• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH

UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN

TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR

AMERIKA

SKRIPSI

Disusun Oleh : Rizki Ansori 104081002550

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

2

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH

UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN

TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR

AMERIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Rizki Ansori 104081002550

Pembimbing I Pembimbing II

Prof Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini,Lc.Msi NIP : 19690203 200112 1 003 NIP : 19770122 200312 1 001

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

3 Hari ini Kamis tanggal 22 Juli Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rizki Ansori NIM : 104081002550 dengan judul : “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

Amerika.”

Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juli 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Indoyama Nasarudin,SE,M.AB Arief Mufraini,Lc.Msi Ketua Sekretaris

(4)

4 Hari Selasa Tanggal 8 Bulan September Tahun 2010 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas nama Rizki Ansori NIM : 104081002550 dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

Amerika.”

Memperhatikan dan menguji kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 September 2010 Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM Arief Mufraini,Lc.Msi Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid,MS Indoyama Nasarudin SE, M.AB Penguji Ahli I Penguji Ahli II

(5)

5 LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 dari Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Jakarta, 19 September 2010

(6)

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizki Ansori

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 9 September 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cipinang Kebembem Rt.002 Rw.010 No.38B

Jakarta Timur

Telepon : 021-91152402

Pendidikan :

2004 – 2010 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2001 – 2004 SMU Negeri 36 Jakarta

1998 – 2001 SLTP Negeri 44 Jakarta

1996 – 1998 SD Negeri 13 Pagi Jakarta

(7)

7

ABSTRACT

This research has a purpose to provide empirical evidences about the inflation, SBI, money supply, and income value, to rupiah exchange rate to US dollar in Indonesia. The sample is Bank of Indonesia at periode 2006 – 2009. The statistic methode uses to test on the research hypothesis is multiple regression methode. The multiple regression test indicated that variable of inflation, SBI, money supply, and income value are simultaneously influence to exchange rate, and the most influential variable is money supply. This result also showed that the exchange rate is 74,7% explained by inflation, SBI, money supply, and income value, and 25,3% explained by another variables.

(8)

8

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh inflasi, SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah Bank Indonesia pada periode 2006 – 2009. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah metode regresi berganda.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel inflasi, SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan secara simultan berpengaruh terhadap nilai tukar, dan variabel yang paling mempengaruhi adalah jumlah uang beredar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel nilai tukar dapat dijelaskan oleh variabel inflasi, SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan sebesar 74,7% sedangkan sisanya sebesar 25,3% dijelaskan oleh variabel lain.

(9)

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT. Semoga kita selalu mendapat rahmat dan hidayah-Nya, semoga kita berada pada jalan yang benar menurut kehendak-Nya. Shalawat dan salam kita ucapkan untuk Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillahi Robbil Alamin, atas selesainya skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika”. Dengan berbagai keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pembuatan dan hasil skripsi yang telah jadi ini merupakan suatu anugerah yang indah dari Sang Pencipta yang selalu menunjukkan jalan dengan cara-Nya dan atas doa-doa yang dikabulkan-Nya. Pembuatan skripsi ini juga tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang dalam penulis sampaikan kepada pihak-pihak dan orang-orang yang telah membantu dan semoga semuanya mendapat perlindungan-Nya.

Mama dan Bapak ku tercinta, yang selalu memberi limpahan perhatian, kasih sayang, dukungan moral dan spiritual serta material kepada penulis. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan menjadikan semangat dan motivasi untuk meneruskan perjuangan hidup. Untuk keluarga besar ku di Jakarta dan di Pontianak yang telah memberikan motivasinya supaya skripsi ini cepat terselesaikan.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran-saran, pengetahuan, petunjuk, dan meluangkan waktunya hingga skripsi ini selesai.

(10)

10 Bapak Indoyama Nasarudin SE, M.AB, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan ilmunya selama penulis masih duduk di bangku perkuliahan, dan terima kasih juga telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan. Kemudian untuk seluruh staf akademik, staf keuangan, dan staf perpustakaan, terima kasih atas berbagai bantuannya.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang bersama-sama saling membantu, tukar-menukar informasi, dan berjuang bersama dalam suka dan duka yaitu, Dzikri, Purwo, Gelar, Bambang, Zuhdi, Doni, Sandhy, Rama, Kosasih, Alfian, Wira, Dhana, Bayu, Angga, Dira, Ika, dan semua teman-teman manajemen D angkatan 2004. Terima kasih kawan atas bantuan dan pertolongan kalian.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisannya, untuk itu masukan atau saran-saran yang membangun diharapkan dapat membuat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Jakarta , 24 Agustus 2010 Rizki Ansori

(11)

11

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ………. i

Abstract……….... ii

Abstrak………. iii

Kata Pengantar………. iv

Daftar Isi………... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Lampiran... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………... 1

B.Identifikasi Masalah………. 11

C.Batasan Masalah………... 11

D.Perumusan Masalah……….. 11

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian……….. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori………. 14

1. Sejarah Uang………... 14

2. Pengertian Bank……….. 16

B.Nilai Tukar (Kurs)……… 18

1. Penentuan Nilai Tukar………... 19

2. Sistem Kurs Mata Uang……….. 19

3. Sejarah Perkembangan Nialai Tukar di Indonesia……….. 22

C.Tingkat Inflasi……….. 23

1. Pengertian Inflasi………. 23

2. Metode Penghitungan Inflasi……….. 24

3. Jenis Inflasi………. 26

4. Teori Yang Berkaitan dengan Inflasi……….. 28

5. Hubungan antara Inflasi dengan Nilai Tukar Rupiah………..……… 29

D.Tingkat Suku Bunga………. 32

1. Pengertian Suku Bunga……….... 32

2. Unsur-unsur di dalam Tingkat Suku Bunga………...….. 34

3. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia……….. 35

4. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia……….. 36

(12)

12

6. Karakteristik sertifikat Bank Indonesia……….... 36

7. Fungsi Suku Bunga……….. 38

8. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Nilai Tukar Rupiah……..… 39

E.Jumlah Uang Beredar………....……… 39

1. Pengertian Jumlah Uang Beredar……….... 39

2. Konsep dan Definisi Jumlah Uang Beredar………... 42

3. Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Nilai Tukar Rupiah………. 44

F. Tingkat Pendapatan………... 45

1. Pengertian Tingkat Pendapatan………..……. 45

2. Konsep Pendapatan Nasional………...………… 45

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan…...……….. 49

4. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Nilai Tukar Rupiah…...……. 51

G.Kerangka Pemikiran……….. 51

H.Hipotesis……… 55

I. Penelitian Terdahulu………...……….. 55

BAB III METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkung Penelitian………...………... 58

B.Metode Penentuan Sampel………...…….……… 58

C.Metode Pengumpulan Data………..……….... 59

D.Metode Analisis………...………. 59

E.Operasional Variabel Penelitian……… 65

BAB IV PEMBAHASAN A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……….. 69

1. Sejarah Singkat Lembaga Keuangan di Indonesia..……… 69

2. Sejarah Singkat Bank Indonesia………..……… 71

B.Pengolahan dan Analisis Deskriptif……….. 72

1. Analisis Deskriptif Variabel………..……….. 73

a. Deskriptif variabel Tingkat Inflasi………. 73

b. Deskriptif variabel SBI……….. 74

c. Deskriptif variabel Jumlah Uang Beredar……….. 75

d. Deskriptif variabel Tingkat Pendapatan………. 77

e. Deskriptif variabel Nikai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 78 C.Hasil Uji Asumsi Klasik……… 79

a. Hasil Uji Normalitas Data….……….. 79

b. Hasil Uji Multikolinearitas………...……… 81

c. Hasil Uji Autokorelasi………..………... 82

d. Hasil Uji Heterokedastisitas………..……….. 83

D.Pengujian Hipotesis……….. 84

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)……….……….…. 84

b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)………..……….. 85

c. Uji Signifikan Parameter Individual/Parsial (Uji t)…...……….. 85

(13)

13 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A.Kesimpulan………...……… 90

B.Implikasi………...……… 91

C.Saran………...……….. 91

DAFTAR PUSTAKA

(14)

14 DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Tabel Tingkat Inflasi 73

4.2 Tabel Suku Bunga SBI 74

4.3 Tabel Jumlah Uang Beredar 75 4.4 Tabel Tingkat Pendapatan relatif impor 77 4.5 Tabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika 78 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 81

4.7 Hasil Uji Autokorelasi 82

[image:14.612.115.505.128.558.2]
(15)

15 DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

[image:15.612.116.505.129.553.2]
(16)

16 DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hasil Output SPSS 16

(17)

17

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau aktivitas ekonomi pun sekarang juga telah menjadi satu kesatuan yang global (globally unified). Perubahan yang terjadi pada ekonomi suatu negara, secara cepat mempengaruhi ekonomi negara lain terutama negara-negara yang menjadi partner ekonomi atau mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat.

Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan diperdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional (Hadori Yunus 2006).

(18)

18 penentuan kurs valuta asing mulai mendapat perhatian besar dari ahli ekonomi terutama sejak kelahiran kurs mengambang pada tahun 1973. Sejak saat itu kurs valuta asing dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi variabel-variabel yang mempengaruhinya (Tri Wibowo dan Amir Hidayat2005).

Perubahan-perubahan dalam aktivitas ekonomi ini biasanya tercermin dalam perubahan atau fluktuasi nilai mata uang. Dan tentu saja, konsekuensinya bagi perusahaan-perusahaan multinasional atau perusahaan-perusahaan eksportir atau importir akan menghadapi kecemasan-kecemasan dalam hal devaluasi atau revaluasi. Belum lagi mengantisipasi aktivitas para spekulan mata uang yang kadang cukup signifikan mempengaruhi nilai mata uang (Tri Wibowo dan Amir Hidayat2005).

Tentu saja perubahan-perubahan kurs yang fluktuatif di dalam negeri dan luar negeri tidak dapat terlepas dari pengawasan Bank Indonesia dan Bank Dunia. Inilah fungsi dari Bank Indonesia untuk mengatur kebijakan moneter di dalam negeri yang membuat nilai tukar (kurs) Rupiah tetap stabil (Tri Wibowo dan Amir Hidayat2005).

Perbankan merupakan salah satu faktor ekonomi yang sangat penting perannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia terutama dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara sektor defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam hal ini masih dibebankan pada bank-bank pemerintah (Dedy,2003:3).

(19)

19 atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).

Bank memiliki fungsi yaitu untuk menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat, oleh karena itu bank harus memiliki kinerja yang baik yang di capai dari semua aktivitas usahanya (Martono 2004).

Bank Indonesia (BI) adalah lembaga negara yang independen. Pemerintah atau pihak lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia wajib menolak atau mengabaikan segala bentuk campur tangan. Pelanggaran terhadap larangan campur tangan maupun terhadap kewajiban untuk menolak campur tangan, di ancam penjara minimal 2 tahun dan maksimal denda minimal Rp 2 Milyar dan maksimal Rp 5 Milyar (Undang-Undang No. 23 Tahun 199 Tentang Bank Indonesia Pasal 67,68). (Bank Indonesia)

Masih sangat melekat dalam ingatan kita bersama atas pengaruh krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana hampir seluruh lapisan masyarakat harus ikut menanggung akibatnya. Jumlah pengangguran yang meningkat tajam, kurs nilai tukar yang tidak stabil, serta tipisnya kadar kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan merupakan faktor-faktor yang masih terus diupayakan perbaikannya. (Bank Indonesia)

(20)

20 Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi, semakin lancar dan handal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar. (Bank Indonesia)

BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important), bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). (Bank Indonesia)

Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. (Bank Indonesia)

(21)

pihak-21 pihak yang dapat menerbitkan atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata kelola (governance) SPN. (Bank Indonesia)

Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy

tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang. (Bank Indonesia)

(22)

22 yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan. (Bank Indonesia)

Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu. Kegiatan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut dan udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem monitoring. (Bank Indonesia)

Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil. (Bank Indonesia)

Kebijakan pengendalian inflasi hingga saat ini masih menjadi perhatian utama kebijakan perekonomian nasional terutama yang selama ini dijalankan oleh otoritas moneter di dalam negeri (Iswardono, 2001). Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, pihak Bank Indonesia menerapkan model inflation targetting

(23)

23 lebih banyak mengkonsentrasikan pencapaian sasarannya dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, yaitu instrumen tingkat suku bunga (Suhaedi, et al, 2000). Instrumen lainnya juga dilakukan untuk dapat mengendalikan jumlah peredaran uang atau jumlah uang beredar. Pada aspek yang lebih luas, pihak otoritas moneter juga tidak mengabaikan instrumen kebijakan yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing (USDollar).

Berdasarkan sasaran kebijakan moneter yang saat ini sedang dijalankan oleh pihak otoritas moneter (Bank Indonesia), akan dilakukan analisis terhadap pengaruh jumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, dan tingkat suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Teori yang digunakan untuk membentuk model penelitian didasarkan pada teori permintaan uang dari Keynes, teori inflasi, dan teori paritas daya beli yang dikemukakan oleh Cassel pada tahun 1922. Model yang dituliskan adalah model yang sebelumnya digunakan oleh Sasana (2004) yang selanjutnya dimodifkasi dengan memfokuskan pada tiga variabel yang mempengaruhi inflasi, yaitu jumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah, dan tingkat suku bunga.

(24)

24 Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas tidak ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya diregulasi oleh Bank Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank tersebut.

Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai bunga sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam bank konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest margin. Pada pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur bunga sangat berperan penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam bank konvensional diakui sebagai pendapatan bank konvensional. Tetapi, tingkat suku bunga yang fluktuatif kadang-kadang menjadi masalah di bank konvensional dalam memberikan atau mengajukan persentase bunga dari pemberian kredit yang dilakukan. (Dahlan Siamat 2004)

Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah.(Dahlan Siamat 2004)

(25)

25 Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (Intermediary institution), yaitu menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan (Profit lost sharing principle). (Martono 2004)

Berdasarkan sudut pandang teori makroekonomi, ada empat faktor yang bisa mempengaruhi nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang dan neraca pembayaran. Ketiga faktor yang pertama merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi atau menentukan nilai tukar. Sedangkan neraca pembayaran merupakan faktor yang cukup kompleks, karena dalam pendekatannya mempertimbangkan lebih banyak faktor ekonomi dibanding ketiga lainnya yang diatas.(Hadori Yunus 2006)

Beban bunga utang pemerintah merupakan salah satu dampak dari tingkat inflasi, suku bunga, jumlah uang yang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Tahun lalu pemerintah Indonesia menikmati penurunan beban bunga utang yang didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah sejak September 2009. Meski nilai tukar Rupiah tahun ini diprediksi bisa menembus level di bawah Rp 9.000 per Dollar AS, pemerintah belum bisa memastikan beban bunga utang pada tahun 2010 bisa lebih rendah (bi.go.id).

(26)

26 terhadap pengelolaan fiskal yang kredibel dan pengelolaan utang yang hati-hati (prudent). Ini menyebabkan penurunan biaya pinjaman. Sementara terjadi penguatan nilai mata uang Rupiah.

Untuk tahun 2010 ini belum ada kemungkinan perhitungan penghematan biaya pembayaran utang. “Asumsi nilai tukar baru akan di muthakirkan, jadi kami belum mau berspekulasi berapa penurunannya,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimayu.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, perubahan asumsi nilai tukar Rupiah akan mengubah postur anggaran negara. Salah satunya adalah biaya pembayaran utang. “Kita lihat nanti, tetapi yang jelas seluruh postur pasti akan berubah,” ujar Sri Mulyani.

Dalam APBN 2010, asumsi nilai tukar Rupiah di tetapkan Rp10.000 per Dollar AS. Menurut Ekonom Bank Danamon, Helmi Arman, perubahan asumsi nilai tukar Rupiah menjadi Rp9.500 per Dollar AS cukup realistis.

Dampak perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS ini cukup mempengaruhi dunia perbankan apabila nasabahnya menabung dengan valas atau transaksi valas, banyak bank-bank yang tutup atau terkena likuidasi akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS karena harus menanggung beban bunga nasabahnya. Atas dasar inilah penulis mengambil judul skripsi “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan

Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

(27)

27 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Adanya sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek.

2. Adanya faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. 3. Adanya faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

C.Batasan Masalah

Agar dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini terfokus pada ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika”.

D.Perumusan Masalah

(28)

28 2. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar atas kenaikan Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan secara simultan?

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika secara simultan.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika secara parsial.

3. Untuk menentukan variabel yang paling dominan.

Adapun kegunaan penelitian :

1. Bagi penulis

(29)

29 2. Bagi Bank

Yaitu sebagai acuan dalam melihat perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar melalui pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan.

3. Bagi akademis atau peneliti

(30)

30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Sejarah Uang

Kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem barter adalah salah satu pemicu manusia untuk menggunakan cara lain yang lebih efisien, dimana untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, manusia tidak perlu lagi menunggu orang lain yang mau di ajak saling bertukar barang kebutuhan. Mereka mulai menggunakan alat pertukaran dan pembayaran yang disebut dengan uang. Manusia dapat menukarkan uang dengan barang atau jasa yang diinginkannya. Namun, apakah secara otomatis mekanisme pertukaran tersebut dapat berjalan? Belum. Mekanisme tersebut hanya dapat berjalan jika dicapai suatu kesepakatan di antara pelaku ekonomi mengenai standar moneter apa yang akan digunakan dalam suatu komunitas atau bangsa. Misalnya suatu bangsa sepakat dan menyatakan bahwa emas adalah standar yang diakui sebagai alat pertukaran, maka negara tersebut menjamin kesatuan moneternya dengan emas dengan harga yang paling pasti. Dimaksudkan alat pertukaran disini adalah daya beli uang atau nilai satuan uang dijamin dengan seberat tertentu dari standar moneternya, yaitu emas. Misalnya di Amerika pernah dinyatakan bahwa U$ 1 adalah sama dengan 23,22

(31)

31 dimana mereka menyatakan perak murni sebagai standar moneternya, seperti “mark banco” dari bank Hamburg sama dengan 8 1/3 grain perak murni dan di Inggris satu poundsterling sama dengan 113 grain emas. (Sugiarto Herlambang dan Baskara Said Kelana. 2001)

Negara-negara yang menganut standar moneter dengan memakai satu jenis logam, disebut menganut monometallism standard. Sedangkan negara yang menganut standar moneter dengan menggunakan dua jenis logam perak dan emas dikatakan menganut bimetallism standard. Satuan-satuan uang bank yang di kembangkan dengan sistem moneter seperti diuraikan di atas dikenal dengan sebutan “scrutus marcorum”, yang artinya satuan uang dijamin dengan jumlah berat tertentu logam-logam mulia. (Sugiarto Herlambang dan Baskara Said Kelana. 2001)

Standar moneter yang diuraikan diatas adalah standar yang berbasiskan kepada barang logam emas dan perak yang merupakan full bodied money. Standar ini dikenal dengan sebutan Standar Barang (Commodity Standard), yang biasanya nilai intrinsik dari alat pembayaran yang digunakan sama dengan nilai nominalnya. Standar moneter lainnya yang berlaku adalah Standar Kepercayaan (Fiat Standard), yaitu standar moneter yang berbasiskan kepercayaan masyarakat (pelaku ekonomi) terhadap sesuatu yang dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Alat pembayaran yang berdasarkan standar kepercayaan ini biasanya nilai intrinsiknya lebih kecil daripada nilai nominalnya, misalnya uang kertas. (Sugiarto Herlambang dan Baskara Said Kelana. 2001)

(32)

32 (uang kertas dan uang logam) bagi masyarakat umum dan bank reserves (R) bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan perbankan dan lembaga keuangan lainnya berdasarkan uang primer yang dimiliki (R) menciptakan uang sekunder dalam bentuk giral seperti giro (demand deposit), deposito berjangka (time deposits), tabungan (saving deposits), dan uang sekunder lainnya. Mereka yang terlibat dalam penciptaan dan penawaran uang beredar merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem moneter. (Sugiarto Herlambang dan Baskara Said Kelana. 2001)

2. Pengertian Bank

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Dahlan Siamat 2004)

Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

Intermediary, artinya bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (kreditur) dengan pihak yang membutuhkan dana (debitur). (Dahlan Siamat 2004)

(33)

33 kedua adalah bank syariah. Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. (Dahlan Siamat 2004)

Bank Indonesia (BI) adalah lembaga independen dimana pemerintah atau pihak lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 Pasal 7 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi, semakin lancar dan handal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar. (Bank Indonesia)

Fokus kebijakan Bank Indonesia adalah pengendalian inflasi terhadap memperhatikan pemantapan nilai tukar rupiah. Untuk melaksanakan fokus kebijakan BI langkah yang harus dilakukan oleh BI adalah:

- Kebijakan yang ditempuh oleh BI dalam masa mendatang akan difokuskan pada pengendalian laju inflasi.

- Pengendalian laju inflasi dilakukan untuk mempengaruhi sisi permintaan. Sedangkan dari sisi penawaran, kewenangan pengaturannya lebih banyak berada pada instansi lain.

(34)

34 Bank Indonesia sebagai Lender of The Last Resort (UU No.23 Tahun 1999, Pasal 11). BI tetap mempunyai fungsi lender of the last resort yang memungkinkan BI membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank. Pemberian bantuan dana kepada bank dalam rangka tugas sebagai lender of the last resort tersebut di batasi, antara lain:

- Jangka waktu palinglama 90 hari

- Penggunaannya hanya untuk mismatch dan

- Harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas tinggi dan mudah di cairkan

B. Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as theamount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or theprice of one currency in items of another currency.

Nilai Tukar adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994 : 73).

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut menurut Nopirin (1996 : 163).

Kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya menurut Salvator (1997 : 10).

(35)

35 merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.

Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

1. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. 3. Sentimen Pasar

(36)

36 naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

(37)

37 menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

(38)

38 ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

3. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar yaitu:

1. Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. (Dahlan Siamat 2004)

2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread. (Dahlan Siamat 2004)

3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)

(39)

39 mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. (Dahlan Siamat 2004)

C. Tingkat Inflasi 1. Pengertian Inflasi

Tingkat inflasi yaitu persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. (Sadono Sukirno, 2000:302) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalnya inflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sedangkan pendapatan cenderung tetap, itu berarti bahwa secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang relatif akan menurunkan daya beli 5% juga. (Iskandar Putong,2000:181)

(40)

40 eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai tukar valuta asing yang diduga. (Neny Erawati,2002:99)

Menurut Miskhin (1995:32) terdapat beberapa metode untuk meramalkan tingkat suku bunga pada lembaga keuangan yaitu, sumber dana pinjaman, kekuatan ekonomi, peluang investasi, tingkat inflasi yang diharapkan, dan pinjaman serta defisit pemerintah. Peramalan dan perubahan suku bunga mengakibatkan peningkatan harga barang secara riil dan berdampak pada perubahan inflasi. (Ni Nyoman Aryaningsih,2008:58)

Inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan timbal balik. Suku bunga tinggi akan mengakibatkan kenaikan bunga pinjaman kredit bank yang dibutuhkan oleh peminjam dana meningkat sehingga ongkos produksi akan meningkat dan berujung pada harga jual produk yang meningkat pula. Inflasi yang meningkat mengakibatkan suku bunga juga meningkat, sebab jika terjadi inflasi maka setiap investor akan meminta hasil minimum yang telah mampu mengganti besarnya inflasi.

2. Metode Penghitungan Inflasi

(41)

41

price index=PCI). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu, biasanya setiap 3 bulan dan 1 tahun. Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan dengan menggunakan GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan GNP dan PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB harga konstan / GNP atau PBD riil).

Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah :

I

HK

n

-I

HK

n - 1

I

n =

x 100%

IH

K

n – 1

D

f

n

-D

f

n - 1

I

n =

x 100%

Df

n – 1

Keterangan :

In = inflasi

IHKn = indeks harga konsumen tahun dasar

(42)

42 Dfn = GNP dan PDB deflator tahun awal

Dfn – 1 = GNP dan PDB deflator tahun berikutnya

3. Jenis Inflasi

a. Jenis inflasi menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu sebagai berikut :

1). Inflasi merayap (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun.

2). Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 10% - 30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relative besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi dua digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.

3). Inflasi tinggi (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya 30% - 100% per tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah.

(43)

43 b. Jenis inflasi berdasarkan sebabnya, yaitu

1). Demand pull inflation

Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak dan kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment) di pihak lain. Sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak dan penawaran kerja tetap, harga akan naik. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

2). Cost push inflation

(44)

44 c. Jenis inflasi berdasarkan asalnya

Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu inflasi yang timbul dari dalam negeri dan inflasi yang timbul dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) timbul karena terjadi defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya, pemerintah biasanya mencetak uang baru. Selain itu, kenaikan harga juga disebabkan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan, dan sebagainya. Inflasi yang berasal dari luar negeri disebabkan negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi. Jika harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal. Dengan demikian, jika negara lain harus mengimpor barang tersebut, harga jualnya di dalam negeri tentunya bertambah mahal.

4. Teori yang Berkaitan dengan Inflasi

Terdapat tiga teori yang menerangkan mengenai inflasi, yaitu sebagai berikut :

a. Teori Kuantitas

(45)

45 b. Teori Keynes

Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaaan agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia. Selama kesenjangan (gap) inflasi masih tetap ada, selama itulah inflasi terus berlanjut.

c. Teori Strukturalis atau teori inflasi jangka panjang

Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekauan struktur ekonomi, khususnya kestabilan suplai bahan makanan dan ekspor. Karena sebab-sebab struktural, penambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhannya sehingga kenaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasilan bahan pangan dan industri barang ekspor dibenahi atau ditambah.

5. Hubungan antara Inflasi dengan Nilai Tukar Rupiah.

(46)

46 Apabila kebijakan tersebut tidak mampu menekan laju inflasi maka akan berdampak naiknya suku bunga pinjaman yang dibebankan atas kredit kepada nasabahnya. Upaya ini dilakukan agar jumlah uang yang beredar akibat inflasi dapat dikendalikan.

Pendapat ekonom Bank Indonesia tersebut sesuai dengan salah satu teori mengenai akibat buruk inflasi yang menyatakan bahwa akibat buruk inflasi akan mengakibatkan kenaikan tingkat bunga dan akan mengurangi investasi. Akibat dari inflasi maka nilai dari uang atau modal bank akan menurun, untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan, institusi keuangan (dalam hal ini yaitu Bank Indonesia) akan menaikkan tingkat bunga ke atas pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunga yang akan ditentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. (Sadono Sukirno,2000:307-308)

Dari keterangan diatas kita ketahui bahwa inflasi akan menyebabkan terjadinya perubahan tingkat harga yang berbanding lurus dengan jumlah uang yang beredar, dan jumlah uang yang beredar diatur oleh bank sentral melalui kebijakan moneter, kemudian kebijakan moneter itu akan berimbas kepada suku bunga pinjaman (suku bunga kredit). Hubungan-hubungan tersebut akan diuraikan lebih lanjut yaitu dengan teori-teori sebagai berikut:

a. Teori Kuantitas Uang (Persamaan pertukaran dari Irving Fisher)

(47)

47 perubahan harga-harga (P). Teori ini didasarkan pada persamaan sebagai berikut :

MV = PT

Dengan asumsi

V

dan

T

tetap

Keterangan : M = Jumlah uang yang beredar

V = Velocity of circulation atau laju peredaran uang

P = Tingkat harga umum

T =Jumlah yang diproduksi baik produk jadi maupun

produk setengah jadi

Jika M meningkat sebesar x%, maka P juga akan meningkat sebesar x%. Begitu pula sebaliknya, jadi dengan kata lain untuk menurunkan tingkat harga umum yang berlaku sebesar x peredaran uang (ditarik) x% pula.

(48)

48 b. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur jumlah uang yang beredar dan tingkat bunga dalam jumlah yang wajar dan aman. Salah satu kebijakan moneter yang digunakan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar yaitu dengan operasi pasar terbuka. Dalam hal ini bank sentral mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara memperjualbelikan surat-surat berharga. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak, bank sentral akan menjual surat berharga atau menaikkan suku bunga simpanan pada bank sentral (di Indonesia namanya SBI/Sertifikat Bank Indonesia).

Sebaliknya bila jumlah uang yang beredar relatif sedikit dan investor sulit mendapatkan pinjaman dari bank umum, bank sentral membeli surat berharga tersebut dari bank umum dan menurunkan suku bunga simpanan pada bank sentral. Sertifikat Bank Indonesia adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada masing-masing nasabahnya.

D. Tingkat Suku Bunga

1. Pengertian Suku Bunga

(49)

49 jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam. Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss

atau gain.

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

(50)

50 2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga, kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan, usaha dagang, atau sumber daya.

2. Unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga.

Unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi : 1. Syarat jatuh tempo

Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-surat berharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek.

2. Risiko

(51)

51 tidak dibayar yang sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut.

3. Likuiditas

Aktiva akan disebut “likuid“ apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai sekarangnya. Aktiva-aktiva tidak likuid termasuk aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik.

4. Biaya-biaya administrasi

Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per tahun lebih besar dari tingkat bunga lainnya.

3. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

(52)

52 Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. (Bank Indonesia)

4. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. (Bank Indonesia)

5. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System. 6. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

(53)

53 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya

dengan kelipatan Rp 50 juta.

4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni

(true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). 8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau bunga.

SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

(54)

54 7. Fungsi Suku Bunga

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis).

Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.

(55)

55 Bank Indonesia berperan dalam menjaga kestabilan nilai kurs mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika agar tetap stabil dengan menjaga kestabilan tingkat suku bunga di Indonesia.

8. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Nilai Tukar Rupiah.

Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu jalur yang digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, 1998: 4). E. Jumlah Uang Beredar

1. Pengertian Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar (JUB) yaitu M1 (uang dalam arti sempit) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri dari M1 ditambah uang kuasi (Nilawati, 2000:162). Uang kartal (currencies) adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah dan atau bank sentral dalam bentuk uang kertas atau uang logam. Uang giral (deposit money) adalah uang yang dikeluarkan oleh suatu bank umum. Contoh uang giral adalah cek, bilyet giro. Uang kuasi meliputi tabungan, deposito berjangka, dan rekening valuta asing (Subagyo, 1997:10).

(56)

56 dari pajak sedangkan kebijakan moneter mengarah kepada perubahan jumlah uang beredar yang berpengaruh terhadap suku bunga dan selanjutnya mempengaruhi tingkat investasi dan tingkat output. Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah sebagai berikut: Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I +G + X – M merupakan “sumber legitimasi” pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan pihak swasta (Dumairy,1996:161-164).

Cadangan devisa merupakan stok mata uang asing yang dimiliki yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional (Nilawati, 2000:162).

(57)

57 Apabila telah demikian keadaannya, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996:107).

Menurut Nosihin (1983), dikatakan bahwa penerimaan yang diterima pemerintah dalam bentuk valuta asing yang kemudian ditukarkan dengan rupiah, maka dalam proses pertukaran ini, akan meningkatkan cadangan aktiva Bank Indonesia dan jumlah uang beredar bertambah dengan jumlah uang yang sama. Jadi antara cadangan devisa dan jumlah uang beredar hubungannya cukup erat, dimana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang beredar dalam jumlah yang sama (Nilawati, 2000:161).

Angka pengganda uang (money multiplier) adalah bagian dari proses penciptaan uang oleh bank umum. Ada beberapa pengertian dari angka pengganda uang yaitu, angka pengganda uang merupakan bagian dari proses pasar yaitu penyesuaian antara permintaan dan penawaran uang (Nilawati, 2000:162). Menurut Parkin (1993:768), angka pengganda uang itu merupakan rasio antara perubahan jumlah uang beredar dan perubahan uang primer, yang juga disebut

monetary base. Uang primer adalah jumlah uang kartal ditambah cadangan bank. Jika monetary base naik, maka uang kartal dan cadangan bank juga naik. Sedangkan jika cadangan bank naik maka dapat menciptakan pinjaman dan tambahan uang yang beredar.

(58)

58 masyarakat lebih suka menyimpan uang tunainya di bank daripada di rumah. Selanjutnya nilai cadangan bank yang rendah berarti lebih banyak uang giral yang bisa diciptakan dari setiap rupiah uang inti yang dipegang bank.

Bila pengeluaran pemerintah naik maka jumlah uang beredar juga seharusnya naik, karena pengeluaran pemerintah dibiayai dengan nilai rupiah. Bila cadangan devisa naik maka jumlah uang beredar juga seharusnya naik, karena cadangan devisa yang ada biasanya dibelanjakan untuk pengeluaran tahun itu juga dan ditukarkan dengan uang rupiah. Sedangkan hubungannya dengan angka pengganda uang yaitu naiknya angka pengganda uang berpengaruh terhadap kenaikan jumlah uang beredar (Nilawati, 2000:159).

2. Konsep dan Definisi Jumlah Uang Beredar

Konsep uang beredar dapat ditinjau dari dua sisi, penawaran dan permintaan. Interaksi antara keduanya menentukan jumlah uang beredar di masyarakat. Uang beredar ini tidak hanya dikendalikan oleh bank sentral semata, namun dalam kenyataannya juga ditentukan oleh pelaku ekonomi yaitu bank-bank umum (sektor perbankan) dan masyarakat umum. Perilaku dan reaksi kedua pelaku ini ikut menentukan berapa jumlah uang beredar pada suatu saat, walaupun secara umum memang benar otoritas moneter yang merupakan penentu utamanya.

(59)

59 masyarakat umum. Uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Saldo ini merupakan bagian dari uang yang beredar karena sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti halnya uang kartal. Jadi, stok uang beredar (M1) adalah jumlah dari uang kartal (currency) dan uang giral (demand deposit).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

M1 = C + D ...(1.1)

Keterangan:

C = Currency (uang kartal)

D = Demand Deposits (uang giral)

Kedua, uang beredar dalam arti luas (broad money) yang disimbolkan dengan M2, yaitu penjumlahan antara uang beredar dalam arti sempit (M1) dengan deposito berjangka (time deposits) dan tabungan (savings) – baik dalam bentuk Rupiah maupun valuta asing – yang disimpan di bank-bank. Kedua bentuk simpanan ini dapat diubah fungsinya menjadi uang tunai untuk melakukan transaksi.

M2 = M1 + TD + SD ...(1.2)

Keterangan:

(60)

60 SD = Saving Deposits (saldo tabungan)

3. Hubungan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah

Bahwa peredaran reserve valuta asing (neraca pembayaran) timbul sebagai akibat kelebihan permintaan atau penawaran uang. Apabila terdapat kelebihan jumlah uang beredar maka neraca pembayaran akan defisit dan sebaliknya apabila terdapat kelebihan permintaan uang, neraca pembayaran akan surplus kelebihan jumlah uang beredar akan mengakibatkan masyarakat membelanjakan kelebihan ini, misalnya untuk impor atau membeli surat-surat berharga luar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar, yang berarti permintaan akan valas naik sedangkan permintaan mata uang sendiri turun (Nopirin,1997: 222). Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada giliran kurs valuta asing naik (apresiasi). Dengan menaiknya penawaran uang atau atau jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang yang diukur dengan (term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan mata uang domestik. (Herlambang, dkk, 2001)

(61)

61 F. Tingkat Pendapatan

1. Pengertian Tingkat Pendapatan

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oeh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

2. Konsep Pendapatan Nasional

(62)

62 A.Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

B.Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

C.Produk Nasional Bruto (NNP)

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).

(63)

63 D.Pendapatan Nasional Netto (NNP)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.

E.Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan ke

Gambar

Tabel Tingkat Inflasi
Grafik Normal Probability Plot (Uji Normalitas)
Tabel 4.1  Tingkat Inflasi (%)
Tabel 4.2  Suku Bunga SBI (Persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari Analisis Kuantitatif dengan metode regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variable nilai tukar Rupiah/US Dollar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tukar (kurs) dolar Amerika (US$/Rp), inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan jumlah uang beredar M 2

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan prosedur OLS ( Ordinary Least Square ) dimana harga saham sebagai variabel dependen, dan

Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh kurs, inflasi, BI rate, dan JUB terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis regresi dengan Partial Adjustment Model (PAM) mengenai pengaruh variabel makro ekonomi yakni, Inflasi, Tingkat Suku bunga

Pengujian hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga

Adapun alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan non-parametrik menggunakan model Regresi Linier Berganda sehingga dapat dianalisis mengenai

11 Ringkasan Analisis Regresi Linier Berganda Model Prediktor Suku Bunga, Kurs Rupiah dan Ekspor terhadap Kredit Modal Kerja ... 12 Uji T hitung Model Persamaan