ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY
RATIO, DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA
TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO
PADA BANK PEMBAGUNAN DAERAH
Oleh : AHMAD FADHIL
106081002375
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Fadhil
Tempat/Tanggal lahir : Cairo, Mesir/10 Nopember 1988
Alamat : Jl. Mampang Prapatan XV No.17 Rt. 08/06
Jakarta Selatan 12780
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Telepon : 02199826643 - 085691916427
Email : ahmadfadhilfauzi@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : (Alm.) Fauzi Fathullah
Ibu : Ny. Yulinda Media Lubis
Pendidikan :
1. SDN Pancoran 01 Pagi Tahun 2000
2. Mts. Al-Khairiyah Tahun 2003
3. SMA SULUH Jakarta Tahun 2006
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio, and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate toward Credit Distribution and its implications on the Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks. This research used path analysis method with decomposition model and using the software Amos 18. The results of substructure I indicate that Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate have significantly effect to credit distribution. The results of substructure II indicate that Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio and Credit distribution have significantly effect to Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks.
vii ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat bank Indonesia terhadap penyaluran Kredit serta impikasinya pada Loan to Deposit Ratio di Bank Pembangunan Daerah. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi dan menggunakan software Amos 18. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Kredit berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio Bank Pembagunan Daerah.
viii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur hamba haturkan kepada Sang Maha Kuasa ALLAH
SWT. Yang telah memberikan rahmat, karunia, nikmat, serta ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO BANK PEMBANGUNAN DAERAH”. Sholawat serta Salam teruntuk junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW beserta Istri, Sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat, guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tentunya penulis menyadari bahwas sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibunda tercinta Ny. Yulinda Media Lubis yang telah sabar dan tulus ikhlas
membesarkan serta mendidik putra-putrinya. Terima kasih Mah. Semoga
Allah Subhanahu Wata’ala membalasnya dengan memberikan kebahagiaan
dunia akhirat, dan semoga penulis dapat membalas jasanya walaupun tidak
akan sebanding dengan apa yang telah diberikan, amin Ya Robbal ’Alamin
2. Ayahanda tersayang (Alm.) Fauzi Fathullah terima kasih buat semuanya.
Semoga ALLAH SWT berkenan mengampuni dosa-dosa beliau, dan
menerima seluruh amal beserta ibadahnya, amin Ya Robbal `Alamin.
Walaupun saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH
akan selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi
kebanggaan beliau dan keluarga.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
ix
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE. MAB, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak Suhendra, S. Ag, MM, selaku kepala Jurusan Manajemen. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk berkarya.
7. Segenap dosen dan pengajar yang telah memberikan sebagian ilmunya,
terutama ilmu ekonomi secara umum dan ilmu manajemen secara khusus.
8. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska,
Mas Heri, Pak Rahmat, Ibu Umi yang telah membantu penulis dalam
mengurus kebutuhan administrasi dan urusan menyangkut kegiatan
perkuliahan.
9. Kakak ku Ahmad Fajar SE, Adik ku Farah Muniati beserta keluarga besarku
yang turut memberikan dukungan dan doa kepada penulis, semoga Allah SWT
senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya.
10.Faizal, Agus dan Amero yang telah membantu penulis secara langsung dalam
penulisan skripsi ini (thanks bro).
11.Sahabat ku Hasan, Iqbal dan Farhan atas motivasi serta kritikan-kritikan yang
membangun.
12.Segenap Keluarga besar Manajemen B 2006, kawan-kawan manajemen
Perbankan, sahabat-sahabat Begajul (Agus, Diaz, Rayhan, Rifqi, Amero, Apri,
Eep, Eko, Erlangga, Fany, Alfian, Beno, Fadly) terima kasih untuk suka
maupun duka selama menjadi civitas akademika UIN Jakarta, semoga tali
silaturahmi kita akan terus terjalin sampai kapanpun.
13.Dhania untuk waktu, perjalanan cerita.
x
15.Ahmad Fadhil Fauzi yang telah melaksanakan tanggung jawabnya, jangan
pernah takut apalagi menyerah dalam menjalani kehidupan ini kecuali hanya
kepada ALLAH Rabbul `Alamin.
16.Pihak-pihak lain yang turut membantu, yang mungkin tidak disebutkan oleh
penulis semoga kebaikan kalian diberikan balasan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan guna perbaikan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya
kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Juni 2011
xi
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 13
7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) ... 23
B. Penelitian Sebelumnya ... 25
C. Keterkaitan Antar Variabel ... 31
D. Kerangka Berpikir ... 34
E. Hipotesis ... 37
BAB. III. METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
B. Metode Penentuan Sampel ... 38
C. Metode Pengumpulan Data ... 39
D. Metode Analisis ... 40
xii
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 52
B. Analisis ... 55
1. Analisis Deskriptif Variabel ... 55
2. Analisis Statistik ... 69
a. Analisis Korelasi ... 70
b. Substruktur I ... 73
c. Substruktur II ... 78
d. Uji Kesesuain Model (Goodness of Fit) ... 84
e. Trimming ... 86
f. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 102
B. Implikasi ... 104
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) 49
4.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah 54
4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah 56
4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah 59
4.4 Suku Bunga SBI 62
4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah 65
4.6 4.7
Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah
Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
67 70
4.8 Hasil Korelasi antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI 70
4.9 Pengaruh antara DPK CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit
74
4.10 Pengaruh antara DPK, CAR, Suku Bunga SBI, dan Kredit Pada LDR
79
4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit serta Implikasinya pada LDR
85
4.12 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming
88
4.13 Hasil Uji Pengaruh DPK, CAR, dan Kredit Pada LDR 89
4.14 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming 93
4.15 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang DPK (X1), CAR (X2), Suku Bunga SBI (X3), dan Kredit
(Y) pada LDR (Z)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berpikir 36
3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y 41
3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y terhadap Z 42
4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010 53
4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah 57
4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah 60
4.4 Suku Bunga SBI 64
4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah 66
4.6 Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah 68
4.7 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan 69
4.8 Diagram Jalur Substruktur I 73
4.9 Diagram Jalur Substruktur II 78
4.10 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming 87
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming 109
Lampiran 2 Hasil Uji Fit Sebelum Trimming 111
Lampiran 3 Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming 113
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang terus bergerak
maju yang saat ini telah tergolong menjadi Negara semi-industri,
melakukan segala kegiatan di semua sektor, terutama sektor riil dengan
tujuan memajukan perekonomian nasional dalam mengantisipasi
perkembangan dunia. Hal ini dilakukan karena untuk menjadi sebuah
Negara maju indikatornya adalah pertumbuhan dan perkembangan di
dunia usaha.
Ditengah-tengah persoalan pengangguran dan kemiskinan yang
masih dihadapi Indonesia, kehadiran industri padat karya yang luas
memang sangat dibutuhkan. Mendorong investasi terutama investasi yang
bersifat padat karya sangatlah penting untuk membantu meningkatkan
kapasitas perekonomian. Karena memacu pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi hanya akan
menghasilkan tekanan inflasi yang utamanya muncul akibat keterbatasan
dari sisi penawaran.
Selama satu dekade terakhir sejumlah negara mengalami krisis
parah, tidak hanya merugikan bagi sistem keuangan mereka tetapi juga
2
Indonesia akhir-akhir ini memang sedang membaik, ditengah gejolak
dampak krisis global yang juga membuat banyak Negara lain berkontraksi
cukup dalam yang sampai saat ini masih berlangsung.
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan tersebut perekonomian
Indonesia pada tahun 2009 masih dapat tumbuh sebesar 4,5%. Indonesia
merupakan salah satu dari tiga Negara yang berhasil membukukan
pertumbuhan positif pasca krisis selain China dan India. Ini dikarnakan
basis perekonomian yang banyak ditopang permintaan domestik yang
ternyata lebih memiliki daya tahan. Sedangkan pencapaian di tahun 2010
perekonomian Indonesia berhasil tumbuh sekitar 5%. Dan prediksi
pertumbuhan ekonomi untuk 2011 adalah 6-6,3%, hal tersebut dapat
dicapai apabila diimbangi dengan peningkatan investasi yang memadai.
Seperti kita ketahui dalam kurun waktu 15 tahun terakhir Indonesia
telah diterpa dua kali krisis. Yang pertama krisis keuangan Asia terjadi di
tahun 1997-1998 serta krisis global pada tahun 2008. Sejarah Krisis yang
pernah dialami Indonesia menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia
1997-1998 dan krisis global 2008 ditandai dengan net outflow yang tinggi,
setelah mengalami periode net inflow yang tinggi, yaitu pada tahun sebelumnya 1995-1996 dan 2007. Kedua krisis tersebut juga ditandai
dengan pertumbuhan kredit yang tergolong tinggi. Pada 1997, rasio
Kredit/GDP mencapai 60,2% dan pertumbuhan kredit year on year (yoy)
3
dan pertumbuhan kredit (yoy) mencapai 29% (Kajian Stabilitas Keuangan,
2010:21).
Untuk mencapai target 6-6,3% pertumbuhan perekonomian di 2011,
dibutuhkan aliran modal yang cukup besar yang sebaiknya dipenuhi dari
sumber dana domestik. Selain sumber daya modal, terdapat berbagai
faktor yang juga turut andil dalam proses peningkatan perekonomian
Negara, antara lain sumber daya manusia, infrastruktur dan energi serta
beberapa faktor lain. Sehingga perlu adanya iklim penggalian sumber daya
dalam negeri melalui mobilisasi dana masyarakat serta partisipasi
langsung dari Pemerintah sebagai regulator.
Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem
moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya
sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan
yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam
memobilisasi simpanan masyarakat untuk disaluran dalam bentuk dan
pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka
proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam
perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan
juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan
menentukan efektvitas pelaksanaan kebijakan moneter.
Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas
pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang
4 perekonomian. Dalam kebanyakan kasus krisis keuangan, sektor
perbankan selalu memainkan peran penting. Sebagai sektor yang sering
mendominasi dalam suatu perekonomian, sektor perbankan seringkali
memicu krisis atau memperburuk situasi. Mempertimbangkan dampaknya,
ketahanan perbankan merupakan baris pertahanan pertama yang penting
dalam usaha melindungi perekonomian. Berdasarkan logika ini, pemulihan
perbankan adalah langkah yang paling menentukan dalam penanganan
krisis keuangan. Misalnya, dalam krisis keuangan global terakhir hampir
semua negara maju bergantung pada pemulihan bank untuk mengakhiri
krisis tersebut. Banyak ekonom dan bankir yang menyadari masalah
dengan kerapuhan sektor perbankan.
Sumber dana modal dapat diperoleh melalui pinjaman atau
pembiayaan oleh lembaga-lembaga keuangan. Diantara lembaga-lembaga
keuangan yang ada di Indonesia, sektor industri perbankan mendominasi
pangsa sekitar 80% dari total asset sektor keuangan. Karna alasan tersebut
industri perbankan turut serta berperan aktif dalam rangka pertumbuhan
serta perkembangan perekonomian Indonesia.
Seperti yang telah diamanatkan dalam UU No.10 tahun 1998
dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dari
5
sebagai intermediary service antara pihak surplus dengan pihak deficit. Maksudnya adalah bank membantu pihak surplus dengan menghimpun
dana dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito. Setelah itu dana yang
berhasil terhimpun disalurkan kepada pihak deficit yaitu pihak-pihak yang
membutuhkan uang yang dislurkan dalam bentuk kredit modal kerja,
kredit investasi ataupun dalam bentuk kredit konsumsi.
Proses intermediasi ini merupakan fungsi dan tugas perbankan,
namun di sisi lain perbankan juga harus menjaga likuiditasnya, karena
bank harus menghadapi berbagai resiko yang harus dihadapi dan perlu
diantisipasi karena menghadapi ketidakpastian di masa mendatang.
Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah melalui otoritas moneter,
dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral, dengan
mengeluarkan rangkaian regulasi dibidang keuangan, moneter dan
perbankan yang berkelanjutan, dengan tujuan untuk menciptakan iklim
pebankan yang sehat, mandiri dan efisien.
Risiko likuiditas perbankan selama semester I 2010 moderat. Secara
umum, perbankan masih memiliki alat likuid yang cukup memadai untuk
memenuhi kewajibannya. Namun di sisi lain pertumbuhan kredit yang
lebih cepat dari pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) dapat
menimbulkan tekanan likuiditas, khususnya bagi bank yang memiliki alat
likuid terbatas. Selama semester I 2010, terjadi penurunan jumlah alat
likuid bank sebesar Rp 2,5 T, khususnya dalam bentuk tertiary reserves
6
Namun demikian, terindikasi adanya shifting dalam bentuk secondary
reserves yang meningkat cukup besar (11,52%) (Kajian Stabilitas
Keuangan, 2010:29).
Seperti dikutip dari Indonesian Financial Review, per 1 Maret 2011
lalu bank sentral menggulirkan dua kebijakan. Bank Indonesia
memberlakukan aturan baru tentang LDR (Loan to Deposit Ratio) bagi
industri perbankan nasional. Bank-bank diharuskan memiliki rasio
pengucuran kredit terhadap simpanan DPK dalam rentang 78-100%. Jika
LDR lebih rendah dari batas minimum, bank terkena pinalti berupa
tambahan setoran wajib minimum (GWM) ke BI sebesar 0,1 kali
simpanan rupiahnya untuk setiap 1% kekurangan LDR tersebut.
Sebaliknya, bank dengan LDR lebih tinggi dari batas atas dan memiliki
rasio CAR (kecukupan modal) kurang dari 14% akan dikenai disentif
berupa tambahan GWM 0,2 kali simpanan untuk setiap 1% kelebihan
LDR. Penalti tak berlaku jika CAR melebihi 14%. Satunya lagi kewajiban
menyangkut kewajiban bagi bank beraset di atas Rp 10 triliun untuk
mengumumkan prime lending rate alias suku bunga dasar kreditnya mulai
akhir Maret 2011 (Metta, 2011:3).
Kebijakan yang diambil Bank Indonesia selaku regulator perbankan
di Indonesia memang bertujuan baik yaitu agar kelebihan likuiditas di
bank-bank bermodal besar bisa diserap agar tak memicu inflasi dan
mendorong perbankan lebih aktif lagi dalam menyalurkan kredit dengan
7
pengucuran kredit yang berlebihan ini mengakibatkan turunnya kualitas
perbankan. Dan pada akhirnya dapat menyebabkan kredit bermasalah
bahkan mungkin kredit macet. Atau dengan kata lain dikhawatirkan
mengancam solvabilitas bank seperti saat periode 1997-1998.
Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Haddad
menyatakan BPD (Bank Pembangunan Daerah) memang masih memiliki
permasalahan di beberapa sektor, termasuk permodalan, likuiditas serta
struktur. Meski demikian dari total 26 bank pembangunan daerah beberapa
sudah berada pada titik aman modal, yaitu Rp 100 miliar dan sudah ada
satu BPD yang Go Pubic (http://majalah.tempointeraktif.com).
Menurut Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic
Intelligence (IEI), BPD memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan
dengan perekonomian daerah, dimana BPD tersebut berdiri. Selain
menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir
Pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga, BPD memiliki
karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN,
swasta, asing dan campuran) yakni sebagian besar DPK merupakan dana
milik pemerintah, khususnya Pemda. Berbeda dari perbankan secara
umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah,
namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak
stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil,
sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai
8
beroperasi di Indonesia, porsi kreditnya hanya sebesar 7,76 persen dari
total kredit perbankan nasional. Kredit yang disalurkan BPD memang
mengalami peningkatan. Namun, harus diakui bahwa porsi alokasi dana
BPD dalam bentuk SBI juga sangat tinggi, di mana di tahun 2007 telah
mencapai 24,35% dari total SBI. Sehingga, memang tidak seluruhnya
salah bila BPD dianggap belum sepenuhnya menjalankan fungsi
intermediasi dan menjadi penggerak utama bagi pembangunan ekonomi di
daerah (Republika, 9 Januari 2008:16).
2. Batasan Masalah
Pentingnya penelitian ini, karena persoalan likuiditas menjadi
kendala khusunya dalam BPD. Karateristik yang berbeda dengan
kelompok bank lainnya menjadi salah satu faktor. Rasio LDR merupakan
salah satu indikator yang menunjukkan fungsi intermediasi perbankan
ysng menunjukkan perbandinagan antara DPK dan kredit. Rasio LDR
yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau
menjadi tidak likuid dan sebaliknya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
stabilitas keuangan terganggu, sehingga dapat menghambat target
9
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, studi ini mengkaji pengaruh
beberapa variabel terhadap penyaluran kredit dan LDR pada Bank
10 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital
Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
terhadap Kredit.
2. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital
Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK (Dana
Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan
11 C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
terutama bertujuan:
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga),
CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank
Indonesia) terhadap Kredit.
b. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga),
CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank
Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to
Deposit Ratio).
c. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel
DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku
Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit
Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
2. Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
yang bersifat akademis maupun praktis.
a. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan
12
1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
2) Bagi civitas akademika dapat menambah informasi dan sumber
tambahan bahan kajian penelitian.
b. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat:
1) Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri, sehingga
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
2) Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan
masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Lembaga Keuangan
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di
Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang
kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Sedangkan dalam SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990
dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang
kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana,
penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi
perusahaan.
Menurut Sadono (2004:273) yang dimaksudkan dengan lembaga
keuangan atau instansi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan
utamanya meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka.
Lembaga-lembaga ini mendorong masyarakat untuk membuat tabungan
kepada mereka, dan sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi
“pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat.
Sedangkan menurut Rodoni (2007:2) lembaga keuangan (financial
institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun
14
Dapat disimpulkan yang di maksud lembaga keuangan adalah badan
usaha atau institusi yang memiliki kekayaan berupa aset-aset keuangan
dan aset-aset non keuangan yang dalam kegiatanya di dalam bidang
keuangan melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dengan imbalan
berupa bunga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan tujuan
membiayai investasi perusahaan.
Jenis-jenis lembaga keuangan yang lazim terdapat di suatu Negara
dapat dibedakan menjadi bank umum/bank perdagangan, bank tabungan,
perusahaan peminjaman, pasaran saham, dan perusahaan asuransi.
2. Bank
a. Pengertian Bank
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan,
bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit
unit). Serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
15
kepercayaan masyarakat. Menurut Mishkin (2007:9) bank (banks)
adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat
pinjaman.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa bank adalah badan
usaha atau lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan yang
menghimpun dana dari msyarakat dalam benruk simpanan dan
kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak-pihak
yang memerlukan dana dalam bentuk kredit serta memberikan
jasa-jasa lainnya dalam rangka memperlancar lalu lintas pembayaran.
b. Jenis-jenis Bank.
Adapun menurut Totok (2006:84), bank dan digolongkan
berdasarkan:
1) Jenis Bank Menurut Kegaitan Usaha
a) Bank Umum
b) Bank Perkreditan Rakyat
2) Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha
a) Bank Umum : Perseroan Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan
Daerah.
b) Bank Perkreditan Rakyat : Perusahaan Daerah, Koperasi,
Perseroan Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan dengan
16
3) Jenis Bank Menurut Target Pasar
a) Retail Bank
b) Corporate Bank
c) Retail-Corporate Bank
c. Fungsi Bank.
Menurut Totok (2006:9) dalam bukunya, fungsi bank yang lebih
spesifik adalah sebagai berikut:
1) Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau
kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun
penyaluran dana. Masyarakat akan berminat menitipkan dananya di
bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat
percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan
juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat
dapat menarik kembali simpanan dananya di bank. Pihak bank juga
akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur
atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank
percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya,
debitur akan mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu
membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa
debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman
17
2) Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor
moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan
dan saling berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain.
Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor
moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai
penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank
tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan
dengan uang, sehingga dapat membangun perekonomian
masyarakat.
3) Agent of Service
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan
ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat
secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa
pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian
jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
Dengan demikian secara umum, fungsi utama bank
18
menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit
(lending) untuk berbagai tujuan.Dan secara garis besar bank hanya
sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa adanya simpanan dana
dari masyarakat maka bank tidak dapat menjalankan kegiatan
operasionalnya.
3. LDR (Loan to Deposit Ratio)
Menurut Slamet (2006:165) LDR adalah perbandingan antara total
kredit yang diberikan dengan total DPK (dana pihak ketiga) yang dapat
dihimpun oleh bank. LDR juga akan menunjukan tingkat kemampuan
bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia
adalah sebesar 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah:
Sebelum terjadi krisis moneter, jika menggunakan rumus seperti
diatas banyak bank yang LDR-nya mencapai diatas 110%, hal ini
berakibat pada penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan
menjadi tidak sehat. Untuk itu Bank Indonesia membuat kebijakan bahwa
dalam penghitungan LDR Extended (LDR yang diperluas), dengan rumus:
19
Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta
menilai sampai sejauh mana bank memiliki kondisi “sehat” dalam
menjalankan fungsi bank sebagai lembaga intermediary. Menurut Slamet
(2006:166) LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja perbankan sebagai
lembaga intermediasi, yaiutu lembaga yang menghubungkan antara pihak
yang kelebihan dana (Unit Surplus of Funds) dengan pihak yang
membutuhkan dana (Unit Deficit of Funds).
Oleh karena itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui
apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya
dibatasi. Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan
kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah kredit yang
ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar
sementara bunga yang diterima oleh bank terlalu sedikit. Jika bank
mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko
kredit macet yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian
dan juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas bank.
4. Kredit
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
20
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan.
Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya.
Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa
kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian.
Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan,
sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjamanan
tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2003:101).
Berdasarkan pengertian di atas kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi kewajibannya dalam bentuk pokok pinjman, bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan atas dasar kepercayaan sesuai dengan jangka
waktunya.
5. DPK (Dana Pihak Ketiga)
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1)
disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
a. Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang
21
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah bukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan
sebagai alat pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro
memperoleh buku cek dan bilyet giro (Totok, 2006:97).
b. Deposito Berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara
deposan dan bank (Totok, 2006:97).
c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan
cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu.
Cara penarikan rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash
card atau kartu ATM, dan kartu debet (Totok, 2006:98).
d. Menurut Totok (2006:98) terdapat cara lain penghimpunan dana dari
deposan, antara lain :
1) Sertifikat Deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito
berjangka. Yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan, proses
penarikan dapat dilakukan atas unjuk siapapun yang memegang
bukti simpanan. Bunga sertifikat deposito dibayarkan di muka
yaitu saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito.
2) Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan
22
daripada tingkat bunga deposito berjangka dan lebih tinggi
daripada jasa giro.
3) Rekening giro terkait tabungan. Fasilitas ini memungkinkan
nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan,
namun tetap dapat menikmati kelebihan fasiitas rekening gironya
Penyetoran oleh nasabah selalu dimasukkan ke rekening tabungan,
sementara jika penarikan cek atau bilyet giro dan ternyata saldo
rekening giro tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan
pemindah bukuan dari tabungan ke rekening giro.
6. CAR (Capital Adequaacy Ratio)
Banks have to make decisions about the amount of capital they need
to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its
depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owners (equity holders) of the bank. Third, a minimum amount of bank capital (bank capital
requirement) is required by regulatory authorities (Mishkin, 2007:231).
Sedangkan menurut Slamet (2006:161), Capital Adequacy Ratio
(CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus
dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva
tertimbang. Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan dengan risiko
23
bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mangacu
pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for
Internastional Settelment (BIS). CAR dirumuskan sebagai berikut:
CAR = X100%
7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
a. Suku Bunga
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:505), interest rate is
the price paid for borrowing money for a priod of time, usually expressed as a percentage of the principal per year. Bunga bagi bank
berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa
yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus
dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman) (Kasmir, 2003:37).
Menurut Mishkin (2007:4), interest rate is the cost of borrowing
or the price paid for the rental of funds (usually expressed as a percentage of the rental of $100 per year).
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM
24
Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga
dalam mata uang Rupiah yangditerbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter,
BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam
paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral
di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai
Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi
kelebihan uang primer tersebut.
SBI merupakan simpanan bank-bank komersial di bank sentral.
Bunga SBI adalah premi yang dibayar bank sentral atas "deposito"
bank-bank tersebut. SBI digunakan sebagai alat penyedot rupiah yang
beredar. Jika rupiah dinilai sudah terlalu banyak (sehingga bisa
menurunkan nilai tukar rupiah atau mempercepat laju inflasi), bank
sentral akan memperkuat alat sedotnya. Oleh karena itu, suku bunga
SBI bisa menjadi semacam patokan. Suku bunga SBI akan
menentukan tingkat suku bunga yang lain: bunga deposito, kredit, dan
akhirnya bunga pinjaman antarbank atau interbank call-money
25 B. Penelitian Sebelumnya
Meydianawati (2007) Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006). Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap penawaran kredit
investasi dan modal kerja Bank Umum Indonesia secara parsial dan serempak
kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah
ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan
serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian pertama, pulihnya
kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan
pemerintah telah mendorong kenaikan DPK. Selain itu, program rekapitalisasi
perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank (yang
tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta NPLs yang berhasil ditekan telah
meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi
dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak
variabel-variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan
signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank
umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel
DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran
kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di
Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
26
Nasiruddin (2005) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi LDR
di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang periode 2003. Teknik
yang analisis digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis
menggunakan uji t dan uji F untuk menguji keberartian pengaruh secara
bersama-sama dengan tingkat signfikansi 5%. Hasil analisi menunjukkan
bahwa variabel tingkat kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap
LDR di BPR wilayah Jawa Tengah, variabel kredit bermasalah berpengaruh
signifikan terhadap LDR , variabel suku bunga kredit berpengaruh signifikan
terhadap LDR. Kemampuan prediksi dari tiga variabel dengan nilai adjusted R
Square sebesar 0,916 atau 91% sedang sisanya dipengaruhi variabel lain diluar
penelitian.
Arief (2007) meneliti tentang pengaruh jumlah penghimpunan dana
bank, suku bunga kredit modal kerja, dan tingkat laju inflasi terhadap jumlah
alokasi kredit modal kerja pada bank-bank umum di Indonesia (2001.01–
2006.04). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil
dari penelitian ini adalah jumlah penghimpunan dana secara individu
berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Jadi
semakin besar jumlah penghimpunan dana yang masuk ke bank semakin besar
pula jumlah alokasi kredit modal kerja. Tingkat inflasi secara individu
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap alokasi kredit modal
kerja. Suku bunga kredit modal kerja secara individu berpengaruh negatif dan
27
Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank
terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk
volume kredit perbankan yang go public di Indonesia. Metode analisis
digunakan metode statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes
digunakan untuk analisis parsial pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Uji F digunakan untuk analisis secara simultan variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa DPK dan laba atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk
volume kredit, hal itu menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885>
1.999 dan 2.583> 1.999) dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari
0,05. Rasio CAR yang positif dan tidak signifikan mempengaruhi volume
kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan
signifikansi 0.470> 0,05. NPF telah negatif dan tidak signifikan
mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel
(1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F
arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat
mengambil kesimpulan bahwa DPK, CAR, laba atas aset dan NPF memiliki
pengaruh simultan volume kredit.
Aryaningsih (2008) penelitian mengenai pengaruh Suku Bunga, Inflasi
dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang
Pembantu Kediri. Menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut; Pertama,
28
koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan kredit sebesar 65, 9%
sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Namun dari uji t,
diperoleh hitung lebih kecil dari t table, sehingga suku bunga tidak
berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Kedua, perhitungan
analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi
inflasi terhadap permintaan kredit sebesar 47,5%. Sisanya sekitar 52,5%
permintaan kredit dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan
dengan uji t variabel inflasi secara partial tidak berpengaruh banyak terhadap
permintaan kredit. Ketiga, perhitungan analisis regresi linier berganda secara
parsial diperoleh nilai koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan
kredit sebesar 73,9%. Sisanya sekitar 26,1% dipengaruhi oleh variabel lain.
Dari hasil perhitungan dengan uji t, variabel pendapatan berpengaruh secara
parsial terhadap permintaan kredit. Keempat, perhitungan uji statistika regresi
linier berganda secara simultan menunjukan suku bunga, inflasi, dan
pendapatan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
permintaan kredit. Hasil ini ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih
kecil dari F tabel sebesar 2,82.
Seandy (2010) meneliti pengaruh Capital adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Inflasi, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan
Echange Rate terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
variable-variabel independen; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange
29
dengan uji t, variabel; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange
Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat
signifikansi 0,000; 0,049; 0,005;dan 0,030, sedangkan variable pertumbuhan
DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,533 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh
variable-variabel penelitian sebesar 53,3 persen, sedangkan sisanya dijelaskan
oleh faktor-faktor lain.
Fikrulyn (2010) meneliti Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat
Penawaran Kredit dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Fungsi
Intermediasi Bank. Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Periode 2005-2010. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa
secara parsial dengan Uji t variabel-variabel independen: Dana Pihak Ketiga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Tingkat Penawaran Kredit berpengaruh positif dan
signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. NPL
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap LDR dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,269. Secara simultan dengan uji F variabel-variabel
independen: Dana Pihak Ketiga, Tingkat Penawaran Kredit dan Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh bersama-sama secara
signifikan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR). Nilai Adjusted R Square
30
Hesti Eliza (2010) meneliti tentang Analisis Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, Modal Inti dan Inflasi terhadap Pembiayaan serta Implikasinya kepada
FDR Pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum dan setelah
trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti dan inflasi memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia
sebesar 0,987. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel DPK, Modal
Inti dan Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum
trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti, Inflasi dan Pembiayaan
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR pada Bank Muamalat
Indonesia sebesar 0,825. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa
hanya variabel DPK dan Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap FDR.
Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui bahwa DPK dan
Pembiayaan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR Bank
Muamalat Indonesia sebesar 0,821. Hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa DPK memiliki pengaruh yang negatif terhadap FDR,
sedangkan Pembiayaan memiliki pengaruh yang positif terhadap FDR pada
31 C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Variabel DPK (Dana Pihak Ketiga).
DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabel endogen).
Menurut Condro (2007:86) kenaikan dan penurunan alokasi Kredit usaha
kerja karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada
bank umum. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada
bank umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi Kredit usaha
kerja. Dapat disimpulkan apabila variabel DPK mengalami kenaikan maka
pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan kenaikan.
DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio
(variabel endogen). Menurut Arifin (2006:155) bahwa simpanan (deposit
nasabah mempunyai pengaruh terhadap likuiditas. Fikrulyn (2010)
berpendapat, bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung
menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti
SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat jika
diberikan dalam bentuk kredit, yang menyebabkan penyaluran dana pihak
ketiga pada masyarakat mengalami penurunan dan menyebabkan LDR
menjadi rendah.
2. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio).
CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabek endogen).
32
variabel Kredit akan menyebabkan penurunan. Menurut Amiranti
(2009:53) hal ini dikarnakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank
tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat
sehingga mengurangi permodalan bank.
CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010), semakin
tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal
yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung
risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan
modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih
banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan
LDR itu sendiri.
3. Variabel Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).
Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Kredit (variabel
endogen). Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka
pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan penurunan.
Menurut Roy (2005:59), suku bunga SBI dapat mempengaruhi
perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena
tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku
bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku
bunga kredit juga akan naik sehingga mengurangi minat masyarakat untuk
33
Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Loan to Deposit
ratio (variabel endogen). Menurut Agus Tribawanto dalam Nasiruddin
(2005:26) menyatakan tingkat suku bunga pinjaman dan kolektibilitas
kredit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap macetnya KUT baik
secara individual maupun secara serempak sehingga dapat mempengaruhi
LDR nya. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka semakin rendah
LDR BPR karena BOR mempunyai kesulitan untuk membayar dana pihak
ketiga ini disebabkan pemasukan dari penghasilan bunga kredit berkurang.
Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka pengaruhnya
terhadap variabel LDR akan menyebabkan peningkatan.
4. Variabel Kredit.
Kredit (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio
variabel endogen). Apabilavariabel kredit mengalami kenaikan maka
pengaruhnya terhadap variabel LDR akan menyebabkan kenaikan. Hal ini
juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip
Siamat (2004:157), mengatakan bahwa likuiditas bank akan terjamin jika
aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan
34 D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh
data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data
yang telah diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang
telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti
merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode
analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur (path analysis). Hal ini
dikarenakan analisis jalur dapat menguji persamaan regresi yang melibatkan
beberapa variabel mediating /intervening atau variabel antara.
Ganbar diatas merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan
menggnakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk
sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau
melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14).
Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan
data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti
adalah BPD (Bank Pembangunan Daerah) di Indonesia yang berjumlah 26
bank. Variabel yang diteliti adalah DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital
Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia),
Kredit yang disalurkan dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Dalam penelitian ini
yang akan menjadi variabel eksogen adalah DPK, CAR dan Suku Bunga SBI.
35
Untuk pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk
pengambilan data Suku Bunga SBI diperoleh dari SEKI (Statistik Ekonomi
dan Keuangan Indonesia) di Perpustakaan Bank Indonesia. Kedua umtuk
pengambilan data DPK, CAR, Kredit dan LDR diambil dari SPI (Statistik
Perbankan Indonesia) pada BPD melalui situs (www.bi.go.id).
Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menetukan struktur
persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan
teori-teori yang ada. Kemudian data disimpan menggunakan software PASW
Statistics 18 dan diolah dengan menggunakan software AMOS 18. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan antar variabel, besarnya R Square
dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut
peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang
telah dilakukan.
Gambar berikut merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan
menggunakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk
sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau
melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14). Berikut ini adalah
gambaran mengenai kerangka berpikir yang peneliti bentuk secara sederhana
36
Bank Indonesia
Bank Pembagunan Daerah
Hubungan langsung dan tidak langsung
Interpretasi
Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
Kebijakan Moneter
DPK
LDR Kredit
CAR
SBI rx1x2
rx1x3
rx2x3
e1 e2
px1z
px3z
px2y
px1y px2z
px3y
pyz Gambar. 2.1
37 E. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku
Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit.
Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku
Bunga SBI terhadap Penyaluran Kredit.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga
SBI terhadap Penyaluran Kredit.
2. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga
SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan
variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku
Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap
LDR.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga
38 BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam
penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh DPK (Dana
Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Serifikat
Bank Indonesia) dan Penyaluran Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit
Ratio). Objek dalam penelitan ini adalah seluruh BPD (Bank Pembangunan
Daerah) yang beroperasi di Indonesia sebanyak 26 bank periode Juli 2005 –
Juni 2010.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling
dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau purposive
pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
semata (Rodoni, 2010:17).
Sampel penelitian ini berjumlah masing-masing 60 buah, yang terdiri
dari data dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, penyaluran kredit dan loan
to deposit ratio Bank Pembangunan Daerah serta suku bunga Sertifikat Bank
39 C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara:
1. Studi Kepustakaan
Untuk memperoleh informasi, landasan serta konsep yang kuat
dilakukan pencarian dari berbagai literatur, jurnal-jurnal yang
dipublikasikan, artikel, majalah serta berbagai sumber lainnya yang
berkaitan dengan topik.
2. Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data
yang sudah tersedia. Data sekunder yang digunakan merupakan data time
series yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Data tersebut meliputi:
a. Data DPK, CAR, Kredit dan LDR diperoleh dari laporan bulanan
Statistik Perbankan Indonesia pada Bank Pembangunan Daerah yang
ada di website bank Indonesia.
b. Data Suku Bunga SBI diperoleh dari laporan Statisitik Ekonoi dan
40 D. Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis).
Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga dapat
dikatakan merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (regression is special
case of path analysis).
Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model
yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan
lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi
dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi
oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan
nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit (Ghozali, 2008:21).
Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi
berganda dan bivariate. Analaisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang
melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga
memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau
variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan
langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar
variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap
variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah
41 X1
X2
X3
Y
e1
variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung (Ghozali, 2008:21).
Menurut Sugiyono (2007:297), penggunaan analisis jalur dalam analisis
data penelitian didasarkan pada bebrapa asumsi sebagai berikut.
1. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linier, aditif dan
kausal.
2. Variabel-variabel residual tidak berkolerasi dengan variabel yang
mendahuluinya, dan tidak juga berkolerasi dengan variabel yang lain.
3. Dalam model hanya terdapat jalur kausal/sebab-akibat searah.
4. Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari
sumber yang sama.
Berdasarkan kerangka berpikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2
(dua) substruktur linier sebagai berikut:
Substruktur I:
Gambar. 3.1
Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y
Substruktur I menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat
42
Substruktur II menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat
dinyatakan sebagai: Z = ρZX1+ ρZX2+ ρZX3 + ρZY+ε2
Hair et.al dalam Ghozali (2008:61), mengajukan tahapan pemodelan dan
analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah.
Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori
Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas,
dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan
variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat
43
seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas an
seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua
variable yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis
yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis
untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam
model merupakan dedukasi dari teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan
diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu
dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model
konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement
model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan
variabel indikator atau manifest.
Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan
Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate
lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian
atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam
program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah
menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier
harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik
estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukanb dengan
ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh
44
asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh
banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif
terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti,
weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan
asymptotivally distribution free (ADF).
Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktural
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering
didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan
dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi adalah
ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara
melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi
yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih
koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3)
nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4)
adanya nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien estimasi.
Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model
planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,
apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam
buku Imam terdiri dari:
1. Absolute Fit Measure
Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik
45
a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio
chi-square (χ2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of
freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang
diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini
menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p)
yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α ) dan ini menunjukkan
bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi
sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti
harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena
mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data
observasi.
b. CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini
untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al dalam Ghozali nilai ratio
5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable.
Peniliti lainnya seperti Byrne mengusulkan nilai ratio ini < 2
merupakan ukuran fit.
c. Goodness of Fit Index (GFI)
Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan
46
(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang
lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak
belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di
atas 90% sebagai ukuran good fit.
d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)
Root mean square error of approximination (RMSEA)
merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan
statistik chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar.
Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat
diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model
konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel
besar.
2. Incremental Fit Measures
Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan
baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan
model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.
a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of
freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null