LAPORAN AKHIR
HIBAH FUNDAMENTAL
JUDUL
Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda
Terhadap Sel Kanker
Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun
TIM PENGUSUL
Dr. Muhammad Da’
i, S.Si., M.Si., Apt.
NIDN 0617047401
Ika Trisharyanti D.K., S.Si., M.Farm., Apt.
NIDN 0619037901
Dibiayai oleh Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah VI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor 007/K6/KL/SP/PENELITIAN/2014, Tanggal 8 Mei 2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
RINGKASAN
Penelitian awal terhadap ekstrak etanol daun Jati Belanda menunjukkan
efek penghambatan pertumbuhan terhadap sel kanker payudara (MCF-7). Hasil
uji sitotoksistas terhadap sel WiDr, MCF-7, HeLa, T47D dan Vero secara
berturut-turut adalah 36,50; 58,02; 53,36; 1806,22 dan 2451,65 µg/mL. (T47D).
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas tilirosida dari ekstrak etanol
daun Jati Belanda terhadap sel kanker. Penelitian dimulai dengan isolasi tilirosida
dan dilanjutkan dengan pengujian potensi aktivitas in vitro terhadap beberapa sel
kanker dengan uji sitotoksik pada berbagai konsentrasi menggunakan metode
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kami.
Alhamdulillah, kami telah dapat menyelesaikan sekitar 90% penelitian hibah fundamental dengan judul Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker, harapan kami semoga hasil yang dicapai dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN
PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 15
BAB IV. METODE PENELITIAN ... 17
BAB V. HASIL YANG DICAPAI ... 19
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
DAFTAR GAMBAR
Gbr 1. Strategi menurunkan level cdk4 yang memodulasi progresi cell cycle
... 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data konsentrasi tilirosid dan % sel hidup MCF-7 ... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka
kematian cukup tinggi di Indonesia maupun di dunia. Kanker merupakan
pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak terkontrol yang terjadi di dalam
tubuh. Insidensi berbagai jenis kanker mengalami peningkatan di negara-negara
berkembang (Garcia et al., 2007). Kanker payudara dan kanker serviks
merupakan dua jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di Indonesia
(Tjindarbumi & Mangunkusumo, 2002). Perkembangan kanker seringkali
dijumpai sudah dalam stadium lanjut (metastatis) dan melibatkan mekanisme
molekuler yang komplek sehingga menimbulkan masalah dalam terapinya
(Gibbsb, 2000).
Kemoterapi yang merupakan salah satu usaha pengobatan kanker
stadium lanjut paling memungkinkan masih sering menimbulkan kegagalan
dikarenakan rendahnya selektifitas obat-obat antikanker. Usaha penemuan obat
antikanker yang aman dan selektif terhadap pengobatan dan pencegahan kanker
khususnya yang berasal dari tanaman obat perlu untuk dilakukan. Beberapa obat
antikanker yang berasal dari tanaman telah digunakan pada kemoterapi kanker
secara efektif. Alkaloid vincristine dan vinblastine merupakan contoh obat
antikanker yang telah lama digunakan dan diketahui mekanisme molekulernya
begitu juga dengan taxol (Cragg & Newman, 2005). Teori ilmiah mengenai
pengaruh molekuler tanaman obat yang berkhasiat antikanker terhadap sel
kanker sangat diperlukan untuk pengembangan obat antikanker yang aman dan
selektif.
Potensi daun Jati Belanda terhadap aktivitas antikanker perlu untuk
dieksplorasi lebih lanjut. Penelitian awal oleh tim membuktikan efek sitotoksik
ekstrak etanol daun Jati Belanda pada sel kanker payudara T47D. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Nascimento et al. (1990) pada sel KB. Senyawa
procyanidin B-2 yang diisolasi dari tanaman ini memperlihatkan aktivitas
sitotoksik pada sel Raji dan sel melanoma tetapi tidak aktif terhadap sel kanker
paru A-549 (Kashiwada et al., 1992; Ito et al., 2002). Tilirosida merupakan salah
tilirosida dapat menghambat pertumbuhan dua cell line yaitu: CCRF-CEM dan
NAMALWA dengan IC50 berturut-turut 17,1 dan 16,1 µg/mL (Dimas et al., 2000).
Berdasarkan penelitian di atas, tilirosida dari d daun Jati Belanda perlu untuk
dipelajari sehingga mendukung pengembangannya sebagai obat antikanker yang
aman dan selektif. Penelitian ini diarahkan pada sel kanker payudara, mengingat
tingginya insidensi kanker payudara di Indonesia.
Perumusan masalah yang dapat disampaikan berdasarkan uraian di atas
adalah:
1. Apakah tilirosida memiliki aktivitas antiproliferatif yang selektif terhadap sel
kanker payudara?
2. Apakah ekstrak etanol daun Jati Belanda dapat menghambat sel kanker
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker dan terapi kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka
kematian cukup tinggi di Indonesia maupun di dunia. Penyakit kanker terdiri dari
paling sedikit 100 jenis, di Amerika jumlah pasien meninggal mencapai 553.400
dari total penderita 1.268.000 (Greenlee et al., 2001). Penelitian yang sama
menunjukan bahwa kanker menempati peringkat ke dua sebagai penyebab
kematian setelah penyakit jantung. Penderita kanker di Indonesia sekitar 4,3%
dan menduduki peringkat ke 6 penyebab kematian (Anonim, 1998). Kanker leher
rahim dan kanker payudara memiliki tingkat insidensi tinggi pada wanita dari
berbagai jenis kanker (Tjindarbumi & Mangunkusumo, 2002).
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol diikuti dengan
proses invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh
yang lain. Kanker pada dasarnya merupakan sel dengan proliferasi yang tak
terkendali akibat kerusakan gen, utamanya pada regulator daur sel (Sher, 1996).
Pertumbuhan kanker merupakan proses mikroevolusioner yang dapat
berlangsung dalam beberapa bulan atau beberapa tahun (Albert, 1994). Proses
pertumbuhan ini dinamakan karsinogenesis, dimulai dari satu sel kanker yang
memperbanyak diri dan membentuk koloni kecil dalam jaringan yang sama.
Selanjutnya terjadi perubahan genetik (seperti aktivasi onkogen) yang
menyebabkan koloni dari sel abnormal ini menjadi malignan (Scheneider, 1997).
Kanker terjadi karena adanya perubahan mendasar dalam fisiologi sel
yang akhirnya tumbuh menjadi malignan. Secara umum, ciri-ciri dari sel kanker
adalah: a) Memiliki kemampuan mencukupi sinyal pertumbuhan sendiri yang
dapat memacu daur sel. b)Insensitivitas terhadap anti faktor pertumbuhan yang
menyebabkan daur sel tidak terhenti. c) Kehilangan kemampuan apoptosis
(kemampuan melakukan program bunuh diri), sehingga sel tersebut terus
bertambah. d) Invasi ke jaringan lain dan masuk ke peredaran darah, sehingga
dapat mengalami metastasis. e) Potensi replikasi yang tidak terbatas (immortal).
f) Kemampuan untuk membentuk saluran darah ke sel kanker (angiogenesis)
Beberapa usaha pengobatan terhadap kanker telah dilakukan secara
intensif, yaitu dengan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Diantara ketiga
cara tersebut, kemoterapi merupakan pilihan pengobatan yang paling
memungkinkan untuk pengobatan kanker pada stadium lanjut (sudah
metastasis). Kemoterapi adalah cara pengobatan dengan menggunakan
senyawa kimia yang bekerja langsung pada sel kanker. Beberapa agen
kemoterapi yang sering digunakan dalam pengobatan kanker payudara adalah
Adriamycin (doxorubicin), Aredia (pamidronate disodium), Cytoxan
(cyclophosphamide), Ellence (epirubicin), Fareston (toremifene), Tamoxifen
(Nolvadex), Taxol (paclitaxel), dan Taxotere (docetaxel). Kegagalan yang sering
terjadi dalam usaha pengobatan kanker, utamanya melalui kemoterapi, lebih
dikarenakan rendahnya selektifitas obat-obat anti kanker dan sensitivitas sel
kanker itu sendiri terhadap agen kemoterapi. Usaha penemuan obat baru yang
aman dan selektif terhadap pengobatan dan pencegahan kanker dengan
mengetahui pengaruh molekuler terhadap sel kanker perlu untuk dilakukan.
Pendekatan terapi kanker dapat dilakukan dengan menghambat
perkembangan sel kanker tersebut baik melalui pemacuan apoptosis dan
penghambatan daur sel yang dapat teramati secara in vitro. Proses terbentuknya
sel kanker umumnya disebabkan oleh tidak terkendalinya proliferasi sel, maka
pengembangan obat-obat antikanker dapat diarahkan pada regulasi daur sel dan
dan kontrol cekpoint (Saphiro & Harper, 1999), faktor pertumbuhan dan signal
faktor pertumbuhan (Gibbsa, 2000), penghambatan angiogenesis (Keshet & Bens
Sasson, 1999), dan pemacuan apoptosis (Fisher, 1994).
Salah satu strategi pengembangan obat anti kanker adalah penemuan
senyawa baru yang mendasarkan target aksinya pada gen-gen yang mengatur
pertumbuhan, diferensiasi, dan kematian sel. Pengembangan obat antikanker
dengan didasarkan pada regulasi cell cycle (Gambar 1) diarahkan pada
penghambatan terjadinya proses pembelahan sel, sehingga senyawa ataupun
protein yang diberikan kepada penderita dapat mencegah terjadinya sintesis
DNA dan mitosis. Pada berbagai kasus kanker, sering ditandai dengan
hilangnya pRb, inaktivasi p16INK4, amplifikasi Cdk-4 dan meningkatnya ekspresi
Cyclin D1 yang akan memacu proliferasi sel kanker. Strategi pengembangan
obat antikanker pada proses ini dapat diarahkan untuk menghambat Cyclin D1,
sesuai dengan gambar 3 (Saphiro & Harper 1999). Sel kanker dapat dihambat
pertumbuhannya pada fase G2M pada cell cycle. Sel mengalami pertumbuhan
dan sintesis protein pada fase G2 sehingga cukup untuk kelangsungan hidup
dua sel yang akan terbentuk dan siap untuk masuk ke fase M dan mengalami
pembelahan menjadi dua sel yang identik. Penghambatan sel pada fase G2M ini
dikaitkan dengan peningkatan expresi protein p21 Waf/CIP. Protein tersebut
merupakan inhibitor siklus sel yang berperan penting pada regulasi siklus sel.
Peningkatan ekspresi protein p21 tersebut terkait erat dengan terjadinya
apoptosis pada sel. Ekspresi protein p21 dapat terjadi baik tergantung maupun
tidak tergantung pada perubahan ekspresi protein p53 (Harper et al., 1993;
Michieli et al., 1994; Zeng & El-Deiry et al., 1996).
Gambar 1. Strategi menurunkan level cdk4 yang memodulasi progresi cell cycle
Kematian sel merupakan proses normal yang berfungsi untuk perbaikan
jaringan dan penghilangan sel yang rusak yang mungkin berbahaya bagi tubuh.
Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram atau program bunuh diri sel
yang memerlukan mRNA dan sintesis protein tertentu (King, 2000). Apoptosis
dapat dipacu melalui jalur ekstrinsik dan intrinsik yang melibatkan protein
intraseluler caspase. Hal tersebut mendorong untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut terhadap ekspresi protein-protein yang terkait dengan regulasi siklus sel
maupun apoptosis. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui pengaruh
dan BAX yang terkait langsung dengan regulasi siklus sel fase G2M dan
apoptosis.
B. Jati Belanda
Jati Belanda telah lama dikenal oleh masyarakat di dunia. Tanaman ini
(Gambar 2) dikenal sebagai jati blanda (Sumatra); jati londo dan jatos landi
(Jawa); Bastard cedar di Inggris; Orme d’amerique (Perancis) dan Guasima di
Meksiko (Dep.Kes.RI., 2008). Kedudukan tanaman jati belanda dalam sistem
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magniliopsida
Anak kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Species : Guazuma ulmifolia Lamk. (Anonim, 2009)
Gambar 2. Daun Jati Belanda
Kandungan kimia dalam tanaman ini dilaporkan dalam beberapa
penelitian. adalah senyawa tanin dan musilago. Penelitian awal oleh tim
menunjukkan kandungan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, minyak atsiri,
dan polifenol (Melannisa et al., 2011). Sukandar et al. (2009) melaporkan
kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, dan terpenoid pada simplisia dan ekstrak
air. Adanya cyanogenic glycosides telah diketahui pada tanaman ini (Seigler,
yang sedang dikembangkan penelitiannya menjadi fitofarmaka menjadi penurun
kolesterol dan antidiabetes (Dewoto, 2007). Berdasarkan Farmakope Herbal
Indonesia (2008), kualitas ekstrak etanol daun Jati Belanda ditandai dengan
kandungan flavonoid 3,2% (sebagai kuersetin) dan keberadaan senyawa
tilirosida.
Tanaman Jati Belanda terutama bagian daunnya telah lama digunakan
pada pengobatan tradisional dan telah banyak diteliti. Tanaman ini secara
tradisional digunakan sebagai teh penurun berat badan; pengobatan beberapa
penyakit seperti malaria, diare, raja singa, gangguan hati dan ginjal, serta wasir;
dan dapat menstimulasi konstraksi rahim (Anonim, 2009). Ekstrak air dan ekstrak
etil asetat daun Jati Belanda menghambat herpes bovine virus dan virus polio
dengan metode plague assay (Felipe et al., 2006). Aktivitas antibakteri ekstrak
metanolnya terhadap Escherichia coli telah dibuktikan pada penelitian Tumbel
(2009). Selain itu, ekstrak etanol daunnya terbukti dapat menghambat aktivitas
lipase pankreas (Iswantini et al., 2011) dan ekstrak airnya menurunkan kadar
lipid pada tikus (Sukandar et al., 2009). Aktivitas antidiabetes dari tanaman ini
telah diteliti (Alonso-Castro & Salazar-Olivo, 2008). Ekstrak etanol daun Jati
Belanda tidak bersifat toksik pada tikus (Utomo, 2008).
Potensi daun Jati Belanda terhadap aktivitas antikanker perlu untuk
dieksplorasi lebih lanjut. Penelitian awal oleh tim membuktikan efek sitotoksik
ekstrak etanol daun Jati Belanda pada sel kanker payudara T47D. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Nascimento (1990) pada sel KB. Senyawa procyanidin
B-2 yang diisolasi dari tanaman ini memperlihatkan aktivitas sitotoksik pada sel
Raji dan sel melanoma tetapi tidak aktif terhadap sel kanker paru A-549
(Kashiwada et al., 1992; Ito et al., 2002). Hasil uji sitotoksik menunjukkan
tilirosida dapat menghambat pertumbuhan dua cell line yaitu: CCRF-CEM dan NAMALWA dengan IC50 berturut-turut 17,1 dan 16,1 µg/mL (Dimas et al., 2000).
C. Pengembangan Tanaman Obat Tradisional sebagai Antikanker
Penggunaan obat-obat herbal mengalami peningkatan di seluruh dunia
terutama di negara berkembang. Selain murah, penggunaan obat herbal dalam
perawatan kesehatan untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit
lebih mudah diterima oleh tubuh dengan efek samping yang minimal. Bukti ilmiah
memperkuat penggunaanya sebagai alternatif dari pengobatan modern (Pal &
Shukla, 2003). Penggunaan obat herbal untuk penyakit kanker juga mengalami
peningkatan. Sekitar 7-48% pasien yang telah didiagnosis kanker menggunakan
pengobatan herbal (Gratus, 2009). Penggunaan tanaman obat tersebut sering
kali dikembangkan berdasarkan penggunaannya secara empiris atau
berdasarkan kajian etnobotani-nya (Heinrich, 2003).
Sebagian besar penelitian tanaman obat telah diarahkan pada
pemahaman yang lebih baik dari efek farmakologisnya selain kajian fitokimianya
(Heinrich, 2003). Selain itu, perkembangan penelitian tersebut juga diarahkan
untuk mendapatkan senyawa anti kanker baru yang berasal dari tanaman obat
tradisional. Beberapa agen antikanker yang berasal dari tanaman seperti
vincristine, vinblastine dan taxol telah terbukti efektif. Senyawa-senyawa tersebut
mempunyai target molekuler spesifik pada penghambatan proliferasi sel kanker
(Cragg & Newman, 2005).
Perkembangan penelitian mengenai pengobatan kanker berupaya untuk
meningkatkan selektifitas dan keamanannya serta mengurangi efek samping
pada sel normal. Peningkatan ilmu pengetahuan terkait mekanisme molekuler
dan patofisiologi kanker manusia mendorong pengembangan obat antikanker
pada target molekuler sehingga diharapkan dapat menghasilkan obat antikanker
dengan efektifitas yang lebih besar dan toksisitas yang lebih rendah (Gibbsb,
2000). Identifikasi agen antikanker selain didasarkan pada kajian etnobotani dan
fitokimia tetapi juga berbasis uji sitotoksik secara in vitro dan in vivo. Kelemahan
uji sitotoksik yang belum dapat menggambarkan kompleksitas kanker pada
manusia dapat diatasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
biologi molekuler (Gibbsb, 2000) sehingga penelitian dapat diarahkan target
molekuler yang spesifik seperti sinyal transduksi, regulasi cell cycle, apoptosis
dan angiogenesis (Hanahan & Wienberg, 2000).
Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel
yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antikanker suatu senyawa
atau bahan alam yang berpotensi sebagai antikanker. Informasi yang didapat
secara in vitro dapat menggambarkan efek in vivo dari obat sitotoksik yang sama.
Metode MTT assay merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
uji sitotoksik. Metode ini mengukur proliferasi sel secara kolorimetrik dan telah
assay) dan dapat mengidentifikasi selektifitas senyawa uji berdasarkan respon
sitotoksik dan resistensi pada berbagai jenis sel kanker (Chabner & Jr, 2005).
Beberapa tanaman dapat memberikan respon pada beberapa sel kanker tertentu
tetapi tidak pada sel yang lain. Penelitian Ueda et al. (2002) menunjukkan
selektifitas Coscinium fenestratum terhadap selektif terhadap sel kanker paru
metastatik (A549 LLC dan B16-BL6), sementara Hydnophytum formicarum dan
Streptocaulan juventas menunjukkan aktivitas selektif pada sel kanker HeLa dan
A549. Penelitian ini pada tahap awal akan ditujukan untuk mengetahui selektifitas
ekstrak etanol daun Jati Belanda terhadap beberapa sel kanker seperti Hela,
T47D dan MCF7.
Uji sitotoksik secara in vitro dapat dilanjutkan pada pengamatan seluler
dan level molekuler untuk mengetahui target molekuler efek sitotoksik tersebut.
Pengamatan perubahan dapat diarahkan pada target molekuler yang spesifik
seperti sinyal transduksi, regulasi cell cycle, apoptosis dan angiogenesis. Adanya
perubahan morfologi karakteristik dan fragmentasi DNA menunjukkan aktivitas
antiproliferatif terjadi karena induksi apoptosis telah diamati pada penelitian
beberapa tanaman obat (Ueda et al., 2002). Mekanisme aktivitas sitotoksik
ekstrak etanol daun Jati Belanda pada penelitian ini akan dimulai dengan
pengamatan pada level seluler terhadap regulasi cell cycle dan apoptosis.
Penelusuran mekanisme molekuler dapat dilakukan dengan mengamati
level ekspresi protein-protein tertentu (Kuo et al., 2005; Malikova et al., 2006).
Regulasi cell cycle berdasarkan aktivasi cyclins dan cyclin-dependent kinases
(CDKs) yang menginisiasi perpindahan sel dari fase G1 ke fase S dan dari fase
G2 berlanjut ke mitosis. Kanker sering kali disebabkan aktivitas cyclin-dependent
kinase yang tidak terkontrol oleh inhibitor cell cycle seperti p21 (Malikova et al.,
2006). Pengamatan ekspresi protein regulator cell cycle merupakan salah satu
penelusuran mekanisme molekuler yang spesifik. Induksi apoptosis pada sel
tumor dinilai sangat berguna dalam terapi dan pencegahan kanker. Berbagai
bahan alam telah terbukti memiliki kemampuan menginduksi apoptosis pada sel
kanker yang berasal dari manusia (Taraphdar et al., 2001). Penelitian ini akan
diarahkan pada penelusuran mekanisme molekuler dengan pengamatan
ekspresi gen/protein dengan metoda immunositokimia dan western blott pada
cdc-2 serta protein-protein yang terlibat pada proses apoptosis seperti p53, BAX,
DAFTAR PUSTAKA
Albert, B. (1994). Moleculer Biology of the Cell. 3rd ed. Garland Publisher.Inc. New York and London.
Alonso-Castro, A.J., dan Salazar-Olivo, L.A. (2008). The anti-diabetic properties of Guazumaulmifolia Lam are mediated by the stimulation of glucose uptake in normal and diabetic adipocytes without inducing adipogenesis. Journal of Ethnopharmacology. Volume 118. Issue 2. Pages 252–256.
Anonim (1998). Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta.
Anonim (2009). Guazuma ulmifolia Lamk, Laporan Penelitian Laboratorium Penetapan Mutu dan Keamanan Ekstrak. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammdiyah Surakarta. Surakarta.
Chabner, B. A., & Jr, T. G. R. (2005). Chemotherapy and the war on cancer. Breast, 5(January).
Cragg, G. M., & Newman, D. J. (2005). Plants as a source of anti-cancer agents. Journal of ethnopharmacology, 100(1-2), 72-9. doi:10.1016/j.jep.2005.05.011
Dimas, K., Demetzos, C., Mitaku, S., Marselos, M., Tzavaras, T., Kokkinopoulus, D. (2000). Cytotoxic Activity Of Kaempferol Glycosides Against Human Leukaemic Cell Lines In Vitro. Pharmacological research, Vol 41 No 1.
Dep. Kes. RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia. edisi 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka *. Universitas Stuttgart, 205-211.
Felipe, A. M. M., Rincão, V. P., Benati, F. J., Linhares, R. E. C., Galina, K. J., de
Toledo, C. E. M., Lopes, G. C., et al. (2006). Antiviral effect of Guazuma ulmifolia and Stryphnodendron adstringens on poliovirus and bovine herpesvirus. Biological & pharmaceutical bulletin, 29(6), 1092-5. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16754999
Fisher, D.E. (1994). Apoptosis in cancer therapy: crossing the threshold. Cell. 78,539-542.
Garcia M., Jemal A., Ward E.M., Center M.M., Hao Y., Siegel R.L. and Thun M.J. (2007) Global Cancer Facts & Figures 2007. Atlanta. GA: American Cancer Society.
Gibbsb, J. B. (2000). Mechanism-based target identification and drug discovery in cancer research. Science (New York, N.Y.), 287(5460), 1969-73. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10720316
Greenlee, R.T., Hill-Harmon, M.B., Murray,T. and Thun, M. (2001). Cancer Statistics, 2001. CA Cancer J Clin. 51:15-36
Hanahan, D. and Wienberg, R.A. (2000) The Hallmarks of Cancer. Cell. Vol 100. 57-70.
Harper, J.W., Adami, G.R., Wei, N., Keyomarsi, K. and Elledge, S.J. (1993). The p21 Cdk-interacting protein Cip1 is a potent inhibitor of G1
cyclin-Iswantini, D., Silitonga, R. F., Martatilofa, E., & Darusman, L. K. (2011). Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata Extracts as Antiobesity: In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic. HAYATI Journal of Biosciences, 18(1), 6-10. doi:10.4308/hjb.18.1.6
Ito, H., Kobayashi, E., Li, Sh., Hatano, T., Sugita, D., Kubo, N., Shimura, S., Itoh, Y., Tokuda, H., Nishino, H., and Yoshida, T. (2002). Antitumor Activity Of Compounds Isolated From Leaves Of Eriobotrya Japonica. J Agric Food Chem. 50 8: 2400-3.
Kashiwada, Y., Nonaka, G., Nishioka, I., Chang, Jj., and Lee, Kh. (1992). Antitumor Agents, 129, Tannins And Related Compounds As Selective Cytotoxic Agents, J Nat Prod. 55 8: 1033-43.
Keshet, E. and Bens Sasson, S.A. (1999). Anticancer drug targets: approching angiogenesis. J. Clin. Inves. 104(11). 1497-1501.
King, R.J.B. (2000). Cancer Biology. 2nd ed. Pearson Education Limited. London.
Kuo, P.-L., Hsu, Y.-L., Chang, C.-H., & Lin, C.-C. (2005). The mechanism of ellipticine-induced apoptosis and cell cycle arrest in human breast MCF-7
cancer cells. Cancer letters, 223(2), 293-301.
doi:10.1016/j.canlet.2004.09.046
Michieli, P., Chedid, M., Lin, D., Pierce, J., Mercer, E. and Givol, D. (1994). Induction of WAF1/CIP1 by a p53 independent pathway. Cancer Res. 54, 3391–3395.
Melannisa, R., Kusumowati, I.T.D, Da’i, M. dan Yuliani, R. (2011) Efek Sitotoksik
Daun Maitan, Daun Senggani dan Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker Payudara T47D disampaikan pada Kongres Ilmiah XIX dan Rapat Kerja Nasional IAI 2011, 28-30 Oktoner 2011, Manado.
Nascimento, S.C., Chiappeta, A.A., and Lima, R.M.O.C. (1990) Antimicrobial And Cytotoxic Activities In Plants From Pernambuco, Brazil. Fitoterapia. 61 4: 353-355.
Pal, S. K., & Shukla, Y. (2003). MINI-REVIEW Herbal Medicine: Current Status and the Future. Cancer, 4(80), 281-288.
Scheneider, A.K. (1997). Cancer Genetics, Encyclopedia of Human Biology. 2nd Ed. Academic Press.New York.
Seigler, D. S. (2005). Cyanogenic glycosides and menisdaurin from Guazuma ulmifolia, Ostrya virgininana, Tiquilia plicata and Tiquilia canescens. Phytochemistry, 66(13), 1567-80. doi:10.1016/j.phytochem.2005.02.021
Shapiro, G.I., and Harper, J.W. (1999). Anticancer drug targets: daur sel and chekpoint control. J. Clin. Invest. 104. 1645-1653.
Sher , C.J. (1996). Cancer cell cycles. Science. 274, 1672-1676.
Sukandar, E. Y., Farmakologi, K. K., Klinik, F., & Farmasi, S. (n.d.). Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda ( Guazuma Ulmifolia Lamk .) terhadap Kadar Lipid Darah pada Tikus Jantan, 102-115.
Taraphdar, A. K., Roy, M., & Bhattacharya, R. K. (n.d.). Natural products as inducers of apoptosis: Implication for cancer therapy and prevention. Current.
Tjindarbumi, D. and Mangunkusumo, R. (2002). Cancer In Indonesia, Present and Future. Jpn J Clin Oncol. 32(Supplement 1) S17-S21.
Tumbel, M. (2009). Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia , Lamk ) terhadap Pertumbuhan Eschericia coli Inhibition Assay of Jati Belanda Leaves ( Guazuma ulmifolia , Lamk ) to the Growth of Eschericia coli PENDAHULUAN Ketika pengobatan modern , 85-91.
Utomo, A.W. (2008). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk) Pada Tikus Wistar. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.