• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemeriksaan fisik (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pemeriksaan fisik (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG KAKI (HEAD TO TOE) PENGERTIAN

Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari keadaan pasien secara

komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran.

C. TUJUAN

- Untuk mencari masalah keperawatan

- Untuk menegakkan / merumuskan diagnose keperawatan/kedokteran - Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengoatan

D. PROSEDUR TINDAKAN

PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG KAKI (HEAD TO TOE)

Note: sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak dengan pasien, yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di perlukan dan terminasi/ mengakhiri.

Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:

1. Kulit, rambut dan kuku

(2)

3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP 4. Dada : jantung dan paru

5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam 6. Genetalia

7. Kekuatan otot /musculosekletal 8. Neurologi

 Tahap-tahap pelaksanaanya adalah sebagai berikut:

a. PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT DAN KUKU:

 KULIT: Tujuan:

- Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit - Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka

Tindakan:

I = Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.

P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat.

 RAMBUT: Tujuan:

- Untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut - Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor

Tindakan:

(3)

 KUKU: Tujuan:

- Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang - Untuk mengetahui kapiler refill

Tindakan:

I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe

P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.

b. PEMERIKSAAN KEPALA: Tujuan:

- Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala - Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala Tindakan:

I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.

P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan  MATA:

Tujuan:

- Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata) - Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata

Tindakan:

I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)

Inspeksi gerakan mata:

- Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan

(4)

- Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.

Inspeksi medan pengelihatan: - Berdirilah didepan pasien

- Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa

- Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.

- Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).

Pemeriksaan visus mata:

- Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)

- Atur kursi pasien, dan tentukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).

- Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas. - Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri

- Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.

- Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan. - Misal: hasil visus:

OD (Optik Dekstra/ka): 5/5

Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca pada jarak 5 m

OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2

Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak 2 m.

(5)

 HIDUNG: Tujuan:

- Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung - Untuk mengetahui adanya inflamasi/sinusitis

Tindakan:

I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret P = Apakah ada nyeri tekan, massa

 TELINGA Tujuan:

- Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga - Untuk mengetahui fungsi pendengaran

Tindakan: Telinga luar:

I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy. P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.

Telinga dalam:

Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat Anak : Daun telinga ditarik kebawah

I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.

Pemeriksaan pendengaran: 1) Pemeriksaan dengan bisikan

- Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m

- Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa. - Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”

- Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar - Melakukan pemeriksaan telinga yang satu

(6)

- Mengatur susasana tenang.

- Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.

- Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.

- Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak mendengar lagi.

- Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.

3) Pemeriksaan dengan garpu tala: a. Tes Rinne

- Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan - Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien

- Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran

- Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi parallel dengan daun telinga.

- Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak. - Mencatat hasil pemeriksaan

b. Tes Weber

- Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari - Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.

- Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas pada satu sisi saja.

- Mencatat hasil pemeriksaan c. Tes Swebeck

- Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa

- Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.

 MULUT DAN FARING: Tujuan:

(7)

Tindakan:

I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.

Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi Inspeksi mulut dalam dan faring:

- Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi - Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi

- Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).

P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.

Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memakai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.

c. LEHER Tujuan:

- Untuk menentukan struktur integritas leher

- Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan - Untuk memeriksa sistem limfatik

Tindakkan:

I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut

Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.

Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.

P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)

(8)

d. DADA/THORAX  PARU/PULMONALIS

Tujuan:

- Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru - Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan

- Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus. - Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya

- Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara Tindakkan:

I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerakan paru. Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak

P = Palpasi ekspansi paru:

- Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.

- Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari ka.ki di dekatkan jangan sampai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerakan ibu jari ka.ki sama atau tidak.

Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:

- Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi posterior) .

- Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah) - Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke

posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12. - Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru

(9)

Pe/Perkusi =

- Atur pasien dengan posisi supinasi

- Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)

- Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup. Aus/auskultasi =

- Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak

- Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels

 JANTUNG/CORDIS

I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus. P = Merasakan adanya pulsasi

- Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.

- Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi

- Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada area ini.

- Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum. Pe =

- Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri, - Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan. - Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung - Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.

Aus =

- Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai

(10)

Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.

Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.

Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.

e. PERUT/ABDOMEN Tujuan:

- Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut - Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus

- Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen Tindakkan:

I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.

P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.

Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.

HEPAR:

- Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12

- Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.

LIMPA:

- Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar

(11)

RENALIS:

- Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.

- Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.

- Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.

f. GENETALIA TUJUAN

- Untuk mengetahui adanya lesi

- Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll) - Untuk mengetahui kebersihan genetalia

Tindakkan:

 Genetalia laki-laki:

I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.

Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran

P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari

 Genetalia wanita:

I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis

(12)

g. REKTUM DAN ANAL Tujuan:

- Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus - Untuk mengetahui adanya massa pada rectal

- Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid Tindakkan:

- Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/terlentang kaki di angkat dan di topang.

- Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus

- Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.

h. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL Tujuan:

- Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian

- Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu. Tindakkan:

MUSKULI/OTOT:

- Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan dengan meteran)

- Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba

- Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki

- Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.

TULANG/OSTIUM:

- Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang

(13)

PERSENDIAAN/ARTICULASI:

- Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi. - Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan

- Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll) i. PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI

Tujuan:

- Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek.

Tindakkan:

 Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H) I. Olfaktorius/penciuman:

o Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.

II. Opticus/pengelihatan:

o Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas atau tidak.

III. Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:

Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya. IV. Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah:

Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah

V. Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:

Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan))

Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah kaji nyeri menyilang pada kuit wajah Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang

VI. Abdusen/gerakkan bola mata menyamping: Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka VII. Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:

(14)

VIII. Auditorius/pendengaran:

kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat. IX. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah:

Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah. Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag”

Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya

X. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:

Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan palatum dan faringeal Periksa kerasnya suara pasien

XI. Asesorius/gerakan kepala dan bahu:

Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan

XII. Hipoglosal/posisi lidah:

Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.

 Pengkajian syaraf sensori: Tindakkan:

- Minta klien menutup mata - Berikkan rasangan pada klien:

Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang direasakan.

Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.

Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.

(15)

 Pengkajian reflex: 1. Refleks Bisep

- Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi (menghadap ke bawah)

- Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain diatas tendon bisep

- Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks 2. Refleks Trisep

- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa - Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi

- Meminta pasien untuk merilekkan lengan

- Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang - Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek

3. Refleks Patella

- Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi

- Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada - Pukul tendo patella, kaji refleks

4. Refleks Brakhioradialis

- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa

- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi

- Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex. 5. Reflex Achilles

- Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan patella

- Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa - Pukul tendo Achilles, kaji reflek

6. Reflex Plantar (babinsky)

(16)

- Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke dalam.

7. Refleks Kutaneus a) Gluteal

- Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya - Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas

- Reflek positif spingter ani berkontraksi b) Abdominal

- Minta klien berdiri/berbaring

- Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek otot abdominal

- Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan bawah ki.ka c) Kremasterik/pada pria

- Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas - Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang dirangsang

Referensi

- Potter and Perry. (2004). Fundamental of nursing:Concepts,process & practice. Fourth Edition.St. Louse, Missouri: Mosby-year Book,Inc.

- Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press

- Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta

-

- Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta

-

- Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : the art and science of nursing care ‘Lippincott.

-

- Robert Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan II, Jakarta, EGC -

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan artikel ini yakni agar menambah pengetahuan tentang model pendidikan berwawasan nusantara serta mengetahui dampak model pendidikan berwawasan nusantara bagi anak usia dini

Selain itu, kita dapat mengatur pengetahuan ke dalam unit-unit yang lebih kompleks yang menggambarkan situasi atau obyek yang rumit dalarn domain. Unit-unit

Kendala yang ditemukan pada birama 197 atau bagian poco piu mosso dapat diatasi dengan menggunakan latihan stretching vertical dan horizontal secara rutin untuk mendapatkan

Dari penyalahgunaan pada waktu persipan, pemberian dan pembuangan, perawat dan pekerja lainnya mempunyai resiko untuk mendapatkan dampak kemoterapi secara langsung apabila

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran

Dalam kehidupan sosial budaya Pengrajin Noken Suku Amungme di Desa Limau Asri memiliki banyak potensi alam yang dapat memper- kaya kehidupan para Pengrajin Noken,

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,

Sistem untuk mengatasi terjadinya gangguan listrik-padam akan dipasang pad a sistem tungku ME-II tersebut dengan menggunakan sebuah UPS (Uniterruptable Power Supply) hanya