ABSTRAK
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN BERBENTUK SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
(Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh ARDIYANTI
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika yang ditinjau dari empat aspek, yaitu memahami soal (kemampuan siswa menyederhanakan soal dengan menuliskan informasi yang diketahui dan ditanya), membuat model (kalimat) matematika, melakukan komputasi (perhitungan), dan menarik kesimpulan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Metode pengumpulan data adalah metode tes dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah sebagai berikut: (1) memahami soal (81,03%) (2) membuat model matematika (56,03%) (3) melakukan komputasi (56,90%) (4) menarik kesimpulan (57,76%). Kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat yaitu pada aspek memahami soal, hal tersebut disebabkan karena siswa tidak terbiasa mengerjakan soal secara sistematis.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ardiyanti lahir pada tanggal 23 Nopember 1992 di Desa Wates,
Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Penulis
merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Jaendar dan Ibu
Herma Wati.
Penulis menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri 3 Wates, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat Pada tahun 1998, dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Liwa pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA 1 Liwa pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2013 di Desa Pasar Krui
Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat dan Program Pengalaman
Persembahan
Segala Puji syukur ku ucapkan kepada sang pencipta Allah SWT dan
Nabi Besar Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada
Kedua orang tuaku tercinta
(Ayahanda Jaendar dan ibunda Hermawati)
yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat yang
tak pernah habis, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan dan
memberikan yang terbaik dalam hidupku
dan kakak-kakakku tersayang
(Mirwan Atmaja, Darwin Jaya, dan Ayu Winarti)
Sahabat Terbaikku (Arifan Al Qhomairi)
Keluarga besarku
Guru-guruku
Serta
Moto
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah: 153)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah
berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada
sebelumnya.
(Kahlil Gibran)
Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak
menyenangkan.
ii SANWACANA
Dengan izin Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis
mengucapkan syukur Alhamdulillah atas diberikannya rahmat, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada
Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar
Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014) sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dari awal perkuliahan hingga
terselesai-kannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik, dosen
pembimbing I, dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan MIPA Universitas Lampung atas kesediaannya membimbing,
memberikan ilmu yang berharga, motivasi, nasehat, serta kritik baik selama
perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya
iii baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik.
3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran
baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak Drs. Hutasoit, M.M. selaku Kepala SMP Negeri 28 Bandar Lampung
yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
8. Ibu Nurmalia S.Pd. selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dalam
penelitian di SMP Negeri 28 Bandar Lampung serta murid-muridku kelas VII
B yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.
9. Bapak Solihin, S.Pd. selaku guru pamong yang telah membimbing dalam
pelaksanaan PPL.
10.Ayah, Bunda, dan kakak-kakakku tersayang yang tidak pernah lelah untuk
selalu mendoakan, mendukung, dan memberi semangat dengan segala
ketu-lusan dan kasih sayangnya.
11.Sahabat terbaikku Arifan, Zuma, Anggi, Fira, Teqek, Engla, Rika, Desy, dan
iv 12.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 B yang
memberikan pesaudaraan dan kebersamaannya selama ini: Nando, Imam,
Sofyan, Heru, Perdan, Mela, Feby, ira, Suke, Woro, Noviana, Resti, Iisy,
Clara, Gesca, Agustin, Aniya, Ayu, Nurul, Silo, serta teman-teman 2010 A.
13.Kakak tingkat 2008 sampai 2009, serta Adik tingkat 2011 sampai 2014.
14.Keluarga KKN dan PPL di Desa Pasar Krui: Asti, Yuli, Dela, Anggi, Yuliani,
Okti, Evi, Tika, dan Zaki. Semoga kekeluargaan kita akan terus terjalin.
15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,
vi DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8
1. Pembelajaran Matematika ... 8
2. Soal Cerita Matematika ... 11
3. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Berbentuk Cerita Matematika ... 14
B. Kerangka Pikir ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19
B. Tempat dan Waktru Penelitian ... 19
vi
D. Teknik Pengumpulan Data ... 20
E. Instrumen Penelitian ... 22
F. Tahap-Tahap Penelitian ... 25
G. Teknik Analisis Data ... 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28
B. Pembahasan ... 38
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika ... ... 23 4.1 Banyaknya Siswa yang Mengerjakan dan Melakukan Kesalahan
dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pelajaran. Segitiga dan Segi Empat ... 28 4.2 Banyaknya Siswa yang Melakukan Kesalahan Berdasarkan
Langkah-Langkah Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pelajaran
Segitiga dan Segi Empat .. ... 31 4.3 Rata-Rata Banyak Siswa yang Melakukan Kesalahan Berdasarkan
Aspek Memahami Soal, Membuat Model Matematika, Melakukan
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal pada Soal Cerita
Nomor 1 ... 44
4.2 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal pada Soal Cerita
Nomor 1 ... 44
4.3 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika
Pada Soal Cerita Nomor 1 ... 45
4.4 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika
Pada Soal Cerita Nomor 1 ... 45
4.5 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi pada Soal
Cerita Nomor 1 ... 46
4.6 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi pada Soal
Cerita Nomor 1 ... 47
4.7 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal
Cerita Nomor 1 ... 48
4.8 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal
Cerita Nomor 1 ... 50
4.9 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita
Nomor 2 ... 50
4.10 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita
Nomor 2 ... 50
4.11 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika
Pada Soal Cerita Nomor 2 ... 51
4.12 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika
Pada Soal Cerita Nomor 2 ... 51
ix Cerita Nomor 2 ... 52
4.14 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi pada Soal
Cerita Nomor 2 ... 53
4.15 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal
Cerita Nomor 2 ... 54
4.16 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal
Cerita Nomor 2 ... 54
4.17 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita
Nomor 3 ... 56
4.18 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita
Nomor 3 ... 56
4.19 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Pada Soal
Cerita Nomor 3 ... 57
4.20 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi Pada Soal
Cerita Nomor 3 ... 58
4.21 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi Pada Soal
Cerita Nomor 3 ... 59
4.22 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal
Cerita Nomor 3 ... 60
4.23 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita
Nomor 4 ... 62
4.24 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita
Nomor 4 ... 62
4.25 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Pada Soal
Cerita Nomor 4 ... 63
4.26 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi Pada Soal
Cerita Nomor 4 ... 64
4.27 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal
ixi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus ... 75
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 79
A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 97
B.Perangkat Tes
B.1 Pedoman Penskoran Tes Penyelesaian Soal Cerita
Matematika ... 106
B.2 Kisi-Kisi Soal Tes Penyelesaian Soal Cerita
Matematika ... 107
B.3 Soal Post-test ... 109
B.4 Pedoman Penskoran Soal Post-test ... 111
B.5 Persentase Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika ... 114
B.6 Pedoman Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika ... 116
C.Analisis Data
C.1 Uji Validitas Pada Kelas Uji Coba ... 118
C.2 Uji Reliabilitas Pada Kelas Uji Coba ... 119
C.3 Rekapitulasi Kesalahan Siswa Berdasarkan Aspek Langkah-
xi C.4 Rekapitulasi Skor Siswa Berdasarkan Aspek Langkah-Langkah
Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 124
C.5 Rekapitulasi Skor Siswa dari Tiap Butir Soal ... 126
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu teknologi yang berlangsung dengan cepat telah memberikan
tantangan kepada setiap individu. Setiap individu dituntut untuk terus belajar dan
menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya
perkem-bangan sumber daya manusia bagi setiap individu untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Salah satu usaha untuk meningkatkan
sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
sum-ber daya manusia yang sum-berkualitas. Pendidikan yang sum-berkualitas akan sum-
berpenga-ruh pada kemajuan di berbagai bidang. Oleh karena itu, langkah untuk
melaku-kan pembangunan di bidang pendidimelaku-kan dapat dilakumelaku-kan dengan memperhatimelaku-kan
komponen pendidikan yang ada, terutama bagi siswa yang akan menjadi tolok
ukur keberhasilan pendidikan itu sendiri. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun
2003 Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa :
2
Dalam Permendiknas tahun 2006 dijelaskan bahwa matematika adalah mata
pela-jaran yang perlu diberikan kepada peserta didik sejak sekolah dasar. Peranan
matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat penting karena penguasaan
ter-hadap matematika dapat membantu kita untuk dapat berpikir secara logis, kritis,
dan kreatif. Matematika juga merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaan
me-nalar, oleh karena itu matematika sangat diperlukan siswa sebagai bekal dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Hal ini
senada dengan pendapat Cockroft (Abdurrahman, 2003:253) bahwa matematika
perlu diajarkan kepada siswa karena selalu digunakan dalam segi kehidupan,
semua bidang menbutuhkan keterampilan matematika, dan matematika dapat
me-ningkatkan kemampuan berfikir logis.
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika pada jenjang sekolah menengah
pertama (SMP) menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006)
adalah memberikan penekanan pada penataan nalar, pembentukan sikap siswa,
dan memberikan keterampilan pemecahan masalah dalam penerapan matematika,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu
pengetahuan lainnya. Tercapainya tujuan pembelajaran matematika diukur dari
hasil prestasi belajar matematika siswa terhadap ketercapaian setiap indikator
pada materi pelajaran. Untuk dapat mencapai prestasi yang baik, siswa dituntut
untuk menyelesaikan berbagai jenis soal, baik berupa soal cerita maupun
berbentuk soal dalam bentuk isian singkat.
Masalah yang sering dirasakan sulit oleh siswa dalam pembelajaran matematika
3
merupakan soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik lisan maupun
tulisan (Solichan, 2004:14). Soal cerita wujudnya berupa kalimat verbal
sehari-hari yang makna dari konsep dan ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol
dan relasi matematika. Untuk itu siswa dituntut kemampuan memahami masalah
baik dari segi bahasa maupun dari segi matematikanya. Penyelesaian soal cerita
tidak hanya memperhatikan jawaban akhir perhitungan tetapi proses
penyele-saiannya juga harus diperhatikan. Siswa diharapkan menyelesaikan soal cerita
melalui suatu proses tahap demi tahap agar terlihat alur berpikir siswa dalam
menyelesaikan soal cerita, sehingga dapat dilihat sejauh mana siswa memahami
konsep yang diberikan dalam soal cerita.
Soal cerita juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika
karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan matematika
ketika siswa dihadapkan pada soal cerita. Selain itu, soal cerita sangat bermanfaat
untuk perkembangan proses berikir siswa karena dalam menyelesaikan masalah
siswa dapat berpikir secara terstruktur serta siswa lebih berkreasi dan bervariasi
dalam memberikan jawaban.
Hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) PPPPTK (P4TK) Matematika 2007 dan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru (PPPG) Matematika
menun-jukkan bahwa lebih dari 50% guru menyatakan bahwa sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Kebanyakan siswa merasa
kesulitan dalam memahami maksud dari soal yang diberikan, apa yang ditanyakan
dalam soal tersebut, dan masih banyak pula terdapat kesalahan dalam perhitungan.
4
diperlukan langkah-langkah pemahaman dan daya nalar yang tinggi. Masih
ba-nyak siswa yang kurang memahami bagaimana menerjemahkan kalimat
sehari-hari soal ke dalam kalimat matematika atau model matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Negeri
28 Bandar Lampung ternyata masih banyak terdapat siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita. Beliau
me-ngatakan bahwa berdasarkan pengalaman ketika memberikan soal-soal ujian,
banyak siswa melakukan kesalahan terutama dalam menyelesaikan soal berbentuk
cerita yang berkaitan dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan
yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal dapat menjadi petunjuk sejauh
mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Dari kesalahan
yang dilakukan siswa dapat diteliti lebih lanjut mengenai letak kesalahan siswa.
Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa harus mendapat pemecahan yang
tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara menganalisis akar permasalahan
yang banyak dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, selanjutnya
diupayakan alternatif pemecahannya sehingga kesalahan yang sama tidak akan
terulang lagi dikemudian hari.
Dengan adanya permasalahan di atas, maka peneliti termotivasi melakukan
penelitian untuk menganalisis kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika
dalam bentuk cerita. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui kemampuan
siswa dan kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII B SMP Negeri 28
Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga
dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal, membuat model
mate-matika, melakukan komputasi, dan menarik kesimpulan?
2. Pada aspek kesalahan mana yang paling banyak dilakukan siswa kelas VII B
SMP Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi
pe-lajaran segitiga dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal, membuat
model matematika, melakukan komputasi, dan menarik kesimpulan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII B SMP
Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran
segitiga dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal, membuat model
matematika, melakukan komputasi, dan menarik kesimpulan.
2. Mengetahui letak kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa kelas VII B
SMP Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi
pelajaran segitiga dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal,
6
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Dengan mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelasaikan
soal cerita, dapat digunakan sebagai arahan untuk melakukan usaha perbaikan
pembelajaran dan untuk menghindari kesalahan yang sama yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran matematika.
2. Dengan diketahuinya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita materi pelajaran matematika, dapat menambah pengetahuan
ten-tang kesalahan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita sehingga
akan membangkitkan keinginan melakukan usaha untuk menindaklanjuti
da-lam mengatasi kesalahan yang dilakukan siswa.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk uraian materi
pelajaran segitiga dan segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang ditinjau dari aspek memahami
so-al, membuat kalimat (model) matematika, melakukan komputasi, dan
mena-rik kesimpulan.
2. Soal cerita adalah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita dan
berkaitan denga kehidupan sehari-hari pada materi segitiga dan segi empat.
3. Pembelajaran matematika adalah proses interaksi belajar mengajar
7
untuk mencapai tujuan pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat
ber-langsung secara optimal.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
Menurut Slameto (2013:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hamalik (2003:27) bahwa belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat tetapi mencakup kegiatan yang lebih luas yaitu mengalami, dan
hasil belajar bukan suatu pengadaan hasil latihan melainkan sutu perubahan
tingkah laku.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
prilaku aktif yang dilakukan individu dalam membangun makna atau pemahaman
yang membawa suatu perubahan, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat
diamati secara langsung dan terjadi sebagai akibat dari interaksi individu dengan
lingkungannya. Hasil belajar tersebut dapat meliputi perubahan pengetahuan,
ke-terampilan, maupun nilai sikap.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
9
belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan pembelajaran menurut Miarso
(2004:6) adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang
lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.
Pendapat lain tentang pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Suherman
(2001:8) bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan
demikian proses belajar bersifat internal dalam diri individu siswa dan bersifat
eksternal yang sengaja direncanakan sehingga bersifat rekayasa prilaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk memperoleh maupun menciptakan ilmu
pengeta-huan, kemampuan, keterampilan, dan minat dalam kegiatan belajar secara efektif
dan efisien untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Pengertian matematika menurut Paling (Abdurrahman, 2003:252) adalah suatu
cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu
cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk serta
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting
adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggu-nakan hubungan-hubungan.
Pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa yang bersosialisasi
dengan guru, sumber atau bahan belajar, dan teman dalam memperoleh
penge-tahuan baru. Proses aktif tersebut menyebabkan perubahan tingkah laku,
10
dan keterampilan matematikanya di mana sebelumnya siswa tersebut tidak dapat
melakukan (Hudoyo, 2001:92). Dalam pembelajaran, siswa tidak melakukan
belajar seorang diri melainkan belajar bersama orang lain dengan berpikir dan
bertindak (Sudjana, 2002:3).
Menurut Sumarmo (2001:5), pembelajaran matematika diharapkan memenuhi
prinsip-prinsip empat pilar pendidikan yang diajukan UNESCO, yaitu:
a. Learning to know
Siswa diharapkan memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa) yang memadai sebagai bekal melanjutkan studinya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari atau bidang studi lainnya.
b. Learning to do
Siswa diharapkan memiliki keterampilan dalam kegiatan matematika yang meliputi keterampilan dalam perhitungan rutin maupun non rutin, memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah dan persoalan yang memuat penalaran.
c. Learning to be
Siswa diharapkan dapat memahami, menghargai, atau mempunyai ap-resiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan terhadap produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri.
d. Learning to live together
Dengan diskusi tentang konsep-konsep matematika dan mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan soal-soal matematika, siswa dapat me-mahami pendapat orang lain dan akhirnya siswa dapat bekerja sama dengan orang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah
proses interaksi belajar mengajar matematika antara siswa dan guru dengan
melibatkan segenap aspek didalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran agar
11
2. Soal Cerita Matematika
Soal cerita dalam pelajaran matematika merupakan soal yang disajikan dalam
bentuk uraian atau cerita baik lisan maupun tulisan (Solichan, 2000:14). Soal
cerita wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang mana dari konsep dan
ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika. Untuk itu
dituntut kemampuan memahami masalah baik dari soal bahasa maupun dari segi
matematikanya.
Menurut Sugondo (Syamsudin, 2003:226), memecahkan soal cerita penting bagi
perkembangan proses secara matematis, menghargai matematika sebagai alat yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan akhirnya siswa akan dapat
menye-lesaiakan masalah yang lebih rumit. Pemecahan masalah dalam suatu soal cerita
matematika merupakan suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang benar
dan logis untuk mendapatkan penyelesaian, Jonassen (Mahmudi, 2010:3).
Menyelesaikan suatu soal cerita matematika bukan sekedar memperoleh hasil
yang berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting siswa
mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk
men-dapatkan jawaban tersebut. Polya (1985:5) menyarankan empat langkah dalam
pemecahan masalah, yaitu:
1. Understanding the problem 2. Devising a plan
12
Understanding the problem, adalah memahami masalah. Proses pemahaman masalah dilakukan dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang
di-tanyakan dalam soal, mengelola informasi dalam soal dan memilah-milah sesuai
dengan peran masing-masing unsur dalam soal, serta bila perlu membuat gambar,
dan menuliskan notasi yang sesuai untuk mempermudah memahami masalah dan
mempermudah mendapat gambaran umum penyelesaian.
Devising a plan, yaitu merencanakan penyelesaian. Dalam rencana permasalahan diperlukan suatu model. Model ini berbentuk hubungan antara data atau
infor-masi yang ada dengan apa yang ditanyakan. Model ini merupakan interpretasi
dari bahasa persoalan ke bahasa matematika. Proses perencanaan penyelesaian
di-lakukan dengan mencari hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang
tidak diketahui.
Carrying out the plan, yaitu melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, maka harus memeriksa bahwa pada tiap langkah sudah benar. Pada proses
ini diperlukan kebenaran langkah penyelesaian. Dalam penyelesaian suatu soal
cerita, melaksanakan rencana dapat berupa melakukan komputasi dari model
matematika yang telah dibuat pada langkah kedua.
Looking back, yaitu memeriksa proses dan hasil. Pemeriksaan ini merupakan suatu kegiatan menarik kesimpulan untuk mengembalikan jawaban ke dalam
konteks soal sesuai pertanyaan soal.
Menurut Soedjadi (2000:18) untuk menyelesaikan soal cerita matematika dapat
13
a. Membaca soal cerita dengan cermat untuk menangkap makna pada tiap kalimat.
b. Memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan dalam soal.
c. Membuat model matematika dari soal.
d. Menyelesaikan model matematika menurut aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari soal tersebut.
e. Mengembalikan jawaban ke dalam konteks soal yang ditanyakan.
Kelima langkah tersebut merupakan satu paket penyelesaian soal cerita. Langkah
pertama dan kedua dalam penyelesaian soal cerita di atas dapat diartikan sebagai
kegiatan memahami soal cerita. Dalam kegiatan tersebut dibutuhkan kemampuan
membaca soal denga cermat sehingga dapat mengungkapkan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita. Siswa harus mampu menentukan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari data yang telah diberikan.
Setelah siswa mampu memahami soal cerita, siswa harus mampu mengubah
kalimat soal ke dalam kalimat matematika, langkah ini merupakan suatu proses
membuat model matematika. Selain dituntut pemahaman soal yang tinggi, untuk
dapat mnyelesaikan soal cerita matematika seorang siswa juga dituntut untuk
dapat membuat model matematika yang sesuai. Pembentukan model matematika
ini sangat penting karena bahasa matematika (model matematika) merupakan
suatu cara yang mudah untuk memformulasikan keterangan yang ada.
Model matematika yang telah disusun pada langkah kedua kemudian
diopera-sikan dengan operasi aritmatik. Dalam hal ini siswa melakukan komputasi sesuai
dengan aritmatik yang telah ditentukan. Keterampilan komputasi adalah
kemam-puan menjalankan prosedur dalam operasi aritmatika secara tepat dan benar
14
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan bulat,
pecahan, maupun desimal. Selain kecepatan, yang dibutuhkan dalam proses
kom-putasi yaitu ketepatan, ketelitian, dan kebenaran dalam menyelesaikan
perhitu-ngan tersebut.
Langkah terakhir dalam menyelesaikan suatu soal cerita yaitu menarik suatu
kesimpulan. Dalam hal ini merupakan proses mengomunikasikan solusi
penye-lesaian yaitu mengembalikan jawaban ke dalam konteks permasalahan yang
ditanyakan.
Dari pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan dan membatasi
langkah-langkah menyelesaikan soal cerita dalam penelitian ini yaitu:
a. Memahami soal
1. Menuliskan apa yang diketahui dalam soal
2. Menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal
b. Membuat model matematika
c. Melakukan komputasi
d. Menarik kesimpulan
3. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal berbentuk Cerita Matematika
Menurut Atim (2008:6), analisis adalah suatu upaya penyelidikan untuk melihat,
mengamati, mengetahui, menemukan, memahami, menelaah, mengklasifikasi, dan
mendalami serta menginterpretasikan fenomena yang ada.
Kesalahan adalah penyimpangan dari yang benar atau penyimpangan dari yang
15
mendefinisikan kesalahan sebagai suatu bentuk penyimpangan terhadap hal yang
dianggap benar atau prosedur yang ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, menurut
Kurniasari (2007:19), kesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap hal yang
benar, prosedur yang ditetapkan sebelumnya, atau penyimpangan dari suatu yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat Kamarullah, Rosyidi, dan Kurniasari maka dapat disimpulkan bahwa
kesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap hal yang dianggap benar atau
penyimpangan terhadap sesuatu yang telah ditetapkan/disepakati sebelumnya.
Dalam penelitian ini jika seorang siswa sebagai subyek penelitian dapat
memberikan jawaban yang benar dan sesuai dengan langkah-langkah
penye-lesaian soal cerita, dikatakan siswa itu dapat menyelesaikan soal cerita
mate-matika. Sedangkan letak kesalahan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
bagian dari penyelesaian soal yang terjadi penyimpangan berdasarkan
langkah-langkah menyelesaikan soal cerita, yaitu sebagai berikut.
1. Kemampuan memahami soal
a. Dapat menuliskan apa yang diketahui
b. Dapat menuliskan apa yang ditanyakan
2. Kemampuan membuat model matematika
a. Dapat mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika
b. Dapat menentukan rumus atau cara yang sesuai dengan penyelesaian
3. Kemampuan melakukan penghitungan (komputasi)
a. Dapat menyelesaikan model yang telah dibuat dengan operasi aritmatik
yang telah ditentukan
16
4. Kemampuan menarik kesimpulan
a. Dapat memeriksa setiap langkah pengerjaan dengan benar
b. Dapat menuliskan jawaban ke dalam konteks soal
B. Kerangka Pikir
Salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah
dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika. Sebab kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika berhubungan langsung dengan prestasi belajar matematika. Dengan
masih rendahnya prestasi belajar matematika yang dicapai siswa menunjukkan
bahwa sis-wa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Proses untuk menyelesaikan soal cerita matematika itu diperlukan serangkaian
langkah-langkah penyelesaian. Jika salah satu atau lebih langah-langkah
penye-lesaian soal cerita tersebut tidak dapat diselesaikan dengan benar maka akan
menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam melakukan proses penyelesaian
dari suatu soal cerita. Di samping itu kemampuan-kemampuan tiap siswa dalam
menyelesaikan soal cerita berbeda-beda, kemampuan tersebut meliputi
kemampu-an memahami soal, kemampukemampu-an membuat model matematika, kemampukemampu-an
kom-putasi dan kemampuan menarik kesimpulan. Oleh karenanya untuk mengetahui
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat dianalisis
kesalahan-kesalahan pada tiap pengerjaan dari suatu soal cerita. Dalam
penelitian ini, indikator kesalahan-kesalahan yang akan dianalisis dalam
17
1. Kesalahan memahami soal
2. Kesalahan membuat model matematika
3. Kesalahan komputasi
4. Kesalahan menarik kesimpulan
Langkah pertama, yaitu memahami soal cerita. Pada langkah ini siswa diminta
untuk membaca ulang masalah tersebut, memahami kata demi kata, kalimat demi
kalimat. Kemudian mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah atau soal
tersebut dan mengidentifikasi juga apa yang hendak dicari. Siswa diharapkan
dapat mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan tidak
me-nambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan
masalah yang dihadapi.
Langkah kedua, yaitu membuat kalimat (model) matematika. Pada langkah ini,
siswa diminta untuk menuliskan kalimat matematika yang menyatakan
hubungan-hubungan itu dalam bentuk operasi bilangan. Siswa dapat mengubah soal ke
dalam kalimat matematika dengan menentukan rumus, simbol atau cara apa yang
tepat digunakan agar permasalahan dalam soal dapat secara sistematis.
Langkah ketiga, yaitu melakukan perhitungan (komputasi). Siswa diminta untuk
menjalankan prosedur dan operasi aritmatika secara tepat dan benar. Dalam hal
ini, siswa menentukan bilangan-bilangan yang memenuhi agar kalimat
matema-tika menjadi benar. Ketelitian merupakan hal utama yang dapat menentukan hasil
18
Langkah keempat, yaitu menarik kesimpulan. Pada langkah ini siswa menuliskan
kesimpulan dari hasil akhir perhitungan. Siswa harus memeriksa kembali setiap
langkah pengerjaan dengan benar dan menuliskan jawaban ke dalam konteks soal
19
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
dan menggambarkan seberapa besar kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung kelas VII B. Waktu
penelitian dilaksanakan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas VII B
SMP Negeri 28 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 siswa. Pemilihan subjek
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih kelas
dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kelas-kelas yang
20
dalam menerima materi dan latihan soal berbentuk cerita, disamping untuk
meng-efektifkan waktu penelitian yang singkat.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika yang meliputi empat aspek yaitu:
a. Kesalahan siswa dalam memahami soal yaitu ketidakmampuan siswa menyederhanakan soal dengan menuliskan informasi apa yang diketahui dan
ditanyakan.
b. Kesalahan siswa dalam membuat model matematika yaitu ketidak-mampuan siswa dalam membuat kalimat matematika dari suatu soal cerita
matematika.
c. Kesalahan siswa dalam melakukan komputasi yaitu ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan model matematika yaitu dengan melakukan
perhitungan.
d. Kesalahan siswa dalam menarik kesimpulan yaitu ketidakmampuan siswa dalam mengembalikan jawaban ke dalam konteks soal yang berupa suatu
kesimpulan (menuliskan kesimpulan sesuai pertanyaan soal).
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui kesalahan dalam menyelesaikan soal
cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri 28
21
Pada penelitian ini tes yang digunakan berbentuk tes essay (uraian). Tes essay dipilih karena dalam menjawab soal cerita matematika siswa dituntut untuk
menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tersebut tidak cukup hanya dengan
satu atau dua kata saja tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain
itu harus menguasai materi yang diujikan, siswa dituntut untuk bisa
mengungkap-kan dalam kalimat matematika dengan baik.
Soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat yang digunakan disusun
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Soal tes matematika
ini disusun oleh peneliti berdasarkan buku yang digunakan dan dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing maupun guru mitra mata pelajaran matematika SMP
Negeri 28 Bandar Lampung. Semua butir soal yang disusun mencakup empat
aspek yang meliputi kemampuan memahami soal, kemampuan membuat model
matematika, kemampuan komputasi, dan kemampuan menarik kesimpulan.
2. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengonfirmasi jawaban tes siswa mengenai
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian
berbentuk soal cerita matematika. Wawancara yang digunakan adalah wawancara
tidak terstruktur (terbuka) dimana peneliti atau pewawancara belum mengetahui
secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh dan pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Dalam hal ini, pewawancara mengadakan percakapan sedemikian
hingga pihak yang diwawancarai (responden) bersedia terbuka mengeluarkan
hal-22
hal yang berkaitan dengan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara langsung berhadapan
de-ngan yang diwawancarai (responden).
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri
28 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. Instrumen dalam penelitian ini
adalah perangkat tes penyelesaian soal cerita matematika.
Indikator menyelesaikan soal cerita matematika meliputi kemampuan memahami
soal, kemampuan membuat model matematika, kemampuan melakukan
kom-putasi, dan kemampuan menarik kesimpulan. Pedoman pensekoran tes
kemam-puan menyelesaikan soal cerita matematika dapat dilihat pada Tabel 3.1. Untuk
mendapatkan data yang akurat, maka butir soal yang digunakan dalam penelitian
harus memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk tes. Oleh karena itu
23
Tabel 3.1 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika.
No Langkah Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Keterangan Skor
1. Memahami soal A. Tidak menuliskan diketahui dan
ditanyakan
0
B. Menuliskan salah satu saja, apa yang diketahui atau ditanyakan
C. Menuliskan diketahui dan ditanyakan tetapi salah D. Menuliskan diketahui dan
ditanya sama persis dengan soal 1
E. Menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan tepat dan benar
2
2. Membuat kalimat (model)
matematika
A. Tidak membuat kalimat (model) matematika
0
B. Membuat kalimat (model) matematika tetapi salah B.Tidak melakukan penghitungan
tetapi hasil benar
0
C. Melakukan perhitungan tetapi salah
1
D. Melakukan perhitungan dengan benar
2
4. Menarik kesimpulan A. Tidak menuliskan kesimpulan 0
B. Menarik kesimpulan dengan hasil yang salah
C. Menarik kesimpulan tetapi kurang tepat
Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan suatu
24
pendapat widoyoko (2013:137) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui
validitas butir digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:
Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga
dengan harga rxy kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen
Tes dikatakan baik apabila reliabel, artinya tes tersebut dapat dipercaya dan dapat
memberi hasil yang tetap meskipun digunakan berulang kali dalam situasi dan
kondisi yang berbeda, rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas pada penelitian
ini digunakan rumus alpha, yaitu:
25
Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas. Arikunto
(2006:195), mengatakan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah sebagai berikut:
a. Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi b. Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi c. Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup d. Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah
e. Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah.
Tes dikatakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas ≥ 0,600. Kriteria yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah antara 0,600 sampai dengan 1,000. Dari
analisis data hasil penelitian, diperoleh reliabilitas instrumen tes soal cerita materi
pelajaran segitiga dan segi empat adalah 0,87 sehingga tes soal cerita materi
pelajaran segitiga dan segi empat dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
sangat tinggi (reliable) karena r11 ≥ 0,800.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan sebagai berikut :
a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menganalisis masalah.
b. Menentukan subjek penelitian.
c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
26
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun. Pada tahap ini peneliti juga melakukan pengumpulan
data untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data interpretasi data sesuai dengan
langkah-langkah yang dijelaskan pada metode analisis data di akhir bab ini.
4. Penyusunan hasil penelitian
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul. Data yang terkumpul berupa hasil tes. Untuk memperoleh
data tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran
segitiga dan segi empat pada tiap-tiap aspek kemampuan siswa dengan cara
melakukan penyekoran terhadap jawaban siswa.
Untuk mengukur kesalahan jawaban siswa digunakan tes kemampuan
me-nyelesaikan soal cerita matematika berbentuk essay (uraian) sebanyak 4 butir. Pada tiap aspek kemampuan siswa dapat dihitung menggunakan rumus:
X% x 100%
Keterangan:
A = Jumlah responden yang jawabannya salah pada tiap aspek X B = Jumlah responden x banyaknya butir pada aspek X
27
b. Membuat model matematika c. Melakukan komputasi d. Menarik kesimpulan
Adapun Proses analisis terhadap lembar jawab siswa adalah sebagai berkut:
1. Memeriksa langkah penyelesaian dan jawaban yang dilakukan siswa pada
lembar jawab.
2. Menghitung persentase siswa yang melakukan kesalahan pada tiap butir soal.
3. Membandingkan persentase siswa yang melakukan kesalahan pada tiap butir
soal.
4. Mendeskripsikan data tiap butir soal yang dikelompokkan berdasarkan aspek
kemampuan yaitu menyajikan variasi jawaban siswa pada tiap butir soal. Dari
variasi jawaban siswa dapat diketahui kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan
siswa dan banyaknya siswa yang melakukan kesalahan pada tiap aspek
66
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil suatu kesimpulan
kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi
empat siswa kelas VII B SMP N 28 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014
sebagai berikut:
1. Kesalahan siswa yang ditunjukkan dari kesalahan-kesalahan dalam menjawab
tes soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat, sebagai berikut:
a. Kesalahan memahami soal
Kesalahan dalam memahami soal cerita adalah sebesar 81,03%. Kesalahan
tersebut yaitu:
1) Tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan (8,62%)
2) Menuliskan salah satu saja informasi yang diketahui dan ditanyakan
(60,34%)
3) Menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan tetapi salah
(6,03%)
4) Menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan sama persis
67
b. Kesalahan membuat model matematika
Kesalahan membuat model matematika adalah sebesar 56,03%. Kesalahan
tersebut yaitu :
1) Tidak menuliskan informasi yang ada pada soal ke dalam kalimat
(model) matematika (23,28%)
2) Membuat kalimat (model) matematika yang salah (6,90%)
3) Membuat kalimat (model) matematika tapi kurang tepat (25,86%)
c. Kesalahan melakukan komputasi
Kesalahan melakukan komputasi adalah sebesar (56,90%). Kesalahan
terse-but yaitu:
1) Tidak melakukan penghitungan (24,14%)
2) Tidak melakukan penghitungan tetapi hasil benar (7,76%)
3) Kesalahan dalam melakukan operasi aritmatik seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian dan operasi-operasi lain (25%)
d. Kesalahan menarik kesimpulan
Kesalahan menarik kesimpulan adalah sebesar 57,76%. Kesalahan tersebut
yaitu:
1) tidak menuliskan kesimpulan (31,90%)
2) menarik kesimpulan dengan hasil perhitungan yang salah (17,24%)
3) salah dalam mengembalikan hasil perhitungan ke dalam konteks soal
cerita (8,62%)
2. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas VII B SMP N 28 Bandar
68
membuat model matematika, melakukan komputasi dan menarik kesimpulan
yaitu pada aspek memahami soal (81,03%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah disimpulkan
di atas, peneliti menyarankan:
1. Melihat kesalahan yang dilakukan siswa, guru diharapkan lebih sering
mengenalkan kalimat matematika supaya siswa terbiasa dengan kalimat
matematika sehingga ketika menghadapi permasalahan matematika, siswa
secara otomatis langsung dapat meraba permasalahan yang dimaksud pada
soal cerita dan tidak menimbulkan salah tafsir. Guru membiasakan siswa
untuk menjawab dengan lengkap soal-soal cerita.
2. Sebaiknya guru lebih sering memberikan latihan soal-soal cerita yang
bervariasi. Mulai dari soal cerita yang sederhana sampai dengan
soal-soal cerita yang lebih kompleks dengan menekankan pada penggunaan
langkah-langkah penyelesaian soal cerita agar siswa lebih terlatih dalam
menyelesaikan soal cerita dan lebih sistematis.
3. Dalam belajar, hendaknya siswa tidak hanya menghafal rumus tetapi lebih
be-rusaha untuk memahami konsep. Selain itu, siswa harus lebih banyak latihan
soal dan berhati-hati dalam membaca soal serta menghitung.
4. Beberapa siswa tidak terbiasa menggambarkan bangun-bangun yang
disebut-kan dalam soal. Guru dapat membiasadisebut-kan siswa untuk menggambar agar
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Atim, Mohammad. 2008. Analisis KesalahanSiswa dalam Menyelesaikan Soal Terapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel diKelas X MAN Gresik. Tesis. Surabaya: Unesa.
BSNP, 2006. Sandar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Jakarta. Tersedia: http://matematika.upi.edu/wp-ontent/uploads/2013/02/Buku-Standar-Isi-SMP.pdf. [02 februari 2014]
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hudoyo, Herman. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
_______________. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM-Press.
Kamarullah. 2005. Analisis Kesalahan Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Tentang Geometri di Madrasah Ibtidaiyah beserta Alternatif Pembelajarannya. Tesis. Surabaya: Unesa.
71
Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis. [Online]. Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2012%20LSM%20April%202010%20_A
sosiasi%20KPMM%20dan%20Disposisi%20Matematis. [24 Maret 2014].
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom DIKNAS.
Polya, George. 1985. How To Solve It 2nd ed. [Online]. Tersedia: . https://notendur.hi.is/hei2/teaching/PolyaHowToSolveIt.pdf. [25 Maret 2014].
R, Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Rosyidi, Abdul Haris. 2005. Analisis Kesalahan Siswa Kelas II MTs Alkhoiriyahdalam Menyelesaikan Soal Cerita yang Terkait dengan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah. Tesis. Surabaya: Unesa.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Solichan, Abdullah. 2004. Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Kerjasama JICA dengan UPI.
72
Syamsudin. 2003. Kesulitan Siswa Kelas V SD Menggunakan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Tesis. Surabaya: UNESA.