• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan pemahaman konsep geometri siswa dengan menggunakan teori van hiele

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan pemahaman konsep geometri siswa dengan menggunakan teori van hiele"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh

EVA HUZAIFAH

103017027231

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

N a m a : Eva Huzaifah

Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 21 Januari 1985

NIM : 103017027231

Jurusan / Prodi : Pendidikan Matematika

Alamat Rumah : Jl. Ki Hajar Dewantara Rt 003/02 No 32, kelurahan

Gondrong, Cipondoh, Tangerang

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Geometri

Siswa Dengan Menggunakan Teori Van Hielle” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

1. Nama : Drs. H. M. Ali Hamzah, M. Pd

NIP : 19482303 198203 1 001

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Maifalinda Fatra, M. Pd

NIP : 19700528 199603 2 002

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima

segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Maret 2011

Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

(5)

i Jakarta, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep geometri khususnya bangun datar. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII - 4 MTs N 8 Jakarta Barat sebanyak 38 orang siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara, lembar kerja siswa dan lembar soal tiap siklus.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep dari tiap siklusnya. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pemahaman konsep siswa tiap siklusnya, yaitu pada siklus I sebesar 63,3 dan siklus II sebesar 71,8.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penggunaan teori Van Hielle dapat meningkatkan pemahaman konsep geometri siswa Kelas VII - 4 MTs N 8 Jakarta Barat.

(6)

ii Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

The purpose of this study is to analysis improve students understanding of geometri consepts. The method used in research is a class Action Research, which consists of 4 stages, namely planning, execution, observation, and reflection. The subjects in this study are class VII-4 MTS N 8 Jakarta. Total of 38 students. The research instrument used is the observation sheets, interview, achievement test.

The result of this study showed an increase in understanding the concept of each cycle. This is evident from the average value of understanding the concept each cycle. The first cycle of 63,3 and the second cycle of 71,8.

The conclusion of the research that is obtained by the application of theory Van Hielle can increase understanding of geometri concepts class VII-4 Mts N 8 Jakarta

(7)

iii

Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta, yang telah

memberikan hidayah, taufik dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan

kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman

kebodohan menuju zaman cerah penuh ilmu dan kebajikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

pendidikan matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis Menyadari bahwa skripsi ini dapat

selesai atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan dan

semangat baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan

Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika,

yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan nasehat kepada

penulis.

3. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, dosen penasehat akademik yang telah banyak

membimbing penulis selama proses perkuliahan.

4. Bapak H.M. Ali Hamzah, M. Pd dan Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, dosen

pembimbing I dan II dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk semua

arahan, bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya

dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Ali Hamzah, Ibu

Maifalinda Fatra, M.Pd, Bpk Firdausi, S. Si, M. Pd, Ibu Dra. Afidah Mas’ud,

(Almh) Ibu Muhlisrarini, M.Pd, Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Bapak

(8)

iv menyediakan fasilitas kepustakaannya.

7. Bapak Drs. H. Budi Haerawan, M.Si, Kepala MTs N 8 Jakarta Barat yang

telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

8. Ayahanda H. Mudini dan Ibunda Hj. Husna tercinta yang tak pernah lelah mendidik dan mendo’akan serta memberikan motivasi kepada penulis, mereka semua selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Suamiku tercinta Muhamad Dody dan anakku M. Zidan Habibi yang tak pernah lelah memberikan motivasi kepada penulis, dan dia selalu menghibur

dan memberikan semangat kepada penulis.

10.Kakak-kakakku dan adik-adikku tersayang yang selalu memberikan semangat,

sehingga dapat terselesainya skripsi ini.

11.Teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2003 (Iyang, Yie, Ila, teh Mimin, Obay, mas Dhofir, mas Malkan dan lain-lain yang tak bisa penulis sebutkan semua) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdo’a semoga amal kebaikan dan ketulusan mereka semua menjadi amal shaleh dan dibalas oleh Allah SWT

dengan kebaikan yang berlipat ganda. Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian

serta dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan khusunya

dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Februari 2011

(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI . ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

1. Identifikasi Area ... 4

2. Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 7

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 7

1. Pengertian Pemahaman Konsep ... 7

a. Definisi Pemahaman ... 7

b. Definisi Konsep dan Pembelajarannya ... 9

c. Pengertian Matematika dan Karakteristiknya ... 12

d. Pemahaman Konsep Matematika ... 19

e. Pengertian Geometri ... 20

f. Konsep Bangun Datar ... 22

2. Teori Belajar Van Hiele dan Implementasinya ... 26

a. Pengertian Teori Belajar Van Hiele ... 26

b. Implementasi Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Matematika . 29

(10)

vi

A. Setting Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian ... 34

C. Subyek Penelitian ... 40

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 40

E. Tahapan Perencanaan Tindakan ... 40

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 42

G. Jenis Data dan Sumber Data ... 42

H. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan ... 42

I. Teknik Pengumpulan Data ... 43

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 44

K. Teknik Analisis Data ... 45

L. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Data ... 46

1. Pengamatan Awal ... 46

2. Pelaksanaan Penelitian Pada Pembelajaran Siklus I ... 47

3. Pelaksanaan Penelitian Pada Pembelajaran Siklus II ... 56

B. Analisis Data ... 63

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

(11)

vii

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 85

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Siklus I ... 111

Lampiran 4 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Siklus I ... 112

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Siklus II ... 114

Lampiran 6 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Siklus II ... 115

Lampiran 7 Kunci Jawaban Instrumen Tes Siklus I ... 117

Lampiran 8 Kunci Jawaban Instrumen Tes Siklus II... 120

Lampiran 9 Nilai Pemahaman Konsep Pada Siklus I ... 123

Lampiran 10 Rekapitulasi dan Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 124

Lampiran 11 Nilai Pemahaman Konsep Pada Siklus II ... 125

Lampiran 12 Rekapitulasi dan Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 126

Lampiran 13 Daftar Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Tiap Siklus ... 127

(12)

viii

Tabel 2 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pada Saat KBM ... 64

Tabel 3 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Siswa Tiap Siklus ... 64

Tabel 4 Peningkatan Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa ... 65

Tabel 5 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Siklus I ... 111

Tabel 6 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Siklus II ... 114

Tabel 7 Nilai Pemahaman Konsep Pada Siklus I ... 123

Tabel 8 Rekapitulasi dan Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 124

Tabel 9 Nilai Pemahaman Konsep Pada Siklus II ... 125

Tabel 10 Rekapitulasi dan Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 126

[image:12.595.118.524.81.440.2]
(13)

ix

Gambar 2 Kegiatan Siswa Pada Saat Mengerjakan Soal di Papan Tulis . 53

Gambar 3 Kegiatan Siswa Pada Saat Mencatat Materi Pelajaran ... 61

Gambar 4 Diagram Rekapitulasi Indikator Pemahaman Konsep Siswa

[image:13.595.114.527.80.476.2]
(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah masalah paling penting dan aktual sepanjang zaman,

karena dengan pendidikan orang menjadi maju dan mampu mengelola alam

yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya. Begitu pentingnya pendidikan,

sejalan dengan pemikiran yang berada dalam agama Islam, bahkan Islam

mewajibkan umatnya untuk berfikir, membaca, dengan menuntut ilmu, hal

tersebut terdapat dalam firman Allah SWT, yang tertulis dalam kitab Alqur’an. Bahkan Allah memberikan perbedaan untuk orang yang berilmu, serta meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana dalam

firmanNya pada QS. Al – Mujadillah ayat 11:



….









….

“ ….. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.1

Jelas sekali ayat di atas telah mendorong dan memotivasi kepada manusia

untuk giat menggali berbagai ilmu pengetahuan dengan mempelajarinya.

Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat

dijadikan tuntunan dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan salah

satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia karena dengan pendidikan

kehidupan dapat berkembang maju. Dalam pasal 3 No.20 tahun 2003

berkenaan dengan fungsi dan tujuan pendidikan sebagai berikut:

“ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

1

(15)

2

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.2

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di atas maka diselenggarakan

rangkaian kependidikan. Diantaranya pendidikan formal seperti sekolah, mulai

dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Di sekolah terdapat

serangkaian bidang studi yang harus dikuasai oleh siswa salah satunya adalah

matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran inti mempunyai peranan

yang penting bagi mata pelajaran inti lainnya. Sehingga matematika dapat

dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh setiap

siswa. Begitu pentingnya matematika, Suherman menjuluki “matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu”. Hal ini dimaksudkan bahwa matematika adalah sumber dari ilmu lainnya.3

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di

sekolah dan ilmu pengetahuan yang sudah dikenalkan pada anak-anak mulai

dari jenjang pendidikan paling rendah. Belajar matematika sangat penting

karena matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, misalnya banyak

persoalan yang memerlukan kemampuan geometri. Keduanya merupakan

materi yang diajarkan dalam matematika. Selain itu juga matematika dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi.

Geometri berasal dari kata geo yang berarti bumi dan metrein yang

berarti pengukuran jadi secara sederhana geometri adalah pengukuran tanah.4

Dalam Islam masalah pengukuran sangat ditekankan untuk mengukur dengan

sebenar-benarnya. Hal ini seperti dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Israa

ayat 35 yang berbunyi:









2

Undang-Undang Sisdiknas Bab II Pasal 3 Tahun 2003, hal 3

3

Erman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Fakultas MIPA UPI, 2003) hal.25

4

(16)

3

“ Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”5.

Dari ayat tersebut jelas kita dianjurkan untuk menyempurnakan

pengukuran tanpa harus mengurangi atau menambahi.

Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah

geometri. Geometri merupakan salah satu bagian dari matematika sekolah

yang diajarkan mulai dari SD. Dalam geometri dipelajari objek-objek berupa

fakta, konsep, dan prinsip geometri. Dengan menguasai objek-objek tersebut

dengan baik, diharapkan kemampuan verbal, visual, menggambar dan berfikir

logis siswa dapat tumbuh dan berkembang.

Geometri sebagai salah satu cabang matematika yang diajarkan di setiap

jenjang pendidikan diduga kurang dikuasai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Soedjaji yang menyatakan bahwa terdapat kelemahan

pengusaan materi geometri oleh siswa antara lain siswa sukar membedakan

sudut dan pojok, siswa sukar menentukan apakah suatu sudut siku-siku atau

tidak, serta siswa sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri,

terutama bangun ruang serta unsur-unsurnya. Rendahnya pengusaan materi

geometri pada jenjang pendidikan dasar menunjukan ketidakberhasilan siswa

dalam belajar geometri pada jenjang tersebut. Ketidakberhasilan ini

disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami fakta, konsep

dan prinsip geometri.

Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi geometri dapat

disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan

faktor yang berasal dari lingkungan luar siswa (faktor eksternal). Salah satu

faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar geometri adalah

perkembangan intelektual. Hal ini sesuai dengan pendapat Usiskin yang

menyatakan bahwa kemampuan intelektual sangat berperan dalam penguasaan

5

(17)

4

fakta dan konsep geometri.6 Selain faktor internal, juga terdapat faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar geometri yaitu

metode mengajar guru, sarana dan prasarana yang mendukung serta

lingkungan sekitar siswa yang kondusif.

Selain itu, metode pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada

kegiatan guru sebagai pemberi informasi (materi pelajaran) sehingga siswa

menjadi pasif. Siswa tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep

yang diajarkan karena pada umumnya siswa hanya aktif membuat catatan saja.

Akibatnya siswa hanya belajar menghafal sehingga kurang memahami materi

pelajaran tersebut.

Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dicari alternatif lain dalam

pembelajaran gometri yang berorientasi kepada pemahaman siswa sehingga

belajar menjadi aktif dan dinamis. Oleh karena itu perlu dirancang

pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif. Siswa harus

mencoba menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui

pengalaman belajarnya sehingga dapat memahami materi pelajaran tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pembelajaran matematika yang

dilakukan adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar

Van Hiele, yaitu suatu teori tentang perkembangan berpikir dalam belajar

geometri.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti fenomena di

atas dan dituangkan dalam sebuah judul skripsi yaitu: “UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE ”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Identifikasi Area

Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah kelas VII - 4

MTs Negeri 8 Jakarta Barat tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa dalam

6

(18)

5

penelitian ini 38 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 24 orang

perempuan. Secara umum kemampuan siswa di kelas masih tergolong

rendah. Hal ini terlihat dari nilai raport semester satu dimana masih

banyak siswa yang mendapat nilai di bawah standar yang ditetapkan

sekolah dan sebagian besar siswa masih tergolong siswa yang pasif dalam

mengikuti proses pembelajaran.

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan

pemahaman konsep geometri pada materi bangun datar pada siswa kelas

VII MTs Negeri 8 Jakarta Barat dengan menggunakan Teori Van Hiele.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan analisis dari data-data, peneliti berupaya untuk

meningkatkan pemahaman konsep geometri pada materi

persegi, persegi panjang, jajar genjang, trapesium, dan belah ketupat pada

siswa kelas VII MTs Negeri 8 Jakarta Barat dengan menggunakan Teori Van

Hiele.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan fokus penelitin yng telah diungkapkan di atas,

maka perumusan masalah penelitin ini adalah “upaya meningkatkan

pemahaman konsep geometri siswa dengan teori Van Hiele”. Agar perumusan

masalah ini dapat diukur maka diajukan pertanyaan yang akan dijawab

melalui penelitian:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan teori Van Hiele dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada pokok

bahasan geometri?

2. Bagaimana aktivitas proses belajar matematika dengan menggunakan

(19)

6 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

pemahaman konsep pada pelajaran matematika khususnya pada geometri

bangun datar, agar siswa menjadi lebih aktif dan lebih efektif dalam belajar

matematika khususnya bangun datar dan dapat menjadi solusi bagi

permasalahan yang ada di MTs Negeri 8 Jakarta Barat.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa: dapat meningkatkan pemahaman yang mendalam tentang

konsep-konsep geometri khususnya bangun datar.

2. Bagi guru: memperoleh alternatif pembelajaran dalam rangka membangun

pemahaman konsep-konsep geometri dan menambah wawasan tentang

berbagai model pembelajaran.

3. Bagi sekolah: menjadi sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka

perbaikan dan peningkatan pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti: sebagai tambahan pengetahuan untuk menangani

masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika dan menjadi ilmu

(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan

konsep, di bawah ini akan dipaparkan mengenai definisi pemahaman dan

konsep.

a. Definisi Pemahaman

“Pemahaman merupakan proses berfikir dan belajar, dikatakan demikian karena untuk ke arah pemahaman perlu diikuti

belajar dan berfikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan

cara memahami”.1

Pemahaman menurut Winkel adalah mencakup

kemampuan untuk menangkap makna berarti dari bahan yang

dipelajari.2 Selanjutnya pada taksonomi Bloom, “Pemahaman adalah

tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognitif yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu”3

.

Sedangkan menurut Haryanto pemahaman didefinisikan

sebagai “Kemampuan untuk menangkap pengertian dan sesuatu. Hal

ini dapat dipertunjukkan dalam bentuk menterjemahkan sesuatu,

misalnya angka menjadi kata atau sebaliknya”.4

Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan

seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang

diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas,

tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

Maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,

1

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 636

2

W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, hal 53.

3

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…, hal 224.

4

(21)

menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,

mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan,

dan mengambil kesimpulan.

Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi

pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk

tertentu kebentuk kata, seperti rumus matematika ke dalam bentuk

kata-kata membuat perkiraan tentang sesuatu kecenderungan yang

nampak dalam data seperti dalam grafik.

Menurut Polya (dalam Michener 1978) membedakan 4 jenis pemahaman:

1. Pemahaman mekanikal, (polya dalam Michener 1978) dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana

2. Pemahaman induktif, dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa. 3. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu 4. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu

tanpa ragu-ragu sebelum menganalisis secara analitik

Pollastek (1981) membedakan 2 jenis pemahaman yaitu: 1. Pemahaman komputasional, dapat menerapkan sesuatu pada

perhitungan rutin atau sederhana, atau mengerjakan secara algoritmik saja

2. Pemahaman fungsional dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan

Copeleade (1979) membedakan 2 jenis pemahaman: 1. Knowing how do, dapat mengerjakan secara rutin/algoritmik

2. Knowing, dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakan.5

Kognitif – Gestalt meliputi Teori Kognitif, Gestalt dan Teori

Medan (Field Thoery). Ada enam ciri dari belajar pemahaman menurut

Ernest Hilgard yaitu (1) Pemahaman yang dipengaruhi kemampuan dasar

(2) Pemahaman yang dipengaruhi pengalaman belajar yang lalu (3)

pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi (4) pemahaman

5

(22)

didahului oleh usaha coba-coba, (5) Belajar dengan pemahaman dapat

diulang, (6) pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.6

Jadi pemahaman ini lebih menekankan pada penguasaan dan

mengerti tentang sesuatu akan arti materi-materi matematika yang

mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan atau

materi yang dipelajari itu. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu

memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa

kaidah yang relevan serta dapat menghubungkannya dengan ide-ide yang

lain dengan implikasinya.

b. Definisi Konsep dan Pembelajarannya

Konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan

objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan properti umum. 7

Selanjutnya menurut Alisuf Sabri dalam bukunya psikologi

pendidikan, konsep adalah pengertian suatu arti untuk memiliki

sejumlah objek/benda yang memiliki ciri yang sama.

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau

sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga

melahirkan produk pengetahuan melalui prinsip, hukum dan teori. “Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak”.8

Menurut Nana Sudjana, konsep dapat didefinisikan sebagai

pola unsur bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian.

Hakikat suatu konsep tidak terdapat didalam masing-masing anggota,

tetapi didalam unsur atau sifat yang terdapat pada semua anggota.

Suatu konsep terbentuk karena adanya unsur-unsur yang berbeda yang

dijadikan menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan.

6

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 21

7

John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Kencana Persada Media Grup, 2008), Cet ke-2, hal. 352.

8

(23)

Mempelajari konsep merupakan kemampuan untuk

mengelompokkan benda atau peristiwa yang mempunyai hubungan. “Dalam hal ini, Gagne membedakan dua jenis konsep, yaitu konsep yang konkrit dan yang abstrak.”9

. Konsep konkret adalah pengertian

yang menunjukkan pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep

konkret biasa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga

ditunjukkan melalui definisi, karena merupakan sesuatu yang abstrak.

Sedangkan konsep yang abstrak adalah konsep yang mewakili realitas

hidup, tetapi tidak langsung menunjuk realitas lingkungan fisik, karena

realitas itu tidak berbadan. Bila seseorang telah mengenal suatu

konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan

untuk mengorganisasi konsep yang satu dengan yang lain dilakukan

melaui kemampuan kognitif.

Belajar memahami konsep menuntut kemampuan untuk

menemukan ciri-ciri yang sama pada sejumlah objek baik itu ciri-ciri

fisik maupun non fisik. Belajar konsep dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Belajar Konsep Konkrit

Belajar Konsep Konkrit adalah pengertian yang

menunjukkan kepada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep

ini di peroleh melalui pengamatan terhadap lingkungan hidup yang

berwujud nyata, yang dimiliki golongan benda tertentu, relasi sifat

diantara benda-benda dan golongan perbuatan tertentu.

2) Belajar Konsep yang Harus Didefinisikan

Yaitu siswa harus menghadapi tantangan khusus, karena

ciri-ciri atau sifat yang sama tidak ditemukan hanya melalui

pengamatan.

Konsep dalam matematika akan mudah dipahami dengan baik

jika disajikan kepada peserta didik dalam bentuk konkrit. Menurut

Dienes konsep matematika dipelajari menurut enam tahapan

bertingkat, yaitu: 9

(24)

1) Tahap Bermain Bebas

Tahap permulaan anak-anak belajar matematika, anak-anak bermain dengan benda-benda konkrit model matematika, mereka belajar bebas tidak teratur dan tidak diarahkan.

2) Tahap Permainan

Tahap ini mulai mengamati pola, sifat-sifat kesamaan, keteraturan/tidak keteraturan suatu konsep yang disoalkan oleh benda-benda konkrit

3) Tahap Penelaah Sifat Kesamaan

Pada tahap ini siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainanyang diikuti.

4) Tahap Refresentasi

Tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang sejenis

5) Tahap Simbolisasi

Pada tahap ini siswa belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.

6) Tahap Formalisasi.

Pada tahap ini siswa belajar mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru dari konsep itu.10

Dalam mengajar konsep matematika guru diharapkan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengetengahkan berbagai contoh yang tidak sama dari konsep memberi kemudahan dan generalisasi.

2) Menunjukkan konsep yang berbeda tetapi berhubungan, menolong diskriminasi.

3) Mengetengahkan yang bukan contoh dari konsep untuk memperbaiki diskriminasi dan generalisasi.

4) Menghindari mengetengahkan contoh dari konsep yang semua sifatnya sama, sehingga menghambat pengklasifikasian sempurna dari contoh-contoh konsep.11

Pemahaman konsep (Concept Understanding - biasanya

disingkat dengan soal CU) merupakan salah satu aspek dari tiga aspek

penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahanan konsep ini

bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan

memahami konsep dasar matematika yang telah diterima siswa. Ada

10

Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika, ( Bandung: JICA UPI, 2003), hal. 43.

11

(25)

beberapa ciri khusus yang membedakan antara soal pemahaman konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Menurut Sa’dijah (2006) setidaknya ada 7 ciri soal pemahaman konsep. Ciri-ciri tersebut

antara lain soal yang:

1. menyatakan ulang sebuah konsep

2. mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai

dengan konsepnya)

3. memberi contoh dan non-contoh dari konsep

4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep

6. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi

tertentu

7. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah

Berikut ini adalah beberapa contoh soal yang tergolong soal

pemahaman konsep:

1. Tulislah kembali perkalian dalam bentuk penjumlahan berulang!

2. Dilihat dari ukuran sudutnya, segitiga samasisi tergolong segitiga

3. Sebutkan tiga bilangan kuadrat sempurna dan tiga bilangan bukan

kuadrat sempurna!

c. Pengertian Matematika dan karakteristiknya.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

menyebabkan makin perlunya sumber daya manusia yang berkualitas

dan kritis serta tanggap terhadap berbagai macam permasalahan yang

timbul, akibat kemajuan teknologi itu sendiri. Matematika merupakan

salah satu alternatif untuk menghasilkan manusia yang bersumber daya

tinggi. Herman Hudoyo mengemukakan bahwa, “matematika

berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif”.12

12

(26)

“Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalah bahasa numerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosinal; matematika adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika adalah sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi simbol; matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur”13

Kata matematika berasal dari bahasa Latin yaitu mathematica,

yang mula-mula berasal dari kata yunani mathematike berkaitan pula

dengan kata mathanein yang berarti berfikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai “ ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.

“Matematika adalah cara atau metode berfikir dan bernalar. Matematika dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan, disitu setiap hari ide-ide baru diketemukan. Matematika adalah cara berfikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis persoalan didalam sains, pemerintah dan industri. Ia adalah bahasa lambang yang dipahami oleh semua bangsa berbudaya didunia bahkan dipercayai bahwa matematika akan menjadi bahasa dipahami oleh penduduk di planet mars (jika disana ada penduduknya!). Matematika adalah seni, seperti halnya musik, penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat sangat menyenangkan”14

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia, yang yang

berhubngan dengan idea, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari

empat wawasan yang luas yaitu Aritmatika, Aljabar, Geometri, dan

13

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung : JICA-UPI, 2001), hal. 15.

14

(27)

Analisa. Selain itu matematika adalah Ratunya ilmu (mathematics is the queen of the sciences), maksudnya antara lain ialah bahwa

matematika itu tidak bergantung pada bidang studi lain.

“James dan James (1976) dalam kamus matematikanya

mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnyadengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Sebagai contoh adanya pendapat yang mengatakan matematika itu timbul karena pemikiran-pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi 4 (empat) wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika”15

Berbeda halnya dengan Jujun S. Suriasumantri yang

menyatakan bahwa matematika adalah bahasa yang melambangkan

serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.16

Menurut Johnson dan Rising, matematika adalah bahasa istilah yang

diidentifikasikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya

dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide

tentang bunyi. 17 Menurut Rusefendi dalam bukunya mengatakan

bahwa matematika adalah ilmu tentang logika atau nalar, sesuatu yang

mantap dan pengorganisasian tentang waktu, bobot dan angka-angka

yang luas.18 Sedangkan menurut Andi Hakim dikatakan juga bahwa

matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang dipelajari oleh orang,

sehingga orang itu akan belajar mengatur jalan pikirannya dan

menambah kepandaiannya.19

15

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran…, hal. 16

16

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Sinar Harapan, 1996), hal. 190.

17

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran…, hal.17

18

E.T. Russeffendi, Pengajaran Matematika

19

(28)

Dengan uraian-uraian di atas mudah-mudahan cakrawala

pengertian kita tentang matematika makin bertambah luas, tidak terlalu

sempit dengan hanya memandang dari satu segi saja. Akan tetapi

walaupun diberikan dengan panjang lebar secara tertulis atau secara

lisan penjelesannya, tidak akan memberikan jawaban secara utuh yang

dapat dipahami secara menyeluruh tentang apa matematika itu.

Berbagai definisi tentang matematika telah banyak

diungkapkan oleh para pakar. Akan tetapi definisi atau ungkapan

pengertian matematika hanya dikemukakan terutama berfokus pada

tujuan pembuat definisi itu. Dengan kata lain tidak terdapat definisi

tentang matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua pakar

matematika.

Mengutip ucapan Abraham S Luchins dan Edith N Luchins (1973): “In short, the question what is mathematics? May be answered difficulty depending on when the question is answered, where it is answered, who answer it, and what is

regarded as being included in mathematics”. Pendeknya :

“apakah matematika itu?” dapat dijawab berbeda-beda

tergantung pada kapan pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika”.20

Matematika dalam bahasa Inggris disebut Mathematics, dalam bahasa Jerman Mathematik, dalam bahasa Italia Mathematico, dalam bahasa Rusia Mathematiceski, dan dalam bahasa Belanda Mathematic/Winskunde. Istilah-istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani Mathematica yang artinya ilmu atau pengetahuan. Kata tersebut juga dekat dengan istilah Mathein yang mengandung arti belajar (berfikir).21

Dengan demikian secara etimologis matematika adalah ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan cara bernalar. Dengan kata lain

matematika adalah ilmu yang menekankan pada penalaran logika yang

mempelajarinya. Meskipun demikian R Soedjadi menyatakan bahwa

20

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran…, hal.15

21

(29)

matematika memiliki karakteristik tertentu. Beberapa karakteristik

yang terdapat dalam matematika meliputi22

a. Memiliki obyek kajian yang abstrak

Objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah

abstrak, objek dasar itu meliputi fakta-fakta yang disajikan

dalam bentuk lambang atau simbol; konsep yang dapat

diperkenalkan melalui “definisi”, “gambar / gambaran / contoh”, dan “model / peraga”; skill/keterampilan yang biasa disebut operasi / relasi;dan prinsip yang dapat memuat

fakta, konsep maupun operasi.

b. Bertumpu pada kesepakatan

Kesepakatan yang sangat mendasar dalam matematika

adalah unsur-unsur yang tidak didefinisikan (unsur primitif)

dan aksioma untuk menghindari pendefinisian yang

berputar-putar. Unsur primitif disebut juga “pengertian pangkal”, contohnya dalam geometri Euclides yaitu titik, garis dan bidang. Sedangkan aksioma disebut juga “pernyataan pangkal”. Contohnya melalui suatu titik dapat dibuat tepat satu garis

c. Berpola pikir deduktif

Dalam matematika sebagai ilmu, pola fikir yang diterima

hanya yang bersifat deduktif. Artinya, pemikiran dari hal

yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus. Pola

deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang sederhana

maupun dalam bentuk yang sangat kompleks.

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam matematika banyak sekali simbol-simbol yang

digunakan, diantaranya berupa lambang bilangan, huruf,

lambang operasi, dan sebagainya. Rangkaian simbol dalam

22

(30)

matematika dapat membentuk suatu model matematika.

Secara umum, model x + y = z dan tanda + masih kosong

dari arti, terserah kepada siapa yang akan

memanfaatkannya. Kosongnya arti dari simbol maupun tanda dalam matematika ini memungkinkan ”intervensi” matematika ke dalam berbagai pengetahuan.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan (universal)

Dalam matematika, diperlukan kejelasan lingkup atau

semesta pembicaraan apa simbol atau tanda itu digunakan.

Jika lingkup pembicaraannya bilangan maka simbol-simbol

yang digunakan diartikan sebagai bilangan bilangan benar

atau salahnya maupun ada atau tidaknya penyelesaian

model matematika sangat ditentukan oleh semesta

pembicaraannya.

f. Konsisten dalam sistemnya.

Dalam matematika, terdapat banyak system. Ada sistem

yang berkaitan satu dengan yang lain, ada pula sistem yang

lepas satu dengan yang lain. Di dalam masing-masing sistem dan strukturnya berlaku “ketaatazasan”atau konsistensi. Artinya bahwa tiap sistem dan struktur tidak

boleh ada kontradiksi.

Belajar merupakan proses perubahan dalam tingkah laku yang

lebih baik, karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,

baik fisik maupun psikis, seperti perubahan pengertian, pemecahan

suatu masalah dan keterampilan atau sikap.

Adapun berkaitan dengan mengajar, menurut Hudoyo mengajar

adalah suatu kegiatan yang melibatkan pengajar dan peserta didik.

(31)

tangan pengajar, dan peserta didik diharapkan menjadi terbiasa belajar

sehingga ia mempunyai kebiasaan belajar.23

Dengan demikian dapat diartikan bahwa mengajar pada

dasarnya adalah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

menjalani proses belajarnya, yaitu dengan memberikan rangsangan,

bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada para siswa.

Dalam konteks yang lain, pembelajaran adalah proses membuat

orang belajar. Proses pembelajaran bersifat eksternal yang dirancang

dan bersifat rekayasa perilaku, sedangkan proses belajar bersifat

internal. Sedangkan dalam mengajar, pengajar melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

Proses belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan

lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata

berasal dari pengalaman dalam kehidupan. Dengan demikian dalam

arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan disekolah,

dimana terjadi proses sosialiasasi individu dengan lingkungan sekolah,

seperti guru, fasilitas, atau teman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika pada hakikatnya adalah proses rekayasa kegiatan belajar

mengajar matematika, yang dilakukan oleh pengajar untuk

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar matematika.

Dalam pembelajaran matematika dituntut peran serta seluruh

komponen pembelajaran. Guru sebagai fasilitator hendaknya

memfasilitasi siswa agar dapat menangkap obyek matematika, bagi

siswa senantiasa memotivasi diri untuk terus belajar dengan giat,

karena dalam belajar matematika dibutuhkan kemampuan nalar dan

kreatifitas mengembangkan konsep yang tinggi.

23

(32)

d. Pemahaman Konsep Matematika

Pada pembelajaran matematika, pemahaman ditujukkan

terhadap konsep-konsep matematika, sehingga lebih di kenal istilah

pemahaman konsep matematika. Pemahaman dalam pengertian

pemahaman konsep matematika mempunyai beberapa tingkat

kedalaman arti yang berbeda-beda. Berikut diuraikan beberapa jenis

pemahaman menurut para ahli:

a. Skemp(1976) membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu:

1. Pemahaman instruksional(instructional understanding),

yaitu pemahaman konsep atas konsep yang saling terpisah

dan hanya hafal rumus dan perhitungan sederhana.

2. Pemahaman relasional (relational understanding), yaitu

pemahaman yang termuat dalam suatu skema atau struktur

yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang

lebih luas.24

b. Bloom membedakan bahwa ada tiga kategori pemahaman,

yakni:25

1. Penerjemahan (translation), yaitu pemahaman yang

berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerjemahkan

kalimat dalam soal menjadi bentuk lain, misalnya

menyebutkan variable-variabel yang diketahui dan yang

dinyatakan atau mengubah dari lambang ke arti.

2. Penafsiran (interpretation), yaitu pemahaman yang

berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan

konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam

menyelesaikan soal.

24

Muli, Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran IPA. dalam http://muli 30.wordpress.com/2009/05/17/pengelolaan-kelas-pembelajaran/, 22 Juni 2010, 00:10 WIB

25

(33)

3. Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang

berkaitan dengan kemampuan siswa yang menyimpulkan

konsep yang telah diketahui dengan menerapkannnya

dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal.

Seorang dikatakan memahami konsep matematika bila ia telah

mampu melakukan beberapa hal di bawah ini, antara lain:

1. Menemukan kembali suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahami sebelumnya.

2. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan ide atau gagasan konsep tersebut.

3. Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-cara yang tepat.

4. Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.26

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, pemahaman konsep

matematika yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kemampuan siswa

menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk-bentuk lain, dan selanjutnya

diterapkan ke dalam konsep yang telah dipilihnya secara tepat untuk

menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan perhitungan matematis.

Pemahaman konsep matematika yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pemahaman yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu, Translation,

Interpretation, dan extrapolation.

e. Pengertian Geometri

Geometri berasal dari bahasa yunani yakni “Geometrein” (Geo

= bumi dan metrein = mengukur). Geometri merupakan perhitungan

luas dan volume. Geometri digunakan untuk membangun piramida,

26

(34)

geometri digunakan untuk astronomi dan perhitungan kalender.

Geometri akan dipelajari secara informasi dan intuisi. Geometri adalah

bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, bidang dan

ruang. Sudut adalah besarnya rotasi antara dua buah garis lurus; ruang

adalah himpunan titik- titik yang dapat membentuk bangun-bangun

geometri; garis adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan

himpunan titik- titik yang mempunyai sifat khusus; bidang adalah

himpunan- himpunan titik- titik yang terletak pada permukaan datar ,

misalnya permukaan meja (negoro, 2003: 1)

Ada beberapa sistem geometri yang dikenal yaitu geometri-

geometri Teori Euclid. Dinamakan Teori Euclid karena kehadirannya

yang tidak sependapat dengan salah satu konsep geometri Euclid.

Konsep tersebut adalah kesejajaran yang termasuk di dalamnya adalah

geometri Netral, geometri Lobachevsky, dan geometri Reimman

(Soewito, 1991/1992).

Euclid membangun sistem geometri berdasarkan 23 definisi, 5

postulat, dan 9 aksioma (common sense).

a. Geometri Netral

Geometri netral lahir setelah Gerelamo Saccheri (1667- 1733) dari

Italia berusaha membuktikan bahwa postulat sejajar dengan Euclid

adalah sebuah teorema yang dapat dibuktikan dengan berdasarkan

pada postulat Euclid, tetapi Saccheri tidak berhasil, namun

usahanya ini merupakan awal dari geometri netral.

b. Geometri Lobachevsky

Lobachevsky menyatakan secara khusus terdapat lebih dari satu

garis yang dapat ditarik sejajar satu garis melalui satu titik yang

terletak pada suatu garis yang ditegaskan sebagai postulat yang

stamen yang kebenarannya diterima tanpa persoalan.

c. Geometri Reimman

Reimman melihat geometri dalam satu bentuk yang jauh lebih luas

(35)

ruangan dalam pengertain yang biasa, tetapi geometri sebagai

himpunan dan n- tripel terurut yang dikombinasikan dengan

aturan-aturan tertentu.

Menurut Greenberg, pada awal perkembangannya pengertian

geometri secara sederhana adalah pengukuran tanah.27 Namun sejalan

dengan perkembangan zaman, arti geometri pun ikut berkembang,

seperti yang diungkap oleh Tia Purniati:

Geometri merupakan salah satu pelajaran matematika yang penting untuk dipelajari, karena geometri mencakup latihan berpikir logis, kerja yang sistematis, menghidupkan kreativitas, serta dapat mengembangkan kemampuan berinovasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang belum memahami konsep-konsep geometri. Kesulitan belajar geometri tersebut dapat menghambat proses belajar geometri selanjutnya. Agar geometri lebih mudah dipahami siswa, hasil penelitian Van Hiele dapat dimanfaatkan. Hasil penelitian Van Hiele yang diperhatikan adalah mengenai tahap berpikir. Salah satu kemampuan siswa yang diharapkan dari hasil pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi matematik. Komunikasi matematika adalah hal yang lekat dalam belajar geometri.28

Menurut Suydam terdapat kesepakatan bahwa tujuan

pengajaran geometri adalah untuk:

a. Mengembangkan kemempuan berfikir logis

b. Mengembangkan intuisi keruangan mengenai dunia nyata c. Menanamkan pengetahuan yang diperlukan untuk belajar

matematika lebih banyak.

d. Mengajar membaca dan menginterpretasikan argumen-argumen matematika.29

f. Konsep Bangun Datar

Bangun datar adalah bangun yang dibuat atau dilukis pada

permukaan datar. Bangun datar disebut juga bangun berdimensi dua.

27

Dwi Mulyo, Perbedaan Hasil Belajar Geometri Antara Siswa Yang Diajar Menggunakan Alat Audiovisual Dengan Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Alat Peraga Matematika.

(Jakarta: MIPA IKIP, 1998), hal 12

28

abstrakmat2004 . Abstrak thesis dan disertasi program study Matematika

29

(36)

Bangun-bangun datar diantaranya adalah segitiga, segi empat, dan

lingkaran.

a. Segitiga adalah sebuah bangun yang mempunyai tiga sisi lurus

yang ketiga ujungnya saling bertemu dan membentuk tiga buah

sudut dan jumlah ketiga sudutnya adalah 180°. Bangun segitiga

yang paling sederhana adalah segitiga sama sisi yang semua

sisinya sama panjang dan memiliki tiga buah sudut yang sama

besar. Masing-masing sudutnya 60°. Bentuk-bentuk segitiga yang

lainnnya yaitu segitiga sama kaki yang memiliki dua dua sisi yang

sama panjang dan dua sudutnya sama besar. Segitiga siku-siku

yang salah satu berbentuk siku-siku dan besarnya 90°. Dan

segitiga sembarang yang tidak memiliki sisi atau sudut yang sama.

b. Segi empat

Kata segiempat atau dalam bahasa Inggrisnya “Quadrilaterd” yaitu

bangun yang memiliki empat sisi dan empat buah sudut.

Bangun-bangun segi empat diantaranya yaitu persegi, persegi panjang, jajar

genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

1. Persegi

Bangun yang dapat menempati bingkainya dengan 8 cara

disebut persegi.

Sifat-sifat persegi

Sifat-sifat persegi panjang yang dimiliki oleh persegi panjang

adalah:

a. Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar,

a. Diagonalnya sama panjang,

b. Diagonalnya berpotongan membagi dua sama panjang.

c. Sudut-sudut dalam persegi dibagi dua sama besar oleh

diagonal-diagonalnya, sehingga diagonal-diagonalnya

(37)

d. Diagonal-diagonal setiap persegi berpotongan membentuk

sudut siku-siku.

Berdasarkan sifat-sifat di atas maka persegi adalah: Persegi

panjang yang keempat sisinya sama panjang.

2. Persegi panjang

Persegi panjang menempati bingkainya dengan 4 cara seperti

pada gambar di bawah ini:

Sifat-sifat persegi panjang:

a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

b. Dalam setiap persegi panjang sisi-sisi yang berhadapan

sejajar.

c. Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya sama

besar.

d. Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya

merupakan sudut siku-siku.

e. Diagonal-diagonalnya sama panjang

Jadi berdasarkan sifat-sifat di atas persegi panjang adalah segi

empat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang

berhadapan sama panjang dan sejajar

3. Jajar genjang

Jajargenjang dapat dibentuk dari gabungan sebuah segitiga dan

bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan titik

tengah salah satu sisinya.

(38)

Sifat-sifat jajargenjang

a. Pada setiap jajargenjang sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar

b. Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan

sama besar

c. Pada setiap jajargenjang jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 180˚

d. Kedua diagonal pada setiap jajargenjang saling membagi

dua sama besar

4. Belah ketupat

Belah ketupat dibentuk dari gabungan segitiga sama kaki dan

bayangannya setelah dicerminkan terhadap alasnya.

Sifat-sifat belah ketupat a. semua sisinya sama panjang

b. kedua diagonal setiap belah ketupat merupakan sumbu

simetri

c. pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan

sama besar dan dibagi dua sama besar oleh

diagonal-diagonalnya

d. kedua diagonal setiap belah ketupat saling membagi dua

sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus

5. Layang-layang

Layang-layang dibentuk dari gabungan segitiga sama kaki yang

panjang alasnya sama dan berhimpit

Sifat-sifat layang-layang

a. pada setiap layang-layang masing-masing sepasang sisinya

(39)

b. pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut

berhadapann yang sama besar

c. pada setiap layang-layang, salah satu diagonalnya

merupakan sumbu simetri

d. pada setiap layang-layang salah satu diagonalnya membagi

dua sama panjang diagonal lain dan tegak lurus dengan

diagonal itu.

6. Trapesium

Trapesium merupakan segiempat dengan tepat sepasang sisi

yang berhadapan sejajar.

Sifat-sifat trapesium

Pada setiap trapesium, jumlah sudut yang berdekatan diantara

dua sisi sejajar adalah 180°.

2. Teori belajar Van Hielle dan Implementasinya a. Pengertian Teori Belajar Van Hiele

Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang

dikemukakan oleh Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap

perkembangan mental anak dalam geometri. Van Hielle adalah seorang

guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran

geometri. Hasil penelitiannya itu, yang dirumuskan dalam disertasinya,

diperoleh dari kegiatan tanya jawab dan pengamatan.

Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran

geometri yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang

diterapkan, jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan

kemampuan berfikir yang lebih tinggi.30

Berdasarkan teorinya, Van Hiele mengatakan bahwa seseorang

akan melalui lima tingkatan hirarkis pemahaman di dalam belajar

geometri. Setiap tingkatan menunjukan proses berfikir yang digunakan

30

(40)

seseorang dalam belajar pada konteks geometri. Tingkatannya itu

meliputi visualisasi, analisis, abstraksi, deduksi dan rigor.

Tingkat 0: Visualisasi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini,

siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan

(wholistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan

komponen-komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun

pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa

belum mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada

tingkat ini siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia

belum menyadari ciri-ciri bangun persegi panjang tersebut.31 Misalnya

sapu tangan berbentuk persegi.

Tingkat1: Analisis

Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini

siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri

dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa

sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu

bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur

tersebut. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan

bahwa suatu bangun merupakan persegi panjang karena bangun itu “mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku”32

Pada tahap ini juga siswa sudah mampu menyebutkan

keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu. Misalnya di saat ia

mengamati persegi panjang, ia telah mengetahui bahwa terdapat 2

pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling

31

htpp://kris-21.blogspot.com. Pembelajaran Matematika Berdasarkan Teori Van Hiele

32

(41)

sejajar. Dalam tahap ini anak belum mampu mengetahui hubungan

yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri

lainnya. Misalya, anak belum mengetahui bahwa persegi adalah

persegi panjang dan persegi adalah belah ketupat, dan sebagainya.

Tingkat2: Abstraksi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat

relasional. Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan

antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai

contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada

suatu segi empat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang

berhadapan itu sama panjang. Di samping itu pada tingkat ini siswa

sudah memahami perlunya definisi untuk tiap-tiap bangun. Pada tahap

ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang

satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah

bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegi panjang,

karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegi panjang.33

Tingkat3: Deduksi

Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara

deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum

menuju hal-hal yang bersifat khusus. Demikian pula ia telah mengerti

betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan,

disamping unsur-unsur yang didefinisikan. Misalnya anak sudah

memahami dalil. Selain itu, pada tahap ini anak sudah mulai mampu

menggunakan aksioma atau postulat yang digunakan dalam

pembuktian34.

Postulat dalam pembuktian segitiga yang sama dan sebangun,

seperti postulat sudut-sudut-sudut, sisi-sisi-sisi atau sudut-sisi-sudut,

33

htpp://kris-21.blogspot.com. Pembelajaran Matematika……….

34

(42)

dapat dipahaminya, namun belum mengerti mengapa postulat tersebut

benar dan mengapa dapat dijadikan sebagai postulat dalam cara-cara

pembuktian dua segitiga yang sama dan sebangun (kongruen)

Tingkat4: Rigor atau Akurasi

Dalam tahap ini anak sudah mulai menyadari betapa

pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu

pembuktian. Misalnya, ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma

atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan

tahap berpikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Pada umumnya

tingkat ini merupakan tingkatan ahli matematika yang mempelajari

geometri sebagai cabang matematika.

Van Hiele juga memiliki karekteristik sebagai berikut :

a. Tingkatan pemikiran individu tentang geometri menurut

pandangan Van Hiele adalah berurutan.

b. Tingkatan Van Hiele tidak bergantung pada umur.

c. Pengalaman geometri merupakan faktor tunggal yang

mempengaruhi tingkatan.

d. Apabila pada proses pembelajaran, bahasa yang digunakan untuk

tingkat yang lebih tinggi dari yang dimiliki oleh siswa maka belajar

yang sebenarnya tidak dapat terjadi.

b. Implementasi Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Matematika Untuk meningkatkan suatu tahap berfikir ke tahap berfikir yang

lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5

fase (langkah), yaitu: informasi (information), orientasi langsung

(directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free

(43)

Fase 1 : Informasi (information)

Pada awal fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab

dan kegiatan tentang obyek-obyek yang dipelajari pada tahap berpikir

yang bersangkutan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil

melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah :

a. Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai siswa

mengenai topik yang dibahas

b. Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka

menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.

Fase 2 : Orientasi langsung (directed orientation)

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang

dengan cermat disiapkan guru. Aktifitas ini akan berangsur-angsur

menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri untuk

tahap berpikir ini. Jadi, alat ataupun bahan dirancang menjadi tugas

pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.

Fase 3 : Penjelasan (explication)

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan

pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di

samping itu untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat

dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut

berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai

tampak nyata.

Fase 4 : Orientasi bebas (free orientation)

Pada tahap ini siswa ditantang untuk menghadapi tugas-tugas

yang lebih kompleks yaitu tugas yang memerlukan banyak langkah

penyelesaian. Pada tahap ini adalah siswa mendapatkan pengalaman

menyelesaikan permasalahan dengan cara mereka sendiri. Peran guru

(44)

mendapatkan pembelajaran yang memungkinkan berbagai

performance siswa.

Fase 5 : Integrasi (integration)

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah

dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan

melengkapi survey secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari

siswa. Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan

sesuatu yang baru.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Skripsi Nunung Sri Widayati yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Teori Belajar Van Hiele

Pada Pokok Bahasan Geometri Di SDN Paseban 02 Pagi, Jakarta, UNJ,

2007. dari penelitiannya disimpulkan bahwa dengan menggunakan teori

Van Hiele hasil belajar matematika siswa meningkat secara signifikan. Hal

ini di karenakan dalam pembelajaran geometri, yang banyak bekerja

adalah siswa itu sendiri. Respon siswa dengan tahap-tahap awal Van Hiele

umumnya baik.

2. Tesis Tia Purniati yang berjudul Pembelajaran Geometri Berdasarkan

Tahap-Tahap Awal Van Hiele Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2004.

Pada tesis ini disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika

siswa yang pembelajaran geometrinya berdasarkan tahap-tahap awal Van

Hiele lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang

pembelajaran geometrinya secara biasa. Respon siswa dan guru terhadap

pembelajaran geometri berdasarkan tahap-tahap awal Van Hiele umumnya

baik. Siswa merasa senang dan tertarik dan guru berminat untuk

menggunakan tahap-tahap awal Van Hiele pada pembelajaran geometri

selanjutnya. Sebaliknya, respon siswa terhadap soal-soal komunikasi

(45)

matematika merupakan hal yang baru, sehingga siswa mengalami

kesulitan dalam menyelesaikannya.

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar bukanlah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi atau materi pelajaran namun belajar merupakan perubahan tingkah

laku dengan serangkaian kegiatannya. Belajar matematika merupakan suatu

proses perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam tingkah laku

sebagai hasil pemikiran yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran

melalui penalaran latihan dan pengalaman yang relative menetap.

Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah

geometri. Pembelajaran geometri tidak hanya mencakup aspek menghapal

melainkan siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki, mencoba, menemukan

berbagai ide dan juga didorong untuk merumuskan pernyataan yang tepat, logis

serta memeriksa kebenaran kesimpulan. Untuk memahami bangun geometri

siswa harus berbuat dan bekerja bukan sekedar membaca ataupun

mendengarkan. Oleh karena itu, pemberian materi geometri harus melibatkan

siswa secara mental maupun f

Gambar

Tabel 1 Refleksi Siklus I  .....................................................................
Gambar 1 Kegiatan Siswa Pada Saat Mencatat Materi Pelajaran  ............   49
Gambar 1 Kegiatan siswa pada saat mencatat materi pelajaran
  Gambar 2 Kegiatan siswa pada saat mengerjakan soal di papan tulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan ini adalah “bagaimana meningkatkan pemahaman konsep matematika

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikakukan, dan pada hasil analisis serta pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemampuan

Pada akhir siklus diadakan tes pemahaman konsep matematika. Pada tes awal yang diberikan sebelum tindakan diperoleh rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep

Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, maka

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan macromedia flash ; (2) respons siswa terhadap

berbagai bentuk representasi matematika.. Tahap I) Relating (mengaitkan), pada tahap ini siswa akan merasa tertarik untuk mengamati kemudian mengkaitkan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan segiempat melalui penerapan pembelajaran problem posing.. Subjek

Ketika siswa mengetahui objek tersebut secara visual maka ia dapat membedakan suatu objek dengan objek yang lain (diskriminasi visual).. Dalam pembelajaran gometri hal