• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan Di Puskesmas TerjunKecamatan Medan Marelan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan Di Puskesmas TerjunKecamatan Medan Marelan Tahun 2014"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh : NIM. 121021042

HENNY OKTAVIANI SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM.121021042

HENNY OKTAVIANI SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak di dunia. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal dan melindungi bayi dari penyakit seperti diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan sampel penelitian berjumlah 105 anak yang berusia 12-24 bulan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI Eksklusif dan variabel terikat adalah Kejadian diare. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Accidental Sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi square) dengan 95% CI.

Hasil penelitian diperoleh proporsi kejadian diare di Puskesmas Terjun adalah sebanyak 61,0%. Proporsi tertinggi adalah anak yang memiliki Ibu dengan umur <35 tahun (63,8%), tingkat pendidikan tinggi yaitu 65,7%, ibu yang tidak bekerja (51,4%), tingkat pengetahuan kurang (76,2%), anak <18 bulan (54,3%), jenis kelamin laki-laki (55,2%), PMT ≤6 bulan (73,3%), imunisasi lengkap (81,9%), dan tidak ASI eksklusif (73,3%). Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,003), pekerjaan (p=0,001) tingkat pengetahuan (p=0,014), PMT (p=0,001), kelengkapan imunisasi (p=0,022) dan pemberian ASI eksklusif (p=0,001) dengan kejadian diare.

Disarankan kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan agar memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare.

(5)

ABSTRACT

Diarrhea is a global problem with the high rates of morbidity and mortality in children in the world. To achieve optimal growth and protect infant from disease like diarrhea mother should give an exclusive breastfeeding to the infant. The purpose of this research was to determine the associated between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in children aged 12-24 months at Puskesmas Terjun, Medan Marelan in 2014.

Method of research conducted is cross sectional analytic approach., This sample is 105 children aged 12-24 months.The independent variable is the Exclusive Breastfeeding and the dependent variable is the incidence of diarrhea. The sampling technique used in this study was accidental sampling. The research instrument was a questionnaire. Analysis of data through two stages, univariate data were analyzed descriptively and bivarate data were analyzedusing chi square test with 95% confidence interval (CI).

The study results were obtained proportion of diarrhea in Puskesmas Terjun is as much as 61%. The highest proportion of children who have a mother with age <35 years old is 63,8%, a high education level (65,7%), not working mothers (51,4), low knowledge (76,2%), children <18 months (54,3%), male gender (55,2%), PMT (supplementary feeding) ≤6 months (73,3%), complete immunization (81,9%), and not exclusive breastfeeding (73,3%). Bivariate results indicate a significant association between maternal education level (p = 0,003), occupation (p = 0,001) level of knowledge (p = 0,014), PMT (p = 0,001), the completeness of immunization (p = 0,022) and breastfeeding exclusive (p = 0,001) with the incidence of diarrhea.

It is recommended to mothers in Puskesmas Terjun, Medan Marelan to give the infants exclusive breastfeeding until 6 months old to reduce morbidity and mortality due to diarrhea.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Henny Oktaviani Siregar

Tempat / Tanggal lahir : Medan / 21Oktober 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Mesjid Gang. Dahlia V No. 4 Dusun XIII

Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 105292 B. Klippa

Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri1 Percut Sei Tuan

Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 11 Medan

Tahun 2008 – 2011 : D3 POLTEKKES KEMENKES MEDAN

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul, “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen

Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Ibu dr. Rahayu Lubis, M.Kes, PhD selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan saran

(8)

5. Bapak dr. Taufik Ashar , MKM selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

8. Kepala Puskesmas, Staf dan Pegawai Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Orang tua tercinta, Zulfan Nasir Siregar dan Lelly Syuryani Harahap yang

telah memberikan motivasi serta dukungan dan doa, begitu juga kepada

Abang dan Adik saya, Hery Syahputra Siregar dan Taufik Abdi Siregar atas

semangat yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Saudara seperjuangan yang selalu ada dalam suka maupun duka, terima kasih

untuk semangat, dukungan dan doanya.

11.Teman seperjuangan di peminatan epidemiologi 2012 yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, teman PBL, LKP, terima kasih atas dukungan,

doa, semangat dan kebersamaannya selama ini.

12.Serta semua pihak yang telah berjasa, yang tidak bias disebutkan satu per satu

atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

(9)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga

skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang beguna bagi fakultas,

pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, Januari 2015

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang………. 1

1.2.Perumusan Masalah……….. 5

1.3.Tujuan Penelitian……….. 5

1.3.1. Tujuan Umum………. 5

1.3.2. Tujuan Khusus……… 5

1.4. Manfaat Penelitian……….. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif……… 8

2.1.1. Defenisi……… 8

2.1.2. Komposisi ASI………. 10

2.1.3. Kandungan Nutrisi Pada ASI………. 12

2.1.4. Volume ASI………. 15

2.1.5. Manfaat Pemberian ASI……….. 16

2.1.6. Syarat Pemberian ASI Eksklusif………. 19

2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif……….. 19

2.2. Diare……… 22

2.2.1. Defenisi Diare………... 22

2.2.2 Penyebab Diare……….. 23

2.2.3. Jenis Diare……… 24

2.2.4. Gejala dan Akibat Diare……….. 25

2.2.5. Derajat Dehidrasi Diare……… 26

2.2.6. Epidemiologi Diare………... 27

2.2.7. Pencegahan Dehidrasi……….. 29

2.2.8. Pencegahan Diare………. 29

2.3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare... 33

2.4. Kerangka Konsep... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………... 35

(11)

3.2.1. Lokasi Penelitian……….. 35

3.2.2. Waktu Penelitian……….. 35

3.3. Populasi dan Sampel……….. 35

3.3.1. Populasi………. 35

3.3.2. Sampel………... 36

3.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel………. 37

3.4. Metode Pengumpulan Data……… 37

3.4.1. Data Primer……… 37

3.4.2. Data Sekunder………... 37

3.5. Instrument Penelitian………. 37

3.6. Teknik Analisis Data………... 37

3.6.1. Analisis Univariat………. 38

3.6.2. Analisis Bivariat……… 38

3.7. Defenisi Operasional……… 38

3.8. Aspek Pengukuran……….. 41

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 42

4.2. Analisis Univariat... 43

4.2.1. Karakteristik Ibu... 43

4.2.2. Karakteristik Anak... 48

4.2.3. Pemberian ASI Eksklusif... 49

4.2.4. Kejadian Diare... 50

4.3. Analisis Bivariat... 50

4.3.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak... 51

4.3.2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak... 52

4.3.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak... 53

4.3.4. Hubungan Umur dengan Kejadian Diare Pada Anak... 54

4.3.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Diare Pada Anak... 54

4.3.6. Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Kejadian Diare Pada Anak... 55

4.3.7. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Diare Pada Anak... 56

4.3.8. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Kejadian Diare Pada Anak... 57

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Analisis Univariat... 59

5.1.1. Proporsi Kejadian Diare... 59

(12)

5.2.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian

Diare Pada Anak... 60 5.2.2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian

Diare Pada Anak... 62 5.2.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan

Kejadian Diare Pada Anak... 64 5.2.4. Hubungan Umur dengan Kejadian Diare Pada Anak... 65 5.2.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian

Diare Pada Anak... 66 5.2.6. Hubungan PMT dengan Kejadian Diare Pada Anak... 67 5.2.7. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan

Kejadian Diare Pada Anak... 69 5.2.8. Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan

Kejadian Diare Pada Anak... 71

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 74 6.2. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner penelitian Lampiran 2 : Master Data Penelitian

Lampiran 3 : Output Data Distribusi dan Uji Chi Square

Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

(13)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1.Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur... ... 12

Tabel 2.2.Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)... ... 26

Tabel 3.1.Aspek Pengukuran ... 41

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu di Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... 44

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

Di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... ... 46

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Karakteristik Anak usia 12-24 Bulan di

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 48

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Pada Anak usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 .. 49

Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Pada Anak usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 50

Tabel 4.6.Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2014 ... 51

Tabel 4.7.Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 52

Tabel 4.8.Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di PuskesmasTerjun Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2014... 53

Tabel 4.9.Tabulasi Silang Hubungan Umur dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 .. 54

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pemberian Tambahan Makanan dengan

Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun

(14)

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2014 ... 56

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Hubungan Pola Pemberian Asi dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 59

Gambar 5.2. Diagram Batang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... 60

Gambar 5.3. Diagram Batang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 62

Gambar 5.4. Diagram Batang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 64

Gambar 5.5. Diagram Batang Hubungan Umur Anak dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 65

Gambar 5.6. Diagram Batang Hubungan Jenis kelamin Anak dengan Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... 66

Gambar 5.7. Diagram Batang Hubungan antara PMT dengan Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 67

Gambar 5.8. Diagram Batang Hubungan antara Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2014 ... 69

Gambar 5.9. Diagram Batang Hubungan antara Pemberian ASI eksklusif dengan Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

(16)

ABSTRAK

Diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak di dunia. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal dan melindungi bayi dari penyakit seperti diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan sampel penelitian berjumlah 105 anak yang berusia 12-24 bulan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI Eksklusif dan variabel terikat adalah Kejadian diare. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Accidental Sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi square) dengan 95% CI.

Hasil penelitian diperoleh proporsi kejadian diare di Puskesmas Terjun adalah sebanyak 61,0%. Proporsi tertinggi adalah anak yang memiliki Ibu dengan umur <35 tahun (63,8%), tingkat pendidikan tinggi yaitu 65,7%, ibu yang tidak bekerja (51,4%), tingkat pengetahuan kurang (76,2%), anak <18 bulan (54,3%), jenis kelamin laki-laki (55,2%), PMT ≤6 bulan (73,3%), imunisasi lengkap (81,9%), dan tidak ASI eksklusif (73,3%). Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,003), pekerjaan (p=0,001) tingkat pengetahuan (p=0,014), PMT (p=0,001), kelengkapan imunisasi (p=0,022) dan pemberian ASI eksklusif (p=0,001) dengan kejadian diare.

Disarankan kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan agar memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare.

(17)

ABSTRACT

Diarrhea is a global problem with the high rates of morbidity and mortality in children in the world. To achieve optimal growth and protect infant from disease like diarrhea mother should give an exclusive breastfeeding to the infant. The purpose of this research was to determine the associated between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in children aged 12-24 months at Puskesmas Terjun, Medan Marelan in 2014.

Method of research conducted is cross sectional analytic approach., This sample is 105 children aged 12-24 months.The independent variable is the Exclusive Breastfeeding and the dependent variable is the incidence of diarrhea. The sampling technique used in this study was accidental sampling. The research instrument was a questionnaire. Analysis of data through two stages, univariate data were analyzed descriptively and bivarate data were analyzedusing chi square test with 95% confidence interval (CI).

The study results were obtained proportion of diarrhea in Puskesmas Terjun is as much as 61%. The highest proportion of children who have a mother with age <35 years old is 63,8%, a high education level (65,7%), not working mothers (51,4), low knowledge (76,2%), children <18 months (54,3%), male gender (55,2%), PMT (supplementary feeding) ≤6 months (73,3%), complete immunization (81,9%), and not exclusive breastfeeding (73,3%). Bivariate results indicate a significant association between maternal education level (p = 0,003), occupation (p = 0,001) level of knowledge (p = 0,014), PMT (p = 0,001), the completeness of immunization (p = 0,022) and breastfeeding exclusive (p = 0,001) with the incidence of diarrhea.

It is recommended to mothers in Puskesmas Terjun, Medan Marelan to give the infants exclusive breastfeeding until 6 months old to reduce morbidity and mortality due to diarrhea.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan

kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai

salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia.

Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu

kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun 1,5 juta balita meninggal dunia

akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program

rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi.1

Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan

hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade terakhir. Anak-anak adalah kelompok

usia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah

dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak. Sampai saat ini diare masih

menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi, dari tahun ke

tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan

malnutrisi pada anak. Kejadian diare pada anak tersebut dapat disebabkan karena

kesalahan dalam pemberian makan, dimana anak sudah diberi makan selain ASI (Air

Susu Ibu) sebelum berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk

terkena diare karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI,

bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat

(19)

terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan

atau minuman kepada bayi tidak steril.

Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita diare pada

balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur

12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%. Hal ini

merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang umumnya

diderita oleh bayi dan balita dapat menjadi penyumbang kematian terbesar. Faktor

hygiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka

kesakitan diare pada bayi.2

Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita

adalah 10,2%, CFR Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia pada tahun 2011

adalah 0,29% meningkat menjadi 2,06% di tahun 2012 lalu mengalami penurunan di

tahun 2013 menjadi 1,08%. Di Sumatera Utara, CFR diare untuk tahun 2012 adalah

1,22% , sedangkan di tahun 2013 meningkat menjadi 11,76%. Proporsi kasus diare

yang ditangani di Sumatera Utara adalah 41,34%, sedangkan sisanya 58,66% tidak

mendapatkan penanganan.3

Berdasarkan profil Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, diare

merupakan peringkat pertama dalam sepuluh penyakit terbesar.

Berdasarkan Depkes, diare adalah buang air besar dengan ditandai

meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan

(20)

minggu. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan

terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi diare dapat dibagi menjadi diare

dehidrasi ringan/sedang dan diare dehidrasi berat. Bayi memiliki resiko yang lebih

besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa, hal ini disebabkan

karena per kilogram berat tubuhnya mengekskresikan volume air yang lebih besar

dari pada orang dewasa atau kehilangan air yang lebih besar secara proporsional.4

Depkes RI didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah

mencanangkan panduan terbaru tatalaksana diare pada anak, yaitu Lima Langkah

Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang terdiri dari: pemberian cairan, pemberian

zink selama 10 hari berturut-turut, meneruskan pemberian ASI dan makanan,

pemberian antibiotik secara selektif dan pemberian nasihat pada ibu/keluarga pasien.2

Air Susu Ibu adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara

optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai

umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Air Susu

Ibu bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan

lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol

yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dapat menghindari

anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan

seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus

disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari

(21)

lain. Air Susu Ibu mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.

Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi

selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan

turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi

menjadi 34,3% pada tahun 2009.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), persentase pola menyusui eksklusif pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8 %. Sedangkan pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%.3

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara5, Cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2004-2012 cenderung menurun secara

signifikan, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,33%

dibandingkan tahun 2007. Pencapaian pada tahun 2012 sebesar 20,33% merupakan

pencapaian terendah selama kurun waktu 2004 - 2012. Pada tahun 2013, persentase

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan adalah 41,3%.

Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni6, bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi, dimanasebanyak

72,9% bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan mengalami kejadian diare.

Hal ini dikarenakan dengan tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi menyebabkan

ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya, dan ini sangat mempengaruhi

pencernaan pada tubuh bayi yang pada hakikatnya pencernaan bayi belum siap untuk

menerima makanan selain ASI hingga usia 6 bulan, sehingga menyebabkan bayi

(22)

uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Perumusan Masalah

Masih tingginya angka kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan dengan

pemberian ASI Eksklusif yang rendah di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Ibu di

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Anak di

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan pemberian ASI eksklusif

pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

tahun 2014.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan kejadian diare pada anak

usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun

(23)

e. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan Ibu dengan kejadian

diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan tahun 2014.

f. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan Ibu dengan kejadian diare pada

anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun

2014.

g. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan kejadian

diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan tahun 2014.

h. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian diare pada anak

usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun

2014.

i. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diare pada

anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun

2014.

j. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan (PMT)

dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.

k. Untuk mengetahui hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian

diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

(24)

l. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

b. Bagi penulis merupakan latihan dalam kesempatan penerapan ilmu yang telah

diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU.

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 2.1.1. Defenisi

2.1.1.1. Defenisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai

makanan bagi bayinya. Air Susu Ibu merupakan makanan paling baik untuk bayi.

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk

dicerna diserap secara optimal oleh bayi. Air Susu Ibu saja sudah cukup untuk

menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini.7

Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh

setiap bayi idealnya diberikan secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan

makanan pendamping sampai usia 2 tahun.8

Komposisi ASI dapat berubah sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi pada

setiap saat. Kandungan enzim dalam ASI yang membantu pencernaan, kandungan zat

imun yang dapat mencegah bayi terinfeksi oleh bibit penyakit tertentu, tidak dapat

diganti oleh susu formula. Selain itu pemberian ASI mempunyai keuntungan

(26)

2.1.1.2. Defenisi ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI eksklusif ini

dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila

diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus mulai

diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai

usia 2 tahun.10

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Menurut WHO adalah pemberian hanya ASI

saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat

dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan.

Komposisi ASI sampai dengan umur 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi meskipun tanpa tambahan makanan ataupun minuman

pendamping ASI. Kebijakan ini berdasarkan hasil penelitian yang mengemukakan

bahwa pemberian makanan atau minuman pendamping ASI malah akan

menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan cairan

ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh

makanan pendamping.11

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASIeksklusif selama 6

bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan

hidup bayi,pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semuaenergi dan gizi

(27)

eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkanberbagai penyakit yang

umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat

pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.12

WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan

pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan:

a. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam segera setelah

kelahiran bayi.

b. Air Susu Ibu Eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan

tambahan atau minuman.

c. Air Susu Ibu diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi,

setiap hari selama 24 jam

d. Air Susu Ibu sebaiknya diberikan tidak mengunakan botol, cangkir

maupun dot.

Bagi ibu yang bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus

tetap memberikan ASI nya dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa ke tempat

kerja. Apabila tidak memungkinkan, ASI dapat diperah kemudian disimpan.13

2.1.2. Komposisi ASI 14

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Kandungan gizi dari

ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang

bayi. Air Susu Ibu dibedakan dalam 3 stadium, yaitu:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi

(28)

Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna

kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,

nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,

kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada

kolostrum adalah Immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) yang digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri , virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume

kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia

1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan

pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru

lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi makanan bayi yang akan

datang.

b. Air Susu Ibu (ASI) Transisi/Peralihan

Air Susu Ibu Peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama dua minggu,

volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar

immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

c. Air Susu Ibu (ASI) Matur

Air Susu Ibu Matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. Air Susu Ibu

matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak

menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima

menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan mempunyai kandugan

(29)

berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat

bayi lebih cepat kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik

foremilk maupun hindmilk.

Dibawah ini, bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI

Transisi dan ASI Matur:

Tabel 2.1. Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur13

Kandungan Kolostum Transisi ASI Matur

Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0

Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8

Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324

Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2

Immunoglobulin:

IgA (mg/100ml) 335,9 - 119,6

IgG (mg/100ml) 5,9 - 2,9

IgM (mg/100ml) 17,1 - 2,9

Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5

Laktoferin 420-520 - 250-270

2.1.3. Kandungan Nutrisi pada ASI14

Air Susu Ibu mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang

termasuk makronutrien adalah karbohidrat, lemak dan protein sedangkan

mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Berikut adalah kandungan nutrisi pada ASI.

a. Karbohidrat

Air Susu Ibu mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan

susu sapi yaitu 6,5-7 gram%. Karbohidrat utama yang terdapat dalam ASI adalah

Laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan karena laktosa ini oleh

fermentase akan di ubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan

(30)

dalm usus bayi relatif lebih lama, tetapi dapat di absorpsi dengan baik oleh usus bayi.

Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI, juga terdapat glukosa, galaktosa

dan glukosamin.

Suasana asam dalam usus banyak memberikan beberapa keuntungan, di

antaranya adalah:

1. Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis

2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik

dan mensintesis vitamin

3. Memudahkan terjadinya pengendapan dari ca-caseinat

4. Memudahkan absorpsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor, dan

magnesium

Galaktosa, penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis karena

pembentukan meilin di medulla spinalis dan sintesis galaktosida di otak

membutuhkan galaktosa. Sedangkan glukosamin, merupakan bifidus faktor.

Glukosamin memacu pertumbuhan lactobacillus bifidus yang sangat menguntungkan

bayi.

b. Lemak

Kadar lemak dalam ASI dan susu sapi relatif sama. Air susu merupakan

sumber kalori yang utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak

(A,D,E dan K) dan sumber asam lemak yang essensial. Keistimewaan lemak dalam

ASI jika dibandingkan dengan susu sapi yaitu:

- Bentuk emulsi lebih sempurna

(31)

c. Protein

Air Susu Ibu mengandung protein lebih rendah dibandingkan susu sapi, tetapi

protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi (mudah dicerna). Rasio

protein whey:kasein adalah 60:40, dibandingkan dengan susu sapi yang memiliki

rasio whey:kasein yaitu 20:80. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan

dari protein whey lebih halus daripada kasein sehingga protein whey lebih mudah

dicerna. Air Susu Ibu mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi

beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Kadar

methonin dalam ASI lebih rendah dari susu sapi, sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini

sangat menguntungkan karena enzim sistationase, yaitu enzim yang akan mengubah

methionin menjadi sistin pada bayi, menjadi sangat rendah atau tidak ada. Sistin

merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.

Air Susu Ibu mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi, yang

penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Kadar tiroksin dan

fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi,

terutama bayi prematur karena bayi prematur dengan kadar tiroksin yang tinggi dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan otak.

Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein, pada

ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi.

d. Mineral

Air Susu Ibu mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif

rendah, cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi

(32)

organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah Kalsium, kalium, dan natrium dari

asam klorida dan fosfat.

e. Air

Sekitar 88% ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat zat yang

terdapat didalamnya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber air yang secara

metabolis aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan

haus bayi.

f. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C cukup,

sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam panthothenik kurang.

2.1.4. Volume ASI1

Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada

payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka

produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi

sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah

hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak

700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600

cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan

yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu

hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi

lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi,

(33)

2.1.5. Manfaat Pemberian ASI13

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan

bagi bayi, ibu maupun keluarga. Berikut adalah manfaat pemberian ASI:

2.1.5.1 Manfaat ASI bagi bayi

Air Susu Ibu merupakan makanan pertama dan utama pada bayi. Berbagai

keunggulan yang terdapat pada ASI memberikan banyak manfaat pada bayi, yaitu:

1. Nutrient (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat,

protein, garam dan mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan

nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6

bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun

kedua.

2. Air Susu Ibu mengandung zat protektif

Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang

mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain:

- Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat,

yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga

menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

- Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan

bakteri

- Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti inflamatori

bekerjasama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang e-coli dan

(34)

- Komplemen C3 dan C4

- Faktor anti streptococcus, melindungi bayi dari bakteri streptococcus

- Antibodi

- Imunitas seluler, ASI mengandung sel sel yang berfungsi membunuh dan

memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan

laktoferin

- Tidak menimbulkan alergi

3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi

Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan

nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya

(basic sense of trust).

4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik

Bayi yang mendapat ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini

dapat di lihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otaknya.

2.1.5.2. Manfaat ASI bagi ibu

Selain ASI bermanfaat bagi bayi, ASI juga sangat bermanfaat untuk Ibu,

yaitu:

1. Aspek kesehatan Ibu

Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang membantu

involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan., mengurangi

prevalensi anemia dan mengurangi terjadinya karsinoma mammae, dan menurunkan

kejadian obesitas karena kehamilan.

(35)

Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Hormon yang

mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat menunda terjadinya

ovulasi. Menyusui secara eksklusif dapat digunkana sebagai kontrasepsi alamiah yang

sering disebut Metode Amenorrhea Laktasi (MAL).

3. Aspek Psikologis

Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat Ibu senantiasa memperhatikan

bayinya sehingga tercipta hubungan atau ikatan batin antara ibu dan bayi.

2.1.5.3. Manfaat ASI bagi Keluarga

Manfaat ASI dilihat dari aspek ekonomi adalah: ASI tidak perlu dibeli, mudah

dan praktis, mengurangi biaya berobat (bayi yang diberi susu formula sering

mengalami diare). Sedangkan manfaat ASI ditinjau dari aspek psikologis adalah

dengan memberikan ASI maka kebahagiaan keluarga menjadi bertambah, kelahiran

jarang, kejiwaan ibu baik, dan tercipta kedekatan antara ibu bayi dan anggota

keluarganya.

2.1.5.4. Manfaat ASI bagi Negara

Air Susu Ibu juga bermanfaat bagi Negara. Adapun manfaat yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

- Bayi sehat, membuat Negara lebih sehat

- Memperbaiki kelangsungan hidup anak denngan menurunkan angka

(36)

2.1.6. Syarat Pemberian ASI Eksklusif15

Kesadaran, bahkan kemauan saja tak cukup bagi ibu yang ingin memberikan

ASI Eksklusif. Ternyata ada persyaratan yang harus dipenuhi agar keinginan

menciptakan anak cerdas dengan ASI terpenuhi. Syarat tersebut meliputi:

a. Hanya memberikan ASI saja sampai 6 bulan

b. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir

c. Tidak memberikan cairan atau makanan lain selain ASI, kepada bayi yang

baru lahir

d. Menyusui sesuai kebutuhan bayi

e. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama yang mempunyai

nilai gizi tinggi)

f. Cairan lain yang boleh diberikan hanya vitamin, mineral obat dalam

bentuk drop atau sirup.

2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

a. Dukungan Keluarga

Keluarga dalam melaksanakan perannya, tentu harus mengetahui terlebih

dahulu mengenai ASI Eksklusif, manfaatnya untuk bayi maupun Ibu serta cara

mengatasi ASI jika tidak lancar. hal terpenting yang harus dimiliki keluarga adalah

pemahaman yang baik mengenai manfaat ASI Eksklusif yang tidak didapatkan dari

susu formula termahal sekalipun. Selain pengetahuan yang memadai yang harus

dimiliki oleh keluarga mengenai ASI Eksklusif, maka keluarga juga harus senantiasa

memperhatikan kondisi ketenangan psikologis seorang ibu. Karena sebagaimana yang

(37)

yang kemudian mampu memproduksi ASI dengan lancar untuk bayinya Sebagaimana

hasil penelitian oleh yang dilakukan oleh Amal Saleh di Kabupaten Konawe Selatan

Tahun 2011,16 menyimpulkan bahwa diantara penyebab rendahnya pemberian ASI

Eksklusif di daerah tersebut adalah dukungan suami yang rendah sehingga ibu

terdorong untuk memberikan susu formula dan makanan tambahan pada bayinya

yang berusia 0-6 bulan.

b. Umur ibu

Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23

tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang berusia

lebih tua. Hal ini terjadi karena adanya pembesaran payudara setiap siklus ovulasi

mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun., namun terjadi degenerasi

payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan setelah usia 30

tahun.

c. Pendidikan Ibu

Novita (2008)17 dalam penelitiannya menyebutkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif, semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu, semakin tinggi pula jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada

bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki

kesibukan diluar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu

yang berpendidikan rendah, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama

(38)

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.18 Informasi maupun

pengalaman yang didapat seseorang yang berhungan dengan pemberian ASI

Eksklusif dapat mempengaruhi tindakan seseorang tersebut dalam memberikan ASI

Eksklusif.

e. Budaya

Terdapat berbagai macam faktor budaya yang berhubungan dengan pemberian

ASI eksklusif di masyarakat seperti kebiasaan masyarakat yang memberikan

makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. Perilaku yang dilakukan

oleh para ibu tersebut merupakan pola perilaku turun temurun yang didasari oleh nilai

nilai kemasyarakatan. Perilaku seperti pemberian madu, air putih, air gula, pisang ,

bubur dan biskuit pada bayi sebelum berusia 6 bulan merupakan perilaku yang harus

dilakukan karena merupakan faktor sosial kebudayaan masyarakat setempat. Padahal

perilaku/ kebiasaan tersebut telah menghambat dalam pemberian ASI eksklusif.

f. Pekerjaan

Seorang ibu yang bekerja relatif lebih banyak menghabiskan waktu diluar

rumah dibandingkan menyusui anaknya. Bagi Ibu yang bekerja, upaya pemberian

ASI Eksklusif sering kali mengalami hambatan karena singkatnya masa cuti hamil

dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara sempurna, ibu

harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk

(39)

2.2. Diare

2.2.1. Defenisi Diare

Diare menurut Depkes adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan

konsistensi tinja yang lembek-cair dengan atau tanpa lendir dan darah selama 1

minggu. WHO/UNICEF (1987) mendefinisikan diare akut sebagai kejadian akut dari

diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung

sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya

adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta

kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian.20 Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan yang lebih besar

untuk menderita penyakit infeksi, terutama penyakit diare. Diare dapat dengan cepat

menurunkan tingkat gizi anak, karena kebiasaan ibu-ibu sewaktu anak diare

menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) ataupun makanan lain semasa anak

masih diare hal ini akan memperburuk gizi anak.

Pada usia 6 bulan sampai 12 bulan, anak mulai mendapat makanan tambahan

seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan

yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih

besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia

ini anak senang sekali memasukkan sesuatu kedalam mulutnya.

Pencernaan memiliki mekanisme metabolisme dan cara yang ampuh untuk

menghancurkan makanan, sekaligus menangkal bakteri yang menyerang lambung.

(40)

tubuh lewat tinja. Namun pada kondisi tubuh yang menurun, bakteri tidak bisa

dilumpuhkan dan tinggal didalam lambung. Jika terjadi hal demikian, akan timbul

berbagai macam penyakit, termasuk diare.

2.2.2. Penyebab Diare21

Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat

gizi), makanan dan faktor psikologis.

a. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.

Jenis jenis infeksi yang umumnya menyerang adalah sebagai berikut:

1. Infeksi bakteri oleh E. coli, Salmonella, Vibrio cholera dan serangan

bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan bersifat patogenik.

2. Infeksi basil (disentri).

3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.

4. Infeksi parasit oleh cacing.

5. Infeksi jamur (candidiasis).

6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang

tenggorokan.

7. Keracunan makanan.

b. Faktor Malabsorpsi

1. Malabsorpsi karbohidrat

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat

menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di

(41)

2. Malabsorpsi Lemak.

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida

dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap

diabsorpsi usus. Diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

Gejalanya adalah tinja yang mengandung lemak.

c. Faktor Makanan

Makanan yang dapat mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, mentah atau kurang matang.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas dan tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan

terjadinya diare.

2.2.3. Jenis Diare

a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat

menjadi berat. Penyebabnya adalah sebagai berikut:

- Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk kedalam usus halus

- Bakteri yang berkembang pesat didalam usus

- Racun yang dikeluarkan oleh bakteri

- Kelebihan cairan usus akibat racun

b. Diare Kronik atau persisten

Pada diare kronik, kejadiannya lebih kompleks. Berikut adalah beberapa

faktor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak:

(42)

- Malabsorpsi kalori

- Malabsorpsi lemak

2.2.4. Gejala dan Akibat Diare

a. Gejala

Gejala pada bayi akibat terjadinya diare adalah:

- Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.

- Tinja bayi menjadi encer, berlendir, atau berdarah.

- Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

- Anus bayi menjadi lecet

- Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.

- Muntah sebelum atau sesudah diare.

- Dehidrasi.

b. Akibat Diare

Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan

tampak gejala dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan

metabolisme tubuh, dan dapat menyebabkan kematian pada bayi karena kekurangan

cairan. Banyak yang menganggap bahwa pengeluaran cairan adalah hal biasa dalam

diare, namun akibatnya dapat berbahaya. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja

sudah membahayakan jiwa. Pada bayi, keadaan ini dapat mengakibatkan kematian

setelah sakit selama 2-3 hari.

Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi

sedang, dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang

(43)

berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung

bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,

kesadaran menurun, dan penderita sangat pucat. Berikut adalah tabel Derajat

Dehidrasi menurut WHO:

Tabel 2.2. Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)21 Tanda dan Gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat

Keadaan umum

Dalam tetapi capat Cekung

2.2.5. Derajat Dehidrasi Diare :

a. Diare tanpa Dehidrasi

Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:

- Balita tetap aktif,

- Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa

- Mata tidak cekung

- Turgor kembali segera

(44)

Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:

- Gelisah atau rewel

- Mata cekung

- Ingin minum terus/rasa haus meningkat

- Turgor kembali lambat

c. Diare Dehidrasi Berat

Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:

- Lesu/lunglai, tidak sadar

- Mata cekung

- Malas minum

- Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

2.2.6. Epidemiologi Diare

Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:

a. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti: bakteri, virus, parasit

Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman

yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral). Di dalam

istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus

penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui:

- Feces atau tinja

- Flies atau lalat

- Food atau makanan

- Fomites atau peralatan makanan

(45)

Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang

menyebabkan penyakit diare:

- Tidak memberikan ASI secara esklusif sampai 6 bulan kepada bayi

- Memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat

bayi kontak terhadap kuman

- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare

karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air di beberapa

wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti

bakteri E. coli

- Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik

- Minum air/menggunakan air yang tercemar

- Tidak mencuci tangan dengan baik setelah buang air besar atau setelah

membersihkan BAB anak

- Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.

b. Penurunan daya tahan tubuh

- Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun atau lebih karena di

dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit

- Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi akan mudah terkena

diare

- Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)

(46)

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama

dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak

sehat.

2.2.7. Pencegahan Dehidrasi22

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat berupa hilangnya air

lebih banyak dari natrium (Dehidrasi hipertonik) atau hilangnya air dan natrium

dalam jumlah yang sama (Dehidrasi isotonik) atau hilangnya natrium yang lebih

daripada air (Dehidrasi hipotonik).

Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga

jika balita mengalami diare adalah:

a. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi yang

masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi petugas kesehatan

sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk menyusui bayinya.

b. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti

c. Memberikan cairan/minuman yang biasa diberikan oleh keluarga/masyarakat

setempat dalam mengobati diare, dan memberikan sari makanan yang cocok.

Jika tidak tersedia, bisa dengan memberikan air minum.

d. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan.

2.2.8. Pencegahan Diare2

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat

(47)

2.2.8.1. Pemberian ASI

Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan

membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena adanya antibodi

penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu

ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman

penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi.

2.2.8.2. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai

dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping

ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping

ASI, yaitu:

a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan

pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan

atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1

tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta

teruskan pemberian ASI bila mungkin.

b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian

untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,

kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak

(48)

d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan

panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

2.2.8.3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral

kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,

minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan

yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat

yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko

menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air

bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Ambil air dari sumber air yang bersih

b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung

khusus untuk mengambil air.

c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak

d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan

cukup.

2.2.8.4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

(49)

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar

47%).

2.2.8.5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit

diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga

harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai

oleh seluruh anggota keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur

c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

2.2.8.6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak

benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang

tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus diperhatikan oleh

keluarga:

a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau

(50)

c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam

lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan

sabun.

2.3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare

Bayi yang baru lahir tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik seperti

orang dewasa. Tubuh bayi belum mampu untuk melawan bakteri atau virus penyebab

penyakit. Pada umumnya, tubuh bayi dilindungi oleh antibodi yang diterima melalui

air susu ibu.

Perkembangan sistem imunitas pada bayi mengalami proses penyesuaian

dengan perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan

koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam

lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan

membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun

akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia.23 Antibodi berguna untuk menjaga sistem kekebalan bayi agar tidak mudah terkena infeksi. ASI kaya dengan

zat-zat yang optimal untuk pertumbuhan anak. Komponen zat makanan tersedia

dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh

bayi.

Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar

terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora

usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI

(51)

gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. Efek proteksi ASI merupakan hasil

interaksi dari berbagai elemen imun ASI, baik yang bersifat antigenik spesifik

maupun yang berperan dalam respon imun yang bersifat general.

Beberapa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI dapat berfungsi

sebagai pembawa kekebalan pasif pada saluran cerna bayi sementara sistem imun

lokal maupun sistemik pada bayi masih imatur. Selain itu ASI dapat beradaptasi

dengan baik dan tetap utuh hingga tiba di usus halus bayi. Kandungan protein ASI

memiliki berbagai aktivitas biologis diantaranya sebagai antimikrobial,

imunomodulator dan terdapat asam amino esensial dalam jumlah yang adekuat untuk

pertumbuhan bayi. Penelitian lagi juga menyimpulkan bila dalam dua bulan

kehidupan bayi tidak mendapat ASI eksklusif, maka bayi beresiko meninggal 25 kali

lebih besar akibat diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.

2.4. Kerangka Konsep

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Ha : Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.

Variabel Bebas Pemberian ASI Eksklusif

Variabel Terikat

Kejadian Diare

Varia bel Kendali

Karakteristik anak: usia, jenis kelamin, kelengkapan imunisasi, pemberian makanan tambahan

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat observasional

analitik dengan desain cross sectional, yaitu data pada variable bebas (faktor resiko)

dan variable terikat (efek) dikumpulkan pada waktu bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tersebut

di puskesmas Terjun, dan kasus diare menempati urutan pertama dalam 10 penyakit

terbesar.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2014 sampai Januari 2015.

Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran

kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data

serta penyusunan laporan akhir penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang berusia 12-24 bulan di

(53)

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus

Lameshow:

n = [Zα√PoQo + Zβ√PaQa] 2

(Pa – Po) 2

Dengan,

n = Besar sampel minimal

Zα = tingkat kemaknaan (1.96) dengan derajat kepercayaan 5%

Po = proporsi anak yang diare (dari kepustakaan)24 yaitu 32% (0,32)

Qo = 1-Po (proporsi anak yang tidak diare) yaitu

1-0.32 = 0.68

Pa = proporsi yang diharapkan yaitu 45% (0.45)

Qa = 1-Pa

=1-0.45 = 0.55

Zβ = power yaitu 0.842

Berdasarkan rumus besar sampel minimal diatas, maka :

n = [Zα√PoQo + Zβ√PaQa] 2

(Pa – Po) 2

n = [1.96 √(0.32)(0.68) + 0.842√(0.45)(0.55)]2 (0.45 - 0.32)2

n = [0.914 +0.418]2 (0.13)2

n = 1.7742 0.0169

(54)

3.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental sampling yaitu

sampel diperoleh secara kebetulan dari orang tua (ibu) anak sebagai responden yang

datang ke Puskesmas Terjun kecamatan Medan Marelan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung

terhadap ibu yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner yang terdiri

dari pertanyaan tentang karakteristik Ibu, karakteristik anak, pemberian ASI eksklusif

dan kejadian diare.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari Puskesmas Terjun berupa:

data status pasien, jumlah penduduk, dan deskripsi wilayah / keadaan geografis

wilayah kerja Puskesmas Terjun.

3.5. Instrument Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

untuk mengetahui karakteristik ibu, karakteristik bayi, pemberian ASI eksklusif dan

kejadian diare.

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan

bantuan komputer yaitu program SPSS (Statistical Package for the Social Science)

melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang

Gambar

Tabel 2.1. Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur13
Tabel 2.2. Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)21
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu di Puskesmas Terjun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Tertanggung tidak meninggal dunia akan tetapi mengalami Cacat Tetap Seluruhnya atau Sebagian, maka Penanggung akan membayarkan manfaat asuransi sebesar persentase dari

Tor-tor ini lebih sering digunakan pada upacara adat perkawinan Masyarakat Pidoli Dolok, tetapi tidak semua perkawinan yang ada di daerah Mandailing Natal menggunakan

Dalam makalah ini, akan diterapkan metode pengembangan kurva IPR analitik dua fasa oleh Wiggins.. bersifat dinamik karena persamaan yang dihasilkan bervariasi sesuai dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan kedudukan laki-laki sebagai pemimpin dalam rumah tangga cenderung mengarah kepada menjadi penguasa dengan segala hak-hak

Edem paru akut dan kerusakan paru bisa muncul dalam hitungan jam dikarenakan paparan yang berat, kerusakan paru kemudian berkembang menjadi fibrosis paru,

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

Metode Penelitian yang digunakan adalah mencari RSI yang lebih sering memberikan sinyal yang benar dari beberapa interval period, kemudian menggabungkan RSI yang terpilih

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham.. Dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5%