• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI APRI ASTUTI.

Domba Garut merupakan salah satu komoditi ternak unggulan dalam dunia peternakan, namun sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Hal ini menjadi pembatas dalam mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas unggul. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah ini yaitu dengan melakukan preservasi semen domba garut pada berbagai jenis cairan pengencer. Kualitas semen itu sendiri dipengaruhi oleh faktor nutrien yang terkandung di dalam pakan limbah tauge dan Indigofera sp seperti protein dan vitamin E yang mampu mempengaruhi kualitas spermatozoa domba garut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang mengandung 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp terhadap kualitas spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur. Sampel semen berasal dari 4 ekor domba garut jantan berumur 11 bulan yang terdiri dari 2 ekor diberi pakan limbah tauge dan 2 ekor diberi pakan Indigofera

sp. Semen yang dikoleksi lalu diencerkan pada pengencer tris kuning telur dan disimpan pada lemari pendingin bersuhu 5 oC sampai 5 hari. Parameter kualitas semen dianalisis sebagai berikut: data warna, konsistensi, pH, volume dan gerakan massa spermatozoa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data konsentrasi dan cytoplasmic droplet spermatozoa dianalisis menggunakan T-test.

Data motilitas spermatozoa, persentase hidup spermatozoa, keutuhan membran plasma spermatozoa dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial (2x5). Faktor pertama adalah jenis pakan yang digunakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan spermatozoa (Hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,dan ke-5). Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara deskriptif warna, konsistensi dan pH semen pada kedua perlakuan memiliki kualitas yang sama. Volume semen yang diperoleh dari domba garut yang diberi pakan limbah tauge lebih baik dibandingkan yang diberi pakan

Indigofera sp, sedangkan gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan Indigofera sp secara deskriptif lebih baik dibandingkan yang diberi pakan limbah tauge. Hasil analisis T-test menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kedua pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi dan

(2)

bahwa tidak ada pengaruh perlakuan pakan terhadap kualitas spermatozoa domba garut umur 11 bulan, namun waktu penyimpanan berpengaruh terhadap motilitas, persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Disarankan penelitian pemberian kedua pakan dilakukan terhadap domba yang telah dewasa. Kata kunci: Domba garut, kualitas sperma, limbah tauge, Indigofera sp.

ABSTRACT

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Quality of Garut Ram Semen Feeding with Waste Bean Sprouts and Indigofera sp in Tris Egg Yolk Extender. Supervised by MOHAMAD AGUS SETIADI and DEWI APRI ASTUTI.

Garut ram is one of good comodity of the livestock, but still traditional management systems. This is a delimiter in garut ram heir superior quality. Semen preservation in several extender can be as choice to maintain genetic superior of garut ram. Semen quality itself affected by the nutrient factors contained in the waste bean sprouts and Indigofera sp such as protein and vitamin E, which is capable of affecting the quality of spermatozoa in garut ram. The research was aimed to study the influence of feeding with 30% waste bean sprouts and 30%

Indigofera sp on sperm quality in the tris egg yolk extender. Semen sample were collected from 4 garut male with age around 11 months were two garut ram was fed with limbah tauge and two garut ram was fed with Indigofera sp. Collected semen were diluted in tris egg yolk extender and stored at refrigerator 5 oC until fifth days. Parameter of semen quality was analyzed as follow: for the colour, consistency, pH, volume semen and sperm mass movement were expressed with descriptively analysis. Concentration and cytoplasmic droplet were tested by

T-Test analysis. Sperm motility, sperm viability, integrity of sperm plasma membrane and sperm secondary abnormality were analyzed using Completely Randomized Design Factorial (2x5). The first factor was fed (waste bean sprouts and Indigofera sp) and the second factor was storage time (day 1st,2st,3st,4st and 5st). Data was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and continued with Duncan test to observed the different between treatments. Result of the experiment showed descriptively: colour, concistency and semen pH in all treatment have same quality. Semen volume were collected from garut ram with fed waste bean sprouts better than with fed Indigofera sp, whereas sperm mass movement with fed Indigofera sp better than with fed waste bean sprouts. T-test

(3)

KUALITAS SEMEN DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN

PAKAN LIMBAH TAUGE DAN

INDIGOFERA

sp PADA

PENGENCER TRIS KUNING TELUR

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Stevany Maria lestari Paalloan

(6)
(7)

ABSTRAK

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI APRI ASTUTI.

Domba Garut merupakan salah satu komoditi ternak unggulan dalam dunia peternakan, namun sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Hal ini menjadi pembatas dalam mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas unggul. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah ini yaitu dengan melakukan preservasi semen domba garut pada berbagai jenis cairan pengencer. Kualitas semen itu sendiri dipengaruhi oleh faktor nutrien yang terkandung di dalam pakan limbah tauge dan Indigofera sp seperti protein dan vitamin E yang mampu mempengaruhi kualitas spermatozoa domba garut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang mengandung 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp terhadap kualitas spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur. Sampel semen berasal dari 4 ekor domba garut jantan berumur 11 bulan yang terdiri dari 2 ekor diberi pakan limbah tauge dan 2 ekor diberi pakan Indigofera

sp. Semen yang dikoleksi lalu diencerkan pada pengencer tris kuning telur dan disimpan pada lemari pendingin bersuhu 5 oC sampai 5 hari. Parameter kualitas semen dianalisis sebagai berikut: data warna, konsistensi, pH, volume dan gerakan massa spermatozoa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data konsentrasi dan cytoplasmic droplet spermatozoa dianalisis menggunakan T-test.

Data motilitas spermatozoa, persentase hidup spermatozoa, keutuhan membran plasma spermatozoa dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial (2x5). Faktor pertama adalah jenis pakan yang digunakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan spermatozoa (Hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,dan ke-5). Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara deskriptif warna, konsistensi dan pH semen pada kedua perlakuan memiliki kualitas yang sama. Volume semen yang diperoleh dari domba garut yang diberi pakan limbah tauge lebih baik dibandingkan yang diberi pakan

Indigofera sp, sedangkan gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan Indigofera sp secara deskriptif lebih baik dibandingkan yang diberi pakan limbah tauge. Hasil analisis T-test menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kedua pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi dan

(8)

bahwa tidak ada pengaruh perlakuan pakan terhadap kualitas spermatozoa domba garut umur 11 bulan, namun waktu penyimpanan berpengaruh terhadap motilitas, persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Disarankan penelitian pemberian kedua pakan dilakukan terhadap domba yang telah dewasa. Kata kunci: Domba garut, kualitas sperma, limbah tauge, Indigofera sp.

ABSTRACT

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Quality of Garut Ram Semen Feeding with Waste Bean Sprouts and Indigofera sp in Tris Egg Yolk Extender. Supervised by MOHAMAD AGUS SETIADI and DEWI APRI ASTUTI.

Garut ram is one of good comodity of the livestock, but still traditional management systems. This is a delimiter in garut ram heir superior quality. Semen preservation in several extender can be as choice to maintain genetic superior of garut ram. Semen quality itself affected by the nutrient factors contained in the waste bean sprouts and Indigofera sp such as protein and vitamin E, which is capable of affecting the quality of spermatozoa in garut ram. The research was aimed to study the influence of feeding with 30% waste bean sprouts and 30%

Indigofera sp on sperm quality in the tris egg yolk extender. Semen sample were collected from 4 garut male with age around 11 months were two garut ram was fed with limbah tauge and two garut ram was fed with Indigofera sp. Collected semen were diluted in tris egg yolk extender and stored at refrigerator 5 oC until fifth days. Parameter of semen quality was analyzed as follow: for the colour, consistency, pH, volume semen and sperm mass movement were expressed with descriptively analysis. Concentration and cytoplasmic droplet were tested by

T-Test analysis. Sperm motility, sperm viability, integrity of sperm plasma membrane and sperm secondary abnormality were analyzed using Completely Randomized Design Factorial (2x5). The first factor was fed (waste bean sprouts and Indigofera sp) and the second factor was storage time (day 1st,2st,3st,4st and 5st). Data was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and continued with Duncan test to observed the different between treatments. Result of the experiment showed descriptively: colour, concistency and semen pH in all treatment have same quality. Semen volume were collected from garut ram with fed waste bean sprouts better than with fed Indigofera sp, whereas sperm mass movement with fed Indigofera sp better than with fed waste bean sprouts. T-test

(9)

membrane. It is suggested to do further research the influence of both feed on adult ram.

(10)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(11)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

KUALITAS SEMEN DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN

PAKAN LIMBAH TAUGE DAN

INDIGOFERA

sp

PADA

PENGENCER TRIS KUNING TELUR

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul Skripsi : Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sppada Pengencer Tris Kuning Telur. Nama : Stevany Maria Lestari Paalloan

NIM : B04080037

Disetujui oleh

Prof Dr drh Mohamad Agus Setiadi Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan - IPB

(14)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Selama penulisan skripsi ini, Penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr drh Mohamad Agus Setiadi selaku Dosen Pembimbing I dan Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dukungan, saran serta arahan kepada Penulis dari awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

2. Dr Nastiti Kusumorini selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran dan dukungannya selama Penulis melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. 3. Proyek Penelitian unggulan Fakultas Peternakan Tahun 2011.

4. Bapak Bondan atas bimbingan dan bantuannya selama Penulis melaksanakan penelitian.

5. Prof drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet, Dr drh Trioso Purnawarman, MS, drh Ni Wayan Kurniani Karja MP, PhD dan Ibu Rini Madyastuti Purwono MSi, SSi, Apt. atas saran dan masukan-masukannya kepada Penulis. 6. Kedua orangtua (Simon Paalloan dan Patrisia Tappi Sariang),

saudara-saudaraku (Adriany Vemi Paalloan, Gustianto Paalloan, Gregorius Paalloan, Valentyn Triani Paalloan dan Angela Imanuella Paallooan), tante dan om (Lusia Palentek dan Alm. Jacob Solimin Sulle) atas kasih sayang, dukungan, doa dan semangat sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Anton S.Pi atas doa, semangat, dukungan, dan bantuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Teman-teman satu penelitian (Era Bangun, Endra dan Devid), sahabat-sahabatku (Era Bangun, Ismi Wahyuniati, Kak Putri Dwi Mulyanti dan Cheanty Lebang Misa Matta), teman-teman satu kos (Bang Daniel, Bang Agung, Yunita Hutasoit, Try Permata Siagian, Lorenza RB, Melfi Dora Tarigan, dan Melisa Ansela Siregar) serta teman-teman seangkatan (Avenzoar 45) atas kebersamaan, semangat, dukungan, bantuan dan doa selama Penulis berkuliah hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Keluarga besar Himpunan Minat dan Profesi SatwaLiar FKH IPB. 10.Almamaterku tercinta, Institut Pertanian Bogor.

Akhirnya Penulis berharap semoga Tuhan membalas segala kebaikan mereka dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR i

DAFTAR LAMPIRAN i

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Domba Garut 2

Spermatogenesis 2

Karakteristik Semen Domba 3

Pengencer Tris Kuning Telur 4

Limbah Tauge 4

Legume Indigofera sp 5

METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Alat dan Bahan 6

Hewan Coba 6

Pemeliharaan 6

Ransum 7

Pelaksanaan Penelitian 7

Penampungan Semen Domba Garut 7

Pengamatan Makroskopis Spermatozoa 8

Penyimpanan Semen Segar pada Pengencer Tris Kuning Telur 8

Pengamatan Mikroskopis Spermatozoa 8

Rancangan Percobaan 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

SIMPULAN DAN SARAN 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 26

(16)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi bahan pakan ransum penelitian berdasarkan bahan kering 7 2 Karakteristik makroskopis spermatozoa domba garut yang diberi pakan

limbah tauge dan Indigofera sp 11

3 Gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah

tauge dan Indigofera sp 12

4 Konsentrasi spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge

dan Indigofera sp 13

5 Persentase motilitas spermatozoa domba garut yang diberi pakan

limbah tauge dan Indigofera sp 14

6 Persentase hidup spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah

tauge dan Indigofera sp 15

7 Persentase keutuhan membran plasma spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 15 8 Cytoplasmic droplet spermatozoa domba garut yang diberi pakan

limbah tauge dan Indigofera sp 19

9 Persentase abnormalitas sekunder spermatozoa domba garut yang diberi

pakan limbah tauge dan Indigofera sp 19

DAFTAR GAMBAR

1 Spermatozoa yang hidup dan yang mati 18

2 Spermatozoa dengan membran plasma utuh 18

3 Spermatozoa yang memiliki cytoplasmic droplet 21

4 Abnormalitas sekunder spermatozoa 21

5 Pemetaan parameter pengaruh pemberian pakan dan lama penyimpanan

terhadap kualitas spermatozoa 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Uji-T Konsentrasi Spermatozoa Domba Garut 26 2 Hasil Uji-T Cytoplasmic Droplet Spermatozoa Domba Garut 26 3 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan

terhadap Motilitas Spermatozoa 26

4 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan

terhadap Persentase Hidup Spermatozoa 27

5 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan

terhadap Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa 27

6 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan

terhadap Abnormalitas Sekunder Spermatozoa 28

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditi ternak yang turut berperan dalam pemenuhan kebutuhan daging yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan sektor peternakan adalah domba. Ternak domba memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat berkembang biak dengan cepat, mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dagingnya relatif digemari oleh masyarakat Indonesia.

Domba garut merupakan salah satu domba yang sangat diminati karena memiliki beberapa kelebihan, seperti bobot tubuh yang lebih berat baik pada domba jantan maupun betina, lebih cepat mencapai dewasa kelamin, dapat melahirkan anak lebih dari satu (prolifik), dan daya adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan.

Domba garut memiliki nilai jual yang sangat tinggi, tetapi sebagian besar sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional, yang disebabkan karena rendahnya pengetahuan peternak yang didominasi oleh peternak kecil, dan menjadikan beternak hanya sebagai usaha sambilan atau tabungan. Hal ini sekaligus menjadi pembatas dalam mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas unggul.

Salah satu cara untuk mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas unggul adalah dengan mengawetkan atau menyimpan material genetik pejantan berupa semen, baik dalam bentuk semen cair ataupun semen beku dalam berbagai media pengencer. Pemilihan bahan pengencer semen sangat berpengaruh terhadap kualitas semen yang disimpan. Bahan pengencer yang digunakan pada proses preservasi spermatozoa domba garut berfungsi melindungi spermatozoa terhadap

cold shock, sumber nutrisi, mencegah pertumbuhan kuman, mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Salah satu media pengencer yang umum digunakan adalah tris karena memiliki toksisitas rendah dan sistem penyanggah yang baik dengan mempertahankan pH, tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Penggunaan pengencer tris perlu ditambahkan kuning telur karena kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang dapat mengurangi efek cold shock bagi spermatozoa, sehingga kerusakan pada saat pengenceran, pendinginan dan pembekuan berkurang.

(18)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang mengandung 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp terhadap kualitas spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian pakan limbah tauge dan Indigofera sp terhadap kualitas spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur, serta mempertahankan kualitas pejantan domba garut sebagai sumber bibit.

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Garut

Domba garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli Indonesia, domba merino, dan domba Kaapstad dari Afrika (Rismayanti 2010). Domba garut juga dikenal dengan sebutan domba priangan, karena berasal dari Jawa Barat khususnya Kabupaten Garut dan sekitarnya.

Domba garut memiliki ciri-ciri morfologi kepala yang pendek, dahi sedikit lebar, bentuk kepala cembung, bentuk telinga rumpung sampai ngadaun hiris (4-8 cm), ekor berbentuk segitiga terbalik dengan timbunan lemak pada pangkal ekor dan mengecil pada bagian bawah, berbadan besar, lebar serta kuat. Bobot badan rata-rata domba garut jantan 57.74 kg dengan ciri morfologi memiliki tanduk yang besar, kokoh dan melingkar, sedangkan domba betina memiliki bobot badan rata-rata 36.89 kg dan tidak bertanduk, walaupun bertanduk ukurannya kecil. Domba garut memiliki warna bulu beragam, ada yang putih, hitam, coklat atau warna campuran tetapi pada umumnya berwarna dasar putih (Heriyadi et al. 2002).

Pubertas domba garut terjadi pada umur 7-10 bulan dengan bobot badan domba jantan berkisar antara 16.8–24.0 kg dan 14.5 kg pada domba betina. Bobot badan pada waktu pubertas berkisar antara 38–60% dari bobot badan dewasa (Prajoga et al. 2009).

Spermatogenesis

(19)

Fase kedua yaitu spermiogenesis. Pada fase ini spermatid akan mengalami perubahan bentuk dan menghasilkan spermatozoa yang sempurna. Perubahan yang terjadi diantaranya perubahan akrosom, kepala bagian tengah dan ekor spermatozoa serta bagian-bagian dari berbagai materi seluler. Sel spermatozoa selama proses pendewasaannya akan melekat pada sel sertoli yang terbentuk dari membran basal tubuli seminiferi dan menerima makanan dari sel tersebut sampai spermatozoa siap dilepaskan dan masuk ke dalam lumen tubuli untuk dikeluarkan melalui saluran pengeluaran (Salisbury dan Vandemark 1985).

Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas dan kuantitas pakan, hormon serta kondisi lingkungan. Spermatogenesis

merupakan proses pembentukan sel spermatozoa sehingga kandungan karbohidrat sebagai sumber energi, lemak, protein atau asam amino dan vitamin yang terkandung di dalam pakan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi berlangsungnya proses tersebut. Karbohidrat dimanfaatkan oleh spermatozoa untuk menghasilkan energi berupa ATP. Energi tersebut akan digunakan oleh spermatozoa agar tetap motil dan mempertahankan hidupnya (Garner dan Hafez 2000). Lemak seperti phospolipid dan kolesterol juga sangat berpengaruh dalam proses spermatogenesis. Menurut Situmorang et al. (2002) pemberian phospolipid dapat meningkatkan daya hidup spermatozoa dan menurut Subowo (1995) kolesterol berperan penting dalam stabilisasi membran spermatozoa.

Kandungan protein kasar di dalam pakan limbah tauge sebesar 13%-14% (Rahayu et al. 2010) dan Indigofera spsebesar 22.3%-31.1% (Hassen et al. 2007) berfungsi sebagai zat pembentuk sel-sel spermatozoa. Menurut Cameron et al.

(1988), ternak yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi yang tinggi akan mengalami peningkatan produksi spermatozoa. Tingginya kandungan protein yang terdapat dalam pakan juga dapat mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan seperti terjadi peningkatan volume, motilitas, konsentrasi dan persentase hidup spermatozoa (Dethan et al. 2010). Disamping karbohidrat, lemak dan protein, di dalam pakan juga harus terkandung vitamin seperti vitamin E yang dapat memperbaiki proses spermatogenesis dan kualitas spermatozoa, serta berfungsi sebagai antioksidan terhadap radikal bebas dengan mempertahankan membran plasma spermatozoa dari kerusakan karena peroksidasi lipid (Alawiyah dan Hartono 2006).

Karakteristik Semen Domba

Semen merupakan cairan yang diejakulasikan oleh alat kelamin jantan dan secara normal disekresikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Semen terdiri atas sel spermatozoa (gamet jantan) dan campuran antara cairan seluler dan sekresi-sekresi kelenjar asesoris (plasma seminalis) yang berasal dari saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez 2000).

(20)

konsentrasi spermatozoa yang tinggi. Semen yang mengandung spermatozoa mati dalam jumlah banyak akan berwarna kecoklatan (Salisbury dan vandemark 1985).

Volume semen domba berkisar antara 0.5 sampai 2.5 ml dengan konsentrasi 1.500 juta sampai 3.000 juta sel per ml semen dan persentase spermatozoa hidup sekitar 90%. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 5.9 sampai 7.3. Semen dengan konsentrasi spermatozoa yang tinggi bereaksi agak asam, sedangkan konsentrasi rendah bereaksi agak basa. Sekitar 5% sampai 15% dari total volume semen mengandung spermatozoa yang memiliki bentuk abnormal. Jika persentase abnormalitas spermatozoa diatas 20%, menunjukkan bahwa domba memiliki fertilitas yang rendah (Toelihere 1981).

Pengencer Tris Kuning Telur

Pengencer semen adalah bahan yang ditambahkan ke dalam semen segar yang berkualitas dan berfungsi sebagai media penyimpanan baik untuk semen cair maupun semen beku. Pada proses pengolahan semen, pemilihan jenis pengencer yang optimal sangat berpengaruh terhadap kualitas semen yang disimpan. Salah satu bahan pengencer yang paling sering digunakan sebagai komponen dasar pengencer semen pada sapi, babi dan domba adalah Tris hidroxymethil aminomethan (C4H11NO3) (Rizal et al. 2002).

Bahan pengencer yang digunakan untuk proses pengenceran semen harus mengandung buffer, nutrisi, anti cold shock (anti kejutan dingin) dan antibiotik.

Buffer berfungsi mengatur tekanan osmotik dan menetralisir asam laktat yang dihasilkan dari sisa metabolisme spermatozoa. Buffer yang umum digunakan adalah tris (hydroxymethyl aminomethan) karena memiliki kemampuan sebagai penyangga yang baik dengan toksisitas yang rendah dalam konsentrasi yang tinggi (Steinbach dan Foote 1967).

Karbohidrat merupakan salah satu sumber nutrisi yang paling banyak digunakan karena mengandung fruktosa, sehingga mudah dimetabolisasi oleh spermatozoa (Toelihere 1993). Karbohidrat yang terkandung di dalam bahan pengencer mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai sumber energi, mengatur tekanan osmotik dan sebagai krioprotektan ekstraseluler. Bahan anti cold shock

yang umum digunakan adalah kuning telur atau kacang kedelai, karena dapat melindungi spermatozoa terhadap perubahan suhu selama proses pengolahan semen (Yildiz et al. 2000). Penisilin dan streptomisin merupakan antibiotik yang sering ditambahkan ke dalam bahan pengencer semen dan berfungsi sebagai zat-zat penghambat pertumbuhan organisme (Toelihere 1981).

Limbah Tauge

(21)

dilakukan oleh Rahayu et al. (2010), menunjukkan bahwa potensi ketersediaan limbah tauge di kota Bogor mencapai 1.5 ton/hari.

Tauge dihasilkan dari kacang hijau yang memiliki kandungan protein tinggi dan susunan asam amino mirip dengan kedelai. Menurut Mubarak (2005) komposisi kimia tauge terdiri dari air 97.5g, abu 37.6g, lemak 1.85g, serat kasar 4.63g, karbohidrat 62.3g. Adapun menurut Rahayu et al. (2010) limbah tauge mengandung 63.35% air, 7.35% abu, 1.17% lemak, 13%-14% protein, 49.44% serat kasar dan 64.65% Total Digestible Nutrien (TDN).

Pakan limbah tauge mengandung vitamin E sebesar 15.3 mg/100g (Amilah dan Astuti 2006) yang berfungsi sebagai antioksidan dan mampu mempertahankan integritas membran sel spermatozoa dari berbagai kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu vitamin E berfungsi dalam proses spermatogenesis sebagai agen pemacu fertilitas dengan menormalkan fungsi epitel pada tubuli seminiferi dalam memproduksi spermatozoa, sehingga dapat meningkatkan jumlah dan konsentrasi spermatozoa. Jika terjadi defisiensi vitamin E akibat degenerasi epitel tubuli seminiferi, maka dapat mengakibatkan proses spermatogenesis dan produksi spermatozoa terhambat. Limbah tauge juga mengandung mineral Zinc (Zn) 2.68 mg/100g yang dapat digunakan oleh spermatozoa untuk mempertahankan integritas sel dan stabilisasi membran selnya, sehingga kerusakan membran plasma akibat proses penyimpanan pada temperatur rendah dapat diminimalisir (Taylor et al. 1988)

Legume Indigofera sp

Menurut Tjelele (2006), Indigofera merupakan tanaman dari kelompok kacang-kacangan (family Fabaceae) dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika, Asia, Australia, dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa dan terus berkembang secara luas. Duke (1981), menyatakan tanaman Indigofera

tersebar di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, meliputi kawasan Afrika, Asia Timur, Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Tanaman Indigofera sp dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan kandungan nitrogen, fosfor, dan kalsium. Indigofera sp mengandung protein kasar 22.3%-31.1%, serat kasar 15.25%, kalsium 0.22% dan fosfor 0.18%. Legume Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas. Kandungan protein yang tinggi disertai serat relatif rendah dan tingkat kecernaan tinggi menyebabkan tanaman ini digunakan sebagai sumber hijauan pakan dasar maupun pakan suplemen yang kaya akan protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (Hassen et al. 2007).

(22)

itu, Indigofera sp juga mengandung asam amino arginin sebesar 1mg/kg pakan

Indigofera sp (Abdullah 2010).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2011. Pemeliharaan domba garut dan pengambilan sampel semen cair dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Fertilisasi In Vitro Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu gelas objek, pipet, pipet ukur, mikropipet (10 μl dan 100 μl), mikroskop, gelas penutup, kamar hitung Neubauer, heating table, tabung effendorf, alat penghitung hidup dan mati spermartozoa, ice box, water bath, tabung pengencer dan vagina buatan.

Bahan yang digunakan yaitu semen cair, larutan pengencer tris kuning telur, alkohol 70%, kapas, formal saline, NaCl 0.9%, eosin nigrosin, tisu, 4 ekor domba garut jantan berumur 11 bulan, tepung limbah tauge, tepung Indigofera sp dan larutan hipoosmotik swelling (HOS) test.

Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu empat ekor domba garut jantan berumur ± 8 bulan yang dikandangkan dalam kandang individu. Setelah domba berumur 11 bulan sampel semen hasil ejakulat diambil untuk dievaluasi. Rataan bobot badan awal domba sebesar 14.93 kg. Domba tersebut dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 2 ekor domba. Pada penelitian ini tidak menggunakan kontrol.

Pemeliharaan

(23)

Ransum

Pakan untuk domba garut diberikan dalam bentuk pellet untuk mengurangi tingkah laku domba dalam memilih pakan yang dikonsumsi. Pakan diberikan sebanyak 1kg/hari, dengan rasio hijauan dan konsentrat 30:70. Jumlah protein kasar yang terdapat dalam kedua pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) sebesar 18%. Sumber protein hijauan berasal dari limbah tauge dan legume Indigofera sp, sedangkan campuran konsentrat terdiri atas onggok, jagung kuning, dan bungkil kelapa. Kadar zat makanan ransum disesuaikan dengan kebutuhan domba masa pertumbuhan (NRC 2007). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.

Tabel 1 Komposisi Bahan Pakan Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering Bahan Pakan

Perlakuan Ransum Indigofera sp

(%)

Ransum Limbah Tauge (%)

Indigofera sp. 30 0

Limbah Tauge 0 30

Onggok 12 10

Jagung 10 10

Bungkil kelapa 32 32

Bungkil kedelai Molases

CaCO3

8 5 2.5

10 5 2.5 NaCl

Premix

0.3 0.2

0.3 0.2

Jumlah 100 100

Pelaksanaan Penelitian Penampungan Semen Domba Garut

Penampungan semen domba garut dilakukan dengan menggunakan vagina buatan. Pada saat penampungan sampel semen, digunakan domba betina sebagai

(24)

Pengamatan Makroskopis Spermatozoa

Evaluasi spermatozoa secara makroskopis meliputi pengamatan terhadap warna, konsistensi, pH dan volume. Pengamatan terhadap warna semen dilakukan dengan menggunakan penerangan sinar matahari untuk melihat warna semen yang telah ditampung. Konsistensi semen diamati dengan cara tabung effendorf yang berisi semen dibalik sejauh 45o, kemudian dikembalikan ke posisi semula. konsistensi semen dapat dikatakan cair jika proses kembalinya semen ke dasar tabung berlangsung cepat sedangkan jika kembalinya semen ke dasar tabung lambat maka konsistensi semen kental.

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH yang dicelupkan ke dalam semen. Hasil yang terlihat kemudian dicocokkan pada indikator warna yang terdapat pada kertas pH. Pengukuran terhadap volume semen dilakukan dengan cara semen yang sudah ditampung diukur dengan menggunakan pipet ukur yang mempunyai skala 0.1 ml, kemudian dilakukan pembacaan terhadap skala yang ditunjukkan pipet ukur.

Penyimpanan Semen Segar pada Pengencer Tris Kuning Telur

Semen yang sudah diamati secara makroskopis lalu dimasukkan dalam larutan pengencer tris kuning telur. Larutan pengencer tris kuning telur dibuat dengan mencampurkan buffer tris (3.87g tris Hydroxymethil aminomethan, 2.17g asam sitrat, 1.56g fruktosa dan 100 ml aquadest) dan kuning telur, dengan perbandingan 1:8. Sebanyak 2 ml dari larutan pengencer tris kuning telur ditambahkan dengan semen segar sebanyak 0.25 ml lalu dimasukkan kedalam tabung pengencer. Campuran tersebut lalu disimpan pada lemari pendingin yang bersuhu 5 oC dan dievaluasi selama 5 hari berturut-turut.

Pengamatan Mikroskopis Spermatozoa

Semen yang telah diencerkan kemudian dievaluasi secara mikroskopis yang meliputi pengamatan terhadap konsentrasi, gerakan massa, motilitas, persentase spermatozoa hidup, keutuhan membran plasma dan abnormalitas spermatozoa.

Konsentrasi Spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa dihitung hanya sekali pada hari pertama penampungan semen menggunakan kamar hitung Neubauer. Penghitungan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat pengenceran 500x antara semen segar 1 µl dan 499 µl formal saline yang kemudian dihomogenkan. Campuran yang telah homogen kemudian diteteskan kedalam kamar hitung Neubauer dan dilakukan evaluasi dengan perbesaran mikroskop 400x. Penghitungan dilakukan pada 5 kotak haemocytometer yaitu pada keempat kotak yang ada di tepi dan 1 kotak pada bagian tengah.

Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan rumus :

(25)

Gerakan Massa

Evaluasi terhadap gerakan massa spermatozoa dilakukan dengan cara satu tetes semen cair diteteskan pada gelas objek yang steril dan langsung diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.

Motilitas

Peniliaian motilitas spermatozoa dilakukan dengan mencampur 3-4 tetes NaCl 0.9% dengan beberapa tetes semen cair pada gelas objek yang telah dihangatkan kemudian dihomogenkan dengan menggunakan gelas penutup. Campuran yang telah homogen lalu dipindahkan ke gelas objek yang baru menggunakan gelas penutup dan dievaluasi dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Hasil yang diperoleh dinilai dalam bentuk % dengan kisaran 0%-100%.

Persentase Spermatozoa Hidup

Penghitungan persentase spermatozoa hidup dan mati dilakukan dengan menyiapkan tiga buah gelas objek yang bersih dan bebas lemak. Pada gelas objek pertama diteteskan sampel semen cair dan 2-3 tetes pewarna eosin nigrosin kemudian dihomogenkan. Campuran yang telah homogen diambil dengan menggunakan gelas objek kedua lalu dibuat preparat ulas pada gelas objek ketiga. Gelas objek yang akan dievaluasi dikeringkan pada heating table dan dilakukan penghitungan dibawah mikroskop menggunakan perbesaran 400x, dengan menghitung jumlah spermatozoa yang terdapat dalam 10 lapang pandang. Jumlah sel spermatozoa dari 10 lapang pandang minimal 200 sel spermatozoa.

Persentase spermatozoa yang hidup dihitung dengan rumus: = ∑

Keutuhan Membran Spermatozoa

Pemeriksaan keutuhan membran spermatozoa dilakukan dengan metode

hypoosmotic swelling (HOS) test. Larutan HOS test yang digunakan merupakan campuran dari 0.675g fruktosa dan 0.735g natrium sitrat dalam 50 ml aquades. Sebanyak 499 µl larutan HOS test dicampurkan dengan 1 µl sampel semen, kemudian diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 37 °C di dalam water bath. Campuran tersebut kemudian diteteskan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup untuk selanjutnya dievaluasi di bawah mikroskop menggunakan perbesaran 400x, dengan menghitung jumlah sel spermatozoa yang terdapat dalam 10 lapang pandang. Jumlah sel spermatozoa dari 10 lapang pandang minimal 200 sel spermatozoa.

Persentase membran plasma utuh dihitung dengan rumus :

= ∑

(26)

Abnormalitas Spermatozoa

Pemeriksaan abnormalitas spermatozoa dihitung dari jumlah persentase spermatozoa yang masih memiliki cytoplasmic droplet dan spermatozoa yang mengalami abnormalitas sekunder. Evaluasi dilakukan menggunakan preparat ulas yang telah dibuat pada pemeriksaaan persentase spermatozoa hidup dan dilakukan penghitungan dibawah mikroskop menggunakan perbesaran 400x. Penghitungan dilakukan dengan mengamati cytoplasmic droplet danabnormalitas sekunder spermatozoa dari 10 lapang pandang dengan jumlah sel minimal yang dihitung 200 sel spermatozoa.

Persentase abnormalitas dihitung dengan rumus :

= ∑

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif terhadap data hasil pengamatan warna, konsistensi, pH, volume dan gerakan massa. Data hasil pengamatan terhadap konsentrasi spermatozoa dan jumlah cytoplasmic droplet spermatozoa dianalisis dengan menggunakan T-Test. Data hasil pengamatan terhadap motilitas, persentase hidup, keutuhan membran plasma dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial 2x5. Faktor pertama merupakan jenis pakan yang digunakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua merupakan lama masa penyimpanan spermatozoa (Hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5). Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan (Santoso 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Makroskopis Spermatozoa

(27)

Tabel 2 Karakteristik makroskopis spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Parameter yang Diamati

Limbah Tauge Ejakulat H-1 Ejakulat H-2

Indigofera sp

Ejakulat H-1 Ejakulat H-2 Warna Krem Krem Krem Krem Konsistensi Kental Kental Kental Kental pH 7 6.5 7 6.5 Volume

(ml/ejakulat)

0.7 0.7 0.8 0.5

Dari hasil pengamatan secara makroskopis semen segar hasil ejakulat domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp, memperlihatkan bahwa warna dan konsistensi semen pada kedua perlakuan memiliki kualitas yang sama, yaitu berwarna krem dengan konsistensi yang kental. Warna dan konsistensi semen secara umum dijadikan sebagai parameter dan berhubungan dengan konsentrasi spermatozoa. Semen dengan konsistensi kental dan berwarna krem memiliki jumlah konsentrasi spermatozoa yang tinggi, sebaliknya semen dengan konsistensi encer memiliki konsentrasi spermatozoa yang kecil. Menurut Toelihere (1981), semen domba memiliki volume yang rendah tetapi konsentrasi spermatozoa tinggi sehingga memperlihatkan warna krem atau warna susu.

Derajat keasaman (pH) semen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup spermatozoa di dalam semen. pH semen yang netral menandakan bahwa kelenjar assesoris (vesicularis, prostat dan bulbourethralis) yang mensekresikan plasma seminal berfungsi dengan baik. Semakin tinggi atau semakin rendah pH semen maka akan menurunkan daya hidup spermatozoa. Dari hasil pengamatan terhadap nilai pH, diperoleh hasil bahwa nilai pH dari kedua perlakuan pemberian pakan memiliki kualitas yang sama dan masih berada dalam kisaran pH netral. Menurut Garner dan Hafez (1987) pH semen domba berkisar antara 5.9-7.3.

Pengukuran volume semen dilakukan untuk mengetahui jumlah semen yang dihasilkan oleh pejantan dalam sekali ejakulat. Dari hasil pengamatan yang terlihat pada Tabel 2 diketahui bahwa jumlah volume semen yang dihasilkan pada domba garut yang diberi pakan limbah tauge lebih tinggi bila dibandingkan dengan domba garut yang diberi pakan Indigofera sp. Tingginya volume yang diperoleh diduga dipengaruhi oleh kandungan nutrien seperti protein, mineral dan vitamin yang terdapat pada pakan limbah tauge yang mampu meningkatkan jumlah spermatozoa. Hal ini didukung dengan pernyataan Dethan et al. (2010) bahwa pakan yang memiliki kandungan protein tinggi akan menghasilkan sifat fisik semen yang lebih baik termasuk jumlah volume yang dihasilkan.

(28)

pakan Indigofera sp, yaitu volume yang didapatkan lebih kecil dari volume ejakulat hari pertama.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karakterisktik makroskopis spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp, secara umum memperlihatkan bahwa semen yang diperoleh memiliki kualitas yang memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi semen cair dan selanjutnya dilakukan penyimpanan untuk mengetahui kualitas dan daya tahan hidupnya.

Gerakan Massa Spermatozoa

Hasil pengamatan terhadap gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada pengencer tris kuning telur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Parameter yang Diamati

Limbah Tauge Ejakulat H-1 Ejakulat H-2

Indigofera sp

Ejakulat H-1 Ejakulat H-2 Gerakan

Massa Spermatozoa

+++ ++ +++ +++

Gerakan massa merupakan kecenderungan spermatozoa untuk bergerak secara bersama-sama ke satu arah, menyerupai gelombang-gelombang tipis dan tebal, bergerak secara cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang terkandung di dalam semen (Feradis 2010). Secara umum, gerakan massa spermatozoa yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan gerakan massa yang baik (++) hingga sangat baik (+++) dan terlihat seperti gelombang-gelombang besar, gelap, tebal seperti gumpalan awan hitam dan bergerak secara aktif.

Gerakan massa memiliki hubungan yang erat dengan warna, konsistensi dan konsentrasi spermatozoa. Semakin baik gerakan massa spermatozoa maka konsistensi dan konsentrasinya akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Partodihardjo (1980) yang menyebutkan bahwa gerakan massa berhubungan erat dengan konsentrasi dan motilitas spermatozoa. Jika semen segar memiliki gerakan massa +++ artinya tingkat kepadatan spermatozoa tinggi, gelombang bergerak cepat, dan diperkirakan terdapat 90% bahkan lebih spermatozoa yang aktif.

(29)

Kandungan nutrisi di dalam pakan limbah tauge dan Indigofera sp seperti karbohidrat, lemak dan protein juga mempengaruhi gerakan massa spermatozoa domba penelitian. Karbohidrat dimanfaatkan oleh spermatozoa untuk menghasilkan energi berupa ATP yang akan digunakan oleh spermatozoa untuk mempertahankan motilitasnya dan hidupnya (Garner dan Hafez 2000). Protein dan lemak digunakan dalam proses pembentukan sel-sel spermatozoa. Jika kebutuhan nutrisi dan energi untuk bergerak dan memproduksi spermatozoa tersedia dalam jumlah yang cukup, maka gerakan massa yang dihasilkan akan semakin baik.

Konsentrasi Spermatozoa

Hasil pengamatan terhadap konsentrasi spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada pengencer tris kuning telur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Konsentrasi spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan Konsentrasi

Limbah tauge 5062x106±3656

Indigofera sp 4956x106±1839

Konsentrasi spermatozoa merupakan jumlah spermatozoa yang terkandung dalam satu ml ejakulat. Konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kematangan seksual pejantan, interval penampungan semen, kualitas pakan, kesehatan reproduksi ternak, besar testis, umur dan musim (Salisbury dan Vandemark 1985).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan kedua pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi spermatozoa (P>0,05). Pada Tabel 4 terlihat bahwa domba garut yang diberi pakan limbah tauge memiliki konsentrasi spermatozoa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan domba garut yang diberi pakan Indigofera sp. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kandungan nutrien seperti vitamin E dalam pakan limbah tauge serta bobot testis domba garut yang diberi pakan limbah tauge.

(30)

Motilitas Spermatozoa

Hasil pengamatan terhadap motilitas spermatozoa yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada pengencer tris kuning telur selama 5 hari berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase motilitas spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Motilitas Hari Ke -

Perlakuan H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 Rataan

Limbah tauge (%)

71,5±1,4 57,5±7,1 31,3±8,8 20,0±7,8 10,0±3,5 38,1±24,7

Indigofera

sp (%)

71,3±5,3 48,8±8,8 31,3±1,8 15,5±6,4 1,3±1,8 33,6±26,3

Rataan 71,4±3,2e 53,1±8,3d 31,3±5,2c 17,8±6,1b 5,6±5,5a

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Motilitas spermatozoa merupakan kemampuan gerak maju individu spermatozoa di dalam lingkungan zat cair (Herdis et al. 2005) dan dinyatakan oleh persentase spermatozoa yang bergerak maju secara progresif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap motilitas spermatozoa (P<0,05), namun perlakuan pemberian pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap motilitas spermatozoa (P>0,05). Berdasarkan hasil pengamatan motilitas yang terlihat pada Tabel 4 menunjukkan terjadinya penurunan motilitas yang signifikan setiap harinya. Hal tersebut disebabkan karena motilitas spermatozoa sangat berpengaruh terhadap lama penyimpanan.

Motilitas spermatozoa sangat bergantung pada suplai energi berupa

Adenosin Triphoshate (ATP) yang dihasilkan dari metabolisme spermatozoa. Penurunan motilitas spermatozoa dari hari ke hari selama masa penyimpanan diduga karena terjadinya aglutinasi diantara spermatozoa, akumulasi CO2,

pembentukan asam karbon, serta banyaknya radikal bebas yang dihasilkan dari proses peroksidasi lipid akibat metabolisme spermatozoa, yang dapat menyebabkan penurunan pH, merusak membran plasma spermatozoa sehingga produksi energi spermatozoa berkurang dan menekan motilitas spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuranti (2005) bahwa penurunan motilitas terjadi karena berkurangnya energi spermatozoa akibat proses metabolisme yang berlangsung secara terus menerus.

Motilitas spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan

(31)

Karbohidrat yang terkandung dalam bahan pengencer tris kuning telur selain berfungsi sebagai krioprotektan ekstraseluler juga berfungsi sebagai sumber energi spermatozoa dalam pergerakannya. Kuning telur yang terkandung pada bahan pengencer mampu mempertahankan motilitas, integritas akrosom dan membran plasma mitokondria sel spermatozoa sehingga aktivitas metabolisme spermatozoa dalam menghasilkan energi dapat terus berlangsung (Jones dan Martin 1973). Molova (1983) mengemukakan bahwa pengencer tris kuning telur pada laju penurunan suhu optimum memberikan motilitas spermatozoa yang paling tinggi bila dibandingkan dengan jenis pengencer lain pada laju penurunan suhu yang sama. Hal ini terjadi karena pembentukan kristal es intraseluler selama proses pembekuan pada jenis pengencer tris kuning telur bertekstur lebih halus dan tingkat kerusakan sel dapat dihindari.

Persentase Hidup dan Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa Evaluasi terhadap persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada pengencer tris kuning telur dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6 Persentase hidup spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Persentase Hidup Spermatozoa Hari Ke-

Perlakuan H-1 H -2 H -3 H -4 H -5 Rataan

Limbah tauge (%)

81,0±0,7 77,8±0,4 72,3±5,3 65,8±11,7 49,0±29,0 69,2±15,9

Indigofera

sp (%)

86,0±8,5 77,0±6,4 66,5±19,1 60,5±20,5 40,0±9,2 66,0±19,5

Rataan 83,5±5,7b 77,4±3,7b 69,4±11,9b 63,1±14,0ab 44,5±18,3a

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 7 Persentase keutuhan membran plasma spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa Hari Ke-

Perlakuan H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 Rataan

Limbah tauge (%)

80,5±5,7 75,8±3,2 62,8±9,5 59,8±10,3 45,0±2,8 64,8±14,2

Indigofera

sp (%)

85,0±0,7 76,5±1,4 62,3±6,0 45,3±6,0 27,8±27,2 59,4±23,9

Rataan 82,8±4,2d 76,1±2,1cd 62,5±6,5bc 52,5±10,8ab 36,4±18,7a

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

(32)

terjadinya penyerapan zat warna eosin pada spermatozoa yang mati karena terjadi penurunan permeabiltas membran sel, sehingga senyawa kimia dapat dengan bebas melewati membran plasma dan masuk ke dalam sel spermatozoa. Spermatozoa yang mati ditandai dengan kepala yang berwarna merah karena terjadi penyerapan zat warna eosin nigrosin oleh spermatozoa.

Hasil analisis data yang dilakukan terhadap persentase hidup spermatozoa menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap persentase hidup spermatozoa (P<0,05), namun perlakuan pemberian pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup spermatozoa (P>0,05). Tabel 6 memperlihatkan bahwa penurunan persentase hidup spermatozoa secara nyata dipengaruhi oleh lama penyimpanan, tetapi penurunan persentase hidup spermatozoa yang terjadi pada H-1 hingga H-4 penyimpanan menunjukkan penurunan yang tidak begitu signifikan, bila dibandingkan dengan penurunan persentase hidup spermatozoa yang menurun drastis pada H-5 penyimpanan. Penurunan persentase hidup spermatozoa dari hari ke hari diduga disebabkan karena terjadi kerusakan permeabilitas membran sel spermatozoa selama masa penyimpanan, sehingga metabolisme spermatozoa akan terganggu dan mulai kehilangan motilitasnya yang pada akhirnya mengakibatkan kematian spermatozoa (Yulnawati dan Setiadi 2005).

Spermatozoa diselubungi oleh membran plasma yang berfungsi mengatur proses biokimiawi yang terjadi di dalam sel, melindungi organel-organel yang terdapat dalam sel serta menyaring pertukaran zat-zat elektrolit intraseluler dan ekstraseluler yang dibutuhkan oleh spermatozoa dalam proses biokimiawi (Rizal 2005). Keutuhan membran plasma spermatozoa dapat dievaluasi dengan menggunakan metode hypoosmotic swelling (HOS) test. Prinsip metode HOS test yang digunakan sama dengan prinsip hukum osmosis yaitu apabila spermatozoa berada pada suatu medium yang bersifat hipoosmotik, maka air yang berada di luar sel spermatozoa akan mengalir ke dalam sel spermatozoa sampai tejadi keseimbangan osmotik antara larutan di dalam dan di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan spermatozoa menjadi bengkak. Spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh ditandai dengan terbentuknya lingkaran pada bagian ekor, sedangkan spermatozoa yang tidak memiliki membran plasma utuh ditandai dengan ekor yang lurus.

Hasil analisis data terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa (P<0,05), namun perlakuan pemberian pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa (P>0,05). Tabel 7 memperlihatkan adanya penurunan keutuhan membran plasma spermatozoa setiap harinya, tetapi penurunan keutuhan membran plasma spermatozoa yang terjadi pada H-1 hingga H-4 penyimpanan memperlihatkan penurunan yang tidak begitu signifikan bila dibandingkan penurunan keutuhan membran plasma spermatozoa yang menurun drastis pada H-5 penyimpanan.

(33)

ini didukung dengan pernyataan Herdiawan (2004) bahwa penurunan keutuhan membran plasma spermatozoa disebabkan karena kerusakan membran sel spermatozoa akibat dehidrasi, yang menyebabkan perbedaan konsentrasi cairan intraseluler dan ekstraseluler sehingga terjadi perubahan tekanan osmotik sel, akibatnya selubung lipoprotein pecah dan membran sel mengalami kerusakan.

Spermatozoa yang berkualitas baik adalah spermatozoa yang memiliki persentase spermatozoa hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa yang tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua perlakuan pemberian pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) mampu mempertahankan persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa yang baik hingga H-4 penyimpanan yang masing-masing berkisar >60% dan >50%. Tingginya persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa yang diperoleh dari hasil penelitian hingga H-4 penyimpanan, diduga dipengaruhi oleh kandungan protein kasar sebesar 18%, mineral Zn, dan vitamin E yang terdapat dalam kedua pakan.

Dethan et al. (2010) menyebutkan bahwa pakan yang memiliki kandungan protein tinggi mampu meningkatkan persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa, karena selain berfungsi sebagai zat-zat pembentuk sel spermatozoa, protein juga berfungsi mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein sel spermatozoa (Toelihere 1993). Mineral Zn yang terkandung dalam kedua pakan juga berfungsi mempertahankan integritas sel dan stabilisasi membran sel spermatozoa sehingga kerusakan permeabilitas membran plasma sel spermatozoa akibat proses penyimpanan pada temperatur rendah dapat diminimalisir (Taylor et al. 1988). Selain itu, adanya antioksidan berupa vitamin E pada pakan limbah tauge yang mampu mempertahankan dan melindungi membran sel spermatozoa terhadap radikal bebas yang terjadi selama masa penyimpanan, sehingga zat warna eosin nigrosin dan larutan yang bersifat hipoosmotik tidak mampu menembus lapisan membran sel spermatozoa dan kerusakan spermatozoa akibat radikal bebas dapat diminimalisir (Therond et al. 1996).

Penggunaan bahan pengencer tris kuning telur pada penelitian ini diduga ikut mempengaruhi persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa, karena pengencer tris kuning telur merupakan salah satu pengencer yang memiliki kandungan kompisisi lengkap serta mengandung zat-zat makanan dan berfungsi sebagai sumber energi untuk spermatozoa. Karbohidrat yang terkandung dalam pengencer tris kuning telur selain berfungsi sebagai sumber energi, dapat pula digunakan oleh spermatozoa sebagai krioprotektan ekstraseluler yang melindungi membran plasma sel spermatozoa dari kerusakan akibat pengaruh cold shock

(34)

Abnormalitas Spermatozoa

Morfologi atau bentuk spermatozoa merupakan salah satu faktor yang menentukan fertilitas dari spermatozoa tersebut. Abnormalitas dapat terjadi pada bagian kepala maupun ekor dari spermatozoa.

[image:34.595.145.456.107.310.2]

Menurut Toelihere (1993) abnormalitas spermatozoa diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder.

Gambar 1 Spermatozoa yang hidup (kepala berwarna putih) dan spermatozoa yang mati (kepala berwarna merah)

[image:34.595.106.459.111.671.2]
(35)

Abnormalitas primer terjadi karena adanya kelainan pada tubuli seminiferi dan gangguan testikular akibat faktor keturunan, penyakit defisiensi pakan serta lingkungan yang jelek. Contoh abnormalitas primer spermatozoa adalah kepala yang terlampau besar (macrocephalic), kepala terlampau kecil (microcephalic), kepala rangkap, ekor ganda, bagian tengah membesar dan adanya butiran-butiran sitoplasma pada bagian ekor (cytoplasmic droplet). Abnormalitas sekunder terjadi setelah spermatozoa meninggalkan tubuli seminiferi, selama perjalanannya melalui saluran epididimis, selama ejakulasi, pemanasan berlebihan, pendinginan yang cepat, kontaminasi dengan air, urine atau antiseptik dan perlakuan sewaktu pewarnaan dan pembuatan preparat ulas. Contoh abnormalitas sekunder yaitu ekor putus, kepala tanpa ekor, dan ekor yang menekuk.

Evaluasi terhadap cytoplasmic droplet dan abnormalitas sekunder spermatozoa merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai kualitas dari spermatozoa. Hasil evaluasi terhadap cytoplasmic droplet dan abnormalitas sekunder spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada pengencer tris kuning telur dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8 Cytoplasmic droplet spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan Cytoplasmic droplet spermatozoa

Limbah Tauge 3,7± 5,3

Indigofera sp 3,0 ± 4,0

Tabel 9 Persentase abnormalitas sekunder spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Abnormalitas Sekunder Spermatozoa Hari Ke-

Perlakuan H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 Rataan

Limbah tauge (%)

22,3±0,4 26,8±6,7 34,0±14,8 38,5±8,5 23,3±11,0 29,0±9,8q

Indigofera

sp (%)

12,8±6,7 17,0±4,9 19,0±1,4 23,3±12,4 23,3±3,2 19,1±6,6p

Rataan 17,5±6,7 21,9±7,4 26,5±12,2 30,9±12,4 23,3±6,6

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

(36)

pematangan pada cauda epididimis. Hal ini didukung dengan pernyataan Söderquist et al. (1996) yang menyatakan bahwa abnormalitas spermatozoa seperti abnormalitas kepala dan akrosom, proximal cytoplasmic droplet, serta total abnormalitas secara nyata dipengaruhi oleh umur.

Hasil analisis data terhadap persentase abnormalitas sekunder spermatozoa pada Tabel 9 menunjukkan bahwa lama penyimpanan tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap abnormalitas sekunder spermatozoa (P>0,05), namun perlakuan pemberian kedua pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) memperlihatkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap persentase abnormalitas sekunder spermatozoa. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa pemberian pakan Indigofera sp nyata lebih baik dalam mengurangi jumlah persentase abnormalitas sekunder spermatozoa. Hal ini diduga disebabkan, karena pada pakan Indigofera sp terkandung asam amino arginin sebesar 1mg/kg pakan dan kandungan protein yang lebih tinggi (22.3%-31.1%) dibandingkan dengan kandungan protein yang terkandung dalam pakan limbah tauge (13%-14%).

Tingginya kandungan protein serta adanya asam amino arginin pada pakan

Indigofera sp, diketahui mampu mempertahankan kestabilan struktur spermatozoa dan melindungi spermatozoa dari kerusakan. Selain itu, asam amino arginin mampu meningkatkan produksi Nitrit Oksidase yaitu suatu senyawa yang mampu melindungi sel spermatozoa dari kerusakan membran akibat lipid peroksidase dan paparan zat-zat kimia yang mampu merusak permeabilitas membran sel spermatozoa (Sudha et al. 2006).

Menurut Toelihere (1981) spermatozoa yang baik memiliki jumlah abnormalitas sekunder spermatozoa kurang dari 20%, sedangkan abnormalitas sekunder spermatozoa yang diperoleh dari hasil penelitian pada domba garut yang diberi pakan limbah tauge memperlihatkan persentase yang cukup tinggi yaitu 29% dan kemungkinan besar dikarenakan penanganan semen yang kurang baik, serta perlakuan pada saat proses pewarnaan dan pembuatan preparat ulas.

(37)

[image:37.595.174.429.128.315.2]

Gambar 4 Abnormalitas sekunder spermatozoa Gambar 3 Spermatozoa yang memiliki Cytoplasmic droplet

(38)

Gambar 5 Pemetaan Parameter Pengaruh Pemberian Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Spermatozoa

Keterangan : + = Perlakuan mempengaruhi kualitas spermatozoa : - = Perlakuan tidak mempengaruhi kualitas spermatozoa

Hasil pemetaan parameter yang diperoleh menunjukkan bahwa, perlakuan pakan Indigofera sp menghasilkan gerakan massa dan menekan abnormalitas sekunder spermatozoa yang lebih baik dibandingkan perlakuan pakan limbah tauge. Abnormalitas spermatozoa yang rendah menunjukkan kualitas spermatozoa yang lebih baik.

Pakan Limbah Tauge Pakan Indigofera Sp Lama Penyimpanan

Konsistensi Semen (-) Warna Semen (-)

pH Semen (-) Volume semen (+)

(-) Gerakan Massa Spermatozoa (-) Konsentrasi Spermatozoa (+) Motilitas Spermatozoa (-) Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa (-)

Warna semen (-) Konsistensi semen

(-)

Volume Semen (-) pH Semen (-)

Gerakan Massa Spermatozoa (+) Konsentrasi spermatozoa (-) Motilitas Spermatozoa (-) Persentase Hidup Spermatozoa (-) Persentase Hidup Spermatozoa (-) Cytoplasmic Droplet Spermatozoa (-) Abnormalitas Sekunder Spermatozoa (-) Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa (-) Cytoplasmic Droplet Spermatozoa (-) Abnormalitas Sekunder Spermatozoa (+)

Warna semen (-) Konsistensi semen

(-) pH Semen (-) Volume Semen (-)

[image:38.595.81.485.81.663.2]
(39)

Lama penyimpanan spermatozoa sampai dengan dua hari, masih layak mempertahankan motilitas spermatozoa untuk dapat digunakan sebagai donor IB, sedangkan persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa masih bertahan dengan baik hingga hari keempat penyimpanan.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan 30%

Indigofera sp mampu secara nyata menekan abnormalitas sekunder spermatozoa, dan pemberian pakan 30% limbah tauge secara nyata mempengaruhi volume semen dan konsentrasi spermatozoa. Waktu penyimpanan nyata mempengaruhi terhadap motilitas, persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Persentase motilitas yang baik dan masih layak untuk digunakan pada proses inseminasi buatan (IB) yaitu hingga hari kedua penyimpanan.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tentang pengaruh pemberian pakan limbah tauge dan Indigofera sp terhadap kualitas spermatozoa domba garut yang telah memasuki usia dewasa, dengan kombinasi komposisi kedua pakan yang lebih tinggi serta analisis kadar zat aktif dari kedua pakan yang berpengaruh terhadap proses spermatogenesis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah L. 2010 . Herbage production and quality of shrub Indigofera treated by different concentration of foliar fertilizer. J. Med. Pet. 33 : 169-175.

Alawiyah D, Hartono M. 2006. Pengaruh penambahan vitamin E dalam bahan pengencer sitrat kuning telur terhadap kualitas semen beku kambing Boer. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31[1] : 8-14.

Amilah, Astuti Y. 2006. Pengaruh konsentrasi ekstrak taoge dan kacang hijau pada media vacin dan went (vw) terhadap pertumbuhan kecambah anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis L.) [terhubung berkala]. http://www.scribd.com/doc/25831070/PengaruhKonsentrasiEkstrakTaoge. [05 juli 2012].

Arfiantini RI, Wresdiyati T, Retnani EF. 2006. Pengujian morfologi spermatozoa sapi Bali (Bos Sondaicus) menggunakan pewarnaan “Williams”. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31[2] : 105-110.

Cameron AWN, Murphy PM, Oidham CM. 1988. Nutrition of rams and output of spermatozoa. Proc. Aust. Soc. Animal Prod. 17 : 162-165.

(40)

Duke JA. 1981. Handbook of Legums of World Economic Importance. New York and London (GB) : Plenum Press.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung (ID). Alfabeta. Garner DL, Hafez ESE. 1987. Spermatozoa and Seminal Plasma. In : Hafez ESE.

Reproduction in Farm Animals 5th Edition. Philadelphia (US) : Lea and Febiger. Pp 189-209.

Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In : Hafez B, Hafez ESE. Reproduction in Farm Animals 7th Edition. Philadelphia (US) : Lea and Febiger. Pp 96-109.

Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk WA and Tjelele TJ. 2007. Influence of season/year and species on chemical composition and in vitro digestibility of five indigofera accession. J Animal Feed Science and Technology. 136 : 312-322.

Herdiawan I. 2004. Pengaruh laju penurunan suhu dan jenis pengencer terhadap kualitas semen beku domba Priangan. JITV. 9 (2) : 98-107.

Herdis, Toelihere MR, Supriatna I, Purwantara B, Adikara RTS. 2005. Optimalisasi waktu ekuilibrasi dan metode pencairan kembali pada proses pembekuan semen domba Garut (Ovis aries). J. Prod. Ternak. 7 : 81-88. Heryadi D, Anang A, Setiadi R, Ismeth, Budinuryanto DC, Hasan H, Elly Hadist

AI, Pangesti D, Darusman U. 2002. Standarisasi mutu bibit domba garut. Laporan Penelitian. Bandung (ID) : Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Jones RC, Martin ICA. 1973. The effects of dilution, egg yolk and cooling to 5 oC on the ultrastructure of ram spermatozoa. J. Reprod Fertil 35 : 311-320. Molova. 1983. Tris based diluent I. Improved protective effect on

acrosomintegrity. In: Frozen Storage of Ram Semen Processing Freezing, Thawing, and fertility after Cervical Insemination. Salamon dan Maxwell (Ed). Australia (AU) : Departemen of Animal Science, University of Sidney, Australia. P. 216.

Mubarak AE. 2005. Nutritional composition and antinutritional factors of mung bean seed (Phaseolus aureus) as affected by some home traditional processes. J. Food Chem 89 : 489-495.

National Research Council (NRC). 2007. Nutrient Requirement of Goats. National Academy Press. Washington DC (US).

Nuranti. 2005. Pengaruh Penambahan Heparin pada Level yang Berbeda terhadap Kualitas Semen Cair Kambing Boer Hasil Pemisahan Spermatozoa X dan Y. [Skripsi]. Makassar (ID) : Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Partodihardjo. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan ketiga. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta (ID). Pp. 499-556.

Prajoga SBK, Rahmat D, Damayanti T, Kuswaryan S. 2009. Pemanfaatan variasi sheep mitochondrial-DNA pada “Village Breeding Center-VBC” untuk pengembangan bibit domba priangan betina (maternal lineages) di pedesaan. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi Tahap II. Bandung (ID) : Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

(41)

Rismayanti Y. 2010. Pengelolaan Ternak Domba. Bandung (ID) : Balai Pengkajian Teknologi Pertani

Gambar

Tabel 1 Komposisi Bahan Pakan Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering
Gambar 1 Spermatozoa yang hidup (kepala berwarna putih) dan
Gambar 3 Spermatozoa yang memiliki  Cytoplasmic droplet (adanya lingkaran pada bagian ekor)
Gambar 5 Pemetaan Parameter Pengaruh Pemberian Pakan dan Lama
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peranan Gliserol dan Fetal Bovine Serum dalarn Pengencer Tris Kuning Teltlr terhadap-. Mualitas Semen Cair

Semen beku dalam pengencer Tris kuning telur yang disuplementasi SDS dan andromed mempunyai peranan yang lebih baik dalam melindungi kualitas spermatozoa pada

Hasil tersebut termasuk dalam kisaran normal domba menurut Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa semen segar domba kisaran normal memiliki warna krem, pH 5.8-7.3,

Berdasarkan indikator-indikator, pertumbuhan pada masa penggemukan, kualitas dan kuantitas karkas, kualitas daging, secara umum domba balibu UP3J, baik yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa domba Garut dengan pemberian pakan limbah tauge memiliki bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas dan persentase karkas yang

Nilai R menunjukkan bahwa antara motilitas dengan dosis gliserol memiliki hubungan yang erat sebesar 97%, sedangkan nilai R 2 menunjukkan pada dosis gliserol yang

Pada perlakuan konsentrasi kuning telur, persentase motilitas spermatozoa tidak bebeda nyata sebelum pembekuan (baik sesudah pengenceran maupun sesudah ekuilibrasi), namun

Hasil yang diperoleh pada penelitian mendukung hasil penelitian penggunaan gula sebagai krioprotektan ekstraseluler yang dilaporkan pada semen babi dengan