KEEFEKTIFAN METODE
SEVEN JUMP
TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
SMA NEGERI 1 KEBUMEN
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Anggun Ratna Asih 4301411105
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan skripsi ini bebas plagiat dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan.
Semarang, Agustus 2015
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Keefektifan Metode Seven Jump Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen
disusun oleh
nama : Anggun Ratna Asih NIM : 4301411105
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia ujian skripsi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada
hari : Jum’at
tanggal : 7 Agustus 2015
Ketua Sekertaris
Prof. Dr. Wiyanto, M. Si Dra. Woro Sumarni
NIP 196310121988031001 NIP 196507231993032001
Ketua Penguji
Drs. Wisnu Sunarto, M. Si NIP 195207291984031001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Antonius Tri Widodo Dr. Nanik Wijayati, M. Si
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
A big dream will produce a big thing
“Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata hati” (Pramoedya Ananta Toer) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga
mereka mengubah nasibnya sendiri” (QS Ar-Rad: 11)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak Sudarmin dan Ibu Siti Chasiyah, orang tua tercinta yang doanya tiada henti mengalir
2. Ratna Ayu Damayanti, adik kesayangan yang menjadi alasan untuk terus berjuang
3. Keluarga BEM FMIPA, Rombel 4 Pend. Kimia’11, KOPHI Jateng dan Green Kos yang selalu berbagi kesemangatan
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Metode Seven Jump terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen”.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.
2. Dra. Woro Sumarni, M. Si., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNNES yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.
3. Dr. Antonius Tri Widodo, selaku dosen pembimbing I yang banyak memberi bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi.
4. Dr. Nanik Wijayati, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang banyak memberi bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Drs. Wisnu Sunarto, M. Si., selaku dosen penguji yang banyak memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi.
6. Drs. Waldiyono, M. Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Kebumen yang telah memberi izin penelitian.
7. Ismi Mu’affifah, S. Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Kebumen yang banyak membantu selama proses penelitian.
8. Bapak, Ibu dan Adik tercinta yang selalu menguatkan hati.
9. Sahabat kesayangan dan semua orang terkasih yang selalu berbagi kesemangatan.
Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
vi
ABSTRAK
Asih, Anggun Ratna. 2015. Keefektifan Metode Seven Jump Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. A. Tri Widodo. Pembimbing Pendamping Dr. Nanik Wijayati, M. Si.
Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, keefektifan, seven jump,
vii
ABSTRACT
Asih, Anggun Ratna. 2015. The Effectiveness of Seven Jump Method on The Activities and Learning Outcome of Studying Chemistry Students SMAN 1 Kebumen. Skripsi. Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Main Supervisor Dr. A. Tri Widodo. Assistant Supervisor Dr. Nanik Wijayati, M. Si.
Keywords: learning activities, learning outcome, effectiveness, seven jump,
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Bagi Siswa ... 5
1.4.2 Bagi Guru ... 6
1.4.3 Bagi Peneliti ... 6
1.5 Penegasan Istilah ... 6
1.5.1 Keefektifan ... 6
1.5.2 Metode Seven Jump ... 7
1.5.3 Aktivitas ... 7
1.5.4 Hasil Belajar ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Pembelajaran ... 9
ix
2.1.2 Tujuan Pembelajaran ... 10
2.1.3 Pembelajaran Aktif ... 11
2.2 Keefektifan ... 13
2.3 Aktivitas ... 14
2.4 Hasil Belajar ... 15
2.5 Metode Seven Jump ... 16
2.6 Tinjauan Materi Hidrokarbon ... 21
2.7 Kerangka Berpikir ... 23
2.8 Hipotesis ... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Penentuan Subjek Penelitian ... 27
3.1.1 Populasi ... 27
3.1.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 28
3.2 Variabel Penelitian ... 28
3.2.1 Variabel Bebas ... 28
3.2.2 Variabel Terikat ... 28
3.2.3 Variabel Kontrol... 28
3.3 Rancangan Penelitian ... 28
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4.1 Metode Dokumentasi ... 29
3.4.2 Metode Tes ... 29
3.4.3 Metode Observasi... 30
3.4.4 Metode Angket ... 30
3.5 Instrumen Penelitian ... 30
3.5.1 Penyusunan Instrumen ... 30
3.5.2 Analisis Instrumen ... 32
3.6 Teknik Analisis Data ... 38
3.6.1 Analisis Data Awal ... 38
3.6.2 Analisis Data Akhir ... 40
x
4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.1.1 Hasil Analisis Data Awal ... 44
4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ... 46
4.2 Pembahasan ... 54
4.2.1 Proses Pembelajaran... 55
4.2.2 Hasil Belajar ... 57
4.2.3 Aktivitas Belajar Siswa ... 64
4.2.4 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 66
BAB 5 PENUTUP ... 68
5.1 Simpulan ... 68
5.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Nilai Rata-rata UH Hidrokarbon Tahun Ajaran 2013/2014 ... 3
Tabel 2.1Tahap Pelaksanaan Metode Seven Jump ... 19
Tabel 2.2Kelemahan dan Kelebihan Model PBL ... 20
Tabel 3.1 Rincian Populasi Penelitian ... 27
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 29
Tabel 3.3Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba... 34
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ... 35
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi ... 37
Tabel 3.6 Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi ... 40
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 44
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pos test ... 46
Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 46
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kognitif... 47
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan N-gain Score ... 48
Tabel 4.6 Rata-rata Skor Tiap Aspek Afektif ... 49
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan N-gain score Afektif ... 49
Tabel 4.8 Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik ... 50
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan N-gain score Psikomotorik ... 51
Tabel 4.10 Rata-rata Skor Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa ... 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 25
Gambar 4.1 Persentase Tanggapan Siswa ... 53
Gambar 4.2 Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek Afektif... 59
Gambar 4.3 Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek Psikomotorik... 62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Nama Siswa ... 72
2. Daftar Nilai UH Hidrokarbon Tahun 2013/2014 ... 73
3. Daftar Nilai UAS Gasal Kelas X-MIA Tahun 2014/2015 ... 74
4. Uji Normalitas Data Populasi ... 75
5. Uji Homogenitas Populasi ... 77
6. Uji Kesamaan Rata-rata Keadaan Awal Populasi ... 78
7. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 79
8. Naskah Soal Uji Coba ... 80
9. Analisis Soal Uji Coba ... 86
10. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ... 92
11. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik ... 93
12. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 94
13. Daftar Nilai Pre Test ... 95
14. Uji Normalitas Data Pre Test ... 96
15. Uji Kesamaan Dua Varians Pre Test ... 97
16. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pre Test ... 98
17. Daftar Nilai Pos Test ... 99
18. Uji Normalitas Data Pos Test ... 100
19. Uji Kesamaan Dua Varians Pos Test ... 101
20. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pos Test ... 102
21. Analisis Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol ... 103
22. Perhitungan N-gain score Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 107
23. Analisis Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen ... 108
24. Perhitungan N-gain score Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 112
25. Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol ... 113
26. Perhitungan N-gain score Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 117
27. Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 118
28. Perhitungan N-gain score Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 122
xiv
30. Perhitungan N-gain score Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 127
31. Analisis Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 128
32. Perhitungan N-gain score Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 132
33. Perhitungan N-gain score Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 133
34. Perhitungan N-gain score Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ... 134
35. Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 135
36. Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 141
37. RPP Kelas Eksperimen ... 144
38. RPP Kelas Kontrol ... 152
39. Lembar Praktikum Siswa Kelas Eksperimen ... 160
40. Lembar Diskusi Kelompok Kelas Eksperimen ... 164
41. Naskah Soal Pre Test ... 167
42. Kunci Jawaban Soal Pre Test ... 171
43. Pedoman Penilaian Afektif ... 172
44. Lembar Penilaian Afektif ... 174
45. Pedoman Penilaian Psikomotorik ... 175
46. Lembar Penilaian Psikomotorik ... 177
47. Pedoman Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 178
48. Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 180
49. Lembar Angket Tangapan Siswa ... 181
50. Dokumentasi Penelitian ... 182
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap anak bangsa berhak untuk menikmati pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam setiap tingkat satuan pendidikan memiliki variasi program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebijakan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum 2013 yang berlaku khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas mengubah sistem pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered. Guru dan siswa adalah subjek dalam proses pembelajaran, sedangkan skenario proses pembelajaran adalah objeknya. Guru tidak lagi sebagai expert teacher namun berubah menjadi seorang fasilitator. Sedangkan siswa bukan lagi student namun berubah menjadi peserta didik (learner) (Mukminan, 2013). Pembelajaran student-centered mengubah peran guru dan siswa, utamanya guru berubah dari “sage on the stage” menjadi “guide on the side” (Wright, 2011).
sulit dipelajari karena kimia bersifat abstrak dan bukan hanya sekedar menghitung juga bersifat teori.
Materi pokok hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang bersifat teoritis. Materi hidrokarbon berisi tentang identifikasi senyawa karbon, jenis-jenis atom karbon, penggolongan senyawa hidrokarbon, penamaan senyawa hidrokarbon, sifat fisik senyawa karbon, isomer dan reaksi senyawa hidrokarbon. Ketujuh sub materi tersebut tidak hanya membutuhkan hafalan mendalam tetapi juga pemahaman yang dalam. Tidak jarang ada siswa yang merasa kesulitan untuk mempelajari materi hidrokarbon. Kesulitan yang terjadi berawal dari kurangnya pemahaman. Siswa cenderung menghafal dan kurang memahami konsep dengan baik dan mendalam.
Pemahaman siswa dapat meningkat seiring meningkatnya aktivitas siswa. Pembelajaran berbasis masalah mengajarkan sebuah prinsip “Tell me and I will forget, show me and I may remember, involve me and I will understand”. Prinsip tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa keterlibatan siswa secara langsung menjadikan siswa lebih aktif lalu akan menjadi paham dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang dapat meningkatkan aktivitas siswa agar siswa lebih mengerti dan memahami materi dengan baik.
terbilang tinggi dan sangat sulit untuk dicapai oleh siswa. Data nilai ulangan harian siswa materi hidrokarbon tersaji pada Tabel 1.1, dari lima kelas pararel tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan ketuntasan klasikal sebesar 75% belum tercapai.
Tabel 1.1 Data Nilai Rata-rata UH Hidrokarbon Tahun Ajaran 2013/2014 Kelas Jumlah
Siswa
KKM Jumlah Siswa Tuntas
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan Klasikal
X-MIA D 32 81 4 63,31 12,50%
X-MIA E 36 81 1 60,36 2,78%
X-MIA F 34 81 4 65,15 11,76%
X-MIA G 28 81 4 63,29 14,29%
X-MIA H 29 81 3 65,97 10,34%
(Sumber: Pusat Pengelolaan Nilai SMAN 1 Kebumen)
Merujuk pada Tabel 1.1, peneliti merumuskan bahwa KKM sebesar 81 tidak riil dan terlalu ideal. Mata pelajaran kimia yang dianggap sulit dan input siswa yang tidak termasuk excellent menjadi alasan peneliti untuk menetapkan KKM riil dalam penelitian ini sebesar 75 dan ketuntasan klasikal kelas sebesar 75% (Kemendikbud, 2013).
PBL dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode Maastricht yaitu Seven Jump (Wood, 2003). Metode Seven Jump dikembangkan oleh Gijselaers, terdiri dari tujuh langkah pembelajaran. Nurohman menjelaskan, pelaksanaan metode Seven Jump dibagi dalam tiga sesi belajar, yaitu pertemuan klasikal pertama (langkah 1-5), belajar mandiri (langkah 6) dan pertemuan klasikal kedua (langkah 7). Ketujuh langkah dalam metode ini mengharuskan siswa untuk terlibat aktif karena keberhasilan pembelajaran tergantung pada pribadi masing-masing siswa.
Penelitian terdahulu tentang penerapan metode Seven Jump diantaranya penelitian kualitatif yang menunjukkan bahwa penerapan metode Seven Jump berhasil meningkatkan keterampilan proses sains (Nurohman, 2009). Teknik Seven Jump menujukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan kemandirian mahasiswa, sedangkan tingkat kemandirian mahasiswa tergolong kategori baik (Mukminan, 2013). PBL mampu meningkatkan hasil belajar kognitif (Aqil, 2010). Penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa penggunaan PBL mampu meningkatkan aktivitas siswa sebesar 11,5%, hasil belajar kognitif meningkat dari 76,00 menjadi 86,71, hasil belajar afektif dan kognitif meningkat sebesar 6% (Handayani & Sapir, 2009).
untuk mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 1 Kebumen materi hidrokarbon.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah peneliti yaitu:
1. Apakah metode Seven Jump efektif terhadap aktivitas belajar siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen?
2. Apakah metode Seven Jump efektif terhadap hasil belajar siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap aktivitas belajar kimia siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen.
2. Mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap hasi belajar kimia siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa1.4.2 Bagi Guru
Memberikan penawaran alternatif penggunaan metode pembelajaran yaitu metode Seven Jump yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar kimia.
1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan lebih dalam tentang penerapan metode Seven Jump serta mendorong peneliti untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
1.5
Penegasan Istilah
Beberapa istilah berikut perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah tafsir dalam memahami pengertian judul skripsi sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
1.5.1 Keefektifan
1.5.2 Metode Seven Jump
Metode Seven Jump adalah metode yang dijalankan berdasar prinsip Prombelm Based Learning (PBL). Seven Jump merupakan suatu metode penyelesaian suatu kasus atau masalah dalam suatu skenario. Metode ini dilaksanakan melalui tujuh langkah pembelajaran, yaitu (1) Identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario, (2) Define the problem or problems to be discussed, (3) Brainstorming session to discuss the problems, (4) Review step 2 and step 3 and arrange explanations into tentative solutions, (5) Formulate learning objectives, (6) Private study, (7) Group shares results of private study (Wood, 2003). Nurohman menjelaskan, pelaksanaan metode Seven Jump dibagi dalam tiga sesi belajar, yaitu pertemuan klasikal pertama (langkah 1-5), belajar mandiri (langkah 6) dan pertemuan klasikal kedua (langkah 7).
1.5.3 Aktivitas
Aktivitas merupakan bagian penting dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas belajar dapat diartikan sebagai segala bentuk interaksi antar siswa dan guru untuk mewujudkan pembelajaran aktif. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa, meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities,
mental activities, dan emotional activities (Sardiman, 2011). Aktivitas belajar siswa akan diukur melalui lembar observasi.
1.5.4 Hasil Belajar
9
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah sebutan untuk proses belajar mengajar. Hakikat Belajar dan Pembelajaran mempunyai kaitan yang erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing (Arifin, 2000). Menurut Heinich belajar diartikan sebagai sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar (Silberman, 2011). Sudah banyak ahli yang mengemukakan tentang pengertian belajar, namun pada intinya ada suatu kesamaan dalam hal pencapaian belajar yaitu suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju arah yang lebih baik.
Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set of events
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sengaja. Sengaja diciptakan agar terjadi suatu aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Lebih ringkas, pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menciptakan perubahan pada diri individu menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kepribadian.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran
Disadari atau tidak, setiap orang selalu melaksanakan kegiatan belajar. Namun setiap pembelajaran pasti dilakukan secara sadar dan sengaja, oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai suatu tujuan. Secara eksplisit tujuan pembelajaran adalah instructructional effect yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap (Rifa'i & Anni, 2011). Instructional effect ini akan memberikan suatu tambahan pengalaman bagi pribadi siswa yang kemudian akan mendorong siswa untuk berubah menuju arah yang lebih baik. Benjamin S. Bloom dan David Krathwohl mengemukakan tiga ranah yang digunakan sebagai dasar merumuskan tujuan pembelajaran (Silberman, 2011). Tiga ranah tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
merespon, memberi nilai, mengorganisasi dan memberi karakter terhadap suatu nilai. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri atas empat hierarki yaitu imitasi, manipulasi, presisi dan artikulasi. Pembelajaran dapat disebut berhasil jika tujuan pada ketiga ranah telah tercapai.
2.1.3 Pembelajaran Aktif
Kalangan pendidik menyadari bahwa siswa mempunyai bermacam-macam gaya belajar. Kurang lebih ada tiga jenis gaya belajar siswa, yaitu visual, aditori dan kinestetik. Grinder menyatakan bahwa 22 dari 30 siswa dapat belajar secara efektif selama guru dapat menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestetik (Silberman, 2011). Delapan sisanya, akan berusaha keras memahami pelajaran dengan cara yang mereka sukai.
Indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) merupakan instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan dunia usaha masa kini (Silberman, 2011). MBTI berguna untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar. Penerapan MBTI pada mahasiswa baru menunjukkan 60 persen dari mahasiswa cenderung memiliki orientasi praktis. Schroeder menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada reflektif abstrak dengan rasio lima banding satu (Silberman, 2011).
Dari perspektif kognitif, pembelajaran aktif dapat melatih kemampuan berfikir kritis seperti analisis, sintesis dan evaluasi.
Pembelajaran aktif dapat dilaksanakan untuk melibatkan para siswa dalam (a) pemikiran kritis atau kreatif, (b) berbicara dengan kawan dalam kelompok kecil, atau dalam kelas besar, (c) mengekspresikan ide melalui tulisan, (d) mengeksplor sikap dan nilai-nilai pribadi, (e) memberi dan menerima umpan balik, dan (f) merefleksikan proses pembelajaran (Eison, 2010). Hackathorn (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Learning by Doing: An Empirical Study of Active Teaching Techniques mengemukakan bahwa dari empat jenis teknik pembelajaran (ceramah, diskusi, demonstrasi dan pembelajaran aktif), teknik pembelajaran aktif mendapatkan nilai hasil belajar tertinggi sedangkan teknik ceramah mendapat nilai hasil belajar terendah.
2.2
Keefektifan
Efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:284) berarti keberhasilan dalam suatu usaha. Keefektifan bersinonim dengan efektivitas. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya pencapaian penerapan metode Seven Jump terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia.
Belajar tuntas adalah proses belajar-mengajar yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa (Sugandi, 2004). Kurikulum 2013 mengatur besarnya KKM minimal 75. Sedangkan ketuntasan klasikal minimal 75%. Dalam penelitian ini siswa dapat dikatakan tuntas belajar jika mampu mencapai hasil belajar minimal 75. Ketuntasan klasikal kelas dikatakan tercapai jika 26 dari 35 siswa mampu mencapai KKM.
Sesuai panduan Kurikulum 2013, pencapaian hasil belajar kognitif, afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut:
SB = Sangat Baik = 3,33 < nilai 4,00 B = Baik = 2,33 < nilai 3,33 C = Cukup = 1,33 < nilai 2,33 K = Kurang = nilai 1,33
Metode Seven Jump dikatakan efektif apabila kriteria yang telah ditetapkan dapat tercapai. Kriteria efektif yang dimaksud yaitu:
1. 27 dari 35 siswa memperoleh nilai hasil belajar kognitif minimal 75 dan mencapai kriteria minimal Baik (2,33 < nilai 3,33) untuk aspek afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa.
2.3
Aktivitas
Aktivitas merupakan bagian penting dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas mempunyai makna yang sama dengan kegiatan atau keaktifan. Aktivitas belajar didefinisikan sebagai segala bentuk interaksi antar siswa dan guru untuk mewujudkan pembelajaran aktif. Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan . Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Setidaknya terdapat delapan jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah (Sardiman, 2011). Jenis-jenis aktivitas menurut Paul B. Diedrich antara lain sebagai berikut:
1) Visual activities, merupakan aktivitas yang berhubungan dengan indra penglihatan termasuk di dalamnya yaitu aktivitas membaca, mengamati gambar dan memperhatikan demonstrasi.
2) Oral activities, merupakan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan berbicara termasuk di dalamnya yaitu bertanya, berpendapat dan memberikan saran.
3) Listening activities, adalah aktivitas yang berkaitan dengan indra pendengar termasuk di dalamnya yaitu mendengarkan uraian dan mendengarkan percakapan.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, merupakan aktivitas yang melibatkan gerak motoric yang
termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7) Mental activities, berkaitan dengan kondisi psikis seseorang sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
8) Emotional activities, berkaitan dengan perasaan misalnya minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
2.4
Hasil Belajar
Hasil belajar dideskripsikan sebagai perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar (Anni, 2011). Perubahan yang diperoleh pada tiap siswa berbeda-beda tergantung pada apa yang telah mereka pelajari. Perubahan tingkah laku yang diharapkan berupa perubahan yang lebih baik.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Anni, 2011). Faktor internal mencakup (1) kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh, (2) kondisi psikis, seperti kemampuan emosional dan intelektual, dan (3) kondisi sosial, seperti kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Sedangkan faktor eksternal mencakup variasi kesulitan materi belajar, tempat belajar, iklim dan budaya masyarakat.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki dan dikuasai peserta didik setelah menempuh proses belajar dan menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005). Hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan oleh guru kepada siswa pada mata pelajaran terkait. Hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik saling berhubungan. Sesuai tuntutan Kurikulum 2013 hasil belajar dalam ketiga ranah mempunyai kedudukan yang sama untuk diukur. Dalam penelitian ini, hasil belajar pada ranah kognitif diukur melalui tes, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik diukur melalui lembar observasi. Hasil penilaian pada ranah afektif dan psikomotorik dijabarkan melalui analisis deskriptif.
2.5
Metode Seven Jump
Review step 2 and step 3 and arrange explanations into tentative solutions, (5) Formulate learning objectives, (6) Private study, (7) Group shares results of private study (Wood, 2003).
Ciri khas tutorial PBL yaitu adanya kelompok siswa yang terdiri dari 8-10 anggota dan dipandu dengan seorang tutor. Secara umum langkah-langkah metode Seven Jump menurut Wood (2003) dijabarkan sebagai berikut:
1. Identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario.
Siswa diminta untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah asing dan belum difahami dalam skenario yang diberikan dalam kelompok.
2. Define the problem or problems to be discussed.
Kemudian dalam langkah kedua, siswa diminta untuk menetapkan permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok.
3. “Brainstorming” session to discuss the problems
Langkah ketiga mengharuskan siswa untuk menganalisis dan menawarkan penjelasan sementara atas permasalahan yang telah ditetapkan menurut prior knowledge (pengetahuan yang sudah dimiliki).
5. Formulate learning objectives
Langkah kelima adalah bekal utama untuk bisa menuju langkah keenam. Dalam langkah ini siswa secara berkelompok merumuskan tujuan pembelajaran, sumber belajar yang digunakan, dan poin-poin penting yang akan dicari kejelasannya.
6. Private study
Berbekal catatan dari langkah kelima, siswa secara individu diharuskan untuk belajar mandiri, mencari kejelasan informasi, dan membuat catatan individual sebagai bekal diskusi pada langkah ketujuh. Secara kelompok juga menyiapkan bahan untuk dipresentasikan dan didiskusikan dalam kelas.
7. Group shares results of private study.
Diskusi kelas dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana siswa belajar secara individu. Langkah ini dijadikan sebagai cara untuk saling melengkapi pengetahuan yang diperoleh. Kemudian, hal-hal yang masih belum jelas dijadikan sebagai catatan kelas untuk kemudian didiskusikan bersama guru.
Tabel 2.1Tahap Pelaksanaan Metode Seven Jump
Jump Aktivitas Sesi
1 Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami.
Sesi Pertama:
Pertemuan Klasikal Pertama.
2 Mendefinisikan permasalahan.
3 Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara. 4 Menginventarisir berbagai penjelasanan
yang dibutuhkan.
5 Menformulasi tujuan belajar.
6 Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri.
Sesi Kedua: Belajar
Mandiri Antar
Pertemuan. 7 Mensintesis informasi baru dan
menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan. Melakukan refleksi penguatan hasil belajar.
Sesi Ketiga: Pertemuan Klasikal Kedua.
(Sumber: Nurohman, 2009)
Tabel 2.2Kelemahan dan Kelebihan Model PBL Kelemahan Model PBL Kelebihan Model PBL SDM, membutuhkan bantuan tutor
dalam setiap proses diskusi.
Student Centred PBL, menumbuhkan pembelajaran aktif, meningkatkan pemahaman, dan mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat. Fasilitas, banyaknya jumlah siswa
membutuhkan fasilitas seperti perpustakaan dan internet secara bersamaan.
Pendekatan Kontruktivisme, siswa mengaktifkan pengetahuan awal dan membangun kerangka kerja konseptual yang ada dalam pengetahuan.
Informasi yang berlebihan, siswa mungkin belum bisa membedakan mana informasi yang relevan dan informasi yang kurang relevan.
Motivasi, PBL menyenangkan bagi siswa dan guru dan proses yang mengharuskan semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran.
(Sumber: Wood, 2003)
kemudian melakukan praktikum sederhana tentang identifikasi senyawa karbon, siswa membuat kesimpulan, guru memberikan penguatan dan refleksi.
2.6
Tinjauan Materi Hidrokarbon
Penelitian ini mengambil materi hidrokarbon yang terdiri dari dua kompetensi dasar, yaitu KD 3.1 dan KD 4.1.
Kompetensi dasar dan indikator
1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
Indikator:
1) mensyukuri kelimpahan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah dalam merancang dan melakukan percobaan
serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. Indikator:
1) siswa memiliki rasa ingin tahu dalam mempelajari materi hidrokarbon 2) siswa menunjukkan perilaku santun, disiplin dan tanggung jawab
dalam belajar baik individu maupun berkelompok
3.1 Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya.
Indikator:
1) siswa mampu menganalisis unsur C, H, O dalam senyawa karbon 2) siswa mampu menggolongkan jenis atom karbon primer, sekunder,
3) siswa mampu mengklasifikasi senyawa hidrokarbon
4) siswa mampu memberi nama alkana, alkena dan alkuna dengan benar 5) siswa mampu menjelaskan sifat kimia alkana, alkena dan alkuna
dengan tepat
6) siswa mampu menentukan isomer alkana, alkena, dan alkuna dengan benar
7) siswa mampu menuliskan reaksi adisi, substitusi, eliminasi dan pembakaran pada senyawa hidrokarbon dengan benar
4.1 Mengolah dan menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya.
Indikator:
1) melalui kerja berkelompok, siswa mampu melakukan praktikum identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon dengan teliti
2) siswa secara individu mampu mengolah data, menyimpulkan dan membuat laporan tertulis hasil praktikum identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon dengan benar
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon melalui praktikum
3. Siswa dapat mengklasifikasikan senyawa hidrokarbon setelah melakukan kajian literatur
4. Siswa dapat memberi nama alkana, alkena dan alkuna sesuai aturan IUPAC 5. Siswa dapat menjelaskan sifat kimia alkana, alkena dan alkuna setelah
melakukan diskusi kelompok
6. Siswa dapat menentukan isomer alkana, alkena dan alkuna setelah melakukan diskusi kelompok
7. Siswa dapat menuliskan reaksi adisi, substitusi, eliminasi dan pembakaran pada senyawa hidrokarbon dengan benar
Materi pokok
1. Identifikasi atom C, atom H dan atom O dalam senyawa hidrokarbon. 2. Kekhasan atom karbon.
3. Atom C primer, sekunder, tersier dan kuartener. 4. Struktur alkana, alkena dan alkuna.
5. Sifat fisik alkana, alkena dan alkuna. 6. Isomer alkana, alkena dan alkuna
7. Reaksi senyawa hidrokarbon (adisi, substitusi, eliminasi dan pembakaran). (Hadi, 2013)
2.7
Kerangka Berpikir
dari guru ke siswa juga berpengaruh dalam masalah ini. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru menyebabkan kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperlukan sebuah inovasi metode pembelajaran yang dapat menambah aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dapat menambah pemahaman siswa yang bermuara akhir pada peningkatan pencapaian hasil belajar siswa. Penerapan metode Seven Jump dinilai mampu membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran karena sistem pembelajaran berkelompok yang diterapkan menuntut siswa untuk belajar dan memperoleh pengetahuan serta konsep esensial dari materi pelajaran melalui pendekatan pengajaran berbasis masalah pada dunia nyata. Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam penemuan konsep esensial dari sebuah mata pelajaran diyakini mampu memberikan efek pemahaman dan daya ingat yang lebih lama dalam diri siswa.
Terlepas dari kelebihan yang ditawarkan dengan penggunaan metode Seven Jump, dalam pelaksanaanya juga menemui beberapa kendala salah satunya yaitu siswa akan sedikit kesulitan dalam memilah informasi yang relevan sesuai dengan tujuan inti pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan peran guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk memilah informasi yang benar-benar relevan agar siswa dapat merumuskan konsep esensial dari sebuah pelajaran.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Realita:
1. Pembelajaran masih teacher-centered 2. Aktivitas siswa rendah 3. Ketuntasan klasikal 75%
belum tercapai
Harapan:
1. Pembelajaran student-centered
2. Aktivitas siswa tinggi 3. Ketuntasan klasikal 75%
dapat tercapai
Pemilihan metode pembelajaran menentukan besarnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan sebanding dengan pencapaian hasil belajar.
Metodologi Penelitian
Kelas kontrol Kelas Eksperimen
Menerapkan metode guru mitra Menerapkan metode Seven Jump
Aktivitas siswa tinggi
Ada perbedaan hasil belajar Ada perbedaan hasil belajar
2.8
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini yaitu:
1. Metode Seven Jump efektif terhadap aktivitas belajar siswa kelas X-MIA SMA Negeri 1 Kebumen.
27
3
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Penentuan Subjek Penelitian
3.1.1 PopulasiPopulasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kuantitatif mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 2005). Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini yaitu:
1. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkatan kelas yang sama.
[image:42.595.159.372.566.634.2]2. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester 2. Populasi dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas MIA E sampai X-MIA G SMA Negeri 1 Kebumen tahun ajaran 2014/2015. Anggota pupulasi terdiri dari tiga kelas. Jumlah total anggota populasi sebanyak 101 siswa, dengan rincian pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rincian Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa
1 X-MIA E 35
2 X-MIA F 35
3.1.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 2005). Sampel penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling dengan syarat populasi harus berdistribusi normal dan homogen. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dilakukan dengan mengambil dua kelas secara acak untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas X-MIA E berlaku sebagai kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan metode Seven Jump, sedangkan kelas X-MIA F berlaku sebagai kelas kontrol mendapat pembelajaran dengan metode guru mitra.
3.2
Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel BebasVariabel bebas yang dimaksud adalah penerapan metode pembelajaran. 3.2.2 Variabel Terikat
Veriabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Kebumen.
3.2.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah guru, materi pelajaran, kurikulum dan waktu tatap muka.
3.3
Rancangan Penelitian
Sehingga perlu adanya uji normalitas dan uji homogenitas varians populasi untuk menentukan teknik pengambilan sampel.
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Kelas Tes awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
Keterangan:
T1 = Tes awal (pretest) sebelum pelajaran hidrokarbon diberikan
T2 = Tes akhir (postest) sesudah pelajaran hidrokarbon diberikan
X = Pembelajaran dengan metode Seven Jump Y = Pembelajaran guru mitra
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode DokumentasiMetode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bersumber pada benda yang tertulis. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal populasi, meliputi daftar nama siswa, daftar nilai, dan semua data yang diperlukan dalam penelitian. Metode dokumentasi juga digunakan dalam keperluan uji normalitas dan uji homogenitas. Data untuk uji normalitas dan uji homogenitas varians populasi diperoleh dari catatan nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil tahun ajaran 2014/2015.
3.4.2 Metode Tes
awal dan akhir pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.
3.4.3 Metode Observasi
Observasi merupakan kegaiatan memperhatikan objek dengan menggunakan seluruh indra atau disebut sebagai pengamatan langsung. Metode observasi dilakukan untuk mengukur kemampuan dalam ranah afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan berbentuk lembar observasi.
3.4.4 Metode Angket
Metode angket adalah metode yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisiannya hanya dengan memberi tanda jawaban yang dipilih. Angket yang digunakan berisi sejumlah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan. Metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan dan kesan siswa terhadap penerapan metode Seven Jump.
3.5
Instrumen Penelitian
3.5.1 Penyusunan InstrumenInstrumen penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Instrumen non-tes terdiri dari lembar observasi dan lembar angket.
3.5.1.1 Instrumen tes
Instrumen tes disusun melalui tahapan berikut:
b. Menentukan bentuk tes. Bentuk tes yang digunakan berbentuk pilhan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.
c. Menentukan komposisi jenjang.
Komposisi jenjang perangkat tes pada penelitian ini terdiri dari 50 butir soal, yaitu:
Aspek pengetahuan (C1) persentase 20%, 10 soal
Aspek pemahaman (C2) persentase 50%, 25 soal
Aspek penerapan (C3) persentase 20%, 10 soal
Aspek analisis (C4) persentase 10%, 5 soal
d. Membuat kisi-kisi soal. e. Menyusun butir soal. f. Menguji coba butir soal. g. Menganalisis hasil uji coba. 3.5.1.2 Instrumen non-tes
a. Lembar Observasi
1) Lembar Observasi Afektif
Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek afektif yang dinilai berjumlah 10 aspek.
2) Lembar Observasi Psikomotorik
Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek psikomotorik yang dinilai berjumlah 10 aspek.
Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek aktivitas siswa yang dinilai yaitu berjumlah 8 aspek.
b. Lembar Angket
Lembar angket berisi sejumlah pernyataan. Pengisian lembar angket oleh siswa dilakukan dengan mencentang pada kolom tanggapan yang terdiri dari empat opsi yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).
3.5.2 Analisis Instrumen 3.5.2.1 Analisis Butir Soal
3.5.2.1.1 Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi point biseral karena soal yang digunakan adalah soal jenis pilihan ganda. Rumus korelasi point biserial adalah:
r = p− S √ Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rata-rata skor siswa total
St = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = − p (Arikunto, 2013)
dimana
t = pbi √ − √ − pbi
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Butir soal dikatakan valid apabila besarnya thitung > ttabel. Berdasarkan
perhitungan validitas butir soal terdapat 36 soal valid dan 14 soal tidak valid. Soal yang valid yaitu soal nomor 1, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 36 dan 47, sedangkan soal yang tidak valid adalah soal nomor 2, 3, 6, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 45, 48, 49 dan 50. Perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 9. 3.5.2.1.2 Daya Beda Soal
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar anta 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah
D = − J = � − � (Arikunto, 2013)
Keterangan:
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Klasifikasi tingkatan daya beda sebagai berikut:
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory) D : 0,41 – 0,70 : baik (good)
Berdasarkan perhitungan daya beda soal, kriteria daya beda dari butir soal uji coba disajikan pada Tabel 3.3. Perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 3.3Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Kriteria Daya
Beda Soal Nomor Soal
Jumlah Butir Soal Jelek 6, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 28, 39, 45, 48, 49, 50 14 Cukup 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 26, 31, 32, 35, 40, 47 16
Baik 5, 7, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 29, 30, 33, 34, 36, 37,
38, 41, 42, 43, 44, 46 20
Jumlah Total 50
(Sumber: Data Primer) 3.5.2.1.3 Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran atau dikenal sebagai indeks kesukaran (P) adalah bilangan yang menyatakan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Nilai indeks kesukaran yang semakin besar menunjukkan bahwa soal itu semakin mudah. Rumus menghitung indeks kesukaran adalah:
� =
JS(Arikunto, 2013)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah total siswa yang mengikuti tes
Berdasarkan perhitungan taraf kesukaran soal, kriteria taraf kesukaran dari butir soal uji coba disajikan pada Tabel 3.4. Perhitungan taraf kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Taraf
Kesukaran Soal Nomor Soal
Jumlah Butir Soal
Sukar 5, 31, 44, 47 4
Sedang 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46
31 Mudah 1, 8, 9, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 28, 45, 48, 49,
50 15
Jumlah Total 50
(Sumber: Data Primer)
3.5.2.1.4 Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk menguji ketetapan instrumen tes apabila diujikan pada subjek yang sama. Persyaratan bagi instrumen tes adalah valid dan reliabel. Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 21. Instrumen dikatakan reliabel jika harga r11 0,70.
r = − − S− (Arikunto, 2013)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
n = jumlah butir soal M = skor rata-rata St = standar deviasi
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas soal uji coba, diperoleh r11 = 0,94.
instrument soal yang yang dibuat dapat dinyatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas instrument soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
3.5.2.2 Transformasi Nomor Soal
Berdaskan hasil analisis validitas, daya beda, taraf kesukaran dan reliabilitas pada butir soal uji coba, peneliti hanya menggunakan 30 butir soal untuk dijadikan sebagai soal pretes dan postes siswa. Mempertimbangkan alokasi waktu dan kemampuan siswa, butir soal yang digunakan yaitu 1, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 14, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44 dan 46. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal pretes dan postes dapat dilihat pada Lampiran 42.
3.5.2.3 Analisis Lembar Observasi
3.5.2.3.1 Validitas Lembar Observasi
Lembar observasi dapat dikatakan valid apabila telah divalidasi oleh pakar menggunakan lembar validasi (Mardapi, 2008).
3.5.2.3.2 Reliabilitas Lembar Observasi
Reliabilitas lembar observasi dapat dihitung menggunakan rumus korelasi Spearman sebagai berikut:
�ho = − ∑− Keterangan:
Rho = Reliabilitas kesepakatan B = Beda peringkat antar pengamat N = Jumlah siswa yang diamati
reliabilitas lembar observasi afektif, psikomotorik dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 10, Lampiran 11 dan Lampiran 12.
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Kelas Lembar Observasi
Afektif
Lembar Observasi Psikomotorik
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Eksperimen Rho = 0,856 Rho = 0,740 Rho = 0,839
Kontrol Rho = 0,871 Rho = 0,721 Rho = 0,716
(Sumber: Data Primer) Merujuk pada Tabel 3.5, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan yang dilakukan menggunakan lembar observasi dinyatakan reliabel.
3.5.2.4 Analisis Lembar Angket
3.5.2.4.1 Validitas Lembar Angket
Angket dapat dikatakan valid jika telah dilakukan oleh pakar dengan menggunakan lembar validasi angket (Mardapi, 2008).
3.5.2.4.2 Reliabilitas Lembar Angket
Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach sebagai berikut:
� = �−� { −∑��� } Keterangan:
r11 = reliabilitas ≥ 0,70
n = jumlah soal Si2 = varian butir soal St2 = varian total
Instrument dikatakan reliable jika r11 ≥ 0,7 (Mardapi, 2008). Hasil
perhitungan reliabilitas lembar angket didapat nilai r11 sebesar 0,807. Sehingga
3.6
Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Data AwalAnalisis data awal dilakukan untuk mengetahui keadaan awal suatu populasi. Analisis yang digunakan meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata. Data yang digunakan dalam analisis data populasi yaitu nilai UAS Ganjil mata pelajaran kimia tahun ajaran 2014/2015.
3.6.1.1Uji Normalitas
Normalitas data populasi dapat diuji menggunakan uji chi-kuadrat. Rumus uji chi-kuadrat (�2) adalah sebagai berikut:
� = ∑�= ��−����
(Sudjana, 2005)
Keterangan:
� = chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan
Oi = frekuensi hasil pengamatan k = jumlah kelas interval
Hipotesis yang diuji:
Ho = data tidak berbeda dengan distribusi normal Ha = data berbeda dengan distribusi normal
Ho diterima jika χ hitung < χ tabel dengan dk= (k-3) dengan taraf signifikansi
sebesar 5%. Hal ini berarti data berdistribusi normal. 3.6.1.2Uji Homogenitas
Uji homogenitas populasi perlu dilakukan untuk keperluan penentuan teknik pengambilan sampel. Salah satu metode yang terkenal untuk menguji homogenitas populasi yaitu Uji Bartlett. Langkah-langkah Uji Bartlett adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis.
2. Menghitung nilai varians (Si2) dari masing-masing kelas.
3. Menghitung nilai varians gabungan dari semua kelas.
Rumus yang digunakan yaitu
=
∑ ��− �� ∑ ��−4. Menghitung harga satuan B.
Rumus yang digunakan yaitu = � � ∑ � − 5. Menghitung statistic uji chi-kuadrat.
Rumus yang digunakan yaitu � = ln { − ∑ � − � � � }
(Sudjana, 2005) Keterangan:
Si2 = varians masing-masing kelas
S2 = varians gabungan
B = koefisien Bartlett
ni = jumlah siswa dalam kelas � = chi-kuadrat
Ho diterima jika χ hitung < χ (1-α)(k-1) dengan dk = (k-1) dengan taraf
signifikansi 5%. Hal ini berarti populasi mempunyai nilai varians yang tidak berbeda.
3.6.1.3Uji Kesamaan Rata-rata
1. Merumuskan hipotesis.
Ho = semua µi tidak berbeda, untuk i = 1, 2, 3 (µ1 = µ2 = µ3)
Ha = tidak semua µi sama, untuk i = 1, 2, 3
2. Menentukan jumlah kuadrat rata-rata (RY). � = ∑ ��
3. Menentukan jumlah kuadrat antar kelompok (AY). � = ∑ ∑ ���� − �
4. Menentukan jumlah kuadrat total (JK total) � ��� = ∑ ��
[image:55.595.120.513.479.593.2]5. Menentukan jumlah kuadrat dalam kelompok (DY) �� = � ��� − � − �
Tabel 3.6 Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi
Sumber Variasi Dk JK KT F
Rata-rata 1 RY K=RY:1
A/D
Antar kelompok k-1 AY A=AY: (k-1)
Dalam kelompok ∑ � − DY D= DY : ∑ � −
Total ∑ � ∑ �
Ho diterima jika Fhitung< Fα (k-1)(n-k), hal ini berarti tidak ada perbedaan
rata-rata keadaan awal populasi (Sudjana, 2005).
3.6.2 Analisis Data Akhir
rata-rata, analisis data afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa serta analisis hasil angket respon siswa. Data yang digunakan dalam analisis data akhir yaitu nilai postes, nilai observasi dan data hasil angket respon siswa.
3.6.2.1Uji Normalitas
Normalitas data postes dari kedua kelas sampel dapat diuji menggunakan uji chi-kuadrat. Rumus uji chi-kuadrat (�2) adalah sebagai berikut:
� = ∑
�= ��−����(Sudjana, 2005)
Keterangan:
� = chi-kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi harapan
k = banyaknya kelas interval
Hipotesis yang diuji:
Ho = data tidak berbeda dengan distribusi normal Ha = data berbeda dengan distribusi normal
Ho diterima jika χ hitung < χ tabel dengan dk= (k-3) dengan taraf signifikansi
sebesar 5%. Hal ini berarti data berdistribusi normal. 3.6.2.2Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho = rata-rata postes kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol (x̅A= x̅B)
Ha = rata-rata postes kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (x̅A >x̅B)
Keterangan:
x̅A = rata-rata nilai postes kelas eksperimen
Apabila s = s (varians kedua kelas sama), maka digunakan rumus uji t satu pihak kanan.
t = X̅ −X̅
√n +n , dengan s =
− + −
+ −
Keterangan:
x̅A = rata-rata postes kelompok eksperimen
x̅B = rata-rata postes kelompok kontrol
nA = jumlah siswa kelompok eksperimen
nB = jumlah siswa kelompok kontrol
SA2 = varians data kelompok eksperimen
SB2 = varians data kelompok kontrol
Ho ditolak jika thitung t1-α dengan dk = (n-1) dan peluang (1-α). Hal ini
berarti rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai postes kelas kontrol.
Apabila s ≠ s (varians kedua kelas tidak sama), maka digunakan rumus uji t’. �′= �̅̅̅̅−�̅̅̅̅
√�� +��
3.6.2.3Analisis Data Afektif, Psikomotorik dan Aktivitas Siswa
Rumus yang digunakan dalam menilai aspek afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa adalah
�ilai =J S y ×
Kriteria perolehan skor:
SB = Sangat Baik = 3,33 < nilai 4,00 B = Baik = 2,33 < nilai 3,33 C = Cukup = 1,33 < nilai 2,33
Selain itu tiap aspek dari hasil belajar afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dari kedua kelas dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut. Adapun rumus yang digunakan adalah:
�ata − rata skor tiap aspek =
Tiap aspek dalam penilaian afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dapat dikategorikan sebagai berikut:
3,50 – 4,00 : Sangat Baik 2,60 – 3,40 : Baik
1,50 – 2,50 : Cukup 1,00 – 1,40 : Kurang
3.6.2.4Analisis Hasil Angket Respon Siswa
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode Seven Jump. Menurut Sudjana (2005) analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia materi hidrokarbon yang diungkapkan menggunakan angket. Tiap aspek dari angket tanggapan siswa dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam kelas tersebut. Rumus yang digunakan adalah
rata − rata nilai tiap aspek =
Tiap aspek dalam angket tanggapan siswa dapat dikategorikan sebagai berikut: 3,50 – 4,00 : Sangat Baik
44
4
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Berdasar pada penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti membagi penyajian data hasil penelitian dalam analisis data awal dan analisis data akhir. 4.1.1 Hasil Analisis Data Awal
Kondisi awal populasi dianalisis untuk menentukan sampel penelitian. Data yang digunakan dalam analisis data populasi yaitu nilai ulangan akhir semester ganjil mata pelajaran kimia siswa kelas X-MIA SMA Negeri 1 Kebumen. Data nilai ulangan akhir semester ganjil dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.1.1Uji Normalitas Populasi
Normalitas data populasi dihitung menggunakan rumus chi-kuadrat. Data dikatakan berdistribusi normal jika χ hitung < χ tabel. Hasil uji normalitas populasi
[image:59.595.112.512.582.648.2]disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi
No. Kelas χ hitung χ tabel Kriteria
1 X-MIA E 4,8831 9,49 Normal
2 X-MIA F 3,1763 7,81 Normal
3 X-MIA G 4,9573 9,49 Normal
Merujuk pada Tabel 4.1, maka data populasi berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas populasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.1.1.2Uji Homogenitas Populasi
Homogenitas varians populasi dihitung menggunakan rumus uji Bartlett. Varians populasi dikatakan homogen jika χ hitung < χ tabel. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh nilai χ hitung sebesar 2,75 kurang dari χ tabel sebesar 5,99 dengan dk = 2
dan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan bahwa varians populasi homogeny. Perhitungan uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.1.1.3Uji Kesamaan Rata-rata Keadaan Awal Populasi
Rata-rata keadaan awal populasi diuji menggunakan uji Anava satu jalur. Keadaan awal populasi dikatakan tidak berbeda jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,38 kurang dari Ftabel sebesar 3,09
4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir
Analisis data akhir dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Data yang digunakan dalam analisis data akhir yaitu nilai pos test, nilai observasi dan data hasil angket respon siswa. Daftar nilai pos test kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 17.
4.1.2.1Uji Normalitas
Normalitas data pos test kelas sampel dihitung menggunakan rumus chi-kuadrat. Data dikatakan berdistribusi normal jika χ hitung < χ tabel. Hasil uji
[image:61.595.113.510.383.434.2]normalitas pos test disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pos test
No. Kelas χ hitung χ tabel Kriteria
1 Kontrol 8,4995 9,49 Normal
2 Eksperimen 1,8702 9,49 Normal
(Sumber: Data Primer)
Merujuk pada Tabel 4.4, maka data pos test kelas sampel berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data pos test dapat dilihat pada Lampiran 18. 4.1.2.2Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian rata-rata hasil pos test menggunakan uji t satu pihak kanan. Rata-rata kelas eksperimen dinyatakan lebih besar dari kelas kontrol apabila thitung t1-α
dengan dk = (n-1). Hasil uji perbedaan dua rata-rata pos test disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Kelas Rata-rata n dk t hitung t tabel Keterangan Kontrol 71.78 35
68 3,19 1,67 Ho ditolak Eksperimen 78.96 35
[image:61.595.117.512.689.737.2]Merujuk pada Tabel 4.5, maka disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kelas kontrol. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata pos test dapat dilihat pada Lampiran 20.
[image:62.595.113.516.305.435.2]Perbedaan hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen ditinjau dari hasil belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kognitif
Variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre test Pos test Pre test Pos test
Rata-rata 30.43 78.96 29.29 71.78
Standar deviasi 8.43 9.24 8.59 9.58
Nilai tertinggi 43 97 43 90
Nilai terendah 13 60 13 57
Jumlah tuntas - 28 siswa - 10 siswa
Persentase ketuntasan 0% 80% 0% 28.6%
(Sumber: Data Primer)
Merujuk pada Tabel 4.6, terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan metode Seven Jump lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru mitra.
4.1.2.3Analisis Data Hasil Belajar Kognitif
0,600. Hasil perhitungan N-gain score disajikan pada Tabel 4.7. Perhitungan analisis hasil belajar kognitif dapat dilihat pada Lampiran 33.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan N-gain Score
Rata-rata Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pre test 29,29 30,43
Pos test 71,78 78,96
N-gain 0,600 0,697
Kategori sedang Sedang
(Sumber: Data Primer)
4.1.2.4Analisis Data Hasil Belajar Afektif
Hasil belajar afektif diukur menggunakan lembar observasi. Dilakukan dua kali pengamatan pada keadaan awal dan keadaan akhir. Ada sepuluh aspek yang dinilai melalui pengamatan. Hasil belajar afektif dijabarkan secara deskriptif pada setiap aspeknya.
Tabel 4.6 Rata-rata Skor Tiap Aspek Afektif
Kode Aspek Kontrol Eksperimen
Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria
A Spiritual 3,20 Baik 3,43 Baik
B Jujur 3,14 Baik 3,24 Baik
C Disiplin 2,99 Baik 3,26 Baik
D Santun 3,23 Baik 3,60 Sangat Baik
E Tanggung Jawab
2,94 Baik 3,17 Baik
F Peduli 2,80 Baik 3,01 Baik
G Kerjasama 3,00 Baik 3,13 Baik
H Ingin tahu 3,20 Baik 3,26 Baik
I Percaya diri 3,37 Baik 3,71 Sangat Baik
J Kerja keras 3,10 Baik 3,13 Baik
Jumlah 30,97 32,94
(Sumber: Data Primer)
Ukuran peningkatan hasil belajar afektif dihitung menggunakan N-gain score. Berdasar hasil perhitungan diperoleh N-gain hasil belajar afektif kelas eksperimen sebesar 0,665 lebih besar dibandingkan dengan N-gain kelas kontrol yaitu 0,602. Hasil perhitungan N-gain score afektif disajikan pada Tabel 4.9. Perhitungan N-gain score afektif kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 24.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan N-gain score Afektif
Rata-rata Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Awal 1,73 1,90
Akhir 3,10 3,29
N-gain 0,602 0,665
Kategori Sedang Sedang
[image:64.595.115.516.601.683.2]4.1.2.5Analisis Data Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik diukur menggunakan lembar observasi. Dilakukan dua kali pengamatan pada keadaan awal dan keadaan akhir. Ada sepuluh aspek yang dinilai melalui pengamatan.
[image:65.595.112.514.416.699.2]Secara keseluruhan rata-rata kelas kontrol maupun kelas eksperimen mampu memperoleh kriteria baik. Pencapaian rata-rata setiap aspek penilaian psikomotorik siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan pada Tabel 4.10. Perhitungan analisis hasil belajar psikomotorik kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 25. Sedangkan perhitungan analisis hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 27.
Tabel 4.8 Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik
Kode Aspek Kontrol Eksperimen
Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria
A Persiapan siswa 2,93 Baik 3,01 Baik
B Persiapan alat dan bahan
3,37 Baik 3,61 Sangat Baik
C Keterampilan praktikum
3,04 Baik 3,20 Baik
D Kebersihan 3,36 Baik 3,69 Sangat Baik
E Kerjasama 3,09 Baik 3,41 Baik
F Kecakapan 2,73 Baik 2,96 Baik
G Keterampilan pengamatan
3,01 Baik 3,07 Baik
H Kebenaran data 3,11 Baik 3,57 Sangat Baik
I Laporan sementara
3,13 Baik 3,36 Baik
J Laporan akhir 2,71 Baik 3,39 Baik
Jumlah 30,48 33,27
Ukuran peningkatan hasil belajar psikomotorik dihitung menggunakan N-gain score. Berdasar hasil perhitungan diperoleh N-gain hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen sebesar 0,662 lebih besar dibandingkan dengan N-gain kelas kontrol yaitu 0,556. Hasil perhitungan N-gain score psikomotorik disajikan pada Tabel 4.11. Perhitungan N-gain score psikomotorik kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 26 dan Lampiran 28.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan N-gain score Psikomotorik
Rata-rata Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Awal 1,86 2,01
Akhir 3,05 3,33
N-gain 0,556 0,662
Kategori sedang Sedang
(Sumber: Data Primer)
4.1.2.6Analisis Data Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar siswa diukur menggunakan lembar observasi. Dilakukan dua kali pengamatan pada keadaan awal dan keadaan akhir. Ada delapan jenis aktivitas belajar yang dinilai. Aktivitas belajar siswa akan dijabarkan secara deskriptif pada setiap aspeknya.
Tabel 4.10 Rata-rata Skor Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa
Kode Aspek Kontrol Eksperimen
Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria
A Visual act 2,99 Baik 3,37 Baik
B Oral act 3,36 Baik 3,63 Sangat Baik
C Listening act 3,00 Baik 3,29 Baik
D Writing act 3,04 Baik 3,20 Baik
E Drawing act 2,80 Baik 2,97 Baik
F Motor act 3,13 Baik 3,29 Baik
G Mental act 3,23 Baik