• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY

RATIO, DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA

TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO

PADA BANK PEMBAGUNAN DAERAH

Oleh : AHMAD FADHIL

106081002375

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Fadhil

Tempat/Tanggal lahir : Cairo, Mesir/10 Nopember 1988

Alamat : Jl. Mampang Prapatan XV No.17 Rt. 08/06

Jakarta Selatan 12780

Agama : Islam

Warga negara : Indonesia

Telepon : 02199826643 - 085691916427

Email : ahmadfadhilfauzi@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : (Alm.) Fauzi Fathullah

Ibu : Ny. Yulinda Media Lubis

Pendidikan :

1. SDN Pancoran 01 Pagi Tahun 2000

2. Mts. Al-Khairiyah Tahun 2003

3. SMA SULUH Jakarta Tahun 2006

(7)

vi

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio, and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate toward Credit Distribution and its implications on the Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks. This research used path analysis method with decomposition model and using the software Amos 18. The results of substructure I indicate that Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate have significantly effect to credit distribution. The results of substructure II indicate that Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio and Credit distribution have significantly effect to Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks.

(8)

vii ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat bank Indonesia terhadap penyaluran Kredit serta impikasinya pada Loan to Deposit Ratio di Bank Pembangunan Daerah. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi dan menggunakan software Amos 18. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Kredit berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio Bank Pembagunan Daerah.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur hamba haturkan kepada Sang Maha Kuasa ALLAH

SWT. Yang telah memberikan rahmat, karunia, nikmat, serta ridho-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO BANK PEMBANGUNAN DAERAH”. Sholawat serta Salam teruntuk junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW beserta Istri, Sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat, guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Tentunya penulis menyadari bahwas sejak awal penyusunan hingga

terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi

dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu tak lupa pada kesempatan ini,

secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibunda tercinta Ny. Yulinda Media Lubis yang telah sabar dan tulus ikhlas

membesarkan serta mendidik putra-putrinya. Terima kasih Mah. Semoga

Allah Subhanahu Wata’ala membalasnya dengan memberikan kebahagiaan

dunia akhirat, dan semoga penulis dapat membalas jasanya walaupun tidak

akan sebanding dengan apa yang telah diberikan, amin Ya Robbal ’Alamin

2. Ayahanda tersayang (Alm.) Fauzi Fathullah terima kasih buat semuanya.

Semoga ALLAH SWT berkenan mengampuni dosa-dosa beliau, dan

menerima seluruh amal beserta ibadahnya, amin Ya Robbal `Alamin.

Walaupun saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH

akan selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi

kebanggaan beliau dan keluarga.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

(10)

ix

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE. MAB, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Bapak Suhendra, S. Ag, MM, selaku kepala Jurusan Manajemen. Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis

untuk berkarya.

7. Segenap dosen dan pengajar yang telah memberikan sebagian ilmunya,

terutama ilmu ekonomi secara umum dan ilmu manajemen secara khusus.

8. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska,

Mas Heri, Pak Rahmat, Ibu Umi yang telah membantu penulis dalam

mengurus kebutuhan administrasi dan urusan menyangkut kegiatan

perkuliahan.

9. Kakak ku Ahmad Fajar SE, Adik ku Farah Muniati beserta keluarga besarku

yang turut memberikan dukungan dan doa kepada penulis, semoga Allah SWT

senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya.

10.Faizal, Agus dan Amero yang telah membantu penulis secara langsung dalam

penulisan skripsi ini (thanks bro).

11.Sahabat ku Hasan, Iqbal dan Farhan atas motivasi serta kritikan-kritikan yang

membangun.

12.Segenap Keluarga besar Manajemen B 2006, kawan-kawan manajemen

Perbankan, sahabat-sahabat Begajul (Agus, Diaz, Rayhan, Rifqi, Amero, Apri,

Eep, Eko, Erlangga, Fany, Alfian, Beno, Fadly) terima kasih untuk suka

maupun duka selama menjadi civitas akademika UIN Jakarta, semoga tali

silaturahmi kita akan terus terjalin sampai kapanpun.

13.Dhania untuk waktu, perjalanan cerita.

(11)

x

15.Ahmad Fadhil Fauzi yang telah melaksanakan tanggung jawabnya, jangan

pernah takut apalagi menyerah dalam menjalani kehidupan ini kecuali hanya

kepada ALLAH Rabbul `Alamin.

16.Pihak-pihak lain yang turut membantu, yang mungkin tidak disebutkan oleh

penulis semoga kebaikan kalian diberikan balasan kebaikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak memiliki banyak

kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,

arahan maupun kritikan guna perbaikan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya

kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridho-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2011

(12)

xi

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 13

7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) ... 23

B. Penelitian Sebelumnya ... 25

C. Keterkaitan Antar Variabel ... 31

D. Kerangka Berpikir ... 34

E. Hipotesis ... 37

BAB. III. METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

B. Metode Penentuan Sampel ... 38

C. Metode Pengumpulan Data ... 39

D. Metode Analisis ... 40

(13)

xii

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 52

B. Analisis ... 55

1. Analisis Deskriptif Variabel ... 55

2. Analisis Statistik ... 69

a. Analisis Korelasi ... 70

b. Substruktur I ... 73

c. Substruktur II ... 78

d. Uji Kesesuain Model (Goodness of Fit) ... 84

e. Trimming ... 86

f. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 102

B. Implikasi ... 104

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) 49

4.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah 54

4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah 56

4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah 59

4.4 Suku Bunga SBI 62

4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah 65

4.6 4.7

Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah

Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen

67 70

4.8 Hasil Korelasi antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI 70

4.9 Pengaruh antara DPK CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit

74

4.10 Pengaruh antara DPK, CAR, Suku Bunga SBI, dan Kredit Pada LDR

79

4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit serta Implikasinya pada LDR

85

4.12 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming

88

4.13 Hasil Uji Pengaruh DPK, CAR, dan Kredit Pada LDR 89

4.14 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming 93

4.15 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang DPK (X1), CAR (X2), Suku Bunga SBI (X3), dan Kredit

(Y) pada LDR (Z)

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Berpikir 36

3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y 41

3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y terhadap Z 42

4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010 53

4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah 57

4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah 60

4.4 Suku Bunga SBI 64

4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah 66

4.6 Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah 68

4.7 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan 69

4.8 Diagram Jalur Substruktur I 73

4.9 Diagram Jalur Substruktur II 78

4.10 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming 87

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming 109

Lampiran 2 Hasil Uji Fit Sebelum Trimming 111

Lampiran 3 Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming 113

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang terus bergerak

maju yang saat ini telah tergolong menjadi Negara semi-industri,

melakukan segala kegiatan di semua sektor, terutama sektor riil dengan

tujuan memajukan perekonomian nasional dalam mengantisipasi

perkembangan dunia. Hal ini dilakukan karena untuk menjadi sebuah

Negara maju indikatornya adalah pertumbuhan dan perkembangan di

dunia usaha.

Ditengah-tengah persoalan pengangguran dan kemiskinan yang

masih dihadapi Indonesia, kehadiran industri padat karya yang luas

memang sangat dibutuhkan. Mendorong investasi terutama investasi yang

bersifat padat karya sangatlah penting untuk membantu meningkatkan

kapasitas perekonomian. Karena memacu pertumbuhan ekonomi tanpa

diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi hanya akan

menghasilkan tekanan inflasi yang utamanya muncul akibat keterbatasan

dari sisi penawaran.

Selama satu dekade terakhir sejumlah negara mengalami krisis

parah, tidak hanya merugikan bagi sistem keuangan mereka tetapi juga

(18)

2

Indonesia akhir-akhir ini memang sedang membaik, ditengah gejolak

dampak krisis global yang juga membuat banyak Negara lain berkontraksi

cukup dalam yang sampai saat ini masih berlangsung.

Dalam kondisi yang tidak menguntungkan tersebut perekonomian

Indonesia pada tahun 2009 masih dapat tumbuh sebesar 4,5%. Indonesia

merupakan salah satu dari tiga Negara yang berhasil membukukan

pertumbuhan positif pasca krisis selain China dan India. Ini dikarnakan

basis perekonomian yang banyak ditopang permintaan domestik yang

ternyata lebih memiliki daya tahan. Sedangkan pencapaian di tahun 2010

perekonomian Indonesia berhasil tumbuh sekitar 5%. Dan prediksi

pertumbuhan ekonomi untuk 2011 adalah 6-6,3%, hal tersebut dapat

dicapai apabila diimbangi dengan peningkatan investasi yang memadai.

Seperti kita ketahui dalam kurun waktu 15 tahun terakhir Indonesia

telah diterpa dua kali krisis. Yang pertama krisis keuangan Asia terjadi di

tahun 1997-1998 serta krisis global pada tahun 2008. Sejarah Krisis yang

pernah dialami Indonesia menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia

1997-1998 dan krisis global 2008 ditandai dengan net outflow yang tinggi,

setelah mengalami periode net inflow yang tinggi, yaitu pada tahun sebelumnya 1995-1996 dan 2007. Kedua krisis tersebut juga ditandai

dengan pertumbuhan kredit yang tergolong tinggi. Pada 1997, rasio

Kredit/GDP mencapai 60,2% dan pertumbuhan kredit year on year (yoy)

(19)

3

dan pertumbuhan kredit (yoy) mencapai 29% (Kajian Stabilitas Keuangan,

2010:21).

Untuk mencapai target 6-6,3% pertumbuhan perekonomian di 2011,

dibutuhkan aliran modal yang cukup besar yang sebaiknya dipenuhi dari

sumber dana domestik. Selain sumber daya modal, terdapat berbagai

faktor yang juga turut andil dalam proses peningkatan perekonomian

Negara, antara lain sumber daya manusia, infrastruktur dan energi serta

beberapa faktor lain. Sehingga perlu adanya iklim penggalian sumber daya

dalam negeri melalui mobilisasi dana masyarakat serta partisipasi

langsung dari Pemerintah sebagai regulator.

Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem

moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya

sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan

yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam

memobilisasi simpanan masyarakat untuk disaluran dalam bentuk dan

pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka

proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam

perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan

juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan

menentukan efektvitas pelaksanaan kebijakan moneter.

Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas

pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang

(20)

4 perekonomian. Dalam kebanyakan kasus krisis keuangan, sektor

perbankan selalu memainkan peran penting. Sebagai sektor yang sering

mendominasi dalam suatu perekonomian, sektor perbankan seringkali

memicu krisis atau memperburuk situasi. Mempertimbangkan dampaknya,

ketahanan perbankan merupakan baris pertahanan pertama yang penting

dalam usaha melindungi perekonomian. Berdasarkan logika ini, pemulihan

perbankan adalah langkah yang paling menentukan dalam penanganan

krisis keuangan. Misalnya, dalam krisis keuangan global terakhir hampir

semua negara maju bergantung pada pemulihan bank untuk mengakhiri

krisis tersebut. Banyak ekonom dan bankir yang menyadari masalah

dengan kerapuhan sektor perbankan.

Sumber dana modal dapat diperoleh melalui pinjaman atau

pembiayaan oleh lembaga-lembaga keuangan. Diantara lembaga-lembaga

keuangan yang ada di Indonesia, sektor industri perbankan mendominasi

pangsa sekitar 80% dari total asset sektor keuangan. Karna alasan tersebut

industri perbankan turut serta berperan aktif dalam rangka pertumbuhan

serta perkembangan perekonomian Indonesia.

Seperti yang telah diamanatkan dalam UU No.10 tahun 1998

dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam

rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dari

(21)

5

sebagai intermediary service antara pihak surplus dengan pihak deficit. Maksudnya adalah bank membantu pihak surplus dengan menghimpun

dana dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito. Setelah itu dana yang

berhasil terhimpun disalurkan kepada pihak deficit yaitu pihak-pihak yang

membutuhkan uang yang dislurkan dalam bentuk kredit modal kerja,

kredit investasi ataupun dalam bentuk kredit konsumsi.

Proses intermediasi ini merupakan fungsi dan tugas perbankan,

namun di sisi lain perbankan juga harus menjaga likuiditasnya, karena

bank harus menghadapi berbagai resiko yang harus dihadapi dan perlu

diantisipasi karena menghadapi ketidakpastian di masa mendatang.

Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah melalui otoritas moneter,

dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral, dengan

mengeluarkan rangkaian regulasi dibidang keuangan, moneter dan

perbankan yang berkelanjutan, dengan tujuan untuk menciptakan iklim

pebankan yang sehat, mandiri dan efisien.

Risiko likuiditas perbankan selama semester I 2010 moderat. Secara

umum, perbankan masih memiliki alat likuid yang cukup memadai untuk

memenuhi kewajibannya. Namun di sisi lain pertumbuhan kredit yang

lebih cepat dari pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) dapat

menimbulkan tekanan likuiditas, khususnya bagi bank yang memiliki alat

likuid terbatas. Selama semester I 2010, terjadi penurunan jumlah alat

likuid bank sebesar Rp 2,5 T, khususnya dalam bentuk tertiary reserves

(22)

6

Namun demikian, terindikasi adanya shifting dalam bentuk secondary

reserves yang meningkat cukup besar (11,52%) (Kajian Stabilitas

Keuangan, 2010:29).

Seperti dikutip dari Indonesian Financial Review, per 1 Maret 2011

lalu bank sentral menggulirkan dua kebijakan. Bank Indonesia

memberlakukan aturan baru tentang LDR (Loan to Deposit Ratio) bagi

industri perbankan nasional. Bank-bank diharuskan memiliki rasio

pengucuran kredit terhadap simpanan DPK dalam rentang 78-100%. Jika

LDR lebih rendah dari batas minimum, bank terkena pinalti berupa

tambahan setoran wajib minimum (GWM) ke BI sebesar 0,1 kali

simpanan rupiahnya untuk setiap 1% kekurangan LDR tersebut.

Sebaliknya, bank dengan LDR lebih tinggi dari batas atas dan memiliki

rasio CAR (kecukupan modal) kurang dari 14% akan dikenai disentif

berupa tambahan GWM 0,2 kali simpanan untuk setiap 1% kelebihan

LDR. Penalti tak berlaku jika CAR melebihi 14%. Satunya lagi kewajiban

menyangkut kewajiban bagi bank beraset di atas Rp 10 triliun untuk

mengumumkan prime lending rate alias suku bunga dasar kreditnya mulai

akhir Maret 2011 (Metta, 2011:3).

Kebijakan yang diambil Bank Indonesia selaku regulator perbankan

di Indonesia memang bertujuan baik yaitu agar kelebihan likuiditas di

bank-bank bermodal besar bisa diserap agar tak memicu inflasi dan

mendorong perbankan lebih aktif lagi dalam menyalurkan kredit dengan

(23)

7

pengucuran kredit yang berlebihan ini mengakibatkan turunnya kualitas

perbankan. Dan pada akhirnya dapat menyebabkan kredit bermasalah

bahkan mungkin kredit macet. Atau dengan kata lain dikhawatirkan

mengancam solvabilitas bank seperti saat periode 1997-1998.

Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Haddad

menyatakan BPD (Bank Pembangunan Daerah) memang masih memiliki

permasalahan di beberapa sektor, termasuk permodalan, likuiditas serta

struktur. Meski demikian dari total 26 bank pembangunan daerah beberapa

sudah berada pada titik aman modal, yaitu Rp 100 miliar dan sudah ada

satu BPD yang Go Pubic (http://majalah.tempointeraktif.com).

Menurut Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic

Intelligence (IEI), BPD memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan

dengan perekonomian daerah, dimana BPD tersebut berdiri. Selain

menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir

Pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga, BPD memiliki

karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN,

swasta, asing dan campuran) yakni sebagian besar DPK merupakan dana

milik pemerintah, khususnya Pemda. Berbeda dari perbankan secara

umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah,

namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak

stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil,

sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai

(24)

8

beroperasi di Indonesia, porsi kreditnya hanya sebesar 7,76 persen dari

total kredit perbankan nasional. Kredit yang disalurkan BPD memang

mengalami peningkatan. Namun, harus diakui bahwa porsi alokasi dana

BPD dalam bentuk SBI juga sangat tinggi, di mana di tahun 2007 telah

mencapai 24,35% dari total SBI. Sehingga, memang tidak seluruhnya

salah bila BPD dianggap belum sepenuhnya menjalankan fungsi

intermediasi dan menjadi penggerak utama bagi pembangunan ekonomi di

daerah (Republika, 9 Januari 2008:16).

2. Batasan Masalah

Pentingnya penelitian ini, karena persoalan likuiditas menjadi

kendala khusunya dalam BPD. Karateristik yang berbeda dengan

kelompok bank lainnya menjadi salah satu faktor. Rasio LDR merupakan

salah satu indikator yang menunjukkan fungsi intermediasi perbankan

ysng menunjukkan perbandinagan antara DPK dan kredit. Rasio LDR

yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau

menjadi tidak likuid dan sebaliknya. Hal tersebut dapat mempengaruhi

stabilitas keuangan terganggu, sehingga dapat menghambat target

(25)

9

Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, studi ini mengkaji pengaruh

beberapa variabel terhadap penyaluran kredit dan LDR pada Bank

(26)

10 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital

Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)

terhadap Kredit.

2. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital

Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK (Dana

Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI

(Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan

(27)

11 C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini

terutama bertujuan:

a. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga),

CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank

Indonesia) terhadap Kredit.

b. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga),

CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank

Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to

Deposit Ratio).

c. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel

DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku

Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit

Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

2. Manfaat

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

yang bersifat akademis maupun praktis.

a. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan

(28)

12

1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri

dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

2) Bagi civitas akademika dapat menambah informasi dan sumber

tambahan bahan kajian penelitian.

b. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat:

1) Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri, sehingga

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

2) Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan

masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Lembaga Keuangan

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di

Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang

kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada

masyarakat. Sedangkan dalam SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990

dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang

kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana,

penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi

perusahaan.

Menurut Sadono (2004:273) yang dimaksudkan dengan lembaga

keuangan atau instansi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan

utamanya meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka.

Lembaga-lembaga ini mendorong masyarakat untuk membuat tabungan

kepada mereka, dan sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi

“pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat.

Sedangkan menurut Rodoni (2007:2) lembaga keuangan (financial

institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun

(30)

14

Dapat disimpulkan yang di maksud lembaga keuangan adalah badan

usaha atau institusi yang memiliki kekayaan berupa aset-aset keuangan

dan aset-aset non keuangan yang dalam kegiatanya di dalam bidang

keuangan melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dengan imbalan

berupa bunga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan tujuan

membiayai investasi perusahaan.

Jenis-jenis lembaga keuangan yang lazim terdapat di suatu Negara

dapat dibedakan menjadi bank umum/bank perdagangan, bank tabungan,

perusahaan peminjaman, pasaran saham, dan perusahaan asuransi.

2. Bank

a. Pengertian Bank

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan,

bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan

dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit

unit). Serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar

(31)

15

kepercayaan masyarakat. Menurut Mishkin (2007:9) bank (banks)

adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat

pinjaman.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa bank adalah badan

usaha atau lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan yang

menghimpun dana dari msyarakat dalam benruk simpanan dan

kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak-pihak

yang memerlukan dana dalam bentuk kredit serta memberikan

jasa-jasa lainnya dalam rangka memperlancar lalu lintas pembayaran.

b. Jenis-jenis Bank.

Adapun menurut Totok (2006:84), bank dan digolongkan

berdasarkan:

1) Jenis Bank Menurut Kegaitan Usaha

a) Bank Umum

b) Bank Perkreditan Rakyat

2) Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha

a) Bank Umum : Perseroan Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan

Daerah.

b) Bank Perkreditan Rakyat : Perusahaan Daerah, Koperasi,

Perseroan Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan dengan

(32)

16

3) Jenis Bank Menurut Target Pasar

a) Retail Bank

b) Corporate Bank

c) Retail-Corporate Bank

c. Fungsi Bank.

Menurut Totok (2006:9) dalam bukunya, fungsi bank yang lebih

spesifik adalah sebagai berikut:

1) Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau

kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun

penyaluran dana. Masyarakat akan berminat menitipkan dananya di

bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat

percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,

uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan

juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat

dapat menarik kembali simpanan dananya di bank. Pihak bank juga

akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur

atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank

percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya,

debitur akan mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu

membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa

debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman

(33)

17

2) Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor

moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan

dan saling berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain.

Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor

moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai

penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk

kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank

tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi,

distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua

kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan

dengan uang, sehingga dapat membangun perekonomian

masyarakat.

3) Agent of Service

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan

penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa

perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan

ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat

secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa

pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian

jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

Dengan demikian secara umum, fungsi utama bank

(34)

18

menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan

kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit

(lending) untuk berbagai tujuan.Dan secara garis besar bank hanya

sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa adanya simpanan dana

dari masyarakat maka bank tidak dapat menjalankan kegiatan

operasionalnya.

3. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Menurut Slamet (2006:165) LDR adalah perbandingan antara total

kredit yang diberikan dengan total DPK (dana pihak ketiga) yang dapat

dihimpun oleh bank. LDR juga akan menunjukan tingkat kemampuan

bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang

bersangkutan. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia

adalah sebesar 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah:

Sebelum terjadi krisis moneter, jika menggunakan rumus seperti

diatas banyak bank yang LDR-nya mencapai diatas 110%, hal ini

berakibat pada penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan

menjadi tidak sehat. Untuk itu Bank Indonesia membuat kebijakan bahwa

dalam penghitungan LDR Extended (LDR yang diperluas), dengan rumus:

(35)

19

Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta

menilai sampai sejauh mana bank memiliki kondisi “sehat” dalam

menjalankan fungsi bank sebagai lembaga intermediary. Menurut Slamet

(2006:166) LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja perbankan sebagai

lembaga intermediasi, yaiutu lembaga yang menghubungkan antara pihak

yang kelebihan dana (Unit Surplus of Funds) dengan pihak yang

membutuhkan dana (Unit Deficit of Funds).

Oleh karena itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui

apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya

dibatasi. Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan

kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah kredit yang

ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar

sementara bunga yang diterima oleh bank terlalu sedikit. Jika bank

mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko

kredit macet yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian

dan juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas bank.

4. Kredit

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

(36)

20

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan

atau pembagian hasil keuntungan.

Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya.

Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa

kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian.

Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan,

sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjamanan

tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2003:101).

Berdasarkan pengertian di atas kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi kewajibannya dalam bentuk pokok pinjman, bunga imbalan atau

pembagian hasil keuntungan atas dasar kepercayaan sesuai dengan jangka

waktunya.

5. DPK (Dana Pihak Ketiga)

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1)

disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam

bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

a. Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang

(37)

21

untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah bukuan,

sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan

sebagai alat pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro

memperoleh buku cek dan bilyet giro (Totok, 2006:97).

b. Deposito Berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara

deposan dan bank (Totok, 2006:97).

c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan

cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu.

Cara penarikan rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash

card atau kartu ATM, dan kartu debet (Totok, 2006:98).

d. Menurut Totok (2006:98) terdapat cara lain penghimpunan dana dari

deposan, antara lain :

1) Sertifikat Deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito

berjangka. Yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan, proses

penarikan dapat dilakukan atas unjuk siapapun yang memegang

bukti simpanan. Bunga sertifikat deposito dibayarkan di muka

yaitu saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito.

2) Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu

tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan

(38)

22

daripada tingkat bunga deposito berjangka dan lebih tinggi

daripada jasa giro.

3) Rekening giro terkait tabungan. Fasilitas ini memungkinkan

nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan,

namun tetap dapat menikmati kelebihan fasiitas rekening gironya

Penyetoran oleh nasabah selalu dimasukkan ke rekening tabungan,

sementara jika penarikan cek atau bilyet giro dan ternyata saldo

rekening giro tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan

pemindah bukuan dari tabungan ke rekening giro.

6. CAR (Capital Adequaacy Ratio)

Banks have to make decisions about the amount of capital they need

to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its

depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owners (equity holders) of the bank. Third, a minimum amount of bank capital (bank capital

requirement) is required by regulatory authorities (Mishkin, 2007:231).

Sedangkan menurut Slamet (2006:161), Capital Adequacy Ratio

(CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus

dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva

tertimbang. Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan dengan risiko

(39)

23

bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mangacu

pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for

Internastional Settelment (BIS). CAR dirumuskan sebagai berikut:

CAR = X100%

7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)

a. Suku Bunga

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:505), interest rate is

the price paid for borrowing money for a priod of time, usually expressed as a percentage of the principal per year. Bunga bagi bank

berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa

yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual

produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus

dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus

dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh

pinjaman) (Kasmir, 2003:37).

Menurut Mishkin (2007:4), interest rate is the cost of borrowing

or the price paid for the rental of funds (usually expressed as a percentage of the rental of $100 per year).

b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM

(40)

24

Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga

dalam mata uang Rupiah yangditerbitkan oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter,

BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam

paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral

di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai

Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi

kelebihan uang primer tersebut.

SBI merupakan simpanan bank-bank komersial di bank sentral.

Bunga SBI adalah premi yang dibayar bank sentral atas "deposito"

bank-bank tersebut. SBI digunakan sebagai alat penyedot rupiah yang

beredar. Jika rupiah dinilai sudah terlalu banyak (sehingga bisa

menurunkan nilai tukar rupiah atau mempercepat laju inflasi), bank

sentral akan memperkuat alat sedotnya. Oleh karena itu, suku bunga

SBI bisa menjadi semacam patokan. Suku bunga SBI akan

menentukan tingkat suku bunga yang lain: bunga deposito, kredit, dan

akhirnya bunga pinjaman antarbank atau interbank call-money

(41)

25 B. Penelitian Sebelumnya

Meydianawati (2007) Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan

Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006). Tujuan dari penelitian ini

untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap penawaran kredit

investasi dan modal kerja Bank Umum Indonesia secara parsial dan serempak

kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah

ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan

serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian pertama, pulihnya

kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan

pemerintah telah mendorong kenaikan DPK. Selain itu, program rekapitalisasi

perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank (yang

tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta NPLs yang berhasil ditekan telah

meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi

dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak

variabel-variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan

signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank

umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel

DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran

kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di

Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

(42)

26

Nasiruddin (2005) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi LDR

di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang periode 2003. Teknik

yang analisis digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis

menggunakan uji t dan uji F untuk menguji keberartian pengaruh secara

bersama-sama dengan tingkat signfikansi 5%. Hasil analisi menunjukkan

bahwa variabel tingkat kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap

LDR di BPR wilayah Jawa Tengah, variabel kredit bermasalah berpengaruh

signifikan terhadap LDR , variabel suku bunga kredit berpengaruh signifikan

terhadap LDR. Kemampuan prediksi dari tiga variabel dengan nilai adjusted R

Square sebesar 0,916 atau 91% sedang sisanya dipengaruhi variabel lain diluar

penelitian.

Arief (2007) meneliti tentang pengaruh jumlah penghimpunan dana

bank, suku bunga kredit modal kerja, dan tingkat laju inflasi terhadap jumlah

alokasi kredit modal kerja pada bank-bank umum di Indonesia (2001.01–

2006.04). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil

dari penelitian ini adalah jumlah penghimpunan dana secara individu

berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Jadi

semakin besar jumlah penghimpunan dana yang masuk ke bank semakin besar

pula jumlah alokasi kredit modal kerja. Tingkat inflasi secara individu

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap alokasi kredit modal

kerja. Suku bunga kredit modal kerja secara individu berpengaruh negatif dan

(43)

27

Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank

terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk

volume kredit perbankan yang go public di Indonesia. Metode analisis

digunakan metode statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes

digunakan untuk analisis parsial pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Uji F digunakan untuk analisis secara simultan variabel

independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa DPK dan laba atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk

volume kredit, hal itu menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885>

1.999 dan 2.583> 1.999) dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari

0,05. Rasio CAR yang positif dan tidak signifikan mempengaruhi volume

kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan

signifikansi 0.470> 0,05. NPF telah negatif dan tidak signifikan

mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel

(1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F

arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat

mengambil kesimpulan bahwa DPK, CAR, laba atas aset dan NPF memiliki

pengaruh simultan volume kredit.

Aryaningsih (2008) penelitian mengenai pengaruh Suku Bunga, Inflasi

dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang

Pembantu Kediri. Menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut; Pertama,

(44)

28

koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan kredit sebesar 65, 9%

sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Namun dari uji t,

diperoleh hitung lebih kecil dari t table, sehingga suku bunga tidak

berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Kedua, perhitungan

analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi

inflasi terhadap permintaan kredit sebesar 47,5%. Sisanya sekitar 52,5%

permintaan kredit dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan

dengan uji t variabel inflasi secara partial tidak berpengaruh banyak terhadap

permintaan kredit. Ketiga, perhitungan analisis regresi linier berganda secara

parsial diperoleh nilai koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan

kredit sebesar 73,9%. Sisanya sekitar 26,1% dipengaruhi oleh variabel lain.

Dari hasil perhitungan dengan uji t, variabel pendapatan berpengaruh secara

parsial terhadap permintaan kredit. Keempat, perhitungan uji statistika regresi

linier berganda secara simultan menunjukan suku bunga, inflasi, dan

pendapatan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan kredit. Hasil ini ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih

kecil dari F tabel sebesar 2,82.

Seandy (2010) meneliti pengaruh Capital adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Loan (NPL), Inflasi, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

Echange Rate terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan

variable-variabel independen; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange

(45)

29

dengan uji t, variabel; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange

Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat

signifikansi 0,000; 0,049; 0,005;dan 0,030, sedangkan variable pertumbuhan

DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R

Square sebesar 0,533 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh

variable-variabel penelitian sebesar 53,3 persen, sedangkan sisanya dijelaskan

oleh faktor-faktor lain.

Fikrulyn (2010) meneliti Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat

Penawaran Kredit dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Fungsi

Intermediasi Bank. Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Periode 2005-2010. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa

secara parsial dengan Uji t variabel-variabel independen: Dana Pihak Ketiga

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,000. Tingkat Penawaran Kredit berpengaruh positif dan

signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. NPL

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap LDR dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,269. Secara simultan dengan uji F variabel-variabel

independen: Dana Pihak Ketiga, Tingkat Penawaran Kredit dan Non

Performing Loan (NPL) berpengaruh bersama-sama secara

signifikan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR). Nilai Adjusted R Square

(46)

30

Hesti Eliza (2010) meneliti tentang Analisis Pengaruh Dana Pihak

Ketiga, Modal Inti dan Inflasi terhadap Pembiayaan serta Implikasinya kepada

FDR Pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum dan setelah

trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti dan inflasi memiliki pengaruh

secara bersama-sama terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia

sebesar 0,987. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel DPK, Modal

Inti dan Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum

trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti, Inflasi dan Pembiayaan

memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR pada Bank Muamalat

Indonesia sebesar 0,825. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa

hanya variabel DPK dan Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap FDR.

Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui bahwa DPK dan

Pembiayaan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR Bank

Muamalat Indonesia sebesar 0,821. Hasil pengujian secara parsial

menunjukkan bahwa DPK memiliki pengaruh yang negatif terhadap FDR,

sedangkan Pembiayaan memiliki pengaruh yang positif terhadap FDR pada

(47)

31 C. Keterkaitan Antar Variabel

1. Variabel DPK (Dana Pihak Ketiga).

DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabel endogen).

Menurut Condro (2007:86) kenaikan dan penurunan alokasi Kredit usaha

kerja karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada

bank umum. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada

bank umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi Kredit usaha

kerja. Dapat disimpulkan apabila variabel DPK mengalami kenaikan maka

pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan kenaikan.

DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio

(variabel endogen). Menurut Arifin (2006:155) bahwa simpanan (deposit

nasabah mempunyai pengaruh terhadap likuiditas. Fikrulyn (2010)

berpendapat, bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung

menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti

SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat jika

diberikan dalam bentuk kredit, yang menyebabkan penyaluran dana pihak

ketiga pada masyarakat mengalami penurunan dan menyebabkan LDR

menjadi rendah.

2. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio).

CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabek endogen).

(48)

32

variabel Kredit akan menyebabkan penurunan. Menurut Amiranti

(2009:53) hal ini dikarnakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank

tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat

sehingga mengurangi permodalan bank.

CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010), semakin

tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal

yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung

risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan

modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih

banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan

LDR itu sendiri.

3. Variabel Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Kredit (variabel

endogen). Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka

pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan penurunan.

Menurut Roy (2005:59), suku bunga SBI dapat mempengaruhi

perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena

tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku

bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku

bunga kredit juga akan naik sehingga mengurangi minat masyarakat untuk

(49)

33

Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Loan to Deposit

ratio (variabel endogen). Menurut Agus Tribawanto dalam Nasiruddin

(2005:26) menyatakan tingkat suku bunga pinjaman dan kolektibilitas

kredit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap macetnya KUT baik

secara individual maupun secara serempak sehingga dapat mempengaruhi

LDR nya. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka semakin rendah

LDR BPR karena BOR mempunyai kesulitan untuk membayar dana pihak

ketiga ini disebabkan pemasukan dari penghasilan bunga kredit berkurang.

Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka pengaruhnya

terhadap variabel LDR akan menyebabkan peningkatan.

4. Variabel Kredit.

Kredit (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio

variabel endogen). Apabilavariabel kredit mengalami kenaikan maka

pengaruhnya terhadap variabel LDR akan menyebabkan kenaikan. Hal ini

juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip

Siamat (2004:157), mengatakan bahwa likuiditas bank akan terjamin jika

aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan

(50)

34 D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh

data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data

yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang

telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti

merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode

analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur (path analysis). Hal ini

dikarenakan analisis jalur dapat menguji persamaan regresi yang melibatkan

beberapa variabel mediating /intervening atau variabel antara.

Ganbar diatas merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan

menggnakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk

sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau

melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14).

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan

data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti

adalah BPD (Bank Pembangunan Daerah) di Indonesia yang berjumlah 26

bank. Variabel yang diteliti adalah DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital

Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia),

Kredit yang disalurkan dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Dalam penelitian ini

yang akan menjadi variabel eksogen adalah DPK, CAR dan Suku Bunga SBI.

(51)

35

Untuk pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk

pengambilan data Suku Bunga SBI diperoleh dari SEKI (Statistik Ekonomi

dan Keuangan Indonesia) di Perpustakaan Bank Indonesia. Kedua umtuk

pengambilan data DPK, CAR, Kredit dan LDR diambil dari SPI (Statistik

Perbankan Indonesia) pada BPD melalui situs (www.bi.go.id).

Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai

melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menetukan struktur

persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan

teori-teori yang ada. Kemudian data disimpan menggunakan software PASW

Statistics 18 dan diolah dengan menggunakan software AMOS 18. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan antar variabel, besarnya R Square

dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut

peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang

telah dilakukan.

Gambar berikut merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan

menggunakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk

sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau

melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14). Berikut ini adalah

gambaran mengenai kerangka berpikir yang peneliti bentuk secara sederhana

(52)

36

Bank Indonesia

Bank Pembagunan Daerah

Hubungan langsung dan tidak langsung

Interpretasi

Pengujian Hipotesa

Uji Kesesuaian Model

Kebijakan Moneter

DPK

LDR Kredit

CAR

SBI rx1x2

rx1x3

rx2x3

e1 e2

px1z

px3z

px2y

px1y px2z

px3y

pyz Gambar. 2.1

(53)

37 E. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku

Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit.

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku

Bunga SBI terhadap Penyaluran Kredit.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga

SBI terhadap Penyaluran Kredit.

2. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga

SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan

variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku

Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap

LDR.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga

(54)

38 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam

penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh DPK (Dana

Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Serifikat

Bank Indonesia) dan Penyaluran Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit

Ratio). Objek dalam penelitan ini adalah seluruh BPD (Bank Pembangunan

Daerah) yang beroperasi di Indonesia sebanyak 26 bank periode Juli 2005 –

Juni 2010.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling

dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau purposive

pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi

semata (Rodoni, 2010:17).

Sampel penelitian ini berjumlah masing-masing 60 buah, yang terdiri

dari data dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, penyaluran kredit dan loan

to deposit ratio Bank Pembangunan Daerah serta suku bunga Sertifikat Bank

(55)

39 C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara:

1. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh informasi, landasan serta konsep yang kuat

dilakukan pencarian dari berbagai literatur, jurnal-jurnal yang

dipublikasikan, artikel, majalah serta berbagai sumber lainnya yang

berkaitan dengan topik.

2. Data Sekunder

Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data

yang sudah tersedia. Data sekunder yang digunakan merupakan data time

series yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Data tersebut meliputi:

a. Data DPK, CAR, Kredit dan LDR diperoleh dari laporan bulanan

Statistik Perbankan Indonesia pada Bank Pembangunan Daerah yang

ada di website bank Indonesia.

b. Data Suku Bunga SBI diperoleh dari laporan Statisitik Ekonoi dan

(56)

40 D. Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis).

Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga dapat

dikatakan merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (regression is special

case of path analysis).

Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang

digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model

yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan

lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi

dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi

oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan

nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit (Ghozali, 2008:21).

Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi

berganda dan bivariate. Analaisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang

melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga

memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau

variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan

langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar

variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap

variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah

(57)

41 X1

X2

X3

Y

e1

variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung (Ghozali, 2008:21).

Menurut Sugiyono (2007:297), penggunaan analisis jalur dalam analisis

data penelitian didasarkan pada bebrapa asumsi sebagai berikut.

1. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linier, aditif dan

kausal.

2. Variabel-variabel residual tidak berkolerasi dengan variabel yang

mendahuluinya, dan tidak juga berkolerasi dengan variabel yang lain.

3. Dalam model hanya terdapat jalur kausal/sebab-akibat searah.

4. Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari

sumber yang sama.

Berdasarkan kerangka berpikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2

(dua) substruktur linier sebagai berikut:

Substruktur I:

Gambar. 3.1

Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y

Substruktur I menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat

(58)

42

Substruktur II menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat

dinyatakan sebagai: Z = ρZX1+ ρZX2+ ρZX3 + ρZY+ε2

Hair et.al dalam Ghozali (2008:61), mengajukan tahapan pemodelan dan

analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah.

Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori

Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas,

dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan

variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat

(59)

43

seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas an

seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua

variable yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis

yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis

untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam

model merupakan dedukasi dari teori.

Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan

diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu

dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model

konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement

model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan

variabel indikator atau manifest.

Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan

Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate

lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian

atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam

program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah

menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier

harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik

estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukanb dengan

ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh

(60)

44

asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh

banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif

terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti,

weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan

asymptotivally distribution free (ADF).

Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktural

Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering

didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan

dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi adalah

ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara

melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi

yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih

koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3)

nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4)

adanya nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien estimasi.

Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit

Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model

planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,

apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam

buku Imam terdiri dari:

1. Absolute Fit Measure

Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik

(61)

45

a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio

chi-square (χ2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of

freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang

diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini

menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p)

yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α ) dan ini menunjukkan

bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi

sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti

harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena

mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data

observasi.

b. CMIN/DF

Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.

Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini

untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al dalam Ghozali nilai ratio

5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable.

Peniliti lainnya seperti Byrne mengusulkan nilai ratio ini < 2

merupakan ukuran fit.

c. Goodness of Fit Index (GFI)

Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan

(62)

46

(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang

lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak

belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di

atas 90% sebagai ukuran good fit.

d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)

Root mean square error of approximination (RMSEA)

merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan

statistik chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar.

Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat

diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model

konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel

besar.

2. Incremental Fit Measures

Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan

baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan

model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.

a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan

pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of

freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null

Gambar

Gambar. 2.1
Gambar. 3.1
Gambar. 3.2
Tabel. 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

¾ If the audit risk assessment (derived from business risk) considers overstatement of a balance (e.g. an asset) or class of transactions (e.g. a cost) to be a possibility, then the

Berdasarkan dengan metode Irr maka proyek ini kita terima jika rate of return yang bakal diterima dari proyek ini adalah sama dan bahkan lebih besar daripada cost of capital

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

2) Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung pemasaran

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran yang bervariasi dalam pengembangan kognitif melalui media berbasis alam sangatlah penting bagi anak TK Pertiwi Kroyo

Kеpuаsаn nаsаbаh dipеrolеh pаdа sааt mеrеkа tеlаh pеrcаyа tеrhаdаp produk dаn fаsilitаs yаng sеsuаi dеngаn hаrаpаn yаng diinginkаn sааt pеrtаmа

Penelitian sebelumnya tentang estimasi parameter model regresi data panel random effect dengan metode generalized least squares ( GLS) yang dilakukan oleh Novi Aulia

14 Metode ini akan peneliti lakukan kepada kepala sekolah yaitu wawancara yang berhubungan dengan keseluruhan yang menyangkut profil SD Negeri 04 Majalangu dan