• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X SMA METHODIST BERASTAGI T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X SMA METHODIST BERASTAGI T.A 2015/2016."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X SMA METHODIST BERASTAGI T.A 2015/2016

Oleh:

Robinson Harefa NIM. 4113111067

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel di Kelas X SMA Methodist Berastagi T.A 2015/2016

ROBINSON HAREFA (4113111067)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan pembelajan problem posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X SMA Methodist Berastagi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan pendekatan pembelajaran problem posing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA Methodist Berastagi T.A 2015/2016 sebanyak 22 orang.

Hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-3 diperoleh 18 orang siswa (81,82%) yang mencapai nilai persentase < 65% dan 4 orang siswa (18,,18%) yang mencapai nilai persentase ≥ 65% (syarat ketuntasan belajar TKPM) dengan rata – rata nilai pada tes awal 39,67.

Setelah pemberian tindakan pengajaran melalui pendekatan pembelajaran problem posing, nilai tes hasil belajar TKPM I di kelas X-3 dari 22 orang siswa, 11 orang siswa (50%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (yang mendapat nilai persentase ≥ 65%) sedangkan 11 orang siswa (50%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar TKPM dan nilai rata – rata kelasnya mencapai 56,02. Sedangkan setelah dilakukannya perbaikan dari siklus I pada siklus II, nilai tes hasil belajar TKPM siklus II dari 22 orang siswa siswa, 20 orang siswa (90,91%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (yang mendapat nilai persentase ≥65%) dan 2 orang siswa (9,09%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar TKPM dan nilai rata–rata kelasnya mencapai 78,54. Dengan kata lain, nilai dari ketuntasan klasikal tes hasil TKPM I di kelas X-3 mengalami peningkatan pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran problem posing di SMA Methodist Berastagi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat yang selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “upaya meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika melalui pendekatan problem posing pada materi

sistem persamaan linear dua variabel di kelas X SMA Methodist Berastagi T.A

2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED beserta para staf

pegawai di rektorat, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA

UNIMED beserta para staf pegawai di fakultas, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si

selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua

Program Studi Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Drs. Yasifati Hia,

M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. W.

Rajagukguk, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu dalam membimbing serta memberikan masukan kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, dan Ibu

Dra. Nerli K, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak saran

kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Drs. Togi Panjaitan, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva Chandra, S.Pd.K

selaku Kepala Sekolah SMA Methodist Berastagi, Ibu Esrany Hutabarat, S.Pd

selaku Guru Matematika kelas X SMA Methodist Berastagi, Guru beserta Staf

Pegawai SMA Methodist Berastagi yang telah banyak membantu dan

(5)

v

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Pdt. D.

Harefa, S.Th dan Ibunda M. Br. Sianturi yang selalu mendukung, mendoakan,

dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih

juga penulis ucapkan kepada Abang, Kakak, dan Adik yang penulis sayangi

Simon Harefa, Syukur Harefa, Rahmat Harefa, Firman Harefa, S.Pd.K, Agusman

Harefa, Wenni Harefa dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan

dukungan dan doa. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Riana

Febrina Tinambunan yang selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis

selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat

penulis Reynold Martua Sinambela, S.Pd, Arianti Evalida Sinulingga, S.Pd,

Apriani Manurung, S.Pd, Sari Muthia Silalahi, S.Pd, Sara Silpani Pandiangan,

S.Pd karena dorongan dan semangat yang diberikan sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

teman-teman seperjuangan jurusan matematika khususnya kelas dik A reguler 2011 yang

telah memberikan semangat dan doa, beserta semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam

menyelesaikan sripsi ini, namun penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun tata bahasa.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2016

Penulis,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan masalah 7

1.5 Tujuan penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah Matematika 9 2.1.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika 11 2.1.3 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13 2.1.4 Pendekatan Problem Posing 14 2.1.4.1.Pengertian Pendekatan Problem Posing 14 2.1.4.2.Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan

Problem Posing 16

2.1.4.3.Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing 20 2.1.5. Teori Belajar yang Mendukung 21 2.1.6. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 24

2.2.Penelitian Yang Relevan 28

2.3. Kerangka Konseptual 30

2.4. Hipotesis Tindakan 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 3.3. Subjek dan Objek Penelitian 33

(7)

vii

3.3.2. Objek Penelitian 33

3.4. Prosedur Penelitian 33

3.4.1. Siklus I 35

3.4.2. Siklus II 36

3.5. Alat Pengumpul Data 39

3.5.1. Lembar Observasi 39

3.5.2. Tes 39

3.6. Teknik Analisis Data 39

3.6.1. Reduksi Data 40

3.6.2. Paparan Data 40

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 46

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I 46

4.1.1.1 Permasalahan I 46

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I 47 4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 47

4.1.1.4 Observasi I 50

4.1.1.5 Analisis Data I 51

4.1.1.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika I 51 4.1.1.5.2 Analisis Kemampuan Guru Mengelola

Pembelajaran Siklus I 56

4.1.1.6 Refleksi Siklus I 58

4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 59

4.1.2.1 Permasalahan II 59

4.1.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah II 59 4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 61

4.1.2.4 Observasi II 64

4.1.2.5 Analisis Data II 64

4.1.2.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II 64

4.1.2.5.2 Analisis Kemampuan Guru Mengelola

Pembelajaran Siklus II 70

4.1.2.6 Refleksi Siklus II 71

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 74

5.2. Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 76

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Tes Awal 4

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Problem

Posing 17

Tabel 3.1. Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 41

Tabel 3.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 43

Tabel 3.3. Tingkat Pencapaian dan Kualifikasi Observasi 45

Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Awal 46

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil TKPM I 51

Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM I 52

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah pada TKPM I 53

Tabel 4.5. Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaiakan Pemecahan

Masalah pada TKPM I 54

Tabel 4.6. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil pada

TKPM I 55

Tabel 4.7. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa dari Hasil Tes Awal dengan TKPM I 55

Tabel 4.8. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Siklus I 56

Tabel 4.9. Deskripsi Hasil TKPM II 65

Tabel 4.10. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM II 65

Tabel 4.11. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah pada TKPM II 66

Tabel 4.12. Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaiakan Pemecahan

Masalah pada TKPM II 67

Tabel 4.13. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil pada

(9)

ix

Tabel 4.14. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa dari TKPM I dengan TKPM II 69

Tabel 4.15. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Siklus II 70

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 79

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 83

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 87

Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa I 93

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa II 97

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa III 100

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa IV 101

Lampiran 8 Alternatiff Pennyelesaian LAS I 102

Lampiran 9 Alternatiff Pennyelesaian LAS II 107

Lampiran 10 Alternatiff Pennyelesaian LAS III 110

Lampiran 11 Alternatiff Pennyelesaian LAS IV 113

Lampiran 12 Tes Kemampuan Awal 115

Lampiran 13 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal 116

Lampiran 14 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 117

Lampiran 15 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 118

Lampiran 16 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 120

Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 121

Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika I 122

Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika II 123

Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 124

Lampiran 21 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 127

Lampiran 22 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika 130

Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan I Siklus I 131

Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan II Siklus I 133

Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan I Siklus II 135

(12)

xii

Lampiran 27 Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal 139

Lampiran 28 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 140

Lampiran 29 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 142

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena

pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang.

Pendidikan juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualitas sumber daya manusia. Perkembangan dunia pendidikan yang semakin

pesat, menuntut lembaga pendidikan untuk bekerja lebih baik dalam

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan pendidikan yang ada di

negara kita. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan. Baik buruknya suatu proses pembelajaran

adalah salah satu faktor dominan dalam menentukan kualitas pendidikan.

Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki peran penting dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi. Matematika berperan untuk mempersiapkan siswa

agar sanggup menghadapi perubahan keadaan yang terus berkembang melalui

tindakan dasar pemikiran kritis, rasional dan cermat serta dapat menggunakan

pola pikir matematika baik dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253)

mengemukakan:

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir dalam

bernalar atau menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas yang menyebabkan

imajinasi (intuisi) dan penemuan, mengembangkan pemikiran divergen orisinal,

membuat prediksi, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

(14)

2

dalam menjelaskan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan belajar

matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar,

mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan

pemecahan masalah.

Matematika secara umum sangat sulit dipahami oleh siswa, terutama yang

berhubungan dengan pemecahan masalah. Hal ini terjadi karena matematika

memiliki obyek yang sifatnya abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup

tinggi untuk memahami setiap konsep-konsep matematika yang sifatnya hirearkis,

sehingga perlu menerapkan pendekatan-pendekatan pengajaran yang lebih baik

dan tepat untuk membantu penguasaan siswa sedini mungkin di tingkat sekolah

terhadap matematika.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa berimbas langsung

terhadap kurangnya pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa mencerminkan bahwa siswa

memiliki kesulitan dalam belajar matematika yang berkaitan dengan aspek

penalaran, pemahaman konsep, penerapan dan penyelesaian suatu masalah. Hal

ini dapat terjadi karena di dalam pembelajaran, banyak guru yang masih

mengunakan metode tradisional yang pembelajarannya berpusat pada guru

(teacher oriented) dan tidak melibatkan siswa untuk aktif.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga

disebabkan oleh proses pembelajaran matematika di kelas kurang meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) dan kurang

terkait langsung dengan kehidupan nyata sehari-hari. Pembelajaran seperti ini

tidak sejalan dengan tujuan pemberian matematika pada siswa SMA, yaitu agar

siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah, dan tidak sejalan pula dengan

prinsip pengembangan KTSP, yaitu berpusat pada potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya serta relevan dengan

kebutuhan kehidupan.

Permasalahan lain yang masih sering muncul adalah penggunaan metode

pembelajaran oleh guru yang kurang tepat. Pada umumnya, metode pembelajaran

(15)

3

adalah metode pembelajaran konvensional yang lebih banyak mengandalkan

ceramah. Dimana guru lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan

pengetahuan ke dalam diri siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa

memasuki kelas, siswa mempunyai bekal kemampuan dan pengetahuan yang

tidak sama. Siswa hanya ditempatkan sebagai obyek sehingga siswa menjadi pasif

dan tenggelam ke dalam kondisi belajar yang kurang merangsang aktivitas belajar

yang optimal. Seharusnya guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses

belajar mengajar seperti yang dikemukakan oleh Hudojo (2005:102):

“Strategi yang diambil dalam rangka pembaharuan pendidikan ini hendaknya guru mampu melibatkan siswanya secara aktif dalam proses belajarnya sehingga dapat meningkatkan daya kreatifitas dan berpikir pada siswa, yang dapat memperkuat motivasi mereka untuk belajar.”

Proses belajar yang memfokuskan pembelajaran kepada guru berdampak

pada sikap siswa yang kurang mandiri, tidak berani mengungkapkan pendapat

sendiri, selalu meminta bimbingan guru dan kurang gigih mencoba menyelesaikan

masalah matematika, sehingga pengetahuan yang dipahami siswa hanya sebatas

yang diberikan guru. Kenyataan pengajaran matematika seperti ini membuat

pengajaran matematika menjadi tidak menarik, siswa cenderung ramai,

mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak mampu

menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak

tertarik untuk belajar matematika yang pada akhirnya mengakibatkan penguasaan

siswa terhadap matematika menjadi relatif rendah. Hal ini juga terjadi di SMA

Methodist Berastagi.

Berdasarkan observasi awal penelitian di SMA Methodist Berastagi

didapat bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika masih

tergolong rendah. Siswa merasa bosan dan tidak tertarik belajar matematika. Hal

ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.

Seperti yang diungkapkan guru matapelajaran matematika kelas X SMA

Methodist Berastagi, Esrany Hutabarat, S.Pd “ Minat belajar siswa sangat kecil,

saat diberi soal, mereka malas mengerjakan. Siswa lebih suka bermain-main di

(16)

4

Hasil survei peneliti berupa pemberian tes awal kepada 22 orang siswa

kelas X-3 SMA Methodist Berastagi menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa masih sangat rendah seperti yang ditunjukkan pada

tabel 1.1

Tabel 1.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal

Nilai % TKPM Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa

TKPM < 65% 18 81,82%

TKPM ≥65% 4 18,18%

Dari keterangan data di atas terlihat jelas bahwa rata-rata kemampuan

siswa dalam pemecahan masalah masih sangat rendah. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa terdapat 18 orang siswa (81,82%) dengan nilai persentase

tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika < 65%, dan 4 orang siswa

(18,18%) dengan nilai persentase tingkat kemampuan pemecahan masalah

matematika ≥ 65%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa di kelas X-3 SMA Methodist Berastagi masih sangat

rendah. Setelah menelusuri ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas X-3 SMA Methodist Berastagi masih sangat

rendah yaitu guru kurang melatih siswa dalam pemecahan masalah.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah perlu adanya pembaharuan dibidang pendidikan antara lain

adalah pembaharuan metode atau peningkatan relevansi metode dan pendekatan

mengajar. Metode maupun pendekatan mengajar dikatakan relevan jika mampu

mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran.

Penggunaan pendekatan pembelajaran tidak mungkin sama untuk setiap

materi yang diajarkan dan pada jenjang yang berbeda. Dalam hal mengatasi

rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa , guru sebagai

faktor penting dalam pendidikan diberikan tanggung jawab, guru harus mampu

menemukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

Sebenarnya banyak cara bagaimana meningkatkan kemampuan

(17)

5

meningkatkan hasil belajar bagi peserta didik. Salah satu pendekatan

pembelajaran yang diprediksikan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa adalah pendekatan problem posing. Melalui

pendekatan problem posing ini siswa bisa terangsang untuk mengembangkan

pengetahuannya dengan cara yang mudah. Pengetahuan siswa dengan

pendekatan problem posing bisa dikembangkan dari yang sederhana hingga pada

pengetahuan yang kompleks. Selain itu, dengan pendekatan problem posing

tersebut siswa akan belajar sesuai dengan tingkat berpikirnya. Karena antara siswa

yang pandai dengan yang kurang pandai tidak diperlakukan sama. Mereka akan

belajar dengan pendekatan problem posing sesuai dengan pengetahuaan yang

telah mereka miliki sebelumnya. Dengan pendekatan problem posing ini

diharapkan siswa lebih bersemangat, kritis, kreatif, peka terhadap masalah yang

timbul serta mampu menyelesaikan masalah yang ada.

Adapun sebab mengapa menggunakan pendekatan problem posing

dikarenakan pendekatan ini memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat membuat

pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan. Proses belajar menngajar

melalui pendekatan problem posing dapat membiasakan siswa menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil. Pendekatan problem posing juga

mempermudah siswa dalam memahami soal-soal matematika dan

menyelesaikannya. Hal lain yang menyebabkan peneliti memilih pendekatan

problem posing dikarenakan disekolah SMA Methodist Berastagi belum pernah

diterapkan pendekatan problem posing.

Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal)

menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan

penyelesaian soal secara mendetail. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memiliki

pengetahuan yang lebih yang tidak hanya didapat dari guru tetapi juga dari

belajar mandiri.

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran problem posing dengan

(18)

6

dengan metode pembelajaran konvensional. Dengan demikian, pendekatan

problem posing berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

. Dengan demikian berdasar hal-hal tersebut, berarti pengembangan

kemampuan mengajukan soal sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran di

sekolah dan diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Tetapi karena pengajuan soal tersebut relatif “baru”, maka perlu diketahui bagaimana proses berpikir siswa dalam mengajukan soal agar dalam penerapannya di kelas tidak mengalami

kendala atau masalah.

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah sistem persamaan linear

dua variabel. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika, problem posing dapat diterapkan dalam

pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel. Melalui penerapan

pendekatan pembelajaran problem posing, peneliti mengharapkan dapat

membawa perubahan bagi siswa SMA Methodist Berastagi dalam mempelajari

materi sistem persamaan linear dua variabel sehingga kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa semakin meningkat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas X SMA Methodist Berastagi T.A 2015/2016 .”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yang

timbul sebagai berikut:

1. Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah

2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran

matematika

3. Pembelajaran cenderung dilakukan secara teacher oriented sehingga kurang

memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

(19)

7

4. Penggunaan pendekatan atau model pembelajaran yang kurang bervariasi

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka

masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu pada upaya meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika melalui pendekatan problem posing pada materi

sistem persamaan linear dua variabel di Kelas X SMA Methodist Berastagi T.A

2015/2016.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan

pendekatan problem posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di Kelas X

SMA Methodist Berastagi T.A 2015/2016?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui pendekatan problem

posing pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X SMA

Methodist Berastagi T.A 2015/2016

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata berupa

langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

melalui proses pembelajaran problem posing.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi guru,

siswa, sekolah dan peneliti lain.

1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan

pembelajaran problem posing.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perbaikan

(20)

8

dalam mengajar matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

problem posing sehingga proses belajar mengajar matematika tidak lagi

monoton.

3. Bagi peneliti, Sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga

pengajar di masa akan datang.

4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

inovasi pembelajaran matematika di sekolah guna peningkatan kualitas

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Pendekatan pembelajaran problem posing dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan sistem

persamaan linear dua variabel di SMA Methodist Berastagi. Berdasarkan hasil tes

kemampuan pemecahan masalah yang diberikan pada siklus I diperoleh nilai

rata-rata sebesar 56,02 dan meningkat pada siklus II menjadi 78,54. Pada siklus I

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 50% dan pada siklus II

meningkat menjadi 20 siswa atau 90,91%. Kemampuan guru mengelola

pembelajaran berada pada kategori baik.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan

kesimpulan hasil penelitian ini adalah:

1. Kepada Guru Matematika, diharapkan dapat melakukan variasi dalam

mengajar materi sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran problem posing sehingga proses belajar mengajar

matematika tidak lagi monoton.

2. Kepada siswa, diharapkan dapat mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

problem posing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika terkhusus pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

3. Kepada sekolah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika

di sekolah guna peningkatan kualiatas pengajaran.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang

(22)

75

pembelajaran yang sesuai, serta menguasai materi pokok yang diajarkan

supaya keberhasilan pembelajaran tercapai.

5. Kepada dunia pendidikan, dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran guna

kemajuan pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada

(23)

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Abdussakir. 2009. Pembelajaran Matematika Dengan Problem Posing. [Online]. (http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/pembelajaran-matematika-dengan-problem-posing/). [21 Februari 2015]

Arikunto, Suharsini, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

Harahap, Helmiwanida. 2012. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Mtsn Kota Medan Antara yang Diajar Melalui Pendekatan Problem Posing Kelompok Dan Individu. Tesis. Program Pascasarjana. Unimed. Medan.

Harianja, Marta E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Di Kelas Viii Smp N 1 Pangaribuan Tp 2011/2012. Skripsi. Fmipa. Unimed. Medan.

Hudojo, Herman. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hudojo, Herman.2005.Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: IKIP Malang.

Kadir.2009.Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pesisir, Jurnal Pendidikan Matematika Prosiding ISBN 978-979-16353-3-2, [17 Desember 2014]

KEMENDIKBUD.2010.Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD.Yogyakarta:PPPPTK Matematika.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Pennelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks

Lumbantoruan, Sotarduga. 2014. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Problem Posing Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Xi Ipa Sman 1 Lintongnihuta. Skripsi. Fmipa. Unimed. Medan.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

(24)

77

Marzuki.2012.Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung.Medan:Program Pascasarjana Unimed.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.

Ompusunggu, Vera DK. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik Dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa Smp Nasrani 2 Medan Melalui Pendekatan Problem Posing. Tesis. Program Pascasarjana. Unimed. Medan.

Permana, Achmad Shidiq. 2011. Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. (http://ashidiqpermana.wordpress.com/2011/05/17/ problem-posing-dalam-pembelajaran-matematika/) [21 Februari 2015]

Polya,G. 1973. How to Solve It:A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Pronceton University Press

Rasmianti, Ike, dkk. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus VI Kecamatan Banjar. Jurnal. Jurusan PGSD. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja

Ruseffendi. 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengejaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA Bandung: Tarsito

Sari, Yuriska M. 2012. Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika OPEN-ENDED Materi Pecahan Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika. Jurnal. Jurusan Matematika FMIPA. UNESA. Surabaya

Septiani, Maulina Dwi. 2013. Pembentukan Karakter Dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga Kelas VII. Skripsi. FMIPA. UNNES. Semarang.

Shadiq, Fajar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Siswono, Tatag Yuli E. 2002. Proses Berpikir Siswa dalam Pengajuan Soal. Jurnal. Jurusan Matematika FMIPA. UNNES. Semarang

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

(25)

78

Togala, Zulrahmat. 2013. Landasan Teori Belajar. [Online]. (https://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/landasan-teori-belajar/) [9 Februari 2016]

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa Dan Bagaimana

Mengembangkannya. Jurnal. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA. UNY. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 4.14. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
tabel 1.1 Tabel 1.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salatiga realized the importance of service quality Information Technology (IT), they implement the application system Sistem

Dengan adanya training guna menunjang keterampilan para staf karyawan untuk dapat membuat frenchise tetap berkembang, adanya support kepada frenchisee untuk memotivasi dan

Pada masa lalu, manusia masih mengandalkan peralatan analog untuk mengukur satuan waktu, tapi pada masa kini peralatan digital telah mengambil alih keadaan salah satunya adalah

untuk meningkatkan kemampuan pengucapan bahasa Inggris anak usia 5-6 tahun”. yang menggunakan metode deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan kelas, dengan hasil

Tulisan ini bertujuan memberikan gambaran tentang: 1) praktik kepemimpinan di Madrasah Al-Khairat Kendek, Banggai Laut; 2) Praktik manajemen di Madrasah Al-Khairat

Madiun, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu, dengan adanya pengembangan usaha menggunakan CRM ini di harapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam

Isi dari Akumulator A akan ditambahkan dengan isi dari memori RAM Internal di alamat 00H beserta carry flag dan hasilnya disimpan di Akumulator A, Apabila carry flag set maka

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul Ulama Program Takhasus menggunakan strategi Pembelajaran Kontekstual. Namun dalam