• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

S E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

A

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP

RETURN ON ASSET

PADA PT. BANK SUMUT

TESIS

OLEH

ALFITRI PASARIBU 097019050/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP

RETURN ON ASSET

PADA PT. BANK SUMUT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALFITRI PASARIBU 097019050/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT

Nama Mahasiswa : Alfitri Pasaribu

Nomor Pokok : 097019050

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui,

Komisi Pembimbing:

(Dr. Isfenti Sadalia, ME.) (Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA, AK Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Isfenti Sadalia, ME.

Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA,Ak.

2. Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.

3. Dr. Muslich Lufti, MBA.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN

ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang

digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 30 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

(6)

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT

ABSTRAK

Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam pengunaan asset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO, Cost EfficiencyRatio, Overhead Efficiency , dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk , Capital Risk , Deposit Risk terhadap

Return on Asset pada PT. Bank Sumut. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistika pada alpha 5% ditemukan bahwa BOPO, Overhead Efficiency,Liquidity Risk dan Capital Risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut, dimana Capital Risk merupakan variabel yang paling dominan. Sedangkan Cost Efficiency Ratio dan Deposit Risk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut.

(7)

THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY AND RISK ON THE RETURN ON ASSET AT PT. BANK SUMUT

ABSTRACT

The degree of bank capability in gaining profit can be measured through Return On Asset (ROA) and it is a ratio used to measure the ability of bank management is gaining profit as a whole. The steps should be taken by the bank ing achieving ROA should meet the expectation by considering the Prudential System in the use of asset owned because business activity of the bank involving the use of asset or profit –oriented is always faced to the risk frequently called business risk. The business risk of bank is the degree of uncertainty about a result which will be expectedly received. The company can be said to be more efficient than its competitors if with the same input the company can produce higher output or can produce the same output with lower input. The purpose of this study was to find out and analyze the business efficiency comprising BOPO, Cost Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, and the risks consisting of Liquidity Risk, Capital Risk, Deposit Risk on Return On Asset at PT. Bank Sumut. The result of this study

through a statistic test with α = 5% showed that BOPO, Overhead Efficiency,

Liquidity Risk and Capital Risk had a positive and significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut in which Capital Risk was the most dominant variable, while Cost Efficiency Ratio and Deposit Risk did not have any significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko

Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut”. Tesis ini merupakan tugas

akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) Pada Program Studi

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Pembimbing I yang telah memberikan

dorongan dan bimbingan serta saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA Ak selaku Pembimbing II, yang juga

telah memberikan dorongan dan bimbingan serta saran-saran dalam

(9)

7. Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, dan Bapak Prof.

Dr. Paham Ginting, MS, selaku komisi pembanding, yang telah banyak

memberikan masukan-masukan untuk perbaikan tesis ini.

8. Bapak H. Gus Irawan Pasaribu, SE.Ak, MM selaku Direktur Utama PT. Bank

SUMUT.

9. Bapak Bahrein H. Siagian selaku Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia dan

seluruh Pimpinan Divisi dan Staff PT. Bank SUMUT yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

memberikan data dan informasi dalam penyelesaian tesis ini.

10. Seluruh dosen-dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya selama

perkuliahan, yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah ilmu

pengetahuan.

11. Seluruh staff administrasi pascasarjana dan teman-teman angkatan 17 yang

telah memberikan dukungan dan kerjasamanya sejak awal perkuliahan hingga

selesai

12. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis, yakni Ayahanda Ir. H. M. Syufrin

Pasaribu, Med. dan Ibunda Hj. Hadisah Pohan, BA. yang telah memberikan

dorongan, do’a serta kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

13. Buat saudara-saudariku Muhammad Al Amin Pasaribu, Muhammad

Immanuddin Pasaribu, Al Fitra Pasaribu dan Amanah Pasaribu terimakasih atas

motvasi dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini belumlah sempurma, mengingat

(10)

yang bersifat membangun sangat diharapkan, demi kesempurnaan penulisan di

masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan semoga Allah SWT

akan membalas seluruh amal kita dan melimpahkan rahmatNya kepada kita

semua. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

Medan, Agustus 2012

(11)

RIWAYAT HIDUP

Alfitri Pasaribu, dilahirkan di Medan 7 Desember 1981 dari pasangan

Ayahanda Ir. H. M. Syufrin Pasaribu,Med. dan Hj. Hadisah Pohan,BA. sebagai

anak ketiga dari lima bersaudara.

Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Tunas Kartika IV

Medan, tamat dan lulus tahun 1993, kemudian melanjutkan Pendidikan ke

Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Panca Budi Medan, tamat dan lulus

tahun 1996. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum di

SMU Negeri 3 Medan, tamat dan lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan ke

jenjang pendidikan Diploma III Jurusan Keuangan dan Perbankan Politeknik

Negeri Medan dan lulus tahun 2002, kemudian tahun 2002 melanjutkan Program

Strata-1 Ekstensi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara dan lulus pada

tahun 2005. Pada tahun 2004 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Officer di

(12)

DAFTAR ISI

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan ... 15

2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 17

2.5.2 Jenis-jenis Resiko Perbankan ... 27

(13)

3.5. Identifikasi dan Operasional Variabel ... 39

3.6. Metode Analisis Data ... 41

3.7 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.7.1. Uji Normalitas ... 45

3.7.2. Uji Multikolinieritas... 46

3.7.3. Uji Heterokedastisitas ... 46

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT Periode

2004-2011... ... 4

2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 8

3.1. Operasionalisasi Variabel, Definisi Variabel, Indikator Variabel, dan Skala Pengukuran ... 40

4.1 Jumlah unit kantor PT.Bank SUMUT ... 50

4.2. Analisis Deskriptif ... 55

4.3. Hasil Uji Kolmogrov-Sumirnov ... 58

4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 59

4.5. Hasil Uji-Glejser ... 60

4.6. Hasil Uji Autokorelasi... 61

4.7. Hasil Uji-F ... 62

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(17)

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT

ABSTRAK

Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam pengunaan asset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO, Cost EfficiencyRatio, Overhead Efficiency , dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk , Capital Risk , Deposit Risk terhadap

Return on Asset pada PT. Bank Sumut. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistika pada alpha 5% ditemukan bahwa BOPO, Overhead Efficiency,Liquidity Risk dan Capital Risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut, dimana Capital Risk merupakan variabel yang paling dominan. Sedangkan Cost Efficiency Ratio dan Deposit Risk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut.

(18)

THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY AND RISK ON THE RETURN ON ASSET AT PT. BANK SUMUT

ABSTRACT

The degree of bank capability in gaining profit can be measured through Return On Asset (ROA) and it is a ratio used to measure the ability of bank management is gaining profit as a whole. The steps should be taken by the bank ing achieving ROA should meet the expectation by considering the Prudential System in the use of asset owned because business activity of the bank involving the use of asset or profit –oriented is always faced to the risk frequently called business risk. The business risk of bank is the degree of uncertainty about a result which will be expectedly received. The company can be said to be more efficient than its competitors if with the same input the company can produce higher output or can produce the same output with lower input. The purpose of this study was to find out and analyze the business efficiency comprising BOPO, Cost Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, and the risks consisting of Liquidity Risk, Capital Risk, Deposit Risk on Return On Asset at PT. Bank Sumut. The result of this study

through a statistic test with α = 5% showed that BOPO, Overhead Efficiency,

Liquidity Risk and Capital Risk had a positive and significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut in which Capital Risk was the most dominant variable, while Cost Efficiency Ratio and Deposit Risk did not have any significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama

karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan

penanaman dana lainnya.

Kondisi perbankan di Indonesia selama tahun 2005-2007 merupakan

periode yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional. Ditengah beratnya

tantangan yang dihadapi, bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja

yang positif. Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas bank stabil pada tingkat

yang memadai. Namun demikian, fungsi intermediasi masih terkendala akibat

perubahan kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan (Laporan Tahunan

Bank Indonesia, 2006).

Perusahaan perbankan sedang melakukan reformasi sistem melalui

implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana secara bertahap

dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan

diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan sistem

perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system

keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional yang

berfungsi sebagai financial intermediary diantara pihak-pihak yang memiliki

(20)

mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja

profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang

penting bagi bank adalah Return on Asset (ROA).

Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur

dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang dicapai bank, semakin baik posisi

bank dari segi penggunaan asset (Dendiwijaya, 2001). Langkah-langkah yang

harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu

dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam

penggunaan aset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan

penggunaan aset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang

sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian

mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima.

Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan

nasabah yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka

pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus

bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien akan menunjukkan kinerja

yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien.

Efisiensi perusahaan bukan hanya merupakan ukuran perbandingan antara

output yang dihasilkan dengan input, tetapi bagaimana manajemen mengelola

sumberdaya yang ada dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output

(21)

Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika

dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat

menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Perusahaan go

public dengan kinerja yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan yang

tercermin pada harga sahamnya. Harapan investor selain memperoleh dividen

adalah kenaikan harga saham, karena dengan kenaikan harga saham maka

investor akan mendapatkan keuntungan dari capital gain. Kinerja perusahaan go

public dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di lantai bursa, kinerja saham

yang baik adalah jika kenaikan harganya di atas atau paling tidak sama dengan

tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten yang dapat

menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan tanggapan positif

dari investor.

Perusahaan yang efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik

jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Identifikasi terhadap

upaya-upaya manajemen bank didalam melakukan tindakan efisiensi sehingga

dapat berpengaruh pada return saham bank, dapat dinilai melalui beberapa rasio

efisiensi bank (Wardoyo, 2002), dalam penelitian ini yaitu Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio (CER) dan

Overhead Efficiency. Setiap kegiatan penempatan dana yang dilakukan oleh

bank, maka didalamnya melekat resiko yang harus di tanggung (Masyhud, 2004),

Risiko usaha merupakan tingkat ketidak pastian mengenai pendapatan yang

diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank.

Semakin tinggi ketidak pastian pendapatan yang diterima suatu bank, semakin

(22)

atau bunga uang diinginkan ( Siamat, 2005). resiko yang ada didalam penelitian

ini terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposito Risk.

Hampir menjadi permasalahan atau kendala klasik bagi Bank

Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia bahwa ekspansi usaha yang

cukup pesat menjadikan ratio kecukupan modal mengalami kecenderungan

menurun. PT. Bank SUMUT adalah salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang perbankan dan merupakan salah satu bank milik pemerintah daerah,

memiliki 24 kantor cabang konvensional dengan 68 kantor cabang pembantu

dibawahnya yang tersebar di seluruh Sumatera Utara dan Jakarta, 3 kantor cabang

syariah dengan 3 kantor cabang pembantu di bawahnya, 13 unit kantor payment

point dan 4 unit kantor kas.

Dalam beberapa tahun terakhir kinerja keuangan PT. Bank SUMUT dapat

terlihat sebagai berikut:

Tabel 1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Laba Thn Berjalan Stlh Pajak (dlm Miliar)

116 96 155 188 237 421 404 426

ROA (%) 4,37 3,55 3,43 3,39 4,11 5,47 4,55 3,26

BOPO (%) 70,75 79,38 78,83 76,09 74,02 62,62 68,65 75,99

NPL (%) 3,79 2,20 1,43 1,23 0,59 1,71 2,25 2,56

CAR (%) 31,07 28,74 25,97 20,95 16,48 10,77 13,06 14,66 LDR (%) 52,42 56,99 43,48 56,46 84,13 97,87 91,04 78,56

(23)

Gambar 1.1. Grafik Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011

Berdasarkan Tabel dan Gambar 1.1 dapat dilihat Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan salah satu indikator

efisiensi mengalami kenaikan dari tahun 2004-2005, namun di tahun 2006-2009

BOPO mengalami penurunan namun kembali mengalami kenaikan dari tahun

2009-2011. Laba Tahun Berjalan mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009

namun di tahun 2010 laba mengalami penurunan, kondisi tersebut menunjukkan

adanya hubungan negatif antara Laba Tahun Berjalan dan BOPO sehingga

berdasarkan data empiris perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penurunan ratio

BOPO pada periode 2006-2009 diikuti dengan kenaikan rasio Return On Asset

(ROA) pada tahun 2006-2007 namun di tahun 2010 BOPO mengalami kenaikan

dan ROA mengalami penurunan, sehingga BOPO menunjukkan pengaruh yang

(24)

dari tahun 2008-2011 NPL mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan ROA

pada tahun 2006-2009 dan penurunan ROA ditahun 2010. CAR mengalami

penurunan dari tahun 2004-2009 yang diikuti juga dengan penurunan ROA dari

tahun 2004-2007 dan LDR mengalami kenaikan di tahun 2004-2009 sedangkan di

tahun 2009-2011 mengalami penurunan.

Dari fenomena diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana

“Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko terhadap Return on Asset pada PT. Bank

Sumut”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana

pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead

Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposit

Risk terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan

menganalisis bagaimana pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost

Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk,

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan PT. Bank Sumut mengenai

efisiensi usaha dan resiko berpengaruh terhadap return on asset.

b. Sebagai menambah khazanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi

Magister Ilmu Manajemen.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang Ilmu

Manajemen Keuangan, khususnya mengenai pengaruh efisiensi usaha dan

resiko terhadap Return on Asset (ROA) Bank Sumut.

d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji

(26)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mengambil perbandingan dengan judul-judul

tesis sebelumnya, yang mengupas hubungan BOPO, CER, Capital Risk dan

Deposit Risk terhadap ROA. Dari penelitian-penelitian sebelumnya tersebut

penulis dapat melihat adanya kesamaan maupun perbedaan hasil, yang mana

perbedaan dan kesamaan hasil tersebut dapat dijadikan bahan referensi bagi

penulis dalam melengkapi literatur pembahasan penelitiannya, berikut review

penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Sudiyatno Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005-2008)

Berdasarkan Hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pihak ketiga (DPK), biaya operasi (BOPO), dan Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Sedangkan

Loan to Deposit Ratio (LDR), secara statistic tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA).

Azwir Analisis Pengaruh

Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan PPAP Terhadap ROA Bank (Studi Empiris: Pada Industri Perbankan yang Listed Di BEJ (Periode Tahun 2001-2004)

(27)

Puspitasari Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ketujuh

variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 72%, sedangkan sisanya 28% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Febriana Pengaruh Risiko Usaha

Terhadap ROA Pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Loan To Deposit (LDR), Cash Ratio (CR), Non Performing Loan (NPL), Loan To Asset Ratio (LAR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM), dan BOPO secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri. Hal ini menunjukan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko modal, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri.

Nusantara Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, Dan BOPO Terhadap

Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go

Publik dan Bank Umum Non Go Publik Periode 2005-2007)

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPL, CAR, LDR, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik pada level of signifikan kurang dari 5%.

Sedangkan pada bank non go public, hanya LDR yang berpengaruh signifikan.Pengujian menghasilkan nilai Chow test F sebesar 3,372. Nilai F table diperoleh sebesar 1,96, dgn demikian diperoleh nilai Chow test (3,372) > Ftabel

(1,96).terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari pengaruh 4 variabel bebas tersebut terhadap ROA pada bank go publik dan bank non go public.

(28)

2.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara

keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang

sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga

menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan

membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada

serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.

Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan

(assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi Aktiva). Kemudian juga

akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas

(modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi ini tergambar dalam laporan

keuangan Neraca.

Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha

yang di peroleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban

yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat

dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran

tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.

Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik

waktu tertentu maupun operasinya selama satu periode di masa lalu. Akan tetapi,

nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan

tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di

masa depan. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan

adalah hakikat dari analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk

(29)

penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah

yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang (Brigham, 2006).

Rasio-rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi suatu laporan

keuangan

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang

diperoleh dalam suatu periode. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam

laporan keuangan seperti:

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan modal;

4. Laporan catatan atas laporan keuangan; dan

5. Laporan kas.

Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan, dan

maksud tersendiri.

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta),

kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.

Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan

tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai

kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang

dimilikinya pada saat tertentu.

Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu.

Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode

(30)

dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau

rugi.

Laporan perusahaan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki

perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal

serta sebab-sebab berubahnya modal.

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat

berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan

informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada

sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna

laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan

arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman

dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah

dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat

untuk periode tertentu.

Menurut ketentuan Bank Indonesia (1997) setiap bank harus menyajikan

laporan keuangan seperti disebut di atas, setiap bank diwajibkan menyampaikan

beberapa jenis laporan lainnya untuk disampaikan kepada BI. Laporan lainnya

tersebut antara lain :

1. Laporan Mingguan

a. Giro wajib minimum yang mencakup, dana pihak ketiga rupiah / valuta asing

per bank danposisi pos-pos tertentu neraca rupiah dan valuta asing per bank.

b. Laporan keuntungan / kerugian transaksi derivative

(31)

2. Laporan Bulanan

a. Laporan beserta lampiran per kantor (LBU)

b. Laporan perkreditan bank umum per kantor ( LPBU)

c. Laporan pelanggaran batas maksimal pemberian kredit (BMPK)

3. Laporan Triwulanan, berupa laporan realisasi perkreditan bank terhadap

rencana kerja bank.

4. Laporan Semesteran

a. Laporan dewan komisaris terhadap pelaksanaan rencana kerja bank

b. Laporan keuangan publikasi di surat kabar berbahasa Indonesia

c. Laporan dewan audit tentang hasil kinerja audit intern yang telah dilakukan.

5. Laporan Tahunan

a. Laporan tahunan yang diaudit oleh akuntan public yang terdaftar di BI yang

disertai dengan surat komentar dari akuntan public.

b. Laporan realisasi rencana kerja bank

6. Laporan lainnya

a. Kerugian transaksi derivative yang melebihi 10 % dari modal bank beserta

tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi selambat-lambatnya pada

hari kerja berikutnya.

b. Laporan khusus mengenai setiap temuan audit yang diperkirakan dapat

mengganggu kelangsungan usaha bank yang ditandatangani direktur utama

dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 15 hari kerja sejak adanya

temuan audit.

c. Laporan atas setiap penyalahguanaan yang dilakukan melalui sarana

(32)

d. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern , ditanda tangani

oleh direktur utama dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 2 bulan

setelah akhir Juni dan akhir Desember.

2.3. Rasio Keuangan

2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan

Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang

diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan

bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang

terkandung didalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat membentuk

rasio-rasio keuangan. Analisis rasio-rasio keuangan memungkinkan untuk mengindentifikasi,

mengkaji dan merangkum hubunga-hubungan yang signifikan dari data keuangan

perusahaan.

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang

merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpetasi

dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang

kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan dengan analisis yang

hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio

(Van Horne, 2005). Hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan

perusahaan yang berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas

(33)

Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006) adalah angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut

Munawir (2001)menyatakan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan antara

suatu jumlah tertentu dengan jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan

dengan menggunakan alat analisa dapat menjelaskan gambaran kepada baik dan

buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka

rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan

sebagai standar.

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan

a. Keunggulan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain

adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih

mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang

disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan.

5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan

lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.

6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi

(34)

b. Kelemahan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain

adalah:

1. Kesulitan dalam mengindentifikasi kategori industri dari perusahaan

yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa

bidang usaha.

2. Perbedaaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang

berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode

penilaian persediaan

3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut

dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa

merupakan hasil manupulasi.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan

perkiraan.

Menurut Kuswadi (2006)rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain:

a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas

angka-angka yang digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan

laba rugi perusahaan.

b. Biasanya, rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan

serta mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi

sering tidak mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena

data yang digunakan umumnya berasal dari data masa lalu.

(35)

d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam

laporan keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja,

perubahan manajemen, perubahan industri, perkembangan teknologi

dan aktifitas para pesaing juga perlu dipertimbangkan dalam penilaian

kinerja perusahaan, termasuk sumber daya manusianya.

e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara

perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu yang sedang diperbandingkan.

2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Hanafi (2004) ada 5 (lima) jenis rasio keuangan yakni:

a. Rasio likuiditas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi hutang jangka pendek.

b. Rasio aktivitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

menggunakan asetnya dengan efisien.

c. Rasio leverage, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi total kewajibannya.

d. Rasio profitabilitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

didalam menghasilkan laba.

e. Rasio pasar, yakni rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai

buku, pendapatan, atau dividen.

2.3.4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang dipakai didalam penelitian ini adalah: Return on

Asset (ROA) Return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

(36)

Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien

dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.

Sedangkan menurut Bringham, ROA diartikan sebagai perbandingan

antara keuntungan yang diperoleh dengan aset total dalam menjalankan usaha

selama kurun waktu yang telah ditentukan. Ada tiga unsur pokok yaitu

keuntungan, kekayaan dan waktu. Biasanya unsur waktu ini bias dihilangkan

dengan anggapan bahwa kurn waktu yang dipakai satu tahun. Dari pengertian ini

maka dapat dikatakan bahwa ROA adalah salah satu alat yang penting dalam

menilai kinerja keuangan dari suatu lembaga keuangan.

Rumusnya untuk menghitung Return on Asset (ROA) adalah sebagai

berikut (Darsono dan Ashari, 2005):

ROA =

ROA memberikan gambaran tentang kemampuan bank mengoperasikan harta

bank yang dipercaya kepada mereka untuk mencari keuntungan selain itu juga

dapat dijadikan indikator untuk mengukur efektivitas manajemen dalam

mengelola asset dalam menghasilkan laba bagi bank. ROA dapat juga berguna

bagi manajemen bank dalam menentukan langkah apa yang seharusnya diambil

karena ROA menunjukkan bagaimana penggunaan asset bank untuk mendapat

laba. Besar kecilnya rasio ini dipengaruhi oleh perubahan variabelnya, setiap

perubahan asset maupun laba bersih dapat mengakibatkan perubahan terhadap

modal. (Dendawijaya, 2001)

Dilihat dari rumus diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

ROA yang diperoleh suatu perusahaan maka dapat diartikan lembaga keuangan

(37)

Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank)

adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal

inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3)

Pertumbuhan kredit riil sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR)

sedikitnya 50% dan rasio kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan

perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik

dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator.

2.3.5. Analisis Rasio

Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan.

Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen

perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan

yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk

menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan

(Bahtiar Usman,2003).

Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak

digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi

yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio

yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan

investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting

dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit

untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk

(38)

Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke

depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi

rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus

menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan.

Karenanya, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan

interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio

(Wild, Subramanyam, Halsey, 2005)

Pengertian Rasio keuangan menurut James C Van Horne (dalam Kashmir,

2008) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan

diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan

digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari

hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang

bersangkutan.

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut:

1. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari

neraca.

2. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya

bersumber dari laporan laba rugi.

3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber

(39)

2.4. Efisiensi Bank

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai

hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang

dipakai untuk memproduksi. Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung

dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien

adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan

dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi

input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yang sama.

Mengukur efisiensi suatu organisasi seperti bank bukanlah perkara yang

mudah. Kendala dalam pengukuran efisiensi menurut Shafer dan Terry (2002)

disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, organisasi bank merupakan suatu

kumpulan berbagai ragam perilaku ataupun sumber daya yang kompleks. Oleh

karena itu sulit untuk memperoleh ukuran efisiensi organisasi yang absolut.

Kondisi ini akan mengarah penggunaan nilai efisiensi relatif (perbandingan atas

penggunaan sumber daya/input untuk mendapatkan suatu hasil/output dari sebuah

organisasi dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif organisasi lain yang sejenis)

mengantikan nilai absolut tersebut. Kedua, organisasi bank tersusun dari proses

transformasi yang multi dimensional dimana selalu banyak input yang

dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak output pula. Untuk mendapatkan suatu

nilai ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu organisasi bank secara keseluruhan

yang bersifat scalar, haruslah terlebih dahulu diperoleh suatu bobot organisasi

bank tersebut. Bagaimanapun juga bobot input dan output yang dinyatakan

sebelumnya ini selalu kurang dalam melingkupi seluruh nilai yang

(40)

Di dalam teori perusahaan dan analisis biaya dinyatakan bahwa

perusahaan-perusahaan sejenis yang survive apabila mereka memiliki kiat

produksi tersendiri dan manajemen yang efisien yang tidak dimiliki oleh

perusahaan lain sejenis dengan pasar yang sama. Untuk menentukan apakah suatu

kegiatan dalam organisasi itu termasuk efisien atau tidak maka prinsip-prinsip

atau persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut (Syamsi, 2004):

(1) Efisiensi harus dapat diukur, (2) Efisiensi mengacu pada pertimbangan

rasional, (3) Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas, (4) Efisiensi merupakan

teknis pelaksanaan (5) Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan

kemampuan organisasi yang bersangkutan, (6) Efisiensi itu ada tingkatannya, bisa

dengan prosentase.

Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio

efisiensi bank, penilaian efisiensi yang didasarkan pada Rentabilitas suatu bank

didasarkan pada Beban operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Cost

Efficiency Ratio (CER), Overhead Efficiency. (Kasmir,2008).

a. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO =

Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh

melalui penjumlahan i) biaya bunga dan ii) biaya operasional lainnya yang

terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan

operasional diperoleh melalui penjumlahan i) pendapatan bunga dan ii)

(41)

b. Cost Efficiency Ratio

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar biaya operasional lainnya

memberikan kontribusi terhadap pendapatan bunga bersih ditambah

dengan pendapatan operasional lainnya. Semakin kecil rasio ini, maka

sebuah bank semakin efisien terutama ditinjau dari pengeluaran biaya

operasional lainnya, yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya

tenaga kerja dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam biaya

umum dan administrasi, antara lain termasuk biaya telepon, listrik, sewa

gedung/kantor, kendaraan, pemerliharaan dan lain-lain.

c. Overhead Efficiency

Overhead Efficiency merupakan rasio antara Other Operating

Income/Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya

Overhead (Grier, 2001) yang dirumuskan sebagai berikut:

Overhead Efficiency =

Cost

Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan

operasional lainnya dengan sumber daya yang ada. Pendapatan

operasional lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan bunga kredit

bank atau yang lebih dikenal sebagai Fee Based Income. Fee Based Income

merupakan salah satu alternatif bagi bank untuk menghasilkan keuntungan

mengingat semakin tipisnya margin antara bunga pinjaman dan bunga

dana. Dengan semakin tinggi tuntutan konsumen akan produk perbankan,

(42)

memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi besar. Selain

produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang terampil

dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan memanfaatkan

peluang tersebut. Komponen pendapatan operasional lainnya (Fee Based

Income) terdiri dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer

dan inkaso, pendapatan sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank

lainnya diluar pendapatan sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen

Overhead Cost terdiri dari biaya tenaga kerja dan tunjangan pegawai serta

biaya administrasi dan umum. Data yang digunakan untuk menghitung

Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba.

2.4.1. Pengaruh Efisiensi Usaha Terhadap ROA

Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) diukur dari

perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio

yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan

operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap peningkatan biaya operasional

akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan

menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan

(Dendawijaya, 2003). Nilai Biaya operasional terhadap pendapatan operasional

(BOPO) yang ideal agar suatu bank dapat dinyatakan efisien adalah 70%-80%.

Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio Biaya operasional terhadap

(43)

operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) melebihi 90% hingga

mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien

dalam menjalankan operasinya.

2.4.2. Pengaruh BOPO Terhadap Return on Asset (ROA)

Azir (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak ada

perbedaan rata-rata BOPO yang signifikan antara kinerja perusahaan pada bank

yang sehat dan bank yang gagal. Hal ini bertentangan dengan penelitian

Sugiyanto (Azir, 2006) yang menunjukkan hasil bahwa BOPO mampu

memprediksi kebangkrutan bank. Suyono (Azir, 2006) dalam penelitiannya yang

menguji pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum di Indonesia periode

tahun 2001-2003, menunjukkan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang negatif

terhadap ROA pada level signifikansi 5% yaitu sebesar 0,1%.

2.4.3. Pengaruh CER Terhadap Return on Asset (ROA)

Timothy dan Scott (Azir, 2006) juga menyatakan bahwa rasio CER cukup

efektif dalam menunjukkan sejauh mana pihak bank mampu menciptakan efisiensi, karena

hanya fokus terhadap biaya-biaya overhead, seperti biaya umum (biaya listrik, air &

pemeliharaan alat-alat kantor/inventaris), biaya tenaga kerja, dan biaya

administrasi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perbedaan mendasar antara Operational

Efficiency Ratio (OER) atau rasio BOPO dengan Cost Efficiency Ratio (CER)

adalah OER (BOPO) menitikberatkan terhadap keseluruhan biaya operasional, yang

didominasi oleh biaya bunga, sedangkan CER hanya fokus terhadap biaya lain-lain (biaya

non-bunga atau biaya overhead). Namun demikian, menurut Riyadi (Azir, 2006), nilai dari

kedua rasio ini sama-sama diharapkan kecil, karena semakin besar nilaidari kedua

(44)

operasionalnya untuk memperoleh laba. Pentingnya mengendalikan biaya-biaya operasional yang

tercermin dari OER dan CER menunjukkan bahwa jika suatu bank ingin agar kinerja perolehan

laba yang tercermin dari PM meningkat secara berkesinambungan, maka bank tersebut harus seefektif

mungkin dalam mengelola biaya-biaya operasional.

2.5. Risiko

2.5.1. Pengertian Risiko

Idroes (2008) risiko merupakan ancaman atau kemungkinan suatu

tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan

tujuan yang ingin dicapai. Resiko usaha (Business Risk) sebagai “ The threat that

an event or action will adversely affect an organization’s ability to achieve its

business objectives and execute its strategies successfully” (Ancaman bahwa suatu

kejadian atau tindakan akan secara buruk mempengaruhi kemampuan organisasi

untuk mencapai tujuan usaha dan melaksanakan strateginya secara berhasil).

Selain itu risiko usaha bank dapat juga diartikan sebagai tingkat

ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau yang diharapkan akan

diterima, hasil dalam hal ini merupakan keuntungan bank atau investor, semakin

tidak pasti hasil yang akan diperoleh suatu bank. Semakin besar pula

kemungkinan risiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula premi risiko

(45)

2.5.2. Jenis-jenis Risiko Perbankan

Menurut Idroes (2008) jenis-jenis risiko perbankan adalah sebagai berikut:

a) Risiko Kredit

Sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat

dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana

yang dipinjamkan secara penuh pada saat jatuh tempo.

b) Risiko Pasar

Risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan diluar neraca

yang timbul dari pergerakan harga pasar.

c) Risiko Operasional

Risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses internal, sumber daya

manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal.

d) Risiko Konsentrasi Kredit

Ketika penempatan aktiva produktif bank terkonsentrasi pada satu sektor

atau kelompok tertentu. Apabila terjadi masalah pada sektor atau

kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada dalam

keadaan bahaya.

e) Risiko Suku Bunga Pada Bank

Risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada

sktruktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan.

f) Risiko Bisnis

Risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank dan prospek dari

keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis berhubungan

(46)

kaitannya dengan implikasi risiko yang mungkin timbul atas keputusan

bisnis tersebut.

g) Risiko Strategik

Risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang dibuat

oleh manajemen bank.

h) Risiko Reputasional

Risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan yang dihasilkan dari

opini publik yang negatif.

2.5.3. Risiko Usaha Perbankan

Menurut Kasmir (2008), Risiko usaha perbankan dapat diukur melalui

beberapa rasio keuangan bank, yaitu:

a. Investment Risk Ratio

Investment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi

dalam investasi surat-surat berharga yaitu dengan membandingkan harga pasar

surat berharga dengan harga nominalnya. Semakin tinggi rasio ini berarti

semakin besar kemampuan bank dalam menyediakan alat-alat likuid.

Untuk mengetahui rasio ini, harus diketahui terlebih dahulu harga pasar dari

securities yang dibeli serta harga nominalnya.

Rumus untuk mencari Investment Risk Ratio sebagai berikut:

Investment Risk Ratio =

(47)

b. Liquidity Risk

Liquidity Risk merupakan rasio untuk mengukur resiko yang akan dihadapi

bank apabila gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya

dengan harta likuid yang dimilikinya.

Rumus untuk mencari Liquidity Risk sebagai berikut:

Liquidity Risk =

Total Deposit

Liquid Assets – Shortterm Borrowing

c. Credit Risk Ratio

Credit Risk Ratio merupakan ratio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang

disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang

disalurkan.

Rumus untuk mencari Credit Risk Ratio sebagai berikut:

Credit Risk Ratio =

Total Loans Bad Debt

Atau Capital Risk

Capital Risk Ratio =

Risk Assets Equity Capital

Untuk perhitungan rasio ini diperlukan data tentang Bad Debts.

d. Deposit Risk Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank membayar

kembali deposannya.

Rumus untuk Deposit Risk Ratio sebagai berikut:

Deposit Risk Ratio =

(48)

2.5.4. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap ROA

Sebelum menganalisa tentang profitabilitas sebuah bank, kiranya perlu

diperhatikan bahwa tujuan analisis profitabilitas adalah mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitasnya yang dicapai oleh bank yang bersangkutan dengan

rasio-rasio keuangan akan dapat dilihat posisi dan kondisi keuangan suatu bank

diperoleh dengan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan

keuangan. Rasio yang digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja

profitabilitas bank adalah ROE dan ROA. Karena penelitian ini membahas

mengenai tingkat pengambilan asset maka alat ukur yang dipakai adalah ROA

saja. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset

yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti

semakin baik karena deviden yang diberikan dan yang dibagikan besar. Sesuai

yang telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan.

Maka risiko pun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro,

2002).

Menurut Kuncoro (2002), adapun pengaruh risiko usaha terhadap ROA sebagai

berikut:

a. Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk

mengukur risiko likuiditas adalah loan to deposit ratio. Hubungan antara risiko

likuiditas dengan LDR adalah berlawanan arah karena semakin rendah LDR

berarti tingkat kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segera rendah dan

menunjukkan resiko likuiditasnya semakin tinggi. Hubungan antara LDR dan

(49)

kredit yang diberikan meningkat sehingga menyebabkan pendapatan yang

diterima meningkat tingkat keuntungan yang diperoleh naik dan ROA ikut naik.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hubungan antara risiko likuiditas dengan

ROA adalah tidak searah (negatif).

b. Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk

mengukur risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL) yang

membandingkan antar kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit

yang diberikan. Hubungan risiko kredit dengan NPL adalah searah karena

semakin tinggi NPL menunjukkan semakin besar jumlah kredit bermasalah

maka akan menimbulkan risiko kegagalan akan pengambilan jumlah pinjaman

semakin tinggi. Dilain pihak hubungan NPL dengan ROA adalah berbalik arah

karena semakin besar jumlah kredit yang diperoleh semakin menurun sehingga

keuntungan pun menurun dan ROA pun ikut turun. Akhirnya dapat disimpulkan

bahwa hubungan antara risiko kredit dengan ROA adalah berbalik arah

(negatif).

c. Pengaruh Risiko tingkat suku bunga terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mengukur risiko tingkat bunga

menggunakan Interest rate risk yang membandingkan antara Interest Sensitivity

Asset dengan Interest Sensitivity Liability. Hubungan Interest rate risk dengan

risiko tingkat suku bunga adalah searah (Positif) karena semakin tinggi Interest

rate risk berarti semakin besar dana yang dialokasikan bank pada aktiva yang

sensitive terhadap bunga berarti risiko tingkat bunga yang dihadapi bank juga

(50)

semakin tinggi IRR berarti semakin tinggi dana yang dialokasikan bank pada

aktiva yang sensitif. Dengan asumsi aktiva tersebut tidak bermasalah maka

pendapatan akan meningkat, laba juga akan meningkat maka semakin tinggi

pula ROAnya. Artinya apabila resiko tingkat bunga meningkat maka ROA

diharapkan akan meningkat pula dan sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Risiko tingkat suku bunga dapat dilihat melalui perbandingan antara asset

yang sensitif terhadap bunga dengan sumber dana yang juga sensitif

terhadap bunga.

2. Besar kecilnya risiko tingkat bunga tergantung fluktuasi situasi tingkat suku

bunga dari sumber dana yang digunakan dengan tingkat suku bunga atas

penempatan dana tersebut.

3. Dalam prakteknya Asset Sensitivity Bunga (ASB) dengan Pasiva Sensitivity

Bunga (PSB) dapat terjadi kemungkinan risiko seperti dibawah ini:

a. Perbandingan positif = ASB>PSB pada saat ini dikatakan risiko tinggi

karena bisa terjadi kerugian apabila terjadi penurunan bunga maka

pendapatan bunga akan lebih kecil daripada biaya bunga, sehingga laba

cenderung turun.

b. Perbandingan negatif =ASB<PSB pada kondisi seperti ini dapat dikatakan

risiko kerugian sangat tinggi akan tetapi disaat bunga cenderung

menurun bisa saja biaya bunga akan lebih kecil dari pada pendapatan

(51)

Jadi semakin besar pendapatan bunga sisi aktiva dibandingkan pendapatan

bunga sisi pasiva, maka keuntungan akan meningkat. Namun bila pendapatan

bunga sisi aktiva kecil dibandingkan dengan biaya sisi bunga pasiva, maka

keuntungan yang diperoleh akan menurun.

d. Pengaruh Risiko Modal Terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk

mengukur risiko modal adalah capital adequacy ratio yang membandingkan

antara modal dengan asset yang berisiko. Hubungan risiko modal dengan

capital adequacy ratio adalah berlawanan arah karena semakin tinggi CAR

menunjukkan semakin besar modal akan semakin besar kemampuan bank

tersebut dalam menyerap risiko kerugian karena adanya harta bermasalah

sehingga risiko modal yang dihadapi pun menurun. Namun di lain pihak

hubungan capital adequacy ratio dengan ROA adalah searah karena semakin

tinggi modal maka dapat digunakan untuk menambah aktiva produktif maka

pendapatan bank juga akan meningkat sehingga keuntungan yang diperoleh

juga meningkat dan ROA pun ikut naik. Dengan demikian disimpulkan bahwa

hubungan antara risiko modal dengan ROA adalah berlawanan arah (negatif).

e. Pengaruh Risiko Efisiensi Terhadap Return On Asset (ROA)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa risiko yang digunakan untuk

mengukur risiko efisiensi adalah AU dan NPM yang membandingkan antara

Operating revenue dengan total asset hubungan rasio AU dan NPM dengan

risiko efisiensi adalah berlawanan arah karena semakin tinggi AU dan NPM

Ratio berarti tingkat efisiensinya semakin rendah karena kualitas manajemen

(52)

pendapatan bank, baik pendapatan operasional maupun pendapatan non

operasional lebih besar daripada pengalokasian asset bank yang digunakan

untuk membiayai kegiatan operasional bank. Pada sisi lain hubungan Asset

Utilization Ratio dan Net Profit Margin berarti semakin tinggi jumlah

pendapatan operasional dan non operasional tetap atau menurun maka laba

bank akan meningkat dan ROA pun meningkat. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa hubungan antara risiko efisiensi dengan ROA adalah

berlawanan arah atau negatif.

f. Pengaruh risiko operasional terhadap Return On Asset

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya rasio yang digunakan untuk

mengukur risiko operasional pada penelitian ini adalah rasio BOPO yang

membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.

Hubungan rasio BOPO dengan risiko operasional adalah searah karena semakin

tinggi rasio efisiensi berarti tingkat operasionalnya semakin besar. Karena

peningkatan biaya operasionalnya mengalami kenaikan lebih besar dari pada

peningkatan pendapatan operasionalnya. Dilain pihak hubungan rasio BOPO

dengan ROA berlawanan arah karena semakin tinggi BOPO berarti peningkatan

biaya operasionalnya semakin besar daripada peningkatan pendapatan

operasional, dengan asumsi pendapatan operasional bank atau turun sehingga

keuntungan yang diperoleh pun ikut turun dan akhirnya ROA pun menurun.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan antara risiko

(53)

2.6. Kerangka Konseptual

Umar (2002) menyatakan bahwa rasio risiko perbankan digunakan untuk

mengukur sejauhmana kemampuan manajemen di bank yang bersangkutan dalam

meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan faktor-faktor

produksi, sumber dana dan sumber daya yang dikelolanya.

Drucker (2002), menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan

menggunakan sumber daya yang tidak perlu. Efisiensi akan lebih jelas jika

dikaitkan dengan konsep perbandingan output-input. Output merupakan hasil

suatu organisasi, dan input merupakan sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan output tersebut. Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang

perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam

operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam

arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi

juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank

telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi,

2005).

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller menyatakan bahwa

nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil

positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien

perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan.

Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan.

Weston dan Brigham mengatakan: “Analisa Du Pont System adalah

analisa yang mencakup seluruh rasio aktifitas dan margin keuntungan atas

(54)

Bank dalam melaksanakan fungsi intermediasi yaitu menarik dana dari

masyarakat (funding) dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya (lending) menghadapi risiko diantaranya adalah risiko kredit

(lending) yang diproyeksi dengan Non Performing Loan atau Problem Loan

(NPL). NPL ini sangat mempengaruhi kinerja bank terutama kualitas

asset (Zimmerman, 1996) dan semakin tinggi NPL maka akan menurunkan

pendapatan bank

ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset

yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti

semakin baik karena deviden yang diberikan dan dibagikan besar. Sesuai yang

telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan. Maka

risikopun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro, 2002).

(revenue).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dirumuskan kerangka penelitian

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Efisiensi Usaha

1. BOPO 2. CER 3. Overhead

Efficiency

ROA

Resiko

1. Liquidity risk 2. Capital risk

(55)

2.7. Hipotesis

Dari kerangka berpikir diatas, dapat diketahui bahwa: Rasio efisiensi usaha

terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang

terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk, dan Deposit Risk berpengaruh terhadap

Gambar

Tabel 1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode                     2004-2011
Gambar 1.1. Grafik Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecukupan modal (CAR), likuiditas (FDR), dan efisiensi operasional (BOPO) terhadap..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan resiko pasar (NIM) berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing di

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Risiko Usaha Return On Assets (Roa) Pada Bank Islam Sampel dalam penelitian ini adalah 7 dari Bank Islam di Indonesia

Pengaruh BOPO terhadap risiko operasional adalah negatif, Hal ini dapat terjadi apabila BOPO meningkat, berarti peningkatan pendapatan operasional maupun non

Risiko operasional yang diukur dengan BOPO dan FBIR, menujukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan FBIR memiliki pengaruh positif

Dengan melihat kesimpulan dari hasil uji parsial dimana BOPO memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap ROA, apabila hasil penelitian ini dibandingkan

Apakah rasio yang terdiri dari LDR, NPL, IRR, PDN, FBIR, dan BOPO secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA pada bank-bank umum swasta nasional

Penelitian ini di perkuat oleh Hasil penelitian Rendiana (2015) Analisis pengaruh efisiensi (BOPO) dan CAR terhadap ROA (studi kasus perbankan syariah yang