PENGARUHRETURN ON ASSET,LOAN TO DEPOSIT RATIO,
DANNON PERFORMING LOANTERHADAP PENYALURAN
KREDIT
(Studi Kasus Pada Bank Umum yang Terdaftar di BEI )
Disusun Oleh:
R. Moch Aldina Suryana 109081000198
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : R. Moch Aldina Suryana
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 01 November 1991
3. Usia : 24 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Jl. H. Abdul Ghani N0 32 Cempaka Putih
Ciptim Banten.
6. Telepon : 081212337855
7. E-mail : medlyryan@gmail.com
8. Agama : Islam
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Status : Belum Menikah
II. PENDIDIKAN
1. SDN 2 Ciputat Tahun 1997-2003
2. SMPN 2 Ciputat Tahun 2003-2006
3. SMAN 1 Pamulang Tahun 2006-2009
4. UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2016
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : R. Suryana Sukriya
2. Ibu : Herly
3. Alamat : Jl. H. Abdul Ghani N0 32 Cempaka Putih
vii
PENGARUH RETURN ON ASSET, LOAN TO DEPOSIT RATIO, DAN NON PERFORMING LOAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK UMUM
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengukur pengaruh Return on Asset, Loan To Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Umum.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2008-2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah Bank Umum yang terdapat di BEI. Dengan metode purposive sampling. Metode analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa hanya variabel NPL yang berpengaruh negatif terhadap, Sedangkan variabel ROA, dan LDR berpengaruh positif terhadap variabel penyaluran kredit.
viii
INFLUENCE OF RETURN ON ASSET, LOAN TO DEPOSIT RATIO, AND NON PERFORMING LOAN TO DISTRIBUTION CREDIT
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of Return On Asset, Loan To Deposit Ratio, And Non Performing Loan To Distribution Credit in commercial bank that listed on Indonesia Stock Exchange during 2009-2011.
Sampling method that used is judgment sampling and The data used are secondary data, namely the financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2014. To prove the hypothesis, performed regression testing the assumptions of series file test begins.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable. Partial testing results show that there are only non performing load negative influence to distribution credit and variable return on asset and loan to deposit ratio are positive influence to distribution credit.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... vii
Abstrak ………... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ……….. xiv
Daftar Gambar ... xv
Daftar Lampiran ………...… xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... ... 8
D. Manfaat Penelitian ... .. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan Teori...10
1. Teori Penawaran Uang ... 10
xii
3. Fungsi Bank... ... 12
B. Kredit Perbankan ... 14
1. Pengertian Kredit ... 14
2. Unsur-unsur Kredit ... 16
3. Prinsip – prinsip Pemberian Kredit ... 17
4. Klasifikasi Kredit ... 20
C. Return on Asset (ROA) ... 23
D. Loan to Deposit Ratio (LDR). ... 25
E. Non Performing Loan (NPL) ... 26
F. Hubungan Antar Variabel ... 27
G. Penelitian Terdahulu ... 29
H. Kerangka Pemikiran ... 32
I. Hipotesis... ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34
B. Metode Pengumpulan Sampel……….35
C. Metode Pengumpulan Data ... 36
D. Metode Analisis Data ... 36
1. Analisis Regresi Berganda ... 36
2. Uji Asumsi Klasik……….37
3. Uji Hipotesis ... 41
xiii
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
B. Analisis Hasil dan Pembahasan ... 45
1. Analisis Deskriptif ... 46
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 47
3. Hasil Uji Hipotesis ... 52
BAB V PENUTUP ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 60
Daftar Pustaka …... 61
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 29
4.1 Uji Deskriptif 53
4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
Uji Kolmogorov-Smirnov Uji Multikolonieritas Uji Autokorelasi Uji Adj R2 Uji F Uji t
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan kredit Periode 2008-2014 3
2.1 Kerangka Berfikir 32
4.1 Uji Normalitas Data 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data penelitian 67
2 Uji Statistik Deskriptif 69
3 Uji Asumsi Klasik 69
4 Uji Hipotesis 69
5. Tabel t 70
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 29
4.1 Uji Deskriptif 53
4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
Uji Kolmogorov-Smirnov Uji Multikolonieritas Uji Autokorelasi Uji Adj R2 Uji F Uji t
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan kredit Periode 2008-2014 3
2.1 Kerangka Berfikir 32
4.1 Uji Normalitas Data 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data penelitian 67
2 Uji Statistik Deskriptif 69
3 Uji Asumsi Klasik 69
4 Uji Hipotesis 69
5. Tabel t 70
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam
perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan
dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar
melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor
perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan
antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit ekonomi
yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari
masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan. Selanjutnya dari dana
yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam
bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang
membutuhkan. Sehingga dengan penyaluran kredit memungkinkan
masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi
barang dan jasa. Mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan
konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang, kelancaran
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Di negara seperti
Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan,
karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan tetapi juga mampu
2
Hal ini dikarenakan bank lebih terkemuka dibandingkan dengan
lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris
dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi. Secara
alami bank mampu melakukan kesepakatan dengan berbagai tipe
peminjam. Begitu strategisnya sektor perbankan dalam
perekonomian, sehingga sektor perbankan sangatlah di regulasi oleh
pemerintah atau bank sentral guna menghindari potensi risiko sistemik
yang dapat menjadi boomerang bagi perekonomian nasional (Satria dan
Subegti, 2010:415)
Krisis moneter 1997 - 1998 yang melanda perekonomian
Indonesia telah berimbas pada sektor perbankan. Krisis yang diawali
dengan devaluasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah
menimbulkan ledakan kredit macet dan melunturkan kepercayaan
masyarakat kepada lembaga perbankan, yang pada gilirannya
melemahkan fungsi intermediasi perbankan. Masyarakat kala itu
banyak menarik dananya (rush) yang ada di bank swasta dan
mengalihkannya ke bank yang dianggap aman (flight to safety), yakni
bank asing dan bank BUMN. Untuk mencegah hal ini bank – bank
mematok suku bunga dananya dengan sangat tinggi, yang diikuti
dengan penyesuaian suku bunga kredit. Penyaluran kredit perbankan
praktis terhenti karena sektor riil tidak mampu menyerap dana yang
3 Gambar 1.1
Pertumbuhan kredit
Periode 2008-2014 (dalam persen)
Sumber: www.bi.go.id
Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa pertumbuhan kredit
periode 2008-2014 mengalami fluktuasi. Tahun 2009 pertumbuhan
kredit menurun mencapai 21,60%. Penurunan ini sebagai dampak dari
meningkatnya suku bunga, melemahnya daya beli masyarakat dan
kondisi ekonomi yang belum prospektif, sebagai dampak lanjutan dari
meningkatnya harga minyak domestik secara tajam pada bulan Oktober
2008. Namun pada tahun 2010 pertumbuhan kredit mengalami
kenaikan yaitu 17,44 %. Mengingat peningkatan kredit terjadi pada saat
perekonomian sedang dilanda inflasi tinggi, penting sekali dijaga agar
pertumbuhan kredit tersebut tidak semakin mendorong kenaikan
inflasi. Untuk itu, penyaluran kredit perlu dilakukan secara lebih
berhati-hati dan dengan memprioritaskan pada tujuan produktif. 31.6
10
17.44
22.33 23 21.8
14
0 5 10 15 20 25 30 35
4
Menurut Basar dan Ismady (2009), pada 2010 perbankan
Indonesia diharapkan dapat kembali meningkatkan perannya sebagai
lembaga intermediasi secara optimal dengan momentum recovery dari
krisis finansial. Banyak kalangan khususnya kalangan dunia usaha dan
pemerintah mengharapkan kontribusi perbankan yang lebih besar
dalam menggerakkan perekonomian. Perkembangan perbankan
sepanjang tahun 2009 menunjukkan adanya recovery setelah krisis
global yang berlangsung pada tahun 2008. Hal tersebut tercermin
dengan adanya pertumbuhan asset, kredit dan dana pihak ketiga
(DPK) perbankan pada periode Juni hingga Desember 2009 yang
relatif lebih tinggi dibanding semester pertama 2009.
Menurut Perry Warjiyo (2004:26) dalam kenyataannya perilaku
penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang
tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan
kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (capital
adequacy ratio), jumlah kredit macet atau NPL (non performing
loan) dan LDR (loan to deposit ratio). Selain faktor-faktor tersebut,
faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam
rasio Return on Asset (ROA) juga berpengaruh terhadap keputusan
bank untuk menyalurkan kredit.
Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas
5
membutuhkannya dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal kredit
(Kasmir, 2012:95)
Return on Asset (ROA) adalah salah satu metode penilaian yang
digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu
tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh
dana yang ada di bank. Sehingga semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula penyaluran kredit bank (Rustam dan Dwiatmanto,
2011:3).
Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) ialah rasio yang mengukur
kemampuan melempar dana berdasarkan sumber dana tertentu. Rasio
ini mirip dengan rasio asset atau kewajiban untuk perusahaan biasa.
Pinjaman kredit biasanya merupakan asset yang penting dan terbesar
untuk bank, sedangkan deposito merupakan sumber dana penting dan
terbesar untuk bank. Semakin tinggi angka ini semakin tidak likuid
bank tersebut, karena sebagian besar dana tertanam pada pinjaman.
Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami
kesulitan. Di lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar
profitabilitas bank tersebut, karena bank tersebut mampu melempar
dana lebih efektif. Ada keseimbangan antara tingkat keuntungan dan
resiko. (Hanafi dan Halim 2005:349-350)
Non Performing Loan (NPL) merupakan bagian dari
pengelolaan kredit bank, karena kredit bermasalah itu sendiri
6
semua perbankan memiliki kredit bermasalah. Namun, perbankan
harus dapat meminimalisir kredit bermasalah tersebut sehingga
kepercayaan masyarakat perbankan akan tetap terjaga (Arthesa dan
Handiman 2006:181).
Apabila dilihat dari laporan kajian stabilitas keuangan dan
tinjauan kebijakan moneter 2009 secara keseluruhan pertumbuhan
ekonomi dan kondisi perbankan di Indonesia semakin membaik.
Seharusnya lembaga keuangan, khususnya bank harus terus
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi agar
pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Namun, mengapa kebijakan
moneter dan kondisi perbankan yang cukup solid tidak dibarengi oleh
pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank. (Felicia Omowunmi
Olokoyo, 2011)
Dengan latar belakang diatas mengingat betapa pentingnya
fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Nampaknya pemberian kredit dapat
memberikan kontribusi positif bagi kemajuan suatu usaha. Selain itu
dengan pemberian kredit bank juga akan memperoleh keuntungan
yang diperoleh dari pendapatan bunga atas kredit yang
disalurkannya. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mencoba
mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi penyaluran
kredit perbankan. Maka peneliti memilih judul yaitu “Pegaruh Return
7
Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Bank
Umum yang Terdaftar di BEI)”
Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian yang
dilakukan Felicia (2011). Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
analisis ini dilakukan di Negara yang berbeda. Perbedaan lainnya
terdapat pada tahun penelitian dan
jumlah bank yang dijadikan objek penelitian. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan sebagai berikut:
1. Sampel penelitian, peneliti mengambil beberapa sektor perbankan,
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kriteria merupakan Bank
Umum yang telah mengeluarkan laporan keuangannya sejak
2008-2014.
2. Tempat penelitian, penelitian ini dilakukan di Negara yang berbeda
yaitu Indonesia. Sedangkan sebelumnya dilakukan di Negara
Nigeria.
Adapun pertimbangan mengapa peneliti mengambil perusahaan
perbankan sebagai sampel adalah perusahaan perbankan merupakan
satu- satunya badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat. Selain itu adanya perusahaan
perbankan juga diharapkan akan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat dengan memberikan modal usaha yakni dengan pemberian
8 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apakah variabel Return on Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio
(LDR), dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh secara simultan
terhadap penyaluran kredit pada Bank umum yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
2. Apakah variabel Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap
penyaluran kredit pada Bank umum yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Apakah variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap
penyaluran kredit pada Bank umum yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
4. Apakah variabel Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap
penyaluran kredit pada Bank umum yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a). Untuk menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA), Loan
to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL)
secara simultan terhadap penyaluran kredit pada Bank
9
b). Untuk menganalisis besarnya pengaruh masing masing
variabel independen Return on Asset (ROA), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL)
secara parsial terhadap penyaluran kredit pada Bank umum
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a) Bagi perbankan
Bank yang berkepentingan dapat menggunakan salah satu
sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang
akan datang.
b) Bagi peneliti
Menambah pengetahuan peneliti tentang seberapa besar
pengaruh Return on Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran
kredit, serta menambah wawasan khususnya mengenai
manajemen perbankan.
c) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Penawaran Uang
Bank berfungsi sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana
dengan pihak yang kekurangan dana. Bank paling banyak menghimpun
dana simpanan yang berupa dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga yang
telah berhasil dihimpun akan disalurkan kembali kepada pihak-pihak
yang membutuhkan melalui penyaluran kredit. Penyaluran kredit ini
dapat diartikan sebagai penawaran uang yang diberikan bank kepada
masyarakat yang kekurangan dana. Penawaran uang yang dilakukan
oleh bank dipengaruhi dari permintaan uang yang dilakukan oleh
debitur. Tingkat bunga juga dapat mempengaruhi jumlah uang yang
beredar, sehingga akan mempengaruhi kepada tingkat permintaan uang
yang dilakukan oleh debitor. Semakin rendah bunga yang diberikan
oleh bank maka permintaan uang akan meningkat sehingga penyaluran
kredit yang diberikan akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin
tinggi bunga yang diberikan oleh bank maka permintaan uang akan
menurun sehingga penyaluran kredit yang diberikan akan semakin
menurun. (Sukirno, 2004).
Menurut Keynes jumlah penawaran uang yang dilakukan para
pengusaha sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga (Sukirno, 2004).
Keynes menganggap bahwa suku bunga memegang peranan namun
11
akan tetap berinvestasi apabila tingkat kegiatan ekonomi saat ini akan
menghasilakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dimasa mendatang.
Sebaliknya, walaupun suku bunga rendah, investasi tidak akan banyak
dilakukan apabila barang – barang modal yang terdapat dalam
perekonomian digunakan pada tingkat yang jauh lebih rendah dari
kemampuan yang maksimal. Ada juga masyarakat yang memilih
kelebihan uang tunai yang mereka memilik di simpan dalam rekening
giro mereka di bank. Hal ini membuat cadangan uang tunai bank
menjadi lebih besar, sehingga mereka memutuskan untuk menanamkan
kelebihan cadangan uang tunai tersebut untuk membeli Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
2. Pengertian Bank
Dalam Undang - Undang No. 10 tahun 1998 menyatakan bahwa
bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya, bank harus
memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan
maupun pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya,
untuk itu bank harus berhati-hati (prudent) dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Dengan tetap menekankan pada fungsi penyaluran dana
12
likuiditasnya, mengalokasikan dana dalam cadangan utama (Scot &
Timothy, 2006).
Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip
konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan
kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang
disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini dikenal dengan istilah
spread based (Kasmir, 2012: 96-97).
3. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana
dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai
tujuan. Secara garis besar bank hanya sebagai lembaga perantara saja,
sehingga tanpa adanya himpunan dana dari masyarakat luas maka bank
tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Karena bagian
terpenting dalam operasional bank adalah peyaluran pinjaman kepada
masyarakat yang membutuhkan, hal tersebut merupakan sumber
pendapatan terbesar yang dihasilkan oleh bank.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:9) penjelasan fungsi
bank yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan,
baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila
13
uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan
dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga
percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat
menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan
mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau
masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank
percaya bahwa debitur tidak akan menyalah gunakan
pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan
baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada
saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur
mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta
kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor
moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor
tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor
moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai
penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank
tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi,
distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa. Mengingat semua
kegiatan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan
14
konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan
perekonomian masyarakat.
c. Agent of Service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa -
jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa – jasa yang
ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa - jasa bank ini
antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan
barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa
penyelesaian tagihan.
[image:33.595.180.509.84.418.2]Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan
gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank
dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan
sebagai lembaga perantara keuangan atau financial
intermediary.
B. Kredit Perbankan
1. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere, yang
diterjemahkan sebagai kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya.
Dalam pengertian sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak
pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana
tersebut didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana
15
kepada pihak yang menerima kredit, bahwa kredit yang diberikan pasti
akan terbayar. Di lain pihak, penerima kredit mendapat kepercayaan dari
pihak yang memberi pinjaman, sehingga pihak peminjam berkewajiban
untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya (Ismail, 2010).
Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006), jenis kredit atas dasar
tujuan pengguanan dapat dibedakan menjadi:
1. Kredit Modal Kerja (KMK)
KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja nasabah. KMK terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
a. KMK Revolving: Apabila kegiatan usaha debitor dapat
diharapkan berlangsung secara berkelanjutan dalam jangka
panjang dan pihak bank cukup mempercayai kemampuan dan
kemauan nasabah, maka fasilitas KMK nasabah dapat
diperpanjang setiap periodenya tanpa harus mengajukan
permohonan kredit baru.
b. KMK Einmaleg: Apabila volume kegiatan usaha debitor sangat
16
mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka pihak
bank merasa lebih aman kalau memberikan KMK Einmaleg.
2. Kredit Investasi (KI) Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan
untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha
nasabah.
3. Kredit Konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan
dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan
bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah.
2. Unsur-Unsur Kredit
Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan adalah hal yang sangat
mendasar yang menciptakan kesepakatan antara pihak yang memberikan
kredit dan pihak yang menerima kredit untuk dapat melaksanakan hak
dan kewajiban yang telah disepakati, baik dari jangka waktu peminjaman
sampai masa pengembalian kredit serta balas jasa yang diperoleh, maka
unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah
sebagai berikut (Firdaus dan Ariyanti, 2009) :
1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit
yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu
dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank,
dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian, penyelidikan tentang
17
2. Adanya badan atau orang yang memiliki uang, barang atau jasa yang
bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain, orang atau barang
demikian lazim disebut kreditur.
3. Adanya fihak yang membutuhkan/ meminjam uang, barang atau
jasa. Fihak ini lazim disebut debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada
kreditur.
5. Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan
uang, barang atau jasa oleh kreditur dengan pada saat pembayaran
kembali dari debitur
6. Adanya bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur
(walaupun ada kredit yang tidak berbunga).
7. Adanya resiko yaitu sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu
seperti diatas, dimana masa yang akan datang merupakan suatu yang
belum pasti, maka kredit itu pada dasarnya mengandung resiko,
termasuk penurunan nilai uang karena inflasi dan sebagainya.
3. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya
tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah
menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang
harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang
benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 5.P. Metode
18
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang
yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini
tercermin dari latar belakang si nasabah baik dari pekerjaan
maupun yang bersifat pribadi seperti: gaya hidup, keadaan keluarga
dan sebagainya. Ini semua ukuran “kemauan” membayar.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang
bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis
juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang
ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya
dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang telah
disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan
pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan
ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja
modal yang ada sekarang ini.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
19
Sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan
akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan
politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-
masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian
prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki
prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah
kecil.
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 5 P
adalah sebagai berikut (Ismail, 2010) :
1. Party
Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau
golongan- golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya, sehingga nasabah akan mendapatkan fasilitas yang
berbeda pula.
2. Purpose
Purpose lebih difokuskan terhadap tujuan penggunaan kredit
yang diajukan oleh calon debitur. Bank akan melihat dan
melakukan analisis terhadap tujuan kredit tersebut dengan
mengaitkannya dengan beberapa aspek sosial lainnya. Kredit yang
tidak sesuai dengan tujuan akan berdampak negatif pada
20
3. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit. Di samping itu, bank perlu memperkirakan
jangka waktu debitur dapat melunasi kreditnya disesuaikan
dengan net cash flow - nya, yaitu perbandingan antara cash in flow
dan cash out flow calon debitur.
4. Profitability
Profitability, tidak terbatas pada keuntungan calon debitur,
akan tetapi juga keuntungan yang akan dicapai oleh bank apabila
kredit tersebut diberikan. Bank akan menghitung jumlah
keuntungan yang dicapai oleh calon debitur dengan adanya kredit
dari bank dan tanpa adanya kredit bank. Selain itu, bank juga perlu
mempertimbangkan pendapatan lain selain bunga, misalnya
pendapatan fee dan komisi karena debitur akan melakukan setiap
transaksinya melalui bank.
5. Protection
Proteksi merupakan upaya perlindungan yang dilakukan bank
dalam rangka berjaga - jaga apabila calon debitur tidak dapat
memenuhi kewajibannya. Untuk melindungi kredit tersebut maka
bank meminta jaminan kebendaan kepada calon nasabah. Jaminan
21 4. Klasifikasi Kredit
Menuru Kasmir (2012:87) kredit yang disalurkan sistem perbankan
dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria
yaitu:
a. Berdasarkan jangka waktu (Maturity)
Berdasarkan jangka waktu pelunasannya, kredit dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Kredit jangka pendek
Kredit jangka pendek adalah kredit yang harus dilunasi dalam
jangka waktu setahun atau kurang.
2) Kredit jangka menengah
Kredit jangka menengah adalah kredit yang harus dilunasi
dalam jangka waktu satu sampai tiga tahun.
3) Kredit jangka panjang
Kredit jangka panjang adalah kredit yang harus dilunasi dalam
jangka waktu tiga sampai lima tahun, bahkan lebih.
b. Berdasarkan jaminan
1) Kredit dengan jaminan adalah kredit yang disertai dengan
jaminan atau agunan. Jaminan tersebut diserahkan oleh nasabah
peminjam (debitur). Bentuk-bentuk jaminan dapat berupa harta
berwujud seperti tanah dan bangunan.
2) Kredit tanpa jaminan
Kredit tanpa jaminan dapat diberikan kepada seseorang atau
22
tersebut sudah sangat dikenal, teruji dan terpercaya oleh pihak
bank. Kedua, prospek usaha debitur sangat baik dan biasanya juga
terkait dengan penilain bank tentang reputasi orang atau
perusahaan tersebut. Kredit tanpa jaminan juga diberikan kepada
perusahaan-perusahaan kecil dan atau pengusaha lemah. Namun
pemberiannya harus sangat selektif, karena pemberian kredit tanpa
jaminan sangat beresiko.
c. Berdasarkan segmen usaha
Berdasarkan segmen usaha, kredit dapat digolongkan menjadi:
1). Kredit pertanian
Kredit yang disalurkan kepada sektor usaha pertanian, seperti
peternakan dan perkebunan.
2). Kredit industri
Kredit yang disalurkan kepada sektor industri kecil dan rumah
tangga. Di Indonesia, penyaluran kredit sektor industri umumnya
lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.
3). Kredit jasa
Kredit yang disalurkan kepada sektor jasa baik untuk UKM
maupun usaha besar.
d. Berdasarkan tujuannya
Berdasarkan tujuannya, kredit dikelompokkan menjadi:
23
Kredit komersial diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah
yang bidang usahanya adalah perdagangan. Seperti kredit usaha
pertokoan dan kredit ekspor.
2). Kredit konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan dan bagi debitur yang ingin membeli barang atau
kebutuhan-kebutuhan konsumtif.
3). Kredit produktif
Kredit produktif diberikan dalam rangka memperlancar kegiatan
produksi debitur. Kredit ini mencakup antara lain kredit untuk
pembelian bahan baku dan pembayaran upah.
e. Berdasarkan penggunaan
1). Kredit modal kerja
Kredit modal kerja pada prinsipnya adalah kredit untuk
penggunaan dana selama satu siklus usaha, mulai dari perolehan
uang tunai dari kredit bank, kemudian penggunaanya untuk
membeli barang dagangan atau bahan baku, selanjutnya dijual
sampai memperoleh uang kas kembali.
2). Kredit investasi
Kredit investasi diberikan kepada debitur agar dapat membeli
barang-barang modal maupun jasa yang diperlukan dalam rangka
24
C. Return on Asset (ROA)
1. Pengertian profitabilitas
Menurut Dendawijaya (2005 : 119) rasio profitabilitas bank adalah
alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha yang
dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan. Selain itu profitabilitas
di definisikan sebagai kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
(Hasibuan, 2006 : 104).
Menurut Hanafi dan Halim (2009 : 27), Return on Assets (ROA)
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham
tertentu.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat diketahui bahwa tujuan analisis
profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisisensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank. Dengan rasio-rasio keuangan
akan dapat dilihat pada posisi dan kondisi keuangan suatu bank pada
periode tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah
perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan
operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut
25
akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari
perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat
sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan
baik apabila > 2%.
Rumus menghitung ROA (Return on Asset)
D. Loan to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Lukman Dendawijaya (2005 :
116) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Rasio ini dapat digunakan sebagai indikator
untuk melihat kerawanan atau kemampuan dalam suatu bank, karena bank
dituntut untuk dapat menyediakan kemampuannya dalam membayar
kembali dana yang ditarik oleh deposan dengan mengandalkan pemberian
kredit yang dilakukan bank tersebut untuk mendapatkan likuiditas.
Sehingga aktivitas pengkreditan dapat mempengaruhi aktivitas bank,
penilaian atas kesehatan bank, tingkat kepercayaan nasabah dan juga
pencapaian laba yang didapatkan.
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB
tanggal 19 Maret 1998, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung dari
26
dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka
waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito
dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan,
surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan, modal inti, dan modal pinjaman. Kemudian disesuaikan
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung dari pembagian kredit
yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito
(tidak termasuk antar bank). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, angka
LDR seharusnya berada di sekitar 85% - 110%. Amithya, (2012).
Rumus Loan to Deposit Ratio (LDR):
E. Non Performing Loan (NPL)
NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil
NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank.
Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap
kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah
27
kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi
kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan
terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit. Besarnya NPL yang
diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika
melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilain tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan. (Riyadi, 2006:161).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL
yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin
berkurang sehingga pertumbuhan tingkat retun saham bank akan
mengalami penurunan.
28 F. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
1. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap penyaluran kredit.
Return on Asset (ROA) adalah salah satu metode penilaian yang
digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat
keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang
ada di bank. Sehingga semakin besar ROA suatu bank, semakin besar
pula penyaluran kredit bank (Rustam dan Dwiatmanto, 2011:3).
2. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap penyaluran kredit.
Semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan
asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Jika
laba bank meningkat, likuiditas bank juga meningkat. Dengan demikian
besar-kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank
tersebut (Rustam dan Dwiatmanto, 2011:3)
3. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran
kredit.
Tingginya NPL akan meningkatkan premi resiko yang berdampak
pada tingginya suku bunga kredit yang terlampau tinggi akan
mempengaruhi permintaan masyarakat akan kredit. Tingginya NPL juga
mengakibatkan munculnya pencadangan yang lebih besar, sehingga pada
29 G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama & Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Alat Analisis
Hasil
1 Febry Amithya Yuwono (2012) “ Analisis pengaruh DPK, LDR, CAR, NPL, ROA, SBI terhadap jumlah penyaluran kredit” Variabel LDR, NPL, ROA Variabel dependen : total kredit
Regresi linier berganda
LDR (+) signifikan CAR, ROA, SBI (+) tidak signifikan NPL (-) tidak signifikan
2 Oktaviani (2012)
“Pengaruh DPK, ROA, CAR, NPL dan jumlah SBI terhadap penyaluran kredit perbankan”
Variabel ROA dan NPL
Variabel LDR dan total kredit
Regresi linier berganda
Secara simultan Dana Pihak Ketiga (DPK), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Jumlah SBI Berpengaruh signifikan. Kedua, DPK dan CAR berpengaruh positif dan signifikan. Ketiga, Jumlah SBI berpengaruh negatif dan signifikan Keempat, ROA dan NPL tidak berpengaruh
3 Felicia Omowunmi Olokoyo
(2011)
“Determinants of Commercial Banks’ Lending Behavior in Nigeria”
Variabel ROA
Variabel NPL, LDR dan total kredit Regression analysis of the ordinary lease Square (OLS) method
VD, IP.FX, Gdp signifikan
Liquidity, Interest rate, Cash Reserve
Requirement Ratio tidak signifikan
4. Billy Arma Pratama (2010)
“Analisis faktor -faktor yang
Variabel total kredit dan NPL
Variabel ROA Dan LDR
Analisis regresi linier berganda
DPK berpengaruh (+) dan signifikan CAR dan NPL berpengaruh (-) dan signifikan SBI
30
mempengaruhi kebijakan
penyaluran kredit perbankan” (Studi kasus pada Bank Umum di Indonesia periode Tahun 2005-2009).
tidak signifikan.
5. Sri Haryati (2009)
“ Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia : Intermediasi dan pengaruh variabel makro ekonomi (2004-2008) Variabel dependen : total kredit
Variabel ROA, LDR, dan NPL
Analisis regresi linier berganda
Secara simultan semua variabel mempunyai pengaruh signifikan Secara parsial variabel DPK, pinjaman diterima mempunyai pengaruh positif (+) dan signifikan
Modal sendiri
berpengaruh tidak signifikan. Ekses likuiditas mempunyai pengaruh negatif (-) dan tidak signifikan
Variabel makro ekonomi: suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar semuanya mempunyai pengaruh signifikan.
6 Dias Satria (2007) “Determinasi penyaluran kredit bank umum di Indonesia periode 2006-2009”
Variabel total kredit, ROA, Dan NPL Variabel LDR Analisis regresi panel
CAR, ROA SBI signifikan
NPL, BOPO, DPK, market share tidak Signifikan
7 Luh Gede Meydianawati (2007)
“Analisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)”
Variabel ROA dan NPL
Variabel Total kredit dan LDR
Ordinary lease square (OLS)
Secara serempak DPK,
CAR, ROA, NPL
berpengaruh nyata dan signifikan Secara parsial
DPK, CAR, ROA
menunjukkan pengaruh (+) dan signifikan
Sedangkan NPL
31 H. Kerangka Berpikir
I. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan
permasalahan yang ada, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Ho: b1,b2,b3=0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel Return On
32
Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit secara simultan pada Bank
umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha: b1,b2,b3≠0
Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Return On Asset
(ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan
(NPL) terhadap penyaluran kredit secara simultan pada Bank umum
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Ho: b1=0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel Return on
Asset (ROA) terhadap penyaluran kredit secara parsial pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha: b1≠0
Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Return on Asset
(ROA) terhadap penyaluran kredit secara parsial pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Ho: b2=0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap penyaluran kredit secara parsial pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha: b2≠
Terdapat pengaruh signifikan antara Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap penyaluran kredit secara parsial pada sektor
33
4. Ho: b3=0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel Non
Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit secara parsial
pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha: b3≠0
Terdapat pengaruh signifikan antara variabel Non Performing
Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit secara parsial pada sektor
34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
Sumber data yang digunakan berasal dari laporan keuangan bank-bank umum
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012 – 2014.
Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas variabel bebas
(independent variable) yang terdiri ROA (X1), LDR (X2), dan NPL (X3).
Sedangkan variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
penyaluran kredit (Y).
B. Metode Pengumpulan Sampel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross
section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of
time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang tercatat di BEI
dan telah menyampaikan laporan keuangannya ke BEI mulai tahun 2012 -
2014. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu metode purposive
sampling. Metode purposive sampling adalah penentuan sampel dengan
pengambilan data-data tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah:
a. Bank Umum yang diteliti terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012 - 2014.
b. Bank Umum mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten sejak
35
c. Bank Umum menyajikan secara lengkap laporan keuangan dan rasio-rasio
yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama 3 tahun berturut-turut.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Metode
yang digunakan adalah:
1. Penelitian kepustakaan
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan pengetahuan
teoritis yang relevan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku,
jurnal-jurnal, literatur keterangan-keterangan dari sumber lain yang dibahas
dalam penelitian ini.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan
dokumen atau laporan yang bersumber dari perusahaan atau
pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini sumber
datanya diambil dari website, www.idx.co.id dan www.bi.go.id
D. Metode Analisis Data
Merupakan metode yang digunakan untuk mengolah sebuah data
penelitian dengan menggunakan proses penyederhanaan data dalam bentuk
yang mudah dibaca dan diintepretasikan. Metode yang digunakan peneliti
adalah analisis regresi linier berganda menggunakan alat analisis SPSS 20.
Dalam penelitian ini Metode-metode yang digunakan adalah:
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda merupakan regresi linier dengan
36
dengan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3) Return on Asset (ROA),
Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) persamaan dari
regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y= a + b 1x1 + b2x2 + b3x3 + e
Keterangan :
Y = penyaluran kredit
a = bilangan konstanta
b = koefisien regresi
X1 = Return on Asset (ROA)
X2 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
X3 = Non Performing Loan (NPL)
e = Error
Menurut Agus Widarjono (2009:16) ada dua pendekatan di dalam
mengestimasi persamaan regresi berganda, yaitu :
1. Secara menyeluruh (simultan). Metode ini dilakukan dengan
memasukan semua variabel independen kemudian baru dievaluasi
variabel independen mana yang berpengaruh (signifikan) terhadap
variabel dependen.
2. Secara bertahap (stepwise). Metode ini dilakukan dengan menyeleksi
secara otomatis hanya dengan varibel-variabel independen yang
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum pengujian hipotesis, juga diuji apakah terdapat penyimpanan
37
a. Uji Normalitas data
Menurut Imam Ghozali (2011:160). Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel atau penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji F dan t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
b. Multikoloneritas
Menurut Imam Ghozali (2011:105). Uji multikoloneritas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen
yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoloneritas didalam
model regresi adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi varibel
dependen.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di
atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
38
3. Multikoloneritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawanya (2) variance inflation factor (VIF). kedua ukuran ini
menunujukan setiap varibel independen manakah yang
dijelaskan oleh varibel independen lainya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel independen menjadi variabel
dependen. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance). Nilai yang umum dipakai
untuk menujukan adanya multikoloneritas adalah nilai
Tolerance 0.10 atau sama dengan VIF 10.
c. Autokorelasi
Menurut Duwi Priyatno (2009:61) Autokorealasi adalah
keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan
satu dengan pengamatan lainnya yang disusun menurut runtut
waktu. Dampak yang dapat diakibatkan dengan adanya autokorelasi
yaitu varian sampel tidak dapat menggambarkan varian
populasinya.
Menurut Nachrowi (2006:186-193) ada empat cara untuk
mengetes keberadaan autokorelasi ini, diantaranya adalah:
1. Uji Durbin-Watson (DW test) hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi
dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen.
2. Uji run test
39
4. Uji Lagrage Multipler (LM test) digunakan untuk sampel besar
diatas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan
dibandingkan uji DW terutama bila sampel yang digunakan
relative besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu.
d. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah
terjadi penyimpangan model karena gangguan varian yang berbeda
antar observasi satu ke observasi lain. Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot pada output SPSS,
dimana menurut Duwi Priyatno (2009) ketentuannya adalah sebagai
berikut:
1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur maka
diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan
tidak terdapat masalah heterokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji – F (Simultan)
Uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara
serentak/bersama-sama/sekaligus. Uji F ini pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
40
Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau Ho : b1 = b2 = …=
bk = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0. Artinya variabel
tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen. Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah: Ho = tidak
ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen. Ha = ada pengaruh signifikan dari
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika
probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika
probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai F hitung
digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Uji F
ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji apakah
variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan
perubahan nilai variabel tergantung atau tidak. Untuk
menyimpulkan apakah variabel bebas yang digunakan dalam model
masuk dalam kategori cocok atau tidak, kita harus membandingkan
nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df : , (k-1),
(n-k). (Suliyanto, 2011:61)
b. Uji – t (Parsial)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
41
terikat. Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi
secara individual. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali
2011:98). Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol, atau: Ho: bi = 0 Artinya, apakah
suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)
parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: Ha: bi ≠ 0
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah: Ho = tidak ada
pengaruh signifikan dari variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen. Ha = ada pengaruh signifikan dari
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika
probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.Jika
probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai t hitung
digunakan untuk menguji apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak. Suatu
variabel akan memiliki pengauh yang berarti jika nilai t hitung
variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan t tabel.
(Suliyanto, 2011:62).
c. Uji Koefisien Determinasi (Adj. R2)
Adjusted R square adalah suatu indikator yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke
42
dari pengaruh derajat kebebasan (degree of freedom) yang berarti
nilai tersebut telah benar-benar menunjukkan bagaimana pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Santoso
dalam buku (Priyatno, 2008:81), Adjusted R square adalah R square
yang telah disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari
angka ini bisa memiliki harga negatif, bahwa untuk regresi dengan
lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai
koefisien determinasi.
E. Operasional Variabel Penelitian
Menurut Prasetyo dan Jannah (2006:67) variabel dalam penelitian
kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas (independent
variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas adalah suatu
variabel yang ada dan atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Sementara
variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel
bebas.
Berdasarkan metode analisis yang akan digunakan, maka disusunlah
definisi variabel-variabel yang akan digunakan. Definisi variabel- variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Return on Asset (ROA)
Menurut Kasmir (2012:281), ROA digunakan untuk mengukur
kamampuan manajemen menghasilkan income dari pengelolaan asset
dan memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi secara overall.
Jadi ROA digunakan dalam penelitian ini untuk melihat sejauh mana
43
ROA, semakin baik tingkat keberhasilan bank tersebut. Rumusnya
adalah:
b. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan jumlah
kredit yag diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan
modal sendiri digunakan. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2005).
Rumusnya adalah:
c. Non Performing Loan (NPL)
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal
12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL
yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin
berkurang sehingga pertumbuhan tingkat retun saham bank akan
44
Rumusnya adalah:
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah total kredit. Menurut
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
45 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel Bank Umum yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
Pemilihan Bank Umum ini didasarkan pada pertimbangan akan penyaluran
kredit yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok Bank
daerah, asing, dan syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Analisis Hasil dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian secara kemaknaan pengaruh
variabel Return on Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non
Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit, terlebih dahulu akan
ditinjau mengenai deskripsi variabel penelitian dengan analisis statistik
deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi. Selengkapnya mengenai
hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
46
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder diolah
Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa variabel independen
Return on Asset (ROA) memiliki nilai rata-rata sebesar 3,1972 dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,93106. Loan to Deposit Ratio (LDR)
memiliki nilai rata-rata 84,5972 dengan standar deviasi sebesar 7,26935.
Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai rata-rata sebesar 2,5867 dan
standar deviasi sebesar 0,93106. Sedangkan variabel dependen yaitu
Penyaluran Kredit memiliki nilai rata-rata sebesar 14,4581 dengan nilai
standar deviasi sebesar 0,70572.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi
suatu model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik
dalam penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heterokedastisitas.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolomogorov-Smirnov (K-S) dan Probability Plot (P-Plot).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
DOF 14,4581 ,70572 18
LDR 84,5972 7,26935 18
NPL 2,5867 1,02035 18
47 regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai distribusi yang
normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Selengkapnya
[image:66.595.172.500.145.505.2]mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat pada tabel dan
gambar 4.2 di halaman berikutnya.
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 18
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,57997769
Most Extreme Differences Absolute ,145
Positive ,145
Negative -,086
Test Statistic ,145
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.