• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM

ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN

KABUPATEN CIANJUR

FANNISA FITRIDINA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRACT

FANNISA FITRIDINA. Food Consumption, Nutritional Status, and Iodine Status of Elementary School Children in The Mountainous Areas of Cianjur District. Under direction of LEILY AMALIA

People in the mountainous region generally less consume food source of iodine and highly consume goitrogenic food. The pattern of the food consumption can reduce iodine status of people and further cause IDD (Iodine Defficiency Disorders). The general objective of this research was to analyze correlation between consumption habits of iodine source and goitrogenic and iodine status among elementary school children in mountainous areas in Cianjur district. Samples are elementary school children grade 5th or 4th aged 9 to 14 years; and the mothers of the children. This research was conducted in May to October 2012 used cross sectional design in 3 sub-districts of Cianjur District, West Java. Primary data consisted of food consumption, anthropometry, and iodine urine, whereas secondary data consisted of characteristics of Cianjur. The study showed that there was significant correlation between iodine total intake and the level of UIE (p<0.05, r=0.179), but there were no correlation between the frequency of goitrogenic food consumption and the level of UIE, and between the total intake of cyanide and the level of UIE (p>0.05).

Keywords:food consumption, nutritional status, and iodine status

(3)

RINGKASAN

FANNISA FITRIDINA. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan LEILY AMALIA.

Masyarakat di wilayah pegunungan umumnya kurang mengkonsumsi pangan sumber yodium dan tinggi akan konsumsi pangan goitrogenik. Pola konsumsi tersebut dapat menurunkan status yodium yang dalam jangka waktu lama akan menyebabkan GAKY. Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik dengan kadar yodium urin pada anak sekolah dasar di wilayah pegunungan Kabupaten Cianjur.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul “Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar: Studi tentang Konsumsi Pangan, Aspek Sosio Budaya dan Prestasi Belajar di Wilayah dengan Agroekologi Berbeda”. Desain penelitian adalah cross sectional study.

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Pasirkuda, dan Kecamatan Kadupandak yang berada di Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi penelitian dibantu oleh Pusat Pembinaan dan Pendidikan (Pusbindik) atau Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan kemudahan akses untuk melaksanakan penelitian. Satu kecamatan terdiri dari dua sekolah dasar dimana satu sekolah dasar berada dekat dengan akses jalan utama dan satu sekolah dasar lainnya berada cukup jauh dari akses jalan. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei 2012. Sampel penelitian adalah siswa sekolah dasar kelas 5 atau 4 yang berusia antara 9 sampai 14 tahun serta ibu dari tersebut, masing-masing berjumlah 155 sampel.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi oleh peneliti kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti sesuai tujuan penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi data karateristik sosial ekonomi keluarga, data konsumsi pangan sehari, data konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik, kadar yodium urin dan data antropometri anak. Data sekunder diperoleh dari dinas Kabupaten Cianjur. Data sekunder terdiri dari profil wilayah Kabupaten Cianjur.

(4)

muda (20-40) sebanyak 47.4%, begitu juga dengan mayoritas usia ibu termasuk pada kategori dewasa muda (20-40) dengan persentase sebesar 69.9%. Sebagian besar tingkat pendidikan ayah maupun ibu adalah SD, yaitu masing-masing sebesar 52.3% dan 60.6%. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh (52.9%) meliputi buruh tani, buruh bangunan dan buruh pabrik. Ibu atau pengasuh contoh sebagian besar (71.6%) adalah IRT dan terdapat 16.8% contoh bekerja sebagai buruh. Sebagian besar contoh, yaitu sebesar 69.9% termasuk dalam kategori miskin.

Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) sebagian besar (86.5%) status gizi contoh adalah normal. Kelompok pangan yang paling banyak dikonsumsi adalah serealia, yaitu beras sebesar 211 g/kap/hari, mie sebesar 34 g/kap/hari, dan lainnya sebesar 15 g/kap/hari. Kelompok pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah telur sebanyak 38.5 g/kap/hari. Rata-rata konsumsi pangan contoh untuk semua kelompok pangan (serealia, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, dan sayur serta buah) masih di bawah anjuran PPH. Skor PPH sebesar 46.5 yang menunjukkan bahwa secara kualitas, konsumsi pangan contoh masih belum beragam. Pangan sumber yodium yang paling sering dikonsumsi contoh adalah ikan asin sebanyak 68.4% dan telur sebanyak 67.1%. Pangan goitrogenik yang paling banyak dikonsumsi contoh dalam frekuensi yang sering adalah daun singkong, yaitu sebanyak 25.8 % dan kol sebanyak 23.9%. Asupan gizi contoh masih di bawah AKG, hanya vitamin A saja yang rata-rata asupannya telah melebihi AKG. Sebagian besar contoh, baik pria maupun wanita termasuk dalam kategori defisit berat pada tingkat kecukupan energi begitu juga dengan tingkat kecukupan protein. Rata-rata status yodium contoh berada pada defisiensi tingkat ringan (median yodium urin 60.0 μg/L). Lebih dari separuh contoh masih tergolong defisiensi, sebesar 32.9% diantaranya mengalami defisiensi yodium tingkat ringan. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin, median yodium urin contoh laki-laki (67.0 μg/L) lebih tinggi dibandingkan median yodium urin perempuan (52.5 μg/L).

(5)

KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM

ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN

KABUPATEN CIANJUR

FANNISA FITRIDINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur

Nama : Fannisa Fitridina NIM : I14080076

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

Leily Amalia, STP,MSi NIP.19721209 200501 2 004

Mengetahui: Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. NIP. 19621218 198703 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Ayah yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tulus serta adikku Rangga Ramadhan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Leily Amalia,S.TP,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

2. dr.Vera Uripi selaku dosen pembimbing akademik.

3. Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS selaku pemandu dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi perbaikan skripsi ini.

4. Tim peneliti : Leily Amalia,S.TP,M.Si , Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS, Dr.Ir.Hadi Riyadi MS, Dr.Tin Herawati SP.M.Si, dan Reisi Nurdiani SP,M.Si untuk segala bimbingan dan arahannya selama kegiatan lapang.

5. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan bantuan beasiswa kepada penulis, khususnya dalam hal biaya perkuliahan selama semester 3 hingga semester 9.

6. Neys-van Hoogstraten Foundation yang telah memberikan bantuan biaya penelitian kepada tim peneliti.

7. Para dosen dan staf Departemen Gizi Masyarakat.

8. Gilang Hamzah Fansury, terima kasih atas kasih sayang, semangat, waktu, dukungan, dan ketulusan dalam membantu penulis.

(8)

10. Sahabat-sahabat penulis: “Genk Ukhty” : Azni, Unie, Alna, Gita dan “Genk Cumi” : Yulianti, dan Liska. Terima kasih atas canda tawa dan keceriaan yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan, tanpa kalian sahabat-sahabatku, masa-masa kuliah yang singkat ini pasti tidak akan sempurna dan menyenangkan.

11. Teman-temanku : Inke, Puspita, Anisah, Ka Asro dan Ka Setya, Terima kasih untuk semua yang telah kita lewati bersama di Cianjur. Sebuah pengalaman yang berharga dan tak terlupakan bersama kalian.

12. Para pembahas seminar : Yustiani, Dyan Fajar Ch, Yulianti Maratun, dan Suci Latifah yang telah mengkritisi makalah seminar penulis.

13. Teman-temanku yang teristimewa Gizi Masyarakat angkatan 45. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

14. Semua teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala kebersamaan, dorongan, semangat, serta bantuan yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Akhirkata, besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya. Amin.

Bogor, November 2012

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Rudhy Yusuf dan Erlin Marlina. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi tahun 1994 hingga 1996, kemudian melanjutkan ke SDN Panaragan I Bogor dari tahun 1996 hingga tahun 2002, tahun 2002 hingga 2005 melanjutkan studi ke SMP Negeri 4 Bogor, dan tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5 Bogor hingga tahun 2008. Penulis diterima sebagai Mahasisiwa Gizi Masyarakat angkatan 45, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi BEM FEMA sebagai staf Komiforel 2009/2010, Staff PSDM 2010/2011. Penulis pernah menjadi peserta PIMNAS bidang kewirausahaan pada tahun 2011 di UNHAS Makasar dengan judul proposal “Mo Mie : Mie Instant Berbahan Baku Mocaf

(10)

DAFTAR ISI

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) ... 5

Yodium ... 6

Proses Metabolisme Yodium ... 7

Kekurangan dan Kelebihan Yodium ... 8

Determinan Kejadian GAKY ... 9

Lokasi ... 9

Asupan Energi dan Protein ... 9

Status Gizi ... 9

Pangan Sumber Yodium ... 10

Proses Pengolahan Pangan ... 10

Zat Goitrogenik ... 11

Parameter pengukuran status GAKY ... 12

Yodium pada Urin ... 12

Thyroid Stimulating Hormone (TSH) ... 13

Dampak GAKY pada Anak Usia Sekolah ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE ... 17

Disain, Waktu, dan Tempat ... 17

Populasi dan Sampel ... 17

Teknik Penarikan Sampel ... 17

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18

Jenis Data ... 18

Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 19

(11)

x

Status Gizi Contoh ... 31

Konsumsi Pangan dan Asupan Gizi ... 32

Konsumsi Pangan ... 32

Asupan Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi... 35

Tingkat Kecukupan Energi ... 36

Tingkat Kecukupan Protein ... 37

Konsumsi Pangan Sumber Yodium dan Goitrogenik ... 38

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Yodium ... 38

Konsumsi Garam ... 39

Frekuensi Konsumsi Pangan Goitrogenik ... 42

Asupan Sianida dalam Bahan Pangan Goitrogenik ... 43

Asupan Yodium ... 43

Tingkat Kecukupan Yodium ... 44

Status Yodium Urin ... 45

Hubungan antar Variabel ... 47

Hubungan Asupan Yodium Total dengan Kadar Yodium Urin ... 47

Hubungan Frekuensi Konsumsi Goitrogenik dengan Kadar Yodium Urin ... 47

Hubungan Asupan Sianida dengan Kadar Yodium Urin ... 48

Analisis Uji Silang antara Kategori TKY dengan Status Yodium... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Spektrum GAKY ... 5

2. Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari) ... 7

3. Sumber yodium dalam Bahan Makanan ... 10

4. Kajian peneliti tentang pengaruh pengolahan terhadap kandungan yodium dalam makanan ... 11

5. Kriteria Kadar Yodium Urin pada Anak Sekolah dasar ... 13

6. Sampel, jenis variabel, dan metode pengumpulan data ... 19

7. Kategori variabel penelitian ... 20

8. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ... 27

9. Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua ... 27

10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua... 28

11. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua ... 29

12. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga ... 29

13. Sebaran contoh berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin ... 30

14. Sebaran contoh berdasarkan status gizi ... 31

15. Rata-rata konsumsi contoh tiap kelompok pangan per hari ... 33

16. Kualitas Konsumsi Contoh ... 35

17. Rata-rata asupan gizi contoh dan tingkat kecukupan gizi ... 36

18. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi ... 37

19. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein ... 37

20. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber yodium .. 38

21. Sebaran contoh berdasarkan merk dan jenis garam yang dikonsumsi ... 40

22. Kadar yodium berbagai merk garam ... 41

23. Sebaran contoh berdasarkan kadar yodium garam yang dikonsumsi ... 42

24. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan goitrogenik ... 42

25. Rata-rata asupan sianida (mg/100g) bahan pangan ... 43

26. Rata-rata asupan yodium/hari dari makanan dan garam ... 44

27. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan yodium ... 45

28. Sebaran contoh berdasarkan status yodium urin. ... 46

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Uji korelasi Pearson antara asupan yodium total dan kadar yodium urin ... 56 2. Uji korelasi Spearman antara frekuensi konsumsi pangan goitrogenik dan

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia masih mengalami empat masalah gizi utama, yaitu kurang energi dan protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), anemia gizi besi (AGB), dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Di Indonesia masalah GAKY masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Besaran masalah kurang yodium di Indonesia dipantau berdasarkan survai nasional. Prevalensi Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah pada tahun 1990 sebesar 27.9%, selanjutnya menjadi 9,8% pada tahun 1996/1998, dan meningkat lagi menjadi 11.1% pada tahun 2003. GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensinya masih di atas 5% (Tim Penanggulangan GAKY Pusat 2005).

Dampak dari GAKY bukan hanya pembesaran kelenjar gondok namun dapat berakibat lebih buruk yaitu penurunan tingkat kecerdasan yang dimulai pada masa janin hingga dewasa. Semakin muda usia seseorang saat terkena GAKY maka akan semakin berat akibatnya, terutama pada susunan saraf pusat yang disebut kretin endemik tipe neurologik yang terbentuk sejak dalam kandungan dan keadaan ini tidak dapat dikoreksi (Syahbudin 2002). Efek yang paling serius dari defisiensi yodium adalah retardasi mental. Kekurangan yodium menimbulkan hipotiroidisme selama periode perkembangan otak, sehingga janin dan anak pada tahun pertama dapat mengalami kerusakan struktur dan fungsi otak yang irreversible. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS), hamil, anak balita dan anak usia sekolah.

(16)

Cara untuk mengetahui tingkat kerawanan GAKY di suatu daerah ada bermacam-macam di antaranya adalah dengan mengukur kadar ekskresi yodium dalam urin. Menurut WHO (2001), tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi, dan spesimen urin mudah diperoleh. Suatu individu dikatakan normal apabila nilai YODIUM URIN ≥ 100-199 µg/L urin. Pengukuran kadar ekskresi yodium dalam urin merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui kecenderungan suatu daerah mengalami endemik GAKY atau tidak.

Masalah GAKY tidak hanya disebabkan oleh rendahnya konsumsi yodium saja. Namun, terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya GAKY, yaitu konsumsi pangan sumber yodium yang berlebih, proses pengolahan pangan, tingginya konsumsi pangan goitrogenik, faktor sosial ekonomi, kondisi geografis dan adanya interaksi yodium dengan zat gizi lain. Menurut Picauly (2004), penyebab lain dari GAKY adalah tingginya konsumsi makanan yang mengandung senyawa goitrogenik. Senyawa goitrogenik ini bisa menghambat penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid. Zat goitrogenik tersebut banyak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang relatif murah dan mudah didapat, antara lain kubis (kol), sawi, singkong, dan kacang kedelai.

Status gizi diduga berpengaruh terhadap kejadian GAKY karena secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan yodium. Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi status gizinya. Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroid karena kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein)

sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoeljanto 1987). Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3 hari berturut-turut (Prihartini 2001).

(17)

3

beryodium. Selain itu daerah pegunungan merupakan daerah dengan tingkat ketersediaan pangan goitrogenik yang tinggi, sehingga kemungkinan konsumsi pangan goitrogenik cenderung tinggi. Sebagai hasilnya, orang-orang yang tinggal di daerah tersebut banyak yang menderita defisiensi yodium.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang mengidentifikasi GAKY pada anak-anak sekolah dasar di wilayah pegunungan. Perhatian untuk anak-anak sangat diperlukan karena anak-anak ini berada dalam tahap pertumbuhan dan sangat memerlukan kecerdasan yang baik. Selain itu, kelompok anak pun sangat mudah terpengaruh oleh status yodium dalam tubuh mereka. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat begitu kompleksnya masalah kekurangan yodium yang ada di Indonesia khususnya pada daerah pegunungan. Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti akan melakukan sebuah kajian penelitian yang dilakukan secara langsung sehingga diharapkan dapat menekan angka kejadian GAKY.

Tujuan Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik dengan kadar yodium urin pada anak sekolah dasar di Kabupaten Cianjur.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh 2. Mengidentifikasi status gizi contoh

3. Mengidentifikasi konsumsi pangan dan asupan gizi contoh 4. Menganalisis tingkat kecukupan gizi contoh

5. Mengidentifikasi konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik contoh 6. Mengidentifikasi status yodium contoh

7. Menganalisis hubungan antara asupan yodium dengan kadar yodium urin contoh

8. Menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan goitrogenik, khususnya sianida, dengan kadar yodium urin contoh

Hipotesis

1. Terdapat hubungan positif antara konsumsi pangan sumber yodium dengan kadar yodium urin contoh

(18)

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur

Bahan informasi untuk mengidentifikasi kejadian GAKY pada anak sekolah dasar di wilayah pegunungan Cianjur

Sebagai masukan untuk bahan referensi dalam pengambilan keputusan program pencegahan dan pengendalian GAKY

2. Masyarakat

Sebagai informasi pentingnya konsumsi pangan sumber yodium dan perlunya membatasi konsumsi pangan goitrogenik dalam jumlah yang cukup sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Ilmu Pengetahuan

Menambah perbendaharaan referensi mengenai hubungan konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik dengan kejadian GAKY pada anak sekolah dasar di wilayah pegunungan Cianjur.

4. Peneliti Lain

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Menurut Hetzel 2000 dikutip dalam Gibson 2005, akibat dari kekurangan yodium pada masa pertumbuhan dan perkembangan dikenal sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY termasuk di antaranya adalah retardasi mental, hipotiroidisme, goiter, kretinisme, dan beberapa derajat lainnya pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal. Pada semua tahap usia, GAKY yang paling umum adalah goiter, yaitu pembesaran kelenjar tiroid. Hormon tiroid penting untuk perkembangan sistem saraf pusat yang paling banyak aktif pada masa janin dan bayi. Oleh karena itu ketidakcukupan dari ketersediaan asupan yodium pada masa ini akan mengakibatkan pertumbuhan otak yang terganggu yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat intelektual pada bayi tersebut.

Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) disebabkan kekurangan yodium pada saat tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Ibu hamil dengan kadar tiroksin rendah mempunyai resiko abortus dan kematian bayi (Supariasa & Dewa, 2002). Rangkaian gangguan spektrum kekurangan yodium dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Spektrum GAKY

Tahap perkembangan Bentuk gangguan

Fetus Aborsi, lahir mati, gangguan kongenital,

kretin neurologic, defisiensi mental, bisu,

tuli, diplegia spartika, mata juling, kretin

hipotiroidisme, kerdil, gangguan

psikomotorik

Neonates Goiter neonatus, neonates hipotiroidisme

Anak dan remaja Goiter, hipotiroidisme juvenile, fungsi

mental terganggu, perkembangan fisik

terganggu

Dewasa Goiter dengan komplikasi, hipotiroidsme,

fungsi mental terganggu

Sumber : Gibson 2005

(20)

pada masa fetal, dan merupakan indikator klinis penting bagi GAKY. Prevalensi GAKY di daerah defisiensi yodium tingkat berat berkisar antara 1-15 %. Kretin endemik umumnya lahir pada daerah defisiensi yodium sangat berat dengan median yodium urin kurang dari 20 ug/l (Hetzel & Chandrakant 1996).

Yodium

Yodium adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Yodium yang tergolong unsur halogen ini tidak pernah ditemukan dalam keadaan bebas di alam karena tingkat reaktifitasnya yang tinggi. Oleh karena itu, halogen hanya ditemukan sebagai anion dalam bentuk garam dan mineral. Berdasarkan konfigurasi elektronnya, yodium menempati golongan VIIA dalam tabel periodik. Dari unsur golongan VII A, fluorlah yang paling erat mengikat elektron-elektronnya, sedangkan yodium yang paling lemah. Semua unsur halogen terdapat sebagai molekul diatom, yaitu F2, Cl2, Br2, dan I2. Yodium berupa zat padat berwarna hitam mengkilap yang dapat menyublim menghasilkan uap berwarna ungu.

Yodium ditemukan dalam bentuk iodida (I2) dalam jaringan tubuh. Yodium menyusun tubuh kurang lebih 15-20 mg, sangat bervariasi antar individu, tergantung wilayah tempat tinggal, tanah, air, dan tanaman (sumber yodium yang dikonsumsi). Penyerapan yodium sangat cepat dan mudah. Yodium di dalam tubuh terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sekitar 70-80%. Jumlah yodium dalam kelenjar bisa jadi lebih kecil dari 1 mg, jika seseorang mengalami goiter dan memiliki asupan yodium yang rendah. Yodium terjadi dalam jaringan sebagian besar sebagai yodium yang terikat secara organik dan yodium anorganik ada dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fungsi yodium sebagian besar sebagai komponen dari hormon tiroid, thyroxin, dan 3,5,3-triidothyronin (T3). Hormon ini dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan jaringan seperti sistem saraf pusat dan pendewasaan seluruh tubuh (Gibson 2005 ).

Hormon-hormon tersebut juga berfungsi mengatur tingkat metabolisme basal dan metabolisme makronutrient. Selain itu, hormon tersebut diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh, sintesis protein, dan reproduksi. Bersama yodium, hormon tiroid berfungsi dalam laju penggunaan oksigen oleh sel, pertumbuhan linier, dan pembentukan panas tubuh.

(21)

7

masyarakat yang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung goitrogenik seperti singkong, jagung, rebung, ubi jalar, kebutuhan yodium menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Kecukupan yodium meningkat menjadi 200-300 µg/hari (Syafiq 2007). Menurut WNPG (2004), kecukupan yodium untuk masing-masing kelompok umur adalah sebagai berikut.

Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari)

Kelompok Usia Yodium (µg/hari)

Anak sampai tahap ekskresi. Yodium dalam bahan makanan setelah dicerna akan diubah menjadi iodide, selanjutnya proses penyerapan akan terjadi dengan cepat dalam waktu 3-6 menit. Sebagian besar yodium yang telah diubah menjadi iodide diserap melalui usus kecil, kemudian langsung dibawa menuju kelenjar tiroid, tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung. Yodium yang dibawa ke kelenjar tiroid sekitar 25 kali lebih besar dari yodium yang ada dalam darah (Picauly 2004).

(22)

ke dalam saluran darah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan tubuh. Komposisi T4 sekitar 95% dari hormon tiroid dalam darah atau lebih besar dari T3 . Dalam kelenjar gondok T4 dan T3 bergabung dengan sebuah molekul protein menjadi tiroglobulin dan merupakan bentuk yodium yang siap untuk disimpan. Selanjutnya, T4 dan T3 mengalami metabolisme dalam hati dan dalam kelenjar lainnya, sehingga dari sini dikeluarkan sekitar 60 µg ke dalam cairan ekstra sel.

Beberapa turunan hormon tiroid diekskresikan ke dalam empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus. Dari sini sebagian mengalami sirkulasi enterohepatik yang lepas dari reabsorpsi akan diekskresikan bersama feses hampir mencapai 20 µg per hari. Ekskresi yodium sebagian besar dilakukan melalui ginjal, sedangkan dalam jumlah yang lebih kecil dikeluarkan juga melalui usus dan keringat. Khususnya bagi yodium yang tidak dapat diserap atau berasal dari empedu akan dikeluarkan bersama feses (Picauly 2004).

Kekurangan dan Kelebihan Yodium

Efek dari kekurangan yodium pada masa pertumbuhan dan perkembangan disebut dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Hal-hal yang termasuk ke dalam kategori GAKY adalah retardasi mental, hypotiroidisme, goiter, kretinisme, dan bermacam-macam derajat pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang lainnya. Pada semua usia, hal yang paling umum dalam GAKY adalah pembesaran kelenjar tiroid. Hormon tiroid sangat penting untuk sistem, yang mana paling aktif di masa kehamilan dan perkembangan janin dan bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, tidak mengejutkan bahwa ketidakcukupan asupan yodium selama masa kritis pertumbuhan dan perkembangan otak memiliki efek yang besar pada perkembangan intelektual bayi dan anak-anak. Goiter adalah konsekuensi kronis dari defisiensi yodium. Hal ini biasanya terjadi ketika asupan yodium sehari-hari < 50 µg/d (Hetzel 2000 dikutip dalam Gibson 2005).

(23)

9

Faktor kelebihan yodium terjadi apabila yodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus. Yodium yang dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan dalam pembentukan hormon tiroid, khususnya iodinasi tirosin sehingga dapat berefek antitiroid. Selain itu penerimaan yodium sebanyak 2mg/hari atau 2000 µg/hari dapat merusak sintesis hormon tiroid yang menyebabkan tingkat plasma T4 dan T3 menjadi rendah.

Determinan Kejadian GAKY

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pada umumnya masalah ini lebih banyak tejadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsi sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium yang rendah.

Lokasi

Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini disebabkan kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY secara umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung yodium rendah bahkan tidak ada (Rusnelly 2006). Menurut data Departemen Kesehatan Tahun 1990 daerah pantai atau dataran rendah bebas dari penderita GAKY. Daerah pantai atau dataran rendah secara teoritis mengandung cukup yodium, dengan demikian maka tanaman sumber air minum dan hewan mengandung yodium lebih banyak (Adriani dkk 2002).

Asupan Energi dan Protein

Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan alat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon (Picauly 2004)

Status Gizi

(24)

dengan kondisi status gizinya. Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3 hari berturut-turut (Prihartini 2001). Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroid karena kurangnya

TBP (Thyroxin binding Protein),sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoeljanto 1987).

Pangan Sumber Yodium

Defisiensi yodium dapat terjadi pada saat penerimaan yodium kurang dari 50 µg per hari. Asupan yodium pada manusia berasal dari makanan dan minuman yang berasal dari alam sekitarnya. Oleh karena itu, masalah GAKY sering dihubungkan dengan rendahnya konsumsi yodium dari makanan dan minuman pada masyarakat daerah dataran tinggi atau pegunungan. Jika lahan di sekitar kurang yodium di permukaan tanah maka semua tumbuhan dan air yang hidup di daerah tersebut mempunyai kandungan yodium yang rendah.

Pangan sumber yodium umumnya adalah bahan makanan sumber hewani, seperti ikan, kerang dan sumber nabati yang tinggi yodium adalah rumput laut. Garam beryodium sebanyak 2 gram atau setara dengan ½ sdt dapat memenuhi anjuran konsumsi yodium orang dewasa, pangan laut (ikan laut mengandung 300-3000 µg I/kg) sedangkan ikan darat hanya mengandung 20-40 µg I/kg. Adonan roti, produk unggas dan tanaman yang ditanam di tanah kaya yodium (Nasoetion & Damayanthi 2008). Berikut adalah kandungan yodium dalam bahan makanan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Sumber yodium dalam Bahan Makanan

Bahan makanan Berat (gram) Kandungan yodium (µg)

Remis, kerang, salmon 100 200-250

Udang, ikan cod 100 120-130

Makarel, tuna, herring 100 50-75

Garam beryodium 19 15-40

Sumber : Zimmermann 2001

Proses Pengolahan Pangan

(25)

11

Tabel 4 Kajian peneliti tentang pengaruh pengolahan terhadap kandungan yodium dalam makanan*

Cara Pengolahan Hetzel 1987 (%

kehilangan pada dianjurkan untuk menambahkan garam beroyodium setelah makanan selesai dimasak, sedangkan pada media yang bersifat panas (> 20 ºC) yodium akan mudah terhidrolisis. Jadi apabila bahan pangan sumber yodium diperlakukan dengan dua media tersebut dalam waktu yang lama maka kandungan yodium akan berkurang atau bahkan habis selama proses pengolahan. Oleh karena itu, untuk menghindari kerusakan yodium pada waktu pemasakan sebaiknya dilakukan sesingkat mungkin dan wadah masak harus tertutup, terutama untuk pengolahan sayur (Picauly 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Saksono dkk (2000) yang dikutip dalam Picauly (2004), pada proses penyimpanan saja (tanpa proses pemasakan) kandungan KIO3 dapat mengalami perubahan, hal ini disebabkan dalam jenis garam yang digunakan secara umum tidak saja mengandung KIO3 tetapi juga terdapat senyawa pengotor lainnya, yang bersifat oksidator sehingga cara titrasi iodometri kurang sesuai untuk menganalisa kestabilan KIO3 itu sendiri.

Zat Goitrogenik

(26)

Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat yodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar tidak dapat meningkat. Selain itu, zat goitrogenik dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik menjadi organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat. Goitrogenik alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok sianida, yaitu daun singkong, umbi singkong, gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terong; kelompok mimosin, seperti petai china dan lamtoro; kelompok isothiosianat, seperti daun papaya dan kelompok asam, seperti jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka.

Bahan makanan yang goitrogen yang banyak dikonsumsi di negara berkembang adalah singkong. Brody (1999) yang dikutip dalam Picauly (2004) mengatakan bahwa singkong mengandung cyanogenik-glyceaside yang merupakan sumber sianida. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70 mg-400 mg/kg, bila kadar sianida singkong sekitar 400 mg/kg singkong, singkong tersebut akan terasa pahit. Menurut WHO (2001) batas aman sianida adalah 10 mg/kg berat kering. Singkong yang akan dikonsumsi sebaiknya direbus terlebih dahulu untuk mengurangi sianida yang ada pada singkong. Jika tidak dihilangkan dengan baik, sianida akan terlepas dan dalam tubuh akan berubah menjadi thiosianat, zat inilah yang akan menghambat penyerapan yodium dan akan mengakibatkan gondok.

Parameter pengukuran status GAKY Yodium pada Urin

(27)

13

Studi menunjukkan secara meyakinkan profil konsentrasi yodium pagi hari atau sewaktu pada anak atau orang dewasa cukup untuk menilai status yodium pada populasi. Menurut WHO (2001), dalam menggunakan metode ini sampel urin selama 24 jam sulit diperoleh dan tidak perlu. Tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi, dan spesimen urine mudah diperoleh. Metode pemeriksaan yodium urin tidak sulit untuk digunakan tapi membutuhkan ketelitian untuk menghindari kontaminasi yodium pada semua tahap pemeriksaan, khususnya di wilayah laboratorium, peralatan laboratorium terutama gelas dan reagen dikhususkan untuk pemeriksaan ini.

Secara umum jumlah urin 0,5-1 ml sudah cukup sebagai bahan pemeriksaan meskipun ini tergantung dari metode yang digunakan. Sampel dapat disimpan di laboratorium satu bulan atau lebih tanpa perlu refrigator, suhu dingin lebih diutamakan untuk menghindari bau urin (WHO 2001). Kriteria epidemiologi yodium urin pada anak sekolah dasar selengkapnya pada Tabel 5.

Tabel 5 Kriteria Kadar Yodium Urin pada Anak Sekolah dasar Median Urinary Iodine

(µg/L)

Asupan Yodium Dampak

< 20 Tidak cukup Defisiensi berat

20-49 Tidak cukup Defisiensi sedang

50-99 Tidak cukup Defisiensi ringan

100-199 Cukup Optimal

200-299 Lebih dari cukup Berisiko hipertiroid

>300 Kelebihan Berisiko merugikan

kesehatan (hipertiroid, autoimun tiroid disease)

Sumber : WHO 2001

Thyroid Stimulating Hormone (TSH)

Kelenjar Pituitary mengeluarkan TSH sebagai respon konsentrasi dari kadar T4 di sirkulasi darah. TSH meningkat ketika T4 rendah, menurun bila T4 meningkat. Defisiensi yodium ditandai dengan rendahnya kadar T4 dalam darah dan meningkatnya TSH. Jadi penderita defisiensi yodium pada populasi umumnya mempunyai serum TSH lebih tinggi. Meskipun pemeriksaan nilai TSH cukup akurat pada orang dewasa namun tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin sebagai data survey (WHO 2001)

(28)

bayi dengan keadaan defisiensi yodium adalah fenomena yang disebut Transient Hypertyrotopinemia. Prevalensi bayi dengan serum TSH meningkat merupakan indikator akut defisiensi yodium pada populasi, juga sebagai bukti bahwa defisiensi yodium berefek langsung pada pertumbuhan otak (WHO 2001)

Dampak GAKY pada Anak Usia Sekolah

Pada anak-anak sekolah yang tinggal di wilayah kekurangan yodium pada sejumlah negara ditandai dengan nilai absensi sekolah yang tinggi dan IQ yang rendah dibandingkan dengan kelompok serupa pada wilayah yang cukup yodium. Studi terbaru di beberapa Negara sudah menunjukkan bahwa perkembangan mental anak-anak di wilayah kekurangan yodium akan tertinggal dari mereka yang hidup di wilayah cukup yodium. Selain itu, pada penelitian meta analisis yang baru saja dilakukan pada 18 buah hasil peneliitian juga menyimpulkan bahwa defisiensi yodium dapat menurunkan score IQ anak-anak sebesar 13.5 point (Picauly 2004).

Semua penelitian yang dilakukan dalam bidang ini melaporkan bahwa faktor yang penting dalam pembentukan otak dapat dipengaruhi pada saat kekurangan yodium. Studi menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan anak-anak sekolah dapat digunakan dalam penentuan kekurangan yodium. Konsentrasi T3 yang rendah dalam otak menunjukkan kekurangan yodium, bersama-sama dengan berkurangnya tingkat serum T4. Hal ini dapat dikembalikan normal apabila kekurangan yodium ditanggulangi.

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Konsumsi pangan bukan masalah yang dapat berdiri sendiri, tapi hal ini adalah bagian dari sistem yang ditentukan oleh beberapa faktor. Selain dipengaruhi oleh ekologi dan lingkungan budaya, konsumsi pangan juga berhubungan dengan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Pola konsumsi pangan menunjukkan bagaimana individu memilih dan mengkonsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuhnya. Konsumsi pangan masyarakat tidak terlepas dari ketersediaan pangan di tempatnya yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi individu. Konsumsi zat gizi makro dan mikro yaitu yodium akan berdampak secara langsung terhadap status gizi dan status yodium seseorang. Selain faktor konsumsi pangan, status gizi juga dipengaruhi secara langsung oleh status kesehatan (Riyadi 2001).

Status yodium dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang menentukan status yodium dalam tubuh meliputi konsumsi pangan sumber yodium, konsumsi pangan goitrogenik, dan konsumsi garam beryodium (Picauly 2004). Asupan yodium yang rendah pada seseorang atau suatu populasi dipengaruhi oleh kondisi geografik. Penderita GAKY lebih banyak ditemukan di daerah dataran tinggi dibandingkan di daerah dataran rendah. Air dan tanah pada dataran tinggi mengandung yodium yang lebih rendah dibandingkan dataran rendah. Konsumsi yodium yang kurang akan menyebabkan GAKY.

(30)

Diagram 1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti

EYU : 200-299 µg/L : resiko hipertiroid EYU : > 300 µg/L : resiko merugikan

kesehatan

Pangan sehari Pangan sumber

(31)

METODE

Disain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari penelitian inti dengan judul “Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar : Studi tentang Konsumsi Pangan, Aspek Sosio-Budaya dan Prestasi Belajar di Wilayah dengan Agroekologi yang Berbeda”. Penelitian ini menggunakan cross-sectional design. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Penelitian dilakukan di 6 SD yang berada di 3 kecamatan di Kabupaten Cianjur, yaitu Pagelaran, Kecamatan Pasir Kuda, dan Kecamatan Kadupandak. Keenam sekolah terpilih adalah SDN Pasirpari dan SDN Kertaharja yang terletak di Kecamatan Pagelaran, SDN Sukajaya dan SDN Gunung Kembang yang terletak di Kecamatan Pasir Kuda serta SDN Jember dan SDN Gandasari yang terletak di Kecamatan Kadupandak. Pemilihan lokasi dipilih secara purposive berdasarkan pada prevalensi GAKY tertinggi menurut Dinas Kesehatan Cianjur. Pemilihan SD penelitian dibantu oleh Pusat Pembinaan dan Pendidikan (Pusbindik) atau Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan kemudahan akses untuk melaksanakan penelitian.

Populasi dan Sampel

Dalam pengambilan data terdapat dua kelompok populasi, yaitu :

1. Anak SD sebagai objek pokok penelitian, untuk melihat status gizi, konsumsi pangan dan status yodium urin

2. Ibu dari anak SD sebagai objek pendukung penelitian, untuk melihat karakteristik sosial ekonomi keluarga dan sebagai responden untuk mengetahui pola konsumsi anak terhadap pangan sumber yodium dan goitrogenik.

Sampel penelitian dibatasi pada anak SD kelas 5 atau 4 yang berusia antara 9 sampai 14 tahun serta ibu dari anak tersebut.

Teknik Penarikan Sampel

(32)

Keterangan :

= level yang signifikan pada 95 % (α=0.05) = 1.96

P = Prevalensi pada konsumsi garam beryodium yang rendah pada area Cianjur 47.2 % (Riskesdas 2007)

d = Keinginan presisi yang absolut (0.08)

Jika digunakan tingkat signifikansi pada 95% dan prevalensi konsumsi garam beryodium pada daerah kabupaten Cianjur sebesar 47%, maka dibutuhkan sampel minimum sebesar 150 orang. Pada setiap sub-daerah diambil dua sekolah dasar, dan setiap sekolah akan diambil 25 anak secara acak (lihat pada diagram 2).

Diagram 2 Teknik pengambilan sampel

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi oleh peneliti kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti sesuai tujuan penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi :

1. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga 2. Data konsumsi pangan sehari

3. Data konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik 4. Kadar yodium urin

5. Data antropometri anak

Daerah Pegunungan Cianjur

Kecamatan Pagelaran Kecamatan Pasir Kuda Kecamatan Kadupandak

(33)

19

Data sekunder adalah profil wilayah kabupaten Cianjur yang diperoleh dari Dinas Kabupaten Cianjur.

Cara Pengumpulan Data

Instrumen untuk mengumpulkan data dari responden adalah dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pada anak-anak, dimintai data usia dan jenis kelamin dan juga data antropometri, yaitu berat badan dan tinggi badan. Untuk melihat konsumsi pangan, anak diwawancara dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. Selain itu, dilakukan pula pengambilan sampel urin pada anak sekolah dasar di kabupaten Cianjur yang selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk mengidentifikasi kadar yodium urin pada anak. Wawancara pun akan dilakukan terhadap ibu dari siswa yang diteliti untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga yang meliputi pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan jumlah anggota keluarga. Selain itu, ibu dari contoh pun diwawancarai mengenai kebiasaan konsumsi anak dengan menggunakan metode food frequency. Garam yang biasa digunakan pada setiap keluarga contoh pun diuji untuk mengetahui ada atau tidaknya yodium pada garam.

Tabel 6 Sampel, jenis variabel, dan metode pengumpulan data

Sampel Variabel Data Metode pengumpulan Data

Ibu

Konsumsi pangan sehari Wawancara dengan

kuesioner

menggunakan metode

food recall 2x24 jam

Kualitas garam Uji iodine

Kadar yodium urin Pengumpulan sampel

urin

Pengolahan dan Analisis Data

(34)

dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Data kemudian dimasukan ke dalam tabel yang sudah ada (entry). Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukan data. Data yang telah dientri kemudian dianalisis secara deskripstif statistik. Analisis deskriptif dibuat dengan pengkategorian berdasarkan rujukan tertentu sesuai variabel data (tabel 7). Untuk menganalisis hubungan antar variabel, data dianalisis dengan uji korelasi

Pearson atau Spearman.

Defisit ringan : 80-89% Depkes

(1997) untuk menentukan nilai Z-skor. Penetuan Z-skor dilakukan menggunakan

(35)

21

(36)

Definisi Operasional

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah

Contoh adalah pelajar SD kelas 4 - 5 (umur 9-14 tahun) yang masing-masing terdiri dari 25 anak dari enam sekolah dasar yang berada di Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Pasir Kuda, dan Kecamatan Kadupandak, Kabupaten Cianjur

Frekuensi konsumsi jenis pangan adalah tingkat keseringan contoh dalam mengkonsumsi suatu jenis makanan dalam sehari, seminggu, sebulan atau setahun.

GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Gejala yang timbul misalnya gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa Garam beryodium adalah garam yang telah diyodisasi sesuai dengan SNI dan

mengandung yodium ≥ 30 ppm untuk konsumsi manusia atau ternak dan industri pangan.

Karakteristik keluarga adalah keragaan keluarga yang ditunjukan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan orang tua dan jumlah anggota keluarga.

Ketersediaan garam beryodium adalah ketersediaan garam di tingkat rumah tangga responden. Ada bila di rumah tangga tersedia garam beryodium, tidak ada bila rumah tangga tidak tersedia garam beryodium.

Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh didapatkan dengan metode recall 2x24 jam

Kualitas garam beryodium adalah kadar yodium di dalam garam yang dikonsumsi keluarga di tes dengan iodine tes. Cukup bila warna garam berwarna ungu tua, kurang bila garam berwarna ungu muda.

Pangan sumber yodium adalah pangan yang kandungan yodiumnya memenuhi 10% AKG yodium dalam tubuh

(37)

23

Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan utama dan sampingan yang memberikan kontribusi penghasilan bagi keluarga.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan anggota keluarga, yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua, dikelompokkan tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP,tidak tamat SMA, tamat SMA, Diploma/ Perguruan Tinggi.

Responden adalah ibu atau pengasuh contoh yang mengetahui seluk-beluk keluarga dan pola konsumsi pangan contoh dan anak SD kelas 4 sampai 5 (umur 10-12 tahun) yang berjumlah 25 anak.

Status gizi adalah keadaan gizi contoh berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur. Diklasifikasikan sebagai berikut :

Sangat Kurus : z score < -3 SD Yodium urin : 20-49 µg/L : defisiensi.sedang

Yodium urin : 50-99 µg/L : defisiensi ringan

Yodium urin : 100-199 µg/L : normal

Yodium urin : 200-299 µg/L : resiko hipertiroid

Yodium urin : > 300 µg/L : resiko merugikan kesehatan (WHO 2001).

Tingkat kecukupan energi dan protein adalah persentase asupan energi dan protein contoh yang dibandingkan dengan AKG 2004. Dengan kategori sebagai berikut :

Defisit berat : < 70%

Defisit sedang : 70% - 79% Defisit ringan : 80%-89%

(38)

Lebih : > 119% (Depkes 1997)

Tingkat kecukupan yodium adalah persentase asupan yodium contoh yang dibandingkan dengan AKG 2004. Dengan kategori sebagai berikut :

Cukup : ≥77%

Kurang : < 77% (Depkes 1997)

Wilayah pegunungan adalah wilayah dengan ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan air laut.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KarakteristikWilayah

Secara geografis kabupaten Cianjur terletak di tengah provinsi Jawa Barat, dengan jarak sekitar 65 km dari ibu kota provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 km dari ibu kota negara (Jakarta) dan terletak diantara 6º21’-7º25’ Lintang Selatan dan 106º42’-107º25’ Bujur Timur. Kabupaten Cianjur yang luasnya 350.148 hektar, terdiri dari 32 kecamatan, 354 desa dan 6 kelurahan yang mencakup 2.746 rukun warga serta 10.384 rukun tetangga. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 adalah 2,740,779 jiwa terdiri dari 1.412.454 laki-laki dan 1.328,325 perempuan.Sebanyak 63,90% penduduk terkonsentrasi di wilsuami utara dengan luas wilayah 30,78%, dan 19,09% mendiami berbagai kecamatan di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,45% dan sisanya sebanyak 17,01% berada di berbagai kecamatan di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,77% (ILLPD Kabupaten Cianjur 2011). Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Cianjur adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta

Sebelah Barat: Berbatasan denga wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Timur: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

Keadaan alam daerah Kabupaten Cianjur terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian sekitar 7-2.962 meter diatas permukaan laut. Secara geografis wilayah ini terbagi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Cianjur bagian Utara: merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian 2.962 meter, sebagian besar ini merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan untuk areal perkebunan dan persawahan.

2. Cianjur bagian Tengah: merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dikelilingi dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor inipun inipun merupakan daerah gempa bum, dataran lainnya terdiri dari areal perkebunan dan daerah persawahan.

(40)

sampai ke daerah pantai Samudera Indonesia, seperti halnya daerah Cianjur Bagian Tengah, bagian Selatanpun tanahnya labil dan sering terjadi longsor dan gempa bumi, disini terdapat pula areal untuk perkebunan dan persawahan tetapi tidak bagitu luas.

Kabupaten Cianjur secara geografis terbagi dalam tiga wilayah yaitu wilayah Utara, Tengah, dan Selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 32 kecamatan dan 342 desa dan 6 kelurahan di kota Cianjur. Sebagai gambaran pemerintah kabupaten Cianjur dapat dikemukakan sebagai berikut;

1. Wilayah Selatan meliputi: Kecamatan Agrabinta, Kecamatan Leles, Kecamatan Sindang Barang, Kecamatan Cidaun, Kecamatan Naringgul, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cikadu

2. Wilayah Tengah meliputi: Kecamatan Tanggeung, Kecamatan Pasir Kuda, Kecamatan Pegelaran, Kecamatan Kadupandak, Kecamatan Cijati, Kecamatan Takokak, Kecamatan Sukanegara, Kecamatan Campaka, Kecamatan Campaka Mulya

3. Wilayah Utara meliputi: Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Haurwangi, Kecamatan Ciranjang, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cianjur, Kecamatan Warung Kondang, Kecamatan Gekbrog, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Cipanas, Kecamatan Mande, Kecamatan Cikalongkulon, Kecamatan Sukaluyu, Kecamatan Sukaresmi

Karakteristik Keluarga Contoh

Karakteristik keluarga contoh pada penelitian ini adalah keragaan keluarga yang ditunjukkan oleh besar keluarga, usia orang tua contoh, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat pendapatan keluarga. Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing karakteristik.

Besar Keluarga

(41)

27

Menurut Hurlock (2004) besar keluarga dibagi menjadi 3 kategori yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥7 orang). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa besar keluarga contoh yang termasuk dalam kategori kecil (≤4 orang) sebanyak 46.5 %, kategori sedang (5-6 orang) sebanyak 40.6 %, dan besar keluarga yang termasuk dalam kategori besar (≥7) hanya sebesar 12.9 %. Data sebaran besar/jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 8 .

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga n %

Usia orang tua contoh dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok menurut Papalia & Old (2008), yaitu remaja (13-19), dewasa muda (20-40), dewasa madya (41-65), dan dewasa tua (>65). Berdasarkan penelitian, sebagian besar usia ayah berada dalam rentang dewasa muda (20-40) sebanyak 47.4% dan dewasa madya (41-65) sebanyak 45.5 , sedangkan usia ayah yang tergolong dewasa tua (>65) hanya sebesar 1.9% saja, sisanya sebesar 5.1% tergolong cerai/meninggal. Sementara itu, mayoritas usia ibu termasuk pada kategori dewasa muda (20-40) dengan persentase sebesar 69.9%. Hanya sebagian kecil saja usia ibu yang termasuk dewasa tua (>65) sebesar 0.6% dan remaja akhir sebesar 1.9%. Data sebaran contoh menurut usia orang tua dapat dilihat dalam tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua

Kategori usia Ayah Ibu/Pengasuh

n % n %

(42)

yang cukup tinggi biasanya mempunyai kemampuan dalam menyusun ataupun pengadaan bahan makanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Menurut Sukandar (2007) orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah namun kandungan gizi tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehinggan kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Pendidikan Terakhir Ayah Ibu/Pengasuh

n % n % sehingga tidak diketahui tingkat pendidikannya.

Tingkat pendidikan orang tua contoh yang rendah menyebabkan rendahnya pendapatan keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi pekerjaan seseorang yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan yang dimiliki. Menurut Engel et al

(1994) bahwa pekerjaan memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan sehingga nantinya akan mempengaruhi status sosial ekonomi seseorang.

Pekerjaan Orang Tua

(43)

29

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh (52.9%) meliputi buruh tani, buruh bangunan dan buruh pabrik. Sebanyak 18.9% ayah contoh bekerja sebagai pekerjaan jenis lainnya, yaitu tukang ojeg, supir, ustadz dan mandor. Selain itu, terdapat 7.1% ayah contoh yang tidak bekerja. Ibu atau pengasuh contoh sebagian besar (71.6%) adalah IRT dan terdapat 16.8% contoh bekerja sebagai buruh. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua disajikan dalam tabel 11.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua

Pekerjaan Ayah Ibu/Pengasuh

Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil/upah dari pekerjaannya. yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita. Menurut Hardinsyah (1997) pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan dan kesehatan. Pendapatan merupakan indikator kesejahteraan ekonomi rumah tangga. Berikut sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga pada tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga (kap/bulan) n %

Miskin (< Rp.210.000) 108 69.9

Hampir miskin (Rp.210.000-420.000) 17 11

Menengah Atas (>Rp.420.000) 30 19.4

Total 155 100

Min-max (kap/bulan) Rp.10.000 - Rp.1.933.333

Rataan±SD (kap/bulan) Rp.195.926 ± Rp251.520

(44)

wawancara. Sebagian besar contoh, sebanyak 69.9% termasuk dalam kategori miskin karena pendapatan keluarga < Rp 210.000/kap/bulan, sebesar 10,9% keluarga contoh tergolong hampir miskin, dan hanya 19,2% keluarga contoh yang termasuk tingkat ekonomi menengah atas. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga contoh berada di bawah garis kemiskinan yaitu Rp 195.926,- dengan standar deviasi yang cukup besar yaitu Rp 251.520,-. Selain menjadi indikator kesejahteraan ekonomi keluarga, pendapatan juga merupakan indikator yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga contoh yang rendah menyebabkan pemilihan pangan yang kurang beragam dan cenderung memilih bahan pangan yang relatif murah sehingga konsumsi bahan pangan hewani yang umumnya mahal sangat rendah pada konsumsi contoh, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 15 dan tabel 16 tentang konsumsi pangan.

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini merupakan siswa kelas 4 dan 5 SD dari 3 kecamatan di wilayah pegunungan Kabupaten Cianjur. Contoh yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 155 orang dengan usia berkisar antara 9 sampai 14 tahun. Sebagian besar contoh (92.3%) berada pada masa kanak-kanak, sedangkan (7.7%) contoh sudah memasuki masa remaja awal. Mayoritas contoh pada penelitian ini merupakan anak kelas 5 SD, yaitu sebanyak 73.5% dan sisanya sebanyak 26.5% adalah kelas 4. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, yaitu contoh berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan. Contoh berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52.3% sedangkan contoh berjenis kelamin perempuan sebanyak 47.7%. Sebaran contoh berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin

(45)

31

Status Gizi Contoh

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh. Status gizi dapat ditentukan secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat melalui antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat melalui cara survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktro ekologi (Supariasa 2002).

Menurut Gibson (2005) status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Status gizi optimal dapat tercapai jika tubuh memperoleh cukup zat-zat yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan umum secara maksimal. Baik gizi kurang maupun lebih dapat menghambat optimalisasi pencapaian hal tersebut (Almatsier 2004).

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks Antropometri. Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). IMT/U digunakan sebagai data referensi karena merupakan indikator terbaik yang direkomendasikan untuk mengukur status gizi remaja. Berikut adalah tabel sebaran contoh berdasarkan status gizi.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status gizi N %

(46)

itu, terdapat pula contoh dengan status gizi obes (2.6%) dan status gizi gemuk (0.6%).

Konsumsi Pangan dan Asupan Gizi

Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi, dan jumlah bahan pangan yang dimakan setiap hari oleh seseorang atau merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso 2004). Pola konsumsi dan kebiasaan makan menunjukkan bagaimana individu memilih dan mengkonsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuhnya. Pola konsumsi dan kebiasaan makan masyarakat tidak terlepas dari ketersediaan pangan di tempatnya. Dengan adanya sumber-sumber pangan di tempat sekelilingnya, setiap anggota masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangannya.

Pada masyarakat di daerah endemik GAKI, kurangnya asupan yodium dari makanan selalu dikaitkan dengan rendahnya kandungan yodium di daerah tersebut. Rendahnya kandungan yodium pada air dan tanah di daerah tersebut menyebabkan rendahnya kandungan yodium pada setiap pangan yang tumbuh. Sehingga asupan yodium pada konsumsi pangan masyarakat juga rendah (Soeharyo et.al, 2002).

Pada penelitian ini, peneliti mengukur pola konsumsi dengan metode food recall 2x24 jam dan food frequency. Metode food recall 2x24 jam digunakan untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan gizi dari contoh. Frekuensi konsumsi merupakan bagian dari pola konsumsi yang juga dapat mempengaruhi besarnya asupan gizi. Selain mengukur frekuensi pangan, peneliti pun menghitung besarnya asupan yodium pada makanan yang dikonsumsi contoh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan yodium dalam tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi makanan sumber yodium, tetapi juga dipengaruhi oleh konsumsi makanan sumber zat goitrogenik yang dapat menghambat penyerapan yodium dalam tubuh. Oleh karena itu, selain mengukur frekuensi konsumsi makanan sumber yodium, peneliti juga mengukur frekuensi konsumsi makanan sumber zat goitrogenik pada contoh serta asupan sianida dari bahan pangan goitrogenik.

Konsumsi Pangan

(47)

33

umbi, ikan, daging, telur, sayur, buah, dan kacang-kacangan. Berikut rata-rata konsumsi contoh tiap kelompok pangan per hari yang disajikan pada tabel 15.

Tabel 15 Rata-rata konsumsi contoh tiap kelompok pangan per hari

Kelompok pangan Rata-rata asupan (g/kap/hari)

Serealia :

(48)

orang per hari adalah ½ butir telur. Telur ayam banyak dikonsumsi contoh dibandingkan jenis pangan hewani yang lain karena harga yang relatif lebih murah, mudah diolah, dan awet dalam masa penyimpanan.

Kelompok pangan ikan, rata-rata dikonsumsi oleh contoh sebanyak 24 g/kap/hari. Ikan yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah ikan asin, yaitu sebanyak 13 g. Ikan asin banyak dikonsumsi contoh karena selain harga ikan asin yang lebih murah dibandingkan jenis ikan lainnya, ketersediaan ikan asin di pasar tradisional daerah ini pun melimpah. Konsumsi ikan laut sangat rendah bahkan hampir tidak pernah karena letak wilayah yang sangat jauh dari pantai sehingga ikan laut jarang ditemui di pasar tradisional wilayah ini.

Kelompok daging rata-rata dikonsumsi contoh sebanyak 14 g/kap/hari. Sebagian besar contoh paling banyak mengkonsumsi ayam dibandingkan jenis daging yang lain, yaitu sebesar 11 g/kap/hari. Asupan rata-rata untuk kacangan adalah 33 g per orang per hari. Pada umumnya jenis kacang-kacangan yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah dalam bentuk tahu dan tempe. Tahu yang paling banyak dikonsumsi contoh sebesar 18 g/kap/hari dan tempe sebanyak 12 g/kap/hari.

Sayuran dikonsumsi oleh contoh rata-rata 40 gram per hari.Jenis sayuran yang banyak dikonsumsi contoh adalah bayam sebanyak 11 g/kap/hari. Jenis sayur yang dikonsumsi oleh contoh sangat bervariasi yang digolongkan dalam kategori lainnya dalam kelompok sayur, sebanyak 23 g/kap/hari. Sayur lain yang dikonsumsi contoh adalah daun singkong, kol, sawi, wortel, kembang kol, labu siam, jamur tiram. Rata-rata asupan contoh untuk buah-buahan adalah sebanyak 40 gram per hari. Jenis buah yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah pisang sebanyak 22 g/kap/hari. Pisang banyak dikonsumsi contoh karena sebagian keluarga contoh yang memiliki pohon pisang di kebun masing-masing. Pisang pun dikonsumsi contoh dalam berbagai jenis olahan seperti pisang goring, pisang molen, atau kolak pisang. Terdapat pula buah-buahan yang hanya dikonsumsi pada saat panen buah tersebut tiba, yaitu belimbing dan nangka.

(49)

35

mengkonsumsi makanan, aspek yang diperhatikan tidak hanya masalah kuantitas tetapi juga aspek kualitas pangan. Secara kuantitas pangan, telah diuraikan bahwa konsumsi pangan masih di bawah anjuran sedangkan untuk kualitas pangan yang sekaligus melihat keragaman atau diversifikasi konsumsi pangan dilakukan penilaian dengan skor PPH.

Kualitas konsumsi pangan dianggap baik dan terdiversifikasi sempurna apabila skor PPH mencapai 100. Dapat dilihat pada tabel 16 bahwa kualitas konsumsi pangan contoh memiliki skor PPH sebesar 46.5. Skor PPH aktual ini lebih rendah jika dibandingkan dengan skor PPH nasional tahun 2011 yang telah mencapai 77.5. Skor PPH yang rendah ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan contoh masih belum beragam, ketidakberagaman konsumsi pangan terutama dapat dilihat dari sumbangan energi contoh yang masih didominasi oleh beras sedangkan konsumsi contoh tehadap umbi-umbian masih rendah. Selain itu, contoh pun tidak mengkonsumsi buah/biji berminyak. Secara kuantitas pun konsumsi pangan contoh untuk semua kelompok pangan masih jauh di bawah anjuran PPH. Kualitas konsumsi pangan aktual contoh disajikan pada tabel 16.

Tabel 16 Kualitas Konsumsi Pangan Aktual Contoh

Kelompok pangan Anjuran PPH

Asupan Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi

Rata-rata asupan energi dan zat gizi diketahui melalui metode food recall

(50)

Tabel 17 Rata-rata asupan gizi contoh dan tingkat kecukupan gizi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar asupan zat gizi contoh masih di bawah AKG, hanya vitamin A saja yang rata-rata asupannya telah melebihi AKG. Tingkat kecukupan energi tergolong pada kategori defisit berat disebabkan konsumsi pangan sumber energi contoh, seperti serealia dan umbi-umbian yang memang masih dibawah anjuran PPH. Tingkat kecukupan protein, Fe dan Zn pun masih rendah hal ini disebabkan sumber zat-zat gizi tersebut terdapat pada pangan hewani sedangkan konsumsi pangan hewani contoh masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan anjuran konsumsi PPH. Konsumsi pangan hewani contoh rata-rata adalah 76.5 g/kap/hari sedangkan anjuran PPH adalah 150 g/kap/hari.

Konsumsi pangan hewani yang rendah bisa disebabkan oleh tingkat pendapatan keluarga contoh yang sebagian besar tergolong miskin sehingga daya beli terhadap pangan hewani yang umumnya relatif lebih mahal dibandingkan dengan bahan pangan lainnya menjadi lemah. Tingkat kecukupan vitamin C contoh pun tergolong kurang karena konsumsi sayur dan buah contoh pun masih di bawah anjuran PPH, yaitu 250 g/kap/hari sedangkan konsumsi sayur dan buah contoh hanya 80 g/kap/hari. Konsumsi sayur dan buah contoh yang rendah bisa disebabkan contoh yang tergolong kanak-kanak kurang menyukai sayur dan buah. Contoh lebih menyukai pangan yang digoreng dan jajanan.

Tingkat Kecukupan Energi

Gambar

Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari)
Tabel 6 Sampel, jenis variabel, dan metode pengumpulan data
Tabel 7 Kategori variabel penelitian
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN INHALASI BENZEN DENGAN PENURUNAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PEKERJA POM BENSIN DI SPBU

Diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok di mana setiap kelompok mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/masalah/judul

Peserta yang tidak berhasil start engine setelah 60 detik, peserta tersebut harus mundur dari heat tersebut dan diberi kesempatan satu kali untuk mengikuti heat

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secnra wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Reksa Dana Panin Dana Teladan tanggal 31

Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan, maka sisa investasi dimiliki

Pada pengujian diperoleh hasil bahwa integrasi layanan materi pelajaran antar sekolah dapat menghasilkan informasi yang saling melengkapi guna mendukung kebutuhan

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 31 Juli 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada aplikasi SPSE

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Agustus Tahun Dua Ribu Dua Belas, kami selaku Pokja Pengadaan Barang/Jasa Satker MTsN 42 Jakarta Kementerian Agama Provinsi DKI