(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)
MULIANA YULIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam laporan akhir yang berjudul :
KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN
PEMASARAN BATIK GARUTAN
(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)
merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2006
Marketing (Case Study : Batik Tulis Garutan RM Company, Garut West Java). Under
supervisory of Koeswardhono Mudikdjo (as head of commitee) and Ma’mun Sarma
(as member of commitee).
In some areas of Indonesia, Batik Crafting Art is still expanding. This fact
indicates that this kind of national cultural identity can survive and must be reckoned
in the national community as well as interantional community, eventhough it always
forced by a globalization current that bring economic liberalisation and free
competition. The main factor that lead to these achievements is the endurance of the
product and supported by the improvement of human resources.
This study aimed to : (1) analyze marketing hotchpotch performed by PBT
Garutan RM, (2) indentify external and internal environment conditions that could be
opportunity, threat, stength, and weakness of PBT Garutan RM and (2) get
alternative strategy which enable to be formulated based on the environment
condition of the company. Data collecting conducted through direct observation of
raw material supllying, production, and distribution process, and interview with the
owner and general administration of PBT Garutan RM, Garut West Java. The method
of this study is case study with quantitative and qualitative analysis. The analysis
consist of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE),
Internal-External matrix (IE) and analysis of Strength, Weaknesses, Opportunities,
and Threats (SWOT Analysis) to formulate alternative strategies in order to support
marketing development of Batik Tulis Garutan.
Based on the marketing Hotchpotch Study, PBT Garutan perform these
following marketing hotchpotches : (1) Product Strategy (high quality and several
kind of product), (2) product pricing based on the Basic Production Cost (HPP) plus
benefit margin, (3) Distribution Strategy (tele marketing services and delivery cost is
the responsible of company), and (4) Promotion (news paper, magazine, radio,
television, domestic and abroad exhibitions). Environment conditions affecting the
company are : (1) external factor consist of 5 opportunity factors and 4 threath
factors, (2) internal factor consist of 5 strength factors and 6 weakness factors.
Based on the SWOT analysis, marketing development alternative strategy of
Batik Garutan performed by PBT Garutan RM consist of 10 marketing strategies.
Eight of these ten strategies are identified enabled to be done based on the marketing
Hotchpotch strategy, i.e : (1) to maintain product quality, (2) to improve consumers’
trust, (3) to do eficiency effort to press production cost, (4) to maintain product price,
(5) to do efective and eficient promotions, (6) to develop networking with same ki nd
companies, (7) to do outsourcing, (8) to make bussiness partnerships.
RINGKASAN
MULIANA YULIANTI
.
Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik
Garutan (Studi Kasus : Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa
Barat).
Dibimbing oleh Koeswardhono Mudikdjo sebagai Ketua dan Ma’mun
Sarma sebagai Anggota
Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di
tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini
mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional
maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi yang
membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas. Modal utama yang
memungkinkan pencapaian tersebut adalah daya tahan yang dimiliki seni kerajinan
batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya manusia (SDM)
pendukungnya untuk terus berpacu dan beradaptasi dengan dinamika perubahan
zaman, yang pada intinya berarti peningkatan etos kerja.
Kajian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi dan bauran
pemasaran batik garutan dalam pelestarian batik Kabupaten Garut. Secara khusus,
bertujuan untuk ; (1) Mengkaji strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang
telah dilakukan oleh PBT Garutan RM, (2) Mengidentifikasi kondisi lingkungan
eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan
bagi PBT Garutan RM, dan (3) Mendapatkan alternatif strategi yang dapat
diformulasikan berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk
meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT
Garutan RM.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap
proses penyediaan bahan baku, proses produksi dan distribusi, wawancara dengan
pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM, Garut, Jawa Barat.
Data
yang diperoleh berupa data primer dan sekunder, yang selanjutnya dianalisa secara
deskriptif untuk menentukan kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan
ancaman eksternal perusahaan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan analisis
matriks
Internal Factor Evaluation
(IFE) dan
External Factor Evaluation
(EFE),
matriks
Internal-External
(IE) dan analisis matriks
strengths, weaknesses,
opportunities and threats
(SWOT) untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi
dalam mendukung pengembangan pemasaran batik tulis garutan.
ii
Garutan RM antara lain dengan (1) meningkatnya permintaan batik, (2) terbukanya
pasar ekspor, (3) pangsa pasar yang luas, (4) hubungan baik dengan suplier dan (5)
adanya pembinaan dan pelatihan dari dinas perindustrian kabupaten. Sedangkan
ancaman yang dihadapi oleh PBT Garutan RM adalah (1) kondisi ekonomi belum
stabil, (2) banyaknya pesaing, (3) adanya produk pengganti dan (4) kondisi pasar
global. Matrik IFE diketahui kekuatan yang dimiliki oleh PBT Garutan RM, yaitu :
(1) produk bermutu, (2) tenaga kerja yang digunakan berasal dari daerah sekitar
perusahaan, (3) keuletan manajer dalam mengelola usaha, (4) pelayanan yang baik
kepada konsumen/pelanggan, dan (5) jalur distribusi sederhana. Kelemahan yang
dimiliki oleh PBT Garutan RM berupa : (1) kapasitas produksi tebatas, (2) kurang
promosi, (3) harga jual produk relatif tinggi, (4) sumberdaya manusia relatif
rendah, (5) biaya produk tinggi dan (6) pemasran belum optimal.
Pelaksanaan strategi dan bauran pemasaran batik garutan berdasarkan
matriks IE adalah berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara,
dengan aplikasi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
produk. Dengan mengetahui posisi dan kondisi perusahaan dari hasil analisis
matriks IE tersebut, maka dapat disusun beberapa alternatif strategi pengembangan
usaha batik garutan yang dilakukan oleh PBT Garutan RM berdasarkan analisis
SWOT, yaitu : (1) Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran, (2)
Memelihara dan mempertahankan mutu produk, (3) Mengembangan
networking
KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN
PEMASARAN BATIK GARUTAN
(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)
MULIANA YULIANTI
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Mahasiswa : Muliana Yulianti Nomor Pokok : F. 050 202 135
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, April 2006
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, MEc Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Prof.Dr.Ir.Hj.Sjafrida Manuwoto,MSc
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga laporan akhir yang berjudul Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan laporan akhir ini.
2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir ini.
3. Pemilik dan staff perusahaan Batik Tulis Garutan RM yang telah memberikan kesempatan dan waktu sebagai nara sumber dan tempat kajian ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf serta karyawan sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung.
5. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak -pihak yang berkepentingan.
Bogor, April 2006
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ii
RINGKASAN ... iii
RIWAYAT HIDUP... iv
PRAKATA... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN ... 4
II. ANALISIS MASALAH... 6
A. PRINSIP ANALISIS ... 6
1. Perumusan Masalah ... 6
2. Pendekatan ... 7
a. Karakteristik Industri Kecil Indonesia ... 7
b. Perkembangan Industri Batik di Indonesia ... 9
c. Strategi Pemasaran... 12
d. Lingkungan Perusahaan ... 20
e. Matriks Internal-Eksternal ... 22
f. Matriks SWOT... 22
B. METODE ... 24
1. Lokasi dan Waktu ... 24
2. Pengumpulan Data... 24
3. Pengolahan dan Analisis Data ... 24
III. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
A. KEADAAN UMUM... 30
1. Kondisi Wilayah Kajian ... 30
(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)
MULIANA YULIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam laporan akhir yang berjudul :
KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN
PEMASARAN BATIK GARUTAN
(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)
merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2006
Marketing (Case Study : Batik Tulis Garutan RM Company, Garut West Java). Under
supervisory of Koeswardhono Mudikdjo (as head of commitee) and Ma’mun Sarma
(as member of commitee).
In some areas of Indonesia, Batik Crafting Art is still expanding. This fact
indicates that this kind of national cultural identity can survive and must be reckoned
in the national community as well as interantional community, eventhough it always
forced by a globalization current that bring economic liberalisation and free
competition. The main factor that lead to these achievements is the endurance of the
product and supported by the improvement of human resources.
This study aimed to : (1) analyze marketing hotchpotch performed by PBT
Garutan RM, (2) indentify external and internal environment conditions that could be
opportunity, threat, stength, and weakness of PBT Garutan RM and (2) get
alternative strategy which enable to be formulated based on the environment
condition of the company. Data collecting conducted through direct observation of
raw material supllying, production, and distribution process, and interview with the
owner and general administration of PBT Garutan RM, Garut West Java. The method
of this study is case study with quantitative and qualitative analysis. The analysis
consist of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE),
Internal-External matrix (IE) and analysis of Strength, Weaknesses, Opportunities,
and Threats (SWOT Analysis) to formulate alternative strategies in order to support
marketing development of Batik Tulis Garutan.
Based on the marketing Hotchpotch Study, PBT Garutan perform these
following marketing hotchpotches : (1) Product Strategy (high quality and several
kind of product), (2) product pricing based on the Basic Production Cost (HPP) plus
benefit margin, (3) Distribution Strategy (tele marketing services and delivery cost is
the responsible of company), and (4) Promotion (news paper, magazine, radio,
television, domestic and abroad exhibitions). Environment conditions affecting the
company are : (1) external factor consist of 5 opportunity factors and 4 threath
factors, (2) internal factor consist of 5 strength factors and 6 weakness factors.
Based on the SWOT analysis, marketing development alternative strategy of
Batik Garutan performed by PBT Garutan RM consist of 10 marketing strategies.
Eight of these ten strategies are identified enabled to be done based on the marketing
Hotchpotch strategy, i.e : (1) to maintain product quality, (2) to improve consumers’
trust, (3) to do eficiency effort to press production cost, (4) to maintain product price,
(5) to do efective and eficient promotions, (6) to develop networking with same ki nd
companies, (7) to do outsourcing, (8) to make bussiness partnerships.
RINGKASAN
MULIANA YULIANTI
.
Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik
Garutan (Studi Kasus : Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa
Barat).
Dibimbing oleh Koeswardhono Mudikdjo sebagai Ketua dan Ma’mun
Sarma sebagai Anggota
Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di
tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini
mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional
maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi yang
membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas. Modal utama yang
memungkinkan pencapaian tersebut adalah daya tahan yang dimiliki seni kerajinan
batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya manusia (SDM)
pendukungnya untuk terus berpacu dan beradaptasi dengan dinamika perubahan
zaman, yang pada intinya berarti peningkatan etos kerja.
Kajian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi dan bauran
pemasaran batik garutan dalam pelestarian batik Kabupaten Garut. Secara khusus,
bertujuan untuk ; (1) Mengkaji strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang
telah dilakukan oleh PBT Garutan RM, (2) Mengidentifikasi kondisi lingkungan
eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan
bagi PBT Garutan RM, dan (3) Mendapatkan alternatif strategi yang dapat
diformulasikan berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk
meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT
Garutan RM.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap
proses penyediaan bahan baku, proses produksi dan distribusi, wawancara dengan
pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM, Garut, Jawa Barat.
Data
yang diperoleh berupa data primer dan sekunder, yang selanjutnya dianalisa secara
deskriptif untuk menentukan kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan
ancaman eksternal perusahaan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan analisis
matriks
Internal Factor Evaluation
(IFE) dan
External Factor Evaluation
(EFE),
matriks
Internal-External
(IE) dan analisis matriks
strengths, weaknesses,
opportunities and threats
(SWOT) untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi
dalam mendukung pengembangan pemasaran batik tulis garutan.
ii
Garutan RM antara lain dengan (1) meningkatnya permintaan batik, (2) terbukanya
pasar ekspor, (3) pangsa pasar yang luas, (4) hubungan baik dengan suplier dan (5)
adanya pembinaan dan pelatihan dari dinas perindustrian kabupaten. Sedangkan
ancaman yang dihadapi oleh PBT Garutan RM adalah (1) kondisi ekonomi belum
stabil, (2) banyaknya pesaing, (3) adanya produk pengganti dan (4) kondisi pasar
global. Matrik IFE diketahui kekuatan yang dimiliki oleh PBT Garutan RM, yaitu :
(1) produk bermutu, (2) tenaga kerja yang digunakan berasal dari daerah sekitar
perusahaan, (3) keuletan manajer dalam mengelola usaha, (4) pelayanan yang baik
kepada konsumen/pelanggan, dan (5) jalur distribusi sederhana. Kelemahan yang
dimiliki oleh PBT Garutan RM berupa : (1) kapasitas produksi tebatas, (2) kurang
promosi, (3) harga jual produk relatif tinggi, (4) sumberdaya manusia relatif
rendah, (5) biaya produk tinggi dan (6) pemasran belum optimal.
Pelaksanaan strategi dan bauran pemasaran batik garutan berdasarkan
matriks IE adalah berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara,
dengan aplikasi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
produk. Dengan mengetahui posisi dan kondisi perusahaan dari hasil analisis
matriks IE tersebut, maka dapat disusun beberapa alternatif strategi pengembangan
usaha batik garutan yang dilakukan oleh PBT Garutan RM berdasarkan analisis
SWOT, yaitu : (1) Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran, (2)
Memelihara dan mempertahankan mutu produk, (3) Mengembangan
networking
KAJIAN STRATEGI DAN BAURAN
PEMASARAN BATIK GARUTAN
(Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat)
MULIANA YULIANTI
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Mahasiswa : Muliana Yulianti Nomor Pokok : F. 050 202 135
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, April 2006
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, MEc Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Prof.Dr.Ir.Hj.Sjafrida Manuwoto,MSc
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga laporan akhir yang berjudul Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Koeswardhono Mudikdjo, MSc, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan laporan akhir ini.
2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir ini.
3. Pemilik dan staff perusahaan Batik Tulis Garutan RM yang telah memberikan kesempatan dan waktu sebagai nara sumber dan tempat kajian ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf serta karyawan sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung.
5. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak -pihak yang berkepentingan.
Bogor, April 2006
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ii
RINGKASAN ... iii
RIWAYAT HIDUP... iv
PRAKATA... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN ... 4
II. ANALISIS MASALAH... 6
A. PRINSIP ANALISIS ... 6
1. Perumusan Masalah ... 6
2. Pendekatan ... 7
a. Karakteristik Industri Kecil Indonesia ... 7
b. Perkembangan Industri Batik di Indonesia ... 9
c. Strategi Pemasaran... 12
d. Lingkungan Perusahaan ... 20
e. Matriks Internal-Eksternal ... 22
f. Matriks SWOT... 22
B. METODE ... 24
1. Lokasi dan Waktu ... 24
2. Pengumpulan Data... 24
3. Pengolahan dan Analisis Data ... 24
III. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
A. KEADAAN UMUM... 30
1. Kondisi Wilayah Kajian ... 30
D. ANALISIS BAURAN PEMASARAN... 44
E. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ... 48
F. PENETAPAN ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN ... 55
1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)... 55
2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)... 57
3. Matriks Internal Eksternal (IE)... 59
4. Analisis Matriks SWOT... 60
5. Rangkuman Strategi Berdasarkan Bauran Pemasaran ... 67
KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. KESIMPULAN... 71
B. SARAN... 73
DAFTAR PUSTAKA... 74
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuesioner kajian ... 77 2. Hasil pembobotan terhadap faktor internal... 84 3. Hasil pembobotan terhadap faktor eksternal ... 85 4. Penilaian bobot faktor eksternal dan faktor internal... 86 5. Penentuan rating faktor strategis eksternal dan faktor strategis
A. Latar Belakang
Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi yang membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas. Modal utama yang memungkinkan pencapaian tersebut adalah daya tahan yang dimiliki seni kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya manusia (SDM) pendukungnya untuk terus berpacu dan beradaptasi dengan dinamika perubahan zaman, yang pada intinya berarti peningkatan etos kerja (Sondari dan Yusmawati, 2000). Sedangkan daya tahan itu sendiri membuktikan bahwa seni kerajinan batik masih terus dibutuhkan.
Melihat sejarahnya, seni kerajinan batik di Indonesia digolongkan dan dibedakan ke dalam dua jenis kelompok berdasarkan ragam hias dan corak warnanya, yaitu (Yayasan Harapan Kita, 1997) :
1. Batik Vorstenlanden
2
2. Batik Pesisir
Batik Pesisir adalah semua seni kerajinan batik yang berasal dari luar daerah Solo dan Yogya. Ragam hias pada batik pesisir ini lebih bersifat naturalistis dan banyak menunjukkan pengaruh kuat kebudayaan asing, dengan corak warna yang beraneka ragam. Berdasarkan ragam hias corak dan warnanya, maka seni kerajinan batik yang bukan berasal dari daerah pesisir seperti Garut, Banyumas, Ponorogo dan lainnya dimas ukkan ke dalam kelompok Batik Pesisir, oleh karena batik di daerah-daerah luar Solo dan Yogya hampir selalu terdapat persamaan dalam corak warna dan ragam hias seni batiknya.
Batik Garut mendapat dua pengaruh, yakni pengaruh batik pesisiran, serta batik Tasikmalaya dan Ciamis. Pengaruh batik pesisiran timbul, karena para pedagang dari daerah pesisiran datang menawarkan batiknya, diantaranya pedagang Pekalongan, yang turut andil dalam mengembangkan batik Garut (Yayasan Harapan Kita, 1997). Pengaruh Tasikmalaya cukup jelas dengan kehendak konsumen yang menginginkan bentuk batik rereng dan kawung, dengan warna yang mengarah pada warna gading. Konsumen batik di daerah Priangan Selatan memang menyenangi warna-warna ringan dan riang, warna muda, serta warna polos.
didirikan pada tahun 1979. Dengan perusahaannya tersebut Ibu Uba ingin melestarikan batik garutan agar dapat dikenal secara luas seperti batik -batik dari daerah lain. Salah satu cara agar batik Garut dapat dikenal seperti batik dari daerah lain adalah dengan melakukan pemasaran secara aktif. Namun karena batik garutan ini harganya relatif lebih mahal sehingga terlihat hanya masyarakat menengah atas saja yang mampu membeli batik garutan ini. Sedangkan batik daerah lain seperti batik Pekalongan, Yogyakarta dan lain -lain sudah dibuat massal sehingga harganya relatif terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
4
Upaya pengembangan produk, baik yang menyangkut produk keseharian (konsumsi) maupun produk pelengkap dalam kehidupan memerlukan penanganan yang seksama dan cermat. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung upaya tersebut, adalah penerapan marketing mix atau bauran pemasaran (harga, produk, distribusi dan promosi). Bauran pemasaran adalah salah satu cara pemasaran yang banyak digunakan oleh perusahaan (Kotler dan Amstrong, 1997). Bauran pemasaran menempati posisi yang penting dalam penyusunan strategi pemasaran.
Berdasarkan hal yang telah dijabarkan di atas, maka permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang telah dilakukan oleh PBT Garutan RM.
2. Faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal apakah yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan bagi PBT Garutan RM. 3. Alternatif strategi apakah yang dapat diformulasikan berdasarkan peluang,
ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT Garutan RM.
B. Tujuan
Tujuan kajian ini secara umum adalah mengkaji strategi dan bauran pemasaran batik garutan dalam pelestarian batik kabupaten Garut. Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk ;
2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan bagi PBT Garutan RM. 3. Mendapatkan alternatif strategi yang dapat diformulasikan berdasarkan
II.
ANALISIS MASALAH
A. PRINSIP ANALISIS 1. Perumusan Masalah
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba (Kotler dan Amstrong, 1997). Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahliannya di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu tergantung pada kemampuannya untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut, agar organisasi dapat berjalan lancar.
program-program dan jasa yang disponso ri oleh organisasi non-laba (Swastha dan Irawan, 1990).
Di dalam kajian ini, dilakukan beberapa analisis, yaitu analisis deskriptif yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan bauran pemasaran di PBT Garutan RM. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran digunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengetahui strategi yang dapat dikembangkan menggunakan metode SWOT (strengths, weakness, opportunities and threats).
2. Pendekatan Studi Kasus
a. Karakteristik Industri Kecil Indonesia
8
Pengertian dan definisi industri kecil di Indonesia mengalami perubahan penafsiran setiap waktu dan terdapat berbagai versi antar instansi. Pengertian industri kecil, menurut BPS (1993) adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah barang jadi atau dari yang kurang nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.
Walaupun terdapat beberapa batasan dan pengertian tentang industri kecil, namun pada prinsipnya suatu industri adalah merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien sehingga dalam setiap kegiatannya asas efisien harus selalu diperhatikan. Khusus dalam kajian ini, batasan pengertian industri kecil yang mengacu pada definisi menurut Dirjen Pedagangan Dalam Negeri dan BPS (1993), yaitu :
1. Usaha rumah tangga (home industry) yang mengelola barang jadi atau barang yang kurang nilainya dengan maksud untuk dijual. 2. Memiliki jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak
19 orang termasuk pengusaha.
3. Mempunyai skala usaha yang kecil dan terbatas, baik modal maupun orientasi pasarnya.
4. Status usaha milik pribadi dan keluarga
6. Strategi usaha perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah -ubah secara cepat.
Kaban (1998) menambahkan bahwa industri kecil biasanya berlokasi di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil yang sering kali merupakan usaha sampingan atau pola paruh waktu dari kegiatan ekonomi lainnya. Kemampuan industri kecil sangat lemah baik itu dalam menyerap teknologi, maupun dalam pengelolaan dan strategi usaha.
b. Perkembangan industri batik di Indonesia
Batik merupakan salah satu karya budaya bangsa yng bersifat khusus karena produk ini adalah hasil perpaduan antara seni dan teknologi. Nilai seni ditunjukkan dengan motif dan warna batik, sedangkan teknologi ditunjukkan dalam proses pembuatannya (Depperindag, 1999). Motif atau corak batik adalah gambaran pada batik yang merupakan perpaduan antara garis dan bentuk sehingga membentuk suatu rangkaian keindahan. Motif, warna dan proses pembuatan batik berkembang mengikuti permintaan pasar.
10
hanya digunakan sebagai kain panjang, kain sarung, selendang dan tutup kepala, sekarang banyak digunakan sebagai kemeja, rok, gaun panjang, daster dan perlengkapan dekorasi rumah seperti taplak meja, sarung bantal kurs i, sprei, gorden, kap lampu dan lain -lain.
Secara umum produk yang dihasilkan dari industri batik memiliki beberapa karakteristik, yaitu : (1) produk yang sifatnya relatif sekunder dibanding dengan produk pangan yang dihasilkan dari sektor pertanian dan industri makanan meskipun masih tetap termasuk dalam produk primer; (2) produk subsitusinya cukup banyak sehingga siklus hidup beberapa produk yang dihasilkan dalam industri ini pendek. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka permintaan terhadap produk batik baru akan terjadi jika produk sudah ada dihadapan konsumen. Kondisi ini menyebabkan timbulnya ketidakpastian bagi pengusaha batik.
Pesaing bagi perusahaan batik tidak hanya datang dari pengusaha non batik tetapi juga dari pengusaha di dalam industri itu sendiri. Pesaing dari pengusaha tekstil non batik timbul, karena batik merupakan salah satu produk tekstil yang memiliki produk substitusi dekat yang relatif banyak. Sementara pesaing dari dalam industri timbul, karena industri batik merupakan gabungan dari usaha batik tradisional (batik tulis), usaha batik cap dan usaha batik cetak (printing).
jumlah produksi dan akhirnya menutup usahanya. Hal tersebut terjadi karena batik printing yang dapat diproduksi secara massal dan cepat, harganya relatif lebih murah sehingga lebih banyak diminati oleh konsumen, khususnya kelas menengah ke bawah. Pengusaha/pengrajin batik tradisional yang mampu bertahan dalam persaingan ini, umumnya menonjolkan ciri khas warna dan motif yang ekslusif.
Usaha batik di Indonesia mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, khususnya masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Hal ini dapat diilustrasikan di propinsi Jawa Tengah misalnya, industri batik di wilayah Pekalongan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 53.285 orang, Sragen 12.902 orang dan Surakarta 1274 orang (Deperindag, 1999). Selain di Jawa Tengah, industri batik juga berkembang di Jawa Barat (Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu dan Garut), Jawa Timur (Tulungagung, Ponorogo, Gresik dan Sidoarjo), Kalimantan Barat, kalimantan Tengah, Riau, Jambi, Daerah Istimewa Aceh (Aceh) dan Sumatera Barat (Padang).
Usaha batik merupakan salah satu bidang usaha yang dapat memberikan sumbangan bagi devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan. Kegiatan ekspor batik Indonesia dapat diilustrasikan dalam perkembangan nilai ekspor batik pada Tabel 1.
12
digemari oleh masyarakat manca negara karena nilai senin ya tinggi. Hambatan ini diharapkan dapat diatasi oleh pengusaha kecil bersama dengan pihak-pihak yang terkait, sehingga industri ini dapat tetap eksis di Indonesia.
Tabel 1. Nilai ekspor batik dan komoditas non migas Indonesia Tahun 1992-1996 (Ribu US$)
Tahun Nilai ekspor batik Pertumbuh an (%) Nilai ekspor non migas Pertumbuh an (%) Kontribusi (%)
1992 14.589,02 - 23.296,2 - 0,06
1993 35.178,46 141,1 27.077,6 16,23 0,13
1994 46.038,12 30,9 30.359,8 12,12 0,15
1995 38.563,23 -16,2 34.953,6 15,13 0,11
1996 33.621,60 -12,8 38,092,9 8,98 0,09
Sumber : BPS, 1999
c. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu, unit usaha diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran (Kotler, 1997). Pada dasarnya, strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran (Tjiptono, 1995).
yang menyeluruh. Ada 5 konsep yang mendasari suatu strategi pemasaran (Swastha dan Irawan, 1990), yaitu :
a. Segmentasi pasar
b. Penentuan posisi pasar (market positio ning)
c. Strategi memasuki pasar (market entry strategy)
d. Strategi marketing mix
e. Strategi penentuan waktu (timing strategy)
Segmentasi pasar merupakan dasar untuk mengetahui bahwa setiap pasar itu terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda. Dalam setiap segmen terdapat pembeli-pembeli yang mempunyai :
a. Kebutuhan yang berbeda-beda
b. Pola pembelian yang berbeda-beda
c. Tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai macam penawaran.
Konsep kedua sebagai dasar dari strategi pemasaran adalah penentuan posisi pasar (market positioning). Pada kondisi tersebut, perusahaan berusaha memilih pola konsentrasi pasar khusus yang dapat memberikan kesempatan maksimum untuk mencapai tujuan sebagai pelopor. Perusahaan baru dapat beroperasi setelah memperoleh posisi tertentu di pasar. Oleh karena itu, harus menentukan sasaran pasarnya.
14
Perusahaan dapat menempuh beberapa cara untuk memasuki segmen pasar yang dituju (Sistaningrum, 2002), yaitu dengan : a) membeli perusahaan lain, b) berkembang sendiri dan c) mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain
Konsep pengembangan strategi pemasaran yang keempat berkaitan dengan masalah bagaimana menetapkan bentuk penawaran pada segmen pasar tertentu. Hal ini dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut bauran pemasaran. Bauran Pemasaran adalah kombinasi dari empat peubah atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini perlu dikombinasikan agar perusahaan dapat melakukan tugas pemasarannya seefektif mungkin (Kotler dan Armstrong, 1997).
1) Strategi produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu juga produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar. Macam produk dapat berciri fisik dan dapat berciri jasa layanan. Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul dari para pesaingnya.
[image:39.612.201.479.498.661.2]Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan, karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Produk dapat mencakup sesuatu benda fisik, jasa, prestise, tempat, organisasi maupun ide. Menurut Kotler dan Amstrong (1997), terdapat tiga aspek dari produk yang perlu diperhatikan, yaitu :
Gambar 1. Empat P dalam bauran pemasaran (Kotler, 1997) Bauran Pemasaran
Produk Harga
16
i. Produk Inti (Core Product)
Produk inti merupakan manfaat inti yang ditampilkan oleh suatu produk kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
ii. Produk Yang Diperluas (Augmented Product)
Disamping manfaat inti atau produk inti, suatu produk mungkin memberikan manfaat-manfaat tambahan yang lain kepada konsumen. Produk ini mencakup berbagai tambahan manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya. iii. Produk formal (Formal Product)
Produk formal adalah produk yang merupakan “menampilkan atau mewujudkan“ dari produk inti maupun perluasan produknya, lebih dikenal sebagai daya tarik yang tampak langsung tangibel offer di mata konsumen. Lima komponen yang terdapat pada produk formal adalah desain atau bentuk coraknya, daya tahan atau mutu, daya tarik atau keistimewaan, pengemasan atau bungkus dan nama merek atau brand name.
2) Strategi Harga
Strategi harga adalah satu -satunya strategi yang menghasilkan pendapatan penjualan bagi perusahaan (Tjiptono, 1995). Strategi ini meliputi memilih metode penetapan harga produk, memodifikasi harga yang sudah ada, serta memprakarsai dan menanggapi perubahan harga. Tujuan dari strategi harga ini adalah untuk mempertahankan pangsa pasar, mencapai keuntungan maksimum dan mencapai pertumbuhan penjualan yang tinggi. Sebelum penetapan harga dilakukan, perusahaan harus menentukan apa yang ingin dicapai dari produk yang dipasarkannya, dengan mempertimbangkan faktor pelanggan, pesaing dan biaya produksi.
3) Strategi Distribusi
Menurut Kotler (1997), saluran distribusi atau tempat adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen. Distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirim dan menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen (Tjiptono, 1995).
18
harus mengerti berbagai jenis pengecer, pedagang grosir dan perusahaan distribusi fisik.
4) Strategi Promosi
Produk yang sudah direncanakan dengan baik belum menjamin keberhasilan pemasaran produk tersebut. Kegiatan promosi tidak boleh terhenti hanya pada memperkenalkan produk kepada konsumen saja, akan tetapi harus dilanjutkan agar konsumen menjadi tertarik dan kemudian membeli produk tersebut. Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam mengkomunikasikan keb agusan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut (Kotler, 1997).
Alat-alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan suatu produk ada beberapa macam, yaitu :
i. Iklan atau advertensi yang dilakukan melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Penentuan media harus sesuai dengan konsumen sasaran.
ii. Promosi penjualan dilakukan dengan cara memberikan contoh produk kepada calon konsumen atau demonstrasi ditempat yang ramai dengan tujuan, agar langsung menarik perhatian konsumen.
yang dipasarkan, yaitu dilakukan melalui berita disurat kabar, radio atau televisi yang umumnya bersifat memasyarakat. iv. Personal selling adalah kegiatan untuk melakukan kontak
langsung dengan calon konsumen, melalui cara door to door selling, mail order, telephon selling dan direct selling.
Promosi ini merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan untuk meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produk. Hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan promosi adalah menentukan tujuan komunikasi, memilih media yang tepat, waktu penyampaian dan menetapkan anggaran promosi.
20
d. Lingkungan Perusahaan
David (1998) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan, yaitu : tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Tahap selanjutnya adalah analisis matriks matriks Internal-External (IE) untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan.
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, seperti, masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar dan sebagainya. Komponen analisa SWOT (Hubeis, 2003) juga dapat diartikan sebagai berikut :
a. Kekuatan adalah sumberdaya atau kapasitas perusahaan yang dapat digunakan secara efektif dalam mencapai tujuannya.
b. Kelemahan adalah keterbatasan, toleransi ataupun cacat dari perusahaan yang dapat menghambat pencapaian tujuannya.
c. Peluang adalah situasi mendukung dalam suatu perusahaan yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan sejenis atau pandangan yang dibutuhkan untuk meningkatkan permintaan produk/jasa dan memungkinkan organisasi untuk meningkatkan posisinya melalui kegiatan suplai.
d. Ancaman adalah situasi tidak mendukung/hambatan, kendala atau berbagai unsur eksternal lainnya dalam lingkungan perusahaan yang potensial untuk merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan masalah, kerusakan atau kekeliruan. Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
22
pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan digunakan matriks EFE (David, 1998).
e. Matriks Internal – Eksternal (I – E Matriks)
Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal-Eksternal (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE (Gambar 2). Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :
1. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 4)
2. Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan (sel 3, 5 dan 7).
3. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 6, 8 dan 9)
f. Matriks SWOT
strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S–T, seperti terlihat pada Tabel 2.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR
I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Stabilitas IV Pertumbuhan V Stabilitas VI Penciutan VII Stabilitas VIII Penciutan IX Likuidasi
[image:47.612.185.508.480.683.2]Gambar 2. Matriks Internal – Eksternal (IE Matriks) Sumber : Strategic Management, David (1997)
Tabel 2. Matriks SWOT
INTERNAL
EKSTERNAL
STRENGTH – S Daftar 5 -10 faktor-faktor kekuatan
WEAKNESS – W Daftar 5-10
faktor-faktor kelemahan
OPPORTUNITIES – O Daftar 5-10 faktor-faktor
Peluang
STRATEGI S – O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI W – O Atasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
THREATS – T Daftar 5-10 faktor-faktor
Ancaman
STRATEGI S – T Gunakan kekuatan untuk menghindari
ancaman
STRATEGI W – T Meminimalkan Kelemahan dan menghindari
ancaman
Sumber : Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis, Rangkuti (1998)
Kuat Sedang Lemah
4.0 3.0 2.0
24
B. METODE
1. Lokasi dan Waktu
Lokasi kajian merupakan studi kasus di PBT Garutan RM Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive, yaitu didasarkan pada pertimbangan : (1) PBT Garutan RM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang batik tulis khususnya batik tulis khas daerah Garut, (2) adanya ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen perusahaan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lokasi kajian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2005.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) Studi kepustakaan (eksplorasi), terutama perkembangan batik di Indonesia, industri perbatikan dan strategi dan bauran pemasaran; (2) Pengamatan langsung dengan cara mempelajari berbagai dokumen, proses produksi dan pemasaran; (3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara dengan manajemen perusahaan yang terdiri dari pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM. Kedua responden dianggap mengetahui seluk beluk batik garutan dan perkembangan batik di tanah air. Bentuk kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
3. Pengolahan dan Analisis Data
perusahaan. Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap bauran pemasaran dan lingkungan pemasaran perusahaan. Penggambaran secara deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara keseluruhan bauran pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang sedang dialami oleh perusahaan. Analisis deskriptif pada bauran pemasaran dilakukan dengan menganalisis bauran pemasaran yang dilakukan berdasarkan teori-teori yang dipakai oleh penulis pada pendekatan kajian ini. An alisis kualitatif juga dilakukan untuk menjelaskan secara manajerial hasil dari matriks IFE, EFE, IE dan SWOT.
Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, EFE dan IE. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternalnya dengan cara mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi lingkungannya.
Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut (Rangkuti, 1998) :
1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
26
eksternal perusahaan diidentifikasi dengan mendata semua peluang dan ancaman organisasi.
Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.
2. Penentuan Bobot Setiap Peubah
Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (2 pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus :
∑
= = n i Xi i x i a 1Dimana : a i = Bobot peubah ke-i
Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategis
Internal
A B C D …. Total
A B C D ……..
Total
Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategis
Eksternal
A B C D …. Total
A B C D ……..
Total
3. Penentuan Peringkat (Rating)
Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing -masing peubah terhadap kondisi perus ahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing -masing faktor strategis, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat yang digunakan yaitu :
1 = Rendah, respon kurang
2 = Rendah, respon sama dengan rata -rata 3 = Tinggi, respon diatas rata-rata
[image:51.612.183.475.255.373.2]28
Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana skala 1 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan. Dan skala 4 berarti rendah, respon kuran g terhadap perusahaan. Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan yaitu :
1 = Kelemahan utama 2 = Kelemahan kecil 3 = Kekuatan kecil 4 = Kekuatan utama
Untuk faktor-faktor kelemahan, dimana skala 1 berarti kelemahan utama dan skala 2 berarti kelemahan kecil. Untuk faktor-faktor kekuatan, dimana skala 3 berarti kekuatan kecil dan skala 4 berarti kekuatan utama. Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisa situasi perusahaan dimasukkan dalam Tabel 5 dan 6.
Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi (3,0–4,0), Sedang (2,0–2,99) dan Rendah (1,0–1,99). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0 – 4,0), Rata-rata (2,0 – 2,99), dan Lemah (1,0 – 1,99) (David, 1998).
Terdapat 8 tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan
5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S – O.
6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W – O.
7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S – T.
8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W – T.
[image:53.612.185.490.319.478.2]
Tabel 5. Matriks EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor A. Peluang :
1. 10.
Jumlah (A)
B. Ancaman : 1.
10.
Jumlah (B)
Total (A+B)
Tabel 6. Matriks IFE
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor A. Kekuatan :
1. 10.
Jumlah (A)
B. Kelemahan : 1.
10.
Jumlah (B)
[image:53.612.182.491.325.643.2]III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM 1. Kondisi Wilayah Kajian
a. Geografi
Kabupaten Daerah Tingkat II Garut mempunyai luas daerah 3.066,88 Km2, secara geografis terletak antara 6o57’34’’ - 7o44’57’’, Lintang Selatan dan 107o24’3’’ - 108o7’24’’ Bujur Timur. Wilayah kabupaten Garut terdiri atas 9 wilayah pembantu bupati, 41 kecamatan, 11 kelurahan dan 392 desa. Wilayah tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 wilayah, yaitu wilayah Garut Selatan, Garut Utara, Garut Barat Daya dan wilayah Garut Tengah. Kabupaten ini memiliki batas -batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara ber-batasan dengan kabupaten Bandung dan Sumedang, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Bandung dan Cianjur.
punggung yang menghubungkan puncak gunung Papandayan dan gunung Mandalawangi.
b. Potensi Sumber Daya Alam
Daerah sebelah Utara, Timur dan Barat Garut secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit -bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah selatan sebagian besar pemukiman, tanahnya memiliki kemiringan yang cukup curam. Corak alam di daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh Samudra Indonesia dengan segenap potensi alam dan keindahan pantainya.
Wilayah kabupaten Garut Tengah terletak dilereng gunung dan pegunungan dengan puncak yang tidak terlalu tinggi. Potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di wilayah ini adalah peternakan dan pertanian lahan kering seperti lahan palawija, padi ladang serta perkebunan.
Wilayah Garut Utara dan Tengah terletak di kanan kiri sungai Cimanuk. Wilayah Garut Utara mempunyai potensi lahan kritis yang cukup banyak. Garut Tengah memiliki fasilitas sosial ekonomi penduduk yang memadai. Pengairan di daerah ini juga cukup baik dengan sejumlah anak sungai yang dapat mengairi sepanjang tahun, sehingga daerah ini sangat cocok untuk tanaman pertanian dan perkebunan.
32
lahannya cukup kering, dimana banyak dijumpai tanaman rerumputan dan hutan belukar. Wilayah ini potensi pertanian lahan sawahnya kurang berkembang, keadaan tanahnya pada umumnya labil dengan sungai yang dalam sehingga kurang menunjang jaringan pengairan teknis.
Kabupaten Garut mempunyai dua musim, yaitu musin hujan dn musim kemarau. Hal yang menarik adalah kondisi topografi kabupaten Garut yang bervariasi serta keadaan vegetasi yang lebat dengan prosentase hutan di atas 30% menimbulkan iklim lokal pada wilayah tertentu seperti Cikajang, Cisurupan dan Bayongbong. Di daerah -daerah tersebut sering terjadi hujan lokal yang memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.
Kepadatan penduduk kabupaten Garut rataan 62 jiwa/km2. Penyebaran penduduk di kabupaten Garut tidak merata, dimana terjadi akumulasi di daerah perkotaan, khususnya Garut kota kepadatan mencapai 107 jiwa/km2. Penduduk kabupaten Garut merupakan penduduk yang religius. Agama yang berkembang di kabupaten Garut meliputi Islam (97,47%), Protestan (0,94), Katholik (1,29%), Hindu (0,13%) dan Budha (0,16%) dari jumlah penduduk (BPS, 2004).
pertanian di kabupaten Garut dapat dibedakan atas pertanian setengah teknis dan tadah hujan. Hasil pertanian tanaman pangan kabupaten Garut adalah padi, jagung, ubi kayu, kacang hijau, kacang tanah dan kedelai, sedangkan tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa sawit, kakao, cengkeh dan teh.
2. Perkembangan Batik Tulis Garutan RM a. Sejarah perusahaan
PBT Garutan RM didirikan oleh Ny. Uba Sri Husodah Muharam pada tahun 1979. PBT Garutan RM ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang batik tulis khususnya batik tulis khas daerah Garut yang dikenal dengan nama Batik Garutan. PBT Garutan RM baru mendapatkan nomor surat ijin usaha perusahaan (SIUP) setelah berdiri selama 18 tahun, yaitu tepatnya pada tahun 1997 dengan NO SIUP 00270/10-14/PK/XI/97B.
Lokasi PBT Garutan RM terletak di Jalan Papandayan No. 54 Kecamatan Garut Kota. Selain terdapat di daerah Garut, PBT Garutan RM ini juga terdapat di daerah Bandung, yaitu di Jalan Pasir Salam Air E 1 dan kedua perusahaan ini masih bersifat home industri.
b. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
34
administrasi umum, meskipun tanggung jawab dan pengambilan keputusan tetap di pegang oleh pimpinan ataupun wakil pimpinan. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3.
Sederhananya struktur organisasi perusahaan ini mengakibatkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian belum tegas. Manajer umum (pemilik usaha) merangkap jabatan pengawas dan bagian lain (pembelian bahan baku, proses produksi dan pemasaran) sebagian diserahkan kepada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pegawai yang telah dipercayai.
Adapun wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pimpinan
a. Membawahi semua bagian
b. Mengawasi dan mengkoordinasi semua kegiatan bawahannya c. Mengambil keputusan yang dirasa berat dan besar
Pimpinan/ Manajer Umum
Wakil Pimpinan
Administrasi dan Umum
Penulis Pola dan Pembatik
[image:58.612.218.474.168.354.2]Pewarna
d. Menyusun rencana, mengkoordinasi, mengawasi anggaran keuangan perusahaan dan turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan keuangan perusahaan.
2. Wakil pimpinan
a. Membantu pimpinan dalam mengelola perusahaan b. Mengganti pimpinan jika berhalangan
c. Membantu pimpinan dalam hal penerimaan pesanan dan pemasaran serta negosiasi transaksi
d. Menyusun administrasi keuangan dan pembukuan
e. Membuat rencana produksi dan daftar kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja
f. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang pada setiap transaksi
g. Melaksanakan dan mengendalikan penyimpanan bahan baku, bahan penolong dan barang jadi agar terjamin mutunya.
3. Bagian administrasi dan umum
a. Mencatat seluruh kegiatan karyawan dan hasil monitoring kehadirian karyawan pada setiap bagian dan menyimpan arsip -arsip data karyawan
b. Memberikan acuan tata tertib dan budaya disiplin kerja
36
d. Memperhatikan kesejahteraan karyawan dan tunjangan -tunjangan yang lainnya serta menangani permasalahan ketenagakerjaan
e. Melakukaan pembelian bahan baku yang diperlukan dalam menunjang kelancaran proses produksi
f. Melakukan pencatatan sehubungan dengan kegiatan produksi untuk kepentingan upah, penggunaan bahan dan lainnya. g. Menyelenggarakan administrasi dan arsip -arsip dokumen yang
terkait dengan pembelian, serta laporan bulanan
h. Melayani pesanan dari pelanggan dan mengatur pengiriman barang kepada pemesan serta monitoring harga perkembangan pasar
i. Berusaha dalam mencapai target penjualan yang telah ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya
4. Penulis, pembatik dan pewarna
a. Mematuhi semua ketentuan perusahaan
b. Melakukan proses produksi dengan tepat dan menjaga mutu produk perusahaan
tinggi, karena itu sangat cocok sekali dan lebih efektif apabila perempuanlah yang melakukannya. Sedangkan bagian pewarnaan hanya seorang karyawan perempuan saja dari tiga karyawan. Hal ini dikarenakan dalam melakukan pewarnaan dibutuhkan tenaga yang besar sehingga lebih cocok tenaga kerja laki-laki.
Tabel 7. Jumlah tenaga kerja dan pembagian pekerjaan
Jenis kelamin
Bagian Jumlah
orang
Usia
(tahun) P L
Administrasi 3 30 3
Penulis pola dan batik 404 14-50 36 8
Pewarna 3 25-35 1 2
Total 50 40 10
Sumber : PBT Garutan RM, 2004
Keterampilan yang dimiliki para karyawan baik itu penulis pola dan pembatik maupun pewarnaan umumnya diperoleh dari pelatihan -pelatihan yang dilaksan akan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah, atau di dapat dari faktor keturunan, yaitu keterampilan menulis pola dan membatik tersebut di dapat dari orang tuanya. Tingkat pendidikan para karyawan pada umumnya tamatan SD sampai dengan SMU, dengan usia para karyawan berkisar antara 14-50 tahun. Dan sebagian besar para karyawan tersebut memiliki hubungan kekeluargaan.
38
B. PROSES PRODUKSI
a. Permodalan dan Biaya Produksi
Modal yang digunakan untuk membangun perusahaan ini adalah modal sendiri. Karena perusahaan masih bersifat home industry sehingga peralatan yang digunakan pun bersifat sederhana. Adapun investasi modal perusahaan digunakan dapat dilihat pada Tabel 8.
[image:62.612.167.511.429.686.2]Dalam hal permodalan khususnya modal kerja yang digunakan adalah proses produksi kain tenun masak dan mentah, berbeda sesuai dengan volume produksi masing -masing. Besar kecilnya modal yang dimiliki perusahaan menjadi ukuran besarnya modal yang dimiliki perusahaan menjadi ukuran besarnya volume produksi kain batik tulis sutera yang dihasilkan.
Tabel 8. Investasi modal perusahaan
Jumlah Modal
Buah Batang
Umur Ekonomis (bulan)
Bak pewarnaan 3 60
Meja gambar 1 36
Wangkring besar 20 60
Wangring kecil 50 36
Koloyor 20 36
Wajan besar 8 24
Wajan kecil 50 24
Drum pewarnaan 20 36
Kompor 40 24
Canting 220 24
Ember besar 2 24
Ember kecil 8 24
Bambu 30 24
Cap logam 10 24
Cap kayu 5 12
Tungku 5 12
b. Bahan Baku
Bahan baku untuk kain batik tulis sutera Garutan di RM ini yaitu berupa kain sutera ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) baik kain sutera masak maupun mentah, kain sutera ATM (Alat Tenun Mesin) dan kain sutera super. Kain -kain ini diperoleh dari PD. Soleh Aman Sahuri (PD. SAS) dan pengrajin rakyat juga dari perusahaan -perusahaan lain, tergantung ada pesanan dan penawaran kain sutera. Kebutuhan bahan baku tergantung dari pesanan yang datang.
Pembeli kain batik tulis sutera ini dapat dengan cara memesan sesuai dengan motif yang diinginkan maupun dapat datang langsung ke showroom yang terdapat di sekitar pabrik juga. Kuantitas masing-masing jenis kain tidak sama karena disesuaikan dengan pesanan. Adapun kebutuhan bahan baku kain sutera selama tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kebutuhan bahan baku kain sutera selama tahun 2004
Jenis Produk Jenis kain Jumlah (m) Harga (Rp) Nilai (Rp)
Selendang ATBM mentah 23,40 51.250 1.199.250
Sarung ATM 90,00 20.000 1.800.000
ATBM mentah 60,00 51.250 3.075.000
Bahan
kebaya ATBM masak 60,00 64.000 3.840.000
Baju muslim Sutera super 42,00 25.000 1.050.000
Kemeja Sutera super 30,00 25.000 750.000
Total 305,40 11.714.250
Sumber : PBT Garutan RM, 2004
c. Proses Produksi
40
cap untuk jenis kain primisima dan batik tulis sutera. Untuk masing -masing jenis kain, PBT Garutan RM membuat beberapa model diantaranya, yaitu untuk selendang, sarung, bahan kebaya, baju muslim dan kemeja. Setiap motif yang disediakan merupakan ciri khas garutan dan tersedia beragam motif.
Kain sutera yang digunakan untuk batik tulis sutera pun menggunakan jenis kain yang berbeda-beda untuk setiap model yang akan di buat. Misalnya untuk membuat selendang digunakan kain sutera ATBM mentah, sarung digunakan kain sutera ATM, sedangkan untuk bahan kebaya menggunakan kain sutera ATBM baik mentah maupun masak. Untuk pakaian jadi baik itu pakaian muslim maupun kemeja kain yang digunakan adalah sutera super yang harganya lebih murah. Meskipun ada beberapa keluaran yang dihasilkan namun proses produksinya sama untuk setiap keluaran. Proses produksi batik tulis garutan dapat dijabarkan sebagai berikut (Gambar 4) :
1. Perendaman kain
Merendam kain sutera dengan air dingin untuk melembutkan kain 2. Pelorotan kain
Melorotkan kain dengan air mendidih, setelah selesai kain sutera tersebut dicuci bersih kemudian dijemur hingga kering.
3. Penulisan pola dan membatik
dengan menggunakan malam cair sesuai dengan warna yang diinginkan. Tahapan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali guna menghasilkan keluaran yang bagus. Alat yang digunakan adalah canting, katel dan wangkring besar dan kecil.
Kain sutera
Perendaman kain sutera
Pemlorotan kain sutera
Pencucian kain sutera
Pengeringan kain sutera
Penulisan pola dan pembatikan kain sutera
Pewarnaan kain batik sutera tulis
Pemlorotan malam
Pembilasan akhir
Bagian akhir
42
4. Pewarnaan
Setelah selesai melakukan pembatikan tahapan selanjutnya, yaitu melakukan pewarnaan untuk warna dasar kain sutera tersebut. Untuk melakukan pewarnaan digunakan peralatan seperti drum, bak dan koloyor. Dalam melakukan pewarnaan satu lembar kain dapat mencapai 3-4 kali pewarnaan sesuai dengan warna yang diterapkan dalam pembatikan.
5. Pemlorotan malam
Melakukan pemlorotan untuk menghilangkan malam yang menempel pada kain dan untuk mencerahkan kain. Proses ini dilakukan juga berulang-ulang sesuai dengan warna yang diterapkan dalam pembatikan.
6. Pembilasan akhir
Membilas kembali kain yang berfungsi untuk mencerahkan kain dan garis-garis pembatikan tulis.
7. Bagian akhir
Yaitu melakukan perapihan pada kain sutera yang telah di warna.
C. PEMASARAN
Produksi yang dihasilkan oleh perusahaan berupa kain batik tulis sutera dengan macam model untuk selendang, sarung, bahan kebaya baju muslim dan kemeja. Motif dan warna yang ditawarkan oleh perusahaan pun beragam dan para pembeli dapat membeli sesuai dengan seleranya. Perusahaan juga menyediakan showroom sehingga para pembeli dapat datang langsung ke perusahan dan memilih motif, warna dan model yang diinginkan. Perkembangan volume penjualan PBT Garutan dari tahun 1999-2003 dapat dilihat pada Gambar 5 dengan penjelasan pada Lampiran 6.
-20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000
1999
Nilai Penjualan
2000 2001 2002 2003
Gambar 5. Perkembangan volume penjualan kait batik garutan.
44
perorangan biasanya dari keluarga yang akan menikahkan, masyarakat setempat ataupun para artis ibukota untuk koleksi.
[image:68.612.149.493.327.434.2]Harga kain batik tulis ini beragam baik itu dilihat dari jenis kain, motif, warna dan model. Namun perusahaan memiliki harga standar sebagai patokan dalam menjual kain per satu meternya. Tentu saja perusahaan tidak menutupi kemungkinan untuk melakukan tawar menawar harga dengan para pembeli. Adapun volume penjualan kain batik tulis sutera Garutan RM selama tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Volume penjualan kain batik tulis sutera Garutan
Jenis Produk Jumlah (potong) Harga (Rp) Nilai (Rp)
Selendang 26,00 350.000 9.100.000
Sarung 36,00 1.000.000 36.000.000
Kebaya 24,00 1.800.000 43.200.000
Baju muslim 14,00 600.000 8.400.000
Kemeja 20,00 500.000 10.000.000
Total 120,00 106.700.000
Sumber : PBT Garutan RM, 2004
D. ANALISIS BAURAN PEMASARAN
1. Produk
Strategi produk adalah strategi yang dilakukan perusahaan berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Perencanaan strategi produk menduduki posisi yang sangat menentukan terhadap keunggulan persaingan saat ini. Hal ini disebabkan produk merupakan suatu hal yang ditawarkan kepada konsumen dan diharapkan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Keputusan konsumen untuk menentukan jenis produk yang dimiliki sangat ditentukan oleh tingkat mutu, serta kemanfaatan dan kemampuan produk untuk memberikan kepuasan kepada konsumen (Tjiptono, 1995). Strategi produk yang dilakukan PBT Garutan RM dapat dilihat dari segi mutu dan kuantitas produk.
a. Mutu produk
Mutu produk merupakan suatu hal yang menjadi prioritas dari segi bauran pemasaran yang dilakukan PBT Garutan RM. Hal ini disebabkan karena mutu adalah hal yang paling penting dan menentukan bagi konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk. Mutu produk dapat dilihat dari bahan baku, motif, warna dan model.
46
b. Kuantitas produk
Kuantitas produk memiliki peranan yang cukup penting dalam strategi pemasaran yang diterapkan PBT Garutan RM, karena banyaknya