• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERIODE LAKTASI DENGAN BODY

CONDITION SCORE (BCS) DAN REPRODUKSI SAPI PERAH

FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU-SP BATURRADEN

PURWOKERTO

AHMAD ZAKI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score dan Reproduksi Sapi Perah Frisiean Holstein Di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

(4)

4

ABSTRAK

AHMAD ZAKI. Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score (BCS) dan Reproduksi Sapi Perah Frisiean Holstein Di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan IYEP KOMALA.

Pengaruh BCS dapat berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Kajian tentang hubungan reproduksi dengan BCS perlu dilakukan, sehingga penting dilakukan penelitian BCS dengan reproduksi sapi Friesian Holstein. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturradden, Purwokerto. Penelitian dilakukan dari Januari sampai Februari 2013. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, koleksi data skunder dan koleksi data primer. Pengaruh BCS terhadap reproduksi sapi perah yang meliputi S/C memiliki korelasi positif pada laktasi 5 (0.081), laktasi 4 (0.251). Calving Interval laktasi 5 (0.212), laktasi 4 (0.291). Dan masa kosong memiliki korelasi negatif yakni laktasi 5 (-0.452), laktasi 4 (-0.474). Sapi yang berada pada keseimbangan energi negatif setelah beranak memerlukan kosumsi pakan berlebih untuk produksi susu Hal ini menyebabkan nilai BCS dari kandang laktasi 5 dan 4 bervariasi.

Kata kunci: body condition score, calving interval, laktasi, masa kosong, service perconception

ABSTRACT

AHMAD ZAKI. Relation Between Period lactation with Body Condition Score BCS and Frisian Holstein Dairy Cattle Reproduction in BBPTU-SP Baturraden Purwokerto . Supervised by CECE SUMANTRI and IYEP KOMALA .

BCS can affect the reproduction system. Studies on reproduction relation with BCS needs to be done , so it is important to study the reproduction and BCS Holstein Friesian cows. The research was conducted at the Center for Excellence Cattle - Breeding Dairy Cattle ( BBPTU - SP ) Baturradden , Purwokerto . The study was conducted from January to February 2013. This research is divided into two stages, collection of secondary data and primary data collection . BCS influences in reproduction of dairy cows involving S/C has a positive correlation on lactation 5 (0.081), lactation 4 (0.251), cage C (0.375). Calving Interval lataction 5 (0.212), lactation 4 (0.291). and days open has a negative correlation on lactation 5(-0.452), lactation 4 (-0.474).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

HUBUNGAN ANTARA PERIODE LAKTASI DENGAN BODY

CONDITION SCORE (BCS) DAN REPRODUKSI SAPI PERAH

FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU-SP BATURRADEN

PURWOKERTO

AHMAD ZAKI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul : Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto

Nama : Ahmad Zaki NIM : D14096001

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Iyep Komala, SPt

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc selaku dosen pembimbing utama dan Iyep Komala, SPt selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing selama proses pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih kepada keluarga tercinta Bapak kandung Penulis Hanafi Kiat, Ibu kandung Penulis Siti Havivah, Zikho, Nona, dan Bang Rayan yang telah memberikan dorongan semangat, perhatian serta dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis. Terimkasih kepada rekan penelitian Wahyu Liyansyah atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian. Terima Kasih kepada rekan kuliah Johan, Rio, Embhan, Indra Kurniana (Alm), Annas, Darifta, dan Kholid yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

(10)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 Ruang Lingkup Penelitian 1 MATERI DAN METODE 1 Waktu dan Tempat Penelitian 1 Materi Penelitian 2 Metode Penelitian 2 Analisis Data 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Keadaan Umum 3 Hubungan BCS Dengan S/C, Calving Interval dan Masa Kosong 3 SIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA 8 RIWAYAT HIDUP 11

DAFTAR TABEL

1 Rataan BCS periode laktasi 5 dan 4...

...

...4

2 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 S/C...5

3 Nilai rataan S/C pada periode laktasi 5 dan 4...6

4 Nilai rataan calving interval pada laktasi 5 dan 4

……….

...

6

5 Data korelasi BCS antara periode laktasi 5 dan 4 dengan calving interval...6

6 Nilai rataan masa kosong pada periode laktasi 5 dan 4...7

(11)
(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak perah merupakan ternak yang dipelihara manusia untuk diambil susunya karena mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, seperti sapi perah. Peternakan sapi perah khususnya Friesian Holstein di Indonesia masih mengalami banyak kendala. Efisiensi reproduksi yang rendah merupakan faktor kendala yang sering terjadi di peternakan sapi perah Indonesia.

Komponen yang dapat mempengaruhi efisiensi reproduksi sapi FH betina adalah umur dikawinkan pertama, umur beranak pertama, interval dikawinkan kembali setelah beranak, service per conception, masa kosong dan selang beranak. Hal tersebut merupakan faktor penting yang harus diperhatikan guna meningkatkan efisiensi reproduksi sapi dara dan induk. Efisiensi reproduksi yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat kelahiran dan akan berdampak negatif pada jumlah populasi sapi perah FH.

Body Condition Score (BCS) dijadikan alat manejemen nutrisi, reproduksi dan menejemen kesehetan sapi perah (Hady et al. 1994 dan Gallo et al. 1996). Wright et al. (1987) menjelaskan bahwa status nutrisi ternak yang dievaluasi melalui BCS menunjukan cadangan lemak tubuh yang tersedia.

Body Condition Score dapat mempengaruhi sistem reproduksi pada sapi perah. Kajian tentang hubungan reproduksi dengan BCS perlu dilakukan, sehingga penting dilakukan penelitian BCS dengan reproduksi sapi Friesian Holstein.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara periode laktasi dengan Body Condition Score dan reproduksi sapi perah di Baturraden, Jawa Tengah.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup pendugaan Body Condition Score terhadap reproduksi sapi perah. Jumlah ternak sapi sebanyak 54 ekor betina sapi FH. Penelitian ini dilakukan di Baturraden, Jawa Tengah.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(13)

Materi Penelitian

Ternak

Ternak yang digunakan yaitu sapi perah Friessian Holstein. Friessian Holstein yang digunakan sebanyak 54 ekor betina, ternak tersebut dipelihara di kandang dan masa laktasi berbeda. Kandang A dan B laktasi 5, kandang C dan D laktasi 4. Terdiri dari 13 ekor dari kandang A, 16 ekor dari kandang B, 9 ekor dari kandang C, dan 16 ekor dari kandang D. Kandang A dan B laktasi 5, kandang C dan D laktasi 4.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, digital camera, wearpack, sepatu boot, lembar tabel yang berisi data mentah, alat-alat tulis dan komputer.

Metode Penelitian

Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu: (1) tahap pertama berupa koleksi data skunder; (2) tahap kedua berupa koleksi data primer.

Koleksi Data Primer

Data primer yang diambil BCS dari 54 ekor sapi FH laktasi. Pengambilan data dilakukan dengan melihat, meraba dan menetapkan nilai Body Condision

Score (BCS). Penilaian BCS menggunakan angka skla 1-5 (1 = sangat kurus, 3 =

sedang, dan 5 = gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantaranya selang itu. Penilaian BCS bedasarkan pada pendugaan baik secara visual maupun dengan perabaan terhadap 8 bagian tubuh ternak sapi. Bagian tubuh tersebut antara lain pada bagian processus spinosus, processusspinosus ke processus transversus, processus transversus, legok lapar, tube coxae (hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri, dan dari pangkal ekor ke tuber ischiadicus.

Koleksi Data Sekunder

(14)

3

Analisis Data

Statistik Deskriptif

Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan, simpangan baku dan koefsien keragaman pada BCS dan reproduksi, dihitung menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut :

Keterangan: menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1992) :

r =

Balai Besar Pengembangan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU) terletak di 14 km di sebelah utara kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, tepatnya di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden. Suhu udara minimum maksimum di balai ini adalah 18oC dan 28oC celcius dengan kelembaban udara 70%-80%. Curah hujan pertahun cukup tinggi yaitu 6 000 mm-9 000 mm. Sapi perah yang dipelihara adalah sapi perah Fries Holland.

Hubungan BCS Dengan S/C, Calving Interval dan Masa Kosong

(15)
(16)

5

konsumsi pakan banyak, walaupun mengalami keseimbangan energi negatif, akan tetapi memproduksi susu lebih banyak, kurang kehilangan bobot tubuh, dan ovulasi setelah beranak terjadi lebih awal, bila dibandingkan dengan konsumsi pakan rendah.

Hal ini menunjukan bahwa sapi yang lebih efisien dalam mengkonsumsi pakan dan menyimpannya untuk produksi susu akan lebih mampu dalam memulihkan kondisi tubuh dan memulai siklus reproduksi kembali. Literatur lain menyatakan perubahan BCS berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh sapi perah (Wright dan Rusel 1984). Sapi lakatasi mengalami penurunan cadangan lemak tubuh selama awal laktasi, kemudian disimpan kembali pada saat pertengahan dan akhir laktasi (Gallo et al. 1996). Pola perubahan BCS secara umum akan menurunkan selama 2-3 bulan awal laktasi kemudian berlangsung pengembalian kondisi sampai dengan pertengahan laktasi (Broster dan Broster 1998).

Sevice perConception

Hubungan antara BCS laktasi 5 dan 4 terhadap keberhasilan IB atau service perconception dalam perhitungan statistik terdapat korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Laktasi 4 mempunyai nilai tertinggi yakni, korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Berdasarkan persamaan regresi dapat terlihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan banyaknya S/C sebesar 0.251. Nilai koefisien determinasi sebesar 6.3% keragaman S/C dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 93.7 % keragaman IB dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS. Hubungan BCS dengan S/C dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data korelasi BCS antara Periode Laktasi 5 dan 4 dengan S/C

Peubah Korelasi KK P-Value

Laktasi 5 0.810 0.7% 0.675

Laktasi 4 0.251 6.3% 0.225

(17)

kesuburan hewan betina dalam kelompok tersebut, sebaliknya makin tinggi nilai S/C, makin rendah kesuburan betina dalam kelompok tersebut (Tolihere 1985). Nilai rataan S/C dapat diliahat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai rataan S/C pada laktasi 5 dan 4

Laktasi Rataan S/C

Laktasi 5 2.90±0.31

Laktasi 4 2.77±0,28

Rataan nilai S/C laktasi 5 sebesar 2.90, dan laktasi 4 sebesar 2.77,. Nilai S/C dari masing-masing laktasi > 2.0 artinya nilai S/C tergolong kurang baik. Nilai S/C sapi FH untuk beberapa daerah di pulau Jawa memperlihatkan nilai lebih dari 2.0. Menurut Murray (2009) S/C yang baik 1.72, karena kalau melebihi 2.1 memperlihatkan adanya masalah reproduksi.S/C yang tinggi karena terjadi manajemen perkawinan yang buruk (Tukylenaz 2005). Menurut Toharmat et al. (2007) indikator keberhasilan S/C 2010 adalah 2.0.

Calving Interval

Hubungan BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan CI dalam perhitungan statistik terdapat korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Laktasi 4 dalam perhitungan statistik mempunyai nilai tertinggi. Berdasarkan persamaan regresi dapat terlihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan banyakna CI sebesar 0.291. Nilai koefisien determinasi sebesar 8.5% keragaman CI dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 91.5%. Nilai rataan Calving Interval dan Data korelasi anatara BCS dengan CI dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Nilai rataan calving interval pada laktasi 5 dan 4

Laktasi Rataan Calving Interval

Laktasi 5 273.2±16,.16

Laktasi 4 270.59±30.80

Tabel 5 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan calving interval

Peubah Korelasi KK(%) P-Value

Laktasi 5 0.212 4.5 0.269

Laktasi 4 0.291 8.5 0.158

keragaman CI dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS, seperti kesalahan deteksi berahi akan menyebabkan selang beranak bertambah panjang. Body

Condition Score (BCS) dijadikan alat menejemen nutrisi, reproduksi dan

(18)

7

sapi perah adalah 12-13 buln (Sudono 2002). Menurut Izquierdo et al. (2008) selang beranak pada sapi perah 12-13 bulan. Selang beranak yang baik 12.5 bulan dan dibutuhkan perbaikan apabila selang beranak melebihi 13 bulan (Murray 2009). Hardjopranjoto (1995) mengidentifikasikan bahwa terdapat gangguan reproduksi pada suatu peternakan sapi perah adalah selang beranak melebihi 400 hari (1.30 bulan). Karakteristik reproduksi sapi FH menurut Turkylenaz (2005) secara rata-rata adalah masa kosong 114.5 hari, S/C 2.01, kebuntingan 278.7 dan selang beranak 394.9 hari.

Selang beranak pada sapi perah pertama dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah iklim. Menurut Ray et al. (1992) sapi FH di daerah temperate mempunyai selang beranak pada musim panas (Summer) 396 hari, musim semi (Spring) 378 hari dan 382 hari pada musim gugur (fall).

Menurut Sudono (2002) beberapa daerah di pulau Jawa yaitu Pengalengan, Lembang, Rawa Seneng dan Cirebon mempunyai selang beranak 465, 462, 429 dan 470. Selang beranak di Rawa Seneng, Temanggung, Jawa Tengah pada bulan mei adalah 466 hari dan pada bulan Oktober 390 hari (Toharmat et al. 2007) dan indikator keberhasilan untuk tahun 2010 adalah 14 bulan (420 hari).

Masa Kosong

Nilai rataan masa kosong dan data korelasi antara BCS laktasi 5 dan 4 dengan masa kosong dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Sapi pada laktasi pertama akan mengalami masa kosong 80 hari dan untuk laktasi berikutnya adalah 60 hari (Effendi et al. 2002). Menurut Lee et al. (2008) sapi-sapi FH yang mempunyai produksi susu lebih tinggi pada awal laktasi akan memiliki masa kosong lebih panjang. Peningkatan masa kosong akan mempengaruhi keuntungan karena biaya perkawinan akan naik, naiknya resiko apkir dan biaya sapi pengganti dan mengurangi produksi susu (DeVriest 2006). Juga dikatakan oleh Devries (2006) bahwa presentase kebuntingan menurun apabila masa kosong naik dari 122 ke 166 hari.

Tabel 6 Nilai rataan masa kosong pada periode laktasi 5 dan 4

Laktasi Rataan Masa Kosong

Laktasi 5 100.62±60,41

Laktasi 4 86.4±36.54

Tabel 7 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan masa kosong

Peubah Korelasi KK(%) P-Value

Laktasi 5 -0.452 20.5 0.014

Laktasi 4 -0.474 22.5 0.017

(19)

regresi dapat terlihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan banyakna masa kosong sebesar -0.474. Nilai koefisien determinasi sebesar 22.5% keragaman masa kosong dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 77.5% keragaman masa kosong dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS.

Panjang masa kosong berbeda pada setiap ternak. Sesudah partus hewan betina harus menghasilkan susu untuk anaknya dan menyiapkan uterus, ovarium dan organ kelamin lainnya dan sistem endokrin untuk memulai suatu siklus normal dan untuk kebuntingan baru (Toelihere 1985). Faktor lainnya, Menurut Izquierdo et al. (2008) masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah jenis kelamin, dimana anak jantan mempunyai masa kosong lebih kecil. Izquierdo et al. (2008) menyatakan bahwa untuk mencapai produksi susu yang efisien dapat dilakukan dengan mengurangi masa kosong. Sapi FH yang disilang dengan bahasa sapi lain (Crossbred) dapat memperbaiki kesuburan dan masa hidup tetapi menurunkan produksi susu. Masa kosong untuk laktasi pertama 19-27 hari lebih rendah sapi FH persilangan daripada pada sapi FH murni (Hansen 2008).

Salah satu pengukuran kesuburan pada sapi perah adalah masa kosong dan masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain musim beranak, manajemen, banyaknya populasi, tingkat produksi susu, umur dan teknik Inseminasi Buatan (Oseni et al. 2003). Masa kosong sebagai deteksi awal kelainan reproduksi dan indikator efisiensi reproduksi (Izquierdo et al. 2008). Menurut Murray (2009) masa kosong yang baik adalah 100 hari dan dibutuhkan perbaikan apabila masa kosong lebih dari 120 hari.

SIMPULAN

Sapi FH di BBPTU periode laktasi 5 dan 4 memiliki nilai rataan body

condition score yang sudah cukup ideal. Body condition score dengan S/C dan CI

memiliki nilai yang tinggi. Body condition score dengan masa kosong memiliki reproductive performance in dairy cattle. [diunduh 2014 Februari 28]. Tersedia pada http://edis.ifas.ufi.edu/AN 156

(20)

9

Effendi P. 2002. Kesehatan reproduksi. Buku Petunujuk Teknolgi Sapi Perah di Indonesia. Bandung [ID]: PT. Sony Sugema Pressindo.

Gallo L, Carnier P, Cassandro M, Mantovani R, Bailoni L, Bittante G. 1996. Change in body condition score of Holstein cows as effected by parity and mature equivalment milk yield. J. Dairy Sci. 79 : 1.009-1.015.

Hady P, Domecq J, Kaneene JB. 1994. Ferequency and precision of body

Hardjopranjoto. 1995. Beternak Sapi Perah, Jakarta [ID]: Kanisus

Izquierdo CA et al. 2008. Effect of The offsprings Sex on open days in dairy cattle. J Anim Vet Ady 7 : 1329-1331.

Lee JK. 2008. Relationship of yield during early lactation and days open during current lactation with 305 days yield. J. Dairy Sci 80 : 771-776.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid I. Edisi ke-2. Bogor [ID] : IPB Pr.

Murray BB. 2009. Maxemazing conception rate in dairy cows : heat detction. Queens printer for Ontario [14 januari 2014]. Tersedia pada http://www.omafra.gov.on.ca/english/livestock/dairy/faacts/84.048.htm Oseni S, Misztal I, Tsuruta S, Rekaya R. 2003. Seasonality of days open in USA

Holstein. J. Dairy Sci 86 : 3718-3725.

Otto KL, Ferguson JD, Fox DG, Sniffen CJ. 1991. Relationalship between body condition score and composition of ninth to eleven rib tissue in Holstein dairy cows. J. Dairy Sci. 74 : 852-861.

Payne WJA. 1990. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. Ed ke-4. New York [US] : Longman Scientific and Technical.

Ray DE et al. 1992. Influence of season and microlimate on fertility of dairy cows in hot arid environment. Internal J Biomel 36 : 141-145.

Sudono A. 2002. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Edisi pertama. Bandung [ID]: Angkasa.

Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Bogor [ID]: Universitas Indonesia Pr.

Torharmat T. 2007. Review agribisnis persusuan di Indonesia. Kerjasama Tim Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Departemen Pertanian. Turkylenaz MK. 2005. Reproductive characteristic of Holstein cattle reared in a

private dairy cattle enterprase in aydin. Turk J Vet Anim Sci 29: 1049-1052. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta [ID]: Gramedia

Pustaka Utama.

Wright IA, Rhind SM, Russel AJF, Whyte TK, McBean AJ, McMillen SR. 1987. Effect of body condition, food intake and temporary calf sepration on the duration of the post-partum anoestrus priod and associated LH, FSH and prolactin concentration in beef cows. Anim Prod. 45 : 395:402.

(21)
(22)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta, pada tanggal 18 Februari 1988. Penulis merupakan putra pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Ayahanda Hanafi Kiat dan Ibunda Siti Havivah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea-Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak dan lulus tahun 2009.

Gambar

Tabel 1 Rataan BCS Periode Laktasi 5 dan 4

Referensi

Dokumen terkait

Hanya bagi seorang hamba yang mencintai seperti inilah, Allah dapat menyatakan Diri-Nya sendiri di dalam Keindahan yang Sempurna dan hanya melalui Jalan

• Tujuan utama dari analisis semantik [2] adalah pembuatan representasi bahasa target dari arti suatu kalimat2. • Bahasa target

Segenap dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana memberikan sumbangsih berupa kegiatan pengabdian

Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X di. SMA

Permasalahan utama yang akan dijawab dalam tugas akhir ini adalah pengaruh panjang pipa HE dan suhu air laut terhadap perpindahan panas, analisa pada kecepatan kapal

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DAN PROBLEM-SOLVING SKILLS TERHADAP PENINGKATAN SELF- ESTEEM SISWA KELAS VIII.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

ngeunaan panalungtikanna dina widang wangun tulisan jeung lisan.. siswa kelas X Jurusan Akomodasi Perhotelan SMK Negeri 3 Bogor, 2) Kumaha. ragam tulisan dina karangan

Budaya keselamatan pasien yang harus dilakukan di rumah sakit yaitu rumah sakit harus melakukan survey awal tentang budaya keselamatan pasien, rumah sakit harus menyusun