• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Victorsianus FK min min

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SKRIPSI Victorsianus FK min min"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI CEDERA KEPALA YANG DISERTAI FRAKTUR MANDIBULA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI

RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2014 – JUNI 2016

SKRIPSI

OLEH :

VICTORSIANUS DWI KURNIAWAN 04121004020

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

i

HALAMAN JUDUL

PREVALENSI CEDERA KEPALA YANG DISERTAI FRAKTUR MANDIBULA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI

RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2014 – JUNI 2016

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi (S.KG) Universitas Sriwijaya

OLEH :

VICTORSIANUS DWI KURNIAWAN 04121004020

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

~ (1 Korintus 13:13) ~

Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.

~ (Amsal 15:15) ~

Last but not Least !!

Kitalah yang paling mengenal diri kita, selama kita tahu itu yang terbaik menurut kita, tetap lakukan dan bawa dalam Doa. Jangan biarkan pengaruh

sekitar lebih kuat dari dalam dirimu.

~ Victorsianus D.K ~

TERUNTUK

sang Juruslamat

Yesus Kristus

+

Kedua orangtuaku tercinta

kakak, saudara dan seluruh keluarga tercinta.

Segenap dosen dan Almamater kebanggaan, Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

"PREVALENSI CEDERA KEPALA YANG DISERTAI FRAKTUR MANDIBULA

PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUP DR.MOHAMMAD

HOESIN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2014 – JUNI 2016". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

pada Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih banyak

yang sebesar-besarnya kepada semua ppihak yang turut memberikan bantuan baik

berupa pikiran maupun dukungan moral dan spiritual sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi, khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang atas cinta kasih dan pengharapan yang tak pernah

pudar kepada penulis.

2. drg. Sri Wahyuningsih Rais, M.Kes, Sp.Pros selaku kepala Program Studi

Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah

memberikan dukungan dan perizinan dalam penelitian.

3. drg. Valentino Haksajiwo, Sp.BM, M.Kes selaku pembimbing pertama yang

senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, bantuan dan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. drg. Ickman Setoaji Wibowo, M.M selaku pembimbing kedua yang senantiasa

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, bantuan dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. drg. Djamal Riza, Sp.BM atas kesediaannya menguji, membimbing, dan

memberikan saran serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. drg. Shanty Chairani, M.Si atas kesediaannya menguji, membimbing, dan

(7)

vi

7. drg. Arya Prasetya Beumaputra, Sp.Ort selaku pembimbing akademik yang

telah membimbing selama proses perkuliahan.

8. Seluruh dosen di PSKG yang telah memberi pengajaran, pendidikan, dan

pengalaman berharga.

9. Seluruh staf Tata usaha PSKG

10.Staf RSUP Dr. Mohammad Hoesin, khususnya bagian Instalasi Rekam Medik

yang telah membantu kelancaran proses administrasi dan penyampaian

informasi selama proses penyusunan skripsi ini.

11.Kedua orang tuaku tercinta dad Robertus Hendrawan & mom Mettajany

Slamet yang selalu menaruh Doa dan selalu mendukung keputusan dan

kegiatan penulis selama proses kuliah.

12.My Beloved Brother dr.Caesar Rio JP (calon SpJP) sekaligus temen berantem

masa kecil yang selalu memberikan kritikan motivasi dan doa kepada penulis.

13.Kosan Kasnariansyah & TALE team (kak Thomas, bang ruben, kak Robby,

kak Arie, Tommy, Leo, Alfa), temen Platinum Men (Febri, Hendrik, Aat,

Fadil, Afif, Feri, Haris).

14.KKN Bakung Team (Anggi, Intan, Teta, Fina, Hesti, yuknan, Ayu) udah

memberi warna dan menghiasi emosi jiwa selama kuliah.

15.Seperjuangan bidang Bedah Mulut (Elin, Karlina, Putri, Maretha).

16.Teman seangkatan dari PSKG 2012 yang telah memberi warna selama proses

kuliah.

17.Keluarga Ikatan Bujang Gadis Kampus Sumatera Selatan angkatan 2014 (bang

Dolfo, kak Panji, Agil, kak Ridho, Debby, dll) dan Koko Cici Palembang 2016

atas segala kesempatan dan kepercayaan selama proses mengembangkan diri.

18.Keluarga besar Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia

(PMKRI) cabang Palembang (Yuven, Reijefki, mas Dedi, Dian, mbak Puput,

mbak Yosefa, Kiki, bang Inro, Yogi.) dan semua temen buat pembelajaran

(8)

vii

19.Temen berawal dari Layo (Salim, bang Naufal, Umar, Rudi, Yolanda, Imam,

Yogi, Rahmat)

20.Cookmate (Catherine, Aisyah, Anggun, Mei, Nadya, Ria, Gina)

21.Semua rekan-rekan yang telah membantu proses pembuatan skripsi ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih telah memeluk saya

dengan semangat dan doa kalian

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan

skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun guna perbaikan kedepannya. Terima kasih banyak kepada semua

pihak yang telah banyak membantu selama pembuatan skripsi ini. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Palembang, Januari 2017

Penulis

(9)

viii

I.3. Tujuan Penelitian ... 4

I.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

II.1. Kepala ... 6

II.1.1. Anatomi Kepala ... 6

II.1.2. Cedera Kepala ... 9

II.1.3. Patogenesis Cedera Kepala ... 10

II.1.3.1. Metabolisme otak normal ... 10

II.1.3.2. Patogenesis cedera kepala ... 11

II.1.4. Klasifikasi Cedera Kepala ... 12

II.1.4.1. Mekanisme cedera kepala... 12

II.1.4.2. Beratnya cedera kepala ... 12

II.2. Mandibula ... 13

II.2.1. Anatomi mandibula ... 14

II.3. Fraktur Mandibula... 17

II.3.1. Definisi fraktur mandibula... 17

II.3.2. Tipe dan lokasi fraktur mandibula ... 18

(10)

ix

II.3.4. Etiologi fraktur mandibula... 22

II.3.5. Gambaran klinis fraktur mandibula ... 23

II.3.6. Radiografis fraktur mandibula ... 24

II.3.6.1 Radiografis panoramikl fraktur mandibula ... 24

II.3.6.2 Radiografis CBCT fraktur mandibula ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

III.1. Jenis Penelitian... 27

III.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

III.2.1. Waktu Penelitian ... 27

III.2.2. Tempat Penelitian ... 27

III.3. Populasi dan Sampel ... 27

III.3.1. Populasi Penelitian ... 27

III.3.2. Sampel Penelitian ... 28

III.3.3. Kriteria Inklusi ... 28

III.3.4. Kriteria Eksklusi ... 28

III.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

III.5. Definisi Operasional ... 29

III.6. Prosedur Penelitian ... 30

III.7. Analisis Data ... 30

III.8. AlurPenelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

IV.1. Hasil Penelitian ... 32

IV.1.1. Distribusi frekuensi cedera kepala disertai fraktur mandibula berdasarkan usia... 33

IV.1.2. Distribusi frekuensi cedera kepala disertai fraktur mandibula berdasarkan jenis kelamin... 34

IV.2. Pembahasan ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

V.1. Kesimpulan ... 38

V.1. Saran ... 38

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi kepala tampak depan... 7

Gambar 2.2 Anatomi kepala tampak lateral ... 8

Gambar 2.3 Anatomi Kepala Nasal Cavity tampak lateral ... 9

Gambar 2.4 Struktur anatomi mandibula tampak depan ... 15

Gambar 2.5 Struktur anatomi mandibula tampak belakang ... 16

Gambar 2.6 Struktur anatomi mandibula tampak lateral ... 17

Gambar 2.7 Tipe fraktur mandibula ... 19

Gambar 2.8 Distribusi kejadian fraktur mandibula ... 21

Gambar 2.9 Gambaran Klinis Fraktur simfisis ... 23

Gambar 2-10 Radiografi panoramik Fraktur mandibula di regio kanan kaninus.25 Gambar 2-11. Radiografi CBCT Fraktur mandibula di regio kanan kaninus. ... 26

Gambar 4-1. Persentase fraktur mandibula pada cedera kepala di RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2014-Juni 2016. . 32

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skor glasgow coma scale ... 13

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran data pasien cedera kepala dengan fraktur mandibula ... 43

Lampiran surat kesimpulan kelayakan etik ... 46

Lampiran sertifikat etik ... 47

Lampiran surat izin penelitian ... 48

Lampiran lembar pengambilan data. ... 49

Lampiran surat selesai penelitian ... 50

Lampiran contoh data penelitian ... 51

Lampiran lembar bimbingan pembimbing 1 ... 54

Lampiran lembar bimbingan pembimbing 2 ... 56

Lampiran lembar bimbingan penguji 1 ... 58

Lampiran lembar bimbingan penguji pengganti 1 ... 59

(14)

xiii

PREVALENSI CEDERA KEPALA YANG DISERTAI FRAKTUR MANDIBULA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI

RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2014 – JUNI 2016

Victorsianus Dwi Kurniawan Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab paling banyak terjadinya cedera kepala. Cedera kepala biasanya disertai fraktur di sekitar maksilofasial terutama fraktur mandibula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2014- Juni 2016 berdasarkan usia dan jenis kelamin. Penelitian ini merupakan survei deskriptif dengan desain cross-sectional. Data diperoleh dari rekam medis di Instalasi Rekam Medik. Data dicatat berdasarkan usia, jenis kelamin, cedera kepala dan fraktur mandibula. Hasilnya terdapat 78 cedera kepala yang disertai fraktur mandibula dari 512 kasus cedera kepala. Rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan dari pasien cedera kepala yang disertai fraktur mandibula adalah 3:1. Kasus cedera kepala yang disertai fraktur mandibula paling banyak ditemukan pada pasien kelompok usia 10-19 tahun.

(15)

xiv

PREVALENCE OF HEAD INJURIES WITH MANDIBULAR FRACTURE IN TRAFFIC ACCIDENTS AT RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN

AMONG JANUARY 2014 - JUNE 2016

Victorsianus Dwi Kurniawan Dentistry Study Program

Medical Faculty of Sriwijaya University

Abstract

Traffic accidents are the major causes of head injury in various countries. Head injuries is commonly associated with other maxillofacial injuries, predominantly mandibular fractures. The purpose of this study was to determine the prevalence of head injuries with fractures of the mandible in traffic accidents at the RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang on January 2014- June 2016 based on age and gender. This study used descriptive survey with a cross-sectional design. Data was obtained from medical records in the Installation Medical Record RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Data was recorded by age, gender, head injuries and presence of mandibular fracture. The result showed 78 patients with mandibular fractures of 512 cases of head injury. The male/female ratio of head injuries patients with mandibula fractures was 3:1. The highest incidence was seen in age group of 10-19 years.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penduduk Indonesia pada tahun 2010 menempati posisi ke-4 terbanyak di

dunia dengan 237.641.326 jiwa.1 Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi

yaitu sebesar 1,49 persen mengakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor

seiring memenuhi kebutuhan transportasi.2,3 Jumlah kendaraan bermotor pada tahun

2013 meningkat mencapai 10,33 persen dari tahun 2012. Pertambahan volume

kendaraan tersebut meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas.1,4

Jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia sebesar 87.020 kejadian pada

periode tahun 2006 - 2010 dengan korban sebanyak 101.354 jiwa.4 Kecelakaan lalu

lintas pada umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor. Keadaan tersebut

dikarenakan kurangnya perhatian tentang keselamatan jiwa mereka pada saat

mengendarai sepeda motor di jalan raya, seperti tidak menggunakan pelindung kepala

berupa helm, kecepatan sepeda motor melebihi batas seharusnya, rendahnya

kesadaran tentang beretika lalu lintas, penggunaan ponsel saat mengemudi, dan

kelalaian dalam berkendara yang memang belum dilaporkan secara akurat.5

Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan luka pada bagian kepala yang

mengakibatkan cedera pada kepala.6 Pada beberapa kejadian cedera tersebut ternyata

dapat secara langsung disalurkan ke daerah maksilofasial sehingga menyebabkan

(17)

2 yaitu meliputi kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat olah raga,

kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari tindakan kekerasan, akan

tetapi penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas.7,8 Fraktur yang terjadi pada

daerah maksilofasial dapat terdistribusi pada beberapa bagian seperti nasal, zigoma,

maksila, dan mandibula.8 Mandibula merupakan tulang wajah yang dapat bergerak

dan hanya terhubung dengan maksilofasial melalui temporomandibular joint (TMJ), kondisi tersebut membuat mandibula merupakan daerah yang lebih rawan terjadi

fraktur dibanding daerah lainnya.9

Menurut Andreas et al menunjukkan bahwa fraktur mandibula (36%-59%)

lebih sering terjadi dari semua fraktur maksilofasial.10 Pasien yang mengalami fraktur

mandibula yang disebabkan kecelakaan lalu lintas memiliki kemungkinan lebih besar

mengalami cedera intrakranial, paru, bahkan cedera ekstrim. Penelitian tersebut

melaporkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara fraktur mandibula dan cedera

intrakranial.7,10 Beberapa macam yang termasuk cedera kepala ialah perdarahan

intrakranial, cedera kepala tertutup (memar otak atau laserasi), atau fraktur tulang

tengkorak. Pada umumnya cedera tengkorak mengakibatkan adanya muntah,

kehilangan kesadaran dengan skor Glasgow Coma Scale (GCS) yang rendah. GCS

adalah temuan penting karena dicurigai cedera tengkorak.7

Penelitian Isik (2012) di Turkey pada 246 pasien menunjukan bahwa pria

memiliki persentase kasus cedera mandibula lebih tinggi dibanding wanita dengan

rasio 5:1 dalam rentang usia 16-60 tahun.8 Penyebab paling sering pasien mengalami

(18)

3 serangan kriminalitas dari luar. Semua pasien dengan cedera kepala yang menyertai

cedera maksilofasial dievaluasi, dan risiko mengalami cedera kepala sebesar 15,44%

dalam penelitian tersebut. Faktanya menunjukan bahwa 61% dari kasus yang terkena

cedera karena kecelakaan lalu lintas, jatuh atau cedera tembak.11 Penelitian Yadav et

al pada 63 pasien di Nepal menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka telah

mengalami kecelakaan lalu lintas (90%).6 Pria memiliki persentase kasus lebih tinggi

dibanding wanita dengan rasio 7:1. Fraktur rahang dan os nasal yang paling umum

ditemui (49,21%), diikuti oleh fraktur mandibula (38,09%). Empat puluh dua pasien

(66,67%) pasien dioperasi karena cedera kepala. Sebagian besar korban berusia

antara 15 dan 40 tahun. 6,11

Tingkat kecelakaan lalu lintas pengguna transportasi darat di kota Palembang

memilki jumlah insidensi yang cukup tinggi yaitu mencapai 4.273 kasus pada tahun

2010 dan 3.218 kasus pada tahun 2014.12 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

Hoesin adalah rumah sakit umum pendidikan kelas A milik kota Palembang yang

merupakan pusat rujukan layanan kesehatan tingkat provinsi meliputi provinsi

Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung. Hingga saat ini

belum pernah dilakukan penelitian mengenai prevalensi cedera kepala yang disertai

fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP DR.Mohammad

Hosein. Berdasarkan latar belakang di atas penulis melakukan penelitian tentang

prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu

(19)

4 I.2 Rumusan Masalah

Berapa prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada kasus

kecelakaan lalu lintas di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang Periode Januari

2014 – Juni 2016 ?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan umum :

untuk mengetahui prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula

pada kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang

Periode Januari 2014 – Juni 2016.

I.3.2 Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahui prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada

kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang Periode

Januari 2014 – Juni 2016 berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada

kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang Periode

Januari 2014 – Juni 2016 berdasarkan jenis kelamin.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi prevalensi pasien cedera

kepala yang disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP

(20)

5 Penelitian ini diharapkan juga dapat menunjukkan keterkaitan kecelakaan lalu

lintas dengan fraktur mandibula sehingga dapat mendukung untuk dilakukan

pemeriksaan mandibula lebih lanjut pada penanganan kasus kecelakaan lalu

lintas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

wawasan bagi mahasiswa kedokteran gigi serta bagi peneliti yang ingin

mengetahui lebih mendalam mengenai prevalensi cedera kepala yang disertai

fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia.

3. Bagi Institusi Kepolisian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

wawasan bagi Institusi Kepolisian mengenai prevalensi cedera kepala yang

disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu lintas di RSUP

DR.Mohammad Hosein Palembang. Tersedianya informasi ini diharapkan

institusi kepolisian dapat mencari strategi khusus guna meningkatkan proteksi

keselamatan pengguna jalan raya terutama bagian kepala.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi

masyarakat mengenai dampak dari kecelakaan lalu lintas, sehingga dapat

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kepala

Kepala adalah anggota bagian tubuh yang letaknya paling superior dari tubuh

manusia. Kepala dibagi menjadi daerah wajah, yang meliputi mata, hidung, dan

mulut, dan daerah kranial, atau tempurung, yang melindungi dan mendukung otak.13

Tulang kranial merupakan tulang kompak yang berfungsi sebagai pelindung otak

terhadap benturan. Otak ialah organ yang memiliki jutaan sel syaraf dan sangat rentan

terhadap guncangan.14

II.1.1 Anatomi Kepala

Tengkorak terdiri dari kranioserebral dan visceroserebral. Kranioserebral

terdiri dari oksipital, sphenoid, frontal, dan tulang ethmoid dan sepasang tulang

temporal dan parietal.13 Visceroserebral dibentuk oleh sepasang maksila, konka

rendah, palatum, zigomatik, nasal, tulang lakrimal, sepasang vomer, mandibula,

ethmoid dan tulang hyoid. Salah satu anatomi kepala tampak depan seperti os

frontale.15 Tulang frontal membentuk sisi anterior dari tengkorak dan bertugas

melindungi otak. Tulang frontal terdiri dari skuama frontalis dan orbitalis ditunjukkan

(22)

7 Gambar 2-1. Anatomi kepala tampak depan.16

Anatomi kepala tampak lateral memperlihatkan seperti tulang oksipital

membentuk sisi posterior dan inferior dari tengkorak dan bertugas melindungi otak,

tulang parietal membentuk sisi paling superior dan terletak di tengah antara tulang

frontal dengan tulang oksipital.16 Tulang temporal merupakan sepasang tulang yang

kompleks karena fungsi tidak hanya untuk melindungi otak tetapi juga melindungi

telinga, sedangkan tulang spenoidal terletak di sebelah anterior tulang temporal dan di

belakang bola mata sebagai pembentuk lingkaran bola mata.13 Tulang etmoidal

merupakan tulang yang terletak di sebelah anterior tulang temporal dan di belakang

bola mata sebagai pembentuk lingkaran bola mata, dan tulang vomer berbentuk segi

empat dan terletak di tengah cavum nasi.17 Tulang mandibula merupakan tulang

(23)

8 pada tengkorak yang dapat bergerak. Anatomi kepala tampak lateral ditunjukkan pada

gambar 2-2.

Gambar 2-2. Anatomi kepala tampak lateral.18

Anatomi kepala tampak lateral pada kavitas nasal dapat memperlihatkan

seperti tulang zigomatikum adalah tulang yang membentuk wajah terutama pipi dan

juga berfungsi melindungi mata.13,15 Tulang maksila terdiri dari 2 tulang yang bersatu

pada midline membentuk rahang atas dan terletak di bawah orbita dan di atas

mandibula, sedangkan tulang lakrimal merupakan tulang terkecil pada wajah dan

terletak pada sebelah medial dari kantong bola mata.19,20 Tulang nasal merupakan

(24)

9 kantong mulut terdapat palatum. Anatomi kepala tampak lateral pada kavitas nasal

ditunjukkan pada gambar 2-3.

Gambar 2-3. Anatomi kepala nasal cavity tampak lateral.18

II.1.2 Cedera Kepala

Kepala memiliki peran dan fungsi yang sangat vital bagi manusia yaitu

mengatur regulasi seluruh kerja tubuh baik yang disadari maupun tidak disadari.13

Bila terjadinya cedera pada kepala, dapat mempengaruhi gangguan pada manusia.14

Cedera kepala (Trauma kapitis) adalah cedera yang terjadi pada kepala yang dapat

menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tempurung kepala,

selaput otak, jaringan otak bahkan kombinasi dari masing-masing bagian itu

(25)

10 Sampai sekarang belum ada definisi yang mencakup seluruh rumusan cedera

kepala, tetapi Strubb mengemukakan dua pandangan pokok yang penting yaitu :

1. Cedera yang disebabkan adanya benturan pada kepala atau akselerasi deselerasi

yang tiba-tiba dari otak di dalam rongga tengkorak.

2. Gangguan fungsi saraf yang segera terjadi setelah cedera. Gangguan fungsi saraf

tersebut secara klinis dapat berwujud berbagai macam bentuk, namun kehilangan

kesadaran sering kali merupakan gambaran utama.22

Pada kepentingan klinis, perlu ditegaskan kasus-kasus yang dapat

digolongkan pada kasus kranioserebral. Temuan-temuan yang digolongkan ke dalam

kasus cedera kepala adalah :

a. Adanya riwayat benturan pada kepala

b. Laserasi kulit kepala atau dahi

c. Penurunan kesadaran walaupun singkat.23

II.1.3 Patogenesis Cedera Kepala II.1.3.1 Metabolisme otak normal

Otak memiliki berat 1200 -1400 gram (2%) dari berat badan tubuh manusia.

Pada keadaan istirahat otak memerlukan oksigen sebesar 20% dan glukosa sebesar

70% dari kebutuhan total tubuh manusia.24 Menjalankan aktivitas metabolik

memerlukan asupan dari aliran darah yang konstan sehingga otak menerima asupan

nutrisi yang teratur dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang tinggi. Bila terjadi

(26)

11 gangguan jaringan otak yang bervariasi mulai dari kerusakan hingga kematian sel

tersebut.25 Keadaan normal aliran darah otak pada orang dewasa antara

50-55 mL/100 gr otak/menit dan bila aliran darah otak turun hingga kurang dari

18 ml/100 gr otak/menit merupakan ambang bawah gagalnya pompa ion.25,26

II.1.3.2 Patogenesis cedera kepala

Benturan kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :

a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak.

Trauma tersebut bisa menimbulkan kompresi dan regangan pada sisi benturan

sehingga dapat merobek jaringan tersebut.14

b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam

Benturan tersebut menyebabkan perlambatan secara tiba-tiba pada otak. Pada

otak sisi benturan terjadi tekanan tinggi sedangkan pada sisi berlawanan terjadi

tekanan negatif dan rongga sehingga dapat terjadi robek pada sisi tersebut.13

c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena menyender pada benda lain dibentur

oleh kepala yang bergerak (kepala tergencet).

Benturan tersebut biasanya menyebabkan hancurnya tulang kepala dan bila keras

(27)

12 II.1.4 Klasifikasi Cedera Kepala

Terdapat berbagai aspek dalam mengklasifikasikan cedera kepala. Secara

praktis cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan mekanisme dan beratnya cedera

kepala.

II.1.4.1 Mekanisme Cedera Kepala

Berdasarkan mekanisme cedera kepala dibagi atas :

a. Cedera benda tumpul

1. Kecepatan tinggi berhubungan dengan kecelakaan motor-mobil

2. Kecepatan rendah yang biasanya karena jatuh dari ketinggian atau dipukul

dengan benda tumpul.22

b. Cedera kepala tembus

Penetrasi selaput dura menentukan cedera tersebut tembus atau tumpul. Cedera

ini disebabkan cedera peluru atau cedera tusukan.13,27

II.1.4.2 Beratnya cedera kepala

Glasgow Coma Scale (GSC) digunakan untuk menilai secara kuantitatif

kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam mendeskripsikannya beratnya

penderita cedera kepala.24 Penilaian GCS terdiri atas 3 komponen diantaranya respon

(28)

13 Tabel 2-1. Skor Glasgow Coma Scale23

Respon Skor

Membuka mata

Membuka mata spontan 4

Buka mata bila ada rangsangan atau sentuhan 3

Buka mata bila ada rangsangan nyeri 2

Tidak buka mata sama sekali 1

Motorik

Mengikuti perintah 6

Mampu melokalisasi nyeri 5

Reaksi menghindari nyeri 4

Flexi abnormal 3

Ekstensi abnormal 2

Tidak ada respon sama sekali 1

Verbal

Orientasi baik 5

Kebingungan (tidak mampu berkomunikasi) 4

Hanya ada kata, tidak berbentuk kalimat (teriakan) 3

Hanya ada suara berupa erangan 2

Tidak ada respon sama sekali 1

Berdasarkan skor GCS, beratnya cedera kepala dibagi atas:

a) Cedera kepala ringan : GCS 14-15

b) Cedera kepala sedang : GCS 09-13

c) Cedera kepala berat : GCS 3-8

II.2 Mandibula

Mandibula merupakan tulang wajah yang paling besar dan kuat sebagai

pembentuk wajah serta satu-satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak.29

(29)

14 adalah tulang pipih berbentuk huruf U dengan mekanisme pertumbuhan melalui

proses osifikasi endokondral dan intramembranous atau aposisi periosteal.9

Mandibula terdiri dari dua tulang yang simetris yang berfungsi pada midline

di area simfisis. Lokasi utama pertumbuhan mandibula yaitu aposisi endokondral

pada tulang rawan kondilus dan aposisi intramembranous pada aspek posterior.30

Pertumbuhan panjang mandibula merupakan aposisi di posterior ramus dan resorpsi

pada permukaan anterior sedangkan pertumbuhan lebar mandibula adalah aposisi

pada distal mandibula dan resorpsi pada medial: 31

Pertumbuhan mandibula dimulai pada usia minggu ke-6 prenatal dengan

terbentuknya kartilago meckel dilanjutkan kondilus mandibula tumbuh secara

horizontal memanjang sedangkan pada anak – anak tumbuh secara vertikal sehingga

kondilus tumbuh meninggi.30 Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir

masa remaja sekitar usia 20 tahun.31

II.2.1 Anatomi mandibula

Mandibula terletak pada sepertiga inferior wajah. Secara garis besar

mandibula dibagi menjadi korpus mandibula, processusalveolaris, ramus mandibula,

processus coronoideus, sudut mandibula, dan kondilus.29 Struktur anatomi mandibula

tampak depan meliputi kondilus dan koronoideus yang terletak paling superior dan

posterior sebagai perlekatan mandibula terhadap temporo mandibular joint (TMJ) dan

maksila.18 Ramus mandibula yang merupakan sebagai origo hampir seluruh musculus

(30)

15 pada bagian bukal berisi pembuluh darah dan nervus alveolaris inferior, korpus

mandibula yang terletak di bagian anterior mandibula kiri dan kanan bergabung pada

midline membentuk tulang berbentuk huruf "U" pada gambar 2-4.33

Keterangan:

Gambar 2-4. Struktur anatomi mandibula tampak depan.18

Struktur anatomi mandibula tampak belakang meliputi colum, lingula, sulcus

mylohyoideus yang merupakan alur sempit pada sisi mesial ramus sebagai tempat

nervus dan arteri mylohyoideus, caput, foramen mandibula yang terdapat kanalis dan

dilalui oleh nervus dan vena alveolaris inferior dan nervus mandibularis, fossa

digastricus, spina mentale, fovea sublingualis, fovea sublingualis, tuberositas

(31)

16

Gambar 2-5. Struktur anatomi mandibula tampak belakang.18

Struktur anatomi mandibula tampak lateral meliputi tuberositas messeterica

yang terletak di lateral sudut mandibula yang merupakan tempat perlekatan serat

musculus masseter, fovea pterygoideus, incisura mandibula. Incisura mandibula

merupakan fossa antara ramus mandibula dengan processus coronoideus dan

processus kondilussebagai tempat lewatnya nervus masseter dan arteri masseter pada

(32)

17 Gambar 2-6. Struktur anatomi mandibula tampak lateral.18

II.3 Fraktur Mandibula

II.3.1 Definisi fraktur mandibula

Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada

mandibula. Hilangnya kontinuitas pada mandibula dapat disebabkan trauma ataupun

keadaan patologis lainnya yang berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar.34

Mandibula sering mengalami fraktur karena posisi anatomi yang lebih menonjol

sehingga menjadi area yang mudah mendapat benturan.29 Daerah mandibula yang

paling sering fraktur adalah kondilus, korpus, angulus, diikuti oleh daerah

parasimfisis, ramus, processuscoronoid, dan processus alveolaris.35 Fraktur kondilus

banyak ditemukan pada anak–anak, sedangkan fraktur angulus lebih sering

ditemukan pada remaja atau dewasa muda.10 Penyebab paling umum fraktur

mandibula adalah trauma fisik, jatuh, dan trauma olahraga. Fraktur mandibula sering

terjadi pada individu berusia 16 – 35 tahun, dan berdasarkan jenis kelamin, fraktur

mandibula pada pria tiga kali lebih sering daripada wanita.34,35

(33)

18 II.3.2 Tipe dan lokasi fraktur mandibula

Secara umum fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan

terminologi, yaitu:

1) Tipe fraktur35

a. Simple fracture atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan lunak

yang terkena tidak terbuka.

b. Compound fracture atau fraktur terbuka, yaitu keadaan fraktur yang posisi

fragmen terkontaminasi dengan jaringan sekitar, yakni jaringan lunak seperti kulit

dan mukosa hingga udara,36

c. Comminuted fracture, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang

diakibatkan oleh trauma yang hebat sehingga mengakibatkan tulang hancur

berkeping – keping disertai kehilangan jaringan yang parah.

d. Greenstick fracture, yaitu fraktur tidak sempurna yang terjadi hanya unilateral dari

satu sisi tulang. Fraktur tersebut sering dijumpai pada anak – anak.37

Tipe fraktur ditunjukkan pada gambar 2-7.

Gambar 2-7. Tipe fraktur mandibula. A. Greenstick B. Simple C. Comminuted D.

(34)

19 2) Lokasi Fraktur

Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada lokasi anatomis dapat terjadi

pada daerah – daerah sebagai berikut:35

a. Dentoalveolar

Fraktur dentoalveolar terdiri dari avulsi dan fraktur gigi dengan atau tanpa

disertai fraktur alveolar. Fraktur tersebut dapat ditemukan sebagai satu –

satunya fraktur yang terjadi pada mandibula, dapat pula berkombinasi atau

berhubungan dengan fraktur di bagian lain pada mandibula.

b. Kondilus

Fraktur kondilus dapat terjadi secara intrakapsul, tetapi lebih sering terjadi

secara ekstrakapsul, dengan atau tanpa dislokasi kepala kondilus. Fraktur

pada daerah tersebut biasanya gagal terdeteksi melalui pemeriksaan

sederhana.37

c. Coronoid

Fraktur processus coronoid jarang terjadi, dan biasanya ditemukan saat

dilakukannya operasi kista besar. Fraktur tersebut sulit terdiagnosis secara

pasti pada pemeriksaan klinis.

d. Ramus

Otot pterygoimasseter menghasilkan efek splinting yang kuat sehingga

(35)

20 e. Angulus

Daerah tersebut umumnya sering mengalami fraktur karena tulang pada

daerah tersebut lebih tipis jika dibandingkan dengan tulang pada daerah

korpus. Tingginya insidensi impaksi molar ketiga menyebabkan daerah

tersebut menjadi lemah.

f. Korpus mandibula

Keberadaan gigi kaninus pada kasus fraktur menyebabkan daerah tersebut

menjadi lemah. Impaksi gigi molar ke tiga juga berhubungan dengan

kejadian fraktur ini.38

g. Simfisis dan parasimfisis

Fraktur pada daerah simfisis dan parasimfisis jarang terjadi. Ketebalan

mandibula pada daerah tersebut menyebabkan fraktur pada daerah simfisis

dan parasimfisis hanya berupa keretakan halus. Keadaan tersebut akan

menghilang jika posisi tulang tetap stabil dan oklusi tidak terganggu.

3) Pola Fraktur37

a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi

mandibula saja.

b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat kombinasi

trauma langsung dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi

(36)

21 c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur yang bisa terdapat

dua atau lebih garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50

persen fraktur mandibula adalah fraktur multipel.

II.3.3 Prevalensi fraktur mandibula

Menurut Chang (2008) daerah paling banyak terjadi fraktur pada mandibula

adalah regio kondilus-subkondilus (29,1%), angulus (24,5%), simfisis (22%), korpus

(16%), dentoalveolar (3,1%), ramus (1,7%), dan coronoid (1,3%) ditunjukkan pada

gambar 2-8.38

Gambar 2-8. Distribusi kejadian fraktur mandibula 38

II.3.4 Etiologi fraktur mandibula

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi fraktur mandibula lebih

sering pada laki – laki daripada perempuan kelompok usia dewasa 18-40 tahun

(37)

22 Etiologi dari fraktur mandibula berhubungan dengan tingkat sosial dan usia.

Sebagai contoh di negara Belanda mayoritas penduduk menggunakan sepeda sebagai

sarana transportasi, sehingga kecelakaan bersepeda merupakan faktor penyebab

utama dari fraktur mandibula.7 Selain itu, di New York Amerika memiliki jumlah

penduduk yang sangat padat dengan penggunaan kendaraan yang rendah

mengakibatkan kebanyakan kejadian disebabkan oleh kecelakaan individual seperti

terjatuh atau aksi kriminalitas.30,37 Indonesia menunjukkan kecelakaan lalu lintas

merupakan penyebab terbanyak dari fraktur mandibula.4

Etiologi yang paling sering adalah adanya kekerasan atau kecelakaan lalu lintas

dengan persentase kejadian fraktur mandibula adalah sebagai berikut:32

a. Kecelakaan berkendara 43%)

b. Serangan atau kekerasan (34%)

c. Kecelakaan kerja (7%)

d. Trauma olahraga (7%)

e. Lain – lain (5%)

II.3.5 Gambaran klinis fraktur mandibula

Pemeriksaan klinis fraktur mandibula meliputi pemeriksaan subjektif dan

objektif. Pemeriksaan subjektif yang berkaitan dengan fraktur mandibula biasanya

adalah rasa sakit, kesulitan artikulasi dan mastikasi.10 Keadaan tersebut tergantung

pada kondisi fraktur baru terjadi atau sudah lama karena pembengkakan bisa terjadi

(38)

23 tepi mandibula dapat menunjukkan step deformity apabila edema dan hematoma tidak

parah. Pemeriksaan pada rongga mulut sering menunjukkan terputusnya kontinuitas

bidang oklusal pada bagian yang mengalami fraktur.32

Gambaran klinis fraktur mandibula diantaranya, sering terdapat gangguan

oklusi dari ringan sampai berat. Mobilitas fragmen bisa terlihat pada waktu pasien

menelan sesuatu, atau menggerakkan mandibula.39 Gerakan membuka mulut pada

fraktur subkondilar unilateral mengakibatkan penyimpangan ke arah bagian yang

cedera karena ketidakseimbangan kerja otot pterygoideus lateral. Kasus fraktur

subkondilar bilateral, sering ditemukan open bite ditunjukkan pada gambar 2-9.

Gambar 2-9. Gambaran klinis Fraktur simfisis.40

II.3.6 Radiografis fraktur mandibula

Pemeriksaan penunjang seperti radiografi panoramik dan Cone beam

computed tomography (CBCT) diperlukan untuk mempertegas gambaran fraktur

mandibula.41 Gambaran radiografis akan memberikan gambaran mengenai lokasi,

(39)

24 II.3.6.1 Radiografis panoramik fraktur mandibula

Garis fraktur pada gambaran rontgen mungkin akan terlihat double, cara

membuktikan bahwa itu merupakan fraktur tunggal adalah dengan melihat bahwa

kedua garis tersebut akan saling bertemu pada ujung – ujungnya.42 Tanda radiografi

dari fraktur mandibula dinilai dari tulang alveolar, badan mandibula, dan kondilus

mandibula, yaitu:

1) Tulang alveolar43

a. Garis radiolusen di alveolar yang tajam, uncorticated, dan terkadang

bergerigi.

b. Sebagian besar garis fraktur horizontal.

c. Segmen gigi tidak pada tempatnya.

d. Pelebaran ruang ligamen periodontal.

e. Mungkin dikaitkan dengan fraktur akar gigi.

2) Badan mandibula

a. Belahan garis terlihat pada gambaran radiografis jika arah sinar-X sejajar

dengan garis fraktur.

b. Belahan garis tidak jelas terlihat jika arah sinar-X tidak sejajar garis fraktur.

c. Step defect.

d. Kepala kondilus sering retak.

3) Kondilus mandibula

a. Kepala kondilus terpotong.

(40)

25 c. Pola trabekula tumpang tindih terlihat sebagai peningkatan radiopak.

d. Deviasi mandibula ke sisi yang terkena jarang terjadi, kepala kondilus

mempertahankan posisi.

Radiografi panoramik fraktur mandibula ditunjukkan pada gambar 2-10.

Gambar 2-10. Radiografi panoramik Fraktur mandibula di regio kanan kaninus.41

II.3.6.2 Radiografis CBCT fraktur mandibula

Gambaran Cone beam computed tomography (CBCT) melengkapi

keterbatasan radiografi konvensional panoramik.42 Gambaran yang dihasilkan CBCT

berupa 3 dimensi dan dapat dilihat dari berbagai bidang seperti bidang horizontal,

median, dan coronal.41 Hasil berupa digital dapat dilihat secara langsung di komputer.

(41)
(42)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei deskriptif dengan

pendekatan cross sectional untuk melihat gambaran kasus cedera kepala yang disertai

fraktur mandibula di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang periode Januari 2014

– Juni 2016.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian III.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang.

III.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tanggal 21 Oktober - 4 November 2016.

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien cedera kepala yang berobat ke RSUP

(43)

28

III.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah pasien cedera kepala yang berobat ke RSUP

DR.Mohammad Hosein Palembang yang telah tercatat sesuai kriteria penelitian pada

rekam medik pasien dalam periode Januari 2014 – Juni 2016.

III.3.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah rekam medik pasien cidera kepala

yang disertai fraktur mandibula dan disebabkan karena kecelakaan lalu lintas.

III.3.4 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah data rekam medik pasien cedera

kepala yang pencatatan rekam medik pasien tidak terdapat cedera kepala dan tidak

disebutkan etiologinya.

III.4 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan

semua rekam medik pasien kasus cedera kepala pada kasus kecelakaan lalu lintas di

(44)

29

III.5 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Observasi Rekam medik pasien RSUP

(45)

30

III.6 Prosedur Penelitian III.6.1 Ethical Clearance

Penelitian ini telah mendapatkan sertifikat persetujuan etik (ethical approval

certificate) dengan No. 243/kepkrsmhfkunsri/2016 yang dikeluarkan oleh Komisi

Etik Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin dan Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya pada tanggal 21 September 2016.

III.6.2 Prosedur Pengumpulan Data

1. Data yang dikumpulkan berasal data sekunder.

2. Data diambil dari rekam medis di Instalasi rekam medik RSUP DR.Mohammad

Hosein Palembang periode Januari 2014 – Juni 2016.

3. Kemudian dilakukan pencatatan sampel berupa nomor rekam medik, usia, jenis

kelamin, etiologi, dan ada atau tidaknya fraktur mandibula pada pasien cedera

kepala yang terdapat dalam pemeriksaan fisik.

4. Selanjutnya data dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Usia

dikelompokkan dalam rentang 10 tahun, yaitu : 0-9, 10-19, 20-29 tahun... dan

seterusnya.44

III.7 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan

memaparkan data secara numerik dan grafis (dalam bentuk tabel dan grafik)

prevalensi fraktur mandibula di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang periode

(46)

31

III.8 Alur Penelitian

Lulus Uji Etik

Izin Pengumpulan Data

Rekam medik pasien RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang

periode Januari 2014 – Juni 2016

Pengumpulan data

Penghitungan prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula di RSUP DR.Mohammad Hosein Palembang

Tabulasi dan Penyajian Data

Pembahasan data secara deskriptif

(47)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat jumlah 78 pasien cedera

kepala yang disertai fraktur mandibula dari 512pasien cedera kepala yang disebabkan

kecelakaan lalu lintas atau sebesar 15,2% dengan data rekam medik yang lengkap.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 21 Oktober - 4 November 2016. Hasil

penelitian digambarkan pada gambar 4-1.

Gambar 4-1. Persentase fraktur mandibula pada cedera kepala di RSUP DR.Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2014-Juni 2016.

15,2%

84,8%

dengan Fraktur Mandibula

(48)

33 IV.1.1 Distribusi frekuensi cedera kepala disertai fraktur mandibula

berdasarkan usia.

Fraktur mandibula dapat terjadi pada berbagai kelompok usia. Penelitian ini

mengkategorikan usia menjadi beberapa kelompok yang ditunjukkan pada tabel 4-1.

Tabel 4-1. Persentase cedera kepala yang disertai fraktur mandibula berdasarkan

usia.

Tabel 4-1 menunjukkan bahwa pasien cedera kepala yang disertai fraktur

mandibula tersebar paling banyak pada kelompok usia 10-19 tahun sebanyak 29

kasus diikuti kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 14 kasus. Pada penelitian ini,

ditemukan pasien fraktur mandibula dengan usia termuda yaitu 4 tahun dan usia

(49)

34 IV.1.2 Distribusi frekuensi cedera kepala disertai fraktur mandibula

berdasarkan jenis kelamin

Kasus cedera kepala yang disertai fraktur mandibula karena kecelakaan lalu

lintas berdasarkan jenis kelamin di RSUP DR.Mohammad HoesinPalembang Periode

Januari 2014 – Juni 2016 paling banyak ditemukan pada laki-laki yakni 60 kasus

(76,9%) sedangkan pada perempuan sebanyak 18 kasus (23,1%).

Persentase fraktur mandibula berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

gambar 4-2.

Gambar 4-2. Persentase fraktur mandibula berdasarkan jenis kelamin.

IV.2 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan menggunakan data Instalasi rekam medik RSUP

DR.Mohammad Hoesin Palembang menunjukkan bahwa kasus pasien cedera kepala

yang disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu lintas sebesar 78 dari 512

kasus (15,2%). Etiologi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula disebabkan

23%

77%

Perempuan

(50)

35 oleh banyak hal, namun penyebab paling tinggi adalah yang disebabkan oleh

kecelakaan sepeda motor sebanyak 10 kasus (43,47%), diikuti oleh kecelakaan mobil

sebanyak 4 kasus (17,39%), jatuh dari ketinggian sebanyak 3 kasus (13,04%),

kecelakaan sepeda dan luka tembak sebanyak masing-masing 2 kasus (8,69%).45

Cedera kepala dapat secara langsung berdampak ke daerah maksilofasial

sehingga menyebabkan fraktur. Mandibula merupakan tulang wajah yang paling

rawan fraktur dibanding daerah lainnya karena dapat bergerak dan hanyaterhubung

dengan maksilofasial melalui temporomandibular joint (TMJ).46 Fraktur pada daerah maksilofasial dapat juga terjadi di bagian lain seperti nasal, zigoma, dan maksila.8

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Isik di Turki

bahwa terdapat 15,09% cedera kepala yang disertai fraktur mandibula.8 Hasil yang

lebih tinggi ditemukan di Nepal pada penelitian oleh Yadav et al yang melaporkan

bahwa terdapat 38,09% fraktur mandibula pada pasien cedera kepala.6

Penelitian ini mendapatkan bahwa kategori usia yang paling banyak

mengalami cedera kepala yang disertai fraktur mandibula adalah kelompok usia 10 –

19 tahun yaitu sebanyak 29 dari 78 pasien atau sebesar 37,5%. Penelitian ini sejalan

dengan yang dilakukan oleh Yadav bahwa pasien cedera kepala yang disertai fraktur

mandibula paling banyak pada kelompok usia 15 – 40 tahun dengan 76,19% dari 63

kasus.6 Penelitian di Brazil oleh Martini menunjukan bahwa usia pasien cedera kepala

yang disertai fraktur mandibula berkisar antara 3 sampai 72 tahun. Insiden tertinggi

cedera kepala yang disertai fraktur mandibula terjadi pada kelompok usia 21-40 tahun

(51)

36 produktif yang memang pada kelompok usia tersebut memiliki mobilitas yang tinggi

sehingga aktivitas berkendara meningkat dan risiko terjadi kecelakaan juga

meningkat.47 Kelompok usia 20-40 tahun adalah fase yang paling aktif dalam hidup

secara fisik dan sosial bahkan dalam tingginya angka pengguna jalan raya.48

Berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini, dari 78 pasien cedera kepala

yang disertai fraktur mandibula, terdapat 60 orang laki-laki atau 76,9% dan 18 orang

perempuan atau 23,1% atau dengan rasio ± 3 : 1. Penelitian ini sejalan dengan di

India oleh Yadav menunjukkan bahwa kasus cedera kepala yang disertai fraktur

mandibula didominasi oleh laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan

perempuan yaitu 7:1.6 Christensen HH et al mengatakan hal tersebut dikarenakan

bahwa perempuan lebih banyak di rumah dalam beraktivitas sehingga lebih sedikit

mengalami kecelakaan dan kekerasan fisik.47 Tingkat kecepatan laki-laki dalam

menginisiasi sebuah keputusan lebih cepat dan berani untuk berspekulasi, sementara

perempuan mengutamakan risiko tindakan sehingga sangat berhati-hati dalam

menginisiasi keputusan.49 Hal inilah yang menyebabkan bahwa laki-laki lebih sering

mengalami kecelakaan lalu lintas yang berdampak pada cedera kepala yang disertai

fraktur mandibula.

Pada penelitian ini terdapat 720 pasien cedera kepala yang tercatat dalam data

di komputer Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin, namun hanya

ditemukan sebanyak 512 data secara fisik. Hal tersebut dikarenakan penyimpanan

rekam medis yang kurang baik sehingga banyak data yang hilang dan adanya proses

(52)

37 pemerintah melalui PERMENKES No. 269/MenKes/Per/III/2008: tentang REKAM

MEDIS pada pasal 8 ayat 1 yang berbunyi "Rekam medis pasien rawat inap di rumah

sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima)

tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan" dan pasal 8

ayat 2 yang berbunyi "Setelah batas waktu 5 (lima) tahun dilampaui rekam medis

dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik".

Penyimpanan rekam medis yang baik akan mempermudah proses penelusuran data

sehingga hasilnya dapat lebih akurat dan cepat.

Kekurangan dari rekam medis yang ditemukan bahwa tidak lengkapnya

penulisan jenis dan lokasi dari fraktur mandibula. Ketidaklengkapan penulisan rekam

medis dapat disebabkan karena pemeriksaan dan penatalaksanaan pada pasien

dilakukan oleh bukan oleh dokter gigi. Kondisi tersebut disebabkan karena

terbatasnya atau kurangnya jumlah dokter gigi maupun dokter spesialis bedah mulut

(53)

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian di RSUP DR.Mohammad Hoesin

Palembang periode Januari 2014 – Juni 2016, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula sebanyak 78 kasus dari 512

kasus cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas.

2. Prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu

lintas berdasarkan usia pasien paling banyak terjadi pada usia produktif 10-19 tahun

yakni 29 kasus (37%) dan paling sedikit pada usia 80-89 tahun yakni 1 kasus (1,3%).

3. Prevalensi cedera kepala yang disertai fraktur mandibula pada kasus kecelakaan lalu

lintas berdasarkan jenis kelamin pasien paling sering ditemukan pada laki-laki

sebanyak 60 kasus (76,9%) sedangkan pada perempuan sebanyak 18 kasus (23,1%).

V.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi cedera kepala dan fraktur

mandibula di rumah sakit lainnya di Indonesia.

2. Perlu dilakukan penataan administrasi dan pencatatan yang lebih lengkap mengenai

isi rekam medis di RSUP DR.Mohammad Hoesin Palembang sehingga informasi

(54)

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik Nasional. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis tahun 1987-2013 [Internet]. 2016 [updated 2014 Dec 05; cited 2016 Feb 16]. Available from: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/ view/id/1413.

2. Memperkuat perekonomian nasional di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global. Bank Indonesia: 2011.

3. Sengkey SL, Jansen F, Wallah S. Tingkat pencemaran udara CO akibat lalu lintas dengan model prediksi polusi udara skala mikro. Jurnal Ilmiah Media Engineering. 2011;1(2):119-26.

4. Wedasana AS. Analisis daerah rawan kecelakaan dan penyusunan database berbasis sistem informasi geografis [MT thesis]. Denpasar: Universitas Udayana; 2011.

5. Numberi F. Buku statistik perhubungan 2010. Jakarta: Kementerian Perhubungan; 2011. p. 77.

6. Yadav SK, Mandal KB. Maxillofacial trauma with head injuries at a tertiary care hospital in Chitwan, Nepal: clinical, medico-legal, and critical care concerns. Turk J Medical Science. 2012;42(2):1505-12.

7. Krishnan DG. Systematic assessment of the patient with facial trauma. Oral Maxillofac Surg Clin N Am. 2013;25(4):537–44.

8. Isik D, Gonullu H, Karadas S. Presence of accompanying head injury in patients with maxillofacial. TJTES. 2012;18(3):200-6.

9. Zanicotti RTS, Silva WPP, Schussel JL, Dissenha JL, Sassi LM. Pathological fracture of mandible associated to osteoradionecrosis with necrotic bone and reconstruction plate exposure, case report. Dentistry. 2014; doi:10.4172/2161-1122.

10.Andreas ZJ, Benoit S, Olivier L, Nikola S, Hanna T, Tateyuki I. Incidence, aetiology and pattern of mandibular fractures in Central Switzerland. Swiss Med Weekly: 2011;15:721-7.

11.M Tandle R, N Keoliya A. Patterns of head injury in fatal road accidents in a rural district of maharashtra-autopsy based study. J Indian Acad Forensic Med. 2011;33(3):228-31.

12.Ditjen Perhubungan Darat. Profil dan kinerja perhubungan darat propinsi Sumatera Selatan 2013. [Internet]. 2016 [updated 2014; cited 2016 Mar 18]. Available from : http://hubdat.dephub.go.id/data-a-informasi/profil-hubdat-per-provinsi/pulau-sumatera/tahun-2014/1703-profil-kinerja-prov/download.

(55)

40 14.Panagopoulos D, Alexiou GA, Kipriotis D, Prodromou N. Cranial gunshot injury

in a child. TONEUROSJ. 2011;4:16-7.

15.Olivier JC, Vlijmen V, Frits A. Measurements on 3d models of human skulls derived from two different cone beam CT scanners. Clin Oral Invest. 2010;15:721-7.

16.Margaret JF, Susan WH. Illustrated anatomy of the head and neck. 4th Ed. St.Louis Missouri: Elsevier. 2012. p. 40.

17.Bastir M, Rosas A, Ohiggins P. Craniofacial levels and the morphological maturation of the human skull. J Anat. 2006;209:637-54.

18.Putz R, Pabst R. Sobotta atlas anatomi manusia jilid 1 [Suyono YJ, alih bahasa]. Ed 22. Jakarta: EGC; 2006. p. 46.

19.Uysal T, Usumez S, Memili B, Sari Z. Dental and alveolar arch widths in normal occlusion and class 3 malocclusion. Angle Orthod. 2005;75(5):809-13.

20.Schrader S, Wedel T, Kremling C, Laqua H, Geerling G. Amniotic membrane as a carrier for lacrimal gland acinar cells. Graefe's Arch Clin Exp Ophthalmol.

2007; 245:1699-704.

21.Mark SD, Kim S, Kathy G, Paula M, Veetai L. Preventing abusive head trauma among infants and young children: a hospital based, parent education program. Pediatrics. 2005;115(4):470-7.

22.Markam S, Atmadja DS, Budjanto A. Cedera tertutup kepala. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2004. p. 24-8

23.Choonthar MM, Raghothaman A, Prasad R, Pradep S, Pandya K. Head injury-a maxillofacial surgeon's perspective. JCDR. 2016;10(1):1-6.

24.Neils HS, Thomas S, Johannes JVL. Cerebral blood flow and metabolism during exercise: implications for fatigue. J Appl Physiol. 2008;104:306-14.

25.Ainslie PN, Barach A, Murrell C, Hamlin M, Hellemans J, Ogoh S. Alterations in cerebral autoregulation and cerebral blood flow velocity during acute hypoxia: rest and exercise. J Physiol Heart Circ. 2006;292:976-83.

26.Takeuchi H, Taki Y, Hashizume H, Sassa Y, Nagase T, Nouchi R, et al. Cerebral blood flow during rest associated with general intelligence and creativity. PLoS ONE. 2011;6(9):255-64.

27.Narayan RK, Wilberger JE, Povlishock JT. General principle of head injury management. J Neurotrauma. 2006:43(3):71-5.

(56)

41 29.Thomson H. Oklusi (Kedokteran gigi) [Suta T, Juwono L, alih bahasa]. Ed 2.

Jakarta: EGC; 2007. p. 154-65.

30.Elsabaa HM. Development and growth of the mandible. Or Biol. 2013;14:275-9. 31.Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 4th Ed.

St.Louis Missouri: Elsevier; 2007. p. 158.

32.Barrera JE, Batuello SG, Talavera F, Meyers AD, Ramadan HH. Mandibular angle fractures. Medscape.2015; 12:43-51.

33.Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. [Purwanto, alih bahasa]. Jakarta: EGC, 1996: 236-7.

34.White SC, Pharoah MJ. Oral radiology: principles and interpretation. Canada: Elsevier; 2014. p. 570.

35.Fonseca RJ, Walker RV. Oral and maxillofacial trauma. 2nd Ed. Michigan: Elsevier;1997. p. 131.

36.Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 5th Ed. St. Louis Missouri: Elsevier; 2008. p. 500.

37.Singh BR, Prakash S, Khare P, Kinikar K, Thakral A, Kashyap B. Incidence, etiology and pattern of mandibular fracture in CIMS India. J Evid Based Med Health. 2015;2(40):6813-9.

38.Chang EW. Mandibular fractures, general principles and occlusion [internet]. 2008. [cited 2016 Jun 16]. Available from: http://emedecine.medscape.com/ article/148358-media.

39.Tatsumi H, Nakatani E, Kanno T, Nariai Y, Kagimura T, Sekine J. Clinical features and treatment modes of mandibular fracture at the department of oral and maxillofacial surgery, Shimane University Hospital Japan. PLoS ONE. 2015;10:1371.

40.Sharma SM. Clinics in oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee; 2013. p. 117.

41.Ilguy D, Ilguy M, Bayirli G. Detection of the jaw and root fractures using cone beam computed tomography; a case report. Dentomaxillofac Radiol. 2009 (38):169-83.

42.Farman, AG. Panoramic radiology. New York: Springer. 2014. p. 161.

43.Ogura I, Kaneda T, Mori S, Sekiya K, Ogawa H, Tsukioka T. Characterization of mandibular fractures using 64 slice multidetector CT. Dentomaxillofac Radiol. 2012;41: 392-5.

(57)

42 45.Martini MZ, Takahasi A, Neto HG, Junior JPC, Curcio R. Epidemiology of mandibular fractures treated in a Brazilian level 1 trauma public hospital in the City of São Paulo, Brazi l. Braz Dent J. 2006;17(3): 243-8.

46.Malik S, Singh G. Incidence, aetiology and pattern of mandible fractures in Sonepat, Haryana India. IJMD. 2014;4(1): 51-9

47.Christensen HH, Williams PJ, Clark RN. Values and choices in outdoor recreation by male and female campers in dispersed recreation areas. PNW. 2006;5(9): 41-53.

48.Singh SK. Review of urban transportation in Nepal. Journal of public Transportation. 2005;8(1): 79-97.

(58)

43

Lampiran data pasien cedera kepala dengan fraktur mandibula.

Subjek No Rekam Medik Usia

(59)
(60)

45

62 0000926726 58 L

63 0000928821 12 L

64 0000926739 20 L

65 0000935859 15 L

66 0000937350 16 L

67 0000936923 14 P

68 0000941139 19 P

69 0000944243 57 L

70 0000943444 22 P

71 0000945925 18 L

72 0000947081 47 L

73 0000944528 65 L

74 0000941948 49 L

75 0000947372 4 P

76 0000951314 30 P

77 0000951428 17 L

(61)

46

(62)

47

(63)

48

(64)

49

Lampiran lembar pengambilan data.

(65)

50

(66)

51

(67)
(68)
(69)

54

(70)
(71)

56

(72)
(73)

58

(74)

59

(75)

60

Gambar

Gambar 2-1. Anatomi kepala tampak depan.16
Gambar 2-2. Anatomi kepala tampak lateral.18
Gambar 2-3. Anatomi kepala nasal cavity tampak lateral.18
Tabel 2-1. Skor Glasgow Coma Scale23
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peramalan permintaan ruang rawat inap RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang dengan metode autoregressive (2) sebaiknya digunakan oleh pihak manajemen rumah sakit, agar

Tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS pada pasien post kraniotomi yang dirawat di ICU RSUP Dr. Mohammad

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi deskriptif korban kecelakaan lalu lintas dengan cedera kepala yang dirawat di RSUP Dr..

Peramalan permintaan ruang rawat inap RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang dengan metode autoregressive (2) sebaiknya digunakan oleh pihak manajemen rumah sakit, agar

Hasil penelitian tentang angka kejadian pemeriksaan luar berdasarkan visum et repertum pada korban kecelakaan lalu lintas di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Hasil penelitian tentang angka kejadian pemeriksaan luar berdasarkan visum et repertum pada korban kecelakaan lalu lintas di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Korelasi Skor APRI ( AST to Platelet Ratio Index ) dengan Kadar Albumin Serum pada Penderita Sirosis Hati di RSUP dr.. Mohammad

Mengetahui hubungan banyaknya konsumsi ikan asin dalam satu kali makan terhadap kejadian karsinoma nasofaring di Departemen THT-KL RSUP Dr.. Mohammad