S E K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
A
ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO
PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP
RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
OLEH
DONNY L.A. ARITONAG
087019014/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO
PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP
RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DONNY L.A. ARITONAG
087019014/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Donny L.A. Aritonang
Nomor Pokok : 087019014
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui,
Komisi Pembimbing:
(Dr. Muslich Lutfi, MBA.) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Januari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Muslich Lutfi, MBA
Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac
2. Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.
3. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul: “ANALISIS
PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO
SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA
EFEK INDONESIA”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 23 Januari 2013 Yang membuat pernyataan,
ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA
EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan, Malaysia, Philipina dan Thailand. Fenomena di atas disebabkan oleh suku bunga perbankan yang sangat tinggi mencapai 77,63% pada tahun 1998. Akibatnya tingginya suku bunga dan tidak didukung oleh sektor riil, banyak kredit-kredit pinjaman perbankan mengalami penundaan pembayaran sehingga masuk kategori macet. Akibat ditutupnya beberapa bank, kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Implikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis terhadap return saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Efisiensi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 3 ratio keuangan yang terdiri dari : biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , Rasio Profitabilitas yaitu return on asset dan Risiko Sistematis yaitu beta saham. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, efisiensi yang terdiri dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , rasio profitabilitas yaitu retun on asset dan risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, efisiensi yang terdiri dari dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Rasio Profitabilitas yatiu return on asset berpengaruh signifikan terhadap return saham. Risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham.
THE EFFECT OF EFFICIENCY, PROFITABILITY RATIO AND SYSTEMATIC RISK TO BANKING SHARE RETURN IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE ABSTRCT
The Financial crisis in Indonesia in the middle of the 1997 gave terrible impact on the banking sector. Some main indicators in 1998 were in bad condition. The performance of national banking at that time was a lot worse than banking health in some Asian Countries which also in the economic crisis such as South Korea, Malaysia, Philipina and Thailand. The phenomenon was caused by the high interest up to 77,63% in 1998. The high interest was not supported by riil sector, the cancellation of loan payment until it is unpaid. The banks were closed, so that the people trust to bank dropped quickly. It implied to the low enthusiasm of investors to banking share. The aim of the study is to evaluate the impact of efficiency, profitability ratio and systematic risk towards banking return which are registerd in Indonesia Stock Exchange. The efficiency used in this study is 3 (three) financial ratios which are operational cost operational income, cost of efficiency ratio, overhead efficiency, profitability ratio is return on asset and systematic risk that is share beta. The study is done to 20 bank registered in Indonesia Stock Exchange in 2007 until 2011. The analysis model is the logistic regression. The result of the study showed that the efficiency such as operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency, profitability ratio that is return on asset and systematic risk that is share beta as simultaneously affected significantly to share return. Partially the efficiency which are operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency affected not significantly to share return. Profitability ratio that is return on asset affected significantly to share return. Systematic risk that is beta share affected not significantly to share return.
KATA PENGANTAR
PujidansyukurPenelitiucapkankehadiratTuhan Yang MahaKuasa, karena
dengan Kasihdan KaruniaNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul“Analisis Pengaruh Efisiensi, Rasio Profitabilitas Dan Risiko
Sistematis Terhadap Return Saham Bank di Bursa Efek Indonesia ”Dalam
penulisan Tesisini, Penelititelah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
dan pada kesempatan ini Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. SyahrilPasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K)
selakuRektorUniversitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr .Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.
3. BapakProf. Dr. Paham Ginting, MS, selakuKetua Program
StudiIlmuManajemen.
4. IbuDr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu
Manajemen.
5. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBAselaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan Tesis ini.
6. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acselaku AnggotaKomisiPembimbing
yang telahbanyakmembimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan
Tesis ini.
7. Ibu Dr. KhairaAmalia F, MBA, Akselaku Anggota KomisiPembanding yang
telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan Tesis.
8. Bapak Drs. Syahyunan, M.Siselaku Anggota Komisi Pembanding yang telah
9. Seluruh Staf Pengajardan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.
10. KeduaorangtuakuIr. A. Aritonangdan(Alm) R. Br.Pardedeatas semua kasih
sayang dan semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian Tesis ini.
11. Kedua Mertuaku M. Silalahi dan N. Br. Siregar atas semua kasih sayang dan
semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian Tesis ini
12. Istriku tercinta Fivi S. Silalahi, ST dan anakku tersayang Fido Faith Brian
Aritonang.
13. Saudara-saudaraku yang tersayang atas doa dan dorongan yang telah
diberikan dalam penyelesaian tesis ini.
14. Rekan-rekanSekolahPascasarjanaIlmuManajemenAngkatan XIX, atas
bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi dan dalam penulisan
Tesis ini.
Penelitimenyadaritesisinibelumsempurna. Namun harapan peneliti semoga
Tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan memberkati
kita semua, Amin.
Medan,Januari 2013
Peneliti,
RIWAYAT HIDUP
Donny Leonard Agustinus Aritonang, lahir diMedan, padatanggal29Agustus
1978, dari pasangan AyahandaIr. A. Aritonangdan IbundaR. Pardede.Pendidikan
Sekolah Dasar di SD Santo Petrus Medan. Setelah Lulus SDtahun
1990melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPSanta Maria
Medan,Lulus padatahun1993. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMANegeri 4 Medan, Lulus pada tahun 1996, dan tahun 1997 melanjutkan Studi
di Universitas Katolik Santo Thomas dan Lulus padatahun2002, kemudian
melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008.
Medan,Januari 2013
Peneliti,
DAFTAR ISI
3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel ... 42
3.6.2. Defenisi Operasional Variabel ... 43
3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 44
3.7.1. Uji Validitas ... 44
3.7.1.1. Uji Validatas Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan ... 44
3.7.1.2. Uji Validitas Instrumen Variabel Kuasa Pribadi Pemimpin ... 45
3.7.1.3. Uji Validitas Instrumen Variabel Sikap Pemimpin ... 46
3.7.1.4. Uji Validitas Instrumenn Variabel Prestasi Kerja ... 47
3.7.2. Model Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 48
4.2. Hasil Uji Normalitas ... 52
4.3. Hasil Uji Ketepatan Model Regresi Logistik ... 53
4.4. Hasil Penelitian ... 53
4.4.1. Uji Serempak ... 54
4.4.2. Uji Parsial ... 57
4.4.2.1. Uji Parsial Variabel BOPO ... 57
4.4.2.2. Uji Parsial Variabel Cost Of Efficiency ... 58
4.4.2.3. Uji Parsial Variabel Overhead Efficiency 58
4.4.2.4. Uji Parsial Variabel Return On Asset ... 58
4.4.2.5. Uji Parsial Variabel Beta Saham ... 58
5.5. Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran ... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
3.1. OperasionalVariabel ... 43
4.1. Daftar Perusahaan Sampel ... 48
4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 49
4.3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 52
4.4. Hosmer and Lemeshow Sig. ... 53
4.5. Variables in the Equation ... 54
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Hubungan antara tingkat keuntungan sekuritas (Ri) dengan
pasar (Rm) ... 26
2.2 Tingkat Keuntungan dan Risiko... 27
2.3. Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Perusahaan Perbankan Yang Listing di Bei
Periode Tahun 2007-2011 ... 68
2. Biaya Operasional Pendapatan Operasional Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 69
3. Cost Of Efficiency Ratio Pebankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 70
4. Overhaed Efficiency Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 71
5. Return On Asset Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 72
6. Beta Saham Individu Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 73
ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA
EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan, Malaysia, Philipina dan Thailand. Fenomena di atas disebabkan oleh suku bunga perbankan yang sangat tinggi mencapai 77,63% pada tahun 1998. Akibatnya tingginya suku bunga dan tidak didukung oleh sektor riil, banyak kredit-kredit pinjaman perbankan mengalami penundaan pembayaran sehingga masuk kategori macet. Akibat ditutupnya beberapa bank, kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Implikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis terhadap return saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Efisiensi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 3 ratio keuangan yang terdiri dari : biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , Rasio Profitabilitas yaitu return on asset dan Risiko Sistematis yaitu beta saham. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, efisiensi yang terdiri dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , rasio profitabilitas yaitu retun on asset dan risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, efisiensi yang terdiri dari dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Rasio Profitabilitas yatiu return on asset berpengaruh signifikan terhadap return saham. Risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham.
THE EFFECT OF EFFICIENCY, PROFITABILITY RATIO AND SYSTEMATIC RISK TO BANKING SHARE RETURN IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE ABSTRCT
The Financial crisis in Indonesia in the middle of the 1997 gave terrible impact on the banking sector. Some main indicators in 1998 were in bad condition. The performance of national banking at that time was a lot worse than banking health in some Asian Countries which also in the economic crisis such as South Korea, Malaysia, Philipina and Thailand. The phenomenon was caused by the high interest up to 77,63% in 1998. The high interest was not supported by riil sector, the cancellation of loan payment until it is unpaid. The banks were closed, so that the people trust to bank dropped quickly. It implied to the low enthusiasm of investors to banking share. The aim of the study is to evaluate the impact of efficiency, profitability ratio and systematic risk towards banking return which are registerd in Indonesia Stock Exchange. The efficiency used in this study is 3 (three) financial ratios which are operational cost operational income, cost of efficiency ratio, overhead efficiency, profitability ratio is return on asset and systematic risk that is share beta. The study is done to 20 bank registered in Indonesia Stock Exchange in 2007 until 2011. The analysis model is the logistic regression. The result of the study showed that the efficiency such as operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency, profitability ratio that is return on asset and systematic risk that is share beta as simultaneously affected significantly to share return. Partially the efficiency which are operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency affected not significantly to share return. Profitability ratio that is return on asset affected significantly to share return. Systematic risk that is beta share affected not significantly to share return.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan
transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan
dana (surplus fund). Pendapatan investasi saham yang berupa capital gain akan
sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga saham, sedangkan yang berupa
dividen selain dipengaruhi oleh kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh keadaan
eksternal perusahaan.
Harapan keuntungan pada masa yang akan datang merupakan
kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan.
Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut sebagai
return. Seorang investor mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang
dilakukannya. Namun untuk mendapatkan return yang tinggi investor
menghadapi risiko yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi return yang
diharapkan semakin tinggi risiko investasi.
Pasar modal sebagai bagian dari sistem perekonomian suatu negara,
khususnya dalam sektor keuangan, pasar modal menyediakan dua fungsi pokok
bagi masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu
sebagai fungsi ekonomi dan keuangan. Dengan adanya pasar modal, perusahaan
dapat menambah keuangan sebagai sumber dana yang digunakan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk keperluan pengembangan
Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan
oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan. Diawali dengan
diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup
bidang keuangan, moneter, dan perbankan antara lain meliputi pemberian
kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank, dan lembaga keuangan
bukan bank. Setelah diluncurkannya deregulasi tersebut, dalam kurun waktu
1988-1996 bisnis perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Menurut data Biro Riset Info Bank, industri perbankan menguasai 90,46%
pangsa pasar keuangan di Indonesia, diikuti industri asuransi 3,38%, dana pensiun
3,01%, industri pembiayaan 2,32%, sekuritas 0,65% dan pegadaian 0,20% (Anita
dan Rahadian, 2003). Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak mendorong
terciptanya industri perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda
Indonesia pada pertengahan 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor
perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada
kondisi yang sangat buruk. Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial
mencapai 50%, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus
18%, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kondisi minus 15% (Anita
dan Rahadian, 2003). Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi
memaksa pemerintah melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak
layak lagi untuk beroperasi. Hal ini mengakibatkan timbulnya krisis kepercayaan
dari masyarakat terhadap industri perbankan.
Bank yang pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta
adalah Bank Panin yaitu pada tanggal 29 Desember 1982. Jumlah bank yang
bank, namun seiring dengan adanya krisis ekonomi maupun perbankan yang
melanda Indonesia yang dimulai pada tahun 1997, menyebabkan beberapa bank
ditutup atau dimerger. Disamping itu, dengan diterbitkannya Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) dan Single Presence Policy (SPP) mendorong bank-bank untuk
melakukan konsolidasi/merger.
Bulan November tahun 2007 Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri
Mulyani Indrawati menyatakan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia. Penggabungan kedua
bursa ini menjadi tak terhindarkan karena Indonesia telah terikat berbagai kontrak
regional maupun internasional yang mengharuskan perekonomiannya terbuka,
termasuk bursa efek. Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai beroperasi pada awal 1
Desember 2007.
Krisis keuangan global tahun 2007/2008 tak hanya berdampak pada sektor
riil, tetapi juga sangat memukul sektor finansial, bahkan angka kerugian di sektor
finansial dilaporkan lebih besar daripada kerugian di sektor manufaktur. Keadaan
sektor finansial makin memburuk ketika banyak perbankan melakukan perketatan
likuiditas Dalam menghadapi krisis yang tengah kita alami sekarang ini, perlu
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Stabilitas di sektor finansial maupun
sektor riil sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas kondisi perekonomian
nasional. Pihak perbankan sebagai pemain utama dalam sektor finansial perlu
mengambil kebijakan yang efisien dan efektif, tidak hanya untuk menggerakkan
roda perusahaannya sendiri, tetapi juga untuk menggerakkan roda perekonomian
Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan
konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka
pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus
bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien akan menunjukkan kinerja
yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien.
Efisiensi perusahaan bukan hanya merupakan ukuran perbandingan antara output
yang dihasilkan dengan input, tetapi bagaimana manajemen mengelola
sumberdaya yang ada dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output
yang optimal. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya
jika dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih tinggi atau dapat
menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah.
Aspek efisiensi dipandang sangat penting sekali bagi sebuah bank atau
bagi industri perbankan secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari sudut
pandang makro dan sudut pandang mikro sesuai dengan fungsi yang dijalankan
oleh industri perbankan. Dari sudut pandang makro dapat dilihat bahwa industri
perbankan memainkan peran yang sangat strategis dalam pergerakan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melalui kegiatan utamanya dalam financial
market, yaitu mobilisasi dana dan penyaluran kredit, lembaga-lembaga perbankan
tidak hanya bisa meningkatkan produktivitas dana tetapi juga dapat mendorong
perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Bahkan, penyaluran berbagai
bentuk kredit konsumsi pun juga mempunyai dampak positif bagi dunia usaha
karena ikut membantu peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk
dan jasa. Selain itu, terdapat pula banyak sekali bentuk jasa keuangan yang amat
disediakan oleh lembaga-lembaga perbankan. Sehubungan dengan perannya yang
amat strategis tersebut maka lembaga-lembaga perbankan dengan tingkat efisiensi
yang tinggi sangat diperlukan karena mempunyai dampak positif pada
sektor-sektor lain.
Dari sisi mikro aspek efisiensi juga sangat penting artinya bagi sebuah
lembaga perbankan. Tingkat efisiensi menggambarkan kemampuan bank yang
bersangkutan dalam mengelola input dan output nya. Di dalam persaingan
sempurna (perfect competition) atau struktur pasar yang mendekati persaingan
sempurna, bank-bank yang kurang efisien bisa tersingkir dari pasar karena tidak
mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun
dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Bank seperti ini tidak hanya akan
mengalami kesulitan dalam mempertahankan nasabahnya tetapi juga dalam
menarik nasabah-nasabah baru untuk memperbesar customer-base nya. Kesulitan
yang akan dihadapi oleh bank-bank yang kurang efisien bisa lebih berat lagi bila
dikaitkan dengan perkembangan pasar keuangan yang semakin kempetitif dimana
lembaga perbankan tidak hanya menghadapi para pesaing dari dalam industri
perbankan saja tetapi juga dari industri lain. Dengan demikian jelas bahwa tingkat
efisiensi diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja, tingkat kesehatan dan
kelangsungan hidup sebuah lembaga perbankan.
Bila lembaga keuangan bank meningkat kesehatannya diharapkan
kinerjanya juga meningkat sehingga menunjang reputasinya. Kinerja bank yang
baik tentu akan memberikan keyakinan investor untuk bisa memperoleh return
untuk lembaga keuangan bank yang memiliki kinerja yang baik , ini berarti pasar
memberi respon yang signifikan.
Baik buruknya kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai tolak ukur
bagi investor dalam menentukan pembelian saham perusahaan. Tentunya investor
akan menjatuhkan pilihannya pada saham yang memiliki reputasi yang baik
karena investor ingin memperoleh return saham yang tinggi dari investasinya.
Kinerja perusahaan go public dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di
lantai bursa, kinerja saham yang baik adalah jika kenaikan harganya diatas atau
paling tidak sama dengan tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka
panjang emiten yang dapat menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan
mendapatkan tanggapan positif dari investor.
Faktor lain yang mempengaruhi return suatu investasi adalah Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering digunakan untuk memprediksi return
saham adalah return on asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Jika ROA semakin meningkat, maka kinerja perusahaan juga semakin
membaik, karena tingkat kembalian semakin meningkat (Hardiningsih et.al., 2002).
Bahkan Ang (2005) menyatakan bahwa ROA merupakan rasio yang terpenting di antara
rasio profitabilitas yang ada untuk memprediksi return saham.
Investor dalam menjalankan aktivitasnya menghadapi dua macam risiko,
yaitu: risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kedua risiko tersebut
mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan investor. Semakin tinggi
return yang diharapkan, semakin tinggi risiko investasi. Risiko tidak sistematis
dari satu perusahaan tidak berkorelasi dengan perusahaan lainnya. Sebaliknya,
disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis adalah sama,
misalnya tingkat inflasi, tingkat bunga atau variabel lainnya atau sering disebut
dengan variabel makro ekonomi. Perubahan variabel makro ekonomi akan
berdampak pada seluruh saham perusahaan.
Bagian risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut
sebagai risiko sistematis, sedangkan yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi
disebut sebagai risiko tidak sistematis. Oleh karena sebagian risiko bisa
dihilangkan dengan diversifikasi, dan pemodal bersifat tidak menyukai risiko,
maka mereka tentunya akan melakukan diversifikasi. Bagian risiko yang hilang
karena diversifikasi menjadi tidak relevan dalam pengukuran risiko. Hanya risiko
yang tidak bisa hilanglah yang relevan. Risiko ini disebut juga sebagai risiko
sistematis atau beta.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis
secara serempak terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ada pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko
sistematis secara serempak terhadap return saham bank di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko
sistematis secara parsial terhadap return saham bank di Bursa Efek
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat yang luas antara lain :
1. Memberikan wawasan dan pandangan, khususnya bagi peneliti sendiri,
untuk memahami secara mendalam akan pendekatan efisiensi, rasio
profitabilitas dan risiko sistematis yang digunakan dalam menganalisis
investasi di pasar modal terhadap keuntungan saham di Bursa Efek
Indonesia.
2. Memberi masukan kepada manajemen bank go public untuk lebih
meningkatkan kinerja perusahaan dengan menekankan efisiensi tersebut.
3. Sebagai informasi ilmiah, khususnya di bidang investasi, sehingga para
investor dan terutama pengelola pasar modal dapat menggunakannya
untuk menyusun suatu perencanaan dan menciptakan suatu kondisi pasar
4. Referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sebelumnya berkaitan dengan penelitian ini adalah
penelitian Saputra dan Leng (2002) yang berjudul “Pengaruh Risiko Sistematis
dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha yang
Go-Public di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999”, dengan menggunakan model
analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
bersama-sama faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya
bid-ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham.
Penelitian Suardana (2005) yang berjudul “Pengaruh Rasio Camel
Terhadap Return Saham”, dengan menggunakan analisis Linier Berganda. Hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen CAR, RORA, BOPO,
EPS dan LDR secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham.
Berdasarkan hasil uji regresi secara parsial dapat diketahui bahwa hanya variabel
CAR yang berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan variabel
independen lainya, baik RORA, BOPO, EPS dan LDR tidak berpengaruh
terhadap return saham
Penelitian Limbong (2006) yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Keuntungan Saham
Perbankan di Bursa Efek Jakarta”, Adapun indikator faktor fundamental yang
Ratio, Net Profit Margin, Operting Profit Margin, Return On Asset,
Return On Equity, Net Interest Margin, dan Loan to Deposit Ratio. Dengan
menggunakan model analisis Regresi Logistik. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa secara bersama-sama faktor fundamental dan risiko sistematis mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan saham, secara parsial risiko
sistematis tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.
Penelitian Yuliani (2007) yang berjudul ”Hubungan Efisiensi
Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go
Public Di Bursa Efek Jakarta”, dengan menggunakan metode regresi time-series
cross-section (pooled regression). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata MSDN (Total Dana Pihak Ketiga)13,73%, rata-rata-rata-rata BOPO 89,51%, rata-rata-rata-rata
CAR 20,20%, dan rata-rata LDR 62,97%. Variabel-Variabel bebas dalam
penelitian ini secara bersama-sama mampu memberikan kontribus secara simultan
terhadap variabel terikatnya (ROA). Variabel BOPO dan CAR berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Penelitian Martoyo (2007) yang berjudul “Pengaruh Rasio CAR, LDR,
ROA, ROE, NIM, Dan NPL Terhadap Risk Dan Return Saham Bank”, dengan
menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa selama tahun 2002-2004, indikator utama kinerja perbankan
memiliki hubungan dan pengaruh signifikan terhadap return dan risk saham
perbankan. Indikator utama kinerja perbankan yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham adalah CAR, ROA, ROE, NPL dan LDR sedangkan yang
utama tersebutlah yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham perbankan
guna memaksimalkan tingkat keuntungan yang diharapkan dan meminimalkan
tingkat risiko yang akan diperoleh.
Penelitian Purwaningtiyas dan Sujatmika (2009) yang berjudul “Analisis
Pengaruh Cost Of Efficiency Ratio, Overhead Efficiency dan Debt to Equity Ratio
terhadap Return Saham Bank”, dengan menggunakan analisis Linier Berganda.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen CER, OE, dan DER
secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji
regresi secara parsial dapat diketahui bahwa hanya variabel CER yang
berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan variabel independen lainya,
baik OE dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Sumber Topik Variabel yang diteliti
Alat analisis Hasil
Saputra dan
dan Risiko
Yuliani (2007) Hubungan
Efisiensi
Martoyo (2007) Pengaruh Rasio
2.2. Pengertian Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan, umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Strategi bank dalam
menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya
berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat
berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil
untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan
l a i n n y a d a p a t b e r u p a c e n d r a m a t a , h a d i a h , u n d i a n , a t a u b a l a s
j a s a l a i n n y a . S e m a k i n b e r a g a m d a n m e n g u n t u n g k a n b a l a s j a s a
y a n g d i b e r i k a n , m a k a a k a n
Ditinjau dari peran dan fungsinya, terdapat beberapa definisi tentang
bank, antara lain bahwa bank adalah industri jasa yang mempunyai fungsi sebagai
mediator dari pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor: 2 Tahun 1992 tentang Perbankan,
dinyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. menambah minat masyarakat untuk
Menurut Kuncoro (2003: 68), bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan
usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit
kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank (pemegang
saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun
masyarakat dalam negeri.
2.3. Kategori Bank
Kategori atau bentuk bank sesuai Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, dapat digolongkan berdasarkan kategori jenis bank dibagi
menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dengan catatan Bank Umum
dapat mengkhususkan diri melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan
perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu. Berbeda dengan jenis bank
menurut Undang-undang Nomor : 14 Tahun 1967, Bank Indonesia tidak
dikategorikan sebagai jenis bank. Hal ini dapat dipahami karena pada prinsipnya
Bank Indonesia merupakan organisasi/lembaga negara yang mempunyai fungsi
melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang dimaksud, yaitu dalam
kapasitasnya sebagai pembina dan pengawas bank, sehingga tidak termasuk dalam
jenis bank yang diatur dalam Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1992 tentang
a) Bentuk Hukum
Bentuk hukum Bank Umum dapat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi
dan Perusahaan Daerah. Sedangkan Bentuk Hukum BPR dapat berupa
Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas dan bentuk lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
b) Kegiatan usaha
Bank Devisa dan Bank Bukan Devisa.
c) Sistem Pembayaran Jasa
Bank konvensional atau berdasarkan prinsip pembayaran bunga dan bank
yang berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan
(prinsip syariah).
2.4. Asas Dan Prinsip Perbankan
Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia
dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Untuk mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini
penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
undang-undang dasar 1945. Demokrasi ekonomi ini tersimpul dlam Pasal 33
UUD 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan. Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu
prinsip kepercayaan ( fiduciary relation principle ), prinsip kehati-hatian (
prudential principle ), prinsip kerahasiaan ( secrecy principle), dan prinsip
1. Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relation principle )
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara
bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan
berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan
banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan
masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10
Tahun 1998.
2. Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank
dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam
penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan
dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat
menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan
norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian
tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.
3. Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47
A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam
ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian.
Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk
kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan
kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara
perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar
informasi antar bank.
4. Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )
Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank
untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan
transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan.
Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
No.3/1 0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah
meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam
menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan
lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang
dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.
2.5. Pasar Modal
Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities
maupun perusahaan swasta (Husnan, 2006). Dana-dana jangka panjang yang
merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang
Pasar modal mempunyai peran dan manfaat penting dalam perekonomian
suatu negara karena menciptakan fasilitas bagi keperluan industri atau investor
dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Berdasarkan jenis dan fungsinya, pasar modal terbagi atas dua yaitu: pasar
perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten
menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya dan proses
tersebut disebut dengan istilah Initial Public Offering (IPO),atau Penawaran
Umum Perdana. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan
emiten akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detil (disebut
juga prospectus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai
kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga dengan adanya inormasi
tersebut maka investor akan bisa mengetahui prospek perusahaan pada masa yang
akan datang dan selanjutnya mungkin tertarik untuk membeli sekuritas yang
diterbitkan emiten. Dana yang didapatkan perusahaan merupakan hasil
perdagangan sekuritas yang dilakukan di pasar perdana.
Setiap perusahaan yang telah melakukan penawaran umum perdana (go
public) berarti bahwa kepemilikannya telah bergeser dari pemilik lama (founders)
kepada masyarakat. Selanjutnya sekuritas emiten tersebut bisa diperjualbelikan
oleh dan antar investor di pasar sekunder. Pasar sekunder merupakan pasar bagi
sekuritas yang dicatatkan di bursa, atau merupakan kelanjutan dari pasar perdana.
Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas
untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan
likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana.
sekunder adalah saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran,
bukti right dan reksadana.
2.6. Bursa Efek
Bursa efek adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah
menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder (Husnan,
2006). Setelah sekuritas terjual di pasar perdana, sekuritas tersebut kemudian
didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjual-belikan di bursa. Pada
waktu sekuritas tersebut mulai diperdagangkan di bursa, dikatakan sekuritas
tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Di Indonesia terdapat dua bursa yaitu
PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (PT BES). Bulan
November tahun 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES)
bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.7. Penilaian Harga Saham
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas asset-asset perusahaan
dimana porsinya sesuai dengan besarnya kepemilikan. Dengan memiliki saham
suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan (Tandelilin, 2009).
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan
penawaran. Harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami
kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran.
mempunyai pola tidak tentu, ia bergerak mengikuti random walk sehingga
pemodal harus puas dengan normal return dengan tingkat keuntungan yang
diberikan oleh mekanisme pasar.
Jika terjadi perbaikan prestasi kondisi fundamental perusahaan (kinerja
keuangan dan operasional perusahaan), biasanya diikuti dengan kenaikan harga
saham di lantai bursa. Hal ini disebabkan investor mempunyai ekspektasi yang
lebih besar dalam jangka panjang. Informasi tentang perbaikan atau penurunan
prestasi biasanya diketahui setelah laporan keuangan dikeluarkan. Aksi korporasi
seperti pembagian dividen, stock split, right issue dan lain-lain akan
mempengaruhi juga pergerakan harga saham. Disamping itu faktor lain yang
mempengaruhi pergerakan harga saham adalah faktor makro ekonomi, politik,
keamanan, sentimen pasar, pengaruh pasar saham secara keseluruhan, atau
kejadian lain yang dianggap mempengaruhi kinerja emiten tersebut
(Wahyudi,2003).
Pergerakan harga saham selalu berubah-ubah, sehingga diperlukan alat
analisis untuk membantu para investor dalam menganalisis dan memilih saham
yang akan memberikan return yang tinggi.
2.7.1. Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005:349) “Analisis Teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham dan kondisi pasar dengan mengamati perubahan
harga saham tersebut (kondisi pasar) pada waktu yang lalu”. Sedangkan menurut
Susanto dan Sabardi (2010:2) “Analisis Teknikal adalah suatu metode
meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecendrungan pasar pada
perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis Teknikal lebih
memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar daripada apa yang seharusnya
terjadi”.
Susanto dan Sabardi (2010 :3) mengungkapkan beberapa kelemahan
analisis teknikal adalah sebagai berikut:
a. Analisis Teknikal menganggap bahwa sifat manusia adalah
konstan.
b. Analisis Teknikal memperhatikan tingkat kemungkinan suatu
kejadian akan terjadi, bukan kepastian dari kejadian tersebut.
c. Beberapa analisis teknikal modern berdasarkan pada konsep
matematik dan statistik yang cukup kompleks.
d. Untuk keberhasilan analisis teknikal, maka informasi yang dipakai
harus akurat dan tepat waktu.
2.7.2. Analisis Fundamental
Menurut Husnan (2005 :315) “Analisis Fundamental mencoba
memperkirakan harga saham pada masa yang akan datang dengan (i) mengestime
nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham pada masa yang
akan datang, dan (ii) menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham. Model analisis fundamental sering disebut
sebagai share price forecasting model, dan sering digunakan dalam berbagai
pelatihan analisis sekuritas.
Rusdin (2008 :139) menyatakan bahwa “analisis fundamental fokus pada
berita dan informasi keuangan, ekonomi, serta perkembangan politik suatu negara
menyatakan bahwa “analisis fundamental adalah pendekatan dasar untuk
melakukan analisis dan memilih saham dengan menerapkan share value
forecasting model.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik benang
merah bahwa Analisis Fundamental merupakan salah satu cara melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait
kondisi ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan. Dengan demikian,
analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada data riil untuk
mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.
2.8. Return Saham
Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi
saham yang dilakukannya. Return tersebut memiliki dua komponen yaitu current
income dan capital gain (Wahyudi, 2003).
Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui
pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja
fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang
diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital
gain suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih
tinggi dari harga belinya.
Ada anggapan bahwa dengan menggunakan beragam jenis analisis
teknikal yang dikombinasikan satu sama lain disertai juga dengan analisis
fundamental yang paling up to date akan menghasilkan keputusan yang tepat atau
setidaknya mendekati. Namun kenyataannya pergerakan pasar yang selalu
tersebut harus ditempatkan sebagai fungsi alat bantu pengambilan keputusan atau
analytical tools (Haryanto, 2004).
Menurut Adenso (2007) kinerja suatu saham dapat digunakan sebagai
salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga saham
merefleksikan seluruh informasi mengenai perusahaan pada masa yang lalu,
sekarang dan yang akan datang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap
sebagai indikasi perusahaan yang efisien.
Return saham yang merupakan perubahan harga saham akan digunakan
sebagai variabel dependen dalam penelitian ini, dihitung dengan cara
menjumlahkan perubahan harga suatu saham secara bulanan pada periode
pengamatan. Jogiyanto (2003) membagi konsep return ke dalam dua kelompok
yaitu return tunggal dan return portofolio. Return tunggal merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return
realisasi (realized return) merupakan return yang terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis dan berfungsi sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan. Return historis juga bermanfaat sebagai dasar dalam menentukan
return ekspektasi (expected return) pada waktu yang akan datang. Return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor pada
waktu yang akan datang (Jogiyanto, 2003). Return realisasi dihitung dengan
formula sebagai berikut :
(Pti – Pti-1) Rti = _______________
Pti - 1 Dimana :
Rti : Return Saham
Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode.
Menurut Husnan (2006), terdapat korelasi antara tingkat keuntungan
suatu saham dengan perubahan pasar (indeks pasar). Kalau perubahan pasar bisa
dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan
suatu saham (Ri) bisa dinyatakan sebagai :
Ri = ai + ßi Rm
Ri
ai = Bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi oleh
tingkat keuntungan pasar = Tingkat Keuntungan Saham i
Rm = Tingkat keuntungan indeks pasar
ßi = Parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri kalau
terjadi perubahan pada Rm
ß merupakan parameter untuk mengukur perubahan pada Ri jika terjadi perubahan
pada Rm. Jika nilai ß = 1 dapat dikatakan perubahan tingkat keuntungan saham i
paralel dengan perubahan tingkat keuntungan pasar. Sedangkan jika nilai ß > 1,
perubahan tingkat keuntungan saham i diatas perubahan tingkat keuntungan pasar
atau disebut sebagai excess return saham i, sebaliknya jika nilai ß < 1, perubahan
tingkat keuntungan pasar diatas tingkat perubahan sekuritas i atau disebut excess
Sumber : Husnan (2006)
Gambar 2.1.Hubungan antara tingkat keuntungan sekuritas (Ri) dengan
Pasar (Rm).
Gejala ini dapat diamati jika suatu saat pasar membaik (ditandai dengan
indeks pasar yang meningkat), maka harga saham-saham individual juga akan
meningkat, sebaliknya jika pasar memburuk (indeks pasar menurun) harga
saham-saham akan turun.
2.9. Tingkat Keuntungan dan Risiko
Pada penilaian sekuritas, terdapat hubungan positif antara risiko dengan
tingkat keuntungan yang diharapkan, karena pada dasarnya pemodal cenderung
untuk menghindari risiko, dan mereka berani melakukan investasi yang
mempunyai risiko jika diimbangi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Dengan demikian sebenarnya yang menjadi pertimbangan investor adalah adanya
trade off antara return dan risiko. Return yang diharapkan investor pada investasi
suatu saham adalah dividen dan capital gain. Dividen adalah bagian laba yang
diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya sedangkan capital gain adalah
selisih antara harga beli dan harga jual sebuah saham.
Ri - Rm
β > 1
β = 1
β < 1
0
Sumber : Husnan (2006)
Gambar 2.2. Tingkat keuntungan dan Risiko
Dari gambar tersebut diatas terlihat hubungan antara risiko dengan
tingkat keuntungan memiliki hubungan yang positif. Tingkat keuntungan yang
diharapkan biasa disebut dengan Opportunity Cost of Capital yang dipergunakan
dalam keputusan investasi (Husnan, 2006).
Dalam penilaian sekuritas, risiko individual suatu saham didefinisikan
sebagai deviasi standar tingkat keuntungan yang dinyatakan dengan simbol σ,
apabila dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut variance σ2
Semakin tinggi nilai deviasi standar (σ) maka semakin besar nilai
penyimpangan dari yang diharapkan dengan demikian semakin tinggi risikonya.
Pembentukan portofolio dapat digunakan untuk mengurangi risiko, menurut
Markowitz semakin banyak jumlah saham di dalam suatu portofolio maka risiko
suatu saham dapat dinetralisir dengan keuntungan yang diperoleh dari saham lain. , karena deviasi
standar menunjukan seberapa penyimpangan yang terjadi dari nilai yang
diharapkan (tingkat keuntungan yang diharapkan = mean dari pengukuran).
Tingkat Keuntungan
Yang diharapkan (%)
Risk Premium
Tingkat keuntungan bebas risiko
0 Risiko
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan jumlah
rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing
saham yang membentuk portofolio tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut :
E (Rp) = ƩXi E(Ri)
E (RP) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio
E (Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i
Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
Sedangkan risiko dari portofolio (σp), selain tergantung dari standar
deviasi (σi) masing-masing saham yang membentuknya juga dari koefisien
korelasi (ρij) antar saham yang membentuknya, yang dapat dirumuskan :
σp² = Ʃ Xi² σi² + ƩƩ Xi Xj σij
σij = ρij σi σj
σi² = variance tingkat keuntungan saham i
Xi² σi² dikenal dengan Risiko Sistematis (Systematic Risk), yaitu risiko yang tidak
dapat dihilangkan dengan diversifikasi, sedangkan Ʃ Ʃ Xi Xj σij dikenal dengan
Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk), yaitu risiko yang dapat dihilangkan
dengan diversifikasi karena adanya faktor koefisien korelasi tingkat keuntungan
antar saham. Penjumlahan risiko tersebut disebut Risiko Total.
Menurut Markowitz, persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko
di dalam portofolio ialah keuntungan untuk masing-masing saham atau sekuritas
tidak berkorelasi secara positif dan sempurna. Nilai koefisien korelasi berkisar
dari + 1 sampai dengan - 1. Dengan menggunakan metode mean 15 variance dari
dari + 1 akan menurunkan risiko portofolio. Koefisien korelasi + 1 (positif
sempurna), portofolio tidak dapat menurunkan risiko atau upaya diversifikasi
tidak dapat menurunkan risiko. Koefisien korelasi - 1 (negatif sempurna),
portofolio akan menghasilkan risiko yang terendah. Dengan demikian semakin
rendah koefisien korelasi semakin efektif pengurangan risiko (Jogiyanto, 2003).
Risiko Sistematis disebut juga Risiko Pasar (Market Risk) karena
fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan
yang beroperasi, misalnya kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan sebagainya.
Faktor-faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk “bergerak
bersama” dan karenanya selalu ada dalam setiap saham (Husnan, 2006).
Sumber : Husnan (2006)
Gambar 2.3. Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis
2.10. Efisiensi Bank
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai
hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang
dipakai untuk memproduksi. Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung
dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien
Total Risiko
Risiko Tidak Sistematis
Risiko Total
Risiko Sistematis
Jumlah
adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan
dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi input
lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yang sama. Untuk mengukur
efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio efisiensi bank yaitu
(Biaya Opersional : Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio
(CER), Overhead Efficiency .
a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 Lampiran 1d, Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap
peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum
pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank
yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005).
Besarnya BOPO dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh
melalui penjumlahan i) biaya bunga dan ii) biaya operasional lainnya yang terdiri Beban Operasional
BOPO = x 100%
dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan operasional
diperoleh melalui penjumlahan i) pendapatan bunga dan ii) pendapatan
operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi, pendapatan dari transaksi
valuta asing. (Dendawijaya, 2005). Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI)
Abdullah, BOPO ideal untuk perbankan nasional adalah 60% sampai 80%
(Asosiasi Bank Pembangunan Daerah, 2007).
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana yang dihimpun
dari masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya dan hasil bunga.
b. Cost of Efficiency Ratio
Cost of Efficiency Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang
dilakukan oleh bank atau untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan
untuk memperoleh earning asset. Total Expense diperoleh dari penjumlahan biaya
operasional, biaya non operasional. Sedangkan Total Earning Assets terdiri dari
kredit, penempatan pada bank lain, surat berharga dan penyertaan. Semakin kecil
rasio ini, maka sebuah bank semakin efisien. (Kasmir, 2008)
Cost of Efficiency Ratio adalah perbandingan antara total expense
dengan total earning assets dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Expense
Cost of Efficiency Ratio = x 100%
Other Operating Income Overhead Efficiency = --- ---
Overhead Cost
b. Overhead Efficiency
Overhead Efficiency merupakan rasio antara Other Operating
Income/Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya Overhead
(Grier, 2007) yang dirumuskan sebagai berikut :
Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan
operasional lainnya dengan sumber daya yang ada. Pendapatan operasional
lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan bunga kredit bank atau yang lebih
dikenal sebagai Fee Based Income. Fee Based Income merupakan salah satu
alternatif bagi bank untuk menghasilkan keuntungan mengingat semakin tipisnya
margin antara bunga pinjaman dan bunga dana. Dengan semakin tinggi tuntutan
konsumen akan produk perbankan, pesatnya perkembangan teknologi informasi,
maka peluang untuk memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi
besar. Selain produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang
terampil dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan
memanfaatkan peluang tersebut.
Komponen pendapatan operasional lainnya (Fee Based Income) terdiri
dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer dan inkaso, pendapatan
sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank lainnya diluar pendapatan
sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen Overhead Cost terdiri dari
Semakin besar besar ratio ini maka akan semakin efisien. Data yang digunakan
untuk menghitung Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba.
2.11. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Beberapa
rasio yang termasuk adalah Return on Asset, Return on Equity, Net Interest
Margin, Gross Profit Margin, Interest Margin on Earning Asset, Interest Margin
on Loan, return on Investment dan Earning Per Share Ratio.
2.11.1. Return on Asset
Dari sudut pandang calon investor, indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauhmana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan
untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan ditanamkan investor di suatu
perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor.
Salah satu rasio yang sering digunakan untuk mengukur kinerja profit
adalah Return on Asset. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dengan menggunakan asset yang dimiliki. Ada beberapa
pendapat untuk menghitung besarnya nilai Return on Asset. Brigham (2003:1)
menyebutkan bahwa Return on Asset dapat dihitung dengan cara membandingkan
Net Income Avaiable to Common Stockholder dengan Total Asset.
Hirt dan Block (2012:222) menyebutkan bahwa Return on Asset dapat diperoleh
dengan cara membandingkan Net Income dengan Total Asset.
Return on Asset =
Definisi tersebut mempunyai perbedaan. Brigham lebih menekankan
perhitungan Return on Asset kepada pemegang saham biasa, dimana pendapatan
yang diukur adalah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa.
Sedangkan Hirt dan Block tidak mengkhususkan perhitungan Return on Asset ini
kepada pemegang saham biasa, pendapatan yang diukur adalah pendapatan bersih,
tetapi pada prinsipnya definisi tersebut kedua-duanya mengukur kemampuan
untuk memperoleh laba dengan aset yang ada.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei
2004 Lampiran Id, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba
sebelum pajak terhadap total asset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba
bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang dimiliki oleh
bank yang bersangkutan. Semakin besar Return on Assets menunjukkan kinerja
keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank
Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian
besar berasal dari simpanan masyarakat (Siamat, 2005). Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter menetapkan angka ROA ≥ 2%, agar bank tersebut dapat dikatakan
dalam kondisi sehat (Marnov :2009)
ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio
antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja keuangan yang semakin baik. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas
perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas
yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 2005)
Jika dikaitkan dengan harga saham, kecendrungan yang terjadi adalah
semakin tinggi Return On Asset suatu perusahaan semakin tinggi pula harga
saham perusahaan tersebut, sebab beberapa investor cenderung lebih menyukai
laba yang tinggi karena akan mendapatkan dividen yang tinggi pula.
2.12. Risiko Sistematis
Sharpe, Alexander dan Bailey (2006) menyatakan bahwa tingkat
keuntungan saham akan dipengaruhi oleh dua karakter dasar, yaitu risiko
sistematis dan likuiditas saham. Risiko Sistematis merupakan risiko yang berasal
dari faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti
ketidakpastian kondisi ekonomi (gejolak kurs tukar mata uang, tingkat inflasi dan
tingkat suku bunga yang tidak menentu) dan ketidakpastian politik. Hal ini berarti
kinerja saham suatu badan usaha dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam
perekonomian negara dan perubahan pasar. Dengan kata lain tingkat keuntungan
saham dipengaruhi oleh perubahan faktor-faktor di luar kendali manajemen suatu
badan usaha, dan setiap saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap kondisi
Mengingat bahwa secara rasional investor ingin meminimalkan risiko
yang ditanggungnya dalam melakukan investasi (risk averse), maka para investor
akan cenderung melakukan diversifikasi melalui pembentukan portofolio dan
berarti jenis risiko tersebut menjadi tidak relevan lagi dalam pengukuran risiko
pada investasi surat berharga (risiko tidak sistematis). Jadi satu-satunya risiko
yang relevan dan mencerminkan risiko dalam investasi surat berharga adalah
risiko yang tidak bisa dieleminasi, yaitu risiko sistematis yang dilambangkan
dengan simbol beta (ß).
Beta (ß) merupakan alat pengukur risiko yang bermula dari tingkat
keuntungan saham dengan pasar (Abdullah, 2005) yang dirumuskan sebagai
berikut :
n = Banyaknya periode pengamatan
X = Tingkat keuntungan rata-rata pasar
Y = Tingkat keuntungan saham i pada periode t
2.13. Kerangka Pemikiran
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari kinerja sebuah organisasi (Haded,
2003). Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio
efiseinsi bank yaitu Biaya Operasional : Pendapatan Operasional (BOPO), Cost