• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan analog hidroksi metionin dalam ransum pertumbuhan awal anak jantan sapi holstein

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan analog hidroksi metionin dalam ransum pertumbuhan awal anak jantan sapi holstein"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)

Dalam kurun waktu 20 t a h u n terak1;i.r (1969

-

1989) i

p o p u l a s i s a p i potong r e l a t i f lambat perkembangannya y a i t u hanya dua p e r s e n per t a h u n , sehingga d a p a t d i p a s - t i h n p r o d u k s i daging asal ternak t e r s e b u t t i d a k mampu masemuhi pemtintaan &stwit &aging yang k a r n y a enam psr- sea set-. Smen%l~ra itu, ilrrpor daging sapi masih d i - h h k a a , tern- &aging biemtu ti& dan d a g i n g anak

sapi (veal). k t a r a t&un 1984

-

1989 ierpor d a g i w ter- sebxrt sebesm 0-20 persen dari total proctizksi d a g i n g da- l ~ a a gegerf yang b e s a m y a mencapai l e b i h dari 900.00Q t o n .

I31 a l a u Jews sapt perah t k s t e i n (FH) berkenzbang

gesat h e m la3u pertadxthn sembilaa persen per t a h u n . W r z a dewasa sekiitp tahunnjra rmenghasilkan 21 000 e h r

pe€?=et lansrk SZLpi) ;bh9t.an.

RaA

ini lnembuka pel- bwi usaha -*saran pe&& antan. P e n e l i t i a r t tentang peng- m n m n sapi

FH

Jantan untuk penggemukan sudah banyak d i -

L a b h a . Pa& usaha f e d l o t , s a p i ters- &pat mein- h r W z 2 F h a k a har%an f&ih dairi P kz, d € s z i -

(135)

daging anak sapi. Karena harganya masih mahal, maka

impor daging tersebut hanya sedikit sekali.

Impor daging anak sapi khusus dilakukan untuk kon-

sumsi kalangan tertentu saja y-iitu golongan masyaritkat

.berpenghasilan menengah ke atas. Konsumaen utamanya ada- lah kalangan restoran bergengsi dan hotel &-tang di

Indonesia. Peluang memproduksi daging sepertf I t u cukap besar, apalagi dengan telah dicaftangkannya par2aisat-a sebagai industri, tentu akan ban& wistawan --%a

-ra dan nusanta-ra yang memerlukan daging be-u t-.

Dalaui memproduksi daging bermutu tersebat, s e r i n g

di%emui kendala dalam pemeliharaan pedet yakni, stortali- tats yang tinggi dan pertumbuhan yang rendah. k t u k lea-

capai pertumbuhan yang tinggi perlu masukan &an ber- mar-tu tinggi; nantun pemberirxn pakan diemikian sering ti& e b n a n i s . Timbul pemikiran untuk mengatasi ha1 i-tn

yakni, bagaimana kalau mutu ransuw pertmbuhan awal

[calf starter) diperbaiki dengan cara -iaghtb h- '

dmxgan proteimmpa atenjadi sekitar 18 per= €EX = 18%) dan kandungan energi termetabolisasi (ME) sekitar 12

MJ

(Mega Joule)/kg, sesuai dengan rekomendasi NBC (1988).

Akan tetapi membuat ransum pertumbuhan aual yang meme-

nuhi syarat nutrisi seperti itu sering menghadapi kesu-

litan untuk mendapatkan kandungan energi sebesar itu.

Selain energi, faktor yang rnenentukan nilai guna ransurn

(136)

Anak sapi yang masih menyusu mernpunyai s i s t e m pencernaan

seperti t e r n a k monogastrik, s e h i n g g a kebukupan p r o t e i n - * n y a s a n g a t t e r g a n t u n g d a r i jumlah dan mutu p r o t e i n r a n -

sum yang d i b e r i k a n .

Sirmber p r o t e i n bahan pakan t e r n a k s e b a g i a n b e s a r berasal d a r i tamman. BkLbatnya dapat d r p a s t i k a n bahwa reakanan tersebat &an kekurangan asam amino m e t i o n i n , k a r e n a metionin nterupakan asam m i n o pembatas (yang ter- k e c i l ~tmlzdmya) placfa baban makanan n a b a t i (Edwards dan

Hassal, 1971 ; Cooper, 1983).

Percobitan i n i b e r t u b a n menyusun s u a t u ransum p e r - tumbuhan awal bermutu tiaggi rnenggunakan bahan baku yang lazim d i p a k a i dan p r o t e f m a d-ikoreksi t e r h a d a p d e f i - sieasi meticanin. P a d a t e r a a k ruminarrsia, baik p e d e t maupun s a p i laktasf bedaya p r o d u k s i t i n g g i , kectlkugan, asam amino i n i p e r l u dipertfmfrangkan,

Df lihat d a r i pola asam @no plasma ( M I , setionin merupakan asam aaiao penrBatas pada anak s a p i umur dua hari sagtgai d i s a p i h ( W - i f l h m s dan Smith, 3974; 1975). P a d a h a l , kegunaan s u a t u p r o t e i n bahan makanan akan sa-

n g a t d i t e n t u k a n o l e h kandungan asam amino yang t e r k e c i l , k a r e n a j i k a t i d a k t e r c u k u p i t e r n a k t i d a k d a p a t b e r p r e s - t a s i s e s u a i m t u g e n e t i k n y a ( S u t a r d i , 1980).

(137)

kebutuhan akan metionin dapat dipenuhi oleh analognya.

Analog hidroksi metionin ternyata lebih, sulit didegrada-

*si oleh enzim detiometilase rumen, sehingga lebih efi-

sien pemakaiannya daripada dl-metionin.

Penggunaan

AHM

dalam ransum pertumbuhan awal dimak- sudkan untuk mengoreksi defisiensi metionin. Takaran

penggunaannya perlu dikaji dengan certrnat karena metionin bersifat toksik rang dapat merusak hati.

Sehubungan dengan ha1 tersebut df atas, telah dila-

kukan suatu penelitian untclk menguji penggunaan AHM da-

(138)

1. Anak Jantan S a ~ i Holstein

a

Anak jantan sapi

FH

dapat digunakan untuk mempro-

duksi - d a g i n g bermutu tinggi (daging sapi muda), yaitu

daging yang diperoleh d a r i pembesaran anak sapi (Roy,

1980). Kens- utamanya adalah dark kalangan tertentu seperti hotel dan restoran-restoraa besar. h g i n g terse-

but rendah bandungan le& jenuhya (Muran et al

.

,

1987)

.

Di negara yang maju peterrtakaxi sapi gerahya, usaha mem-

prohksi daging seperti tersebut di atas dapat bersaing

dengan usaha sapi dan kerbau &aging (Parakkasi, 1987). Di Inggris misalnya, pernak sekitar 75 persen konsumsi daging sapi rakyatrrya berasal darf peternakan sapi pe-

rah. Roy (1980) melaporkan b m CH Znggris RaJra diper- kirakan 20 000 ekor anak sapi y-ang ciipahma; d a l a m ka- tegori daging anak sapi (veal) rJan meaghasilban daging

1 SO0 ton. D i Australia, setiap tabun dipotong 1 500 ekor anak sapi d+e- konssr-rask & a g i n g veal setiap tahun-

nya sekitar 3

-

4 kg/$rtpita (Wzaa et af

.

, 1987). DI Indonesia, usaha ini telah mulai dirintis oleh

P.T.

Ka-

riyana Gita Utama di Cicurug

-

Sukabumi, dengan jumlah
(139)

2. Peme-raan h a k SapF

Anak sapi ditempatkan dalam kandang pemeliharaan

gnak (hutches). Hasil penelitian Friend et a l . ( 1 9 8 7 ) ,

membuktikan bahwa anak sapi yang dipelihara di hutches

tidak menunjukkan perubahan tingkah laku dan karakteris-

tik fisiologis berupa stres kronis diban-dingkan dengan

anak sapi yang dipelihara dalaat kandang selain hutches- Hasil survai Heinrichs et al

.

( 1987) teAa&p peternak

sapi di Pensylvania memperlihatkan bahwa sebagian besar

peternak menggunakan hutches sebagai €.empat peselitbaraan

anak sapinya. Ukuran hutches adel& tinggi 1.2 meter, lebar 1.2 meter, dan pandang 2.4 meter.

Pemeliharaan anak sap& yang baFk ahan arenentukan keberhasilan suatu usaha peternrah, OEarcfna &a periode ini banyak terjadi kematian (Fziend e* al , , fm7; Chase

dan Sniffen, 1989). Mennrat Sudom <19ff5), d* beberapa peternakan sapi perah, angka kerntiam an& sa9f di bawah

umur 3 bulan wncapai 20 persen. A n g b k m a t i a a sebesar i t u terjadi dengan terleb-ih dzdd-a n- pertam- bahan bobot yang faabat h h k a n ceprfernng aenyusut. Hal ini terjadi mungkin sekali disebabkan oleh mutu

ransum yang sangat rendah, h i k f t u Be- Pttlran cairan

(140)

3 . Ransum P e r t t a w a n A w a l Anak SaPi

Makanan dan p e n g e l o l a a n yang b a i k a t e r h a d a p anak sa-

" p i merupakan f a k t o r utama dalam k e b e r h a s i l a n usaha pe- t e r n a k a n . S e j a k l a h i r sampai d i s a p i h , t e r d a p a t t i g a s a a t k r i t i s dalam pemberian znakanan, y a i t u (1) Pemberian k o l o s t r u m , (2) Pemberian palcan c a i r , dan ( 3 ) Pemberian raasum u n t u k p e r t ~ r m h h a n awal. K e t i g a haL t e r s e b u t me- rupakan d a s a r bagi penyusunan progra p e m k r i a n pakan selama m a s a pertumbuhizn an& s a p i (Chase

ctan

S n i f f e n ,

1989).

Pemberian k o l o s t r u m m i r r i ~ ~ a - 1 selama Ifma hari. Ko- l o s t r u m menyedialran energi, p m t e i m , w i t a a a h , m i n e r a l , dan a n t i b o d i hagi anak sa*. SeIain itu, ~ a s b e r - k s i f a t p e n e a h r daa untak al& peecemagn anak s a p i a g a r b e k e r j a den- W k (Chase &a S n i f f e n , 1989; Sudono, 1985).

Pemberian p a b n cair (a5.r SZSLI) kpada mag sapi tergantung d i a r i kh.ot h d a n zumk &, b-iasazxy& sdcitar

8

-

20 persen , F- lSE6); TQ

-

r% w (SUtardi,
(141)

sapi perah, air susu merupakan usaha pokok, maka perlu

diupayakan pemberian makanan lain selain air susu sedini

mungkin kepada anak sapi. Makanan tersebut adalah ran-

sum perturnbuhan awal yang mengandung protein kasar (PK) 18 persen dan energi 12

MJ

ME/lrg dari bahan keringnya (NRC, 1988).

Pemberian ransum untuk pertmbuhan awal kepada anak

sapi sudah dapat diberikan sedikit demi sedikit sejak

berumur satu minggu. Anak sapi yang ber-bobot berat dan

pertumbuhannya cepat, strdah dapat d i k i k a n ransum ter-

sebut dalam jumlah banyak f l O O persen) pada umur empat atau enam minggu (Sudono, 1485) dan pada ureur tujuh Sam- pai delapan minggu konsumsirxya sekitar 1.4

-

1.8 kg/ ekor/hari (Chase. dan S n i f f e n , 1W9).

4. Nutrisi A s m APrim

Khusus tentang protein, perlu diperhatikan keterse- diaan dan kecukupan asam d ~ n y a , karena kegunaan suatu protein bahan mabnztrt

~~

uleh h d u n g a n asam =ino yang t e r k e c i l f Sutardi, 13W).

Menurut Colby (1988), asam amino mempunyai tiga

peranan ntama d a l m m e t a b l i s a e , yaita f 1) Sebagai sub- strat untuk sintesis protein, (2) Menyediakan N untuk

sintesis senyawa yang mengandtmg N lainnya, dan (3) Di-

katabolisme sebagai sumber energi. Karena asam amino

(142)

maka asam amino secara t e r u s menerus h a r u s t e r s e d i a un- t u k metabolisme. Akan t e t a p i t i d a k s e p e r t i k a r b o h i d r a t dan lemak, asam amino t i d a k d a p a t disimpan o l e h t u b u h u n t u k digunakan kemudian, o l e h s e b a b i t u h a r u s d i s u p l a i d a r i makanan secara t e r a t u r .

Penambahan asam amino d i p e r l u k a n a p a b i l a sumber p r o t e i n yang d-nakan def i s i e n akau s a t u atau b e b e r a p a asam amino a t a a p r o t e i n t e l a h mengalami k e r u s a k a n dalam p e n g o l a h a n ( P a r a k k a s i , 1 9 8 7 ) . Beberapa penyebab k e r u - s a k a n p r o t e i n banyak t e r j a d i pada p r o s e s penyimpanan kahan d i gudang, p r o s e s pengawetan secara kering maupun secara b a s a h . S c h n e i d e r dan Fennema (1989) m i s a l n y a , menelaah pengaruh lama penyimpanan t e r h a d a p s t a b i l i t a s

a s a m amino p r o t e i n whey pada b e r b a g a i t a r a f t e m p e r a t u r dan a k t i v i t a s air. D i p e r o l e h h a s i l bahwa l i s i n ( L y s ) menurun k a b r n y a sampai 2 3 p e r s e n b i l a disimpan s e b a t i g a b u l a n a t a u l e b i h pada t e m p e r a t u r 4 0 O ~ p d a semua t a r a f a k t i v i t a s a i r , D i k e t a h u i bahwa Lys merupakan asam amino te&aayatEr yang t e r d a p a t d i dalaaa whey, sedan- k a d a r m e t f o n i n dan t r i p t o f a n t i d a k laenunjukkan p e r b e d a a n yang n y a t a o l e h adanya p e r l a k u a n t e r s e b u t .

(143)

b u n g k i l kacang t a n a h , b u n g k i l k e d e l e , dedak p a d i , d e d a k

gandum, dan ampas b i r ( b r e w e r s g r a i n ) , k a d a r Met ( p e r s e n

bahan k e r i n g ) a d a l a h yang p a l i n g r e n d a h ( H a r t a d i et a l . ,

1980 dan Muscato e t a l . 1 9 8 3 ) . P a d a h a l b a g i r u m i n a n s i a ,

j u s t r u asam amino t e r s e b u t ( m e t i o n i n ) d i a n g g a p s e b a g a i

f a k t o r p a t i b a t a s m t u k b e r p r o d u k s i s e s u a i dengan mutu ge-

n e t i k n y a ( S u t a r d i , 1 9 7 8 ) .

Beberapa p r o t e i n bahan makanan banyak yang s u l i t

l a r u t dalam b u f f e r , b e r a r t i a k a n s e d i k i t s e k a l i kemam-

puannya &lam menyediakan asam amino (Muscato et a l . ,

1 9 8 3 ) . H a s i l p e n e l i t i a n mereka d i s a j i k a n pada T a b e l 1. Namn keadaan i n i mungkin hanya t e r j a d i pada b e b e r a p a

JenLs pakan s&a, k a r e n a menurut Nocek et a1

.

( 1983 ) nisbah fraksi s o l n b e l dan i n s o l u b e l p r o t e i n bahan makan-

a n s e l a l u lebih besar d a r i s a t u , k e c u a l i pada a l f a l f a Icering clan p r a - k i n jagung. Hasil p e n e l i t i a n n y a d i s a j i - kan pada T a b e l 2.

Kebntnhan an& sapi &an asaw amino dan p o l a asam amino yang serasi belum banyak diungkapkan. Dugaan kebu- t & a n akan asam amino oleh a n a k s a p i yang masih menyusu p e r n a h d i l a p o r f r a n o l e h W i l l i a m s dan Smith ( 1 9 7 4 , 19751,

y a i t u k e b u t u h a n a k a n m e t i o n i n d i d u g a b e r d a s a r k a n konsen-

t r a s i asam m i n o plasma ( A A P ) a d a l a h s e b e s a r 4 . 5 g / h a r i , sedangkan dugaan kebutuhan a n a k s a p i yang s e d a n g bertum-

(144)

Tabel 1 . Total, Buffer Insolubel, dan Detergent Insolubel Metionin dalam Beberapa Bahan Makanan

Bahan Total Buffer Insolubel

Metionin

---

NDF

ADF

makanan hvailablaa)

Solubel Insoli~bel

. . .

(persen BK)

. . .

Biji jagung . 1 R .04 .I2 .12 .02 .OO Silase jagung .07 .04 .03 .03 .01 . O O Serami timothy .06 .02 .04 .01 .03 .03 Bungkil kedele .54 - 1 8 - 3 6 - 3 4 .05 .02 Brewers grain .39

.

I0 .20 .I3 .19 .07 Sumber: Muscato et el. (1983) [image:144.756.40.589.28.516.2]
(145)

Tabel 2. Nisbah Fraksi Protein Solubel: Insolubel Beberapa Bahan Makanan Sumber Protein dan Energi'

Bahan makanan Nisbah solubel: insolubel

Sumber protein

Bungkil kedele (44%) Bungkil kedele (48%) Bungkil biji kapas Brewers grain

Corn distillers with solubles Alfalfa kering

Bungkil kacang tanah Tepung ikan (menhaden) Tepung daging dan tulang

Tepung j w n g Protein jagung

Sumber enerai

Jawawut Jagung

Jagung giling Gandum giling Gandum

Dedak pad2

Gandum bennutu sedang

Sumber: Nocek et al. (1983)

badan 0.4 kg akan asam amino yang diberi ransurn terdiri

atas konsentrat dan jerami padi serta diinfusikan asam

amino metionin dan lysin sebagai perlakuan ke dalam abo-

masumnya, diperoleh hasil, kebutuhan akan metionin sebe-

[image:145.540.45.460.105.743.2]
(146)

Kemudian Williams dan Hewitt (1979) menduga kebutuhan

asam amino esensial bagi anak sapi seperti tercantwn pa-

[image:146.540.45.472.20.551.2]

da Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Dugaan KeSutuhan Asam Amino Esensial (g/hari) bagi Anak Sapi

(BB

50

-

58 kg, PBB 0.25 kg/hari)

Asam amino Dugaan ke- Asarn amino I)ugaan Be-

butuhan butuhan

Lysin 7.8 Leusin 8.4

Metionin

Sistin

2.1 Tyrosin 3.0

1.6 Pheni lalanin 4 . 4

Threonin 4.9 Histidin 3.0

Valin 4.8 Arginin 8.5

Isoleusin 3.4 Tryptopan 1.0

Sumber: Williams dan Hewitt (1979)

Keteran~as:

BB

= Bobot Badan

PBB

=

Pertambahan Bobot Badan

Percobaan oleh Williams dan Aewitt tersebut d i m -

kan pada 10 ekor anak sapi berbobot badan 50

-

58 kg dan diberi makanan dari bahan baku air susu, wheat dan bebe- rapa zat makanan lainnya termasuk asam amino, kecualf

lysin (ransum tersebut defisien akan lysin). Kebutuhan

akan asam amino lysin dan asam amino lainnya diduga ber-

dasarkan perbandingan lysin dengan asam amino lain yang

(147)

Tampak pada Tabel 3 bahwa ada tiga asam amino yang

paling rendah kebutuhannya bagi anak sapi yaitu bertu-

rut-turut tryptopan, sistin dan metionin. Sistin tidak

esensial, sedangkan metionin dan tryptopan esensial.

Akan tetapi di dalam bahan makanan, ketersediaan trypto- pan senantiasa cukup, maka praktis yang perlu rnendapat

perhatian terutama bagi ruminansia adalah metionin.

6. Peagmnaan A n a l o ~ Hidroksi Metionin d a l m Ransum Pertumbuhan A w a l

Dalam penyusunan ransurn anak sapi, bahan baku uta-

manya umumnya berasal dari biji-bijian seperti jagung,

limbah pertanian dan limbah agro-industri pengolaha ha-

sF1 pertanian seperti misalnya dedak gandum, dedak padi,

trunglril kacang tanah, bungkil kelapa, bungkil kedele,

dan lain-lain. Bahan baku tersebut di atas ternyata ti-

dak arampu menyediakan metionin gang cukup urrtuk pertum- M a n anak sapi maupun untuk kebutuhan sapi perah dmmsa

pada awal laktasi.

Hengingat metionin dapat digankikan sebagian besar oleh analognya (Sutardi, 1980) yang dalam perdagangan

disajikan dalam bentuk garam kalsiumnya dengan nama Ana-

log Hidroksi Metionin

(ARM),

akan dicobakan penggunaan-

nya dalam ransum pertumbuhan awal anak sapi. Efisiensi

konversi AHM menjadi metionin sekitar 86 persen. Formu-

(148)

O = C - 0 - C a - 0 - C = O

I

HO-C-H H-C-OH

I

I

I

H-C-H H-C-H

I

I

H-C-H

I

S

I

CH3 H-C-H

I

S

I

3C

Menurut Sutardi (1980), penggunaan AHM tersebut nrempunyai beberapa keunggulan, yakni:

a. Efisiensi penggunaannya hampir sama dengan metionin.

b. Harganya lebih murah.

c. Tahan terhadap degradasi oleh mikroba rumen, karena tfdak adanpa gugus amino pada karbon alfanya, se-

W g a 1010s dari perombakan oleh mikroba. Hal ini

kerjadi karena enzim detiometilase mikroba yang ber-

tugas atenco-pot gugus metil-tio (-S-CH3) sedikit ba-

nyak "tertipu" oleh tidak adanya gugus amino pada

k r b o n alfanya, sehingga banyak yang 1010s dari pe-

roahakan dalarn rumen, dan selanjutnya diserap di

usas. h i merupakan s m b e r tambahan nutrisi protein bagi ternak selain dari protein mikroba.

d. Tahan disimpan lama, karena tidak mempunyai gugus

fungsional -C=O dan -COOH yang sangat reaktif, dan tidak 'mudah terdekompos i s i seperti halnya pada ana-

(149)

e. Penggunaan AHM pada sapi perah laktasi dapat mening-

katkan produksi air susu serta kadar lemak dan kadar

.

protein air susu.

f. Seperti halnya dengan lysin, metionin merupakan asam

amino esensial yang sering kekurangan dalam bahan

makanan nabati, sehingga dari segi praktis,

AHM

se-

ring digunakan sebagai pemasok metionin dalam makan-

an manusia maupun ternak.

Suplementasi

AHM

dalam ransum telah banyak dilaku-

kan oleh para peneliti, seperti misalnya pada percobaan

in v i t r o diketahui hahwa

AHM

dapat rrteningkatkan fermen-

tasi selulosa dan glukosa, serta mempercepat laju per-

tumbuhan mikroba rumen (Salsbury et a l . , 1971; G i l dan Shirley, 1971; 1972), memacu keeernaan karbohicka*, me- ningkatkan sintesis protein mikroba (Gil et al., 1973). Suplementasi AHM ke &lam r a n s m sapi laktasi menyebab-

kan terjadinya peningkatan proporsi asas asetat dan pe-

nurunan proporsi asam propionat W a r n rumen (Rosser et

a l . , 1971), akibatnya produksf air srzsll meningkat (Polan

et a i . , 1970; Bishop dan Murphy, 1972) dan kadar lemak

air susu juga meningkat (Polan et al., 1970; Chandler et a l . , 1976; Bhargrave et al., 1977; dan Ray et d l . , 1983) Selain itu AHM juga meningkatkan sirkalasi metionin cia-

(150)

dalam trigliserida plasma darah (Pullen et a l . , 1989).

Pada anak sapi, penambahan AHM ke dalam ransum pertum-

buhan awal bermanfaat dalam meningkatkan bobot badan

anak sapi (Gardner et a l . , 1972; Clanton dan England,

1980), meningkatkan kadar sistein dalarn serum darah anak

sapi (Muller dan Rodriguez, 1975).

Pemberian ABM pada sapi-sapi dagina: baik sebelnm

maupun sesudah beranak, mningkatkan bobot sapih anak

sapi tersebut (Varner et a l . , 1975), AEW juga &pat mem- perbaiki performan reproduksi sapi-sapi yang baru ber-

anak yaitu dengan munculnya siklus birahi setiap 21 hari

(Clanton dan England, 1980). Penambahan AHEf ke dalarn ransum mungkin sekali kurang manfaatnya bila dalatrt ran-

sum cukup terdapat sulfur (S) , karena sulfur cttemmm~ai kemampuan untuk menghemat penggunaan metionin <Parakkasi,

1987).

Suplementasi AHM dalam ransum pertumbuhan awal,

oleh enzim transaminase di dalam tubuh &an diubah men- jadi asam amino metionin. Asam &no ini wntinya dapat

berperan sebagai donor sulfur dalam pembentltkan sistin

dan sistein (Larvor, 1983; Buttery dan Foulds, 1985).

Sistin mengandung ikatan disulfida yang mudah tereduksi

menjadi dua molekul sistein. Ikatan disulfida tersebut

sangat penting dalam struktur protein, terutama pada

alfa keratin dan immunoglobulin. Dengan demikian, ke-

(151)

pula menjamin kecukupan asam amino sistin dan sistein

tersebut.

Sulfur selain terkandung di dalam asam amino terse-

but di atas, juga terdapat dalam senyawa organik lainnya

seperti biotin, tiamin, dan koenzim-A (Georgievskii,

1982; Larvor, 1983). Sebagai komponen biotin,

S

penting dalarrt metabolisme lemak. Sebagai komponen t i e , S

penting dalam metabolisme karbohidrat, dan sebagai k m - ponen koenzim

A,

S penting dalam metabolisme energi.

Mengingat pentingnya S dalam metabolisme l d ,

karbohidrat, dan energi, maka jika defisien akan e n y e -

babkan pertumbuhan terhambat. Untuk itu, s u p l e m e n t d

AHM

ke dalam ransum pertumbuhan awal anak sap5 perln mendapat perhatian.

Selain itu, metionin berperan pula dalam reabi

transmetilasi yaitu transfer gugus meti1 dari s a t t l set-

nyawa ke senyawa lainnya (Edwards dan Hassall, X971; Larvor, 1983), misalnya dalam sintesis steraid dad ase-

tat. Karena metionin sebagai donor meti1 n ~ % a k sh%esis lenrak, saaka pengukuran terhadap kadar tdgliserida di

dalam plasma darah perlu dilakukan. Sintesis lemak yang

berlebihan juga dapat menyebablran terjadinya penig~bman

lemak yang berlebihan dalam hati, akibatnya terjadi de-

generasi hati (fatty degeneration). Untuk itu perlu di-

buat preparat histologis hati untuk mengetahui tingka-t

(152)

Sebagai donor metil dalam sintesis lemak, metionin

terutama berperan pada asam lemak berantai karbon ganjil

yaitu propionat dan valerat. Asam lemak atsiri berkar-

bon ganjil tersebut bersifat glukogenik, sama dengan me-

tionin. Penambahan AHM sebagai pemasok metionin dalam

ransum pertumbuhan awal anak sapi dapat meningkatkan ka-

dar asam propionat dan valerat yang polanya dapat dili-

hat di dalam darah. Dengan demikian perlu dilakukan

pembuktian terhadap ha1 tersebut yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap kadar asam lemak atsiri dalam darah.

7. Transaminasi Metionin

Metionin, sistin dan sistein digolongban ke d a l m

asaat amino netral yang mengandung sulfur (S) dan dilihat

dari sifat kimianya, maka metionin dan sistein digolong- ke dalam asam amino alifatik, monoaminomonokarboki-

k t , sedangkan sistin termasuk ke dalam golongan alifa-

ti% dan diaminodikarboksilat (Lloyd et al., 1978; Sutar- di, 1978).

Dipandang dari sudut ilmu nutrisi, asam amino diba- gi menjadi dua kelompok, yaitu pertama adalah kelompok

asasl amino yang sangat diperlukan (indispensable) dan

asam amino yang kurang diperlukan (dispensable). Asam

amino indispensable tidak dapat disintesis oleh tubuh

tetapi secara fisiologis sangat diperlukan oleh tubuh,

(153)

20 dispensable dapat disintesis di dalam tubuh dari sumber

karbon yang sesuai dan group amino dari qsam amino lain

a$au senyawa sederhana seperti diamonium sitrat, dengan

demikian tidak mutlak harus tersedia dalam ransum (Lloyd

et a l . , 1978). Ini berarti bahwa asam amino dispensable

merupakan kornponen ransum tetapi tidak dispensable bagi

ternak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, semua asam amino

dalam jaringan ternak secara fisiologis adalah indispen-

sable. Rasil penelitian para pakar mendapatkan bahwa,

beberapa asam a m i n o yang esensial bagi tubuh dipastikan dapat disuplai oleh hasil sintesis dalam tubuh. Dengan

dernikian, asam amino indispensable tidak dapat disinte- sis oleh tub* d d a m j m l a h cukup atau tidak dapat di- sintesis seluratmya, sehingga protein bermutu tinggi

banyak menyediakaa asam amino indispensable.

Definisi k l a s 4 - t b a h a asam amino indispensable ada-

lah suatu asam d n a yang harus disediakan dalam ransum

tidaklah mlrtZak h k n a r a n n y a . Contohnya adalah, Analog

Alfa Hidrab3 E e t 5 m i n ( A W ) , dapat dipahai sebagai pe-

nyedia metionin bagi tern*. Efisiensi penggunaannya serupa dengan metionin (Sutardi, 1980).

(154)

CH3 CH3 R R

I

I

I

1

CH3

S H-C-NH2 C=O

I

s

S

I

I

1

I

I

CH2 N AD

NADH

CH2 COOH COOH CH2 I

AH2

t

,

,

CH2

I

I

8-C-OH 3ehidrogenase C-0 Transarninase H-C-NH2

I

I

I

COQH COOH COOH

Analog Alfa Analog Alfa

Hidroksi Keto

Metionin Metionin

Gambar 1. Konversi Analog Alfa Hidroksi Metionin menjadi L-Metionin (Lloyd ei: a l . , 1978)

Konversi analog alfa hidroksi metionin menjadi asam ami-

no L-Metionin terjadi di dalam tubuh. Ini dimungkinkan

kare-na di dalam t & u h terdapat sistem transaminasi (Su- tardi, 1980)-

Hitchell daa Benevenga (1978) mengemukakan bahwa

transaminasi merupakan langkah awal perombakan sejumlah

asam amino. Beaksi transaminasi merupakan pertukaran

gums &no dari sua$u asara amino ke suatu asam keto

alfa, sehingga terbentuk asam amino lain dan asam keto

alfa lain. Reaksi ini diselenggarakan oleh enzim trans-

aminase. Enzim-emlm transaminase mengkatalisis reaksi-

reaksi yang melibatkan transfer gugus amino, biasanya

dari suatu alfa asam amino menuju alfa asam amino lain-

nya. Jadi merupakan penghubung di antara protein, kar-

[image:154.540.43.471.68.738.2]
(155)

Transaminase secara luas tersebar di dalam mitokon-

dria dan sitosol sel-sel eukariotik, .mikroorganisme,

kanaman, dan ternak. Pada ternak, yang tertinggi terda-

pat di dalam hati. Dengan adanya sistem transaminase

itu, suatu asam amino dapat diganti oleh analognya, ya-

itu asam hidroksi alfa atau asam keto alfa. Pada reaksi

transaminasi, metionin yang terbentuk berealrsi dengan

2,4-dinitrophenil-hydrazine dalam larutan alkalis.

De-

ngan dernikian, transaminase metionin dapat didetelrsi da-

lam jaringan hati yang telah dihanogenasi. Produk

transaminasi metionin dalam hati dikenal sebagai alfa keto-gamma-metiolbutirat (Mitdtell dan Benevenga, 1978). Pada Gambar 1 tersebut di atas terlibat reaksi de-

hidrogenasi yang me-- reaBsi deaminasi oksidatif yang mengkatab~lisme asam amino menjadi asam keto alfa oleh enzim dehidrogenase. & & s i ini bolak b d i k dan

membutuhkan

NAD

dan NADH sebagai ko-enzim. Tujuan reaksi

dehidrogenasi ini adalah untuk m e c t f a k a n keto alfa ba-

gi sistem tranr;ila~fn;asi <Sntarbi, B 8 D ) .

Dengan d d k i a n , mplepierttasi AWI he dalam ransum pertumbuhan awal, memungkinkan terbentuknya banyak asam

alfa-keto-gamma-metiol-butirat, pang kemudian mengalami

transaminasi menjedi L-metionin. Metimin merupakan

asam amino yang bersifat toksik, Keramnan metionin me-

nyebabkan terjadinya kelainan morfologis dalam jaringan,

(156)

yaitu hati, ginjal, dan jantung. Sehubungan dengan itu,

untuk mengetahui tingkat kerusakan hati perlu dilakukan

pengukuran terhadap aktivitas enzim glutamat oxaloasetat

transaminase (GOT) dan glutamat piruvat transaminase

(GPT) dalam plasma darah maupun hati. GOT dan G-PT pen- ting dalam pengobatan untuk menentukan apakah seseorang

tercemar karbon tetraklorida, kloroform, atau pelarut

lain yang digunakan dalam industri kimia yang menyebab-

kan degenerasi h a t i , yang meagakibatkan kebocoran ber- bagai enzim ke dalam darah dari sel t r a t i yang terluka

(Lehninger, 1990).

8. Asam Amino Plasma

Pada setiap jaringan, protein secara t e r m menerus disintesis dan didegradztsi. Sirrtesis protein hanya &a- pat berlangsung bila terdapat pool asam mino yang cttkup

(Colby, 1988). Bila asam amino dalam makanan arelampani kebutuhan untuk sintesis protein dan lintasan anabolik

lainnya, ke1ebiha-a diPratabolisete untuk pembentukan ATP atau diubah menjadi substrat untuk sintesis asam le- mak. Apabila terjadi gangguan metabolisme asam amino,

akan ditandai oleh h d a r asam amino atau prodnk meta-

boliknya yang abnormal dalam darah dan urin. Dengan

(157)

Konsentrasi

AAP

pada setiap jenis ternak adalah

tertentu (konstan). Tetapi beberapa saa$ setelah sele-

sai makan, konsentrasinya berubah (dapat meningkat atau

menurun), bergantung kepada jumlah dan mutu protein ma-

kanan yang dimakan. Sutardi (1980) mengikhtisarkan ke-

gunaan daripada AAP sebagai berikut: (1) Mengetahui ne-

raca antara suplai asam amino (asal raakaxran dan tubnh) dengan demand asam amino (untuk sintesis cfan degradasi protein), (2) Untuk menduga asam amino pemhatas dan sta- Cus protein, (3) Dianggap sebagai faktor pernentn selera

makan yang dikenal sebagai teori amino statik Meflfnkof,

dan (4) Untuk mengetahui secara lebil dini b t i h k s e -

suaian pola asam amino karena defisiensi, ketidakmrasi-

an (imbalance), keracunan, serta antagonisme asam amino.

Teori amino statik Mellinkof mengemukakan bdma lurrrstzstsi protein tinggi cenderung menyebabkan m a -k cepat

tercapai dan pada saat seperti itu, korrse&krasf kM? men- capai puncaknya (tertinggi). Pada saat kensent- ME'

tertinggi, s d e r a m a k a n menjadf menltrmn. pest-

dapat fain titengatakan bahwa, pen- selera m i a k a pada

saat AAP tinggi hanyalah suatu proses adaptasi saja. Ka-

lau darah sudah jenuh dengan zat-zat m a h i a a ~ t , tarkaa h-

nya

AAP,

zat makanan lain dapat sa$a m e n k ~ m n k a n selera

makan. Peranan AAP dalam mengatur selera d a n , tidak

bergantung kepada kadarnya, akan tetapi pada pola kon-

sentrasi. Jika pola konsentrasi asam amino raenyingkir

(158)

dari pola yang dibutuhkan tubuh, selera makan akan menu- run, akibatnya terjadi penyusutan bobot tubuh.

Williams dan Smith (1974, 1975) mengemukakan bebe- rapa sifat AAP yakni: (1) Pada anak sapi yang memperoleh air susu, konsentrasi AAP cenderung menurun selama se- lang waktu tiga-empat jam setelah menyusu dan meningkat e l dua $an hmudian, sedangkan (2) Pada sapi yaw

di'tzeri makan konsentrat serta jerami, konsentrasi

AAP

rnenhgltat s e h m a satu-dua jam setelah makan pagi dan me- nurun h a jam kemudian dan keadaan ini dipertahankan se- l a m a tiga jam, (3) Keragaman konsentrasi metioxin, leu- sin, fenilalanin, tyrosin dan total AAP pada ternak plang ber- lebih beragam daripada ternak yang sama, sedzzng- kan (4) Total

AAP

pada umnr yang berbeda tidak begitu besar kera-gznannya. Ikhtisar basil percobam tersebut dlsajikan pada Tabel 4.

T a m k pacia Tabel 4 b a h w a , pola

M

relatif tetap, kansentrasi metionin, fenilalanin dan histidin merupldcan as= amfno esensial yang jlrrmlahrrya relatif lebih kecil dibanding asam amino latnnya.
(159)

Tabel 4. Konsentrasi Asam Amino Plasma pada Sapi Holstein

Konsentrasi AA (umol/l) Asam . . .

amino Periode menyusu Sapihan ,

. . . bobot badan

Umur 2-9 min gu Umur 5 m i n g u 114-135 kgb

(2 ekor)

f

(10 ekor)

'

(10 ekor)

Threonin Valin Metionin

Isoleusin Leus in

Fenilalanin t p s in

Eiist idin ArgFnin

Aspartat 33

S - e r i n 111

Gldamat 303

Gl y s i n 211

m a n i n 143

Tyrosin 62

Total

ABP

1 940 1 689 1 925.0

S-r: a. Williams dan Smith (1975) b. Wil1iams:dan Smith (1974)

menjadi raenurun (Sutardi, 1980). Gangguan tersebut da-

pat terjadi karena pemberian bahan makanan yang asam

aminonya tidak serasi, akibatnya pola AAP darah dan

cairan tubuh menjadi tidak seimbang.

Defisiensi asam amino metionin akan mengganggu sin-

[image:159.540.43.482.46.741.2]
(160)

makanan ditentukan oleh asam amino pembatas, dalam ha1

ini metionin. Setelah makan, kadar

UP

mencerminkan ka-

dar asam amino dalam makanan. Kadar

AAP

dipertahankan

secara homeostatik, sehingga konswnsi protein yang keku-

rangan asam amino esensial tertentu menyebabkan asam

amino lain (selain asara amino pembatas dideaminasikan/

pencopotan gugus amino). Lalu dioksidasikan menjadi

energi. Amnia yang terbentuk diubah menjadi urea. Urea

tersebut diekskresi ke dalam air seni. Diikhtisarkan pula lebih lanjut oleh Sutardi (1980) bahwa pada proses

perombakan asam amino, menuntut banyak energi, karena

sebagian energi hahan makanan terbuang sebagai urea dan

ekskreta N air seni serta panas. Pada mamalia, kenaikan

oksidasi panas asal karbohidrat 6-15%

ME,

lemak 4-10% ME

dan protein 30% MJZ. Nilai kenaikan oksidasi panas (heat

increment) tersebut alcan lebih besar lagi jika bahan

makanan kekurangan asam amino esensial. Maka, reaksi

homeoststik tubuh terhadap defisiensi asam amino bahan

makanAn adalah mengurangi iconsumsi makanan tersebut, akibatnya terjadi penurunan bobot badan atau pertumbuhan

yang lambat.

Pada keadaan kelebihan asam amino tertentu di dalam

ransum, kelebihan konsumsinya dapat mengakibatkan kera-

cunan, menyebabkan penurunan selera makan dan penurunan

bobot badan. Asam amino yang bersifat racun adalah asam

(161)

jalur, sehingga produk metabolismenya serta ampas meta-

bolismenya sangat banyak. Asam amino yang digolongkan

toksik adalah metionin, tyrosin, triptopan dan histidin.

A s a m amino yang kurang beracun bila berlebihan adalah

leusin, isoleusin, dan valin, sedangkan fenilalanin,

arginin, lysin, dan threonin digolongkan ke dalam asam a d n o berderajat toksisitas sedang.

Menurut Rook dan Thomas (1983), Sutardi (1990), me-

tionin digolongkan beracun karena:

a). Transportnya sangat efisien di dalam tubuh, yaitu

dapat melalui :

-

Alanin System (A-System)

Dalam A-System, tidak hanya alanin yang dapat

mengganalrannua, tetapi juga metionin, serine,

treonin, prolin, dan histidin.

-

Leusin System (L-System)

Selain asam amino bercabang leusin, isoleusin dan

valin, maka fenilalanin, tyrosin, metionin, dan

h i s % i d i n 3- dapat memanfaatkan L-System i n L un-

tuk sistem transportnya.

b). Metionin dapat berfungsi sebagai ion penukar untuk memasukkan asam amino lainnya. Akumulasi di dalam

sel dapat mengakibatkan terjadinya "exchange trans-

port" yaitu metionin keluar, ditukar dengan asam

amino lain, ini mempermudah masuknya asam amino

lain, sehingga kemungkinan mendapatkan metionin

(162)

29

c). Produk katabolisme metionin masih mungkin diman-

faatkan sebagai sumber yang beracun, yaitu tiometil

(S-CH3 )

.

Metionin yang mengalami d-minasi menjadi alfa-keto-

gamma-metiolbutirat ternyata efisiensi penggunaannya se-

tragai asam amino masih tinggi, dan bila mengalami dekar-

boksilasi, berubah menjadi 3-metiltiopropionat yang ter-

nyata sama beracunzlya dengan metionin. Apabila metionin

mengalami katabolisme maka metionin akan diaktivasi oleh

enzim dalam bentuk S-adenosy1-L-methionine (SAM) yang

disertai perubahan penggunaan ATP (Larvor, 1983). SAM t e r s e b u t mrupakan donor metil sehingga menjadi S-adeno-

syl-L-honmcysteine ( Q ) yang sama seperti sistein (Cg )

.

Ihl -&an produk katabolisme metionin dan dapat ber- ga- dengan L-serin menjadi L-cystathionine yang se-

Lanjtrkaya menjadi L-sistein. L-sistein dapat pula ber- asal dari L-sistin. L-homosistein dapat mengalami me- t i l a d oh* asam folat (vitamin

B,

N5-methiltetrahidro- f o l i k

=

5-CS3-E14-asam folik) yang dalam bentuk aktifnya tetrahydrofolate

(m)

sehingga menjadi metionin lagi.

Efek buruk keracunan metionin pernah diteliti oleh

Fau et a J . (1987) pada anak kucing yang mendapat ransum dengan kadar rnetionin berlebihan (2, 3, dan 4 persen).

Fiasilnya adalah, konsumsi ransum menjadi berkurang dan

diikuti oleh penurunan bobot badan. Sedangkan konsentra-

(163)

t i g a k a l i l e b i h b e s a r d a r i p a d a k o n t r o l . T e r n y a t a k e l e - b i h a n m e t i o n i n pada k u c i n g muda l e b i h - b u r u k a k i b a t n y a d a r i p a d a k u c i n g dewasa, k a r e n a kemampuan a d a p t a s i n y a t e r h a d a p ransum b e r k a d a r m e t i o n i n t i n g g i masih t e r b a t a s .

Sedangkan M u l l e r dan R e d r i g u e z ( 1 9 7 5 ) m e n u l i s pendapat Benevenga bahwa keracunan. m e t i o n i n b e r a k i b a t kepada r e n -

dahnya pertumbuhan a n a k s a p i . D a l a m h a 1 i n i m e t i o n i n

t i d a k mempengaruhi t r a n s p o r t a t a u u t i l i s a s i asam amino l a i n , t e t a p i karena t e r j a d i penyirnpangan dalam metabo- l i s m e g r o u p m e t i l . T e r l e p a s d a r i a l a s a n t e r s e b u t d i a t a s , secara umum d a p a t d i s i m p u l k a n bahwa t i n g k a t - t i n g - k a t keracurran m e t i o n i n a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t ( S u t a r d i ,

1990 ) :

- S e l e r a ma& menurun.

- Pertumbuhan r e n d a h

-

T e r j a d i k e l a i n a n inorfolog+s dalam j a r i n g a n t e r u t a n a j a r i n g a n tempat t e r j a d i n y a k a t a b o l i s m e m e t i o n i n y a i t u h a t i , g i n j a l , d a n l a i n n y a .

- Keracunan y a w parah m ' t z a b k a n hemosicferosis pada limpa y a i t u limpa berwarna h i t a m k a r e n a t e r j a d i penirn- bunan z a t best (Fe). D i k e t a h u i bahwa hemosiderfn ba- nyak mengandung Fe.

Metionin dan h i s t i d i n dalam A-system dan L-system sama keberadaannya, k a r e n a i t u kedua asam amino t e r s e b u t b e r s i f a t a n t a g o n i s t i k ( S u t a r d i , 1 9 9 0 ) . Keadaan demikian

(164)

buruk antagonisme asam amino tidak dapat dikoreksi de-

ngan asam amino pembatas pertama. Pencegahannya hanya

dapat dilakukan dengan menambahkan asam amino yang sifat

kimia dan sifat fisiknya hampir sama. Antagonisme yang

paling lumrah adalah antagonisme antar asam amino be-

rantai cabang, antara lysin dengan arginin (asam amino

basal, dan antagoniswe antar asam amino berkonfigurasi

D.

Penelitian Fau et al. (1987) mendapatkan bahwa sup- lementasi glysin dapat meningkatkan konsumsi ransum dan

bobot badan an& kucing yang mendapat ransum dengan ka-

dar metionin thggi.

9. Kcmmsisi

~~

Tubuh term& dibangun dari zat-zat makanan yang berasal darl ransam yang dimakannya (Sutardi, 1980 1 . Ha-

sil peneli3zhzt parrzt pa& menunjukkan bahwa penambahan

A W h l a m ransun pertuabuhan awal dapat meningkatkan bo-

but bad- an& sapi. Urrtuk mengetahui f raksi komposisi tubuh yang paling besar perubahannya akibat penggunaan AHM tersebat perla dilakuEEan pengukuran kornposisi tubuh. Pengukuran komposisi tubuh ternak yang paling tepat

adalah dengan aelakukan pawtongan terhadap ternak yang akan diukur. Kemrdian dengan analisis proksimat dapat-

lah diketahui kadar air, lemak, protein, karbohidrat,

dan mineral ternak tersebut. Pengukuran kornposisi tubuh

(165)

32 mahal biayanya. U ~ t u k itu, dilakukan upaya menduga kom-

posisi tubuh tanpa memotong ternak. Pendugaan komposisi

tubuh secara tidak langsung seperti itu adalah mengguna-

kan teknik perunutan, misalnya menggunakan antipirin,

N-asetil-4 aminoantipirin

(NAAP),

deuterium, tritium,

4-iodoantipirin (antipirin yang mengandung 13'1), dan 4 0 ~ (potasium). Semua perunut di atas kecudli K, dipa- lrai untuk menentukan kadar air tubuh ternak hidup, se-

dangkan K dipakai untuk mengukur kadar protein tubuh, karena konsentrasi

K

per gram protein tubuh sangat mant a p

.

Dengan mengetahui kadar air tubuh, dapat pula di-

ketahui kadar lemak tubuh, karena antara kadar air dan kan;lr lemak terdapat hubungan negatif, Persentase M a r

air dan kadar lemak tubuh dikurangi dengan seratus per-

sen itulah kadar karbohidrat, protein, dan mineral tu-

b&. Karbohidrat tubuh, kadarnya amat kecil, tidak le-

bih dari satu persen, sehingga dapat diabaikan dalam

pezciugaan kmposisi tubuh. Pada ternak ruminansia kadar

protein dan mineral mempunyai perbandingan yang mantap

yaitu 4 : 1 (Tabel 5). Perbandingan ini tidak banyak

dipengaruhi oleh umur dan kondisi tubuh, berbeda dengan

kadar air dan lemak. Pada usia muda, kadar air tinggi

sedangkan kadar lemak rendah. Sernakin tua umur, kadar

air semakin berkurang, sedangkan kadar lemak semakin me-

(166)

Tabel 5. Komposisi Tubuh Kosong Beberapa Jenis Ternak

No. Jenis ternak

...

Komposisi Tubuh ( % )

P/M

Sumber Air Lemak Protein Mineral

-

Anak

-

Anak

-

Anak

-

Sapi - Sapi

-

Sapi

-

Sapi

-

Sapi

-

Sapi

sapi, baru lahir sapi,

BB

45 kg sapi, gemuk kebiri, kurua muda,

BB

318 kg

penggemukan,

BB

454 kg penggemukan,

BB

544 kg penggernukan,

BB

680 kg penggernukan, gsmuk

-

Sapi perah

-

Sapi perah

-

Sapi FH jantan,

BB

190 kg [image:166.754.29.669.22.498.2]
(167)

No. J e n i s t e r n a k Komposisi Tubuh

( % )

...

P/M Sumber

A i r Lemak P r o t e i n M i n e r a l

-

Anak domba, gemuk

-

Domba dewasa

-

Domba k u r u s

-

Domba dewasa gemuk

-

Domba dewaaa gemuk

- Domba dewasa, BB 30 kg

-

Domba dewasa, BB 38 kg

-

Domba dewasa, BB 45 kg 4 . Babi

-

B a b i , BB 8 kg 73.0 6.0 17.0 3.4 5.0 a

-

Babi bertumbuh, BB 30 k g 60.0 24.0 13.0 2.5 5.2 a

-

Babi bertumbuh, BB 4 5 kg 66.8 16.2 14.9 3.1 4.8 b

-

Babi gemuk sedang, BB 91 k g 54.0 28.5 14.5 2.7 5.4 b

-

Babi gemuk s e d a n g , BB 100 kg 49.0 36.0 12.0 2.6 4.6 a

-

Babi gemuk, BB 136 kg 42.5 42.6 11.6 2.1 5.5 b
(168)

Tabel 5 . (Lanjutan)

No. J e n i s ternak

Komposisi Tubuh ( % )

...

P/M Surnber A i r Lemak P r o t e i n Mineral

-

Ayam 56.0 19.0 21.0 3.2 6.6 a

-

Ayam b e t i n a dewasa, BB -23 kg 71.2 3.5 20.8 3.6 5.8 b

-

Ayam b e t i n a dewaaa, BB

.91

kg 65.7 6.6 22.8 3.6 6.3 b

-

Ayam b e t i n a dewasa, BB 1.81 kg 55.8 20.0 19.2 3.1 6.2 b 6.

Kuda

-

Kuda

-

Kuda

-

Kelinci 69.0 8.0 18.0 4.8 3.8 a

Sumber: a. Maynard

dan

Loaali

(1973) b. Morriaon (i951)

c. McDonald et a f . (1088) d . Agustin, Faueia (1901) e . Turgeon e t el. ( 1086)

Keter-: P/M

=

Nisbah P r o t e i n : Mineral [image:168.752.40.675.26.514.2]
(169)

Pada Tabel 5 tampak bahwa nisbah protein: mineral

(P/M) pada ternak ruminansia lebih mantap dibanding ter-

nak.non ruminansia maupun unggas. Hal ini besar kemung-

kinannya karena ekstremiti pada t e r ~ a k ruminansia lebih

besar daripada ternak lainnya, sehingga nisbah daging:

tulang yang dihasilkan juga berbeda.

Pengukuran komposisi tubuh selain m e n g a d a n pern-

nut yang telah disebutkan di atas, juga dapat dilakdsan

ctengan teknik pengukuran ruang urea (urea space) seperti

yang dilakukan Preston dan Kock (1973), Kock dan Preston

(1979), Bartle et a1

.

(1983, 19881, dan Bartle dan Pres- ton (1986). Penggunaan larutan urea sebagai perunut

didasarkan atas kenyataan bahwa molekul urea dapat bercampur merata dengan cepat bersama cairan t u h h d a l m rssktu 12

-

15 menit pada sapi, selain itu, urea ti&

b-eraccm, bukan merupakan senyawa asing bagi tubuh dan

t i d a k menimbulkan gangguan fisiologis bagi ternak, ha-

(170)

111. BAHAN DAN CARA PENELITIAN

1. Bahan PeneU tian

a. Ternak

Digunakan sebanyak 24 ekor anak jantan sapi Holstein

umur dua minggu.

b. Ransum

Ada empat jenis makanan yang diberikan yaitu susu

m r n i (SM), susu skim ( S S ) , ransum pertumbuhan awal (RPA, ada 2 macam yaitu RPA, = RPA kontrol, dan RPAl =

RPA yang telah ditingkatkan mutunpa), dan rumput gajah

(RPT)

.

Skedul dan jumlah pemberian setiap jenis makanan

tersebut disajikan pada Tabel 6.

Pemberian SM setiap hari dibagi dalam dua bagian,

pertama pagi hari, pukul 06.00 dan sisanya sore hari pu-

kul 15.00. Skedul tersebut berlaku pula untuk pemberian

SS. Pemberian RPA dimulai sedikit demi sedikit setelah percobaan berlangsung satu minggu untuk memacu pertum- buhan yang cepat. Pemberiannya dilakukan sekali sehari

yaitu pada pukul 13.00. RPAl disusun sesuai rekomendasi

NRC (1988) dengan protein kasar

(PK)

18 persen dan ener-

gi (TDN) 80% atau lebih kurang setara dengan 12 MJ

ME/kg, sedangkan RPAo kadar

PK

nya 15 persen dan ener-

ginya 11 MJ ME/kg. Ransurn tersebut (RPAo dan RPAl) di-

(171)

Tabel 6. Skedul Pemberian Makanan Anak Sapi

FH

Jantan sampai Umur 12 Minggu

Umur Bobot badan PBB Kebutuhan (Kg)

( minggu (Kg) (Kg)

...

SM SS RP A RPT

Bersama 6.0 5.0 4.0 4.0 3.5 3.5 3.5 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 induk -10 - 3 5 - 2 0 -20 -20 - 3 0 -50 -50 -50

- 6 0

- 7 0 -70

Disarikan dari: Roy (1980), Sutardi (1981), Sudono (19851, Parakkasi (1987) dan NRC (1988)

Keteran~an:

*

Mulai diberi sedikft demi sedikit

PBB

=

Pertamkhan Bobot Badan ; SM

=

Susu Murni ; SS = Susu S k i m ;

RPA

=

Ransum Pertumbuhan Awal (Calf Starter) ; RPT = Rumput

ransum terdiri atas dedak gandum, dedak padi, j a m n g , bungkil kacang tanah, bungkil Belapa, tephmg tulang, ga- 'ram, kapur, dan campuran vitamin-mineral. Susunan ran-

sum percobaan dicantumkan pada Tabel 7 -

Ke dalam RPA ditambahkan Analog Hidroksi Metionin

(AHM). Taraf penambahan AHM ke dalam

RPA

merupakan per- [image:171.540.45.477.31.755.2]
(172)

39 Tabel 7. Susunan Ransum Pertumbuhan Awal

No. Bahan baku

RPA,

RPA

. . .

( p e r s e n )

. . .

1. Jagung 5.5 53.5

2. Bungkil kelapa 5.2 21.8

3. Bungkil kacang tanah 5.0 8.0

4. Dedak gandum 55.0 5.0

5 . Bungkil kedele

-

5.0

6. Dedak padi 26.0

7. Kapur

-

8. Garam 0.5

9. Tepung tulang 2.5

10. Campuran vitamin-mineral

*

1 0.4

J u m l a h

-

Bahan kering, ( % )

-

Energi, (MJ f.IE/kg)

- PK, ( % I

- Kalsium, ( % )

-

F o s f o r , ( X )

a ) . Campuran vitamin-mineral terdiri atas: a. Vitamin ( I U ) : Vit A 2 202 643.0000;

Vit D3 881 057.0000; dan Vit

E

1 101.3001 b. Unsur mineral (mg/kg): Mg 16.50; Zn 11.89

Fe

8.81; Cu 1.10;

I

0.44; dan Se 0.0025

RPA, = Ransum Pertumbuhan yang biasa digunakan se- hari-hari (kontrol)

[image:172.540.44.484.38.735.2]
(173)

40

Rumput muda segar (RPT) diberikan sedikit demi se-

dikit setelah percobaan berlangsung satu minggu. Sete-

lah umurnya meningkat, pemberiannya diperbanyak dan di-

sajikan setiap harinya pada pukul 10.00.

c. Kandang

Diperlukan 24 buah kandang individual tempat peme-

liharaan anak sapi, berukuran tinggi 1.2 m, lebar 1.0 m, dan panjang 2.0 m, terbuat dari pipa besi, berlantai se-

men dan diberi alas jerami padi atau serbuk gergaji se-

tebal 15 cm.

Pada setiap kandang terdapat tempat makanan dan mi-

numan yang terbuat diiri s e e n .

d. Bahan Lain

Perlengkapan lain yang diperlukan dalam percobaan

ini adalah ember plastik, peralatan laboratorium, bahan

kimia, obat ternak, timbangan ransum berkekuatan 3 kg,

timbangan ternalr krkeknatan 950 kg dengan tingkat kepe-

kaan 1-0 kg, dan seb;rPainya.

2 -

-

a. Perlakuan

Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh perbaikan

mutu Ransum Pertumbuhan Awal (RPA) serta faedah penam-

bahan AHM dalam Ransum Pertumbuhan Awal (RPAl) anak sapi

(174)

0 = SM + SS

+

RPAo (Kontrol-0) yang biasa dipakai sehari-hari

A

=

SM + SS + RPAl (Kontrol-1)

B

= SM

+

SS + RPAl

+

2 g AHM

C = SM + SS

+

RPAl + 4 g AHM

Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Ke- lornpok (RAK) menggunakan empat kelompok bobot badan anak

sapi yang masing-masing kelompok mendapat enam perlakuan

tersebut di atas.

b. Waktu dan Tempat

Penelitian berlangsnng sejab bnlan Agustus

-

Desem- ber 1991 di perusahaan peternakan PT. Kariyana Gita Uta-

ma, Cicurug-Sukabumi. Kemudian dilanjutkan den- pene-

litian laboratorium untuk mengandLisLs con%oh yang di-

peroleh dari penelitian lapangan tersebut di atas. Ana-

lisis laboratorium dilakukan di Lab, Mgtrisi drtn Makanan Ternak serta Lab- Ilmu Daging FaSnxltas feternakan

IPB,

Lab. Biokimia FMIPA IPB, Lab. Histolo&. Fakultas Kedok- teran Hewan IPB, Lab. Balai Penelitian Ternak-Ciawi, dan

Lab. Balai Besar Industri H a i l Permian--or,

c. Analisis Data

Data yang terkurnpul ditabulasi untuk selanjutnya

dilakukan analisis sidik ragam serta uji kontras ortogo-

(175)

d. Peubah yang Diukur

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap

beberapa peubah seperti disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Matriks Peubah yang Diamati/Diukur

No. P e u b a h Kegunaan

1. Konsumsi makanan Indikator palatabilitas kg BK/ekor/hari ransum.

2. Pertambahan bobot Indikator pertunsbuhan. badan, kg/ekor/hari

. Komposisi asam amino Indikator mutu ransum, me- plasma darah dan ngetahui asam amino pemba-

daging tas, mengetahi konsentrasi

dan pola asam amino plasma, serta menduga kebutuhan asam amino pembatas.

4*. Trigliserida plasma Indikator metabolisme lemak darah dan daging

5". Asam lemak terbang Indikator metabolisme

plasma darah energi

6 " .

Gambar

Tabel 1. Total, Buffer Insolubel, dan Detergent Insolubel
Tabel 2. Nisbah Fraksi Protein Solubel:
Tabel 3. Dugaan KeSutuhan Asam Amino Esensial -
Gambar 1. Konversi Analog Alfa Hidroksi Metionin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Luas cakupan area terbang yang dipotret saat penerbangan adalah 16 hektar.Jumlah foto yang dihasilkan dalam 3 kali penerbangan lebih dari 768 foto dan yang

Pegawai akan merasa puas ketika tidak ada keterpaksaan dalam bekerja, diberikan kebebasan dalam merencakanan sendiri pekerjaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya

Dokumen Pengadaan Pekerjaan Barang Bab III Instruksi Kepada Peserta (IKP) Pasal E Pembukaan dan Evaluasi Penawaran Point 29 Pembuktian Kualifikasi Ayat 29.1 yang berbunyi :

Berdasarkan hasil survei pada umumnya tahu tentang program olah raga tapi masih ada yang kurang tahu kendala masyarakat tidak datang olah raga.. Program P2M (pemberantasan

Literasi sains suatu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan

Langkah strategis yang dilakukan Pemda dalam menata iklim investasi yang kondusif diantaranya adalah implementasi Peraturan Gubernur Maluku Nomor 15 tahun 2007 tentang

a) Data center pada RSIM Sumberrejo belum sesuai dengan standar yang ada. Kompenen yang ada pada TIER 2 belum dipenuhi karena data center belum memiliki alat pengukur

Peringat kinerja diperlukan untuk penyesuaian waktu yang diperoleh dari pengamatan terhadap satu orang pekerja menjadi waktu normal yang berlaku bagi seluruh