Tanti Sri Wahyuni
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap
Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh
TANTI SRI WAHYUNI
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga diharapkan siswa termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.
Tanti Sri Wahyuni Penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata skor pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor pemahaman konsep matematika kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5%. Artinya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika.
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap
Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)
Oleh
TANTI SRI WAHYUNI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh Tanti Sri Wahyuni
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA( Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 )
Nama Mahasiswa : Tanti Sri Wahyuni Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021053
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Caswita, M.Si. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19591002 198803 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Caswita, M.Si. ____________
Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Pembelajaran Kooperatif ... 8
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 10
3. Pemahaman Konsep Matematika ... 15
B. Kerangka Pikir ... 17
xiii
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 20
B. Desain Penelitian ... 21
C. Langkah Penelitian ... 22
D. Data Penelitian ... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ... 23
F. Instrumen Penelitian ... 23
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 24
1. Uji Normalitas ... 24
2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) ... 25
3. Uji Hipotesis ... 26
4. Uji Proporsi... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29
B. Pembahasan ... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35
B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 14
2.2. Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain... 14
2.3. Kriteria Penghargaan Kelompok... 15
3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika ... 21
3.2 Desain Penelitian ... 22
4.1 Hasil Analisis Data Pemahaman Konsep Matematika ... 30
4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika ... 31
MOTTO
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tanti Sri Wahyuni NPM : 0743021053
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, November 2012 Yang menyatakan,
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan junjungan Nabi Besar
MUHAMMAD SAW
Ku persembahkan karyaku ini kepada :
Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya mendoakanku, selalu
memberikan dukungan dan semangat serta usaha dan kerja keras
yang diberikan demi keberhasilanku
Mas Sur, Mas Yo, Mbak Iyah, dan Dedek Isfa’ar yang selalu
mendoakan dan mendukungku
Seluruh keluarga besarku yang turut mendoakan demi
keberhasilanku
Para pendidik yang telah mendidikku dengan sabar
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di dusun Blitar, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu,
Provinsi Lampung pada tanggal 28 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu Siti Rodiyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gemahripah Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Pagelaran
Kabupaten Pringsewu. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
mengikuti organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Forum Pembinaan dan
Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program
ix
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT terhadap Pemahaman Konsep Matematika (Studi Pada
Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran
2011/2012)”.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selaku pembimbing
I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat,
motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
x
sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi.
7. Bapak Suwardi. SY, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten
Pringsewu yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
8. Bapak Dermawan, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 1
Pagelaran Kabupaten Pringsewu yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian.
9. Siswa/siswi kelas VII.1, VII.3, dan VII.5 SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten
Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah
terjalin.
10.Bapak dan Ibu tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan
selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat
anak-anaknya.
11.Mamas-mamasku dan mbakku yang telah memberikan doa, semangat, dan
motivasi kepadaku.
12.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan
Matematika: Dwi A, Ana, Dina N, Cwie, Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Vina,
xi
Robert, Indri, Billy, Bang Lihin, Dhea, Tina, Sevia, Nana, Rita, Efa, Mira,
Mbak Yemi, Dina A, Monlila, Ali, Ifan, Dani, Komang, Mbak Endah, Heru,
Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan
yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang
terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.
13.Almarhumah Haris Setiawan semoga amal dan ibadahnya diterima oleh Allah
SWT.
14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Gajah Mada Bandarlampung (Ana,
Wuri, Okta, Lista, Dora, Meri, Ajat, Hamidi, Alvin dan Hafid ) atas
kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.
15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai
2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas
kebersamaannya.
16.Almamater yang telah mendewasakanku.
17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita
semua. Aamiin.
Bandarlampung, November 2012
Penulis
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, merupakan upaya sadar untuk
membina dan mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Hal ini
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat terlepas dari
perkembangan ilmu-ilmu yang mendasarinya salah satunya adalah matematika.
Sebagai salah satu ilmu dasar, matematika mempunyai peranan penting dalam
aspek terapannya dan aspek penalarannya. Matematika diberikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah untuk membekali siswa agar memiliki
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memberikan
keterampilan kepada mereka untuk mampu menggunakan penalaran dalam
2
memahami konsep-konsep matematika maka dalam mempelajari matematika
harus sesuai dengan urutan yang logis, yaitu diawali dari yang sederhana menuju
yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan hal yang sangat
penting guna ketercapaian hasil belajar yang optimal. Dengan pemahaman konsep
yang baik diharapkan siswa dapat memecahkan permasalahan matematika. Dalam
usaha untuk memberikan pemahaman konsep yang baik, siswa dituntun untuk
menemukan sendiri konsep matematika yang sedang dipelajari. Namun, yang
terjadi saat ini dalam proses pembelajaran siswa hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru tanpa mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam
menemukan konsep.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk diterapkan
oleh guru agar siswa dapat memahami suatu konsep. Dalam pembelajaran
kooperatif terdapat saling ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan
tugas bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan
masalah. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat
menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi, salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model
3
yang mudah diterapkan yang melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa
serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, dan keterlibatan
belajar.
Dengan adanya turnamen dalam TGT, setiap siswa berlomba sebagai wakil
kelompok dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan akademik
setara. Hasilnya, siswa-siswa yang berprestasi rendah pada setiap kelompok
memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai
siswa yang berprestasi tinggi. Siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding
dapat berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota.
Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan
siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan siswa-siswa yang
berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu. Permainan dan turnamen
akademik ini akan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari. Selain itu, adanya unsur kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan siswa
dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang menyenangkan dan
termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan
pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai
4
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan pada siswa yang
memiliki rasa ingin tahu yang besar, siswa yang kurang aktif dalam kerja
kelompok, dan siswa yang kurang dapat mengeksplor kemampuan dalam dirinya,
seperti kemampuan dalam mengungkapkan pendapat atau memberi tanggapan,
keberanian untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, sehingga dengan
pembelajaran TGT ini siswa dapat mengungkapkan pendapat/bertukar pikiran
dengan teman dalam satu kelompok maupun dengan kelompok lain dan berbagi
informasi dengan tanya jawab. Selain itu, setiap siswa memiliki tanggung jawab
terhadap kelompoknya, pada saat turnamen semua siswa dalam masing-masing
kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Negeri 1
Pagelaran diperoleh informasi bahwa banyak dijumpai siswa yang masih memiliki
nilai rendah, terutama mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika yang
dicapai siswa masih banyak yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan yaitu 68. Rata-rata siswa yang mencapai KKM hanya
34,48%. Pada proses pembelajaran, guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional. Proses pembelajarannya dimulai dengan guru
menjelaskan materi, memberikan contoh soal, latihan soal dan memberikan PR.
Pembelajaran konvensional cenderung berpusat pada guru. Proses pembelajaran
yang berpusat pada guru tersebut, dengan guru sebagai penyampai materi atau
penceramah dan siswa sebagai pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa
cenderung ribut, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak
5
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat
6
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemi-kiran terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
guru dan peneliti lain.
a. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun
pem-belajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah
pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian yang
sejenis.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh model pembelajaran yang dimaksud merupakan daya yang
ditim-bulkan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman
7
dalam penelitian ini dikatakan berpengaruh jika secara statistik memberikan
hasil yang signifikan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok–kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, permainan (games), pertandingan (tournament), dan
penghargaan kelompok.
3. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam
memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai
hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep. Adapun indikator
pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
d. Mengaplikasikan konsep.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:297) adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Lebih lanjut UUSPN
No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa ”pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran.
Upaya untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran salah satunya dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112) pembelajaran kooperatif
9
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Slavin (dalam Solihatin, 2007:5)
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen.
Tidak semua belajar kelompok bisa disebut pembelajaran kooperatif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2004:31) yang
menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan kooperatif jika terdapat lima
unsur didalam pembelajaran tersebut. Kelima unsur tersebut adalah
“1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperatif Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing anggota kelompok akan melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan.
3. Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan hasil kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota
10
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif.”
Menurut Slavin (1995:16) ada dua aspek yang melandasi keberhasilan
pembelajaran kooperatif, yaitu:
“a. Aspek motivasi
Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi dimana satu-satunya cara bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong utuk menyelesaikan tugas dengan baik.
b. Aspek kognitif
Asumsi dasar teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan kualitas siswa tentang konsep-konsep penting.”
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa dalam
sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi dan
berargumen serta membantu teman sekelompok yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Hasil diskusi dan argumentasi tersebut, akan dapat membawa
siswa kepada sebuah pemahaman dan pengetahuan tentang materi yang diajarkan.
Kegiatan tersebut akan membantu siswa yang lemah memahami materi dan
memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran
11
menunjukan kemampuan tim mereka. Menurut Saco (dalam Suhadi, 2008), dalam
TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
di-susun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran TGT memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Dalam pembelajaran TGT, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 - 5 orang yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin
yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok
mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan Lembar Kerja
Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. Tugas dikerjakan bersama-sama
dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan, sebelum mengajukan
pertanyaan tersebut kepada guru. Dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan
permainan akademik.
Menurut Slavin (1995:84) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
12
(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan
kelompok (team recognition).
“a) Penyajian Kelas (class presentations)
Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe TGT selalu dimulai dengan penyajian kelas. Guru menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
b) Belajar Kelompok (teams)
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Dalam kegiatan ini siswa mengerjakan LKK yang diberikan oleh guru bersama anggota kelompoknya.
c) Permainan (games)
Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan permainan terdiri dari pertanyaan - pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk pertandingan mingguan.
d) Pertandingan (tournament)
Pertandingan merupakan kompetensi yang digunakan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.”
13
Tournament atau pertandingan antar kelompok dilakukan sesuai dengan yang
dikemukakan Slavin (1995:87) yaitu memastikan siswa yang memiliki
kemampuan sama dari masing-masing kelompok ditempatkan dalam satu meja
pertandingan. Siswa yang pintar dari masing-masing kelompok ditempatkan pada
meja 1, siswa yang sedang pada meja 2 dan meja 3, sedangkan siswa yang rendah
ditempatkan dimeja 4. Skema untuk pertandingan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pelaksanaan turnamen dalam satu meja turnamen terdiri dari siswa dengan
kemampuan sama yang berasal dari kelompok yang berbeda. Turnamen ini
diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai
dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. Permainan pada tiap meja
turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam
tiap meja menentukan dulu pembaca soal dengan cara undian. Pembaca soal
mengambil kartu secara acak dan membacakan soal kepada ketiga penantang.
Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh semua siswa dalam meja
turnamen sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Apabila jawaban pembaca
salah maka pembaca tidak mendapatkan hukuman, tetapi apabila jawaban
penantang salah maka mendapat hukuman dengan cara mengurangi poin yang
diperoleh. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja
menghitung poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan
poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin
yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian
14
Perolehan poin dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Tabel 2.2. Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Tingkatan
e) Penghargaan kelompok (team recognition)
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertandingan. Guru memberikan
penghargaan berupa pujian atau pemberian poin tambahan kepada kelompok
yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai
perkembangan yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yang
15
Tabel 2.3. Kriteria Pengahargaan Kelompok
(Sumber Slavin, 1995:90 )
Dengan adanya permainan akademik dan penghargaan kelompok diharapkan
siswa termotivasi untuk belajar matematika sehingga siswa dapat memahami
materi yang dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian Sukarmanto (2011) diperoleh bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa. Dari hasil penelitian tersebut model pembelajaran kooperatif
tipe TGT baik untuk diterapkan sehingga dalam penelitian ini dipilih model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian ini, di setiap pertemuan siswa
diberikan tugas untuk dikerjakan dirumah, hal ini bertujuan untuk melatih siswa
agar lebih memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan di dalam
kelas. Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memperoleh
pemahaman yang optimal.
3. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti mengerti benar sedangkan
konsep berarti suatu rancangan. Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu
hal apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang Rata-rata poin perkembangan Penghargaan team
40 Good Team
45 Great Team
16
dipahaminya. Konsep dalam matematika diartikan sebagai suatu ide abstrak yang
memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian.
Sehingga pemahaman konsep adalah mengerti benar tentang rancangan atau ide
abstrak.
Pemahaman merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran matematika,
karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuannya
dalam pembelajaran matematika dan dapat menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana sampai dengan
yang kompleks. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek
penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep
dasar matematika yang telah diterima oleh siswa.
Polattsek (dalam Herdian, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu
“pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional. Pemahaman komputasional yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. Sedangkan pemahaman fungsional yaitu dapat mengaitkan suatu konsep dengan hal lainnya secara benar.”
Pemahaman konsep penting guna tercapainya hasil belajar. Hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut
Dimyati dan Mudjiono (2006:3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan
17
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar
merupakan puncak dari proses belajar.
Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan
anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep
sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
”a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.”
B. Kerangka Pikir
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (X), serta variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematika (Y).
Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran
dengan TGT diawali dengan penjelasan materi oleh guru. Kemudian setiap siswa
bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan. Setiap kelompok diberikan tugas
atau latihan dalam bentuk LKK. Masing-masing anggota kelompok harus dapat
memahami tugas yang diberikan. Tugas atau latihan yang terdapat pada LKK
adalah tugas atau latihan yang telah disusun sesuai dengan indikator pemahaman
konsep. Apabila ada anggota kelompok yang belum paham, maka anggota
18
mengajukan pertanyaan kepada guru. Untuk mengetahui sejauh mana konsep
telah dipahami setiap kelompok, maka guru menunjuk perwakilan dari beberapa
kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Untuk memastikan semua kelompok telah memahami konsep yang diberikan,
maka guru memberikan pertandingan. Dalam pertandingan ini, siswa terbagi
dalam meja-meja pertandingan. Setiap meja pertandingan, terdiri dari 4 siswa
yang berasal dari kelompok yang berbeda dengan kemampuan akademik yang
homogen. Setiap siswa mengerjakan masing-masing empat soal sesuai dengan
jumlah anggota dalam setiap meja pertandingan. Hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu. Siswa pada tiap meja
turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)
superior, very good, good, medium. Di dalam pertandingan setiap anggota
kelompok memegang tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan
kelompoknya. Jumlah skor individu untuk tiap kelompok akan dihitung setelah
waktu yang telah ditentukan dalam turnamen berakhir. Kelompok yang
memperoleh skor tertinggi, mendapat penghargaan kelompok. Dengan berdiskusi
dalam kelompok seperti pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa akan lebih
mudah memahami konsep. Sehingga pemahaman konsep siswa akan meningkat.
Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu siswa dalam
memperoleh hasil belajar yang baik.
Dari uraian di atas, diduga penerapan model pembelajaran koopertif tipe TGT
19
Negeri 1 Pagelaran. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran diatas,
dapat dilihat pada diagram Gambar 2.2.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa
kelas VII SMP N 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Gambar 2.2. Kerangka pemikiran
Model pembelajaran kooperatif
20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 325 siswa yang terdistribusi dalam
10 kelas dengan masing-masing kelas mempunyai rata-rata kemampuan yang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika
Kelas Jumlah Siswa Persentase Siswa Tuntas Belajar
VII 1 32 31,25%
VII 2 32 34,375%
VII 3 32 31,25%
VII 4 33 36,36%
VII 5 33 39,40%
VII 6 32 43,75%
VII 7 33 33,33%
VII 8 33 30,30%
VII 9 33 27,27%
VII 10 32 37,5%
Jumlah 325 Rata-rata = 34,48%
21
Kemampuan matematika siswa ini dilihat dari hasil Midsemester Ganjil Tahun
Pelajaran 2011/2012. Untuk kepentingan penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Sampel diambil berdasarkan pertimbangan kemampuan rata-rata yang relatif sama dan
dipilih dua kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu
kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.3 sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang menggunakan desain post-test only control design, dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana dikemukakan Furchan (1982: 368) pada Tabel 3.2
berikut.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Keterangan :
= Kelas eksperimen
= Kelas pengendali atau kelas kontrol 1 = model pembelajaran TGT
2 = model pembelajaran konvensional
1 = posttest pada kelas eksperimen 2 = posttest pada kelas kontrol
Kelompok Perlakuan Post-test
E X1 O1
22
C.Langkah penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Observasi awal, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas yang ada,
jumlah siswa, serta cara mengajar guru matematika.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
3) Menyiapkan instrumen tes penelitian berupa tes pemahaman konsep
matematika
4) Melakukan validasi instrumen tes
5) Melakukan uji coba instrumen tes
6) Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan
7) Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
8) Mengadakan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
9) Menganalisis data
10) Membuat kesimpulan
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep siswa kelas eksperimen
23
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.
Metode tes adalah suatu metode pengumpulan data yang bertujuan untuk
mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes diberikan sesudah pembelajaran ( post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data
dalam suatu penelitian. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk esai. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Instrumen tes dapat
dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat apabila sekurang-kurangnya
instrumen tersebut valid dan reliabel. Validitas dan reliabilitas instrumen tes
merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah karena
merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik atau tidak.
Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum
yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi
soal tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini kisi-kisi dan soal tes dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru
24
perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes
tersebut dikategorikan valid.
Setelah instrumen tes dinyatakan valid, instrumen tes tersebut diuji coba di luar
sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur
tingkat reliabilitasnya.
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang
dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha.
Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah :
= − − ∑
dimana :
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
∑ 2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item 2 = varian total
Menurut Sudijono, instrumen tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih
dari 0,70. Dari tes uji coba yang telah dilakukan diperoleh koefisien
reliabilitasnya sebesar 0,74 sehingga tes dapat digunakan untuk mengukur
pemahaman konsep matematika siswa.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata
25
untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) :
= ( − ) Dan jika ternyata normal, maka dilanjutkan dengan pengujian kesamaan dua
varians.
2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep
26
sebaliknya terima H0.
3. Uji Hipotesis
Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji
hipotesis. Statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah uji t, uji
satu pihak yaitu pihak kanan.
Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :
1) Hipotesis uji
0 : 1= 2 (rata-rata skor posttest kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol)
H1 :1 2 (rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor posttest kelas kontrol)
27
Untuk mengetahui besarnya presentase ketuntasan hasil belajar siswa,
dilakukan uji kesamaan dua proporsi. Langkah-langkah pengujian menurut
Sudjana (2005:248) sebagai berikut.
1. Hipotesis uji
H0 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT sama
dengan persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran
konvensional)
H1 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT lebih
dari persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran
konvensional)
1
: persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT
2
:persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional
28
dengan
2 1
2 1
n n
x x p
dan q = 1 - p
Keterangan:
x1 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran TGT
x2 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran konvensional
n1 = banyaknya sampel pada kelas TGT
n2 = banyaknya sampel pada kelas konvensional
37
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP
No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional.
Surabaya
Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07. wordpress.com/. (31 Januari 2012)
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika.
Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Suhadi. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournaments) [on line]. Tersedia :
http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/. (13 Februari2012)
Sukarmanto. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
38
35
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap
pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran
semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Namun, jika dilihat dari KKM yang
ditentukan, pembelajaran TGT memberikan pengaruh karena rata-rata nilai
pe-mahaman konsep matematika siswa lebih tinggi dari KKM. Hal ini karena siswa
yang memperoleh nilai diatas KKM mencapai 19 siswa dari 32 siswa, artinya
50% siswa mencapai KKM.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun
Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan
36
2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama
hendaknya dapat mengatur waktu dengan baik dan dalam pelaksanaan
turnamen dibuat lebih menarik lagi dengan memberikan penghargaan yang
bermakna atau bernilai bagi siswa agar antusias siswa tinggi sehingga