• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA KOMIK DI KELAS V SDN PATEMON 01 KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA KOMIK DI KELAS V SDN PATEMON 01 KOTA SEMARANG"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

BERBANTUAN MEDIA KOMIK

DI KELAS V SDN PATEMON 01

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

MULYA CITRA DEVI 1401411125

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mulya Citra Devi NIM : 1401411125

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik di Kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 25 Juni 2015 Peneliti

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Mulya Citra Devi, NIM 1401411125, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik di Kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang.” telah

disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Senin

Tanggal : 13 Juli 2015

Semarang, 25 Juni 2015

Mengetahui, Menyetujui

Ketua Jurusan PGSD, Dosen Pembimbing,

Dra. Hartati, M.Pd. Drs. Moch Ichsan, M.Pd.

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Mulya Citra Devi, NIM 1401411125, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik di Kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Senin

Tanggal : 13 Juli 2015 Panitia Ujian Skripsi:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Fitria Dwi P, S.Pd., M.Pd. NIP. 195604271986031001 NIP. 198506062009122007

Penguji Utama

Dra. Munisah, M.Pd. NIP. 195506141988032001

Penguji I Penguji II

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang tidak menyadari betapa

dekatnya mereka dengan keberhasilan, saat mereka menyerah”

( Thomas Alfa Edison )

“ Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran,

kebenarandalam tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa. “(R.A. Kartini)

Persembahan Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tuaku tercinta, “Bapak Mulyono dan Ibu Enis Tri Wulandari”yang

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik di Kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Selain itu, skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan terutama dalam memajukan pendidikan Indonesia.

Dalam penulisanskripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan peluang untuk penulis menempuh pendidikan SI di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin dalam penelitian.

3. Dra. Hartati, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang melancarkan penyusunan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian.

4. Drs. Moch Ichsan, M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat dengan kesabaran serta kesungguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

5. Dra. Mu’nisah, M.Pd. Dosen Penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan teliti dan sabar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(7)

vii

7. Teguh Budiwati, S.Pd. Kepala Sekolah SDN Patemon 01 Kota Semarang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

8. Munawaroh, S.Pd SD Guru kolaborator kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di kelas V.

9. Keluarga besar SDN Patemon 01 Kota Semaranfg yang telah memberikan pengalaman mengajar dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

10. Seluruh civitas akademika PGSD FIP UNNES yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

11. Galih Restu Ajiatmoko terkasih, yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis.

12. Adik-adik tersayang, Mulya Diva Cahaya Sabilla dan Mulya Arrahma Finisya yang tiada henti memberi semangat dan doa kepada penulis.

13. Sahabat tersayang, Naila Zulfa, Insani Kamila A., Ahyad Rosyada J., Roro Etikawati serta teman-teman mahasiswa program studi S1 PGSD UNNES angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.

Tiada yang lebih sempurna dari Allah SWT. Dan hanya kepada kepada Allah SWT kita tawakal dan memohon hidayah serta inayah-Nya. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi peneliti, pembaca, maupun dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, 25 Juni 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Devi, Mulya Citra. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik di Kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Drs. Moch Ichsan, M.Pd. 192 halaman.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, serta memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai sosial. Hasil refleksi menunjukan guru dalam pembelajaran IPS belum menggunakan model dan media yang variatif serta kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga berdampak pada aktivitas siswa dan hasil belajar yang belum optimal. Hasil belajar pra siklus menunjukkan bahwa 22 siswa dari 36 siswa (61,2%) memiliki nilai di bawah KKM. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model think talk write berbantuan media komik di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang?. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar melalui model think talk write berbantuan media komik di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang.

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang terdiri tiga siklus. Subjek penelitian adalah guru dan 36 siswa kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 23 dengan kategori cukup, siklus II memperoleh skor 28 dengan kategori baik, dan siklus III memperoleh skor 37 dengan kategori sangat cukup. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh skor 18,1 dengan kategori baik, siklus II memperoleh skor 21,4 dengan kategori baik, siklus III memperoleh skor 27,2 dengan kategori sangat baik. Katuntasan klasikal hasil belajar pada siklus I sebesar 52,7% dengan kategori cukup, siklus II sebesar 69,4% dengan kategori baik, siklus III sebesar 86,1% dengan kategori sangat baik.

Simpulan dari penelitian ini adalah model think talk write berbantuan media komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Saran bagi guru hendaknya pembelajaran melalui model think talk write berbantuan media komik dapat digunakan untuk pembelajaran lain.

(9)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

1.2PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH ... 9

1.2.1Rumusan Masalah . ... 9

1.2.2. Pemecahan Masalah ... 10

1.3TUJUAN PENELITIAN ... 11

1.4MANFAAT PENELITIAN ... 12

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 12

1.4.2. Manfaat Praktis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1KAJIAN TEORI ... 14

2.1.1 Hakikat belajar ... 14

2.1.2 Hakikat pembelajaran ... 15

2.1.3 Kualitas pembelajaran ... 16

2.1.3.1 Keterampilan guru ... 20

(10)

x

2.1.3.3 Hasil belajar ... 32

2.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 40

2.1.4.1 Hakikat Pendidikan IPS ... 40

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran IPS ... 41

2.1.4.3 Pembelajaran IPS di SD ... 44

2.1.5 Model Kooperatif ... 48

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Model Kooperatif ... 48

2.1.5.2 langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 49

2.1.6 Model Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 50

2.1.6.1 Langkah-langkah Pembelajaran Think Talk Write ... 51

2.1.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Think Talk Write ... 52

2.1.7 Media Komik Pembelajaran ... 53

2.1.7.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 53

2.1.7.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 53

2.1.7.3 Manfaat Media Pembelajaran ... 54

2.1.7.4 Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 55

2.1.7.5 Jenis Media Pembelajaran ... 57

2.1.7.6 Media Komik ... 58

2.1.7.7 Jenis-jenis Komik ... 59

2.1.8 Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Menggunakan Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik ... 61

2.8.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme ... 61

2.1.8.2 Teori Belajar Kognitivisme ... 62

2.1.9 Penerapan Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik ... 64

2.2 KAJIAN EMPIRIS ... 65

2.3 KERANGKA BERPIKIR ... 71

2.4 HIPOTESIS TINDAKAN ... 73

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 74

(11)

xi

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 76

3.1.3 Observasi ... 76

3.1.4 Refleksi ... 77

3.2 SIKLUS PENELITIAN ... 78

3.2.1 Siklus Pertama ... 78

3.2.2 Siklus Kedua ... 80

3.2.3 Siklus Ketiga ... 82

3.3 SUBJEK PENELITIAN ... 84

3.4 TEMPAT PENELITIAN ... 85

3.5 VARIABEL PENELITIAN ... 85

3.6 DATA DAN CARA PENGUMPULAN DATA ... 85

3.6.1 Sumber Data ... 85

3.6.2 Jenis Data ... 86

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 86

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA ... 89

3.7.1 Data Kuantitatif ... 89

3.7.2 Data Kualitatif ... 92

3.7.2.1 Analisis Data Keterampilan Guru ... 94

3.7.2.2 Analisis Data Aktivitas Siswa ... 96

3.7.2.3 Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 96

3.8 INDIKATOR KEBERHASILAN ... 101

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA PRASIKLUS ... 101

4.2 HASIL PENELITIAN ... 102

4.2.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I ... 102

4.2.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus II ... 121

4.2.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus III ... 140

4.3 PEMBAHASAN ... 168

4.3.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 168

(12)

xii BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN ... 182

5.2 SARAN ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 185

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel SK,KD IPS Semester II ... 45

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Belajar ... 92

Tabel 3.2 Skor dan Ketegori Kualitatif ... 94

Tabel 3.3 Kriteria Data Ketuntasan Guru ... 95

Tabel 3.4 Kriteria Data Aktivitas Siswa ... 97

Tabel 3.5 Kriteria Data Nilai Afektif ... 99

Tabel 3.6 Kriteria Data Nilai Psikomotorik ... 100

Tabel 4.1 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Prasiklus ... 103

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 108

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 112

Tabel 4.4 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ... 115

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Afektifitas Siswa Siklus I ... 117

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I ... 119

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ... 127

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 131

Tabel 4.9 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II ... 135

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Afektifitas Siswa Siklus II ... 137

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus II ... 139

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III ... 146

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ... 151

Tabel 4.14 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus III ... 155

Tabel 4.15 Hasil Pengamatan Afektifitas Siswa Siklus III ... 157

Tabel 4.16 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus III ... 159

Tabel 4.17 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I, II dan III ... 163

Tabel 4.18 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I, II dan III ... 165

Tabel 4.19 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I, II dan III ... 166

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

(15)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 108

Diagram 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 112

Diagram 4.3 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 116

Diagram 4.4 Hasil Pengamatan Belajar Afektif Siswa Siklus I ... 117

Diagram 4.5 Hasil Pengamatan Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I ... 119

Diagram 4.6 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ... 127

Diagram 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 132

Diagram 4.8 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 135

Diagram 4.9 Hasil Pengamatan Belajar Afektif Siswa Siklus II ... 137

Diagram 4.10 Hasil Pengamatan Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II ... 139

Diagram 4.11 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III ... 146

Diagram 4.12 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ... 151

Diagram 4.13 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siklus III ... 155

Diagram 4.14 Hasil Pengamatan Belajar Afektif Siswa Siklus III ... 157

Diagram 4.15 Hasil Pengamatan Belajar Psikomotorik Siswa Siklus III ... 159

Diagram 4.16 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I, II dan II ... 164

Diagram 4.17 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I, II dan II ... 165

Diagram 4.18 Pencapaian Ketuntasan Belajar Kognitif Siklus I,II dan III ... 166

Diagram 4.19 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I,II dan II ... 168

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Penetapan Indikator Keterampilan Guru ... 193

Lampiran 2 Pedoman Penetapan Indikator Aktivitas Siswa ... 194

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 196

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru ... 198

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 201

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Belajar Afektif Siswa ... 204

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Belajar Psikomotorik Siswa ... 206

Lampiran 8 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I .... 209

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 221

Lampiran 10 Catatan Lapangan Siklus I ... 224

Lampiran 11 Tabel Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 225

Lampiran 12 Tabel Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I ... 226

Lampiran 13 Tabel Hasil Pengamatan Afektif Siklus 1 ... 228

Lampiran 14 Tabel Hasil Pengamatan Psikomotorik Siklus 1 ... 229

Lampiran 15 DOKUMENTASI SIKLUS I ... 231

Lampiran 16 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II .. 233

Lampiran 17 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II... 248

Lampiran 18 Catatan Lapangan SiklusII ... 251

Lampiran 19 Tabel Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 252

Lampiran 20 Tabel Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus II ... 253

Lampiran 21 Tabel Hasil Pengamatan Afektif Siklus II ... 255

Lampiran 22 Tabel Hasil Pengamatan Psikomotorik Siklus II ... 256

Lampiran 23 DOKUMENTASI SIKLUS II ... 258

Lampiran 24 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III . 260 Lampiran 25 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III ... 274

Lampiran 26 Catatan Lapangan Siklus III ... 277

Lampiran 27 Tabel Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ... 278

(17)

xvii

Lampiran 29 Tabel Hasil Pengamatan Afektif Siklus III ... 281

Lampiran 30 Tabel Hasil Pengamatan Psikomotorik Siklus III ... 282

Lampiran 31 DOKUMENTASI SIKLUS III ... 284

Lampiran 32 Hasil Belajar Siklus I ... 285

Lampiran 33 Hasil Belajar Siklus II ... 287

Lampiran 34 Hasil Belajar Siklus III ... 290

Lampiran Data Awal ... 292

Lampiran Surat Ijin Penelitian... 294

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan prioritas utama yang dibutuhkan setiap individu di era global ini. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki pengetahuan yang baik serta dapat bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Perkembangan dunia pendidikan ikut berubah seiring dengan perkembangan jaman dimana pola pikir pendidik berubah dari konservatif menjadi lebih modern. Hal ini memiliki implikasi terhadap metode pendidikan di Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(19)

berpartisipasi aktif, mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Selain mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. IPS juga memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Tujuan dari mata pelajaran IPS adalah membekali peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global (KTSP 2006:575). Sejalan dengan tujuan tersebut, menurut Nursid (dalam Hidayati,dkk. 2008: 1.24) tujuan pendidikan IPS yaitu “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”. Lebih lanjut Hamalik (dalam

(20)

tingkah laku siswa, yaitu 1) pengetahuan dan pemahaman, 2) sikap hidup belajar, 3) nilai-nilai sosial dan sikap 4) keterampilan.

Sumantri (dalam Hidayati,dkk. 2008:1.3) menyebutkan IPS sebagai suatu program pendidikan bukan sub-disiplin ilmu sehingga mempelajari banyak ilmu terkait. Sedangkan Susanto (2013:137) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Selanjutnya, Sapriya (2012:20) menuturkan bahwa istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berfikir siswa yang bersifat holistik.

(21)

akan menerima nilai tes yang baik, sehingga tingkat kesiapan siswa untuk aktif sebagai warga negara masih kurang. Pemahaman yang seperti itu, menyebabkan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada verbalisme. Sarana penting untuk media pembelajaran juga sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS. Pada umumnya sarana mendukung pembelajaran IPS masih minim, sehingga permasalahan ini mengakibatkan siswa kurang aktif, bahkan cenderung pasif, dan mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran.

(22)

kurikuler. Indikator kualitas pembelajaran dalam penelitian ini dikaji dalam tiga indikator, yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

Pernyataan diatas berdampak pada pencapaian hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Patemon 01Kota Semarang. Pencapaian hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran IPS yang telah ditentukan sekolah yaitu 64. Dari 36 siswa hanya 14 siswa (38,8%) yang memenuhi KKM, sedangkan 22 siswa lainnya (61,2%) memiliki nilai di bawah KKM. Dari pencapaian hasil belajar tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran karena lebih dari 50% dari keseluruhan siswa kelas V SDN Patemon 01 kurang memahami materi IPS yang mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang optimal.

Permasalahan yang ditemukan di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang memerlukan upaya yang tepat untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil diskusi bersama guru mitra, maka didapatkan alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi rendahnya kualitas pembelajaran IPS yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif model think talk write berbantuan media komik.

(23)

Alur kemajuan model think talk write dimulai keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dlakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan menbagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas berpikir, berbicara dan menulis ini adalah salah satu bentuk aktivitas belajar mengajar yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan tipe ini adalah berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Sehingga metode pembelajaran think talk write memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide melalui proses berpikir dan berbicara sebelum menuliskannya. Fitria (2011) mengungkapkan kelebihan metode pembelajaran think talk write adalah sebagai berikut: 1) siswa menjadi lebih kritis; 2) semua siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran; dan 3) siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. Think talk write membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa. Sehingga model think talk write dipandang efektif digunakan untuk mengatasi rendahnya kualitas pembelajaran IPS di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang.

(24)

pembelajaran aktif dan media yang menarik bagi siswa. Penggunaan komik pembelajaran sebagai media cocok digunakan dalam pembelajaran IPS pada materi peristiwa menjelang proklamasi. Melalui komik pembelajaran, peristiwa sejarah disajikan dalam bentuk gambar 2 dimensi sehingga memudahan siswa dalam memahami peristiwa dengan jelas melalui teks dan gambar yang ada dalam komik. Selain itu, komik pembelajaran dapat dibaca ulang sesuai kebutuhan untuk dapat memberikan penekanan maupun untuk lebih memperjelas materi.

Pemilihan komik sebagai media pembantu yang digunakan disini adalah untuk menambah daya tarik siswa dalam belajar. Serial komik sangat erat kaitannya dengan kartun. Komik merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca (Nana Sudjana, 2013:64). Sehingga dengan komik membuat siswa merasa senang dan lebih tertarik untuk membaca yang akan lebih memotivasi mereka dalam belajar.

Beberapa jurnal penelitian yang memperkuat penerapkan model think talk write berbantuan media komik antara lain adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Widya Nurhayati tahun 2012 dengan judul “Peningkatan Komunikasi Ilmiah

(25)

hasil belajara klasikal mencapai 72,7% (24 dari 33 siswa yang tuntas mencapai KKM ≥ 63) dengan rerata kelas adalah 73,3 dan pada siklus II ketuntasan hasil

belajar klasikal meningkat menjadi 87,9% (29 dari 33 siswa) dengan rerata kelas adalah 81,4. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran IPS melalui model kooperatif tipe think talk write dapat meningkatkan, kemampuan guru, aktivitas komunikasi siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Bulu Lor Semarang.

Sedangkan pemakaian media Komik Pembelajaran terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa, hal ini ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Indah Cahyani pada tahun 2014 dengan judul “Penggunaan Media

Komik Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi” menunjukan bahwa

pada prasiklus nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa adalah 64,59 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 25%, pada siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa adalah 68,36 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 39,13%, dan pada siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa adalah 74,29 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 86,96%. Persentase tersebut telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media komik dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IVA SD Negeri.

(26)

Pembelajaran IPS melalui Model Think Talk Write Berbantuan Media Komik di Kelas V SDN Patemon 01Kota Semarang“

1.2

RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan penerapan model think talk write berbantuan media komik di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang?

Rumusan masalah di atas dapat dirinci sebagai berikut :

a. Apakah melalui penerapan model think talk write berbantuan media komik dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang?

b. Apakah melalui penerapan model think talk write berbantuan media komik dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang?

(27)

1.2.2 PemecahanMasalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merancang alternatif tindakan yang dapat dilakukan melalui penerapan model think talk write (Huda. 2013: 220) berbantuan media komik pada pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang.Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Siswa memperhatikan penjelasan tentang materi dan konsep pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Siswa mengamati media komik dan cara penggunaannya 3. Masing-masing siswa diberikan komik pembelajaran.

4. Siswa membaca komik dan membuat catatan kecil secara individual tentang hal penting atau informasi yang dia ketahui maupun belum diketahui dalam komik (think).

5. Siswa dibagi dalam kelompok kecil heterogen (5-6 orang)

6. Siswa berinteraksi dengan teman satu kelompok membahas isi catatan kecil yang telah dibuat dan membuat rangkuman dengan pemahaman mereka peristiwa sesuai isi komik (talk).

7. Dari hasil diskusi siswa secara individual merumuskan pengetahuan sesuai dengan hasil diskusi merekadengan bentuk tulisan dengan bahasanya sendiri (write).

(28)

1.3

TUJUANPENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti menentukan tujuan yang akan dicapai yaitu:

Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti menentukan tujuan umum dalam penelitian ini yaitu:

Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model think talk write berbantuan mediakomik di kelas V SDN Patemon 01 Kota Semarang.

Tujuan Khusus

a. Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model think talk write berbantuan media komik di kelas V SDN Patemon 01. b. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model think

talk write berbantuan media komik di kelas V SDN Patemon 01.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui model think talk write berbantuan media komik di kelas V SDN Patemon 01.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait. Manfaat yang dicapai adalah,

1.4.1 Manfaat Teoritis

(29)

1.4.2 Manfaat Praktis

Berikut adalah beberapa manfaat dari penelitian ini : 1.4.2.1Manfaat Bagi Guru

1) Mengembangkan keterampilan guru dalam memilih dan menerapkan mo-del pembelajaran inovatif sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

2) Mengembangkan keterampilan guru dalam memilih media pembelajaran yang menarik bagi siswa.

1.4.2.2Manfaat Bagi Siswa

1) Menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran IPS.

2) Memfasilitasi siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya.

3) Menumbuhkan keakraban karena adanya interaksi antar siswa dalam kegiatan berkelompok.

4) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS 1.4.2.3Manfaat Bagi Sekolah

1) Digunakan sebagai pertimbangan memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif dikelasnya.

(30)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

KAJIAN TEORI

2.1.1. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah mulai belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dari pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya (Azhar, 2013:1). Lebih lanjut, Slavin (dalam Rifa’i, 2010:82) menyatakan bahwa

belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan pengalaman. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.

(31)

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang dengan pemahamannya sendiri melalui pengalaman dari proses interaksi antar individu dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan pada diri individu baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya.

2.1.2. Hakikat Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dua aktivitas yaitu belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologi cenderung lebih dominan pada siswa, sedangkan mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru. Menurut Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Susanto (2013:19), pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik.

Briggs (dalam Rifa’i, 2010:191) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

(32)

hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tentang pembelajaran, dapat di-simpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk memfasilitasi siswa melakukan proses belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri siswa sehingga peningkatan kualitas pembela-jaran menjadi optimal dengan memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar yang lainnya.

2.1.3. Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistematik dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan belajmedia, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Kualitas pembelajaran pada dasarnya juga dapat disebut sebagai suatu aktivitas yang menghasilkan, yang dapat diukur dan adanya masukan instrumental dan potensial. Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang berfungsi sebagai tolok ukur dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. (Depdiknas, 2004:6).

(33)

proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Selanjutanya Etzioni (dalam Hamdani 2011:194) Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Sejalan dengan itu, Hamdani (2011:194) menyatakan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Aspek-aspek efektivitas belajar yaitu: 1 ) peningkatan pengetahuan, 2 ) peningkatan keterampilan, 3) perubahan sikap, 4 ) perilaku, 5 ) kemampuan adaptasi, 6 ) peningkatan integrasi, 7) peningkatan partisipasi, 8) peningkatan interaksi kulktural.

Pencapaian efektivitas belajar menurut UNESCO (dalam Hamdani 2011:194-195) menetapkan empat pilar pendidikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran, diantaranya:

1. Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know), Guru berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga proses pema-haman dapat mengetahui dan memahami subtansi yang dipelajarinya secara baik.

2. Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do), keterampilan lebih dominan dalam mendukunng keberhasilan siswa dan harus mendapat perhatian serius.

(34)

Selain itu harus dikembangkan rasa saling menghargai, hidup bersama, terbuka.

4. Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be). Pengembangan diri erat kaitanya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak, serta kondisi lingkunganya. Ke-mampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memung-kinkan siswa mengembangkan diri pada tingkat lebih tinggi

Adapun indikator kualitas pembelajaran menurut Depdiknas (2004) adalah sebagai berikut:

1. Perilaku pembelajaran guru, dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut: a. Membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar.

b. Menguasai disiplin ilmu berkaitan dengan keluasan dan kedalaman jangkauan substansi dan metodologi dasar keilmuan, serta mampu memilih, menata, mengemas dan merepresentasikan materi sesuai kebutuhan siswa.

c. Guru perlu memahami keunikan setiap siswa dengan segenap kele-bihan, kekurangan, dan kebutuhannya.

d. Pengelolaan pembelajaran yang berorientasi pasa siswa. e. Mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan 2. Perilaku dan hasil belajar siswa dapat dilihat dari :

(35)

d. Mampu membangun kebiasaan berfikir, bersikap dan bekerja pro-duktif.

3. Iklim pembelajaran mencakup : a. Suasana kelas yang kondusif

b. Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreatifitas dosen.

4. Materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari : a. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan

kompetensi

b. Ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi

c. Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual 5. Kualitas media pembelajaran tampak dari :

a. Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. b. Mampu memfasilitasi proses interaksi antar siswa dan guru. c. Media mampu mengubah suasana belajar.

6. Sistem pembelajaran di lembaga meliputi :

a. Sekolah mampu menonjolkan ciri khas keunggulannya b. Memiliki perencanaan yang matang

c. Ada semangat perubahan yang dicanangkan Perlu pengendalian dan penjamin mutu.

(36)

pembelajaran yang dapat dilihat dari indikator-indikatornya, yaitu perilaku guru, perilaku dan dampak belajar siswa, materi, media, iklim, dan sistem pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan indikator kualitas pembelajaran menjadi 3 variabel yaitu: 1) keterampilan guru, 2) aktivitas siswa, 3) hasil belajar. Pembatasan ini dilakukan karena ketiga variabel tersebut dapat mewakili enam indikator kualitas pembelajaran. Ketiga variabel tersebut akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut:

2.1.3.1. Keterampilan Guru

Menurut Rusman (2014:80) keterampilan dasar mengajar (teaching skills) merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan.Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan pro-fesional.

(37)

2.1.3.1.1. Keterampilan bertanya

Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Keterampilan bertanya harus dimiliki oleh guru yaitu baik jenis dan bentuk pertanyaan yang diajukan dimaksudkan agar siswa belajar. Melalui pertanyaan yang diajukan, siswa difasilitasi untuk memperoleh pemahaman dan meningkatkan daya pikir secara kritis, analitis dan aplikatif. Menurut Anitah ( 2009:7.19) pertanyaan yang baik dapat mendorong siswa untuk berfikir, meningkatkan keterlibatan siswa, merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan, mendiagnosis kelemahan siswa, memusatkan perhatian siswa, membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.

Rusman (2014:83) menyebutkan komponen-komponen keterampilan bertanya meliputi:

1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan yang diberikan harus singkat dan jelas, sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

2) Pemberian acuan. Guru dapat memberikan jawaban antara sebagai acuan sebelum masuk pada jawaban yang diinginkan.

3) Fokus pertanyaan. Pertanyaan harus terfokus pada pertanyaan yang diinginkan, apakah dalam bentuk terbuka, tertutup, pertanyaan luas atau pertanyaan sempit.

(38)

5) Penyebaran. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu sehingga semua siswa berfikir, setelah itu pertanyaan disebaruntuk memberikan kesempatan kepada semua siswa.

6) Pemberian waktu berfikir. Setelah pertanyaan diberikan, berilah waktu utuk berfikir kepada siswa, setelah itu guru dapat memberi kesempatan menjawab bagi yang sudah siap.

7) Pemberian tuntutan. Bila siswa mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan, guru dapat memberi tuntutan, sehingga siswa memiliki gambaran jawaban yang diharapkan.

2.1.3.1.2. Keterampilan memberi penguatan

(39)

dan membina tingkah laku siswa yang produktif, menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswa.

2.1.3.1.3. Keterampilan mengadakan variasi

Anitah (2009:7.49) menjelaskan variasi adalah keanekaragaman yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa. Menurut Rusman (2014: 86) tujuan dan manfaat variation skills adalah untuk: 1) menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran yang relevan dan bervariasi; 2) memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang dimilki siswa; 3) memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah; 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.

2.1.3.1.4. Keterampilan menjelaskan

(40)

mencakup adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan keperluan, mengingat latar belakang dan kemampuan siswa, diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan dan isi penjelasan bermakna bagi siswa.

2.1.3.1.5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Anitah (2009:8.13-8.14) menjelaskan bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran, sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran.Komponen membuka pelajaran antara lain: 1) menarik perhatian siswa; 2) menimbulkan motivasi; 3)memberikan acuan; 4)membuat kaitan. Sedangkan komponen menutup pelajaran sebagaimana dijelaskan Anitah (2009:8.14) adalah sebagai berikut: 1) meninjau kembali (mereview); (2) menilai (mengevaluasi); dan 3) memberi tindak lanjut.

2.1.3.1.6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

(41)

menganalisis pandangan siswa, meningkatkan urunan siswa, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, menutup diskusi.

2.1.3.1.7. Keterampilan mengelola kelas

Pengelolaan kelas pada dasarnya adalah pengaturan guru dan siswa yang memungkinkan terciptanya dan terpeliharanya kondisi belajar yang optimal (Anitah, 2009:8.46). Rusman (2014:90) menjelaskan komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut: a) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal; b) keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal; c) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

2.1.3.1.8. KeterampilanMengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

(42)

berkenaan dengan mengajar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut: 1) keterampilan untuk mengadakan pendekatan secara pribadi; 2) keterampilan mengorganisasikan; 3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar; dan 4) keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran; 5) keterampilan pembelajaran perseorangan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan para ahli, dapat disimpulkan bahwa guru wajib menguasai 8 keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran. Berikut ini adalah indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model think talk write berbantuan media komik yaitu:

1. Membuka pelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran) yang meliputi mengkondisikan siswa sebelum pelajaran di mulai, menanyakan kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, menimbulkan motivasi siswa.

2. Mengajukan pertanyaan (keterampilan bertanya) yang meliputi pertanyaan yang disampaikan jelas dan dimengerti oleh siswa, pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi pembelajaran, memberikan kesempatan siswa untuk menjawab, memberikan konfirmasi jawaban kepada siswa. 3. Menjelaskan materi pelajaran (keterampilan menjelaskan) yang meliputi

(43)

jelas, membantu siswa membentuk kelompok, membentuk kelompok secara heterogen.

5. Menggunakan media komik (keterampilan mengadakan variasi) yang meliputi materi dalam komik sesuai dengan pembelajaran, cerita dalam komik mudah dimengerti siswa, media komik dapat menarik perhatian siswa, media komik dapat membantu pemahaman siswa.

6. Menerapkan model think talk write dalam pembelajaran (keterampilan mengelola kelas dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan) yang meliputi memberi penjelasan tentang penggunaan model think talk write, menerapkan langkah-langkah model pembelajaran think talk write, penyajian informasi yang memotivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran, membimbing siswa dalam menggunakan model think talk write dalam pembelajaran.

7. Membimbing diskusi kelompok (keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) yang meliputi membantu siswa dalam memahami permasalahan/pertanyaan, membimbing diskusi, memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi, memberi kesempatan siswa melaporkan hasil diskusi.

(44)

9. Memberikan penguatan (keterampilan memberi penguatan) yang meliputi memberikan penguatan menggunakan bahasa yang padat dan jelas, pemberian penguatan secara verbal (pujian), memberikan penguatan secara non verbal (gerakan, tepukan, pendekatan, simbol), pemberian penguatan dapat memberi motivasi siswa agar lebih semangat dalam pembelajaran. 10. Menutup pelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran) yang

meliputi membimbing siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, memberikan evaluasi, memberikan tindak lanjut, memberikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

2.1.3.2. Aktivitas Siswa

Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas. Kegiatan belajar tidak akan berlangsung baik tanpa aktivitas karena keberhasilan belajar siswa tergantung aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran. Menurut Sardiman (2012:95), belajar memerlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Menurut Hamalik (2012:91) penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung menglaminya

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral

3. Memupuk kerjasama yang harmonis antara siswa

(45)

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis

6. Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan guru dengan orang tua

7. Pelajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas

8. Pembelajaran di sekolah menjadi sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.

Selanjutnya Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2014:101) mengemukakan kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities (kegiatan visual), yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demostrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities (kegiatan oral), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities (kegiatan mendengarkan), sebagai contoh mende-ngarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities (kegiatan menulis), seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

(46)

6. Motor activities (kegiatan motor), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities (kegiatan mental), sebagai contoh misalnya: menanggapi, menginggat, memecahkan soal, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities (kegiatan emosi), misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian aktivitas belajar, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan bseluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa yang meliputi kegiatan-kegiatan kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini indikator aktivitas siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model think talk write berbantuan media komik antara lain:

1. Menyiapkan diri sebelum pembelajaran IPS (visual activities, emotional activities) yang meliputi datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, menyiapkan perlengkapan belajar, memperhatikan penjelasan guru untuk memulai pelajaran, tertib dan rapi di tempat duduk masing-masing.

(47)

3. Memperhatikan penjelasan dari guru (oral activities, listening activities, writing activities, mental activities, emotional activities) yang meliputi bersikap tenang memperhatikan penjelasan guru, bertanya bila belum mengerti, tidak mengganggu pembelajaran dengan bermain atau berbicara dengan teman, mencatat materi pembelajaran.

4. Memahami media komik (visual activities, oral activities, listening activities, mental activities, emotional activities ) yang meliputi menggunakan media komik sesuai petunjuk guru, membaca media komik dengan tenang, bertanya pada guru jika ada yang tidak dimengerti, tidak mencorat-coret media komik.

5. Aktif menyimpulkan isi komik (visual activities , oral activities, writing activities, listening activities, , mental activities, emotional activities) yang meliputi memahami peristiwa dan alur cerita dalam komik, siswa mendiskusikan materi dengan teman sekelompoknya, menyimpulkan dan mencatat hasil diskusi, memahami isi simpulan hasil diskusi.

6. Keaktifan dalam kegiatan diskusi kelompok (visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, mental activities, emotional activities) yang meliputi memahami tugas yang diberikan, mengeluarkan pendapat dan saran, tertib saat berdiskusi, bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan.

(48)

membacakan hasil diskusi, memperhatikan hasil diskusi, merespon hasil diskusi.

8. Mengerjakan soal evaluasi (oral activities, writing activities, mental activities, emotional activities) yang meliputi tidak membuka buku, tidak mencontek teman, mengerjakan sesuai waktu yang ditentukan, tidak meng-ganggu teman setelah mengerjakan soal.

2.1.3.4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i, 2010:85). Sedangkan Susanto

(2013:5) menjelaskan bahwa hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Bloom (dalam Rifa’i, 2010:86-89) menyampaikan tiga taksonomi yang

disebut dengan ranah belajar, yaitu: rahah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotorik domain). 2.1.3.4.1. Ranah kognitif

(49)

1. Mengingat (C1)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Aspek ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (C2)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Aspek memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

3. Menerapkan (C3)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Aspek ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (C4)

(50)

5. Mengevaluasi (C5)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).

6. Mencipta (C6)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).

2.1.3.4.2. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Menurut Bloom (dalam Rifa’i, 2010:88) ranah afektif terdiri dari 5 jenjang, yaitu:

1. Penerimaan: hasil belajar ini berentangan dari kesadaran sederhana tentang adanya sesuatu sampai pada perhatian selektif yang menjadi bagian milik individu siswa.

2. Penanggapan: hasil belajar di bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon (membaca materi), keinginan merespon (mengerjakan tugas secara sukarela), atau kepuasan merespon (membaca untuk hiburan). 3. Penilaian: penilaian ini berentangan dari penerimaan nilai yang lebih

(51)

4. Pengorganisasian: hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia).

5. Pembentukan pola hidup: hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas luas, namun penekanan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa.

Menurut Bloom (dalam Rifa’i, 2010:87) kategori tujuan ranah afektif

mencerminkan hirarkhi dari keinginan untuk menerima sampai dengan pemben-tukan pola hidup. Menurut Asmani (2011:33) ranah afektif adalah nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan.

Penelitian ini menekankan pada sub nilai-nilai utama menurut Asmani (2011:33-39) sebagai berikut:

1. Jujur

Jujur merupakan perilaku yang ada didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya, baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain.

2. Bertanggung Jawab

(52)

3. Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

4. Santun

Santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kepada semua orang.

2.1.3.4.3. Ranah psikomotorik

Menurut Hamdani (2011:153) ranah psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot. Simpson (dalam Rifa’i, 2010:

89) katagori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.

Berikut ini penjelasan dari katagori jenis perilaku ranah psikomotorik:

1. Persepsi: persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

2. Kesiapan: kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental dan jasmani.

(53)

4. Gerakan terbiasa: gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat menyakinkan dan mahir.

5. Gerakan kompleks: gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.

6. Penyesuaian: berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

7. Kreativitas: mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.

Menurut Hamid (2011:148) penilaian keterampilan dapat dilakukan terhadap proses dan hasil yang didapat. Penilaian proses merupakan penilaian terhadap langkah-langkah, prosedur dan ketepatan cara melakukan sesuatu. Sedangkan penilaian hasil adalah penilaian terhadap pencapaian hasil akhir suatu kegiatan pembelajaran.

(54)

Berikut ini indikator hasil belajar (meliputi ranah kognitif, afektif, psikomotorik) melalui model think talk write berbantuan media komik dalam pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Dalam penelitian ini adapun indikator ranah kognitif pencapaian hasil belajar sebagai berikut:

1. Menyebutkan peristiwa yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan. (C1)

2. Menjelaskan peritiwa pertemuan di Dalat yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan. (C2)

3. Menjelaskan peritiwa Rengasdengklok yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan. (C2)

4. Menyimpulkan runtutan peristiwa yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan. (C5)

5. Menjelaskan peristiwa perumusan teks proklamasi. (C2)

6. Mengemukakan peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan. (C3) 7. Menyimpulkan runtutan peristiwa perumusan teks proklamasi

kemerdekaan. (C4)

8. Menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam proklamasi kemerdekaan.(C1)

(55)

2. Ranah afektif

Indikator serta deskriptor ranah afektif dalam penilitian ini (Sulistyowati, 2012:72) adalah :

1) Menyatakan kejujuran dengan deskriptor meliputi mengemukakan apa adanya, berbicara secara terbuka, menunjukkan fakta yang sebenarnya, dan mengakui kesalahan.

2) Bersikap santun dengan deskriptor yang meliputi menerima nasihat guru, menghindari permusuhan dengan teman, menjaga ketertiban, dan berbicara dengan tenang.

3) Berpegang pada tanggung jawab dengan deskriptor yang meliputi melaksanakan kewajiban, menaati tata tertib, memelihara fasilitas, dan menjaga kebersihan lingkungan.

4) Menunjukkan kepercayaan diri dengan deskriptor yang meliputi pantang menyerah, berani menyatakan pendapat, berani bertanya, berpenampilan tenang.

3. Ranah Psikomotorik

(56)

1) Persiapan alat dan bahan (kesiapan) dengan deskriptor: tertib sebelum memulai diskusi, menyiapkan alat dan bahan (komik, 1 lembar kertas dan alat tulis), siswa memperhatikan petunjuk diskusi, memulai diskusi dengan baik.

2) Pelaksanaan dengan deskriptor: membaca komik secara individual, membuat catatan tentang hal penting dalam komik, aktif berdiskusi dalam kelompok, membuat kesimpulan isi komik bersama kelompok. 3) Penilaian dengan deskriptor: kerapian catatan, kelengkapan catatan,

kesesuaian simpulan dengan isi komik, presentasi hasil kerja kelompok.

2.1.4. Hakikat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.4.1. Hakikat pendidikan IPS

(57)

IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Trianto, 2007:124). Sejalan dengan itu Hidayati (2008: 1-4) IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropo-logi, psikoantropo-logi, sosioantropo-logi, dan sebagainya.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB/ sampai SMP/MTs/SMPLB, IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demo-kratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

(58)

2.1.4.2. Tujuan pembelajaran IPS

Nur Hadi (dalam Susanto, 2013: 146) menyebutkan bahwa ada empat tujuan pendidikan IPS, yaitu knowledge, skill, attitude, dan value. Pertama, knowledge, sebagai tujuan utama dari pendidikan IPS yaitu membantu para siswa sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkunganya, dan mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi. Kedua, skill, yang mencakup keterampilan berpikir (thinking skill). Ketiga, Attitudes, yang terdiri atas tingkah laku berpikir (intellectual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). Keempat, value, yaitu nilai yang terkandung di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintahan, termasuk di dalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antarbangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan hukum.

Secara khusus, tujuan pendidikan IPS di sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen, sebagaimana yang dikemukakan oleh Chapin & Messick (dalam Susanto, 2013:147) yaitu:

a. Memberikan kepada siswa penge-tahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

b. Menolong siswa untuk mengem-bangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah untuk memproses informasi.

(59)

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berpe-ran serta dalam kehidupan sosial. Keempat tujuan ini tidak terpisah atau berdiri sendiri, melainkan merupakan kesatuan dan saling berhubungan.

Oemar Hamalik (dalam Hidayati, 2008:1-24-1-25) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:

a. Pengetahuan dan Pemahaman

Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitarnya.

b. Sikap belajar

IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.

c. Nilai-nilai sosial dan sikap

(60)

d. Keterampilan dasar IPS

IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam hidup bersama itu akan menghadapi berbagai masalah, diantaranya adalah masalah sosial.

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan Kosasih 1994 dalam (Solihatin E, dan Raharjo 2005:15).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran pendidikan IPS adalah mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya di masyarakat serta membangun kepekaan siswa terhadap kondisi lingkungan.

2.1.4.3. Pembelajaran IPS di SD 2.1.4.3.1 Ruang lingkup IPS di SD

Badan Standar Nasional Pendidikan (2007:575) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

(61)

Menurut Wahab dkk, (2009:3.6) menyatakan yang menjadi ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial yaitu manusia dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Sependapat dengan itu Taneo (2010:1.36) ruang lingkup IPS berkaitan dengan kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosial. Ruang lingkup IPS sebagai program pendidikan berkaitan dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan dilengkapi nilai-nilai karakteristik program pendidikanya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial mencakup manusia, lingkungan, sejarah, sistem ekonomi, sistem sosial dan kebudayaan yang terkait dengan proses keberlangsungan kehidupan manusia.

(62)

Tabel 2.1 Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada mata pelajaran IPS semester II sesuai dengan silabus kelas V SDN Patemon 01:

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mem-persiapkan dan memper-tahankan kemerdekaa n Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjejehan Belanda dan Jepang

1. Perjuangan melawan penjajah dan pergerakan nasional Indonesia

2. Peranan sumpah pemuda 28 Okt. 1982 dalam

mempersatukan Indonesia

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

1. Mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar negara

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

1. Proklamasi kemerdekaan Indonesia

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia

1. Perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

(KTSP, 2006: 576)

Dari tabel SK dan KD pembelajaran IPS yang ada dalam tabel, dalam penelitian ini Kompetensi dasar dan Indikator yang diambil adalah

Kompetensi Dasar :

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

Indikator :

[image:62.595.121.506.196.472.2]

Gambar

Tabel 2.1 Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan mikroskop kita dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (kurang dari 0.1 mm), misalnya bagian-bagian

Album foto digital yang digital adalah aplikasi perangkat lunak dimana pengguna dapat memindahkan berkas foto dari hardisk ke dalam basis data utama aplikasi

[r]

Abstrak — Taman Hiburan Rakyat Surabaya berada yang di Jalan Kusuma Bangsa dulu melegenda dan banyak dikunjungi masyarakat baik dari dalam kota maupun dari luar

Tahap persiapan meliputi analisis materi larutan penyangga berdasarkan standar isi pada KTSP, studi model problem solving, studi motivasi belajar siswa, merumuskan masalah

Harus ditulis dengan tangan sendiri, menggunakan huruf kapital/balok dan tinta hitam 2. Jika ada yang salah hanya dicoret, yang dicoret tersebut tetap terbaca, yang

System Development Life Cycle – merupakan kumpulan dari berbagai modul ilmu pengetahuan yang ter- kait dengan pengembangan sebuah sistem atau entitas komputasi (sistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang nantinya akan menjadi suatu portofolio yang akan jadi pedoman dalam pengembangan Strategi sistem informasi yang