Tinjauan Atas Pencatatan Laporan Arus Kas
Pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Disusun oleh
NAMA : AMELIA HALOHO
NIM : 21108146
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat serta dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Praktek.
Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Kerja Praktek dengan
judul Tinjauan Atas Pencatatan Laporan Arus Kas Pada Bagian Akuntansi dan
Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
Penulis pun menyadari dalam penulisan laporan ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Rasa terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Dr.Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., M.Si.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3. Sri Dewi Anggadini,SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi.
4. Surtikanti, SE.,M.Si.,selaku Dosen pembimbing Kuliah Kerja Praktek.
5. Dedy Hikmat, SE ,Selaku pembimbing Kuliah Kerja Praktek pada Bagian Akuntansi
Pelaporan Biro Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
6. Seluruh karyawan dan karyawati di Bagian Akuntansi Pelaporan Biro Keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Kakak saya Ita irawati, abang saya Parmanto dan Benson, adik saya Lastri dan Nober
yang telah memberikan semangat dan doa.
9. Abang ku Kriston, Liber, dan Leo nardo yang selalu memberikan semangat.
10. Buat sobat ku Mesli, Widya, Yolan dan Laura yang selalu memberikan semangat
dan doa.
11. Untuk bng Ivan (Ivanitus) yang selalu membantu dan memberikan masukan serta
doanya.
12. Adik-adik ku Andes, Barnes dan Ardi yang telah memberikan semangat dan doa.
13. Semua teman AK-4 yang selalu membantu dan memberikan semangat.
14. Semua teman Akuntansi Sektor Publik yang selalu mebantu memberikan informasi
pembuatan laporan.
15. Semua orang yang telah membantu dalam penulisan laporan ini secara langsung
maupun tidak langsung.
Bandung, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang penelitian ... 1
1.2Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 5
1.2.1 Maksud Kerja Praktek ... 5
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek ... 5
1.3Kegunaan Kerja Praktek ... 5
1.4Metode Kerja Praktek ... 6
1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 7
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat... 9
2.2Struktur Organisasi Perusahaan ... 11
2.3Uraian Tugas Perusahaan ... 13
2.4Aspek Kegiatan Perusahaan ... 16
3.1.1 Pengertian Prosedur ... 18
3.1.2 Pengertian Laporan Arus Kas ... 18
3.1.3 Kegunaan Laporan Arus Kas ... 19
3.2Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 20
3.2.1 Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Arus Kas ... 21
3.2.2 Pencatatan Laporan Arus Kas ... 24
3.3Pembahasan Hasil Kerja Praktek ... 25
3.3.1 Analisis Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Arus Kas ... 25
3.3.2 Analisis Pencatatan Laporan Arus Kas ... 26
Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 28
4.2 Saran ... 29
Daftar pustaka ... 30
LAMPIRAN ... 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pemerintah Indonesia telah menggulirkan Otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal sejak tahun 1999. Dalam rangka otonomi ini telah dikeluarkan berbagai
peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek penyelenggaraan
pemerintahan, antara lain Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah
dan Undang-undang No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005).
Dalam rangka menindaklanjuti peraturan peundang-undangan tersebut,
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 105/2000 yang mengatur
Pokok-pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Peraturan
Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa standar
akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005).
Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan
yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus
pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
ditetapkan dengan Peraturan (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005).
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo
kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Pemerintah pusat dan daerah yang
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib
menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode penyajian
laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. (PP/SAP
No.03).
Pernyataan Standar Laporan arus kas ini berlaku untuk penyusunan laporan arus
kas pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat
dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan atau
menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib menyusun laporan arus kas,
kecuali perusahaan negara/daerah (PP/SAP No.03).
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah
dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas
masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan
bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas
suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) (PP/SAP No 03).
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daaerah harus sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi. Laporan keuangan pemerintah daerah harus memberikan
infomasi keuangan secara terbuka dan jujur agar terhindar dari kesalahan dalam
pencatatan maupun penyelewengan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
daerah (Dedy Hikmat, SE , Selaku Pelaksana Bagian Akuntansi Pelaporan Biro
Keuangan).
Permasalahan yang sering terjadi saat pencatatan arus kas pada Pemerintah
Provinsi Jawa Barat yaitu bahwa sering kali para karyawan mengeluh karena
data-data laporan keuangan untuk arus kas sering terlambat karena data-data-data-data atau bukti – bukti transaksi masih ada di bagian Kuasa Daerah karena Sumber Daya Manusia
yang kurang disiplin pada saat penyerahan bukti transaksi tersebut seperti Surat
Perintah Membayar, hal tersebut dikarenakan lemahnya pengawasan terhadap
pelaksanaan prosedur, sehingga proses penyusunan laporan keuangan arus kas
terhambat dikarenakan oleh data data yang diterima belum lengkap, hal tersebut
menyebabkan terlambatnya proses penyusunan laporan keuangan arus kas (Dedy
Tabel 1.1
Data keterlambatan selama tahun 2011
Akhir Penyerahan Penerimaan Keterlambatan
10 Juni 2011 15 Juni 5 Hari
10 Juli 2011 13 Juli 3 Hari
10 Agustus 2011 20 Agustus 10 Hari
10 September 2011 15 September 5 Hari
10 Oktober 2011 1 November 22 Hari
10 November 2011 5 Desember 25 Hari
Sumber : Data Penerimaan Dokumen Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan peninjauan
lebih jauh tentang aktivitas ekonomi, khususnya pencatatan laporan keuangan arus
kas dalam sebuah Laporan Kerja Praktek (LKP) dengan judul “Tinjauan Atas Pencatatan Laporan Arus Kas Pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Dengan melakukan penelitian ini, penulis mengetahui informasi mengenai
prosedur dan pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Maksud dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan penyusunan
Laporan Keuangan Arus kas.
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan melakukan Penelitian di bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat diantaranya :
1. Untuk mengetahui prosedur penerimaan dan pengeluaran arus kas pada bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui pencatatan laporan arus kas pada bagian Akuntansi dan
Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Penelitian ini dapat berguna untuk :
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai pelaksanaan
pencatatan laporan keuangan arus kas
b. Membandingkan antara teori yang penulis terima selama perkuliahan
2. Bagi Instansi
Membantu pihak perusahaan khusunya pada bagian keuangan dalam
melaksanakan tuganya sehari-hari.
3. Bagi pengembangan ilmu akuntansi
Memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi ilmu akuntansi tentang ada
tidaknya keterkaitan penggunaan prosedur pencatatan dengan keefektifan
kegiatan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
4. Bagi peneliti lain/pembaca
Dapat dijadikan bahan acuan dan referensi mengenai prosedur pencatatan
laporan keuangan arus kas pada instansi lain dari hasil penelitian yang akan
dilakukan.
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis menggunakan metode Blok Realeas,
yaitu metode yang menyelenggarakan Kuliah Kerja Praktek dalam suatu periode
selama satu bulan.
1. Studi kepustakaan (Library Study)
Studi kepusatakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari berbagai
terature yang berhubungan dengan objek penelitian yang akan dibahas guna
2. Studi lapangan (Field Study)
Studi lapangan (Field Research) yaitu dengan cara observasi dan wawancara
langsung dengan mengadakan penelitian ke lapangan.
a. Observasi langsung
Observasi langsung yaitu penulis melakukan pengamatan dan tujuan ke
lapangan dengan melihat, mengikuti, mencatat, dan ikut serta dalam kegiatan
kegiatan responden.
b. Wawancara langsung
Wawancara dilaksanakan oleh penulis dengan manajer dan staf karyawan di
kantor.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Dalam melakukan kegiatan penelitian ini penulis mengambil lokasi yang
dilakukan di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat di bagian Akuntansi
Adapun jadwal kegiatannya adalah sebagai berikut:
Table 1.2
Waktu Penelitian
No Keterangan Juni Oktober November Desember
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekretariat Daerah
merupakan salah satu unsur perangkat Daerah, yang pembentukannya berdasarkan
Undang-ndang Nomor 22 tahun 1999 pasal 68 ayat 1 dan peraturan pemerintah
nomor 84 tahun 2000 pasal 1 ayat 2 yang kemudian dibentuk berdasarkan peraturan
daerah nomor 13 tahun 2000 tentang sekertariat daerah.
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 ayat (1) Sekretaris daerah
merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu
kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
Tugas pokok sekretariat daerah yaitu membantu Gubernur dalam pelaksanaan
tugas pemerintah, organisasi dan tata laksana serta member pelayanan administratif
kepada seluruh perangkat pemerintah. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya
tersebut, Sekretariat Daerah juga berfungsi sebagai :
1. Pengkoordinasi perumusan kebijakan pemerintah daerah
2. Penyelenggaraan Administrasi pemerintah dan pelaksanaan pelayanan admnistrasi
3. Pengendalian sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintah
daerah.
4. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dengan tugas dan fungsinya.
Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi tersebut.
Sejak tahun 1950 segala urusan keuangan daerah dipegang oleh Biro Keuangan yang
berkantor di Jl. Gereja No. 5 Bandung. Pada tahun 1967, Biro Keuangan dipindahkan
ke Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga No. 137 Bandung, Dengan tugas dan fungsi yang
sama. Kemudian pada tahun 1968, Biro Keuangan diganti menjadi administrator
Bidang keuangan yang disesuaikan dengan struktur organisasi Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat sebagai assist. III . dengan diterbitkannya peraturan daerah Tk I
Jawa Barat No. 1 Tahun 1993 tentang susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat
Wilayah Daerah Tk 1 Jawa Barat dan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang
baru penggunaan Biro Keuangan ini digunakan sampai sekarang dengan tugas dan
fungsi yang sama.
Biro Keuangan mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan pengelolaan
keuangan daerah yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka proses
pelaksanaan administrasi APBD, yang terdiri dari :Perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pertanggungjawaban.
Selain itu, Biro Keuangan memiliki fungsi dalam mengelola keuangan daerah
yaitu Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan
Daerah, Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan
pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
kebijakan di Bidang Keuangan Daerah, Melaksanakan pengendalian/pengawasan
preventif pelaksanaan APBD, Menyelenggarakan pembinaan kepada aparat
pengelolaan keuangan daerah secara teknis fungsional dalam pengurusan keuangan
secara khusus.
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah suatu pengaturan orang-orang secara sengaja untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Stutktur organisasi adalah kerangka kerja formal organisasi
dimana tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokan dan dikoordinasikan.
Struktur organisasi berfungsi sebagai salah satu alat pengendalian manajemen dimana
di dalam struktur tersebut terlihat dengan jelas aliran pemberian delegasi/wewenang
serta tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga dengan adanya struktur
organisasi diharapkan tujuan organisasi dari instansi tersebut dapat dicapai dengan
baik sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Adapun struktur organisasi Biro Keuangan sesuai dengan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai
1. Kepala Biro Keuangan, yang membawahi :
a) Bagian Anggaran, membawahi :
1) Sub bagian Anggaran Program
2) Sub bagian Anggaran Non Pprogram
3) Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan
b) Bagian Perbandaharaan , membawahi :
1) Sub bagian Perbendaharaan Belanja Program
2) Sub bagian Perbendaharaan Belanja Non Program
3) Sub bagian Belaja Pegawai
c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahi :
1) Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan
2) Sub bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
3) Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan
d) Bagian Kas Daerah, membawahi :
1) Sub bagian Pengelolaan Kas
2) Sub bagian Penerimaan
3) Sub bagian Pengeluaran
e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahi :
1) Sub bagian Penganggaran
2) Sub bagian Penatausahaan
Struktur organisasi pada Biro Keuangan yang saat ini sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja. Dan strukturnya menggunakan suatu bentuk vertikal yang mempunyai
pimpinan yang memerintah dari atas sampai bawah, persoalan-persoalan yang
terdapat pada bagian bawah tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk
mendapatkan penyelesaian. Pada sistem ini, garis lurus tampak dari kebijaksanaan
dan kekuasaan yang langsung dari atas ke bawah dan garis pertanggungjawaban dari
bawah ke atas. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi Biro Keuangan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada lampiran.
2.3Uraian Tugas Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka dasar hubungan formal yang telah
ditetapkan dan yang membatasi kedudukan antar alat organisasi, dengan tujuan
organisasi membantu mengatur dan mangarahkan usaha-usaha dalam organisasi
sedemikian rupa sehingga usaha tersebut terkoordinir dan sejalan dengan
tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada pasal
131 menyebutkan :
1) Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perusahaan bahan
kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran,
perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan
2) Dalam menyelenggarakan tugas tersebut biro keuangan mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan secretariat
daerah.
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaa, akuntansi
dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan secretariat daerah.
c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi
dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan secretariat daerah.
3) Rincian tugas biro keuangan :
a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja biro keuangan
b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta
fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan
administrasi keuangan sekretarist daerah
c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran
d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan
e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi da pelaporan
f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi kas daerah
g. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan sekretariat
daerah
h. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah
j. Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan
pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan sekretariat daerah.
k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
l. Menyelenggarakan ketatausahaan biro keuangan
m.Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintahan dan
pembangunan wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota
n. Menyelenggarakan perumusan bahan rencana strategis, laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah (LAKIP), dan laporan penyelenggaraan pemerintah
daerah (LPPD) biro keuangan.
o. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluas kegiatan biro keuangan
p. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
q. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4) Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan
b. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi
5) Sub bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil
inventarisasi asset serta sistem informasi keuangan
b. Melaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan hasil inventarisasi asset
c. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi asset
serta sistem infomasi keuangan.
6) Sub bagian evaluasi dan pembinaan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan kebupaten/kota
b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan kabupaten/kota
c. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan kabupaten/kota.
2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan
Bagian akuntansi dan pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro Keuangan
yang terdapat di Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dan berikut ini merupakan aktivitas
yang dilakukan oleh bagian akuntansi dann pelaporan :
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum akuntans keuangan daerah
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pelaporan keuangan
daerah.
4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi
7. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD
8. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan
9. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kabupaten/kota
10. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan
keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.
11. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
12. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan
13. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/kota
14. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan
15. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
BAB III
PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam melaksanakan Kerja Praktek di Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
penulis ditempatakan di bagian Biro keuangan khususnya pencatatan arus kas yang
merupakan salah satu kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan Kerja Praktek ini
penulis bisa mengetahui dan mempelajari kegiatan yang dilaksanakan oleh Bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
3.1.1 Pengertian Prosedur
Menurut Ibnu Syamsi, SW (1994 : 16) mendefinisikan prosedur sebagai berikut: “Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam
melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan”.
Sedangkan definisi lain yang dikemukakan oleh Azhar Susanto (2008 : 264)
“Prosedur adalah rangkaian aktifitas atau kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan cara yang sama.”
Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah
rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan
menghasilkan efek netto yang terdefinisi.
3.1.2 Pengertian Laporan Arus Kas
Menurut Ihyaul Ulum MD (2004), pengertian Laporan Arus Kas adalah
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pembiayaan, dan
nonanggaran.
Sedangkan menurut Indra Bastian (2003), pengertian laporan arus kas adalah
laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu periode akuntansi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas adalah
memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu yang mengkalasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pembiyaan, dan nonanggaran.
Pengklasifikasian Laporan Arus Kas menurut Ihyaul Ulum MD (2004), adalah
arus masuk dan keluar kas yang berasal dari : aktivitas operasi, investasi, penbiayaan,
dan nonanggaran. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi,
pembiayaan, dan nonanggaran memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna laporan untuk menilai pengaruh ari aktivitas tersebut terhadap posisi kas
dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pembiayaan, dan
nonanggaran.
3.1.3 Kegunaan Laporan Arus Kas
Kegunaan laporan arus kas menurut PSAK 02 (2009) :
“Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash
flows) dari berbagai entitas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh
penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang
sama.
Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu,
dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi arus kas historis juga
berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah
dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.”
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Selama kerja praktek di Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Penulis
ditempatkan di bagian Akuntansi dan Pelaporan. Adapun kegiatan yang penulis
lakukan pada bagian Akuntansi dan Pelaporan adalah sebagai berikut:
1. Membantu pekerjaan harian karyawan-karyawan pada bagian Akuntansi dan
Pelaporan.
2. Mengumpulkan kwitansi-kwitansi atas pengeluaran.
3. Memasukkan dan menghitung data Rencana Kerja Anggaran
3.2.1 Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Arus Kas Pada Bagian Akuntansi
dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
1. Berdasarkan SPD (Surat Pencairan Dana) atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD (Surat Pencairan Dana), Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP
(Surat Permintaan Pembayaran) kepada Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) melalui PPK-SKPD (Pejabat Pengelola
Keuangan-Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), terdiri dari :
a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP)
b. SPP Ganti Uang (SPP-GU)
c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU)
d. SPP Langsung (SPP-LS)
2. Pengajuan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) dilampiri dengan daftar rincian
rencana penggunaan dana sampai dengan jenis belanja.
3. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP (Surat Permintaan Pembayaran-Uang
Persediaan) dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk memperoleh persetujuan
dari Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melalui
PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam
rangka pengisian uang persediaan.
4. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU (Surat Permintaan Pembayaran-Ganti
Uang) dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari
(Pejabat Pengelola Keuangan-Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam rangka ganti
uang persediaan.
Dokumen SPP-GU (Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang) terdiri dari :
a. Surat Pengantar SPP-GU
b. Ringkasan SPP-GU
c. Rincian SPP-GU
d. Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran atas
penggunaan dana SPP-UP/GU/TU ssebelumnya
e. Salinan SPD
f. Draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menyatakan bahwa uang yang
diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat
pengajuan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) kepada Kuasa Bendahara
Umum Daerah (KBUD)
g. Lampiran lain yang diperlukan.
Ketentuan batas jumlah SPP-UP (Surat Permintaan Pembayaran-Uang
Persediaan) dan SPP-GU (Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang)
ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
5. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU (Surat Permintaan
Pembayaran-Tambahan Uang) dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk memperoleh
melalui PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-Satuan Kerja Perangkat Daerah)
dalam rangka tambahan uang persediaan.
Dokumen SPP-TU (Surat Permintaan Pembayaran-Tambahan Uang) terdiri dari :
a. Surat Pengantar SPP-TU
b. Ringkasan SPP-TU
c. Rincian SPP-TU
d. Salinan SPD
e. Draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menyatakan bahwa uang yang
diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan
saat pengajuan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) kepada Kuasa Bendahara
Umum Daerah (KBUD)
f. Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang
persediaan
g. Lampiran lainnya yang dibutuhkan.
6. Batas jumlah pengajuan SPP-TU (Surat Permintaan Pembayaran-Tambahan Uang)
harus mendapat persetujuan dari PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah)
dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan
dalam Peraturan Kepala Daerah. Dalam hal tambahan uang tidak habis digunakan
dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke Rekening Kas Umum
Daerah (RKUD). Pengajuan dokumen SPP-UP (Surat Permintaan
TU (Surat Permintaan Pembayaran-Tambahan Uang) digunakan dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.
3.2.2 Pencatatan Laporan Arus Kas Pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan dan
pengeluaran kas bruto pada aktivitas operasi, investasi, asset nonkeuangan,
pembiayaan dan nonanggaran. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari
aktivitas operasi dengan cara metode langsung, ini mengungkapkan pengelompokan
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto. Entitas pelaporan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat Menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas
operasi.
Arus kas dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu, yaitu penerimaan dan
pengeluaran arus kas. Metode langsung pada dasarnya merupakan rugi laba, berbasis
tunai dan kas. Penyajian laporan arus kas dengan metode langsung dimulai dengan
melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari aktivitas
investasi dan pendanaan.
Metode langsung dapat menghsilkan informasi yang berguna dalam
mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak
langsung. Dengan menggunakan metode langsung informasi mengenai penerimaan
kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh. Hal ini sangat berguna bagi para
pemakai laporan keuangan karena dapat menjelaskan aliran kas masuk dan kas keluar
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek
3.3.1 Analisis Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Arus Kas Pada Bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Prosedur penerimaan dan pengeluaran arus kas pada bagian akuntansi dan
pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah tepat karena terdapat beberapa
tahapan verifikasi bukti yang kuat sebelum akhirnya pencairan dana dilakukan,
sehingga pengeluaran tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini terlihat dari adanya prosedur-prosedur sebagai berikut: Bendahara
Pengeluaran mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) kepada Pengguna
Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melalui PPK-SKPD (Pejabat
Pengelola Keuangan-Satuan Kerja Perangkat Daerah), pengajuan SPP (Surat
Permintaan Pembayaran) dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana
sampai dengan jenis belanja, penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP (Surat
Permintaan Pembayaran-Uang Persediaan) dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran
untuk memperoleh persetujuan dari Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) melalui PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-Satuan Kerja
Perangkat Daerah) dalam rangka pengisian uang persediaan, penerbitan dan
pengajuan dokumen SPP-GU (Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang) dilakukan
oleh Bendahara Pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melalui PPK-SKPD (Pejabat Pengelola
Keuangan-Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam rangka ganti uang persediaan,
harus mendapat persetujuan dari PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) dengan
memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam Peraturan
Kepala Daerah, pengajuan dokumen SPP-UP (Surat Permintaan Pembayaran-Uang
Persediaan), SPP-GU (Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang) dan SPP TU
(Surat Permintaan Pembayaran-Tambahan Uang) digunakan dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.
Namun, prosedur tersebut belum dijalankan dengan baik oleh para karyawan
karena masih adanya keterlambatan –keterlambatan penyusunan data. Sebaiknya
bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melakukan
evaluasi terhadap kinerja para karyawannya agar prosedur yang sudah baik dibuat
dapat dilaksanakan dengan lebih disiplin oleh para karyawannya sehingga
keterlambatan penyusunan laporan dapat diatasi.
3.3.2 Analisis Pencatatan Laporan Arus Kas Pada Bagian Akuntansi dan
Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Pencatatan arus kas pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat sudah terlaksana tepat dengan menggunakan pencatatan metode
langsung dimana penerimaan pendapatan dapat diakui pada saat diterimanya kas,
sehingga benar-benar mencerminkan posisi yang sebenarnya. Hal ini terlihat dari
pencatatan Laporan Arus Kas dilakukan dengan cara menyajikan
kelompok-kelompok penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi, investasi, asset
Entitas pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Menggunakan metode langsung
dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Keuntungan menggunakan metode
langsung adalah sebagai berikut: Menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengestimasikan arus kas dimasa yang akan datang, lebih mudah dipahami oleh
pengguna laporan, data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat
langsung diperoleh dari catatan akuntansi. Dengan menggunakan metode langsung
berarti arus kas yang berasal dari aktivitas operasi harus disusun dengan menyajikan
seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kasnya serta tidak perlu dilakukan
penyesuaian (adjustment) terhadap pendapatan dan belanja tersebut karena semua
pencatatan didasarkan atas asas kas (cash basis). Namun agar pelaporan tidak terjadi
keterlambatan, setiap data ataupun transaksi harus segera di flow up agar laporan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada bagian Akuntansi
dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengenai penyusunan laporan keuangan arus kas dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Secara prosedur penerimaan dan pengeluaran arus kas pada bagian Akuntansi
dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sudah tepat karena
terdapat beberapa tahapan verifikasi bukti yang kuat sebelum akhirnya
pencairan dana dilakukan, sehingga pengeluaran tersebut dapat
dipertanggungjawabkan. Namun, prosedur tersebut belum dijalankan dengan
baik oleh para karyawan karena masih adanya keterlambatan –keterlambatan
penyusunan data.
2. Pencatatan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat sudah tepat dengan menggunakan pencatatan metode
langsung dimana penerimaan pendapatan dapat diakui pada saat diterimanya
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan kerja praktek pada
bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat,di dalam
pelaksanaan penyusunan laporan arus kas sudah sangat terlaksana dengan baik. Akan
tetapi dalam pelaksanaannya juga masih ada kelemahan yang harus dibenahi, maka
penulis memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Sebaiknya Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melakukan evaluasi
terhadap kinerja para karyawannya agar prosedur yang sudah baik dibuat
dapat dilaksanakan dengan lebih disiplin oleh para karyawannya sehingga
keterlambatan penyusunan laporan dapat diatasi.
2. Agar pelaporan tidak terjadi keterlambatan, setiap data ataupun transaksi
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. (2003). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. (2009). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Peraturan Pemerintah/Standart Akuntansi Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah/Standart Akuntansi Pemerintah No.03
Susanto, Azhar Susanto. (2008). Akuntansi sector publik. Yogyakarta : Andi
Syamsi, Ibnu (1994 : 16) Pengertian Prosedur. Diakses 25 November, 2011 dari
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama Lengkap : Amelia Haloho
Tempat/Tanggal lahirr : 3 April 1990
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Sekeloa Slatan Bandung
Telepon : 085294268636
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 45 Kg
Pas foto : Terlampir
II. Riwayat Pendidikan
1. SD Inpres Tambasaribu Tahun 1996 - 2002
2. SMP Bunda Mulia Saribu dolok Tahun 2002 - 2005 3. SMA CR Duynhoven Saribu dolok Tahun 2005 - 2008 4. UNIKOM Bandung Tahun 2008 - 2012
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan sebagai bahan Laporan Kerja Praktek. saya ucapkan Terimakasih
Hormat Saya,