• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI

EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

SKRIPSI

Oleh : Eko Saputra 201110230311290

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI

EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Eko Saputra

201110230311290

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. JudulSkripsi : Kompetensi Sosial Pada Remaja Yang Mengikuti

Ekstrakulikuler Paskibra Dan Tidak Mengikuti

Ekstrakulikuler Paskibra

2. Nama Peneliti : Eko Saputra

3. NIM : 201110230311290

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 11 Desember 2015 – 9 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada Dewan Penguji

Ketua Penguji : Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si

Anggota Penguji : 1. Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA 2. Moh. Shohib, S.Psi, M.Si

3. Adyatman Prabowo, S.Psi, M.Psi

Pembimbing I Pembimbing II

Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA

Malang, 4 Februari 2016 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Eko Saputra

Nim : 201110230311390

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Kompetensi Sosial Pada Remaja Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Paskibra Dan Tidak Mengikuti Ekstrakulikuler Paskibra

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak

Bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang–undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 23 Februari 2016

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Eko Saputra

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI

EKSTRAKULIKULER PASKIBRA” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat

memperoleh gelar Kesarjanaan dibidang Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis. Sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si dan Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA selaku Dosen Pembimbing 1 dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi serta memberikan petunjuk yang sangat bermanfaat guna penyusunan skripsi ini.

3. Ari Firmanto, S.Psi, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dimulai dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi

4. Dinas Pendidikan Kota Malang, SMAN 3 Malang, SMAN 1 Malang, SMAN 4 Malang, SMAN Laboratorium UM Malang, dan Purna Paskibraka Indonesia Kota Malang yang telah memberikan ijin dalam penyebaran angket serta memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

5. Ayahanda Rihollah dan Ibunda Lilik Supriyatin selaku orang tua penulis beserta keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan doa serta motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Bang diffi, bang jojon, bang manda,bang adin, ilham, ezra, ghoni, cintaka, kevin, wildan, lukman, sonia, mas avo, anys, dan dan rekan–rekan angkatan 2011 Fakultas Psikologi khususnya kelas E yang telah memotivasi dan membantu selama proses penyusunan skripsi.

7. Satuan paskibra SMAN 1 Malang, SMAN 3 Malang, SMAN 4 Malang, SMA LAB UM Malang, dan Purna Paskibraka Indonesia Kota Malang.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga mendapat balasan dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Malang, 16 Februari 2016

Penulis

Eko Saputra

(6)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN Kompetensi Sosial ... 4

Remaja ... 6

Ekstrakulikuler ... 6

Paskibra ... 6

Kompetensi Sosial Dengan Ekstrakulikuler Paskibra ... 7

Hipotesis ... 8

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ... 8

Subjek penelitian ... 8

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 8

Prosedur dan Analisis Data Penelitian ... 9

HASIL PENELITIAN ... 10

DISKUSI ... 12

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 14

REFERENSI ... 15

LAMPIRAN... 17

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Validitas Instrumen Penelitian ... 9

Tabel 2. Indeks Realibilitas Instrumen Penelitian ... 9

Tabel 3. Deskripsi Jumlah Subjek Penelitian ... 10

Tabel 4. Penghitungan T-Skor Skala Kompetensi Sosial Pada Remaja Paskibra ... 10

Tabel 5. Penghitungan T-Skor Skala Kompetensi Sosial Pada Remaja Non Paskibra ... 10

Tabel 6. Hasil Anaslisis Uji Independen Sample t-Test Skala Kompetensi Sosial ... 11

Tabel 7. Hasil Anaslisis Uji Independen Sample t-Test per Aspek ... 11

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Kompetensi Sosial Try Out ... 18

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliability Skala Kompetensi Sosial ... 21

Lampiran 3. Blue Print Skala Kompetensi Sosial ... 26

Lampiran 4. Skala Kompetensi Sosial Penelitian ... 26

Lampiran 5. Data Kasar Penelitian Paskibra... 29

Lampiran 6. Data Kasar Penelitian Non Paskibra ... 36

Lampiran 7. Output Analisa t-Test Skala Kompetensi Sosial... 43

Lampiran 8. Output Analisa t-Test Aspek Kompetensi Sosial ... 44

Lampiran 9. Surat Perizinan Bukti Penelitian ... 47

(9)

1

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI

EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI

EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

Eko Saputra

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Eikosaputra13@gmail.com

Abstrack

Kompetensi sosial merupakan sesuatu hal yang harus dimiliki oleh remaja, yang diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman individu berinteraksi dengan orang lain. Ekstrakulikuler paskibra merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangan diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi sosial antara remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Penelitian ini menggunakan skala kompetensi sosial dengan model skala likert. Jumlah subjek sebanyak 300 yang terdiri dari 150 subjek yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan 150 subjek yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan rentan usia 16-17 tahun. Subjek di ambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan nilai sig (2-tailed) 0,000<0,05, dengan demikian terdapat perbedaan kompetensi sosial antara remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Sedangkan jika dilihat dari nilai mean, remaja yang mengikuti paskibra memiliki tingkat kompetensi sosial yang lebih tinggi yaitu 91,84 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti paskibra sebesar 83,98.

Kata kunci : Kompetensi Sosial, Ekstrakulikuler Paskibra, Remaja.

Social competence is something that should be owned by teenagers, obtained through learning and experience individual interact with others. Ekstrakulikuler paskibra is one of the activities whose aim is to develop themselves. The purpose of this study is to find is there any difference betwen competence sosial teeneger follow ekrtrakulikuler paskibra with teenager who did not attend ekstrakulikuler paskibra. This study using scale social competence with a model likert scale. The number of subject 300 consisting of 150 a subject follow ekstrakulikuler paskibra and 150 a subject not follow ekstrakulikuler paskibra with susceptible age 16-17 years. Any subject at take to technique purposive sampling. The research result show value sig (2-tailed) 0,000 < 0,05, thus there is a difference betwen competence sosial teenager follow ekstrakulikuler paskibra with teenager who did not attend ekstrakulikuler paskibra. Whereas if seen from its mean value, teens who follow paskibra to have a social competence higher namely 91,84 commpared with teenager who did not attend paskibra of 83,98.

(10)

2

Masa remaja adalah periode transisi, dimana seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari anak-anak menjadi dewasa (Santrock, 2003). Pada proses perkembangannya masa remaja sering menghadapi berbagai permasalahan. Masa remaja sering di anggap masa krisis dalam kehidupannya, karena pada masa ini semua aspek perkembangannya baik psikis, sosial, fisik, dan moral sedang mencapai puncaknya, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja saat ini dan saat yang akan datang.

Bertambahnnya aktivitas dan pergaulan yang semakin bertambah luas diluar lingkungan keluarga memaksa remaja untuk berinteraksi dengan masyarakat dewasa. Remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Agustin, 2006). Kemudian pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu, Havighurst (dalam Hurlock, 1999) tugas-tugas perkembangan pada usia remaja adalah mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan, menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan karir ekonomi, dan mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Sedangkan menurut Erikson (dalam Santrock, 2012) mengungkapkan, pada masa remaja individu dihadapkan pada tantangan untuk menemukan siapa dirinya, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana yang hendak mereka tempuh.

Kasus kenakalan remaja semakin banyak terjadi dalam kurun waktu belakangan ini. Remaja yang seharusnya mencapai salah satu tugas perkembangannya yaitu mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab pada kenyataan banyak terlibat tindakan-tindakan kriminal yang tidak bertanggung jawab. Kebanyakan tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja adalah pencurian, narkoba, sex bebas, dan tawuran. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh globalisasi yang membawa dampak pada bertambahnya tingkat kriminalitas yang dilakukan pada anak usia remaja dan rendahnya tingkat kompetensi sosial pada remaja.

Dari tugas-tugas perkembangan remaja dan beberapa kasus kenakalan remaja yang terjadi perlu adanya kompetensi sosial untuk mendapatkan perkembangan yang baik untuk menjadi dewasa dan berperilaku sosial yang baik. Sebagai makhluk sosial remaja harus mempunyai sejumlah kemampuan yang baik dalam kehidupan sosialnya. Kemampuan tersebut biasa juga di sebut sebagai kompetensi sosial. Wels dan Bierman (dalam Rahman, 2010) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai sebuah kemampuan serta perilaku yang dibutuhkan anak-anak untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya dengan masyarakat.

Kompetensi sosial menjadi hal yang penting pada remaja dalam peran sebagai makhluk sosial. Hasil penelitian Wardani (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kompetensi sosial dengan peyesuaian sosial pada remaja. Tariq (2011) dalam penelitiannya menghasilkan remaja yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi tidak akan mengalami kesepian. Dari hasil penelitian di atas kompetensi sosial banyak terkait dengan perilaku sosial yang baik dan dapat memberi kontribusi terhadap tercapainya penyesuaian terhadap lingkungan sosial yang baik pada remaja.

Gresham & Elliott (dalam Rahman, 2010) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi memiliki ciri-ciri yaitu assertif, perilaku berinisiatif seperti menanyakan informasi kepada orang lain, memperkenalkan diri, dan menanggapi tindakan orang lain. Kooperatif, meliputi perilaku seperti menolong orang, berbagi sesuatu, menaati aturan, serta memenuhi permintaan orang lain. Empati, yaitu perilaku yang menunjukkan

(11)

3

kepedulian serta penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain. Tanggung jawab, yaitu menggambarkan kemampuan berkomunikasi dengan orang dewasa dan penghormatan terhadap kepemilikan benda atau pekerjaan yang dilakukan. Pengendalian diri, yaitu perilaku-perilaku yang muncul saat situasi konflik, meliputi tindakan tepat ketika menghadapi hal-hal yang menggangu, atau berkompromi akan sesuatu. Dari beberapa ciri-ciri kompetensi sosial yang sudah di sebutkan memang sangat di butuhkan pada perkembangan remaja. Hal ini dapat di buktikan dalam beberapa penelitian yang sudah dilakukan. Sriyanto, dkk (2014) menyatakan bahwa pembentukan sikap dan perilaku asertif sangat penting pada masa remaja sebab masa ini merupakan masa yang menentukan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya dan perilaku asertif memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Kemudian Supeni (2011) mengatakan tanggung jawab berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dengan demikian sangat penting memiliki kompetensi sosial yang baik bagi remaja.

(Hurlock,1999) mengatakan bahwa kompetensi sosial bukan merupakan faktor bawaan, melainkan diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman individu berinteraksi dengan orang lain. Sekolah merupakan salah satu sarana yang tepat dalam proses belajar dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses belajar dan berinteraksi dengan orang lain, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam ligkungan sekolah. Salah satunya adalah dengan mengikuti ekstrakulikuler. Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 62 tahun 2014 ekstrakulikuler adalah suatu kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dalam rangkamemperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasikan nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, mauoun global untuk membentuk insan yang sepenuhnya. Ekstrakuikuler sendiri menurut Wahab (2008) adalah segala macam aktifitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah yang merupakan media bagi siswa untuk mengembangkan bakat, kemampuan, potensi dan diberbagai bidang di luar akademik.

Ada beberapa jenis ekstrakulikuler di sekolah seperti ekstrakulikuler seni, ekstrakulikuler kelompok ilmiah, ekstrakulikuler olahraga, ekstrakulikuler organisasi dan kepemimpinan, dan ekstrakulikuler kerohanian. Dari beberapa jenis ekstrakulikuler tersebut memiliki manfaat yang berbeda. Pada ekstrakulikuler seni memiliki manfaat menyalurkan dan mengasah kreativitas seni yang dimiliki, dan membuat untuk lebih sabar, tekun, sensitif dan lebih bisa menghargai keindahan. Pada ekstrakulikuler kelompok ilmiah memiliki manfaat melatih diri untuk berfiki tajam, analitik, memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu, lebih konsentrasi, dan punya kemampuan lebih di bidang ilmiah. Pada ekstrakulikuler olahraga memiliki manfaat untuk membuat badan jadi lebih sehat, bugar, semangat dan melatih untuk memiliki jiwa sportivitas yang tinggi. Pada ekstrakulikuler organisasi dan kepemimpinan bermanfaat untuk melatih jiwa kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi. Melatih diri bersikap tegas, cepat mengambil keputusan, tidak egois dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada diri sendiri. Kemudian pada ekstrakulikuler kerohanian memiliki manfaat untuk menambah wawasan tentang agama, kerohanian, membentuk perilaku, mental dan moral yang baik sesuai nilai-nilai agama (informasitips.com).

Dari beberapa jenis ekstrakulikuler diatas, pada jenis ekstrakulikuler organisasi dan kepemimpinan memiliki peran yang penting dalam pembentukan kompetensi sosial pada remaja. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler pada jenis ekstrakulikuler organisasi dan kepemimpinan adalah ekstrakulikuler paskibra.

(12)

4

Ekstrakulikuler paskibra merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan diri. Paskibra memang identik dengan latihan baris berbaris atau yang dikenal dengan PBB, namun tujuan dari PBB tidak hanya untuk melatih baris berbaris saja melainkan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, dan disiplin. Larasati (2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada pengaruh aktivitas esktrakulikuler paskibra terhadap patriotisme siswa.

Paskibra merupakan salah satu wadah kegiatan yang terorganisir dan sarat akan penanaman kepemimpinan dan nasionalisme, dengan demikian paskibra sangat menunjang dalam upaya pengembangan kepemimpinan dan nasionalisme. Ada banyak kegiatan yang dilakukan dalam ekstrakulikuler paskibra, diantaranya peraturan baris berbaris , tata upacara bendera , latihan kepemimpinan dasar, pendidikan karakter yaitu satotema dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Satotema itu sendiri memiliki arti salam, tolong menolong, terimakasih, dan maaf. Sebagai anggota paskibra selalu diajarkan untuk memberikan salam ketika bertemu dengan siapapun, saling tolong menolong ketika ada seseorang yang mengalami kesulitan, berterimakasih ketika mendapatkan sesuatu dari seseorang, dan mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan terhadap orang lain. Kemudian salah satu tugas utama paskibra adalah melakukan kegiatan upacara bendera, dimana upacara bendera merupakan salah satu pendidikan yang dapat mencakup pencapaian berbagai tujuan, yaitu sikap disiplin, tanggung jawab, memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air, bela negara, kesegaran jasmani dan rohani, keterampilan gerak, keterampilan memimpin dan pengembangan sifat bersedia untuk dipimpin. Dengan tugas utama serta tujuannya, ekstrakurikuler paskibra dapat dipakai untuk mengembangkan kompetesi sosial pada remaja.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan kompetensi sosial pada remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Dengan demikian tujuan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi baru khususnya di bidang pendidikan serta mampu meningkatkan kompetensi sosial pada remaja.

Kompetensi Sosial

Wels dan Bierman (dalam Rahman, 2010) Kompetensi sosial dapat diartikan sebagai sejumlah kemampuan serta perilaku yang meliputi aspek sosial, emosional, dan kognitif yang dibutuhkan anak-anak untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya dengan masyarakat. Kompetensi sosial menurut Ross-Krasnor (dalam Denham & Queenan, 2003) sebagai keefektifan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain dalam kehidupan sosial. Selanjutnya, Leahly (dalam Adams, 1983) kompetensi sosial merupakan suatu bentuk keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan relasi positif dengan orang lain. Semrud dan Clikeman (2007) mengemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan untuk melihat dan menangkap perspektif lain dari sebuah situasi dan mempelajarinya dari pengalaman sebelumnya dan menerapkan hasil pelajarannya ke suatu perubahan situasi sosial lainnya.

Ford dkk (dalam Rahman, 2010) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai kemampuan untuk bertindak secara efektif dan tepat pada berbagai situasi sosial. Ditambahkan bahwa aspek efektivitas dan penerimaan sosial merupakan dua hal yang paling sering ditekankan dalam pengertian kompetensi sosial. Artinya, seseorang yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi cenderung menampilkan perilaku yang efektif dan dapat diterima dalam hubungan sosial.

(13)

5

Jadi yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah suatu bentuk keterampilan atau kemampuan dalam bertindak secara efektif dan tepat pada berbagai situasi sosial.

Aspek-aspek Kompetensi Sosial

Tentrawati (dalam Wardani & Apolo, 2010) melaporkan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi sosial tinggi menunjukkan ciri-ciri : a) Percaya pada diri sendiri, b) Menghargai perasaan orang lain, c) Mampu memberikan resppon-respon emosional, d) Mampu mengendalikan emosinya, e) Tulus dalam menjalin relasi dengan orang lain , dan f) Mampu menangkap kebutuhan-kebutuhan lingkungannya, sedangkan seseorang yang memiliki kompetensi sosial yang rendah menunjukkan ciri-ciri sebaliknya.

Aspek-aspek kompetensi sosial menurut Gresham & Elliott (dalam Rahman, 2010) yaitu a) assertif, yaitu perilaku berinisiatif seperti menanyakan informasi kepada orang lain, memperkenalkan diri, dan menanggapi tindakan orang lain, b) Kooperatif, meliputi perilaku seperti menolong orang, berbagi sesuatu, menaati aturan, serta memenuhi permintaan orang lain, c) empati, yaitu perilaku yang menunjukkan kepedulian serta penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain, d) tanggung jawab, yaitu menggambarkan kemampuan berkomunikasi dengan orang dewasa dan penghormatan terhadap kepemilikan benda atau pekerjaan yang dilakukan, e) pengendalian diri, yaitu perilaku-perilaku yang muncul saat situasi konflik, meliputi tindakan tepat ketika menghadapi hal-hal yang menggangu, atau berkompromi akan sesuatu.

Hartup (dalam Wahyuningtiyas, 2006) menyebutkan ciri-ciri anak yang memiliki kompetensi sosial yaitu berkomunikasi aktif, tanggap terhadap apa yang didengarnya, berperilaku positif terhadap pemberian motivasi orang lain, mampu mamahami bagaimana menafsirkan dan mengikuti peran sosial, bertindak menyelaraskan dan harmonis terhadap orang lain, mampu berbagi dan lebih altruistik, dan tidak suka bertengkar.

Selanjutnya, aspek-aspek kompetensi sosial menurut (Marlowe,1996) yaitu a) Sensitivitas sosial, b) Empati, c) Kepercayaan diri, dan d) Pemecahan problem interpesonal. Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli (Rydell,1997) aspek-aspek kompetensi sosial yaitu a) Prosocial orientation (suka menolong, dermawan), b) Empati (memahami orang lain), c) Penanganan konflik, dan d) Social initiative (inisiatif dalam interaksi sosial).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial bukan merupakan faktor bawaan, melainkan diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman individu berinteraksi dengan orang lain (Hurlock, 1999). Selanjutnya Griffin dkk (dalam Wardani & Apolo, 2010) mengungkapkan bahwa komoetensi sosial remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perceraian orang tua, sikap orang tua, pengasuhan oleh orang tua tunggal, kedua orang tua bekerja, perlakuan yang diterima dari guru di sekolah, pengaruh teman sebaya, dan keadaan sosial ekonomi keluarga.

Penelitian (Oden, 1987) melaporkan bahwa perkembangan kompetensi sosial remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pertikaian dalam keluarga, perceraian orang tua, kemiskinan, sikap guru, dan teman sebaya di sekolah. Hasil serupa juga dikemukakan dalam penelitian (Denham dkk, 2003) bahwa kompetensi sosial anak dan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sikap orang tua, guru, dan teman sebaya di sekolah, sosial ekonomi keluarga, kepercayaan diri, dan kematangan emosi.

(14)

6

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, kepribadian, ekonomi, kepercayaan diri dan kematangan emosi.

Remaja

Masa remaja adalah periode transisi, dimana seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari anak-anak menjadi dewasa (Santrock, 2003). Pada masa ini individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis. Perubahan yang tampak pada perubahan fisik adalah dengan adanya perubahan-perubahan pada tubuh sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa, kemudian remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa.

Ekstrakulikuler

Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 62 tahun 2014 ekstrakulikuler adalah suatu kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasikan nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang sepenuhnya. Ekstrakuikuler sendiri menurut Wahab (2008) adalah segala macam aktifitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah yang merupakan media bagi siswa untuk mengembangkan bakat, kemampuan, potensi dan diberbagai bidang di luar akademik.

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang merukapan media bagi siswa untuk mengembangkat bakat, kemampuan, keterampilan, dan potensi di berbagai bidang diluar akademik.

Paskibra

Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan No. 0416/U/1984 yaitu tentang pendidikan pendahuluan belanegara, yang diselenggaarakan sekolah antara lain dengan pembentukan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) pada tingkat sekolah. Paskibra merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan diri. Paskibra memang identik dengan latihan baris berbaris atau yang dikenal dengan PBB (peraturan baris berbaris), namun tujuan dari PBB tidak hanya untuk melatih baris berbaris saja melainkan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, dan secara tidak langsung juga mengembangkan kompetensi sosial pada remaja.

Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan paskibra meliputi berbagai jenis kegiatan, diantaranya peraturan baris berbaris , tata upacara bendera , serta latihan kepemimpinan dasar. Paskibra merupakan salah satu wadah kegiatan yang terorganisir dan sarat akan penanaman kepemimpinan dan nasionalisme, dengan demikian paskibra sangat menunjang dalam upaya pengembangan kepemimpinan dan nasionalisme. Tidak hanyak kegiatan PBB dan tata cara uparacara, dalam kegiatan ekstrakulikuler paskibra juga ada pendidikan karakter yaitu satotema. Dimana satotema itu sendiri memiliki arti salam, tolong menolong, terimakasih, dan maaf. Sebagai anggota paskibra selalu diajarkan untuk memberikan salam ketika bertemu dengan siapapun, saling tolong menolong ketika ada seseorang yang mengalami kesulitan, berterimakasih ketika mendapatkan sesuatu dari seseorang, dan mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan terhadap orang lain.

(15)

7

Tugas utama paskibra adalah melakukan kegiatan upacara bendera. Upacara bendera merupakan salah satu pendidikan yang dapat mencakup pencapaian berbagai tujuan, yaitu sikap disiplin, memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air, bela negara, kesegaran jasmani dan rohani, keterampilan gerak, keterampilan memimpin dan pengembangan sifat bersedia untuk dipimpin.

(Informasitips.com) manfaat mengikuti ekstrakulikuler paskibra adalah untuk melatih jiwa kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi, melatih diri bersikap tegas, cepat mengambil keputusan, tidak egois dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada diri sendiri. Kemudian tuntutan dalam mengikuti ekstrakulikuler ini adalah bisa mendengarkan pendapat orang lain dan bisa bekerja secara tim.

Kompetensi Sosial Dengan Ekstrakulikuler Paskibra

Bertambahnnya aktivitas dan pergaulan yang semakin bertambah luas diluar lingkungan keluarga memaksa remaja untuk berinteraksi dengan masyarakat dewasa. Remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Agustin, 2006). Beberapa tugas-tugas perkembangan pada usia remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) adalah mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan, menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan karir ekonomi, dan mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Sedangkan menurut Erikson (dalam Santrock, 2012) mengungkapkan, pada masa remaja individu dihadapkan pada tantangan untuk menemukan siapa dirinya, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana yang hendak mereka tempuh.

Kemudian dengan banyaknya beberapa kasus kenakalan remaja yang semakin banyak terjadi dalam kurun waktu belakangan ini. Remaja yang seharusnya mencapai salah satu tugas perkembangannya yaitu mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab pada kenyataan banyak terlibat tindakan-tindakan kriminal yang tidak bertanggung jawab. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh globalisasi yang membawa dampak pada bertambahnya tingkat kriminalitas yang dilakukan pada anak usia remaja dan rendahnya tingkat kompetensi sosial pada remaja.

Kompetensi sosial menjadi hal yang penting pada remaja dalam peran sebagai makhluk sosial. Wels dan Bierman (dalam Rahman, 2010) kompetensi sosial dapat diartikan sebagai sejumlah kemampuan serta perilaku yang meliputi aspek sosial, emosional, dan kognitif yang dibutuhkan anak-anak untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya dengan masyarakat. (Hurlock,1999) mengatakan bahwa kompetensi sosial bukan merupakan faktor bawaan, melainkan diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman individu berinteraksi dengan orang lain.

Paskibra merupakan salah satu wadah kegiatan yang terorganisir dan sarat akan penanaman kepemimpinan dan nasionalisme, dengan demikian paskibra sangat menunjang dalam upaya pengembangan kepemimpinan dan nasionalisme. Ada banyak kegiatan yang dilakukan dalam ekstrakulikuler paskibra, diantaranya peraturan baris berbaris , tata upacara bendera , latihan kepemimpinan dasar, pendidikan karakter yaitu satotema dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Satotema itu sendiri memiliki arti salam, tolong menolong, terimakasih, dan maaf. Sebagai anggota paskibra selalu diajarkan untuk memberikan salam ketika bertemu dengan siapapun,

(16)

8

saling tolong menolong ketika ada seseorang yang mengalami kesulitan, berterimakasih ketika mendapatkan sesuatu dari seseorang, dan mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan terhadap orang lain.

Hipotesis

Ada perbedaan kompetensi sosial antara remaja yang mengikuti ekstrakurikuler paskibra dan tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian komparatif untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kompetensi sosial pada remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Penelitian ini dilakukan secara alami dengan mengumpulkan data dengan skala kompetensi sosial dan kemudian dianalisis secara statistik utuk mencari perbedaan dari variabel yang diteliti

Subyek Penelitian

Populasi yang menjadi obyek penelitian dalam penetilian ini adalah remaja yang terdapat dikota Malang khususnya siswa SMA yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra selama satu tahun dengan rentang usia 16-17 tahun dan siswa SMA yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan rentan usia 16-17 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu bentuk metode pemilihan subjek sesuai dengan karakteristik yang diharapkan oleh peneliti. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 300 subjek yang terdiri dari dua kelompok subjek yaitu yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Masing-masing kelompok terdiri dari 150 orang siswa yang menikuti ekstrakulikuler paskibra dan 150 siswa yang tidak mengikukti ekstrakulikuler paskibra.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Menurut Azwar (2003) variabel merupakan konsep yang terdiri dari konstrak-konstrak yang dapat diukur dengan memberikan suatu nilai atau bilangan,selain itu variabel juga dartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian. (Hadi, 1991) Suatu Variabel ditentukan berdasarkan landasan teori dan ditegaskan melalui suatu hipotesis.

Pada penelitian ini melibatkan 2 macam variabel yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu kompetensi sosial adalah sejumlah kemampuan serta perilaku yang meliputi aspek sosial, emosional, dan kognitif yang dibutuhkan anak-anak untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya dengan masyarakat (Wels dan Bierman dalam Rahman, 2010), dan satu variabel bebas yaitu remaja yang mengikuti paskibra dan yang tidak mengikuti paskibra. Ramaja yang mengikuti paskibra adalah remaja yang mengikuti kegiatan paskibra dan mengibarkan bendera merah putih di tingkat sekolah, sedangkan remaja yang tidak mengikuti paskibra adalah remaja yang tidak mengibarkan bendera merah putih atau yang tidak mengikuti kegiatan paskibra di tingkat sekolah.

Skala yang digunakan untuk mengukur kompetensi sosial adalah skala kompetensi sosial, skala ini berjumlah 50 item. Skala disusun berdasarkan ciri-ciri kompetensi sosial yang

(17)

9

diungkapkan oleh Gresham & Elliott (dalam Rahman, 2010), dimana kompetensi sosial memiliki ciri-ciri yaitu a) perilaku asertif, b) empati, c) tanggung jawab, d) pengendalian diri, e) kerja sama.

Tabel 1. Indeks validitas instrumen penelitian

Instrumen Jumlah Item Diujikan Jumlah Item Valid Indeks Validitas

Skala Kompetensi

Sosial 50 item 30 item 0,328 - 0,875

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil dari 50 item sakala kompetensi sosial yang diujikan, 30 item dinyatakan valid dan 20 item dinyatakan gugur. Indeks validitas dari skala kompetensi sosial berkisar antara 0,328 – 0,875.

Tabel 2. Indeks reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen Cronbach's Alpha

Skala Kompetensi Sosial 0,936

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat Cronbach Alpha yaitu 0,60 atao 60% (Azwar, 2008).

Hal ini membuktikan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat veliditas dan reliabilitas yang cukup memadai.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa. Pada tahap persiapan dilakukan dengan melakukan uji coba atau try out dalam rangka untuk mengetahui validitas dan reliabilitas skala. Teknik pengambilan sempel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel non random, yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu bentuk metode pemilihan subjek sesuai dengan karakteristik yang diharapkan oleh peneliti.

Setelah data penelitian terkumpul, kemudian peneliti melakukan entry data serta proses

menganalisis data. Cara yang dipakai untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistic untuk menarik kesimpulan yang benar dan mengambil keputusan yang tepat. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif melalui uji statistic sesuai dengan hipotesis serta asumsi dan jenis data yang melatar belakangi uji statistic tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah analisa regresi penelitian ini yaitu, menggunakan teknik analisa data SPSS : Spearman Rho karena variable bebas dan terikat dalam penelitian ini adalah sama-sama berlevel data Ordinal.

(18)

10

HASIL PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 300 subjek yang terdiri dari dua kelompok subjek yaitu yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan rentan usia 16 – 17 tahun. Masing-masing kelompok terdiri dari 150 orang siswa yang menikuti ekstrakulikuler paskibra dan 150 siswa yang tidak mengikukti ekstrakulikuler paskibra. Secara lengkap gambaran data demografi subjek ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 3. Deskripsi Jumlah Subjek Penelitian

Kategori Usia Paskibra Non Paskibra

16 tahun 110 100

17 tahun 40 50

Total 150 150

Tabel 4. Penghitungan T-Skor Skala Kompetensi Sosial Pada Remaja Paskibra

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-skor > 50 71 47%

Rendah T-skor < 50 79 53%

Total 150 100%

Berdasarkan skala yang telah disebar maka diperoleh data bahwa remaja yang memiliki kompetensi sosial rendah lebih banyak dari pada remaja yang memiliki kompetensi sosial tinggi pada remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 150 subjek yang dijadikan sampel hanya 71 subjek yang dikategorikan memiliki kompetensi sosial tinggi yaitu berarti hanya 47% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan kedalam kategori rendah berjumlah 79 subjek, itu berarti 53% dari total jumlah subjek.

Tabel 5. Penghitungan T-Skor Skala Kompetensi Sosial Pada Remaja Non Paskibra

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-skor > 50 67 45%

Rendah T-skor < 50 83 55%

Total 150 100%

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data bahwa remaja yang memiliki kompetensi sosial rendah lebih banyak dari pada remaja yang memiliki kompetensi sosial tinggi pada remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 150 subjek yang dijadikan sampel hanya 67 subjek yang dikategorikan memiliki kompetensi sosial tinggi yaitu berarti hanya 45% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan kedalam kategori rendah berjumlah 83 subjek, itu berarti 55% dari total jumlah subjek.

(19)

11

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Independent Sample t-Test Skala Kompetensi Sosial

Ekstrakulikuler N Mean F T Df Std Sig.(2-tailed)

Paskibra 150 91,84 20,794 7,272 298 1,081 0,000

Non Paskibra 150 83,98

Berdasarkan hasil analisa data Independent Sample t-Test dengan menggunakan SPSS diperoleh kesimpulan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kompetensi sosial remaja yang mengikuti paskibra dan tidak mengikuti paskibra. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas, didapat nilai sig.(2-tailed) lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Sedangkan jika dilihat dari nilai mean, remaja yang mengikuti paskibra memiliki tingkat kompetensi sosial yang lebih tinggi yaitu 91,84 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti paskibra sebesar 83,98. Tabel 7. Hasil Analisis Uji Independent Sample t-Test per Aspek

Aspek Kompetensi Sosial Paskibra Ekstrakulikuler Non Paskibra

N Mean N Mean

Asertif 150 16,28 150 15,41

Empati 150 12,63 150 10,90

Tanggung Jawab 150 27,29 150 25,06

Pengendalian Diri 150 16,31 150 15,13

Kerjasama 150 19,32 150 17,48

Hasil analisa data independent Sample t-Test untuk masing-masing aspek kompetensi sosial dapat dilihat pada tabel 7. Dari data diatas, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di beberapa aspek kompetensi sosial pada remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra.

Pada aspek asertif remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai mean lebih tinggi dengan nilai 16,28 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan nilai mean 15,41. Pada aspek empati remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai mean lebih tinggi dengan nilai 12,63 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan nilai mean 10,90. Pada aspek tanggung jawab remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai mean lebih tinggi dengan nilai 27,29 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan nilai mean 25,06. Kemudian pada aspek pengendalian diri remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai mean lebih tinggi dengan nilai 16,31 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan nilai mean 15,13. Dan yang terakhir pada aspek kerjasama remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai mean lebih tinggi dengan nilai 19,32 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra dengan nilai mean 17,48.

(20)

12

DISKUSI

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed) 0,000<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu ada perbedaan kompetensi sosial antara remaja yang mengikuti ekstrakurikuler paskibra dan tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Sedangkan jika dilihat dari nilai mean, remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki tingkat kompetensi sosial yang lebih tinggi yaitu 91,84 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra sebesar 83,98. Hurlock (dalam Wardani & Apolo, 2010) mengatakan bahwa kompetensi sosial bukan merupakan faktor bawaan, melainkan diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman individu berinteraksi dengan orang lain. Sekolah merupakan salah satu sarana yang tepat dalam proses belajar dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses belajar dan berinteraksi dengan orang lain, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam ligkungan sekolah. Salah satu kegiatan yang bisa di lakukan di sekolah adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler paskibra

Aspek-aspek kompetensi sosial menurut Gresham & Elliott (dalam Rahman, 2010) yaitu perilaku assertif, seperti menanyakan informasi kepada orang lain, memperkenalkan diri, dan menanggapi tindakan orang lain. Kooperatif, meliputi perilaku seperti menolong orang, berbagi sesuatu, menaati aturan, serta memenuhi permintaan orang lain. Empati, yaitu perilaku yang menunjukkan kepedulian serta penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain. Tanggung jawab, yaitu menggambarkan kemampuan berkomunikasi dengan orang dewasa dan penghormatan terhadap kepemilikan benda atau pekerjaan yang dilakukan. Dan yang terahir adalah pengendalian diri, yaitu perilaku-perilaku yang muncul saat situasi konflik, meliputi tindakan tepat ketika menghadapi hal-hal yang menggangu, atau berkompromi akan sesuatu.

Pada aspek asertif remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai asertif yang lebih tinggi dibandingakan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Hal ini dikarenakan adanya pendidikan karakter yaitu satotema yang diberikan ketika mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Contohnya adalah anggota paskibra selalu diajarkan untuk mengenal temannya, kemudian anggota paskibra selalu diajarkan untuk memberikan salam ketika bertemu dengan teman atau otrang lain. Dengan demikian remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra mampu memperkenalkan diri, menanyakan informasi kepada orang lain, dan menanggapi tindakan orang lain. Perilaku asertif sangat penting dimiliki oleh remaja, dalam penelitiannya Sriyanto, dkk (2014) menyatakan bahwa pembentukan sikap dan perilaku asertif sangat penting pada masa remaja sebab masa ini merupakan masa yang menentukan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya dan perilaku asertif memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Dengan demikian perlunya remaja untuk memiliki perilaku asertif yang tinggi.

Pada aspek empati juga menunjukkan perbedaan yang signifikan bahwa remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai empati yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Dalam pendidikan karakter yang diberikan pada ekstrakulikuler paskibra yaitu satotema, anggota paskibra selalu di ajarkan untuk saling tolong menolong dengan siapapun, anggota paskibra selalu diajarkan tentang kebersamaan, dengan demikian anggota paskibra dapat menunjukkan kepedulian serta penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain.

(21)

13

Selanjutnya pada aspek tanggung jawab remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai tanggung jawab yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang tidak mengiktui ekstrakulikuler paskibra. Pendidikan kepemimpinan dasar yang diberikan dalam kegiatan ekstrakulikuler paskibra mengajarkan anggota paskibra untuk bertanggung jawab, dimana seorang pemimpin harus bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya dan bertanggung jawab dengan apa yang dipimpinnya. Dalam penelitiannya Supeni (2011) mengatakan tanggung jawab berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dengan memiliki tanggung jawab yang tinggi tentunya remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra dapat mempengaruhi pencapaian dalam prestasi belajarnya.

Kemudian pada aspek pengendalian diri remaja yang mengikuti ekstrakuliler paskibra mimiliki nilai pengendalian diri lebih tinggi dibandinkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Dalam kegiatan ekstrakulikuler paskibra mereka dituntut untuk mau dipimpin dan mau memimpin, contohnya dalam kegiatan upacara bendera dan PBB. Dalam ekstrakulikuler paskibra juga mereka dituntut untuk dapat mendegarkan pendapat orang lain dimana mereka di latih untuk memiliki kemampuan berorganisasi. Pengendalian diri sangat penting untuk remaja, seperti yang disimpulkan Aroma & Suminar (2010) dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Semakin tinggi tingkat kontrol diri maka semakin rendah pula kecenderungan perilaku kenakalan remaja.

Dan yang terahir pada aspek kerjasama remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai kerjasama yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Beberapa kegiatan yang dilakukan ketika ekstrakulikuler paskibra menuntut anggota untuk dapat bekerjasama. Salah satu kegiatan yang melatih kerjasama adalah PBB, dimana mereka di tuntuk untuk kompak dan dapat bekerjasama. Selain itu juga mereka dilatih untuk mampu berorganisasi, dimana dalam berorganisaasi dituntut untuk mampu bekerja secara tim dan mampu berkordinasi dengan anggota yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan dari kelima aspek tersebut remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra lebih unggul dibandingkan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Dengan demikian kompetensi sosial sangat penting dimiliki oleh remaja. Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kompetensi sosial dengan peyesuaian sosial pada remaja. Dan dalam penelitian Tariq (2011) menghasilkan remaja yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi tidak akan mengalami kesepian. Dengan demikian kompetensi sosial menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh remaja dalam peran sebagai makhluk sosial.

Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial didapatkan dengan proses belajar, kemudian kegiatan-kegiatan yang diberikan pada ekstrakulikuler paskibra dapat meningkatkan kompetensi sosial, dimana kompetensi sosial sangat penting dimiliki oleh remaja untuk melanjutkan proses perkembangan selanjutnya.

(22)

14

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesa diterima, ada perbedaan kompetensi sosial antara remaja yang mengikuti ekstrakurikuler paskibra dan tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra. Hal tersebut dapat dijelaskan dari hasil analisa data yang menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed) 0,000<0,05. Jika dilihat dari nilai mean, remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki tingkat kompetensi sosial yang lebih tinggi yaitu 91,84 dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti ekstrakulikuler paskibra sebesar 83,98. Dari kelima aspek kompetensi sosial remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimakan remaja yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra memiliki nilai yang lebih tinggi dari kelima aspek kompetensi sosial dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti paskibra,

Implikasi dari penelitian ini yaitu bagi sekolah diharapkan siswa didorong untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler khususnya ekstrakulikuler paskibra yang merupakan media bagi siswa untuk mengembangkan bakat, kemampuan, potensi dan diberbagai bidang di luar akademik. Serta diharapkan bagi siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler untuk meningkatkan kompetensi sosialnya.

Bagi peneliti selanjutnya dapat memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kompetensi sosial seperti lingkungan, pola asuh orang tua, dan ekonomi. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan subjek yang berbeda seperti mahasiswa atau subjek yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler lain.

(23)

15

Daftar Pustaka

Adams, G.R. (1983). Social Competence During Adolescence: Social Sensitivity Locus of Control, Empathy and Peer Popularity. Journal of Youth and Adolescence.

Agustiani, Hendriarti. (2006). Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian diri pada Remaja. Bandung : PT. Refika

Aditama.

Aroma, I.S., & Suminar, D.R. (2012). Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Kenalan Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Alih Bahasa Saut Pasaribu.Yogyakarta:

Torent Books.

Denham, S.A., & Queenan, P. (2003). Preschool Emotional Competence. Journal of Child Development.

Ghufron, M. N. & Rini, R. (2010). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar- Ruzz. Media.

Hadi, S. (2000). Metodology Research,Yogyakarta : Andi Offset.

Hurlock, Elizabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan: “ Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan “ (Terjemahan Istiwidayani & Soedjarno). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Informasitips.com (2013). Pentingkah Mengikuti Ekskul Di Sekolah?. Retrieved Desember 20, 2016, from http://informasitips.com/pentingkah-mengikuti-ekskul-di-sekolah.

Larasati, D. 2015. Pegaruh aktivitas ekstrakulikuler paskibra terhadap patriotisme siswa. Jurnal PPKN.

Lauster, P. 1990. Personality Test. Alih Bahasa D.H. Gulo. Jakarta: Bumi Aksara.

Marlowe, H.A. (1996). Social Intelliqence: Evidence for Multidimentionality and Construct Independence. Journal of Educational Psychology.

Oden, S. (1987). The Development of Social Competence in Children. New York: Holt

Rinehart and Winston.

Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan RI No 62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakulikulr pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan.

Rahman, F (2010). Hubungan egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Skripsi.

(24)

16

Ridell, A.M,. & Hagekull, B., & Bohlin, G. (1997). Measurment of Two Social Competence Aspect in Middle Childhood. Journal of Development Psychology.

Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Jilid 1, Edisi Ketigabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga.

Semrud, Margaret & Clikeman. (2007). Social Competence in Children. Michigan, USA :

Springer.

Sriyanto, dkk. (2014). Perilaku Asertif dan Kecenderungan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media Massa. Jurnal Psikologi.

Supeni, M.G. (2011). Pengaruh Tanggung Jawab dan Intelegensi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II IPS SMA EL SHADAI TH.2009/2010. Jurnal.

Tariq, T (2010). Social competence, parental promotion of peer relations and loneliness among adolescent. Pakistan journal of psychological research, 26(2), 217-232.

Vandenbos, G. R. (2006). APA Dictionary Of Psychology. Washington DC : American

Psychological Association.

Wahab, A. A. Dan Sapriya. 2008. Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan, Bandung: Alfabeta

Wahyuningtyas, Handry Erma. (2006). Perbedaan Kompetensi Sosial Antara Remaja yang Tinggal di Kota dan Remaja yang Tinggal di Desa. Skripsi. Fakultas Psikologi :

Universitas Muhammadiyah Malang.

Wardani, R & Apolo (2010). Hubungan antara kompetensi sosial dengan penyesuaian sosial pada remaja. Jurnal Psikologi.

Warman, D (2013). Hubungan percaya diri siswa dengan hasil belajar geografi kelas XI IPS di SMA N 1 Bayang Kabupaten pesisir selatan. Jurnal.

(25)

17

LAMPIRAN

(26)

18

Lampiran 1

Skala Kompetensi Sosial Try Out

1. Baca dan pahami pernyataan berikut ini, kemudian beri tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda sesuai dengan apa yang anda rasakan dan yang paling sesuai dengan kondisi diri anda.

2. Apabila anda ingin mengganti jawaban, berikanlah tanda (=) pada jawaban yang tidak sesuai, kemudian berilah tanda silang (X) baru pada jawaban yang anda anggap sesuai.

kadang Sering Selalu 1. Saya mudah menjalin pertemanan dengan

orang lain

2. Saya mengabaikan masukan dari teman bila sedang bekerja kelompok

3. Saya mengemukakan keiginan saya dengan jelas

4. Saya enggan mengganti barang yang saya hilangkan

5. Saya enggan mengerjakan tugas ketika tidak cocok dengan salah satu anggota kelompok 6. Saya mengajak orang untuk mengikuti

aktivitas bersama

7. Saya enggan berunding dan berkompromi dengan orang jika tidak sepaham

8. Saya selalu menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah

9. Saya mengemukakan alasan untuk tiap tindakan yang saya ambil

10. Saya tidak menyelesaikan tugas dengan tepat waktu

11. Saat bertemu dengan orang baru saya mengawali perkenalan

12. Tanpa diminta saya akan membantu teman saya ketika mengalami kesulitan mengerjakan tugas kelompok

(27)

19 terhadap saya

14. Saya mencoba memahami perasaan teman-teman saya saat mereka marah, kecewa, atau sedih

15. Saya lebih memilih bermain daripada menyelesaikan tugas sekolah

16 Saya sulit berkomunikasi dalam kelompok 17. Saya mencoba untuk jadi orang yang baik dan

peduli

18. Saya marah ketika dikritik orang lain 19. Saya menunjukkan rasa hormat saya

terhadap orang lain

20. Saya merasa turut berduka saat sesuatu yang buruk terjadi pada orang lain

21. Saya terlambat mengembalikan buku yang saya pinjam di perpustakaan

22. Saya menerima arahan dari orang yang memimpin

23. Jika ada yang menyinggung perasaan saya, maka saya akan marah

24. Saya menunjukkan kepedulian saya saat orang lain mengalami kesulitan

25. Saya bersikap acuh jika ada teman yang berada dalam kesulitan

26. Saya mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan pribadi saya untuk orang lain 27. Saya ikut sedih jika teman baik saya sedih 28. Saya sulit mengawali pembicaraan dengan

orang yang baru saya kenal

29. Saya sulit bekerja dalam situasi kelompok/tim 30. Saya bertanggung jawab atas semua tingkah

laku saya

31. Saya tidak suka jika ada orang yang berbeda pendapat dengan saya

32. Saat bertemu dengan orang baru saya enggan mengawali perkenalan

33. Saya memenuhi kewajiban-kewajiban saya 34. Saya enggan memahami perasaan

teman-teman saya saat mereka marah, kecewa, atau sedih

35. Saya dapat bekerja dalam situasi kelompok/tim

36. Saya lebih mementingkan hak daripada kewajiban

(28)

20 sesuatu dengan baik

38. Saya tida menunjukkan kepedulian saya saat orang lain mengalami kesulitan

39. Saya menjaga barang-barang tidak hanya milik pribadi tapi juga yang miliki orang lain 40. Saya menerima dengan baik ketika ada yang

berpendapat

41. Saya merasa senang saat sesuatu yang buruk terjadi pada orang lain

42. Saya menyelesaikan tugas dengan tepat waktu

43. Saya menyatakan pendapat meskipun menyinggung perasaan orang lain

44. Saya orang yang tidak peduli dengan keadaan orang lain

45. Saya bisa menyatakan pendapat tanpa berselisih atau berdebat

46. Saya merasa tidak enak mendapat ajakan teman saya, meskipun saya dalam kondisi sibuk

47. Saya enggan menerima arahan dari orang yang memimpin

48. Saya berunding dan berkompromi dengan orang jika kita tak sepaham

49. Saya lebih memilih berkelahi daripada bemusyawarah

(29)

21

Lampiran 2

Uji Validitas dan Reliability Skala Kompetensi Sosial

Case Processing Summary

N % Cases Valid 60 100,0

(30)

22

itm17 152,17 181,531 ,069 . ,879 itm18 152,38 176,986 ,424 . ,875 itm19 152,67 169,650 ,543 . ,872 itm20 152,52 176,661 ,250 . ,877 itm21 151,93 187,792 -,387 . ,884 itm22 152,67 175,989 ,337 . ,876 itm23 153,18 165,203 ,669 . ,869 itm24 152,67 174,531 ,435 . ,874 itm25 152,07 178,877 ,287 . ,877 itm26 153,25 189,581 -,441 . ,885 itm27 152,82 167,712 ,570 . ,871 itm28 153,22 176,749 ,230 . ,878 itm29 152,53 180,795 ,116 . ,878 itm30 152,78 169,054 ,561 . ,872 itm31 152,25 189,716 -,523 . ,885 itm32 152,65 176,503 ,437 . ,875 itm33 152,87 165,643 ,841 . ,867 itm34 152,30 172,247 ,683 . ,872 itm35 152,52 173,169 ,474 . ,874 itm36 152,88 172,037 ,534 . ,873 itm37 152,92 172,823 ,463 . ,874 itm38 151,98 179,000 ,308 . ,876 itm39 152,67 173,243 ,472 . ,874 itm40 152,35 170,401 ,553 . ,872 itm41 151,77 183,267 -,167 . ,879 itm42 153,20 174,163 ,392 . ,875 itm43 152,72 173,122 ,484 . ,873 itm44 152,30 178,010 ,186 . ,878 itm45 152,73 184,436 -,109 . ,883 itm46 152,90 184,125 -,127 . ,881 itm47 152,50 181,203 ,053 . ,880 itm48 153,03 180,372 ,085 . ,880 itm49 152,17 186,175 -,199 . ,884 itm50 152,45 171,574 ,480 . ,873

(31)
(32)
(33)
(34)

26

Lampiran 3

Blue Print Skala Kompetensi Sosial

Aspek Nomor Favorabel Unfavorabel

Asertif 1,2,3,4,5,6 1,3,5,6 2,4

Empati 7,8,9,10 7,9,10 8

Tanggung Jawab 11,12,13,14,15,16,17,18,19 11,13,15,16,18 12,14,17,19

Pengendalian Diri 20,21,22,23,24 20,22 21,23,24

Kerjasama 25,26,27,28,29,30 25,27,29,30 28,26

Lampiran 4

Skala Kompetensi Sosial Penelitian

PETUNNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Lengkapilah identitas anda pada lembar yang tersedia sebelum menjawab pernyataan-pernyataan pada setiap skala.

2. Baca dan pahami pernyataan-pernyataan berikut ini, kemudian beri tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda sesuai dengan apa yang anda rasakan dan yang paling sesuai dengan kondisi diri anda.

3. Apabila anda ingin mengganti jawaban, berikanlah tanda (=) pada jawaban yang tidak sesuai, kemudian berilah tanda silang (X) baru pada jawaban yang anda anggap sesuai.

4. Jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya dan kerjakan seluruh pernyataan tanpa ada yang terlewati.

“ SELAMAT MENGERJAKAN DAN TERIMAKASIH “

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ... Usia :... Jenis Kelamin :... Pendidikan :...

No Pernyataan

Respon Tidak

pernah

Kadang

kadang Sering Selalu 1 Saya mengajak orang untuk mengikuti aktivitas

bersama

(35)

27

mengawali perkenalan

3 Saya mengemukakan keiginan saya dengan jelas 4 Saya menyatakan pendapat meskipun

menyinggung perasaan orang lain

5 Saat bertemu dengan orang baru saya

mengawali perkenalan

6 Saya mengemukakan alasan untuk tiap tindakan

yang saya ambil

7 Saya mencoba memahami perasaan

teman-teman saya saat mereka marah, kecewa, atau sedih

8 Saya enggan memahami perasaan teman-teman

saya saat mereka marah, kecewa, atau sedih

9 Saya menunjukkan kepedulian saya saat orang

lain mengalami kesulitan

10 Saya ikut sedih jika teman baik saya sedih 11 Saya bertanggung jawab atas semua tingkah

laku saya

12 Saya lebih mementingkan hak daripada

kewajiban

13 Saya memenuhi kewajiban-kewajiban saya 14 Saya lebih memilih bermain daripada

menyelesaikan tugas sekolah

15 Saya dapat dipercaya untuk melaksanakan

sesuatu dengan baik

16 Saya menjaga barang-barang tidak hanya milik

pribadi tapi juga yang miliki orang lain

17 Saya tidak menyelesaikan tugas dengan tepat

waktu

18 Saya menyelesaikan tugas dengan tepat waktu 19 Saya enggan mengganti barang yang saya

hilangkan

20 Saya menerima kritikan yang membangun 21 Jika ada yang menyinggung perasaan saya,

maka saya akan marah

22 Saya menerima dengan baik ketika ada yang

berpendapat

23 Saya enggan berunding dan berkompromi

dengan orang jika tidak sepaham

24 Saya marah ketika dikritik orang lain 25 Saya menerima arahan dari orang yang

memimpin

26 Saya sulit berkomunikasi dalam kelompok 27 Saya dapat bekerja dalam situasi kelompok/tim 28 Saya mengabaikan masukan dari teman bila

sedang bekerja kelompok

(36)

28 29 Saya menunjukkan rasa hormat saya terhadap

orang lain

30 Tanpa diminta saya akan membantu teman saya

ketika mengalami kesulitan mengerjakan tugas kelompok

(37)

29

Lampiran 5

Data Kasar Penelitian Ekstrakulikuler Paskibra

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

36

Lampiran 6

Data Kasar Penelitian Ekstrakulikuler Non Paskibra

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

43

Lampiran 7

Output Analisa t-Test Skala Kompetensi Sosial

Group Statistics

Ekstrakulikuler N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kompetensi_sosial paskibra 150 91,84 7,539 ,616 non paskibra 150 83,98 10,881 ,888

Independent Samples Test

Kompetensi_sosial Equal

variances assumed

Equal variances not

assumed Levene's Test for

Equality of Variances

F 20,794 Sig. ,000 t-test for Equality of

Means

t 7,272 7,272 df 298 265,259 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 Mean Difference 7,860 7,860 Std. Error Difference 1,081 1,081 95% Confidence Interval

of the Difference

Lower 5,733 5,732 Upper 9,987 9,988

(52)

44

Lampiran 8

Output Analisa t-Test Aspek Kompetensi Sosial

UJI T-TEST ASPEK ASERTIF SKALA KOMPETENSI SOSIAL Group Statistics

Ekstrakulikuler N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kompetensi_sosial paskibra 150 16,28 2,162 ,176 non paskibra 150 15,41 2,312 ,189 Levene's Test for Equality

of Variances

F ,041 Sig. ,839 t-test for Equality of

Means

t 3,354 3,354 df 298 296,665 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 Mean Difference ,867 ,867 Std. Error Difference ,258 ,258 95% Confidence Interval

of the Difference

Lower ,358 ,358 Upper 1,375 1,375

UJI T-TEST ASPEK EMPATI SKALA KOMPETENSI SOSIAL Group Statistics

Ekstrakulikuler N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kompetensi_sosial paskibra 150 12,63 1,747 ,143 non paskibra 150 10,90 2,587 ,211 Levene's Test for Equality

of Variances

F 45,022 Sig. ,000

(53)

45

t-test for Equality of Means

t 6,800 6,800 df 298 261,492 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 Mean Difference 1,733 1,733 Std. Error Difference ,255 ,255 95% Confidence Interval

of the Difference

Lower 1,232 1,231 Upper 2,235 2,235

UJI T-TEST ASPEK TANGGUNG JAWAB SKALA KOMPETENSI SOSIAL Group Statistics

Ekstrakulikuler N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kompetensi_sosial paskibra 150 27,29 2,877 ,235 non paskibra 150 25,06 3,284 ,268 Levene's Test for Equality

of Variances

F 1,115 Sig. ,292 t-test for Equality of

Means

t 6,266 6,266 df 298 292,935 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 Mean Difference 2,233 2,233 Std. Error Difference ,356 ,356 95% Confidence Interval

of the Difference

Lower 1,532 1,532 Upper 2,935 2,935

UJI T-TES ASPEK PENGENDALIAN DIRI SKALA KOMPETENSI SOSIAL Group Statistics

Ekstrakulikuler N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kompetensi_sosial paskibra 150 16,31 1,865 ,152 non paskibra 150 15,13 2,502 ,204

(54)

46 Levene's Test for Equality

of Variances

F 14,898 Sig. ,000 t-test for Equality of

Means

t 4,658 4,658 df 298 275,531 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 Mean Difference 1,187 1,187 Std. Error Difference ,255 ,255 95% Confidence Interval

of the Difference

Lower ,685 ,685 Upper 1,688 1,688

UJI T-TES ASPEK KERJASAMA SKALA KOMPETENSI SOSIAL Group Statistics

Ekstrakulikuler N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kompetensi_sosial paskibra 150 19,32 2,344 ,191 non paskibra 150 17,48 2,751 ,225 t-test for Equality of

Means

t 6,236 6,236 df 298 290,681 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 Mean Difference 1,840 1,840 Std. Error Difference ,295 ,295 95% Confidence Interval

of the Difference

Lower 1,259 1,259 Upper 2,421 2,421

(55)

47

Lampiran 9

Surat Bukti Penelitian

(56)
(57)
(58)
(59)

Gambar

Tabel 7. Hasil Anaslisis Uji Independen Sample  t-Test per Aspek ....................................
Tabel 2. Indeks reliabilitas instrumen penelitian
Tabel 3. Deskripsi Jumlah Subjek Penelitian
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Independent Sample t-Test Skala Kompetensi Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka pada siswa SMA Negeri Se-Kota Sukabumi

Instrument dalam penelitian ini menggunakan angket perilaku sosial, angket ini digunakan untuk mengetahui gambaran perilaku sosial siswa yang mengikuti

Perilaku sosial siswa SMA Negeri se-kota Cimahi yang mengikuti kegiatan estrakurikuler olahraga individu termsuk kedalam kriteria baik, rata-rata nilai perilaku sosial

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai-nilai sosial pada peserta didik yang mengikuti dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler di MTS Negeri

Anak usia dini yang hidup atau tinggal dengan orang tua tunggal karena perceraian cenderung akan menunjukkan perilaku sosial yang menyimpang dan memiliki kompetensi sosial

Hal ini juga didukung oleh Landry, Smith dan Swank (2009) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa anak yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi adalah anak usia sekolah dalam hal

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, dimana hasil belajar peserta didik sebagai variabel terikat atau (Y), kompetensi guru