• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle (Penelitian Tindakan Kelas V SDN Tugu 2 Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle (Penelitian Tindakan Kelas V SDN Tugu 2 Depok)"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF

CROSSWORD PUZZLE

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Tugu 2 Depok)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

EDAH JUBAEDAH NIM 109018300061

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Edah Jubaedah. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle (Penelitian Tindakan Kelas V SDN Tugu 2 Depok)

Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Akif Crossword Puzzle, Hasil Belajar IPA

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle. Penelitian dilakukan di SDN Tugu 2 Depok pada tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dua siklus melalui empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar wawancara, tes hasil belajar IPA dan dokumentasi.

(6)

ii

Learning Strategies Crossword Puzzle (Classroom Action Research SDN Tugu 2

Depok).

Keywords: Crossword Puzzle Strategy Active Learning, Learning Outcomes IPA

The purpose of this study is to analyze the application of active learning strategies Crossword Puzzle in improving student learning outcomes and students' science learning activities using active learning strategies Crossword Puzzle. The study was conducted in SDN Tugu 2 Depok in the academic year 2013/2014. The method used in this research is Classroom Action Research (CAR) conducted two cycles through four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. Instrument used is the observation sheet activities of teachers and students, the questionnaires, science achievement test and documentation.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan untaian rahmat, hidayah dn

karunia sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle” Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terealisasikan

dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan

dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu perkenankanlah

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya, kepada yang terhormat :

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr.Fauzan, MA. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta dosen

pembimbing II, yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis

selama proses penyusunan skripsi.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si. Selaku dosen pembimbing I, yang telah sabar

membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi,

ditengah kesibukan yang padat.

4. Seluruh Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarief

Hidayatullah Jakarta yang mencurahkan seluruh ilmunya.

5. Kepala sekolah, dewan guru, staf TU, serta siswa siswi SDN Tugu 2

(8)

iv

7. Kakak-Kakakku tersayang Kaka Ahmad Haryadi, Kaka Khoerul Jannah,

Kaka Umar Dani, Kaka Anita Wulandari dan Kaka Amin Fauzi yang telah

memberikan segala bantuan dan dorongan semangatnya dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku angkatan 2009 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Lulu, Dewi, Shita, Fadhliyah, Dwi,

Tajnur, Nana, Asri, dan sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih atas ketersediaanya dalam memberikan dukungan,

kasih saying serta perhatian kepada penulis.

9. Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat ku Sarah Nuraida, Erna

Maulida, Eka Peblusianti, Ika Fitria Fatmawati, Ima Damayanti, Heri

Dermawan yang memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

10.Staf Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan, dan Staf Jurusan Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan kemudahan dalam pembutan surat-surat dan sertifikat.

11.Pimpinan dan Staf Perpustkaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah, yang telah membantu

penullis dalam menyediakan serta memeinjamkan lieteratur yang

dibutuhkan.

12.Kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan

dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

(9)

v

Mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan beserta doa yang telah

diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

untuk menyempurnakan isi skripsi ini. Smoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya bagi seluruh pembaca sekalian, serta lembaga pendidikan

sebagai informasi dalam peningkatan mutu pendidikan.

Jakarta Maret 2014

(10)

vi

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang diteliti ... 9

1. Pengertian Pembelajaran ... 9

2. Konsep Dasar Hasil Belajar ... 10

a. Pengertian Hasil Belajar ... 11

b. Macam-macam Hasil Belajar ... 13

(11)

vii

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 17

4. Materi Pembuatan Makanan Pada Tumbuhan Hijau ... 20

5. Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle ... 25

a. Strategi Pembelajaran Aktif ... 25

b.Karekteristik Pembelajaran Aktif ... 33

6. Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) a. Sejarah Umum Crossword Puzzle ... 34

b. Prosedur Umum Penerapan Crossword Puzzle ... 34

c. Kelebihan dan Kekurangan Crossword Puzzle ... 35

B. Penelitian Yang Relevan ... 36

C. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ... 38

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 41

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 42

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 44

G. Jenis Data dan Sumber Data ... 45

H. Instrument-Instrument Pengumpulan Data ... 45

I. Teknik Pengumpulan Data ... 47

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 48

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 50

(12)

viii

2. Pelaksanaan Siklus I ... 54

3. Pelaksaanaan Siklus II ... 68

B. Analisis Data ... 79

1. Hasil Belajar Siswa ... 79

2. Lembar Observasi Guru ... 80

3. Lembar Observasi Siswa ... 81

C. Pembahasan ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88 LEMBAR UJI REFERENSI

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel.3.1 Indeks Reliabilitas Soal ... 49

Tabel.3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 49

Tabel 3.4 Interpretasi Lembar Observasi ... 51

Tabel 3.5 Tingkatan Hasil Belajar ... 52

Tabel 4.1 Hasil Observasi Guru Siklus I ... 61

Tabel 4.2 Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 62

Tabel 4.3 Nilai Pretest Pada Siklus I ... 64

Tabel 4.4 Rekap Data Nilai Pretest Siklus I ... 65

Tabel 4.5 Nilai Posttest Pada Siklus I ... 66

Tabel 4.6 Refleksi Siklus I ... 68

Tabel 4.7 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 74

Tabel 4.8 Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 75

Tabel 4.9 Nilai Pretest Pada Siklus II ... 77

Tabel 4.10 Rekap Data Nilai Pretest Siklus II ... 77

(14)

x

Gambar 4. 1 Suasana Tes Siklus I ... 59

Gambar 4.2 Siswa Mempresentasikan Hasil Kerja ... 71

[image:14.595.113.531.74.467.2]
(15)

xi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Grafik Presentase Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 80

Diagram 4.2 Grafik Aktivitas Guru Pada Siklus I dan Siklus II ... 81

(16)
(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 91

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 106

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklu I dan Siklus II ... 119

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrument ... 131

Lampiran 5 Soal Tes Siklus I ... 142

Lampiran 6 Soal Tes Siklus II ... 145

Lampiran 7 Nilai Ulangan Siswa Kelas 5 ... 147

Lampiran 8 Lembar Obervasi Guru dan Siswa ... 148

Lampiran 9 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Guru ... 155

Lampiran 10 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Siswa ... 161

Lampiran 11 Lembar Wawancara Observasi Awal dengan Guru ... 165

Lampiran 12 Lembar Wawancara Siklus I ... 167

Lampiran 11 Lembar Wawancara Siklus II ... 169

Lampiran 12 Uji Validitas Soal ... 171

Lampiran 13 Uji Referensi ... 206

Lampiran 14 Surat Izin Penelitian ... 207

Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 208

(18)

1

A.

Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kuliatas hidup.

Melalui proses tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa indonesia dalam mewujudkan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dasar pengertian

pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi

dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, hati

nuraninya secara utuh. Adapun fungsi pendidikan adalah mencetak peserta

didik yang berilmu atau berwawasan luas. Sehingga peserta didik tersebut

mampu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya

dan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.

Dalam Mulyasana, Edgar Dalle menyatakan bahwa pendidikan merupakan

usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintahan

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung

disekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersipakan peserta

didik agar dapat memainkan perananan dalam berbagai lingkungan hidup

secara tetap untuk masa yang akan datang.1

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem

Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pngendalian diri, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2

1

Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, ( Bandung : PT. Remaja Roasdakarya, 2011 ) h. 4

2

(19)

2

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menjadikan peserta

didik memiliki pengetahuan yang luas, memiliki keterampilan, memiilki

kepribadian yang baik dan aktif dalam pembelajaran.Untuk mencapai tujuan

tersebut pendidikan harus berkualitas yang baik. Dengan pendidikan yang

berkualitas akan mampu mencapai tujuan dari pendidikan dan meningkatkan

mutu pendidikan.

Menurut Samana, Pengajaran disekolah yang ditujukan kepada siswa

harus bersifat mendidik (membangun siswa seutuhnya), pengajaran bukan

hanya berperan (menyambung) dalam pembinaan intelektual (penambahan

pengetahuan serta melatih kerja akal) dan bukan hanya mementingkan nilai

praktis (pragmatis) yang berupa pelatihan keterampilan kerja, tetapi jasa

sekolah hendaknya sampai pengembangan kepribadian siswa yang mencakup

pula pembentukan konatif (kehendak) dan pembentukan afektif (yang

berpuncak pada pengalaman nilai hidup yang luhur).3

Profesional dan kreatifitas guru merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi dalam proses belajar mengajar karena guru harus berinteraksi

dengan siswa secara penuh untuk menemukan makna belajar yang berarti

yang memungkinkan siswa belajar giat dengan motivasi yang tinggi. Untuk

mencapai tujuan tersebut, guru tidak saja dituntut mampu melakukan

transformasi ilmu terhadap siswa saja, tetapi juga mampu memilih strategi,

serta metode yang efektif dan efisien.

Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya pada saat ini masih

didominasi oleh metode ceramah yang bersifat monoton. Dimana metode ini

tidak begitu banyak mengembangkan keaktifan siswa serta kemampuan

berpikir siswa terutama dalam memecahkan suatu permasalahan. Namun

masih banyak dijumpai dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode

yang monoton, dimana dalam metode tersebut guru hanya memberikan materi

melalui ceramah, memberikan catatan, dan pemberian tugas. Salah satu cara

untuk mengaktifkan belajar siswa dalam proses belajar mengajar yaitu guru

3

Sri Maryani, Upaya meningkatkan hasil belajar biologi melalui strategi

(20)

harus menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi, oleh sebab itu

sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode atau strategi

pembelajaran setiap kali mengajar. Strategi pembelajaran itu sendiri terdiri

dari beberapa macam yang masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan

kekurangan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA dapat

diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

IPA adalah salah satu mata pelajaran yang harus di ajarkan di sekolah

dasar, namun pada kenyataannya pelajaran ini di anggap oleh sebagian anak

didik (siswa) sebagai mata pelajaran yang relatife sulit. Dari hasil observasi

penulis di SDN TUGU 2 pada tanggal 09 juli 2013 pada kelas V pada mata

pelajaran IPA menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan secara

optimal. Hal ini tampak pada proses pembelajaran terdapat beberapa

kelemahan, yaitu (1) Sebagian siswa kurang termotivasi dan kurang tertarik

belajar. Hal ini disebabkan karena kurang meyukai materi dan kurang tertarik

dengan penyampain guru, (2) Keaktifan dalam proses pembelajaran masih

kurang baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diberikan

guru, (3) Metode atau Strategi yang kurang bervariasi sehingga membuat

siswa merasa jenuh dan bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (4)

Banyaknya siswa yang melamun dan mengantuk saat pembelajaran

berlangsung, (5) dimana hasil belajar IPA kelas SDN Tugu 2 dari 36 siswa

masih dibawah rata-rata KKM, berdasarkan hasil nilai ulangan harian IPA

kelas 5 SDN Tugu 2 tahun 2012/2013 pada konsep Tumbuhan Hijau rata-rata

(21)

4

Mengacu pada masalah-masalah tersebut, diduga dipengaruhi oleh kurang

variasi penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga

disaat melakukan pembelajaran kurang interaksi antara guru dengan siswa.

Sehingga siswa kurang mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk

melakukan aktivitas dengan baik. Interaksi yang terjadi antara guru dengan

siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi

mandiri dan utuh.4

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alat-alat belajar mempunyai

pengaruh pada kegiatan belajar. Selain kondisi fisik tersebut, suasana

pergaulan di sekolah, lemahnya pengetahuan dan pendidikan orang tua siswa

yang bisa menghambat perkembangan psikologis anak, serta kurangnya

pendekatan guru terhadap siswa yang masih dibawah rata-rata juga dapat

berpengaruh pada kegiatan belajar.

Berdasarkan dari beberapa masalah yang ada pada hasil observasi

sebelumnya, peneliti hanya mengambil satu masalah saja yaitu, tentang hasil

belajar IPA siswa yang masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,

peneliti menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle, karena

dengan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle dapat melibatkan siswa

secara aktif sejak awal dan menyenangkan. Bukan hanya dalam keaktifan

siswa saja, tetapi Crossword Puzzle juga melibatkan semua siswa untuk

berpikir dalam pembelajaran ketika mengisi Teka-Teki Silang, dengan kesan

yang didapat siswa pada materi yang sedang dipelajari lebih kuat sehingga

dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Dan di dukung dengan beberapa jurnal

yang ada, yang berkaitan dengan strategi pembelajaran aktif Crossword

Puzzle.

Active Learning merupakan suatu strategi ataupun teknik yang

dikembangkan untuk siswa agar lebih aktif belajar. Guru pun dituntut berpikir

kreatif untuk mampu menciptkan suasana yang menarik tanpa membuat bosan

dalam proses belajar mengajar, sehingga belajar menjadi menarik dan lebih

4

Dimyati, dan Mudjiono.Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: PT. Rieneka Cipta,

(22)

bermakna. Perlunya Active Learning dalam pembelajaran untuk

mengoptimalkan kadar keaktifan siswa dalam belajar merencanakan,

melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran serta hasil pembelajaran.

Salah satu strategi dalam Active Learning adalah Crossword Puzzle atau

Teka-Teki Silang (TTS). Crossword Puzzle dapat digunakan sebagai strategi

pembelajaran yang baik dan menyenangkan sehingga pembelajaran akan

lebih efektif. Crossword Puzzle adalah salah satu strategi pembelajaran aktif

bagi siswa yang dapat digunakan sebagai alat pembelajaran yang baik tanpa

kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan metode ini

melibatkan siswa secara aktif sejak awal.5

Crossword Puzzle juga sebagai salah satu metode pengajaran permianan

kelas yang digunakan untuk meningkatkan persaingan siswa dengan

kelompok. Dalam metode ini dapat melibatkan semua siswa untuk berpikir

dalam pembelajaran pada waktu mengisi Teka-Teki Silang (Crossword

Puzzle) dan semua siswa antusias dalam mengikuti pelajaran. Dengan kesan

yang didapat siswa tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari lebih kuat,

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Linda Indriawati Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta yang

berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran

Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1

Sawahan Juwiring Klaten telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas IV SD Negeri 1 Sawahan Juwiring Klaten. Sebelum pelaksanaan

tindakan siswa yang bisa yang bisa mencapai nilai ketuntasan belajar ada 16

dengan persentase 43,24% setelah pelaksanaan pada siklus I siswa yang bisa

mencapai nilai ketuntasan belajar ada 22 dengan persentase 61,11% dan pada

siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan dengan nilai

ketuntasa belajar 83,78% atau 31 siswa. Demikian penelitian ini dapat

5 Hisyam Zaini,

(23)

6

disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Crossword PuzzleI

dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Metode Crossword Puzzle sangat efektif karena mampu meningkatkan

aktivitas dan kreativitas dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru

maupun siswa dengan siswa lainya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh

interaksi siswa dengan siswa sedangan guru hanya bersifat sebagai moderator

saja. Sehingga tercipta suatu kondisi kelas yang menyenangkan dan tidak

membosankan, hal ini karena strategi pembelajaran Crossword Puzzle tepat

digunakan untuk menyampaikan materi secara praktis. Berkaitan dengan latar

belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle”.

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi

masalah-masalah yang relevan pada penelitian ini adalah:

1. Strategi Pembelajaran yang masih monoton cenderung satu arah (teacher

center)

2. Rendahnya Hasil belajar karena siswa kurang menyenangi pelajaran IPA

3. Proses belajar siswa yang kurang melibatkan keaktifan siswa

4. Banyak siswa yang melamun dan tertidur di kelas.

5. Suasana kelas yang kurang kondusif selama proses pembelajaran

C.

Pembatasan Masalah Penelitian

Karena keterbatasan waktu penelitian dan luasnya permasalahan yang ada,

maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan agar pembahasan

masalah lebih terarah dan terfokus pada masalah pokok. Berdasarkan

pertimbangan itu maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini dibatasi dengan

(24)

mengharapkan dengan strategi ini hasil belajar siswa dalam belajar

meningkat.

2. Hasil belajar IPA yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada hasil tes

kognitif saja

3. Konsep yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Tumbuhan Hijau pada

semester ganjil kelas V

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti

merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah Penerapan dengan Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa pada materi Tumbuhan di kelas V semester 1 SDN Tugu

2?”

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa

dengan menggunakan strategi pembelajaran Crossword Puzzle (Teka-Teki

Silang).

F.

Kegunaan Hasil Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian tindakkan di kelas V SDN TUGU 2 di

harapkan dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi siswa, guru, dan

sekolah dan peneliti, yaitu:

1. Siswa menjadi lebih aktif, kreatif dalam mengikuti pembelajaran dan dapat

meningkatkan hasil belajar.

2. Guru lebih bervariasi dalam menggunakan metode atau strategi

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA.

3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan sarana

(25)

8

4. Bagi peneliti, Dapat memberikan Informasi serta Pengalaman dengan

mengenalkan dan menerapkan strategi pembelajaran Crossword Puzzle

(Teka-teki Silang)dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikelas

(26)

9

INTERVENSI TINDAKKAN

A.

Acuan Teori dan Fokus yang diteliti

1. Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.1

Menurut M.Sobry Sukitno yang dikutip oleh Pupuh Fahturahman dan M.

Sobry Sukitno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2

Senada dengan Slameto mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.3

Nana sudjana dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar adalah proses

melihat, mengamati, memahami sesuatu.4 Apabila kita berbicara tentang belajar

maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.

1

Winkel Sj, M.sc., Psikologi Pengajaran,(Yogyakarta: Bumi Abadi,2004), h. 59 2

Pupuh Fahturohman dan M. Sobry Sukitno, M.Pd., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 5

3

Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010), h. 2

(27)

10

Sedangkan Biggs mendefinisikan belajar kepada tiga macam rumusan yaitu:5

1) Secara kuntitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta

sebanyak-banyak.

2) Secara Intitusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai

proses “validasi” pengasahan terhadap pengusaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.

3) Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses memperoleh arti-arti

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling

siswa.

Lebih ringkas tentang definisi belajar diungkapkan oleh Gage yang

mendefinisikan belajar adalah “suatu proses di mana organisme berubah

perilakunya akibat pengalaman.” Sedangkan Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.6 Muhibbin Syah dalam bukunya

psikologi pendidikan menyimpulkan bahwa, “secara umum dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif.”7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dialami dan

yang akan merubah kemampuan diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu

relative tetap dan didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan

meniru.

5 Muhibbin Syah (ed)., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.IX, h.91

6

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. XX, h. 84

7

(28)

2. Konsep Dasar Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

sikap dan tingkah laku. Aspek perubahan ini mengacu kepada taksonomi tujuan

pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.8 Aspek kognitif berkaitan dengan

pengetahuan dan pemikiran, aspek afektif berkaitan dengan sikap, sedangkan

psikomotorik keterampilan dan gerak tubuh. Evaluasi hasil belajar dapat

dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi yang berupa tes hasil belajar. Tes

hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran

yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya.9 Oleh karena itu seorang guru

perlu mengetahui kemampuan siswanya setelah terjadi proses pembelajaran

dengan cara mengadakan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan

balik untuk perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan gambaran

kemajuan belajar bagi siswa.

Hasil adalah suatu istilah untuk menunjukkan sesuatu yang dicapai seseorang

setelah melakukan sesuatu usaha. Bila dikaitkan denga belajar berarti hasil yang

menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang

waktu tertentu. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasilnya. Proses

belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar

merupakan puncak dari proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru.

Didalam proses belajar mengajar tingkat penguasaan siswa dapat diketahui dari

hasil belajar. Dalam hal ini tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dapat terlihat

dari hasil tes yang diberikan setelah proses pembelajaran.

8

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 45

(29)

12

Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.10 Belajar itu sendiri

merupakan suatu proses diri seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Suatu aktivitas pembelajaran

dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran telah mewujudkan sasaran atau

hasil belajar yang beranekaragam. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya.

Setiap guru memiliki pandangan yang berbeda sejalan dengan filsafatnya

untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar telah dapat dikatakan

berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat

dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat tercapai.11

Menurut Howard dan Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan

dalam kurikulum.

Dalam proses belajar mengajar guru semaksimal mungkin agar input yang

dalam hal ini berupa mata pelajaran yang disampaikan dapat di proses di dalam

kelas dengan pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik

mendapatkan pemahaman, pemecahan, pengertian dan kemampuan dalam

pemecahan masalah, untuk kemudian bila diperlukan dapat diproduksi kembali.

Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang subyek

didik dalam menyelesaikan program belajar yang di bebankan kepada siswa,

sehingga terlihat adanya perubahan perilaku secara keseluruhan. Dalam hal ini

penentu baik atau tidaknya hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena

siswalah yang bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses

10

Mulyono Abdulrahman Abror, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan BelajarI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h.

(30)

belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam bentuk nilai atau

diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan sesudah belajar.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah

segala sesuatu yang dicapai dalam proses perubahan tingkah laku yang dilakukan

secara sengaja dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan proses perubahan tingkah

laku seseorang terjadi secara bertahap. Dari tahapan tersebut seseorang akan

mendapatkan pengalaman yang nantinya akan dijadikan pelajaran dalam

mengambil sebuah keputusan. Dari penambahan pengalaman dan pelatihan inilah

maka perubahan tingkah laku pun terjadi dan sifatnya menetap. Perubahan yang

terjadi merupakan perubahan yang merata, maksudnya sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan. Dan hasil belajar merupakan salah satu hal

yang dijadikan pusat perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar

menentukan tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Gagne membagi lima katagorie hasil belajar, yaitu: Informasi verbal,

keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik.12

1) Informasi Verbal

Kecakapan untuk mengkomunikasikan secara verbal pengetahuannya dengan

fakta-fakta. Dengan kata lain individu mampu mengatakan secara proposional apa

yang telah dipelajari. Pengungkapan informasi yang telah disimpan didalam

“tempat penyimpanan ingatan” itu dapat juga menggunakan „kunci’ verbal yang lain. Misalnya dengan diagram tertentu siswa dapat mengingat kembali

pengertian fungsi. Infomasi verbal ini diperoleh dengan lisan membaca buku,

mendengar radio dan sebagainya.

Fungsi yang dimaksud itu adalah:

a) Prasyarat belajar lebih lanjut

b) Kepraktisan dalam kehidupann sehari-hari dari individu

(31)

14

c) Pengetahuan yang terorganisasi menjadi bentuk-bentuk yang saling

berkaitan merupakan acuan berpikir.

2) Keterampilan Intelektual

Kapabilitas untuk membuat diskriminasi, menguasai konsep dan aturan serta

memecahkan masalah. Kapabilitas tersebut merupakan kemampuan yang

diperoleh manusia dengan belajar. Begitu sesuatu dipelajari, kapabilitas itu dapat

muncul berulang kali dalam berbagai penampilan.

3) Strategi Kognitif

Kecakapan kognitif adalah kecakapan untuk mengelola dan mengembangkan

proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis,

mengendalikan tingkah laku peserta didik itu sendiri dalam kaitannya dengan

lingkungan, cara untuk melakukan proses belajar, termasuk retensi dan berpikir.

Adapun tipe-tipe belajar kognitif. Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe

hasil belajar yang termasuk aspek kognitif terbagi menjadi enam, yaitu

pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.13

a) Yang dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau yang dikatakan

bloom dalam istilah knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya

meminta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep,

fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau

dapat menggunakannya. Dalam hal ini responden biasanya hanya

dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja.

b) Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensi mampu

memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Dalam hal ini responden tidak hanya hafal secara verbalitis, tetapi

memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

13

(32)

c) Kemampuan berpikir yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan.

Responden dituntut untuk kemampuannya untuk menerapkan atau

menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru

baginya.

d) Tingkat kemampuan analisis, yaitu kemampuan responden untuk

menganalisis, atau menguraikan suatu integritas, atau situasi tertentu

ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukkannya.

e) Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan

kemampuan evaluasi, responden-responden diminta untuk membuat

suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan

sebagainya berdasarkan kriteria tertentu.

4) Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara ajeg terhadap stimulus

itu. Respon tersebut dapat positif (menerima) atau negative (menolak) terhadap

suatu objek tergantung terhadap penilaian terhadap objek yang dimaksud sebagai

objek yang berharga atau tidak berharga.

5) Keterampilan motorik

Keterampilan motorik kecakapan yang dicerminkan oleh adanya kecepatan,

ketepatan dan kelancaran, gerakan otot dan anggota badan.

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Terdapat dua macam faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat

dibagi menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Macam-macam faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:14

1) Faktor internal

a) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang

normal atau tidak memiliki cacat dalam kandungan sampai sesudah lahir.

(33)

16

Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca

indera, anggota tubuh. Cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar. Kedua,

kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik sehat dan segar dapat mempengaruhi

belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta

cukup tidur.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.

Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi

mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologi ini meliputi sebagai

berikut. Pertama intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar

seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar

seseorang. Dalam waktu yang sama siswa, siswa mempunyai tingkat

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada mempunyai

intelegensi yang rendah. Kedua, perhatian. Untuk menjamin hasil belajar

yang lebih baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan

yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran yang tidak menjadi perhatian

siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar.

Ketiga, minat. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila

bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa

tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Keempat, bakat. Bakat ini

bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,

melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan

seseorang dalam suatu bidang.

c) Faktor kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, agar siswa belajar dengan baik

haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

(34)

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan

pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar

seseorang. Cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga yang

baik, suasana rumah yang nyaman, keadaan ekonomi keluarga yang baik

dan latar belakang kebudayaan terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang

baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan

belajar siswa . hal yang paling mempengaruhi keberhasilan para siswa

disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau

disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang

dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor

ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena

keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang

keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan non

formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan

lain-lain.

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

Depdiknas, bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

(35)

18

penemuan.” Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan

pembelajaran IPA yang empiric dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses

diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan

proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Asy’ari, Muslichah menyatakan bahwa keterampilan proses perlu dilatih

dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya,

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal

hubungan ruang dan waktu, serta ketempilan proses terintegrasi, misalnya

merancang dan melakukan ekperimen yang meliputi hipotesis, menentukan

variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan

mensintesis data. Poedjati menyebutkan bahwa keterampilan dasar dalam

pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan

membuat hipotesis.15

Menurut Depdiknas menyatakan bahawa hakikat IPA meliputi empat unsur

utama yaitu: 16

a. Sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur dengan benar, IPA bersifat open ended.

b. Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,

evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

c. Produk; IPA sebagai produk merupakan hasil upaya partisipasi IPA terdahulu

dan umumnya berupa fakta, konsep, teori, hukum, produser informasi telah

15

http://sekolah-dasar.ne/2011..pembelajaran-ipa-di-sekolah..html

(36)

tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku atau dokumen yang

semuanya dapat dianggap sebagai body of knowledge. Dalam pembelajaran

IPA alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak

pernah habis sehingga dalam proses mendapatkan ilmu IPA menjadi sangat

penting. Produk IPA juga terkait dengan perkembangan teknologi.

d. Aplikasi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada proses pembelajaran IPA keempat aspek tersebut diharapkan dapat

muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,

memahami pengetahuan secara kegiatan ilmiah atau metode ilmiah yang meniru

ilmuan dalam menentukan fakta baru.

Depdiknas menyatakan terdapat tiga kemampuan dalam IPA; Kemampuan

untuk mengetahui apa yang diamati, Kemampuan untuk memprediksi apa yang

belum diketahui, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen,

Dikembangkannya sikap ilmiah.

Menurut Cross Belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep

ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan

berbagai nilai. Pendidikan sains bukan saja berguna bagi anak dalam

kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan

kehidupannya yang akan datang. Menurut Alverman pembelajaran sains akan

menjadi lebih berarti bila sains diajarkan sedemikian, sehingga anak menjalani

(37)

20

4. Materi Pembutan makanan pada Tumbuhan Hijau a. Cara tumbuhan hijau membuat makanannya

Untuk membuat makanannya, tumbuhan memerlukan air dan gas

karbondioksida. Tumbuhan menyerap air dari tanah. Air dari tanah diserap oleh

akar. Dari akar, air disalurkan melalui pembuluh angkut (xylem) hingga sampai

kedaun. Adapun gas karbon dioksida diperoleh dari udara yang masuk melalui

pori-pori daun (stomata). Selain air dan gas karbon dioksida, tumbuhan juga

membutuhkan cahaya matahari untuk membuat makanannya. Fotosintesis dapat

pula terjadi dengan bantuan cahaya lain. Oleh karena itu, proses pembuatan

makanan pada tumbuhan hijau dinamakan fotosintesis. Fotosintesis berarti

pembentukkan makanan menggunakan cahaya (foto = cahaya, sintesis =

pembentukkan). Proses pembuatan makanan pada tumbuhan umumnya terjadi di

daun.

Bagaimana tumbuhan menyerap energi cahaya? Tumbuhan menyerap energi

cahaya melalui klorofil. Klorofil disebut juga zat hijua daun. Klorofil terdapat

dalam kloroplas. Dari uraian tersebut, kamu bisa melihat pada bagan berikut ini

yang menjelaskan secara singkat proses pembuatan makanan pada tumbuhan

hijau.

(38)

Karbohidrat

dan oksigen Secara singkat, proses fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut:

Air dan Karbondioksida Dengan bantuan cahaya matahari

Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat (zat makanan) yang digunakan

untuk tumbuh, berbunga, dan berbuah. Bagaimana dengan tumbuhan yang tidak

berdaun hijau? Adakah tumbuhan, disekitarmu, yang berdaun putih, kuning, atau

merah? Sebenarnya daun-daun yang tidak berwana hijau pun mengandung

klorofil. Sinar matahari memiliki peran yang sangat penting dalam proses

fotosintesis. Apakah zat makanan dan oksigen hasil fotosintesis tetap berada di

dalam daun? Perhatikanlah gambar diatas. Zat makanan diedarkan ke seluruh

bagian tumbuhan. Zat makanan tersebut sebagaian besar untuk pertumbuhan

tanaman. Sisanya disimpan di dalam akar, batang dan daun sebagai cadangan

makanan. Cadangan makanan tersebut dapat dimanfaatkan manusia dan hewan

seperti singkong, ubi jalar, dan kentang.

b. Tempat menyimpan cadangan makanan

Telah pelajari sebelumnya bahwa zat makanan hasil fotosintesis digunakan

tumbuhan untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak, dan sebagai

cadangan makanan atau untuk keperluan lainnya. Cadangan makanan oleh

tumbuhan disimpan pada akar atau batang. Sebagai contoh tanaman tebu dan sagu

menyimpan cadangan makanannya pada akar sehingga disebut umbi akar.

Pernahkan kamu melihat singkong, tebu, anggur, padi atau bayam? Singkong

adalah contoh tumbuhan yang menyimpan cadangan makanannya di akar. Tebu

merupakan contoh tumbuhan yang menyimpan cadangan makanannya di batang.

Adapun anggur adalah contoh tumbuhan yang menyimpan cadangan makanannya

didalam biji di antaranya padi. Sayuran yang sering kamu makan, seperti bayam

(39)
[image:39.612.115.544.51.728.2]

22

Gambar cadangan makanan pada akar, batang, daun, bunga dan biji sebagai berikut:

Tebu Sagu

Kentang Wortel

Pepaya Kembang Turi

(40)

Bayam Kangkung

c. Tumbuhan sebagai penghasil sumber makanan

Semua tumbuhan mampu membuat makanannya sendiri. Telah kamu pelajari

pula bahwa tumbuhan membuat makanan di dalam kloroplas. Bahan-bahan yang

digunakan tumbuhan untuk membuat makanan adalah zat hijau daun, air, karbon

dioksida, dan cahaya matahari. Proses membuat makanan ini disebut fotosintesis.

Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Dengan

karbohidrat, tumbuhan dapat tumbuh, berbunga, dan menghasilkan buah. Energi

yang terkandung di dalamnya dilepas jika diperlukan. Jika energi ini tidak

dibutuhkan, karbohidrat yang terbentuk dapat diubah menjadi bentuk lain, yaitu

sebagai cadangan makanan yang dapat disimpan pada akar, batang, daun, buah

dan biji tumbuhan.

Proses pembuatan makanan disebut asimilasi karbon. Di sebut demikian,

karena pada peristiwa tersebut tumbuhan menggunakan zat karbon yang berasal

dari karbon dioksida. Tumbuhan mengambilnya dari udara. Karbon dioksida

dihasilkan manusia dan hewan. Tumbuhan juga menghasilkan CO pada saat

pernapasan.

d. Tumbuhan Hijau sebagai Sumber Energi

Bahan makanan yang kamu makan banyak berasal dari tumbuhan. Tahukah

kamu, apakah kegunaan makanan bagi tubuhmu? Makanan merupakan sumber

(41)

24

Bagaimana dengan hewan? Hewan juga memerlukan makanan sebagai sumber

energi. Perhatikan gambar berikut ini:

Tupai Sapi

Makanan hewan-hewan pada gambar di atas adalah tumbuhan. Biji-bijian

yang dimakan tupai berasal dari tumbuhan. Demikian juga rumput yang dimakan

oleh sapi merupakan tumbuhan. Berarti hewan pun memperoleh energi dari

tumbuhan. Cara memperoleh energi dari tumbuhan ada yang langsung dan ada

yang tidak langsung. Pada waktu kelas IV, kamu telah mempelajari bahwa hewan

pemakan tumbuhan di sebut herbivora contohnya kuda zebra. Dengan demikian

sapi secara langsung memperoleh energi dari tumbuhan. Berbeda dengan harimau

yang karnivora. Harimau memakan kuda zebra. Berarti, harimau memperoleh

energi dari tumbuhan secara tidak langsung melalui kuda zebra.

(42)

5. Strategi pembelajaran Aktif Crossword Puzzle a. Strategi pembelajaran Aktif

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis garis besar haluan

untuk bertindak dan berusaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi

pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil

pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Dalam dunia pendidikan, “strategi diartikan sebagai a paln, method, or series of activities designed to achievies a particular educational goal” (J.R Dadid,

1976). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.17

Menurut Sulistyono, dalam trianto menyatakan bahwa “strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan seseorang untuk mempermudah,

mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih

efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru.”18

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan perencanaan seseorang untuk mempermudah suatu

kegiatan agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Uno, pembelajaran memiliki hakikat perencanaan dan perancangan

(desain) sebagai langkah untuk membelajarkan siswa. Itu sebabnya dalam belajar,

siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar

yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan tetapi

berinteraksi dengan sumber belajar lainnya. Oleh karena itu menurut Degeng,

17

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran beroreintasi standar proses pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), cet. 6 h. 124

(43)

26

pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa dan

bukan pada apa yang dipelajari siswa.19

Proses pembelajaran pada hakikatnnya merupakan pelayanan khusus yang

diperuntukkan bagi siswa yang diharapkan mampu menghasilkan

manusia-manusia yang memilki karakteristik pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif,

dan pekerja produktif, komponen-komponen yang terlibat mencakup tujuan,

bahan, metode, alat, evaluasi termasuk siswa dan gurunya.

Upaya menciptakan proses pembelajaran efektif, dapat dilakukan dengan

mewujudkan perilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran

yang efektif dapat terwujud melalui kegiatan yang memiliki cirri-ciri:

1) Berpusat pada siswa

2) Interaksi edukatif antara guru dan siswa

3) Guru yang professional

4) Bahan pelajaran yang sesuai dan bermanfaat

5) Suasana demokratis dan lingkungan yang kondusif

6) Variasi metode mengajar dan sarana belajar yang menunjangnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang

disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa

melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antar guru dengan

siswa serta antara siswa dengan siswa.

19

(44)

Adapun strategi pembelajaran aktif, pembelajaran aktif atau active learning

adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran itu sendiri dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa

dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut.20

Sebagai kata majemuk, secara terminology, istilah pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang

dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar

yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Dalam

active learning, cara belajar dengan mengedarkan saja akan cepat lupa, dengan

mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan dengar, melihat,

mendiskusikan dengan siswa lain akan lebih paham, dengan cara mendengar,

melihat, mendiskusikan dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan

keterampilan. Dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus dengan

mengajarkan belajar aktif, yang merupakan langkah cepat, menyenangkan dan

menarik.21 Disamping itu pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan

untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tertuju pada proses pembelajaran.

Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas

pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik

menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan

apa yang telah mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam dunia

nyata. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses

pembelajaran tidak hanya mental akan tetapi melibatkan fisik juga. Dengan cara

ini siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil

belajar dapat dimaksimalkan.

20

Wina Sanjaya,“trategi Pe belajara , Berorie tasi “ta dar Proses Pe didika , (Jakarta: Kencana 2006), h. 124

(45)

28

Pembelajaran aktif menurut Zaini dkk adalah suatu pembelajaran yang

menuntut siswa belajar secara aktif untuk mendapatkan informasi dari berbagai

sumber dengan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar lebih

maksimal.22 Informasi yang didapat siswa nantinya dibahas dalam proses

pembelajaran di kelas, sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman yang

tidak saja menambah pengetahuan, tetapi juga kemampuan analisis dan sintesis.

Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses

pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini

biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil

belajar dapat dimaksimalkan. Di sisi lain, Silberman menyatakan “lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif.”23

Keuntungan menggunakan strategi Active Learning bahwasanya setiap realita

siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, ada siswa yang lebih senang

membaca, ada siswa yang senang berdiskusi, dan ada juga yang senang praktek

langsung inilah yang disebut dengan gaya belajar atau learning style. Untuk

membantu siswa dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar

itu sebisa mungkin diperlihatkan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut

adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam

mengandalkan indera yang banyak. Seperti kutipan satu pertanyaan, mengapa

belajar aktif? Alasanya karena belajar aktif itu sangat diperlukan siswa untuk

mendapat belajar yang maksimum.

Adapun dari sisi guru sebagai penyampai materi, strategi pembelajaran aktif

akan sangat membatu dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian. Bagi guru

yang sibuk mengajar strategi ini dapat dipakai dengan strategi yang tidak

membosankan.

22

Hisyam Zaini. Dkk, Strategi pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. xiv

(46)

Pembelajaran aktif merujuk kepada kaedah dimana pelajar melakukan sesuatu

termasuk memproses, mengguna, dan membuat merefleksi terhadap apa yang

diberikan. Dengan menggunakan kaedah pembelajaran aktif bukan berarti

pengajar tidak perlu lagi memberikan arahan, walau bagaimanapun pemberian

arahan merupakan suatu yang penting untuk disampaikan.

Guru dapat memulai pembelajaran aktif dari awal pembelajaran, ada tiga

tujuan penting yang harus dicapai. Tujuan-tujuan ini adalah sebagai berikut:

a) Membentuk tim: membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama

lain dan saling menciptakan semangat kerja sama dan interdependensi.

b) Penilaian sederhana: guru mempelajari sikap, pengetahuan dan

pengalaman siswa.

c) Keterlibatan belajar langsung: guru menciptakan minat siswa terhadap

pelajaran.

Ketiga tujuan diatas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan

belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan keinginan siswa untuk ambil bagian

dalam kegiatan belajar aktif, dan menciptkan norma kelas yang positif.24 Dapat

dilihat dari bagan Edgar Dale berikut ini:25

24 Mel Silberman, ibid, hal 62

25

(47)
[image:47.612.149.544.51.433.2]

30

Gambar 1. Efektifitas Model Pembelajaran

Gambar diatas menunjukkan efektivitas pembelajaran antara pembelajaran

pasif dengan pembelajaran aktif. Pembelajaran pasif biasanya dilakukan dengan

tahap membaca, mendengarkan, melihat gambar, menonton video sampai melihat

suatu kebiasaan suatu tempat. Sedangkan pembelajaran aktif sendiri terdiri dari

partisipasi dalam diskusi, memberikan pendapat sampai melakukan penerapan.

Dalam pembelajaran aktif ini, cara belajar dengan mendengarkan saja akan

sangat cepat lupa dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan

mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan

cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan

(48)

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang

bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian polio menunjukkan bahwa siswa

dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu

pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Mc. Keachie menyebutkan

bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan

berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 10 menit terakhir.26

Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi

dilingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam

dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas yang lebih

banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan indera visual,

sehingga apa yang dipelajari dikelas tersebut cenderung untuk dilupakan.

Pembelajaran aktif pertama kali diperkenalkan filosop kenamaan cina,

Confucius, dia mengatakan:

What I hear, I forget (apa yang dengar, saya lupa)

What I see, I remember (apa yang saya lihat, saya ingat)

What I do, I understand (apa saya lakukan, saya mengerti)

Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif.

Silberman telah memodifikasi pernyataan Confusius tersebut menjadi apa yang

dia sebut paham belajar aktif, yaitu:

What I hear, I forget (Apa yang saya dengar, saya lupa)

What I hear and see, I remember a liitle (Apa yang saya dengar dan lihat,

saya inget sedikit)

26

(49)

32

What I hear see, and ask question about or discuss with someone else, I begin

to understand (Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau didiskusikan

dengan beberapa teman lainnya, saya mulai paham)

What I hear, see discus and do. I acquire knowledge and skill (Apa yang saya

dengar, lihar, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan

keterampilan)

What I teach to another, I master ( Apa yang saya ajarkan kepada orang lain,

saya kuasai).27

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa

kebanyakkan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu

jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara ketepatan

berbicara guru dengan tingkat kemampuan siswa apa yang disampaikan oleh

guru. Kebanyakkan guru berbicara sekitar 100-200 kata permenit, sementara anak

didik hanya mampu mendengarkan 50 – 100 kata permenitnya, karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berfikir.

Active Learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan

memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga

proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi mereka. Dengan memberikan Active Learning Strategy pada

anak didik dapat membantu ingatan mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan

kepada tujuan pembelajaran yang sukses.

27

(50)

b.Karakteristik pembelajaran aktif

Menurut Bowell (1995), pembelajaran aktif memiliki

karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Penekanan proses penyampaian bukan pada penyampaian informasi oleh

pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan

kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2) Siswa tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan

sesuatu yang berkaitan dengan materi.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan

materi.

4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan

evaluasi.

5) Umpan balik yang lebih cepat akan menjadi pada proses pembelajaran.28

Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan dan

penuh gairah, serta siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak

leluasa dan berpikir. Selama proses belajar dapat beraktivitas, bergerak, dan

melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa hanya keaktifan fisik tapi juga

keaktifan mental.

28

(51)

34

6.

Crossword Puzzle

(Teka-Teki Silang)

a. Sejarah Umum Crossword Puzzle

Crossword Puzzle (Teka Teki Silang atau disingkat TTS) adalah suatu

permainan mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan

huruf-huruf yang membentuk sebuah kata yang berdasarkan petunjuk yang diberikan.

Petunjuknya biasa dibagi ke dalam kategori “Mendatar” dan “Menurun” tergatung posisi kata-kata yang harus diisi.

Pada tahun 1913, Arthur Wynne menerbitkan TTS dalam majalah New York

World dengan format seperti yang kita kenal saat ini dan sering disebut sebagai

TTS pertama. TTS kemudian menjadi fitur mingguan di majalah tersebut. Buku

kumpulan TTS pertama terbit pada 1924, diterbitkan oleh Simon dan Schuster.

Bukunya terbukti laris dan TTS menjadi salah satu benda terpopuler pada tahun

1924. Pada tahun 1970-an di Jakarta terbit “Asah Otak”, sebuah majalah TTS dan berbagai teka-teki lainnya. Penerbitan ini ternyata sukses sehingga banyak

terbiatan serupa yang segera mengikutinya.

b. Prosedur Umum Penerapan Crossword Puzzle

Ketika pembelajaran aktif mulai diimplementasikan langkah-langkah yang

harus dijlani yaitu:29

Ditulis kata-kata kunci,terminologi atau nama-nama yang berhubngan dengan

materi yang telah diberikan oleh guru.

1) Dibuat kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang dapat dipilih (seperti

dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan.

2) Dibuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah

dibuat atau dapat juga hanya membuat pertanyaan mengarah kepada kata-kata

tersebut.

29

(52)

3) Teka-teki ini dibagikan kepada peserta didik. Dapat dilakukan individu atau

kelompok.

4) Ditentukan batasan waktu untuk mengerjakan teka-teki.

5) Kelompok atau individu yang mengerjakan paing cepat dan bemar diberi

hadiah.

c. Kelebihan dan Kekurangan Crosssword Puzzle

Teka-teki silang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan

menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan

strategi ini dapat melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif sejak awal.

Mendesain tes uji pada Crossword puzzle mengndang keterlibatan dan partisipasi

langsung. Crossword puzzle dapat diselesaikan secara individu atau secara

tim/kelompok.30 Crossword puzzle juga sebagai ssalah satu metode pengajaran

permainan kelas yang digunakan untuk meningkatkan persaingan siswa dengan

kelompok dan materi pelajaran yang cocok. Crossword puzzle berhubungan

dengan Lexical Memory (Memory Kosa Kata), kata-kata dapat ditemukan dari

pertanyaan pada TTS. Pendapat ini dibuat mengenai keefektifan petunjuk

Semantic, Orthographic, Phonetic, dan Thematic.

Namun, Crossword puzzle hanya dapat mengukur keberhasilan belajar siswa

pada konsep yang sifatnya hafalan. Karena berdasarkan prosedur pembuatan

Crossword puzzle hanya menitikberatkan kepada konsep yang banyak

menggunakan istilah-istilah asing. Dengan TTS siswa hanya mencari kata kunci

(key word) dari konsep yang dipelajarinya, jadi Crossword puzzle sulit

diaplikasikan untuk konsep yang banyak membutuhkan analisis.

(53)

36

B.

Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian terdahulu yang relevan

Gambar

Gambar 2.1         Efektifitas Model Pembelajaran  .........................................
Gambar cadangan makanan pada akar, batang, daun, bunga dan biji
Gambar 1. Efektifitas Model Pembelajaran
Tabel 3.1 Indeks Reliabilitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan kerja dipengaruhi pengarahan yang diberikan oleh atasan (kepemimpinan) dan lingkungan kinerja.Semakin sering pimpinan memberikan pengarahan terkait dengan tugas

 Peserta didik diminta untuk mengkomunikasikan hasil analisis tentang dinamika litosfer dalam bentuk tulisan atau lisan yang dilengkapi/ dibantu dengan gambar, ilustrasi,

Untuk memperbaiki kondisi sistem pemindah daya pada mobil chevrolet luv ini, maka perbaikannya terdiri dari : Pemeriksaan kondisi awal, pembongkaran komponen umum,

Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Biologi Pokok Materi Dunia Tumbuhan Lumut Pada Kelas X SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun

Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial,yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun

memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, (4) tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan ditinjau dari Kemampuan

Penelitian ini dilakukan terhadap 3 orang guru reguler yang di kelasnya menangani ABK, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut : (1) Layanan pembelajaran yang

terwujud dari keinginan dan semangat seorang mahasiswa untuk dapat berdakwah dengan fokus pada hasil dari penyampaian dakwah, mampu menetapkan sasaran yang