• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penagruh Penggunaan Pendekatan Problem Psing Terhadap Berpikir Siswa Pada Konsep Pewarisan Sifat: quasi experiment pada kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, serang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penagruh Penggunaan Pendekatan Problem Psing Terhadap Berpikir Siswa Pada Konsep Pewarisan Sifat: quasi experiment pada kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, serang"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN

PENDEKATAN

PROBLEM POSING

TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP

PEWARISAN SIFAT

(Quasi Experiment Pada Kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

IKA RIFQIAWATI NIM. 106016100578

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN

PROBLEM

POSING

TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA

PADA KONSEP PEWARISAN SIFAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Oleh:

IKA RIFQIAWATI

106016100578

Di bawah Bimbingan:

Pembimbing I

Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd NIP. 19650115 198703 1 020

Pembimbing II

Nengsih Juanengsih, M. Pd NIP. 19790510 200604 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi dengan judul :”Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat (Kuasi Eksperimen di SMP

Negeri 2 Ciruas, Serang)”, disusun oleh Ika Rifqiawati, NIM 106016100578, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 18 Maret 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi.

Jakarta, 21 Maret 2011

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia

Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd ... NIP. 19681228 200003 1 004

Sekretaris

Nengsih Juanengsih, M. Pd ... NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd ... NIP. 19681228 200003 1 004

Penguji II

Meiry Fadilah Noor, M. Si ... NIP. 150 411 174

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Ika Rifqiawati Tempat/Tgl.Lahir : Serang, 05 Mei 1988

NIM : 106016100578

Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan PendekatanProblem Posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd 2. Nengsih Juanengsih, M. Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta,

Mahasiswa Ybs.

(5)

ABSTRAK

Ika Rifqiawati, ”Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatanproblem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainnonrandomized control group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 siswa untuk kelas eksperimen, dan 37 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh nilai hitung sebesar 5,62, sedangkan t tabel dengan signifikansi 5% adalah 1,99. Maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel. Hal tersebut menunjukkan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) di tolak. Dengan demikian, terdapat pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat.

(6)

ABSTRACT

Ika Rifqiawati, ”The Influence of uses problem posing approach on creative thinking.” Undergradued thesis, for Biology Education Program, The Departement of Natural Science, The Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta.

The study aims to know the effect of problem posing approach on creative thinking skills in genetica concept. This research was conducted at SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. The methode of this research is quasi eksperiment with design used nonrandomized control group pretest-posttest design. The technique sampling is purposive sampling. The amount of research sample were 36 students for experiment class, and 37 students for control class. Data was collected by using creative thinking test methode, biology essay test and response through science learning by using observation. Analysis data used t-test. The result of analysis posttest t-test data both of classes obtained t count point is 5,62, and t table point in 5% significance is 1,99, It is mean t count more higher than t table or t count > t table. It indicates Ha is accepted and Ho is refused. Therefore, There is effect problem posing approach on creative thinking in genetica concept.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah memberikan nikmat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada tauladan kita, Nabi Muhammad saw., yang telah membawa manusia ke dalam dunia yang berperadaban.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menempuh masa studi strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M. Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd dan Nengsih Juanengsih, M. Pd selaku pembimbing I dan II. Terima kasih atas tenaga, pikiran, dan waktu yang selalu diluangkan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi.

5. Drs. H. Muhammad Yamin selaku Kepala sekolah SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

(8)

7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik, dan Mas Huda yang selalu

memberikan kasih sayang dan do’anya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2006 yang saling memberikan motivasi dan semangatnya.

9. Rekan-rekan di Boarding English Course yang selalu berdoa untuk kesuksesan bersama.

10. Direktur dan Staf Literary Agency Mata Pena Writer yang memberikan dorongan dan semangatnya untuk terus berkarya mencerdaskan Bangsa dengan buku.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amin.

Jakarta, Februari 2011

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritik 1. PendekatanProblem posing a. PengertianProblem posing ... 8

b. PenerapanProblem posing dalam KBM...10

c. Keunggulan dan KelemahanProblem posing...14

2. Berpikir Kreatif a. Hakikat Berpikir Kreatif...16

b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran ...19

c. Karakteristik Anak Kreatif ...19

d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa ... 21

(10)

f. Kendala-kendala Kreativitas...24

3. Hubungan PendekatanProblem posing dan Berpikir Kreatif... 26

B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ...28

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Pengajuan Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...34

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian ... 34

2. Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ...36

F. Instrumen Penelitian ... 37

1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 37

2. Lembar Observasi ... 39

G. Kalibrasi Instrumen ... 39

1. Validitas Butir Soal ... 39

2. Reliabilitas ...40

3. Tingkat Kesukaran ... 41

4. Daya Pembeda ... 41

I. Teknik Analisis Data Kuantitatif ...42

1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif ...42

2. Normal Gain ... 43

3. Uji Prasyarat ... 43

4. Uji Hipotesis ... 44

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Data HasilPre test... 47

2. Data HasilPost test... 48

3. Data Nilai N-Gain ... 50

4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Homogenitas ... 53

5. Hasil Pengujian Hipotesis ...54

6. Data Hasil Observasi a. Data Observasi Aktivitas Guru... 56

b. Data Observasi Aktivitas Siswa... 56

7. Analisis LKSProblem posing...54

B. Pembahasan ...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...62

B. Saran ...62

DAFTAR PUSTAKA...63

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pokok Pembelajaran denganProblem posing... 10

Tabel 2.2 Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Kemampuan Berpikir... 19

Tabel 2.3 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah... 27

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 35

Tabel 3.2 Variabel Penelitian... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif... 37

Tabel 3.4 Kategori Hasil Observasi ... 46

Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 47

Tabel 4.2 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Awal Siswa ... 48

Tabel 4.3 Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Akhir Siswa... 49

Tabel 4.5 Rekapitulasi N-Gain Kelas Eksperimen ... 50

Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. 50 Tabel 4.7 Rekapitulasi N-Gain Kelas Kontrol ... 51

Tabel 4.8 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretes-postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

(13)
[image:13.598.122.528.81.472.2]

DAFTAR GRAFIK

(14)

DATA LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen... 67

Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol... 83

Lampiran 3. LKSProblem posing... 94

Lampiran 4. Modul Materi Pewarisan Sifat...104

Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tingkat Kesulitan dan Pengetahuan ...109

Lampiran 6. Jawaban dan Pedoman Penilaian Instrumen Berpikir Kreatif ... 111

Lampiran 7. Perhitungan Analisis Butir Soal ...120

Lampiran 8. Instrumen Berpikir Kreatif ...126

Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Guru...127

Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa...131

Lampiran 10. Nilai Kelas Eksperimen ... 135

Lampiran 11. Nilai Kelas Kontrol... 138

Lampiran 12. Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa...141

Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Eksperimen... 142

Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Kontrol ...146

Lampiran 15. Perhitungan Uji Normalitas ...150

Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas ...156

Lampiran 17. Perhitungan Uji Hipotesis...162

Lampiran 18. Pengolahan Data Hasil Observasi...168

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku, baik perorangan atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkahlaku yang sesuai dengan kebutuhan.1

Melalui pendidikan, akan dihasilkan manusia-manusia yang bertakwa, berilmu, mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan apa yang tertera dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2

Tujuan pendidikan di atas akan tercapai apabila terjadi peningkatan komponen-komponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia adalah guru. Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki tugas-tugas utama. Tugas utama guru telah tertera dalam undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 bab I pasal 1 yang berbunyi: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 10

2

(16)

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”3

Salah satu tolak ukur keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan pembelajaran adalah bila dalam pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan tersebut sangat bergantung pada kemampuan pendidik untuk mengelola proses belajar mengajar. Hal ini memiliki makna bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang perlu mendapatkan perhatian lebih, karena pada proses belajar mengajar diharapkan terjadi interaksi langsung antara guru atau pendidik dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa yang lain. Untuk itu maka diperlukan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat.

Strategi dalam pembelajaran mempunyai arti secara sempit sama dengan pengertian teknik dan metode, yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.4

Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengubah paradigma pembelajaran dari siswa sebagai obyek atau sasaran pembelajaran menjadi subyek atau pelaku dari tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut harus mampu mengikutsertakan semua siswa untuk mendapatkan peran, mampu mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, menantang, dan menyenangkan sehingga prestasinya meningkat.

Namun, kenyataannya strategi pembelajaran yang diterapkan oleh para guru saat ini masih kurang bervariasi. Kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam proses belajar mengajar, kecakapan berpikir terutama berpikir kreatif juga belum ditangani secara

3 Asrorun Ni’am,Membangun Profesionalitas Guru

, (Jakarta: Elsas, 2006), hal. 157

4

(17)

sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah. Hal tersebut tidak sejalan dengan Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV tentang Standar Proses Pasal 19) menyebutkan bahwa: pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (learning how to learn).

Munandar juga berpendapat bahwa pengajaran di sekolah pada umumnya hanya melatih proses berpikir konvergen, terbatas pada penalaran verbal dan pemikiran logis. Sehingga siswa akan terbiasa dengan berpikir konvergen dan bila dihadapkan pada suatu masalah, siswa akan mengalami kesulitan memecahkan masalah secara kreatif5

Penemuan Rafi’udin yang dikutip Arnyana, menambah pendapat Munandar. Dalam temuannya dinyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh peserta didik karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan kecakapan berpikir kritis dan kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.6

Rendahnya pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen. Berpikir konvergen sendiri mempunyai arti kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa diintegrasikan dengan pengajaran kecakapan berpikir. Hal ini dikarenakan biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta tanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara yang

5

Utami Munandar,Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 79

6

(18)

beriman dan bertaqwa. Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.

Namun yang terjadi saat ini, dalam pembelajaran biologi guru masih menerangkan tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dengan metode ceramah. Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan siswa tidak berperan aktif sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif, sehingga siswa menjadi cepat bosan.

Pembelajaran konvensional juga tidak menyentuh ranah dimensi kognitif peserta didik, sehingga masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Sedangkan dalam pembelajaran biologi siswa seharusnya aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah. Siswa yang terstimulus dengan masalah akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian. Selain itu, siswa dapat terlibat secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian, dari sekian banyak model dan metode pembelajaran yang ada, problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif, sebab pendekatan problem posing lebih terpusat pada kegiatan belajar siswa aktif (student active learning).

(19)

luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru.7

Pada pembelajaran biologi yang menggunakan pembelajaran problem posing, siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui beberapa fakta sehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut. Dengan cara mencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan lingkungan sekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan masalah. Berdasarkan Krulik yang dikutip Tatag, dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir (bernalar) tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic) dan kritis.8

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat (genetika).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran biologi masih terpusat pada guru (teacher center) 2. Dalam pembelajaran biologi siswa masih pasif, kurang dalam memahami

masalah dan merencanakan penyelesaian masalah.

3. Siswa tidak terbiasa menggunakan kecakapan berpikir, terutama berpikir kreatif.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu melebar, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada Pengaruh Penggunaan pendekatan

7

Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1) hal. 52

8

(20)

Problem posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat. Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan problem posing tipe pre solution posing.

2. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan pembelajaranproblem posing.

3. Karakteristik kemampuan berpikir kreatif yang diteliti adalah: a. Kelancaran (fluency)

b. Keluwesan (flexibility) c. Keaslian (originality) d. Merinci (elaboration)

4. Konsep yang dibahas adalah tentang konsep pewarisan sifat (genetika).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang.

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat membantu peningkatan berpikir kreatif siswa dalam pengajuan dan pemecahan masalah pada pembelajaran biologi.

2. Bagi guru dapat dijadikan informasi tentang pembelajaranproblem posing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretik

1. PendekatanProblem posing a. PengertianProblem posing

Problem posing adalah teknik pembelajaran yang melatih siswa untuk membuat soal sendiri dan mengerjakannya, sehingga diharapkan siswa akan lebih aktif untuk belajar, lebih mengenal dan menghayati variasi-variasi soal dan mahir dalam memahami substansi soal yang diberikan oleh guru.9

Menurut Dewey dan Piaget, problem posing adalah suatu alat untuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan pemikiran kritis. Problem posing juga bermakna untuk pengajaran keterampilan pemikiran kritis dan banyak siswa yang memerlukan struktur awal langkah-langkah dalam pembelajaran yang menyediakan penghargaan dalam rangka membangun kepercayaan dan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.10

Istilah problem posing juga merupakan padanan dari istilah pengkonstruksian masalah. Dalam pengajuan masalah atau soal oleh siswa hendaknya didasarkan pada situasi yang diberikan oleh guru. Situasi dalam hal ini bisa berupa informasi (pernyataan), pertanyaan dan sebagainya. Pengajuan soal juga merupakan kegiatan yang mengarah pada

9

Aceng Haetami dan Maysara,Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (Jurnal MIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 74

10

(22)

pembentukan sikap kritis dan kreatif, karena dalam pengajuan soal siswa diminta membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan guru.11

Jadi, problem posing merupakan sebuah pendekatan yang mempunyai arti bahwa siswa dilatih untuk mengajukan masalah atau membuat pertanyaan. Pendekatan ini dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam hal berpikir kritis dan kreatif.

Pembelajaran dengan problem posing (pengajuan soal) pada intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah, masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru.12

Menurut Silver, terdapat tiga jenis kegiatan problem posing yang diaplikasikan dalam tiga bentuk kegiatan kognitif yang berbeda yaitu:13 (1) Pengajuan pre-solusi (pre solution posing) yaitu pengajuan soal yang

dibuat berdasarkan situasi yang ada.

(2) Pengajuan di dalam solusi (within solution posing) yaitu merumuskan kembali masalah seperti yang telah diselesaikan.

(3) Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu memodifikasi tujuan atau kondisi yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya problem posing adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah berdasarkan topik dan contoh soal yang telah dijelaskan oleh guru. Jadi, pada pembelajaran ini siswa harus memahami topik yang disampaikan guru sehingga siswa dapat

11

Dinawati Trapsilasiwi, Pengajuan Soal (Problem posing) sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di Sekolah. (Jurnal Teknobel, Maret 2001, Volume 2, No. 1), hal. 64-65

12

Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem posing untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1) hal. 52

13

(23)

mengkomunikasikan hasil pemahamannya tersebut ke dalam bentuk soal yang disertai pemecahannya.

b. PenerapanProblem posingdalam Kegiatan Belajar Mengajar

[image:23.598.141.517.178.725.2]

Dalam kegiatan belajar mengajar, problem posing merupakan salah satu teknik dalam metode pemberian tugas kepada siswa untuk merumuskan, membuat soal, atau mengajukan soal. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing umumnya dicirikan dengan perumusan kembali soal yang telah diberikan guru. Oleh karena itu, penerapan problem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara individual maupun kelompok di sekolah, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.14

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pokok Pembelajaran

dengan Problem posing

Langkah Kegiatan guru

Pendahuluan 1. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

2. Mengarahkan siswa pada pembuatan masalah

3. Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka

Pengembangan 1. Memberikan informasi tentang konsep yang dipelajari

2. Memberikan sebuah contoh soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan cara membuat soal yang identik berdasarkan soal yang ada.

Penerapan 1. Menguji pemahaman siswa atas

konsep yang diajarkan dengan memberikan beberapa soal. 2. Mengarahkan siswa mengerjakan

soal tersebut dan untuk membuat soal-soal yang identik berdasarkan soal-soal yang dibuat siswa. 3. Memotivasi siswa untuk terlibat

dalam pemecahan masalah

14

(24)

Langkah Kegiatan guru

Penutup 1. Membantu siswa mengkaji ulang

hasil pemecahan masalah

2. Menyimpulkan hasil pembelajaran

Jadi, penerapan problem posing dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan empat tahap yaitu, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.

Dalam sumber lain dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakanproblem posingterdapat tujuh langkah, yaitu:15

(1) Mengembangkan isu-isu dalam masyarakat (survey)

Survey merupakan bagian terpenting dari seluruh proses, karena pada langkah ini siswa diminta untuk mencari bahan atau materi tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat. Para siswa bebas berbicara tentang hal-hal yang mereka ketahui, disini guru hanya mendengar percakapan mereka dengan seksama sehingga suasana pada saat itu seperti pasar.

(2) Menganalisis bahan atau materi hasil survey (Analysis of survey material) (3) Menyiapkan materi problem posing (Preparing of problem posing

materials)

Langkah ini menjelaskan bahwa guru menyiapkan rangkaian materi yang dapat merangsang diskusi dalam belajar kelompok baik berupa gambar, poster, slide dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibicarakan. Pada saat itu tiap kelompok memilih dan mempresentasikan sesuai dengan tema yang mereka pilih.

(4) Belajar berkelompok (The learning group)

Pada langkah ini, tiap kelompok aktif dalam diskusi, semua diperbolehkan berbicara sesuai dengan pemikiran mereka, sehingga menuntut adanya kesadaran berpikir kritis dan kreatif.

15

(25)

(5) Peran pemain (The role of the animator)

Peran utama guru adalah membantu para siswa. Dalam hal ini guru tidak banyak berbicara, tetapi terlibat dalam diskusi melalui pembenaran jawaban dari pertanyaan yang ada. Siswa akan mengingat lebih baik tentang apa yang mereka katakan dan temukan.

(6) Mengarahkan diskusi (The direction of discussion)

Sesekali siswa diminta untuk duduk diam oleh guru pada saat guru memberikan materi problem posing kepada semua kelompok. Dalam diskusi terdapat lima langkah dasar yaitu deskripsi, analisis, menghidupkan dengan kehidupan, analisis lebih dalam dan perencanaan tindakan. Seluruh proses ini dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran berpikir kritis terhadap situasi yang ada dan merangsang mereka untuk mencari solusi dari permasalahan.

(7) Refleksi-Tindakan (Reflection-Action)

Ketika suatu kelompok mampu menyarankan sesuatu yang konkrit yang dapat mereka lakukan dari permasalahan yang ada, pada saat itulah guru mendorong siswa untuk mengambil tindakan. Guru berperan aktif membantu kelompok siswa kemudian mengevaluasinya bersama.

Hasil tugas pembuatan soal perlu dilakukan analisis, yaitu pemeriksaan secara teliti (batasan-batasan yang ditetapkan). Dalam menganalisis diperlukan beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu:16

(1) Solvabilitas soal, soal tidak dapat diselesaikan apabila soal tersebut kurang informasi atau soal-soal tersebut menimbulkan makna baru tidak ada kaitannya dengan informasi yang diberikan. Sedangkan soal yang dapat diselesaikan apabila soal tersebut mempunyai cukup informasi dan pertanyaan yang diminta sesuai dengan maknanya.

(2) Kaitan soal dengan materi yang disampaikan, pemberian tugas yang berhubungan dengan materi yang baru diajarkan.

16

(26)

(3) Penyelesaian soal yang dibuat siswa, dilihat pada tahap perencanaan (kalimat), pelaksanaan perencanaan dan penyimpulan apakah penyelesaian yang dibuatnya benar atau salah.

(4) Struktur bahasa kalimat soal.

(5) Tingkat kesulitan soal. Mudah untuk menyelesaikan langsung menggunakan data yang ada. Sedang untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan satu konsep saja. Sulit untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data atau informasi yang ada, tetapi mencarinya dengan beberapa konsep.

Selain dilakukan analisis seperti pembahasan di atas, pembelajaran problem posing juga perlu dilakukan penilaian ranah afektifnya. Jadi, dari beberapa pertanyaan yang diajukan siswa, kemudian dibahas dalam forum diskusi, untuk dikomentari baik dari segi pertanyaan maupun menyangkut jawaban dari pertanyaan tersebut. Beberapa aspek dalam penilaian ranah afektifproblem posing yaitu:17

(1) Aspek menerima atau memperhatikan. (2) Aspek merespon.

(3) Aspek menghargai.

(4) Aspek Mengorganisasikan nilai. (5) Aspek mewatak.

Kegiatan belajar yang dapat menyediakan lingkungan belajar adalah kegiatan yang memberikan para siswa untuk menyusun, mengembangkan dan mengusahakan cara-cara penyelesaian menurut pemikirannya sendiri. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik dalam pembelajaran dengan problem posing, Suryanto yang dikutip Ketut memberikan beberapa saran dalam pembelajaran dengan pendekatanproblem posing sebagai berikut:18

17

Suryosubroto,Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 210-211

18

(27)

(1) Berkaitan dengan guru yang meliputi:

(a) Guru hendaknya membiasakan untuk merumuskan soal baru atau memperluas soal yang ada di buku pelajaran

(b) Guru menyediakan beberapa situasi berupa informasi tertulis, benda manipulatif atau gambar kemudian melatih siswa merumuskan soal dengan situasi yang ada

(c) Guru memberikan soal terbuka dalam tes

(d) Guru memberikan contoh perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran baik isi maupun bahasanya

(e) Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai sebagian isi buku teks yang dilakukan dengan menggilir siswa berperan sebagai guru.

(2) Berkaitan dengan siswa, meliputi:

(a) Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadap situasi yang diberikan

(b) Siswa dibiasakan merubah soal yang ada menjadi soal baru sebelum menyelesaikan soal tersebut

(c) Siswa dibiasakan membuat soal serupa setelah menyelesaikan suatu soal

(d) Siswa dibiasakan berani menyelesaikan soal buatan temannya (e) Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin

c. Keunggulan dan KelemahanProblem posing

Penggunaan problem posing diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan pemahaman siswa, karena siswa dibiasakan untuk menganalisis data-data untuk membuat soal-soal baru. Problem posing ini sangat penting, karena mendukung pemberian kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk memformulasikan pertanyaan dari suatu masalah mereka sendiri.19

19

(28)

Pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain:20

(1) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. (2) Mendidik siswa berpikir sistematis.

(3) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.

(4) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi. (5) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang dibuat

tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain.

(6) Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan. (7) Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya pada kelompok

lain.

(8) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.

Selain mempunyai beberapa kelebihan, pendekatan problem posing juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:21

(1) Pembelajaranproblem posing membutuhkan waktu yang lama.

(2) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal.

(3) Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan problem posing suasana kelas cenderung agak gaduh karena siswa diberi kebebasan oleh guru pengajar.

(4) Menurut hasil penelitian Silver dan Cai, kelemahan utama dari penerapanproblem posing berkaitan dengan penguasaan bahasa dimana siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya.

Jadi,problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang memacu siswa untuk membuat pertanyaan atau permasalahan, dan siswa pula yang menganalisis jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan

20

Queen_Jamz,Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem posing, htpp:// queenjamz.blogspot.com., diakses pada tanggal 19 Agustus 2010 pukul 15.50 WIB

(29)

yang diajukan siswa beragam. Oleh karena itu, guru harus melakukan analisis penilaian problem posing baik dari segi kognitif, maupun dari segi afektifnya. Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing juga harus saling terpadu dan memerlukan persiapan yang matang dari guru.

2. Berpikir Kreatif

a. Hakikat Berpikir Kreatif

Edward mendefinisikan berpikir sebagai keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman.22 Sehingga dapat dikatakan tidak setiap orang yang cerdas memiliki tingkat berpikir yang bagus pula, karena keterampilan berpikir yang bagus didapat juga karena adanya kebiasaan atau pengalaman.

Sedangkan definisi kreativitas dirumuskan berdasarkan beberapa sudut pandang. Ada yang mendefinisikan kreativitas berdasarkan sudut pandang yang ditekankan pada kepribadian, dan ada juga mendefinisikan kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Sementara pandangan yang lain mendefinisikan kreativitas sejajar dengan kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikir divergen adalah kemampuan yang mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dari suatu masalah.

Analisis Rhodes tentang definisi kreativitas, yang dikutip kembali oleh Munandar, menyatakan tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Dari hasil analisisnya, Rhodes menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu perilaku kreatif. Sehingga Rhodes menyebut keempat jenis

definisi tentang kreativitas ini sebagai “Four P’s of Creativity: Person

Process, Press, dan Product”23

22

Edward de Bono,Revolusi Berpikir, (Bandung: Kaifa, 2007), hal. 24 23

(30)

Kreativitas memiliki definisi dari beberapa sudut pandang. Ada yang mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang ditekankan pada kepribadian, sementara pandangan lain mendefinisikan kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan, dan mendefinisikan kreativitas sejajar dengan kemampuan berpikir divergen.

Sedangkan definisi berpikir kreatif sendiri adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estesis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.24

Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi.

Baer mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen. Ada empat indikator berpikir divergen, yaitu:25

(1) Fluence yaitu kemampuan menghasilkan banyak ide.

(2) Flexibilityyaitu kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi. (3) Originality yaitu kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang

sebelumnya tidak ada.

(4) Elaboration yaitu kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide-ide yang rinci atau detail.

Berpikir kreatif bukanlah sebuah proses yang sangat terorganisasi. Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang

24

Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009), hal. 498-499

25

(31)

membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:26

(1)Mengajukan pertanyaan.

(2)Mempertimbangkan informasi baru dan tidak lazim dengan pikiran terbuka.

(3)Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda. (4)Menghubungkan-hubungkan berbagai hal dengan bebas.

(5)Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.

(6)Mendengarkan intuisi.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sesuai dengan indikator-indikatornya, diperlukan latihan pemikiran yang mendalam. Salah satunya adalah dengan seringnya mengajukan pertanyaan, karena pertanyaan merupakan pangkal kreativitas.

b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran

[image:31.598.131.526.95.474.2]

Dalam proses pembelajaran diperlukan latihan yang menguacu pada keterampilan berpikir. Kelas yang mementingkan keterampilan berpikir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Tabel 01: Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Keterampilan Berpikir

Siswa Guru

a. Memberi penjelasan dan uraian terhadap jawaban yang

dikemukakan

b. Menghasilkan ide baru

c. Memberi saran atau aktif dalam diskusi

d. Berinteraksi antara satu sama lain e. Terlibat dengan aplikasi

pengetahuan secara aktif f. Terlibat dengan aktivitas yang

autentik

a. Memberi waktu yang cukup bagi siswa untuk berpikir

b. Menyediakan soal dan tugas yang

meminta siswa memberi pendapat kepada penjelasan/informasi yang diberi

c. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan ide baru

d. Memodelkan pemikiran

e. Mengintegrasikan pengalaman siswa dengan pelajaran

f. Berperan sebagai fasilitator

g. Memberikan motivasi kepada siswa dalam penyelesaian masalah secara kreatif

26

(32)

c. Karakteristik Anak Kreatif

Menurut Treffinger yang dikutip Munandar, mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.27

Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

(1)Hasrat keingintahuan yang cukup besar. (2)Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. (3)Keinginan untuk menemukan dan meneliti.

(4)Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. (5)Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

(6)Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. (7)Berpikir fleksibel.

(8)Menanggapi pertanyaaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak.

(9)Memiliki semangat bertanya serta meneliti, dan lain-lain.28

Jadi, biasanya karakteristik anak yang kreatif yaitu selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya.

Dalam sumber lain mengatakan ciri-ciri kognitif orang yang kreatif antara lain:

(1) Sanggup berpikir dari satu ide ke segala arah (divergen) untuk mencari jawaban yang berbeda, yang mungkin dan kemampuan untuk berpikir dari segala arah (konvergen).

27

Utami Munandar,Op. Cit., hal. 35 28

(33)

(2) Fleksibilitas konseptual, kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang atau pendekatan kerja yang tidak jalan, luwes, sesuai dengan tuntutan dan kemungkinan yang ada.

(3) Kemampuan kuat untuk menghasilkan ide, gagasan yang biasa-biasa saja bahkan adakalanya bisa mengejutkan.

(4) Elaboratif terhadap tantangan, tidak menghindar dengan mencari simplisitas melainkan lebih menyukai tantangan.

d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas siswa

Seorang guru mempunyai peranan penting dalam pengembangan kreativitas siswanya. Oleh karena itu, Marzano yang dikutip Arnyana menyarankan kepada guru beberapa cara mengajarkan berpikir kritis-kreatif, yaitu:29

(1)Mempersiapkan materi pelajaran dengan baik. (2)Mendiskusikan materi pelajaran yang kontroversi.

(3)Mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.

(4)Menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang bervariasi terhadap suatu masalah.

(5)Menugaskan siswa menulis artikel untuk diterbitkan dalam satu jurnal. (6)Menganalisis artikel dari Koran atau media lain untuk menemukan

gagasan-gagasan baru.

(7)Memberikan masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda.

(8)Memberikan bacaan yang berbeda dengan tradisi siswa untuk diperdebatkan atau didiskusikan.

(9)Mengundang orang yang memiliki pandangan-pandangan yang kontroversial.

Dalam mengembangkan kreativitas, terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan, seperti melakukan pendekatan inkuiri, menggunakan teknik sumbang saran, memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif dan meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.30

29

Ida Bagus Putu Arnyana,Op. Cit.,hal. 500 30

(34)

e. Mengukur Kreativitas

Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu pengukuran langsung, pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan pengukuran ciri kepribadian kreatif, dan pengukuran potensi kreatif secara Non-test.

Di luar negeri telah berkembang beberapa tes kreativitas, di antaranya yaitu:31

(1) Tes kemampuan berpikir divergen (Guilford)

Model dengan tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelek mencakup dimensi operasi (proses) dengan lima kategori mental, dimensi konten dengan empat kategori, dan dimensi produk dengan enam kategori. (2) TesTorrancemengenai kemampuan berpikir kreatif

TesTorrance tentang berpikir kreatif terdiri dari bentuk verbal dan bentuk figural. Bentuk verbal terdiri dari tujuh sub-tes yaitu: mengajukan pertanyaan, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki produk, penggunaan tidak lazim, pertanyaan tidak lazim, dan aktivitas yang diandaikan. Bentuk figural terdiri dari tiga sub-tes: tes bentuk, gambar yang tidak lengkap, dan tes lingkaran.

(3) Tes berpikir kreatif– produksi menggambar. (4) Berpikir kreatif dengan bunyi dan kata.

(5) Inventory Khatena– Torrance mengenai Persepsi Kreatif

Tes untuk mengukur kreativitas meliputi aptitude traits (ciri kognitif dari kreativitas) dan non aptitude traits (ciri afektif dari kreativitas). Berikut ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude):32 (1)Keterampilan berpikir lancar (fluency)

31

Utami Munandar,Op. Cit, hal. 65-67

32

[image:34.598.132.522.107.494.2]
(35)

Berpikir lancar dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan. Indikator dari keterampilan berpikir lancar pada siswa, yaitu:

(a) Mengajukan banyak pertanyaan

(b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan (c) Mempunyai banyak gagasan

(2)Keterampilan berpikir luwes (fleksibility)

Keluwesan berarti kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Seseorang yang luwes dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga mampu mencari banyak alternatif pmecahannya. Adapun indikator dari keterampilan ini antara lain:

[image:35.598.137.524.105.483.2]

(a) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

(b) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda (c) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam

cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya (3)Keterampilan berpikir orisinal

Indikator dari keterampilan berpikir orisinal yaitu:

(a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain

(b) Mempertanyakan cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru

(c) Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain (d) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa sesuatu (4)Keterampilan merinci (elaboration)

(36)

(a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

(b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain,

(c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.

(d) Menambahkan garis-garis, warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

(5)Keterampilan menilai (evaluation) Indikator keterampilan menilai, yaitu:

(a) Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu

menanyakan “mengapa?”

(b) Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

(c) Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus. (d) Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi

menjadi peneliti atau penilai yang kritis.

f. Kendala-Kendala Kreativitas

Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya, seseorang dapat mengalami hambatan, kendala. Atau ransangan yang dapat merusak atau mematikan kreativitasnya. Schallcross menggolongkan kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam kendala historis, biologis, fisiologis, dan sosiologis.33

(1) Kendala Historis (2) Kendala Biologis

Dari sudut tinjau biologis, beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnya percaya bahwa lingkunganlah menjadi faktor penentu utama. Harus diakui bahwa gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas

33

(37)

intelegensi, tetapi sering dalam hal intelegensi kreatif, lebih banyak digunakan sebagai alasan daripada merupakan kenyataan.

(3) Kendala Fisiologis

Seseorang dapat mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan otak yang disebabkan penyakit atau kecelakaan. Ketunaan fisik dapat juga menjadi penghambat bagi seseorang yang menyandangnya untuk mengungkapkan kreativitasnya.

(4) Kendala Sosiologis

Lingkungan sosial mempunyai dampak terhadap kreativitas. Setiap masyarakat memiliki nilai, norma, dan tradisi tertentu, kegiatan, minat dan perilaku kolektif. Sering anggota masyarakat menganggap perilaku yang menyimpang dari norma sebagai tindakan yang tidak bermoral, jika menyimpang dari aturan atau hukum yang tertulis atau tidak tertulis. Penyimpangan dari pola perilaku kelompok dapat mengakibatkan hukuman atau dikucilkan masyarakat. Perilaku unik, saran-saran perubahan dapat dianggap subservif dan mengancam stabilitas dan keamanan yang diperoleh dari afiliasi kelompok.

Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi kreatif dan untuk mengungkapkan keunikan kita. Ungkapan kreatif melibatkan resiko pribadi.

(5) Kendala Psikologis

Dari kendala-kendala yang terdahulu, kendala yang paling utama dan penting mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologis terhadap perilaku kreatif.

Menurut Johnson, di antara banyak kendala yang menutup kreativitas, yang dapat merusak kreativitas yaitu sebagai berikut:

(1) Sensor internal dari seseorang.

(2) Orang-orang yang mencari kesalahan.

(38)

(5) Pengkotak-kotakan. (6) Memusuhi intuisi.

(7) Takut membuat kesalahan.

(8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung.34

Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi. Adapun Indikator-indikator berpikir kreatif yaitu berpikir lancar (fluence), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal (originality), dan merinci(elaboration). Berpikir kreatif dapat diukur berdasarkan ciri-ciri dari indikator-indikatornya.

3. Hubungan PendekatanProblem posing dan Berpikir Kreatif

Kreativitas berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapat menjadi sarana untuk menilai atau mengukur kemampuan kreatif siswa. Dari hasil penelitian dan pendapat para ahli tampak bahwa pengajuan masalah berkaitan dengan kreativitas dan begitu juga sebaliknya.

Kreativitas dalam mengajukan masalah diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu soal (masalah) yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya serta berbeda dari soal (masalah) lain yang dibuat berdasar sebuah informasi tugas.

Freire dalam kutipan Munandar, berpendapat kreativitas didasarkan pada pembelajaran dengan pengajuan. Sedangkan menurut Haylock bahwa

Problem posing situations can provide opportunities for pupils to demonstrate considerable creativity”. Demikian juga dengan Getzels &

34

(39)

Csikszentmihalyi dalam Silver yang menyatakan bahwa “The central of creative artistic experience is problem finding (posing).”35

[image:39.598.130.525.90.450.2]

Silver menjelaskan lebih rinci hubungan pengajuan masalah yang meliputi ketiga komponen utama kreativitas yaitu:36

Tabel 2.2 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah

Komponen Kreativitas Pengajuan Masalah

Kefasihan

Siswa membuat banyak masalah yang dapat dipecahkan. Siswa berbagi masalah yang diajukan.

Fleksibilitas Siswa mengajukan masalah yang dapat dipecahkan dengan cara yang berbeda-beda. Siswa menggunakan pendekatan

“bagaimana jika tidak” untuk

mengajukan masalah.

Kebaruan Kebaruan Siswa memeriksa beberapa

masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.

Pembahasan dari tabel di atas yaitu:

(1) Kefasihan dalam pengajuan masalah mengacu kepada kemampuan siswa membuat masalah sekaligus penyelesainya yang beragam dan benar. (2) Fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa

memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda terhadap masalah yang diajukannya.

(3) Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa dalam mengajukan masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan sebelumnya.37

35

Tatag Yuli Eko Siswono & Yeva Kurniawati, Penerapan Model Wallas untuk Mengidentifikasi Proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah Matematika dengan Informasi Berupa Gambar, (Jurnal Nasional MATEMATIKA, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, ISSN: 0852-7792), hal: 3

36Ibid 37

(40)

Pendapat di atas melihat bahwa kreativitas sebagai produk berpikir kreatif berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapat merupakan sarana untuk menilai (mengukur) sekaligus mendorong kemampuan kreatif siswa. Dalam problem posing siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan, dan bertanya merupakan pangkal semua kreasi. Memunculkan pertanyaan, membuat siswa terpacu untuk mencari penyelesaian dari pertanyaan tersebut. Sehingga langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing harus saling terpadu dan memerlukan persiapan yang matang dari guru. Hal ini menjadi sangat penting, agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan siswa dapat berperan aktif.

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya yaitu:

Tatag Yuli Eko Siswono berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan pengajuan masalah siswa juga meningkat dengan ditunjukkan semakin banyaknya siswa yang dapat membuat soal sekaligus penyelesaiannya dengan benar. Dalam pembelajaran untuk tiap siklus siswa aktif terlibat dalam pembelajaran dan guru mengajar sesuai dengan langkah pembelajaran yang disusun dalam silabus atau rencana penelitian.38

Penelitian lain dari Tatag Yuli Eko Siswono terkait problem posing

dan berpikir kreatif yaitu “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah dalam Menyelesaikan Masalah tentang Materi Garis dan Sudut Di Kelas VII SMPN 6 Sidoarjo.” Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pengajuan masalah (problem posing) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dan kebaruan.39

38

Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 14

39

(41)

Nurul Amelia dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsep ekosistem menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada konsep ekosistem dapat ditingkatkan dengan metodeproblem posing.40

Aceng Haetami dan Maysara menyatakan bahwa hasil belajar Kimia Dasar I meningkat setiap siklusnya, kualitas proses perkuliahan dan kemampuan dosen dalam mengaplikasikan model pembelajaran pencapaian konsep danproblem posing juga meningkat.41

Penelitian Imam Wahyudi menyatakan bahwa penerapan modelround table danproblem posing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Secara kuantitatif peningkatan hasil belajar setelah penerapan pembelajaran kooperatif model round tabledanproblem posing tersebut mencapai rata-rata sebesar 18,87 poin atau sebesar 37,74% dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.42

Siti Maimunah dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode problem posing secara kelompok dengan siswa yang menggunakan metodeproblem posing secara individu.43

I Gusti Putu Suharta dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan problem posing dapat memperbaiki kesalahan konsepsi. Hal ini berdasarkan pada persentase kesalahan konsepsi awal mahasiswa tentang pertidaksamaan, limit, diferensial dan integral berturut-turut yaitu 68,75% ; 42,5% ; 85% dan 81,67% berkurang menjadi 17,5% ; 15% ; 20% ; dan 3,3% setelah diterapkan pembelajaranproblem posing.44

40

Nurul Amelia,Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Posing pada Konsep Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2008), h. 65

41

Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (Jurnal MIPMIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 78

42

Imam Wahyudi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table dan Problem posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember,

(Jurnal Teknobel, September 2001, Volume 2, No. 2), hal. 97

43

Siti Maimunah,Perbedaan Hasil Belajar Kimia siswa dengan Menggunakan Metode Problem posing Secara Kelompok dan Metode Problem posing Secara Individu, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 63

44

(42)

Rina Nur Hidayati juga mengadakan penelitian tentang problem posing. Berdasarkan hasil penelitiannya, pembelajaran denganproblem posing pada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar biologi.45

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini, strategi problem posing terstruktur berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan skor rata-rata hasil belajar setelah menggunakan strategiproblem posing terstruktur yaitu 61,57, sedangkan yang tidak menggunakan strategiproblem posing terstruktur yaitu 55,00.46

Penelitian tentang berpikir kreatif yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Habibah pada pembelajaran Fisika konsep cahaya. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan metode eksperimen dibandingkan dengan siswa yang diajar secara konvensional.47

Dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsep keanekaragaman hayati, Ulfah Amalia menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) setiap siklusnya mengalami peningkatan berpikir kreatif. Pada siklus I diperoleh nilai N gain pada 0,2 (kategori rendah). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan dengan N gain 0,41 (kategori sedang). Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif siswa pada konsep keanekaragaman hayati dapat ditingkatkan melalui pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM).48

45

Rina Nur Hidayati,Aplikasi Pembelajaran Problem posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Surakarta, 2008), hal. 47

46

Lisnaini, Pengaruh Strategi Problem posing Terstruktur terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 61

47

Habibah, Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2009), h. 64

48

(43)

Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran analogi mengalami peningkatan menurut penelitian Eva Widiastuti. Hal ini dapat dilihat pada pada peningkatan setiap kategori berpikir kreatif.49

Berdasarkan penelitian Anny Muljatiningrum, Pembelajaran inkuiri menggunakan metode karyawisata dan diskusi berbasis multimedia dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif kelas karyawisata dapat mengembangkan keterampilan berpikir lancar, keterampilan menilai dan keterampilan berpikir asli, sedangkan kelas multimedia dapat mengembangkan keterampilan merinci.50

Ida Bagus Putu Arnyana juga melakukan penelitian tentang berpikir kreatif dengan hasil penelitian bahwa kelompok siswa yang belajar dengan strategi-strategi kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada kategori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung berada dalam kategori sedang.51

C. Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran biologi siswa seringkali merasa kesulitan memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata pelajaran yang paling menakutkan bagi mereka. Permasalahan lain menyangkut proses belajar mengajar adalah siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Sedangkan dalam pembelajaran biologi siswa seharusnya aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan

49

Eva Widyastuti,Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah dengan Pembelajaran Analogi di SMP X Bandung, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Bandung: Perpustakaan UPI, 2005), h. 59

50

Anny Muljatiningrum, dkk, Pembelajaran Inkuiri untuk Mengmbangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi, (Proceeding The Second International Seminar on Science Education, ISBN: 978-979-98546-4-2), hal. 524

51

(44)

berpikir kreatifnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi.

Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan adalah problem posing. Pembelajaran ini dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif, sebab pendekatan problem posing lebih terpusat pada kegiatan belajar siswa aktif (student active learning). Problem posing akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Selain itu juga siswa dapat menemukan ide-ide, konsep-konsep baru berdasarkan pengalaman yang ditemukan pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dalam kelas.

Pembelajaran biologi dengan pendekatan problem posing, yaitu pengajuan soal atau membuat pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan. Tujuannya adalah melatih siswa dalam berpikir sistematis, kreatif dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan hakikat biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa diintegrasikan dengan pengajaran kecakapan berpikir, karena kita menyadari bahwa pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.

(45)

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh pembelajaran problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Secara

operasional dapat dinyatakan “ kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 – 23 November 2010 pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Adapun tempat pelaksanaan penelitian bertempat di SMP Negeri 2 Ciruas.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Metode quasi eksperimen disebut juga dengan Pre Experimental Design (eksperimental yang belum baik).52 Quasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya. Perbedaannya pada penggunaan subjek yaitu pada quasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan menggunakan kelompok yang ada. Metode ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh langsung (sebab-akibat) dari perlakuan atau kondisi yang dimanipulasi.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini yaitu nonrandomized control group pretest-posttest design. Desain ini menggunakan dua kelas subjek yaitu kelas kontrol (tidak diberikan perlakuan, menggunakan metode konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan, menggunakan pendekatan problem posing). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini sebagai berikut:53

52

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Cet.III, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 84

53

(47)
[image:47.598.126.524.88.490.2]

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Grup Pretes Variabel terikat Postes

Eksperimen Y1 X Y2

Kontrol Y1 - Y2

Keterangan:

Y1: Nilai pretes

Y2: Nilai postes

X: Perlakuan (penggunaan pendekatanproblem posing).

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.54 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas.

Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi.55 Sampel dianggap mewakili populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas IX F, dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yaitu kelas IX B. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pemilihan kelompok pada teknik ini didasarkan atas ciri tertentu yang dipandang mempunya

Gambar

Grafik 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ......................................................56
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pokok Pembelajaran
Tabel 01: Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Keterampilan Berpikir
figural. Bentuk verbal terdiri dari tujuh sub-tes yaitu: mengajukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran kurikuler inovatif, aktif, menantang, dan kritis yang berpusat pada siswa dengan menggunakan masalah sebagai

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI : Studi Quasi Eksperimen

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan pembelajan problem posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi SPLDV dengan menerapkan Pendekatan Problem Posing di kelas VIII

Problem Based learning merupakan suatu model pembelajaran yang bisa melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara aktif untuk menyelesaikan suatu masalah dari

“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IIS di SMAN 3 Surabaya.” 6:236–41.. Panduan Praktis