ABSTRAK
STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
LENI NOVELINA
Seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan transportasi dan kendaraan bermotor disebuah kota,kebutuhan sarana berupa jalan dan tempat parkir kendaraan makin meningkat.Kebutuhan tempat parkir mengakibatkan muncul badan pengelola parkir,baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh pengelola swasta.Pengelolaan perparkiran di Bandar Lampung yang selama ini dikelola oleh pemerintah kota melalui Dinas Perhubungan Bandar Lampung.Retribusi daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemerintah daerah salah satunya adalah retribusi parkir.Retribusi parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari masyarakat, dimana pemungutannya dilakukan oleh Dinas Perhubungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui Strategi Dinas Perhubungandalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung.
Tipe penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.Fokus dalam penelitian ini adalah strategi Dinas Perhubungan dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung, yaitu Strategi perencanaan target dan potensi PAD dan strategi berdasarkan arah kebijakan Pengelolaan PAD.
Hasil penelitian diketahui bahwa Kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam mengelola Retribusi parkir untuk meningkatkan PAD telah sesuai sesuai dengan tugas dan kewenangannya yang dilakukan pendataan, penilaian, penetapan, pembayaran, penagihan, pengolahan, pencatatan dan penyusunan laporan penerimaan daerah yang bersumber dari dana perimbangan, pendapatan hibah dan pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Upaya Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pemungutan Retribusi parkir di Daerah Kota Bandar Lampung dilakukan dengan berorientasi pada fungsi retribusi dalam hal ini retribusi parkir sebagai sumber pendapatan daerah Kota Bandar Lampung yang disebut dengan fungsi penerimaan
ABSTRACT
DEPARTMENT OF TRANSPORTATION COLLECTION STRATEGY IN PARKING LEVY TO INCREASE REVENUE
ORIGINAL AREA (PAD) BANDAR LAMPUNG CITY
By
LENI NOVELINA
Along with the growth and development of transportation and motor vehicles in a city, the need for facilities such as roads and parking of vehicles is increasing. Parking space requirement resulting emerge parking governing body, either by local governments or by private managers. Parking management in London that had been managed by the city government through the Department of Transportation Bandar Lampung.Levies other than as a source of revenue for local governments is also a dominant factor role and its contribution to support local governments one of which is the parking fees. Parking fees as a source of revenue (PAD) sourced from the public, where the collection is done by the Department of Transportation. The aim of research to find out the Strategy Department of Transportation in the Collection of parking levies to increase revenue (PAD) Bandar Lampung.
This type of research is descriptive using a qualitative approach. The focus of this research is the strategy of the Department of Transportation in the Collection of parking levies to increase revenue (PAD) Bandar Lampung, namely Strategy and potential revenue target planning and management strategies based on the policy direction of PAD.
ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
LENI NOVELINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 16 November 1993, putri tunggal dari
Bapak Joni Riyanto (Alm) dan Ibu Wirna Ningsih.
Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman
Kanak-kanak (TK) Pertiwi Purwokerto Jawa Tengah diselesaikan tahun 2000, Sekolah Dasar
(SD) Negeri 2 Banjaranyar Purwokerto Jawa Tengah diselesaikan tahun 2006, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 71 Cikarang Selatan Bekasi pada tahun 2006 dan SMP N 1 Metro Lampung
diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 9 Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.
Selanjutnya Tahun 2011, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Segala puji bagi Allah SWT penguasa alam semesta yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani, memberikan semangat untuk senantiasa
bertawakal.
Ku persembahkan karya kecil ini kepada:
Kedua Orang Tuaku Tercinta
(Joni Riyanto ( Alm) dan Wirna Ningsih)
Sebagai tanda terima kasih dan baktiku, karena kalian aku belajar bertahan
dan berjuang dalam hidup.
Keluarga Besarku
di Lampung dan di Purwokerto yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
selalu mendukungku.
Seluruh keluarga besar Ilmu Pemerintahan 2011 jangan pernah lupa
perjuangan kita dimana tawa dan tangis menjadi satu demi mencapai sebuah
gelar “S.IP”
MOTTO
“ Jangan berharap kepada manusia karena mereka akan mengecewakanmu.
Tetapi berharaplah hanya kepada Allah karena Dia akan memberikan yang
terbaik untukmu
”.
“Segala kemungkinan bisa saja terjadi, artinya tidak ada yang mustahil dan
tidak ada yang sulit didunia ini, jika kita ingin belajar dan berusaha
”
.
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidah-Nya skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Perhubungan dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga
penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari
berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak
masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
sekaligus penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran
kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5.
Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yangdiberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu
Pemerintahan.
6. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan, yang telah membantu kelancaran
administrasi dan skripsi.
7. Teristimewa kepada orang tuaku, Papa Joni Riyanto (Alm) terimakasih karena
bayanganmu Penulis mampu memotivasi diri, hingga mampu menjalani hidup
tanpa dirimu. Semoga Papa di sana melihatku dengan bangga dan ikut
merasakan kebahagiaan ini. Mama ku Wirna Ningsih terimakasih telah
menjadi mama yang sangat kuat, yang selalu memberikan doa dan motivasi
tiada habisnya, yang selalu bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis
menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah
SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Mama. Ku
persembahkan karya kecilku ini untuk kalian.
8. Seluruh keluarga besar di Lampung terimakasih doa dukungan dan
bimbingannya.
9. Keluargaku Mbah Uti, Mbah Kakung, seluruh keluarga besar di Purwokerto
terimakasih doa dan dukungannya. Kalian adalah semangatku.
10.Terima kasih kepada para informan, yang telah bersedia meluangkan waktu
dan ketersediaannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis
12.Terima Kasih Teman-teman seperjuangan SMA N 9 Bandar Lampung Hanny
Hanafi S,E , Cella Oktaviany S,E , Gita Leviana Putri S,E , Tri Mulyani S,E,
dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih
dukungannya , semoga kelak kita sukses semua.
13.Sahabat-sahabatku tercinta di Ilmu Pemerintahan 2011 Syalian Sepky Ananda
S,IP , Nur Halimah S.IP , Rya Clara Almanda S,IP , Ifit Chytrine Batubara
S.IP terimakasih atas canda tawa kalian yang telah menemaniku sampai saat
ini . Semangat ya sahabat-sahabatku, semoga Allah SWT memberikan nikmat
sehat, rezeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
Amin. Ingattt masa depan cerah ada ditangan kita.
14.Teman-teman KKN Sendy Octianty Azril S.AB , Tara Ranggala Putri, S.H ,
Mba Helrita, Mba Sani, Bang Dika, Bang Irfan, Bang Ikhwan, Kiki Syafdi,
Jaka, Arga, Kahfi. Terimakasih atas canda tawa 40 hari bersama kalian.
Semoga kita tetap menjadi satu keluarga yang tidak terpisahkan.
15.Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan 2011 Shedy, Putri Dian, Gita, Siti,
Yuanita, Nurdiana, Leni Olandari, Leni Yuliani, Caca Natessya, Adelia, Santi.
Balqis, Winda, Peje, Ica, Dian, Yuyun, Ulil, Nur Hasanah, Ulan, Genta, Indra,
Merari, Nizi, Nando, Trio, Christian dan semua yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, terimakasih semoga kita semua sukses. Kalian adalah keluarga
Bandar Lampung, September 2014 Penulis
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Tentang Strategi ... 10
B.Tinjauan Tentang Pendapatan Daerah ... 16
C.Tinjauan Tentang Retribusi Daerah ... 20
D.Tinjauan Tentang Dasar Hukum Pelaksanaan... 29
E. Pengertian Retribusi Parkir ... 30
F. Strategi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 31
G.Kebijakan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 33
H.Kerangka Pikir ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Teknik Pengolahan Data ... 41
G.Teknik Analisis Data ... 42
H.Teknik Keabsahan Data ... 44
IV. GAMBARAN UMUM TEMPATPENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 51
B. Gambaran Umum Dinas Perhubungan ... 52
C. Sumber Daya Manusia Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 56
D. Sarana yang Dimiliki Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 57
Kota Bandar Lampung ... 68
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Arah Kebijakan Pengelolaan Retribusi... ... 72 B. Perencanaan Target dan Potensi Retribusi ... 78 C. Hasil dari Perencanaan dan Kebijakan Pengelolaan Retribusi
Parkir ... 82
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih
meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang
dimiliki oleh suatu negara berupa sumber daya alam sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya
dapat dikatakan usaha dasar untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi
zaman baru yang lebih baik untuk mewariskan masa depan kepada generasi yang
akan datang.
Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era Otonomi Daerah dapat
terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan
bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional pada hakekatnya
diharuskan untuk mengembangkan kemandirian tiap-tiap daerah sesuai potensi
sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah atau
kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber
keuangannya seperti: Pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004:
a. Pendapatan Pajak Daerah, meliputi :
1) Hasil pajak daerah;
2) Hasil retribusi daerah;
3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan ; dan
4) Lain lain pendapatan daerah yang sah.
b. Dalam perimbangan
c. Pinjaman daerah
d. Lain lain pendapatan daerah yang sah
Pemberian Otonomi Daerah dimaksud untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mengatur dan mengurus
daerahnya sendiri, terutama dalam membiayai pembangunan dewasa ini.
Diberikan hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri tanpa campur tangan pihak lain adalah sangat tepat karena dengan
demikian sudah memiliki kekuatan hukum untuk menentukan kebijakan dalam
pengelolaan daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap dikordinir oleh pemeritah
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, bahwa: Hal hal yang mendasarkan Undang-Undang ini adalah
untuk mendorong memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
kreatifitas serta msyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh sebab
itu Undang-Undang ini menempatkan Otonomi Daerah secara utuh pada daerah
kabupaten dan kota.
Retribusi daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah
daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk
menunjang pemerintah daerah salah satunya adalah retribusi parkir. Retribusi
parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber
dari masyarakat, dimana pemungutannya dilakukan oleh Dinas Perhubungan.
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan secara efektif
dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan dan
mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah. Salah
satu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang potensial adalah dari
sektor jasa perparkiran, sumber-sumber keuangan atau sumber-sumber
pendapatan asli daerah seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Prinsip Otonomi Daerah menggunakan
otonomi seluas luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan
kesejahteraan masyarakat, oleh sebab itu Undang-Undang ini menempatkan
otonomi daerah secara utuh pada daerah kabupaten dan kota.
Pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung adalah salah satu dari
pelaksanaan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah
merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan
potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah.
Perparkiran adalah merupakan bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan jalan
penyelenggaraan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, dalam rangka
meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di bidang perparkiran,
penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas serta sebagai
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Perparkiran secara umum juga diartikan sebagai suatu usaha untuk melancarkan
arus lalu lintas dan meningkatkan produktifitas sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang dimiliki oleh negara. Dengan demikian perparkiran pada
dasarnya dapat dikatakan sebagai usaha dasar untuk meningkatkan sumber daya
alam, dan sumber daya manusia, dan mengubah masa lampau yang buruk menjadi
zaman baru yang lebih baik. Untuk itu Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung
bersama-sama masyarakat menetapkan Peraturan Daerah yang ditetapkan tanggal
7 Januari 2002 tentang ketentuan penyelenggaraan perparkiran dalam Kota
perpakiran secara efektif dan efisien maka setiap daerah harus secara kreatif
mampu menciptakan dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber
pendapatan asli daerah. Salah satu sumber-sumber pendapatan asli daerah yang
potensial adalah sektor jasa perparkiran, sumber keuangan atau sumber-sumber
pendapatan asli daerah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan
otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintah di luar menjadi urusan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini.
Gambaran mengenai kontribusi pajak daerah khususnya sektor retribusi parkir
dapat dilihat pada tabel target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama
beberapa tahun terakhir yang selalu menunjukkan kecenderungan peningkatan
dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya banyak memberikan kontribusi yang cukup
signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung
guna menunjang pembangunan daerah.
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PAD menghasilkan Rp
39.675.197 milyar. Tahun 2013 PAD mengalami kenaikan cukup pesat Rp
120.641.782 milyar dan terus berlanjut di tahun 2014 mengalami peningkatan
sebesar Rp 164.746.721 milyar (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota
Untuk mengetahui seberapa besar kewenangan daerah dalam menggali dan
menggunakan sumber-sumber ekonomi di daerah guna membiayai kegiatan
pembangunan melalui sumber-sumber keuangan asli daerahnya, ukuran yang
digunakan untuk menentukan tolok ukur ada beberapa faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya PAD Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada faktor Pengeluaran
Pemerintah dimana di tahun 2012 pengeluaran mencapai Rp 678.813.319
(19,97%) dan mengalami peningkatan positif di tahun 2013 sebesar Rp
876.897.869 (17,10%) kemudian di tahun 2014 pengeluaran pemerintah
meningkat sangat tajam sebesar Rp 1.231.213.830. selain itu PDRB tentu
berpengaruh juga terhadap PAD, dalam hal ini bersumber dari pajak dan
keuntungan produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan milik daerah serta
pegadaian, di tahun 2012 PDRB sebesar Rp 6.770.526 mengalami peningkatan
positif pada tahun 2013 sebesar Rp 10.492.540 (7,16%) dan terus mengalami
peningkatan sampai tahun 2014 sebesar Rp 14.798.187 (9,20 %). Pada konsep
makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan
semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Jadi dengan adanya peningkatan
PDRB maka hal ini mengindikasikan akan mendorong peningkatan PAD (Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, 2014).
Seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan transportasi dan kendaraan
bermotor di sebuah kota, kebutuhan sarana berupa jalan dan tempat parkir
kendaraan makin meningkat. Kebutuhan tempat parkir mengakibatkan muncul
swasta. Pengelolaan perparkiran di Bandar Lampung yang selama ini
dikelola oleh pemerintah kota melalui Dinas Perhubungan Bandar Lampung.
Hasil penelitian Tri Setyaningsih (2009) tentang Strategi Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Tentang Strategi
Peningkatan Penerimaan Sektor Pajak di Kabupaten Sleman), hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan
dan Kekayaan Daerah melalui program intensifikasi dan ektensifikasi dan telah
berjalan dengan baik hal ini ditunjukkan adanya peningkatan pajak daerah setiap
tahunnya.
Tersedianya keuangan yang memadai untuk pembangunan menjadi kata kunci
bagi berhasilnya pembangunan daerah, kendatipun dalam kerangka negara
kesatuan Indonesia, kemandirian keuangan daerah tampaknya tidak diartikan
bahwa setiap tingkat pemerintahan daerah otonorn harus dapat membiayai seluruh
keperluan dari Pendapatan Asli Daerah. Upaya untuk terus menggali penerimaan
daerah, saat ini terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Bandar
Lampung, salah satunya dengan meningkatkan pendapatan sah daerah melalui
penerimaan retribusi daerah. Retribusi Parkir di Kota Bandar Lampung memiliki
potensi yang cukup baik untuk dikembangkan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis
Dalam Pemungutan Retribusi Parkir Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: Bagaimana Strategi Dinas Perhubungan dalam
Pemungutan Retribusi Parkir untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini, maka
tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Strategi Dinas Perhubungan dalam
Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Bandar Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah, khususnya
tentang strategi Dinas Perhubungan dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk
2. Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbang saran bagi Pemerintah Daerah
Kota Bandar Lampung di dalam menetapkan kebijakan penerimaan Pendapatan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratus = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep
ini relevan dengan situasi pada zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana
jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu
memenangkan perang. Strategi juga biasa diartikan sebagai suatu rencana untuk
pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi militer didasarkan pada
pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi lawan, karakteristik fisik
medan perang, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia, sikap
orang-orang yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasi terhadap setiap
perubahan yang mungkin terjadi.
Abad ke-5 sudah dikenal adanya Board of ten strategy di Athena, mewakili 10 suku di Yunani. Hingga abad ke-5, kekuasaan politik luar negeri dari kelompok
Konsep strategi militer seringkali di adaptasi dan diterapkan dalam dunia bisnis,
misalnya konsep Sun Tzu, Hannibal, dan Carl Von Clausewitz. Dalam konteks
bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan dan
merupakan pedoman yang dipilih untuk mengalokasikan sumber daya usaha suatu
organisasi. Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi
berikut (Lupiyoadi, 2009: 48):
a. Sumber daya yang dimiliki terbatas.
b. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi.
c. Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi.
d. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antara bagian sepanjang waktu.
e. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr (Faulkner, 2007: 48): “Konsep strategi
dapat didefenisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu dari perspektif
apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do) dan dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does).”
Berdasarkan perspektif pertama, strategi dapat didefenisikan sebagai program
untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan
misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manager
memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi
organisasi. Dalam lingkungan yang selalu mengalami perubahan, pandangan ini
Sedangkan berdasarkan perspektif yang kedua, strategi didefenisikan sebagai pola
tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada
defenisi ini setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut
tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi manager
yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan. Pernyataan strategi secara eksplisit
merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis.
Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep
strategi tidak jelas, maka keputusan yang akan diambil bersifat subjektif atau
berdasarkan institusi belaka dan mengabaikan keputusan lain.
Pada penelitian ini konsep strategi yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Bandar Lampung adalah Corporate Strategy, dimana strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi
2. Tingkat-Tingkat Strategi
Scendel dan Charles Hofer dalam Kotler (2009: 48) menjelaskan adanya empat
tingkat strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu enterprise strategy, corporate strategy, business strategy, dan functional strategy.
a. Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat karena setiap organisasi
yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam
masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok
lain, seperti kelompok penekan, kelompok politik, dan kelompok sosial
lainnya. Kelompok-kelompok ini mempunyai interes dan tuntutan yang
sangat bervariasi terhadap organisasi, sesuatu yang patut diberi perhatian oleh
para penyusun strategi.
Jadi, dalam strategi interprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat
luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan
organisasi. Strategi ini juga dapat menampakkan bahwa organisasi
sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk member pelayanan yang baik terhadap
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Respons terhadap keinginan masyarakat
perlu diberi perhatian dengan pertimbangan-pertimbangan etis.
b. Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan
bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh setiap organisasi bisnis,
tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan atau organisasi nonprofit.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru
dijawab, maka dapat menimbulkan akaibat yang fatal. Misalnya, kalau
jawaban terhadap apa misi universitas adalah terjun ke dalam dunia bisnis
itu dijalankan juga merupakan hala yang penting, sebab ini memerlukan
keputusan-keputusan strategik dan perencanaan strategik yang selayaknya
juga disiapkan oleh setiap organisasi.
c. Business Strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah
masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi dihati para penguasa, para
anggota legislatif, para donor, para politisi dan sebagainya.
Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan
strategik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi
ditingkat yang lebih baik. Dalam istilah bisnis, strategi ini memusatkan
perhatian pada keunggulan kompetitif yang untuk kalangan nonprofit lebih
disukai menggunakan istilah keunggulan komperatif. Dalam strategi ini lebih
ditekankan untuk lebih mengikuti anjuran “lakukanlah apa yang orang lain
tidak atau belum laksanakan, atau kerjakanlah lebih baik dan lebih sempurna
daripada yang orang lain laksanakan.”
3. Tipe-Tipe Strategi
Koteen dalam Kotler (2009: 48) memaparkan tipe-tipe strategi sebagai
berikut:
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan
inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan,
b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini lebih memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategik
dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu
program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan dan apa pula dampaknya
bagi sasaran organisasi.
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi pendukung sumber daya ini memusatkan perhatian pada
memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia
guna meningkatkan kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa
tenaga, keuangan, teknologi dan sebaliknya.
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi kelembagaan ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.
Terlepas dari pendekatan yang digunakan dalam berbagai strategi itu dalam
beberapa kategori, cukup diberi petunjuk bahwa strategi organisasi tidak hanya
satu. Disamping itu, tiap-tiap strategi ini saling menopang sehingga merupakan
satu kesatuan kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai salah satu
lembaga yang kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak
B. Tinjauan Tentang Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut
sendiri oleh Pemerintah Daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi
daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pendapatan
asli. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
“Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan
efisien tanpa biaya yang cukup efektif dan efesien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan dan pembangunan dan faktor keuangan merupakan salah
satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengurus rumah tangganya sendiri”. Definisi ini dikemukakan oleh pemuji yang
dikutip oleh Riwu Kaho (2005: 78).
Dasar hukum penggalian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah.
b. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004, tentang Perparkiran.
c. Kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung.
Meningkatnya pendapatan masyarakat jelas mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan sekaligus berpengaruh pada peningkatan Pendapatan Asli
Daerah. Peningkatan PAD tidak terlepas dari kemampuan pemerintah dalam
usaha, yang pada gilirannya berperan besar dalam pemasukkan di kas
daerah (Darise, 2009:73).
2. Keuangan Daerah
Salah satu kreteria penting bagi pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan
membiayai pelaksanaan pembangunan di daerah bersangkutan dengan kata lain
faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan
daerah dalam melaksanakan otonomi daerahnya. Namun masalahnya bukan hanya
berupa jumlah yang tersediah, tapi juga sampai seberapa jauh jumlah kemampuan
dan kewenangan Pemerintah Daerah untuk menggunakan sumber daya yang ada
di daerah.
Menurut Drs. Tjahja Supriatna, definisi keuangan daerah adalah kemampuan
Pemerintah Daerah untuk mengawasi daerah untuk mengelola mulai dari
merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi
berbagai sumber keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan di daerah
yang diwujudkan dalam bentuk Anggaran Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun
2000, keuangan daerah adalah “semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Menurut H. A. Widjaja. (2002 ;147) keuangan daerah adalah ; “semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang di nilai
dengan uang termasuk dengan segala bentuk kekayaan lain yang berhubungan
dengan hak dan kewjiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah”.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah sangat
didukung oleh kemampuan keuangan daerah atau potensi keuangan daerah. Maka
sebagai tindak lanjut dari pemerintah yakni melimpahkan wewenang dan
tanggung jawab kepada pemrintah daerah yang bersangkutan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun komponen-komponen terpenting dari pembangunan daerah yabg
sumber-sumber penerimaan daerah dapat ditemukan dalam Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 79 terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah yaitu ;
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan
d. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah
1) Dana perimbangan,
2) Pinjaman daerah,
Sumber-sumber pendapatan asli daerah tersebut, merupakan batasan wewenang
yang diberikan pusat kepada daerah dengan berbagai kebijakan dalam
pelaksanaannya berdasarkan kemampuannya masing–masing.
3. Pemungutan
Secara etimologi pemungutan bersal dari Pungut yang berarti menarik atau
mengambil. Sedangkan didalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 18
tahun 1997, Pasal 1 yang dimaksud pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perhimpunan data objek subjek pajak retribusi, penetapan besarnya
pajak atau retribusi yang tertuang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi
wajib pajak atau retribusi serta pengawasan atau penyetoran. Dari definisi di atas
dapat dikemukakan bahwa pemungutan merupakan keseluruhan aktivitas untuk
menarik dana dari masyarakat wajib retribusi yang dimulai dari himpunan data
dari objek dan subjek retribusi sampai pada pengawasan penyetorannya.
Dalam melaksanakan pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung,
masih juga ditemukan berbagai hambatan dan kendala yang perlu mendapat
penanganan secara serius dari pihak yang terkait, yang di temukan. Dalam
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang perparkiran mengatur secara rinci
tempat jenis dan besarnya retribusi bagi jenis kendaraan, sekalipun jenis
kendaraan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun bukan ditemukan
data yang menunjukkan peningkatan penerimaan dari sektor perparkiran ini.
Dalam kaitan dengan uraian di atas, maka upaya yang harus di tempuh oleh
yaitu perlunya sistem pemungutan retribusi perparkiran di tata kembali dan
penataan daerah retribusi parkir di tepi jalan umum di tinjau kembali.
C. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah
1. Pengertian Retribusi Daerah
Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang cukup memiliki andil dalam
pendapatan daerah yakni retribusi daerah. Sebab retribusi daerah merupakan
sumber penerimaan terbesar terhadap pendapatan asli daerah. Untuk memperoleh
gambaran tentang retribusi daerah, terlebih dahulu perlu diketahui apa penerimaan
retribusi itu sendiri, dan perlu juga dibedakan pengertian pajak dan retribusi.
Retribusi merupakan sumber penerimaan yang sudah umum bagi semua bentuk
Pemerintah Daerah, bahkan ada beberapa daerah menjadikan retribusi sebagai
sumber utama dari pendapatan daerahnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor
tahun 2004 yang perubahan dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah yang pada intinya mekanisme evaluasi retribusi
untuk daerah diatur dengan peraturan daerah masing-masing daerah yang
bersangkutan.
Pengertian Retribusi Daerah menurut Kunarjo (1996 : 17) adalah sebagai berikut :
“Retribusi adalah pemungutan uang, sebagai pembayaran pemakain atau
memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah baik yang
berkepentingan atau berdasarkan peraturan umum yang dibuat oleh Pemeritah
Definisi lain tentang Retribusi dikemukakan oleh Munawir yang di kutip oleh
Kaho (1997:153). Menurut beliau retribusi adalah: “Iuran kepada pemerintah yang
dapat dilaksanakan dan jasa yang baik secara langsung ditunjuk pemerintah.
Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak bersifat merasakan
jasa baik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran ini”.
Selanjutnya pengertian Retribusi Daerah menurut Panitia Nasrun Kaho
(1997:153) disebutkan bahwa : “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik
daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah
baik secara langsung maupun tidak langsung“.
“ Pengertian retribusi daerah kemudian di jelaskan kembali dalam undang–undang
tahun 18 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Eugenia, Muljono,
Liliawati (2001 ; 85), yaitu: “ Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atas pemberian izin tertentu
yang khusus di sediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri pokok
Retribusi Daerah :
1. Retribusi adalah pungutan daerah atas penyediaan jasa nyata dan langsung
kepada yang berkepentingan.
3. Dalam pemungutan retribusi terdapat potensi yang diberikan daerah yang
langsung dapat ditunjuk.
4. Retribusi dikenakan pada siapa saja yang memanfaatkan atau menggunakan
jasa yang disediakan oleh pemerintah.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun 1997 Pasal 2 ayat 2 disebut dengan
retribusi daerah tidak dimasukkan pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai
penyelenggara perusahaan atau usaha itu dianggap sebagai perusahaan. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa tujuan dari retribusi daerah bukanlah mencari
keuntungan, karena yang ditentukan oleh hasil tersebut adalah untuk memelihara
atas kelangsungan pekerjaan, milik dan jasa masyarakat, disamping agar sarana
dan prasarana unit-unit jasa pelayanan dapat ditingkatkan dan dikembangkan
sebaik mungkin sesuai dengan perkembangan masyarakat serta perbedaan zaman.
Oleh karena itu, penentuan tarif retribusi yang berlaku pada suatu waktu
ditetapkan untuk mencapai maksud di atas, yang wajar sesuai dengan imbalan
yang diharapkan dapat mereka peroleh karena memakai jasa atau pelayanan yang
disediakn oleh pemerintah.
Agar lebih jelas perbedaan antara pajak dengan retribusi maka berikut ini di
kutip pengertian pajak oleh K. Subroto (1980 : 16) Pajak diartikan sebagai berikut
“Pajak adalah pungutan yang dilakukan pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang hasilnya dipergunakan untuk pembayaran pengeluaran
umum pemerintah, yang balas jasanya tidak secara langsung dapat diberikan
Pendapat lain dikemukakan oleh Rochmat Soemitro (1983 : 12). “Pajak adalah
Iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan
dengan tidak mendapatkan imbalan jasa yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum“.
Berdasarkan kedua pendapat di atas sudah terlihat jelas bahwa pajak dapat
dipaksakan dan tidak dapat dihindari. Berbeda dengan Retribusi yang tidak dapat
dipaksakan dan dapat dihindari.
2. Objek dan Golongan Retribusi
Objek Retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
dapat dipungut retribusinya namun hanya jasa-jasa tertentu yang menurut
pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa
tertentu tersebut dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha,
dan perizinan tertentu hal itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000
Pasal 18 ayat (1).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 jasa umum merupakan
retribusi atau jasa yang disediakan atau diberiakan oleh Pemerintah Daerah untuk
jasa yang berhubungan dengan tugas umum pemerintah dan kemanfaatan umum
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
c. Retribusi Pergantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Parkir Ditepi jalan Umum
e. Retibusi Pelayanan Pemekaran dan Penguburan Mayat
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retibusi Pemeliharaan Alat Pemadam Kebakaran
h. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
i. Retribusi Air Bersih
j. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP
k. Retribusi Pengujian Kapal perikanan
Selanjutnya Retribusi jasa usaha adalah retribusi yang di sediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan prinsip komersial karena pada dasarnya dapat
jugadisediakan oleh sektor swasta. Selanjutnya Retribusi jasa usaha adalah
retribusi yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat juga disediakan oleh sektor swasta.
Jenis –jenisnya terdiri dari ;
a. Retribusi Pasar atau Pertokoan.
b. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
c. Retribusi Tempat Penitipan Anak.
d. Retribusi Terminal.
f. Retribusi Penginapan / Persinggahan Villa.
g. Retribusi Penyedotan Kasus.
h. Retribusi Rumah Potong Hewan.
i. Retribusi Tempat pendaftaran.
j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Tempat Olaraga
k. Retribusi Penyebrangan Di atas Air
l. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
m. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah
Pada retribusi perizinan tertentu, mengingat fungsi perizinan dimaksud untuk
mengadakan pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan, maka pada
dasarnya pemberian izin pada Pemerintah Daerah tidak harus dipungut retribusi,
akan tetapi untuk melaksanakan fungsi tersebut. Pemda mungkin masih
kekurangan biaya yang tidak selalu dapat dicukupi dari sumber-sumber
penerimaan daerah, sehingga terhadap perizinan tertentu masih dipungut retribusi.
Jenis-jenis retribusi perizinan, terdiri dari :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
b. Retribusi Izin Trayek.
c. Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah.
d. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.
e. Retibusi Izin Gangguan.
Adapun tujuan dari pengelolaan jenis tarif retribusi ini dimaksudkan guna
menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif
retribusi. Jenis-jenis retribusi yang termasuk golongan jenis retribusi jasa umum,
jasa usaha dan retribusi perisinan tertentu di tetapkan dengan peraturan
pemerintah. Secara spesifik untuk jenis jenis pelaksanan retribusi yang di
usahakan dan dikelolah oleh dinas perhubungan kota Bandar Lampung, adalah
sebagai berikut :
a. Retribusi parkir di tepi jalan Umum dan Retribisi Tempat khusus Parkir
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang terminal
angkutan penumpang.Retribusi pengelolaan dan Retribusi Termina
b. Berdasarkan peraturan nomor 3 rahun 2000 tentang terminal angkutan
penumpang. Retribusi Izin Trayek Angkutan Kota
c. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3Tahun 2004 tentang Izin Usaha
Angkutan. Retribusi Pengujian Kendaran Bermotor
d. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tentang pengujian kendaraan
bermotor
3. Tata cara pemungutan dan penagihan Retribusi
Berdasarkan Peraturan Walikota Tahun2012 Bab V Pasal 7 dan 8, tata
pemungutan retribusi ada 2 cara yakni:
a. Pemungutan dengan karcis
1) Wajib retribusi yang memarkirkan kendaraan di tempat parkir harus
membayar retribusi parkir yang telah ditetapkan kepada petugas juru
2) Pemungutan retribusi pelayanan parkir dilakukan dengan mempergunakan
karcis dan kartu langganan yang telah di cap/ diforforasi oleh Pemerintah
Kota.
3) Juru parkir wajib memberikan karcis kepada wajib retribusi dan
menyetorkan hasilnya kepada petugas pengelola Wilayah Parkir pada hari
itu juga.
4) Bentuk, Warna, dan ukuran karcis sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
5) Petugas pengelola wilayah parkir setelah menerima setoran dari juru parkir
langsung menyetorkan kepada Bendaharawann Khusus Penerima UPT
Parkir denga menggunakan SSRD dalam waktu 1 kali 24 jam kemudian
Bendaharawan Khusus Penerima wajib menyetorkan hasil pungutan
Retribusi ke rekening Kas Daerah.
b. Pemungutan dengan Kartu Langganan Bulanan Parkir
1) Terhadap kendaraan bermotor yang intensits parkirnya cukup tinggi dapat
diberikan dispensasi oleh Walikota berupa kartu Langganan Bulanan
yang berlaku di seluruh Wilayah Kota Bandar Lampung kecuali Gedung
Parkir
2) Kartu bulanan dimaksu harus ditempelkan pada kaca mobil depan di
sebelah kanan dalam, kecuali kendaraan bermotor roda 2.
3) Untuk mendapatkan Kartu Langganan Bulanan sebagaimana dimaksud
wajib retribusi mengisi surat permohonan berlangganan bulanan parkir
4) Bentuk, ukuran dan isi Kartu Langganan Bulanan Parkir sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan ini.
4. Tata Cara Pembayaran Retribusi
Berdasarkan Peraturan Walikota Tahun 2012 Pasal 11, tata cara pembayaran
retribusi yakni :
a. Pembayaran Retribusi berupa karcis dilakukan secara langsung kepada
petugas parkir
b. Pembayaran retribusi berlangganan dilakukan di kas daerah atau tempat
lainnya yang ditunjuk sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan
menggunakan SKRD
c. Dalam hal ini pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk maka hasil
Penerimaan Retribusi Daerah harus disetorkan ke Kas daerah
selambat-lambatnya 1x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Walikota.
d. Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang telah
ditentukan sebagaimana dimaksud, maka akan dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% dari nilai Retribusi dengann menerbitkan STRD
e. Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
f. Hasil pungutanh retribusi merupakan Pendapatan Daerah dan sepenuhnya di
5. Sistem Pemungutan Retribusi Parkir di Kota Bandar Lampung
Adanya pemberian otonomi daerah kepada pemerintah daerah dan dikeluarkannya
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah memberikan lebih banyak kewenangan kepada daerah dalam
menjalankan fungsi pemerintahan dan untuk mengatur sumber-sumber
penerimaan daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah.
Pengelolaan pendapatan daerah dalam hal ini retribusi sebagai sumber penerimaan
utama negara yang digunakan untuk menopang laju pembangunan di daerah dan
membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dalam rangka melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah
dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan.
D. Tinjauan Tentang Dasar Hukum Pelaksanaan
a. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
(Lembaga Negara Republik Indanesia Tahun 1992 Nomor 56, tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesi Nomor 3478).
b. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah lembaga Negara Republik Indonesi tahun 1997 nomor 41,
tambahanNegara Republik Indonesia Nomor 3639).
c. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 Pemerintah Daerah ( lembaga Negara
Republik Indonesia tahun 1999 nomor 60, tambahan lembaran negara nomor
d. Peraturan Nomor 22 tahun 1980 tentang penyerahan sebagai urusan
pemerintah dalam bidang lalu lintas angkutan jalan pada daerah tingkat I dan
tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 nomor 26, tambahan lembaga negara
nomor 3410),
e. Keputusan mentri dalam negeri nomor 43 tahun 1980 tentang pedoman
pengelolaan perparkiran didaerah ;
f. Keputusan mentri perhubungan nomor KM. 65 tahun 1993 tentang fasilitas
pendukung kegiatan lalu lintas angkutan jalan ;
g. Keputusan menteri perhubungan nomor KM. 65 tahun 1993 tentang fasilitas
parkir untuk umum ;
h. Keputusan mentri dalam negeri nomor 171 tahun 1997 tentang prosedur
pengesahan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah ;
i. Keputusan mentri dalam negeri nomor 174 tahun 1997 tentang pedoman tata
cara pemungutan retribusi daerah ;
j. Keputusan mentri dalam negeri nnomor 175 tahun 1997 tentang cara
pemeriksaan dibidang retribusi daerah ;
k. Keputusan menteri dalam negeri nomor 199 tahun 1998 tentang ruang lingkup
dan jenis-jenis retribusi daerah tingkat I dan tingkat II
E. Pengertian Retribusi Parkir
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai retribusi parkir, terlebih dahulu penulis
memberikan beberapa defenisi para ahli mengenai tentang parkir. Dalam
“Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor yang bersifat
sementara. (2002 : 3). Definisi lain tantang parkir terdapat dalam kamus umum
bahasa Indonesia, bahwa “Parkir adalah menghentikan kendaran bermotor untuk
beberapa saat lamanya” (1995 ; 259).
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat di katakan bahwa “Parkir adalah
memberhentikan kendaraan untuk sementara pada tempat yang telah di
sediakan”. Dari uraian terdahulu jika digabung, pemungutan retribusi parkir
disini adalah keseluruhan aktifitas untuk menarik atau memungut retribusi parkir
sesuai dengan yang digariskan dalam rangka usaha untuk memperoleh pemasukan
balas jasa dari sarana atau faisilitas yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah
dalam hal ini Pemerintah Daerah kota Bandar Lampung.
Adapun umumnya subjek dari retribusi parkir adalah pemakaian jasa atau
masyarakat yang memarkir kendaraan dipinggir jalan umum atau tempat-tempat
khusus misalnya pusat pertokoan dan pusat pembelanjaan. Sedangkan objek dari
retribusi parkir adalah pelayanan penyadiaan parkir ditepi jalan umum.
Selanjutnya untuk menjamin kelancaran jalannya pelaksanaan pemungutan
retribusi parkir di tepi jalan umum dalam memenuhi anggaran daerah, maka yang
ditunjuk instansi yang membantu pemerintah kota Bandar Lampung dalam hal
pengelolaan, pungutan dan pengawasan retribusi parkir tepi jalan umum tersebut
dalam hal ini UPTD parkir kota Bandar Lampung hal ini berdasarkan peraturan
F. Strategi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Strategi merupakan cara dalam mencapai sasaran-sasaran strategis secara nyata
yang menuntun pencapaian tujuan dan visi/misi organisasi. Berdasarkan visi, misi,
tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah dirumuskan serta dengan
memperhitungkan faktor kekuatan/ kelemahan dan peluang/ ancaman yang ada
maka selanjutnya dirumuskan strategi dan kebijakan pembangunan transportasi di
Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas dan keprofesionalan aparatur Dinas Perhubungan
melalui peningkatan kualifikasi pendidikan dan pelatihan Sub Sektor
Perhubungan maupun pendidikan dan pelatihan lainnya.
b. Memfasilitasi kelancaran angkutan penumpang dan barang melalui
penyediaan prasarana transportasi yang aman, lancar, tertib, teratur, nyaman,
efisien dan terjangkau.
c. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat
(Kementrian Perhubungan), maupun Daerah guna menciptakan sinergitas cara
kelancaran dalam pelaksanaan tugas.
d. Meningkatkan produktifitas ekonomi melalui penyediaan dan transportasi
yang menunjang dan dapat menggerakkan interaksi ekonorni masyarakat
secara terpadu, tertib, lancar dan efisien.
e. Menunjang mobilitas masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan
penyedian sarana perhubungan untuk segenap lapisan masyarakat.
f. Memelihara dan mempertahankan kwalitas lingkungan melalui penyediaan
g. Memantapkan ketersediaan dan sumber pembiayaan kebutuhan
penyediaan jasa dan pembangunan prasarana transportasi.
h. Menggali potensi sumber Pendapatan Asli Daerah sektor transportasi.
(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Tahun 2014)
G. Kebijakan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Kebijakan adalah arah/ tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk
mencapai tujuan. Kebijakan merupakan ketentuan ketentuan yang telah disepakati
pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh yang berkewenangan untuk dijadikan
pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur
pemerintah ataupun masyarakat agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam
upaya mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi Dinas. Kebijakan Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai berikut:
a. Kebijakan Internal
1) Pelaksanaan kinerja Dinas Perhubungan perlu ditunjang dengan
manajemen administrasi perkantoran yang efektif dan efisien.
2) Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan, kemampuan, kinerja, dan
perilaku Sumber Daya Manusia (SDM) dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.
3) Peningkatan kondisi prasarana jalan merupakan upaya mempertahankan
tingkat pelayanan (Level of Service), kenyamanan dan keamanan pemakaian jalan.
kemudahan bagi pemakai jalan, jalan wajib dilengkapi fasilitas
penunjang prasarana lalu lintas.
5) Untuk menunjang kelancaran mobilitas orang dan barang, maka perlu di
bangun prasarana terminal yang representatif.
6) Untuk menunjang ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan, perlu diadakan fasilitas parkir umum, dengan diadakannya
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan parkir tersebut.
7) Melaksanakan Pengujian Kendaraan Bermotor terhadap kendaraan wajib
uji, sesuai ambang batas standar laik jalan yang sudah ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan.
8) Guna mendukung kelancaran dan ketetapan pelayanan angkutan, perlu
didukung dengan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan angkutan.
9) Perlu dilibatkannya Personil Dinas Perhubungan dalam membantu
pengendalian arus lalu lintas, guna menunjang kelancaran dan ketertiban
berlalu lintas.
10)Untuk meningkatkan ketertiban dan keselamatan lalu lintas dapat
dilakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan.
b. Kebijakan Eksternal
1) Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
transportasi.
2) Pembinanaan terhadap pemilik/pengusaha angkutan yang berdomisili
didalam Kota Bandar Lampung
4) Pembangunan lanjutan terminal type A Rajabasa.
H. Kerangka Pikir
Dalam suatu pemerintahan daerah, Organisasi dalam menejemen yang baik tidak
hanya cukup dibarengi kewibawaan penguasa saja, akan tetapi juga harus di
barengi dengan adanya keuangan yang baik dari pemerintah daerah yang
bersangkutan. Dalam menggerakkan Organisasi untuk mencapai tujuan tertentu,
peranan keuangan yang baik adalah sangat menentukan, sehingga jelaslah bahwa
peranan keuangan dalam pemerintah di daerah merupakan unsur yang tidak dapat
di hilangkan begitu saja.
Pentingnya posisi keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah
sangat di sadari oleh Pemerintah Daerah. Demikian pula oleh alternatif cara untuk
mendapatkan keuangan yang memadai telah pula dipertimbangkan oleh
pemerintah dan wakil-wakil rakyat. Hal ini dapat di telusuri dalam
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 bahwa “ Sumber-sumber pendapatan asli daerah
merupakan sumber keuangan dengan yang di gali dalam wilaya daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain pendapat daerah
yang sah”.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut Pemudji menegaskan ; “
Pemerintah Daerah tidak dapat melaksankan fungsi dengan efektif, dan efisien
keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui
secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus keuangan daerah
sendiri” (1980 ; 61).
Melihat hal tersebut di atas bahwa untuk mengatur dan mengurus urusan rumah
tangganya, daerah membentuk biaya atau uang karena tanpa adanya biaya yang
cukup maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya tetapi juga ciri pokok yang mendasar dari suatu
daerah Otonomi jadi hilang. Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah
khususnya retribusi parkir ditepi jalan umum maka Pemerintah Kota Bandar
Lampung membuat Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum dan Peraturan Daerah Kota Bandar
Lampung Nomor 06 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha dimana
didalamnya termasuk secara pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan
umum yang merupakan pedoman untuk melaksanakan peraturan tersebut perlu
mendapat dukungan dari pihak yang terkait seperti UPTD parkir yang bertugas
mengelolah tempat parkir Pemerintah Daerah, serta membina dan mengawasi
perparkiran lainnya dikota Bandar Lampung, juru parkir serta masyarakat untuk
wajib retribusi parkir sehingga pelaksanaan pemungutan retribusi parkir tepi jalan
umum dapat berjalan dengan baik dan juga dapat mencapai target penerimaan atau
realisasi dari penerimaan retribusi parkir tepi jalan umum sebagaimana yang
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Strategi Dinas Perhubungan dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung
1. Arah kebijakan pengelolaan retribusi: a. Peningkatan keuangan daerah
b. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) 2. Perencanaan target dan potensi retribusi
a. Pemenuhan target retribusi parkir
b. Potensi retribusi berdasarkan zona parkir
3. Hasil dari perencanaan dan kebijakan pengelolaan parkir
Meningkat Tidak
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Menurut Nazir (2008: 63) yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan secara terperinci bagaimana sifat serta
hubungan antara fenomena sosial tertentu. Tidak terlepas dari pokok
permasalahan dalam penelitian, maka tujuan dilakukannya penelitian deskripsi
ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana strategi Dinas Perhubungan
dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan menggambarkan
mengenai strategi Dinas Perhubungan dalam Pemungutan Retribusi Parkir
sehingga tergolong pada penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor (2009:58) mendefinisikan kualitatif adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tulisan/lisan dari orang lain/perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran
atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut,
tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan
tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan
harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.
C. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah strategi Dinas Perhubungan dalam
Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Bandar Lampung, yaitu
1. Strategi perencanaan target dan potensi PAD
a. Pemenuhan target retribusi parkir
b. Potensi retribusi berdasarkan zona parkir
2. Strategi berdasarkan arah kebijakan Pengelolaan PAD
a. Peningkatan keuangan daerah
D. Jenis Data
Menurut Loftland dan Loftland (2004:47) sumber data utama pada penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti sumber data tertulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer yang digunakan adalah yang berasal dari hasil wawancara.
Sumber data dapat ditulis atau direkam. Teknik pemilihan orang yang akan
diwawancarai dilakukan secara purposive. Alasan pemakaian teknik
purposive sampling disebabkan oleh bentuk dan ciri penelitian ini sendiri yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan
dari pelaksaan penelitian ini dan jumlah sampel berdasarkan kriteria yang
akan diambil oleh peneliti.
2. Sekunder
Data sekunder merupakan sumber tertulis dapat dibagi menjadi sumber
buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen
resmi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mewawancarai
sumber-sumber data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
dilakukan dengan para informan yang berkaitan langsung dengan masalah
penelitian yaitu wawancara dengan pimpinan dan staf Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung yaitu:
a. Normansyah selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
b. Ito Saibatin, SE., M.M. selaku Kepala Bidang Pendapatan Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung
c. Barizi, S.E selaku Wakil Koordinator UPT Parkir Dinas Pehubungan
Kota Bandar Lampung
Pemilihan ketiga informan di atas, berdasarkan pada kebutuhan peneliti
terhadap masalah penelitian, selain itu peneliti menganggap bahwa ketiga
informan telah cukup mewakili untuk memberikan informasi yang akurat
mengenai permasalahan dalam penelitian.
2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis. Dokumen
yang dimaksud yaitu berupa data peningkatan PAD Pemerintah Kota
Bandar Lampung. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dokumentasi
tentang pendapatan retribusi parkir pada Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung,
selain itu peneliti mendokumentasikan berupa foto hasil wawancara dan