• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Dicom Viewer yang Terintegrasi dengan PACS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Dicom Viewer yang Terintegrasi dengan PACS."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

YANG TERINTEGRASI DENGAN PACS

Oleh:

Nama : Wira Syahputra

NIM : 06.41010.0298

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

vi

Pengelolaan pustaka film konvensional yang memiliki kendala seperti mahalnya harga

film, mulai berganti dengan pengelolaan data secara elektronik. Pengelolaan data secara

elektronik dapat mengurangi penggunaan kertas film yang membutuhkan biaya dalam proses

pencetakan maupun harga kertas filmnya. Sistem yang mengatur penyimpanan dan transmisi

citra secara elektronik disebut PACS (Picture Archiving and Communication System).

Dalam sistem PACS terdapat komponen yang berfungsi sebagai penampil citra-citra

medis disebut DICOM Viewer. DICOM Viewer yang benar mampu menampilkan citra yang

memiliki besaran pixel berbeda tergantung dari tingkat keberagaman preferensi personal (Dreyer,

2006). DICOM Viewer juga memiliki kompleksitas tinggi, karena melibatkan banyak fitur yang

harus dijadikan pertimbangan, antara lain kompatibilitas format citra dari berbagai modality

(seperti Computed Tomography, Magnetic Resonance, Ultrasound, XRay Angiography), seleksi

dan pengaturan citra pemrosesan citra, dan anotasi citra (Kim, dkk, 1991).

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka perlu adanya satu aplikasi DICOM Viewer

yang bersifat universal, yang mampu menampilkan berbagai tipe citra berstandar DICOM,

seperti XA atau MR. DICOM Viewer juga harus memiliki fitur–fitur standar pengolahan citra.

Hasil dari uji coba yang telah dilakukan, telah dibuat DICOM Viewer yang dapat

menampilkan citra, membuat fitur – fitur untuk memenuhi kebutuhan ahli radiologi yang

beragam, dan terintegrasi dengan PACS MedInfo Server.

(3)

ix

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTARTABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 PACS ... 7

2.2 DICOM ... 9

2.3 Display Workstations... 24

2.4 Leadtools Medical Imaging 17 ... 27

2.5 Microsoft .Net Framework 4.0 ... 30

2.6 Erwin ... 31

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 33

3.1 Identifikasi Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem ... 33

(4)

x

3.5 Desain Uji Coba Sistem... 77

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 79

4.1 Kebutuhan Sistem... 79

4.2 Implementasi Sistem... 80

4.3 Uji Fitur Aplikasi ... 89

4.4 Uji Integrasi PACS Serverd dan DICOM Viewer... 124

4.5 Uji Error Handling dan Thread pada DICOM Viewer ... 133

4.6 Uji Fitur reporting ... 136

4.7 Evaluasi Sistem... 143

BAB V PENUTUP ... 145

5.1 Kesimpulan ... 145

5.2 Saran ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

(5)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan semakin kompleknya prosedur-prosedur medis, dan meningkatnya

tekanan-tekanan finansial agar rawat tinggal di rumah sakit dapat dipersingkat dan

efisiensi penanganan kasus-kasus pasien dapat ditingkatkan, membuat kelemahan

sistem-sistem manajemen citra-citra medis berbasis film yang ada saat ini makin terlihat jelas.

Pengelolaan pustaka film menuntut banyak tenaga kerja dan membutuhkan ruang yang

besar. Mahalnya harga film membuat terbatasnya jumlah salinan per film per pasien,

umumnya hanya 1 salinan per film per pasien yang digunakan untuk pemeriksaan

radiologi, sehingga berpotensi terhadap terjadi masalah yang akan memakan waktu dan

biaya bila ada kehilangan atau salah penempatan. Hal-hal ini akan membuat ahli radiologi

menjadi sulit untuk menyelesaikan diagnosa dalam waktu yang singkat.

Sistem penyimpanan dan transmisi citra secara elektronik, yang lebih dikenal

dengan Picture Archiving and Communication System (PACS), merupakan solusi dari

masalah ini. Banyak salinan citra yang dapat dihadirkan dan dilihat secara simultan tanpa

adanya konflik. Kehilangan citra dapat dieliminasi, demikian pula biaya film. Kebutuhan

akan besarnya ruang penyimpanan dapat banyak dikurangi. Pemrosesan citra dapat

digunakan untuk menampilkan kelainan-kelainan tertentu pada citra-citra, atau

memperbaiki kualitas tampilan citra. Komparasi multi studi radiologis dapat dilakukan

dengan sangat mudah. Referensi-referensi on-line interaktif, baik berisi teks atau citra,

(6)

Diantara banyak komponen PACS yang ada, workstation yang berfungsi sebagai

penampil citra-citra medis, dan biasa juga disebut sebagai DICOM Viewer, adalah

komponen utama yang berinteraksi secara langsung dengan ahli radiologi dan dokter

terkait. Oleh sebab itu, salah satu kunci kesuksesan PACS adalah bergantung pada

kesuksesan implementasi DICOM Viewer. Permasalahan utama dalam pembuatan

DICOM Viewer adalah menampilkan citra yang memiliki besaran pixel berbeda

tergantung dari tingkat keberagaman preferensi personal (Dreyer, 2006). Tingkat

keberagaman preferensi personal ini menjadikan pembuatan DICOM Viewer memiliki

kompleksitas tinggi, karena melibatkan banyak fitur yang harus dijadikan pertimbangan,

antara lain kompatibilitas format citra dari berbagai modality (seperti Computed

Tomography, Magnetic Resonance, Positron Emission Tomography, Nuclear Medicine,

Radio Fluoroscopy, Ultrasound, XRay Angiography), seleksi dan pengaturan citra

(seperti studies, series, images, dan frames), pemrosesan citra, dan anotasi citra (Kim,

dkk, 1991). Setiap alat pencitraan atau modaliti memiliki DICOM Viewer sendiri, hal ini

menyebabkan membesarnya biaya operasional rumah sakit.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka pada Tugas Akhir ini akan dibuat

DICOM Viewer yang dapat menampilkan citra, membuat fitur – fitur untuk memenuhi

kebutuhan ahli radiologi yang beragam, dan terintegrasi dengan PACS MedInfo Server.

Dengan adanya DICOM Viewer yang terintegrasi ini, diharapkan dapat menambah nilai

guna dari PACS MedInfo Server, terutama bagi ahli radiologi untuk dapat menampilkan

(7)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam pembuatan modul aplikasi DICOM viewer yang terintegrasi dengan

PACS ini, yaitu:

1. Bagaimana membuat DICOM Viewer yang memiliki kompatibilitas terhadap

format-format citra medis yang ada, meliputi MRI, CT, X-Ray, PET, dan digital

ultrasound.

2. Bagaimana membuat seleksi dan pengaturan citra medis yang tersimpan di PACS

Server untuk ditampilkan pada DICOM Viewer.

3. Bagaimana melengkapi DICOM Viewer dengan pemrosesan citra dan anotasi citra

yang dibutuhkan untuk diagnosis citra medis.

4. Bagaimana membuat modul pelaporan hasil diagnosis citra medis.

5. Bagaimana mengintegrasikan keseluruhan modul yang ada ke dalam PACS

MedInfo Server.

1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan Tugas Akhir Rancang Bangun Aplikasi DICOM viewer ini,

ruang lingkup permasalahan dibatasi pada :

1. Aplikasi radiologi yang dibangun merupakan modul tambahan yang tidak dapat

berdiri sendiri dan hanya di rancang untuk diintegrasikan dengan PACS yang

dikembangkan oleh PT. Medix-Soft, yaitu MedInfo Storage Server.

(8)

3. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah Basic dengan menggunakan Visual Studio

2010.

4. Sistem basis data yang digunakan adalah Microsoft SQL Server 2008.

5. Format citra medis berstandar DICOM 3.0.

6. Format citra yang diujicobakan meliputi MRI, CT, X-Ray, PET, dan digital

ultrasound.

7. Pembuatan sistem ini tidak membahas mengenai perangkat keras yang digunakan.

1.4 Tujuan

Dengan mengacu pada perumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu :

1. Membuat aplikasi DICOM Viewer yang kompatible terhadap format – format citra

medis seperti MRI, CT, X-Ray, PET, dan digital ultrasound.

2. Membuat aplikasi DICOM Viewer yang dapat menampilkan citra medis sesuai

perintah seleksi dari PACS

3. Membuat aplikasi DICOM Viewer yang memiliki fitur manipulasi citra dan

pembuatan serta penyimpanan annotasi citra medis

4. Membuat aplikasi DICOM Viewer yang memiliki modul pembuatan laporan medis.

5. Membuat sebuah modul aplikasi DICOM viewer yang terintegrasi dengan PACS.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi

(9)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini mengutamakan perumusan dan penjelasan masalah umum

dari DICOM Viewer, sehingga dapat diperoleh gambaran umum

mengenai seluruh penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bab ini

menyangkut beberapa masalah yang meliputi : Latar Belakang

Masalah, Tujuan, Identifikasi Permasalahan Ruang Lingkup

Permasalahan, dan dilanjutkan dengan Sistematika penulisan

Tugas Akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini memberikan uraian tentang teori yang digunakan dalam

penyusunan tugas akhir. Menjelaskan tentang standard DICOM,

PACS Server, tipe workstation, dan kebutuhan standard dari

DICOM Viewer. serta beberapa teori yang berkaitan dengan

DICOM Viewer yang menjadi fokus utama penyusunan tugas akhir

ini.

BAB III : METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM

Berisi tentang permasalahan yang ada dan solusi yang diajukan

dalam pembuatan DICOM Viewer. Dalam bab ini juga membahas

blok diagram sistem, DFD, ERD, desain I/O, dan desain uji coba

DICOM Viewer.

(10)

Menjelaskan tentang spesifikasi kebutuhan dari DICOM Viewer,

implementasi DICOM Viewer, uji coba dan analisis hasil uji coba

dari implementasi DICOM Viewer.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dan

(11)

7

LANDASAN TEORI

1.1 PACS

PACS (Picture Archiving and Communication System) adalah filmless dan

metode komputerisasi komunikasi dan menyimpan data gambar medis seperti

computed radiographic, digital radiographic, computed tomographic, ultrasound,

fluoroscopic, magnetic resonance dan foto X-ray (Tong, dkk, 2009). Selama lebih dari

100 tahun, effisiensi praktek radiologi telah dibatasi oleh film dan kegiatan

penanganan film, dengan adanya PACS memungkinkan gambar radiologi dapat

dilihat secara virtual atau elektronik dimanapun pada computer server ataupun

computer personal biasa (Dreyer, dkk, 2006).

Akusisi citra adalah titik awal data citra masuk ke PACS dari hasil

pemeriksaan citra yang dilakukan oleh berbagai modalitas citra digital (seperti CT -

Computed Tomography, MR - Magnetic Resonance, PET - Positron Emission

Tomography, US - Ultrasound, XA - XRay Angiography, dll).

Terdapat 2 metode untuk melakukan akusisi citra digital, yaitu direct capture,

dan frame grabbing. Dengan metode direct capture, antarmuka direct digital akan

menangkap dan mentransmisikan data citra dari modalitas berupa data spasial dan bit

atau gray scale dengan resolusi penuh, dan ditampilkan ke monitor. Pada metode

frame-grabbing, seperti pada proses cetak citra ke film, kualitas citra dibatasi oleh

proses hanya sampai pada resolusi 8 bits (atau 256 gray values). Sebagaimana telah

(12)

Saat citra telah diakusisi, PACS akan mengelolanya dengan tepat untuk

memastikan penyimpanan, pengambilan, dan pengiriman seluruh citra dapat

dilakukan tanpa kesalahan. Selain itu PACS akan menjamin penyimpanan data citra

jangka panjang, dan dapat digunakan kapan saja saat dibutuhkan, secara real time,

terutama untuk interpretasi citra. Inti PACS terdiri dari: sistem manajemen database

relasional (seperti Oracle, MS-SQL, Sybase), media penyimpan (seperti RAID,

Jukebox), software pengendali (image manager), dan antarmuka RIS.

Sistem manajemen database adalah jantung dari PACS. Relasi antara citra

dan lokasi penyimpanan disimpan dan dikelola di dalam database, berikut dengan

semua data terkait yang dibutuhkan untuk pemanfaatan citra. Sistem manajemen

database harus dapat menyediakan data citra berdasarkan pada pencarian pasien atau

pemeriksaan tertentu saat diminta (to be queried) oleh RIS atau sistem lainnya.

Untuk menjamin kompatibilitas komunikasi antar sistem yang berbeda ini,

digunakan standar komunikasi yang didefinisikan oleh standar Digital Imaging and

Coomunications in Medicine (DICOM). Selain itu, dibutuhkan pula upaya untuk

dapat mengelola penyimpanan data citra dalam ukuran yang besar (biasanya

menggunakan teknologi RAID), dan menjamin penyimpanan data citra dalam jangka

waktu yang lama sesuai dengan regulasi penyimpanan serta pengembalian data saat

terjadi bencana (disaster recovery).

Workstation adalah tempat dimana fisikawan dan praktisi klinis melihat citra

dan informasi hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Terdapat 2 klasifikasi

workstation, yaitu diagnostik dan review. Perbedaan antara 2 klasifikasi wokstation

(13)

Workstation diagnostik adalah tipe wokstation yang digunakan oleh ahli

radiologi untuk melakukan interpretasi pemeriksaan secara primer. Workstation tipe

ini memiliki resolusi dan brightness tertinggi dan berisi tingkat fungsionalitas

tertinggi. Secara historis, mereka didedikasikan untuk tugas dengan aplikasi yang

dijalankan secara lokal.

Tipe workstation berikutnya adalah workstation klinikal review yang

digunakan oleh praktisi klinis untuk melakukan review citra. Workstation ini tidak

sebagus workstation diagnostik, baik dari segi hardware (resolusi) ataupun

fungsionalitas. Area ini mendapatkan keuntungan terbanyak dari pemanfaatan

workstation yang berbasis web, sehingga akses ke citra dapat didistribusikan lebih

luas (bahkan dari luar lingkungan praktik).

1.2 DICOM

DICOM (Digital Imaging And Communication In Medicine) adalah standar

industri untuk radiologis transferral dari gambar dan informasi medis lainnya antara

komputer (Huang, 2004). Setelah menggunakan pola sistem terbuka Interconnection

of International Standar Organization, DICOM memungkinkan komunikasi digital

antara peralatan diagnostik dan terapeutik dan sistem dari berbagai produsen.

Dengan standar internasional ini, para vendor dan para praktisi medis akan

lebih mudah dalam melakukan pertukaran informasi dalam hal medis tanpa

mengalami kendala bahasa. Beberapa keuntungan yang didapat dari pemanfaatan

DICOM antara lain :

1. Mengurangi kesulitan koneksi dengan berbagai peralatan.

2. Karena DICOM adalah standar yang berlaku secara internasional, maka tidak

(14)

3. Manajemen pasien yang lebih baik.

4. Citra medis pasien dapat diproses dengan menggunakan piranti lunak yang banyak

tersedia.

5. Adanya kemudahan untuk pengarsipan citra medis.

2.2.1 Sejarah DICOM

DICOM terlahir dari perkumpulan anggota American College Of Cardiology

(ACC), American College Of Radiology (ACR), American Society of

Echocardiography (ASE), European Society of Cardiology (ESC), dan American

Society of Nuclear Cardiology (ASNC) bersama dengan perusahaan yang membuat

peralatan medis (anggota dari National Electrical Manufacturer’s Association –

NEMA). Percobaan pertama DICOM sebenarnya dimulai pada tahun 1984, dan secara

resmi disebut sebagai standar ACR/NEMA. Sekarang, DICOM telah diperkenalkan

oleh organisasi standar dunia diluar Cardiologi dan Radiologi. Contohnya, DICOM

telah diadopsi oleh Committee European de Normalization (CEN TC 251) dibawah

nama MEDICOM dan oleh Asosiasi Japan Industry and Radiation Apparatus (JIRA).

Dalam usahanya untuk mengembangkan sebuah standar yang berarti

pengguna peralatan citra medis (seperti tomography, magnetic resonance imaging,

nuckear medicine, dan ultrasound) dapat menjembatani tampilan atau peralatan lain

dengan mesin ini, ACR dan NEMA membentuk sebuah komite bersama pada awal

tahun 1983. misi dari group ini, NEMA, adalah untuk mencari atau mengembangkan

antarmuka antara peralatan citra medis dan apapun yang ingin dikoneksikan oleh

usesr. Untuk mengkoneksikan perangkat keras dan standar yang akan dikembangkan

maka diikutkan sebuah daftar data elemen yang digunakan untuk pencitraan dan

(15)

Setelah 2 tahun kerja, versi pertama dari standar, ACR-NEMA 300-1985

(yang juga disebut ACR-NEMA Versi 1.0) didistribusikan pada tahun 1985 pada

pertemuan tahunan RSNA dan dipublikasikan oleh NEMA. Sebagaimana halnya

terbitan pertama, banyak kesalahan ditemukan dan perbaikan banyak diusulkan.

Komite menunjuk Working Group (WG) VI untuk memperbaiki standar setelah awal

diluncurkan. WG ini menjawab banyak pertanyaan dari developer terkenal dan mulai

bekerja pada perubahan untuk memperbaiki standar. Pada 1998, ACR-NEMA

300-1988 (atau ACR-NEMA Versi 2.0) diluncurkan. Standar ini secara substansial masih

menggunakan spesifikasi perangkat keras yang tidak jauh berbeda dari versi

sebelumnya, namun ditambahkan banyak data elemen dan perbaikan sejumlah

kerusakan dan ketidak konsistenan.

Sementara versi 2.0 yang diluncurkan pada tahun 1988 dan menciptakan

istilah, struktur informasi, pengkodean file yang standar masih belum mencapai

sesuatu yang memuaskan hingga versi 3.0 diluncurkan pada tahun 1993. pada versi

3.0 terjadi perubahan nama menjadi DICOM dan beberapa pengembangan yang

mengantarkan standar ini menjadi bahasa komunikasi standar yang digunakan hingga

saat ini (NEMA, 2007).

2.2.2 Ruang Lingkup DICOM

DICOM ada untuk menciptakan dan menjaga standar internasional untuk

komunikasi medis yang menggunakan citra medis dan data yang berhubungan di

dalamnya. Tujuan dari DICOM sendiri adalah untuk mencapai kompatibilitas dan

mengembangkan efisiensi kinerja antara sistem pencitraan dan sistem informasi

lainnya pada lingkungan medis di dunia. DICOM adalah sebuah standar yang berkerja

(16)

ujicoba selama demonstrasi pada public, melalui internet dan tes secara internal.

Setiap vendor diagnostik umum citra medis di dunia telah memiliki standar yang

disatukan pada disain produknya masing-masing dan sebagian besar secara aktif

berpartisipasi pada pengembangan standar tersebut.

DICOM sekarang atau akan digunakan secara nyata pada setiap profesi medis

yang menggunakan citra medis pada dunia industri kesehatan. Hal ini termasuk

cardiology, dentistry, endoscopy, mammography, opthamology, orthopedics,

pathology, pediatrics, radiation therapy, radiology, surgery, dan lain-lain. DICOM

bahkan digunakan dalam dunia kedokteran hewan saat ini.

2.2.3 DICOM IOD

DICOM Information Object Definitions (IOD) Merupakan model data abstrak

berorientasi obyek atau class yang mengelompokkan sejumlah properti yang

berhubungan dan digunakan untuk menunjukkan informasi dari obyek yang

sesungguhnya. IOD digunakan sebagai standar pertukaran informasi dalam

(17)

Gambar 2.1. Contoh Image IOD

IOD terdiri dari kumpulan informasi yang saling berkaitan, disebut

Information Entities. Sebuah IOD mengandung sebuah data mengenai patient, seperti

Patient ID, gambar, dll (Revet, 1997). Bagian dari proses pengolahan informasi

disebut Service Class, membagi IOD menjadi 2. Yaitu, Normalized IOD, IOD yang

memiliki satu Information Entity dan Composite IOD, IOD yang berisikan kombinasi

dari Information Entity. Information Entity berisikan atribut yang menjelaskan satu

informasi, contoh : nama pasien. Atribut yang memiliki kesamaan dikelompokan

(18)

Gambar 2.2. Relasi antar IOD dan Atribut.

IOD pada satu file DICOM bergantung pada modaliti yang menghasilkannya,

Tabel 2.1 s/d table 2.5 menjelaskan tentang attribute yang terdapat dalam beberapa

tipe modaliti (Nema, 2007) :

a. DICOM IOD pada citra CT

Tabel 2.1Tabel IOD citra CT

Informasi Entity Modul Usage

Patient Patient M

Clinical Trial Subject U

Study General Study M

Patient Study U

Clinical Trial Study U

Series General Series M

Clinical Trial Series U

Frame of Reference Frame of Reference M

Equipment General equipment M

Image General Image M

Image Plane M

Image Pixel M

Contrast/bolus C-Required if contrast media was

(19)

Tabel 2.1Tabel IOD citra CT (lanjutan)

Informasi Entity Modul Usage

Image Device U

Specimen U

CT Image M

Overlay Plane U

VOI Lut U

SOP Common M

b. DICOM IOD pada citra XA

Tabel 2.2 Tabel IOD citra XA

Informasi Entity Modul Usage

Patient Patient M

Clinical Trial Subject U

Study General Study M

Patient Study U

Clinical Trial Study U

Series General Series M

Clinical Trial Series U

Frame of Reference Frame of Reference U

Equipment General equipment M

Image General Image M

Image Pixel M

Contrast/bolus C-Required if contrast media was used in

this image

Cine C-Required if pixel data is Multiframe

cine data

Multi-Frame C-Required if pixel data is Multiframe

cine data

Frame Pointers U

Mask C-Required if the image may be

subtracted

Display Shutter U

Device U

Intervention U

Specimen U

X-Ray Image M

X-Ray Acqusition M

(20)

Tabel 2.2 Tabel IOD citra XA (lanjutan)

Informasi Entity Modul Usage

Image

X-Ray Table C-Required if image is created with table

motion, may be present otherwise

XA Positioner M

DX Detector U

Overlay Plane U

Multi-Frame Overlay C-Required if Overlay data contains

multiple frames

Modality LUT

C-Required if pixel intensity relationship is LOG

U-Optional if pixel intensity relationship is DISP

VOI LUT U

SOP Common M

Frame Extraction

C-Required if the SOP instance was created in response to a Frame-Level

retrieve request

c. DICOM IOD pada citra PT

Tabel 2.3 Tabel IOD citra PT

Informasi Entity Modul Usage

Patient Patient M

Clinical Trial Subject U

Study General Study M

Patient Study U

Clinical Trial Study U

Series General Series M

Clinical Trial Series U

PET Series M

PET Isotope M

PET Multi-gated Acqusition C-Required if series type value is

GATED

PET Patient Orientation M

Frame of Reference Frame of Reference U

Equipment General equipment M

Image General Image M

Image Plane M

Image Pixel M

(21)

Tabel 2.3 Tabel IOD citra PT (Lanjutan)

Informasi Entity Modul Usage

Image Specimen U

PET Image M

Overlay Plane U

VOI LUT U

Acqusition Context U

SOP Common M

d. DICOM IOD pada citra MR

Tabel 2.4 Tabel IOD citra MR

Informasi Entity Modul Usage

Patient Patient M

Clinical Trial Subject U

Study General Study M

Patient Study U

Clinical Trial Study U

Series General Series M

Clinical Trial Series U

Frame of Reference Frame of Reference M

Equipment General equipment M

Image General Image M

Image Plane M

Image Pixel M

Contrast/Blous C-Required if contrast media was

used in this image

Device U

Specimen U

MR Image M

Overlay Plane U

VOI LUT U

(22)

d. DICOM IOD pada citra US

Tabel 2.5 Tabel IOD citra US

Informasi Entity Modul Usage

Patient Patient M

Clinical Trial Subject U

Study General Study M

Patient Study U

Clinical Trial Study U

Series General Series M

Clinical Trial Series U

Frame of Reference Frame of Reference M

Synchronization U

Equipment General equipment M

Image General Image M

Image Image Pixel M

Contrast/Blous C-Required if contrast media was

used in this image

Device U

Specimen U

US Region Calibration U

US Image M

Overlay Plane U

VOI LUT U

SOP Common M

2.2.4 Struktur Data, Semantik

Standar tentang struktur data dan semantik dijelaskan pada DICOM standar

PS. 3.5 (NEMA, 2007). Standar ini mendefinisikan bagaimana seharusnya sebuah

aplikasi DICOM menangani sebuah Data Set yang merupakan hasil dari penggunaan

obyek informasi dan kelas layanan sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab di atas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, file DICOM adalah file yang

memiliki banyak bagian (multi-part) karena didalamnya terkandung banyak informasi

selain data citra medis itu sendiri, namun juga data pasien, studi, dan lain-lain. Secara

(23)

Gambar 2.3. Struktur file DICOM

Sebuah file DICOM terdiri dari 2 bagian besar yaitu header dan Pixel Citra

Medis. Sebuah header terdiri dari 128 byte file preamble dan 4 byte DICOM prefix

yang berisi ‘D’,’I’,’C’, dan ‘M’. Standar DICOM tidak memerlukan struktur untuk

ukuran pasti sebuah preamble. Tidak diperlukan juga untuk terstruktur seperti Data

Element dengan sebuah tag dan panjang di dalamnya.Hal ini sengaja dilakukan untuk

memfasilitasi akses pada citra yang tersimpan pada Data Set dan data lainnya dengan

cara menyediakan kompatibilitas dengan sejumlah format citra komputer yang telah

umum. Sedangkan prefix digunakan untuk membedakan file DICOM dengan file

lainnya.

Semua informasi mengenai gambar, pasien, studi dan sebagainya disimpan

pada header. Dalam istilah DICOM, file gambar DICOM disebut sebagai Data Set.

(24)

A. Data Elemen Tag. Dapat dianggap juga sebagai informasi. Sebuah data elemen tag

adalah kombinasi dari grup dan elemen. Contohnya tag(0010,0020). 0010 adalah

grup dan 0020 adalah elemennya. Sebuah grup menyatakan sebuah kelompok dan

sebuah elemen menunjukkan informasi secara khusus dari kelompok tersebut.

Pada contoh diatas grup 0010 menyatakan kelompok data pasien dan elemen 0020

menyatakan data pasien yang berupa nama pasien. Berikut ini adalah tabel yang

menyatakan grup dan informasi yang terkandung di dalamnya.

Tabel 2.6. Pengelompokan Entitas Informasi

Grup Entitas Informasi

Grup 2 Informasi Meta File

Grup 8 Informasi Seri

Grup 10 Info Pasien

Grup 29 Informasi Umum Studi

Grup 28 Informasi gambar

Grup 7F Pixel Data

B. Value Representation (VR) yaitu nilai yang menunjukkan tipe data. VR sendiri

terbagi menjadi 2 jenis yaitu Implicit VR dan Explicit VR. Jika eksplisit, tipe data

harus disebutkan, namun jika implisit, maka tipe data tidak akan ditemukan.

Contohnya sebuah data gambar, VR akan bertipe Other Bytes (OB) atau Other

Words (OW). VR ini sendiri telah didefinisikan pada sebuah Data Dictionary yang

dimasukkan dalam standar DICOM. Ketika menggunakan Explicit VR, elemen

data akan dibangun dari 4 field. Data Element Tag, VR, Value Length, dan Value

(25)

bertipe OB, OW, SQ dan UN maka akan dipesan 2 bytes yang tidak boleh

digunakan. VL-nya akan bernilai 32 bit unsigned integer. Nilai Value Length akan

bernilai sebesar nilai yang diisikan value field.

Tabel 2.7. Struktur Elemen Data dengan Explicit VR

Data elemen yang menggunakan VR secara implisit akan dibangun dari 3 field

saja.

Tabel 2.8. Struktur Elemen Data dengan Implicit VR

C. Value Length (VL) yang menunjukkan panjang nilai. VL akan menempati 4 bytes

yang menyatakan panjang dari sebuah data. Misalkan jika nilai dari tag patient

namebernilai ‘listya’, maka VL-nya seharusnya bernilai 6.

D. Value Field adalah field dimana sebuah informasi disimpan.

2.2.5Pencitraan medis DICOM

Dalam proses pencitraan DICOM terdapat istilah window center dan window

width atau yang lebih dikenal dengan brightness dan contrast. Nilai center dan width

sangat penting terutama bagi jenis scanner X-ray/CT/PET sehingga intensitasnya bisa

kita tentukan secara spesifik. Pasangan center dan width (C:W) dengan nilai 400:2000

mungkin bagus untuk menampilkan susunan tulang, sementara nilai 50:350 mungkin

(26)

untuk tiap scanner memiliki perbedaan maka niai C:W akan berbeda-beda untuk tiap

jenis scanner yang berbeda.

Gambar 2.4 Pengaplikasian width dan center

Gambar 2.4 mengilustrasikan konsep dari window center dan window width.

Di baris atas dapat dilihat tiga tampilan dari citra yang sama dengan nilai C:W yang

berbeda. Dan baris yang bawah mengilustrasikan pemetaan warna untuk tiap citra

(dengan sumbu vertikal menunjukkan nilai brightness dan sumbu horizontal

menunjukkan intensitas citra). Misalnya terdapat citra dengan intensitas antara 0

sampai dengan 170, maka awal estimasi yang cocok untuk pencitraan adalah dengan

memilih nilai tengah (85) sebagai intensitasnya.

Untuk mempermudah dalam pemilihan standar pengaturan width dan center

pada pencitraan medis, maka sebuah presentation state dibuat. Presentation state

mewakili sebuah citra medis yang dianggap memiliki nilai width dan center yang

cocok. Nilai C:W dari presentation state inilah yang kemudian akan digunakan dalam

(27)

citra yang diproduksi dari scanner yang sama. Namun demikian pemanfaatan

presentation state ini bukanlah sebuah keharusan karena sifatnya adalah sebagai alat

bantu untuk meningkatkan efisiensi kinerja dan waktu. File DICOM memiliki dua tipe

yaitu single-frame dan multi-frame. Dengan dukungan DICOM untuk menampilkan

jenis citra bertipe multi-frame, maka analisa terhadap suatu masalah medis dapat

dilakukan dengan lebih akurat.

2.2.6 DICOM Compression

Untuk mengurangi besarnya data DICOM yang akan digunakan sebagai

dokumentasi, maka diperlukan kompresi terhadap data tersebut. Hasil kompresi akan

menghasilkan data yang membutuhkan kapasitas penyimpanan yang lebih kecil dari

data sebenarnya (Branstetter, 2009).

Terdapat 2 model kompresi yaitu (1) Loosless Compression : model kompresi

yang mengumpulkan data terlebih dahulu sebelum proses kompresi dilaksanakan,

proses ini menyebabkan tidak ada informasi yang hilang dan (2) LoosyCompression :

model kompresi yang menghilangkan sebagian datanya pada saat proses kompresi.

Format JPEG adalah contoh model kompresi Loosless Compression, JPEG2000

(28)

2 Gambar 2.5 Perbedaan Gambar hasil kompresi JPEG dan JPEG2000 (J2K)

1.3 Display Workstations

Display Workstations atau yang sering disebut dengan DICOM Viewer adalah

sub sistem dari PACS yang berguna untuk menampilkan gambar dan data patient pada

file DICOM (Huang, 2004). Display Workstations dibagi menjadi 6 tipe yaitu :

1. DiagnosticWorkstations

Diagnostic Workstations digunakan oleh seorang ahli radiologi dalam membuat

diagnosa primer. Tipe workstation ini membutuhkan peralatan dengan kualitas

terbaik, untuk menampilkan citra yang berkualitas, sehingga dapat memperkecil

(29)

2. ReviewWorkstations

Review Workstations digunakan oleh seorang ahli radiologi maupun dokter dari

pasien untuk melakukan review terhadap hasil diagnosa primer.

3. Analysis Workstations

Analysis Workstations, berbeda dari Diagnostic Workstations dan Review

Workstations, yang digunakan utnuk mengestrak parameter – parameter yang

berguna dari citra. Analysis Workstations membutuhkan kinerja processor dan

software yang lebih dari Diagnostic Workstations dan Review Workstations, karena

beberapa ekstraksi parameter membutuhkan perhitungan komputasi yang intensif,

seperti 3-D renderring.

4. Digitizingand Printing Workstation

Digitizing and Printing Workstation digunakan oleh staf department radiologi dan

pustakawan radiologi, yang mengubah film menjadi citra digital. Workstation ini

juga digunakan untuk mencetak citra digital menjadi film dan membuat hard copy.

5. Interactive Teaching Workstation

Interactive Teaching Workstation digunakan untuk pembelajaran citra medis secara

interaktif.

6. Desktop Workstations

Desktop Workstations digunakan oleh ahli radiologi maupun dokter untuk

membuat slides pembelajaran citra yang berasal dari data pada PACS database.

Desktop Workstation menggunakan spesifikasi komputer standard, dalam

melakukan analisa harian. Desktop Workstation juga bisa digunakan sebagai web

(30)

yang berasal dari PACS. Desktop Workstation dapat melihat electronic patient

record pada citra yang terkait.

2.3.1 Image Display

Display Workstation, khususnya workstation yang bertipe Diagnostic

Workstation, memiliki fitur maupun kebutuhan standar dalam menampilkan serta

mengolah citra medis (Kim, dkk, 1991). Fitur dan kebutuhan itu adalah :

1. Image Arrangement

Workstation mengatur citra pilihan ahli radiologi yang akan ditampilkan pada

viewer, citra yang ditampilkan adalah seluruh citra dalam satu Image Series yang

disusun secara stack. Citra yang tampil pada viewer harus dapat dirubah letak

lokasinya secara bebas dalam Viewer range.

2. Image Processing

Workstation memiliki kemampuan pengolahan citra, yaitu :

a. Window and Level Adjustment

Fitur ini berfungsi untuk mengubah tingkat keabu – abu yang akan ditampilkan

pada monitor. Nilai yang diubah adalah nilai window center dan window width.

b. Magnification

Fitur ini berfungsi untuk melakukan Zoom citra yang tampil.

c. Image Reorientations

Fitur untuk merubah orientasi citra, seperti flip dan rotate citra.

d. Digital Magnifying glass

(31)

e. Image Mensuration

Fitur untuk menghitung jarak antar suatu point secara otomatis. Serta dapat

menghitung sudut antar point tersebut.

f. Image Annotation

Fitur untuk menandai gambar, membuat pointer dan catatan, dan menyimpan

penjelasan seperti overlay.

1.4 Leadtools Medical Imaging 17

LEADTOOLS adalah component terbaik dalam pencitraan toolkit untuk

pengembang yang bekerja dengan teknologi Microsoft terbaru (Leadtools, 2009).

Leadtools v17 merupakan versi terbaru dari Leadtools.

Leadtools v17 memiliki modul Medical Imaging toolkit yang dikhususkan

untuk pengembangan aplikasi medis. Menangani semua aspek end-to-end

pengembangan aplikasi medis, termasuk menangkap, pengolahan, penekanan,

menampilkan dan mencetak. Mendukung semua Information Object Definitions

(IODs) standar DICOM 3.0 yang memungkinkan aplikasi untuk melakukan

pertukaran informasi digital multi-vendor peralatan pencitraan medis dan

sistem-sistem lain dalam pengarsipan gambar serta komunikasi DICOM (PACS).

Fitur utama dalam Leadtools Medical Imaging toolkit antara lain :

1. DICOM Features

Standard DICOM memfasilitasi interoperabilitas dari sistem pencitraan medis,

gambar yang terkait, dan informasi terkait. Mendefinisikan protokol untuk

pertukaran informasi digital antara peralatan pencitraan medis (seperti CT dan

(32)

untuk protokol-protokol standar industri pencitraan medis, memberikan akses ke

gambar medis diambil dari berbagai modalitas digital imaging.

Fitur yang terdapat dalam DICOM Features Leadtools meliputi:

a. Mendukung standard DICOM 3.0, termasuk :

 Mampu secara otomatis mengenali tipe file DICOM, termasuk

Little-Endian/Big-Endian, implisit / eksplisit VR, dan lain-lain.

 Mendukung semua kelas IOD standar dan berbagai modality seperti CR, CT,

MR, NM, US, RF, SC, dan VL.

 Mampu membaca semua elemen tag data Standard, Nilai dari Value

Representations (VRs), termasuk nilai float string dan lain - lain.

b. Mempermudah penanganan data :

 Mempermudah manipulasi DICOM dataset (Insert,update,delete)

 Menyisipkan Private tag dan Private IODs

 Otomatis menambahkan Delimitation Item (FFFE, E00D), dan Sequence

Delimitation Item (FFFE, E0DD).

c. Penanganan dan Pengolahan Citra

 Mendukung gambar grayscale 1, 8, 10, 12, 16, 32-bit dan gambar warna

24-bit.

Encapsulated atau penyandian data asli untuk gambar tunggal atau

multi-frame

d. Mendukung fitur yang harus ada dalam workstation, diantaranya :

 Membuat DICOM directory (DICOMDir)

 Merubah nilai Window Level

(33)

2. Image Processing

LEADTOOLS memiliki lebih dari 200 fungsi pengolahan citra seperti mengubah,

fliters, konversi warna, dan gambar.

3. Image Compression

Leadtools memberikan beragam teknologi dalam melakukan kompresi citra.

Berbagai tipe Loosless kompresi dapat digunakan dalam mengompresi citra tanpa

menghilankan ingegritas data gambar, dimana dengan kehilangan sedikit data citra

suatu aplikasi atau sistem dapat mencapai keuntungan kinerja.

4. 3D Imaging

Leadtools menyediakan kemampuan untuk memungkinkan rendering dan melihat

serangkaian gambar medis dua dimensi dalam ruang tiga-dimensi. Sebuah tampilan

tiga-dimensisonal lebih mudah untuk menganalisis daripada gambar dua dimensi

komponen. Pengguna dapat membuat objek dalam berbagai cara dan dapat

memilih dari berbagai alat yang membuatnya lebih mudah untuk melihat,

menangani dan memanipulasi objek 3D.

Rekonstruksi 3D memberikan visualisasi tentang detail anatomi yang sulit untuk

mengevaluasi menggunakan 2D iris aksial saja. Beberapa contoh skenario di mana

teknik rekonstruksi 3D akan berguna:

Maximum Intensity Projection (MIP) : Teknik yang digunakan untuk

(34)

Minimum Intensity Projection (MinIP) : Teknik untuk meningkatkan ruang udara pada gambar, digunakan untuk memungkinkan dokter menilai struktur

paru-paru.

Multi-planar Reconstruction (MPR) : Digunakan untuk membentuk suatu citra

menjadi satu keutuhan tampilan 3D.

Volume Reconstruction Technique (VRT) : Teknik untuk menghapus anatomi

obstruktif dari tampilan 3D. Dengan VRT, dapat mengubah transparansi dari

tulang sehingga dapat terlihat lebih baik.

1.5 Microsoft .Net Framework 4.0

Microsoft .NET Framework adalah suatu teknologi kompleks yang

menyediakan infrastruktur untuk membangun, menjalankan, dan mengelola aplikasi

(Del Sole: 2010). .NET Framework diposisikan antara sistem operasi Microsoft

Windows dan aplikasi yang dibuat. .NET didefinisikan sebagai sebuah platform,

tetapi juga didefinisikan sebagai suatu teknologi karena terdiri dari beberapa bagian

seperti libraries, executable tools, serta mengintegrasikan aplikasi dengan sistem

operasi. Visual Basic 2010 adalah bahasa .NET yang mengandalkan dan dapat

membangun aplikasi untuk .NET Framework 4.0.

2.5.1 Thread

Thread adalah satu unit kerja. Pemrograman berbasis threading dapat

melakukan beberapa perintah kerja secara bersamaan sehingga suatu perintah kerja

yang besar dapat dibagi di beberapa threads. .NET Framework 4.0 Menawarkan

(35)

1.6 Erwin

ERwin Data Modeler (ERwin) adalah sebuah tool yang digunakan untuk

pemodelan data (data analisa kebutuhan, disain basis data) dari pengembangan sistem

informasi, termasuk basis data transaksional dan basis data analitikal.

ERwin merupakan tool yang digunakan sebagai pemodelan data untuk Entity

Relatiobship Diagram (ERD) pada Tugas Akhir ini. Berikut adalah beberapa notasi

yang ada pada ERwin untuk tipe model Logical (CDM) :

Tabel Pasien Kode_Pasien

Nama_Pasien Alamat Tgl_Lahir

Identifying Relationship

Many to Many Relationship

Non Identifying Relationship

Notasi kardinalitas untuk 1 ke 0 atau 1 atau banyak

Notasi kardinalitas untuk 1 ke 1 atau banyak

Notasi kardinalitas untuk 1 ke 0 atau 1

Nama Entity/Tabel

Primary Key

(36)

Notasi kardinalitas untuk 1 ke n (n merupakan angka yang

ditentukan, misalnya 1, 2, 3,….)

memiliki / dimiliki

P Tabel Pasien

Kode_Pasien

Nama_Pasien Alamat Tgl_Lahir

Tabel Pemeriksaan Kode_Pemeriksaan Kode_Pasien (FK)

Tgl_Pemeriksaan

Gambar 2.6 Model Relasi antar tabel pada ERwin (CDM)

Berikut adalah beberapa notasi pada ERwin untuk tipe model Physical (PDM), antara

lain:

Tabel_Pasien

Kode_Pasien: varchar(20)

Nama_Pasien: varchar(20) Alamat: varchar(20) Tgl_Lahir: datetime

Tabel_Pasien

Kode_Pasien: varchar(20)

Nama_Pasien: varchar(20) Alamat: varchar(20) Tgl_Lahir: datetime

Tabel_Pemeriksaan

Kode_Pemeriksaan: varchar(20) Kode_Pasien: varchar(20)

Tgl_Pemeriksaan: datetime

Gambar 2.7 Model Relasi antar tabel pada ERwin (PDM)

Nama Entity/Tabel

Primary Key

(37)

33

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Identifikasi Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem

Saat ini dunia teknologi kesehatan sudah bertransformasi menjadi digital.

Pada bagian radiologi khususnya, pencitraan medis sudah berubah dari sistem

analog menjadi digital. Transformasi pencitraan kedalam bentuk digital telah

meningkatkan mutu pelayanan medis terutama dalam peningkatan kualitas,

kecepatan, komunikasi serta mempermudah peyimpanan data medis.

Perubahan sistem pencitraan pada medis mengakibatkan perubahan pada

sistem pengarsipan hasil citra. Jika pada sistem analog membutuhkan lemari

penyimpanan sebagai sarana penyimpanan, maka pada digital medis dapat

disimpan dalam HardDisk. Terdapat sistem yang mengatur citra medis tersebut,

disebut PACS. PACS mengatur secara menyeluruh mulai dari bagaimana satu

komputer PACS menerima citra dari modality / PACS lain, melakukan

pengarsipan yang benar, dan menyalurkan kembali citra tersebut dalam berbagai

bentuk(Dalam bentuk Hard Copy: citra di cetak kedalam kertas film, atau Soft

Copy: citra didistribusikan ke Workstation/ PACS lain/ disimpan pada CD/DVD).

Perubahan juga terjadi pada cara bagaimana ahli radiologi dalam

menganalisa gambar. Citra medis sudah dalam bentuk digital, apabila tetap

menggunakan sistem pembacaan yang lama(citra dicetak pada kertas film lalu

dibaca dengan disinari lampu) akan menghabiskan biaya dan waktu pengerjaan

(38)

pembacaan citra digital medis sehingga dapat mengurangi waktu dan biaya yang

dikeluarkan.

Fungsi utama dari sistem pembacaan citra digital medis / Dicom Viewer

adalah dapat menampilkan citra yang tersimpan dalam PACS. Dicom Viewer juga

membantu ahli radiologi dalam melakukan analisa /pembacaan citra, karena

terdapat tools untuk memproses citra sehingga citra lebih mudah dan jelas untuk

dibaca. Hasil dari analisa dapat disusun secara langsung karena Medical Viewer

memiliki modul pelaporan.

DICOM Viewer

Seleksi dan pengaturan Citra

Pemrosesan Citra & Anotsi

Modul Pelaporan

Integrasi PACS Kompatibilitas Citra

Gambar 3.1 Fitur dalam DICOM Viewer

3.1.1 Kompatibilitas citra

DICOM Viewer yang berfungsi sebagai penampil citra medis, harus dapat

menampilkan setiap citra yang tersimpan di dalam PACS Server secara baik dan

benar (D’Lugin, dkk, 1988). Menampilkan citra dari setiap citra yang terdapat

pada PACS Server adalah suatu permasalahan tersendiri, karena setiap citra digital

dihasilkan dari berbagai tipe alat pencitraan (modaliti) yangmemiliki karakteristik

(39)

Magnetic Resonance (MR) menghasilkan citra single frame, berbeda dengan citra

yang dihasilkan oleh XRay Angiography (XA) menghasilkan citra multi frame,

sehingga terdapat perlakuan yang berbeda agar citra tersebut dapat tampil dengan

baik.

3.1.2 Seleksi dan pengaturan citra

Ahli radiologi dapat melihat data - data hasil dari akusisi citra pada PACS

Server yang salah satu fungsinya adalah Storage Server. Data – data tersebut

berisikan data yang berhubungan dengan pasien antara lain, nama pasien, jenis

kelamin, tanggal lahir, dan citra dari akusisi citra. Ahli radiologi dapat memilih

atau menyeleksi data yang akan diteliti, dan mengirim ke dalam DICOM Viewer

untuk menampilkan citra yang terkandung serta melakukan analisa citra. Proses

yang dapat dilakukan dalam DICOM Viewer, digambarkan pada gambar 3.2.

DICOM Viewer PACS

START

Menampilkan data Pasien

Memilih Data Pasien yang akan

diteliti

END Data Pasien

yang akan diteliti

Mengatur tampilan Citra

Analisa Citra

(40)

Data hasil dari akusisi citra menghasilkan sekumpulan citra yang berkaitan

dan berseri dalam satu kali pencitraan, disebut series citra. Pada umumnya, setiap

citra mempertegas obyek yang terdapat pada citra sebelum maupun sesudah,

berdasarkan urutan dalam series, oleh karena itu, citra harus bisa ditampilkan

secara seri dalam bentuk baris dan kolom, serta dapat dilakukan pengolahan citra

lebih lanjut (Kim, dkk, 1991).

3.1.3 Pemrosesan citra dan anotasi

Citra dapat diolah oleh ahli radiologi saat melakukan diagnosa medis

untuk memperjelas objek yang sedang diamati. Pengolahan citra yang sering

dilakukan, antara lain (Kim, dkk, 1991) :

1. Merubah nilai Window & Level

Setiap citra memiliki nilai kontras yang berbeda, tergantung pada

modaliti yang digunakan, maupun pengaturan dari operator modalitinya.

Kadang kala ahli radiologi membutuhkan pengaturan kontras citra untuk

mencari atau memastikan kejanggalan yang terdapat pada citra medis, oleh

karena itu, nilai kontras citra harus dapat dirubah secara langsung.

2. Melakukan Zoom citra

Seringkali ahli radiologi perlu melihat suatu citra lebih detil, oleh

karena itu, citra harus dapat diperbesar agar lebih mudah dalam melakukan

diagnosa citra secara detil.

(41)

Diagnosa dengan melihat detil citra, bisa juga dilakukan dengan

memperbesar bagian-bagian tertentu dari citra yang diamati, tidak secara

keseluruhan dari citra, seperti layaknya menggunakan kaca pembesar.

4. Merubah Orientasi citra

Pada saat akuisisi citra dengan menggunakan modaliti X-ray

konvensional, kadang kala terjadi error, sehingga orientasi dari citra yang

dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu

adanya fungsi untuk merubah orientasi dari citra medis.

5. Pengukuran Citra

Setelah citra diolah sedemikian rupa, sehingga citra sudah dapat

diteliti dengan baik, maka ahli radiologi mulai melakukan analisa citra.

Melakukan analisa citra adalah mengolah citra sehingga mendapat ukuran

atau keterangan tentang obyek yang diteliti (Dreyer, 2006). Contoh:

mengukur kepadatan tulang pada CT, cardiac index pada CT angiography

,atau mengukur volume tumor pada MR. Oleh karena itu, perlu adanya

fungsi untuk mengukur jarak antar pixel citra yang akurat, berdasarkan

tipe modaliti yang digunakan.

6. Memberi Annotasi

Ahli radiologi juga membutuhkan alat bantu untuk memberi tanda

pada obyek yang dianalisis, agar mempermudah pembacaan obyek di

kemudian hari, serta untuk menjelaskan pada orang lain, terutama pada

dokter yang mereferensikan pasien. Annotasi yang sering digunakan

(42)

Citra yang telah diolah dan diberi annotasi akan membantu ahli radiologi dalam

melakukan diagnosa citra.

3.1.4 Modul pelaporan

Setelah melakukan diagnosa, ahli radiologi menulis laporan medis. Saat

ini penulisan laporan dilakukan secara terpisah dari PACS. Hal ini menyebabkan

laporan medis sulit untuk dikelola dan menimbulkan kerancuan dalam memahami

laporan medis.

3.1.5 Integrasi dengan PACS

Aplikasi DICOM Viewer terintegrasi dengan PACS Server, dimana data

yang ditampilkan maupun diolah adalah data yang terdapat pada PACS Server.

Oleh karena itu, perubahan terhadap data yang dilakukan pada DICOM Viewer,

harus merubah data yang sesuai pada PACS Server.

Aplikasi DICOM Viewer merupakan modul tambahan pada PACS Server,

sehingga selain integrasi data, juga terjadi integrasi proses. PACS Server memiliki

proses yang tidak dapat diganggu keaktifannya, yaitu fungsi berkomunikasi antar

PACS. Fungsi ini harus selalu aktif, karena setiap saat dapat menerima masukan

data dari PACS lain. Selain itu juga terdapat fungsi burn to DVD dan Import data

yang keaktifan prosesnya juga tidak dapat diganggu. Oleh karena itu, perlu dicari

cara agar DICOM Viewer dalam menjalankan proses-prosesnya, tanpa

mengganggu keaktifan dari proses pada PACS.

(43)

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perlu

adanya satu aplikasi DICOM Viewer yang memenuhi kriteria yang ada. Yaitu :

1. DICOM Viewer yang bersifat universal, yang mampu menampilkan berbagai

tipe citra berstandar DICOM, seperti XA atau MR, baik yang memiliki single

frame maupun multi frame.

2. DICOM Viewer yang dapat menampilkan citra hasi dari seleksi yang dilakukan

pada PACS Server dan fitur pengaturan citra yaitu, fitur untuk mengatur citra

yang tampil, berdasarkan row dan column. Pilihan pengaturan row dan column

yang dapat dipilih antara lain : 1x1 untuk menampilkan satu citra, 1x2 untuk

menampilkan 2 citra secara horisontal, 2x1 untuk menampilkan 2 citra secara

vertikal, atau custom untuk menampilkan citra dengan jumlah row dan column

yang ditentukan sendiri dengan nilai maksimum 8x8. Dengan adanya

pengaturan citra yang tampil, diharapkan dapat membantu ahli radiologi dalam

mengetahui hubungan antar citra.

3. DICOM Viewer yang dapat mengolah citra untuk mendukung analisa radiologi.

Fitur pengolahan citra yang harus ada yaitu :

a. Pengaturan nilai Window & Level

Dalam dunia medis, untuk mengubah nilai kontras citra digunakan

teknik Window dan Level. Nilai ini merubah nilai kontras berdasarkan

rentang brigthness (KPI, 2010). Perubahan nilai dilakukan secara

langsung, sehingga mempermudah menentukan besar nilai kontras yang

sesuai, sehingga dapat membantu ahli radiologi untuk memperjelas citra

medis yang dianalisis.

(44)

Fitur ini digunakan untuk memperbesar ukuran tampilan citra di layar,

sehingga dapat membantu ahli radiologi dalam melihat citra medis

dengan lebih detil. Proses memperbesar atau memperkecil citra

dilakukan secara langsung, sehingga ahli radiologi dengan mudah

menentukan besar citra yang tampil.

c. Zoom sebagian citra

Fitur ini digunakan untuk memperjelas sebagian citra, yang memiliki

fungsi seperti kaca pembesar, yaitu memperbesar 4 kali citra yang

menjadi fokus area.

d. Pengaturan orientasi citra

Fitur ini digunakan untuk merubah orientasi dari citra, teknik yang

digunakan untuk merubah orientasi adalah teknik flip. Teknik flip sama

seperti proses mirroring citra. Terdapat 2 tipe dari flip yang dapat

digunakan, yaitu flip secara horisontal dan vertikal. Dengan adanya

teknik ini diharapkan dapat memperbaiki kesalahan orientasi citra pada

saat pencitraan.

e. Pengukuran Citra

Fitur ini digunakan untuk melakukan pengukuran antar pixel yang

dimiliki citra. Terdapat 2 tipe pengukuran, yaitu ruler untuk mengukur

jarak antar pixel dan Angle untuk mengukur besar sudut antar pixel.

f. Pemberian Annotasi

Fitur ini digunakan untuk memberikan tanda bantu terhadap obyek yang

dinalasisa. Dimana obyek yang dapat diberikan antara lain : gambar

(45)

4. DICOM Viewer dilengkapi dengan modul reporting, yaitu sebuah modul untuk

menuliskan hasil analisis citra medis yang terintegrasi dengan DICOM Viewer.

Modul ini bertujuan untuk memudahkan ahli radiologi dalam mengelola

laporan hasil analisis, dan memudahkan dalam menyertakan citra-citra medis

tertentu yang dianggap penting ke dalam laporan.

5. Perubahan data yang dilakukan dalam DICOM Viewer, harus merubah data

yang sesuai pada PACS Server. DICOM Viewer dibentuk dalam thread yang

terpisah dari PACS Server, sehingga proses yang terjadi dalam DICOM Viewer

tidak akan menganggu keaktifan dari proses yang terdapat pada PACS Server,

tertutama proses listening yang berfungsi untuk dapat melayani komunikasi

dari PACS lain sewaktu-waktu.

3.2 Perancangan Sistem 3.2.1 Rancangan Sistem

Berdasar pada kebutuhan sistem pada bagian 3.2, maka rancangan sistem

DICOM Viewer sebagai berikut :

1. DICOM Viewer harus dapat menampilkan citra yang terdapat pada file

.DCM yang dimiliki oleh PACS sistem. Oleh karena itu, DICOM

Viewer membutuhkan satu variabel untuk menampung data – data

kiriman dari PACS sistem. Data yang dikirim adalah data pilihan ahli

radiologi yang akan dilakukan analisa citra.

2. Sebelum menampilkan citra berdasar data yang dimiliki, data – data

tersebut dipilah terlebih dahulu, pemilihan data berfungsi untuk

(46)

Apabila modaliti memiliki tipe US, citra ditampilkan satu persatu,

karena citra dari setiap tipe US bersifat Multiframe, Dan apabila

modaliti dari data memiliki tipe MR, maka citra dalam satu series harus

digabung, untuk mengetahui kesinambungan antar citra.

3. Citra dari modaliti MR diurutkan berdasarkan posisi dari nilai

kedalaman yang pada saat akusisi citra. Nilai kedalaman dapat diambil

pada tag Slice Location. Citra yang sudah tersusun akan ditampilkan

dengan bantuan component Leadtools. Component ini memiliki fitur –

fitur pembantu untuk melakukan analisa citra, mulai dari menampilkan,

melakukan processing, hingga merubah format citra dalam bentuk lain.

4. Component Leadtools memiliki variabel RasterImage yang merupakan

variabel untuk menampung citra dan informasi dari citra tersebut.

RasterImage memiliki fitur addPage untuk menampung citra lebih dari

satu, berguna untuk citra yang memiliki keterkaitan dengan citra lain,

contoh: citra yang memiliki tipe modaliti MR.

5. RasterImage membutuhkan controls lain dalam component Leadtools

untuk menampilkan citra yang dimilikinya. Controls tersebut adalah

MedicalViewer. Selain untuk menampilkan citra, MedicalViewer adalah

controls yang berinteraksi langsung dengan ahli radiologi. Ahli

radiologi dapat mengatur citra agar semakin mudah dianalisa.

6. MedicalViewer dapat menampilkan lebih dari satu citra dalam satu

waktu, pengaturan dilakukan pada Row dan Column dari

MedicalViewer. Hal ini sangat membantu apabila citra yang tampil

(47)

modaliti(contoh: citra yang bertipe US) atau frame yang diciptakan

secara manual(contoh: citra yang bertipe MR). Menampilkan banyak

citra dalam satu waktu dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar

citra.

7. Merubah nilai dari Window dan Level dapat dilakukan secara realtime

pada MedicalViewer, yaitu dengan cara mengatur event pada

MedicalViewer dan meletakkannya pada salah satu buton Mouse,

sehingga saat button itu ditekan akan merubah nilai Window Level dari

citra. Contoh Code program :

medicViewer.Cells(0).SetAction(MedicalViewerActionType.WindowLevel

,MedicalViewerMouseButtons.Left,MedicalViewerActionFlags.Active Or

MedicalViewerActionFlags.RealTime)

Selain event merubah nilai Window Level, dengan cara yang sama

seperti diatas, juga dapat dilakukan berbagai event lain. Contoh :

a. MedicalViewerActionType.Scale : event untuk melakukan Zoom pada

citra.

b. MedicalViewerActionType.AnnotationRuler : event untuk melakukan

pengukuran pada citra.

c. MedicalViewerActionType.AnnotationText : event untuk menambah

annotasi kata pada citra

8. Selain merubah nilai dari Window Level dan memberi annotasi pada

citra, ahli radiologi juga dapat merubah orientasi dari citra. Untuk

(48)

yang dilakukan adalah merubah orientasi citra sebesar 180 o . Contoh

code :

]

Dim flip As New FlipCommand

flip.Run(medicViewer.Cells(0))

9. Citra yang sedang tampil dapat diambil beserta dengan nilai Window

Level dan annotasi yang ada saat ini. Mengambil satu gambar citra

digunakan untuk mengubah citra dalam bentuk lain(contoh : jpeg,

jpeg2000, dan bmp) dan menambahkan kedalam reporting. Untuk

mengambil citra yang sedang aktif dengan menggunakan code :

cell.GetCellImage(cell.ActiveSubCell,

False,MedicalViewerCellImageFeatures.All)

Dan code untuk mencetak citra dalam format lain menggunakan code :

codecs.Save(rasterImage, nama,

RasterDialogFileTypesIndex.WindowsBitmap

, bitsPerPixel, imageFirstPage, imageLastPage, savePageNumber,

pageMode)

10. Modul pelaporan memiliki satu variabel penampung untuk menerima

citra dari Viewer. Citra ini yang akan diikut sertakan pada saat cetak

laporan. Modul laporan memiliki format sendiri, berdasar pada hasil

survey ke beberapa rumah sakit di Indonesia, laporan yang baik harus

menampilkan data rumah sakit, informasi dari pasien(contoh: Nama,

(49)

temuan dari citra. Oleh karena itu, modul laporan menyediakan field

untuk menulis laporan dan temuan, informasi dari pasien diambil dari

tag DICOM dari pasien, dan data rumah sakit diambil dari data rumah

sakit pada PACS. Modul pelaporan dapat dicetak maupun dalam bentuk

Pdf.

3.2.2 Desain Sistem

MEDINFO STORAGE SERVER

DICOM Viewer Switch

DICOM Printer Printer Client

Client

Client

PACS

Gambar 3.3 Model aplikasi DICOM Viewer yang terintegrasi dengan PACS

Secara keseluruhan sistem DICOM Viewer merupakan modul yang

terdapat pada PACS server, yaitu PACS MedInfo Server, yang berfungsi sebagai

server utama dalam sistem, dimana dapat menangani sinkronisasi data radiologi

dengan PACS server lain maupun dengan modaliti yang ada. Data yang telah ada

di PACS MedInfo Server akan digunakan oleh aplikasi DICOM Viewer sebagai

sumber data.

(50)

Berikut ini adalah Context Diagram dari Aplikasi DICOM Viewer serta

DFD level 0 dan DFD level 1 dari context diagram yang dibuat.

A. Context Diagram

Data g ambar Simpan Jpeg

Hasil DICOM dalam bentuk file Jpeg

Data Effect Pilihan Data Report Pilihan

Data User

Data Setting Report

File DICOM Anonim Laporan Radiolog i

Data Dicom Tag

Data Properties cell Data File DICOM

Data Gambar Satu Series Pilihan

Gambar berubah Otomatis Data Gambar yang ditampilkan

Hasil DICOM dalam bentuk AVI

Data DICOM dalam bentuk AVI

Data Properties Viewer

Data Sub cell

Anotasi pilihan Window Level Persistence

Data Window Level

Hasil DICOM dalam bentuk FIle Jpeg2000

Data DICOM simpan JPeg2000

Data Tag DICOM

Laporan Radiolog i

Data Laporan Radiolog i 0

DICOM Viewer

+

Ahli Radiologi PACS

Gambar 3.4 Context Diagram aplikasi DICOM Viewer

Aplikasi DICOM Viewer pada tugas akhir ini merupakan modul aplikasi

yang terintegrasi dengan modul PACS server, hal ini dapat dilihat pada context

diagram DICOM Viewer dimana sumber data berasal dari PACS server. Sehingga

apabila terjadi perubahan data pada PACS server maka data yang tersaji pada

aplikasi DICOM Viewer juga akan sama hasilnya, hal ini dilakukan untuk

(51)

B. DFD Level 0

Gambar 3.5 DFD level 0 DICOM Viewer

Setelah context diagram didekomposisikan maka akan didapat DFD level

0 (gambar 3.4). Pada DFD level 0 terdapat 5 proses yaitu:

a) Setting Aplikasi DICOM Viewer : Proses yang terjadi ketika ahli radiologi

(52)

b) Menampilkan Gambar Radiologi : Proses ini digunakan untuk

menampilkan gambar / citra yang dipilih dari PACS Server, dan

melakukan pengolahan citra sesuai keperluan ahli radiologi

c) Membuat Laporan : Proses untuk membuat laporan medis dari hasil

analisa citra yang dilakukan ahli radiologi.

d) DICOM Editor : Proses untuk merubah nilai dari tag citra

e) Mencetak Gambar : Proses untuk mencetak citra, dan mengubahnya

menjadi format lain. Seperti : Jpeg2000 atau AVI.

C. DFD Level 1 Menampilkan gambar Radiologi

Ahli radiologi dapat mengolah dan menganalisa gambar pada saat gambar

ditampilkan dilayar. Gambar dapat dirubah nilai window level, diberi notasi,

(53)

Gambar 3.6 DFD Level 1 menampilkan gambar Radiologi

E. DFD Level 1 Membuat Laporan

Setelah gambar dianalisa, ahli radiologi dapat membuat laporan dan

menambahkan citra atau gambar yang telah dianalisa. Laporan juga berisi data

pasien dari gambar yang bersangkutan. Laporan ini akan disimpan dan diatur

(54)

Gambar 3.7 DFD Level 1 Membuat Laporan

3.2.4 Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) yaitu alat untuk mempresentasikan

semua kebutuhan-kebutuhan sistem yang berkaitan dengan field-field yang

digunakan berupa tipe atau jenis dan atribut dari field-field tersebut, serta

(55)

Gambar

Tabel Pasien
Gambar 3.1 Fitur dalam DICOM Viewer
Gambar 3.2 Alur Seleksi dan pengaturan citra
Gambar 3.4 Context Diagram aplikasi DICOM Viewer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem berhasil menampilkan data usulan kegiatan evaluasi yang belum dikonfirmasi Sistem menampilkan halaman persetujuan evaluasi dan data usulan evaluasi, seperti pada

Datagridview Menampilkan data pemesanan yang berhasil ditambah Uji berhasil (gambar 4.112) Combobox pada form pemesanan Menampilkan data ukuran produk yang dipesan

Output Proses Input Laporan Pesanan Tidak Terpenuhi Laporan Pembayaran Piutang Pemesanan Laporan Pendapatan Penjualan Laporan Pembayaran Piutang Data Barang Laporan

Hasil uji coba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa aplikasi telah menghasilkan keluaran sesuai yang diharapkan yaitu dapat menampilkan halaman menu data gerai, menambah

Masyarakat umum, member, herbalis, atau administrator memasukkan data tanaman obat berdasarkan nama penyakit, kemudian sistem menampilkan data tanaman obat

Untuk proses menambahkan data reminder piutang kemudian menekan tombol simpan maka akan muncul pesan “Data Tersimpan”. 11

Pada Gambar 4.4 sistem menampilkan halaman utama level admin yang memiliki menu untuk home, user, data master kota, material, jenis pekerja, satuan, rumus, biaya pekerja, jenis

Sistem akan menampilkan data anda dan juga menampilkan tulisan data anda berhasil tersimpan di atas form hasil input-an data kebutuhan promosi Memilih kebutuhan  Sistem akan