S E K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
A
PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP
RETURN ON ASSET
PADA PT. BANK SUMUT
TESIS
OLEH
ALFITRI PASARIBU 097019050/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP
RETURN ON ASSET
PADA PT. BANK SUMUT
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALFITRI PASARIBU 097019050/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT
Nama Mahasiswa : Alfitri Pasaribu
Nomor Pokok : 097019050
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui,
Komisi Pembimbing:
(Dr. Isfenti Sadalia, ME.) (Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA, AK Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur,
Telah diuji pada
Tanggal : 30 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Isfenti Sadalia, ME.
Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA,Ak.
2. Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.
3. Dr. Muslich Lufti, MBA.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:
“PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN
ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 30 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT
ABSTRAK
Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam pengunaan asset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO, Cost EfficiencyRatio, Overhead Efficiency , dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk , Capital Risk , Deposit Risk terhadap
Return on Asset pada PT. Bank Sumut. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistika pada alpha 5% ditemukan bahwa BOPO, Overhead Efficiency,Liquidity Risk dan Capital Risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut, dimana Capital Risk merupakan variabel yang paling dominan. Sedangkan Cost Efficiency Ratio dan Deposit Risk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut.
THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY AND RISK ON THE RETURN ON ASSET AT PT. BANK SUMUT
ABSTRACT
The degree of bank capability in gaining profit can be measured through Return On Asset (ROA) and it is a ratio used to measure the ability of bank management is gaining profit as a whole. The steps should be taken by the bank ing achieving ROA should meet the expectation by considering the Prudential System in the use of asset owned because business activity of the bank involving the use of asset or profit –oriented is always faced to the risk frequently called business risk. The business risk of bank is the degree of uncertainty about a result which will be expectedly received. The company can be said to be more efficient than its competitors if with the same input the company can produce higher output or can produce the same output with lower input. The purpose of this study was to find out and analyze the business efficiency comprising BOPO, Cost Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, and the risks consisting of Liquidity Risk, Capital Risk, Deposit Risk on Return On Asset at PT. Bank Sumut. The result of this study
through a statistic test with α = 5% showed that BOPO, Overhead Efficiency,
Liquidity Risk and Capital Risk had a positive and significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut in which Capital Risk was the most dominant variable, while Cost Efficiency Ratio and Deposit Risk did not have any significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko
Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut”. Tesis ini merupakan tugas
akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) Pada Program Studi
Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku sekretaris Program Studi Magister
Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Pembimbing I yang telah memberikan
dorongan dan bimbingan serta saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.
6. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA Ak selaku Pembimbing II, yang juga
telah memberikan dorongan dan bimbingan serta saran-saran dalam
7. Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, dan Bapak Prof.
Dr. Paham Ginting, MS, selaku komisi pembanding, yang telah banyak
memberikan masukan-masukan untuk perbaikan tesis ini.
8. Bapak H. Gus Irawan Pasaribu, SE.Ak, MM selaku Direktur Utama PT. Bank
SUMUT.
9. Bapak Bahrein H. Siagian selaku Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia dan
seluruh Pimpinan Divisi dan Staff PT. Bank SUMUT yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan data dan informasi dalam penyelesaian tesis ini.
10. Seluruh dosen-dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya selama
perkuliahan, yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah ilmu
pengetahuan.
11. Seluruh staff administrasi pascasarjana dan teman-teman angkatan 17 yang
telah memberikan dukungan dan kerjasamanya sejak awal perkuliahan hingga
selesai
12. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis, yakni Ayahanda Ir. H. M. Syufrin
Pasaribu, Med. dan Ibunda Hj. Hadisah Pohan, BA. yang telah memberikan
dorongan, do’a serta kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
13. Buat saudara-saudariku Muhammad Al Amin Pasaribu, Muhammad
Immanuddin Pasaribu, Al Fitra Pasaribu dan Amanah Pasaribu terimakasih atas
motvasi dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini belumlah sempurma, mengingat
yang bersifat membangun sangat diharapkan, demi kesempurnaan penulisan di
masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan semoga Allah SWT
akan membalas seluruh amal kita dan melimpahkan rahmatNya kepada kita
semua. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Medan, Agustus 2012
RIWAYAT HIDUP
Alfitri Pasaribu, dilahirkan di Medan 7 Desember 1981 dari pasangan
Ayahanda Ir. H. M. Syufrin Pasaribu,Med. dan Hj. Hadisah Pohan,BA. sebagai
anak ketiga dari lima bersaudara.
Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Tunas Kartika IV
Medan, tamat dan lulus tahun 1993, kemudian melanjutkan Pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Panca Budi Medan, tamat dan lulus
tahun 1996. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum di
SMU Negeri 3 Medan, tamat dan lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan ke
jenjang pendidikan Diploma III Jurusan Keuangan dan Perbankan Politeknik
Negeri Medan dan lulus tahun 2002, kemudian tahun 2002 melanjutkan Program
Strata-1 Ekstensi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara dan lulus pada
tahun 2005. Pada tahun 2004 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Officer di
DAFTAR ISI
2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan ... 15
2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 17
2.5.2 Jenis-jenis Resiko Perbankan ... 27
3.5. Identifikasi dan Operasional Variabel ... 39
3.6. Metode Analisis Data ... 41
3.7 Uji Asumsi Klasik ... 44
3.7.1. Uji Normalitas ... 45
3.7.2. Uji Multikolinieritas... 46
3.7.3. Uji Heterokedastisitas ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT Periode
2004-2011... ... 4
2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 8
3.1. Operasionalisasi Variabel, Definisi Variabel, Indikator Variabel, dan Skala Pengukuran ... 40
4.1 Jumlah unit kantor PT.Bank SUMUT ... 50
4.2. Analisis Deskriptif ... 55
4.3. Hasil Uji Kolmogrov-Sumirnov ... 58
4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 59
4.5. Hasil Uji-Glejser ... 60
4.6. Hasil Uji Autokorelasi... 61
4.7. Hasil Uji-F ... 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT
ABSTRAK
Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam pengunaan asset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO, Cost EfficiencyRatio, Overhead Efficiency , dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk , Capital Risk , Deposit Risk terhadap
Return on Asset pada PT. Bank Sumut. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistika pada alpha 5% ditemukan bahwa BOPO, Overhead Efficiency,Liquidity Risk dan Capital Risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut, dimana Capital Risk merupakan variabel yang paling dominan. Sedangkan Cost Efficiency Ratio dan Deposit Risk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut.
THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY AND RISK ON THE RETURN ON ASSET AT PT. BANK SUMUT
ABSTRACT
The degree of bank capability in gaining profit can be measured through Return On Asset (ROA) and it is a ratio used to measure the ability of bank management is gaining profit as a whole. The steps should be taken by the bank ing achieving ROA should meet the expectation by considering the Prudential System in the use of asset owned because business activity of the bank involving the use of asset or profit –oriented is always faced to the risk frequently called business risk. The business risk of bank is the degree of uncertainty about a result which will be expectedly received. The company can be said to be more efficient than its competitors if with the same input the company can produce higher output or can produce the same output with lower input. The purpose of this study was to find out and analyze the business efficiency comprising BOPO, Cost Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, and the risks consisting of Liquidity Risk, Capital Risk, Deposit Risk on Return On Asset at PT. Bank Sumut. The result of this study
through a statistic test with α = 5% showed that BOPO, Overhead Efficiency,
Liquidity Risk and Capital Risk had a positive and significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut in which Capital Risk was the most dominant variable, while Cost Efficiency Ratio and Deposit Risk did not have any significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama
karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan
penanaman dana lainnya.
Kondisi perbankan di Indonesia selama tahun 2005-2007 merupakan
periode yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional. Ditengah beratnya
tantangan yang dihadapi, bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja
yang positif. Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas bank stabil pada tingkat
yang memadai. Namun demikian, fungsi intermediasi masih terkendala akibat
perubahan kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan (Laporan Tahunan
Bank Indonesia, 2006).
Perusahaan perbankan sedang melakukan reformasi sistem melalui
implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana secara bertahap
dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan
diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan sistem
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system
keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional yang
berfungsi sebagai financial intermediary diantara pihak-pihak yang memiliki
mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja
profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang
penting bagi bank adalah Return on Asset (ROA).
Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur
dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang dicapai bank, semakin baik posisi
bank dari segi penggunaan asset (Dendiwijaya, 2001). Langkah-langkah yang
harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu
dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam
penggunaan aset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan
penggunaan aset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang
sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian
mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima.
Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan
nasabah yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka
pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus
bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien akan menunjukkan kinerja
yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien.
Efisiensi perusahaan bukan hanya merupakan ukuran perbandingan antara
output yang dihasilkan dengan input, tetapi bagaimana manajemen mengelola
sumberdaya yang ada dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output
Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika
dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat
menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Perusahaan go
public dengan kinerja yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan yang
tercermin pada harga sahamnya. Harapan investor selain memperoleh dividen
adalah kenaikan harga saham, karena dengan kenaikan harga saham maka
investor akan mendapatkan keuntungan dari capital gain. Kinerja perusahaan go
public dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di lantai bursa, kinerja saham
yang baik adalah jika kenaikan harganya di atas atau paling tidak sama dengan
tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten yang dapat
menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan tanggapan positif
dari investor.
Perusahaan yang efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik
jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Identifikasi terhadap
upaya-upaya manajemen bank didalam melakukan tindakan efisiensi sehingga
dapat berpengaruh pada return saham bank, dapat dinilai melalui beberapa rasio
efisiensi bank (Wardoyo, 2002), dalam penelitian ini yaitu Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio (CER) dan
Overhead Efficiency. Setiap kegiatan penempatan dana yang dilakukan oleh
bank, maka didalamnya melekat resiko yang harus di tanggung (Masyhud, 2004),
Risiko usaha merupakan tingkat ketidak pastian mengenai pendapatan yang
diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank.
Semakin tinggi ketidak pastian pendapatan yang diterima suatu bank, semakin
atau bunga uang diinginkan ( Siamat, 2005). resiko yang ada didalam penelitian
ini terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposito Risk.
Hampir menjadi permasalahan atau kendala klasik bagi Bank
Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia bahwa ekspansi usaha yang
cukup pesat menjadikan ratio kecukupan modal mengalami kecenderungan
menurun. PT. Bank SUMUT adalah salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang perbankan dan merupakan salah satu bank milik pemerintah daerah,
memiliki 24 kantor cabang konvensional dengan 68 kantor cabang pembantu
dibawahnya yang tersebar di seluruh Sumatera Utara dan Jakarta, 3 kantor cabang
syariah dengan 3 kantor cabang pembantu di bawahnya, 13 unit kantor payment
point dan 4 unit kantor kas.
Dalam beberapa tahun terakhir kinerja keuangan PT. Bank SUMUT dapat
terlihat sebagai berikut:
Tabel 1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Laba Thn Berjalan Stlh Pajak (dlm Miliar)
116 96 155 188 237 421 404 426
ROA (%) 4,37 3,55 3,43 3,39 4,11 5,47 4,55 3,26
BOPO (%) 70,75 79,38 78,83 76,09 74,02 62,62 68,65 75,99
NPL (%) 3,79 2,20 1,43 1,23 0,59 1,71 2,25 2,56
CAR (%) 31,07 28,74 25,97 20,95 16,48 10,77 13,06 14,66 LDR (%) 52,42 56,99 43,48 56,46 84,13 97,87 91,04 78,56
Gambar 1.1. Grafik Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011
Berdasarkan Tabel dan Gambar 1.1 dapat dilihat Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan salah satu indikator
efisiensi mengalami kenaikan dari tahun 2004-2005, namun di tahun 2006-2009
BOPO mengalami penurunan namun kembali mengalami kenaikan dari tahun
2009-2011. Laba Tahun Berjalan mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009
namun di tahun 2010 laba mengalami penurunan, kondisi tersebut menunjukkan
adanya hubungan negatif antara Laba Tahun Berjalan dan BOPO sehingga
berdasarkan data empiris perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penurunan ratio
BOPO pada periode 2006-2009 diikuti dengan kenaikan rasio Return On Asset
(ROA) pada tahun 2006-2007 namun di tahun 2010 BOPO mengalami kenaikan
dan ROA mengalami penurunan, sehingga BOPO menunjukkan pengaruh yang
dari tahun 2008-2011 NPL mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan ROA
pada tahun 2006-2009 dan penurunan ROA ditahun 2010. CAR mengalami
penurunan dari tahun 2004-2009 yang diikuti juga dengan penurunan ROA dari
tahun 2004-2007 dan LDR mengalami kenaikan di tahun 2004-2009 sedangkan di
tahun 2009-2011 mengalami penurunan.
Dari fenomena diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana
“Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko terhadap Return on Asset pada PT. Bank
Sumut”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana
pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead
Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposit
Risk terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan
menganalisis bagaimana pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost
Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk,
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan PT. Bank Sumut mengenai
efisiensi usaha dan resiko berpengaruh terhadap return on asset.
b. Sebagai menambah khazanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi
Magister Ilmu Manajemen.
c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang Ilmu
Manajemen Keuangan, khususnya mengenai pengaruh efisiensi usaha dan
resiko terhadap Return on Asset (ROA) Bank Sumut.
d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis mengambil perbandingan dengan judul-judul
tesis sebelumnya, yang mengupas hubungan BOPO, CER, Capital Risk dan
Deposit Risk terhadap ROA. Dari penelitian-penelitian sebelumnya tersebut
penulis dapat melihat adanya kesamaan maupun perbedaan hasil, yang mana
perbedaan dan kesamaan hasil tersebut dapat dijadikan bahan referensi bagi
penulis dalam melengkapi literatur pembahasan penelitiannya, berikut review
penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Sudiyatno Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005-2008)
Berdasarkan Hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pihak ketiga (DPK), biaya operasi (BOPO), dan Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Sedangkan
Loan to Deposit Ratio (LDR), secara statistic tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA).
Azwir Analisis Pengaruh
Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan PPAP Terhadap ROA Bank (Studi Empiris: Pada Industri Perbankan yang Listed Di BEJ (Periode Tahun 2001-2004)
Puspitasari Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ketujuh
variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 72%, sedangkan sisanya 28% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Febriana Pengaruh Risiko Usaha
Terhadap ROA Pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Loan To Deposit (LDR), Cash Ratio (CR), Non Performing Loan (NPL), Loan To Asset Ratio (LAR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM), dan BOPO secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri. Hal ini menunjukan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko modal, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri.
Nusantara Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, Dan BOPO Terhadap
Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go
Publik dan Bank Umum Non Go Publik Periode 2005-2007)
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPL, CAR, LDR, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik pada level of signifikan kurang dari 5%.
Sedangkan pada bank non go public, hanya LDR yang berpengaruh signifikan.Pengujian menghasilkan nilai Chow test F sebesar 3,372. Nilai F table diperoleh sebesar 1,96, dgn demikian diperoleh nilai Chow test (3,372) > Ftabel
(1,96).terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari pengaruh 4 variabel bebas tersebut terhadap ROA pada bank go publik dan bank non go public.
2.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga
menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan
membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada
serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.
Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan
(assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi Aktiva). Kemudian juga
akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas
(modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi ini tergambar dalam laporan
keuangan Neraca.
Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha
yang di peroleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban
yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat
dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran
tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.
Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik
waktu tertentu maupun operasinya selama satu periode di masa lalu. Akan tetapi,
nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan
tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di
masa depan. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan
adalah hakikat dari analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk
penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah
yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang (Brigham, 2006).
Rasio-rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi suatu laporan
keuangan
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang
diperoleh dalam suatu periode. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam
laporan keuangan seperti:
1. Neraca;
2. Laporan laba rugi;
3. Laporan perubahan modal;
4. Laporan catatan atas laporan keuangan; dan
5. Laporan kas.
Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan, dan
maksud tersendiri.
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta),
kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan
tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai
kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang
dimilikinya pada saat tertentu.
Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu.
Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode
dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau
rugi.
Laporan perusahaan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki
perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal
serta sebab-sebab berubahnya modal.
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat
berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan
informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada
sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna
laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan
arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman
dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat
untuk periode tertentu.
Menurut ketentuan Bank Indonesia (1997) setiap bank harus menyajikan
laporan keuangan seperti disebut di atas, setiap bank diwajibkan menyampaikan
beberapa jenis laporan lainnya untuk disampaikan kepada BI. Laporan lainnya
tersebut antara lain :
1. Laporan Mingguan
a. Giro wajib minimum yang mencakup, dana pihak ketiga rupiah / valuta asing
per bank danposisi pos-pos tertentu neraca rupiah dan valuta asing per bank.
b. Laporan keuntungan / kerugian transaksi derivative
2. Laporan Bulanan
a. Laporan beserta lampiran per kantor (LBU)
b. Laporan perkreditan bank umum per kantor ( LPBU)
c. Laporan pelanggaran batas maksimal pemberian kredit (BMPK)
3. Laporan Triwulanan, berupa laporan realisasi perkreditan bank terhadap
rencana kerja bank.
4. Laporan Semesteran
a. Laporan dewan komisaris terhadap pelaksanaan rencana kerja bank
b. Laporan keuangan publikasi di surat kabar berbahasa Indonesia
c. Laporan dewan audit tentang hasil kinerja audit intern yang telah dilakukan.
5. Laporan Tahunan
a. Laporan tahunan yang diaudit oleh akuntan public yang terdaftar di BI yang
disertai dengan surat komentar dari akuntan public.
b. Laporan realisasi rencana kerja bank
6. Laporan lainnya
a. Kerugian transaksi derivative yang melebihi 10 % dari modal bank beserta
tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi selambat-lambatnya pada
hari kerja berikutnya.
b. Laporan khusus mengenai setiap temuan audit yang diperkirakan dapat
mengganggu kelangsungan usaha bank yang ditandatangani direktur utama
dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 15 hari kerja sejak adanya
temuan audit.
c. Laporan atas setiap penyalahguanaan yang dilakukan melalui sarana
d. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern , ditanda tangani
oleh direktur utama dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 2 bulan
setelah akhir Juni dan akhir Desember.
2.3. Rasio Keuangan
2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan
Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang
diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan
bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang
terkandung didalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat membentuk
rasio-rasio keuangan. Analisis rasio-rasio keuangan memungkinkan untuk mengindentifikasi,
mengkaji dan merangkum hubunga-hubungan yang signifikan dari data keuangan
perusahaan.
Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang
merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpetasi
dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan dengan analisis yang
hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio
(Van Horne, 2005). Hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan
perusahaan yang berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas
Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006) adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut
Munawir (2001)menyatakan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan
dengan menggunakan alat analisa dapat menjelaskan gambaran kepada baik dan
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan
sebagai standar.
2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan
a. Keunggulan Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain
adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan.
5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
b. Kelemahan Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain
adalah:
1. Kesulitan dalam mengindentifikasi kategori industri dari perusahaan
yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa
bidang usaha.
2. Perbedaaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang
berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode
penilaian persediaan
3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut
dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa
merupakan hasil manupulasi.
4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan
perkiraan.
Menurut Kuswadi (2006)rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain:
a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas
angka-angka yang digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan
laba rugi perusahaan.
b. Biasanya, rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan
serta mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi
sering tidak mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena
data yang digunakan umumnya berasal dari data masa lalu.
d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam
laporan keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja,
perubahan manajemen, perubahan industri, perkembangan teknologi
dan aktifitas para pesaing juga perlu dipertimbangkan dalam penilaian
kinerja perusahaan, termasuk sumber daya manusianya.
e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara
perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu yang sedang diperbandingkan.
2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Hanafi (2004) ada 5 (lima) jenis rasio keuangan yakni:
a. Rasio likuiditas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutang jangka pendek.
b. Rasio aktivitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menggunakan asetnya dengan efisien.
c. Rasio leverage, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi total kewajibannya.
d. Rasio profitabilitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
didalam menghasilkan laba.
e. Rasio pasar, yakni rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai
buku, pendapatan, atau dividen.
2.3.4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas yang dipakai didalam penelitian ini adalah: Return on
Asset (ROA) Return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Sedangkan menurut Bringham, ROA diartikan sebagai perbandingan
antara keuntungan yang diperoleh dengan aset total dalam menjalankan usaha
selama kurun waktu yang telah ditentukan. Ada tiga unsur pokok yaitu
keuntungan, kekayaan dan waktu. Biasanya unsur waktu ini bias dihilangkan
dengan anggapan bahwa kurn waktu yang dipakai satu tahun. Dari pengertian ini
maka dapat dikatakan bahwa ROA adalah salah satu alat yang penting dalam
menilai kinerja keuangan dari suatu lembaga keuangan.
Rumusnya untuk menghitung Return on Asset (ROA) adalah sebagai
berikut (Darsono dan Ashari, 2005):
ROA =
ROA memberikan gambaran tentang kemampuan bank mengoperasikan harta
bank yang dipercaya kepada mereka untuk mencari keuntungan selain itu juga
dapat dijadikan indikator untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
mengelola asset dalam menghasilkan laba bagi bank. ROA dapat juga berguna
bagi manajemen bank dalam menentukan langkah apa yang seharusnya diambil
karena ROA menunjukkan bagaimana penggunaan asset bank untuk mendapat
laba. Besar kecilnya rasio ini dipengaruhi oleh perubahan variabelnya, setiap
perubahan asset maupun laba bersih dapat mengakibatkan perubahan terhadap
modal. (Dendawijaya, 2001)
Dilihat dari rumus diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
ROA yang diperoleh suatu perusahaan maka dapat diartikan lembaga keuangan
Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank)
adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal
inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3)
Pertumbuhan kredit riil sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR)
sedikitnya 50% dan rasio kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan
perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik
dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator.
2.3.5. Analisis Rasio
Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan.
Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen
perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan
yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk
menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan
(Bahtiar Usman,2003).
Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak
digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi
yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio
yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan
investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting
dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit
untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk
Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke
depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi
rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus
menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan.
Karenanya, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan
interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio
(Wild, Subramanyam, Halsey, 2005)
Pengertian Rasio keuangan menurut James C Van Horne (dalam Kashmir,
2008) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan
digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari
hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan.
Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari
neraca.
2. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya
bersumber dari laporan laba rugi.
3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber
2.4. Efisiensi Bank
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai
hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang
dipakai untuk memproduksi. Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung
dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien
adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan
dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi
input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yang sama.
Mengukur efisiensi suatu organisasi seperti bank bukanlah perkara yang
mudah. Kendala dalam pengukuran efisiensi menurut Shafer dan Terry (2002)
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, organisasi bank merupakan suatu
kumpulan berbagai ragam perilaku ataupun sumber daya yang kompleks. Oleh
karena itu sulit untuk memperoleh ukuran efisiensi organisasi yang absolut.
Kondisi ini akan mengarah penggunaan nilai efisiensi relatif (perbandingan atas
penggunaan sumber daya/input untuk mendapatkan suatu hasil/output dari sebuah
organisasi dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif organisasi lain yang sejenis)
mengantikan nilai absolut tersebut. Kedua, organisasi bank tersusun dari proses
transformasi yang multi dimensional dimana selalu banyak input yang
dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak output pula. Untuk mendapatkan suatu
nilai ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu organisasi bank secara keseluruhan
yang bersifat scalar, haruslah terlebih dahulu diperoleh suatu bobot organisasi
bank tersebut. Bagaimanapun juga bobot input dan output yang dinyatakan
sebelumnya ini selalu kurang dalam melingkupi seluruh nilai yang
Di dalam teori perusahaan dan analisis biaya dinyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan sejenis yang survive apabila mereka memiliki kiat
produksi tersendiri dan manajemen yang efisien yang tidak dimiliki oleh
perusahaan lain sejenis dengan pasar yang sama. Untuk menentukan apakah suatu
kegiatan dalam organisasi itu termasuk efisien atau tidak maka prinsip-prinsip
atau persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut (Syamsi, 2004):
(1) Efisiensi harus dapat diukur, (2) Efisiensi mengacu pada pertimbangan
rasional, (3) Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas, (4) Efisiensi merupakan
teknis pelaksanaan (5) Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan
kemampuan organisasi yang bersangkutan, (6) Efisiensi itu ada tingkatannya, bisa
dengan prosentase.
Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio
efisiensi bank, penilaian efisiensi yang didasarkan pada Rentabilitas suatu bank
didasarkan pada Beban operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Cost
Efficiency Ratio (CER), Overhead Efficiency. (Kasmir,2008).
a. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO =
Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh
melalui penjumlahan i) biaya bunga dan ii) biaya operasional lainnya yang
terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan
operasional diperoleh melalui penjumlahan i) pendapatan bunga dan ii)
b. Cost Efficiency Ratio
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar biaya operasional lainnya
memberikan kontribusi terhadap pendapatan bunga bersih ditambah
dengan pendapatan operasional lainnya. Semakin kecil rasio ini, maka
sebuah bank semakin efisien terutama ditinjau dari pengeluaran biaya
operasional lainnya, yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya
tenaga kerja dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam biaya
umum dan administrasi, antara lain termasuk biaya telepon, listrik, sewa
gedung/kantor, kendaraan, pemerliharaan dan lain-lain.
c. Overhead Efficiency
Overhead Efficiency merupakan rasio antara Other Operating
Income/Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya
Overhead (Grier, 2001) yang dirumuskan sebagai berikut:
Overhead Efficiency =
Cost
Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan
operasional lainnya dengan sumber daya yang ada. Pendapatan
operasional lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan bunga kredit
bank atau yang lebih dikenal sebagai Fee Based Income. Fee Based Income
merupakan salah satu alternatif bagi bank untuk menghasilkan keuntungan
mengingat semakin tipisnya margin antara bunga pinjaman dan bunga
dana. Dengan semakin tinggi tuntutan konsumen akan produk perbankan,
memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi besar. Selain
produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang terampil
dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan memanfaatkan
peluang tersebut. Komponen pendapatan operasional lainnya (Fee Based
Income) terdiri dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer
dan inkaso, pendapatan sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank
lainnya diluar pendapatan sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen
Overhead Cost terdiri dari biaya tenaga kerja dan tunjangan pegawai serta
biaya administrasi dan umum. Data yang digunakan untuk menghitung
Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba.
2.4.1. Pengaruh Efisiensi Usaha Terhadap ROA
Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) diukur dari
perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio
yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap peningkatan biaya operasional
akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan
menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2003). Nilai Biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO) yang ideal agar suatu bank dapat dinyatakan efisien adalah 70%-80%.
Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio Biaya operasional terhadap
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) melebihi 90% hingga
mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya.
2.4.2. Pengaruh BOPO Terhadap Return on Asset (ROA)
Azir (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata BOPO yang signifikan antara kinerja perusahaan pada bank
yang sehat dan bank yang gagal. Hal ini bertentangan dengan penelitian
Sugiyanto (Azir, 2006) yang menunjukkan hasil bahwa BOPO mampu
memprediksi kebangkrutan bank. Suyono (Azir, 2006) dalam penelitiannya yang
menguji pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum di Indonesia periode
tahun 2001-2003, menunjukkan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap ROA pada level signifikansi 5% yaitu sebesar 0,1%.
2.4.3. Pengaruh CER Terhadap Return on Asset (ROA)
Timothy dan Scott (Azir, 2006) juga menyatakan bahwa rasio CER cukup
efektif dalam menunjukkan sejauh mana pihak bank mampu menciptakan efisiensi, karena
hanya fokus terhadap biaya-biaya overhead, seperti biaya umum (biaya listrik, air &
pemeliharaan alat-alat kantor/inventaris), biaya tenaga kerja, dan biaya
administrasi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perbedaan mendasar antara Operational
Efficiency Ratio (OER) atau rasio BOPO dengan Cost Efficiency Ratio (CER)
adalah OER (BOPO) menitikberatkan terhadap keseluruhan biaya operasional, yang
didominasi oleh biaya bunga, sedangkan CER hanya fokus terhadap biaya lain-lain (biaya
non-bunga atau biaya overhead). Namun demikian, menurut Riyadi (Azir, 2006), nilai dari
kedua rasio ini sama-sama diharapkan kecil, karena semakin besar nilaidari kedua
operasionalnya untuk memperoleh laba. Pentingnya mengendalikan biaya-biaya operasional yang
tercermin dari OER dan CER menunjukkan bahwa jika suatu bank ingin agar kinerja perolehan
laba yang tercermin dari PM meningkat secara berkesinambungan, maka bank tersebut harus seefektif
mungkin dalam mengelola biaya-biaya operasional.
2.5. Risiko
2.5.1. Pengertian Risiko
Idroes (2008) risiko merupakan ancaman atau kemungkinan suatu
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Resiko usaha (Business Risk) sebagai “ The threat that
an event or action will adversely affect an organization’s ability to achieve its
business objectives and execute its strategies successfully” (Ancaman bahwa suatu
kejadian atau tindakan akan secara buruk mempengaruhi kemampuan organisasi
untuk mencapai tujuan usaha dan melaksanakan strateginya secara berhasil).
Selain itu risiko usaha bank dapat juga diartikan sebagai tingkat
ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau yang diharapkan akan
diterima, hasil dalam hal ini merupakan keuntungan bank atau investor, semakin
tidak pasti hasil yang akan diperoleh suatu bank. Semakin besar pula
kemungkinan risiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula premi risiko
2.5.2. Jenis-jenis Risiko Perbankan
Menurut Idroes (2008) jenis-jenis risiko perbankan adalah sebagai berikut:
a) Risiko Kredit
Sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat
dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana
yang dipinjamkan secara penuh pada saat jatuh tempo.
b) Risiko Pasar
Risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan diluar neraca
yang timbul dari pergerakan harga pasar.
c) Risiko Operasional
Risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses internal, sumber daya
manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal.
d) Risiko Konsentrasi Kredit
Ketika penempatan aktiva produktif bank terkonsentrasi pada satu sektor
atau kelompok tertentu. Apabila terjadi masalah pada sektor atau
kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada dalam
keadaan bahaya.
e) Risiko Suku Bunga Pada Bank
Risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada
sktruktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan.
f) Risiko Bisnis
Risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank dan prospek dari
keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis berhubungan
kaitannya dengan implikasi risiko yang mungkin timbul atas keputusan
bisnis tersebut.
g) Risiko Strategik
Risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang dibuat
oleh manajemen bank.
h) Risiko Reputasional
Risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan yang dihasilkan dari
opini publik yang negatif.
2.5.3. Risiko Usaha Perbankan
Menurut Kasmir (2008), Risiko usaha perbankan dapat diukur melalui
beberapa rasio keuangan bank, yaitu:
a. Investment Risk Ratio
Investment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi
dalam investasi surat-surat berharga yaitu dengan membandingkan harga pasar
surat berharga dengan harga nominalnya. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin besar kemampuan bank dalam menyediakan alat-alat likuid.
Untuk mengetahui rasio ini, harus diketahui terlebih dahulu harga pasar dari
securities yang dibeli serta harga nominalnya.
Rumus untuk mencari Investment Risk Ratio sebagai berikut:
Investment Risk Ratio =
b. Liquidity Risk
Liquidity Risk merupakan rasio untuk mengukur resiko yang akan dihadapi
bank apabila gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya
dengan harta likuid yang dimilikinya.
Rumus untuk mencari Liquidity Risk sebagai berikut:
Liquidity Risk =
Total Deposit
Liquid Assets – Shortterm Borrowing
c. Credit Risk Ratio
Credit Risk Ratio merupakan ratio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang
disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang
disalurkan.
Rumus untuk mencari Credit Risk Ratio sebagai berikut:
Credit Risk Ratio =
Total Loans Bad Debt
Atau Capital Risk
Capital Risk Ratio =
Risk Assets Equity Capital
Untuk perhitungan rasio ini diperlukan data tentang Bad Debts.
d. Deposit Risk Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank membayar
kembali deposannya.
Rumus untuk Deposit Risk Ratio sebagai berikut:
Deposit Risk Ratio =
2.5.4. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap ROA
Sebelum menganalisa tentang profitabilitas sebuah bank, kiranya perlu
diperhatikan bahwa tujuan analisis profitabilitas adalah mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitasnya yang dicapai oleh bank yang bersangkutan dengan
rasio-rasio keuangan akan dapat dilihat posisi dan kondisi keuangan suatu bank
diperoleh dengan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan
keuangan. Rasio yang digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja
profitabilitas bank adalah ROE dan ROA. Karena penelitian ini membahas
mengenai tingkat pengambilan asset maka alat ukur yang dipakai adalah ROA
saja. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset
yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti
semakin baik karena deviden yang diberikan dan yang dibagikan besar. Sesuai
yang telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan.
Maka risiko pun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro,
2002).
Menurut Kuncoro (2002), adapun pengaruh risiko usaha terhadap ROA sebagai
berikut:
a. Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Return On Asset
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk
mengukur risiko likuiditas adalah loan to deposit ratio. Hubungan antara risiko
likuiditas dengan LDR adalah berlawanan arah karena semakin rendah LDR
berarti tingkat kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segera rendah dan
menunjukkan resiko likuiditasnya semakin tinggi. Hubungan antara LDR dan
kredit yang diberikan meningkat sehingga menyebabkan pendapatan yang
diterima meningkat tingkat keuntungan yang diperoleh naik dan ROA ikut naik.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hubungan antara risiko likuiditas dengan
ROA adalah tidak searah (negatif).
b. Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Return On Asset
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk
mengukur risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL) yang
membandingkan antar kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit
yang diberikan. Hubungan risiko kredit dengan NPL adalah searah karena
semakin tinggi NPL menunjukkan semakin besar jumlah kredit bermasalah
maka akan menimbulkan risiko kegagalan akan pengambilan jumlah pinjaman
semakin tinggi. Dilain pihak hubungan NPL dengan ROA adalah berbalik arah
karena semakin besar jumlah kredit yang diperoleh semakin menurun sehingga
keuntungan pun menurun dan ROA pun ikut turun. Akhirnya dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara risiko kredit dengan ROA adalah berbalik arah
(negatif).
c. Pengaruh Risiko tingkat suku bunga terhadap Return On Asset
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mengukur risiko tingkat bunga
menggunakan Interest rate risk yang membandingkan antara Interest Sensitivity
Asset dengan Interest Sensitivity Liability. Hubungan Interest rate risk dengan
risiko tingkat suku bunga adalah searah (Positif) karena semakin tinggi Interest
rate risk berarti semakin besar dana yang dialokasikan bank pada aktiva yang
sensitive terhadap bunga berarti risiko tingkat bunga yang dihadapi bank juga
semakin tinggi IRR berarti semakin tinggi dana yang dialokasikan bank pada
aktiva yang sensitif. Dengan asumsi aktiva tersebut tidak bermasalah maka
pendapatan akan meningkat, laba juga akan meningkat maka semakin tinggi
pula ROAnya. Artinya apabila resiko tingkat bunga meningkat maka ROA
diharapkan akan meningkat pula dan sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Risiko tingkat suku bunga dapat dilihat melalui perbandingan antara asset
yang sensitif terhadap bunga dengan sumber dana yang juga sensitif
terhadap bunga.
2. Besar kecilnya risiko tingkat bunga tergantung fluktuasi situasi tingkat suku
bunga dari sumber dana yang digunakan dengan tingkat suku bunga atas
penempatan dana tersebut.
3. Dalam prakteknya Asset Sensitivity Bunga (ASB) dengan Pasiva Sensitivity
Bunga (PSB) dapat terjadi kemungkinan risiko seperti dibawah ini:
a. Perbandingan positif = ASB>PSB pada saat ini dikatakan risiko tinggi
karena bisa terjadi kerugian apabila terjadi penurunan bunga maka
pendapatan bunga akan lebih kecil daripada biaya bunga, sehingga laba
cenderung turun.
b. Perbandingan negatif =ASB<PSB pada kondisi seperti ini dapat dikatakan
risiko kerugian sangat tinggi akan tetapi disaat bunga cenderung
menurun bisa saja biaya bunga akan lebih kecil dari pada pendapatan
Jadi semakin besar pendapatan bunga sisi aktiva dibandingkan pendapatan
bunga sisi pasiva, maka keuntungan akan meningkat. Namun bila pendapatan
bunga sisi aktiva kecil dibandingkan dengan biaya sisi bunga pasiva, maka
keuntungan yang diperoleh akan menurun.
d. Pengaruh Risiko Modal Terhadap Return On Asset
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk
mengukur risiko modal adalah capital adequacy ratio yang membandingkan
antara modal dengan asset yang berisiko. Hubungan risiko modal dengan
capital adequacy ratio adalah berlawanan arah karena semakin tinggi CAR
menunjukkan semakin besar modal akan semakin besar kemampuan bank
tersebut dalam menyerap risiko kerugian karena adanya harta bermasalah
sehingga risiko modal yang dihadapi pun menurun. Namun di lain pihak
hubungan capital adequacy ratio dengan ROA adalah searah karena semakin
tinggi modal maka dapat digunakan untuk menambah aktiva produktif maka
pendapatan bank juga akan meningkat sehingga keuntungan yang diperoleh
juga meningkat dan ROA pun ikut naik. Dengan demikian disimpulkan bahwa
hubungan antara risiko modal dengan ROA adalah berlawanan arah (negatif).
e. Pengaruh Risiko Efisiensi Terhadap Return On Asset (ROA)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa risiko yang digunakan untuk
mengukur risiko efisiensi adalah AU dan NPM yang membandingkan antara
Operating revenue dengan total asset hubungan rasio AU dan NPM dengan
risiko efisiensi adalah berlawanan arah karena semakin tinggi AU dan NPM
Ratio berarti tingkat efisiensinya semakin rendah karena kualitas manajemen
pendapatan bank, baik pendapatan operasional maupun pendapatan non
operasional lebih besar daripada pengalokasian asset bank yang digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional bank. Pada sisi lain hubungan Asset
Utilization Ratio dan Net Profit Margin berarti semakin tinggi jumlah
pendapatan operasional dan non operasional tetap atau menurun maka laba
bank akan meningkat dan ROA pun meningkat. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa hubungan antara risiko efisiensi dengan ROA adalah
berlawanan arah atau negatif.
f. Pengaruh risiko operasional terhadap Return On Asset
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya rasio yang digunakan untuk
mengukur risiko operasional pada penelitian ini adalah rasio BOPO yang
membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Hubungan rasio BOPO dengan risiko operasional adalah searah karena semakin
tinggi rasio efisiensi berarti tingkat operasionalnya semakin besar. Karena
peningkatan biaya operasionalnya mengalami kenaikan lebih besar dari pada
peningkatan pendapatan operasionalnya. Dilain pihak hubungan rasio BOPO
dengan ROA berlawanan arah karena semakin tinggi BOPO berarti peningkatan
biaya operasionalnya semakin besar daripada peningkatan pendapatan
operasional, dengan asumsi pendapatan operasional bank atau turun sehingga
keuntungan yang diperoleh pun ikut turun dan akhirnya ROA pun menurun.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan antara risiko
2.6. Kerangka Konseptual
Umar (2002) menyatakan bahwa rasio risiko perbankan digunakan untuk
mengukur sejauhmana kemampuan manajemen di bank yang bersangkutan dalam
meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan faktor-faktor
produksi, sumber dana dan sumber daya yang dikelolanya.
Drucker (2002), menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan
menggunakan sumber daya yang tidak perlu. Efisiensi akan lebih jelas jika
dikaitkan dengan konsep perbandingan output-input. Output merupakan hasil
suatu organisasi, dan input merupakan sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut. Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang
perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam
operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam
arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi
juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank
telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi,
2005).
Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller menyatakan bahwa
nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien
perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan.
Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan.
Weston dan Brigham mengatakan: “Analisa Du Pont System adalah
analisa yang mencakup seluruh rasio aktifitas dan margin keuntungan atas
Bank dalam melaksanakan fungsi intermediasi yaitu menarik dana dari
masyarakat (funding) dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya (lending) menghadapi risiko diantaranya adalah risiko kredit
(lending) yang diproyeksi dengan Non Performing Loan atau Problem Loan
(NPL). NPL ini sangat mempengaruhi kinerja bank terutama kualitas
asset (Zimmerman, 1996) dan semakin tinggi NPL maka akan menurunkan
pendapatan bank
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset
yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti
semakin baik karena deviden yang diberikan dan dibagikan besar. Sesuai yang
telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan. Maka
risikopun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro, 2002).
(revenue).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dirumuskan kerangka penelitian
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Efisiensi Usaha
1. BOPO 2. CER 3. Overhead
Efficiency
ROA
Resiko
1. Liquidity risk 2. Capital risk
2.7. Hipotesis
Dari kerangka berpikir diatas, dapat diketahui bahwa: Rasio efisiensi usaha
terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang
terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk, dan Deposit Risk berpengaruh terhadap