• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DI SMP AL- HIDAYAH MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DI SMP AL- HIDAYAH MEDAN."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG

DIBERI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN DISCOVERY LEARNING

DI SMP AL – HIDAYAH MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

ROSMITA SARI SIREGAR NIM : 8146171078

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

ROSMITA SARI SIREGAR. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Antara Siswa Yang Diberi Model Problem Based Learning dan Discovery Learning Di SMP Al- Hidayah Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : (1) peningkatan kemampuan komunikasi antara siswa yang diberi model problem based learning dan discovery learning. (2) peningkatan disposisi matematis antara siswa yang diberi model problem based learning dan discovery learning, (3) Interaksi antara kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa dengan pembelajaran (model problem based learning dan discovery learning) terhadap kemampuan komunikasi matematis, (4) Interaksi antara kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa dengan pembelajaran (model problem

based learning dan discovery learning) terhadap disposisi matematis siswa, (5) pola jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada

(7)

ABSTRACT

ROSMITA SARI SIREGAR. The differences in Enhancement of Ability in Mathematics Communication between Students Given Problem-based Learning and Discovery Learning AtSMP AL-Hidayah Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2016.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat

Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul

“PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN

DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL

PROBLEM BASED LEARNING DENGAN DISCOVERY LEARNING DI SMP AL – HIDAYAH MEDAN” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam

rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed yang telah memberikan

kesempatan melakukan penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

3. Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Edy Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd

dan Bapak Prof. Dr. Martua Manullang, M.Pd selaku Narasumber yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini

(9)

iv

5. Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan

Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam

administrasi perkuliahan di Unimed

6. Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur I Program

Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED

dan para staf pegawai Program Pascasarjana UNIMED yang telah

memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di

Universitas Negeri Medan

7. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED.

8. Ibu Dra. Ainul Himmah Matondang. selaku Kepala Sekolah SMP

AL-Hidayah Medan beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan

kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Teristimewa Ayahanda Tercinta Alm. Syahnan Siregar dan Ibunda Hasmarida

Harahap serta abangda Brigadir Haslauddin Siregar dan Hadi Irawan Saleh

Siregar. Adik-adikku tersayang Dewi Purnama Sari Siregar, S.Psi dan

Muhammad Imam Siregar yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.

10. Teman-teman seperjuangan di Dikmat A-2 2014 dan terkhusus buat

teman-teman yang selalu berdiskusi bersama-sama yaitu: Yuyun Sari Siregar,

Nurhayati Lubis, Tradina Fitriani Abriani dan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

(10)

v

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis

menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan

kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Juni 2016

Penulis

(11)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Batasan Masalah ... 16

1.4 Rumusan masalah ...17

1.5 Tujuan Penelitian ... 17

1.6 Manfaat Penelitian ...18

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Matematika ...19

2.2 Hakikat Pembelajaran Matematika ... 21

2.3 Komunikasi Matematis ... 26

2.4 Disposisi Matematis ...33

2.5 Model Problem Based Learning ... 35

2.6 Model Discovery Learning ... 44

2.7 Perbedaan Pedagogik Problem Based Learning dengan Discovery Learning ...52

2.8 Teori Belajar yang Mendukung ...54

2.9 Penelitian yang Relevan ...56

2.10 Kerangka Konseptual ...58

2.11 Hipotesis Penelitian ...66

(12)

vii

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian...70

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 70

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...71

3.4 Variabel Penelitian ... 71

3.5 Desain Penelitian ... 72

3.6 Prosedur Penelitian ... 74

3.7 Teknik Pengumpulan Data ...76

3.8 Uji Coba Instrumen ... 85

3.9 Teknik Analisis Data...102

3.10 Defenisi Operasional ...116

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ... 119

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 124

4.1.3 Deskripsi Disposisi Matematis ... 141

4.1.4 Uji Hipotesis ... 156

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa... 199

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ...204

4.2.3 Peningkatan Kemampuan Disposisi Matematis ...207

4.2.4 Interaksi Antara Model Pembelejaran dengan Kemampuan Awal Matematis Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan komunikasi Matematis Siswa ... 205

4.2.5 Interaksi Antara Model Pembelejaran dengan Kemampuan Awal Matematis Siswa Terhadap Peningkatan Disposisi Matematis Siswa ... 206

4.2.6 Proses Jawaban Matematika Siswa ... 207

(13)

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...212

5.2 Saran ...214

(14)

ix

[image:14.595.66.539.113.735.2]

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Sintaks Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) ... 40

2.2 Perbedaan modelProblem Based Learning dan Discovery Learning ... 52

3.1 Desain Penelitian ... 73

3.2 Tabel Weiner Keterkaitan Antar Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 73

3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa Berdasarkan KAM ... 79

3.4 Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 79

3.5 Tabel Penyekoran Kemampuan Tes Komunikasi Matematis ... 80

3.6 Kisi-kisi Instrumen Skala Disposisi Matematis ... 82

3.7 Deskripsi Indikator Pengembangan Angket Disposisi Matematis ... 83

3.8 Rangkuman hasil Validasi Perangkat Pembelejaran ... 86

3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi (Pretes) ... 88

3.10 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi (Postes) ... 88

3.11 Hasil validasi Skala Disposisi Setiap butir Pernyataan... 89

3.12 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ... 93

3.13 Interpretasi Koefisien Reabilitas ... 94

3.14 Interpretasi Daya Pembeda ... 95

3.15 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 95

3.16 Karakteristik dari Tes kemampuan Awal Matematika ... 96

3.17 Karakteristik dari Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 98

3.18 Karakteristik dari Postes Kemampuan Komunikasi Matematis... 99

3.19 Karakteristik dari Disposisi Matematis ... 100

3.20 Interpretasi Skor Kemampuan Komunikasi ... 102

3.21 Interpretasi Skor Disposisi ... 103

3.22 Interpretasi N-Gain... 103

3.23Rancangan Analisis Data Dengan ANAKOVA ... 105

3.24Rancangan Analisis Data Dengan ANAVA ... 114

3.25Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik ... 115

(15)

x

4.1 Deskripsi Kemampuan Matematis Siswa Tiap Sampel Berdasarkan

Pembelajaran ... 119

4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika ... 121

4.3 Hasil Uji Hipotesis dari Normalitas Kemampuan Awal Matematika ... 122

4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika ... 123

4.5 Sebaran Sampel Penelitian ... 124

4.6 Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 125

4.7 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis... 127

4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 128

4.9 Data Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 130

4.10 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 131

4.11 Hasil Uji Homogenitas Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 133

4.12 DeskripsiN-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 135

4.13 Data Peningkatan Komunikasi Matematis untuk Setiap Indikator ... 138

4.14 Hasil Uji Normalitas N-Gain Komunikasi Matematis ... 140

4.15 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Komunikasi Matematis ... 141

4.16 Deskripsi Pretes Disposisi Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 142

4.17Hasil Perhitungan Uji Normalitas PretesDisposisi Matematis ... 144

4.18Hasil PerhitunganUji Homogenitas PretesDisposisi Matematis ... 145

4.19 Deskripsi Postes Disposisi Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 145

4.20 Hasil Perhitungan Uji Normalitas PostesDisposisi Matematis ... 147

4.21 Hasil PerhitunganUji Homogenitas PostesDisposisi Matematis ... 148

4.22 Deskripsi N-Gain Disposisi Matematis ... 150

4.23 Data Peningkatan Disposisi Matematis untuk Setiap Indikator ... 152

4.24 Hasil Uji Normalitas N-Gain Disposisi Matematis ... 154

4.25 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Disposisi Matematis ... 155

4.26 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas eksperimen PBL ... 158

4.27 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas eksperimen PBL (SPSS 17) ... 159

(16)

xi

Komunikasi Matematis Kelas eksperimen PBL (SPSS) ... 159

4.29Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelas eksperimen DL ... 160

4.30 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelas eksperimen DL (SPSS 17) ... 160

4.31 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas eksperimen DL (SPSS 17) ... 161

4.32 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Disposisi Matematis Kelas

Eksperimen DL` ... 162

4.33Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas eksperimen DL (SPSS 17) ... 163

4.34 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 165

4.35 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis (SPSS) ... 166

4.36 Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Mosel Regresi

Komunikasi Matematis Kesejajaran (SPSS17) ... 166

4.37 Analisis Kovarians Kemampuan Komunikasi Matematis Untuk

Kesejajaran Model Regresi... 167

4.38 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 168

4.39Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan Komunikasi

Matematis (SPSS) ... 169

4.40 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 170

4.41 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Disposisi Matematis Kelas

Eksperimen PBL ... 172

4.42 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Disposisi Matematis Matematis

Kelas eksperimen PBL (SPSS 17) ... 173

4.43 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Disposisi Matematis

(17)

xii

4.44 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Disposisi Matematis Kelas

Eksperimen DL ... 174

4.45 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Disposisi Matematis Kelas eksperimen DL (SPSS 17) ... 174

4.46 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Disposisi Matematis Kelas eksperimen DL (SPSS 17) ... 175

4.47 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Disposisi Matematis Kelas Eksperimen PBL ... 175

4.48 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Disposisi Matematis Kelas Eksperimen DL ... 177

4.49 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Disposisi Matematis ... 179

4.50 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis (SPSS 17)... 179

4.51 Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Mosel Regresi Disposisi Matematis Kesejajaran (SPSS17) ... 179

4.52 Analisis Kovarians Kemampuan Disposisi Matematis Untuk Kesejajaran Model Regresi ... 180

4.53 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan Komunikasi Matematis ... 181

4.54 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Disposisi Matematis Matematis (SPSS) ... 182

4.55 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Disposisi Matematis ... 183

4.56 Hasil Uji Anava Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori KAM ... 184

4.57 Hasil Uji Anava Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori KAM ... 187

(18)

xii

[image:18.595.70.542.105.738.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Proses Penyelesaian Masalah ... 6

3.1 Prosedur Peneltian ... 76

4.1 Histogram Hasil KAM Siswa ... 120

4.2 Normal Q-Q Plot of KAM untuk Kelas Eksperimen PBL ... 121

4.3 Normal Q-Q Plot of KAM untuk Kelas Eksperimen DL... 121

4.4 Skor Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen PBL dan Kelas DL ... 125

4.5 Skor Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen PBL dan Kelas DL ... 130

4.6 Diagram Rerata N-Gain Komunikasi Matematis Untuk Kategori KAM ... 136

4.7 Diagram Rerata N-Gain Komunikasi Matematis Berdasarkan Peningkatan Masing-masing Indikator ... 138

4.8 Skor Rata –rata Pretes Disposisi Matematis Kelas Ekperimen PBL dan Kelas Eskperimen DL ... 142

4.9 Skor Rata –rata Postes Disposisi Matematis Kelas Ekperimen PBL dan Kelas Eksperimen DL ... 146

4.10 Diagram Rerata N-Gain Disposisi Matematis Untuk Kategori KAM ... 150

4.11 Diagram Rerata N-GainDisposisi Matematis Berdasarkan Peningkatan Masing-masing Indikator ... 152

4.12 Grafik Linearitas Uji Awal (pretest) dengan Uji Akhir (postest) Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen PBL... 163

4.13 Grafik Linearitas Uji Awal (pretest) dengan Uji Akhir (postest) Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen DL ... 164

4.14 Grafik Linearitas Uji Awal (pretest) dengan Uji Akhir (postest) Kemampuan Disposisi Matematis Kelas Eksperimen PBL ... 176

4.15 Grafik Linearitas Uji Awal (pretest) dengan Uji Akhir (postest) Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen DL ... 178

(19)

xiii

Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa ... 186

4.17 Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap

Peningkatan kemampuan disposisi matematis siswa ... 189

4.18 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 1 Pada

Kelas Eksperimen PBL ... 192

4.19 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 1 Pada

Kelas Eksperimen DL ... 192

4.20 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 2 Pada kelas

Eksperimen PBL ... 193

4.21 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 2 Pada

Kelas Eksperimen DL ... 194

4.22 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 3 Pada

Kelas Eksperimen PBL ... 195

4.23 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 3 Pada

Kelas Eksperimen DL ... 195

4.24 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 4 Pada

Kelas Eksperimen PBL ... 197

4.25 Proses Penyelesaian Jawaban Jawaban matematika Siswa Butir 4 Pada

(20)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Problem Based Learning

Pertemuan Pertama ... 220

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Problem Based Learning Pertemuan Kedua ... 229

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Discovery Learning Pertemuan Pertama ... 238

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Discovery Learning Pertemuan Kedua ... 244

A.5 Lembar Aktivitas Siwa (LAS) Problem Based Learning Pertemuan Pertama ... 251

A.6 Lembar Aktivitas Siwa (LAS) Problem Based Learning Pertemuan Kedua ... 255

A.7 Lembar Aktivitas Siwa (LAS) Discovery LearningPertemuan Pertama ... 260

A.8 Lembar Aktivitas Siwa (LAS) Discovery LearningPertemuan Kedua ... 265

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN B.1 Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM ) ... 269

B.2 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM)... 273

B.3 Kisi-Kisi Instrumen Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 276

B.4 Kisi-Kisi Instrumen Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 277

B.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 278

B.6 Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 279

B.7 Postes Kemampuan Komunikasi Matematis………... 282

B.8 Alternatif Kunci Jawaban Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 285

(21)

xv

B.9 Alternatif Kunci Jawaban Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 289

B.10 Kisi-kisi Instrumen Skala Disposisi Matematis ... 295

B.11 Skala Disposisi Matematis ... 296

LAMPIRAN C JADWAL PENELITIAN C.1 Jadwal Penelitian ... 299

LAMPIRAN D HASIL VALIDASI DAN UJI COBA D.1 Daftar Nama Validator ... 300

D,2 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Leaning ... 301

D.3 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Leaning……….. 303

D.4 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Pembelajaran Problem Based Leaning ... 305

D.5 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Pembelajaran Discovery Leaning ... 306

D.6 Hasil Validasi Lembar Observasi terhadap kegiatan pembelajaran Problem Based Learning ... 307

D.7 Hasil Validasi Lembar Observasi terhadap kegiatan Pembelajaran Discovery Learning ... 308

D.8 Hasil Validasi TesPretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 310

D.9 Hasil Validasi TesPostes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 311

D.10 Hasil Validasi Skala Disposisi ... 312

D.11 Hasil Uji Coba Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Aktivitas Siswa dan Lembar Observasi Kegiatan ... 315

D.12 Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan Menggunakan Microsoft Excel 2007 ... 316

(22)

xvi

D.14 Validitas, Reliabilitas, Tingkat kesukaran dan Daya Beda

Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 329 D.15 Validitas dan Reliabilitas Tes PretesKemampuan Komunikasi

Matematis dengan Menggunakan SPSS 17 ... 332 D.16 Validitas, Reliabilitas, Tingkat kesukaran dan Daya Beda

Postes Kemampuan Komunikasi Matematis dengan Menggunakan

Microsoft Excel 2007 ... 335 D.17 Validitas dan Reliabilitas Tes Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis dengan Menggunakan SPSS 17 ... 338 D.18Hasil Uji Coba Skala Disposisi Matematis dengan dengan

Menggunakan Microsoft Excel 2007 ... 340 D.19 Validitas dan Reliabilitas Skala Disposisi Matematis dengan

Menggunakan SPSS 17 ... 344

LAMPIRAN E DATA HASIL PENELITIAN

E.1 Rerata Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol dengan menggunakan Microsoft Excel 2007...364 E.2 Rerata, Uji Normalitas dan Homogenitas Nilai Kemampuan

Awal Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dengan Software SPSS17...367 E.3 Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen PBL………... 370

E.4 Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen DL………... 372

E.5 Deskripsi Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen PBL………374

E.6 Deskripsi Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen DL….………. 376

E.7 Deskripsi Hasil Pertemuan Awal Skala Disposisi Matematis

Dikelas Eksperimen PBL……….... 378

(23)

xvii

Dikelas Eksperimen DL………...…382

E.9 Deskripsi Hasil Pertemuan Akhir Skala Disposisi Matematis

Dikelas Eksperimen PBL……….. 386

E.10 Deskripsi Hasil Pertemuan Akhir Skala Disposisi Matematis

Dikelas Eksperimen DL……… 390

E.11 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Pretest Kemampuan

Komunikasi Matematis Dikelas Eksperimen PBL dan Eksperimen DL

dengan Menggunakan SPSS 17 ... 394 E.12 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Postes Kemampuan

Komunikasi Matematis Dikelas Eksperimen PBL dan eksperimen DL

dengan Menggunakan SPSS 17 ... 400

E.13 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Pertemuan Awal Skala

Disposisi Matematis Dikelas Eksperimen PBL dan Eksperimen DL dengan

Menggunakan SPSS 17 ... 402

E.14 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Pertemuan Akhir Skala

Disposisi Matematis Dikelas Eksperimen PBL dan Eksperimen DL dengan

Menggunakan SPSS 17 ... ………... 405 E.15 N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis di Kelas Eksperimen

PBL dengan Menggunakan Microscoft Excel………... 408 E.16 Perhitungan Normalitas Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen DL dengan Menggunakan SPSS 17……… 409 E.17 N-Gain Disposisi Matematis di Kelas Eksperimen PBL dengan

Menggunakan Microscoft Excel……….. 410 E.18 N-Gain Disposisi Matematis di Kelas Eksperimen DL dengan

Menggunakan Microscoft Excel……….. 411 E.19 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas N-Gain

Komunikasi Matematis ………... 412

E.20 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas N-Gain

(24)

xviii

E.21 Perhitungan Uji Independensi Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen PBL………416

E.22 Perhitungan Uji Independensi Kemampuan Komunikasi Matematis

Dikelas Eksperimen DL………..418

E.23 Perhitungan Uji Independensi Disposisi Matematis Dikelas

Eksperimen PBL……….. 420

E.24 Perhitungan Uji Independensi Disposisi Matematis Dikelas

Eksperimen DL………422

E.25 Perhitungan Uji Linearitas Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis Dikelas Eksperimen PBL…….……….424

E.26 Perhitungan Uji Linearitas Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis Dikelas Eksperimen DL………...………. 426

E.27 Perhitungan Uji Linearitas Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis Dikelas Eksperimen PBL……….…. 428

E.28 Perhitungan Uji Linearitas Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis Dikelas Eksperimen DL……… 430

E.29 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan

Komunikasi Kelas Eksperimen PBL dan Kelas Eksperimen DL……. 432

E.30 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Model Regresi Disposisi Matematis

Kelas Eksperimen PBL dan Kelas Eksperimen DL……… 434

E.31 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Komunikasi Kelas

Eksperimen PBL dan Kelas Eksperimen DL……….. 436

E.32 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Disposisi Matematis

Kelas Eksperimen PBL dan Kelas Eksperimen DL……… 439

(25)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya

manusia (SDM) yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong

memaksimalkan potensi siswa sebagai calon sumber daya manusia yang handal

untuk masa yang akan datang dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam

menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Sesuai

dengan maksud Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

(2003 : Pasal 3) menyebutkan bahwa ”pendidikan nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Salah satu lembaga / jenjang pendidikan formal yang bertanggung jawab

untuk mewujudkan fungsi pendidikan adalah jenjang pendidikan dasar (SD/MI),

jenjang pendidikan menengah (SMP/MTs), jenjang pendidikan atas (SMA/MA)

dan Perguruan Tinggi”.

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah harus mempunyai tujuan,

sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa menuju pada apa

yang ingin dicapai. ” Dalam pendidikan, hasil akhir (output) yang ingin dicapai

adalah potensi siswa setelah dikembangkan dalam proses pengajaran (final

(26)

2

pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meniningkatkan kualitas

sumber daya manusia, salah satunya adalah ilmu matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi)

telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama.

Cornelius dalam ( Abdurrahman, 2003 : 253) mengemukakan lima alasan

perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan : (1) sarana berpikir

yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari

hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,

(4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan

kesadaran terhadap perkembangan budaya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Cockroft juga mengatakan matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:

(1) selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan

matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan

jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)

meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan

(27)

3

Kutipan diatas mengatakan bahwa matematika itu dapat digunakan sebagai sarana

untuk memecahkan masalah dalam berbagai segi kehidupan.

Namun matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan

pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal

ini yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan

dijauhi siswa. Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang

terhadap matematika karena disebabkan oleh sulitnya memahami mata pelajaran

matematika. Salah satu indikasi yang menunjukkan adanya kesulitan dalam

mempelajari matematika antara lain terlihat dari hasil pembelajaran matematika

Indonesia, hasil survei internasional mengenai prestasi hasil belajar siswa

Indonesia dapat dilihat dari hasil tes PISA (Programme for International Student

Assesment). Menurut OECD ( dalam Ahmad, 2014 : 2) hasil studi PISA 2006 menyatakan bahwa Indonesia berada diperingkat ke-50 dari 57 negara peserta

dengan skor rata-rata 391. Hasil studi PISA 2009, Indonesia berada diperingkat

ke-61 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 371 dan Hasil terakhir studi

PISA 2012, Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan

skor rata-rata 375, sedangkan skor rata-rata internasional setiap tahunnya 500.

Dari hasil studi PISA diatas menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa

di Indonesia di Indonesia masih rendah dan bahkan prestasi siswa di Indonesia

dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Siswa masih belum memiliki

kemampuan dalam matematika khususnya kemampuan komunikasi dan siswa

belum rutin atau terbiasa mengerjakan soal-soal yang dituntut untuk berpikir

(28)

4

Bertolak belakang dengan fenomena pembelajaran matematika saat ini

yang masih bersifat teacher center dan siswa kurang diberi kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan berpikir, padahal seharusnya institusi pendidikan

memiliki peran dan tanggung jawab untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan-kemampuan yang berguna bagi kehidupan mereka. Namun demikian,

peran dan tanggung jawab tersebut tampaknya belum dilakukan secara optimal.

Pugalee (dalam Ramadhani, 2014 : 3) mengatakan “siswa perlu dibiasakan dalam

pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta

memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa

yang sedang dipelajari menjadi lebih bermakna”. Oleh karena itu, guru harus

berusaha mendorong siswa agar memiliki kemampuan komunikasi matematis.

Saat seorang siswa memperoleh informasi berupa konsep matematika yang

diberikan guru maupun yang diperoleh dari bacaan, maka saat itu terjadi

transformasi informasi matematika dari sumber kepada siswa tersebut. Siswa akan

memberikan respon berdasarkan interpretasinya terhadap informasi tersebut.

Namun, karena karakteristik matematika yang sarat dengan istilah dan simbol,

maka tidak jarang ada siswa yang mampu memahaminya dengan baik tetapi tidak

mengerti apa maksud dari informasi tersebut. Oleh karenanya, kemampuan

komunikasi matematis perlu dikembangkan dalam diri siswa.

Baroody (dalam Tandaliling, 2011: 917) menyebutkan sedikitnya ada

dua alasan penting mengapa komunikasi matematika perlu ditumbuh kembangkan

dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak

hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan

(29)

5

sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara

jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, artinya

sebagai aktifitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai

wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Dengan

demikian, komunikasi matematik baik sebagai aktifitas sosial (talking) maupun

sebagai alat berpikir (writing) merupakan kemampuan yang mendapat

rekomendasi oleh para pakar agar terus ditumbuhkembangkan dan ditingkatkan di

kalangan siswa peningkatan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan

matematika adalah satu dari tujuan utama pergerakan reformasi matematika.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran

matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah

terlihat dari hasil observasi seorang siswa sekolah menengah pertama kelas VII

dalam menjawab soal mengenai materi segi empat. Berikut ini soal yang

diberikan dan solusi diberikan oleh siswa tersebut:

Masalah 2 K L

Jika keliling persegi panjang KLMN 86 cm,

hitunglah :

a. panjang dan lebar

2x +1

2x Masalah 1

Sebuah kebun mangga berbentuk persegi dengan ukuran sisi-sisinya 11 meter. Di sekeliling

kebun tersebut akan dipasang pagar kayu dengan biaya Rp 85.000,00 per meter. Berapakah

(30)
[image:30.595.65.571.89.732.2]

6

Gambar 1.1 Proses Penyelesaian Masalah

Siswa masih belum

lengkap menuliskan ide

ke dalam model

matematika

Siswa masih salah dalam

melakukan perhitungan

Siswa masih belum bisa

menyimpulkan jawaban

untuk permasalahan

yang diberikan. Siswa masih belum

lengkap menuliskan model

matematika dengan

kata-kata sendiri tetang apa

yang diketahui dan ditanya

Siswa masih belum

tepat menuliskan

ide ke dalam model

matematika

Siswa masih salah dalam

melakukan perhitungan

Siswa masih belum bisa

menyimpulkan jawaban

untuk permasalahan

yang diberikan. Siswa masih belum

lengkap menuliskan ide

ke dalam model

(31)

7

Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dalam

menjawab permasalahan pada soal pertama masih belum tepat. Hal ini

dikarenakan siswa belum bisa memodelkan ide kedalam model matematika

dengan baik bahkan siswa masih tidak mengerti bagaimana menyelesaikan soal

tersebut. Seharusnya ia mencari biaya keseluruhan untuk pemasangan pagar dari

hasil perkalian keliling kebun dikali biaya per meter. Akan tetapi, siswa

mengalikan dengan luasnya, Hal ini sangat disayangkan, karena siswa masih

belum memahami permasalahan dan hasil akhir dari permasalahan tidak tepat.

Pada soal yang kedua juga, siswa belum bisa memahami dan memodelkan ide

kedalam model matematika dengan tepat. Masih tampak terlihat rencana

penyelesaian yang dilakukan siswa tidak terarah sehingga proses perhitungan

belum memperlihatkan jawaban yang benar.

Dari kesimpulan hasil jawaban siswa diatas masih terilhat rendahnya

kemampuan komunikasi matematis siswa, bahkan pengetahuan awal matematika

juga masih rendah. Sering seorang siswa mengalami kesulitan dalam memahami

suatu pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan

yang sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki.

Dalam hal ini maka pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat

penting bagi pelajar untuk dimilikinya. Pengetahuan alam (prior knowledge)

merupakan sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh

sepanjang perjalanan pembelajaran mereka, dan apa yang ia bawa kepada suatu

pengalaman belajar baru (Nur dalam Triantio, 2009: 34).

Selain kemampuan komunikasi matematis juga diperlukan sikap yang

(32)

8

menyenangi matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar

matematika. Dengan sikap seperti itu, diharapkan siswa dapat mengembangkan

kemampuan matematika, menggunakan matematika untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya, dan dapat mengembangkan

disposisi matematis siswa.

Kilpatrick, Swafford, dan Findell (dalam Syaban, 2009 : 130) menamakan

disposisi matematis sebagai productive disposition (disposisi produktif), yakni

pandangan terhadap matematika sebagai sesuatu yang logis, dan menghasilkan

sesuatu yang berguna. Serupa dengan pendapat Polking (dalam Syaban,

2009 : 129) merinci indikator disposisi matematis sebagai berikut: menunjukkan

gairah dalam belajar matematika, menunjukkan perhatian yang serius dalam

belajar, menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan

rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah, menunjukkan rasa

ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan untuk berbagi dengan orang lain.

Permana (dalam Sefalianti, 2014:13) menyatakan bahwa disposisi

matematis siswa dikatakan baik jika siswa tersebut menyukai masalah-masalah

yang merupakan tantangan serta melibatkan dirinya secara langsung dalam

menemukan/menyelesaikan masalah. Selain itu siswa merasakan dirinya

mengalami proses belajar saat menyelesaikan tantangan tersebut. Dalam

prosesnya siswa merasakan munculnya kepercayaan diri, pengharapan dan

kesadaran untuk melihat kembali hasil berpikirnya. Jadi, dari beberapa pendapat

ahli maka dapat dismpulkan disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran dan

dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan

(33)

9

juga diperlukan siswa untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil

tanggung jawab dalam belajar, dan mengembangkan kebiasaan kerja yang baik

dalam matematika. Kelak, siswa belum tentu akan menggunakan semua materi

yang mereka pelajari, tetapi dapat dipastikan bahwa mereka memerlukan disposisi

positif untuk menghadapi situasi problematik dalam kehidupan mereka.

Disposisi matematis siswa berkembang ketika mereka mempelajari aspek

kompetensi matematis. Hal ini didukung dengan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh ( Kusumawati, 2010: 7) pada siswa SMP peringkat tinggi, sedang,

dan rendah sebanyak 297 orang di kota Palembang. Hasil studi menunjukkan

persentase skor rerata disposisi matematis siswa baru mencapai 58 persen yang

diklasifikasikan rendah. Selain itu, dilihat dari proses pembelajaran yang

digunakan guru masih dominan menggunkan pembelajaran biasa. Pada

pembelajaran ini, guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya

perlu menerima pengetahuan tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam

proses pembelajaran di kelas. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan

berpikir matematis siswa sebagaimana dijelaskan di atas.

Dari penilaian ranah afektif seperti yang dikemukan dalam kurikulum

2006, dapat diketahui betapa pentingnya peningkatan disposisi matematis dalam

proses belajar-menagajar matematika. Dalam proses belajar-mengajar, disposisi

matematis siswa dapat dilihat dari keinginan siswa untuk merubah strategi,

melakukan refleksi, dan melakukan analisis sampai memperoleh suatu solusi.

Disposisi siswa terhadap matematika dapat diamati dalam diskusi kelas. Misalnya,

seberapa besar keinginan siswa untuk belajar matematika, keinginan menjelaskan

(34)

10

perhatian guru dalam proses belajar-mengajar terhadap disposisi matematis siswa

masih kurang ( Kusumawati, 2010 : 6).

Disposisi siswa juga dapat terlihat dari rasa percaya diri siswa dalam

berinteraksi dengan siswa lain maupun guru didalam kelas, Interaksi siswa juga

akan tercipta sangat baik jika pembelajaran matematika dilakukan secara aktif dan

sangat menarik. Interaksi koperatif menuntut semua anggota dalam kelompok

belajar dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak

hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama mereka. Interaksi semacam itu

masih sulit diharapkan padahal dapat memungkinkan anak-anak menjadi sumber

belajar bagi sesamanya. Alasan utama seorang guru memilih interaksi

pembelajaran kompetitif umumnya untuk membangkitkan motivasi belajar.

Tetapi, guru sering lupa bahwa kompetisi antarindividu atau antarkelompok yang

tidak seimbang dapat menimbulkan keputus asaan bagi yang lemah dan

kebosanan bagi yang kuat. Oleh karena itu, guru perlu sangat hati-hati dalam

menggunakan interaksi kompetitf dalam kegiatan pembelajaran. Ada dua prinsip

yang sangat diperhatikan oleh guru dalam menggunakan interaksi pembelajaran

kompetitif, yaitu (1) kompetisi harus antarindividu atau antarkelompok yang

berkemampuan seimbang dan (2) kompetisi hanya dilakukan untuk selingan yang

menyenangkan. Jika guru ingin menciptakan kompetisi antarindividu maka

individu yang saling berkompetisi harus memiliki peluang yang sama untuk kalah

atau menang. Begitu pula jika kompetisi tersebut antar kelompok (Abdurrrahman,

2003:130).

Menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi dan disposisi

(35)

model-11

model pembelajaran yang dapat memberikan peluang dan mendorong siswa untuk

melatih kemampuan komunikasi dan disposisi matematis. Pada pembelajaran

matematika dengan pendekatan konvensional, kemampuan komunikasi siswa

masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai

pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru dapat mempercepat peningkatan

komunikasi matematis dengan cara memberikan tugas matematika dalam berbagai

variasi. Komunikasi matematis akan berperan efektif manakala mengkondisikan

siswa agar mendengarkan secara aktif sebaik mereka mempercakapkannya. Oleh

karena itu perubahan pandangan belajar dari guru mengajar ke siswa belajar sudah

menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan pembelajaran matematika.

Berdasarkan kenyaataan permasalahan diatas, maka perlu dicari model

maupun pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika. Salah satu model pembelajaran yang kreatif,

inovatif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi

matematika siswa yang akan peneliti lakukan adalah model pembelajaran

berbasis masalah. Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:92) model ini merupakan

pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik (nyata)

dengan maksud untuk menyusun pengetahuannya sendiri, mengembangkan

inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan

kemandirian dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Menurut Tan (dalam Rusman, 2010: 229) mengatakan problem based

learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan inovasi pembelajaran karena dalam pembelajaran ini kemampuan berpikir siswa betul-betul

(36)

12

siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dalam pembelajaran berbasis

masalah, siswa menghadapi masalah dan berusaha menyelesaikannya dengan

informasi yang mereka sudah miliki memungkinkan mereka untuk menghargai

apa yang telah mereka ketahui. Mereka juga mengidentifikasi apa yang mereka

perlukan untuk lebih memahami masalah dan bagaimana mengatasinya. Oleh

karena itu, pembelajaran berdasarkan masalah dimulai dengan memecahkan

masalah dan masalah yang diajarkan kepada siswa harus mampu memberikan

informasi (pengetahuan) baru sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru

sebelum mereka dapat memecahkan masalah itu. Dalam pembelajaran yang

dilakukan tujuannya bukan hanya mencari jawaban tunggal yang benar, tapi lebih

dari itu siswa harus dapat menginterpretasikan masalah yang diberikan,

mengumpulkan informasi yang penting, mengidentifikasi kemungkinan

pemecahan masalah, mengevaluasi pilihan dan menarik kesimpulan.

Sebagaimana yang diungkapkan penelitian yang terdahulu oleh

Marzuki (2012:222) dengan penelitian perbedaan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematika antara siswa yang diberi model

pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran langsung” bahwa

dengan problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Rata-rata kemampuan

komunikasi matematik siswa yang memperoleh model pembelajaran

berbasis masalah adalah 75,06, dan rata-rata kemampuan komunikasi

matematik siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung adalah

(37)

13

komunikasi matematik minimal kategori cukup pada kelas model

pembelajaran langsung sebesar 13,63%.

Tidak hanya model pembelajaran berbasis masalah saja yang akan

meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematika tetapi peneliti

juga akan menerapkan model discovery learning. Penemuan (discovery)

merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman

struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Takdir (2012:32) discovery learning merupakan salah satu model

yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar-

mengajar sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan

suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Dengan kata lain, landasan

pemikiran yang mendasari pendekatan belajar-mengajar ini bisa lebih mudah

dihafal dan diingat, serta mudah ditransformasikan dalam menghadapi

kompleksitas kehidupan yang pelik. Pengertian discovery learning tersebut,

setidaknya memberikan gambaran dan acuan fundamental untuk memahami

secara mendalam apa dan bagaimana sebenarnya substansi pembelajaran

discovery learning yang dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan, terutama pembelajaran matematika.

Kegiatan discovery learning di sekolah akan menjadi wadah pembelajaran

yang kreatif dan progresif. Setidaknya, pengembangan discovery learning dapat

juga dikatakan menekankan upaya pendidik untuk memberikan pengalaman

(38)

14

kreatif dan inovatif menjadi model serta bekal untuk mendapatkan pengalaman

secara optimal, sesuai dengan model yang diterapkan dan dianggap relevan.

Keunggulan pembelajaran model discovery learning bagi anak-anak didik tidak

hanya terletak pada keterampilan dalam meneliti dan mencari pemecahan

permasalahan. Lebih dari itu, anak didik didorong untuk mampu mengolah dan

menggali informasi, serta mendapatkan data-data konkret mengenai suatu hal

yang berkaitan dengan strategi pembelajaran (Takdir, 2012: 37).

Terlepas dari peran guru yang sangat signifikan dalam proses

pembelajaran, para anak didik juga memiliki peran yang tak kalah pentingnya

dibandingkan peran guru. Mereka merupakan sosok yang terlibat langsung dalam

pemebalajaran discovery learning. Discovery learning merupakan model

pembelajaran yang menitik beratkan pada keterlibatan langsung anak didik dalam

menemukan sendiri sebuah konsep atau teori, sehingga kelak mampu diterapkan

dan dijadikan sebuah konsep dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang

diungkapkan penelitian yang terdahulu oleh Qodariyah dan Eti (2015: 249)

dengan judul penelitian mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi

matematik siswa SMP melalui discovery learning menyimpulkan ”bahwa

pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematik serta disposisi

matematik siswa yang mendapat pembelajaran discovery learning lebih baik

daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Kemampuan

komunikasi matematik dan N-Gainnya siswa yang mendapat pembelajaran

(39)

15

Namun disposisi matematik siswa pada kedua kelas pembelajaran sudah tergolong

cukup baik”.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki perbedaan penting dengan

pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pada

pertanyaan-pertanyaan menurut disiplin ilmu dan penyelidikan siswa berlangsung

di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas. Sedangkan

pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang

bermakna dimana siswa mempunyai kesempatan melakukan penyelidikan, baik di

dalam dan di luar kelas sejauh itu diperlukan untuk pemecahan masalah.

Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah,

mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan

memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Menurut Arends

(dalam Trianto 2009 : 90) kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di

kelas dan melalui latihan yang cukup.

Berdasarkan latar belakang di atas dirasakan perlu upaya mengungkap

apakah problem based learning dan discovery learning memiliki perbedaan

kontribusi terhadap kemampuan komunikasi dan disposisi matematika siswa. Hal

itulah yang mendorong dilakukan suatu penelitian dengan judul:

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Antara Siswa Yang Diberi Model Problem Based Learning Dengan Discovery Learningdi SMP AL-Hidayah Medan.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasi

(40)

16

1. Hasil belajar matematika siswa rendah

2. Kemampuan komunikasi siswa masih rendah

3. Disposisi matematis siswa masih rendah

4. Model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan efektif serta bervariasi jarang

digunakan oleh guru di sekolah seperti model problem based learning

dengan discovery learning

5. Kurangnya interaksi dalam pembelajaran matematika sehingga membuat

rendah kemapuan dalam matematika.

6. Kemampuan awal matematika masih rendah.

7. Pola jawaban dalam menyelesaikan soal-soal matematika di kelas belum

bervariasi bahkan siswa masih ada yang kebingungan dalam

menyelesaikannya,

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan

masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang :

1. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi antara siswa yang diberi

model problem based learning dengan model discovery learning

2. Perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang diberi model

problem based learning denganmodel discovery learning

3. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika

siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa

4. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika

siswa terhadap disposisi matematis siswa

(41)

17

1.4 Rumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis

antara siswa yang diberi model problem based learning dengan siswa yang

diberi model discovery learning ?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa

yang diberi model problem based learning dengan siswa yang diberi model

discovery learning ?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika siswa terhadap peningkatan disposisi matematis siswa?

5. Bagaimana pola jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah

pada kemampuan komunikasi dalam masing-masing model pembelajaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis :

1. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang

diberi model problem based learning dengan siswa diberi model discovery

learning.

2. Perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang diberi model

(42)

18

3. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika

siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika

siswa terhadap disposisi matematis siswa.

5. Pola jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada

kemampuan komunikasi dalam masing-masing model pembelajaran

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan

profesi guru serta mengubah pola dan sikap guru dalam mengajar yang

semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi berperan sebagai

fasilitator dan mediator yang dinamis dengan menerapkan pembelajaran

berbasis masalah sehingga kegiatan belajar mengajar yang dirancang dan

dilaksanakan menjadi lebih efektif, efisien, kreatif dan inovatif.

2. Bagi siswa, melalui pembelajaran model problem based learning dan

discovery learning dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis.

3. Bagi peneliti, memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan

kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa selama pembelajaran

berlangsung dan variasi jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada

(43)

212

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran

problem based learning dan discovery learning dengan menekankan pada

kemampuan komunikasi dan disposisi matematis, diperoleh beberapa kesimpulan

yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam

rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan peningkatan komunikasi matematis antara siswa yang

diberi pembelajaran problem based learning dengan discovery learning. Hal

ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANAKOVA) untuk F hitung adalah

7,14 lebih besar dari F tabel yaitu 4,00. Konstanta persamaan garis regresi

linier untuk kemampuan disposisi matematis kelompok eksperimen PBL

yaitu 31,89 lebih besar dari persamaan konstanta persamaan garis regresi

linier kelompok eksperimen DL yaitu 19,28. Secara deskriptif diperoleh

rata-rata kelompok eksperimen PBL peningkatan masing-masing indikator

ditinjau dari keseluruhan siswa lebih tinggi pada kelas yang diajar melalui

pembelajaran discovery learning (DL) daripada kelas yang diajar melalui

pembelajaran problem based learning (PBL). Pada indikator menyatakan

gambar atau situasi ke dalam ide matematika rata-rata N-Gain pada kelas

PBL adalah 0,084 sedangkan kelas DL adalah 0,007. Sementara pada

indikator menginterpretasikan ide matematika kedalam model matematika,

rata-rata N-gain pada kelas PBL adalah 0,025 sedangkan kelas DL adalah

[image:43.595.73.523.119.648.2]
(44)

213

0,453. Pada indikator melakukan perhitungan penyelesaian masalah , rata-rata

N-gain pada kelas PBL adalah 0,062 sedangkan kelas DL adalah 0,565

2. Terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang diberi

pembelajaran problem based learning dengan discovery learning. Hal ini

terlihat dari hasil analisis kovarians (ANAKOVA) untuk F hitung adalah

10,95 lebih besar dari F tabel yaitu 4,00. Konstanta persamaan regresi untuk

pembelajaran discovery learning yaitu 42,69 lebih besar dari problem based

learning yaitu 30,28. Secara deskriptif diperoleh bahwa rerata N-Gain

disposisi matematika kedua kelompok pembelajaran yaitu PBL dan DL untuk

siswa kategori tinggi berturut-turut adalah 0,323 dan 0,295 dengan standar

deviasi sebesar 0,172 dan 0,173. Sedangkan untuk siswa kategori sedang

rerata N-Gain nya lebih rendah dari siswa kategori tinggi pada pembelajaran

PBL dan kelas DL yaitu 0,306 dan 0,196 dengan standar deviasi sebesar

0,128 dan 0,223. Begitu pula dengan siswa kategori rendah yang memiliki

N-Gain paling tinggi dari siswa kategori rendah dan siswa kategori tinggi

dengan perolehan N-Gain secara berturut adalah 0,342 dan 0,333 dengan

standar deviasi sebesar 0,266 dan 0,200.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pembelajaran problem based

learning dan discovery learning )dan kemampuan awal matematika siswa

(tinggi, sedang dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran

(problem based learning dan discovery learning ) dan kemampuan awal

matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) tidak memberikan pengaruh

(45)

214

komunikasi matematis. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan

karena kemampuan awal matematika siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (problem based learning dan

discovery learning) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang

dan rendah) terhadap peningkatan disposisi matematis. Hal ini juga diartikan

bahwa interaksi antara pembelajaran (problem based learning dan discovery

learning) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah)

tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap

peningkatan disposisi matematis. Perbedaan peningkatan disposisi matematis

disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan karena

kemampuan awal matematika siswa.

5. Pola jawaban siswa pada pembelajaran problem based learning lebih baik

daripada pembelajaran discovery learning. Aspek komunikasi terdapat 4

skor tertinggi dari 4 skor aspek komunikasi an disposisi matematis juga

terdapat 4 skor tertinggi dari 4 skor aspek kemampuan disposisi matematis .

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis masalah yang

diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk

perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut :

1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika yang

menekankan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah

(46)

215

menerapkan pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam

mengajarkan materi sistem persamaan linear

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika dengan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan

sistem persamaan linear

c. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori

pembelajaran dan model pembelajaran yang innovatif agar dapat

melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran

biasa secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil

belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran problem based learning dan discovery learning dengan

menekankan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis

matematika masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya

perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait.

b. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi

matematis siswa pada pokok bahasan sistem persegi dan persegi panjang .

3. Kepada peneliti lanjutan

Melakukan penelitian lanjutan yang bisa mengkaji aspek lain secara

terperinci dan benar-benar diperhatikan kelengkapan pembelajaran agar aspek

(47)

216

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atallah, F. dkk. (2010). Learners’ and teachers’ conceptions and dispositions of mathematics from a Middle Eastern perspective. Journal US-China Education Review. 7 (8).

Ansari, B. I. (2012). Komunikasi Matematik dan Politik, Suatu Perbandingan :Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh : Yayasan PeNa

Berti, O.S. (2015). Ekperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning, Discovery Learning dan Cooperative Learning Ditinjau Dari Kecerdasan Interpersonal Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. 3(6) : hal 587-598. http://jurnal.fkip.uns.ac.id. September 2015.

Castronova, J. (2002). Discovery learning for the 21st century: What is it and how does it compare to traditional learning in effectiveness in the 21st century?. Literature Reviews, Action Research Exchange (ARE).1(2).

Etherington, M. B. (2011). Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach. Australian Journal of TeacherEducation : Trinity Western University. 36(9).

Ghada, M. (2007). The Disposition Of The Undergraduate University Nursing Students Toward Critical Thinking. Journal faculty of Nursing, Alexandria University. 6 (2) : 74-85.

Giancarlo, C. A. and Facione. P.A. (2001). A Look across Four Years at the Disposition toward Critical Thinking Among Undergraduate Students The Journal of General Education. 50(1) : 29-55.

(48)

217

Ishak, S.. dkk. (2015). Implementasi of Problem Based Learning : A Review On the Challenges. International Journal of Education and Research Vol. 3 No. 8 August 2015. Faculty of Economics and Management Universiti Kebangsaan Malaysia. September 2015.

Joolingen, W. R. Van. (1999). Cognitive tools for discovery learning. International Journal of Artificial Intelligence in Education : Graduate School of Teaching and Learning, University of Amsterdam. 10 : 385-397.

Kadir. (2013). Mathematical Communication Skills of Junior Secondary School Students in Coastal Area . Jurnal Teknologi Social Sciences. 63(2) : 77–83.

Kusumawati. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi. Bandung: UPI

Lestari, Wiwit. D. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Habits of Managing Impulsivity Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Proyek. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Marlina, dkk. (2014). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik Matematika. Universitas Syiah Kuala.1(1) : 35-45.

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika antara Siswa yang diberi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung. Medan: Program Pasca Sarjana UNIMED

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Handbook of research Mathematics teaching and Learning. Editor : Douglas A. Grows USA : Macmilan Library Reference.

Neter, J. (1974). Applied Linier Statistical Model. Illions : Richard D. Erwin, INC.

(49)

218

Qadariyah,L. Eti, E. (2015). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa SMP Melalui Discovery Learning. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4 (2).

Ramadhani, R. (2014). Pengaruh strategi whole brain teaching terhadap motivasi belajar & kemampuan komunikasi matematis siswa di Sekolah Dasar. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Richard E. Mayer.(2004) Should There Be a Three-Strikes Rule Against PurenDiscovery Learning? The Case for Guided Methods of Instruction.University of California, Santa Barbar. 59 (1). 14–19.

Rusman. (2010). Model - Model Pembebajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak diterbitkan

Sefalianti, Berta. (2014). Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal pendidikan dan Keguruan. Universitas Terbuka. Vol 1 (2).

Sudjana. (1994). Desain Dana Analisis eksperimen . Bandung : Tarsito.

Supriojono, A. (2009). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.. Jakarta : Gaung Persada.

Smith, M & Cook, K. (2012). Attendance and Achievement in Problem-based Learning : The Value of Scaffolding. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 6(1).

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(50)

219

Syaban, Mumun. (2009). Menumbuhkembangkan daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi. Universitas langlabuana Bandung. 2 Juli 2009. Vol 3 (2).

Takdir Ilahi, M. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Yogyakarta : Diva Press

Tandailing, E. (2011). The Enhancement of Mathematical Communication and Self Regulated Learning of Senior High School Students Through PQ4R Strategy Accompanied by Refutation Text Reading. Department of Mathematics Education. State University Yogyakarta, July 21-23 2011.

Temel, S. (2014). The effects of problem-based learning on pre-service teachers’ critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving ability. South African Journal of Education : Department of Chemistry Education, Hacettepe University, Turkey. 34 (1).

Trianto. (2009). Mendesain Model Pmbelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media Group.

---(2007). Model Pembelajaran Innovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan.

Uno, H. (2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

.

Zahratun (2014). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Antara Siswa yang BelajarDengan Discovery Learning dan Problem Based Learning. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Zakaria. (2014). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Spm Antara Yang Mendapatkan Pembelajaran Dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget Dan Haswati. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Gambar

Tabel         2.1    Sintaks Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) ......
Gambar 1.1 Proses Penyelesaian Masalah ................................................................
Gambar 1.1 Proses Penyelesaian Masalah
gambar atau  situasi ke dalam ide matematika rata-rata N-Gain pada kelas

Referensi

Dokumen terkait

dalam bentuk usaha kerja sama ( joint venture ) dengan pihak swasta nasional1. Indonesia seperti yang teretera dalam Pasal 23 UUPMA yang pada

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

STUDI PENDEKATAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP TUNAS UNGGUL BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang perbedaan hasil belajar passing sepakbola siswa yang menggunakan metode discovery learning dan konvensional bisa

serta akan meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU.Natama

[r]

Analisis pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat kepuasan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang..

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini, maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari