• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU PASCA SALIN YANG MENYUSUKAN DENGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN ASI

DI KLINIK BERSALIN NIAR MEDAN TAHUN 2013

FEBRIANA SARI

125102129

KARYA TULIS ILMIAH

D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

ABSTRAK Febriana Sari

Latar belakang : Pengetahuan teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam pelaksanaan memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 56 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas. Analisis data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test.

Hasil : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden usia 21 – 35 tahun sebanyak 80,4%, Pendidikan Ibu mayoritas SMA sebanyak 46,4%, Pekerjaan responden mayoritas IRT sebanyak 78,6%, Jumlah anak mayoritas 3-5 sebanyak 46,4% san memperoleh sumber informasi mayoritas dari media elektronik sebanyak 41,1%.Pengetahuan Ibu mayoritas baik 76,8%, 51 responden pelaksanaan pemberikan ASI dengan baik. Hasil uji statistik diperoleh, p value =0,022 dengan

nilai α = 0,05 hal ini menunjukkan H0 gagal ditolak yang artinya terdapat beda proporsi yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Disarankan bagi para ibu menyusui untuk menambah pengetahuan , wawasan dan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang cara menyusui yang benar.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan

Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan

moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, Ketua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik dan sebagai dosen pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan serta

masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada peneliti selama dalam proses

belajar dan mengajar.

4. Juniarsih, Am.Keb, Pimpinan klinik yang telah memberikan izin tempat

untuk dilakukannya penelitian dan membantu peneliti sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan.

5. Teristimewa buat Ayahanda Nuradi dan Ibunda Juriah serta Kakanda Junaidi,

Gyati, Erdianto, Alm. Hermanto tercinta dan tersayang, yang telah

(5)

kasih sayang dari lahir hingga sampai saat ini dan telah memberikan

semangat, doa, moral dan material dalam masa pendidikan.

6. Teristimewa juga buat Ramadani yang selalu memberi semangat, motivasi

dan kasih sayang yang tulus kepada peneliti.

7. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi doa, semangat

dan motivasi kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, peneliti berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca

dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga kita selalu dalam rahmat dan

lindungan-Nya. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Medan, Juli 2013

(6)

DAFTAR ISI

3. Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan ... 8

B. Ibu Pasca Salin ... 10

1. Pengertian ibu pasca salin ... 10

C. Konsep Teknik Menyusui ... 11

1. Pengertian teknik menyusui ... 13

2. Macam-macam teknik posisi menyusui ... 15

3. Permulaan menyusui bayi ... 16

4. Cara menyusui ... 16

5. Langkah-langkah menyusui ... 17

6. Menyendawakan bayi ... 18

7. Lama menyusui ... 18

8. Frekuensi menyusui ... 18

9. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar ... 19

10.Manfaat cara menyusui yang baik ... 16

6. Aspek-aspek keungguulan ASI ... 23

(7)

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil penelitian ... 36

1. Karakteristik responden ... 36

2. Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui ... 37

3. Pelaksanaan pemberian ASI... 39

4. Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan... 40

B. Pembahasan ... 41

1. Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui ... 41

2. Pelaksanaan pemberian ASI ... 42

3. Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTARPUSTAKA ... 47

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR TABEL

5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 37

5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan kuesioner tentang teknik menyusui di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 38

5.3 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 39

5.4 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian ASI berdasarkan lembar checlist di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 39

5.5 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 40

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3 Lembar Kuesioner dan Daftar Checklist

Lampiran 4 Lembar Content Validity Index (CVI) Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil Analisa

(12)

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

ABSTRAK Febriana Sari

Latar belakang : Pengetahuan teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam pelaksanaan memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 56 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas. Analisis data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test.

Hasil : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden usia 21 – 35 tahun sebanyak 80,4%, Pendidikan Ibu mayoritas SMA sebanyak 46,4%, Pekerjaan responden mayoritas IRT sebanyak 78,6%, Jumlah anak mayoritas 3-5 sebanyak 46,4% san memperoleh sumber informasi mayoritas dari media elektronik sebanyak 41,1%.Pengetahuan Ibu mayoritas baik 76,8%, 51 responden pelaksanaan pemberikan ASI dengan baik. Hasil uji statistik diperoleh, p value =0,022 dengan

nilai α = 0,05 hal ini menunjukkan H0 gagal ditolak yang artinya terdapat beda proporsi yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Disarankan bagi para ibu menyusui untuk menambah pengetahuan , wawasan dan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang cara menyusui yang benar.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan

nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur. Kualitas SDM

diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta

keyakinan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Roesli, 2000).

Setiap wanita dilengkapi dengan kodrat yang dimulai dari masa akil balig

yaitu menstruasi, beranjak dewasa dan menikah. Wanita juga dilengkapi dengan

kemampuan untuk mengandung, melahirkan serta diberi kemampuan untuk dapat

menyusui sampai mengalami menopause. Banyak hal yang membuat kita kagum

terhadap-Nya, dikarenakan sebuah keunikan tiada tara mulai dari sifat, perilaku,

bahkan siklus metabolisme (Aulia, 2009).

Kodrat yang diberikan kepada wanita ini ditandai oleh perangkat reproduksi

yang dimillikinya, yakni rahim dan semua bagiannya untuk tempat tumbuh kembang

janin selama di dalam kandungan dan payudara untuk dapat menyusui bayinya

ketika sudah dilahirkan. Artinya semua wanita berpotensi untuk menyusui bayinya,

sama dengan potensinya untuk dapat mengandung dan melahirkan (Perinasia, 2004).

Menyusui merupakan kewajiban bagi setiap ibu yang telah melahirkan

seorang bayi. Menyusui merupakan wujud kasih sayang yang diberikan seorang ibu

kepada bayinya. Dengan menyusui, berarti ibu sudah memberikan hal yang sangat

(14)

ASI adalah nutrisi sempurna untuk bayi dan mendekatkan hubungan emosi

antara ibu dan bayi. ASI juga memberikan perlindungan karena ASI bermanfaat

memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir. Hasil penelitian menunjukan

bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus akan terlindungi dari serangan penyakit

sistem pernapasan dan pencernaan. Hal ini zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI

memberikan perlindungan langsung untuk melawan serangan penyakit (Novianti,

2009).

ASI memiliki khasiat yang besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau

yang bersedia memberikan ASI selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi

kesehatan dunia (WHO). Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia

pada tahun 2007, diketahui bahwa angka pemberian ASI turun dari 40% mejadi

39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat 3 kali lipat. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa alasan. Antara lain karna pengetahuan ibu tentang

pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah dalam hal teknik

menyusui (Roesli, 2000).

Pemberian ASI serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang

dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Selain

ibu akan mendapatkan proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan

perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupanya

(Roesli, 2000).

Teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada

bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam

memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang

dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau

(15)

atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui di daerah

masing-masing (Perinasia, 2004).

Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemberian ASI di tempat pelayanan ibu

bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan

atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan

penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana

laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu

mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini (Perinasia, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Sri M (2006), di Bidan praktek swasta Desa

Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dengan jumlah penelitian 45

responden. Sampel diambil dari total populasi dengan desain yang digunakan adalah

cross sectional survey. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu

tentang cara menyusui yang benar cukup baik, untuk sikap ibu tentang cara

menyusui yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada hubungan

antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji

tersebut 0,000 nilai ini < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

yang dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

ibu tentang cara menyusui yang benar.

Hasil penelitian Dhames Angsuko (2009), di BPS Yuda Yulia Klaten dengan

jumlah responden 50 orang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan

antara pengetahuan dengan pelaksanaan menyusui dalam pemberian ASI. Dari dasil

uji Spearman rank didapat hasil koefisien korelasi sebesar 0,544. Dimana nilai t

(16)

ada hubungan yang positif yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang cara

menyusui semakin baik pula pelaksanaan pemberian ASI.

Apabila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan putting lecet dan

menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi akan jarang menyusu. Bila bayi jarang

menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang

mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan teknik menyusui yang benar

(Roesli, 2005).

Berdasarkan uraian diatas sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan lebih

memahami tingkat pemberian ASI yang diberikan ibu pada bayinya. Maka peneliti

mencoba membahasnya dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Hubungan

pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI

di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah

penelitian bagaimana hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan

dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan

pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:

(17)

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan di Klinik

bersalin Niar

c. Mengidentifikasi pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar

d. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan

dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu

Untuk meningkatkan informasi pengetahuan ibu pasca salin yang

menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI

2. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti dapat memperoleh pengetahuan teknik

menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI dan dapat menjadi acuan

dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk memberikan informasi petugas kesehatan tentang hubungan

pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan

pemberian ASI

4. Bagi Institusi

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah sumber bacaan atau pun pustaka

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol,

prosedur dan teori. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Rogers (1974) bahwa sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan

yaitu Awereness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. Interest (merasa tertarik),

dimana orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus. Evaluation (menilai) dimana

seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Trial (mencoba) dimana orang tersebut telah mencoba berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Adoption

(mengadopsi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

(19)

2 . Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu Tahu(know) diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan

dan sebagainya. Memahami (comperehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh :

menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari.

Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi pada kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat

diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain. Sintesis (Synthesis) menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi (Evaluation)

berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

(20)

3. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan

3.1 Pendidikan

Saat ini pendidikan memang memegang peranan penting pada setiap

perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya

pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang yang

bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang

positif. Berdasarkan pendapat Ahmadi (2007), menyatakan bahwa pendidikan adalah

proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan dalam tingkah laku

dihasilkan dalam diri orang itu melalui kelompok. Proses pendidikan dimulai pada

waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.

a.

(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi

jenjang pendidikan menengah.

b. Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan

dasar.

c. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program

3.2 Umur

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan dalam

setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap

pengalamannya. Pembagian umur menurut tingkat kedewasaan:

a. Ibu dewasa muda (≤ 20 tahun) b. Ibu dewasa madya (20-35 tahun)

(21)

3.3 Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama ataupun kewajiban yang

dilakukan ole

Indonesia, 2008). Pekerjaan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia,

kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah bahkan sering kali tidak

disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak

dicapainya dan orang tersebut berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya

akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan

sebelumnya. Pada umumnya semakin baik pekerjaan seseorang akan semakin baik

pemahaman dan pengetahuannya terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

3.4. Paritas

Menurut Sumarah (2009), paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan

jumlah anak yang dilahirkan. Paritas menyatakan jumlah janin dengan berat badan

lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, baik hidup maupun mati. Paritas dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Primipara adalah ibu dengan paritas 1

b. Multipara adalah dengan paritas 2-5

c. Grandemultipara adalah ibu dengan paritas > 5

3.5. Sumber Informasi

Menurut Notoadmojo (2007) media pendidikan kesehatan adalah alat bantu

pendidikan. Disebut media pendidikan karna alat-alat tersebut merupakan alat

saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut

digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan masyarakat atau

klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),

(22)

a. Media cetak

Media ini sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat

bervariasi antara lain :

- Booklet merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

- Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang di lipat. Isi informasi dapat dalam bentuk

kalimat maupun gambar atau kombinasi.

- Flyer (Selebaran) Seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

- Flipchart (Lembar balik)merupakan media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk buku, dimana tiap lembar halaman berisi

gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi

berkaitan dengan gambar tersebut.

- Rubrik merupakan tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

- Poster merupakan bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di dinding, di tempat-tempat umum atau di

kendaraan umum.

b. Media elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda,antara lain

- Televisi merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui

(23)

tanya jawab sekitar masalah kesehatan,pidato (ceramah),TV sport, kuis atau

cerdas cermat dan sebagainya.

- Radio merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui radio

juga dapat berbentuk macam-macam, antara lain, obrolan atau tanya jawab,

sandiwara radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.

- Video merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat melalui

video.

- Slide juga dapat digunakan untuk menyampaiankan informasi kesehatan.

- Film strip dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi

kesehatan.

c. Petugas kesehatan

Merupakan orang yang dapat menyampaikan informasi. Petugas kesehatan

yaitu dokter, bidan, perawat maupun tenaga ahli dalam bidang kesehatan.

B. Ibu Pasca Salin

Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita

yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan (IBI, 2006).

Ibu pasca salin merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah

plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Masa ini disebut

juga masa postpartum. Pada masa ini organ-organ reproduksi sedang mengalami

proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan (Dita Andira,

2010).

Periode postpartum terbagi atas 3 masa yaitu Immediate Puerperium

merupakan periode dimana keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24

jam setelah persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan). Early Puerperium merupakan

(24)

melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama). Late Puerperium merupakan periode

dimana periode 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah

melahirkan.

Pada postpartum ini banyak terjadi perubahan pada tubuh. Misalnya uterus

(rahim) yang terjadinya membesar karena pertumbuhan janin, pada saat ini kembali

ke ukurannya seperti sebelum hamil. Post partum ini bersamaan dengan masa

menyusui saat seperti ini merupakan saat-saat penting bagi keberhasilan seorang ibu

memberikan ASI kepada buah hatinya. (Dita Andira, 2010).

C. Konsep Teknik Menyusui 1. Pengertian Teknik Menyusui

Teknik menyusui yang baik adalah salah satu cara atau metode yang

diterapkan dalam proses pemberian ASI yang merupakan makanan ideal bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis

dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan bayi dan ibu yang dilakukan dengan

baik. Seorang ibu dan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah,

hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti

misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang

mengakibatkan putting terasa nyeri dan masih banyak masalah lain. Terlebih pada

minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam hal emosi. Untuk

itu, seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi

termasuk dalam menyusui. Teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting

susu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi ASI

selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan

(25)

1.1Postur timbangan atau madonna

• Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman

• Bayi berbaring miring, menghadap ibu

• Sisi kepala dan tubuh bayi berada ditengah lengan bawah ibu disebelah

payudara yang dihisap.

1.2Postur timbangan menyilang

Posisi ini dianggap sangat berguna bagi ibu dan bayi baru lahir atau bayi

prematur.

• Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman

• Bayi berbaring miring, menghadap ibu

• Sisi tubuh bayi berada dilengan bawah ibu pada sisi yang berlawanan

dengan payudara yang digunakan untuk menyusui

• Tangan menyangga leher dan bahu bayi sedemikian rupa agar bayi dapat

menegakkan kepalanya.

1.3Postur football atau mengepit

• Ibu duduk dengan posisi yang nyaman

• Bayi berbaring terlentang, meringkuk diantara sisi dada dan lengan ibu

• Tubuh bagian atas bayi disanggah oleh lengan bawah ibu

• Tangan ibu menyanggah leher dan bahu bayi

• Pinggul bayi fleksi pada belakang kursi atau permukaan lain tempat ibu

bersandar

1.4postur semi-sandar

• Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman, postur semi-sandar

• Ibu condong kebelakang dan bayi berbaring berhadapan dengan tubuh

(26)

1.5postur berbaring miring • Ibu berbaring miring

• Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu

• Lengan ibu yang terdekat degan matras atau selimut gulung menyangga

punggung bayi

1.6Postur Australia

• Ibu berbaring terlentang

• Bayi bersandar pada dada ibu

• Posisi ini berguna saat ibu memiliki produksi ASI yang banyak atau

aliran ASI yang deras/cepat karena membuat bayi lebih mampu

(27)
(28)

2. Permulaan Menyusui Bayi

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya ibu mulai menyusui

bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi

pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi

dan hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus.

Selain itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang

pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara disebut kolostrum, dan kolostrum

konsentrasi imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam

yang merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan lebih

banyak mengandung antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi

sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan

mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

bayi.

3. Cara Menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai

masalah karena tidak mengetahui cara menyusui yang benar. Oleh sebab itu untuk

mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik

menyusui.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan

membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak

menumpuk. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa

susu atau dengan jalan operasi.

(29)

disimpan dalam suhu ruangan sampai 8 jam. Jika disimpan dalam lemari pendingin

dapat bertahan 2 kali 24 jam. Jika disimpan dalam freezer dapat bertahan hingga 6

bulan. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI dalam botol atau wadah yang

direndamkan ke dalam air hangat (suhu kurang lebih 50ºC). Jika bekerja, upayakan

ada waktu untuk mengeluarkan ASI secara teratur (minimal 2 jam sekali ASI

dikeluarkan).

4. Langkah-langkah menyusui yang baik

- Cuci tangan yang bersih, jika perlu gunakan sabun

- Sebelum menyusui, putting susu dan areola mammae dibersihkan

- Kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara dengan

kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit

- Bayi diletakkan menghadap dada ibu / payudara

- Pilihlah teknik menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi

- Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

- Payudara dipegang dengan jari diatas dan jari yang lain menopang

dibawah, jangan menekan putting susu

- Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan

cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi

- Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan putting susu serta areola dimasukkan ke mulut bayi

- Setelah bayi menghisap tak perlu dipegang atau disanggah, berikan ASI

dari payudara yang satu sampai kosong sebelum pindah ke payudara yang

satunya lagi

- Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan ke

(30)

5. Menyendawakan Bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi

digendong tegak bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan,

bayi diletakkan dipaha ibu, kepala bayi disanggah atau ditopang dengan sebelah

kanan ibu, tangan lainnya mengusap penggung bayi perlahan sampai bayi

bersendawa atau bila bayi tidur setelah disusui, letakkan ditempat tidur dengan posisi

miring ke kanan atau tengkurap, udara akan keluar dengan sendirinya.

6. Lama menyusui

Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup disusukan 4-5

menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap oleh

bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh disusukan selama 15 menit. Jadi lama menyusui

adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun

sesuai dengan waktu yaitu tahun pertama sekitar 400-700 ml/24 jam, tahun kedua

sekitar 200-400 ml/24 jam, sesudah itu sekitar 200 ml/24 jam.

7. Frekuensi menyusui

Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bayi

biasanya 1,5 – 2 jam sekali sehingga frekuensi menyusui kira-kira 8-12 kali/24 jam.

Setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan usahakan sampai

payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. 8. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik menyusui yang benar,

dapat dilihat bahwa bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut

bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu, Sebagian besar kalang

(31)

perlahan, ASI keluar dengan optimal, putting susu ibu tidak terasa nyeri dan tidak

lecet, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus dan kepala tidak

menengadah serta adanya ikatan cinta dan sayang ibu dengan bayinya.

E. Pelaksanaan Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk

melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang

melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

dilaksanakan.

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara mulai dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum

merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan yang banyak

mengandung protein, antibody (sangat membantu kondisi bayi yang sangat lemah),

mineral dibandingkan dengan ASI yang matur, namun kandungan hidrat arang dalam

kolostrum lebih rendah dari ASI matur. Hal ini karena disebabkan aktivitas bayi

pada tiga hari petama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori.

Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi yang membersihkan

mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan siap menerima

ASI).

2. Air Susu Transisi

Air susu masa peralihan diproduksi pada hari keempat sampai kesepuluh.

Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin

(32)

terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi dengan

lingkungan.

3. Air Susu Matur

Air susu matur merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai

seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah sesuai dengan

perkembangan bayi sampai enam bulan (Prasetyono, 2009).

4. Komposisi ASI

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak

terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam

PASI-RASIO jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih

manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI

dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian, pemberian ASI

semakin berhasil.

Hidrat Arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam

pertumbuhan sel saraf atas, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Di

dalam pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium

dan mineral-mineral lain.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun

begitu “Whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem

pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan whey ASI lebih lunak dan mudah dicerna

ketimbang whey PASI. Protein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan

membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang

(33)

cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi

PASI.

c. Lemak

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak

yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang PASI. Hal ini

dikarenakan ASI lebih banyak mengandung enzim pemerah lemak (II Pase).

Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan

berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya. Pada mulanya, kandungan lemak

rendah, kemudian meningkat jumlahnya komposisi lemak pada menit-menit awal

menyusui berbeda dengan sepuluh menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar

lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya yang akan terus berubah sesuai

kebutuhan energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.

d. Mineral

ASI mengandung mineral lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi

bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur enam bulan. Zat besi dan kalsium

dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh dan

berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75 % dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat

diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang bisa terserap dalam PASI yang

hanya berjumlah sekitar 5 sampai 10 %.

e. Vitamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin

yang diperlukan bayi selama enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari

ASI. Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu

perlu mengetahui bahwa penyakit polio (Rickets) jarang menimpa bayi yang diberi

(34)

5. Proses Terbentuknya ASI

a. Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu

terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut offerent dibawa ke hipotalamus di

dasar otak, lalu memasuki hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin

kedalam darah. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi

mengisap.

b. Refleks Aliran

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi pada saat menyusui selain

mempengaruhi oleh hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin. Dimana

setelah oksitoksin dilepas kedalam darah akan mengacuh otot-otot polos yang

mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli,

duktus sinus menuju puting susu. Refleks Let Down dapat dirasakan sebagai sensasi

kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi ataupun tanda-tanda lain dari Let

Down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini

dipengaruhi oleh kejiwaaan ibu (Prasetyono, 2009).

6. Aspek-Aspek Keunggulan ASI

a. Aspek Gizi

Kolostum mengandung protein, vitamin A yang tinggi mengandung

karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari

pertama kelahiran. Kolostrum akan membantu mengeluarkan mekonium yaitu

kotoran bayi yang pertama bewarna hitam kehijauan.

Kolostrum memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI matang atau

(35)

Selain itu kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D

dan K dan mineral, terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI matur

juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi oleh

tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase (untuk menguraikan

karbohidrat). Ini membantu kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan

bayi yang memang belum sempurna (Prasetyono, 2009).

b. Aspek Psikologis

Pemberian ASI pada bayi memberikan rasa percaya diri ibu untuk menyusui

dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui juga dipengaruhi oleh

emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi sehingga meningkatkan produksi hormon,

terutama oksitoksin yang pada akhirnya akan meningatkan produksi ASI.

Pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada kesatuan ibu dan

kasih sayang ibu pada bayi yang terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan

kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena merasakan kehangatan tubuh dan mendengar denyut ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih

berada dalam rahim.

c. Aspek kecerdasan

Interaksi ibu dan bayi juga kandungan nilai gizi dalam ASI. Sangat diperlukan

untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

Penelitian menunjukkan bahwa Intelligent Questient (IQ) pada bayi yang diberi ASI

adalah 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia tiga

(36)

d. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap, dan

bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

e. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, maka ibu tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk makanan bayi sampai bayi berumur empat bulan. Ibu bisa menghemat

pengeluaran rumah tangga karena tidak perlu membeli susu formula dan

peralatannya.

f. Aspek Penundaan Kehamilan

Menyusui secara eksklusif bisa menunda haid dan kehamilan sehingga dapat

digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode

amenorae laktasi (Prasetyono, 2009).

7. Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup

Bayi akan terlihat puas setelah menyusu, bayi terlihat sehat dan berat

badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu), puting dan

payudara tidak luka atau nyeri, setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air

kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari, apabila selalu

tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang

(37)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati

dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan, sedangkan

variabel dependen adalah pelaksanaan pemberian ASI. Secara skematis, kerangka

konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Karakteristik Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1: Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada

hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan

pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013. -Pendidikan

-Umur

-Pekerjaan

- Paritas

Pengetahuan ibu

pasca salin yang

menyusukan

Pelaksanaan

(38)
(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan

cross sectional bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu pasca

salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar

Medan Amplas Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu pasca salin yang menyusukan yang

berada di klinik bersalin Niar pada bulan Maret - Mei 2013 adalah 56 orang (Buku

registrasi klinik bersalin Niar tahun 2013).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian adalah total sampling yaitu berjumlah 56 orang.

C. Lokasi dan WaktuPenelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Patumbak, Medan Amplas di Klinik

bersalin Niar. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Klinik bersalin Niar selalu

melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini sehingga akan mempengaruhi pelaksanaan

pemberian ASI. Pada saat melaksanakan IMD, ibu pasca salin juga bisa mengetahui

bagaimana cara menyusui bayi yang benar dan hal itu akan diterapkannya dalam

(40)

dan di klinik bersalin Niar belum pernah dilakukan penelitian yang sama

sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai dengan Juni

2013.

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat izin dari program studi

D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan dan Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara serta persetujuan pimpinan Klinik bersalin Niar. Setelah

mendapat izin dalam pengumpulan data, selanjutnya akan dilakukan pendekatan

kepada responden dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian yang akan

dilakukan kepada responden. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam

menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian.

Responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent)

penelitian. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak

menolak dan mengundurkan diri.

Peneliti melindungi subjek dari nama baik, bebas dari tekanan fisik dan

psikologis yang mungkin timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

kuesioner, tetapi dengan member kode pada masing-masing lembar tersebut.

Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

E. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

dan lembar checklist. Bagian pertama kuesioner adalah data karakteristik responden

yaitu: pendidikan, umur, pekerjaan, paritas dan sumber informasi. Jumlah kuesioner

(41)

kuesioner multiple choice. Di mana jawaban yang benar diberi score 1 dan yang

salah di beri score 0. Dimana untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan

sebagai berikut:

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 15

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang : nilai terbesar – nilai terkecil

: 15 – 0

: 15

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang kelas (i) = rentang = 15 = 5

Banyak kelas 3

d. Menentukan kategori berdasarkan perolehan nilai

Baik : apabila responden mendapatkan skor 11 – 15

Cukup : apabila responden mendapat skor 5 - 10

Kurang : apabila responden mendapat skor < 5

Lembar checklist diisi oleh responden dengan memberikan tanda centang

atau checklist (√) pada pernyataan yang dilakukan responden yaitu dengan ya atau tidak. Jumlah pernyataan dalam lembar checklist sebanyak 10 buah. Jika ya diberi

score 1 dan tidak diberi score 0. Dimana untuk mendapatkan kriteria digunakan

perhitungan sebagai berikut:

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

(42)

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang : nilai terbesar – nilai terkecil

: 10 – 0

: 10

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang kelas (i) = rentang = 10 = 5

Banyak kelas 2

d. Menentukan kategori berdasarkan perolehan nilai

Baik : apabila responden mendapatkan skor 6 – 10

Buruk : apabila responden mendapat skor 0 - 5

F. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian dibuat langsung oleh peneliti, dikarenakan instrumen

penelitian merupakan baru maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk

mengetahui berapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten

sasaran yang akan diukur.

1. Validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variable yang diteliti

secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner pengetahuan tentang teknik

menyusui, peneliti melakukan teknik content validity yang membuktikan instrumen

lebih sah yang akan dilakukan oleh salah seorang dosen dalam kebidanan dari

(43)

dengan content validity index (CVI). Didapat nilai validitas 0,82, sehingga

dinyatakan instrumen penelitian ini valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercayakan untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Uji

reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesahihan atau konsistensi jawaban

yang diberikan responden atas pernyataan dari kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan

kepada ibu pasca salin yang menyusukan di klinik bersalin Sumiariani, SST.

Kemudian data diolah dengan sistem komputerisasi mencari koefisien reliabilitas

dengan cronbach alpha. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai

“alpha”, ketentuannya bila r alpha > konstanta (0,6), maka pertanyaan tersebut

reliable. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner, maka hasilnya menunjukkan

bahwa dari 15 pertanyaan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan diuji

cobakan diperoleh nilai alpha 0,890> 0,6.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu peneliti terlebih

dahulu mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian melalui bagian

pendidikan Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan dan Dekan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat izin,

peneliti menyampaikan surat ke Klinik bersalin Niar Medan Amplas. Setelah peneliti

mendapatkan persetujuan untuk mengadakan penelitian, maka peneliti melakukan

pengumpulan data responden. Peneliti berjumpa langsung pada responden pada saat

pasca salin di ruang nifas klinik bersalin Niar. Dalam melaksanakan penelitian ini

(44)

Langkah berikutnya peneliti membagikan kuesioner pada responden, serta

peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan efek dari

penelitian ini. Calon responden yang bersedia ,diminta untuk menandatangani surat

persetujuan. Pada saat pengisian data dari responden diberikan waktu selama 5 menit

untuk mengisi data. Setelah itu responden yang bersedia, diminta mengisi kuesioner

selama 30 menit dengan memberikan tanda silang pada jawaban yang benar.

Kemudian memberikan tanda checklist pada bagian kuesioner pelaksanaan pada

kolom ya atau tidak selama 10 menit. Setelah kuesioner diisi oleh responden, maka

selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan dan mengumpulkan data untuk

dianalisa. Apabila peneliti tidak berada di tempat penelitian pada saat ada responden,

peneliti meminta tolong kepada pegawai klinik atas nama Siti Aisyah, AMKeb untuk

membantu memberikan kuesioner kepada responden yang ada. Banyaknya

responden yang dibantu berjumlah 18 orang.

H. Analisa Data

Analisa data yang terkumpul, maka peneliti mengolah dengan beberapa

tahap, yang pertama Editing yaitu hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau

dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian formulir. Kemudian

Coding yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau

bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data.

Tabulasi yaitu membut tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peneliti.

Metode statistic untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

(45)

1. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan karekteristik masing-masing

variable yaitu, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan sumber informasi. Data

bersifat kategorik digunakan untuk menganalisis univariat yaitu mengetahui

distribusi frekuensi berdasarkan umur, distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan,

distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan, distribusi frekuensi berdasarkan paritas

dan distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variable

tersebut yaitu pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik

menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI. Dalam menganalisa data secara

bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistic Fisher’s Exact

Test dengan taraf signifikan α = 0,05. Pedoman dalam menerima hipotesa : apabila

nilai P> 0,05 maka Ho ditolak yang berarti tidak ada hubungan pengetahuan ibu

pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan

pemberian ASI. Apabila nilai P <0,05 maka Ho gagal ditolak yang berarti ada

hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui

(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan

pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI

di klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013. Jumlah seluruh responden dalam

penelitian ini adalah 56 responden.

Setelah melakukan pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data dan

analisa data. Adapun hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

1. Karekteristik Responden

Hasil dari karakteristik responden yang terdiri dari umur, pendidikan,

pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi. Data yang diperoleh menunjukkan

mayoritas responden berada pada rentang 21-35 tahun yaitu 80,4%, minoritas

(10,7%) pa rentang usia < 20 tahun, dengan tingkat pendidikan mayoritas adalah

SMA yaitu 46,4%, minoritas (7,1%) pada pendidikan Perguruan Tinggi.

Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden bekerja sebagai IRT yaitu 78,6%,

minoritas sebagai Pegawai sipil (5,4%).Mayoritas responden dengan memiliki 3-5

anak yaitu 46,4 %, minoritas memiliki 2 anak (19,6%) serta memperoleh sumber

informasi mayoritas dari media elektronik yaitu 41,1% dan minoritas memperoleh

(47)

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi di Klinik

bersalin Niar Medan Tahhun 2013 (n = 56 )

No Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)

Umur

2. Pengetahuan Ibu Yang Menyusukan

Hasil frekwensi pengetahuan responden tentang teknik menyusui

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan di klinik

bersalin Niar dari 56 responden terdapat 43 responden pengetahuannya baik (76,8

%), 13 responden dengan pengetahuan cukup (23,2%) dan tidak ada responden yang

(48)

Tabel 5.2

Distribusi frekwensi pengetahuan responden berdasarkan kuesioner tentang teknik menyusui Di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No

2 Salah satu posisi menyusui yang baik dan dianggap sangat berguna untuk bayi kurang bulan

31 55,4 25 44,6

3 Menurut ibu, bagaimana cara menyusui yang baik 43 76,8 13 23,2

4 Menurut ibu, apa yang menjadi masalah pada saat menyusui

55 98,2 1 1,8

5 Jika bayi menyusu tidak benar, apa yang akan terjadi?

46 82.1 10 17.9

6 Sebaiknya berapa lama bayi menyusu 42 75 14 25 7 Sebaiknya jarak bayi menyusu berapa jam sekali 27 48,2 29 51,8 8 Menurut ibu, apakah manfaat Isapan bayi 53 94,6 3 5,4 9 Menurut ibu, cara melepas isapan bayi pada

putting susu adalah

33 58,9 23 41,1

10 Air susu ibu yang pertama kali keluar sampai hari ke-3 disebut

42 75 14 25

11 Air susu ibu yang keluar pada hari ke- 4 sampai hari ke- 10 disebut

33 58,9 23 41,1

12 Air susu ibu yang keluar pada hari ke- 11 sampai seterus nya di sebut

26 46,4 30 53,6

13 Menurut ibu, apakah manfaat bayi disendawakan setelah menyusu

48 85,7 8 14,3

14

15

Menurut ibu, bagaimana cara menyendawakan bayi setelah menyusu?

Menurut ibu, apakah manfaat cara menyusui yang baik pada ibu

Dari jawaban responden menunjukkan bahwa pertanyaan yang mayoritas

dijawab benar adalah pertanyaan nomor 15 sebanyak 100%. Pertanyaan yang

mayoritas dijawab salah adalah pertanyaan nomor 12 sebanyak 53,6%.Maka tingkat

pengetahuan responden tentang teknik menyusui dapat dikategorikan baik, cukup

(49)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No Pengetahuan Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

1

3. Pelaksanaan Pemberian ASI

Berdasarkan hasil pernyataan dalam lembar checklist diketahui bahwa

mayoritas responden menjawab ya terdapat pada pernyataan nomor 1 sebanyak

98,2%, minoritas pada pernyataan nomor 5 sebanyak 41,1% dan mayoritas

responden menjawab tidak pada pernyataan nomor 5 sebanyak 58,9% dan minoritas

menjawab tidak pada pernyataan nomor 1 sebesar 1,8%.

Tabel 5.4

Distribusi frekwensi pelaksanaan pemberian ASI berdasarkan lembar checlist di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No

Payudara di pegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu

44 78,6 12 21,4

3 Areola mammae masuk keseluruhan ke dalam mulut bayi

44 78,6 12 21,4

4 Menyusui dengan menggunakan kedua payudara secara berganti-gantian

54 96,4 2 3,6

5 Jarak menyusui sekitar 1,5 jam – 2 jam sekali 23 41,1 33 58,9

6 Lama menyusui sekitar 10 – 15 menit 39 69,6 17 30,4 7 Melepas isapan dengan menekan dagu ke bawah

atau menggunakan jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi

37 66,1 19 33,9

8 Isapan bayi tidak mengakibatkan putting susu lecet selama menyusui dan produksi ASI lancar

54 96,4 2 3,6

9 Menyendawakan bayi dengan menepuk perlahan punggung bayi sampai bayi bersendawa

54 96,4 2 3,6

10 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus serta kepala tidak menengadah

(50)

Hasil Tabel menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI di klinik

bersalin Niar dari 56 responden terdapat 51 responden dengan pelaksanaan

pemberian ASI baik (91,1%), 5 responden dengan perilaku menyusui buruk (8,9%).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No Pelaksanaan pemberian ASI Frekuensi (f) Persentase (%) 1

3. Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan tentang Teknik Menyusui dengan Pelaksanaan Pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar Tahun 2013

Pada analisa bivariat, peneliti akan melihat hubungan pengetahuan ibu pasca

salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian asi di klinik bersalin Niar

tahun 2013 dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test diperoleh dari 56 responden

41 responden (95,3%) dengan pengetahuan baik dan pelaksanaan baik. 2 responden

(4,7%) dengan pengetauan baik dan pelaksanaan buruk, 9 responden (69,2%) dengan

berpengetahuan cukup dan pelaksanaan baik, 4 responden (30,8%) dengan

berpengetahuan dukup dan pelaksanaan buruk.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test, diperoleh

hasil P value 0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa H0 gagal ditolak yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin

yang menyusukan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI.

Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik

(51)

pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang

berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan baik.

Tabel 5.6

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar

Tahun 2013 (n = 56)

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengetahuan ibu pasca salin yang

menyusukan, pelaksanaan pemberian ASI serta hubungan antara pengetahuan ibu

pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI.

1. Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui

Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang teknik menyusui pada

tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 56 responden terdapat 43 responden

pengetahuannya baik (76,8 %), 13 responden dengan pengetahuan cukup (23,2%)

dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Terdistribusi pada usia antara

20 – 35 tahun sebanyak 45 orang (80,4%).

Menurut Notoatmodjo (2006) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada

pengetahuannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang rendah atau kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang

(52)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dhames Vidia Angsuko (2009)

dalam hasil penelitian dengan uji korelasi spearman rank dari 50 responden yaitu

ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku menyusui dalam

pelaksanaan pemberian ASI. Karena nilai koefisien bertanda positif, berarti ada

hubungan positif antara pengetahuan dengan perilaku menyusui yaitu semakin tinggi

tingkat pengetahuan tentang cara menyusui maka semakin baik perilaku menyusui

bayinya.

B. Pelaksanaan Pemberian ASI

Hasil penelitian tentang pelaksanaan menyusui pada tabel 5.3 menunjukkan

bahwa dari 56 responden terdapat 50 responden dengan pelaksanaan pemberian ASI

baik (89,3%), 6 responden dengan perilaku menyusui buruk (8,9%).

Menurut Notoatmodjo (2006) Terbentuknya perilaku dalam melaksanakan

sesutu tidak terjadi begitu saja, melainkan proses kontinu antara individu – individu

disekitarnya. Dapat disebutkan manusia berperilaku karena dituntut oleh dorongan

dari dalam sedangkan dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan.

Jadi perilaku timbul karena dorongan dalam rangka memenuhi kebutuhan

(Purwanto, 1999).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Kamelia, 2011) bahwa sebagian besar

ibu – ibu berpengetahuan baik mempunyai perilaku pemberian ASI yang baik. Ibu

menyusui mempunyai kebutuhan untuk menjaga kesehatan diri dan bayinya, yang

dipersiapkan agar dapat memberikan ASI dengan sempurna kepada bayinya.

Klinik bersalin Niar merupakan sarana kesehatan yang menerapkan program

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada semua pasien bersalin. IMD akan mempengaruhi

perilaku ibu menyusui karena pada saat melaksanakan IMD ibu bisa tau bagaimana

(53)

Hal ini sesuai dengan pendapat Soetjiningsih (1997) bahwa penanganan di ruang

bersalin, rawat gabung dan nasehat pada saat akan pulang yang berkesinambungan

maka akan membantu keberhasilan menyusui.

C. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan statistik untuk mencari hubungan

antara pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian

ASI. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test,

diperoleh hasil P value 0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa H0 gagal ditolak

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu

pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Diperoleh nilai

OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan

kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam

pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup dengan

pelaksanaan baik.

Dari teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2006) bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sedangkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Dari sini dapat kita ketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengetahuan

dengan perilaku manusia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang didapatkan

adanya hubungan antara pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan

perilaku dalam pelaksanaan pemberian ASI. Disini berarti ada kesesuaian antara

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan pembahasan “ Hubungan

pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI

di klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang cara menyusui dari

56 responden terdapat terdapat 43 responden pengetahuannya baik (76,8 %),

13 responden dengan pengetahuan cukup (23,2%) dan tidak ada responden

yang berpengetahuan kurang.

2. Pelaksanaan Pemberian ASI dari 56 responden terdapat 50 responden dengan

pelaksanaan pemberian ASI baik (89,3%), 6 responden dengan perilaku

menyusui buruk (8,9%), terdistribusi pada usia antara 21– 35 tahun.

3. Dari 56 responden responden berpengetahuan baik dengan pelaksanaan baik

sebesar 95,3%, berpengetahuan baik dengan pelaksanaan buruk sebesar

4,7% dan berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan baik sebesar 69,2% ,

berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan buruk 30,8%.

4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test

pada tingkat kepercayaan 95%, alpha 0,5 diperoleh hasil Pvalue 0,022

(p<0,05) yang berarti bahwa H0 gagal ditolak yang artinya terdapat beda

proporsi yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang

menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar

tahun 2013. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki

(55)

peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI

dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup dengan

pelaksanaan baik.

B. Saran

1. Responden

Diharapkan para ibu menyusui menambah pengetahuan, wawasan dan

mencari informasi yang sebanyak- banyaknya tentang cara menyusui yang benar

serta meningkatkan hubungan antar individu yang nantinya bisa berbagi informasi,

pengalaman serta saling mendukung dalam memberikan ASI kepada bayinya.

2. Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan khususnya Bidan lebih meningkatkan

pengetahuan sebagai upaya memberikan informasi yang benar dan lebih banyak

memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan tentang pentingnya

pemberian ASI serta cara menyusui yang benar.

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang khususnya tentang masalah ASI dan

Gambar

Gambar 1. Teknik Menyusui
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku merawat organ genital pada remaja putri di dusun Nanggulan Gadingsari Sanden Bantul Yogyakarta sebelum penyuluhan yaitu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

Therefore, as a country that plays an active role in international relations as well as disaster management through humanitarian aid, the study will attempt to

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kawasan agropolitan yang berada dalam 1 (satu) kabupaten diatur

[r]

Immunophenotypic anal- ysis of the aortic aneurysm wall suggests that vascular dendritic cells are involved in immune responses. Metalloproteinases in degenerative

Pajak penghasilan t erkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOM PREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT.. TOTAL LABA (RUGI)

Results clearly showed that bacterial DM, bacterial absorbance and BGV increased as the ratio of concentrate (sheep pellet) to hay increased in the donor animals' diet and that

- Apabila Tenaga Ahli DPR RI/Staf Administrasi Anggota pindah/ganti anggota, data-data yang bersangkutan dapat menggunakan data yang sudah ditransfer menjadi