• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat

Oleh : Maya Anna Sari

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi kualitas tidur dan gangguan tidur pada penderita rheumatoid arthritis.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapa/ Ibu bersedia maka saya akan memberikan kuesioner kepada Bapak/ Ibu untuk dijawab. Peneliti memohon kesediaan Bapak/ Ibu memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya.

Partisipasi bapak/ Ibu bersifat sukarela, sehingga Bapak/ Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang bapak/ Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini. Jika Bapak/ Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.

Medan, April 2015

Peneliti Responden

(2)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner data demografi, gangguan tidur, dan kualitas tidur. Ada 3 bagian yang termasuk di dalam kuesioner ini yaitu: Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Bagian 2. Kuesioner Kualitas Tidur (KKT) Bagian 3. Kuesioner Gangguan Tidur (KGT)

(3)

Kode : Tgl/ Waktu : Bagian 1. Kuesioner Data Demografi

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu dengan

memberi tanda (√).

1. Umur : tahun

2. Lama menderita rheumatoid arthritis : 3. Jenis Kelamin :

1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Suku :

1. Batak 2. Aceh 3. Jawa

4. Melayu 5. Lain-lain,…

5. Pendidikan Terakhir :

1. SD 2. SMP 3. SMA

4. Perguruan Tinggi 6. Agama :

(4)

3. Budha 4. Hindu 7. Status Perkawinan :

1. Belum Menikah 2. Menikah

3. Janda/ Duda 4. Lain-lain,… 8. Pekerjaan :

1. PNS/ TNI/ POLRI

2. Pegawai swasta/ wiraswasta 3. Buruh

4. Bertani 5. Lain-lain,… 9. Penghasilan :

1. < Rp 1.650.000,-

2. > Rp 1.650.000,- s/d Rp 3.000.000,- 3. > Rp 3.000.000,-

10. Lokasi tempat tinggal :

(5)

11. Jumlah teman sekamar :

1. Sendiri 2. 1-2 orang 3. 3-4 orang 4. > 4 orang 12. Zat stimulusi yang digunakan :

1. Alkohol 2. Kafein (Kopi) 3. Tembakau 4. Teh 13. Obat-obatan yang digunakan :

13. 1 Obat yang menyebabkan tertidur 1. Obat tidur 2. Antipsikotik 3. Obat Batuk 4. Lain-lain,… 13.2 Obat yang menyebabkan gangguan tidur

(6)

Bagian 2. Kuesioner Riwayat Kualitas Tidur

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan bapak/ Ibu dengan

memberi tanda (√) sesuai dengan keadaan yang Bapak/ Ibu alami

1. Berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk tidur di malam hari? 1. <5 jam

2. 5-6 jam 3. 6-7 jam 4. >7 jam

2. Berapa lama waktu Bapak/ Ibu butuhkan untuk dapat tertidur di malam hari? 1. >60 menit

2. 31-60 menit 3. 16-30 menit 4. <15 menit

3. Berapa kali Bapak/ Ibu terbangun dari tidur di malam hari? 1. >5 kali

2. 3-4 kali 3. 1-2 kali 4. Tidak ada

4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika bangun tidur di pagi hari ? 1. Sangat mengantuk

(7)

5. Seberapa nyenyak tidur Bapak/Ibu d imalam hari ? 1. Sebentar -bentar terbangun

2. Tidur dan kemudian terbangun 3. Tidur tetapi tidak nyenyak 4. Tidur sangat nyenyak

6. Apakah Bapak/Ibu merasa segar saat bangun tidur ? 1. Tidak sama sekali

2. Sedang 3. Cukup segar 4. Sangat segar

7. Apakah Bapak/Ibu merasa lemah atau sangat lelah ? 1. Sangat lemah atau sangat lelah

2. lemah atau lelah

3. Sedikit lemah atau lelah

(8)

Bagian 3. Faktor-Faktor Gangguan Tidur

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) sesuai dengan gangguan tidur yang anda rasakan. Anda diminta menilai seberapa jauh gangguan tidur yang mengganggu tidur anda dengan penilaiannya adalah sebagai berikut: Nilai 1 : Tidak Ada Gangguan

Nilai 2 : Gangguan Ringan Nilai 3 : Gangguan Sedang Nilai 4 : Gangguan Berat

Saya merasakan gangguan saat tidur, karena: 1. Faktor Fisik

Faktor Fisik

Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur

Ya Tidak Tidak ada Gangguan

Gangguan Ringan

Gangguan Sedang

Gangguan Berat

Nyeri Pusing Perasaan lelah Gelisah

(9)

Nilai 3. Gangguan Sedang Nilai 4. Gangguan Berat

Saya merasakan gangguan tidur, karena: 2. Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan

Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur

(10)
(11)

Lampiran 4

TAKSASI DANA

Dana yang telah dipakai dan diperlukan untuk pembiayaan kegiatan mulai dari proses pembuatan proposal sampai dengan pembuatan skripsi.

1. Pembuatan Proposal Biaya

a. Kertas A4 80 gr 2 rim : Rp. 100.000 b. Fotocopy sumber-sumber pustaka : Rp. 50.000

c. Internet : Rp. 100.000

d. Fotocopy perbanyak proposal : Rp. 100.000

e. Jilid proposal : Rp. 12.000

f. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji : Rp. 200.000

g. Dana tak terduga : Rp. 100.000

2. Pengumpulan Data

a. Transportasi : Rp. 100.000

b. Fotocopy kuesioner dan lembar persetujuan : Rp. 50.000

c. Cendramata : Rp. 200.000

3. Analisa Data dan Penyajian Data

a. Biaya print, kertas a4 80 gr 2 rim : Rp. 150.000

b. Penjilitan : Rp. 100.000

c. Fotocopy laporan penelitian : Rp. 120.000 d. Persiapan sidang skripsi : Rp. 300.000

e. Biaya tak terduga : Rp. 100.000

(12)

Reliability Kualitas Tidur

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

(13)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 2.900 .5676 10

P2 3.200 .7888 10

P3 2.700 .6749 10

P4 2.600 1.2649 10

P5 3.300 .4830 10

P6 2.700 1.2517 10

P7 3.000 .4714 10

Summary Item Statistics

Mean

Minimu m

Maximu m

Rang e

Maximum / Minimum

Varian ce

N of Items Item Means

2.914 2.600 3.300 .700 1.269 .071 7

Item Variances

(14)

Reliability Gangguan Tidur

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid

10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

(15)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 3.40 .699 10

p2 2.80 .422 10

p3 2.70 .823 10

p4 2.70 .823 10

p5 2.70 .823 10

p6 2.80 .919 10

p7 3.20 1.033 10

p8 3.20 .632 10

p9 3.10 .738 10

p10 2.30 .675 10

p11 3.00 .667 10

Summary Item Statistics

Mean

Minim um

Maxim

um Range

Maximum / Minimum

Varian ce

N of Items Item Means

2.900 2.300 3.400 1.100 1.478 .098 11 Item

Variances

(16)

Data Demografi Frequencies

statistic

Umur Lama

menderita RA

Jenis kelamin

Suku Pendidikan agama Status perkawinan

N valid missing 38 0 38 0 38 0 38 0 38 0 38 0 38 0

Mean 53.92 1.74 1.61 2.84 2.76 1.16 1.92

Median 50.50 2.00 2.00 3.00 3.00 1.00 2.00

Std. deviation 13.407 724 495 1.405 971 547 428

Pekerjaan Penghasilan Lokasi tempat tinggal

Jumlah teman sekamar

N valid missing 38 0 38 0 38 0 38 0

Mean 274 1.61 2.29 2.05

Median 2.00 1.00 2.00 2.00

(17)

Zat stimulasi yang digunakan

Obat yang menyebabkan

tertidur

Obat yang menyebabkan gangguan tidur

N valid missing 38 0 38 0 38 0

Mean 3.66 353 250

Median 4.00 4.00 3.00

Std. deviation 669 797 1.133

Frequency Table

umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 46-55 tahun 19 49.9 49.9 50.0

56-65 tahun 13 34.4 34.4 50.0

65-sampai atas Total 6 38 15.8 100.0 15.8 100.0 100.0

Lama menderita rheumatoid arthritis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang dari 1 tahun 16 42.1 42.1 42.1

1 sampai 2 tahun 16 42.1 42.1 84.2

lebih dari 3 tahun 6 15.8 15.8 100.0

(18)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 15 39.5 39.5 39.5

perempuan 23 60.5 60.5 100.0

Total 38 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 11 28.9 28.9 28.9

jawa 15 39.5 39.5 71.1

melayu 5 13.2 13.2 100.0

lain-lain 7 18.4 18.4

Total 38 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 5 13.2 13.2 13.2

SMP 8 21.1 21.1 34.2

SMA 16 42.1 42.1 76.3

perguruan tinggi 9 23.7 23.7 100.0

(19)

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 34 89.5 89.5 89.5

kristen 3 7.9 7.9 97.4

hindu 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

Status perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid belum menikah 5 13.2 13.2 13.2

menikah 31 81.6 81.6 94.7

janda/duda 2 5.3 5.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS/POLRI/TNI 6 15.8 15.8 15.8

pegawai

swasta/Wiraswasta 16 42.0 42.0 63.8

Buruh/Tani 8 21.1 21.1 10.2

lain-lain 8 21.1 21.1 10.2

Total 38 100.0 100.0 100.0

(20)

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

Valid < Rp.1.650.000 21 55.3 55.3 55.3

>Rp.1.650.000 s/d

Rp. 3.000.000 11 28.9 28.9 84.2

>Rp, 3.000.000 6 15.8 15.8 100.0

Total 38 100.0 100.0

Lokasi tempat tinggal

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid pemukiman

penduduk yg padat 15 39.5 39.5 39.5

Dekat jalan

umum/jalan raya 8 21.1 21.1 60.5

komplek

perumahan 4 10.5 10.5 71.1

lain-lain 11 28.9 28.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Jumlah teman sekamar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sendiri 3 7.9 7.9 7.9

1 sampai 2 orang 31 81.6 81.6 89.5

3 sampai 4 orang 3 7.9 7.9 97.4

(21)

Zat stimulasi yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kafein (kopi) 4 10.5 10.5 10.5

tembakau 5 13.2 13.2 23.7

teh 29 76.3 76.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Obat yang menyebabkan tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid obat tidur 3 8.3 8.3 5.3

obat batuk 10 25.9 25.9 34.2

Anti nyeri/sejenis 25 65.8 65.8 60.5

Total 38 100.0 100.0 100.0

Obat yang menyebabkan gangguan tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kondroition 10 26.3 26.3 26.3

Glukosamin 8 21.1 21.1 47.4

kortikosteroid 11 28.9 28.9 76.3

OAINS 9 23.7 23.7 100.0

(22)

DataSet1] D:\skripsi\SPSS KUESIONER KUALITAS TIDUR.sav

Statistics

Total jam tidur di malam hari

Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur

Frekuensi terbangun

Perasaan saat bangun

pagi

Kenyenyakan tidur di malam hari

Perasaan segar saat bangun pagi

Perasaan saat

beraktivitas Total

Hasil riwayat kualitas tidur

N Valid 38 38 38 38 38 38 38 38 38

Missi

ng 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 2.45 1.89 2.47 2.87 2.34 2.21 2.79 18.87 1.95

Median 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00 19.00 2.00

Mode 2 1 2 3 2 2 3 21 2

Std. Deviation 1.083 1.060 .797 .704 .938 .777 .777 2.830 .226

(23)

Frequency Table

Total jam tidur di malam hari

Frequency

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <5jam 7 18.4 18.4 18.4

5-6jam 17 44.7 44.7 63.2

6-7jam 4 10.5 10.5 73.7

>7jam 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 60 menit 18 47.4 47.4 47.4

31-60menit 11 28.9 28.9 76.3

16-30menit 4 10.5 10.5 86.8

< 15 menit 5 13.2 13.2 100.0

(24)

Frekuensi terbangun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 5 kali 1 2.6 2.6 2.6

3-4 kali 24 63.2 63.2 65.8

1-2 kali 7 18.4 18.4 84.2

tidak ada 6 15.8 15.8 100.0

Total 38 100.0 100.0

Perasaan saat bangun pagi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat mengantuk

3 7.9 7.9 7.9

mengantuk 3 7.9 7.9 15.8

sedikit mengantuk 28 73.7 73.7 89.5

segar 4 10.5 10.5 100.0

(25)

Frequenc

y Percent

Valid Percent Cumulative Percent Vali d sebentar-bentar

terbangun 7 18.4 18.4 18.4

tidur dan kemudian

terbangun 16 42.1 42.1 60.5

tidur tetapi tidak

nyenyak 10 26.3 26.3 86.8

tidur sangat

nyenyak 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

Perasaan segar saat bangun pagi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak sama sekali

5 13.2 13.2 13.2

sedang 23 60.5 60.5 73.7

cukup segar 7 18.4 18.4 92.1

sangat segar 3 7.9 7.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Perasaan saat beraktivitas

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat lemah atau

sangat lelah 3 7.9 7.9 7.9

lemah atau lelah 7 18.4 18.4 26.3

sedikit lemah atau lelah 23 60.5 60.5 86.8

tidak lemah atau tidak

lelah sama sekali 5 13.2 13.2 100.0

(26)

Frequencies

Frequency Table

Statistics

Nyeri Pusing Perasaan Lelah Gelisah

N Valid 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0

Mean 3.18 2.55 2.92 2.79

Median 3.00 3.00 3.00 3.00

Mode 3 3 3 4

Std. Deviation .730 .950 .818 1.143

Sum 121 97 111 106

Percentiles 25 3.00 2.00 2.00 2.00

50 3.00 3.00 3.00 3.00

75 4.00 3.00 4.00 4.00

Nyeri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid gangguan ringan 7 18.4 18.4 18.4

gangguan sedang 17 44.7 44.7 63.2

gangguan berat 14 36.8 36.8 100.0

(27)

Pusing

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada

gangguan 7 18.4 18.4 18.4

gangguan ringan 8 21.1 21.1 39.5

gangguan sedang 18 47.4 47.4 86.8

gangguan berat 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

Perasaan Lelah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada gangguan

1 2.6 2.6 2.6

gangguan ringan 11 28.9 28.9 31.6

gangguan sedang 16 42.1 42.1 73.7

gangguan berat 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Gelisah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada gangguan

7 18.4 18.4 18.4

gangguan ringan 8 21.1 21.1 39.5

gangguan sedang 9 23.7 23.7 63.2

gangguan berat 14 36.8 36.8 100.0

(28)

Frequencies

Statistics

Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ventilasi yang baik Bau yang tidak nyaman Jumlah Teman kamar

N Valid 38 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 2.92 2.45 2.37 2.45 2.61 3.11 2.34

Median 3.00 2.50 2.00 2.50 3.00 3.50 2.00

Mode 4 3 1 1 4 4 1

Std. Deviation 1.217 1.058 1.217 1.201 1.128 1.034 1.321

Sum 111 93 90 93 99 118 89

Percentiles 25 2.00 1.75 1.00 1.00 2.00 2.00 1.00

50 3.00 2.50 2.00 2.50 3.00 3.50 2.00

75 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00

Frequency Table

Suara bising

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada gangguan 8 21.1 21.1 21.1

gangguan ringan 5 13.2 13.2 34.2

gangguan sedang 7 18.4 18.4 52.6

gangguan berat 18 47.4 47.4 100.0

(29)

Suhu ruangan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada gangguan 9 23.7 23.7 23.7

gangguan ringan 10 26.3 26.3 50.0

gangguan sedang 12 31.6 31.6 81.6

gangguan berat 7 18.4 18.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

Cahaya lampu

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada gangguan 13 34.2 34.2 34.2

gangguan ringan 8 21.1 21.1 55.3

gangguan sedang 7 18.4 18.4 73.7

gangguan berat 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Ruang dan tempat tidur yang nyaman

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada gangguan 12 31.6 31.6 31.6

gangguan ringan 7 18.4 18.4 50.0

gangguan sedang 9 23.7 23.7 73.7

gangguan berat 10 26.3 26.3 100.0

(30)

Ventilasi yang baik

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak ada

gangguan 8 21.1 21.1 21.1

gangguan ringan 10 26.3 26.3 47.4

gangguan sedang 9 23.7 23.7 71.1

gangguan berat 11 28.9 28.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Bau yang tidak nyaman

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada gangguan 3 7.9 7.9 7.9

gangguan ringan 9 23.7 23.7 31.6

gangguan sedang 7 18.4 18.4 50.0

gangguan berat 19 50.0 50.0 100.0

Total 38 100.0 100.0

Jumlah Teman kamar

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada gangguan 16 42.1 42.1 42.1

gangguan ringan 5 13.2 13.2 55.3

gangguan sedang 5 13.2 13.2 68.4

gangguan berat 12 31.6 31.6 100.0

(31)

Frequencies

Statistics

Nyeri Pusing Perasaan Lelah Gelisah

N Valid 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0

Mean .84 .79 .84 .79

Median 1.00 1.00 1.00 1.00

Mode 1 1 1 1

Std. Deviation .370 .413 .370 .413

Sum 32 30 32 30

Percentiles 25 1.00 1.00 1.00 1.00

50 1.00 1.00 1.00 1.00

75 1.00 1.00 1.00 1.00

Frequency Table

Nyeri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 6 15.8 15.8 15.8

ya 32 84.2 84.2 100.0

(32)

Pusing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 21.1 21.1 21.1

ya 30 78.9 78.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Perasaan Lelah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 6 15.8 15.8 15.8

ya 32 84.2 84.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

Gelisah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 21.1 21.1 21.1

ya 30 78.9 78.9 100.0

(33)

Frequencies Statistics Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ventilas i yang baik Bau yang tidak nyaman Jumlah teman kamar

N Valid 38 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean .76 .68 .58 .63 .71 .89 .45

Median 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00

Mode 1 1 1 1 1 1 0

Std. Deviation .431 .471 .500 .489 .460 .311 .504

Sum 29 26 22 24 27 34 17

Perce ntiles

25 .75 .00 .00 .00 .00 1.00 .00

50 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00

75 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Frequency Table

Suara bising

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 9 23.7 23.7 23.7

ya 29 76.3 76.3 100.0

(34)

Suhu ruangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 12 31.6 31.6 31.6

ya 26 68.4 68.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

Cahaya lampu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 42.1 42.1 42.1

ya 22 57.9 57.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Ruang dan tempat tidur yang nyaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 14 36.8 36.8 36.8

ya 24 63.2 63.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

Ventilasi yang baik

Frequency Percent Valid Percent

(35)

Jumlah teman kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 21 55.3 55.3 55.3

ya 17 44.7 44.7 100.0

Total 38 100.0 100.0

Bau yang tidak nyaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 4 10.5 10.5 10.5

ya 34 89.5 89.5 100.0

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Lampiran 16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Anna Sari

NIM : 111101097

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 07 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Tawang Mangu No. 6 Stabat Pendidikan

(45)
(46)

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bakti, Husada. (2006). Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik. Binfar.depkes.go.id. diunduh 15 november 2014.

Choppra, D. (2003). Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak? Ucapkan Selamat Tinggal pada Insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Ed. 3 Rev. Jakarta: EGC. Efendi, Ferry., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan komunitas teori dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ekasari, Eya. (2011). Kualitas tidur buruk bisa sebabkan cacat fisik. File://C://Users/Windows/Downloads/Kualitas Tidur Buruk Bisa Sebabkan Cacat Fisik.htm. diunduh 1 Oktober 2014.

Hanning, C. (2009). Sleep Disturbance and Wind Turbine Noise on Behalf of Stop Swinford Wind Farm Action Group (SSWFAG). http://docs.wind-wach.org/. Diunduh 10 Oktober 2014.

Helmi, Zairin Noor. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

(47)

Karota-Bukit. (2003). Sleep Quality and Factors Interfering with Sleep Among Hospitalized Elderly in Medical Units, Medan Indonesia. Master of Nursing Science Thesis in Adult Nursing. Prince of Songkla University, Thailand.

Karota-Bukit. (2005). Kualitas Tidur dan Faktor-faktor Gangguan Tidur Klien Lanjut Usia yang Dirawat Inap di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Medan. Jurnal Keperawatan Indonesia volume 9 hal. 41-47

Lee, C. Y. et al. (2008). Older Patients’ Experiences of Sleep in the Hospital:

Disruptions and Remedies. Haven of Hope Hospital and The Nethersole School of Nursing, The Chinese University of Hong kong, Shatin, N.T., Hong Kong. the Open Sleep Journal. http://www.benthamscience.com. Diunduh 26 September 2014

Lubis, Dwi Putriana. (2013). Kualitas Tidur dan Faktor - Faktor Gangguan Tidur pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Teladan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan: Fakultas Keperawatan USU.

Lukman & Nurna Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Martin, J. (2000). Assesment and Treatment of sleep Disturbance in Older Adults.

University of California San Diego and San Diego Veterans Affairs Healthcare System.

Nainggolan, Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit rematik di Indonesia; Maj Kedok Indon volume 59, Nomor. 12, 589, 591.

Nursalam. (2003) . Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatn. Jakarta: Salemba.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC

Pradana, Septian Yudo. (2012). Sensitifitas dan Spesifitas Kriteria Acr 1987 dan Acr/Eular 2010 pada Penderita Arthritis Reumatoid di Rsup.Dr Kariadi Semarang. Undip: Semarang. http://www.eprints.undip.ac.id. Diunduh 22 Desember 2014.

(48)

Septiyadi, E. (2007). Terapi Alami Agar Tidur Lebih Mudah. Jakarta: Restu Agung.

Shapiro, C. M. et al. (1993). Sleep Problems in Patients with Medical Illness. ABC of Sleep Disorders Volume 306.

Siregar, Mukhlidah Hanun. (2011). Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat, dan Cara Terapi Insomnia. Yogyakarta: Flashbooks

SLI, Dina Dewi., Setyoadi., & Widastra, Ni Made. (2009). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri pada Lansia dengan Arthritis Reumatoid. The Soedirman Jurnal of Nursing, 46-47, 51. T, Aini Syarifah. (2010). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan

Tingkat Nyeri Pasien Rematik di Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tengah Padang. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Padang: Fakultas Keperawatan Andalas. Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.

(49)

Bab 3

Kerangka Penelitian

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas tidur klien dari 7 kemampuan tidur yang umum dialami klien (Miller, 1995). Pada penelitian ini juga diidentifikasi gangguan tidur termasuk aspek fisik dan lingkungan pada klien dengan rheumatoid arthritis, yang dapat digambarkan pada skema di bawah ini (Siregar-mukhlidah, 2011).

Skema 1: Kerangka penelitian Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan

Rheumatoid Arthritis

Klien Penderita

Rheumatoid Arthritis

Kualitas Tidur

Waktu memulai tidur Frekuensi terbangun malam

Total jam tidur Kepuaasan tidur Kedalaman tidur Rasa segar bangun pagi Rasa lemah beraktifitas

Gangguan Tidur Fisik Nyeri Pusing Perasaan lelah Gelisah Lingkungan Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu

(50)

2. Definisi Operasional Variabel penelitian

Kualitas tidur adalah penilaian terhadap komponen tidur yang dilaporkan klien secara subjektif meliputi waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam yaitu banyaknya waktu terbangun yang dialami dalam satu malam, lama waktu tidur yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk tidur dalam satu malam, kepuasaan tidur yaitu perasaan cukup atau terpenuhi kebutuhan tidur seseorang dalam satu malam, kedalaman tidur, perasaan tidak segar saat bangun tidur di pagi hari, dan rasa lemah beraktifitas. Kualitas tidur diukur dengan menggunakan Kuesioner Kualitas Tidur (KKT). Parameter tidur dengan penilaian berskala ordinal 1 sampai dengan 4. Semakin tinggi total tidur seseorang semakin baik kualitas tidurnya, dan semakin rendah total tidur seseorang semakin buruk kualitas tidurnya

(51)

Bab 4

Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada di dalam masyarakat (Arikunto,2005). Dimana Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi gambaran dan mendeskripsikan tentang kualitas tidur dan gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat kabupaten Langkat.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi penelitian

Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita rheumatoid arthritis yang rawat jalan di Puskesmas Stabat. Berdasarkan survey jumlah penderita rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat selama tahun 2013 adalah 255 orang.

2.2 Sampel

(52)

2.3 Teknik Sampling

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan convenient sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan kriteria penelitian sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan.

Adapun kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah penderita dewasa yang terdiagnostik rheumatoid arthritis yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Stabat minimal satu kali dalam masa penelitian, bersedia menjadi responden, sehat jasmani dan rohani, dan dapat berkomunikasi dengan berbahasa Indonesia.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(53)

4. Pertimbangan Etik

(54)

5. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrument penelitian yang digunakan terdiri dari 3 bagian yaitu Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Kualitas Tidur (KKT), dan Kuesioner Gangguan Tidur (KGT).

5.1 Kuesioner Data Demografi (KDD)

Kuesioner Data Demografi terdiri dari beberapa pertanyaan yang dibagi dalam 2 komponen dengan 8 item data demografi, dan 5 item data gaya hidup dan kebiasaan tidur penderita rheumatoid arthritis di rumah. Data demografi klien meliputi usia, tekanan darah, jenis kelamin, suku, pendidikan terakhir, agama, status perkawinan, pekerjaan, dan penghasilan per bulan. Data gaya hidup dan kebiasaan tidur meliputi lokasi tempat tinggal, zat-zat stimulasi yang digunakan, jumlah teman sekamar, konsumsi obat yang menyebabkan tidur, dan konsumsi obat yang menyebabkan gangguan tidur.

5.2 Kuesioner Kualitas Tidur (KKT)

(55)

tidak segar saat bangun tidur di pagi hari, dan rasa lemah beraktifitas. Kuesioner ini diadopsi dari The Sleep Quality Questionaires (SQQ) (Karota-Bukit, 2003).

Kuesioner ini disusun dalam bentuk pertanyaan positif yang terdiri dari tujuh pertanyaan dengan empat alternatif jawaban. Kualitas tidur akan semakin buruk apabila nilai kuesioner semakin rendah, dan sebaliknya kualitas tidur akan semakin baik apabila nilainya tinggi.

5.3 Kuesioner Gangguan Tidur (KGT)

Kuesioner Faktor-Faktor Gangguan Tidur terdiri dari beberapa pertanyaan yang dibagi dalam 2 komponen faktor-faktor gangguan tidur pada penderita

(56)

skor terendah faktor gangguan tidur adalah 12 dan total skor tertinggi faktor gangguan tidur adalah 48. Semakin tinggi total skor gangguan tidur maka akan semakin tinggi tingkat gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010). Kuesioner ini diadopsi dari Karota Bukit (2005) yang telah dimodifikasi dari The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buyse, et ak., 1998) dan St. Mary’s Hospital (SMH) sleep

questionnaire (Ellis et al., 1981). Kuesioner ini sudah diuji validitasnya dan layak digunakan di Indonesia.

6.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (azwar, 2003).

(57)

ini sudah relibel sesuai dengan pendapat Arikunto (2010) yang mengatakan bahwa suatu instrumen baru relibel bila koefisiennya 0.70 atau lebih.

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ada beberapa prosedur yang dilaksanakan yaitu peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan kepada institusi tempat penelitian yaitu di Puskesmas Stabat.

Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden peneliti menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian kuesioner, kemudian bagi calon responden yang bersedia untuk menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden kemudian responden menjawab sesuai keadaan yang dialaminya saat itu selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Selesai pengisian, peneliti memeriksa kelengkapan data, selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

8. Analisa Data

(58)
(59)

Bab 5

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan data hasil penelitian secara umum mengenai Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat yang telah dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2015 sampai dengan 25 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan pada 38 responden. Hasil penelitian dibagi atas tiga bagian, yaitu data demografi, kualitas tidur dan gangguan tidur pada klien dengan Rheumatoid Arthritis.

1.1 Karakteristik Responden

Pada tabel 1 ditampilkan data demografi responden berusia antara 46-55 tahun (50%), lama menderita rheumatoid arthritis <1 tahun dan 1-2 tahun (42%), berjenis kelamin perempuan (60%), suku Jawa (39%), pendidikan terakhir SMA (42%), beragama Islam (89%), menikah (82%). Mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta (42%), dan penghasilan perbulannya < Rp1.650.000 (55%).

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (N=38)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Usia

46-55 tahun 19 50

56-65 tahun 13 34

[image:59.598.112.512.628.741.2]
(60)

Tabel 1 ( Lanjutan)

Karakteristik Lama menderita RA < 1 tahun

[image:60.598.121.507.139.755.2]
(61)

Pada tabel 2 ditampilkan deskripsi karakteristik responden yang mencakup, gaya hidup dan kebiasaan tidur dirumah. Mayoritas responden tinggal di komplek perumahan (40%), dan mengkonsumsi teh (76%). Mayoritas responden memiliki jumlah teman sekamar 1-2 orang (90%), mengkonsumsi obat anti nyeri/sejenis (66%) dan mengkonsumsi obat golongan kortikosteroid (29%).

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan gaya hidup dan kebiasaan tidur dirumah (N=38)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Lokasi tempat tinggal

Pemukiman penduduk yang padat Dekat jalan umum/raya

Komplek perumahan Zat stimulasi

Kopi Tembakau Teh

Jumlah teman sekamar 1-2 orang

3-4 orang

Obat yang menyebabkan tidur Obat tidur

Obat batuk Anti nyeri/sejenis

[image:61.598.109.518.305.677.2]
(62)

1.2 Kualitas tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis

[image:62.598.104.518.472.753.2]

Pada tabel 3 menampilkan distribusi frekuensi dan persentase deskripsi responden berdasarkan kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Hasil penelitian mengenai kualitas tidur menunjukkan bahwa responden yang menderita rheumatoid arthritis mengalami total jam tidur selama 5-6 jam (45%), membutuhkan waktu untuk mulai tidur >60 menit (47%), dan terbangun ketika tidur di malam hari 3-4 kali (63%). Selain itu responden merasa sedikit mengantuk ketika responden bangun tidur di pagi hari (74%), tidur dan kemudian terbangun saat tidur di malam hari (42%), perasaan segar di pagi hari hanya sedang-sedang saja (60%), dan merasa sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari (61%).

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat (N=38)

Parameter Tidur Frekuensi Persentase

Total jam tidur di malam hari <5 jam

5-6 jam 6-7 jam >7 jam

(63)

1.3 Faktor – Faktor Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis 1.3.1 Faktor Fisik

Pada tabel 4 menunjukkan hasil penelitian tentang faktor gangguan tidur secara fisik pada klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, yaitu terdapat 84% responden yang pernah mengalami nyeri, 78% responden yang pernah mengalami pusing, 84% responden yang pernah mengalami perasaan lelah, dan 78% responden yang pernah mengalami gelisah.

Parameter Tidur Frekuensi Persentase

Perasaan saat bangun pagi Sangat mengantuk Mengantuk

Sedikit mengantuk Segar

Kenyenyakan tidur di malam hari Sebentar-bentar terbangun Tidur dan kemudian terbangu Tidur tetapi tidak nyenyak Tidur sangat nyenyak

Perasaan segar saat bangun pagi Sangat segar

Sedang Cukup segar Tidak sama sekali

Perasaan saat beraktivitas di pagi hari Sangat lemah atau sangat lelah Lemah atau lelah

Sedikit lemah atau lelah Tidak lemah atau lelah

[image:63.598.104.522.96.461.2]
(64)

Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat(N=38).

Faktor Gangguan Tidur Faktor Fisik Pengalaman Ya n(%)

Tingkat Gangguan Tidur Tidak n(%) Ringan n(%) Sedang n(%) Berat n(%) Nyeri Pusing Perasaan lelah Gelisah 32(84) 30(74) 32(84) 30(79) 6(16) 8(21) 6(21) 8(79) 7(18) 8(21) 11(29) 8(21) 17(44) 18(47) 16(42) 9(24) 14(37) 5(13) 10(26) 14(37)

1.3.2 Faktor Lingkungan

[image:64.598.108.519.154.339.2]
(65)

Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat (N=38)

2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk membahas hasil dari kualitas tidur dan gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 38 orang.

2.1 Kualitas Tidur

Hasil penelitian menunjukkan responden yang menderita rheumatoid arthritis mengalami total jam tidur selama 5-6 jam (45%) sedangkan kebutuhan tidur normal rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7.5 jam untuk tidur setiap malam (Ramadhani, 2014).

Faktor Gangguan Tidur Faktor Lingkungan Pengalaman Ya n(%)

Tingkat Gangguan Tidur Tidak n(%) Ringan n(%) Sedang n(%) Berat n(%) Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang/tempat tidur Ventilasi Bau ruangan

Jumlah teman kamar

[image:65.598.121.522.147.394.2]
(66)

Sleep latency paling banyak membutuhkan waktu tidur >60 menit sebanyak 18 orang (47%). Sleep latency adalah lama waktu tidur yang dibutuhkan responden untuk jatuh tidur. Secara normal seseorang membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15 menit. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang adalah kondisi lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum, merokok, mengkonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa berdampak pada meningkatnya letensi tidur pada lansia (Chayatin, 2007; Carole, 2008; Peters, 2009).

Responden mengalami terbangun ketika tidur di malam hari 3-4 kali sebanyak 24 orang (63%). Klien dengan rheumatoid arthritis mengalami gangguan tidur dikarenakan sering terbangun pada malam hari untuk ke kamar mandi, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, dan nyeri akibat sakit fisik. Inkontinensia dikaitkan dengan penurunan otot kandung kemih sebagai akibat dari proses penuaan yang membuat seseorang sering terbangun pada malam hari untuk berkemih sehingga menyulitkan seseorang untuk kembali tidur (Potter dan Perry, 2005).

(67)

dari gejala penyakit yang dialami seperti nyeri dan rasa tidak nyaman lingkungan tidur dapat membangunkan klien dari tidurnya (Ekasari, 2011).

Perasaan segar di pagi hari saat bangun tidur hanya sedang-sedang saja dinyatakan oleh klien (60%), responden menyatakan sudah dapat beradaptasi dalam perubahan tidur sebagai dampak proses penuaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan referensi Oliveira (2008) di Brazil bahwa kepuasaan tidur subjektif cukup segar dikarenakan terkadang individu bangun terlalu pagi, sebagai dampak dari gejala penyakit proses menua yang dialami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari (61%). Hal ini sesuai dengan hasil studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur cukup akan merasa kelelahan saat beraktivitas keesokan harinya (Miller, 1995).

2.2 Gangguan Tidur 2.2.1 Faktor Fisik

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 84% responden mengalami gangguan tidur akibat nyeri. Diantaranya terdapat 37% responden mengalami nyeri dengan gangguan berat. Hal ini sesuai dengan penyataan dari hasil penelitian University of Pittsburgh School of Nursing penderita rheumatoid arthritis sering mengalami nyeri. Apabila tidak diatasi dan semakin parah akan semakin meningkat juga tingkat gangguan tidurnya dan dapat meningkatkan risiko cacat fungsional (ekasari, 2011).

(68)

gangguan tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam (Potter & Perry, 2005).

Klien rheumatoid arthritis yang menunjukkan bahwa 78% responden mengalami pusing dan gelisah. Hal ini terjadi dikarenakan kualitas tidur yang buruk hal yang dapat menyebabkan klien tidak mendapatkan tidur yang cukup yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya (Potter & Perry, 2005).

Sebanyak 29% responden mengkonsumsi obat dan suplemen yang mengandung kortikosteroid sehingga mengalami gangguan tidur dikarenakan obat ini memiliki efek terhadap neuropsychiatric. Berdasarkan referensi disampaikan bahwa efek dari neuroprosychiatrik mempunyai pengaruh terhadap perubahan tingkah laku seperti terjadinya gangguan tidur (Azis, 2006). Hal ini pada umumnya berhubungan dengan adanya efek samping dari terapi pengobatan rheumatoid arthritis dengan menggunakan Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID) yang diberikan pada penderita rheumatoid arthritis.

2.2.2 Faktor Lingkungan

(69)

responden yang menyatakan tidurnya dapat terganggu apabila suhu terlalu dingin ataupun panas karena dapat mempengaruhi rasa nyeri yang diderita klien dengan

rheumatoid arthritis. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Lee (1997) bahwa seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.

Dari hasil penelitian 71% responden menyatakan bahwa mereka mengalami gangguan tidur bila tidak berada pada ruangan yang memiliki ventilasi yang kurang baik. Hal ini berkaitan dengan rasa nyaman yang dapat membangunkan klien dari tidurnya. Berdasarkan referensi disampaikan bahwa ventilasi ruangan tidur yang baik adalah sangat penting untuk tidur yang tenang ( Potter & Perry, 2005).

Sebanyak 89% mayoritas responden tidak bisa tidur atau mengalami gangguan tidur jika berada pada kondisi lingkungan atau ruangan yang berbau. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Septiyadi (2005) apabila ruang tidur kotor dan bau maka bisa dikatakan itulah faktor utama dari susahnya tidur.

63% responden tidak bisa tidur jika berada pada ruangan yang tidak nyaman dan 44% responden mengalami gangguan tidur pada faktor lingkungan seperti jumlah teman kamar sehingga ruangan tidak nyaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur ( Potter & Perry, 2005).

(70)
(71)

Pada penelitian didapatkan kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis

berada pada kualitas tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh komponen parameter tidur. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur klien dengan

rheumatoid arthritis memiliki kualitas tidur buruk yang dapat dilihat dari 45% responden memiliki total waktu tidur pada malam hari 5-6 jam, waktu untuk memulai tidur 42% responden memiliki kedalaman tidur, responden yang memiliki frekuensi terbangun 3-4 kali 63%, klien merasa sedikit mengantuk saat bangun tidur 74%, sulit tidur dan kemudian terbangun 42%, merasa segar di pagi hari dengan sedang-sedang saja 60% dan klien merasa lemah atau lelah saat beraktivitas dipagi hari 60%.

Faktor gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis dapat terjadi Karena faktor fisik diantaranya adalah nyeri dan lelah 84%, pusing serta gelisah 78%. Selain itu juga ada faktor lingkungan yang dapat mengganggu tidur diantaranya suara bising 76%, suhu ruangan 68%, cahaya lampu 57%, ruang dan tempat tidur yang nyaman 63%, ventilasi yang baik 71%, bau yang tidak nyaman 89%, dan jumlah teman kamar44%.

(72)

2. Saran

2.1 Saran bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran kualitas tidur dan gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis sehingga perawat-perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada penderita rheumatoid arthritis, terkhusus mengenai tidurnya.

2.2 Saran bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelayanan kesehatan untuk memberikan promosi kesehatan tentang kualitas tidur dan gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis dan bagaimana cara mendapatkan kualitas tidur yang baik terkhusus ditujukan kepada penderita

rheumatoid arthritis.

2.2 Saran bagi Penelitian Keperawatan

(73)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

1.

Konsep Tidur

1.1 Definisi Tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Selain itu tidur memiliki urutan siklus yang berulang – ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang- ulang dan masing – masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.

1.2 Pengaturan Tidur

(74)

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating sistem (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel – sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri dan sensorik raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi dan proses pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron alam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu

bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbic seperti emosi.

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.

(75)

jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari triptofan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis di nukleus raphe dorsalis

dengan tidur REM.

Sistem adrenergik. Neuron – neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan juga.

Sistem Kolinergik. Menurut Sitaram dkk, (1976) dalam (Japardi, 2002) membuktikan dengan pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kolinergik dari locus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

(76)

Sistem hormon. Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal Corticotrapin Hormon (ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating Hormon (TSH), dan Luteinizing Hormon (LH). Hormon – hormon ini masing – masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.

1.3 Fungsi Tidur

Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonucleic acid

(77)

1.4 Tahapan Tidur

Tahapan tidur memiliki karateristik tertentu yang dianalisis dengan bantuan

electroencephalograph (EEG) yang menerima dan merekam gelombang otak,

electromyograph (EMG) yang merekam tonus otot, dan electrooculograph (EOG) yang merekam pergerakan mata. EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya, tidur dibagi menjadi dua yaitu Nonrapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement

(REM).

Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira – kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira – kira 90 menit sebelum tidur berakhir. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4 – 7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 – 20 jam/hari, todler 10-12 jam/hari, pra sekolah 11 jam/hari, usia Sekolah 10 jam/hari, Remaja 8,5 jam, Dewasa muda 8-10 jam /hari, dewasa tua 7 jam/hari, usia tua > 60 tahun, 6 jam/hari.

Tidur Nonrapid Eye Movement (NREM). Tidur NREM terdiri dari 75 - 80% dari total waktu tidur. Tahapan tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap:

(78)

tampak kedip mata, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi penurunan potensial EMG, dan berlangsung 5 – 10 menit.

Tahap dua (N2) terdiri dari 45 - 55% dari total waktu tidur. Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun yang ditandai dengan penurunan tanda-tanda vital mulai relaksasi otot, berlangsung 10 – 20 menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dan dapat dibangunkan dengan mudah. Pada tahap ini tampak Kompleks K pada gelombang EEG, sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%), dengan frekuency 4 – 15 Hz. EOG sama sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah dari tahap 1 (N1).

Tahap tiga (N3) yaitu menunjukkan medium deep sleep yang merupakan tahap awal dari keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah menurun dan berlangsung 15 – 30 menit. Pada tahap ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%) dengan frekuency 2 – 4 Hz.

(79)

manusia diproduksi malam hari dan puncaknya selama tidur pada tahap ini (White, 2003).

Tidur Rapid Eye Movement (REM). Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal ini menunjukkan Tidur REM sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala – gejala seperti nafsu makan bertambah, bingung dan curiga, cenderung hiperaktif, dan kurang dapat mengendalikan diri (emosi labil). Dan tahap tidur REM terjadi setelah 90 – 110 menit setelah tertidur.

1.5 Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah–pecah, sering menguap dan mengantuk.

(80)

menjelaskan bahwa perasaan segar saat bangun pagi, rasa lemah beraktifitas dan aspek subjektif seperti kepuasan atau kedalaman tidur juga merupakan karateristik dari kualitas tidur. Lai (2001) dalam wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalamn tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudan untuk tertidur tanpa bantuan medis.

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencapai tubuh yang sehat salah satunya yaitu mengkonsumsi makanan yang dapat membantu tidur agar mendapatkan kualitas tidur yang baik seperti mengkonsumsi seledri. seledri mengandung silikon yang memperkuat saraf dan jaringan jantung sehingga seledri mempunyai efek menenteramkan, sayuran yang berwarna hijau tua, selada. Senyawa dalam selada yang disebut laktukarium dapat membuat tidur yang efektif, kerang, makanan yang kaya triptofan, gandum. Karbohidrat kompleks dapat meningkatkan serotonin, yang membantu tidur lebih nyenyak. Sayuran kol dan tahu memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang baik karena kalsium dapat membantu otak menggunakan asam amino triptofan untuk memproduksi melatonin (Siregar-mukhlidah, 2011).

(81)

1.6 Gangguan Tidur

Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurunnya daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Indikator tercukupnya tidur adalah kondisi tubuh waktu bangun tidur. Jika merasa segar setelah bangun tidur, berarti tidur kita sudah cukup. Namun, jika badan masih terasa lemah ketika bangun tidur berarti tidurnya masih kurang. Memperbaiki kualitas tidur daripada menambah jam tidur dapat memberikan tubuh yang sehat dan bugar. Hal ini diyakini dapat memperbaiki ganngguan tidur.

1.6.1 Faktor-faktor Gangguan tidur 1.6.1.1 Faktor Fisik.

Ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Pada umumnya perasaan lelah, gelisah, batuk, dan nokturia merupakan gejala yang dapat mengganggu tidur seseorang.

(82)

Perasaan lelah. Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah – olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam (Shapiro et al, 1993).

1.6.1.2 Faktor lingkungan.

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur, dan kebiasaan sebelum tidur yang dapat mengganggu konsentrasi tidur tentunya akan mempengaruhi proses tidur (Mukhlidah, 2011).

Suara bising. Kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur (Hanning, 2009). Suara yang terlalu keras jelas menggangu konsentrasi untuk beristirahat.

Suhu ruangan. Lee (19997), menyatakan bahwa seseorang mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.

(83)

membutuhkan tempat yang kondusif untuk membuat tidur semakin sehat dan nyaman.

Ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang (Potter & Perry, 2005). Kelembaban ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena apabila kelembaban ruangan tidak diatur maka seseorang tidak akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka seseorang akan terbangun dengan kerongkongan kering seakan – akan seseorang tersebut menderita radang amandel (Septiyadi, 2005).

Bau yang tidak nyaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karota-Bukit (2003)bahwa 13% responden mengalami gangguan tidur pada tingkat sedang karena bau yang tidak nyaman.

1.6.1.3 Faktor Psikososial

Gangguan tidur dilaporkan oleh 90% individu yang mengalami stres, perasaan cemas, dan depresi (Chokroverty, 1999; Suryani, 2004).

Stres. Seseorang dapat mengalami stres karena penyakit. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005).

Depresi. Seseorang yang telah terkena depresi akan mengalami gangguan tidur yang mana ciri khas seseorang yang terkena sindrome tersebut adalah susah untuk tidur dan selalu merenung (Septiyadi, 2005).

(84)

memulai tidur sangat lama, tahap tidur NREM ke 4 dan tidur REM menurun, serta klien lebih sering terbangun pada malam hari (Karacen et al, 1968, 1978; Closs, 1988; Suryani, 2004).

1.7 Faktor yang mempengaruhi tidur

Circadian Rhythm (Irama Sirkardian). Circadian rhythm adalah ritme suhu tubuh. Suhu tubuh kita sebenarnya tidak konstan 37°C, melainkan naik turun seiring jam bertambah dalam satu hari. Perbedaan suhu tubuh yang terjadi sekitar 2°C. Saat suhu tubuh naik, kita menjadi lebih terjaga dan energik, sedangkan saat suhu tubuh turun kita menjadi lebih lelah dan malas. Ritme suhu tubuh inilah penyebab kita merasa mengantuk dan terbangun pada jam yang sama setiap hari.

Melatonin dan Cahaya Matahari. Melatonin adalah hormon yang dibentuk kelenjar pineal dan retina. Melatonin bertugas untuk membuat kita tertidur dan mengembalikan energi fisik ketika kita tidur. Apabila melatonin tinggi kita akan merasa mengantuk, lemah, lesu, dan sebagainya. Level melatonin dalam tubuh sangat tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diterima mata pada suatu hari. Banyak cahaya matahari akan memperlambat proses pembentukan melatonin.

(85)

Status kesehatan. Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.

Stres psikologis. Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

Diet. Makanan yang banyak mengandung L–Triptofan dapat menyebabkan seseorang mudah tertidur. Makanan yang memberatkan kerja sistem pencernaan akan menurunkan kualitas tidur, sehingga gangguan tidur terjadi. Memperhatikan makanan yang kita konsumsi dapat menghilangkan atau mengurangi gangguan tidur yang dialami. Memperbanyak konsumsi makanan produk hewani, seperti susu, keju, daging, atau ikan, karena makanan tersebut mengandung tryptophan, yaitu jenis asam lemak yang menghasilkan serotonin dan mengendurkan saraf pada pusat otak. Makanan pedas dapat menimbulkan rasa panas dalam perut dan membuat pencernaan terganggu. Sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur. Nikotin, alkohol, teh, dan kopi sebaiknya dihandari karena makanan tersebut mengandung kafein. Unsur kafein yang merangsang saraf untuk sulit tidur.

(86)

Obat-obatan. Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin, dan nikotin akan menurunkan tidur REM. Ketika tidur, tubuh mulai memetabolisme alkohol dan hal ini mempengaruhi aktivitas otak. Alkohol bagi sebagian orang berhasil membuat tiur lebih cepat, namun di saat yang sama, alkohol membuat tubuh mengalami dehidrasi. Ketika tubuh terbangun untuk mencari air karena dehidrasi, tubuh tidak dapat kembali tidur tahap REM. Nikotin dari rokok bersifat neurostimultan yang justru membangkitkan semangat, membuat orang yang mengisapnya justru tak bisa relaks, mendorong pelakunya tidak bisa tidur. Kafein di dalam kopi membuat jantung dan otak menjadi siaga. Akiba

Gambar

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (N=38)
Tabel 1 ( Lanjutan)
Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan gaya hidup dan kebiasaan tidur dirumah (N=38)
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat (N=38)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor gangguan tidur penderita Diabetes Mellitus umumnya berasal dari faktor fisik dengan tingkat gangguan tidur berat adalah nokturia atau sering buang air kecil di

Keseluruhan komponen gangguan tidur pada karakteristik subjektif tidur menunjukkan bahwa klien dewasa di ruang rawat inap RS X Depok mengalami gangguan tidur tingkat sedang

Gangguan Tidur pada klien diabetes melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII. Kecamatan

untuk mengetahui Pola Tidur dan Gangguan Tidur Klien Hipertensi di

Kualitas tidur dan faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas medan teladan. Sleep Disorders

Pertanyaan berikut ini berhubungan dengan pendapat Bapak/ Ibu tentang faktor-faktor fisik dan linngkungan yang mengganggu tidur Bapak/ Ibu pada malam hari.. Faktor Gangguan Tidur Ya

Keseluruhan komponen gangguan tidur pada karakteristik subjektif tidur menunjukkan bahwa klien dewasa di ruang rawat inap RS X Depok mengalami gangguan tidur tingkat sedang

Keseluruhan komponen gangguan tidur pada karakteristik subjektif tidur menunjukkan bahwa klien dewasa di ruang rawat inap RS X Depok mengalami gangguan tidur tingkat sedang