• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hubungan dinamis antara indeks harga saham gabungan dan kredit perbankan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hubungan dinamis antara indeks harga saham gabungan dan kredit perbankan di Indonesia"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

DINI NUR OKTAVIANTI H14060605

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Saham Gabungan dan Kredit Perbankan di Indonesia (dibimbing oleh IMAN SUGEMA).

Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, dimana pasar modal berperan sebagai lembaga intermediasi dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana melalui aktivitas investasi. Perkembangan pasar modal dapat dilihat dari salah satu indikator pasar modal yaitu instrumen saham. Saham adalah suatu bentuk penyertaan modal (equity capital) atau bukti posisi kepemilikan dalam suatu perusahaan.

Saham selain sebagai refleksi dari pasar modal, juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai komponen dalam transmisi moneter, yaitu ketika harga saham mengalami peningkatan maka pada akhirnya akan terjadi peningkatan pemberian kredit oleh bank. Dalam hal ini kredit merupakan salah satu unsur penting bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitasnya. Meningkatnya produktivitas ini diharapkan dapat menciptakan kondisi dunia usaha yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi yang pada akhirnya berimplikasi pada meningkatnya output nasional.

(3)

Oleh

DINI NUR OKTAVIANTI H14060605

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec NIP. 1964 0502 1989031003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP. 1964 1022 1989031003

(5)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Maret 2011

(6)
(7)

Nya penulis mendapat kekuatan dan kesabaran dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senatiasa dilimpahkan kepada baginda Rasulullah saw.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Hubungan Dinamis Antara Indeks Harga Saham Gabungan dan Kredit Perbankan di Indonesia”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada :

1. Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim sebagai dosen penguji utama dalam sidang

skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Deniey A. Purwanto, MSE selaku komisi pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

4. Seluruh jajaran staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuan dan kerjasamanya.

5. Kedua Orangtua Bapak Doso Nurwantomo dan Ibu Ernawati Soewaryo dan adik Irma Yunita, yang telah memberikan perhatian, semangat, motivasi, dukungan baik moral maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

Andianti Mustopa, Desnita Suryantini, Widya Adiningsih, Ratna Ningsih, Fitria Faradila, Elsha Surya Respita dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan, semangat, dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kak Marhamah Muth dan Kak Ade Holis yang telah sangat sabar membimbing dan mendukung sejak awal penyusunan skripsi ini.

10.Dina Mawardah, Nia Prasetyo Utomo dan Fauziah Naryuningtias untuk kebersamaannya sejak awal masuk kuliah hingga saat ini.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga skripsi ini dapat diridhai oleh Allah SWT dan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2011

(9)

DAFTAR ISI

2.1. Definisi, Jenis-Jenis, dan Fungsi Kredit... 2.2. Pasar Modal ...………

2.2.1. Definisi Pasar Modal………... 2.2.2. Instrumen Pasar Modal ...………...………... 2.3. Indeks Harga Saham Gabungan...……….. 2.4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)...………...

2.5. Teori Inflasi ………..………..

2.6. Indeks Harga Konsumen (IHK)... 2.7. Pertumbuhan Ekonomi ………...……….. 2.8. Nilai Tukar ………...………... 2.9. Mekanisme Transmisi Melalui Jalur Kredit (Credit Channel)……...

(10)

2.11.Kerangka Pemikiran ... 2.12.Hipotesis Penelitian ...

III. METODE PENELITIAN ………...

3.1. Jenis dan Sumber Data ………...

3.2. Metode Analisis Data ………... 3.2.1 Model Umum VAR ………... 3.2.2 Uji Stasioneritas ... 3.2.3 Pemilihan Lag Optimum ... 3.2.4 Uji Stabilitas Model VAR ... 3.2.5 Uji Kointegrasi ... 3.2.6 Model Umum Vector Error Correction ... 3.2.7 Impuls Response Function (IRF) ... 3.2.8 Variance Decomposition (VD) ... 3.3. Model Penelitian ………...…...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …...………...

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7

Hasil Pengujian Akar Unit Pada Level ...………....

Hasil Pengujian Akar Unit Pada First Difference ...………..

Penentuan Lag Optimal ...…... Hasil Uji Stabilitas Model VAR ...………...

Uji Kointegrasi Johansen ...………….... Hasil Estimasi VECM ...…………... Variance Decomposition ...

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.1. 1.2. 2.1 4.7 4.8 4.9

Pergerakan IHSG ...………...……….... Pergerakan Pemberian Kredit Dan IHSG ...………...…..

Kerangka Pemikiran ...…... Respon Kredit Terhadap Guncangan Variabel IHSG, SBI, CPI, ER,

Dan IPI………...

Respon IPI Dalam Menghadapi Guncangan Kredit Dan IHSG ... Respon IHSG Dalam Menghadapi Guncangan Kredit Dan IPI ...

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Uji Stasioneritas Data Penentuan Lag Optimal Uji Stabilitas

Uji Kointegrasi Hasil Estimasi VECM Hasil IRF Kredit Hasil IRF IPI Hasil IRF IHSG Hasil VD Kredit

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar bebas dan perkembangan teknologi yang pesat; investor akan menjadi mudah mengakses pasar modal di seluruh dunia. Fakta menunjukkan bahwa pasar modal merupakan salah satu indikasi perkembangan perekonomian suatu negara sehingga mengisyaratkan betapa pentingnya pasar modal di suatu negara (Setyastuti, 2004).

(15)

Gambar 1.1. Pergerakan IHSG

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah).

Selain sebagai refleksi dari pasar modal, saham juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai komponen dalam transmisi moneter. Hal tersebut dijelaskan dalam Mishkin (1998) bahwa jika harga saham mengalami peningkatan maka pada akhirnya akan terjadi peningkatan pemberian kredit oleh bank. Dalam hal ini kredit merupakan salah satu unsur penting bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitasnya. Meningkatnya produktivitas ini diharapkan dapat menciptakan kondisi dunia usaha yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi yang pada akhirnya berimplikasi pada meningkatnya output nasional.

Selain itu dalam penelitian Andriyani (2008), disebutkan bahwa dengan berlakunya bank lending channel di Indonesia menyebabkan pendanaan aktivitas ekonomi melalui penyaluran kredit perbankan semakin menguatkan posisi kredit sebagai salah satu instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen harga saham dan kredit bank (bank lending) sangatlah penting dalam sektor moneter.

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Mishkin (1998) menyatakan bahwa ketika terjadi ekspansi moneter yang mendorong peningkatan harga saham, akhirnya akan mengakibatkan meningkatnya pemberian kredit oleh bank. Berdasarkan teori tersebut, ternyata fakta yang terjadi di Indonesia memperlihatkan bahwa terjadi pergerakan yang searah antara pemberian kredit oleh perbankan dengan harga saham. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. bahwa persentase pemberian kredit oleh bank sejalan dengan persentase indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta selama periode 2002-2009.

Gambar 1.2. Pergerakan Pemberian Kredit dan IHSG

Sumber : SEKI BI dan BEJ, 2010 (diolah)

Berdasarkan hal di atas, perlu dilihat lebih lanjut mengenai hubungan antara harga saham dan pinjaman bank. Maka dari itu, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah harga saham mempengaruhi pemberian kredit (bank loan)? 2. Bagaimana pengaruh kredit perbankan terhadap sektor riil?

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh dari harga saham terhadap pinjaman bank (bank loan) di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh kredit perbankan terhadap sektor riil.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berwenang sebagai referensi dalam menentukan kebijakan ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat bagi para pembaca sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut. Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan wadah pembelajaran untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(18)
(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi, Jenis-Jenis dan Fungsi Kredit

Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan (Kasmir, 2004 dalam Andriyani, 2008). Sedangkan, bagi pemberi kredit artinya memberikan kepercayan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui kreditur dan debitur.

(20)

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya, pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat dan dunia usaha dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

Dilihat dari segi kegunaan, kredit dibagi menjadi dua jenis, yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek dan pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama perusahaan. Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam kegiatan operasionalnya, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

(21)

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian antara lain sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti :

a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya.

b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit.

2. Kredit perbankan yang ditarik tunai dapat meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.

4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain untuk peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

(22)

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula. 7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti

bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri.

2.2 Pasar Modal

2.2.1 Definisi Pasar Modal

Umumnya produk-produk (sekuritas) yang ditawarkan di pasar modal adalah saham biasa, saham preferen, berbagai jenis obligasi, dan produk-produk derivatif. Pasar modal menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga atau profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun efek yang dimaksud disini adalah surat berharga atau saham.

(23)

menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan emiten (perusahaan yang go public).

Pasar modal dibedakan menjadi pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar bagi sekuritas atau efek yang pertama kali diterbitkan atau diumumkan dalam pasar modal, sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek yang sudah ada, dan sudah diperdagangkan dalam pasar modal. Pada pasar sekunder harga efek ditentukan oleh mekanisme pasar. Perkembangan pasar modal secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya jumlah perusahaan yang menjual saham atau obligasi melalui pasar modal, jumlah emisi, perkembangan perusahaan-perusahaan yang telah memasyarakatkan saham, serta kegiatan jual beli saham atau obligasi antar anggota masyarakat yang dilakukan setiap hari di pasar sekunder. Pada pasar sekunder ini harga saham akan terbentuk atas dasar kekuatan permintaan dan penawaran, sehingga mencerminkan bagaimana penilaian investor atau calon investor terhadap pendapatan dan risiko dari masing-masing saham yang diperdagangkan. Hal ini secara tidak langsung mencerminkan penilaian investor terhadap perusahaan emiten.

(24)

saham berupa deviden sangat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi apabila situasi ekonomi akan membaik.

Suta (1996) mengatakan bahwa pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan dan misi yang lebih luas. Jangkauan yang hendak dirangkum adalah mencakup tiga aspek mendasar. Ketiga aspek tersebut adalah :

1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan,

2. Aspek pemerataan pemilikan saham perusahaan dan

3. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.

Kehadiran pasar modal di Indonesia harus dapat didayagunakan untuk memberikan manfaat bagi pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Bagi pemerintah dampak positifnya adalah adanya pemupukan modal dalam negeri. Bagi masyarakat, daya tarik dan manfaat yang diperoleh adalah upaya untuk menambah nilai uang. Oleh karenanya, pasar modal di Indonesia merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan disamping sumber-sumber lain seperti tabungan pemerintah, kredit perbankan, PMA, PMDN, bantuan luar negeri dan investasi dalam perusahaan.

2.2.2 Instrumen Pasar Modal

(25)

diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal tersebut antara lain saham, obligasi dan lain-lain.

a. Saham

Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Kepemilikan saham di suatu perusahaan akan memberikan manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham.

2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.

3. Manfaaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

(26)

b. Obligasi

Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Obligasi mengandung suatu perjanjian atau kontrak yang melibatkan kedua belah pihak, antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur, baik mengenai jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan ketentuan-ketentuan tambahan lainnya (Anoraga dan Pakarti, 2006).

2.3 Indeks Harga saham Gabungan (IHSG)

Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak, naik atau turun, banyak orang akan melihatnya dari sisi indeks yang dicapai pada saat itu. Secara sederhana, indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya (Anoraga dan Pakarti, 2006). Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks di sini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu.

(27)

melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga dan Pakarti, 2006).

Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ini kita harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan menurut Anoraga dan Pakarti (2006) adalah sebagai berikut:

IHSG =

x 100% (1)

dimana:

Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku Σ H0 = Total harga semua saham pada waktu dasar

2.4 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sejak diberlakukannya Inflation Targetting Framework (ITF) di Indonesia, BI rate digunakan sebagai sinyal respon kebijakan moneter dan sasaran operasionalnya. Banjarnahor (2008) menjelaskan bahwa BI rate diimplementasikan melalui SBI (Sertifikat Bank Indonesia) periode satu bulan karena beberapa pertimbangan. Pertama, SBI satu bulan telah digunakan sebagai benchmark oleh perbankan dan pelaku pasar di Indonesia dalam berbagai aktivitasnya. Kedua, SBI satu bulan sebagai sasaran operasional akan memperkuat sinyal respon kebijakan moneter yang ditempuh BI. Ketiga, SBI satu bulan mampu mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor keuangan dan ekonomi.

(28)

disebabkan karena bank akan lebih tertarik menanamkan dananya pada SBI yang bebas resiko.

2.5 Teori Inflasi

Menurut Friedman dalam Mankiw (2003) inflasi merupakan suatu fenomena moneter dan terjadi apabila kenaikan jumlah uang yang beredar lebih cepat daripada output. Menurut Lipsey et al., (1997) inflasi adalah kenaikan rata-rata semua tingkat harga. Terkadang, kenaikannya terus-menerus dan berkepanjangan sehingga harus dibatasi. Naiknya harga-harga secara umum ini mengakibatkan nilai riil dari suatu mata uang terhadap barang dan jasa, atau yang lebih dikenal dengan istilah daya beli, menurun.

Sementara tingkat harga merupakan rata-rata tertimbang harga barang dan jasa di perekonomian yang diukur dengan indeks harga. Indeks harga yang banyak digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), PDB deflator dan Whole Price Index (WPI). Namun hampir semua negara dalam perhitungan inflasi menggunakan IHK.

Inflasi dapat dibedakan antara inflasi inti (core inflation) dan inflasi sesaat (noise). Adapun indikator inflasi yaitu :

(29)

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari suatu komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah (Mustikaati, 2007)

2.6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), sering digunakan untuk menentukan biaya hidup dan dahulu disebut cost-of-living index, mengukur perubahan harga untuk suatu kombinasi belanja barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, maka IHK mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. IHK juga dapat didefinisikan sebagai harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar (Mankiw, 2003).

2.7 Pertumbuhan Ekonomi

(30)

Mankiw (2003) menyatakan bahwa salah satu variabel makroekonomi sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian adalah Gross Domestic Product (GDP) yang terbagi menjadi GDP nominal dan GDP riil. GDP mengukur total produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi yang menunjukkan perkembangan pendapatan agregat periode tertentu dan mewakili pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Indikator pertumbuhan ekonomi lain yang mengukur output produksi riil adalah Industrial Production Index (IPI). Linda (2007) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam periode bulanan dinilai lebih representatif menggunakan IPI dibanding GDP riil. IPI diukur dari beberapa sektor seperti manufaktur, pertambangan, dan industri. IPI digunakan sebagai salah satu indikator koinsiden, yaitu perubahan pada indikator ini biasanya mengindikasikan perubahan yang sama pada aktivitas ekonomi keseluruhan atau dengan kata lain akan merefleksikan perubahan GDP.

2.8 Nilai Tukar

(31)

Jika dilihat dari cara perhitungannya, menurut Mankiw (2003), nilai tukar atau kurs dibagi menjadi 2, yaitu: (1) kurs nominal yang merupakan harga relatif dari mata uang dua negara dan (2) kurs riil yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara. Berdasarkan kedua definisi diatas maka perhitungan kurs dapat diperoleh melalui perkalian antara kurs nominal dan rasio tingkat harga, dimana rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara harga barang domestik dan harga barang di luar negeri, misalnya di Amerika Serikat.

2.9 Mekanisme Transmisi melalui Jalur Kredit (Credit Channel)

2.9.1 Jalur Pinjaman Bank (Bank Lending Channel)

(32)

moneter dalam bank lending channel digambarkan sebagai berikut (Mishkin, 2001) :

M bank deposits bank loan investasi output

Ada dua hal yang menjadi syarat bagi berlakunya channel ini, yaitu :

1. kredit dan surat berharga bukan merupakan substitusi sempurna bagi sebagian peminjam atau sebagian peminjam bergantung pada kredit bank, dan

2. bank sentral harus mampu mempengaruhi ketersediaan kredit bank.

Implikasi penting dari credit view adalah kebijakan moneter akan memiliki efek yang lebih besar pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar (Mishkin, 2001). Hal ini disebabkan perusahaan kecil lebih bergantung pada kredit bank, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal secara langsung melalui penerbitan saham dan obligasi.

2.9.2 Jalur Neraca Perusahaan (Balance Sheet Channel)

Kredit dan harga saham mempunyai hubungan yang tercermin pada salah satu jenis saluran yang akan mempengaruhi transmisi moneter dari sektor keuangan ke sektor riil, yaitu jalur neraca perusahaan (balance sheet channel). Dalam jalur neraca perusahaan ini, yang ditekankan adalah pengaruh dari kebijakan moneter terhadap kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.

(33)

perusahaan (networth) akan meningkat disebabkan meningkatnya harga equity yang selanjutnya akan mengurangi tindakan adverse selection dan moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output. Jalur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Mishkin, 1998):

M P equity adverse selection dan moral hazard Lending investasi output

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al. (1994) yang bertajuk “Stock Prices and Bank Lending Behavior in Japan”, bertujuan meneliti hubungan historis (historical relationship) antara harga saham dengan bank lending di negara itu. Hubungan ini dapat tercermin dari, pertama, positifnya respon Japanese bank lending terhadap kenaikan harga saham Nikkei. Kedua, berubahnya historical relationship antara harga saham dan bank lending, yaitu hubungan keduanya lemah hingga pertengahan 1980an dan setelahnya tiba-tiba menguat secara signifikan. Ketiga, fluktuasi harga saham Nikkei ternyata punya kontribusi yang cukup signifikan terhadap fluktuasi bank lending di Jepang saat itu.

(34)

ini dibagi menjadi dua periode yaitu 1970:1 – 1983:12 dan 1984:1 – 1993:5 dan metode yang digunakan adalah SVAR (Structural Vector Autoregression).

Selain itu, Ibrahim (2004) menganalisis tentang “Stock Prices and Bank

Loan Dynamics in a Developing Country : The Case of Malaysia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi interaksi dinamis antara kredit dengan harga saham dan melihat apakah kredit mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor riil. Hasil yang diperoleh antara lain yaitu total kredit merespon positif kenaikan harga saham dan ternyata total kredit di Malaysia tidak mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor riil.

Penelitian ini menggunakan data empat bulanan atau data kuartalan dengan menggunakan enam variabel, yaitu total kredit, harga saham, GDP (Gross Domestic Product), CPI (Consumer Price Index), suku bunga pinjaman antar bank dan nilai tukar. Periode penelitian ini dilakukan sejak kuartal satu 1978 sampai kuartal dua 1998 (1978:Q1 – 1998:Q2). Metode yang digunakan adalah metode VAR yang dilanjutkan dengan metode VECM (Vector Error Correction Model).

2.10 Kerangka Pemikiran

(35)

dalam penyaluran kredit ke sektor riil. Dalam ekonomi moneter terdapat teori yang menghubungkan saham tersebut dengan kredit, dimana secara tidak langsung harga saham (dalam hal ini digambarkan melalui IHSG) dapat mempengaruhi penyaluran kredit (Mishkin, 2003). Variabel makroekonomi yang mempengaruhi IHSG dan Kredit adalah ER, SBI, CPI dan IPI.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh IHSG terhadap penyaluran kredit di Indonesia, selain itu juga ingin melihat bagaimana pengaruh penyaluran kredit tersebut terhadap sektor riil.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.11 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. IHSG mempunyai pengaruh terhadap kredit.

2. Kredit mempunyai pengaruh positif terhadap sektor riil. Variabel Makroekonomi

ER, SBI, CPI, IPI

Pasar Modal IHSG

Perbankan Kredit

(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data yang digunakan adalah data total kredit yang disalurkan bank umum, data industrial production index (IPI) sebagai representasi (proxy) untuk menghitung pertumbuhan output, data consumer price index (CPI) yang mencerminkan tingkat inflasi, data Sertifikat Bank Indonesia (SBI) rate yang mencerminkan tingkat suku bunga, data nilai tukar mata uang Rupiah terhadap USD atau Exchange Rate (ER) dan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Data-data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Badan Pusat Statistik dan sumber data lain yang relevan. Data-data tersebut juga didukung dengan studi pustaka dari berbagai jurnal, artikel dan literatur lain yang terkait dengan penelitian ini.

3.2 Metode Analisis Data

(37)

pada level, tetapi stasioner pada first difference dan terdapat hubungan kointegrasi antara variabel-variabel tersebut. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln) kecuali untuk data SBI rate. Adapun perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2007 dan E-views 5.1.

Vector Autoregression (VAR) adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah sebagai fungsi linear dari konstanta dan nilai lag dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain yang ada dalam sistem.

Keunggulan dari metode VAR antara lain (Gujarati, 2003):

1. Metode ini sederhana, tanpa harus membedakan mana variabel endogen dan variabel eksogen

2. Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah

3. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan teori ekonomi yang sering muncul termasuk gejala perbedaan semu (spurious variable endogenity dan exogenity) di dalam model ekonometrik konvensional terutama pada persamaan simultan, sehingga menghindari penafsiran yang salah

(38)

antara variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur.

Selain keunggulan yang dimiliki, VAR juga mempunyai kekurangan atau kelemahan. Kelemahan metode VAR, di antaranya:

1. Model VAR merupakan pengukuran yang tidak dilandasi teori tentang hubungan antarvariabel (model non-struktural)

2. Mengingat tujuan utama model VAR untuk peramalan, maka model VAR kurang cocok untuk analisis kebijakan

3. Pemilihan banyaknya lag yang diinginkan dalam persamaan dapat menimbulkan permasalahan

4. Interpretasi koefisien yang didapat berdasarkan model VAR tidak mudah.

3.2.1 Model Umum VAR

Secara umum model persamaan VAR ordo p dengan n peubah tak bebas pada waktu t dapat ditulis sebagai berikut (Arsana, 2003),

0 1 1 2 2 ...

(39)

Yt = Vektor peubah tak bebas (Y1t, Y2t,..., Ynt) berukuran n x 1, A0 = Vektor intersep berukuran n x 1,

Ai = Matriks parameter berukuran n x n, untuk setiap i = 1, 2, ..., p, εt = Vektor sisaan (ε1t, ε2t, …, εnt) berukuran n x 1.

3.2.2 Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas data merupakan syarat penting bagi analisis time series untuk menghindari adanya regresi lancung (spurious regression). Oleh karena itu, perlu dilakukan uji stasioneritas pada data-data yang akan digunakan dalam model. Pengertian data yang stasioner adalah data yang memiliki kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya dan berfluktuasi disekitar nilai rata-ratanya (Gujarati, 2003).

Metode yang dapat digunakan untuk melihat kestasioneran data adalah metode Augmented Dicky Fuller (ADF) Test dan Phillip Pheron (PP) Test. Kebanyakan analisis time series menggunakan uji ADF. Sedangkan metode PP hanya digunakan pada data yang mengandung structural break, yaitu patahan pada pergerakan data yang terjadi karena adanya kejadian luar biasa dalam perekonomian, misal krisis ekonomi.

(40)

3.2.3 Pemilihan Lag Optimum

Penetapan lag optimal penting dilakukan karena dalam metode VAR lag optimal dari variabel endogen merupakan variabel independen yang digunakan dalam model. Penentuan lag optimum dapat menggunakan beberapa kriteria, seperti Likelihood Ratio (LR), Schwarz Information Criterion (SC), Akaike Information Criterion (AIC), Final Prediction Error (FPE) dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). Pada penelitian ini lag optimum dipilih berdasarkan koefisien yang ditunjukkan oleh Akaike Information Criterion, secara matematis persamaan AIC adalah sebagai berikut :

AIC (k) = T ln + 2n (3.3)

dimana :

SSR = The Residual Sum of Squares k = panjang lag

T = jumlah yang diobservasi

n = jumlah parameter yang diestimasi

Besarnya lag optimal ditentukan oleh lag yang memiliki kriteria AIC yang terkecil.

3.2.4 Uji Stabilitas Model VAR

(41)

Stabilitas model VAR yang digunakan dapat dilihat dari inverse root karakteristik AR polinomialnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai modulus di tabel AR roots-nya. Jika seluruh nilai AR roots-nya dibawah 1, maka model VAR tersebut stabil.

3.2.5 Uji Kointegrasi

Dalam VAR semua variabel yang digunakan harus stasioner. Apabila variabel tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji kointegrasi. Kointegrasi menggambarkan kombinasi linier dari variabel-variabel yang tidak stasioner. Jika variabel yang tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linier antar variabel dalam sistem akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh persamaan yang stabil (Enders, 1995).

Pengujian hubungan kointegrasi dilakukan dengan menggunakan lag optimum sesuai dengan pengujian sebelumnya. Sementara penentuan asumsi deterministik yang melandasi pembentukan persamaan kointegrasi didasarkan pada nilai kriteria informasi AIC dan SIC. Berdasarkan asumsi deterministik tersebut akan diperoleh informasi mengenai banyaknya hubungan kointegrasi antar variabel sesuai metode Trace dan Max.

Berdasarkan uji Johansen akan didapat rank kointegrasi (r). Rank kointegrasi dari vektor yt adalah banyaknya vektor kointegrasi yang saling bebas.

Untuk itu akan diuji hipotesis sebagai berikut: H0 : rank ≤ r

(42)

Jika rank kointegrasi yang didapat lebih besar dari nol, maka model yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Jika rank kointegrasi sama dengan nol maka model yang digunakan adalah VAR dengan pendifferensian sampai lag ke-d.

3.2.6 Model Umum Vector Error Correction

Model umum VECM adalah sebagai berikut (Johansen (1991) dalam Al Sharkas (2004)),

k-1

t i t-i t-k t

i=1

ΔY =μ+ Γ Δx +αβ'Y +ε

………. (3.4)

Dimana :

Δ = notasi first difference

t

Y = p x 1 vektor terintegrasi pada order satu

μ = p x 1 konstanta vektor k = Lag

t

ε = p x 1 vektor Gaussian white noise residual

i

Γ = p x p matriks penyesuaian jangka pendek antara variabel- variabel pada lag i

α = p x r speed of adjustment β = p x r vektor kointegrasi

3.2.7 Impulse Response Function (IRF)

(43)

terhadap variabel tertentu apabila terjadi guncangan atau shock suatu variabel. Fungsi yang kedua adalah untuk mengetahui besarnya nilai guncangan terhadap variabel yang ada.

3.2.8 Variance Decomposition (VD)

Metode Variance Decomposition (VD) dapat menjelaskan seberapa jauh peranan suatu variabel ekonomi dalam menjelaskan guncangan variabel ekonomi lainnya. Metode ini dapat pula digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang.

Dekomposisi varians merinci varians dari error peramalan menjadi komponen-komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model. Dengan menghitung persentase squared prediction error dari sebuah variabel akibat guncangan dalam variabel-variabel lain, dapat dilihat seberapa besar error peramalan variabel tersebut disebabkan oleh variabel itu sendiri dan variabel-variabel lainnya.

3.3 Model Penelitian

(44)

ln_kredit : total kredit bank umum

ln_cpi : consumer price index (indeks harga konsumen) ln_er : exchange rate (nilai tukar)

sbi : suku bunga sertifikat bank Indonesia ln_ihsg : indeks harga saham gabungan

ln_ipi : industrial production index (indeks produksi industri)

Dalam metode yang digunakan pada penelitian ini, semua data yang diestimasi adalah dalam bentuk logaritma natural kecuali variabel-variabel yang sudah dalam persen. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam menganalisis Variance Decomposition maupun Impulse Respon Function. Dengan demikian semua data dalam penelitian ini diubah dalam bentuk logaritma natural.

(45)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Estimasi VAR

4.1.1 Uji Stasioneritas

Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah data tersebut mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit atau bersifat stasioner berarti data tersebut memiliki ragam yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya.

Apabila data yang digunakan tidak stasioner maka dapat menghasilkan hubungan yang palsu atau spurious regresion. Spurious regresion adalah regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang nampaknya signifikan secara statistik tetapi pada kenyataannya tidak, atau tidak sebesar yang nampak pada regresi yang dihasilkan (Andriyani, 2008).

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Akar Unit pada Level

Variabel ADF

Statistic

Nilai Kritis MacKinnon

Keterangan*

1% 5% 10%

LN_KREDIT -3.338961 -4.060874 -3.459397 -3.155786 Tidak Stasioner LN_IHSG -0.958537 -3.501445 -2.892536 -2.583371 Tidak Stasioner SBI -2.833356 -3.501445 -2.892536 -2.583371 Tidak Stasioner LN_CPI -1.939893 -4.057528 -3.457808 -3.154859 Tidak Stasioner LN_ER -2.570536 -3.503049 -2.893230 -2.583740 Tidak Stasioner LN_IPI -1.455676 -3.510259 -2.896346 -2.585396 Tidak Stasioner *) taraf nyata 5%

(46)

Data di tingkat level didiferensiasikan dengan derajat tertentu sampai semua data yang dibutuhkan menjadi stasioner pada derajat yang sama.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Akar Unit pada First Difference

Variabel ADF

Statistic

Nilai Kritis MacKinnon

Keterangan*

1% 5% 10%

LN_KREDIT -4.241469 -4.060874 -3.459397 -3.155786 Stasioner LN_IHSG -6.315825 -3.501445 -2.892536 -2.583371 Stasioner

SBI -4.170722 -3.501445 -2.892536 -2.583371 Stasioner

LN_CPI -9.785967 -4.058619 -3.458326 -3.155161 Stasioner

LN_ER -5.008623 -3.503049 -2.893230 -2.583740 Stasioner

LN_IPI -4.117413 -3.511262 -2.896779 -2.585626 Stasioner *) taraf nyata 5%

Hasil pengujian pada first difference menunjukkan bahwa semua variabel bersifat stasioner pada taraf 5 persen. Hal ini karena nilai mutlak ADF statistik semua variabel lebih besar daripada nilai kritis MacKinnon pada taraf 5 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel yang diestimasi dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama, yaitu derajat integrasi satu I(1).

4.1.2 Pemilihan Lag Optimum

Penetapan lag optimal penting dilakukan karena dalam metode VAR lag optimal dari variabel endogen merupakan variabel independen yang digunakan dalam model. Lag optimal dalam model ini ditentukan berdasarkan nilai Akaike Information Criterion (AIC) yang paling kecil.

Tabel 4.3 Penentuan Lag Optimal

(47)

5 -20.39554

6 -20.23686

7 -20.25818

8 -20.50449

*) Lag optimal

4.1.3 Uji Stabilitas Model VAR

Stabilitas VAR perlu diuji terlebih dahulu sebelum melakukan analisis lebih jauh, karena jika hasil estimasi VAR yang akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan tidak stabil, maka Impulse Response Function dan Variance Decomposition menjadi tidak valid (Setiawan, 2007). Untuk menguji stabil atau tidaknya estimasi VAR yang telah dibentuk maka dilakukan pengecekan kondisi stabilitas VAR berupa roots of characteristic polynomial. Suatu sistem VAR dikatakan stabil apabila seluruh roots-nya memiliki modulus lebih kecil dari satu (Gujarati, 2003). Berdasarkan uji stabilitas VAR, dapat disimpulkan bahwa estimasi VAR yang akan digunakan untuk analisis IRF dan VD stabil. Berikut ini adalah uji stabilitas VAR pada lag optimal yaitu lag 1. Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model VAR yang dibentuk sudah stabil pada lag optimalnya.

Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas Model VAR

Root Modulus

0.623458 0.623458

-0.462339 0.462339

0.439905 0.439905

-0.075961 - 0.145818i 0.164417 -0.075961 + 0.145818i 0.164417

(48)

4.1.4 Uji Kointegrasi

Kointegrasi merupakan hubungan antara variabel yang tidak stasioner pada jangka panjang. Misalkan suatu data yang secara individu tidak stasioner, namun ketika dihubungkan secara linier, data tersebut menjadi stasioner. Hal ini yang kemudian disebut bahwa data tersebut terkointegrasi.

Selain itu, uji kointegrasi juga akan dilakukan dengan mengikuti prosedur Johansen Trace Statistics Test. Dalam uji Johansen, penentuan kointegrasi dilihat dari nilai trace statistic setelah didahului dengan mencari panjang lag yang akan diketahui. Nilai trace statistic yang melebihi nilai kritisnya memperlihatkan bahwa terdapat kointegrasi dalam model yang digunakan. Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan terdapat 3 persamaan yang terkointegrasi pada taraf 5 persen.

Tabel 4.5 Uji Kointegrasi Johansen

Hipotesa Eigenvalue Trace Statistic 5% critical value

H0 H1

r=0 r≥1 0.451072 148.5275* 95.75366

r≤1 r≥2 0.350673 92.14746* 69.81889

r≤2 r≥3 0.235237 51.55651* 47.85613

r≤3 r≥4 0.126071 26.34671 29.79707

*) Signifikan pada taraf nyata 5%

4.2 Pemodelan VECM

(49)

Critical Value menunjukkan bahwa variabel signifikan pada taraf nyata lima persen. Hasil VECM untuk seluruh model dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 4.6 Hasil Estimasi VECM

Variabel Koefisien T – statistik

Jangka Pendek

D(LN_KREDIT(-1)) -0.175195 -1.45753

D(LN_IHSG(-1)) -0.041952 -1.59816

D(SBI(-1)) 0.004033 0.89199

D(LN_CPI(-1)) -0.098185 -0.66412

D(LN_ER(-1)) 0.054824 0.97106

D(LN_IPI(-1)) -0.064574 -2.34037*

C 0.020831 6.87248*

DUMMY_1 0.005622 0.65968

DUMMY_2 0.007244 1.07863

CointEq1 0.006096 0.12771

CointEq2 0.010547 2.08694*

CointEq3 0.001341 1.39552

Jangka Panjang

LN_CPI(-1) 1.673338 11.4450*

LN_ER(-1) -0.833174 -2.60755*

LN_IPI(-1) 2.848556 8.04873*

C -19.57391 -

*) signifikan pada taraf nyata 5%

(50)

4.3 Analisis Impulse Response Function

Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui respon dari setiap variabel terhadap kejutan atau guncangan dari variabel tersebut maupun terhadap variabel endogen lainnya. Dalam model ini response dari perubahan masing-masing variabel dengan adanya informasi baru diukur dengan satu standar deviasi.

Sumbu horizontal merupakan waktu dalam periode hari ke depan setelah terjadinya shock, sedangkan sumber vertikal adalah nilai respon. Secara mendasar dalam analisis ini akan diketahui respon positif atau negatif dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Respon tersebut dalam jangka pendek biasanya cukup signifikan dan cenderung berubah. Dalam jangka panjang respon cenderung konsisten dan terus mengecil. Impulse Response Function memberikan gambaran bagaimana respon dari suatu variabel di masa mendatang jika terjadi gangguan pada satu variabel lainnya (BAPEPAM, 2008).

4.3.1 Analisis Impulse Response Function untuk KREDIT

(51)

Moreno, 1994). Negatifnya respon kredit terhadap guncangan IHSG ini ternyata tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kim dan Moreno (1994) serta Ibrahim (2006). Hal ini disebabkan karena harga saham di Indonesia selama periode penelitian belum menjadi cerminan ekspektasi investor terhadap aktivitas ekonomi riil di masa mendatang, yang berakibat pada negatifnya permintaan kredit dan pada akhirnya akan direspon negatif juga oleh penawaran kredit.

(52)

Gambar 4.7 Respon KREDIT terhadap guncangan variabel IHSG, SBI, CPI, ER, dan IPI

Respon negatif akibat guncangan CPI sebesar satu standar deviasi terjadi hingga akhir periode peramalan. Kestabilan kredit dalam merespon guncangan CPI mulai terlihat sejak periode ke-9. Semakin tinggi tingkat inflasi

Response of LN_KREDIT to LN_IHSG

-.008

Response of LN_KREDIT to LN_CPI

-.008

Response of LN_KREDIT to LN_IPI

(53)

mengakibatkan tingkat suku bunga simpanan akan naik. Adanya tingkat suku bunga simpanan yang meningkat, tingkat suku bunga kredit secara otomatis akan meningkat pula sehingga akan mengakibatkan penurunan permintaan kredit.

Guncangan variabel ER direspon negatif oleh kredit sepanjang periode peramalan. Kredit mencapai kestabilan dalam merespon guncangan ER setelah periode ke-8. nilai tukar yang terdepresiasi akan menyebabkan pengembalian utang dalam bentuk valuta asing meningkat sehingga beban utang yang harus dibayar oleh debitur akan membesar dan sebagai akibatnya banyak debitur yang default. Risiko nilai tukar tersebut menyebabkan terjadi penurunan outstanding kredit.

(54)

4.3.2 Analisis Impulse Response Function untuk IPI

Gambar 4.8 menunjukkan respon variabel IPI dalam menghadapi guncangan kredit dan IHSG. Ketika terjadi guncangan kredit, IPI merespon positif sepanjang periode peramalan dan terjadi kestabilan di periode ke-7. Meningkatnya kredit yang disalurkan perbankan akan menguntungkan dunia usaha karena pengembangan usaha seperti membuka pabrik baru, akan dapat dilaksanakan. Berkembangnya dunia usaha tentu saja akan meningkatkan aktifitas ekonomi riil atau dengan kata lain meningkatkan output. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan pada kredit maka akan terjadi peningkatan pula pada IPI.

Gambar 4.8 Respon IPI dalam menghadapi guncangan KREDIT dan IHSG

Respon IPI dalam menghadapi guncangan IHSG sepanjang periode peramalan ialah negatif. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan pada IHSG tidak diikuti dengan peningkatan pada IPI. Fluktuasi IHSG tidak memengaruhi nilai tambah, yang terjadi hanyalah transfer daya beli diantara para pelaku pasar. Instrumen likuid yang dipertukarkan memiliki elastisitas produksi yang mendekati nol. Artinya, peningkatan permintaan suatu saham tidak banyak menciptakan kesempatan kerja dan nilai tambah dari produksi kertas saham.

-.02 Response of LN_IPI to LN_KREDIT

(55)

Berbeda dengan permintaan mobil atau barang lainnya (Susanto, 2007). Kestabilan IPI dalam menghadapi guncangan IHSG terjadi pada periode ke-7.

4.3.3 Analisis Impulse Response Function untuk IHSG

Gambar 4.9 menunjukkan respon variabel IHSG dalam menghadapi guncangan kredit dan IPI. Ketika terjadi guncangan kredit, IHSG merespon negatif sepanjang periode peramalan dan kestabilan dalam menghadapi guncangan kredit ini sudah mulai terlihat pada periode ke-13. Negatifnya respon IHSG ini disebabkan karena terjadinya peningkatan jumlah kredit yang disalurkan perbankan selama periode peramalan lebih direspon oleh sektor riil.

Gambar 4.9 Respon IHSG dalam menghadapi guncangan KREDIT dan IPI

Begitu pula dengan guncangan IPI, IHSG pun merespon negatif guncangan tersebut sepanjang periode peramalan dan kestabilan mulai terjadi pada periode ke-17. Negatifnya respon IHSG dalam menghadapi guncangan IPI disebabkan karena peningkatan output di sektor riil tidak lantas menaikkan nilai kapitalisasi pasar dan nilai perdagangan saham.

-.06

Response of LN_IHSG to LN_KREDIT

-.06

(56)

4.3.4 Analisis Variance Decomposition

Tabel 4.7 Variance Decomposition

Variabel

Dependent Periode Dijelaskan oleh Kejutan

LN_KREDT

LN_KREDIT LN_IHSG SBI LN_CPI LN_ER LN_IPI 1 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 4 77.64368 2.718044 0.094424 2.808196 0.531622 16.20403 8 63.94368 3.226245 0.763376 5.117225 1.013335 25.93614 12 59.77145 3.282643 1.265808 6.009506 1.177299 28.49330 16 58.03917 3.292522 1.528342 6.408096 1.246965 29.48490 20 57.10156 3.296876 1.674755 6.626435 1.284768 30.01561 24 56.50555 3.299784 1.767300 6.765039 1.308779 30.35355 28 56.09122 3.301856 1.831426 6.861291 1.325466 30.58874 32 55.78639 3.303387 1.878582 6.932092 1.337742 30.76181 36 55.55275 3.304559 1.914724 6.986357 1.347151 30.89446

Tabel di atas menjelaskan Variance Decomposition yang memberikan proporsi pada fluktuasi Kredit. Pada periode pertama, keragaman fluktuasi Kredit dijelaskan 100 persen oleh Kredit itu sendiri. Dominasi Kredit ini terus terjadi hingga periode akhir peramalan, namun dengan proporsi yang semakin menurun.

Keragaman mulai nampak diberikan sejak periode ke-2 peramalan. Pada periode tersebut, Kredit memberikan keragaman sebesar 93,95 persen terhadap fluktuasinya sendiri. IHSG, SBI, dan CPI memberikan proporsi sebesar 1,7, 0,007 dan 1,15 persen. Sedangkan masing-masing ER dan IPI memberikan kontribusi sebesar 0,08 dan 3,1 persen pada periode yang sama.

(57)

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil IRF menunjukkan bahwa guncangan variabel IHSG, SBI, CPI, dan ER direspon negatif model, dimana model tersebut adalah total kredit yang disalurkan perbankan. Kenaikan IHSG mencerminkan besarnya investasi dalam instrumen finansial dan pada saat yang sama mengurangi investasi sektor riil. Akibatnya permintaan kredit menjadi melemah. Guncangan variabel IPI direspon positif oleh kredit dan begitu pun sebaliknya, guncangan variabel kredit direspon positif oleh IPI. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan kredit akan diikuti pula dengan berekspansinya sektor riil.

2. Berdasarkan hasil VD menunjukkan bahwa variabel kredit berpengaruh besar dalam menjelaskan variabilitas kredit itu sendiri. Adapun variabel IPI memberi pengaruh lebih besar pada variabilitas kredit dibandingkan dengan variabel yang lain.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

(58)

membawa pada peningkatan pendapatan nasional. Hal ini berdampak pada kepercayaan bank untuk menyalurkan kredit lebih banyak lagi ke sektor riil, sehingga sektor riil akan lebih berkembang.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, J., B. Kusmiarso, B. Pramono, E. G. Hutapea, A. Prasmuko, dan N. J. Prastowo. 2001. Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis, Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia, Jakarta.

Al-Sharkas, A. 2004. The Dynamic Relationship Between Macroeconomic Factors and The Jordanian Stock Market.International Journal of Applied Econometrics and Quantitative Studies. 1(1).

Andriyani, D. 2008. Analisis Bank Lending Channel Dalam Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anoraga, P. dan P. Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta, Jakarta. Arsana, I.G.P. 2005. Vector Autoregressive. Laboratorium Komputasi Ilmu

Ekonomi FEUI. Universitas Indonesia. Depok.

Banjarnahor, N. R. 2008. Mekanisme Suku Bunga SBI sebagai Sasaran Opersional Kebijakan Moneter dan Variabel Makroekonomi Indonesia: 1990.1-2007.4. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 11(1).

Bank Indonesia. 2004. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia: Sebuah Pengantar. PPSK-BI, Jakarta.

Bank Indonesia. Beberapa Edisi. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta.

Bapepam-LK. 2008. Studi Tentang Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia. Bapepam-LK. Jakarta.

Enders, Walters. 1995. Applied Econometrics Time Series. John Wiley and Sons, inc., Kanada.

(60)

Haditomo, H.A. 2005. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kinerja Pasar Modal Pada Bursa Efek Jakarta [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ibrahim, M. H. 2006. Stock Prices and Bank Loan Dynamics in a Developing Country : The Case of Malaysia. Journal of Applied Economics, 9: 71-89. Kassim, S. H., M. S. A. Majid, dan R. M. Yusof. 2009. Impact Of Monetary

Policy Shocks On The Conventional And Islamic Banks In A Dual Banking System: Evidence From Malaysia. Journal of Economic Cooperation and Development, 30(1): 41-58.

Kim, S. B dan Moreno, R. 1994. Stock Prices and Bank Lending Behavior in Japan. Economic Review Federal Reserve Bank of San Fransisco. 1: 31-42.

Linda, M. 2007. Responsifitas Kredit Investasi terhadap Variabel Makroekonomi dan Perbankan Pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasioal Devisa dan Non Devisa [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lipsey R.G, P.N. Courant, D.D. Purvis dan P.O. Steiner. 1997. Pengantar Makroekonomi. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi. Imam [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Mishkin, F. S. 1998. The Economics of Money, Banking, and Financial Market. Edisi Kelima. Addison Wesley, Massachusetts.

Mustikaati, A. 2007. Analisis Keterkaitan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Dengan Indeks Bursa Saham Regional [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(61)

Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Tentang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.

Setyastuti, R. 2007. Sensitifitas Kinerja Pasar Modal Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Penyebaran Krisis Asia. Kinerja, 11: 76-91.

Susanto, S. 2007. “IHSG Melonjak di Tengah Membaiknya Prospek

Perekonomian” [↑ibizportal.com].

http://www.managementfile.com/column.php?sub=column&id=79&page= stock&awal=70 [23 Juli 2007]

(62)

LAMPIRAN 1. UJI STASIONERITAS DATA

KREDIT

Null Hypothesis: LN_KREDIT has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 3 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.338961 0.0665 Test critical values: 1% level -4.060874

5% level -3.459397 10% level -3.155786

Null Hypothesis: D(LN_KREDIT) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.241469 0.0058 Test critical values: 1% level -4.060874

5% level -3.459397 10% level -3.155786

IHSG

Null Hypothesis: LN_IHSG has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.958537 0.7651 Test critical values: 1% level -3.501445

5% level -2.892536 10% level -2.583371

Null Hypothesis: D(LN_IHSG) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

(63)

5% level -2.892536 10% level -2.583371

SBI

Null Hypothesis: SBI has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.833356 0.0575 Test critical values: 1% level -3.501445

5% level -2.892536 10% level -2.583371

Null Hypothesis: D(SBI) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.170722 0.0012 Test critical values: 1% level -3.501445

5% level -2.892536 10% level -2.583371

CPI

Null Hypothesis: LN_CPI has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.939893 0.6258 Test critical values: 1% level -4.057528

5% level -3.457808 10% level -3.154859

Null Hypothesis: D(LN_CPI) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

(64)

Test critical values: 1% level -4.058619 5% level -3.458326 10% level -3.155161

ER

Null Hypothesis: LN_ER has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 3 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.570536 0.1028 Test critical values: 1% level -3.503049

5% level -2.893230 10% level -2.583740

Null Hypothesis: D(LN_ER) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.008623 0.0001 Test critical values: 1% level -3.503049

5% level -2.893230 10% level -2.583740

IPI

Null Hypothesis: LN_IPI has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 11 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.455676 0.5511 Test critical values: 1% level -3.510259

5% level -2.896346 10% level -2.585396

Null Hypothesis: D(LN_IPI) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 11 (Automatic based on AIC, MAXLAG=11)

(65)

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.117413 0.0016 Test critical values: 1% level -3.511262

5% level -2.896779 10% level -2.585626

LAMPIRAN 2. PENENTUAN LAG OPTIMAL

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: D_KREDIT D_CPI D_ER D_SBI D_IHSG D_IPI Exogenous variables: C

Endogenous variables: D_KREDIT D_CPI D_ER D_SBI D_IHSG D_IPI -0.481209 + 0.862084i 0.987295 -0.481209 - 0.862084i 0.987295 -0.839390 + 0.506419i 0.980324 -0.839390 - 0.506419i 0.980324 -0.544699 - 0.814302i 0.979686

(66)

-0.938286 + 0.217349i 0.963131 -0.938286 - 0.217349i 0.963131 -0.033087 + 0.961284i 0.961853 -0.033087 - 0.961284i 0.961853 0.441045 - 0.851381i 0.958838 0.441045 + 0.851381i 0.958838 -0.213839 - 0.933040i 0.957231 -0.213839 + 0.933040i 0.957231 0.152083 - 0.944269i 0.956438 0.152083 + 0.944269i 0.956438 -0.630083 - 0.703469i 0.944390 -0.630083 + 0.703469i 0.944390 0.934256 + 0.137915i 0.944380 0.934256 - 0.137915i 0.944380 -0.936037 - 0.116064i 0.943206 -0.936037 + 0.116064i 0.943206 0.693269 + 0.623207i 0.932206 0.693269 - 0.623207i 0.932206 -0.855831 + 0.341865i 0.921585 -0.855831 - 0.341865i 0.921585 -0.918010 0.918010 -0.254569 - 0.878263i 0.914413 -0.254569 + 0.878263i 0.914413 -0.706065 + 0.567748i 0.906016 -0.706065 - 0.567748i 0.906016 0.820442 - 0.378774i 0.903656 0.820442 + 0.378774i 0.903656 0.492485 + 0.751173i 0.898221 0.492485 - 0.751173i 0.898221 -0.107870 - 0.890045i 0.896558 -0.107870 + 0.890045i 0.896558 0.414002 + 0.794531i 0.895923 -0.562655 - 0.623214i 0.839629 -0.562655 + 0.623214i 0.839629 0.089722 + 0.818372i 0.823275 0.089722 - 0.818372i 0.823275 0.572364 + 0.564143i 0.803652 0.572364 - 0.564143i 0.803652 -0.802985 0.802985 -0.417271 + 0.394777i 0.574425 -0.417271 - 0.394777i 0.574425

(67)

Series: LN_KREDIT LN_IHSG SBI LN_CPI LN_ER LN_IPI Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.451072 148.5275 95.75366 0.0000 At most 1 * 0.350673 92.14746 69.81889 0.0003 At most 2 * 0.235237 51.55651 47.85613 0.0216 At most 3 0.126071 26.34671 29.79707 0.1187 At most 4 0.105625 13.67968 15.49471 0.0922 At most 5 0.033330 3.186463 3.841466 0.0742

LAMPIRAN 5. HASIL ESTIMASI VECM

Vector Error Correction Estimates Date: 03/24/11 Time: 00:10

Sample (adjusted): 2002M03 2009M12 Included observations: 94 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating

Eq: CointEq1 CointEq2 CointEq3

LN_KREDIT(-1) 1.000000 0.000000 0.000000

LN_IHSG(-1) 0.000000 1.000000 0.000000

SBI(-1) 0.000000 0.000000 1.000000

LN_CPI(-1) -1.673338 -1.816265 -28.31571 (0.14621) (0.53454) (7.35921) [-11.4450] [-3.39779] [-3.84765]

LN_ER(-1) 0.833174 -4.159384 -49.27684 (0.31952) (1.16820) (16.0830) [ 2.60755] [-3.56051] [-3.06392]

(68)

(0.35391) (1.29393) (17.8140)

D(LN_IHSG(-1)) -0.041952 0.242011 -0.334416 -0.020135 -0.030327 -0.187841 (0.02625) (0.10731) (0.55455) (0.01899) (0.05397) (0.09582)

D(LN_IPI(-1)) -0.064574 0.018337 -0.133277 -0.008452 -0.041351 -0.070032 (0.02759) (0.11279) (0.58288) (0.01996) (0.05672) (0.10071) [-2.34037] [ 0.16258] [-0.22865] [-0.42337] [-0.72899] [-0.69537]

(69)

DUMMY_1 0.005622 -0.163714 -0.031161 -0.017986 0.099218 -0.007785 (0.00852) (0.03484) (0.18004) (0.00617) (0.01752) (0.03111) [ 0.65968] [-4.69939] [-0.17308] [-2.91695] [ 5.66292] [-0.25027]

DUMMY_2 0.007244 -0.056739 0.158434 -0.010311 0.028134 0.033992 (0.00672) (0.02745) (0.14188) (0.00486) (0.01381) (0.02451) [ 1.07863] [-2.06669] [ 1.11666] [-2.12194] [ 2.03761] [ 1.38659] R-squared 0.331544 0.486529 0.620654 0.301336 0.430235 0.518523 Adj. R-squared 0.241873 0.417649 0.569766 0.207613 0.353803 0.453935 Sum sq. resids 0.014442 0.241327 6.445457 0.007560 0.061040 0.192419 S.E. equation 0.013271 0.054250 0.280363 0.009602 0.027284 0.048441 F-statistic 3.697336 7.063410 12.19649 3.215170 5.628991 8.028132 Log likelihood 279.3218 146.9699 -7.424015 309.7415 211.5772 157.6144 Akaike AIC -5.687699 -2.871699 0.413277 -6.334925 -4.246324 -3.098179 Schwarz SC -5.363023 -2.547023 0.737953 -6.010249 -3.921648 -2.773503 Mean

dependent 0.016915 0.018191 -0.110638 0.006170 -0.000851 0.003936 S.D. dependent 0.015242 0.071089 0.427432 0.010787 0.033940 0.065553 Determinant resid covariance

(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

OLEH

DINI NUR OKTAVIANTI H14060605

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(76)

Saham Gabungan dan Kredit Perbankan di Indonesia (dibimbing oleh IMAN SUGEMA).

Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, dimana pasar modal berperan sebagai lembaga intermediasi dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana melalui aktivitas investasi. Perkembangan pasar modal dapat dilihat dari salah satu indikator pasar modal yaitu instrumen saham. Saham adalah suatu bentuk penyertaan modal (equity capital) atau bukti posisi kepemilikan dalam suatu perusahaan.

Saham selain sebagai refleksi dari pasar modal, juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai komponen dalam transmisi moneter, yaitu ketika harga saham mengalami peningkatan maka pada akhirnya akan terjadi peningkatan pemberian kredit oleh bank. Dalam hal ini kredit merupakan salah satu unsur penting bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitasnya. Meningkatnya produktivitas ini diharapkan dapat menciptakan kondisi dunia usaha yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi yang pada akhirnya berimplikasi pada meningkatnya output nasional.

(77)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar bebas dan perkembangan teknologi yang pesat; investor akan menjadi mudah mengakses pasar modal di seluruh dunia. Fakta menunjukkan bahwa pasar modal merupakan salah satu indikasi perkembangan perekonomian suatu negara sehingga mengisyaratkan betapa pentingnya pasar modal di suatu negara (Setyastuti, 2004).

Gambar

Gambar 1.1. Pergerakan IHSG
Gambar 1.2. Pergerakan Pemberian Kredit dan IHSG
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Akar Unit pada First Difference
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 tahun 2004, menegaskan bahwa pemerintah pusat

Pasuruhan Kidul Rt.1 Rw.3 Kec.. Pasuruhan Kidul Rt.4

Pelibatan partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan sengketa batas daerah hendaknya dimulai ketika wacana pemekaran suatu daerah baiu dimunculkan sampai dengan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah objek yang menjadi pencilan adalah objek dengan frekuensi titik api terbesar, yaitu berada pada kelas 7, 5, dan 10

Pada pengujian sistem secara open loop berfungsi untuk mengetahui respon kecepatan plant mesin sentrifugal apabila diberikan input referensi statis dan tracking sesuai

1) Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak hendaknya dapat melakukan pembinaan kepada pegawainya melalui manajemen mutu sumber daya manusia, karena

Pemikiran ini sendiri bisa memberikan ruang yang lebih sehingga pada pembangunan tidak terlalu membutuhkan ruang yang besar namun sesuai dengan kebutuhannya.. Maka

Sistem sirkulasi secara umum yang digunakan di dalam bangunan adalah.