• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Tanti Sri Wahyuni

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

TANTI SRI WAHYUNI

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga diharapkan siswa termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.

(2)

Tanti Sri Wahyuni Penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata skor pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor pemahaman konsep matematika kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5%. Artinya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika.

(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh

TANTI SRI WAHYUNI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Tanti Sri Wahyuni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA( Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 )

Nama Mahasiswa : Tanti Sri Wahyuni Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021053

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 10

3. Pemahaman Konsep Matematika ... 15

B. Kerangka Pikir ... 17

(8)

xiii

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Langkah Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 23

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 24

1. Uji Normalitas ... 24

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) ... 25

3. Uji Hipotesis ... 26

4. Uji Proporsi... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 14

2.2. Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain... 14

2.3. Kriteria Penghargaan Kelompok... 15

3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika ... 21

3.2 Desain Penelitian ... 22

4.1 Hasil Analisis Data Pemahaman Konsep Matematika ... 30

4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika ... 31

(10)

MOTTO

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”

(11)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Tanti Sri Wahyuni NPM : 0743021053

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, November 2012 Yang menyatakan,

(12)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan junjungan Nabi Besar

MUHAMMAD SAW

Ku persembahkan karyaku ini kepada :

Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya mendoakanku, selalu

memberikan dukungan dan semangat serta usaha dan kerja keras

yang diberikan demi keberhasilanku

Mas Sur, Mas Yo, Mbak Iyah, dan Dedek Isfa’ar yang selalu

mendoakan dan mendukungku

Seluruh keluarga besarku yang turut mendoakan demi

keberhasilanku

Para pendidik yang telah mendidikku dengan sabar

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di dusun Blitar, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu,

Provinsi Lampung pada tanggal 28 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga

dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu Siti Rodiyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gemahripah Kecamatan

Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Pagelaran

Kabupaten Pringsewu. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA

Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah

mengikuti organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Forum Pembinaan dan

Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program

(14)

ix

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT terhadap Pemahaman Konsep Matematika (Studi Pada

Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran

2011/2012)”.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selaku pembimbing

I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat,

motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah

(15)

x

sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi.

7. Bapak Suwardi. SY, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten

Pringsewu yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Bapak Dermawan, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 1

Pagelaran Kabupaten Pringsewu yang telah membantu penulis selama

melakukan penelitian.

9. Siswa/siswi kelas VII.1, VII.3, dan VII.5 SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten

Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah

terjalin.

10.Bapak dan Ibu tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan

selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat

anak-anaknya.

11.Mamas-mamasku dan mbakku yang telah memberikan doa, semangat, dan

motivasi kepadaku.

12.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

Matematika: Dwi A, Ana, Dina N, Cwie, Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Vina,

(16)

xi

Robert, Indri, Billy, Bang Lihin, Dhea, Tina, Sevia, Nana, Rita, Efa, Mira,

Mbak Yemi, Dina A, Monlila, Ali, Ifan, Dani, Komang, Mbak Endah, Heru,

Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan

yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang

terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

13.Almarhumah Haris Setiawan semoga amal dan ibadahnya diterima oleh Allah

SWT.

14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Gajah Mada Bandarlampung (Ana,

Wuri, Okta, Lista, Dora, Meri, Ajat, Hamidi, Alvin dan Hafid ) atas

kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai

2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas

kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakanku.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan

pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita

semua. Aamiin.

Bandarlampung, November 2012

Penulis

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, merupakan upaya sadar untuk

membina dan mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Hal ini

tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat terlepas dari

perkembangan ilmu-ilmu yang mendasarinya salah satunya adalah matematika.

Sebagai salah satu ilmu dasar, matematika mempunyai peranan penting dalam

aspek terapannya dan aspek penalarannya. Matematika diberikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah untuk membekali siswa agar memiliki

kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memberikan

keterampilan kepada mereka untuk mampu menggunakan penalaran dalam

(18)

2

memahami konsep-konsep matematika maka dalam mempelajari matematika

harus sesuai dengan urutan yang logis, yaitu diawali dari yang sederhana menuju

yang lebih kompleks.

Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan hal yang sangat

penting guna ketercapaian hasil belajar yang optimal. Dengan pemahaman konsep

yang baik diharapkan siswa dapat memecahkan permasalahan matematika. Dalam

usaha untuk memberikan pemahaman konsep yang baik, siswa dituntun untuk

menemukan sendiri konsep matematika yang sedang dipelajari. Namun, yang

terjadi saat ini dalam proses pembelajaran siswa hanya menerima apa yang

diberikan oleh guru tanpa mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam

menemukan konsep.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk diterapkan

oleh guru agar siswa dapat memahami suatu konsep. Dalam pembelajaran

kooperatif terdapat saling ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan

tugas bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan

masalah. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat

menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi, salah satunya adalah

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model

(19)

3

yang mudah diterapkan yang melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa

serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, dan keterlibatan

belajar.

Dengan adanya turnamen dalam TGT, setiap siswa berlomba sebagai wakil

kelompok dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan akademik

setara. Hasilnya, siswa-siswa yang berprestasi rendah pada setiap kelompok

memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai

siswa yang berprestasi tinggi. Siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding

dapat berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota.

Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan

siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan siswa-siswa yang

berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu. Permainan dan turnamen

akademik ini akan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari. Selain itu, adanya unsur kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan siswa

dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang menyenangkan dan

termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi

tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan

pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai

(20)

4

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan pada siswa yang

memiliki rasa ingin tahu yang besar, siswa yang kurang aktif dalam kerja

kelompok, dan siswa yang kurang dapat mengeksplor kemampuan dalam dirinya,

seperti kemampuan dalam mengungkapkan pendapat atau memberi tanggapan,

keberanian untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, sehingga dengan

pembelajaran TGT ini siswa dapat mengungkapkan pendapat/bertukar pikiran

dengan teman dalam satu kelompok maupun dengan kelompok lain dan berbagi

informasi dengan tanya jawab. Selain itu, setiap siswa memiliki tanggung jawab

terhadap kelompoknya, pada saat turnamen semua siswa dalam masing-masing

kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Negeri 1

Pagelaran diperoleh informasi bahwa banyak dijumpai siswa yang masih memiliki

nilai rendah, terutama mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika yang

dicapai siswa masih banyak yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan yaitu 68. Rata-rata siswa yang mencapai KKM hanya

34,48%. Pada proses pembelajaran, guru masih menggunakan model

pembelajaran konvensional. Proses pembelajarannya dimulai dengan guru

menjelaskan materi, memberikan contoh soal, latihan soal dan memberikan PR.

Pembelajaran konvensional cenderung berpusat pada guru. Proses pembelajaran

yang berpusat pada guru tersebut, dengan guru sebagai penyampai materi atau

penceramah dan siswa sebagai pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa

cenderung ribut, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak

(21)

5

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII

SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa

kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat

(22)

6

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemi-kiran terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

guru dan peneliti lain.

a. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun

pem-belajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah

pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian yang

sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh model pembelajaran yang dimaksud merupakan daya yang

ditim-bulkan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman

(23)

7

dalam penelitian ini dikatakan berpengaruh jika secara statistik memberikan

hasil yang signifikan.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu tipe dari model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok–kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,

kegiatan kelompok, permainan (games), pertandingan (tournament), dan

penghargaan kelompok.

3. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam

memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai

hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep. Adapun indikator

pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

d. Mengaplikasikan konsep.

(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:297) adalah kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara

aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Lebih lanjut UUSPN

No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa ”pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi pelajaran.

Upaya untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran salah satunya dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112) pembelajaran kooperatif

(25)

9

kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Slavin (dalam Solihatin, 2007:5)

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen.

Tidak semua belajar kelompok bisa disebut pembelajaran kooperatif. Hal ini

sesuai dengan pendapat Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2004:31) yang

menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan kooperatif jika terdapat lima

unsur didalam pembelajaran tersebut. Kelima unsur tersebut adalah

“1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperatif Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing anggota kelompok akan melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan.

3. Tatap muka

Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan hasil kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

(26)

10

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif.”

Menurut Slavin (1995:16) ada dua aspek yang melandasi keberhasilan

pembelajaran kooperatif, yaitu:

“a. Aspek motivasi

Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi dimana satu-satunya cara bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong utuk menyelesaikan tugas dengan baik.

b. Aspek kognitif

Asumsi dasar teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan kualitas siswa tentang konsep-konsep penting.”

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa dalam

sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi dan

berargumen serta membantu teman sekelompok yang mengalami kesulitan dalam

memahami materi. Hasil diskusi dan argumentasi tersebut, akan dapat membawa

siswa kepada sebuah pemahaman dan pengetahuan tentang materi yang diajarkan.

Kegiatan tersebut akan membantu siswa yang lemah memahami materi dan

memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran

(27)

11

menunjukan kemampuan tim mereka. Menurut Saco (dalam Suhadi, 2008), dalam

TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain

untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat

di-susun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan

yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Aktivitas belajar

dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran TGT memungkinkan

siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,

kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Dalam pembelajaran TGT, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar

yang beranggotakan 4 - 5 orang yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin

yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok

mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan Lembar Kerja

Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. Tugas dikerjakan bersama-sama

dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak

mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain

bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan, sebelum mengajukan

pertanyaan tersebut kepada guru. Dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan

permainan akademik.

Menurut Slavin (1995:84) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah

(28)

12

(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan

kelompok (team recognition).

“a) Penyajian Kelas (class presentations)

Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe TGT selalu dimulai dengan penyajian kelas. Guru menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

b) Belajar Kelompok (teams)

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Dalam kegiatan ini siswa mengerjakan LKK yang diberikan oleh guru bersama anggota kelompoknya.

c) Permainan (games)

Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan permainan terdiri dari pertanyaan - pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk pertandingan mingguan.

d) Pertandingan (tournament)

Pertandingan merupakan kompetensi yang digunakan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.”

(29)

13

Tournament atau pertandingan antar kelompok dilakukan sesuai dengan yang

dikemukakan Slavin (1995:87) yaitu memastikan siswa yang memiliki

kemampuan sama dari masing-masing kelompok ditempatkan dalam satu meja

pertandingan. Siswa yang pintar dari masing-masing kelompok ditempatkan pada

meja 1, siswa yang sedang pada meja 2 dan meja 3, sedangkan siswa yang rendah

ditempatkan dimeja 4. Skema untuk pertandingan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Pelaksanaan turnamen dalam satu meja turnamen terdiri dari siswa dengan

kemampuan sama yang berasal dari kelompok yang berbeda. Turnamen ini

diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai

dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. Permainan pada tiap meja

turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam

tiap meja menentukan dulu pembaca soal dengan cara undian. Pembaca soal

mengambil kartu secara acak dan membacakan soal kepada ketiga penantang.

Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh semua siswa dalam meja

turnamen sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Apabila jawaban pembaca

salah maka pembaca tidak mendapatkan hukuman, tetapi apabila jawaban

penantang salah maka mendapat hukuman dengan cara mengurangi poin yang

diperoleh. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja

menghitung poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan

poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin

yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian

(30)

14

Perolehan poin dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Tabel 2.2. Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Tingkatan

e) Penghargaan kelompok (team recognition)

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertandingan. Guru memberikan

penghargaan berupa pujian atau pemberian poin tambahan kepada kelompok

yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk

memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar

mengajar. Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai

perkembangan yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yang

(31)

15

Tabel 2.3. Kriteria Pengahargaan Kelompok

(Sumber Slavin, 1995:90 )

Dengan adanya permainan akademik dan penghargaan kelompok diharapkan

siswa termotivasi untuk belajar matematika sehingga siswa dapat memahami

materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil penelitian Sukarmanto (2011) diperoleh bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa. Dari hasil penelitian tersebut model pembelajaran kooperatif

tipe TGT baik untuk diterapkan sehingga dalam penelitian ini dipilih model

pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian ini, di setiap pertemuan siswa

diberikan tugas untuk dikerjakan dirumah, hal ini bertujuan untuk melatih siswa

agar lebih memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan di dalam

kelas. Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memperoleh

pemahaman yang optimal.

3. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti mengerti benar sedangkan

konsep berarti suatu rancangan. Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu

hal apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang Rata-rata poin perkembangan Penghargaan team

40 Good Team

45 Great Team

(32)

16

dipahaminya. Konsep dalam matematika diartikan sebagai suatu ide abstrak yang

memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian.

Sehingga pemahaman konsep adalah mengerti benar tentang rancangan atau ide

abstrak.

Pemahaman merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran matematika,

karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuannya

dalam pembelajaran matematika dan dapat menerapkan konsep yang telah

dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana sampai dengan

yang kompleks. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek

penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep

dasar matematika yang telah diterima oleh siswa.

Polattsek (dalam Herdian, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu

“pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional. Pemahaman komputasional yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. Sedangkan pemahaman fungsional yaitu dapat mengaitkan suatu konsep dengan hal lainnya secara benar.”

Pemahaman konsep penting guna tercapainya hasil belajar. Hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar

tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut

Dimyati dan Mudjiono (2006:3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan

(33)

17

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar

merupakan puncak dari proses belajar.

Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan

anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep

sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

”a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.”

B. Kerangka Pikir

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (X), serta variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematika (Y).

Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran

dengan TGT diawali dengan penjelasan materi oleh guru. Kemudian setiap siswa

bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan. Setiap kelompok diberikan tugas

atau latihan dalam bentuk LKK. Masing-masing anggota kelompok harus dapat

memahami tugas yang diberikan. Tugas atau latihan yang terdapat pada LKK

adalah tugas atau latihan yang telah disusun sesuai dengan indikator pemahaman

konsep. Apabila ada anggota kelompok yang belum paham, maka anggota

(34)

18

mengajukan pertanyaan kepada guru. Untuk mengetahui sejauh mana konsep

telah dipahami setiap kelompok, maka guru menunjuk perwakilan dari beberapa

kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Untuk memastikan semua kelompok telah memahami konsep yang diberikan,

maka guru memberikan pertandingan. Dalam pertandingan ini, siswa terbagi

dalam meja-meja pertandingan. Setiap meja pertandingan, terdiri dari 4 siswa

yang berasal dari kelompok yang berbeda dengan kemampuan akademik yang

homogen. Setiap siswa mengerjakan masing-masing empat soal sesuai dengan

jumlah anggota dalam setiap meja pertandingan. Hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu. Siswa pada tiap meja

turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)

superior, very good, good, medium. Di dalam pertandingan setiap anggota

kelompok memegang tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan

kelompoknya. Jumlah skor individu untuk tiap kelompok akan dihitung setelah

waktu yang telah ditentukan dalam turnamen berakhir. Kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, mendapat penghargaan kelompok. Dengan berdiskusi

dalam kelompok seperti pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa akan lebih

mudah memahami konsep. Sehingga pemahaman konsep siswa akan meningkat.

Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu siswa dalam

memperoleh hasil belajar yang baik.

Dari uraian di atas, diduga penerapan model pembelajaran koopertif tipe TGT

(35)

19

Negeri 1 Pagelaran. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran diatas,

dapat dilihat pada diagram Gambar 2.2.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa

kelas VII SMP N 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Gambar 2.2. Kerangka pemikiran

Model pembelajaran kooperatif

(36)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1

Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 325 siswa yang terdistribusi dalam

10 kelas dengan masing-masing kelas mempunyai rata-rata kemampuan yang

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika

Kelas Jumlah Siswa Persentase Siswa Tuntas Belajar

VII 1 32 31,25%

VII 2 32 34,375%

VII 3 32 31,25%

VII 4 33 36,36%

VII 5 33 39,40%

VII 6 32 43,75%

VII 7 33 33,33%

VII 8 33 30,30%

VII 9 33 27,27%

VII 10 32 37,5%

Jumlah 325 Rata-rata = 34,48%

(37)

21

Kemampuan matematika siswa ini dilihat dari hasil Midsemester Ganjil Tahun

Pelajaran 2011/2012. Untuk kepentingan penelitian ini pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Sampel diambil berdasarkan pertimbangan kemampuan rata-rata yang relatif sama dan

dipilih dua kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.3 sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang menggunakan desain post-test only control design, dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana dikemukakan Furchan (1982: 368) pada Tabel 3.2

berikut.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Keterangan :

= Kelas eksperimen

= Kelas pengendali atau kelas kontrol 1 = model pembelajaran TGT

2 = model pembelajaran konvensional

1 = posttest pada kelas eksperimen 2 = posttest pada kelas kontrol

Kelompok Perlakuan Post-test

E X1 O1

(38)

22

C.Langkah penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi awal, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas yang ada,

jumlah siswa, serta cara mengajar guru matematika.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3) Menyiapkan instrumen tes penelitian berupa tes pemahaman konsep

matematika

4) Melakukan validasi instrumen tes

5) Melakukan uji coba instrumen tes

6) Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan

7) Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

8) Mengadakan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

9) Menganalisis data

10) Membuat kesimpulan

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep siswa kelas eksperimen

(39)

23

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.

Metode tes adalah suatu metode pengumpulan data yang bertujuan untuk

mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes diberikan sesudah pembelajaran ( post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data

dalam suatu penelitian. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk esai. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Instrumen tes dapat

dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat apabila sekurang-kurangnya

instrumen tersebut valid dan reliabel. Validitas dan reliabilitas instrumen tes

merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah karena

merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik atau tidak.

Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum

yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi

soal tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini kisi-kisi dan soal tes dikonsultasikan dengan

dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru

(40)

24

perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes

tersebut dikategorikan valid.

Setelah instrumen tes dinyatakan valid, instrumen tes tersebut diuji coba di luar

sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur

tingkat reliabilitasnya.

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang

dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha.

Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah :

= − ∑

dimana :

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

∑ 2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item 2 = varian total

Menurut Sudijono, instrumen tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih

dari 0,70. Dari tes uji coba yang telah dilakukan diperoleh koefisien

reliabilitasnya sebesar 0,74 sehingga tes dapat digunakan untuk mengukur

pemahaman konsep matematika siswa.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata

(41)

25

untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) :

= ( − ) Dan jika ternyata normal, maka dilanjutkan dengan pengujian kesamaan dua

varians.

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep

(42)

26

sebaliknya terima H0.

3. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji

hipotesis. Statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah uji t, uji

satu pihak yaitu pihak kanan.

Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :

1) Hipotesis uji

0 : 1= 2 (rata-rata skor posttest kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol)

H1 :1 2 (rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor posttest kelas kontrol)

(43)

27

Untuk mengetahui besarnya presentase ketuntasan hasil belajar siswa,

dilakukan uji kesamaan dua proporsi. Langkah-langkah pengujian menurut

Sudjana (2005:248) sebagai berikut.

1. Hipotesis uji

H0 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT sama

dengan persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran

konvensional)

H1 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT lebih

dari persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran

konvensional)

1

 : persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT

2

 :persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional

(44)

28

dengan

2 1

2 1

n n

x x p

 

 dan q = 1 - p

Keterangan:

x1 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran TGT

x2 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran konvensional

n1 = banyaknya sampel pada kelas TGT

n2 = banyaknya sampel pada kelas konvensional

(45)

37

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional.

Surabaya

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07. wordpress.com/. (31 Januari 2012)

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suhadi. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) [on line]. Tersedia :

http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/. (13 Februari2012)

Sukarmanto. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

(46)

38

(47)

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik,

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap

pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran

semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Namun, jika dilihat dari KKM yang

ditentukan, pembelajaran TGT memberikan pengaruh karena rata-rata nilai

pe-mahaman konsep matematika siswa lebih tinggi dari KKM. Hal ini karena siswa

yang memperoleh nilai diatas KKM mencapai 19 siswa dari 32 siswa, artinya

50% siswa mencapai KKM.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun

Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan

(48)

36

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama

hendaknya dapat mengatur waktu dengan baik dan dalam pelaksanaan

turnamen dibuat lebih menarik lagi dengan memberikan penghargaan yang

bermakna atau bernilai bagi siswa agar antusias siswa tinggi sehingga

Gambar

Gambar 2.1. Skema pertandingan
Tabel 2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Tabel 2.3. Kriteria Pengahargaan Kelompok
Tabel 3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika
+2

Referensi

Dokumen terkait

Buku yang menguraikan terkait bagaimana lahirnya anggota Parlemen yang aspiratif, dengan menggunakan kajian mulai dari mekanisme rekrutmen anggota Partai

[r]

Titik pusat berat suatu penampang dapat dinyatakan sebagai titik tangkap resultante gaya dalam arah horizontal dan vertikal atau suatu titik dimana semua berat terpusat pada

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi Lapen Dalam Kawasan Permukiman Kelurahan Manulai II, maka

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat

KONTEN-KONTEN TERTENTU. SEHINGGA GURU AKAN TERUS BERUSAHA AGAR TATARAN BELAJAR TEPAT, PEMIKIRAN DAN TINDAKAN PEMBELAJARAN AKAN TETAP FOKUS DALAM KETERAMPILAN BERPIKIR DAN

Untuk siklus ini, kegiatan belajar mengajar dengan metode Jigsaw sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana, meski peran guru masih cukup dominan untuk memberikan

[r]