• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Klorpirifos Pada Komoditi Kakao Dengan Metode Kromatografi Gas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Klorpirifos Pada Komoditi Kakao Dengan Metode Kromatografi Gas"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)

Gambar IV: Gambar Ultrasonik

Gambar V: Gambar Rotarievaporator

(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto,P. 2009. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Lukito., Mulyono., Tetti,Y., dan Hadi,I. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao.

Agromedia Pustaka.

Karmawati, E. dan Siswanto. 2012. Pengendalian Hama Utama Kakao (Conopomorpha Cramerella Dan Helopeltis Spp) Dengan Pestisida Nabati Dan Agens Hayati.(di akses tanggal 5 Juni 2015, pukul 19:53)

Karlina,L., Anwar,D., Ruslan. 2013. Identifikasi Residu Pestisida Klorpirifos Dalam Cabai Besar Dan Cabai Rawit Di Pasar Terong Dan Lotte Mart Kota Makassar.(di akses tanggal 16 Mei 2015, pukul: 16:55)

Rohman,A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Graha Ilmu.

Susanto,F.X. 1995. Tanaman Kakao Budidaya Dan Pengolahan Hasil. Penerbit Kanisius.

Wiryadiputra, S.2013. Residu Pestisida Pada Biji Kakao Indonesia Dan

Produk Variannya, Serta Upaya Penanggulangannya. (di akses tanggal 5 Juni 2015, pukul 19:53)

(5)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1.Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian, antara lain :

a. Kromatografi gas Shimadzu b. Erlenmeyer 250 ml pyrex

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain :

a) Kakao

b) Diklorometana

(6)

3.3 Prosedur

3.3.1 Prosedur Sampel

a. Ditumbuk sampel sampai halus

b. Ditimbang 25 g sampel dan di masukkan ke dalam erlenmeyer c. Ditambahkan 100 ml pelarut Aseton: Dikloro – metana(50:50v/v) d. Didiamkan selama 1 (satu) malam

e. Disaring menggunakan kertas saring

f. Dipipet 20 ml menggunakan pipet volume kedalam labu alas g. Dipekatkan dalam rotarievaporator pada suhu air 400c

h. Dimasukkan ke dalam tabung berskala 5 ml

i. Ditambahkan dan dicampurkan Toluena : Isooktana (10:90) j. Dipipet kedalam botol vial

k. Di injeksikan ke kromatografi gas 3.3.2 Pemakaian Alat Kromatografi Gas

1. Hidupkan GC dan computer,tunggu sampai dilayar monitor muncul gambar desktop

2. Untuk mengaktifkan software chemstation ada 2 cara,yaitu dengan - Double click icon instrument 1 online yang ada di desktop - Atau dengan cara click icon start →All program→Agilent

chemstation→Instrument 1 online

3. Kemudian tunggu sampai software chemstation tampil di layar monitor, perhatikan juga lampu remote yang ada di GC ! lampu remote ini yang mengindeksikan komunikasi antara GC dan computer.jika lampu remote tidak menyala segera hubungi pihak BERCA!

4. Perhatikan method yang sedang online

5. Untuk memanggil method,click method→load method→kemudian pilih method yang akan digunakan untuk analisa

(7)

7. Tunggu sampai tulisan “not ready” yang berwarna merah berubah menjadi “ready” dan berwarna hijau,tulisan ready menandakan bahwa GC sudah bisa digunakan untuk analisa sampel

8. Sebelum melakukan analisa (injeksi sampel),ada beberapa hal yang harus dilakukan.

- Click Run control →sampel info

- Path dan subdirectory menunjukkan folder dimana file data disimpan,sedangkan signal1/signal 2 adalah nama dari file data injeksi (file chromatogram)

- Operator name,subdirectory dan signal 1/signal 2 dapat diisi sesuai dengan keinginan pengguna GC (operator)

- Setelah selesai click OK

9. Jika sampel sudah siap untuk dianalisa tekan tombol “start”yang ada pada GC,lihat lampu Run yang ada pada GC.setelah selesai analisa lampu Run akan padam kembali

10.Setelah selesai analisa Run,click view→data analysis

11.Untuk memanggil data hasil injeksi click file→load signal,kemudian akan muncul window.cari file data hasil injeksi berdasarkan sampel info!

12.Data hasil injeksi akan terlihat

(8)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari indentifikasi klorpirifos pada komoditi kakao di kabupaten Karo dan kabupaten Labuhan Batu dengan menggunakan kromatografi gas yang dilakukan di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil identifikasi klorpirifos pada kakao di Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu

(9)
(10)

Gambar 2 Kakao A Kabupaten Karo

(11)

Gambar 4 Kakao A Kabupaten Labuhan Batu

Gambar 5 Kakao B Kabupaten Labuhan Batu

(12)

4.3. Pembahasan

Aplikasi pestisida yang benar merupakan salah satu kunci keberhasilan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Secara sederhana, aplikasi pestisida dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pestisida kepada sasaran. Aplikasi pestisida berkisar dari yang paling sederhana, misalnya menempatkan zat penarik (attractant) atau zat penghalau (repellent) serangga sampai menyemprotkan pestisida dengan alat aplikasi yang mahal. Pemakaian pestisida harus dilakukan seefisien mungkin. Dalam rangka efisien, di beberapa perkebunan besar di Jawa Timur telah dikembangkan metode pengendalian hama secara kimia yang didasarkan pada sistem peringatan dini (SPD) atau dikenal dengan Early Warning System (EWS). Sistem ini pada dasarnya adalah mendeteksi hama sedini mungkin pada sumbernya, yang diikuti dengan penyemprotan deengan pestisida secara terbatas (Lukito, 2004).

(13)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi klorpirifos pada komoditi kakao yang berasal dari Kabupaten Karo dapat disimpulakan tidak terdeteksi adanya pestisida jenis klorpirifos dan begitu juga pada kakao yang berasal dari Kabupaten Labuhan Batu. Kemungkinan pestisida yang diaplikasikan tidak seluruhnya mencapai sasaran, melainkan sebagian akan hilang selama aplikasi. Pestisida yang hilang sebelum mencapai sasaran disebut drift.Atau para petani hanya menggunakan dosis sesusai yang di anjurkan.

5.2. Saran

- Sebaiknya penggunaan pestisida oleh petani lebih di awasi dan diperhatikan demi keselamatan para petani lingkungan perkebunan dan menjaga kualitas buah yang dihasilkan

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pestisida

Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui. Namun bila aplikasnya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya (Wudianto.1988).

2.1.1. Jenis Pestisida

Dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan.

1. Insektesida

(15)

Untuk membunuh serangga, insektesida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernafasan.

a. Insektesida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektesida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektesida seperti ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah.

b. Insektesida kontak (contact poisons) akan masuk tubuh serangga melalui kutikulanya.

c. Insektesida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagai misal fumigasi hama gudang dapat mematikan hama yang mengisap gas beracun dari fumigan.

2. Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Pada umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bisa tumbuh diatas atau dalam tubuh inang. Warna miselium ini ada yang putih, cokelat, hitam, dan lain-lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab, tanah asam dan selalu basah dengan suhu sekitar 25-30 derajad Celcius. Selain merusak tanaman yang masih hidup, cendawan juga menghancurkan kayu bangunan. Secara umum gejala yang timbul akibat serangga cendawan adalah klorosis atau perubahan warna pada jaringan tanaman, pembusukan pada akar, batang, daun, atau bagian tanaman lain, muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun atau batang, dan sebagainya. 3. Bakterisda

(16)

ada yang bulat, berbentuk batang dan spiral. Panjangnya antara 0,15-6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri. Dengan ukurannya yang sangat kecil ini bakteri mudah menerobos masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu, dan lentisel. Di dalam tanaman, bakteri ini akan bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya

- Tipe penyakit pembuluh pengangkut air

Bakteri ini memenuhi pembulu pengangkut air dan mengakibatkan jalannya air dari akar ke daun terhambat sehingga daun menjadi layu. Contohnya bakteri Pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk cokelat pada kentang, terung, dan tomat.

- Tipe penyakit jaringan parenkim

Dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau pembusukan bagian tanaman yang terserang.

- Tipe penyakit hyperplastis

Bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lebih cepat dari biasanya sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol, atau pembengkakan.

4. Nematisida

(17)

disebut nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenammkan dalam tanah. Walaupun demikian ada pula yang berbentuk larutan dalam air yang penggunaannya dengan cara disiramkan

5. Akarisida

Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba. Tungau adalah binatang kecil yang besarnya kurang dari 0,5 mm, berkaki 8, dan berkulit lunak dengan kerangka khitin. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, kuning dan ada pula yang hijau. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserangnya akan mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul, atau buah rontok sebelum waktunya. Jenis tungau merah terkenal sangat ganas. Lebih dari seratus jenis tanaman diserangnya. Dengan tubuhnya yang sangat kecil, tungau mudah tersebar melalui angin, terbawa manusia, binatang, alat pertanian,biji, dan lainnya.

6. Rodentisida

(18)

7. Molukisida

Molukisida adalah pestisida untuk membunuh meluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang,sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak. Bekicot dan siput, binatang yang dapat mengeluarkan lendir ini mempunyai kebiasaan hidup bersembunyi di tempat teduh pada siang hari. Pada malam harinya moluska akan mencari makan tanaman yang sudah membusuk ataupun yang masih hidup. Berbagai jenis tanaman diserangnya, merusak persemaian dan tanaman yang baru tumbuh. Dalam perjalanannya meninggalkan jejak berupa lendir yang mengkilat. Karena sulit ditemukan disiang hari, maka pengendaliannya biasanya dengan moluskisida yang berupa umpan beracun. Contoh moluskisida adalah metapar 99 WP untuk mengendalikan siput pada tanaman selada dan brestan 60 untuk mengendalikan siput tripan di tambak. Siput murbei (Pomacea sp.) merupakan hama padi yang cukup merugkan pada tanaman padi yang berumur 1-3 minggu. Siput ini bsa dikendalikan dengan moluskisida Baylucide 250 EC yang bekerja secara racun kontak dan pernapasan

8. Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak di kehendaki karena akan menyaingi tanaman yang akan ditanam dalam memperoleh unsur hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Persen kehilangan panen akibat gulma di negara bagian Kolumbia (Amerika Serikat) terhadap kacang-kacangan sebesar 51,1%, jagung 45,6% kentang 16,6% dan padi 54,4%. Pada pertanaman padi di indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah.

9. Pestisida Lain

(19)

banyak yang menjual. Sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida adalah sebagai berikut.

a. Pisisida, adalah bahan seyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama didalam tambak dan kolam

b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang. c. Avisida, pestisida pembunuh burung.

d. Larvisida, pestisida pembunuh ulat. e. Pedukulisida, pestisida pembunuh kutu.

f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon.

g. Ovisida, pestisida perusak telur.

h. Piscisida, pestisida pembunuh predator. i. Termisida, pestisida pembunuh rayap.

j. Arborisida, pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar. k. Predasida, pestisida pembunuh hama vertebrata.

10.Pestisda Berperan Ganda

Selain untuk satu golongan sasaran OPT seperti diatas kini dipasaran pasaran juga tersedia jenis pestisida yang berperan untuk membasmi dua atau tiga golongan OPT. Berikut jenis pestisida yang dimaksud sesuai yang terdapat dikomisi pestisida

a. Akarisida, fungisida yang berguna untuk mengendalikan penyakit jamur dan tungau. Contohnya Morestan 25 WP dan Petracrex 300EC.

b. Akarisida, insektesida, yaitu Mitac 200EC. c. Arborisida,, Herbisida misalnya Galon 480 EC.

d. Fungisida, insektisida dan nematisida, misal Basmid G, yang dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda yang menyerang kopi dan teh, cendawan penyebab penyakit akar gada pada kubis, dan ulat tanah yang menyerang tembakau.

(20)

f. Fungisda, nematisida, yaitu Ropam AS.

g. Insektesida, fungisida untuk pengawet kayu yaitu impralit CKB Korpec 590 OC, Xyladecor OC (Wudianto.1988)

2.1.2.Gejala Keracunan

Setiap golongan bahan aktif yang dikandung pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda. Namun ada pula gejala yang ditimbulkan mirip, misalnya gejala keracunan pestisida karbamat sama dengan gejala keracunan golongan organofosfat. Oleh karena itu perhatikan bahan aktif yang tercantum dalam label kemasan pestisida yang digunakan bila terjadi sesuatu untuk ditunjukkan pada petugas kesehatan guna memudahkan pengobatannya.

1. Golongan organofosfat

Bahan aktif : Sebagian besar bahan aktif golongan ini sudah dilarang beredar di Indonesia misalnya diazinon, fention fenitrotion, fentoat, kuinalfos, dan malation. Sedangkan bahan aktif lainnya masih diizinkan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama formulasi yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah:

-Herbisida: Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS, Roundup75 WSG,

-Fungisida: Kasumiron 25/1 WP, Afugan 300 EC Rizolex50 WP,

-Insektesida: Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E.

(21)

Gejala keracunan : timbul gerakan otot tertentu, pengelihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan.

2. Golongan organoklor

Bahan aktif : beberapa bahan aktif golongan ini juga telah dilarang penggunaannya di Indonesia, sebagai misal dieldrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol 50 WP. Cara kerja racun ini dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat.

Gejala keracunana : sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kesadaran hilang.

3. Golongan karbamat

Bahan aktif : yang termasuk golongan ini antara lain karbaril dan metomil yang telah dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain dari golongan karbamat. Sebagai contoh:

-Fungisida Previcur-N, Topsin 500 F, dan Enpil 670 EC

-Insektisida Curaterr 3 G, Dicarzol 25 SP.

(22)

Gejala keracunan : sama dengan ditimbulkan oleh pestisida organofosfat, hanay saja berlangsung lebih singkat karena golongan ini cepat terurai dalam tubuh.

4. Golongan/ senyawa bipiridilium

Bahan aktif : yang termaksud golongan ini antara lain : paraquat diklorida yang terkandung dalam herbisida Gramoxone S*, Gramox-one*, Herbatop 276 AS*, dan Para-Col*.

Gejala keracunan : 1-3jam setelah pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare;2-3 hari kemudian akan terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan albunuri, proteinnura haematuria, dan peringkatan kreatinin lever, serta kerusakan pada paru-paru akan terjadi antar 3-24 hari berikutnya. 5. Golongan arsen

Bahan aktif : yang termaksud golongan ini antara lain : arsen pentoksida, kemirin, dan arsen pentoksida dihidrat yang umumnya digunakan untuk insektisida pengendali rayap kayu dan rayap tanah serta fungisida pengendali jamur kayu. Umumnya masuk dalam tubuh melalui mulut, walaupun bisa juga terserap kulit dan terisap pernafasan.

Gejala keracunan : tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah dan diare, sedangkan keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar ludah.

6. Golongan antikoagulan

(23)

Gejala keracunan : nyeri punggung, lambung dan usus, muntah-muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, air seni dan tinja berdarah, lebam disekitar lutut,siku dan pantat, serta kerusakan ginjal (Wudianto.1988)

2.1.3. Klorpirifos Rumus Bangun :

Struktur Molekul : C9H11Cl3NO3PS

Nama Kimia : O,O-diethyl O-3,5,6-trichloro-2-pyridyl phosphorothioate Nama Dagang : Dursban

Densitas : 1,398 g/cm3 (43,5 0C) Titik Uap : 160 oC

Berat Massa : 350,59 g/mol

(24)

2.2. Kakao

Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta.

Anak divisi : Angiospermae.

Kelas : Dicotyledoneae.

Anak kelas : Dialypetalae.

Bangsa : Malvales.

Suku : Sterculiaceae.

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao.

(25)

2.2.1. Morfologo dan Fisiologo Tanaman Kakao 1. Biji dan Perkecambahan

Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan, namun karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buah pun dapat tumbuh bila terlambat di panen. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa, dua kotiledon yang saling melipat dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan radikula. Biji kakao termaksud epieous yang artinya hipokotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu, yang kemudian diikuti membukanya kotiledon dan epikotil memanjang dengan empat lembar daun pertama.

2. Batang dan Cabang

(26)

3. Daun

Daun kakao mempunyai dua persendia atau articullation yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Masa tumbuh tunas-tunas baru disebut flush, dimana tunas membentuk 3-6 helai daun sekaligus. Setelah masa bertunas tersebut selesai, kuncup-kuncup kembali dorman selama periode tertentu. Oleh rangsangan faktor lingkungan kuncup-kuncup akan kembali bertunas lagi. Tanaman kakao termasuk tanaman yang memerlukan naungan, sehingga dengan mengatur penaung dan pengurangan daun atau pemangkasan sangat mempengaruhi pembungaan. Pada saat bertunas tanaman kakao lebih peka terhadap serangan hama dan penyakit. Pertunasan dapat dipacu dengan pemangkasan berat, sebab dengan pemangkasan zat penghambat dari daun tua dapat diatasi. Sementara itu zat pertumbuhan cytokinin yang dibuat dalam akar dapat diangkut dalam jumlah yang tetap. Keseimbangan keduanya dapat mengatur siklus pertunasan. Menurut Alvin et al, pembentukan tunas dan daun muda pada tanaman kakao diatur oleh dua macam hormon yang fungsinya saling berlawanan satu sama lain. Hormon pertama adalah Abscisid Acid (ABA) yang mempunyai peranan penghambat pertumbuhan tunas. Daun muda ABA ini dihasilkan oleh daun-daun yang telah tua. Hormon yang ke dua adalah Cytokinin yang sebagian besar dihasilkan oleh akar-akar tanaman kakao. Fungsi dari Cytokonin adalah memacu pertumbuhan tunas sebab Cytokinin diangkut ke ujung-ujung titik tumbuh.

4. Akar

(27)

lebih dalam (11-20 cm), dan sekitar 14% pada bagian yang lebih dalam lagi (21-30 cm), dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm. Jangkauan akar lateral jauh diluar proyeksi tajuk tanam. Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara tertentu terutama unsur p. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.

5. Bunga

Tanaman kakao bersifat kualiflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang-cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar dan disebut bantalan bunga (cushion). Bunga kakap terdiri dari 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih-ungu atau kemerahan, benangsari yang steril disebut staminodia dan yang fertil disebut stamen yaitu pada lingkaran dalam. Bakal buah atau ovarium disusun oleh 5 daun buah (carpellium) dan berisi banyak bakal biji (ovulum) yang tersusun melingkari poros tengah buah. 6. Buah

(28)

mencapai puncak pada umur 7 minggu setelah pembuahan dan yang kedua pada umur 10 minggu setelah pembuahan, kemudian turun seiring dengan meningkatnya metabolisme didalam buah. Pada umumnya setelah umur 70-100 hari atau sepanjang 10 cm sudah bebas dari proses ini (Susanto.1995).

2.2.2. Hama Utama Tanaman Kakao

Jenis serangga hama yang merupakan hama tanaman kakao di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Menurut Entwistle (1972) terdapat lebih dari 130 spesies serangga yang berasosiasi dengan tanaman kakao. Namun, hanya beberapa spesies yang benar-benar merupakan hama utama, yaitu penggerek buah kakao (Chonopomorpha cramerella Snellen) atau PBK, kepik pengisap buah (Helopeltisantonii Sign.), ulat kilan (Hyposidra talaca Walker), penggerek batang atau cabang (Zeuzera coffeae), dan ulatapi (Darnatrima). Selain hama utama tersebut, kadang-kadang masih dijumpai hama lainnya, seperti tikus, tupai, dan babi hutan,(Lukito. 2004).

2.3. Kromatografi

(29)

2.3.1. Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang signifikan dalm bidang elektronik, komputer dan kolom telah menghasilkan batas dekteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat. KG menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada dua jenis kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam inlet injektor pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

Sistem peralatan KG ditunjukan oleh gambar dibawah ini dengan komponen utama adalah

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa; 2. Ruang suntik sampel;

3. Kolom yang diletakkan dalam oven yang di kontrol secara termostatik 4. Sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder); serta

(30)

1. Fase gerak

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen dan abu-abu untuk nitrogen).

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi di desain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien. Desain yan populer terdiri atas saliran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:

a) Injeksi langsung (Direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju kolom.

b) Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

c) Injeksi tanpa pemecahan (splitnes injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa kedalam kolom dan katup pemecah ditutup; dan

d) Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukan langsung ke dalam kolom.

(31)

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan efisiensi yang timggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen didalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah diantar fase diam dan fase gerak. Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linear dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatografi yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasi dalam senyawa baku.

(32)

5. Komputer

Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (softwere) untuk digitalisasi signal detektor yang mempunyai beberapa fungsi antara lain :

 Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; penyuntikan sampel secara otomatis.

 Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna

 Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik

 Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu

(33)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(34)

Salah satu dampak negatif penggunaan pestisida yang kurang bijaksana adalah bahaya adanya residu pestisida pada produk tanaman yang dilindungi maupun pada lingkungan sekitar. Produk tanaman kakao Indonesia, biji keringnya digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk hilir dengan berbagai varian maupun produk antara (intermediate products), sebagian besar diekspor ke negara-negara maju. Negara pengimpor biji kakao umumnya sangat peduki terhadap aspek kesehatan maupun lingkungan. Oleh karena itu adanya residu bahan berbahaya sangat diperhatikan. Jepang yang merupakan salah satu pengimpor produk kakao dari Indonesia, sangat ketat memberlakukan residu bahan berbahaya, khususnya dari bahan agrokimia pestisida. Hal ini sangat penting bagi prospek pasar kakao Indonesia di pasar global mengingat berbagai negara pengimpor kakao saat ini sangat peduli terhadap masalah residu pestisida, karena berkaitan dengan kesehatan konsumen di negara tersebut (Soekadar, 2013).

1.2. Permasalahan

Apakah kadar klorpirfos yang terdapat pada perkebunan tanaman kakao di kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu telah sesuai dengan kadar yang telah ditentukan?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kadar residu pestisida klorpirifos pada tanaman kakao di Kabupaten Karo dan Labuhan Batu.

1.4. Manfaat

(35)

IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS PADA KOMODITI KAKAO DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar residu pestisida klorpirifos pada komoditi kakao yang berasal dari Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu yang dilakukan di Balai Besar Proteksi dan Perbenihan Tanaman Perkebunan(BBPPTP) Medan. Analisa dilakukan dengan cara sampel di ekstraksi menggunakan pelarut aseton dan diklorometana. Ekstrak diuapkan sampai hampir kering dan residu dilarutkan dalam isooktana dan toluena dan ditetapkan dengan kromatografi gas yang menggunakan detektor fotometri nyala (FPD) dengan filter P (526 nm). Hasil menunjukkan bahwa pada komoditi kakao dari Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu tidak ditemukan adanya kandungan klorpirifos.

(36)

CHLORPYRIFOS IDENTIFICATION OF CACAO COMMODITY BY GAS CHROMATOGRAPHY

ABSTRACT

The determination of chlorpyrifos pesticide residues in cocoa has been done that comes from Karo and Labuhan Batu district performed in Balai Besar Proteksi and Perbenihan Tanaman Perkebunan( BBPPTP ) Medan. Analysis has been done by sample extraction using acetone and dichloromethane. Extract is evaporated until almost dry and the residue is dissolved in isooctane and toluene and determined by gas chromatography using a flame photometric detector ( FPD) with filter P (526 nm). The Results showed that the cocoa from Karo and Labuhan Batu district does not found the content of chlorpyrifos.

(37)

IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS PADA KOMODITI KAKAO

DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

ARDHYLIA MAHILLA BA’AMAR

122401076

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(38)

IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS PADA KOMODITI KAKAO

DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

ARDHYLIA MAHILLA BA’AMAR

122401076

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(39)

PERSETUJUAN

Judul : Identifikasi Klorpirifos Pada Komoditi Kakao Dengan Metode Kromatografi Gas

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Ardhylia Mahilla Ba’amar Nomor Induk Mahasiswa : 122401076

Program studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2015

Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr.Marpongahtun, M.Sc NIP : 195509181987012001 NIP:196111151988032002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(40)

PERNYATAAN

IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS PADA KOMODITI KAKAO

DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri.

Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing

disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

(41)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang Maha Pengasih dan Pemurah, karena hanya dengan limpahan karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya dengan judul “Identifikasi Klorpirifos Pada Komoditi Kakao Dengan Metode Kromatografi Gas”.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, kepada Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku Pembantu Dekan I FMIPA USU serta selaku dosen pembimbing penulis yang dengan sabar membimbing penulis dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas akhir ini, dan terimakasih juga kepada Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU, kepada Dra. Emma Zaidar Nst, MS selaku ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA USU.

Terimakasih yang tidak terhingga kepada orang tua penulis, Ayahanda Amir Hakim dan Ibunda Nila Sri Mahdiyani Tarigan yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Terimaksih kepada keluarga dan rekan-rekan penulis Kimia Analis angkatan 2012 dan seluruh D3 Kimia yang telah mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sampai dengan selesai.

Medan, Juli 2015

(42)

IDENTIFIKASI KLORPIRIFOS PADA KOMODITI KAKAO DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar residu pestisida klorpirifos pada komoditi kakao yang berasal dari Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu yang dilakukan di Balai Besar Proteksi dan Perbenihan Tanaman Perkebunan(BBPPTP) Medan. Analisa dilakukan dengan cara sampel di ekstraksi menggunakan pelarut aseton dan diklorometana. Ekstrak diuapkan sampai hampir kering dan residu dilarutkan dalam isooktana dan toluena dan ditetapkan dengan kromatografi gas yang menggunakan detektor fotometri nyala (FPD) dengan filter P (526 nm). Hasil menunjukkan bahwa pada komoditi kakao dari Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu tidak ditemukan adanya kandungan klorpirifos.

(43)

CHLORPYRIFOS IDENTIFICATION OF CACAO COMMODITY BY GAS CHROMATOGRAPHY

ABSTRACT

The determination of chlorpyrifos pesticide residues in cocoa has been done that comes from Karo and Labuhan Batu district performed in Balai Besar Proteksi and Perbenihan Tanaman Perkebunan( BBPPTP ) Medan. Analysis has been done by sample extraction using acetone and dichloromethane. Extract is evaporated until almost dry and the residue is dissolved in isooctane and toluene and determined by gas chromatography using a flame photometric detector ( FPD) with filter P (526 nm). The Results showed that the cocoa from Karo and Labuhan Batu district does not found the content of chlorpyrifos.

(44)

DAFTAR ISI

2.2.1. Morfologi Dan Fisiologi Tanaman Kakao 14

2.2.2. Hama Utama Tanaman Kakao 17

2.3. Kromatografi 17

Gambar

Gambar I: Kromatografi Gas FID
Tabel 4.1. Hasil identifikasi klorpirifos pada kakao di Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu
Gambar 1 kromatogram pembanding
Gambar 2 Kakao A Kabupaten Karo
+2

Referensi

Dokumen terkait

~ memiliki kualitas pembelajaran yang prima ~ memproduksi lulusan yang berkualitas dunia ~ menghasilkan penelitian yang berkualitas dunia (Frazer, 1994 dan Lang, 2004)..  WCU

Dengan melihat pada contoh diatas, kita bisa memperhatikan bahwa pemilik toko buku tersebut memerlukan suatu fungsi untuk mengkonversikan kode buku ke nomor posisi dari larik

Peralatan makan yang digunakan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan sudah diketegorikan memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI

Berdasarkan hasil FGD diperoleh 25 instrumen soal yang valid yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa dengan saran bahwa intrumen CTTMC

movie maker maka peneliti telah melakukan revisi produk media pembelajaran movie maker sesuai kritik dan saran dari para ahli dan siswa, yaitu menambah gambar

Kali ini dibahas tentang suatu alat pengukur suhu, pada alat ini sangat berbeda dengan alat ukur lainnya karena pada dasarnya mengukur suhu suatu benda ataupun udara menggunakan

[r]

[r]