• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN BERBENTUK SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh ARDIYANTI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika yang ditinjau dari empat aspek, yaitu memahami soal (kemampuan siswa menyederhanakan soal dengan menuliskan informasi yang diketahui dan ditanya), membuat model (kalimat) matematika, melakukan komputasi (perhitungan), dan menarik kesimpulan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Metode pengumpulan data adalah metode tes dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah sebagai berikut: (1) memahami soal (81,03%) (2) membuat model matematika (56,03%) (3) melakukan komputasi (56,90%) (4) menarik kesimpulan (57,76%). Kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat yaitu pada aspek memahami soal, hal tersebut disebabkan karena siswa tidak terbiasa mengerjakan soal secara sistematis.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ardiyanti lahir pada tanggal 23 Nopember 1992 di Desa Wates,

Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Penulis

merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Jaendar dan Ibu

Herma Wati.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri 3 Wates, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat Pada tahun 1998, dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Liwa pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA 1 Liwa pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2013 di Desa Pasar Krui

Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat dan Program Pengalaman

(7)

Persembahan

Segala Puji syukur ku ucapkan kepada sang pencipta Allah SWT dan

Nabi Besar Muhammad SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada

Kedua orang tuaku tercinta

(Ayahanda Jaendar dan ibunda Hermawati)

yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat yang

tak pernah habis, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan dan

memberikan yang terbaik dalam hidupku

dan kakak-kakakku tersayang

(Mirwan Atmaja, Darwin Jaya, dan Ayu Winarti)

Sahabat Terbaikku (Arifan Al Qhomairi)

Keluarga besarku

Guru-guruku

Serta

(8)

Moto

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah: 153)

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah

berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada

sebelumnya.

(Kahlil Gibran)

Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak

menyenangkan.

(9)

ii SANWACANA

Dengan izin Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis

mengucapkan syukur Alhamdulillah atas diberikannya rahmat, dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis

Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada

Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar

Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014) sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dari awal perkuliahan hingga

terselesai-kannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik, dosen

pembimbing I, dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan

Pendidikan MIPA Universitas Lampung atas kesediaannya membimbing,

memberikan ilmu yang berharga, motivasi, nasehat, serta kritik baik selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya

(10)

iii baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi

ini menjadi lebih baik.

3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran

baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi

ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Drs. Hutasoit, M.M. selaku Kepala SMP Negeri 28 Bandar Lampung

yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Ibu Nurmalia S.Pd. selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dalam

penelitian di SMP Negeri 28 Bandar Lampung serta murid-muridku kelas VII

B yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

9. Bapak Solihin, S.Pd. selaku guru pamong yang telah membimbing dalam

pelaksanaan PPL.

10.Ayah, Bunda, dan kakak-kakakku tersayang yang tidak pernah lelah untuk

selalu mendoakan, mendukung, dan memberi semangat dengan segala

ketu-lusan dan kasih sayangnya.

11.Sahabat terbaikku Arifan, Zuma, Anggi, Fira, Teqek, Engla, Rika, Desy, dan

(11)

iv 12.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 B yang

memberikan pesaudaraan dan kebersamaannya selama ini: Nando, Imam,

Sofyan, Heru, Perdan, Mela, Feby, ira, Suke, Woro, Noviana, Resti, Iisy,

Clara, Gesca, Agustin, Aniya, Ayu, Nurul, Silo, serta teman-teman 2010 A.

13.Kakak tingkat 2008 sampai 2009, serta Adik tingkat 2011 sampai 2014.

14.Keluarga KKN dan PPL di Desa Pasar Krui: Asti, Yuli, Dela, Anggi, Yuliani,

Okti, Evi, Tika, dan Zaki. Semoga kekeluargaan kita akan terus terjalin.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala

di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulis,

(12)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Pembelajaran Matematika ... 8

2. Soal Cerita Matematika ... 11

3. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Berbentuk Cerita Matematika ... 14

B. Kerangka Pikir ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19

B. Tempat dan Waktru Penelitian ... 19

(13)

vi

D. Teknik Pengumpulan Data ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Tahap-Tahap Penelitian ... 25

G. Teknik Analisis Data ... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 38

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika ... ... 23 4.1 Banyaknya Siswa yang Mengerjakan dan Melakukan Kesalahan

dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pelajaran. Segitiga dan Segi Empat ... 28 4.2 Banyaknya Siswa yang Melakukan Kesalahan Berdasarkan

Langkah-Langkah Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pelajaran

Segitiga dan Segi Empat .. ... 31 4.3 Rata-Rata Banyak Siswa yang Melakukan Kesalahan Berdasarkan

Aspek Memahami Soal, Membuat Model Matematika, Melakukan

(15)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal pada Soal Cerita

Nomor 1 ... 44

4.2 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal pada Soal Cerita

Nomor 1 ... 44

4.3 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika

Pada Soal Cerita Nomor 1 ... 45

4.4 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika

Pada Soal Cerita Nomor 1 ... 45

4.5 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi pada Soal

Cerita Nomor 1 ... 46

4.6 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi pada Soal

Cerita Nomor 1 ... 47

4.7 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal

Cerita Nomor 1 ... 48

4.8 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal

Cerita Nomor 1 ... 50

4.9 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita

Nomor 2 ... 50

4.10 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita

Nomor 2 ... 50

4.11 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika

Pada Soal Cerita Nomor 2 ... 51

4.12 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Matematika

Pada Soal Cerita Nomor 2 ... 51

(16)

ix Cerita Nomor 2 ... 52

4.14 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi pada Soal

Cerita Nomor 2 ... 53

4.15 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal

Cerita Nomor 2 ... 54

4.16 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal

Cerita Nomor 2 ... 54

4.17 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita

Nomor 3 ... 56

4.18 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita

Nomor 3 ... 56

4.19 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Pada Soal

Cerita Nomor 3 ... 57

4.20 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi Pada Soal

Cerita Nomor 3 ... 58

4.21 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi Pada Soal

Cerita Nomor 3 ... 59

4.22 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal

Cerita Nomor 3 ... 60

4.23 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita

Nomor 4 ... 62

4.24 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memahami Soal Pada Soal Cerita

Nomor 4 ... 62

4.25 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Membuat Model Pada Soal

Cerita Nomor 4 ... 63

4.26 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Melakukan Komputasi Pada Soal

Cerita Nomor 4 ... 64

4.27 Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menarik Kesimpulan Pada Soal

(17)

ixi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus ... 75

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 79

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 97

B.Perangkat Tes

B.1 Pedoman Penskoran Tes Penyelesaian Soal Cerita

Matematika ... 106

B.2 Kisi-Kisi Soal Tes Penyelesaian Soal Cerita

Matematika ... 107

B.3 Soal Post-test ... 109

B.4 Pedoman Penskoran Soal Post-test ... 111

B.5 Persentase Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika ... 114

B.6 Pedoman Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika ... 116

C.Analisis Data

C.1 Uji Validitas Pada Kelas Uji Coba ... 118

C.2 Uji Reliabilitas Pada Kelas Uji Coba ... 119

C.3 Rekapitulasi Kesalahan Siswa Berdasarkan Aspek Langkah-

(18)

xi C.4 Rekapitulasi Skor Siswa Berdasarkan Aspek Langkah-Langkah

Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 124

C.5 Rekapitulasi Skor Siswa dari Tiap Butir Soal ... 126

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu teknologi yang berlangsung dengan cepat telah memberikan

tantangan kepada setiap individu. Setiap individu dituntut untuk terus belajar dan

menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya

perkem-bangan sumber daya manusia bagi setiap individu untuk menyesuaikan diri

dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Salah satu usaha untuk meningkatkan

sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

sum-ber daya manusia yang sum-berkualitas. Pendidikan yang sum-berkualitas akan sum-

berpenga-ruh pada kemajuan di berbagai bidang. Oleh karena itu, langkah untuk

melaku-kan pembangunan di bidang pendidimelaku-kan dapat dilakumelaku-kan dengan memperhatimelaku-kan

komponen pendidikan yang ada, terutama bagi siswa yang akan menjadi tolok

ukur keberhasilan pendidikan itu sendiri. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun

2003 Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa :

(20)

2

Dalam Permendiknas tahun 2006 dijelaskan bahwa matematika adalah mata

pela-jaran yang perlu diberikan kepada peserta didik sejak sekolah dasar. Peranan

matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat penting karena penguasaan

ter-hadap matematika dapat membantu kita untuk dapat berpikir secara logis, kritis,

dan kreatif. Matematika juga merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaan

me-nalar, oleh karena itu matematika sangat diperlukan siswa sebagai bekal dalam

menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Hal ini

senada dengan pendapat Cockroft (Abdurrahman, 2003:253) bahwa matematika

perlu diajarkan kepada siswa karena selalu digunakan dalam segi kehidupan,

semua bidang menbutuhkan keterampilan matematika, dan matematika dapat

me-ningkatkan kemampuan berfikir logis.

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika pada jenjang sekolah menengah

pertama (SMP) menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006)

adalah memberikan penekanan pada penataan nalar, pembentukan sikap siswa,

dan memberikan keterampilan pemecahan masalah dalam penerapan matematika,

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu

pengetahuan lainnya. Tercapainya tujuan pembelajaran matematika diukur dari

hasil prestasi belajar matematika siswa terhadap ketercapaian setiap indikator

pada materi pelajaran. Untuk dapat mencapai prestasi yang baik, siswa dituntut

untuk menyelesaikan berbagai jenis soal, baik berupa soal cerita maupun

berbentuk soal dalam bentuk isian singkat.

Masalah yang sering dirasakan sulit oleh siswa dalam pembelajaran matematika

(21)

3

merupakan soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik lisan maupun

tulisan (Solichan, 2004:14). Soal cerita wujudnya berupa kalimat verbal

sehari-hari yang makna dari konsep dan ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol

dan relasi matematika. Untuk itu siswa dituntut kemampuan memahami masalah

baik dari segi bahasa maupun dari segi matematikanya. Penyelesaian soal cerita

tidak hanya memperhatikan jawaban akhir perhitungan tetapi proses

penyele-saiannya juga harus diperhatikan. Siswa diharapkan menyelesaikan soal cerita

melalui suatu proses tahap demi tahap agar terlihat alur berpikir siswa dalam

menyelesaikan soal cerita, sehingga dapat dilihat sejauh mana siswa memahami

konsep yang diberikan dalam soal cerita.

Soal cerita juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika

karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan matematika

ketika siswa dihadapkan pada soal cerita. Selain itu, soal cerita sangat bermanfaat

untuk perkembangan proses berikir siswa karena dalam menyelesaikan masalah

siswa dapat berpikir secara terstruktur serta siswa lebih berkreasi dan bervariasi

dalam memberikan jawaban.

Hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) PPPPTK (P4TK) Matematika 2007 dan

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru (PPPG) Matematika

menun-jukkan bahwa lebih dari 50% guru menyatakan bahwa sebagian besar siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Kebanyakan siswa merasa

kesulitan dalam memahami maksud dari soal yang diberikan, apa yang ditanyakan

dalam soal tersebut, dan masih banyak pula terdapat kesalahan dalam perhitungan.

(22)

4

diperlukan langkah-langkah pemahaman dan daya nalar yang tinggi. Masih

ba-nyak siswa yang kurang memahami bagaimana menerjemahkan kalimat

sehari-hari soal ke dalam kalimat matematika atau model matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Negeri

28 Bandar Lampung ternyata masih banyak terdapat siswa yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita. Beliau

me-ngatakan bahwa berdasarkan pengalaman ketika memberikan soal-soal ujian,

banyak siswa melakukan kesalahan terutama dalam menyelesaikan soal berbentuk

cerita yang berkaitan dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan

yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal dapat menjadi petunjuk sejauh

mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Dari kesalahan

yang dilakukan siswa dapat diteliti lebih lanjut mengenai letak kesalahan siswa.

Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa harus mendapat pemecahan yang

tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara menganalisis akar permasalahan

yang banyak dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, selanjutnya

diupayakan alternatif pemecahannya sehingga kesalahan yang sama tidak akan

terulang lagi dikemudian hari.

Dengan adanya permasalahan di atas, maka peneliti termotivasi melakukan

penelitian untuk menganalisis kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika

dalam bentuk cerita. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui kemampuan

siswa dan kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam

(23)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII B SMP Negeri 28

Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga

dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal, membuat model

mate-matika, melakukan komputasi, dan menarik kesimpulan?

2. Pada aspek kesalahan mana yang paling banyak dilakukan siswa kelas VII B

SMP Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi

pe-lajaran segitiga dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal, membuat

model matematika, melakukan komputasi, dan menarik kesimpulan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII B SMP

Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran

segitiga dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal, membuat model

matematika, melakukan komputasi, dan menarik kesimpulan.

2. Mengetahui letak kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa kelas VII B

SMP Negeri 28 Bandar Lampung dalam menyelesaikan soal cerita materi

pelajaran segitiga dan segi empat ditinjau dari aspek memahami soal,

(24)

6

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Dengan mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelasaikan

soal cerita, dapat digunakan sebagai arahan untuk melakukan usaha perbaikan

pembelajaran dan untuk menghindari kesalahan yang sama yang dilakukan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran matematika.

2. Dengan diketahuinya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita materi pelajaran matematika, dapat menambah pengetahuan

ten-tang kesalahan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita sehingga

akan membangkitkan keinginan melakukan usaha untuk menindaklanjuti

da-lam mengatasi kesalahan yang dilakukan siswa.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk uraian materi

pelajaran segitiga dan segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang ditinjau dari aspek memahami

so-al, membuat kalimat (model) matematika, melakukan komputasi, dan

mena-rik kesimpulan.

2. Soal cerita adalah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita dan

berkaitan denga kehidupan sehari-hari pada materi segitiga dan segi empat.

3. Pembelajaran matematika adalah proses interaksi belajar mengajar

(25)

7

untuk mencapai tujuan pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat

ber-langsung secara optimal.

(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Menurut Slameto (2013:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hamalik (2003:27) bahwa belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat tetapi mencakup kegiatan yang lebih luas yaitu mengalami, dan

hasil belajar bukan suatu pengadaan hasil latihan melainkan sutu perubahan

tingkah laku.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

prilaku aktif yang dilakukan individu dalam membangun makna atau pemahaman

yang membawa suatu perubahan, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat

diamati secara langsung dan terjadi sebagai akibat dari interaksi individu dengan

lingkungannya. Hasil belajar tersebut dapat meliputi perubahan pengetahuan,

ke-terampilan, maupun nilai sikap.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,

(27)

9

belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan pembelajaran menurut Miarso

(2004:6) adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang

lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.

Pendapat lain tentang pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Suherman

(2001:8) bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi

nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan

demikian proses belajar bersifat internal dalam diri individu siswa dan bersifat

eksternal yang sengaja direncanakan sehingga bersifat rekayasa prilaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan suatu upaya untuk memperoleh maupun menciptakan ilmu

pengeta-huan, kemampuan, keterampilan, dan minat dalam kegiatan belajar secara efektif

dan efisien untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Pengertian matematika menurut Paling (Abdurrahman, 2003:252) adalah suatu

cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu

cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk serta

ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting

adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan

menggu-nakan hubungan-hubungan.

Pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa yang bersosialisasi

dengan guru, sumber atau bahan belajar, dan teman dalam memperoleh

penge-tahuan baru. Proses aktif tersebut menyebabkan perubahan tingkah laku,

(28)

10

dan keterampilan matematikanya di mana sebelumnya siswa tersebut tidak dapat

melakukan (Hudoyo, 2001:92). Dalam pembelajaran, siswa tidak melakukan

belajar seorang diri melainkan belajar bersama orang lain dengan berpikir dan

bertindak (Sudjana, 2002:3).

Menurut Sumarmo (2001:5), pembelajaran matematika diharapkan memenuhi

prinsip-prinsip empat pilar pendidikan yang diajukan UNESCO, yaitu:

a. Learning to know

Siswa diharapkan memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa) yang memadai sebagai bekal melanjutkan studinya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari atau bidang studi lainnya.

b. Learning to do

Siswa diharapkan memiliki keterampilan dalam kegiatan matematika yang meliputi keterampilan dalam perhitungan rutin maupun non rutin, memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah dan persoalan yang memuat penalaran.

c. Learning to be

Siswa diharapkan dapat memahami, menghargai, atau mempunyai ap-resiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan terhadap produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri.

d. Learning to live together

Dengan diskusi tentang konsep-konsep matematika dan mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan soal-soal matematika, siswa dapat me-mahami pendapat orang lain dan akhirnya siswa dapat bekerja sama dengan orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah

proses interaksi belajar mengajar matematika antara siswa dan guru dengan

melibatkan segenap aspek didalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran agar

(29)

11

2. Soal Cerita Matematika

Soal cerita dalam pelajaran matematika merupakan soal yang disajikan dalam

bentuk uraian atau cerita baik lisan maupun tulisan (Solichan, 2000:14). Soal

cerita wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang mana dari konsep dan

ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika. Untuk itu

dituntut kemampuan memahami masalah baik dari soal bahasa maupun dari segi

matematikanya.

Menurut Sugondo (Syamsudin, 2003:226), memecahkan soal cerita penting bagi

perkembangan proses secara matematis, menghargai matematika sebagai alat yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan akhirnya siswa akan dapat

menye-lesaiakan masalah yang lebih rumit. Pemecahan masalah dalam suatu soal cerita

matematika merupakan suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang benar

dan logis untuk mendapatkan penyelesaian, Jonassen (Mahmudi, 2010:3).

Menyelesaikan suatu soal cerita matematika bukan sekedar memperoleh hasil

yang berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting siswa

mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk

men-dapatkan jawaban tersebut. Polya (1985:5) menyarankan empat langkah dalam

pemecahan masalah, yaitu:

1. Understanding the problem 2. Devising a plan

(30)

12

Understanding the problem, adalah memahami masalah. Proses pemahaman masalah dilakukan dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang

di-tanyakan dalam soal, mengelola informasi dalam soal dan memilah-milah sesuai

dengan peran masing-masing unsur dalam soal, serta bila perlu membuat gambar,

dan menuliskan notasi yang sesuai untuk mempermudah memahami masalah dan

mempermudah mendapat gambaran umum penyelesaian.

Devising a plan, yaitu merencanakan penyelesaian. Dalam rencana permasalahan diperlukan suatu model. Model ini berbentuk hubungan antara data atau

infor-masi yang ada dengan apa yang ditanyakan. Model ini merupakan interpretasi

dari bahasa persoalan ke bahasa matematika. Proses perencanaan penyelesaian

di-lakukan dengan mencari hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang

tidak diketahui.

Carrying out the plan, yaitu melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, maka harus memeriksa bahwa pada tiap langkah sudah benar. Pada proses

ini diperlukan kebenaran langkah penyelesaian. Dalam penyelesaian suatu soal

cerita, melaksanakan rencana dapat berupa melakukan komputasi dari model

matematika yang telah dibuat pada langkah kedua.

Looking back, yaitu memeriksa proses dan hasil. Pemeriksaan ini merupakan suatu kegiatan menarik kesimpulan untuk mengembalikan jawaban ke dalam

konteks soal sesuai pertanyaan soal.

Menurut Soedjadi (2000:18) untuk menyelesaikan soal cerita matematika dapat

(31)

13

a. Membaca soal cerita dengan cermat untuk menangkap makna pada tiap kalimat.

b. Memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan dalam soal.

c. Membuat model matematika dari soal.

d. Menyelesaikan model matematika menurut aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari soal tersebut.

e. Mengembalikan jawaban ke dalam konteks soal yang ditanyakan.

Kelima langkah tersebut merupakan satu paket penyelesaian soal cerita. Langkah

pertama dan kedua dalam penyelesaian soal cerita di atas dapat diartikan sebagai

kegiatan memahami soal cerita. Dalam kegiatan tersebut dibutuhkan kemampuan

membaca soal denga cermat sehingga dapat mengungkapkan apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita. Siswa harus mampu menentukan apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari data yang telah diberikan.

Setelah siswa mampu memahami soal cerita, siswa harus mampu mengubah

kalimat soal ke dalam kalimat matematika, langkah ini merupakan suatu proses

membuat model matematika. Selain dituntut pemahaman soal yang tinggi, untuk

dapat mnyelesaikan soal cerita matematika seorang siswa juga dituntut untuk

dapat membuat model matematika yang sesuai. Pembentukan model matematika

ini sangat penting karena bahasa matematika (model matematika) merupakan

suatu cara yang mudah untuk memformulasikan keterangan yang ada.

Model matematika yang telah disusun pada langkah kedua kemudian

diopera-sikan dengan operasi aritmatik. Dalam hal ini siswa melakukan komputasi sesuai

dengan aritmatik yang telah ditentukan. Keterampilan komputasi adalah

kemam-puan menjalankan prosedur dalam operasi aritmatika secara tepat dan benar

(32)

14

seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan bulat,

pecahan, maupun desimal. Selain kecepatan, yang dibutuhkan dalam proses

kom-putasi yaitu ketepatan, ketelitian, dan kebenaran dalam menyelesaikan

perhitu-ngan tersebut.

Langkah terakhir dalam menyelesaikan suatu soal cerita yaitu menarik suatu

kesimpulan. Dalam hal ini merupakan proses mengomunikasikan solusi

penye-lesaian yaitu mengembalikan jawaban ke dalam konteks permasalahan yang

ditanyakan.

Dari pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan dan membatasi

langkah-langkah menyelesaikan soal cerita dalam penelitian ini yaitu:

a. Memahami soal

1. Menuliskan apa yang diketahui dalam soal

2. Menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal

b. Membuat model matematika

c. Melakukan komputasi

d. Menarik kesimpulan

3. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal berbentuk Cerita Matematika

Menurut Atim (2008:6), analisis adalah suatu upaya penyelidikan untuk melihat,

mengamati, mengetahui, menemukan, memahami, menelaah, mengklasifikasi, dan

mendalami serta menginterpretasikan fenomena yang ada.

Kesalahan adalah penyimpangan dari yang benar atau penyimpangan dari yang

(33)

15

mendefinisikan kesalahan sebagai suatu bentuk penyimpangan terhadap hal yang

dianggap benar atau prosedur yang ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, menurut

Kurniasari (2007:19), kesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap hal yang

benar, prosedur yang ditetapkan sebelumnya, atau penyimpangan dari suatu yang diharapkan.

Berdasarkan pendapat Kamarullah, Rosyidi, dan Kurniasari maka dapat disimpulkan bahwa

kesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap hal yang dianggap benar atau

penyimpangan terhadap sesuatu yang telah ditetapkan/disepakati sebelumnya.

Dalam penelitian ini jika seorang siswa sebagai subyek penelitian dapat

memberikan jawaban yang benar dan sesuai dengan langkah-langkah

penye-lesaian soal cerita, dikatakan siswa itu dapat menyelesaikan soal cerita

mate-matika. Sedangkan letak kesalahan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

bagian dari penyelesaian soal yang terjadi penyimpangan berdasarkan

langkah-langkah menyelesaikan soal cerita, yaitu sebagai berikut.

1. Kemampuan memahami soal

a. Dapat menuliskan apa yang diketahui

b. Dapat menuliskan apa yang ditanyakan

2. Kemampuan membuat model matematika

a. Dapat mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika

b. Dapat menentukan rumus atau cara yang sesuai dengan penyelesaian

3. Kemampuan melakukan penghitungan (komputasi)

a. Dapat menyelesaikan model yang telah dibuat dengan operasi aritmatik

yang telah ditentukan

(34)

16

4. Kemampuan menarik kesimpulan

a. Dapat memeriksa setiap langkah pengerjaan dengan benar

b. Dapat menuliskan jawaban ke dalam konteks soal

B. Kerangka Pikir

Salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah

dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika. Sebab kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika berhubungan langsung dengan prestasi belajar matematika. Dengan

masih rendahnya prestasi belajar matematika yang dicapai siswa menunjukkan

bahwa sis-wa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

Proses untuk menyelesaikan soal cerita matematika itu diperlukan serangkaian

langkah-langkah penyelesaian. Jika salah satu atau lebih langah-langkah

penye-lesaian soal cerita tersebut tidak dapat diselesaikan dengan benar maka akan

menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam melakukan proses penyelesaian

dari suatu soal cerita. Di samping itu kemampuan-kemampuan tiap siswa dalam

menyelesaikan soal cerita berbeda-beda, kemampuan tersebut meliputi

kemampu-an memahami soal, kemampukemampu-an membuat model matematika, kemampukemampu-an

kom-putasi dan kemampuan menarik kesimpulan. Oleh karenanya untuk mengetahui

kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat dianalisis

kesalahan-kesalahan pada tiap pengerjaan dari suatu soal cerita. Dalam

penelitian ini, indikator kesalahan-kesalahan yang akan dianalisis dalam

(35)

17

1. Kesalahan memahami soal

2. Kesalahan membuat model matematika

3. Kesalahan komputasi

4. Kesalahan menarik kesimpulan

Langkah pertama, yaitu memahami soal cerita. Pada langkah ini siswa diminta

untuk membaca ulang masalah tersebut, memahami kata demi kata, kalimat demi

kalimat. Kemudian mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah atau soal

tersebut dan mengidentifikasi juga apa yang hendak dicari. Siswa diharapkan

dapat mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan tidak

me-nambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan

masalah yang dihadapi.

Langkah kedua, yaitu membuat kalimat (model) matematika. Pada langkah ini,

siswa diminta untuk menuliskan kalimat matematika yang menyatakan

hubungan-hubungan itu dalam bentuk operasi bilangan. Siswa dapat mengubah soal ke

dalam kalimat matematika dengan menentukan rumus, simbol atau cara apa yang

tepat digunakan agar permasalahan dalam soal dapat secara sistematis.

Langkah ketiga, yaitu melakukan perhitungan (komputasi). Siswa diminta untuk

menjalankan prosedur dan operasi aritmatika secara tepat dan benar. Dalam hal

ini, siswa menentukan bilangan-bilangan yang memenuhi agar kalimat

matema-tika menjadi benar. Ketelitian merupakan hal utama yang dapat menentukan hasil

(36)

18

Langkah keempat, yaitu menarik kesimpulan. Pada langkah ini siswa menuliskan

kesimpulan dari hasil akhir perhitungan. Siswa harus memeriksa kembali setiap

langkah pengerjaan dengan benar dan menuliskan jawaban ke dalam konteks soal

(37)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

dan menggambarkan seberapa besar kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung kelas VII B. Waktu

penelitian dilaksanakan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas VII B

SMP Negeri 28 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 siswa. Pemilihan subjek

dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih kelas

dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kelas-kelas yang

(38)

20

dalam menerima materi dan latihan soal berbentuk cerita, disamping untuk

meng-efektifkan waktu penelitian yang singkat.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika yang meliputi empat aspek yaitu:

a. Kesalahan siswa dalam memahami soal yaitu ketidakmampuan siswa menyederhanakan soal dengan menuliskan informasi apa yang diketahui dan

ditanyakan.

b. Kesalahan siswa dalam membuat model matematika yaitu ketidak-mampuan siswa dalam membuat kalimat matematika dari suatu soal cerita

matematika.

c. Kesalahan siswa dalam melakukan komputasi yaitu ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan model matematika yaitu dengan melakukan

perhitungan.

d. Kesalahan siswa dalam menarik kesimpulan yaitu ketidakmampuan siswa dalam mengembalikan jawaban ke dalam konteks soal yang berupa suatu

kesimpulan (menuliskan kesimpulan sesuai pertanyaan soal).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui kesalahan dalam menyelesaikan soal

cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri 28

(39)

21

Pada penelitian ini tes yang digunakan berbentuk tes essay (uraian). Tes essay dipilih karena dalam menjawab soal cerita matematika siswa dituntut untuk

menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tersebut tidak cukup hanya dengan

satu atau dua kata saja tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain

itu harus menguasai materi yang diujikan, siswa dituntut untuk bisa

mengungkap-kan dalam kalimat matematika dengan baik.

Soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat yang digunakan disusun

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Soal tes matematika

ini disusun oleh peneliti berdasarkan buku yang digunakan dan dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing maupun guru mitra mata pelajaran matematika SMP

Negeri 28 Bandar Lampung. Semua butir soal yang disusun mencakup empat

aspek yang meliputi kemampuan memahami soal, kemampuan membuat model

matematika, kemampuan komputasi, dan kemampuan menarik kesimpulan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengonfirmasi jawaban tes siswa mengenai

kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian

berbentuk soal cerita matematika. Wawancara yang digunakan adalah wawancara

tidak terstruktur (terbuka) dimana peneliti atau pewawancara belum mengetahui

secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh dan pedoman wawancara

yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan. Dalam hal ini, pewawancara mengadakan percakapan sedemikian

hingga pihak yang diwawancarai (responden) bersedia terbuka mengeluarkan

(40)

hal-22

hal yang berkaitan dengan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara langsung berhadapan

de-ngan yang diwawancarai (responden).

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat siswa kelas VII B SMP Negeri

28 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. Instrumen dalam penelitian ini

adalah perangkat tes penyelesaian soal cerita matematika.

Indikator menyelesaikan soal cerita matematika meliputi kemampuan memahami

soal, kemampuan membuat model matematika, kemampuan melakukan

kom-putasi, dan kemampuan menarik kesimpulan. Pedoman pensekoran tes

kemam-puan menyelesaikan soal cerita matematika dapat dilihat pada Tabel 3.1. Untuk

mendapatkan data yang akurat, maka butir soal yang digunakan dalam penelitian

harus memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk tes. Oleh karena itu

(41)

23

Tabel 3.1 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika.

No Langkah Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Keterangan Skor

1. Memahami soal A. Tidak menuliskan diketahui dan

ditanyakan

0

B. Menuliskan salah satu saja, apa yang diketahui atau ditanyakan

C. Menuliskan diketahui dan ditanyakan tetapi salah D. Menuliskan diketahui dan

ditanya sama persis dengan soal 1

E. Menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan tepat dan benar

2

2. Membuat kalimat (model)

matematika

A. Tidak membuat kalimat (model) matematika

0

B. Membuat kalimat (model) matematika tetapi salah B.Tidak melakukan penghitungan

tetapi hasil benar

0

C. Melakukan perhitungan tetapi salah

1

D. Melakukan perhitungan dengan benar

2

4. Menarik kesimpulan A. Tidak menuliskan kesimpulan 0

B. Menarik kesimpulan dengan hasil yang salah

C. Menarik kesimpulan tetapi kurang tepat

Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan suatu

(42)

24

pendapat widoyoko (2013:137) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui

validitas butir digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga

dengan harga rxy kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen

Tes dikatakan baik apabila reliabel, artinya tes tersebut dapat dipercaya dan dapat

memberi hasil yang tetap meskipun digunakan berulang kali dalam situasi dan

kondisi yang berbeda, rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas pada penelitian

ini digunakan rumus alpha, yaitu:



(43)

25

Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas. Arikunto

(2006:195), mengatakan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah sebagai berikut:

a. Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi b. Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi c. Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup d. Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah

e. Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah.

Tes dikatakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas ≥ 0,600. Kriteria yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah antara 0,600 sampai dengan 1,000. Dari

analisis data hasil penelitian, diperoleh reliabilitas instrumen tes soal cerita materi

pelajaran segitiga dan segi empat adalah 0,87 sehingga tes soal cerita materi

pelajaran segitiga dan segi empat dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang

sangat tinggi (reliable) karena r11 ≥ 0,800.

F. Tahap-Tahap Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan sebagai berikut :

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menganalisis masalah.

b. Menentukan subjek penelitian.

c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

(44)

26

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang telah disusun. Pada tahap ini peneliti juga melakukan pengumpulan

data untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data interpretasi data sesuai dengan

langkah-langkah yang dijelaskan pada metode analisis data di akhir bab ini.

4. Penyusunan hasil penelitian

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul. Data yang terkumpul berupa hasil tes. Untuk memperoleh

data tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran

segitiga dan segi empat pada tiap-tiap aspek kemampuan siswa dengan cara

melakukan penyekoran terhadap jawaban siswa.

Untuk mengukur kesalahan jawaban siswa digunakan tes kemampuan

me-nyelesaikan soal cerita matematika berbentuk essay (uraian) sebanyak 4 butir. Pada tiap aspek kemampuan siswa dapat dihitung menggunakan rumus:

X% x 100%

Keterangan:

A = Jumlah responden yang jawabannya salah pada tiap aspek X B = Jumlah responden x banyaknya butir pada aspek X

(45)

27

b. Membuat model matematika c. Melakukan komputasi d. Menarik kesimpulan

Adapun Proses analisis terhadap lembar jawab siswa adalah sebagai berkut:

1. Memeriksa langkah penyelesaian dan jawaban yang dilakukan siswa pada

lembar jawab.

2. Menghitung persentase siswa yang melakukan kesalahan pada tiap butir soal.

3. Membandingkan persentase siswa yang melakukan kesalahan pada tiap butir

soal.

4. Mendeskripsikan data tiap butir soal yang dikelompokkan berdasarkan aspek

kemampuan yaitu menyajikan variasi jawaban siswa pada tiap butir soal. Dari

variasi jawaban siswa dapat diketahui kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan

siswa dan banyaknya siswa yang melakukan kesalahan pada tiap aspek

(46)

66

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil suatu kesimpulan

kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi

empat siswa kelas VII B SMP N 28 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

sebagai berikut:

1. Kesalahan siswa yang ditunjukkan dari kesalahan-kesalahan dalam menjawab

tes soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat, sebagai berikut:

a. Kesalahan memahami soal

Kesalahan dalam memahami soal cerita adalah sebesar 81,03%. Kesalahan

tersebut yaitu:

1) Tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan (8,62%)

2) Menuliskan salah satu saja informasi yang diketahui dan ditanyakan

(60,34%)

3) Menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan tetapi salah

(6,03%)

4) Menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan sama persis

(47)

67

b. Kesalahan membuat model matematika

Kesalahan membuat model matematika adalah sebesar 56,03%. Kesalahan

tersebut yaitu :

1) Tidak menuliskan informasi yang ada pada soal ke dalam kalimat

(model) matematika (23,28%)

2) Membuat kalimat (model) matematika yang salah (6,90%)

3) Membuat kalimat (model) matematika tapi kurang tepat (25,86%)

c. Kesalahan melakukan komputasi

Kesalahan melakukan komputasi adalah sebesar (56,90%). Kesalahan

terse-but yaitu:

1) Tidak melakukan penghitungan (24,14%)

2) Tidak melakukan penghitungan tetapi hasil benar (7,76%)

3) Kesalahan dalam melakukan operasi aritmatik seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian dan operasi-operasi lain (25%)

d. Kesalahan menarik kesimpulan

Kesalahan menarik kesimpulan adalah sebesar 57,76%. Kesalahan tersebut

yaitu:

1) tidak menuliskan kesimpulan (31,90%)

2) menarik kesimpulan dengan hasil perhitungan yang salah (17,24%)

3) salah dalam mengembalikan hasil perhitungan ke dalam konteks soal

cerita (8,62%)

2. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas VII B SMP N 28 Bandar

(48)

68

membuat model matematika, melakukan komputasi dan menarik kesimpulan

yaitu pada aspek memahami soal (81,03%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah disimpulkan

di atas, peneliti menyarankan:

1. Melihat kesalahan yang dilakukan siswa, guru diharapkan lebih sering

mengenalkan kalimat matematika supaya siswa terbiasa dengan kalimat

matematika sehingga ketika menghadapi permasalahan matematika, siswa

secara otomatis langsung dapat meraba permasalahan yang dimaksud pada

soal cerita dan tidak menimbulkan salah tafsir. Guru membiasakan siswa

untuk menjawab dengan lengkap soal-soal cerita.

2. Sebaiknya guru lebih sering memberikan latihan soal-soal cerita yang

bervariasi. Mulai dari soal cerita yang sederhana sampai dengan

soal-soal cerita yang lebih kompleks dengan menekankan pada penggunaan

langkah-langkah penyelesaian soal cerita agar siswa lebih terlatih dalam

menyelesaikan soal cerita dan lebih sistematis.

3. Dalam belajar, hendaknya siswa tidak hanya menghafal rumus tetapi lebih

be-rusaha untuk memahami konsep. Selain itu, siswa harus lebih banyak latihan

soal dan berhati-hati dalam membaca soal serta menghitung.

4. Beberapa siswa tidak terbiasa menggambarkan bangun-bangun yang

disebut-kan dalam soal. Guru dapat membiasadisebut-kan siswa untuk menggambar agar

(49)

69

(50)

70

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atim, Mohammad. 2008. Analisis KesalahanSiswa dalam Menyelesaikan Soal Terapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel diKelas X MAN Gresik. Tesis. Surabaya: Unesa.

BSNP, 2006. Sandar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Jakarta. Tersedia: http://matematika.upi.edu/wp-ontent/uploads/2013/02/Buku-Standar-Isi-SMP.pdf. [02 februari 2014]

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hudoyo, Herman. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

_______________. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM-Press.

Kamarullah. 2005. Analisis Kesalahan Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Tentang Geometri di Madrasah Ibtidaiyah beserta Alternatif Pembelajarannya. Tesis. Surabaya: Unesa.

(51)

71

Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2012%20LSM%20April%202010%20_A

sosiasi%20KPMM%20dan%20Disposisi%20Matematis. [24 Maret 2014].

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom DIKNAS.

Polya, George. 1985. How To Solve It 2nd ed. [Online]. Tersedia: . https://notendur.hi.is/hei2/teaching/PolyaHowToSolveIt.pdf. [25 Maret 2014].

R, Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Rosyidi, Abdul Haris. 2005. Analisis Kesalahan Siswa Kelas II MTs Alkhoiriyahdalam Menyelesaikan Soal Cerita yang Terkait dengan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah. Tesis. Surabaya: Unesa.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solichan, Abdullah. 2004. Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Kerjasama JICA dengan UPI.

(52)

72

Syamsudin. 2003. Kesulitan Siswa Kelas V SD Menggunakan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Tesis. Surabaya: UNESA.

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika.

Referensi

Dokumen terkait

Kesiapan masyarakat dan pemerintah setempat dinyatakan dalam kueisioner yang menyebutkan siap dalam keikutsertaan tetapi belum siap dalam kesediaan alat yang

46,7% pengaruh celebrity endorser dan brand association terhadap keputusan pembelian clear men shampoo dapat diartikan adanya celebrity endorser dan brand

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jika ada korelasi yang signifikan antara soft skills dosen dan managemen kelas di Program Studi Pendidikan Bahasa

Kondisi agroklimat yang diperlukan untuk mencapai produksi kalus optimum adalah : selang nilai curah hujan selama 4 bulan sebesar 965 -1102 mm, rataan selang

Kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) emansipasi yang terdapat dalam novel Mimi Lan Mintuna meliputi: ketegaran, kebebasan, kemandirian, perjuangan,

Apabila Ada Sanggahan Mengenai Proses Lelang ini, maka dapat disampaikan sanggahan secara tertulis kepada : Panitia Pengadaan Barang dan Jasa BLUD RS Hadji Boejasin

wacana kritis adalah metode analisis yang melihat aspek kebahasaan sebagai faktor penting.. untuk melihat apa yang sedang terjadi di lingkungan

Dalam memahami sejarah kebudyaan Indonesia masa kolonial perlu dipahami menganai kondisi sosial masyrakat pada masa itu, dalam hal ini adalah struktur sosial krana kita ketahuai