• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Fungsi dan Peranan Keluarga pada Aron Wanita di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Fungsi dan Peranan Keluarga pada Aron Wanita di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

15. Keadaan belakang rumah Ibu Ayu dan dua keluarga lainnya yang

digunakan untuk tempat mencuci baju dan mencuci piring.

(2)

17. Gudang jeruk tempat aron bekerja

(3)

19. Pemilik lahan pertanian sedang membantu aron bekerja di lahan

pertaniannya

(4)

21. Luas lahan pertanian yang dikerjakan aron

22. Jalan menuju Laudah tempat berkumpul aron menunggu panggilan

(5)

KUESIONER

Petunjuk untuk pengisian kuesioner:

1. Bacalah Pertanyaan dengan baik dan benar.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut ibu anggap paling tepat yakni

dengan cara memberi tanda silang (X) pada pilihan huruf yang telah disediakan.

3. Diharapkan dalam pengisian angket, hendaknya diisi dengan jujur karena

penulis berani menjamin bahwa hasil jawaban yang diterima hanyalah

untuk kepentingan penelitian saja.

1. Apakah bekerja sebagai aron (buruh tani) sudah mampu memenuhi

berbagai kebutuhan keluarga?

a. Sangat mampu memenuhi kebutuhan keluarga b. Mampu memenuhi kebutuhan keluarga

c. Kurang mampu memenuhi kebutuhan keluarga

d. Tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga 2. Dikeluarga anda, apakah wanita dituntut harus bekerja?

a. Ya b. Tidak

3. Menurut anda apa peran ayah yang sesungguhnya?

a. Mencari nafkah untuk keluarga b. Mendidik anggota keluarga

(6)

4. Menurut anda apa peran seorang ibu yang sesungguhnya? a. Mengurus anak-anak dan suami

b. Mengurus pekerjaan rumah tangga c. Mencari nafkah untuk keluarga

d. Mengurus rumah tangga dan mencari nafkah

5. Apakah anda setuju dengan dua peran yang dijalankan seorang wanita,

yakni sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah untuk keluarga? a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

6. Sejauh ini, apakah dua peran yang dijalankan seorang wanita (ibu)

yaksi sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari nafkah sudah dapat dijalankan dengan baik?

a. Sangat baik

b. Biasa-biasa saja

c. Kurang baik/tidak sesuai

d. Tidak baik/tidak sesuai

7. Didalam rumah tangga, apakah ada pembagian tugas antara suami dan

isteri? a. Ada b. Tidak

(7)

a. Membersihkan rumah b. Mengurus anak-anak

c. Mengurus urusan dapur

9. Apakah pembagian kerja di dalam keluarga memiliki dampak terhadap

keharmonisan keluarga? a. Sangat mempengaruhi b. Mempengaruhi

c. Kurang mempengaruhi d. Tidak mempengaruhi

10. Di keluarga anda, siapa yang mengelola pendapatan/penghasilan suami

(ayah)? a. Suami

b. Isteri

c. Suami dan isteri

11. Di keluarga anda, siapa yang mengelola pendapatan/penghasilan isteri

(ibu)? a. Suami

b. Isteri

c. Suami dan isteri

12. Di keluarga, siapa yang menentukan pembelian kebutuhan dapur?

a. Suami b. Isteri

(8)

13. Di keluarga anda, siapa yang menentukan keputusan dalam pembuatan

tabungan, investasi, pembelian barang berharga, danlain-lain? a. Suami

b. Isteri

c. Suami dan isteri

14. Dikeluarga anda, siapa yang menentukan pendidikan anak-anak? a. Suami

b. Isteri

(9)

Draf wawancara (interview guide) untk aron wanita: Profil informan:

Nama :

Umur :

Lama bekerja/hari : Pendapatan :

I. Mengenai pekerjaan informan (isteri/ibu yang bekerja di sektor publik

sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi).

1. Sejak kapan ibu bekerja sebagai aron (buruh tani) di lahan

pertanian masyarakat karo?

2. Apakah alaasan ibu bekerja sebagai aron?

3. Apakah ibu hanya bekerja sebagai aron di desa Ketaren saja? Atau diluar desa Ketaren juga?

4. Selama seminggu, hari apa saja ibu bekerja sebagai aron?

5. Dari jam berapa dan sampai jam berapa ibu bekerja sebagai aron

dilahan pertania masyarakat karo?

6. Pekerjaan apa saja yang biasa ibu lakukan dilahan pertanian masyarakat karo?

7. Berapa pendapatan ibu setiap hari/minggu/bulan?

II. Mengenai peran yang dilakukan oleh informan (isteri/ibu yang

(10)

dalam keluarga (domestik) dan juga bekerja sebagai aron (publik) di

desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe):

1. Kegiatan apa atau pekerjaan apa yang biasa ibu lakukan di dalam

rumah tangga?

2. Setiap paginya, jam berapa ibu mulai aktivitas rumah tangga?

3. Apakah semua kegiatan rumah tangga tersebut dapat ibu

laksanakan dengan baik dan tepat waktu?

4. Sepulang bekerja apakah ibu masih tetap melaksanakan tugas

rumah tangga?

5. Apakah ibu merasa terbebani dengan dua peran yang ibu lakoni,

yakni sebagai pengurus rumah tangga dab bekerja ebagai aron

untuk memenuhi kebutuhan keluarga?

6. Apakah suami ibu turut membantu ibu di dalam menjalankan tugas rumah tangga (domestik), seperti memasak, mencuci baju, mencuci

piring, menjaga anak, menyetrika, mengantar anak sekolah, membersihkan rumah dan lain-lain?

7. Di dalam rumah tangga, siapakan yang paling berperan dalam

mendidik anak-anak?

8. Di dalam keluarga, siapa yang paling dominan dalam pengambilan

keputusan di dalam keluarga?

III. Kehidupan ekonomi informan (terkait dengan pekerjaannya sebagai

aron)

(11)

2. Sudah berapa lama ibu bekerja sebagai aron wanita? 3. Berapa pendapatan ibu setiap hari/minggu/bulannya?

4. Pengeluaran apa saja yang biasa di keluarkan ibu untuk kebutuhan

keluarga?

5. Apakah ibu merasakan perekonomian keluarga ibu semakin

meningkat semenjak ibu ikut terjun dalam memenuhi kebutuhan

keluarga (mencari nafkah)?

(12)

Draf wawancara (interview guide) untk aron wanita: Profil informan:

Nama :

Umur :

Lama bekerja/hari : Pendapatan :

I. Pekerjaan informan (suami dari aron wanita) 1. Apakah pekerjaan bapak?

2. Dari pekerjaan bapak tersebut, apakah bapak bekerja untuk

menafkahi keluarga bapak?

3. Setiap harinya, dari jam berapa dan sampai jam berapa bapak

bekerja?

4. Selama seminggu, setiap hari apa saja bapak bekerja?

5. Setelah pulang bekerja, apakah bapak langsung pulang kerumah

atau melakukan kegiatan lainnya sebelum pulang kerumah? 6. Berapa pendapatan bapak?

7. Apakah pendapatan bapak cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga?

II. Mengenai peran isteri/ibu yang melaksanakan dua peran yakni sebagai

(13)

1. Apakah alasan bapak sehingga isteri bapak turut membantu bapak

bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga?

2. Apakah bapak mendukung isteri bapak bekerja sebagai aron di

lahan pertanian masyarakat karo?

3. Melihat beban yang dilaksanakan isteri bapak, apakah isteri bapak

tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga yang

mengurus segala kebutuhan bapak dan anak-anak bapak dengan baik?

4. Apakah bapak mau membantu pekerjaan rumah tangga jika isteri

bapak sibuk bekerja? Seperti memasak, menjaga anak, membersihkan rumah, menyapu dan lain-lain.

5. Siapa yang berperan dalam mendidik anak-anak?

6. Apakah bapak membantu isteri bapak dalam mendidik anak-anak bapak?

7. Di dalam keluarga, siapa yang paling dominan mengambil

keputusan keluarga?

III. Kehidupan ekonomi informan (terkait dengan dua peran yang dilakoni

isteri/ibu yakni sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pemenuh kebutuhan keluarga):

1. Setelah isteri bapak bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

apakah perekonomian keluarga bapak semakin meningkat?

2. Apakah bapak memiliki wewenang (ikut campur) untuk mengatur

(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan.1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. 2008. Kecamatan Kabanjahe dalam Angka. Kabanjahe: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karo dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. 2011 (Online). (http;//badan pusat statistik sumatera utara).

Brahmana, Donny Putra. 2008. Aron Sebagai Lapangan Kerja sebagai Sektor

Informal Bagi Wanita Pedesaan dan Sumbangannya Terhadap

pendapatan Keluarga, Skripsi (S-1), Depatermen Antropologi

(Online),

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20578/5/Chapter%20I. diakses 2 Agustus 2013).

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Dewi, Rossana. 2010. Beban Kehidupan di Perkebunan Kelapa Sawit. (Online), 2013).

Hesti, Nurfitri. 2010. Peran Wanita dalam Pengambilan Keputusan dalam

Keluarga (Studi tentang wanita Bekerja pada Sekretariat Daerah

Prov Riau. (Online),

Hugen, suparyo. 2011. Alokasi Waktu Kerja dan Konstribusi Perempuan

Terhadap Pendapatan Keluarga di Permukiman Trnasmigrasi Sei

Rambutan SP 2, (Online),

Saripdf. Diakses pada 4 Oktober 2013).

Diakses 2

Oktober 2013).

Imron, T.O. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(16)

Iriyanto, Setia. 2009. Peran Reproduktif dan Produktif Ibu Penjual Sayur,

(Online),

April 2014)

M.H, Rochie Linda. 2009. Peran Isteri yang Bekerja Sebagai Penunjang Perekonomian Keluarga (Studi Deskriptif Pada Buruh/Karyawan Wanita

yang Telah Berkeluarga Di Perkebunan Sawit PT. Soefindo, Kebun

Mata Pao, Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi (S-1) Diterbitkan. Medan:

Program Studi Sosiologi Universitas Sumatera Utara.

Moleong, Lexi.J. 2006. Metode Penelitian Kulaitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mosse, Julia Cleves.2007. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s Crisis Senter dengan Pustaka Pelajar.

Murniati, Nunuk, 2004. Getar Gender Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya Dan Keluarga. Magelang : Indosiatera.

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nirmalawati. 2010. Peran Wanita Rumah Tangga Miskin dalam Pemanfaatan Air

Bersih di Kecamatan Lore-Utara, (Online), Vol.8, No.3

2014.)

Nurhadi, Muflich. 2009. Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga, Pengaruhnya

Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga, (Online)

Nuriza, Dora, 2008. Thesis : Masyarakat Nelayan,Peran Perempuan,Ekonomi Rumah Tangga,Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Riyani, Wiwit A F. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Perempuan Berstatus menikah untuk Bekerja (Studi Kasus Kota

Semarang), (Online), diakses 1 Oktober 2013).

Saidah. 2013. Sistem Pembagian Kerja berdasarkan Jenis Kelamin (Analisa

Genderterhadap Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit PT Muara Toyu

Subur Lestari di Kabupaten Paser), (Online), Vol. 1, No. 1

Saputri, Dini. 2009. Peran Perempuan Nelayan dalam Produksi dan Distribusi

Hasil Laut, (Online)

Mei 2014).

(17)

Suhartini, Sri. 2010. Pergulatan Hidup Perempuan Pemecah Batu, (Online), (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2280. Diakses 1 Oktober 2013).

Susana, Pika. 2009. Makna Hidup Perempuan Dewasa yang Berperan Ganda, (Online), Vol. 7, N diakses pada 29 Maret 2014).

Syukur, Yarmis. 2009. Pengaruh Konsep Diri dan Kepuasan Peran dengan Upaya Pemberdayaan Keluarga di Kecamatan Padang Utara Kota

Padang,(Online), Vol.9, N

Yunitasari, Winda. 2010. Perubahan Fungsi Keluarga Tenaga Kerja Wanita di

Kecamatan Watulmo, Kabupaten Trenggarek, (Online),

online.um.ac.id/data/artikel/artikel92BB2848742B390CAF6F6C8A348E 85A.pdf. diakses pada 4 Oktober 2013).

Veronica, A. Kumur. 2009. Pengaruh Pembangunan Kota Terhadap Beban Kerja

Perempuan Miskin di Kota Jakarta, (Online), Vol. 9, No.

2:29-Kumurveronica.org/..jurnal—pengaruh-pembangunan-kota, diakses pada 29 Maret 2014).

Zaduqisti, Esti. 2009. Stereotipe Peran Gender Bagi Pendidikan Anak, (Online), Vol. 1, No.1(e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/.../252

2013).

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006:4).

Dimana dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang berkenaan dengan masalah

yang diteliti, yaitu bagaimana perubahan fungsi dan peranan keluarga pada aron wanita di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe yang disebabkan oleh beban ganda

yang dipikul oleh wanita aron baik dari sektor domestik maupun dari sektor publik. Dari sektor domestik, wanita memiliki peran sebagai isteri, ibu rumah tangga yang melaksanakan berbagai kegiatan rumah tangga berupa: memasak

untuk keluarga, melayani suami, mengurus anak-anak, membersihkan rumah dan sebagainya.

Selain itu, wanita juga harus bekerja di sektor publik sebagai aron di lahan

pertanian masyarakat Karo untuk memenuhi kebutuhan dan perekonomian keluarga. Dari pendekatan kualitatif ini, akan diperoleh informasi atau data yang

(19)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena

peneliti merasa tertarik terhadap banyaknya wanita yang bekerja sebagai aron (buruh tani) dibanding dengan jumlah aron pria. Dimana aron wanita tersebut mampu menghidupi seluruh anggota keluarganya dengan bekerja di lahan

pertanian milik orang lain di desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe. Selain itu, peneliti juga memahami keadaan lokasi penelitian tersebut sehingga memudahkan

peneliti mendapatkan data penelitian.

3.2.1 Sejarah Singkat Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo

Pada awalnya Desa Ketaren hanya merupakan kompleks perladangan dari merga Ketaren yang berasal dari Desa Raya. Namun dikarenakan semakin luasnya

lahan dan jumlah penduduk di Desa Raya yang semakin banyak maka kompleks perladangan ini berubah menjadi kompleks pemukiman. Orang- orang dari Desa sekitar seperti Desa Raya dan Desa Rumah Kabanjahe yang berbatasan langsung

dengan Desa Ketaren mulai berdatangan dan ikut membuka lahan serta menetap di Desa Ketaren.

Seperti hal nya desa- desa yang ada di Kabupaten Karo pada umumnya, Desa Ketaren juga memiliki simantek kuta (orang yang pertama membuka desa). Adapun simantek kuta Desa Ketaren berasal dari sub merga (sub klan) Ketaren

(20)

inilah kemudian dikenal nama Kuta Ketaren (Kampung orang yang bermarga

Ketaren) atau Desa Ketaren.

Pada masa awal kemerdekaan Desa Ketaren pernah ditinggal oleh

penduduk dikarenakan Agresi Militer Belanda I yang memaksa penduduk untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pada masa tersebut Belanda membakar habis setiap desa yang dilaluinya di Tanah Karo tidak terkecuali Desa Ketaren

mengingat letaknya yang berada di jalur Medan- Kabanjahe – Siantar.

Setelah berakhirnya Ageresi Militer Belanda I penduduk kembali ke Desa

Ketaren, tidak hanya penduduk desa mula- mula namun ada juga penduduk desa lain yang memilih untuk ikut menetap dan membuka lahan pemukiman baru di Desa Ketaren tepatnya di sepanjang Jalan Jamin Ginting.

Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah penduduk maka luas wilayah Desa Ketaren juga semakin bertambah luas, dari yang pada awal terbentuknya hanya sebuah kompleks perladangan/ berhuma (barung)

menjadi sebuah desa kecil yang pada jaman kemerdekaan wilayahnya bertambah disepanjang Jalan Jamin Ginting kemudian pada masa sekarang bertambah luas

hingga menjadi salah satu desa yang merupakan pusat ekonomi, budaya, sosial dan politik di Kabupaten Karo

3.2.2 Kondisi geografi Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo

Secara keseluruhan Desa Ketaren merupakan wilayah dataran yang berada

(21)

Sebelah Utara : Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Kabanjahe Sebelah Barat : Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Sebelah Timur : Desa Samura Kecamatan Kabanjahe

Letak Desa Ketaren ini cukup strategis dikarenakan berjarak 1 Km dari

Ibukota Kabupaten Karo yaitu Kabanjahe. Sedangkan untuk jarak dari Desa Ketaren ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan adalah sejauh 76 Km, yang dapat ditempuh selama kurang lebih 2,5 jam dengan menggunakan

kendaraan roda empat.

Wilayah Desa Ketaren yang merupakan wilayah yang subur dan memiliki

kekayaan alam yang melimpah, sehingga membuat sebagian besar penduduk disana bermata pencaharian sebagai petani. Selain penduduk asli yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani, penduduk pendatang pun banyak berdatangan

dari berbagai daerah untuk mencari nafkah. Hal ini dilakukan karena, mencari nafkah di wilayah Tanah Karo lebih mudah dibanding wilayah diluar Sumatera Utara.

Desa Ketaren juga memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, mulai dari sektor alam sampai ke pertaniannya. Sektor pertanian yang paling menonjol

di daerah tersebut dan sangat bagus untuk dikembangkan. Hasil sayuran dan buah merupakan hasil pertanian yang sangat sering dihasilkan di Tanah Karo. Banyak hasil pertanian ini dikirim ke berbagai daerah seperti ke Aceh, batam, jambi,

lampung dan bahkan sampai ke Jakarta.

Akan tetapi, sektor pertanian di desa Ke ini masih memiliki banyak

(22)

petani yang memiliki lahan pertanian mereka mengalami kendala untuk membuat

lahan pertanian mereka bisa lebih maju.

Selain karena lahan di Desa Ketaren yang cocok untuk lahan pertanian,

keadaan tanah yang ada di Desa Ketaren sendiri merupakan dataran yang rata sehingga hal inilah yang mendorong penduduk desa lain pada masa lampau membuka komplek perladangan di desa ini. Desa Ketaren memiliki kekayaan

alam yang subur dan lahan memilki lahan pertanian untuk dijadikan sebagai mata pencaharian bagi masyarakat yang ada di sana. Sektor pertanian yang ada di Desa

Ketaren sangat bagus untuk dikembangkan, hasil sayuran dan buah merupakan hasil pertanian yang sangat sering dihasilkan di Tanah Karo termasuk juga di Desa Ketaren. Banyak hasil pertanian ini dikirim ke berbagai daerah seperti ke

Medan, Aceh dan bahkan sampai ke Jakarta.

Berikut ini adalah rata-rata produksi sayur-sayuran menurut jenis tanaman tahun 2011 di Tanah Karo:

Tabel 3.1

Rata-rata Produksi Sayur-sayuran Jenis Tanaman Luas Panen

(23)

Bayam 3 170 13 700 43,22

Kol Bunga 1 381 19 584 141,81

Sumber: BPS Sumatera Utara

Berikut ini adalah rata-rata produksi buah-buahan menurut Jenis tanaman tahun di Tanah Karo:

Tabel 3.2

Perkembangan desa Ketaren yang semakin pesat, menyebabkan Desa

Ketaren dipilih oleh Pemerintah Karo diubah menjadi tempat perluasan pemukiman dan komplek perkantoran yang dibutuhkan Pemerintah Kabupaten Karo. Walaupun sudah banyak berdiri komplek perumahan bagi penduduk,

perkantoran, swalayan untuk berbelanja, dan fasilitas lainnya, namun desa Ketaren masih mencerminkan sebuah desa yang masih kental dengan kebudayaan.

(24)

3.2.3 Kondisi Demografi Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk di Desa Ketaren berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki- laki 2790 50,10%

Perempuan 2779 49,90%

Jumlah 5569 100,00%

Sumber: Kantor Kepala Desa Ketaren tahun 2010

Bedasarkan perhitungan statistika yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika di Kabupaten Karo, jumlah penduduk di Desa Ketaren adalah 5569 orang, yang terdiri dari 2790 orang laki- laki dan 2779 orang perempuan. Adapun

(25)

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk di Desa Ketaren berdasarkan Usia

Umur Frekuensi Persentase

0-5 441 7,92%

Sumber: Kantor Kepala Desa Ketaren tahun 2010

Berdasarkan dari tabel di atas, jumlah penduduk yang terdapat di Desa Ketaren adalah 5569 orang. Pada umumnya, jumlah penduduk yang terdapat di

Desa Ketaren adalah remaja dengan usia 6- 11 tahun dengan kategori tidak produktif dan sedangkan jumlah penduduk dengan kategori produktif adalah sebanyak 3907 orang yang terhitung dari usia 22-59 tahun. Data diatas diperoleh

berdasarkan hasil perhitungan statistika Kabupaten Karo.

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk di DesaKetaren bedasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak Tamat SD 856 15,37%

Tamat SD/ Sederajat 1041 18,69%

Tamat SMP/ Sederajat 1106 19,86%

Tamat SMA/ Sederajat 1178 21,15%

Tamat D1/ Sederajat 467 8,39%

Tamat D3/ Sederajat 552 9,91%

Tamat S1, S2, S3 369 6,63%

Jumlah 5569 100,00%

(26)

Dilihat dari tingkat pendidikan yang terdapat di Desa Ketaren, penduduk

Desa Ketaren didominasi oleh penduduk tamatan SMA/Sederajat yaitu sebanyak 1178 orang (21.15%) dari jumlah keseluruhan penduduk di Desa Ketaren yakni

5569 orang, selanjutnya disusul oleh penduduk yang tamatan SD/Sederajat yaitu sebanyak 1041 0rang (18,69%), dan yang terakhir tingkat pendidikan S1, S2, S3 yaitu 369 orang (6,63%).

Dari hasil tabel di atas dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan di Desa Ketaren masih rendah yaitu sekitar 53,92% (penduduk tidak tamat SD, Tamat SD

dan Tamat SLTP). Sedangkan untuk penduduk berpendidikan tinggi (penduduk tamat D1, D3 dan S1 ke atas) ada sebanyak 24,92%.

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk Desa Ketaren berdasarkan Etnis

Komposisi Etnis Frekuensi Persentase

Jawa 897 16,11%

Sumber: Kantor Kepala Desa Ketaren Tahun 2010

Bedasarkan dari data yang diperoleh dari Sekretaris Desa Ketaren komposisi penduduk Desa Ketaren Berdasarkan Etnis didominasi oleh Etnis

Batak, baik Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak pak maupun Mandailing yaitu 4492 orang (80.66%), dari jumlah keseluruhan Etnis Batak tersebut, 80% diantaranya merupakan penduduk asli Desa Ketaren dengan latar

belakang Etnis Karo. Penduduk Desa Ketaren berlatar belakang Etnis Jawa ada sebanyak 16.11% yang pada umumnya tersebar di Perumahan Veteran dan

(27)

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk Desa Ketaren berdasarkan Agama

Agama Frekuensi Persentase

Islam 789 14,17%

Protestan 4224 75,85%

Katolik 549 9,86%

Hindu 0 0,00%

Budha 7 0,13%

Jumlah 5569 100,00%

Sumber:Kantor Kepala Desa Ketaren Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa penduduk Desa Ketaren didominasi oleh penduduk dengan latar belakang agama Kristen Protestan yaitu dengan jumlah 4224 orang (75.85%), pada umumnya penduduk tersebut

merupakan jemaat dari Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) mengingat Desa Ketaren merupakan salah satu basis dari gereja tersebut dan letak Gereja GBKP

tersebut juga tidak jauh dari Desa Ketaren.

Sedangkan untuk penduduk dengan latar belakang agama Islam ada sebanyak 789 orang (14.17%) yang pada umumnya adalah warga pendatang.

Penduduk yang berlatar belakang agama Katolik adalah sebanyak 549 orang (9.86 %), sedangkan penduduk ketaren yang berlatang belakang agama Budha adalah

sebanyak 7 orang (0.13%).

3.2.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan hal yang dibutuhkan oleh masyarakat

untuk mendukung semua kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan terpenuhinya semua sarana dan prasarana pokok seperti; pendidikan, kesehatan,

(28)

Di desa Ketaren sendiri menyediakan sarana dan prasaran ataupun fasilitas

yang terdapat di Desa Ketaren tersebut, adapun sarana dan prasaran yang tersedia di Desa Ketaren adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan Prasarana Keterangan Jumlah

Taman Kanak- Kanak Ada 2

Sekolah Dasar/ Sederajat Ada 4

Sekolah Menengah Pertama/

Sederajat Ada 3

Sekolah Menengah Atas/

Sederajat Ada 2

Perguruan Tinggi Ada 1

Sumber: Sekretaris Desa Ketaren

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dan dibutuhkan oleh masyarakat selama hidupnya. Dengan adanya pendidikan maka masyarakan dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan yang baik haruslah didukung oleh

sarana dan prasarana yang baik pula. Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Ketaren dapat dikatakan sudah cukup lengkap karena adanya

sarana dan prasarana mulai dari Taman Kanak- kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.

Tabel 3.9

Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan Prasarana Keterangan Jumlah

Posyandu Ada 8

Rumah Sakit Ada 3

Apotik/ Toko Obat Tidak ada -

Puskesmas Ada 5

Sumber: Sekretaris Desa Ketaren

Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan sesuatu yang penting bagi

masyarakat. Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Ketaren ialah rumah sakit sebanyak tiga buah, puskesmas lima buah dan posyandu sebanyak delapan buah. Rumah sakit yang ada di Desa Ketaren salah satunya

(29)

Karo, baik dari segi tenaga medis maupun peralatan medis. Untuk puskesmas dan

posyandu penyebarannya cukup merata disetiap lingkungan dan perumahan warga, oleh karena itu dapat dikatakan sarana dan prasarana yang ada di Desa

Ketaren sudah cukup lengkap.

Tabel 3.10

Sarana dan Prasarana Ibadah

Sarana dan Prasarana Keterangan Jumlah

Mesjid Ada 3

Gereja Ada 6

Pura Tidak ada -

Wihara Tidak ada -

Sumber Sekretaris Desa Ketaren

Dilihat dari sarana dan prasarana ibadah Desa Ketaren hanya memiliki dua

jenis sarana dan prasarana ibadah yaitu Mesjid dan Gereja. Mesjid yang ada di Desa Ketaren ada sebanyak tiga buah dan tersebar di beberapa perumahan. Sedangkan untuk Gereja ada sebanyak enam buah diantaranya; Gereja Batak Karo

Protestan (GBKP), Gereja Bethany, Gereja Advent, Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI), Gereja Batak Pak- Pak dan Gereja Katolik.

Tabel 3.11

Sarana dan Prasarana Komunikasi Informasi

Sarana dan Prasarana Keterangan Jumlah

Wartel Ada 5

Telepon Umum Tidak ada -

Warnet Ada 5

Kantor pos Tidak ada -

Sumber: Sekretaris Desa Ketaren

Di era globalisasi seperti saat ini sarana dan prasarana komunikasi dan

informasi merupakan hal yang penting. Adapun sarana dan prasarana komunikasi yang ada di Desa Ketaren ialah warung telepon ada sebanyak lima buah dan

(30)

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian. Salah satu ciri atau karateristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analysis”. Ada dua unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu maupun

kelompok sosial didalam masyarakat. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah aron wanita, suami aron wanita dan juga anak-anak aron

wanita.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian yang aktual selama menjelaskan tentang masalah penelitian. Adapun yang menjadi informan yang menjadi subjek penelitian adalah:

1. Wanita aron yang sudah berumah tangga, kriteria umur berkisar

18-50 tahun, masih terikat dalam ikatan perkawinan (tidak bercerai), mempunyai suami yang masih hidup sampai saat ini,

mempunyai anak, melaksanakan dua peranan sekaligus yaitu sebagai isteri dan ibu dalam rumah tangganya yang melaksanakan berbagai tugas-tugas rumah tangganya. Selain itu, wanita tersebut

juga harus bekerja di luar rumah tangganya sebagai buruh tani (aron) pada lahan pertanian di Tanah Karo, sehingga memberi

beban ganda pada diri wanita tersebut.

Dari informan tersebut, peneliti berharap akan memperoleh

(31)

menjawab permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana

perubahan fungsi maupun peranan keluarga pada wanita aron di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe serta bagaimana keluarga

menyikapi perubahan fungsi dan peranan keluarga yang terdapat pada wanita aron di desa Ketaren.

2. Suami yang masih hidup, masih terikat dalam perkawinan (tidak

bercerai), mempunyai pekerjaan dan memperoleh penghasilan (uang) sampai saat ini. Dari informan tersebut, peneliti berharap

dapat memperoleh informasi-informasi yang jelas dan akurat mengenai fungsi maupun peran yang dijalankan mereka sebagai kepala rumah tangga, yang isterinya menjalankan peran ataupun

beban ganda dalam kehidupan rumah tangga dan bagaimana suami menyikapi perubahan fungsi maupun peran keluarga yang terdapat pada wanita aron yang menjalankan beban ganda pada sektor

domestik maupun publik.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditetapkan kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah aron wanita pada tahun 2011 di Desa Ketaren

(32)

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya, merupakan wakil polulasi yang diteliti (Arikunto, 2006).

Pengambilan sampel dimakasudkan sebagai representase dari seluruh populasi sehingga kesimpulan berlaku bagi keseluruhan populasi. Berhubung populasi dalam penelitian ini cenderung homogen maka sampel dalam penelitian ini dipilih

secara Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih secara sengaja dengan tujuan tertentu. Untuk itu peneliti memilih sampel berdasarkan pekerjaan wanita

yang bekerja sebagai aron di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe.

Sehingga, jumlah sampel yang akan diteliti dihitung berdasarkan 10% dari besar populasi jumlah aron wanita yang terdapat di Desa Ketaren Kecamatan

Kabanjahe yaitu sebagai berikut:

Besarnya populasi aron wanita di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe adalah 1.365 jiwa, diambil jumlah 10% dari jumlah populasi aron wanita di Desa

Ketaren sehingga: 10% x 1.365 = 136, 5 orang (137 orang)

3.5 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan berdasarkan dengan jenis data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi. Adapun tehnik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data lapangan atau dari obyek

(33)

3.5.1.1 Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). Dalam

penelitian ini, peneliti mengamati bagaimana keseharian hidup informan dalam kehidupan rumah tangga (domestik), dan juga kesehariannya dalam pekerjaan sebagai aron di lahan pertanian masyarakat Karo untuk membantu perekonomian

keluarga.

3.5.1.2 Wawancara Mendalam

Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan dilokasi penelitian (Bungin, 2007:108). Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah istri (aron),

suami dan anak-anak di dalam keluarga. Untuk memperjelas wawancara ini, maka peneliti menggunakan daftar pertanyaan (interview Guide) yang telah disusun oleh si peneliti sebelum melakukan wawancara mendalam kepada informan.

3.5.1.3Kuesioner

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengumpulan data

secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Dalam daftar kuesioner yang akan dibuat oleh peneliti seperti kontribusi waktu bekerja wanita di sektor publik maupun di sektor domestik, pendapatan wanita aron,

pendapatan suami, peran apa saja yang dijalankan dan sebagainya. Hasil dari pertanyaan kuesioner tersebut, nantinya akan ditabulasi ke dalam bentuk tabel

(34)

3.5.2 Tehnik Pengumpulan Data sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung ke lapangan penelitian, melainkan melalui studi kepustakaan. Maksud

studi kepustakaan adalah data yang didapat dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, dan majalah yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.6 Interpretasi Data

Interpretasi data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah ada dalam

catatan lapangan. Data tersebut akan dipelajari dan ditelaah untuk mencari apa yang ingin diteliti. Setelah itu, data direduksi dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman secara inti, proses

sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian. Setelah semua terkumpul, data dianalisis kemudian diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka yang telah disusun, hingga pada akhirnya menjadi laporan penelitian.

3.7 Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Survei √

2 Acc Judul √

3 Penyusunan Proposal √ √ √ 4 Seminar Proposal √

5 Revisi Proposal √

6 Penelitian Lapangan √ √ √ 7 Pengumpulan dan Analisis Data √ √ √ √ 8 Bimbingan Skripsi √ √ √ √ √ 9 Penulisan Laporan √ √ √ √ √ √

(35)

3.8 Keterbatasan Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa kendala-kendala, antara lain:

1. Pada saat membagikan kuesioner kepada informan, peneliti mengalami

kesulitan dalam hal membagikan kuesioner. Dimana informan-informan peneliti malas mengisi daftar kuesiner yang telah disediakan peneliti.

Ditambah lagi banyak informan yang tidak mampu membaca daftar kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti, karena sebagian besar

informan tidak mampu memabaca dengan baik.

Oleh sebab itu, peneliti membutuhkan waktu sekitar sebulan lewat untuk membagikan kuesioner dan membantu informan untuk mengisi daftar isian

kuesioner tersebut agar dapat dijawab dengan baik.

2. Kendala lainnya yang ditemukan oleh peneliti adalah suami dari aron

wanita yang diwawancarai kurang memahami dan takut-takut untuk memberi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yaang diajukan oleh peneliti, akan tetapi peneliti dapat melakukan pendekatan dengan informan

tersebut dibantu oleh Ibu peneliti dan aron yang sering bekerja di ladang lahan pertanian peneliti yakni Ibu Simacem untuk memberikan penjelasan

kepada mereka mengenai penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

3. Selain itu, sebagain besar informan tidak mau memberitahu nama asli

informan kepada peneliti. Mereka hanya mau memberikan nama panggilan

(36)

4. Pada saat melakukan penelitian, peneliti banyak menemukan informan

yang tidak sesuai dengan batasan kriteria dari informan, misalnya informan yang ditemukan oleh peneliti merupakan informn yang sudah

(37)

BAB IV

FUNGSI EKONOMI DAN FUNGSI PENDIDIKAN PADA KELUARGA ARON WANITA DI DESA KETAREN KECAMTAN KABANJAHE

Perubahan fungsi dan peranan keluarga disini, bukan berarti seorang

wanita aron (ibu) dan suaminya (ayah) telah bertukar fungsi menggantikan fungsi masing-masing pasangan mereka. Perubahan fungsi keluarga juga tidak bermakna keluarga terus melepas fungsi keluarga tersebut untuk dikendalikan oleh agensi

lain seperti lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya. Namun, sejauh mana keluarga masih menjalankan fungsi tersebut dan bagian-bagian mana yang dilepas

oleh pasangan keluarga aron wanita seseuai dengan keadaan. Fungsi-fungsi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan kepada aron wanita adalah fungi ekonomi dan fungsi pendidikan.

4.1 Fungsi Ekonomi pada Keluarga Aron Wanita Tabel 4.1

Pendapat aron wanita tentang kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga

No Jawaban responden Jumlah Persentas

e 1 Sangat memenuhi kebutuhan keluarga - - 2 Mampu memenuhi kebutuhan keluarga 60 orang 43,8 % 3 Kurang mampu memenuhi kebutuhan

keluarga

35 orang 25,5%

4 Tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga

42 orang 30,7 %

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat sebanyak 60 orang (43,8%) aron

wanita menjawab bahwa bekerja sebagai aron (buruh tani) di lahan pertanian masyarakat Karo, sudah mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, dapat

(38)

sebagai aron wanita di lahan pertanian masyarakat karo masih merasa kurang

mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Hal ini terlihat dari pendapat informan yang menyatakan bahwa walaupun sudah bekerja sebagai aron untuk

membantu suami dalam menopang perekonomian keluarga, namun dari hasil bekerja sebagai aron kurang mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

Hal ini terlihat dari pendapat informan yang menyatakan bahwa

pendapatan yang diperoleh setiap hari atau setiap minggunya dipergunakan untuk memuhi kebutuhan secara sederhana, menutupi utang, keperluan anak sekolah

yang semakin mendesak, membantu keluarga lainnya, ditambah lagi harga kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat membuat pendapatan yang diperoleh oleh aron wanita kurang mencukupi berbagai kebutuhan keluarga.

Sebagian besar aron wanita yang bekerja di lahan pertanian masyarakat Karo bekerja setiap harinya termasuk hari minggu, hal ini dilakukan karena sebagian besar aron wanita yang terdapat di Desa Ketaren menganut agama Islam.

Jadi hari minggu tersebut dimanfaatkan untuk bekerja. Jika tidak ada panggilan dari pemilik lahan pertanian untuk bekerja, maka waktu yang ada tersebut

dimanfaatkan utnuk berkumpul dengan keluarga. Dari hasil bekerja setiap harinya, aron wanita biasanya memperoleh upah dari hasil kerjanya yaitu Rp. 60.000 perharinya. Dari upah yang diterima inilah aron wanita berusaha memenuhi

kebutuhan keluarga mereka selain dari uang pendapatan hasil kerja suami.

Jika lahan pertanian tidak dapat diselesaikan dalam satu hari tersebut,

(39)

membersihkan lahan pertanian yang baru dipanen dengan menggunakan tenaga

manual ataupun tehnologi yang masih sangat sederhana seperti cangkul.

Upah yang diterima tersebut dimanfaatkan secukupnya untuk berbagai

keperluan keluarga, seperti keperluan dapur, uang sekolah anak, sewa rumah, membeli perabot rumah tangga, membeli pakaian, tabungan masa depan, membeli keperluaan anak-anak dan lain-lain.

Di bawah ini ada hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan seorang informan yang bernama Mak Joko (54 tahun), yang bekerja sebagai aron

wanita didesa Ketaren. Ia sudah 15 tahun bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo. Aron merupakan pekerjaan utama dari Mak Joko sejak dulu. Dimana setiap harinya dia bekerja dari jam sembilan sampai dengan jam empat

atau jam lima sore.

Mak Joko bekerja dengan sistem borongan atau sistem perorangan tergantung permintaan pemilik lahan untuk mempekerjakan dia baik dari pemilik

lahan di desa Ketaren maupun di luar wilayah desa Ketaren. Mak Joko biasanya bekerja dari jam 9 pagi sampai dengan jam 4 sore. Biasanya, banyak jenis

pekerjaan ladang yang dikerjakan oleh Mak Joko setiap harinya. Tergantung pekerjaan apa yang diminta oleh pemilik lahan untuk dikerjakan oleh Mak Joko. Pekerjaan yang biasa dilakoni oleh Mak Joko adalah memanen sayuran, memanen

kopi, memanen jeruk, membersihkan lahan sisa panen sayuran, menanam bibit sayuran, memanen padi (rani page) dan lain-lain.

(40)

Hasil pendapatan mereka berdua sudah mencukupi berbagai kebutuhan keluarga,

baik kebutuhan sandang, pangan, maupun papan.

Sebelum bekerja sebagai aron, mak Joko hanya bekerja di lingkup

domestik yaitu sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi berbagai kebutuhan keluarga. Suami mak Joko yang juga berprofesi sebagai aron di lahan pertanian masayarakat karo, tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga . Sehingga, untuk

menambahi pemasukan keluarga, mak Joko rela bekerja sebagai aron megikuti pekerjaan sang suami.

“Aku merasa bekerja sebagi aron wanita di lahan pertanian masyarakat Desa Ketaren maupun desa-desa lainnya sudah mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga saya, baik kebutuhan untuk makan sehari-hari maupun kebutuhan suami dan anak-anak. Saya bekerja sebagai aron karena pendapatan suami saya yang juga seorang aron tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga kami. Suami saya juga tidak keberatan jika saya harus bekerja membantu dia memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Seandainya tidak membantu suami saya bekerja sebagai aron, maka kebutuhan setiap harinya tidak akan terpenuhi dengan baik”. (wawancara dengan Mak Joko di rumah Mak Joko, 20 Februari 2014)

Suami mak Joko yaitu pak Joko (58 tahun) yang juga bekerja sebagai aron

di lahan pertanian masyarakat karo selama 25 tahun. Pak Joko sendiri tidak keberatan jika sang isteri harus bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo. Sang suami justru merasa bangga melihat pengorbanan sang isteri yang mau

bekerja sebagai aron, padahal bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat bukan hal yang mudah namun membutuhkan tenaga yang kuat untuk

menyelesaikan berbagai pekerjaan di lahan pertanian seperti mencangkul, mengangkat hasil panen kol, memompa jeruk dan sayuran.

Jika hanya bekerja sendiri sebagai aron, pendapatan Pak Joko tidak akan

(41)

keluarga semakin hari semakin meningkat, hal inilah yang menyebabkan Mak

Joko membantu suami untuk menopang perekonomian keluarganya.

“Jika harus bekerja sendiri, saya tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga saya, apa lagi saya dan isteri mempunyai anak-anak. Jadi saya tidak keberatan jika isteri saya membantu saya bekerja untuk menopang perekonomian keluarga. Ini semua dilakukan juga untuk keluarga kami. Saya juga bangga melihat isteri saya dalam bekerja, dia begitu semangat dalam menjalankan perannya untuk membantu saya mencari nafkah untuk keluarga”. (wawancara dengan Pak Joko di rumah pak Joko, 20 Februari 2014).

Setiap minggunya, Mak Joko dan Pak Joko mampu mengumpulkan uang sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo yaitu kurang lebih Rp.600.000. dari pendapatan mereka ini lah digunakan untuk memeuhi berbagai kebutuhan

rumah tangga dan untuk kebutuhan sekolah anak-anak mereka. Saat ini, kondisi pak Joko semakin berkurang. Dia tidak mampu bekerja setiap harinya seperti

dahulu. Sehingga, Mak Joko yang harus setiap hari bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin meningkat.

(42)

Gambar 1 diatas merupakan gambar yang memperlihatkan salah satu

informan yang sedang memanen buah tomat dengan aron lainnya. Saat bekerja, informan tersebut memakai pakaian lengkap untuk bekerja. Seperti tutup kepala

(tudung), sepatu boot, ada juga yang memakai sarung tangan, topi agar terhindar dari panas terik matahari, baju panjang tangan. Alasan terbesar informan bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo, adalah membantu sang suami

yang pendapatannya kurang untuk menopang perekonomian keluarga yang semakin mendesak.

Tabel 4.2

Pendapat aron wanita dalam menentukan dalam pembelian kebutuhan dapur

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Suami - -

2 Isteri 122 orang 89,1%

3 Suami dan isteri 15 orang 10,9%

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 122 orang (89,1%) responden yang menjawab bahwa yang menentukan dalam pembelian kebutuhan

ataupun keperluan yang berhubungan dengan dapur adalah isteri. Selain isteri yang hanya menentukan dalam pembelian kebutuhan dapur, suami bersama

dengan isteri juga bisa menentukan dalam pembelian kebutuhan dapur secara bersama-sama dan didiskusikan secara baik, hal ini terlihat dari ada sebanyak 15 orang (10,9%) responden yang menjawab bahwa suami dan isteri bersama-sama

menentukan pilihan dalam urusan dapur.

Dibawah ini peneliti melakukan wanwancara langsung dengan Ibu Yani

(43)

aron dikarenakan sang suami pindah ke Tanah Karo untuk mencari pekerjaan.

Sang suami yang mendapat pekerjaan sebagai buruh bangunan, bekerja setiap ada proyek pembanguan rumah maupun gedung-gedung. Sehingga pendapatan suami

yang masih kurang tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga.

Ibu Yani mengatakan bahwa segala kebutuhan dapur seperti membeli peralatan masak, bahan-bahan makanan yang akan dibelanjakan, masakana apa

yang akan dimasak, semua itu ditentukan dan diputuskan oleh dirinya sendiri sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi berbagai keperluan rumah tangga.

Suaminya tidak pernah ikut campur dalam urusan dapur, karena suaminya tidak mengerti hal yang bersangkutan dengan urusan dapur. Sehingga segala bentuk yang bersangkutan dengan berbagai keperluan dapur diserahkan kepada

sang isteri agar dapat mengatur secara baik. Sang suami hanya mengeluh jika apa yang dihidangkan kepanya tidak sesuai dengan selera diri suaminya.

“Setiap berbelanja ke pasar, saya tidak pernah bertanya kepada suami tentang masakan apa yang akan saya masakkan untuk keluarga. Semua masakan yang saya sediakan untuk suami dan anak-anak sesuai dengan pilihan saya sendiri. Tidak hanya masalah makan, masalah kebutuhan dapur lainnya juga saya yang tentukan. Suami saya hanya mengeluh jika saya tidak enak masak”. (Wawancara dengan Ibu Yani di rumah ibu Yani, 28 Februari 2014).

Tabel 4.3

Pendapat aron wanita dalam menentukan keputusan dalam pembuatan tabungan, investasi, pembelian

barang berharga dan lain-lain

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Suami 10 orang 7,3 %

2 Isteri 50 orang 36,5%

3 Suami dan isteri 77 orang 56,2%

(44)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada sebanyak 77 orang

(56,2%) responden yang menjawab bahwa yang menentukan keputusan dalam pembuatan tabungan, investasi, pembelian barang berharga dan lain-lainnya yang

bersifat jangka panjang adalah berdasarkan diskusi antara suami dan isteri.

Selanjutnya ada sebanyak 50 orang (36,5%) responden yang menjawab, bahwa yang menentukan keputusan dalam pembuatan tabungan, investasi,

pembelian barang berharga, dan lain-lainnya yang bersifat jangka panjang adalah berdasarkan keputusan isteri sendiri dan yang terakhir adalah berdasarkan

keputusan suami sendiri yaitu 10 orang (7,3%) responden yang menjawab mengenai keputusan tersebut.

Di bawah ini, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada salah satu

informan yang bernama ibu Ayu (35 tahun) yang merupakan seorang aron (buruh tani) di desa Ketaren, dia bekerja sebagai aron di desa Ketaren selama 15 tahun karena ,mengikuti suami yang juga bekerja sebagai aron di desa Ketaren. Setiap

hari ibu Ayu bekerja sebagai aron untuk membantu suaminya menopang perekonomian keluarga. Apalagi anak-anak mereka masih mengenyam

pendidikan sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Pendapatan yang diperoleh oleh ibu Ayu tidak menentu setiap minggunya, pendapatan yang diperoleh ibu ayu kurang lebih tiga ratus ribu rupiah.

Dari hasil wanancara yang dilakukan dengan Ibu Ayu, ibu Ayu mengatakan bahwa yang mengambil keputusan dalam pembuatan tabung,

(45)

membicarakannya secara baik-baik agar apa yang ingin dibeli sesuai dengan

kebutuhan dan keperluan jangka panjang.

“Saya dan suami saya sering berdiskusi untuk menentukan pilihan jika ingin membeli barang-barang yang dibeli secara kredit, atau misalnya keluarga kami sedang dilanda krisis ekonomi maka saya dan suami selalu berdiskusi untuk meminjam uang kepada siapa. Apakah meminjam uang kepada sanak saudara saja, atau meminjam uang kepada Bank. Kalau tidak berdiskusi dengan suami, saya takutnya nanti salahkan juga oleh suami saya. Kalau dua-duanya bisa mencari jalan keluar kan lebih baik, apa pun resikonya dapat ditanggung bersama”. (Wawancara dengan ibu Ayu di rumah Ibu Ayu, 10 Februari 2014).

Di bawah ini peneliti melakukan wawancara kepada suami informan yang

bernama Pak Ayu (40 tahun), bapak Ayu juga bekerja sebagai aron di lahan pertanian masayarakat. Sudah 20 tahun lebih bapak Ayu bekerja sebagai seorang aron. Selain bekerja sebagai seorang aron, bapak Ayu juga berjualan makanan

seperti mie dan kue-kue basah. Pekerjaan ini ditekuni jika tidak ada panggilan dari pemilik lahan untuk bekerja di lahan pertanian mereka.

“Saya selalu menekankan kepada isteri saya kalau masalah pembelian barang-barang rumah tangga, mencari pinjaman uang, investasi jangka panjang (tabungan) harus selalu didiskusikan bersama-sama. Nanti kalau tidak didiskusikan bersama-sama takutnya ada perasaan yang tidak enak, yang membuat hubungan saya dan isteri menjadi tidak bagus. Apalagi pendapatan kami juga harus bisa diatur secara baik, salah sedikit bisa-bisa kebutuhan lain tidak dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, jika memang benar-benar dibutuhkan barulah saya dan isteri membelinya.” (Wawancara dengan bapak Ayu di rumah bapak Ayu, 10 Februari 2014).

Pak ayu dan Ibu ayu tidak mau mengambil keputusan sepihak saja, karena

(46)

Tabel 4.4

Pendapat aron wanita mengenai pengelolaan pendapatan suami (ayah)

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Suami 15 orang 10,9 %

2 Isteri 99 orang 72, 3%

3 Suami dan isteri 23 orang 16,8%

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 99 orang (72,3%) responden yang menyatakan bahwa yang mengelola pendapatan/penghasilan

suami (ayah) di dalam rumah tangga adalah isteri. Isteri lah yang mengambil keputusan dalam hal mengelola pendapatan suami.

Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh 23 orang (16,8%) responden menjawab bahwa yang mengelola pendapatan/pengahasilan suami (ayah) di dalam rumah tangga adalah kedua-duanya yaitu suami dan isteri, dan sebagian kecilnya

responden menjawab 15 orang (10,9%) yang menyatakan bahwa pendapatan/penghasilan suami di dalam rumah tangga dikelola oleh suami (ayah) itu sendiri.

Di bawah ini peneliti melakukan wawancara dengan seorang informan yang bernama ibu Nurlela (52 tahun) yang sudah bekerja sebagai aron selama 25

tahun. Sejak gadis Nurlela sudah merantau ke Kabanjahe untuk mencari pekerjaan yaitu bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat setempat.

Setalah 5 tahun merantau dan bekerja sebagai aron, Nurlela menikah

dengan suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan. Walaupun sudah menikah, Nurlela tetap bekerja sebagai aron untuk memenuhi kebutuhan keluarga

(47)

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Nurlela,

dimana Ibu Nurlela mengatakan bahwa dari dari hasil pendapatan yang di terima oleh suaminya setiap gajian maka hasil pendapatan tersebut diberikan kepada

isteri sebesar Rp.600.000 dari pendapatannya yang sebesar Rp.1000.000/bulannya.

Hasil pendapatan yang diberikan kepada Ibu Nurlela, senuhnya dikelola

oleh Ibu Nurlela untuk mencukupi berbagai keperluan keluarga. Baikmuntuk keperluan dapur, keperluan suami, maupun keperluan anak-anak mereka. Ibu

Nurlela harus pandai-pandai mengatur keuangan yang diberikan oleh suami agar tercukupi dengan baik.

“Pendapatan yang diperoleh suami saya sebagai besar diberikan kepada saya yakni dari pendapatannya yang sebesar satu juta rupiah, enam ratus ribu diberikan kepada saya untuk memenuhi keperluan keluarga. Saya tidak pernah memaksakan suami saya untuk memebrikan semua gaji/pendapatannya untuk saya.” (wawancara dengan Ibu Nurlela di rumah Ibu Nurlela, 13 Maret 2014).

Untuk urusan pendapatan yang diperoleh oleh Ibu Nurlela tidak pernah

dicampuri oleh suaminya. Karena pendapatan yang diperoleh oleh Ibu Nurlela juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jika hanya mengandalkan pendapatan suami saja, Ibu Nurlela tidak akan mampu memenuhi

berbagai kebutuhan yang semakain mendesak, baik kebutuhan untuk makan maupun kebutuhan untuk pendidikan anak-anak mereka.

Tabel 4.5

Pendapat aron wanita mengenai penegelolaan pendapatan isteri (ibu)

(48)

1 Suami - -

2 Isteri 105 orang 76,7%

3 Suami dan isteri 32 orang 23,4%

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada sebanyak 105 orang

(76,7%) responden menjawab bahwa yang mengelola pendapatan/penghasilan isteri (ibu) di dalam rumah tangga adalah isteri itu sendiri. Selanjutnya sebanyak

32 orang (23,4%) responden menjawab bahwa yang mengelola pendapatan/penghasilan isteri atau (ibu) di dalam rumah tangga adalah kedua-duanya yaitu suami dan isteri, disini pendapan isteri pada aron wanita lebih

didminasi oleh isteri, segala keputusan yang berhubungan dengan pendapatan isteri diatur oleh isteri itu sendiri.

Di bawah ini peneliti melakukan wawancara dengan informan yang bernama Mak Aris (40 tahun), dia bekerja sebagai aron selama 12 tahun. Setiap hari senin sampai dengan hari sabtu dia akan bekerja di lahan pertanian

masyarakat karo di desa ketaren maupun di luar desa ketaren seperti di desa Ligga Julu. Kegiatan yang sering dilakukan oleh Mak Aris setiap melakukan

pekerjaannya di ladang adalah membersihkan lahan pertanian yang mau ditanami dengan tanaman baru, memanen sayur-sayuran dan lain-lain. Dari hasil bekerja, Mak Aris bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp.360.000/minggunya.

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengatur segala urusan rumah tangga dan juga sebagai penopang perekonomian keluarga, mak Aris selalu

(49)

“Kalau saya selalu mengatur pendapatan saya dengan baik, yang mana merupakan kebutuhan yang paling utama dan penting itu yang saya dahulukan. Apa lagi untuk kebutuhan anak sekolah, lebih baik saya memelikan buku-buku anak saya atau memberikan mereka bimbingan belajar dari pada saya membeli pakaian saya. Saya itu paling bahagia kalau melihat anak saya makan enak, tidur enak, sekolah lancar dan sukses. Ditambah lagi saya ingin juga nanti dihari tua saya tidak perlu capek-capek bekerja lagi karena sudah ada tabyngan masa tua.” (Wawancara dengan mak Aris di rumah ma Aris, 16 Maret 2014).

4.2 Fungsi Pendidikan pada Keluarga Aron Wanita Tabel 4.6

Yang memberikan pendidikan agama kepada anak-anak

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Suami 35 orang 25,5%

2 Isteri 42 orang 30,7%

3 Suami dan isteri 60 orang 43,7%

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang lebih dominan dalam memberikan pendidikan agama bagi anak-anak, baik dalam memberikan arahan

maupun nasehat yang berkaitan dengan agama, kewajiban dalam beribadah adalah dari kedua orang tua. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 60 orang (43,7%)

responden yang menjawab bahwa suami dan isterilah yang memberikan pendidikan agama bagi anak-anak mereka di lingkungn keluarga.

Seperti wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan seorang informan

yang bernama Bapak Suparjo (40 tahun) yang merupakan suami ibu Yani. Bapak Suparjo bekerja sebagai buruh bangunan. Tidak setiap hari ada panggilan untuk

(50)

Biasanya pekerjaan sebagai buruh bangunan lebih dikenal sebagai pekerjaan

musiman, dimana pekerjaan ini tak menentu.

Sebagai kepala keluarga, bapak Suparjo tidak hanya bekerja untuk

menafkahi isteri dan anak-anaknya, namun bapak Suparjo juga senantiasa mengajarkan isteri bahkan anak-anaknya pendidikan agama, khususnya pendidikan agama islam. Bapak Suparjo selalu mengingatkan kepada anak-anak

dan isterinya agar tetap menjalankan kewajiban mereka sebagai penganut agama islam. Mereka diwajibkan untuk sholat lima waktu, belajar mengaji, berpuasa, dan

menjalankan segala perintah agama.

Bapak suparjo yang merupakan orang taat beribadah selalu menekankan kepada keluarganya untuk selalu menjalankan ajaran agama mereka sebaik

mungkin. Sebagai contoh, anak-anak mereka diharuskan untuk belajar mengaji dengan guru agama mereka. Tiga kali seminggu anak-anak bapak Suparjo harus menekuni belajar ngaji. Tidak hanya anak-anak bapak Suparjo yang wajib

menjalankan perintah agama, bapak Suparjo dan isteri pun aktif dalam kegiatan keagaaam di sekitar lingkungan mereka. Bapak Suparjo aktif dalam kegiatan

masjid, ibu Yani juga aktif dalam kegiatan perwiritan disekitar lingkungan mereka.

(51)

jalan”. (Wawancara dengan bapak Suparjo di rumah, 28 Februari 2014).

Tabel 4.7

Pendapat aron dalam menentukan

pendidikan sekolah bagi anak-anak di dalam keluarga

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Isteri 88 orang 64,2%

2 Suami - -

3 Isteri dan suami 49 orang 35,8%

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang lebih mendominasi menentukan pendidikan anak-anak seperti sekolah dimana, jurusan apa yang akan

dipilih, mata pelajaran apa yang dileskan adalah berdasarkan keputusan isteri itu sendiri, dimana ada sebanyak 88 orang (64,2%) responden yang menjawab

demikian.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan yang bernama Ibu Nurlela, diaman Ibu Nurlela mengatakan bahwa yang menentukan

keputusan dalam hal penentuan pendidikan anak-anak mereka adalah berdasarkan keputusan isteri yang didasari oleh kemauan anak itu sendiri. Jika keputusan itu

telah ditentukan oleh anaknya dan dirinya makan urusan pendidikan anak diserahkan kepadanya, suami cukup tau dimana anak-anaknya bersekolah dan berapa biaya anak-anaknya bersekolah. Suami tidak turun tangan dalam

mengurusi pendidikan anak-anak namun, tetap ikut membiayai kebutuhan sekolah anak-anak.

(52)

Nurlela tidak ingin anak-anaknya nanti merasakan seperti apa yang dia dan suami

rasakan, bagaimana lelahnya bekerja sebagai aron yang bekerja memerlukan tenaga fisik yang sangat kuat.

Tidak hanya ibu Nurlela yang menginginkan anak-anak mereka bisa bersekolah dengan jenjang pendidikan yang lebih baik, suami bapak Bejo yang merupakan suami dari ibu Nurlela menginginkan anak-anak mereka bisa

mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar anak-anak mereka nantinya bisa hidup lebih baik dibanding dengan mereka saat ini. Hal ini

lah yang membuat mereka bekerja keras untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga, termasuk kebutuhan pendidkan anak-anak.

“Saya tidak sepenuhnya mengatur masalah pendidikan anak-anak, saya memberikan peluang kepada anak saya untuk menentukan pilihan mereka, mereka mau sekolah dimana saya memberikan pilihan kepada mereka. Jika menurut saya pilihan mereka tidak tepat, saya akan memberikan masukan lain dan memberikan keputusan agar dapat mengarahkan anak saya dengan pilihan

mereka” (wawancara dengan Ibu Nurlela di rumah Ibu Nurlela, 25

(53)

BAB V

PERANAN KELUARGA PADA ARON WANITA

Peranan didalam keluarga terbagi atas dua yaitu peran domestik dan peran

publik. Peran domestik adalah peran yang menyangkut dengan berbagai urusan rumah tangga seperti mengurus suami dan anak-anak, membersikan rumah, memasak, mencuci pakaian, belanja kebutuhan dapur dan lain sebagainya.

Sedangkan peran publik adalah peran yang menyangkut dengan urusan pekerjaan (mencari nafkah untuk keluarga), urusan dengan masyarakat (sosial) dan lain

sebaginya.

Tabel 5.1

Pendapat Aron Mengenai Keharusan wanita untuk bekerja

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Ya 83 orang 60,6 %

2 Tidak 54 orang 39, 4%

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 83 orang (60, 6%) jawaban yang menyatakan bahwa wanita di dalam keluarga aron wanita dituntut

harus bekerja di luar rumah tangga mereka dan 54 orang (39,4%) menyatakan bahwa wanita di dalam keluarga aron wanita tidak dituntut harus bekerja di luar

rumah tangga mereka.

Seperti wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu informan yang bernama Yani (33 tahun), yang bekerja sebagai aron di lahan

pertanian masyarakat karo selama 8 tahun, awal mulanya dia bekerja sebagai aron dikarenakan sang suami pindah ke Tanah Karo untuk mencari pekerjaan.

(54)

menyelesaikan proyek pembanguan rumah maupun gedung-gedung. Hal inilah

yang menyebabkan pendapatan suami yang masih sangat rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga.

“Di dalam rumah tangga saya sendiri wanita tidak selalu diharuskan bekerja membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bekerja untuk membantu suami dilakukan jika pendapatan suami tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun sejak dulu orang tua saya sudah mengajarkan saya untuk hidup mandiri untuk menghidupi diri sendiri maupun

keluarga”. (wawancara dengan Ibu yani di rumah Ibu Yani, 28

Februari 2014).

Pendapatan suami bu Yani yang masih sangat rendah membuat Ibu Yani

dituntut untuk bekerja bersama-sama dengan sang suami untuk mencari nafkah (uang) . Selain faktor pendapatan suami yang rendah dan tidak mencukupi, Ibu Yani dituntut untuk bekerja juga dikarenakan kebutuhan keluarga semakin

meningkat dan mendesak. Faktor-faktor tersebutlah yang membuat Ibu Yani harus bekerja di luar rumah tangga mereka untuk menopang perekonomian keluarga yang semakin mendesak dan bukan dikarenakan wanita memang sudah diajarkan

untuk mandiri sejak dulu.

Ibu yani bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo mulai

dari hari senin sampai dengan hari sabtu jika ada permintaan dari pemilik lahan untuk bekerja di lahan pertanian pemilik lahan pertanian tersebut, agar dapat mebiayai kebutuhan-kebutuhan mereka sekeluarga setiap harinya baik itu untuk

biaya makan sekeluarga, untuk biaya sekolah anak-anak, dan lain sebagainya. Setelah bekerja sebagai aron untuk membantu suami menopang

(55)

saja, ibu Yani tidak akan mampu menyekolahkan anak-anak mereka dan juga

tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga lainnya.

Tabel 5.2

Pendapat Aron Wanita Tentang Peran seorang ayah sesungguhnya

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Mencari nafkah untuk keluarga 92 orang 67, 2 % 2 Mendidik anggota keluarga 10 orang 7,3 % 3 Mencari nafkah dan mendidik anggota

keluarga

35 orang 25, 5%

4 Mengurus pekerjaan rumah tangga - -

Jumlah 137 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 92 orang (62, 2%)

yang menyatakan bahwa peran seorang ayah yang sesungguhnya adalah mencari nafkah untuk keluarga mereka dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa peran seorang ayah yang sesungguhnya adalah mengurus pekerjaan rumah tangga.

Dari tabel diatas juga sangat terlihat jelas bahwa jawaban dari responden yang menyatakan bahwa peran seorang ayah yang sesungguhnya adalah mencari

nafkah dan medidik keluarga adalah sebanyak 35 orang (25,5%) dan responden yang menyatakan peran seorang ayah yang sesungguhnya adalah mendidik anggota keluarga adalah sebanyak 10 orang (7,3%).

Di bawah ini hasil wawancara dengan salah satu informan yang bernama ibu Ayu (35 tahun) yang merupakan seorang aron (buruh tani) di desa Ketaren.

(56)

Apalagi anak-anak mereka masih mengenyam pendidikan sehingga membutuhkan

biaya yang sangat besar.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Iinforman menyatakan

bahwa peran seorang ayah (pria) yang sesungguhnya adalah mencari nafkah keluarga dengan cara bekerja sesuai dengan kemampuan diri mereka. Pekerjaan yang mereka geluti tersebut akan menghasilkan pendapatan, yang nantinya akan

digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Selain itu, yang menjadi peran dan fungsi dari seorang ayah di dalam keluarga adalah mendidik isteri dan

anak-anaknya baik dalam hal pendidikan agama, sopan santun, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Ibu Ayu juga mengatakan bahwa, dia bekerja sebagai aron di lahan

pertanian masyarakat Karo dikarenakan pendapatan suami memang tidak mencukupi kebutuhan keluarga yang semakin meningkat. Apalagi kebutuhan anak sekolah yang semakin mendesak, padahal sebenarnya suami ibu Ayu keberatan

kalau isterinya memutuskan untuk bekerja sebagai aron (buruh tani) dilahan pertanian masyarakat karo.

“Saya berpendapat bahwa fungsi dan peran seorang suami adalah mencari nafkah untuk isteri dan anak-anaknya. Hal inilah yang dilakukan oleh suami saya sejak kami menikah, dia laki-laki yang sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya. Suami saya selalu berusaha memenuhi kebutuhan saya dan anak-anak saya. Tapi kebutuhan yang semakin meningkat membuat saya harus membantu suami saya bekerja sehingga segala kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.” (wawancara dengan Ibu Ayu di Rumah Ibu Ayu, 10 Februari 2014).

Ibu Ayu bekerja setiap hari kecuali hari minggu, dimana hari minggu dimanfaatkan ibu ayu untuk mencurahkan perhatiannya dengan suami dan

(57)

Salah satu yang membuat suami Ibu Ayu tidak setuju kalau isterinya

bekerja di luar rumah tangga karena, suaminya berkeyakinan bahwa sang isteri tidak akan sanggup melaksanakan berbagai pekerjaan di lahan pertanian. Biasanya

beban yang diberikan kepada aron pria dan aron wanita tidak dibedakan, sehingga pekerjaan wanita dibidang pertanian memang berat. Namun, ternyata dugaan suami ibu Ayu salah. Bahkan sampai saat ini ibu Ayu tidak pernah mengeluh atas

pekerjaan yang telah dilaksanakannya selama kurang lebih 15 tahun.

Suami ibu Ayu sadar bahwa kondisi perekonomian keluarga (rumah

tangganya) menjadi lebih baik dikarenakan ibu Ayu membantu suaminya menopang perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai aron (buruh tani) di lahan pertanian masyarakat karo. Walaupun sebenarnya Ibu Ayu sudah memiliki

peran mencari nafkah untuk keluarga mereka yang seharusnya itu merupakan fungsi dan peran dari seorang suami.

Gambar 2

(58)

Gambar 2 di atas tersebut merupakan gambar yang menunjukkan salah

satu satu informan yang sedang mengaduk pestisida guna memompa/menyemprot lahan pertanian yang ditanami dengan tnaman kentang dan lobak. Setiap harinya

Bapak Ayu (nama panggilan) harus bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat Karo. Sudah lama bapak ayu bekerja sebagai aron, dulunya dia hanya seoarang pedagang di kampung halamannya. Karena masalah ekonomi yang

semakin melilit, bapak ayu merantau ke Tanah Karo untuk bekerja sebagai aron. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab untuk keluarganya.

Pada gambar tersebut terlihat bapak ayu sedang mengaduk pestisida yang digunakan untuk memompa tanaman kentang dan lobak agar terhindar dari berbagai jenis penyakit tanaman. Bapak ayu sendiri sudah biasa melakukan

pekerjaan ini sesuai jadwal untuk memompa tanaman yang harus dilakukan tanpa menggunakan pengaman tubuh. Seperti sarung tangan, sepatu boot, celana panjang, dan masker hidung, walaupun demikian bapak ayu mampu

menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan baik sesuai dengan yang diinginkan pemilik lahan.

Gambar 3

(59)

Gambar diatas merupakan lahan pertanian tempat bapak ayu bekerja

sebagai aron, lahan pertanian tersebut berada di Desa Ketare, Kecamatan Kabnjahe. Lahan pertanian tempat bapak ayu biasa bekerja biasanya ditanami

dengan tanaman lobak (seperti digambar), wortel, kentang, kol, sayur putih (sawi), dan sayur pahit. Setiap harinya dia bekerja disini untuk mengurus tanaman dari pemilik lahan yang telah membayar tenaganya.

Gambar 4

Lahan pertanian Kopi tempat Bapak Joko bekerja

Pada gambar 4 tersebut terlihat seorang informan yang bernama Pak Joko

(nama panggilan) bekerja membersihkan rumput yang berada disekitar tanaman kopi. Setiap hari pak Joko bekerja sebagai tulang punggung keluarga untuk

memenuhi berbagai kebutuhan keluarganya.

Walaupun sudah bekerja setiap hari sebagai aron, pendapatannya tidak memadai untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Hal ini lah yang

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 1 Panen tomat
Tabel 4.2 Pendapat aron wanita dalam menentukan
Tabel 4.4 Pendapat aron wanita mengenai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kata nama yang terkandung dalam binaan frasa nama (inti) + penerang boleh digugurkan sehingga yang tinggal dalam frasa nama itu hanya bahagian penerangnya, yang mungkin

8] Seefeld, K., Linder, E., (2007) Statistics Using R with Biological Examples, University of New Hampshire, Durham, NH Department of Mathematics &..

Dalam konsep ekonomi Islam, yang Peking prinsip adalah harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.keseimbangan ini terjadi apabila penjual dan

Dari kajian atau seluruh kata kunci dapat ditarik pokok-pokok atau unsur- unsur pembentuk makna dan konsep agama menurut pandangan al-Qur’an, antara lain: (1) Perjanjian antara

Kemampuan dan pengalaman bawahan akan mempengaruhi apakah mereka dapat bekerja lebih berhasil dengan pemimpin yang berorientasi prestasi (achievement-oriented) yang

Peneliti menyimpulkan bahwa Metode yang diterapkan dalam pembelajaran taḥfīẓ al-Qur’an di MA Taḥfīẓ Nurul Iman terdapat tujuh metode yaitu: juz’i, simā’i, tasmī’,

Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemologi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dengan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita dengan kartu menuju sehat