, apabila terjadi kenaikan suku

bunga kredit investasi sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13

persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar

-1,458 miliyar. Debitur atau peminjam akan menunjukkan reaksi yang berlawanan

dengan kreditur apabila terjadi perubahan tingkat bunga kredit. Kenaikan suku

bunga akan menimbulkan reaksi yang negatif karena peminjam khawatir akan

ketidakmampuan untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Nilai koefisien inflasi (INF) sebesar -1,518 artinya, apabila terjadi

kenaikan inflasi sebesar sebesar 1 persen misalnya dari 12 persen menjadi 13

persen, maka akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar

(57)

36

satumya adalah menurunnya investasi. Inflasi bisa menyebabkan tingkat bunga

naik sehingga akan menurunkan jumlah kredit investasi yang diminta.

Nilai koefisien GDP sebesar 0,0478, artinya apabila terjadi kenaikan GDP

sebesar 1 Trilyun akan membuat jumlah kredit investasi yang diminta naik sebesar

0,0478 milyar. Pengaruh GDP terhadap permintaan kredit investasi ini sesuai

dengan kenyataan mengingat sektor riil merupakan salah satu tolak uku

Gambar

Gambar 1. Grafik Penyaluran Kredit Sumber : (Bappenas), Agustus 2005
Gambar 2.1. Kurva Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Pengujian Order Condition
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel tingkat suku bunga (X1) dan Tingkat Inflasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi pada Bank Umum di Indonesia, karena pelaku usaha

Tingkat suku bunga kredit investasi signifikan dan berpengaruh positif terhadap investasi dengan nilai elastisitas terhadap investasi sebesar 0.44 (inelastis) yang berarti

berpenyaruh nyata dan positif terhadap investasi di Indonesia, suku bunga kredit investasi berpengaruh nyata dan negatif terhadap investasi di Indonesia sedangkan nilai tukar tidak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Suku Bunga, Biaya, dan Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah Kredit Mikro pada Bank Danamon

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Suku Bunga, Biaya, dan Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah Kredit Mikro pada Bank Danamon Simpan

Industrial Production ) dan perbankan (meliputi suku bunga kredit investasi, DPK, dan NPL) serta respon kredit investasi terhadap berbagai variabel tersebut pada Bank Persero dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Suku Bunga, Biaya, dan Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Nasabah Kredit Mikro pada Bank Danamon

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa nilai probabilitas variabel suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit pada Bank SulutGo dimana tingkat suku