DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU
Armirudin, Zainal Asukin.2014. Pegantar Metode Penelitian Hukum.Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Badrulzaman, Mariam Darus. 2005.Aneka Hukum Bisnis,.Bandung:Alumni.
Djumhana, Muhammad.1993. Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia. Bandung:Citra Aditya Bakti.
---.1996.Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Dorotea Tobing, Rudyanti. 2015. Hukum Perjanjian Kredit. Yogyakarta : Laksbang.
Hamzah, Andi, I Wayan Suandra, B.A Manalu. 1992. Dasar-dasar Hukum Perumahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Muhammad, Abdulkadir. 2011. Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti Bandung.
Mahmoeddin.1995. 100 Penyebab Kredit bermasalah, Jakarta : Sinar Harapan.
Santosa AZ, Lukman.2011. Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank. Yogyakarta :Pustaka Yustisia.
Sembiring, Sentosa.2000. Hukum Perbankan. Bandung : Mandar Maju.
Sinungan MZ, Muchdarsyah. 1987, Dasar-dasar dan Tehnik Manajemen Kredit, Jakarta: Penerbit Bina Aksara,.
Subekti R.. 1970. Hukum Perjanjian Cet. Ke-II. Jakarta: Pembimbing Masa.
--- 1991. Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia. Bandung; Citra Aditya Bakti.
Supramono, Gatot. 1994. Perbankan Dan Masalah Kredit Suatu Tinjaun Yuridis. Jakarta : Penerbit Dajmbatan Grafika.
Sutarno.2003.Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank. Bandung: Alfabeta.
Sutojo, Siswanto. 2014. Strategi Menajemen Kredit Bank Umum Konsep Teknik dan Kasus. Jakarta: Penerbit PT Damar Mulia Pustaka.
Usman, Rachmadi.2000. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2.Peraturan Perundang-Undangan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Pemukiman.
Surat edaran Bank Indonesia Nomor 12/38/DPNP Tanggal 31 Desember 2010
3. Internet
www.bi.go.id.
http://www.btn.co.id/id/content/BTN-Info/Tentang-Kami/Sejarah-Bank-BTN, diakses tanggal 22 Februari 2015, Pukul 21:48 WIB.
http://finance.detik.com/read/2012/08/07/080945/1984815/5/ini-dia-10-bank- dengan-bunga-kpr-paling-rendah, diakses tanggal 22 Februari 2016 pukul 22:28 WIB.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4bce9ab%0b&e9/titel-eksekutorial grosse-akta-ketika-nama-tuhan-tida-lagi-bermakna, diakses pada tanggal 28 April 2016, pukul 22:37WIB
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT PEMILIKAN RUMAH
A. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah
Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang digunakan untuk membeli
rumah atau untuk kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan berupa
rumah/agunan.
Pada Bank Sumut tempat penulis mengadakan penelitian
menyebutkan bahwa pengertian Kredit Pemilikan Rumah adalah Kredit yang
diberikan bank untuk pembelian rumah tapak, rumah susun, rumah toko
dan/atau rumah kantor49. Tujuan dari pemberian KPR ini sudah sangat jelas
adalah untuk membantu masyarakat terutama mereka yang memiliki
penghasilan menengah kebawah untuk memiliki rumah sebagai suatu
kebutuhan yang primer. KPR merupakan salah satu fasilitas yang sangat
membatu dalam mendapatkan kredit terutama rumah.
Produk kredit ini sangat membantu dalam meringankan beban biaya seseorang untuk memiliki rumah atau properti lain. Sebab, dengan fasilitas kredit yang diberikan, maka seseorang dapat membayar dengan mencicil. Namun, tentunya akan ada bunga yang dibebankan. Sedangkan, untuk agunan yang diperlukan untuk KPR adalah rumah yang akan dibeli itu sendiri.
49 Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang
B. Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah.
Menurut ketentuan Bank Indonesia menyebutkan bahwa di Indonesia
ada dua Jenis Kredit Pemilikan Rumah yaitu, Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Subsidi dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi.50
1.Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi adalah suatu kredit yang
diperuntukan kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah
dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang
telah dimiliki.
Bentuk subsidi yang diberikan antara lain adalah subsidi meringankan
kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit
Subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah sehingga, tidak semua masyarakat
yang mengajukan kredit dapat diberkan fasilitas ini. Secara umum batasan
umum yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan kredit ini adalah
penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.
2.Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi adalah suatu KPR yang
peruntukannya ditujukan kepada semua masayarakat di Indonesia. Ketentuan
KPR ditetapkan oleh pihak bank sehingga besarnya kredit maupun suku bunga
dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.
Jenis Kredit Pemilikan Rumah yang diberikan oleh Bank Sumut
sendiri yaitu:
50
a. Kredit Pemilikan Rumah Tapak Sehat Sejahtera Melalui Fasilitas
Likuidasi Pembiayaan Perumahan ( KPR FLPP).
Kredit yang diberikan oleh Bank dengan dukungan pembiayaan
dari BLU Pusat Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat
kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam rangka pemilikan Rumah
Sejahtera yang dibeli dari pengembang.
b. Kredit Pemilikan Properti (KPP) Sumut Sejahtera.
Adalah kredit yang diberikan bank untuk pembelian rumah tapak,
rumah susun, rumah toko, dan/atau rumah kantor, dalam bentuk :
1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sumut Sejahtera adalah Kredit yang
ditujukan untuk pembelian rumah tapak.
2. Kredit Pemilikan Rumah Rumah Susun ( KPRS) Sumut Sejahtera adalah
Kredit Yang ditujukan untuk pembelian rumah susun.
3. Kredit Pemilikan Rumah Kantor ( KPRukan) Sumut Sejahtera adalah
Kredit yang ditujukan untuk pembelian rumah kantor.
4. Kredit Pemilikan Rumah Toko ( KPRuko) adalah Kredit yang ditujukan
3.Syarat-Syarat Kredit Pemilikan Rumah.
Secara umum, persyaratan dan ketentuan yang diperlakukan oleh bank
untuk nasabah yang akan mengambil KPR relatif sama. Baik dari sisi
administrasi maupun dari sisi penentuan kreditnya.51
Untuk mengajukan KPR pemohon harus melampirkan :
1. KTP suami dan atau isteri (yang sudah menikah)
2. Kartu Keluarga.
3. Keterangan Penghasilan Atau slip gaji.
4. Laporan Keuangan (untuk wiraswasta)
5. NPWP Pribadi (untuk kredit diatas Rp. 100 juta)
6. SPT PPh Pribadi (untuk kredit di atas Rp.50 juta)
7. Fotokopi sertifikat Induk dan atau pecahan (bila membelinya dari
developer).
8. Fotokopi Sertifikat (bila jual beli perorangan).
9. Fotokopi IMB.
Pada Bank Sumut sendiri, memiliki dua jenis KPR yaitu Kredit
Pemilikan Rumah Tapak Sehat Sejahtera melalui Likuidasi Pembiayan
Perumahan ( KPR LPP) dan Kredit Pemilikan Properti (KPP) Sumut Sejahtera,
dimana syarat-syarat tersebut mutlak harus dipenuhi pemohon untuk
mengajukan kredit tersebut meliputi :52
a. Kredit Pemilikan Rumah Tapak Sehat Sejahtera melalui Likuidasi
Pembiayaan Perumahan .
51
www.bi.go.id, diakses pada tanggal 28 Maret 2016.
52
Syarat yang harus dipenuhi oleh Pemohon :
1) Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang lolos verifikasi.
2) Belum Pernah memiliki rumah sendiri.
3) Belum pernah memnerima subsidi perumahan.
4) Berpenghasilan rendah yang mempunyai penghasilan maksimal
Rp. 2.500.000,- (Dua juta lima ratus ribu rupiah).
5) Memiliki NPWP kecuali berpenghasilan tidak lebih kecil dari
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Kredit Pemilikan Properti (KPP) Sumut Sejahtera.
Persyaratan yang Harus dipenuhi, meliputi :
1. Persyaratan Pemohon:
i. Warga Negara Indonesia.
ii. Umur minimal 21 (dua puluh satu tahun atau sudah menikah
menurut undang-undang yang berlaku ).
iii. Umur maksimal pada saat masa kredit berakhir 55 (lima puluh
lima) tahun untuk pegawai dan 60 (enam puluh ) tahun untuk
swasta.
iv. Pemohon yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tetap
Lembaga/Instansi/BUMN/BUMD/PerusahaanSwasta
memenuhi kriteria :
a. Memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap.
c. Penghasilan Minimum perbulan Rp.2.500.000, dan
dapat divefifikasi.
v. Pemohon yang berstatus Wiraswasta/Profesional, memenuhi
Kriteria.
a. Memiliki pengalaman dibidang usahanya minimal 2
tahun.
b. Memiliki penghasilan yang dapat diverifikasi.
vi. Pemohon Yang merupakan Pegawai PT. Bank Sumut.
(a)Pegawai Tetap yang belum menikmati/meminjam Kredit
Pegawai Jangka Panjang Berdasarkan Sisa Masa Kerja,
memenuhi Kriteria :
(1) Masa kerja minimal 1 (satu) tahun sejak tanggal
pengangkatan sebagai pegawai tetap.
(b)Pegawai tetap yang sedang menikmati/meminjam Kredit
Pegawai Jangka Panjang Berdasarkan Sisa Masa Kerja :
1. Istri/suami memiliki penghasilan terpisah/sendiri yang
dapat diperhitungkan cukup mendukung penghasilan
suami/istri untuk membayar angsuran KPP Sumut
Sejahteta sebagai sumber pembayaran KPP Sumut
Sejahtera.
2. Penghasilan istri/suami tersebut dapat diverifikasi
a. Pegawai tetap ang telah meminjam KPP bank lain dapat
di take over memnuhi kriteria :
1. Kualitas KPP yang akan di take over dari bank lain
tersebut lancar berdsarkan data SID-BI.
vii. Melengkapi dan menyerahkan dokumen yang
dipersyaratkan, yaitu :
Tabel. 1
No Jenis Dokumen Pegawai Pengusaha/
Wirasawata
Profesi
1 Fotokopi KTP Pemohon & Suami
Isteri
2 Fotokopi Kartu Keluarga
3 Fotokopi Surat Nikah/cerai (Bagi yang
telah menikah /cerai)
4 Surat Keterangan Ganti Nama bagi
WNI keturunan
5 Fotokopi NPWP/ SPT Tahunan *)
6 Asli Slip Gaji terakhir/surat
keterangan penghasilan **)
- -
7 Fotokopi rekening koran/tabungan 3
bulan terakhir
jabatan terakhir dari perusahaan/
fotokopi SK Pengangkatan Pegawai
9 Surat Pernyataan yang paling kurang
memuat keterangan mengenai fasilitas
KPP dan/atau Kredit Konsumsi
Beragun Properti yang sudah diterima
maupun yang sedang dalam proses
pengajuan permohonan baik di bank
yang sama maupun bank lain.
10 Fotokopi Akta Pendirian/Perubahan
Perusahaan
- -
11 Fotokopi Izin Usaha - -
12 Fotokopi Akta Pengesahan Perusahaan
***)
- -
13 Laporan Keuangan (neraca,laba rugi,
arus kas) aktual/posisi saat ini dan 1
tahun terakhir.
- -
14 Fotokopi Izin praktek profesi/SK
Pengangkatan dari Instansi terkait
- -
15 Fotokopi dokumen pemilikan rumah
a. SHM/SHBG.
b. IMB dan PBB terakhir.
c. Surat Pemesanan Pembelian/
SPP ( Untuk pembelian dari
developer yang telah
bekerjasama dengan bank
Bank Sumut )
Sumber : SOP Pemberian Kredit KPR Bank Sumut 2013
Keterangan :
*) Untuk Pemohon Kredit di bawah Rp.100juta tidak perlu melampirkan NPWP.
**)Termasuk Dokumen an. Suami dan Isteri ( joint income).
***) Khusus Untuk Pengusaha dengan Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT).
2. Persyaratan Pengembang Yang Bekerjasama Dengan Bank Sumut.
Untuk pemberian KPP Sumut Sejahtera Siap Bangun, harus
terlebih dahulu diadakan kesepakatan kerjasama dengan
Pengembang proyek perumahan. Kantor Cabang harus melakukan
seleksi terhadap Pengembang yang berminat melakukan
Kerjasama, dengan memeperhatikan Hal-Hal Sebagai berikut :
a. Memiliki pengalaman minimal 1 (satu) kali membangun
Perumahan/Ruko/Rukan/Rumah Susun.
b. Memiliki kemampuan dan kredibilitas yang baik sebagai
Pengembang.
c. Memiliki perizinan usahha yang masih berlaku.
e. Telah Memeiliki lokasi perumahan yang siap huni dan siap jual
atau lahan untuk lokasi perumahan yang telah dibebebaskan
dan siap bangun.
f. Telah memepersiapakan proposal mengenai sket lokasi gambar
seluruh type bangunan, harga jual, dll. Untuk perumahan yang
siap huni dan siap jual atau proposal mengenai rencana lokasi,
rencana gambar type rumah, rencana jangka waktu
penyelesaian, rencana harga jual, dll untuk perumahan yang
akan dibangun.
g. Perjanjian Kerjasama antara Kantor cabang dengan
pengembang harus dibuat dalam bentuk Notarial Akte melalui
Notaris yang ditunjuk Kantor Cabang.
3. Persyaratan Lokasi Perumahan.
Lokasi Perumahan atau lokasi rencana pembangunan perumahan
harus memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Lokasi Perumahan yang dibangun atau yang akan dibangun
berada di daerah yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (
dekat dengan pusat kota), dan/ atau di daerah bisnis dengan
kriteria antara lain :
7) Telah memiliki sarana perhubungan/transportasi
umum dab fasilitas umum lainnya seperti listrik, air
8) Peruntukan daerah untuk kawasan
pemukiman/perdagangan.
9) Sudah ada proyek perumahan yang sejenis dan
diminati oleh masyarakat.
b. Lokasi Perumahan Memiliki :
10)Izin, pemakai/peruntukan lokasi tanah yang
dilengkapi gambar/site plan dari instansti yang
berwenang.
11)Bukt penguasaan tanah minimal Sertifikat Tanah
Induk Berupa SHM/SHGB.
12)Izin mendirikan Bangunan (IMB). Sesuai dengan
rencana/realisasi pembangunan.
13)Tidak kawasan banjir/bebas banjir.
c. Khusus Lokasi Perumahan yang siap huni dan siap jual, sarana
dan prasarana umum perumahan seperti jalan, listrik dan air
minum telah dilengkapi oleh Pengembang.
4.Penyelenggaraan Administrasi Kredit Pemilikan Rumah.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 38/ DPNP
tanggal 31 Desember 2010,Dalam rangka menyelenggarakan proses
administrasi KPR sehingga mampu mendukung kelancaran dan efisiensi
proses sekuritasi KPR serta memperhatikan aspek transparansi dan
didukung oleh pembakuan proses administrasi KPR sejak tahap originasi
KPR sampai dengan KPR disekuritisasi. Dengan demikian setiap bank
umum di Indonesia yang memberikan Kredit Pemilikan Rumah harus
sesuai dengan yang ditetepakan oleh Bank Indonesia, sebagai berikut :53
1. Pedoman Penyelenggraan Administrasi Originasi KPR.
Dalam rangka originasi KPR oleh Unit KPR, Bank wajib paling
Kurang memisahkan pelaksanaan 5 Proses sebagai berikut :
a. Penawaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Dalam rangka penawaran KPR, Bank wajib paling kurang
memisahkan pelaksanaan 5 (lima) proses sebagai berikut :
1. Persyaratan Calon Debitur KPR yang paling kurang mencakup
persyaratan kewarganegaraan dan persyaratan penghasilan.
2. Persyaratan KPR yang paling kurang mencakup :
a) Persyaratan agunan KPR yaitu :
1) Hak Tanggunan (HT) atas Tanah dan Bangunan;
2) Akta Jaminan Fidusia atas :
1) Semua Tagihan, hak wewenang dan klaim uang ganti rugi
asuransi yang timbul berdasarkan polis asuransi kerugian
dan asuransi jiwa debitur; dan
2) Tagihan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang timbul karena terdapatnya pemutusan hak debitur
atas tanah sebelum jatuh waktu berakhirnya hak tersebut.
53 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/38/ DPNP tanggal 31 Desember
b) Persyaratan minimum uang muka KPR, sebagai berikut :
1) Paling Kurang 20% (dua pulug persen) dari nilai harga
jual tanah dan bangunan; atau
2) Apabila uang muka KPR kurang dari 20% (dua puluh
persen) dari nilai harga jual tanah dan bangunan, maka
KPR wajib dijamin oleh lembaga penjamin dengan
besarnya penjaminan yang ditetapkan berdasarkan rasio
antara jumlah maksimum pemberian KPR oleh Bank
dibandingkan dengan nilai agunan.
c) Persyaratan Asuransi yang mencakup kewajiban untuk :
1) Asuransi jiwa untuk masing-masing debitur KPR
dengan Nilai pertanggungan yang paling kurang sama
dengan nilai KPR yang diberikan Bank;
2) Asuransi umum yang Paling kurang Mencakup proteksi
terhadap kebakaran dengan nilai pertanggungan paling
kurang sama dengan hasil penilaian bagunan rumah
pada saat pemeberian KPR; dan
3) Asuransi wajib dilengkapi dengan suatu bankers clause
untuk kepentingan Bank sebagai originator.
d) Biaya KPR akan menjadi beban debitur KPR dan
e) Penalti yang dikenakan untuk pelunasan KPR yang
dipercepat (prepayment penalty) dan pinalti atas
keterlambatan debitur dalam pemenuhan keajibannya.
f) Kriteria da persyaratan yang harus dipenuhi deitur untuk
bisa melakukan refinancing KPR.
g) Persyaratan dokumen untuk pengajuan permohonan KPR.
3. Porsi Pemberian KPR Oleh Bank diatur sebagi berikut :
a) Porsi pemberian KPR oleh Bank paling tinggi sebesar 80 % (
Delapan puluh persen) dari harga jual tanah dan bangunan,
sehingga angka rasio antara jumlah maksimum KPR yang bisa
diberikan nilai angunan (Loan To Value Ratio) paling tinggu
adalah 80% (Delapan puluh persen);
b) Formula untuk penetapan jumlah maksimum KPR sebagai
berikut :
Jumlah Maksimu KPR yang bisa diberikan Bank = 80% x Nilai
Transaksi terhadap harga jual tanah dan bangunan yang
terendah antara penilaian bank dan penilaian independent
appraisal.
4. Sistem perhitungan angsuran KPR dan Metode Pembayaran
angsuran KPR.
5. Kebijakan bunga KPR dan sistem perhitungan bunga KPR yang
mencakup hal-hal sebagai berikut :
b) Bunga KPR tetap atau bunga KPR yang bisa disesuaikan;
c) Formula perhitungan bunga KPR; dan
d) Kondisi yang menyebabkan terjadinya Penyesuaian Bunga
KPR.
b. Analisis Permohonan KPR
Dalam Rangka memelihara konsistensi di dalam melakukan analisis
permohonan KPR, Bank wajib paling kurang membakukan hal-hal
sebagai berikut :
1) Metode dan Formula dalam rangka melakukan penilaian atas
kemampuan membayar calon debitur;
2) Metode dan formula dalam rangka melakukan penilaian atas
angunan;
3) Format Laporan Analisis Permohonan KPR; dan
4) Format Laporan Penilaian Agunan.
c. Pengambilan Keputusan KPR
Dalam Rangka pengambilan keputusan KPR, bank wajib
menetapkan prosedur baku paling kurang dalam rangka :
1) Menyampaikan keputusan secara tertulis tentang penerimaan
atau penolakan permohonan KPR calon debitur termasuk
alasan apabila dilakukan penolakan;
2) Mengevaluasi hasil pengambilan keputusan Kredit dalam
proses pengambilan keputusan KPR serta menetapkan
kebijakan perbaikan yang diperlukan; dan
3) Menatausahakan dokumen keputusan kredit dari
masing-masing permohon KPR.
d. Pelakasanaan Akad Kredit
Dalam rangka pelaksanaan akad kredit, Bank wajib menetapkan
prosedur baku paling kurang dalam rangka memastikan :
1) Kelengkapan dan kebenaran dokumen yang di persyaratkan
untuk akad kredit.
2) Terdapatnya surat keterangan resmi ( cover note) dari notaris
yang menyatakan bahwa seluruh berkas agunan asli yang belum
diterima masih digunakan dalam proses administrasi di Instansi
Pemerintah yang berwenang dan akan diserahkan kepada Bank
pada waktu yang sudah disepakati setelah proses administrasi
dimaksud selesai dilakukan.
3) Perjanjian Kredit paling kurang mencakup hal-hal sebagai
berikut :
a. Perjanjian KPR memuat :
1) Pernyataan debitur bahwa agunan yang diserahkan
kepada bank tidak sedang dijaminkan kepada pihak
2) Pernyataan debitur untuk tidak menjaminkan kembali
agunan yang telah diserahkan kepada Bank.
b. Perjanjian KPR didukung oleh dokumen yang :
1) Memadai dan masih berlaku;
2) Dapat dilaksanakan berdasarkan hukum Indonesia; dan
3) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang belaku di Indonesia.
c. Perjanjian KPR memuat Kalusula yang menentukan bahwa
hubungan antara kreditur dan debitur serta pernyataan
jaminan antara kreditur awal dan debitur terkait dinyatakan
berakhir, dalam hal terdapat pelunasan penuh atas jumlah
yang wajib dibayar oleh debitur berdsarkan perjanjian KPR.
d. Perjanjian KPR Memuat mekanisme penagihan angsuran
KPR dan Kemungkinan penggunaan jasa pihak ketiga untuk
melaksanakan penagihan angsuran KPR secara Kolektif.
e. Perjanjian KPR memuat mekanisme penghitungan suku
bunga KPR, termasuk kemungkinan perubahan suku bunga
KPR dan Kondisi yang mendasari terjadinya perubahan
suku bungan KPR serta waktu pemberlakuan Perubahan
suku bunga
f. Perjanjian KPR memuat persetujuan debitur kepada bank
putus dalam rangka sekuritisasi atau kemungkinan untuk
melakukan Repo terhadap KPR debitur.
g. Perjanjian KPR memuat hak dan Tanggung Jawab Bank
dan Debitur KPR dalam Rangka Pelaksanaan eksekusi
agunan.
h. Perjanjian KPR memuat Persejutuan debitur kepada Bank
untuk menggunakan data/informasi terkait debitur da/atau
agunan KPR dalam rangka melakukan sekuritisasi KPR.
e. Pencairan Akad Kredit
Dalam rangka pencairan kredit, Bank wajib menetapkan prosedur
baku paling kurang dalam rangka :
1) Memastikan telah dipenuhinya kewajiban calon debitur KPR
yaitu paling kurang sebagai berikut :
a) menyerahkan dokumen pendukung permohonan KPR
yang sah yang antara lain terdiri dari sertifikat hak atas
tanah, Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atau Akta
Jual Beli (AJB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan
lampirannya, Sertifikat Hak Tanggungan atas tanah dan
bangunan yang telah ditanda tangani oleh calon debitur.
KPR, dan polis asuransi jiwa dan polis asuransi kerugian
atas bangunan;
pengikatan agunan;
c) memberikan kuasa kepada Notaris atau PPAT untuk
menyerahkan secara langsung kepada Bank
dokumen-dokumen yang terkait dengan agunan seperti sertifikat hak
atas tanah dan bangunan, Sertifikat Hak Tanggungan atas
tanah dan bangunan dan/atau Sertifikat Fidusia yang
disampaikan oleh penjual tanah dan bangunan;
d) membuka rekening pada Bank sebagai Kreditur Asal KPR
dan memberikan kuasa pendebetan rekening tersebut
kepada Bank dalam rangka pembayaran angsuran KPR;
dan
e) melunasi biaya KPR.
2) Menata usahakan dokumen pencairan kredit dari masing-masing
debitur KPR.
2. Pedoman Penyelengaraan Service KPR Oleh Bank
Dalam menjalankan fungsi sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR,
Bank wajib melakukan hal-hal yang paling kurang sebagai berikut :
a. Membangun komunikasi dengan debitur KPR melalui unit Customer
Loan Service (CLS); Unit Customer Loan Service Bank paling
kurang mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) melayani kebutuhan informasi debitur KPR;
sesuai dengan kebijakan Bank; dan
3) memastikan terselesaikannya permasalahan pinjaman KPR dari
debitur.
b. Menatausahakan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan KPR
yang sudah disekuritisasi;
Dalam rangka penatausahaan dokumen KPR yang merupakan aset
bank dan dokumen KPR yang sudah disekuritisasi, Bank wajib
memiliki prosedur baku paling kurang dalam rangka :
1) penerimaan, penatausahaan, peminjaman dan penyerahan kembali
dokumen KPR;
2) pemeliharaan dokumen KPR; dan
3) pengamanan dokumen KPR.
c. Mengelola data dan informasi KPR yang merupakan aset bank dan
KPR yang sudah disekuritisasi;
Dalam rangka pengelolaan data dan informasi KPR yang merupakan
aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi, Bank wajib paling
kurang memiliki sistem informasi untuk :
1) Mendukung pemantauan dan penyusunan laporan rutin kinerja
debitur KPR; dan
2) Menyampaikan informasi kinerja debitur KPR dalam rangka
memenuhi kewajiban transparansi kepada investor EBA KPR,
bagi Bank yang telah melakukan sekuritisasi KPR.
Bank dan kinerja debitur KPR yang sudah disekuritisasi;
Dalam rangka pemantauan secara periodik kinerja debitur KPR yang
menjadi aset Bank dan KPR yang sudah disekuritisasi, Bank wajib
paling kurang :
1) memiliki format baku laporan kinerja debitur KPR yang paling
kurang mencakup informasi tentang pembayaran angsuran KPR,
tunggakan KPR, perubahan status debitur KPR, terjadinya
pelunasan KPR yang dipercepat (prepayment) dan terjadinya
refinancing; dan
2) Memiliki informasi mengenai kinerja debitur yang bersangkutan
atas fasilitas kredit dari Bank selain KPR termasuk kartu kredit.
e. Mendukung proses penyelesaian pembayaran angsuran KPR
(collection);
Dalam rangka mendukung kelancaran penyelesaian pembayaran
angsuran KPR (collection), Bank wajib paling kurang menyusun
sistem dan prosedur operasional mengenai collection baik yang
dilakukan oleh unit kerja Bank dengan menggunakan tenaga collector
yang merupakan pegawai Bank maupun dengan menggunakan jasa
pihak ketiga termasuk alternatif tindak lanjut penanganan
permasalahan collection.
f. Melaksanakan eksekusi agunan ;
Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan eksekusi agunan,
1) Menetapkan prosedur baku dalam rangka eksekusi agunan;
2) Memastikan proses dan tahapan eksekusi agunan berjalan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku; dan
3) Menetapkan jangka waktu penyelesaian eksekusi agunan.
3. Pedoman Penyelenggaraan Service KPR Oleh Pihak Ketiga.
Dalam menjalankan fungsi sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR,
Bank dapat menunjuk pihak ketiga untuk dan atas nama Bank bertindak
sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR terbatas pada :
a. Penyelenggaraan penatausahaan dokumen KPR;
Dalam rangka penyelenggaraan penatausahaan dokumen KPR oleh
pihak ketiga, Bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Terdapatnya kriteria yang paling kurang memperhatikan
aspek keamanan dan kerahasiaan dokumen KPR debitur
dalam rangka seleksi pihak ketiga yang menjadi mitra Bank
sebagai penyelenggara penatausahaan dokumen KPR; dan
2) Terdapatnya perjanjian kerjasama secara tertulis antara
Bank dengan pihak penyelenggara penatausahaan dokumen
KPR yang paling kurang memuat :
a) Wewenang dan tanggung jawab kedua belah pihak;
b) Mekanisme penyelesaian permasalahan; dan
c) Hal-hal yang menyebabkan berakhirnya perjanjian
b. Penyelenggaraan penyelesaian pembayaran angsuran KPR
(collection) atau penyelenggaraan eksekusi agunan;
Dalam rangka penyelenggaraan penyelesaian pembayaran angsuran
KPR (collection) atau penyelenggaraan eksekusi agunan oleh
pihak ketiga, Bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Terdapatnya kriteria dalam rangka seleksi pihak ketiga yang
akan menjadi mitra Bank sebagai penyelenggara collection atau
penyelenggara eksekusi agunan;
2) Terdapatnya pedoman tertulis yang ditetapkan oleh Bank
sebagai acuan penyelenggaraan collection atau penyelenggaran
eksekusi agunan oleh pihak ketiga; dan
3) Terdapatnya perjanjian kerjasama secara tertulis antara Bank
dengan pihak penyelenggara collection atau penyelenggara
eksekusi agunan yang paling kurang memuat :
a) wewenang dan tanggung jawab kedua belah pihak;
b) mekanisme penyelesaian permasalahan; dan
c) hal-hal yang menyebabkan berakhirnya perjanjian
BAB IV
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN
RUMAH DAN KENDALA YANG DIHADAPI OLEH PIHAK BANK PADA
BANK SUMUT CABANG PEMBANTU USU MEDAN
A. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah Di Bank Sumut Cabang
Pembantu USU Medan.
Dalam memeberikan Kredit Pemilikan Rumuh pada Bank Sumut sebelum
memberikan kredit maka perlu dilakukan analisis terhadap kelayakan pemberian
Kredit kepada calon debitur yaitu dengan memeperhatikan prinsip 5C.54 Adapun
yang menjadi prinsip-prinsip 5C ini adalah sebagai berikut:55
1. Character (Watak) yaitu kepribadaian moral dan kejujuran pemohon
kredit.
2. Capital (Modal) yaitu modal dari pemohon kredit yang untuk
mengembangkan usahanya memerlukan bantuan bank.
3. Capacity (Kemampuan) yaitu kemampuan untuk mengendalikan,
memimpin, menguasai, bidang usahanya, kesungguhan dan melihat
perspektif masa depan, sehingga usaha pemohon berjalan dengan baik
dan memberikan untung (rendable).
4. Condition Of Economi ( Kondisi Ekonomi) yaitu kondisi ekonomi
pada waktu dan jangka waktu tertentu pada saat kredit bank diberikan.
54
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 03 Maret 2016
55 Rudyanti Dorotea Tobing, Hukum Perjanjian Kredit, (Yogyakarta : Laksbang
5. Collateral ( Jaminan), yaitu jaminan yang dapat diberikan guna
kepastian hutang yang tidak dapat dibayarkan di kemudian hari apabila
penerima kredit tidak dapat melunasi utangnya.
Dalam melaksanakan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Sumut
Sejahtera, sebelum pencairan Kredit dapat dilakukan, maka terlebih dahulu pihak
Debitur selaku konsumen/pembeli harus telah memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang telah diteteapkan oleh Pihak Bank Sumut. Selanjutnya setelah
persyaratan tersebut dipenuhi. Kemudian agar pemberian Kredit Dapat dilakaukan
selanjutnya Pihak Bank akan melakukan beberapa prosedur sebagai berikut :56
1. Kantor Cabang meneliti kelengkapan pengisian data formulir
Permohonan KPR Sumut Sejahtera berikut Dokumen yang
dipersyaratkan, selanjutnya melakukan wawancara, survey dan
verifikasi.
2. Berdasarkan hasil wawancara, survey dan verifikasi yang telah
dilakukan, kantor Cabang mempersiapkan Analisa Permohonan KPR
Sumut Sejahtera secara Individu.
3. Tata cara wawancara, survey dan verifikasi dan analisa KPR Sumut
Sejahtera agar berpedoman pada Standart Operasional Prosedur
Pemberian Kredit Komersil yang berlaku.
4. Disamping itu Kantor Cabang juga harus melakukan rating Kredit
melalui aplikasi Menagement Risk.
5. Jika Permohonan dinilai layak untuk disetujui, maka kantor cabang
56 Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang
dapat menerbitkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit/SP2K dan
mewajibkan pemohon untuk membuka Tabungan Martabe atas nama
Pemohon sebagai penampung biaya-biaya kredit, pencairan kredit,
setoran angsuran kredit, dll.
6. Jika Pemohon Kredit dinilai tidak layak/tidak memenuhi persyaratan,
maka kantor cabang harus segera menyampaikan Surat Pemberitahuan
Penolakan Kredit Kepada Pemohon.
7. Melengkapi Surat Kuasa dari Debitur Kepada Kantor Cabang untuk
mendebet Tabungan Martabe yang bersangkutan untuk kepentingan
pemenuhan kewajiban sehubungan dengan fasilitas KPR Sumut
Sejahtera yang dinikmatinya.
8. Mempersiapkan Perjanjian Kredit KPR Sumut Sejahtera, Notarial Akta
Jual Beli, Pengikatan Agunan, dll
9. Pelaksanaan transaksi, perjanjian dan perikatan agunan secara Notarial
Akta, harus melalui Noataris dan PPAT yang ditunjuk Oleh Kantor
Cabang.
10.Pencairan Kredit dapat Dilaksanakan setelah :
a. Debitur bersama suami/isteri telah menandatangani Perjanjian
Kredit KPP Sumut Sejahtera di atas materai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Debitur dan Pengembang/Penjual telah mendantangani Notarial
Akta Jual Beli atau sejenisnya atas Tanah dan Properti yang
c. Debitur bresama isteri/suami telah mendantangani Notarial Akta
Pengikatan Agunan.
d. Telah diterima Cover Note dari Notaris dan PPAT yang
menyatakan bahwa debitur bersama isteri/suami dan
Pengembang/Penjual atau pihak-pihak terkait lainnya telah
menandatangani seluruh Noatarial Akta sehubungan dengan
pemberian fasilitas KPR Sumut Sejahtera apabila telah selesai akan
menyerahkan bersama asli sertifikat agunan Kredit Kepada Kantor
Cabang.
e. Telah dilakukanpenutupan asuransi kebakaran atas agunan kredit
berupa bangunan dan asuransi jiwa debitur dengan persyaratan
Bankers Clause.
11.Pencairan KPR Sumut Sejahtera untuk Properti siap huni,
dilaksanakan dengan pemindahan ke rekening Tabungan Martabe atas
nama Debitur, Selanjutnya dipindahkan ke rekening
Pengembang/Penjual.
12.Khusu pemberian KPR Sumut Sejahtera untuk properti yang sedang
dalam rencana pembangunan, maka pencairan kredit dilaksanakan
dengan pemindahan ke rekening Tabungan Martabe atas nama debitur
dan diblokir. Selanjutnya pemindahan ke rekening Pengembang
dilaksanakan Kantor cabang secara bertahap sesuai dengan rencana
penyelesaian bangunan yang disepakati dengan Pengembang, minimal
25%. Hal ini harus dicantumkan sebagai salah satu ketentuan dalam
Perjanjian Kerjasama antara Kantor Cabang dengan Pengembang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa agar pencairan kredit
dapat dilakukan, bahwa para pihak telah menandatangani perjanjian kredit
sebagaimana yang telah disepakati oleh para pihak yang dalam hal ini adalah
nasabah dan pihak bank serta antara pihak Debitur yaitu nasabah dan pengembang
telah menandatangani Akta Jual Beli atas tanah dan Properti yang dibiayai Oleh
KPR Sumut Sejahtera.
Bahwa sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian
Kredit Pemilikan Rumah, maka para pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut
menciptakan hak dan kewajiban para pihak yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan. Adapun yang menjadi hak dari Debitur dalam Perjanjian Kredit
Pemilikan Rumah Sumut Sejahtera pada Bank Sumut meliputi :57
1. Menerima dana pencairan kredit apabila kredit telah disetujui.
2. Dalam hal debitur merasa bahwa pembukuan/Pencatatan bank atas
kewajiban dan pembayaran yang telah dilakukan tidak benar, maka
debitur berhak mengajukan keberatan kepada bank disertai dengan
bukti-bukti yang sah, maka yang dianggap benar adalah catatan
pembukuan bank.
3. Menerima bukti-Bukti kepemilikan rumah bila kredit telah dinyatakan
lunas oleh bank sepanjang pihak penjual/pengembang telah
menyerahkan bukti-bukti kepemilikan yang dimaksud kepada Bank.
57
Selanjutnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak debitur adalah
sebagai berikut: 58
1. Berkewajiban memenuhi segala kelengkapan administrasi yang
sesuai dengan peraturan bank yang berlaku.
2. Berkewajiban memberikan Down Payment (DP) kepada pihak
penjual/pengembang.
3. Nasabah berkewajiban membayar biaya-biaya yang diperlukan
guna persiapan perjanjian kredit. Biaya-biaya ini meliputi biaya
Provisi Kredit, Administrasi Kredit, Premi Asuransi kebakaran
atas agunan, biaya asuransi jiwa penerima kredit, Biaya
Penilaian/ Appraisal agunan( sesuai dengan ketentuan yang
berlaku), dan Biaya Notaris dan/ atau PPAT dalam rangka
penandatangan Perjanjian KPR Sumut Sejahtera beserta biaya
pengikatan Agunan
Tidak hanya debitur saja yang memepunyai hak dan kewajiban, tetapi
kreditur yaitu Bank juga memiliki hak dan kewajiban. Dimana pihak
kreditur yaitu bank memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut sebagai
berikut :59
1. Bank berhak menerima pembayaran angsuran sesuai dengan
kesepakatan dengan Debitur.
2. Berhak untuk menahan bukti pemilikan rumah atau sertifikat hak
58
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 01 Maret 2016.
59
milik.
3. Berhak untuk melaksanakan eksekusi hak tanggungan apabila terjadi
wanprestasi oleh debitur.
4. Bank berkewajiban menyerahkan kembali kepada debitur semua
surat-surat dan dokumen mengenai rumah berikut tanahnya serta surat-surat-surat-surat
bukti lainnya yang disimpan atau dikuasakan oleh bank apabila pihak
debitur telah melunasi kredit.
5. Bank berkewajiban untuk mencairkan dana kredit kepada Debitur
apabila permohonan pengajuan Kreditnya telah disetujui dan telah
mendantangani perjanjian Kredit.
Dalam mengajukan permohonan Kredit Kepemilikan Rumah Sumut
Sejahtera setiap persyaratan yang diberikan kepada pemohonan pada dasarnya
sama untuk setiap orang hanya saja terdapat beberapa perbedaan yang didsari dari
status pekerjaan dari pemohon, meliputi :60
1. Apabila pemohon merupakan Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tetap
Lembaga/ Instansi/ BUMN/ BUMD/Perusahaan Swasta wajib
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki Pekerjaan dan Penghasilan Tetap.
b. Memiliki penghasilan yang dapat Diverifikasi
2. Pemohon yang merupakan wiraswasta/profesional, memenuhi Kriteria
sebagai berikut :
a. Memiliki Pengalam dalam bidang usahanya minimal 2 tahun.
60
b. Memiliki penghasilan yang dapat diverifikasi
c. Memiliki Izin Praktek Profesi/SK Pengangkata dari Instansi
Terkait
d. Memiliki Akta Pendirian, SIUP, TDP, dan HO pinjaman> 300juta.
e. Surat Keterangan Usaha Pinjaman ≤ 300 Juta
f. Laporan Keuangan Perusahaan.
3. Untuk pemohon yang merupakan Pegawai Bank Sumut :
a. Pegawai Tetap yang belum menikmati/meminjam Kredit Pegawai
Jangka Panjang Berdasarkan Sisa Masa Kerja, memenuhi Kriteria :
1) Masa kerja minimal 1 (satu) tahun sejak tanggal
pengangkatan sebagai pegawai tetap.
b. Pegawai tetap yang sedang menikmati/meminjam Kredit Pegawai
Jangka Panjang Berdasarkan Sisa Masa Kerja :
1) Istri/suami memiliki penghasilan terpisah/sendiri yang
dapat diperhitungkan cukup mendukung penghasilan
suami/istri untuk membayar angsuran KPP Sumut
Sejahteta sebagai sumber pembayaran KPP Sumut
Sejahtera.
2) Penghasilan istri/suami tersebut dapat diverifikasi
kebenarannya.
c. Pegawai tetap ang telah meminjam KPP bank lain dapat di take
1) Kualitas KPP yang akan di take over dari bank lain tersebut
lancar berdsarkan data SID-BI.
Bank hanya dapat memberikan fasilitas KPR Sumut Sejahtera jika
Properti yang dijadikan agunan telah tersedia secara utuh, yaitu telah terlihat
wujud fisiknya sesuai dengan yang diperjanjiakan dan siap diserahterimakan
kepada calon debitur.61
Jangka waktu yang diberikan oleh pihak bank dalam pengembalian kredit
disesuaikan dengan kemampuan pemohon kredit, maksimal 15 (lima belas) Tahun
atau 180( Seratus Delapan Puluh Bulan). Sedangkan untuk pemohon yang
berstatus sebagai pegawai dengan penghasilan tetap, agar diperhitungkan sisa
masa kerja sebelum pensiun, sedangkan untuk wiraswasta/profesional agar
diperhitungkan persyaratan batas maksimum umur pada saat berakhirnya jangka
waktu pengembalian kredit.62
Pengikatan agunan pada KPR Sumut Sejahtera baik berupa tanah dan
bangunan siap huni yang dijual oleh pengembang atau bukan pengembang dengan
Akta Pembebanan Hak Tanggungan. Bila Tanah dan Bangunan yang masih dalam
Proses Pembangunan Oleh Pengembang dilakukan dengan Akta Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan ( SKMHT). Pada saat pemecahan sertifikat
induk atau balik nama selesai, maka pengikatan agunan atas SHM/SHGB yang
61
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 01 Maret 2016.
62
dibiayai dengan KPR Sumut Sejahtera ditingkatkan dengan Akta Pemberian Hak
Tanggungan (APHT).63
B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Pihak Bank Dalam Pemberian Kredit
Pemilikan Rumah Pada Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan.
Dalam memberikan Kredit kepada nasabah yang mengajukan permohonan
kredit bank, bank tidak semata-mata menyetujia secara langsung untuk
memeberikan kredit meskipun pihak pemohon kredit telah memenuhi
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kredit secara umum, tetapi bank
juga harus bisa memastikan kapasitas dari di pemohon kredit apakah dia sanggup
untuk membayar kredit tersebut dikemudian hari. Hal ini juga Berlaku bagi
pemberian Kredit Pemilikan Rumah di Bank Sumut, dimana pihak bank harus
memastikan dengan baik bahwa nasabah yang ingin mengajukan kredit dapat
dipercaya.
Dalam memberikan pelayanan Kredit Pemilikan Rumah, tak jarang Bank
Sumut mengalami kendala-kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Rumah,
yang kebayakan disebabkan oleh para pihak nasabah yang masih belum paham
betul sebenarnya apa itu Kredit Pemilikan Rumah. Beberpa kendala yang dihadapi
oleh Pihak Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan dalam memmerikan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), antara lain yaitu :
1. Pada saat pelaksanaan KPR.
63
Tak jarang para pihak nasabah yang memngajukan permohonan
KPR ketika melakukan pendatanganan atau proses administrasi
memberikan Indentitas yang tidak sesuai dengan aslinya ketika dilakukan
pengecekan terhadap permohonan KPR, serta Data-data pendukung
permohonan kredit belum dilengkapi, seperti foto kopi NPWP, KTP, Kartu
Keluarga, IMB, PBB dan Dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan
sehingga memakan waktu yang lama untuk mengurusnya. Kemudian juga
nilai jaminan yang tidak sesuai dengan permohonan menjadi kendala yang
membuat pemberian KPR tersebut sulit untuk dipenuhi.64
Untuk mencegah hal seperti ini terjadi, biasanya sebelum para
pihak nasabah yang ingin mengajukan kredit KPR kepada Pihak Bank
Sumut Cabang Pembantu Medan USU diberikan bimbingan dan
penjelasan secara rinci dari pihak pegawai apa saja yang haru dilengkapi
oleh pihak nasabah agar proses permohonan kredit dapat dilakuakn dengan
cepat. Dan sekiranya rumah yang akan dibeli tersebut bekerjasama dengan
pihak developer/pengembang, bank biasanya meminta kepada marketing
developer untuk melengkapi semua persyaratan KPR tersebut sebelum
diajukan ke bank dan juga mencantumkan secara jelas di brosur
perumahan perihal persyaratan KPR di Bank.65
2. Pada Saat Penandatangan Perjanjian Kredit
64
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 03 Maret 2016.
65
Pada saat penandatangan perjanjian kredit hambatan yang
sering dialami adalah pihak nasabah yang mengajukan kredit
suami/istri sedang berada diluar kota sehingga tidak dapt melakukan
penandatangan perjanjian kredit. Kemudian biaya-biaya yang
diperlukan selama administrasi kredit belum dibayarkan kepada pihak
bank serta pengurusan sertifikat tanah yang belum selelsai dan hal
yang berkaitan dengan penandatangan perjanjian kredit belum
dipenuhi persyaratannya sehingga diperlukan waktu lagi untuk
mengurus hal-hal tersebut sehingga menyulitkan proses pencairan
kredit.66
Untuk mencegah hal ini para pihak bank bank dan pihak yang
mengajukan permohonan kredit KPR perlu saling koordinasi agar
masing-masing pihak dapat saling komunikasi agar proses pencairan
kredit dapat dilakaun dengan tepat waktu sebagaimana mestinya.67
3. Pada saat Kredit Berjalan
Pada saat kredit telah berjalan, kendala yang paling banyak timbul
adalah, resiko dalam pelunasan kredit yang memungkinkan terjadinya
kegagalan oleh pihak debitur dalam melunasi Kredit Pemilkan Rumah di
Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan. Untuk menghindari kredit
bermasalah, bank sebenarnya telah melakukan pengamanan preventif
dengan melakukan analisa yangmendalam terhadap usaha dan penghasilan
66
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 01 Maret 2016.
67
serta kemampuan debitur. Analisa dari aspek hukum juga sudah dilakukan
misalnya legalitas debitur, legalitas usaha debitur, kewenangan orang
bertindak mewakili perusahaan, keabsahan hukum dari barang yang
menjadi agunan,pemjamin dan pemantauan dan pengawasan secara terus
menerus.Meskipun pengamanan preventif telah dilakukan namun tidak
jarang,debitur tidak mampu menyelesaikan hutangnya tepat pada
waktunya sesuai perjanjian kredit sehingga menjadi kredit bermasalah.68
Hal seperti ini kemudian akan memunculkan kredit yang
bermasalah dimana apabila pihak debitur tidak dapat memebayar
pelunasan kredit tepat waktu sebagaimana yang telah disepakati dengan
pihak bank maka akan menimbulkan kerugian bagi pihak bank.
Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikategorikan
sebagai kredit bermasalah apabila :69
1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit
induk, lebih dari 90 hari semenjak tanggal jatuh tempo;
2. Kredit tidak dilunasi sama sekali/ terutang
3. Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali
kredit dan bunga yangtercantum.
Untuk kredit bermasalah sendiri digolongkan menjadi tiga golongan yaitu
:
1. Kredit Kurang Lancar
68
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, (Bandung: Alfabeta, 2003).hal 265.
69
2. Kredit Diragukan, dan
3. Kredit Macet
Penggolongan tersebut diatas diadakan berdasarkan tingkat
kolektibilitas kredit yang bersangkutan.
1. Kredit Kurang Lancar adalah Kredit yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
telahmelampaui 90 (sembilanpuluh) hari.
b. Sering terjadi cerukan
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
2. Kredit Diragukan adalah kredit adalah Kredit yang tidak dapat memenuhi Kreiteria kredit kurang lancar, namun dari penilaian kreditur disimpulkan bahwa kredit tersebut dapat diselamatkan, serta mempunyai jaminan kredit yang nilainya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman pokok dan bunga atau kredit tersebut tidak dapat diselamatkan tetapi nilai jaminan kreditnya tidak kurang dari 100% jumlah nilai kredit dan bunga tertungak.70
3. Kredit Macet adalah kredit yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:71
a. Tidak dapat memenuhi kriteria lanca, kredit kurang lancar dan
kredit diragukan.
b. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka
waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan,
belum terjadi pelunasan pinjaman atau upaya penyelamatan
kredit, atau
70
Ibid, Hal 184. 71
c. Penyelesaian Kembali pembayaran Kredit yang bersangkutan
telah diserahkan kepada pengadilan negeri, atau telah diajukan
permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
Pada Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan, faktor yang
menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah berasal dari dua faktor
yaitu Faktor Intern dan Ekstern72.
Faktor Intern yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah pada
Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan yang pertama adalah kurang
pengawasan sistem pemantauan mutu kredit dan kredibilitas debitur.
Karena lemahnya sistem pemantauan tersebut, pihak bank tidak mampu
mengawasi secara sempurna penggunaaan kedit oleh debitur serta
perkembangan kinerja usaha bisnis dan keungan mereka. Bank baru dapat
mengindikasi kinerja denitur menurun setelah, mereka menunggak
pembayaran bunga dan/atau pelunasan kredit yang jatuh tempo.73 Yang
kedua adalah penyelenggaraan analisis kredit yang kurang sempurna. Hal
itu disebabkan karena account officer dan credit analyst, yang ditugaskan
melakukan kegiatan itu kurang mampu. 74
Sedangkan untuk Faktor Ekstern sendiri yang menyebabkan kredit
bermasalah pada Bank Sumur Cabang Pemabantu USU Medan, adalah
kondisi keuangan dari pihak debitur yang memburuk, daya beli yang
kurang serta suku bunga yang tinggi serta tidak ada adanya itikad baik dari
72
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 03 Maret 2016.
73
Siswanto, Sutojo. Op,Cit. hal 187
74
pihak debitur untuk memebayar kredit serta juga hal-hal yang disebabkan
oleh bencanan alam menjadi salah satu penyebab terjadinya kredit
bermaasalah dalam Kredit Pemilikan Rumah.75 Yang dimaksud dengan
bencana alam disini adalah acts of good, yaitu suatu keadaan yang tidak
diingini oleh siapapun. Bencana alam yang dimaksud seperti kebakaran,
gempa bumi, banjir, dan bencana alam lainnya. Memang sangat
menguntungkan apabila harta milik debitur diasuransikan sebelumnya,
karena apabila terjadi bencana alam akan memperoleh ganti rugi. Tetapi
walaupun demikian kerugian-kerugian perusahaan tetap juga tidak dapat
dihindari sebab selama debitur tidak beroperasi membangun kembali yang
rusak, kewajiban-kewajiban tetap berjalan dan tidak mungkin dapat
dihindari, hanya dapat ditunda.
Peperangan juga merupakan salah satu faktor ekstern yang dapat
menyebabkan terjadinya kredit macet. Sebab peperangan sulit untuk
diprediksi dan diperhitungkan apbila terjadi sehingga debitur sulit untuk
dihindari dan akan berakibat kesulitan dalam menyelesaikan persolan
keuangan.76
Selain itu juga perubahan kondisi perekonomian dan juga peraturan
pemerintah dapat memeberikan efek yang cukup berpengaruh bagi debitur
dalm menyelesaikan kewajibannya sebab bukan tidak mungkin kondisi
perekonomian yang berubah dapat memeberikan keuntungan dan kerugian
bagi debitur dalam menangani keuangannya sehingga memeperngaruhi
75
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 03 Maret 2016.
76
pendapatannya dan juga kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan
usaha atau pekerjaan si debitur akan memperngaruhi terjadinya
permsalahan keuangan bagi si debitur dan akan memberikan kesulitan
serta mengakibatkan tertundanya kewajiban-kewajiban yang harus
dibayarkan oleh debitur.
Untuk mencegah terjandinya kredit bermasalah tersebut dalam
pemberian KPR pada Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan , maka
diperlukan pengawasan dan pembinaan yang baik kepada debitur sebelum
pemberian Kredit Pemilikan Rumah ( KPR) agar tidak merugikan pihak
bank dikemudian hari.
C.Upaya-Upaya Yang Dilakukan Apabila Pihak Debitur Melakukan
Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah Pada Bank
Sumut Cabang Pembantu USU Medan.
Dengan ditandatanganinya perjanjian Kredit Peemilikan rumah antara
pihak Debitur dengan Pihak Bank, berarti para pihak telah sepakat dengan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian tersebut dan para pihak
wajiba melasanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang disepakati.
Dalam pelaksanaan perjanjian KPR Sumut Sejahtera pada Bank Sumut,
pengikatan yang harus dilaksanakan adalah pengikatan barang jaminan.
Jaminan kredit yang ditentukan meliputi Jaminan Kebendaan berupa bangunan
dan tanah yang selanjutnya disebut dengan bangunan ( Pasal 3 Perjanjian KPR
secara sekaligus dan lunas apabila jumlah dana yang diperoleh oleh bank atas
eksekusi angunan adalah kurang dari jumlah yang harus dibayarkan Kepada
Bank ( Pasal 5 c dan d Perjanjian KPR Sumut Sejahtera).
Dalam hal apabila suatu saat terjadin wanprestasi yang dilakukan oleh
pihak debitur dalam perjanjian KPR Sumut Sejahtera, maka langkah-langkah
yang diambil oleh pihak Bank Sumut selaku kreditur adalah yang pertama
adalah dengan melayangkan Surat Panggilan atau teguran kepada pihak debitur
agar pihak debitur agar segera melunasi kreditnya yang menunggak untuk
segera dilakuakn konfirmasi dengan pihak Bank Sumut untuk diselesaikan
secara musyawarah.77
Mengenai akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi,
maka harus ditetapkan terlebih dahulu apakah sesorang itu telah melakukan
wanprestasi atau lalai.
Menurut Prof. Subekti, SH mengatakan bahwa wanprestasi adalah
kelalaian yang dilakukan oleh seseorang apabila:78
1. Tidak melakukan apa yang disanggupinya.
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
yang dijanjikannya.
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
77
Hasil Wawancara Dengan Tengku M Razid Seksi Analisis Kredit Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan Pada Tanggal 03 Maret 2016.
Dalam perjanjian KPR Sumut Sejahtera oleh bnak sumut seorang debitur
dikatakan lalai atau wanprestasi apabila debitur tidak membayar satu bulan saja
dan pada setiap tanggal yang sama dengan tanggal pencairan fasilitas kredit dan
dengan jumlah sebagaimana diatur dalam perjanjian Kredit.
Untuk mengatasi kendala-kendala wanprestasi ini ,maka pihak Bank
Sumut mengambil upaya sebagai Berikut :
1. Melalui Musyawarah Mufakat.
Musyawarah mufakat dilakukan oleh pihak Bank Sumut kepada
debitur yang melakukan wanprestasi dengan sebelumnya memberikan
surat panggilan atau teguran kepada debitur. Dengan demikian melalui
musyawarah mufakat ini ini diharapkan agar para pihak yang terkait
dengan perjnjian ini yaitu debitur dan kreditur dipertemukan dan dapat
menyelesaikan permasalahn wanprestasi tersebut.79
2. Eksekusi Jaminan Melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
(BUPLN)
Bagi bank-bank pemerintah, penyelesaian kredit macet disalurkan/
diselesaikan melalui Badan Urusan Pituang Dan Lelang Negara, sebagai
instansi resmi yaitu semacam pengadilan yang khusus menyelesaikan
utang-piutang negara terutama permsalahan yang menyangkut dengan
wanprestasi terhadap kredit. Demikian juga dengan Bank Sumut Cabang
79
Pembantu USU Medan untuk mnyelesaikan permasalahan wanprestasi
terhadap kredit yang dihadapi diserahkan ke BUPLN untuk diselesaikan.
Adapun tata kerja dalam menyelesaikan wanprestasi yang
dilakukan oleh debitur setelah menerima penyerahanan pengurusan
piutang negara adalah menetapkan adanya dan besarnya piutang negara.
Kemudian secara tertulis memanggil debitur untuk
memepertanggungjawabkan utangnya, selanjutnya BUPLN dengan
debitur memuat pernyataan bersama tentang jumlah hutang yang harus
dibayar oleh debitur. Bila surat pernyataan bersama itu tidak juga
dipenuhi oleh debitur, selanjutnya BUPLN akan mengeluarkan surat
paksa agar debitur melunasi semua hutangnya sekaligus. Dan apabila
surat paksa tersebut juga tidak dapat dilaksanakan pada akhirnya
BUPLN akan melakukan penyitaan atas barang-barang jaminan tersebut.
3. Melalui Pengadilan Negeri
Apabila upaya pendamaian melalui musyawarah mufakat dan
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak bank kepada
debitur yang lalai atau wanprestasi atas Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
tetap tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut maka upaya hukum
yang dilakukan oleh Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan adalah
dengan melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri.80
80
Penyelesaian perkara wanprestasi atau kelalaian yang dilakukan
oleh debitur melalui Pengadilan Umumnya dilakukan oleh bank-bank
swasta. Dalam hal ini bila mana kredit sudah tidak dapat lagi diselesaikan
oleh bank dengan nasabahnya, maka bank mengambil langkah untuk
menyelesaikan wanprestasi melalui Pengadilan Negeri sesuai dengan yang
telah disepakati dalam perjanjian kredit atau ditempat dimana bank
berdomisili.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan bank untuk menyelesaikan
wanprestasi dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah tergantung
kepada perjanjian kredit yang telah dibuat sebelumnyaapakah perjanjian
tersebut memakai grosse akta atau tidak.
Apabila perjanjian kredit dengan memakai grosse Akta maka
kreditur cukup mengajukan permintaan eksekusi/penjualan lelang jaminan
kepada Pengadilan Negeri, karena kedudukan grosse akta tersebut adalah
sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai keputusan yang
tetap.81 Setelah menerima permintaan eksekusi tersebut kemudian
pengadilan menilai keabsahan grose akta yang ada. Dan apabila menurut
penilaian pengadilan bahwa grose akta tersebut adalah benara, maka
langsung diadakan atau dilaksanakan eksekusi, yaitu menjual secara lelang
jaminan yang sudah diletakkan dalam perjanjian kredit.
Apabila perjanjian kredit tersebut tanpa grosse akta, dalam
perjanjian kredit tersebut tidak ada atau tidak benar cara pembuatannya,
81
maka permintaan eksekusi harus ditolak. Maka debitur harus mengajukan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mendapatkan data dan melakukan penelitian pada Bank Sumut
Cabang Pembantu USU Medan, maka dapat penulis menarik kesimpulan
yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti, sebagai
berikut ini:
1. Pelaksanaan Pemberian KPR Sumut Sejahtera yang dilakukan oleh
Bank Sumut Cabang Pembantu USU Medan telah sesuai dengan
prinsip prosedur yang berlaku menurut Undang-Undang yang berlaku
serta Prinsip 5C. Pelaksanaan Perjanjian KPR Sumut Sejahtera yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak ( bank dan debitur) ,
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
tersebut maka para pihak mengahasilkan kesepakatan yang
menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.
2. Dalam proses pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah pada Bank Sumut
terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak bank baik mulai
dari tahap pelaksanaan KPR, tahap pendantangan Perjanjian KPR dan
pada saat berjalannya Kredit yang akhirnya menimbulkan Kredit
beramasalah yang disebabkan beberapa faktor baik dari pihak bank
(Intern) maupun Debitur itu sendiri (Ekstern) sehingga untuk
pengajuan permohonan KPR pada Bank Sumut Cabang Pembantu
apabila pihak calon debitur tidak memenuhi persyaratan yang telah
diberikan oleh pihak bank maka permohonan kredit tidak bisa
dikabulkan.
3. Adapun Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Bank Sumut Cabang
Pembantu USU Medan apabila debitur berbuat lalai atau melakukan
Wanprestasi adalah pihak bank akan melakukan Teguran dan
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara kekeluargaan dan
musyawarah. Apabila setelah tiga kali dilakukan pemanggilan tidak
juga melaksnakan kewajibannya maka upaya yang dilakkukan
selanjutnya adalah dengan melakukan Eksekusi Jaminan melalui
Badan Urusan Piutang Lelang Negara (BUPLN) dan Pengadilan
Negeri.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian pada Bank Sumut Cabang Pembantu
USU Medan, adapun beberapa saran yang penulis dapat berikan adalah:
a. Bahwa proses pelaksanaan KPR pada Bank Sumut Cabang
Pembantu USU Medan sudah sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Namun masih dapat terjadi kendala-kendala yang
diakibatkan kurangnya pengawasan terhadap mutu kredit dan
kredibilitas debitur. Untuk itu perlu dilakuakan peningkatan
terhadap pengawasan terutama itikad dari si debitur agar tidak
menimbulkan kerugian bagi pihak bank.
jumlah debitur yang tidak seimbang dengan petugas, terutama
pada saat minat masyarakat yang cukup tinggi untuk
mempunyai rumah. Hal ini dilakukan agar proses pemberian
kredit dapat dilakukan dengan cepat, tepat sasaran serta
seimbang.
c. Para petugas dan pegawai bank agar melakukan tugasnya
secara baik dan profesional, cakap, dan menerapkan prinsip
kehatia-hatian dalam melaksanakan pemberian kredit dengan
baik dan cermat.
d. Untuk debitur sendiri sebagai nasabah agar berbuat jujur dan
memiliki itikad yang baik dan menyesuaikan kredit yang
dimohonkan dengan kondisi keuangan agar tidak terjadi
permasalahan dikemudian hari dan terjadi penunggakan yang
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN PERJANJIAN
KREDIT
A. Pengertian Bank Dan Hukum Perbankan.
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu
negara bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi
bagian dari sistem keuangan dan sisitem pembayaran dunia.9 Dalam dunia
Modern sekarang ini, peranan perbankan dalam hal memajukan perekonomian
suatu negara sangatlah besar karena hampir semua sektor yang berhubungan
dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank.
Bagi masyarakat Indonesia mendengar kata bank adalah bukan sesuatu
hal yang asing. Masyarakat sudah sangat familiar dengan apa yang dinamakan
dengan bank. Bagi masyarakat awam mungkin berpikir bahwa bank adalah
sebagai tempat meyimpan uang saja atau tempat untuk menabung, padahal
kenyataanya tidaklah demikian bahwa sebenarnya bank memiliki
fungsi-fungsi lain selain sebagai tempat untuk menabung yang mungkin belum terlalu
dikenal oleh masyarakat.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, bahwa Bank adalah usaha dibidang Keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memeberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran Uang. Rumusan mengenai pengertian bank lain, dapat juga kita temui dalam kamus istilah hukum Fockema Andreae yang mengatakan bahwa bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak
ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada Bankir sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaanya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.10
Di Indonesia masalah yang berkaitan dengan bank diatur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Menurut
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan menyebutkan bahwa
pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masayarakat dalam bentuk
kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.11
Beberapa pendapat lain mengenai Pengertian bank, yakni :12
1. Perbankan (Banking) pada umumnya ialah kegiatan-kegiatan dalam menjual/belikan mata uang,surat efek dan instrumen-instrumen yang dapat diperdagangkan. Penerimaan Deposito, untuk memudahkan penyimpanannya atau untuk mendapatkan bunga, dan atau pembuatan, pemberian pinjaman-pinjaman dengan atau tanpa barang-barang tanggungan, penggunaan uang yang ditempatkan atau diserahkan untuk disimpan (Abdulrahman; 1991,86).
2. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan jalan memeperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (O.P. Simorangkir;1979,18)
3. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya ( Pasal 1 angka 1 UU No. 7/1992 jo UU No 10/1998, Tentang Perbankan).
10
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005). hal 8.
11 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 2 Angka 1. 12
Dari pengertian seperti yang dikutip di atas, secara sederhana dapat
dikemukakan disini bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbadan
hukum yang bergerak dibidang jasa keuangan yang menjalankan kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkannya kembalai kepada
pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa
dalam lalulintas pembayaran. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis
adalah merupakan subjek hukum yang berarti dapat mengingatkan diri dengan
pihak ketiga.
Apabila mengacu kepada fungsi ekonomi, bank adalah lembaga yang
menyimpan simpanan, menawarkan rekening dengan hak istimewa dan
membuat pinjaman sebagai bagian yang tak terpisahkan dan peran yang
ditawarkan atau disediakan bank sebagai Financial Intermediary. Bank
berfungsi sebagai Financial Intermediary dengan kegiatan usaha pokok
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit
defisit atau pemindahan uang dari penabung kepa