Pengaruh Penerapan Self Assessment System dan
Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Sumedang)
VARIABEL
FENOMENA
Penerapan Self Assessment System (X
1)
1. Menurut salah satu pegawai KPP Pratama Sumedang masih banyak wajib pajak yang kurang dalam pengetahuan
perpajakannya, dimana masih sering terjadi kesalahan dalam penghitungan dan kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar dan mengembalikan surat pemberitahuan (Ahmad Affandi:2012).
2. Sebanyak 67 persen dari empat juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak. Kondisi itu terjadi antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan petugas pajak (Darmin Nasution : 2011).
Administrasi Pajak (X
2)
1. Dari sejumlah kebobrokan birokrasi yakni, masalah administrasi yang masih berbelit-belit. Menurutnya, ini disebabkan oleh masih adanya kerangka peraturan dan
kelembagaan yang merumitkan kalangan pengusaha (Hariyadi B Sukamdani, 2008).
2. menurut salah seorang pegawai KPP Pratama Sumedang mengatakan bahwa kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan sedikit menyulitkan atau membingungkan seperti mereka harus mengantri lama sehingga wajib pajak harus membutuhkan waktu lama dalam melakukan administrasi (Andri:2012).
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
1. Menurut Agus Martowardojo menjelaskan, kesadaran Wajib Pajak rendah karena pelapor Surat Pemberitahuan (SPT) perorangan hanya berjumlah 8,5 juta, padahal jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia berjumlah 110 juta data Badan Pusat Statistik (BPS). Rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif hanya mencapai 7,73 persen (Agus Martowardojo :2011).
X
1= Penerapan Self
Assessment System
X
2= Administrasi
Pajak
Y = Kepatuhan Wajib
Pajak
(John Hutagaol : 2005)
(Sinta Setiana,Tan Kwang En dan Lidya
Agustina : 2010)
[image:3.720.13.712.42.521.2](Sri Rahayu dan Ita Salsalina Lingga : 2009)
GAMBAR :
Objek Penelitian
Self Assessment System,
Administrasi Pajak, Kepatuhan
Wajib Pajak
Metode Penelitian
Metode deskriptif dan metode
verifikatif
Unit Analisis
KPP Pratama Sumedang
Unit Observasi
Wajib pajak orang pribadi
Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel
Self
Assessment System
No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% Skor aktual
Kategori
1
Mendaftarkan diri ke
Kantor Pelayanan Pajak
749
1000
74,9
Baik
2
Menghitung pajak oleh
wajib pajak
664
1000
66,4
Cukup Baik
3
Membayar
pajak
dilakukan sendiri oleh
wajib pajak
328
500
65,6
Cukup baik
4
Pelaporan
dilakukan
Wajib Pajak
677
1000
67,7
Cukup baik
Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel
Administrasi Pajak
No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% Skor aktual
Kategori
1
Restrukturisasi
organisasi
720
1000
72,0
Baik
2
Penyempurnaan proses
bisnis
melalui
pemanfaatan teknologi
komunikasi
dan
informasi
334
500
66,8
Cukup baik
3
Penyempurnaan
manajemen
sumber
daya manusia
380
500
76,0
Baik
4
Pelaksanaan
good
governance
370
500
74,0
Baik
Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel
Kepatuhan Wajib Pajak
No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% Skor ideal
Kategori
1
Kepatuhan wajib pajak
dalam
mendaftarkan
diri
371
500
74,2
Baik
2
Kepatuhan
untuk
menyetorkan kembali
surat pemberitahuan
339
500
67,8
Cukup baik
3
Kepatuhan
dalam
penghitungan
dan
pembayaran
pajak
terutang
714
1000
71,4
Baik
4
Kepatuhan
dalam
pembayaran
tunggakan
381
500
76,2
Baik
ANALISIS VERIFIKATIF
Berdasarkan nilai koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara self assessment system (X1) dangan kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 0,385 termasuk dalam kategori cukup kuat. Arah hubungan positif antara self assessment system dengan kepatuhan wajib pajak menujukkan bahwa self assessment system yang baik cenderung diikuti dengan kepatuhan wajib pajak yang baik. Kemudian hubungan antara administrasi pajak (X2) dengan kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 0,394 termasuk dalam kategori cukup kuat dengan arah positif.
Korelasi Self Assesment System, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak
Correlations
kepatuhan
selfassessme
nt pemeriksaan
Pearson Correlation
kepatuhan 1,000 .385 394
selfassessment .385 1,000 ,443
administrasi .394 258 1,000
Sig. (1-tailed) kepatuhan . ,000 ,000
selfassessment ,000 . , .005
pemeriksaan ,000 .005 .
N kepatuhan 100 100 100
selfassessment 100 100 100
Nilai R (0,491) menunjukkan kekuatan hubungan kedua variabel independen (self
assessment system dan administrasi pajak) secara simultan dengan kepatuhan Wajib Pajak.
Jadi diketahui bahwa secara simultan kedua variabel independen (self assessment system
dan administrasi pajak) memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kepatuhan Wajib pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Sementara nilai R-Square sebesar 0,241 atau 24,1% menunjukkan bahwa pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, variabel
self assessment system
dan
administrasi pajak secara simultan mampu menerangkan perubahan yang terjadi pada
kepatuhan Wajib Pajak 24,1%. Dengan kata lain penerapan
self assessment system
dan
administrasi pajak secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar
24,1% terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Sementara sisanya sebesar 75,9% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati
diluar variabel
self assessment system
dan administrasi pajak.
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .491a .241 .225 .51208
a. Predictors: (Constant), pemeriksaan, selfassessment
RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN SARAN Bagaimana Penerapan Self Assessment System
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Sumedang
Penerapan Self Assessment System
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penerapan Self Assessment System di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang secara umum sudah baik. Namun masih banyak wajib pajak yang masih mengalami kesulitan dalam menghitung sendiri pajak terutangnya dan masih kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar dan mengembalikan SPT.
Dengan masih banyaknya Wajib Pajak yang belum mengerti dalam perhitungan jumlah pajak terutang, masih kurangnya kesadaran dalam membayar dan melaporkan SPT, maka untuk mencapai semua itu petugas harus memberikan pelayanan / sosialisasi yang lebih baik lagi kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak lebih mengerti tentang tata cara perpajakan yang baik dan benar.
Bagaimana Administrasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Sumedang
Administrasi pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang secara umum sudah baik. Hanya saja masih menemukan kendala
pelayanan yang dirasa oleh wajib pajak masih berbelit-belit sehingga menyulitkan wajib pajak dalam melaksanakan administrasi pajak.
Petugas pelayanan pajak sudah baik dalam melaksanakan administrasi perpajakan, akan tetapi mungkin dalam pelaksanaannya banyak wajib pajak yang merasa pelayanan yang diberikan cukup berbelit-belit atau
membingungkan wajib pajak, maka untuk mengurangi keluhan wajib pajak dalam hal pelayanan administrasi lebih disederhanakan lagi agar wajib pajak lebih mudah dalam melakukan administrasi perpajakan.
Seberapa besar Pengaruh Penerapan Self Assessment System dan AdministrasiPajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Sumedang
Penerapan Self Assessment System dan administrasi pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang. Secara bersama-sama variabel Penerapan Self Assessment System dan administrasi pajak memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 24,1% terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF
Bahwa yang bertandatangan di bawah ini, penulis dan pihak perusahaan atau
instansi tempat penelitian, bersedia :
“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
untuk kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, Agustus 2012
Penulis,
Faris Balfas
21108156
Catatan :
Kecuali Bab III, IV dan Lampiran untuk tidak di-online-kan, karena menyangkut
PENGARUH PENERAPAN
SELF ASSESSMENT SYSTEM
DAN
ADMINISTRASI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK
(Survey Pada WP Orang Pribadi di KPP Pratama Sumedang)
THE INFLUENCE OF SELF ASSESSMENT SYSTEM AND TAX
ADMINISTRASTION TO THE COMPLIANCE
(Survey to Personal Taxpayers on KPP Pratama Sumedang)
FARIS BALFAS 21108156
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
ABSTRAK
Self assessment system dan administrasi pajak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, Maka diharapkan wajib pajak dapat melaksanakan self assessment system dengan baik dan juga administrasi perpajakan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan baik pula agar tingkat kepatuhan wajib pajak semakin meningkat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sumedang yang berjumlah 100 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi SPSS 17 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penerapan self assessment system dan administrasi pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Selain itu, penerapan self assessment system dan administrasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 24,1%. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan self assessment system dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
ABSTRACT
Self-assessment tax system and administration is one of the factors that can affect taxpayer compliance, then the taxpayer is expected to carry out self-assessment system to better tax administration and also carried out by the tax office well too so that the level of taxpayer compliance is increasing. The purpose of this study to determine the effect of the implementation of self assessment tax system and administration of individual taxpayer compliance in the Tax Office Primary Sumedang.
The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The unit of analysis in this study is the individual taxpayer in the KPP Primary Sumedang totaling 100 samples. Statistical test used is the calculation of Pearson correlation, Spearman, coefficient of determination, hypothesis testing and also using the SPSS 17 for windows applications.
The results of this study indicate that there is a strong relationship between the implementation of self assessment tax system and administration with taxpayer compliance. In addition, the application of the self assessment tax system and administration affect taxpayer compliance by 24.1%. This study provides empirical evidence that the application of the self assessment system and the significant effect of the tax compliance Tax On Tax Office Primary Sumedang.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan
Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan
Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Di
Wilayah Kota Bandung”.
Adapun tujuan dari Usulan Penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi
Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih jauh
dari sempurna. Hal ini tidak lain karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta
pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun penulis berusaha untuk
menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun penulis harapkan agar
laporan ini lebih baik lagi.
Selain itu penulis menyadari bahwa Usulan Penelitian ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari berbagai
pihak.Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Ir. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
ii
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas Ak 4.
5. Inta Budi Setya Nusa, SE., M.Ak selaku dosen pembimbing yang penuh
keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan
penulis sehingga Usulan Penelitian ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
7. Seluruh Staf dan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang
telah membantu memberikan informasi dan mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Untuk Orang Tua yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, dan dukungan
dalam menempuh pendidikan untuk bekal di masa depan. Semoga kalian
diberi kesehatan dan rejeki yang berlimpah serta selalu dalam lindungan Allah
SWT.
9. Om dan Tante serta Kakak-kakak dan Adikku tersayang terima kasih atas
dukungan.
10.Sahabat-sahabat Dewi, Frega, Miang, Mba rani, Iren, Anggun, Asep, Hendri,
Catur, Basit, Heri, Dony terima kasih atas persahabatan, dukungan dan
iii
akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas AK-4, terima kasih atas
kebersamaannya.
11.Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu atas bantuan dan dukungan yang tulus.
Akhir kata semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalanya yang setimpal dari ALLAH SWT dan penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Juli 2012
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN MOTTO
ABSTRAK ABSTRACK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9
1.2.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 11
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 11
1.4 Kegunaan Akademis ... 12
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 12
1.5.2 Waktu Penelitian ... 13
v
2.1.1 Self Assessment System ... 14
2.1.1.1 Pengertian Self Assessment System ... 14
2.1.1.2 Pelaksanaan Self Assessment System ... 15
2.1.1.3 Faktor-faktor Self Assessment System ... 17
2.1.2 Administrasi Pajak ... 19
2.1.2.1 Pengertian Administrasi Pajak... 19
2.1.2.2 Peran Administrasi Perpajakan ... 21
2.1.2.5 Faktor-faktor Administrasi Pajak ... 24
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak ... 26
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 26
2.1.3.5 Faktor-faktor Kepatuhan Wajib Pajak ... 28
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 29
2.2 Kerangka Pemikiran ... 31
2.2.1 Keterkaitan Self Assessment System dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 34
2.2.2 Keterkaitan Antara Administrasi Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 35
2.2.3 Keterkaitan Antara Self Assessment System dan Admiistrasi Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 36
2.3 Hipotesis ... 38
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 39
3.2 Metode Penelitian... 39
3.2.1 Desain Penelitian ... 41
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 45
3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data ... 49
3.2 3.1 Sumber Penentuan Data ... 49
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 49
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.2.4.1 Uji Validitas ... 53
3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 56
vi
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 59 3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 59 3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 77 4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 77 4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 79 4.1.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang... 80 4.1.4 Aspek-aspek dan Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang .. 84 4.2 Karakteristik Responden ... 85 4.3 Analisis Deskriptif ... 87 4.3.1 Deskriptif Self Assessment System ... 87 4.3.2 Deskriptif Administrasi Pajak ... 95 4.3.3 Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... 102 4.4 Analisis Verifikatif ... 108
4.4.1 Pengaruh Penerapan Self Assessment System (X1) dengan Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Secara Parsial ... 122 4.4.2 Pengaruh Administrasi Pajak (X2) dengan Kepatuhan Wajib
Pajak (Y) Secara Parsial ... 124 4.4.3 Pengaruh Penerapan Self Assessment System (X1) dan Pemeriksaan
Pajak (X2) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Secara Simultan ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 129 5.2 Saran ... 130
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu Penelitian ... 13 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 29 Tabel 3.1 Desain Penelitian... 44 Tabel 3.2 Operasional Variabel... 47 Tabel 3.3 Skala Likert ... 49 Tabel 3.4 Standar Penilaian Untuk Validitas ... 54 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Self Assessment System ... 55 Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Administrasi Pajak ... 55 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Wajib Pajak ... 55 Tabel 3.8 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Penelitian ... 57 Tabel 3.9 Kriteria Persentase Tanggapan Responden ... 62 Tabel 3.10 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi ... 71 Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 85 Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 86 Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 87 Tabel 4.4 Kriteria Persentase Tanggapan Responden ... 88 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Mendaftarkan Diri ke
Kantor Pelayanan Pajak ... 89 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Mendaftarkan Diri ke
Kantor Pelayanan Pajak ... 90 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Membayar Pajak
dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak ... 92 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Pelaporan dilakukan
Wajib Pajak ... 93 Tabel4.9 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel Self Assessment
System ... 94 Tabel4.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Restrukturisasi
viii
Tabel4.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Dan Informasi ... 97 Tabel4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Penyempurnaan
Manajemen Sumber Daya Manusia ... 98 Tabel4.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Pelaksanaan Good
Governance ... 100 Tabel 4.14 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel Adm Pajak ... 101 Tabel4.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Mendaftarkan Diri ... 102 Tabel4.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Untuk
Menyetorkan Kembali Surat Pemberitahuan ... 103 Tabel4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Dalam
Penghitungan dan Pembayaran Pajak Terutang ... 105 Tabel4.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Dalam
Pembayaran Tunggakan ... 106 Tabel4.19 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel Kepatuhan Wajib
Pajak ... 107 Tabel 4.20 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 109 Tabel 4.21 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 111 Tabel 4.22 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 112 Tabel 4.23 Hasil Peritungan Koefisien Regresi ... 114 Tabel 4.24 Korelasi Self Assessment System, Administrasi Pajak Dan Kepatuhan
Wajib Pajak ... 116 Tabel 4.25 Koefesien Korelasi Parsial Self Assessment System Dengan Kepatuhan
Wajib Pajak ... 118 Tabel 4.26 Koefesien Korelasi Parsial Administrasi Pajak Dengan Kepatuhan Wajib
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 37 Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ... 38 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 45 Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 76 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang ... 80 Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 110 Gambar 4.3 Grafik Uji Heterokedastisitas ... 113 Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Pengaruh Penerapan Self
Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 123 Gambar 4.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Pengaruh Administrasi
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Mengadakan Penelitian Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 Berita Acara Penelitian
Lampiran 4 Catatan Khusus Kegiatan Bimbingan Dan Konsultasi Lampiran 5 Lembar Revisi Sidang Usulan Penelitian
Lampiran 6 Data Ordinal
Lampiran 7 Lampiran Output Korelasi Parsial Lampiran 8 Lampiran Output Regresi
Lampiran 9 Mapping Fenomena, Indikator, Kuesioner Dan Hasil Lampiran 10 Kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,
baik bagi Negara maju maupun di Negara berkembang, selain itu kepatuhan juga
merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pemungutan pajak yang berlaku
di Indonesia, karena jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan
dan pelalaian pajak, yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan
penerimaan pajak Negara akan berkurang ( Siti Kurnia Rahayu : 2010).
Pada kenyataannya kesadaran akan pentingnya membayar pajak negara
sangat kurang sehingga masyarakat cenderung membayar pajak kurang dari yang
seharusnya dan mereka selalu berusaha untuk menghindari pajak, sehingga aparat
pemerintah perlu berusaha untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat
sehingga penerimaan pajak akan sesuai dengan yang seharusnya (Ikhsan Budi R :
2007). Kesadaran wajib pajak untuk menghitung, memotong, menyetor dan
melaporkan kewajiban pajaknya akan mempengaruhi jumlah penerimaan pajak,
semakin besarnya peranan pajak dalam pembangunan menjadi perhatian semua
pihak, karena tingginya pajak menunjukkan kemampuan kemandirian bangsa
dalam membiayai pembangunan dari seluruh komponen bangsa, sehingga
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN 2
Masalah pada kepatuhan wajib pajak adalah dalam melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT), setiap Wajib Pajak orang pribadi harus menyampaikan SPT
Tahunan paling lambat tanggal 30 Maret dan bagi Wajib Pajak Badan 30 April,
namun bagi Wajib Pajak yang baru saja terdaftar sebagai Wajib Pajak orang
pribadi sulit mendapat sosialisasi tentang ketentuan ini (Heru Narwanta : 2010).
Beberapa masalah maupun kendala dalam kepatuhan tersebut masih
menjadi perhatian Direktorat Jenderal Pajak, sampai sekarang masih kurangnya
kesadaran masyarakat Indonesia dalam membayar pajak, pasalnya baru sekitar
7,73 persen masyarakat yang memiliki kesadaran membayar pajak (Agus DW
Martowardojo,2011).
Masih banyak Wajib Pajak (WP) yang belum memenuhi kewajibannya
sampai sekarang, baik pajak orang pribadi maupun pajak badan usaha. Wajib
Pajak orang pribadi masih sangat rendah dalam menyerahkan SPT, yaitu hanya
8,5 juta dari total jumlah 110 juta pekerja, selain itu dari WP badan usaha atau
dunia usaha juga masih sangat rendah kesadaran membayar pajaknya, WP badan
hanya 446 ribu yang memenuhi kewajiban dari WP badan usaha yang berdomisili
yang jumlahnya 12 juta lebih. Dari jumlah pembayar pajak tersebut, rasio SPT
terhadap pekerja aktif di Indonesia hanya 7,73 persen, masih belum memadai bila
dibandingkan dengan Jepang yaitu 50 persen dari jumlah penduduknya, oleh
karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, penerimaan
pajak terhadap total GDP di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan Negara
BAB I PENDAHULUAN 3
Selain itu, di Kantor Pajak Pratama Sumedang juga masih banyak Wajib
Pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya, baik WP orang pribadi
maupun badan masih rendahnya kesadaran mereka dalam menyampaikan SPT
Tahunannya, untuk wajib pajak orang pribadi dari 52.005 orang yang terdaftar
hanya 26.499 atau sekitar 50,9% orang yang menyerahkan SPT tepat waktu (
Andri:2012).
Untuk itu guna meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam melaporkan
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak penghasilan (PPh), Ditjen Pajak tetap
melakukan program seperti sosialisasi dan edukasi SPT, mengisi bersama SPT di
perusahaan-perusahaan atau tempat ramai, jemput bola untuk SPT dengan
membuat drop box di tempat-tempat yang ramai atau banyak wajib pajak,
sehingga dapat dengan mudah untuk menyampaikan SPT demi meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (Liberti Pandiangan : 2011).
Kepatuhan wajib pajak merupakan cermin dari pelaksanaan self assessment system yang berlaku di Indonesia. Tata cara pemungutan dengan self assessment system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, di mana ciri-ciri self assessment system adalah adanya kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaannya,
lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak. Dalam
sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan kemudian melunasinya serta
melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat ia terdaftar, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 4
masyarakat wajib pajak menjadi sangat penting dan penentu didalam menopang
pembiayaan pembangunan dan jalannya melalui pembayaran pajak (Siti Kurnia
Rahayu : 2010).
Pelaksanaan sistem pemungutan pajak dalam hal ini self assessment system, Wajib Pajak tidak serta merta mengisi formulir pajak dan diperiksa oleh Fiskus. Persoalan yang meski kita kedepankan adalah betapa pentingnya
pengetahuan yang cukup tentang perpajakan dan berbagai peraturannya yang
dituangkan secara gamblang, baku, lugas, tegas, jelas, tidak bermakna ganda, dan
tidak terlalu sering berubah (Tarjo dan Sawarjuwono, 2005).
Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah (Fiskus) untuk menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Fungsi penghitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan
perpajakan. Atas dasar fungsi penghitungan tersebut Wajib Pajak berkewajiban
untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau kantor
pos. Selanjutnya Wajib Pajak melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak
yang telah dibayar kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (Sadhani, 2004).
Kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak
terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau
bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Wajib Pajak yang
BAB I PENDAHULUAN 5
kombinasi keduanya, sehingga membuat Wajib Pajak enggan untuk
melaksanakan kewajiban membayar pajak. Selain itu, rendahnya kepatuhan dan
kesadaran Wajib Pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunannya (Sadhani, 2004).
Sesuai ketentuan perpajakan, kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh
wajib pajak didalam Surat Pemberitahuan (SPT) dianggap benar, kecuali apabila
terdapat data atau informasi mengenai kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh
wajib pajak didalam SPT isinya. Namun ternyata sebanyak 67 persen dari empat
juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak. Kondisi itu terjadi
antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan
petugas pajak (Darmin Nasution : 2011).
Selain itu, kendala yang terjadi dalam pelaksanaan self assessment system
yang dilakukan oleh wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang,
menurut salah satu pegawai masih banyak wajib pajak yang kurang dalam
pengetahuan perpajakannya, dimana masih sering terjadi kesalahan dalam
penghitungan dan kurangnya kesadaran wajib pajak dalam mengembalikan surat
pemberitahuan (Ahmad Affandi:2012).
Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan
kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan
BAB I PENDAHULUAN 6
hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi
perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement (Sofyan, 2005).
Sistem administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamik sebagai upaya
peningkatan penerapan kebijakan perpajakan yang efektif. Kriteria fisibilitas
administrasi menuntut agar sistem pajak baru meminimalisir biaya administrasi
(administrative cost) dan biaya kepatuhan (compliance cost) serta menjadikan administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak (Gunadi:2005).
Bukan rahasia lagi, bahwa birokrasi kita sekarang ini tidak berjalan baik.
Mata rantai komando sering tidak berjalan dengan baik, kebijakan tidak
dirumuskan dengan baik, terutama oleh para pejabat di eselon III dan IV, dan
banyak sekali kesepakatan kebijakan antara pejabat eselon I dan II dengan Kadin
serta para pemangku kepentingan lainnya, yang gagal dilaksanakan oleh pejabat di
bawahnya. Lebih parah lagi, banyak dari tindak lanjut tersebut yang mengalami
penyimpangan. Dari sejumlah kebobrokan birokrasi tersebut yakni, masalah
administrasi yang masih berbelit-belit. Menurutnya, ini disebabkan oleh masih
adanya kerangka peraturan dan kelembagaan yang merumitkan kalangan
pengusaha. Mereka harus mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak sedikit
dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha di negeri lain. Ini merupakan
perlakuan yang tidak adil bagi pengusaha nasional (Hariyadi B Sukamdani, 2008).
Sedangkan menurut salah seorang pegawai KPP Pratama Sumedang
mengatakan bahwa kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa
BAB I PENDAHULUAN 7
mereka harus mengantri lama sehingga wajib pajak harus membutuhkan waktu
lama dalam melakukan administrasi (Andri:2012).
Oleh karena itu, kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan
hal yang sangat penting dalam administrasi perpajakan yang pada akhirnya bisa
menciptakan sistem perpajakan nasional yang baik. Kepatuhan tersebut
merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem administrasi
perpajakan modern (Kristianto:2011).
Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai
efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang
tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya admninistrasi per
unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan efisiensi kadang-kadang
menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan
ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi
perpajakan (Chaizi Nasucha:2001).
Reformasi perpajakan memiliki tujuan utama adalah penegakan dalam hal
kemandirian ekonomi dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan
lebih ditujukan kepada kemampuan sendiri. Secara berkesinambungan dan
bertahap, penerimaan pajak diharapkan dapat mengurangi ketergantungan
terhadap utang luar negeri. Reformasi perpajakan akan menjadikan sistem yang
berlaku menjadi lebih sederhana, yang mencakup penyederhanaan jenis pajak,
tarif pajak dan pembayaran pajak serta pembenahan aparatur perpajakan yang
menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin dan mental. Adanya reformasi
BAB I PENDAHULUAN 8
serta beban pajak akan makin adil dan wajar, sehingga mendorong Wajib Pajak
untuk membayar kewajibannya dan menghindarkan diri dari aparat pajak yang
mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi (Sinta Setiana:2010).
Seluruh administrasi pajak yang ada pada dasarnya untuk menjamin agar
sesuai dengan hukum pajak. Ukuran administrasi pajak ini bisa dilihat melalui
pelaksanaan administrasi perpajakan dan bekerja sesuai dengan kebijakan
perpajakan dinegara berkembang. Proses administrasi pajak adalah fungsi dimana
input person, material, informasi, hukum, prosedur digunakan untuk
menghasilkan output pendapatan pemerintah, pembayaran pajak kekayaan,
kesejahteraan sosial. Jadi jelas dengan adanya administrasi perpajakan, kepatuhan
wajib pajak dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku
dan kemudian menghasilkan peningkatan penerimaan pajak (Kristianto:2011).
Tentunya dengan penekanan penerimaan pajak sebagai kontribusi terbesar
penerimaan Negara diharapkan semua wajib pajak di Indonesia berpredikat patuh,
yang akan berimplikasi pada optimalisasi penerimaan pajak, pengurangan biaya
wajib pajak (Compliance cost) dan biaya bagi pemerintah (Administrative cost)
dalam kewajiban administrasi perpajakan (Siti Kurnia Rahayu:2010).
Adanya sanksi administrasi maupun sanksi hukum pidana bagi Wajib
Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dilakukan supaya
masyarakat selaku Wajib Pajak mau memenuhi kewajibannya. Hal ini terkait
dengan ikhwal kepatuhan perpajakan atau tax compliance. Kepatuhan adalah
ketaatan atau berdisiplin, dalam hal ini kepatuhan pajak diartikan secara bebas
BAB I PENDAHULUAN 9
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan Wajib Pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan juga
perilaku yang taat hukum. Secara konsep, kepatuhan diartikan dengan adanya
usaha dalam mematuhi peraturan hukum oleh seseorang atau organisasi
(Nurmantu, 2003:148).
Dalam sistem self assessment, administrasi perpajakan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengawasan dan penerapan sanksi terhadap
penundaan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perpajakan, selain itu fungsi pengawasan memegang
peranan sangat penting dalam sistem self assessment, karena tanpa pengawasan dalam kondisi tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih rendah, mengakibatkan
sistem tersebut tidak akan berjalan dengan baik, sehingga Wajib Pajak pun akan
melaksanakan kewajiban pajaknya dengan tidak benar dan pada akhirnya
penerimaan dari sektor pajak tidak akan tercapai (Gunadi:2005).
Dari latar belakang diatas saya sebagai penulis dapat menyimpulkan
bahwa judul yang akan saya angkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh
Penerapan Self Assessment System dan Administrasi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak”.
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
BAB I PENDAHULUAN 10
1. Rendahnya kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak dilihat dari sangat
kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan mengembalikan SPT.
2. Kurangnya pengetahuan perpajakan wajib pajak, dimana masih banyak
wajib pajak yang melakukan kesalahan dalam penghitungan dan masih
kurangnya kesadaran dalam membayar pajak.
3. Birokrasi adminstrasi yang masih berbelit-belit sehingga menyulitkan
wajib pajak.
4. Tingkat kepatuhan wajib pajak dilihat dari pengembalian SPT masih
rendah.
1.2.2 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka telah timbul beberapa
pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimana Pengaruh penerapan Self Assessment System terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang?
2. Bagaimana Pengaruh Administrasi Perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak di KPP Pratama Sumedang?
3. Seberapa besar Pengaruh penerapan Self Assessment System dan Administrasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama
BAB I PENDAHULUAN 11
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
dari objek penelitian pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat dirumuskan untuk:
1. Mengetahui pengaruh penerapan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang.
2. Mengetahui pengaruh administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
di KPP Pratama Sumedang.
3. Mengetahui bagaimana pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Sumedang.
1.4Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian
ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 12
1.4.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai account
pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Bagi KPP dan Wajib Pajak
Dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat mengenai pengaruh
penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi dalam penelitian di bidang
yang sama.
1.5Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang bertempat di Jalan Ibrahim Adjie No.
BAB I PENDAHULUAN 13
[image:39.595.92.540.177.610.2]1.5.2 Waktu Penelitian
Table 1.1 Waktu Penelitian
Tahap Prosedur
Bulan Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 I Tahap Persiapan:
1. Pengumpulan Proposal
2. Membuat outline dan
proposal skripsi
3. Mengambil formulir
penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat
penelitian
II
Tahap Pelaksanaan:
1. Mengajukan outline dan
proposal skripsi
2. Meminta surat pengantar ke
perusahaan
3. Penelitian di perusahaan
4. Sidang UP
5. Penyusunan dan pengolahan
data skripsi
III
Tahap Pelaporan:
1. Menyiapkan draft skripsi
2. Sidang akhir skripsi
3. Penyempurnaan laporan
skripsi
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Self Assessment System
2.1.1.1Pengertian Self Assessment System
Menurut Waluyo dan Wirawan B Ilyas (2003:18) mengatakan bahwa:
“Self assessment system adalah pemunguntan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar.”
Sedangkan menurut Zain (2003:12) mengatakan:
“Self assessment system merupakan tipe administrasi perpajakan yang mengungkapkan bahwa tipe administrasi perpajakan banyak ditentukan oleh bentuk kerjasama atau tingkat partisipasi Wajib Pajak atau pemotong/pemungut pajak dan respon Wajib Pajak terhadap pengenaan pajak tersebut.”
Menurut Rimsky K. Judisseno dan dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:102) mengatakan bahwa:
“Self Assessment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan pemenuhan pajak.”
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:7) bahwa self assessment system
yaitu:
“Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.”
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 15
kepercayaan dan tanggung jawab dalam menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar.
2.1.1.2Pelaksanaan Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:103) dalam melaksanakan Self Assessment System, wajib pajak memiliki kewajiban yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan pengamatan Potensi perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media elektronik on-line) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Fungsi NPWP adalah:
Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
Sebagai identitas wajib pajak
Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan
2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalihkan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).
Selisih antara pajak yang terutang dengan kredit pajak dapat berupa:
Kurang bayar, jumlah pajak terutang lebih besar dari kredit pajak,
Lebih bayar, karena jumlah pajak terutang lebih besar dari kredit pajaknya,
Nihil, karena jumlah pajak terutang sama dengan kredit pajak.
3. Membayar Pajak dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
A. Membayar Pajak
a. Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
b. Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, 23, dan 26). Pihak lain di sini berupa:
Pemberi penghasilan
Pemberi kerja
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 16
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah.
d. Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, Bea Materai. B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).
C. Pemotongan dan pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh pasal 21, 22, 23, 26, PPh final pasal 4(2), PPh pasal 15dan PPN dan PPnBM. Merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPn dikreditkan pada masa berlakunya pemungutan dengan mekanisme Pajak Keluar dan Pajak Masukan.
4. Pelaporan dilakukan Wajib Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.
Pelaporan pajak disampaikan ke KPP atau KP4 di mana wajib pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut:
a. SPT masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. SPT Masa PPh pasal 21, 22, 23, 25, 26, PPN dan PPnBM.
b. SPT Tahunan yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan. SPT Tahunan Badan, Orang Pribadi, Pasal 21.
Dalam rangka melaksanakan sistem self assessment ini diperlukan prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan
sistem pemungutan ini (Suandy,2001:95), yaitu:
a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax consciousness)
Kesadaran wajib pajak artinya wajib pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
b. Kejujuran Wajib Pajak
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 17
pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
c. Kemauan membayar pajak dari wajib pajak (Tax mindedness)
Tax Mindedness artinya wajib pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya.
d. Kedisiplinan wajib pajak (Tax discipline)
Kedisiplinan wajib pajak artinya wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Selain itu juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan
pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua (Waluyo, 2006:56),
yaitu:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahamu masyarakat. c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. 2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak).
2.1.1.3Faktor-faktor Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:103) dalam melaksanakan Self Assessment System, wajib pajak memiliki kewajiban yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 18
2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalihkan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).
3. Membayar Pajak dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
A. Membayar Pajak
a. Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
b. Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, 23, dan 26). Pihak lain di sini berupa:
Pemberi penghasilan
Pemberi kerja
Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah.
d. Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, Bea Materai. B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).
C. Pemotongan dan pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh pasal 21, 22, 23, 26, PPh final pasal 4(2), PPh pasal 15dan PPN dan PPnBM. Merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPn dikreditkan pada masa berlakunya pemungutan dengan mekanisme Pajak Keluar dan Pajak Masukan.
4. Pelaporan dilakukan Wajib Pajak
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 19
2.1.2 Administrasi Pajak
2.1.2.1Pengertian Administrasi Pajak
Administrasi menurut pendapat A. Dunsire yang telah dikutip oleh
Donovan dan Jackson (1991) dikemukakan kembali oleh Yeremias T. Keban dan
dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:92) yaitu bahwa:
"Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis."
Menurut Moh. Zain (2005) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:22)
mengatakan bahwa:
“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.”
Menurut Rochmat Soemitro (1991) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu
(2010:1) merumuskan:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”
Sedangkan menurut P.J.A Adriani yang dikutip Siti Kurnia Rahayu
(2010:22) mengatakan bahwa:
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 20
Sementara itu jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 angka 1
disebutkan arti Pajak adalah:
"Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."
Menurut Chaizi Nasucha (2004:37) yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:97), reformasi administrasi perpajakan adalah:
“Penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya.”
Menurut Sophar Lumbantoruan mengatakan bahwa:
“Administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan perpajakan.”
Administrasi pajak dalam arti sempit merupakan penatausahaan dan
pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak, baik
penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun ditempat
wajib pajak, sedangkan administrasi pajak dalam arti luas meliputi fungsi, sistem
dan organisasi atau kelembagaan.
Sedangkan menurut Djoned Gunadi M (2005:16) mengatakan bahwa:
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 21
menyangkut hak-hak wajib pajak yang yakin benar bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya dilindungi dengan administrasi yang baik.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa administrasi pajak
adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan perpajakan, pelayanan
atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak, baik penatausahaan dan
pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun ditempat wajib pajak.
2.1.2.2Peran Administrasi Perpajakan
Mengenai peran administrasi perpajakan, Liberty Pandiangan yang dikutip
oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:93) mengemukakan bahwa:
“Administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan,
dan penerimaan Negara sebagaimana amanat APBN.”
Menurut De Jantscher (1997) yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:93) menekankan:
“Peran penting administrasi perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan
pengalaman di berbagai Negara berkembang, kebijakan perpajakan (tax policy) yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak
mampu melaksanakannya.”
Menurut Carlos A. Silvani (1992) dan dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:93-94) mengatakan bahwa:
Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah:
1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers)
Artinya sejauh mana administrasi pajak mampu mendeteksi dan
mengambil tindakan terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai
wajib pajak walau seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 22
akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Penerapan sanksi tegas perlu
diberikan terhadap mereka yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak
padahal sebenarnya potensial untuk itu.
2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Menyikapi wajib pajak yang sudah terdaftar tetapi tidak menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT), atau disebut juga stop filing taxpayers, misalnya
dengan melakukan pemeriksaan pajak untuk mengetahui sebab-sebab tidak
disampaikannya Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut. Kendala yang mungkin
dihadapi adalah terbatasnya jumlah tenaga pemeriksa.
3. Penyelundup Pajak (tax evaders)
Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu wajib pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan.
Keberhasilan sistem self assessment yang memberi kepercayaan sepenuhnya
kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sangat tergantung dari kejujuran wajib
pajak. Tidak mudah untuk mengetahui apakah wajib pajak melakukan
penyelundupan atau tidak. Dukungan adanya bank data tentang wajib pajak dan
seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.
4. Penunggak Pajak (delinquent tax payers)
Dari tahun ke tahun tunggakan pajak jumlahnya semakin besar. Upaya
pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 23
Apabila kebijakan perpajakan yang ada mampu mengatasi
masalah-masalah diatas secara efektif, maka administrasi perpajakannya sudah dapat
dikatakan baik, sehingga tax ratio akan meningkat. Dasar bagi terwujudnya suatu
administrasi pajak yang baik adalah diterapkannya prinsip-prinsip manajemen
modern yaitu perencanaan (Planning) yang baik, pengorganisasian (Organizing)
yang tepat, pelaksanaan (Actuating) dan pengawasan (Controlling) yang berkesinambungan. Terdapatnya kebijakan perpajakan yang jelas dan sederhana
sehingga memudahkan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya,
tersedianya Pegawai Pajak yang berkualitas, terampil, berdedikasi tinggi,
memiliki kemampuan yang telah teruji dan jujur serta pelaksanaan penegakan
hukum yang tegas dan konsisten. (Siti Kurnia Rahayu 2010:94)
Pada dasarnya sasaran administrasi perpajakan adalah upaya peningkatan
kepatuhan taxpayers dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam satu persepsi antara wajib pajak dan fiskus
sama dalam menilai suatu ketentuan untuk mendapatkan penerimaan maksimal
dengan biaya optimal. (Siti Kurnia Rahayu 2010:95)
Setelah memperoleh kepercayaan masyarakat serta pengertian dan
dukungan rakyat banyak, administrasi pajak baru dapat dianggap sehat (sound).
Menurut Toshiyuki (2001) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:95)
menyatakan bahwa:
“Untuk mencapai hal tersebut, disyaratkan beberapa kondisi administrasi perpajakan seperti berikut:
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 24
3. Dapat merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai ketentuan dan menghilangkan kesewenang-wenangan, arogansi, dan perilaku yang dipengaruhi kepentingan pribadi.
4. Dapat mencegah dan memberikan sanksi serta hukuman yang adil atas ketidakjujuran dan pelanggaran serta penyimpangan.
5. Mampu menyelenggarakan sistem perpajakan yang efisien dan efektif. 6. Meningkatkan kepatuhan pembayar pajak.
7. Memberikan dukungan pertumbuhan dan pembangunan usaha yang sehat masyarakat pembayar pajak.
8. Dapat memberikan kontribusi atas pertumbuhan demokrasi masyarakat.”
2.1.2.3Faktor-faktor Administrasi Perpajakan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:110), modernisasi administrasi
perpajakan pada dasarnya meliputi:
1. Restrukturisasi Organisasi
Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus
mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP
merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis.
Lebih jauh lagi, struktur organisasi harus juga diberi fleksibilitas yang cukup
untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat
dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi.
Implementasi konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi
pada pelayanan dan pengawasan, adalah struktur organisasi DJP perlu diubah,
baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor
operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan.
2. Penyempurnaan Proses Bisnis melalui Pemanfaatan Teknologi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 25
Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan business process, yang mencakup metode, system, dan prosedur kerja. Untuk itu, perbaikan
business process merupakan pilar penting program modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal.
3. Penyempurnaan Manajemen Sumber Daya Manusia
Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program
Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program reformasi ini adalah
perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang
dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini perlu dan mendesak untuk
dilakukan, karena disadari bahwa elemen yang terpenting dari suatu sistem
organisasi adalah manusianya.
Secanggih apapun struktur, system, teknologi informasi, metode dan alur
kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa
didukung SDM yang capable dan berintegras. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan
semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan
terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas.
4. Pelaksnaan Good Governance
Suatu organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala
terdapat rambu-rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas dan
pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 26
Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Dalam praktek
berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu
dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (1995:1013) yang dikutip
kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) :
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan
merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan.”
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan perpajakan adalah:
“Tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan
yang berlaku dalam suatu Negara.”
Menurut Safri Nurmantu dan dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia
Rahayu (2006:110)mengatakan bahwa:
“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 27
Menurut Norman D. Nowak yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:138) :
“Sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunnya.”
Menurut Safri Nurmantu yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:138) :
“Ada 2 macam kepatuhan:
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.”
Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:139) :
“Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari: a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang d. Kepatuhan dalam membayar tunggakan.”
Keputusan menteri keuangan No.544/KMK.04/2000, bahwa kriteria
kepatuhan wajib pajak adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 28
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan