HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh : NIM. 121021042
HENNY OKTAVIANI SIREGAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM.121021042
HENNY OKTAVIANI SIREGAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak di dunia. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal dan melindungi bayi dari penyakit seperti diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan sampel penelitian berjumlah 105 anak yang berusia 12-24 bulan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI Eksklusif dan variabel terikat adalah Kejadian diare. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Accidental Sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi square) dengan 95% CI.
Hasil penelitian diperoleh proporsi kejadian diare di Puskesmas Terjun adalah sebanyak 61,0%. Proporsi tertinggi adalah anak yang memiliki Ibu dengan umur <35 tahun (63,8%), tingkat pendidikan tinggi yaitu 65,7%, ibu yang tidak bekerja (51,4%), tingkat pengetahuan kurang (76,2%), anak <18 bulan (54,3%), jenis kelamin laki-laki (55,2%), PMT ≤6 bulan (73,3%), imunisasi lengkap (81,9%), dan tidak ASI eksklusif (73,3%). Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,003), pekerjaan (p=0,001) tingkat pengetahuan (p=0,014), PMT (p=0,001), kelengkapan imunisasi (p=0,022) dan pemberian ASI eksklusif (p=0,001) dengan kejadian diare.
Disarankan kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan agar memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare.
ABSTRACT
Diarrhea is a global problem with the high rates of morbidity and mortality in children in the world. To achieve optimal growth and protect infant from disease like diarrhea mother should give an exclusive breastfeeding to the infant. The purpose of this research was to determine the associated between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in children aged 12-24 months at Puskesmas Terjun, Medan Marelan in 2014.
Method of research conducted is cross sectional analytic approach., This sample is 105 children aged 12-24 months.The independent variable is the Exclusive Breastfeeding and the dependent variable is the incidence of diarrhea. The sampling technique used in this study was accidental sampling. The research instrument was a questionnaire. Analysis of data through two stages, univariate data were analyzed descriptively and bivarate data were analyzedusing chi square test with 95% confidence interval (CI).
The study results were obtained proportion of diarrhea in Puskesmas Terjun is as much as 61%. The highest proportion of children who have a mother with age <35 years old is 63,8%, a high education level (65,7%), not working mothers (51,4), low knowledge (76,2%), children <18 months (54,3%), male gender (55,2%), PMT (supplementary feeding) ≤6 months (73,3%), complete immunization (81,9%), and not exclusive breastfeeding (73,3%). Bivariate results indicate a significant association between maternal education level (p = 0,003), occupation (p = 0,001) level of knowledge (p = 0,014), PMT (p = 0,001), the completeness of immunization (p = 0,022) and breastfeeding exclusive (p = 0,001) with the incidence of diarrhea.
It is recommended to mothers in Puskesmas Terjun, Medan Marelan to give the infants exclusive breastfeeding until 6 months old to reduce morbidity and mortality due to diarrhea.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Henny Oktaviani Siregar
Tempat / Tanggal lahir : Medan / 21Oktober 1990
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara
Alamat Rumah : Jalan Mesjid Gang. Dahlia V No. 4 Dusun XIII
Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 105292 B. Klippa
Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri1 Percut Sei Tuan
Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 11 Medan
Tahun 2008 – 2011 : D3 POLTEKKES KEMENKES MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul, “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen
Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Ibu dr. Rahayu Lubis, M.Kes, PhD selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan saran
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan saran
5. Bapak dr. Taufik Ashar , MKM selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
8. Kepala Puskesmas, Staf dan Pegawai Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Orang tua tercinta, Zulfan Nasir Siregar dan Lelly Syuryani Harahap yang
telah memberikan motivasi serta dukungan dan doa, begitu juga kepada
Abang dan Adik saya, Hery Syahputra Siregar dan Taufik Abdi Siregar atas
semangat yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Saudara seperjuangan yang selalu ada dalam suka maupun duka, terima kasih
untuk semangat, dukungan dan doanya.
11.Teman seperjuangan di peminatan epidemiologi 2012 yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, teman PBL, LKP, terima kasih atas dukungan,
doa, semangat dan kebersamaannya selama ini.
12.Serta semua pihak yang telah berjasa, yang tidak bias disebutkan satu per satu
atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang beguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu, dan masyarakat.
Medan, Januari 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI………. vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
BAB 1 PENDAHULUAN……… 1
1.1.Latar Belakang………. 1
1.2.Perumusan Masalah……….. 5
1.3.Tujuan Penelitian……….. 5
1.3.1. Tujuan Umum………. 5
1.3.2. Tujuan Khusus……… 5
1.4. Manfaat Penelitian……….. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif……… 8
2.1.1. Defenisi……… 8
2.1.2. Komposisi ASI………. 10
2.1.3. Kandungan Nutrisi Pada ASI………. 12
2.1.4. Volume ASI………. 15
2.1.5. Manfaat Pemberian ASI……….. 16
2.1.6. Syarat Pemberian ASI Eksklusif………. 19
2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif……….. 19
2.2. Diare……… 22
2.2.1. Defenisi Diare………... 22
2.2.2 Penyebab Diare……….. 23
2.2.3. Jenis Diare……… 24
2.2.4. Gejala dan Akibat Diare……….. 25
2.2.5. Derajat Dehidrasi Diare……… 26
2.2.6. Epidemiologi Diare………... 27
2.2.7. Pencegahan Dehidrasi……….. 29
2.2.8. Pencegahan Diare………. 29
2.3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare... 33
2.4. Kerangka Konsep... 34
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………... 35
3.2.1. Lokasi Penelitian……….. 35
3.2.2. Waktu Penelitian……….. 35
3.3. Populasi dan Sampel……….. 35
3.3.1. Populasi………. 35
3.3.2. Sampel………... 36
3.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel………. 37
3.4. Metode Pengumpulan Data……… 37
3.4.1. Data Primer……… 37
3.4.2. Data Sekunder………... 37
3.5. Instrument Penelitian………. 37
3.6. Teknik Analisis Data………... 37
3.6.1. Analisis Univariat………. 38
3.6.2. Analisis Bivariat……… 38
3.7. Defenisi Operasional……… 38
3.8. Aspek Pengukuran……….. 41
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 42
4.2. Analisis Univariat... 43
4.2.1. Karakteristik Ibu... 43
4.2.2. Karakteristik Anak... 48
4.2.3. Pemberian ASI Eksklusif... 49
4.2.4. Kejadian Diare... 50
4.3. Analisis Bivariat... 50
4.3.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak... 51
4.3.2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak... 52
4.3.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak... 53
4.3.4. Hubungan Umur dengan Kejadian Diare Pada Anak... 54
4.3.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Diare Pada Anak... 54
4.3.6. Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Kejadian Diare Pada Anak... 55
4.3.7. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Diare Pada Anak... 56
4.3.8. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Kejadian Diare Pada Anak... 57
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Analisis Univariat... 59
5.1.1. Proporsi Kejadian Diare... 59
5.2.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian
Diare Pada Anak... 60 5.2.2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian
Diare Pada Anak... 62 5.2.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Kejadian Diare Pada Anak... 64 5.2.4. Hubungan Umur dengan Kejadian Diare Pada Anak... 65 5.2.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian
Diare Pada Anak... 66 5.2.6. Hubungan PMT dengan Kejadian Diare Pada Anak... 67 5.2.7. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan
Kejadian Diare Pada Anak... 69 5.2.8. Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan
Kejadian Diare Pada Anak... 71
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan... 74 6.2. Saran... 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner penelitian Lampiran 2 : Master Data Penelitian
Lampiran 3 : Output Data Distribusi dan Uji Chi Square
Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1.Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur... ... 12
Tabel 2.2.Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)... ... 26
Tabel 3.1.Aspek Pengukuran ... 41
Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu di Puskesmas Terjun
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... 44
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan
Di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... ... 46
Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Karakteristik Anak usia 12-24 Bulan di
Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 48
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Pada Anak usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 .. 49
Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Pada Anak usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 50
Tabel 4.6.Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2014 ... 51
Tabel 4.7.Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 52
Tabel 4.8.Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di PuskesmasTerjun Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2014... 53
Tabel 4.9.Tabulasi Silang Hubungan Umur dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 .. 54
Tabel 4.10. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pemberian Tambahan Makanan dengan
Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2014 ... 56
Tabel 4.13. Tabulasi Silang Hubungan Pola Pemberian Asi dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 59
Gambar 5.2. Diagram Batang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... 60
Gambar 5.3. Diagram Batang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Diare di
Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 62
Gambar 5.4. Diagram Batang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 64
Gambar 5.5. Diagram Batang Hubungan Umur Anak dengan Kejadian Diare di
Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 65
Gambar 5.6. Diagram Batang Hubungan Jenis kelamin Anak dengan Kejadian Diare di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014... 66
Gambar 5.7. Diagram Batang Hubungan antara PMT dengan Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014 ... 67
Gambar 5.8. Diagram Batang Hubungan antara Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2014 ... 69
Gambar 5.9. Diagram Batang Hubungan antara Pemberian ASI eksklusif dengan Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
ABSTRAK
Diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak di dunia. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal dan melindungi bayi dari penyakit seperti diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan sampel penelitian berjumlah 105 anak yang berusia 12-24 bulan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI Eksklusif dan variabel terikat adalah Kejadian diare. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Accidental Sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat hubungan (chi square) dengan 95% CI.
Hasil penelitian diperoleh proporsi kejadian diare di Puskesmas Terjun adalah sebanyak 61,0%. Proporsi tertinggi adalah anak yang memiliki Ibu dengan umur <35 tahun (63,8%), tingkat pendidikan tinggi yaitu 65,7%, ibu yang tidak bekerja (51,4%), tingkat pengetahuan kurang (76,2%), anak <18 bulan (54,3%), jenis kelamin laki-laki (55,2%), PMT ≤6 bulan (73,3%), imunisasi lengkap (81,9%), dan tidak ASI eksklusif (73,3%). Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,003), pekerjaan (p=0,001) tingkat pengetahuan (p=0,014), PMT (p=0,001), kelengkapan imunisasi (p=0,022) dan pemberian ASI eksklusif (p=0,001) dengan kejadian diare.
Disarankan kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan agar memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare.
ABSTRACT
Diarrhea is a global problem with the high rates of morbidity and mortality in children in the world. To achieve optimal growth and protect infant from disease like diarrhea mother should give an exclusive breastfeeding to the infant. The purpose of this research was to determine the associated between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in children aged 12-24 months at Puskesmas Terjun, Medan Marelan in 2014.
Method of research conducted is cross sectional analytic approach., This sample is 105 children aged 12-24 months.The independent variable is the Exclusive Breastfeeding and the dependent variable is the incidence of diarrhea. The sampling technique used in this study was accidental sampling. The research instrument was a questionnaire. Analysis of data through two stages, univariate data were analyzed descriptively and bivarate data were analyzedusing chi square test with 95% confidence interval (CI).
The study results were obtained proportion of diarrhea in Puskesmas Terjun is as much as 61%. The highest proportion of children who have a mother with age <35 years old is 63,8%, a high education level (65,7%), not working mothers (51,4), low knowledge (76,2%), children <18 months (54,3%), male gender (55,2%), PMT (supplementary feeding) ≤6 months (73,3%), complete immunization (81,9%), and not exclusive breastfeeding (73,3%). Bivariate results indicate a significant association between maternal education level (p = 0,003), occupation (p = 0,001) level of knowledge (p = 0,014), PMT (p = 0,001), the completeness of immunization (p = 0,022) and breastfeeding exclusive (p = 0,001) with the incidence of diarrhea.
It is recommended to mothers in Puskesmas Terjun, Medan Marelan to give the infants exclusive breastfeeding until 6 months old to reduce morbidity and mortality due to diarrhea.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai
salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia.
Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun 1,5 juta balita meninggal dunia
akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program
rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi.1
Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan
hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade terakhir. Anak-anak adalah kelompok
usia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah
dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak. Sampai saat ini diare masih
menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi, dari tahun ke
tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan
malnutrisi pada anak. Kejadian diare pada anak tersebut dapat disebabkan karena
kesalahan dalam pemberian makan, dimana anak sudah diberi makan selain ASI (Air
Susu Ibu) sebelum berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk
terkena diare karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI,
bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat
terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan
atau minuman kepada bayi tidak steril.
Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita diare pada
balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur
12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%. Hal ini
merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang umumnya
diderita oleh bayi dan balita dapat menjadi penyumbang kematian terbesar. Faktor
hygiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka
kesakitan diare pada bayi.2
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita
adalah 10,2%, CFR Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia pada tahun 2011
adalah 0,29% meningkat menjadi 2,06% di tahun 2012 lalu mengalami penurunan di
tahun 2013 menjadi 1,08%. Di Sumatera Utara, CFR diare untuk tahun 2012 adalah
1,22% , sedangkan di tahun 2013 meningkat menjadi 11,76%. Proporsi kasus diare
yang ditangani di Sumatera Utara adalah 41,34%, sedangkan sisanya 58,66% tidak
mendapatkan penanganan.3
Berdasarkan profil Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, diare
merupakan peringkat pertama dalam sepuluh penyakit terbesar.
Berdasarkan Depkes, diare adalah buang air besar dengan ditandai
meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan
minggu. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan
terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi diare dapat dibagi menjadi diare
dehidrasi ringan/sedang dan diare dehidrasi berat. Bayi memiliki resiko yang lebih
besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa, hal ini disebabkan
karena per kilogram berat tubuhnya mengekskresikan volume air yang lebih besar
dari pada orang dewasa atau kehilangan air yang lebih besar secara proporsional.4
Depkes RI didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah
mencanangkan panduan terbaru tatalaksana diare pada anak, yaitu Lima Langkah
Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang terdiri dari: pemberian cairan, pemberian
zink selama 10 hari berturut-turut, meneruskan pemberian ASI dan makanan,
pemberian antibiotik secara selektif dan pemberian nasihat pada ibu/keluarga pasien.2
Air Susu Ibu adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Air Susu
Ibu bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol
yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dapat menghindari
anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus
disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari
lain. Air Susu Ibu mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi
selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan
turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi
menjadi 34,3% pada tahun 2009.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), persentase pola menyusui eksklusif pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8 %. Sedangkan pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%.3
Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara5, Cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2004-2012 cenderung menurun secara
signifikan, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,33%
dibandingkan tahun 2007. Pencapaian pada tahun 2012 sebesar 20,33% merupakan
pencapaian terendah selama kurun waktu 2004 - 2012. Pada tahun 2013, persentase
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan adalah 41,3%.
Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni6, bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi, dimanasebanyak
72,9% bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan mengalami kejadian diare.
Hal ini dikarenakan dengan tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi menyebabkan
ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya, dan ini sangat mempengaruhi
pencernaan pada tubuh bayi yang pada hakikatnya pencernaan bayi belum siap untuk
menerima makanan selain ASI hingga usia 6 bulan, sehingga menyebabkan bayi
uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di
Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Perumusan Masalah
Masih tingginya angka kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan dengan
pemberian ASI Eksklusif yang rendah di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan
tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Ibu di
Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Anak di
Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan pemberian ASI eksklusif
pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan
tahun 2014.
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan kejadian diare pada anak
usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun
e. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan Ibu dengan kejadian
diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan tahun 2014.
f. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan Ibu dengan kejadian diare pada
anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun
2014.
g. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan kejadian
diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan tahun 2014.
h. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian diare pada anak
usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun
2014.
i. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diare pada
anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun
2014.
j. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan kejadian diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun
Kecamatan Medan Marelan tahun 2014.
k. Untuk mengetahui hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian
diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
l. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.
b. Bagi penulis merupakan latihan dalam kesempatan penerapan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 2.1.1. Defenisi
2.1.1.1. Defenisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya. Air Susu Ibu merupakan makanan paling baik untuk bayi.
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna diserap secara optimal oleh bayi. Air Susu Ibu saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini.7
Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh
setiap bayi idealnya diberikan secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
makanan pendamping sampai usia 2 tahun.8
Komposisi ASI dapat berubah sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi pada
setiap saat. Kandungan enzim dalam ASI yang membantu pencernaan, kandungan zat
imun yang dapat mencegah bayi terinfeksi oleh bibit penyakit tertentu, tidak dapat
diganti oleh susu formula. Selain itu pemberian ASI mempunyai keuntungan
2.1.1.2. Defenisi ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI eksklusif ini
dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila
diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai
usia 2 tahun.10
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Menurut WHO adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat
dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan.
Komposisi ASI sampai dengan umur 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi meskipun tanpa tambahan makanan ataupun minuman
pendamping ASI. Kebijakan ini berdasarkan hasil penelitian yang mengemukakan
bahwa pemberian makanan atau minuman pendamping ASI malah akan
menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan cairan
ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh
makanan pendamping.11
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASIeksklusif selama 6
bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan
hidup bayi,pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semuaenergi dan gizi
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkanberbagai penyakit yang
umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat
pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.12
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan:
a. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam segera setelah
kelahiran bayi.
b. Air Susu Ibu Eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman.
c. Air Susu Ibu diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi,
setiap hari selama 24 jam
d. Air Susu Ibu sebaiknya diberikan tidak mengunakan botol, cangkir
maupun dot.
Bagi ibu yang bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus
tetap memberikan ASI nya dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa ke tempat
kerja. Apabila tidak memungkinkan, ASI dapat diperah kemudian disimpan.13
2.1.2. Komposisi ASI 14
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Kandungan gizi dari
ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi. Air Susu Ibu dibedakan dalam 3 stadium, yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi
Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada
kolostrum adalah Immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) yang digunakan sebagai zat
antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri , virus, jamur dan parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia
1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan
pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi makanan bayi yang akan
datang.
b. Air Susu Ibu (ASI) Transisi/Peralihan
Air Susu Ibu Peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama dua minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar
immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. Air Susu Ibu (ASI) Matur
Air Susu Ibu Matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. Air Susu Ibu
matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima
menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan mempunyai kandugan
berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat
bayi lebih cepat kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremilk maupun hindmilk.
Dibawah ini, bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI
Transisi dan ASI Matur:
Tabel 2.1. Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur13
Kandungan Kolostum Transisi ASI Matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobulin:
IgA (mg/100ml) 335,9 - 119,6
IgG (mg/100ml) 5,9 - 2,9
IgM (mg/100ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
2.1.3. Kandungan Nutrisi pada ASI14
Air Susu Ibu mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang
termasuk makronutrien adalah karbohidrat, lemak dan protein sedangkan
mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Berikut adalah kandungan nutrisi pada ASI.
a. Karbohidrat
Air Susu Ibu mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan
susu sapi yaitu 6,5-7 gram%. Karbohidrat utama yang terdapat dalam ASI adalah
Laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan karena laktosa ini oleh
fermentase akan di ubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan
dalm usus bayi relatif lebih lama, tetapi dapat di absorpsi dengan baik oleh usus bayi.
Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI, juga terdapat glukosa, galaktosa
dan glukosamin.
Suasana asam dalam usus banyak memberikan beberapa keuntungan, di
antaranya adalah:
1. Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis
2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik
dan mensintesis vitamin
3. Memudahkan terjadinya pengendapan dari ca-caseinat
4. Memudahkan absorpsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor, dan
magnesium
Galaktosa, penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis karena
pembentukan meilin di medulla spinalis dan sintesis galaktosida di otak
membutuhkan galaktosa. Sedangkan glukosamin, merupakan bifidus faktor.
Glukosamin memacu pertumbuhan lactobacillus bifidus yang sangat menguntungkan
bayi.
b. Lemak
Kadar lemak dalam ASI dan susu sapi relatif sama. Air susu merupakan
sumber kalori yang utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak
(A,D,E dan K) dan sumber asam lemak yang essensial. Keistimewaan lemak dalam
ASI jika dibandingkan dengan susu sapi yaitu:
- Bentuk emulsi lebih sempurna
c. Protein
Air Susu Ibu mengandung protein lebih rendah dibandingkan susu sapi, tetapi
protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi (mudah dicerna). Rasio
protein whey:kasein adalah 60:40, dibandingkan dengan susu sapi yang memiliki
rasio whey:kasein yaitu 20:80. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan
dari protein whey lebih halus daripada kasein sehingga protein whey lebih mudah
dicerna. Air Susu Ibu mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi
beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Kadar
methonin dalam ASI lebih rendah dari susu sapi, sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini
sangat menguntungkan karena enzim sistationase, yaitu enzim yang akan mengubah
methionin menjadi sistin pada bayi, menjadi sangat rendah atau tidak ada. Sistin
merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.
Air Susu Ibu mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi, yang
penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Kadar tiroksin dan
fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi,
terutama bayi prematur karena bayi prematur dengan kadar tiroksin yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan otak.
Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein, pada
ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi.
d. Mineral
Air Susu Ibu mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif
rendah, cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi
organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah Kalsium, kalium, dan natrium dari
asam klorida dan fosfat.
e. Air
Sekitar 88% ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat zat yang
terdapat didalamnya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber air yang secara
metabolis aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan
haus bayi.
f. Vitamin
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C cukup,
sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam panthothenik kurang.
2.1.4. Volume ASI1
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka
produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi
sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah
hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak
700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600
cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan
yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu
hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi
lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi,
2.1.5. Manfaat Pemberian ASI13
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan
bagi bayi, ibu maupun keluarga. Berikut adalah manfaat pemberian ASI:
2.1.5.1 Manfaat ASI bagi bayi
Air Susu Ibu merupakan makanan pertama dan utama pada bayi. Berbagai
keunggulan yang terdapat pada ASI memberikan banyak manfaat pada bayi, yaitu:
1. Nutrient (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat,
protein, garam dan mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan
nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6
bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun
kedua.
2. Air Susu Ibu mengandung zat protektif
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang
mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain:
- Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat,
yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
- Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan
bakteri
- Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti inflamatori
bekerjasama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang e-coli dan
- Komplemen C3 dan C4
- Faktor anti streptococcus, melindungi bayi dari bakteri streptococcus
- Antibodi
- Imunitas seluler, ASI mengandung sel sel yang berfungsi membunuh dan
memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan
laktoferin
- Tidak menimbulkan alergi
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan
nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya
(basic sense of trust).
4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik
Bayi yang mendapat ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini
dapat di lihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otaknya.
2.1.5.2. Manfaat ASI bagi ibu
Selain ASI bermanfaat bagi bayi, ASI juga sangat bermanfaat untuk Ibu,
yaitu:
1. Aspek kesehatan Ibu
Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang membantu
involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan., mengurangi
prevalensi anemia dan mengurangi terjadinya karsinoma mammae, dan menurunkan
kejadian obesitas karena kehamilan.
Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Hormon yang
mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat menunda terjadinya
ovulasi. Menyusui secara eksklusif dapat digunkana sebagai kontrasepsi alamiah yang
sering disebut Metode Amenorrhea Laktasi (MAL).
3. Aspek Psikologis
Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat Ibu senantiasa memperhatikan
bayinya sehingga tercipta hubungan atau ikatan batin antara ibu dan bayi.
2.1.5.3. Manfaat ASI bagi Keluarga
Manfaat ASI dilihat dari aspek ekonomi adalah: ASI tidak perlu dibeli, mudah
dan praktis, mengurangi biaya berobat (bayi yang diberi susu formula sering
mengalami diare). Sedangkan manfaat ASI ditinjau dari aspek psikologis adalah
dengan memberikan ASI maka kebahagiaan keluarga menjadi bertambah, kelahiran
jarang, kejiwaan ibu baik, dan tercipta kedekatan antara ibu bayi dan anggota
keluarganya.
2.1.5.4. Manfaat ASI bagi Negara
Air Susu Ibu juga bermanfaat bagi Negara. Adapun manfaat yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
- Bayi sehat, membuat Negara lebih sehat
- Memperbaiki kelangsungan hidup anak denngan menurunkan angka
2.1.6. Syarat Pemberian ASI Eksklusif15
Kesadaran, bahkan kemauan saja tak cukup bagi ibu yang ingin memberikan
ASI Eksklusif. Ternyata ada persyaratan yang harus dipenuhi agar keinginan
menciptakan anak cerdas dengan ASI terpenuhi. Syarat tersebut meliputi:
a. Hanya memberikan ASI saja sampai 6 bulan
b. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
c. Tidak memberikan cairan atau makanan lain selain ASI, kepada bayi yang
baru lahir
d. Menyusui sesuai kebutuhan bayi
e. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama yang mempunyai
nilai gizi tinggi)
f. Cairan lain yang boleh diberikan hanya vitamin, mineral obat dalam
bentuk drop atau sirup.
2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
a. Dukungan Keluarga
Keluarga dalam melaksanakan perannya, tentu harus mengetahui terlebih
dahulu mengenai ASI Eksklusif, manfaatnya untuk bayi maupun Ibu serta cara
mengatasi ASI jika tidak lancar. hal terpenting yang harus dimiliki keluarga adalah
pemahaman yang baik mengenai manfaat ASI Eksklusif yang tidak didapatkan dari
susu formula termahal sekalipun. Selain pengetahuan yang memadai yang harus
dimiliki oleh keluarga mengenai ASI Eksklusif, maka keluarga juga harus senantiasa
memperhatikan kondisi ketenangan psikologis seorang ibu. Karena sebagaimana yang
yang kemudian mampu memproduksi ASI dengan lancar untuk bayinya Sebagaimana
hasil penelitian oleh yang dilakukan oleh Amal Saleh di Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2011,16 menyimpulkan bahwa diantara penyebab rendahnya pemberian ASI
Eksklusif di daerah tersebut adalah dukungan suami yang rendah sehingga ibu
terdorong untuk memberikan susu formula dan makanan tambahan pada bayinya
yang berusia 0-6 bulan.
b. Umur ibu
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23
tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang berusia
lebih tua. Hal ini terjadi karena adanya pembesaran payudara setiap siklus ovulasi
mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun., namun terjadi degenerasi
payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan setelah usia 30
tahun.
c. Pendidikan Ibu
Novita (2008)17 dalam penelitiannya menyebutkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif, semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi pula jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
kesibukan diluar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu
yang berpendidikan rendah, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.18 Informasi maupun
pengalaman yang didapat seseorang yang berhungan dengan pemberian ASI
Eksklusif dapat mempengaruhi tindakan seseorang tersebut dalam memberikan ASI
Eksklusif.
e. Budaya
Terdapat berbagai macam faktor budaya yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif di masyarakat seperti kebiasaan masyarakat yang memberikan
makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. Perilaku yang dilakukan
oleh para ibu tersebut merupakan pola perilaku turun temurun yang didasari oleh nilai
nilai kemasyarakatan. Perilaku seperti pemberian madu, air putih, air gula, pisang ,
bubur dan biskuit pada bayi sebelum berusia 6 bulan merupakan perilaku yang harus
dilakukan karena merupakan faktor sosial kebudayaan masyarakat setempat. Padahal
perilaku/ kebiasaan tersebut telah menghambat dalam pemberian ASI eksklusif.
f. Pekerjaan
Seorang ibu yang bekerja relatif lebih banyak menghabiskan waktu diluar
rumah dibandingkan menyusui anaknya. Bagi Ibu yang bekerja, upaya pemberian
ASI Eksklusif sering kali mengalami hambatan karena singkatnya masa cuti hamil
dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara sempurna, ibu
harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk
2.2. Diare
2.2.1. Defenisi Diare
Diare menurut Depkes adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan
konsistensi tinja yang lembek-cair dengan atau tanpa lendir dan darah selama 1
minggu. WHO/UNICEF (1987) mendefinisikan diare akut sebagai kejadian akut dari
diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung
sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya
adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta
kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian.20 Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk menderita penyakit infeksi, terutama penyakit diare. Diare dapat dengan cepat
menurunkan tingkat gizi anak, karena kebiasaan ibu-ibu sewaktu anak diare
menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) ataupun makanan lain semasa anak
masih diare hal ini akan memperburuk gizi anak.
Pada usia 6 bulan sampai 12 bulan, anak mulai mendapat makanan tambahan
seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan
yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih
besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia
ini anak senang sekali memasukkan sesuatu kedalam mulutnya.
Pencernaan memiliki mekanisme metabolisme dan cara yang ampuh untuk
menghancurkan makanan, sekaligus menangkal bakteri yang menyerang lambung.
tubuh lewat tinja. Namun pada kondisi tubuh yang menurun, bakteri tidak bisa
dilumpuhkan dan tinggal didalam lambung. Jika terjadi hal demikian, akan timbul
berbagai macam penyakit, termasuk diare.
2.2.2. Penyebab Diare21
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat
gizi), makanan dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis jenis infeksi yang umumnya menyerang adalah sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri oleh E. coli, Salmonella, Vibrio cholera dan serangan
bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan bersifat patogenik.
2. Infeksi basil (disentri).
3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
4. Infeksi parasit oleh cacing.
5. Infeksi jamur (candidiasis).
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
7. Keracunan makanan.
b. Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorpsi karbohidrat
Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di
2. Malabsorpsi Lemak.
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorpsi usus. Diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
Gejalanya adalah tinja yang mengandung lemak.
c. Faktor Makanan
Makanan yang dapat mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, mentah atau kurang matang.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
terjadinya diare.
2.2.3. Jenis Diare
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat
menjadi berat. Penyebabnya adalah sebagai berikut:
- Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk kedalam usus halus
- Bakteri yang berkembang pesat didalam usus
- Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
- Kelebihan cairan usus akibat racun
b. Diare Kronik atau persisten
Pada diare kronik, kejadiannya lebih kompleks. Berikut adalah beberapa
faktor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak:
- Malabsorpsi kalori
- Malabsorpsi lemak
2.2.4. Gejala dan Akibat Diare
a. Gejala
Gejala pada bayi akibat terjadinya diare adalah:
- Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.
- Tinja bayi menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
- Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
- Anus bayi menjadi lecet
- Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.
- Muntah sebelum atau sesudah diare.
- Dehidrasi.
b. Akibat Diare
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan
tampak gejala dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
metabolisme tubuh, dan dapat menyebabkan kematian pada bayi karena kekurangan
cairan. Banyak yang menganggap bahwa pengeluaran cairan adalah hal biasa dalam
diare, namun akibatnya dapat berbahaya. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja
sudah membahayakan jiwa. Pada bayi, keadaan ini dapat mengakibatkan kematian
setelah sakit selama 2-3 hari.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang, dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang
berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung
bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,
kesadaran menurun, dan penderita sangat pucat. Berikut adalah tabel Derajat
Dehidrasi menurut WHO:
Tabel 2.2. Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)21 Tanda dan Gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
Keadaan umum
Dalam tetapi capat Cekung
2.2.5. Derajat Dehidrasi Diare :
a. Diare tanpa Dehidrasi
Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
- Balita tetap aktif,
- Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
- Mata tidak cekung
- Turgor kembali segera
Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
- Gelisah atau rewel
- Mata cekung
- Ingin minum terus/rasa haus meningkat
- Turgor kembali lambat
c. Diare Dehidrasi Berat
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
- Lesu/lunglai, tidak sadar
- Mata cekung
- Malas minum
- Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik
2.2.6. Epidemiologi Diare
Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:
a. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti: bakteri, virus, parasit
Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman
yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral). Di dalam
istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus
penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui:
- Feces atau tinja
- Flies atau lalat
- Food atau makanan
- Fomites atau peralatan makanan
Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang
menyebabkan penyakit diare:
- Tidak memberikan ASI secara esklusif sampai 6 bulan kepada bayi
- Memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat
bayi kontak terhadap kuman
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air di beberapa
wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti
bakteri E. coli
- Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
- Minum air/menggunakan air yang tercemar
- Tidak mencuci tangan dengan baik setelah buang air besar atau setelah
membersihkan BAB anak
- Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
b. Penurunan daya tahan tubuh
- Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun atau lebih karena di
dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit
- Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi akan mudah terkena
diare
- Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)
c. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama
dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat.
2.2.7. Pencegahan Dehidrasi22
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat berupa hilangnya air
lebih banyak dari natrium (Dehidrasi hipertonik) atau hilangnya air dan natrium
dalam jumlah yang sama (Dehidrasi isotonik) atau hilangnya natrium yang lebih
daripada air (Dehidrasi hipotonik).
Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga
jika balita mengalami diare adalah:
a. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi yang
masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi petugas kesehatan
sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk menyusui bayinya.
b. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti
c. Memberikan cairan/minuman yang biasa diberikan oleh keluarga/masyarakat
setempat dalam mengobati diare, dan memberikan sari makanan yang cocok.
Jika tidak tersedia, bisa dengan memberikan air minum.
d. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan.
2.2.8. Pencegahan Diare2
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
2.2.8.1. Pemberian ASI
Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena adanya antibodi
penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu
ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman
penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi.
2.2.8.2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan
atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1
tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta
teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
2.2.8.3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan
yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
2.2.8.4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar
47%).
2.2.8.5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
2.2.8.6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus diperhatikan oleh
keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
2.3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare
Bayi yang baru lahir tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik seperti
orang dewasa. Tubuh bayi belum mampu untuk melawan bakteri atau virus penyebab
penyakit. Pada umumnya, tubuh bayi dilindungi oleh antibodi yang diterima melalui
air susu ibu.
Perkembangan sistem imunitas pada bayi mengalami proses penyesuaian
dengan perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan
koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan
membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun
akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia.23 Antibodi berguna untuk menjaga sistem kekebalan bayi agar tidak mudah terkena infeksi. ASI kaya dengan
zat-zat yang optimal untuk pertumbuhan anak. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh
bayi.
Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora
usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI
gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. Efek proteksi ASI merupakan hasil
interaksi dari berbagai elemen imun ASI, baik yang bersifat antigenik spesifik
maupun yang berperan dalam respon imun yang bersifat general.
Beberapa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI dapat berfungsi
sebagai pembawa kekebalan pasif pada saluran cerna bayi sementara sistem imun
lokal maupun sistemik pada bayi masih imatur. Selain itu ASI dapat beradaptasi
dengan baik dan tetap utuh hingga tiba di usus halus bayi. Kandungan protein ASI
memiliki berbagai aktivitas biologis diantaranya sebagai antimikrobial,
imunomodulator dan terdapat asam amino esensial dalam jumlah yang adekuat untuk
pertumbuhan bayi. Penelitian lagi juga menyimpulkan bila dalam dua bulan
kehidupan bayi tidak mendapat ASI eksklusif, maka bayi beresiko meninggal 25 kali
lebih besar akibat diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.
2.4. Kerangka Konsep
Hipotesis penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Ha : Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.
Variabel Bebas Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Terikat
Kejadian Diare
Varia bel Kendali
Karakteristik anak: usia, jenis kelamin, kelengkapan imunisasi, pemberian makanan tambahan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat observasional
analitik dengan desain cross sectional, yaitu data pada variable bebas (faktor resiko)
dan variable terikat (efek) dikumpulkan pada waktu bersamaan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tersebut
di puskesmas Terjun, dan kasus diare menempati urutan pertama dalam 10 penyakit
terbesar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2014 sampai Januari 2015.
Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran
kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data
serta penyusunan laporan akhir penelitian.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang berusia 12-24 bulan di
3.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus
Lameshow:
n = [Zα√PoQo + Zβ√PaQa] 2
(Pa – Po) 2
Dengan,
n = Besar sampel minimal
Zα = tingkat kemaknaan (1.96) dengan derajat kepercayaan 5%
Po = proporsi anak yang diare (dari kepustakaan)24 yaitu 32% (0,32)
Qo = 1-Po (proporsi anak yang tidak diare) yaitu
1-0.32 = 0.68
Pa = proporsi yang diharapkan yaitu 45% (0.45)
Qa = 1-Pa
=1-0.45 = 0.55
Zβ = power yaitu 0.842
Berdasarkan rumus besar sampel minimal diatas, maka :
n = [Zα√PoQo + Zβ√PaQa] 2
(Pa – Po) 2
n = [1.96 √(0.32)(0.68) + 0.842√(0.45)(0.55)]2 (0.45 - 0.32)2
n = [0.914 +0.418]2 (0.13)2
n = 1.7742 0.0169
3.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental sampling yaitu
sampel diperoleh secara kebetulan dari orang tua (ibu) anak sebagai responden yang
datang ke Puskesmas Terjun kecamatan Medan Marelan.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung
terhadap ibu yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner yang terdiri
dari pertanyaan tentang karakteristik Ibu, karakteristik anak, pemberian ASI eksklusif
dan kejadian diare.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari Puskesmas Terjun berupa:
data status pasien, jumlah penduduk, dan deskripsi wilayah / keadaan geografis
wilayah kerja Puskesmas Terjun.
3.5. Instrument Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
untuk mengetahui karakteristik ibu, karakteristik bayi, pemberian ASI eksklusif dan
kejadian diare.
3.6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan
bantuan komputer yaitu program SPSS (Statistical Package for the Social Science)
melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang