STUDI FENOMENOLOGI : KARAKTERISTIKCARING
DOSEN KERAWATAN DI FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SWASTA KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
NURLAILAN BATUBARA
127046011 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI FENOMENOLOGI : KARAKTERISTIK CARING
DOSEN KERAWATAN DI FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SWASTA KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURLAILAN BATUBARA
127046011 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Tanggal Lulus : 23 Juli 2014
Telah diuji
Pada tanggal : 23 Juli 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D
Anggota : 1. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep
2. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D
Judul Tesis : Studi Fenomenologi : Karakteristik Caring Dosen Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Swasta Kota Medan
Nama Mahasiswa : Nurlailan Batubara
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
Tahun : 2014
ABSTRAK
Caring dipendidikan keperawatan terjadi ketika dosen menggunakan momen mengajar sebagai kesempatan untuk menunjukkan sikap caring. Praktek
8 subtema: memberikan motivasi, menghargai, kedekatan profesional, ketersediaan waktu, metode sistematis dalam penyelesaian masalah, empati, komitmen dan ketulusan, tema karakteristik non-caring dosen dengan 2 sub tema: kekerasan verbal dengan kategori (mudah marah dengan prilaku negatif mahasiswa, kurang menghargai, merendahkan, memperlakukan mahasiswa secara tidak dewasa, menggunakan paksaan akademik), kekerasan emosional, tema pendukung caring dengan 1 subtema: role model, tema kendala caring dengan 2 subtema: mahasiswa kurang dapat menempatkan kedekatan dengan dosen secara professional, kesibukan dosen yang padat, tema manfaat caring dengan 4 subtema: menambah nilai positif bagi institusi pendidikan, meningkatkan respek dan rasa hormat kepada dosen, mengurangi stres kerja karena disenangi mahasiswa dan mempermudah mahasiswa dalam menerima materi, tema dampak
non-caring dengan 3 subtema: menghambat aktualisasi diri, mahasiswa takut kepada dosen dan mahasiswa tidak mau mendengarkan kata-kata dosen. Dari hasil observasi didapatkan data 73,6% mempunyai karakteristik caring yang baik.Penelitian ini merekomendasikan kepada dosen agar dapat meningkatkan karakteristik caring dan menekan karakteristik non-caring, serta administrator pendidikan keperawatan agar menelaah kembali kebijakan-kebijakan di institusi yang dapat mempengaruhi caring dosen baik dalam proses belajar mengajar maupun administrasi pendidikan.
Thesis Title :The Study on Caring Characteristics Phenomenology of Lecturer in Nursing at the Faculty of Nursing of Private University in the City of Medan
Name : Nurlailan Batubara
Study Program : Magister Ilmu Keperawatan
Field of Specialization :Administrasi Keperawatan
Year : 2014
ABSTRACT
Faculty of Nursing in the city of Medan. The theme of caring characteristics of lecturer with 8 sub-themes were to provide motivation, respect, professional proximity, availability of time, a systematic method of problem solving, empathy, commitment and sincerity. The theme of non-caring characteristics of lecturer with 2 sub-themes were verbal abuse (easily upset by negative student behavior, lack of respect, humble, treat students not in an adult way, using academic coercion), and emotional abuse. The theme of caring support with 1 sub-theme was role model. The theme of constraint of caring with 3sub-themes were less students can put in a professional closeness with the lecturers, lecturers are very busy. The theme of benefits of caring with 4 sub-themes were to add a positive value for educational institutions, to increase respect for the lecturers, to reduce job stress because students liked the lecturers and to facilitate students in receiving material. The theme of the impact of non-caring with 3 sub-themes were inhibiting self-actualization, the students were afraid of the lecturers and students do not want to listen to waht their lecturers said. The result of the observation showed that 73.6% of lecturers had a good caring behavior.The result of this study recommends that the lecturers be able to improve the caring characteristic and minimize the non-caring characteristics, and the nursing education administrator review the policies of the institution that can influence the caring of the lecturer either in teaching-learning process or education administration.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Studi Fenomenologi : Karakteristik Caring Dosen Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Swasta Kota Medan”. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Ketua Program Studi sekaligus sebagai penguji I, Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku Sekretaris Program Studi, Ibu Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku pembimbing I, Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing II dan Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai penguji II dan seluruh civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, saran dan ilmu kepada penulis sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan, maka demi kesempurnaan tesis ini diharapkan saran dan kritik yang membangun dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dibidang keperawatan.
Medan, 23 Juli 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurlailan Batubara Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 17 Juli 1981
Alamat : Jl. Padang Sidempuan Komp. Sibuluan Nalambok Blok D No. 5 Kec. Sarudik, Kabupaten Tapanuli Tengah.
No. Hp : 081361115171 Riwayat Pendidikan :
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SD Inpres Lubuk Tukko 1993 SLTP SMPN 2 Pandan 1996 SLTA SMAN 2 (PLUS) Matauli Pandan 1999 Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2005 Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2006 Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2014 Riwayat Pekerjaan :
Perawat Pelaksana di RSUD. Pandan mulai tahun 2006 s.d 2007
Staf Pengajar di STIKES Winda Nauli Husada mulai tahun 2006 s.d 2007 Staf Pengajar di SPK Pemkab. Tapanuli Tengah mulai tahun 2006 s.d 2007
Staf Pengajar di AKPER Pemkab. Tapanuli Tengah mulai tahun 2007 s.d sekarang
DAFTAR ISI
2.3 Karakteristik Caring Dosen Keperawatan ……… 30
2.4 Konsep Fenomenologi ………. 33
2.5 Kerangka Konsep ……….... 37
BAB 3. METODE PENELITIAN ………. 41
3.1 Desain Penelitian ……… 41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 41
3.3 Partisipan Penelitian ……….. 42
3.4 Pengumpulan Data ………. 43
3.5 Prosedur penelitian ………. 45
3.6 Variabel dan Defenisi Operasional ………... 48
3.7 Metode Analisis Data ……… 49
4.3 Hasil Observasi Karakteristik Caring Dosen Keperawatan …. 60 4.3 Karakteristik Caring Dosen Keperawatan ……….. 61
4.3.1 Karakteristik Caring Dosen ...………. 62
4.3.2 Karakteristik Non-Caring Dosen ………. 81
4.3.4 Pendukung Caring ………... 90
4.3.5 Kendala Caring ……….. 92
4.3.7 Dampak Non-Caring ………. 95
BAB 5 PEMBAHASAN ……….. 97
5.1 Pembahasan Hasil penelitian ……… 97
5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 122
5.3 Implikasi keperawatan ………. 123
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 125
6.1 Kesimpulan ……….. 125
6.2 Saran ……… 126
DAFTAR PUSTAKA …..………... 128
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Indikator Caring di Pendidikan Tinggi ………
Karakteristik Demografi Partisipan …………..
Tabel Hasil Observasi Karakteristik Caring
Dosen ………..
Hasil Analysis Karakteristik Caring Dosen Keperawatan ………
25
60
61
62
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Thesis Title :The Study on Caring Characteristics Phenomenology of Lecturer in Nursing at the Faculty of Nursing of Private University in the City of Medan
Name : Nurlailan Batubara
Study Program : Magister Ilmu Keperawatan
Field of Specialization :Administrasi Keperawatan
Year : 2014
ABSTRACT
Faculty of Nursing in the city of Medan. The theme of caring characteristics of lecturer with 8 sub-themes were to provide motivation, respect, professional proximity, availability of time, a systematic method of problem solving, empathy, commitment and sincerity. The theme of non-caring characteristics of lecturer with 2 sub-themes were verbal abuse (easily upset by negative student behavior, lack of respect, humble, treat students not in an adult way, using academic coercion), and emotional abuse. The theme of caring support with 1 sub-theme was role model. The theme of constraint of caring with 3sub-themes were less students can put in a professional closeness with the lecturers, lecturers are very busy. The theme of benefits of caring with 4 sub-themes were to add a positive value for educational institutions, to increase respect for the lecturers, to reduce job stress because students liked the lecturers and to facilitate students in receiving material. The theme of the impact of non-caring with 3 sub-themes were inhibiting self-actualization, the students were afraid of the lecturers and students do not want to listen to waht their lecturers said. The result of the observation showed that 73.6% of lecturers had a good caring behavior.The result of this study recommends that the lecturers be able to improve the caring characteristic and minimize the non-caring characteristics, and the nursing education administrator review the policies of the institution that can influence the caring of the lecturer either in teaching-learning process or education administration.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Caring merupakan komponen utama, nilai, ideal moral, dan hati dari keperawatan serta perawat sebagai profesional caring (Watson & Leininger, 1990; Watson, 1994; Smith, 1999; Roach, 2002). Hal ini didukung oleh NationalLeague for Nursing (NLN) dan American Association of Collages Nursing (AACN) bahwa caring sebagai nilai inti dalam pendidikan dan praktek keperawatan (NLN, 1993; AACN, 1998 dalam Wade & Kasper, 2002; Tanner, 1990). Caring muncul dari interaksi yang dirasakan sebagai hubungan timbal balik dan relasional (Watson, 1994).
Caring sebagai komponen kritis dalam keperawatan, sangat penting didukung oleh teori keperawatan dan penelitian serta harus mendapat perhatian dalam pendidikan terutama pendidikan keperawatan (Gilligan, 1988; Kohl, 1984; Noddings, 1984 dalam Lee & Ravizza, 2008; Straits, 2007; Cullen & Cook, 2003)
Menurut Story dan Butts (2009) hubungan caring antara dosen dan mahasiswa sangat mencerminkan secara natural bagaimana hubungan caring
antara perawat professional dengan klien serta menjadi cerminan bagi mahasiswa keperawatan untuk caring kepada klien. Simmons dan Cavanaugh (2000) melaporkan nilai signifikan hubungan positif antara kemampuan caringmahasiswa dengan lingkungan fakultas yang caring.Mahasiswa akan menanamkan caring
kedalam kehidupan mereka sendiri dan mengubah caring yang mereka dapatkan selama masa pendidikan menjadi caring dalam praktek keperawatan (Watson & Leininger, 1990; Story & Butts, 2009).
Caring dapat dipelajari melalui pengalaman interaksi yang caring dengan lingkungan fakultas yang didukung oleh hubungan caring antara dosen dan mahasiswa (Gaines & Baldwin, 1996). Ketika mahasiswa merasakan iklim pendidikan keperawatan mereka caring, maka hal itu membuat mereka belajar cara yang profesional untuk menjadi caring (Beck, 2001). Praktek caring di fakultas dikomunikasikan secara tersirat melalui cara mengajar dan cara dosen berinteraksi dengan mahasiswanya (Tanner, 1990) karena menurut Grigsby dan Megel (1995) seseorang harus merasakan caring terlebih dahulu dari orang lain untuk dapat mengirimkan dan meneruskan caring kepada orang lain, dengan kata lain pemberi dan penerima caring adalah bergantian.
Pelayanan keperawatan saat ini masih kurang menunjukkan perilaku
tidak nyaman berbicara dengan perawat, 84% dari jumlah tersebut memiliki pengalaman negatif karena perawat tidak memperhatikan kebutuhan pasien.
Dunia kampus merupakan tempat masa transisi kesuksesan, kegagalan, kecemasan, depresi, penggunaan alkohol dan obat-obatan berbahaya. Ketika mahasiswa memasuki dunia kampus akan menghadapi beribu-ribu tantangan sosial, akademik dan psikologi sehingga sering mengalami stres dan kecemasan sama hal nya dengan pasien (Dunn & Cramer, 2007; Story & Butts, 2009) oleh sebab itu dosen dituntut setiap saat untuk lebih sensitif dalam berbagai kebutuhan mahasiswa karena hampir setiap hari dosen bertatap muka dengan mahasiswa dari berbagai jenis perbedaan budaya, tingkat ekonomi dan kebiasaan yang berbahaya (Martin, 2003 dalam Lee & Ravizza, 2008). Dosen keperawatan dapat menyampaikan makna otentik caring dengan memberlakukan mahasiswa sama dengan cara merawat pasien (Story & Butts, 2009).
Pengajaran yang menarik dimulai dengan dosen menunjukkan caring yang tulus kepada mahasiswa, karena mahasiswa memiliki kebutuhan alami dan keinginan terhadap pengajar mereka untuk caring(Hughes, 1993). Story dan Butts (2009) menyatakan bahwa caring menambahkan rasa kemanusiaan dalam proses belajar mengajar, membatasi kekakuan, suasana yang otoritatif dan menekan.
Perilaku caring sering muncul dalam tindakan–tindakan kecil dan tidak harus berlebihan seperti, mendengarkan secara aktif, menyediakan waktu, meminta dan menghargai pendapat mahasiswa dikelas, memperlakukan semua mahasiswa dengan adil dan persis sama, merayakan prestasi kecil (Story & Butts, 2009).
Hasil penelitian Druger, et al., (2004 dalam Straits, 2007) bahwa dosen dan lingkungan belajar yang caring dikatakan lebih baik dan menarik bagi afektif dan kognitif serta dapat membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi, prestasi dan memfasilitasi belajar mahasiswa. Frymier dan Thompson (1992 dalam Teven & Hanson, 2004) melaporkan bahwa kredibilitas dosen seperti kompetensi, kepercayaan dan caring berpengaruh positif terhadap motivasi belajar mahasiswa dan berhubungan negatif dengan dosen yang agresif (galak). Pengajaran dengan penyampaian pesan secara agresif (menyerang, mengutuk, mengekang, mengancam, menyumpah, bahasa tubuh sinis) dirasakan sebagai dosen yang kehilangan kompetensi dan kepeduliannya.
harapan, keberanian, irama alternatif (alternatif dalam penilaian dan metode pengajaran).
Karakteristik caring yang ditunjukkan dalam pendidikan, mungkin berbeda di berbagai negara. Di Inggris, kurikulum nasional mereka mempromosikan tanggung jawab dosen dalam pengembangan spiritual dan moral serta budaya mahasiswa, namun fokus pendidikan dan evaluasi dosen hampir secara keseluruhan pada kompetensi dosen dalam pengetahuan dan keahlian, sementara caring dalam mengajar tidak lagi dianggap konsisten dan efektif. Di Irlandia, agama memainkan peran penting dalam pendidikan, karakteristik yang ditonjolkan seperti kejujuran, keadilan, toleransi, kemandirian berfikir, otonomi individu, kerjasama, harga diri serta caring terhadap orang lain merupakan penilaian penting terhadap dosen (
Hasil penelitian di Indosesia mengenai perilaku caring CI yang dilakukan di Rumah Sakit Adam Malik dan Rumah Sakit Pirngadi Medan, masih ditemukan lima kategori tematik yang mencerminkan perilaku non-caring CI yaitu tidak peduli terhadap mahasiswa, bersikap kasar kepada mahasiswa, meremehkan mahasiswa, tidak peduli terhadap pasien, dan kurang tanggung jawab terhadap pasien.CI lebih fokus terhadap pelayanan kebutuhan biologis, sehingga mengabaikan kebutuhan lainnya yang juga diperlukan baik oleh mahasiswa maupun pasien yang menyebabkan CI berperilaku non-caring(Setiawan, dkk., 2013). Sementara itu belum ada penelitian tentang karakteristik caring dosen keperawatan, sehingga perlu dilakukan penelitian yang menggali lebih dalam bagaimana karakteristik caring dosen keperawatan di Fakultas Keperawatan.
Penelitian secara kualitatif akan dapat menghasilkan pembahasan yang lebih mendalam tentang karakteristik dan kompetensi caring dosen keperawatan dengan menggunakan metode fenomenologi akan lebih tepat untuk penelitian ini karna akan memperoleh berbagai informasi baru yang lebih banyak. Penelitian akan dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Swasta Kota Medan, dimana pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian Wade dan Kasper (2006) bahwa Fakultas adalah model peran caring yang paling dominan, Fakultas Keperawatan Swasta Kota Medan belum ada yang mempunyai Visi dan Misi yang berbasis holistic caring seperti Fakultas Keperawatan USU sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik caring dosen keperawatan.
1.2 Permasalahan
Caring dalam pelayanan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien dan perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah pelayanan keperawatan bermutu atau tidak, caringjuga dikatakan sebagai dasar dalam praktek keperawatan (Watson, 1979; Bevis & Watson, 1989).
Hasil penelitian Fariani (2011) menemukan hanya 46,7% perawat pelaksana yang berperilaku caring di Rumah Sakit Umum Daerah Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian Husein (2006) dikatakan 90% pasien merasa tidak nyaman berbicara dengan perawat, 84% dari jumlah tersebut memiliki pengalaman negatif karena perawat tidak memperhatikan kebutuhan pasien.
tercermin pada asuhan keperawatan yang mereka berikan saat menjadi perawat di pelayanan kesehatan. Simmons dan Cavanaugh (2000) melaporkan nilai signifikan hubungan positif antara kemampuan caring perawat dengan lingkungan fakultas yang caring. Ketika mahasiswa merasakan iklim pendidikan keperawatan mereka caring, maka hal itu membuat mereka belajar cara yang profesional untuk menjadi caring (Beck, 2001).
Hasil penelitian Druger, et al., (2004 dalam Straits, 2007) bahwa dosen dan lingkungan belajar yang caring dikatakan lebih baik dan menarik bagi afektif dan kognitif serta dapat membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi, prestasi dan memfasilitasi belajar mahasiswa. Frymier dan Thompson (1992 dalam Teven & Hanson, 2004) melaporkan bahwa kredibilitas dosen seperti kompetensi, kepercayaan dan caring berpengaruh positif terhadap motivasi belajar mahasiswa dan berhubungan negatif dengan dosen yang agresif (galak). Pengajaran dengan penyampaian pesan secara agresif (menyerang, mengutuk, mengekang, mengancam, menyumpah, bahasa tubuh sinis) dirasakan sebagai dosen yang kehilangan kompetensi dan kepeduliannya.
Hasil penelitian Setiawan, dkk., (2013) mengenai perilaku caring CI, masih ditemukan lima kategori tematik yang mencerminkan perilaku non-caring
Pendidikan Keperawatan Swasta sangat banyak jumlahnya baik yang sudah bentuk fakultas maupun masih program studi, yang akan mengeluarkan alumni perawat dengan jumlah besar, dimana nantinya para alumni tersebut akan mengaplikasikan ilmunya diberbagai pelayanan kesehatan baik Rumah Sakit, Puskesmas maupun sebagai pendidik.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dinyatakan dengan pertanyaan penelitian :
1.2.1 Bagaimana karakteristik caring dosen keperawatan dalam proses belajar mengajar?
1.2.2 Bagaimana karakteristik caring dosen keperawatan diluar proses belajar mengajar dalam membina hubungan dengan mahasiswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Mengeksplorasi bagaimana karakteristik caring dosen keperawatan dalam proses belajar mengajar.
1.3.2 Mengeksplorasi bagaimana karakteristik caring dosen keperawatan diluar proses belajar mengajar dalam membina hubungan dengan mahasiswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar dalam membentuk karakteristik mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat yang akan mengaplikasikan caringdalam praktek keperawatan.
1.4.2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar bagi administrator pendidikan keperawatan dalam mengambil kebijakan untuk menciptakan lingkungan belajar caring dan dapat menjadi dasar evaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar yang caring.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Caring
2.1.1 Pengertian Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Menurut Tomey dan Alligood (2006) caring adalah sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain terhadap tanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain. Caringjuga merupakandimensi manusiayang tertanam dalametikadancita-citanilai
moralmanusiadengankomitmen untukmelestarikandan memulihkanseseorang
Caring
dalamteoridan praktekkeperawatan (Watson & Leininger, 1990).
ketidakpedulian, perasaan kurang dihargaidan jauh dariorang lainserta bertindakhanya untuk kepentingandiri sendiri (Grygsby & Megel, 1995).
Menurut Watson (1979) yang terkenal dengan theory of human caring, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia sehingga mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Caring juga diartikan sebagai kebutuhanuniversal yangmerupakan komponen pentingdalam pemberianasuhan keperawatan (Cook & Cullen, 2003).
Menurut Watson (1994) caring adalah sebuah moral ideal, hati perawat dan dia menyatakan bahwa caringmelibatkanrasa kemanusiaanperawat,
memperluas,merangkulkemanusiaan orang laindan berusaha untukmelestarikanhubungan manusiake manusiaatau
antaraperawatdanpasiensebagaiproseskebersamaandan kepercayaan. Sedangkan
mengembangkan dan membantu orang lain untuk tumbuh atau untuk mewujudkan visi dirinya (Freeman et al., 1999; Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski, et al., 2002). Caringjuga dipandang sebagaikebijakansentral dansebagai nilai intiyang menginspirasi, mengarahkandan memeliharaidentitas sertaterlibatdalam pelayananorang lain (Roach, 2002).
2.1.2 Teori Transpersonal Caring
Teori Watson (1979)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan profesionalperawat. Teori ini didasarkan pada nilai-nilai saling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih.Human caring bersifat relasional, saling berhubungan, transpersonal,dan intersubjektif yang merupakan dasar bagi hubungan terapeutikantara manusia.
Transpersonal caring diwujudkan melalui 10 carativefactor yang menjadi ciri caringantara manusia ke manusia lainnya. Carative factor, yang merupakan inti dari keperawatandan bahan utama dari praktik keperawatan yang efektif,menyediakan bahasa, struktur sertapermintaan untuk mempelajari dan memahami pendidikan keperawatan dan praktek keperawatan (Watson, 1979, 1994).
Sepuluh carative factor Watson’s tersebut adalah: Formation of a humanistic-altruistic system of values(membentuk dan menghargai sistem nilai
pengharapan), cultivation of sensitivity to one’s self and to others (menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain), development of a helping-trusting, human caring relationship (mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu), promotion and acceptance of the expression of positive and negative feelings (meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif), systematic use of a creative problem - solving, caringprocess
(menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah caring), promotion of transpersonal teaching-learning (meningkatkan proses belajar - mengajar interpersonal), provision for a supportive, protective, and/or corrective mental, physical, societal, and spiritual environment(menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif atau korektif), assistance with gratification of human needs(memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia) dan
Allowance for existentiall-phenomenological-spiritual forces(menghargai kekuatan eksistensial–fenomenological dan dimensi spiritual)(Watson, 1979, 1994).
2.1.3 Komponen Caring
Komponen yang perlu harus dimiliki seseorang untuk dapat caring
adalah:Knowing the recipient (mengenal penerima caring),
penilaian dan metode pengajaran) (Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski et al., 2002).
Knowing
Knowing berarti mengetahui atau mengenal beberapa hal tentang penerima
caring baik secara eksplisit maupun implisit, mengetahui kebutuhannya dan mengetahui hal apa yang harus dilakukan untuk menanggapi kebutuhan tersebut serta mengetahui penerima caring baik secara langsung maupun tidak langsung.
Patience
Patience (kesabaran) berarti membantu orang lain untuk tumbuh yang pada dasarnya memungkinkan dia untuk tumbuh dalam waktu dan caranya sendiri oleh karena itu membutuhkan penyesuaian diri untuk pengembangan tingkatannya.
Honesty
Honesty (ketulusan) adalah menjadi tulus terhadap diri sendiri. “Didalam
caring saya tulus mencoba melihat kebenaran, untuk dapat caring terhadap orang lain, saya harus melihat orang lain apa adanya dan bukan menjadi seperti yang saya inginkan atau harapkan”. Honesty berarti ketulusan dari hati dalam melaksanakan caring kepada orang lain, mengungkapkan kebenaran dan tidak boleh ada perbedaan yang signifikan antara tindakan dan yang dirasakan.
Caring meliputi kepercayaan terhadap orang lain yang pada dasarnya membiarkan dia berkembang dalam waktu dan caranya sendiri. Trust juga menunjukkan kapasitas seseorang untuk peduli. “Dalam caring kepada orang lain saya mempercayainya untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan itu”.
Humility
Humility berarti kerendahan hati, mununjukkan kebenaran bahwa caring
tertentu tidak ditampilkan dengan cara yang istimewa. “Sejak caring berperan dalam perkembangan manusia, meliputi pembelajaran yang berkelanjutan tentang seseorang dan hubungannya dengan adanya perubahan dari masa ke masa”.
Hope
Hope (harapan) dalam caring bukan merupakan ekspresi dari suatu pengalaman yang tidak dapat dibandingkan dengan sebuah harapan masa depan yang cukup memadai, namun merupakan ekspresi dari plentitude saat ini, suatu kehadiran yang tetap hidup dengan rasa kemungkinan.
Courage
Courage (keberanian/keteguhan hati) merupakan aspek penting dari
caring. Keberanianterlihat dalamkemampuan berdirididepan kelas dalam keadaanmencobadanmerupakan bahanpengabdian, keberanianjuga hadir dalamdiri
Alternative Rhythms
Alternative rhythms merupakan alternatif dalam penilaian dan metode pengajaran. ”Ada saat–saat ketika saya tidak bisa memasukkan diri kedalam situasi, saya tidak dapat mengambil sikap apapun dan ketika saya bertahan pada kapasitas ini, dan saya melihat hasil dari itu dan mengubah perilaku saya yang sesuai”. Bergerak bolak – balik antara kerangka sempit dan luas antara aksi dan refleksi.
2.1.4 Karakteristik Caring
Perilaku caring dapat juga diidentifikasi melaluiatribut caring oleh Simone Roach’s yang disebut dengan istilah “The Six Cs” (Roach, 2002) menjadi dasar yang membantu yaitu compassion (belas kasih), competence (kompetensi),
confidence (kepercayaan diri), conscience (hati nurani), commitment (komitmen) dancompartment (bagian diri),berkembangdari waktu ke waktu.Pada saat ini, manifestasispesifikcaringyang diwakili olehperilaku sepertimeluangkan waktuuntuk bersama, memberikaninformasi faktual, mengidentifikasi danmenggunakanpengetahuan yang relevan, menunjukkan rasa hormat,
Compassion
menjagahubungan saling percaya,berpakaiandan bahasayangumum.
Kasih sayangmerupakan atribut caring yang paling tinggi kebutuhannya,
Competence
Kompetensididefinisikan sebagai pekerjaan/profesiyang memilikipengetahuan, penilaian, keterampilan, energi,pengalaman dan motivasiyang diperlukanuntuk menanggapituntutantanggung jawabprofesional seseorang.Kompetensi tanpakasihsayang bisa brutaldan tidak manusiawi, kasih sayangtanpakompetensimenjaditidak berarti.
Caringmenuntutkompetensi,kemampuan untuk melakukan perawatansecara tepat danmemadai, mengharuskan kitauntukbelajar danberlatihmenjadi profesionaldengan cara yang sesuaidenganmartabat dankebutuhanorang yang dilayani
Confidence
.
Confidenceadalah salah satu atributcaring profesional, didefinisikan sebagaikualitasyang menumbuhkanhubungan saling percaya,caringakan
diberikandalam kondisisaling percayadan menghormati.Caringmenumbuhkankepercayaantanpaketergantungan,mengkomun
ikasikankebenaran tanpakekerasan danmenciptakan hubungansaling menghormatitanpa menimbulkanresponrasa takut atautidak berdaya
Conscience
.
dengansifatmoralalami,tumbuhdari pengalaman, dari prosesmenghargaidiri sendiri dan orang lain sertamemanifestasikandiri sebagaipemberi perawatan.
Conscienceberartinilai, kesadaran,tanggung jawab pribadi, kemampuanpengarahan diri sendiri, tanggung jawab manusiauntuk arahyang baik dandapat mempengaruhipengambilan keputusan
Commitment
.
Komitmendidefinisikansebagai responafektifkompleks,perpaduan antarakeinginan dankewajibanseseorang serta pilihan yang disengajauntuk bertindak. Komitmenataurespon perilakusepertikesediaanuntuk menerima, kesediaanuntuk menanggapi danpenerimaannilai.Komitmen dianggapjelas ketikapilihansangattegasbahwa apa yangdikomitmenkanuntukdilakukan adalahsama denganapa yangdipilih untuk dilakukan. Komitmenmenjadibagian dari identitasseseorangsebagai seorang profesional yang caring terhadap orang lain. Komitmen adalah pertemuan antaraapa yang ingindilakukan danapa yang dilakukan. Komitmensangat penting untukcaring, jikakomitmenrusak makacaringtidak sempurna. Komitmenmerupakan investasidiridalam pekerjaanseseorang dankarirkarenaapa yangdilakukan adalahwajib, tidak dianggapsebagai bebanmelainkan sebuah panggilanyang menarik untuk sadar,mau danmelakukan tindakan positif.
Comportment
merawatpasien.Comportmentberartiacuan, sikapatauselaras antarapekerjaan sebagai perawat dengan atribut sikap dan keberadaan diri yang tepatuntuk merawat pasien.Penafsirandan penggunaankata compartmentdalam konteksini lebihterbatas daripadamaknakomitmenkeseluruhan, karena kadangdigunakan dan kadang tidak digunakan.
2.2 Karakteristik Caring Dosen
Hasil penelitian yang dilakukan Dunn dan Cramer (2007) bahwa ada beberapa karakteristik dari pengajar yang sukses dengan berbasis caring, yaitu sebagai berikut:
Available (ketersediaan waktu)
Knowledgeable (berpengetahuan luas)
Seorangpendidik yang efektif adalah yang menyadari berbagai masalah unik mahasiswa di Perguruan Tinggi. Sejumlah kesulitan potensial seperti penolakan, kerinduan dan stres akademik. Penyesuaian yang kurang memadai untuk tantangan tersebut menghasilkan risiko tinggi untuk depresi, kecemasan dan konflik interpersonal. Meskipun dosen tidak harus bertindak sebagai terapis, pengetahuan pendidik tentang isu-isu perkembangan dewasa muda sangat membantu.
Educated In Diversity Issues (pendidikan dalam issue keberagaman)
Minoritas mahasiswa yang putus dari Pendidikan Tinggi sering mengutip kurangnya tujuan karir atau arah akademis sebagai alasan. Para mahasiswa dapat mengambil manfaat dari pendidikan untuk tidak hanya memperoleh pendidikan profesional, tetapi juga untuk rasa memiliki. Dewasa muda lebih memilih mentor dari jenis kelamin yang sama dan latar belakang etnis karena kesamaan tersebut menghasilkan persepsi dukungan yang lebih tinggi.
Emphatic (empati)
untuk mengajarkan keterampilan empatik dasar seperti aktif mendengarkan dan berkomunikasi.
Personable (berkepribadian baik)
Kehidupan kampus tidak terbatas pada kelas,percakapan tentang topik lain memungkinkan pendidik untuk mengenal mahasiswa dari waktu ke waktu sehingga saran yang diberikan dosen dapat sesuai dengan tujuan mahasiswa yang lebih luas.
Encourage/Supportive (mendorong/mendukung)
Hubungan yang mendukung dan bimbingan dianggap sebagai entitas yang berbeda.Dorongan ini terutama penting untuk mahasiswa karena mereka biasanya kurang independen dan dewasa secara emosional dan mereka menghadapi situasi yang lebih baru daripada mahasiswa pascasarjana . Para mentor yang efektif tidak memanjakan, melainkan membimbing siswa melalui pemikiran kritis tentang pilihan akademik dan kehidupan, dan mendorong mereka ketika mereka belajar keterampilan baru.
Passionate (bersemangat)
Ada 4 tema dari windows of care (Cadwell, 1999 dalam Fabrykowski et al., 2002)menjelaskan karakteristik seorang pengajar caringadalah: 1) pengajar
caring berpusat kepada mahasiswa, terdiri dari memberlakukansemua mahasiswadengan hormat, percayapada mahasiswa, mendengarkan, lebih sabar, mendoronguntuk berpikir. 2) pengajarcaringberpusat kepada pekerjaan, terdiri dari memprioritaskanmengajarlebih dari padapekerjaan rumah, mengaturbeban kerja,bersediamemberikanwaktu tambahan untukpekerjaan, bersediauntuk mengubahperaturan kelasbila diperlukan, menerimabeberapa jawaban untuksatu pertanyaan. 3) seorang pengajarcaringmelibatkan para mahasiswa, terdiri dari menjadi seorang ahli dalamsubjekyang diajarkan, bersedia memberikan waktutambahan untuk menyelesaikan tugas, memberikankesempatanuntukdiskusi kelas. 4) pengajar caringyang aktif, terdiri dari
Menurut Fabrykowski, et al. (2003) bahwa ada 3 model/cara caring dosen di Perguruan Tinggi, yaitu: 1) membimbing maha
energik, memilikirasa humor, berceritadanmenggunakancontohsaat mengajar, memberikantugasmenarik.
siswa dengan menjadwalkanpertemuansesuai kebutuhan danmembimbingmahasiswa melaluiorientasidankonseling, 2) berinteraksidenganmahasiswa di kelas denganmendoronguntuk mengajukan pertanyaan danmembantu dalampenelitian sertamembantu dalam penyusunanrencanapendidikan, 3) mendorongmahasiswa untuk menyelidiki, mengembangkandan mengartikulasikanperawatandenganberdiskusi tentang pengalaman
Karakteristik caring yang dimiliki seseorang dapat terjadi melalui empat tingkatancaring yaitu, mengalami caringterlebih dahulu, berlatih caring, memulai
dan mempertahankan hubungan caring dan refleksi caringsecara terus menerus dan perbaikan (Fabrykowski, et al., 2003).
2.2.1 Kompetensi Caring Dosen
Aspek mendidik orang dewasa (kompetensi pedagogi) dengan konsep
caring adalah: Accountability, providing feedback, instructional accommodation, teaching caring behaviors, establishing interpersonal relationship, respect dan
fairness (Lee & Ravizza, 2008).
Accountability
Caringharusdisahkan melaluiprosespembelajaran. Caring bisa ditunjukkanmelalui perilakumengajar dantanggung jawab terhadap pembelajaran
mahasiswa. Caring lebihberpusatpada pengajarandaripada membangunhubungan
Providing Feedback
pribadi.
Menekankanpentingnyaumpan balikdalam pengajaran mereka. Caring
dalam pengajaran orang dewasadapatdiberlakukandengan memberikan umpan balikkepadamahasiswa. Persepsi pengajartentang caringdengan
Instructional Accommodation
menunjukkankepekaan terhadapkebutuhan mahasiswanya.
dalamrencana pembelajaranyang memungkinkanmahasiswa untuk bekerjapadatingkat keterampilan mereka pada saat itu. Pengajaran denganmerencanakanuntukmemberiberbagaitugasdan menyelesaikannyadengan berpusatkepada tingkat keterampilandarimasing-masing mahasiswa tersebut,hal ini menjadiekspresipembelajaran caring terhadap
Teaching Caring Behaviors
mahasiswa.
Menunjukkancaringdi kelasdalam mengajar siswa adalahaspek lain daricaring pembelajaran orang dewasa. Pembelajaranorang dewasadengan berperilakucaringkepada mahasiswa di kelas, pengajar dapatmemberlakukancaringdengan memilikirasa tanggung jawabterhadap belajar mahasiswa, memberikan umpan balik yang spesifik, menawarkaninstruksi tugasuntuk membuatlingkungan
Respect
belajar yang kondusif.
Caringterhadap mahasiswa adalah dengan cara menghormatimahasiswa, misalnya ketika pengajar menggunakan peralatan mahasiswa,harus memintaijin terlebih dahulu kepada mahasiswadan itu adalah ungkapan rasa hormat kepada mahasiswa, menghormati hubungan adalah cara menunjukkan caring kepada mahasiswa.
Fairness
2.2.2 Indikator Caring Dosen
Sebuah hasil penelitian yang dapatmengidentifikasi faktoryang menunjukkan dosencaring (tabel 2.1).Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dosen caring dapat meningkatkan indikator motivasi danbelajar mahasiswa. Indikator caringyang paling penting adalah cara yang paling efektif untuk menunjukkancaring di dalam kelas (Straits, 2007).
Ada dua indikator pengajaran caring untuk pendidik di Perguruan Tinggi yaitu, learnercentered dan learning centered.
Tabel 2.1 Indikator Caring di Pendidikan Tinggi
Indikator pengajaran caring di Perguruan learner learning
Tinggi: centered centered
1. Available to students x * (kesediaan waktu untuk mahasiswa)
2. Respects students as individuals x * (Menghargai mahasiswa sebagai individu)
3. Willing to give extra effort x * (Bersedia untuk memberikan usaha ekstra)
4. Welcomes questions in class x * (Menyambut pertanyaan didalam kelas)
6. Gets to know students x *
Hasil penelitian Lee dan Ravizza (2008) terdapat beberapa faktor yangdiidentifikasi sebagai hambatan dan fasilitator (pendukung)caring. Dosen mengalami kesulitan untuk memberlakukan caring dalam hal masalah kurangnya waktu, status mereka sebagai dosen spesialis, dan menjaga keseimbangan antara
caring dan disiplin. Namun, gagasanprofesionalisme mereka, panutan caring (role model), program persiapan pengajar dan seminar mengajar mahasiswa yang disebut sebagai fasilitator atau faktor pendukung.
Faktor Pendukung Caring
Gagasanprofesionalismeyaitu termasuk bekerjadengan baik denganmahasiswa danmenunjukkan perilakucaring
Caring role model,
dalam profesi mengajar.
peranmodel perilakudosensangat berpengaruhsebagai faktoryang memfasilitasiuntukcaring. Misalnya, dosen jugabelajar bagaimanamenunjukkanperilakucaring
Exposure to diverse educational settings,
melalui dosennya dahulu.
pengajarjuga
melaporkanbahwapaparanpengaturanpendidikan yang beragamjuga membantumereka untuk menjadidosencaring. Misalnya, kunjungan kesebuah sekolahyang terletak dibagianperumahanyang lebih rendahdarikotadapat membantuuntuk melihatisu-isu beragamterkait dengan kehidupanmahasiswa Faktor Penghambat Caring
.
Kekurangan waktu, pengajarmengatakan bahwawaktu di kelasyang terbatassebagaipenghalang utamauntuk memberlakukancaring. Pengajar berkomentarbahwa jika merekapunya cukup waktu, mereka bisamempraktekkanperilaku yang lebihcaringdi kelas selama proses belajar - mengajar.Kurangnyawaktuterkait denganjangka waktu yang singkatdi kelas danjuga banyaknyamateri yang harus disampaikan kepada mahasiswa.Misalnya, dosenmerasa bahwakendala waktumempengaruhi jumlahinteraksi pribadiyangbisamenunjukkan
Status dosen spesialis,pengajar
caring kepadamahasiswanya.
terbatasdosen spesialisuntukmahasiswamembuatnya sulituntuk menunjukkancaring.Disampingwaktu aksessingkat, dosen spesialisberadadalam
situasi yang lebihsulit daripadadosenbiasa karena merekaharus mengajarsejumlah besarsiswadalam satu kelasdengan
Menjaga keseimbangan antara caring and disiplin,
waktu yang singkat, hal tersebutmembuat sulitbagi mereka untukmenjalin hubungan interpersonal.
perjuanganmempertahankankeseimbangan
antaracaringdandisiplinmerupakanperhatian utama bagibeberapa pengajar.Kekhawatirandosen tentangdisiplindi kelasmemisahkankonsepcaringdan
mengajar. Misalnya, pengajar tidakmemberlakukancaring yang terlalu banyak selama mengajardi kelas karenamahasiswa dapatmengambil keuntungan dari itu. Maka ketika mengajar di kelas, tidakbenar-benar menunjukkancaringyang dalam, tetapi caring ditunjukkan ketika beradadi luarkelas. Caringdan pengajarantidak dapatdiberlakukan padawaktu yang sama.
2.2.4 Dampak Caring Dosen
berkurang dan memberi energi positif serta memotivasi (Watson & Leininger, 1990).
Interaksi caring antara dosen dan mahasiswa, dapat membuat mahasiswa mengalami pergerakan ke arah aktualisasi diri,peningkatan harga diri dan percaya diri serta mengalami kemajuan yang memberikan harapan untuk masa depan. Interaksi caring dosen-mahasiswa juga membuatmahasiswa merasalebih baik, bahagia, berani dan bangga (Miller, Haber, dan Byrne dalam Watson & Leininger, 1990).
Dampak tidak caring dalam hubungan dosen-mahasiswa dari perspektif mahasiswa, merupakan persepsi ketidakpedulian dosen kepada mahasiswa sebagai orang yang sedang belajar.Dosen yang tidak caring ditandai denganmeningkatnya ketidakpedulian, tidak perhatian dan ketidakpekaan terhadap kebutuhanmahasiswa dan dirasakan sebagai dosen yang kurang kompetensi. Kurangnya kompetensi profesional meliputi kurangnya pengetahuan dan pengalaman, kurangnya presentasi profesional, kurangnya komitmen, kurangnya standar profesional dan kurangnya rasa hormat (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990).
kemanusiaan dalam pendekatan kepada mahasiswa,merasakandosen sebagai seseorang yang dingin, kaku, sebagai tuan dari pada fasilitator dan memberikan umpan balik negatif kepada mahasiswa.
Bentuk yang paling parah dariperilaku tidak caring dosen adalah perilaku yang merusak ditandaidengan sikap tidak etis dan tidak manusiawi seperti manipulasi keadaan, menunjukkan penghinaan, tidak menghormati mahasiswa sebagai individu, dianiaya, diejek dan diperlakukan sebagai hama merupakan umpan balik negatif yang kuat bagi mahasiswa dan dapatmemindahkan energi negatif sehinggamahasiswa merasa bahwa dosen adalah musuh, membuat penderitaan dan merasa menjadi korban (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990).
Dosen yang tidak caring dapat menghilangkan kepercayaan mahasiswa dan tidak ada keterikatan yang terbentuk di antara mereka, menciptkan jarak, rasa curiga mahasiswa yang mengarah ke saling menghindar. Reaksi umum afektif mahasiswa beragam, awalnya mahasiswa berharap dosen mereka caring,tetapi ketika ternyata dosen mereka tidak caring,mereka akan melalui tahap kebencian dan kemarahan dan paling sering kehilangan rasa hormat terhadap dosen.Reaksispesifik yang akan dirasakan mahasiswa adalah perasaan waktu dan energi terbuang, merasa malu, kekecewaan dan kegelisahan, ketakutan, citra diri negatif dan akhirnya putus asa dan tidak berdaya (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990).
penelitian menunjukkan adanya efek positif yang kuat untuk caringdan kedekatan dosen terhadap mahasiswa dan efek negatif yang kuat bagi dosen yang tidak
caringdan tidak dekat dengan mahasiswa pada berbagai dimensi kredibilitas dosen.
Hasilpenelitian Teven dan Hanson (2004) bahwa ketika caring verbal dosen rendah danketidakdekatan tinggi menghasilkan nilai signifikan persepsi negatif terhadap kredibilitas dosen. Sedangkan disaat caring verbal dosentinggi dan ketidakdekatan dosen tinggi menghasilkan nilai signifikan positif terhadap kredibilitas dosen. Caring verbal yang tinggi cenderung memperhalus dampak negatif dari ketidakdekatan dosen dengan mahasiswadanhasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dosen harus menjaga caring verbal yang tinggi untuk mempertahankan kredibilitas mereka didalam kelas.
2.3 Karakteristik Caring Dosen Keperawatan
Caring dalam pendidikan keperawatan merupakan evolusi proses transpersonal dengan 10 (sepuluh) faktor carative yang menjadi karakteristik
caring antara dosen dan mahasiswa. Proses transpersonalcaring di pendidikan keperawatan terjadi ketika dosen menggunakan momen mengajar sebagai kesempatan untuk menunjukkan sikap caring. Kesempatan muncul dari interaksi
caring yang dirasakansebagai hubungan relasional dan timbal balik (Bevis & Watson, 1989).
kepada mahasiswa keperawatan yaitu: Formation of a humanistic-altruistic system of values(pembentukan sistem nilai humanistik–altruistik), cultivation of sensitivity to one’s self and to others (memelihara kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain), promotion of transpersonal teaching–learning (promosi interpersonal belajar–mengajar) serta provision for a supportive, protective, and/or correctivemental, physical, societal, and spiritual
environment(menciptakanlingkungan mental, fisik, sosial budaya, danspiritualyang suportif, protektif atau korektif).
Struktur penting caringdari hubungandosen-mahasiswa dari perspektif mahasiswa keperawatan memiliki empat komponen dasar, yaitu:pendekatan profesional dosen caring, rasa saling percaya yang dihasilkan,hubungan kerja yang profesional antara dosen-mahasiswa dan respon positif mahasiswa terhadap pembelajaran caring (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990). Adapunpenjelasan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
Pendekatan profesional dosen caring mencakup kompetensi profesional, memiliki perhatian yang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang sedang belajar, memiliki kepribadian positif dan berkomitmen. Kompetensi profesional adalah komponen penting dari professional caring,mereka menunjukkan bahwa
Perhatianyang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang belajar merupakan salah satu aspek yang paling penting dari professional caring, mencakupmenghargai mahasiswa, kekhawatiran terhadap belajar mahasiswa dan kebebasan akademik.Kepribadian yang positif,terkait dengan perhatian yang tulus adalah unsur caring yang sangat penting dalam pengalaman belajar-mengajar. Karakteristik utama pribadi yang positif adalah pribadi dengan integritas, jujur, tulus, berbagi, perhatian, mendengarkan, fleksibilitas dan humor serta murah hati.
Adanya rasa saling percayaadalah dasar yang diperlukan untuk hubungan kerja dosen-mahasiswa dan dapat menjadi dasar perbedaan antara caring dan tidak caring.Mengembangkan hubungan professional kerja dosen-mahasiswa, tetapi tetap menjaga jarak untuk dihormati oleh mahasiswa dapat dikonseptualisasikan dalam enam fase yaitu, a) komunikasi yang efektif, b)pengakuan kepribadian berarti baik dosen dan mahasiswa menghapus topenganonimitas dan mengenali satu sama lain,c)intimacy profesional, dimana mahasiswa merasa cukup aman untuk membuka dan berbicara kebenaran kepada dosenserta merasa bebas untuk mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran, d)dosenmemperlakukan semua mahasiswa sama, e) kerja sama menuju tujuan bersama yaitu pembelajaran mahasiswa, f)ketika mahasiswa akan lulus dan hubungan kerja antara dosen-mahasiswa berakhir, pada saat itu akan terasa hubungan yang sangat kuat.
holistik dosenkepadamahasiswa secara pribadi maupun akademik. Mahasiswa mengidentifikasi caring dosen sebagai tindakan melindungi, merespon, sabar, tersedia, dapat diandalkan, fleksibel, suportif, terbuka, hangat dan apa adanya. Caringdosen secara pribadi dan akademik memberikan umpan balik dan membantu mahasiswa untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan dan pilihan serta memberdayakan individu untuk mandiri mencapai potensi pribadi dan akademik. Interaksi caring dosen-mahasiswa melibatkan dimensi keintiman, kepercayaan, berbagi dan ketertarikan, bahkan dapat dianggap sebagai teman.
2.4 Konsep Fenomenologi
Orientasi dasar filosofis fenomenologi dipandang oleh banyak sarjana perawat dan peneliti sangat relevan untuk keperawatan (Zalm & Bergum, 2000). Fenomenologiadalah upaya untuk memberikan pemahaman dan makna internal serta esensi dari pengalaman hidup seseorang dengan deskripsipengalaman dari hati.Fenomenologi berakar dari ilmu filosofi yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger pada tahun 1962. Pengalaman hidup manusia dipandang oleh
phenomenologist sebagai sesuatu yang penuh makna dan dialami secara sadar melalui interaksi tubuh dengan dunia. Terdapat tiga jenis penelitian fenomenologi yaitu: descriptive phenomenology,kombinasi antara descriptive phenomenology
dengan interpretive phenomenology dan interpretive phenomenology (Polit & Beck, 2008).
(1978) didasarkan pada filosofi Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena dan diinformasikan oleh karya-karya Spiegelberg (1970, 1972) yang menetapkan proses penting untuk penyelidikan fenomenologi yang terus membuat modifikasi, perbaikandan perluasan untuk cara melakukan penelitian fenomenologi (Edward & Welch, 2011).
Ada beberapa perbedaan penting antara ketiga pendekatan tersebut, metode Colaizzi adalah satu-satunya yang menganjurkan kembali kepada partisipan untuk memvalidasi hasil yang merupakan modifikasi dari prosedur metode analisis Giorgi, analisis Giorgi untuk memvalidasi hasil hanya mengandalkan peneliti saja karna pandangannya bahwa tidak pantas kembali kepada peserta untuk memvalidasi temuan tetapidapat menggunakan hakim eksternal untuk meninjau hasil analisis, sedangkan metode Van Kaam mensyaratkan bahwa kesepakatan hasil analisis dicapai dengan menggunakan hakim ahli lainnya(Polit & Beck, 2008 ; Edward & Welch, 2011).
wawancara. Laporan signifikan secara numerik dimasukkan ke dalam daftar (misalnya, 1,2,3,4...). 3) merumuskan makna, dalam tahap ini peneliti mencoba merumuskan penyajian kembali lebih umum atau arti untuk setiap pernyataan signifikan yang disaring dari narasi peserta danmakna dirumuskan menjadi tema. Peneliti menetapkan atau mengatur makna dirumuskan menjadikelompok sejenis karena beberapa pernyataan mungkin berhubungan. 5)mengembangkan deskripsi lengkap (gambaran yang komprehensif dari pengalaman yang diartikulasikan oleh peserta). Sebuah penjelasan lengkap dikembangkanmelalui sintesis semua tema danmaknadirumuskan. 6)mengidentifikasi struktur fundamental darifenomena, struktur dasar mengacu pada esensi dari pengalaman yang diungkapkan melalui analisis deskripsi lengkap darifenomena. 7)kembali ke peserta untuk validasi, sebuah pertemuan lanjutan yang dibuat antarapeneliti dan masing-masing peserta untuktujuan memvalidasi esensi dari fenomena tersebutdengan peserta.Setiapperubahandibuat sesuai dengan umpan balik pesertauntuk memastikan maksud makna yang disampaikandalam struktur dasar dari fenomena tersebut.Integrasi informasi tambahan dari peserta untuk dimasukkan kedeskripsi akhir dari fenomena yang terjadi pada saat ini.
dari pengalaman dengan tiga metode: (1) pendekatan holistik, (2) pendekatan selektif atau menyorotidan (3) pendekatan baris demi barissecara rinci. Pendekatan holistik, peneliti melihat teks secara keseluruhan dan mencoba untuk menangkap maknanya. Pendekatan selektif, peneliti menyoroti pernyataan atau frase yang tampaknya penting untuk pengalaman yang diteliti. Pendekatan rinci, peneliti menganalisis setiap kalimat. Satu tema yang telah diidentifikasi akan menjadi objek refleksi dan interpretasi melalui tindak lanjut wawancara dengan peserta, melalui proses ini tema penting dapat ditemukan.
Van Manen (2006 dalam Polit & Beck, 2008)menekankan bahwa metodefenomenologis ini tidak dapat dipisahkan dari praktek menulis. Menulis hasil analisis kualitatif merupakan perjuangan aktif untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti. Teks yang ditulis oleh seorang peneliti fenomenologis harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van Manen juga menyatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga dapat diperoleh dari sumber artistik lain seperti dokumentasi, musik, lukisan dan seni lainnya yang dapat menyediakan kekayaan informasi pengalaman partisipan sehingga meningkatkan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena.
kedalam dunia partisipan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman setiap bagian dan bagian – bagian secara keseluruhan.
Inti dalam menganalisis data dalam penelitian hermeneutik adalah gagasan dari lingkaran hermeneutik. Lingkaran menandakan proses metodologi dimana untuk mencapai pemahaman, ada gerakan terus-menerus antara bagian dan seluruh teks yang dianalisis. Gadamer (1975 dalam Polit & Beck, 2008) menekankan bahwa untuk menafsirkan teks, peneliti tidak bisa memisahkan diri dari makna teks dan harus berusaha keras untuk memahami kemungkinan bahwa teks dapat mengungkapkan. Ricoeur (1981 dalam Polit & Beck, 2008) memperluas pengertian teks, untuk memasukkan tidak hanya teks tertulis tetapi juga setiap tindakan manusia atau situasi. Beberapa ahli hermaneutik adalah Gadamerian (1975), Diekelmann (1989) dan Benner (1994), sedangkan Van Manen menurut Zalm dan Bergum (2000) juga termasuk kedalam fenomenologi hermaneutik.
2.5 Kerangka Konseptual
dapatmembentukfondasi perawatuntuk dapatmempelajariilmuhuman caring
Teori Watson (1979)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan perawat profesional. Teori ini didasarkan pada nilai-nilai saling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih. Sepuluh carative factor Watson’s tersebut adalah: Formation of a humanistic-altruistic system of values(membentuk dan menghargai sistem nilai humanistic dan altruistic), instillation of faith-hope
(menanamkan sikap penuh pengharapan), cultivation of sensitivity to one’s self and to others (menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain), development of a helping-trusting, human caring relationship
(mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu), promotion and acceptance of the expression of positive and negative feelings (meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif), systematic use of a creative problem-solving, caringprocess (menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah), promotion of transpersonal teaching-learning
(meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal), provision for a supportive, protective, and/or corrective mental, physical, societal, and spiritual
environment(menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif atau korektif), assistance with gratification of human needs(memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia) dan Allowance for existentiall-phenomenological-spiritual forces(menghargai kekuatan
fenomenological dan dimensi spiritual) (Watson, 1979, 1994 ; Fitzpatrick & Whall, 1989
Dunia kampus merupakan tempat masa transisi kesuksesan, kegagalan, kecemasan, depresi, penggunaan alkohol dan obat-obatan berbahaya. Ketika mahasiswa memasuki dunia kampus akan menghadapi beribu-ribu tantangan sosial, akademik dan psikologi sehingga sering mengalami stres dan kecemasan sama hal nya dengan pasien (Dunn & Cramer, 2007; Story & Butts, 2009) oleh sebab itu dosen dituntut setiap saat untuk lebih sensitif dalam berbagai kebutuhan mahasiswa karena hampir setiap hari dosen bertatap muka dengan mahasiswa dari berbagai jenis perbedaan budaya, tingkat ekonomi dan kebiasaan yang berbahaya (Martin, 2003 dalam Lee & Ravizza, 2008). Dosen keperawatan dapat menyampaikan makna otentik caring dengan memberlakukan mahasiswa sama dengan cara merawat pasien (Story & Butts, 2009).
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Karakteristik
CaringDosen Keperawatan Sepuluh Carative Factor :
(Teori Transpersonal Caring
Watson’s, 1979)
1. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistic dan
altruistic.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Caring
2.1.1 Pengertian Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Menurut Tomey dan Alligood (2006) caring adalah sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain terhadap tanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain. Caringjuga merupakandimensi manusiayang tertanam dalametikadancita-citanilai
moralmanusiadengankomitmen untukmelestarikandan memulihkanseseorang
Caring
dalamteoridan praktekkeperawatan (Watson & Leininger, 1990).
ketidakpedulian, perasaan kurang dihargaidan jauh dariorang lainserta bertindakhanya untuk kepentingandiri sendiri (Grygsby & Megel, 1995).
Menurut Watson (1979) yang terkenal dengan theory of human caring, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia sehingga mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Caring juga diartikan sebagai kebutuhanuniversal yangmerupakan komponen pentingdalam pemberianasuhan keperawatan (Cook & Cullen, 2003).
Menurut Watson (1994) caring adalah sebuah moral ideal, hati perawat dan dia menyatakan bahwa caringmelibatkanrasa kemanusiaanperawat,
memperluas,merangkulkemanusiaan orang laindan berusaha untukmelestarikanhubungan manusiake manusiaatau
antaraperawatdanpasiensebagaiproseskebersamaandan kepercayaan. Sedangkan
mengembangkan dan membantu orang lain untuk tumbuh atau untuk mewujudkan visi dirinya (Freeman et al., 1999; Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski, et al., 2002). Caringjuga dipandang sebagaikebijakansentral dansebagai nilai intiyang menginspirasi, mengarahkandan memeliharaidentitas sertaterlibatdalam pelayananorang lain (Roach, 2002).
2.1.2 Teori Transpersonal Caring
Teori Watson (1979)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan profesionalperawat. Teori ini didasarkan pada nilai-nilai saling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih.Human caring bersifat relasional, saling berhubungan, transpersonal,dan intersubjektif yang merupakan dasar bagi hubungan terapeutikantara manusia.
Transpersonal caring diwujudkan melalui 10 carativefactor yang menjadi ciri caringantara manusia ke manusia lainnya. Carative factor, yang merupakan inti dari keperawatandan bahan utama dari praktik keperawatan yang efektif,menyediakan bahasa, struktur sertapermintaan untuk mempelajari dan memahami pendidikan keperawatan dan praktek keperawatan (Watson, 1979, 1994).
Sepuluh carative factor Watson’s tersebut adalah: Formation of a humanistic-altruistic system of values(membentuk dan menghargai sistem nilai
pengharapan), cultivation of sensitivity to one’s self and to others (menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain), development of a helping-trusting, human caring relationship (mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu), promotion and acceptance of the expression of positive and negative feelings (meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif), systematic use of a creative problem - solving, caringprocess
(menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah caring), promotion of transpersonal teaching-learning (meningkatkan proses belajar - mengajar interpersonal), provision for a supportive, protective, and/or corrective mental, physical, societal, and spiritual environment(menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif atau korektif), assistance with gratification of human needs(memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia) dan
Allowance for existentiall-phenomenological-spiritual forces(menghargai kekuatan eksistensial–fenomenological dan dimensi spiritual)(Watson, 1979, 1994).
2.1.3 Komponen Caring
Komponen yang perlu harus dimiliki seseorang untuk dapat caring
adalah:Knowing the recipient (mengenal penerima caring),
penilaian dan metode pengajaran) (Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski et al., 2002).
Knowing
Knowing berarti mengetahui atau mengenal beberapa hal tentang penerima
caring baik secara eksplisit maupun implisit, mengetahui kebutuhannya dan mengetahui hal apa yang harus dilakukan untuk menanggapi kebutuhan tersebut serta mengetahui penerima caring baik secara langsung maupun tidak langsung.
Patience
Patience (kesabaran) berarti membantu orang lain untuk tumbuh yang pada dasarnya memungkinkan dia untuk tumbuh dalam waktu dan caranya sendiri oleh karena itu membutuhkan penyesuaian diri untuk pengembangan tingkatannya.
Honesty
Honesty (ketulusan) adalah menjadi tulus terhadap diri sendiri. “Didalam
caring saya tulus mencoba melihat kebenaran, untuk dapat caring terhadap orang lain, saya harus melihat orang lain apa adanya dan bukan menjadi seperti yang saya inginkan atau harapkan”. Honesty berarti ketulusan dari hati dalam melaksanakan caring kepada orang lain, mengungkapkan kebenaran dan tidak boleh ada perbedaan yang signifikan antara tindakan dan yang dirasakan.
Caring meliputi kepercayaan terhadap orang lain yang pada dasarnya membiarkan dia berkembang dalam waktu dan caranya sendiri. Trust juga menunjukkan kapasitas seseorang untuk peduli. “Dalam caring kepada orang lain saya mempercayainya untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan itu”.
Humility
Humility berarti kerendahan hati, mununjukkan kebenaran bahwa caring
tertentu tidak ditampilkan dengan cara yang istimewa. “Sejak caring berperan dalam perkembangan manusia, meliputi pembelajaran yang berkelanjutan tentang seseorang dan hubungannya dengan adanya perubahan dari masa ke masa”.
Hope
Hope (harapan) dalam caring bukan merupakan ekspresi dari suatu pengalaman yang tidak dapat dibandingkan dengan sebuah harapan masa depan yang cukup memadai, namun merupakan ekspresi dari plentitude saat ini, suatu kehadiran yang tetap hidup dengan rasa kemungkinan.
Courage
Courage (keberanian/keteguhan hati) merupakan aspek penting dari
caring. Keberanianterlihat dalamkemampuan berdirididepan kelas dalam keadaanmencobadanmerupakan bahanpengabdian, keberanianjuga hadir dalamdiri
Alternative Rhythms
Alternative rhythms merupakan alternatif dalam penilaian dan metode pengajaran. ”Ada saat–saat ketika saya tidak bisa memasukkan diri kedalam situasi, saya tidak dapat mengambil sikap apapun dan ketika saya bertahan pada kapasitas ini, dan saya melihat hasil dari itu dan mengubah perilaku saya yang sesuai”. Bergerak bolak – balik antara kerangka sempit dan luas antara aksi dan refleksi.
2.1.4 Karakteristik Caring
Perilaku caring dapat juga diidentifikasi melaluiatribut caring oleh Simone Roach’s yang disebut dengan istilah “The Six Cs” (Roach, 2002) menjadi dasar yang membantu yaitu compassion (belas kasih), competence (kompetensi),
confidence (kepercayaan diri), conscience (hati nurani), commitment (komitmen) dancompartment (bagian diri),berkembangdari waktu ke waktu.Pada saat ini, manifestasispesifikcaringyang diwakili olehperilaku sepertimeluangkan waktuuntuk bersama, memberikaninformasi faktual, mengidentifikasi danmenggunakanpengetahuan yang relevan, menunjukkan rasa hormat,
Compassion
menjagahubungan saling percaya,berpakaiandan bahasayangumum.
Kasih sayangmerupakan atribut caring yang paling tinggi kebutuhannya,
Competence
Kompetensididefinisikan sebagai pekerjaan/profesiyang memilikipengetahuan, penilaian, keterampilan, energi,pengalaman dan motivasiyang diperlukanuntuk menanggapituntutantanggung jawabprofesional seseorang.Kompetensi tanpakasihsayang bisa brutaldan tidak manusiawi, kasih sayangtanpakompetensimenjaditidak berarti.
Caringmenuntutkompetensi,kemampuan untuk melakukan perawatansecara tepat danmemadai, mengharuskan kitauntukbelajar danberlatihmenjadi profesionaldengan cara yang sesuaidenganmartabat dankebutuhanorang yang dilayani
Confidence
.
Confidenceadalah salah satu atributcaring profesional, didefinisikan sebagaikualitasyang menumbuhkanhubungan saling percaya,caringakan
diberikandalam kondisisaling percayadan menghormati.Caringmenumbuhkankepercayaantanpaketergantungan,mengkomun
ikasikankebenaran tanpakekerasan danmenciptakan hubungansaling menghormatitanpa menimbulkanresponrasa takut atautidak berdaya
Conscience
.