VER“I
DI TELEVI“I
(ANALISIS SEMIOTIKA PADA IKLAN DI TELEVISI)
Oleh
SARINAH JAYANTHI SINAGA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS MAKNA PESAN GENERASI PENERUS PADA IKLAN
NUTRILON ROYAL VERSI “LIFE STARTS HERE” DI TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIKA PADA IKLAN DI TELEVISI)
OLEH
SARINAH JAYANTHI
Sebagai salah satu bentuk komunikasi di media televisi maka iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message). Semakin menarik dan jelas pesan (informasi mengenai produk dan jasa) dikemas dan disampaikan akan berpengaruh pada respon dan keputusan konsumen terhadap produk. Sebagai komunikator, iklan terdiri atas beragam alat komunikasi seperti bahasa, gambar, warna dan bunyi yang keseluruhannya merupakan sekumpulan tanda yang memiliki makna. Proses penafsiran atau pemberian makna terhadap sekumpulan tanda merupakan proses semiotika. Iklan merupakan objek semiotika. Salah satu iklan di televisi yang juga merupakan objek semiotika ialah iklan susu anak Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; bagaimanakah elemen-elemen yang terdapat pada iklan Nutrilon Royal, bagaimanakah deskripsi analisis simbol-simbol visual pada iklan, bagaimanakah deskripsi analisis simbol-simbol linguistik dalam iklan, serta bagaimanakah deskripsi analisis pemaknaan pesan generasi penerus berdasarkan simbol-simbol audio visual pada iklan Nutrilon Royal.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui elemen-elemen yang terdapat pada iklan Nutrilon Royal, untuk mengetahui deskripsi analisis simbol-simbol visual pada iklan, untuk mengetahui deskripsi analisis simbol-simbol linguistik dalam iklan, serta untuk mengetahui deskripsi analisis pemaknaan pesan generasi penerus berdasarkan simbol-simbol audio visual pada iklan Nutrilon Royal.
Halaman
3. Periklanan Sebagai Bentuk Komunikasi ………. 19
B. Media Massa ………. 21
1. Media Televisi ………. 22
2. Iklan Pada Media Televisi ……… 23
3. Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” di Televisi ………. 24
C. Analisis Pesan Iklan Susu Nutrilon Royal ………. 27
1. Makna Visual Pada Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” di Televisi………... 28
2. Makna Audio Pada Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” di Televisi………... 29
3. Makna Pesan Generasi Penerus Pada Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” di Televisi……… 29
D. Semiotika ……… 30
1. Semiotika Sebagai Pendekatan ………. 39
2. Semiotika Dalam Media ………... 40
3. Semiotika Gambar ……… 40
4. Semiotika Dalam Iklan ………. 41
A. Tipe Penelitian ……… 47
B. Metode Penelitian ………... 47
C. Definisi Konsep ……….. 48
D. Fokus Penelitian ………. 49
E. Jenis Data ……….... 49
F. Teknik Pengumpulan Data ………. 50
G. Teknik Analisa Data ………... 51
IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Tentang Iklan Susu ……… 53
B. Gambaran Tentang Nutricia ……… 56
C. Gambaran Tentang Produk Nutrilon Royal ……… 59
D. Gambaran Tentang Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” Di Televisi .………60
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fokus Analisis Iklan ……….. 69
B. Analisis Iklan ………. 82
C. Pembahasan ……….... 150
VI. PENUTUP A. Kesimpulan ………. 158
B. Saran ………... 161
Daftar Pustaka
ANALISIS MAKNA PESAN GENERASI PENERUS PADA IKLAN SUSU NUTRILON ROYAL VERSI “LIFE STARTS HERE” DI TELEVISI
(Analisis Semiotika Pada Iklan di Televisi)
(Skripsi)
Oleh :
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
Tabel1. Adegan Iklan Nutrilon Royal Versi Narasi Bahasa Indonesia Part 1 VS Versi
Narasi Asli Bahasa Asing ………..………62
Tabel2. Adegan Iklan Nutrilon Royal Versi Narasi Bahasa Indonesia Part 1 VS Versi Narasi Asli Bahasa Asing ………... 64
Tabel3. Adegan Iklan Nutrilon Royal Versi Asli Bahasa Asing ……….. 65
Tabel 1. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 82
Tabel 1.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 84
Tabel 2. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……… 85
Tabel 2.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 87
Tabel 3. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….... 88
Tabel 3.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 90
Tabel 4. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……… 91
Tabel 4.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 92
Tabel 5. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……… 93
Tabel 5.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 94
Tabel 6. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……… 95
Tabel 6.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 96
Tabel 7. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……… 97
Tabel 7.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 99
Tabel 8. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life StartsHere”……… 100
Tabel 8.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 101
Tabel 9. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……… 102
Tabel 9.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……….. 103
Tabel 10. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 104
Tabel 10.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 106
Tabel 12. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 111
Tabel 12.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 113
Tabel 13. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 114
Tabel 13.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 115
Tabel 14. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 116
Tabel 14.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 117
Tabel 15. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 118
Tabel 15.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ………... 119
Tabel 16. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 120
Tabel 16.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ………... 121
Tabel 17. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 122
Tabel 17.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ………... 123
Tabel 18. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 123
Tabel 18.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 124
Tabel 19. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”………. 125
Tabel 19.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 127
Tabel 20. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 128
Tabel 20.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 130
Tabel 21. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 131
Tabel 21.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 133
Tabel 22. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 134
Tabel 22.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 135
Tabel 23. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 136
Tabel 23.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 137
Tabel 24. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 138
Tabel 24.1. Analisis Tatanan Pertandaan Roland Barthes ……… 141
Tabel 26. Analisis Adegan Iklan Nutrilon Royal versi “Life Starts Here”……….. 145
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media merupakan saluran yang teramat penting bagi individu dan masyarakat karena telah
menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai agen sosial yang memainkan peran penting dalam
kehidupan bermasyarakat, media massa memiliki fungsi tak sekedar menyajikan informasi,
berita atau hiburan saja, melainkan juga memiliki kemampuan untuk mengajak dan
mengukuhkan norma-norma tertentu dalam masyarakat.
Televisi dinilai sebagai media massa elektronik paling efektif dan banyak menarik simpati
masyarakat. Hal ini disebabkan sifat audio visualnya yang tidak dimilki oleh media massa
lainnya, sedangkan penayangannya mempunyai jangkuan yang relatif tidak terbatas. Dengan
model audio visual yang dimilikinya, siaran televisi menjadi sangat komunikatif dalam
memberikan pesan-pesannya. Itu sebabnya televisi bermanfaat sebagai pembentuk sikap,
Dari sekian banyak bentuk komunikasi yang ada dalam televisi, iklan merupakan salah satunya.
Iklan bekerja melalui sebuah tanggapan dari pembeli potensial terhadap elemen-elemen yang
terkandung dalam iklan. Tanggapan atau reaksi ini dapat terjadi ketika pembeli potensial sedang
melihat, mendengar atau berpikir tentang suatu iklan. Iklan dapat mempengaruhi emosi
seseorang, kreativitas mempunyai jangkuan yang luas atau rangsangan-rangsangan atau
elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam iklan untuk memperoleh berbagai emosi.
Iklan televisi adalah salah satu sarana televisi dalam mempersuasi pemirsanya. Kekuatan audio
visual-nya terasa amat ampuh dalam menyajikan pesan yang demonstratif. Kreasi yang
dihasilkan merupakan perpaduan teknik rekayasa dengan realitas yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, terpangaruh tidaknya pemirsa sangat ditentukan sejauh mana iklan televisi mampu
mengaplikasikan komunikasi persuasif dalam menggugah minat dan keinginan khalayak sasaran
(Sumartono, 2002:61).
Iklan merupakan sebuah sarana untuk mempromosikan barang atau jasa yang ingin ditawarkan,
terutama kepada masyarakat. Melalui iklan, sebuah produk dapat dikenal, disayang, dan dicari
oleh khalayak. Sebuah iklan diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menanamkan sebuah
kepercayaan kepada masyarakat. Jika hal ini tercapai maka sebuah iklan dapat dikatakan
berhasil. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan
menggunakan ketrampilan kreatif, seperti copywriting, layout, ilustrasi, tipografik, scripwriting
dan pembuatan film (Wibowo, 2003:xiii). Iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat
didefinisikan sebagai desain komunikasi yang dibiayai untuk menginformasikan dan atau
Sebagai salah satu bentuk desain komunikasi, dalam aktivitasnya menjual pesan, iklan televisi
berusaha ditampilkan semenarik mungkin dengan gaya penyampaian pesan yang khas dengan
penggunaan bahasa (kata-kata yang kreatif yang mudah diingat), ilustrasi musik (jingle), model
iklan yang menarik, personafikasi produk- produk, simbol-simbol dan format visualisasi yang
harmonis menghasilkan pesan dan citra produk secara keseluruhan yang kemudian diputar atau
ditayangkan beberapa kali sehari pada jam-jam utama (prime time) supaya konsumen nantinya
memperoleh informasi yang lebih.
Persaingan iklan di televisi sangat ketat pada produk-produk tertentu yang memiliki kompetitor
yang banyak variatifnya. Oleh sebab itu, setiap produk diiklankan dengan jalan cerita tertentu,
mengangkat keunggulannya dalam proses pencitraan dan pembentukan nilai-nilai estetika untuk
memperkuat citra terhadap objek iklan itu sendiri. Sehingga terbentuk image, semakin tinggi
estetika dan citra objek iklan, maka semakin komersial objek tersebut.
Sebuah produk iklan televisi tidak saja sekedar menstimulus pemirsanya untuk mengkonsumsi
produk tersebut, bisa jadi iklan telah mengkonstruksi kesadaran orang tentang kelas atau status
sosialnya lewat simbol-simbol yang dimaknai dari suatu iklan. Pemakaian simbol-simbol tertentu
dalam iklan secara tidak langsung juga telah membagi konsumen dalam kelas-kelas tertentu yang
mengisyaratkan kualitas sosial masyarakat. Kualitas sosial masyarakat akan berpengaruh pada
perilaku konsumen, contohnya masyarakat kelas atas akan lebih cenderung mengkonsumsi atau
memakai produk-produk yang mendapat pengakuan brand awareness sementara masyarakat
Salah satu contoh produk yang bervariatif dan banyak diiklankan di televisi adalah iklan susu
anak. Iklan susu menjual keunggulan-keunggulan produknya sedemikian rupa dengan tujuan
memikat para orang tua sebagai target pasarnya. Ada produk susu yang menjual janji kesehatan
anak bila dikonsumsi, ada yang menyentuh aspek intelejensi agar anak tumbuh cerdas, ada pula
yang memberikan asupan tepat bagi tumbuh kembang motorik anak. Bahkan ada iklan susu yang
berusaha menarik perhatian konsumen dengan menyindir harga pesaing lain yang lebih mahal.
Konsep iklan susu anak memberi makna tersendiri dari jalan cerita yang disuguhkan. Semakin
kreatif suatu iklan dikemas maka akan semakin menarik perhatian khalayak dan berpeluang lebih
besar untuk diminati dan dikonsumsi.
Bila dibandingkan dengan para kompetitornya, iklan Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” adalah sebuah iklan yang berbeda, kreatif dan menarik. Lazimnya sebuah iklan susu anak
biasanya menampilkan jalan cerita yang menjual keuntungan atau kelebihan dari sebuah produk
susu yang bernilai komersial. Berikut adalah beberapa contoh konsep iklan susu yang
ditayangkan di televisi dari berbagai kelas baik bawah, menengah dan ke atas:
Iklan susu SGM, jalan ceritanya adalah terdapat sejumlah tokoh yang berprestasi, pilot,
anak-anak sekolah, guru yang diminta untuk tunjuk tangan jika mereka adalah para
konsumen susu SGM. Kemudian ada adegan anak yang minum segelas susu sebagai
penjelas komersial bahwa iklan yang sedang ditayangkan adalah iklan susu. Terdapat
pula tulisan “membantu prestasi” sehingga makna iklan susu SGM adalah susu yang membantu anak menjadi orang berprestasi. Berdasarkan harga yang ditawarkan di
kelas menengah ke bawah. Jalan cerita iklan susu SGM ini tidak menarik dan sangat
mudah untuk dimengerti oleh setiap kalangan audiens.
Iklan susu Dancow versi “Life Ready”, ceritanya adalah mengenai anak balita yang terlihat kuat, sehat dan ceria. Anak tersebut bermain di luar ruangan, kemudian ada tanda
yang melingkari perut si anak sebagai isyarat anak tersebut terlindungi perutnya atau
berarti pencernaannya. Karena kesehatan pencernaan anak sangat berpengaruh pada
kesehatan anak secara keseluruhan. Tersirat bahwa anak yang mengkonsumsi susu
Dancow adalah anak yang telindungi kesehatannya dan life ready atau peneliti
menginterpretasikannya bahwa jika audiens ingin anak siap untuk menghadapi kehidupan
yang sesungguhnya, kehidupan di luar seperti beraktifitas di luar rumah, berinteraksi
dengan lingkungan, bersentuhan dengan alam yang kemungkinan banyak terdapat kuman
yang dapat menyerang kesehatan anak, maka perlu dilindungi dengan memberikan si
anak gizi yang terdapat pada susu Dancow. Harga susu Dancow adalah Rp. 30.500/400 gr
bagi bayi usia 1-3 tahun. Dengan harga demikian susu Dancow masih tergolong kelas
menengah ke bawah. Dengan konsep iklan demikian pun iklan ini tergolong mudah
dimengerti oleh setiap kalangan masyarakat.
Iklan susu Enfagrow A+ di bawah naungan Mead Jhonson. Sekalipun produk susu ini
termasuk kelas premium, dengan harga jual Rp. 87.000/400 gr, namun konsep iklan yang
disuguhkan tidaklah terlalu kreatif dan menarik. Di dalam iklan ditampilkan seorang anak
laki-laki yang sedang bereksperimen dengan potongan-potongan besi yang ditancapkan
di tanah, sehingga ketika si anak memukul potongan-potongan besi maka irama atau nada
dihasilkan. Berkat kecerdasan yang dihasilkan dari kandungan nutrisi susu Enfagrow A+
hanya ditemukan secara sepenggal-sepenggal dari tiap-tiap potongan besi. Kemudian ada
adegan anak tersebut meminum segelas susu, yang mengisyaratkan jenis iklan tersebut.
Dengan diiringi narasi mengenai penjelasan komersial iklan, bahwa susu Enfagrow A+
dapat membantu kecerdasan anak, maka setiap golongan audiens pun dapat mengerti
pesan yang terkandung di dalam iklan.
Konsep cerita iklan susu Nutrilon Royal tidaklah sedemikian mudah. Iklan ini membidik
kalangan menengah ke atas dan lebih terpelajar karena disamping harga dari produk ini cukup
mahal yaitu Rp. 170.000/kaleng (800 gr), juga dalam iklan ini meggunakan bahasa asing sebagai
narasi aslinya, yang kemudian diterjemahkan sebagian dalam bahasa Indonesia oleh pihak
distributor Nutricia Indonesia. Dalam iklan ini, wujud dari produk hanya sekali ditampilkan yaitu
pada gambar akhir iklan dalam bentuk sekaleng susu Nutrilon Royal. Tidak ada adegan anak
yang sedang minum susu seperti kebanyakan iklan susu anak lainnya.
Iklan ini berisi cuplikan para balita asal luar negri, baik pria dan wanita, yang melakoni
peran-peran tertentu dan diiringi dengan narasi yang disebutkan. Narasi yang diberikan adalah berasal
dari suara anak-anak serta disertai dengan backsound yang unik dan menarik. Iklan yang
berdurasi total sekitar satu setengah menit ini berupa rangkaian scene demi scene yang satu sama
lain tidak berhubungan secara langsung, dengan objek berupa anak-anak dalam aktivitas
kesehariannya. Ada anak yang sedang memperhatikan keong merayap, ada yang sedang bermain
boneka, lalu ada anak yang tertidur di mobil yang sedang berjalan, ada yang terjun berenang di
Bila diperhatikan secara visual saja adegan-adegan tersebut mengisyaratkan keceriaan dan
kebebasan eksplorasi bermain anak yang masing-masing memiliki atensi dan minat yang
berbeda-beda terhadap objek tertentu. Namun bila kita memperhatikan narasi yang diampaikan
secara seksama, makna linguistik yang terkandung di dalamnya tidak memiliki hubungan kuat
atau sinkronisasi untuk mewakili adegan visual iklan yang ditampilkan. Perlu adanya tafsiran
atau interpretasi lewat pemberian makna terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam iklan,
sehingga ketika makna visual dan audio digabungkan kemudian diinterpretasikan akan menjadi
suatu makna utuh yang terungkap, yaitu pesan generasi penerus.
Pesan generasi penerus yang dimaksud adalah suatu generasi di masa mendatang yang akan
melanjutkan kepemimpinan atau status atau peran sosial di tataran masyarakat, seperti pada
narasi yang disampaikan dalam iklan. Generasi penerus yang disampaikan dalam narasi iklan
tersebut adalah sebagai berikut; the queens (para ratu), the kings (para raja), the leaders (para
pemimpin), the discoverers (para penemu), the scientist (para penemu), dan sebagainya. Makna
generasi penerus ini dapat diungkap dengan melihat adegan-adegan visual dalam iklan sebagai
representasi terhadap makna audio yang dituangkan dalam vision (pandangan atau penglihatan)
anak-anak. Pesan generasi penerus ini diperkuat dengan imbuhan akhir pada narasi (audio)
dalam kalimat “ and bring on the hope..life starts here..”, yang berarti “berikan mereka harapan..kehidupan dimulai dari sini..” Peneliti menginterpretasikannya sebagai ajakan persuasif iklan kepada audiens (penonton) untuk mewujudkan generasi penerus tersebut, bahwa hal itu
sangat mungkin terwujud. Audiens atau penonton, yang dalam hal ini adalah orang tua sebagai
target iklannya dapat mewujudkan harapan-harapan yang terdapat dalam diri si anak yaitu
cita-cita untuk menjadi generasi penerus dengan memilih formula gizi yang tepat sedari dini. Asupan
intelejensi , jaringan, dan psikologi anak, yang akan membawa si anak kepada masa depan yang
diharapkan cemerlang. Dalam hal ini tentu saja gizi pembentuk masa depan anak yang dimaksud
adalah susu Nutrilon Royal yang kelasnya adalah premium di bidang nutrisi bayi dan balita.
Sehingga makna generasi penerus yang akan menjadi suatu kehidupan anak nantinya di masa
depan sesungguhnya diawali atau dimulai dari sini, dalam arti dari sejak pemberian nutrisi yang
tepat bagi anak, yaitu susu Nutrilon Royal.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti jenis iklan susu yaitu
Nutrilon Royal pada segi pemaknaan atau semiotika. Adapun pemilihan pada iklan susu Nutrilon
Royal ini dikarenakan menurut pengamatan peneliti dari berbagai jenis iklan susu anak yang
diiklankan di televisi, iklan susu Nutrilon Royal inilah yang dikemas dengan berbeda dan
menarik. Iklan susu Nutrilon Royal yang akan diteliti adalah iklan versi kedua yaitu “Life Starts Here” setelah versinya yang pertama yaitu “Life is An Adventure”. Iklan Susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” memiliki jalan cerita yang menarik dan dikemas dengan unik.
Setiap adegan dalam iklan ini mengandung unsur-unsur yang memiliki makna, yaitu berupa
gerakan, suara dan kata. Unsur-unsur yang dimaknai inilah yang akan menjadi penelitian oleh
peneliti dalam kajian semiotika.
Iklan (advertisement), merupakan sebuah objek semiotika yang mempunyai perbedaan mendasar
dengan desain yang bersifat tiga dimensional, khususnya desain produk. Iklan, seperti media
komunikasi massa pada umumnya, mempunyai fungsi komunikasi langsung (direct
tidak langsung (indirect communication function). Oleh sebab itu, di dalam iklan aspek-aspek
komunikasi seperti pesan (message) merupakan unsur utama iklan, yang di dalam sebuah desain
produk hanya merupakan salah satu aspek saja dari berbagai aspek utama lainnya (fungsi,
manusia, produksi). Sebuah iklan selalu berisikan unsur-unsur tanda berupa objek (object) yang
diiklankan; konteks (context) berupa lingkungan, orang atau makhluk lainnya yang memberikan
makna pada objek; serta teks (berupa tulisan) yang memperkuat makna (anchoring), meskipun
yang terakhir ini tidak selalu hadir dalam sebuah iklan (Yasraf, 2003:263).
Kajian semiotika adalah ilmu yang melakukan penafsiran terhadap tanda dalam suatu sistem
makna yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, tiga hal yang perlu diperhatikan dalam kajian
semiotika adalah:
1. Tanda itu sendiri
2. Sistem tanda, dan
3. Budaya di mana sistem tanda itu beroperasi.
Tanda adalah hasil asosiasi antara signified (petanda), yaitu konsep yang direpresentasikan dan
signifier (penanda), yaitu forma atau citra tanda tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah elemen-elemen atau unsur-unsur yang terdapat pada iklan
susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” di televisi?
2. Bagaimanakah deskripsi analisis simbol-simbol atau tanda-tanda visual
televisi?
3. Bagaimanakah deskripsi analisis simbol-simbol linguistik atau audio yang
terdapat pada iklan susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” di televisi?
4. Bagaimanakah deskripsi analisis pemaknaan pesan generasi penerus berdasarkan
simbol-simbol audio visual yang terdapat pada iklan susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” di televisi?
C. Tujuan Penelitian
Merujuk pada perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui elemen-elemen atau unsur-unsur yang terdapat pada
iklan susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” di televisi.
2. Untuk mengetahui deskripsi analisis simbol-simbol atau tanda-tanda
visual yang terdapat pada iklan susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” di televisi.
3. Untuk mengetahui deskripsi analisis simbol-simbol atau tanda-tanda
linguistik atau audio yang terdapat pada iklan susu Nutrilon Royal versi
“Life Starts Here” di televisi.
4. Untuk mengungkapkan pemaknaan pesan generasi penerus di balik simbol-simbol audio
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
informasi dan pengetahuan dalam kajian ilmu komunikasi khususnya di bidang
semiotika.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Iklan
Iklan pada hakekatnya adalah salah satu bentuk komunikasi. William Arens mengatakan
iklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi personal yang biasanya dibiayai dan
bersifat persuasif, tentang produk-produk (barang, jasa dan gagasan) oleh sponsor yang
teridentifikasi melalui berbagai macam media.
Kata iklan didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai (1) berita pesanan
(untuk mendorong atau membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang
ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual
dipasang di dalam media massa seperti surat kabar, televisi, radio dan lain – lain (KBBI:882).
Laswell mendefinisikan iklan sebagai cara seseorang menyampaikan suatu pesan kepada
orang lainnya dengan perantara suatu media dengan tujuan mendapatkan suatu dampak
tertentu, yaitu:
a. Who, merupakan model dari iklan tersebut. Mulai dari anak-anak sampai
b. What, dalam sebuah iklan perlu ada produk iklannya. Dalam hal ini juga
perlu adanya suatu pesan yang jelas untuk menyampaikan keinginan si produsen iklan
produk.
c. Channel, media yang digunakan untuk mempromosikan produk tersebut,
yaitu media televisi. Televisi merupakan media yang paling efektif karena didukung
dengan gambar yang berwarna dan dapat bergerak serta ditayangkan secara
berulang-ulang untuk memudahkan masuk pada memori audien.
d. Effect, merupakan hasil yang diharapkan dari proses komunikasi media
massa.
Jadi periklanan dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk memberitahukan kepada khalayak
ramai sebagai calon konsumen mengenai barang dan jasa yang ditawarkan, serta
bermacam-macam metode untuk mempengaruhi atau mendorong konsumen untuk membeli, mengimitasi
barang atau jasa yang ditawarkan. Iklan bekerja dengan cara merefleksikan budaya tertentu ke
konsumen. Iklan televisi adalah sumber pendapatan bagi sebuah perusahaan pertelevisian.
Televisi adalah media audio visual yang murah dan dimiliki secara umum atau mudah dijangkau
oleh mayoritas masyarakat dari berbagai golongan.
Iklan televisi adalah drama yang meski sangat singkat sekali (15-60detik), pengaruhnya bersifat
subliminal dan sugestif, meski tidak sepenuhnya disadari pemirsa. Iklan mengaktifkan dorongan
bawah sadar manusia yang selalu tertari kepda orang lain melalui penampilan para pelakon iklan.
Menurut John Crowford, tujuan dari komunikasi iklan adalah:
1. Menyadarkan komunikan dan memberikan informasi kepadanya tentang
2. Menemukan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa
atau ide yang disajikan untuk member referensi kepadanya.
3. Meyakinkan kepada komunikan akan kebenaran tentang apa yang
disajikan dalam periklanan dan karenanya mengerakkannya untuk memiliki barang atau
jasa.
Torben dan Schroder dalam The Language of Advertising (1985) yang dikutip oleh Tomagola
(1998:332), membagi unsur-unsur pembentuk iklan ke dalam beberapa bagian dengan fungsinya
masing-masing. Unsur-unsur tersebut adalah:
a. Illustration. Ilustrasi ini biasanya berupa potret model atau pemandangan. Salah satu
kelebihan iklan televisi adalah adanya alur cerita di dalam penyajian tayangan iklannya.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya apabila kita menggabungkan pendapat Wilson (1989)
yang mengatakan iklan televisi terdiri dari 3 unsur; masalah, nasihat dan resolusi – ke dalam unsur ilustrasi. Ataupun menurut Martin Esslin (1982) yang dikutip oleh Mulyana
(1997:104), kebanyakan iklan televisi adalah sebuah mini drama yang berlangsung sangat
singkat (15-60 detik). Sebagai drama maka iklan televisi memiliki unsur pokok: tokoh
fiktif, jalan cerita dan dialog. Dengan demikian, dalam unsur ilustrasi terdapat alur cerita,
penokohan atau potret model serta pemandangan atau background.
b. Headline yang berupa kata-kata yang mencoba menyampaikan inti pesan terpenting yang
mutlak disampaikan kepada pemirsa.
c. Body copy yang pada umumnya menyampaikan tiga jenis informasi tentang barang atau
jasa yang akan diiklankan. Ketiga jenis informasi tersebut adalah:
2) Suggestive information, yang mencoba memberitahukan kegunaan dan kelebihan dari
barang atau jasa yang sedang diiklankan bila dibandingkan dengan produk lain yang
sejenis.
3) Directive information, yang mencoba untuk melahirkan dan mengarahkan tindakan
nyata yang diinginkan dari pemirsanya.
d. Signature line yang menerangkan nama atau merek paten (brand name) dari barang atau
jasa yang diiklankan
e. Slogan merupakan istilah atau ungkapan yang digunakan oleh sebuah iklan agar
memudahkan pemirsa untuk mengingat produk yang di iklan tersebut.
f. Jingle diartikan sebagai lagu-lagu atau musik pendek yang mengiringi sebuah iklan radio
atau televisi.
Adapun jenis musik dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1) Musik instrumental, adalah lagu yang dibawakan tanpa dinyanyikan, namun dengan
memakai alat musik, dengan nada irama yang pada umumnya sangat lembut. Karena
sifat dari jenis musik ini sangat lembut, maka dapat dihubungkan dengan stereotip
yang melekat pada diri perempuan.
2) Musik keras atau rock, adalah musik atau lagu yang dibawakan dengan tekanan irama
berat, biasanya dimainkan dengan instrumen elektronik disertai pengeras.
Berdasarkan karakternya maka alat musik ini dapat dikonotasikan sebagai karakter
laki-laki yang jantan, suka kekerasan dan macho.
3) Musik tradisional merupakan musik atau lagu yang diiringi oleh alat-alat musik
berwarna kedaerahan atau tradisional, seperti gendang, kolintang dan lain-lain.
yang membudayakan budaya patriarki, dimana perempuan sebagai penyanyi (sinden
dalam bahasa jawa; yang berwatak lembut) dan laki-laki yang menjadi dalang (orang
yang memainkan wayang, menyimbolkan seseorang yang berkuasa dalam alur cerita
pewayangan.
1. Sifat Periklanan
1. Presentasi Umum: Periklanan adalah cara berkomunikasi yang sangat
umum, sifat umum itu memberi semacam keabsahan produk dan
penawaran yang terstandarisasi.
2. Tersebar Luas: Periklanan adalah medium berdaya sebar luas yang
memungkinkan pemasar mengulang satu pesan berulang kali. Iklan
juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan
pesan dari berbagai pesaing. Periklanan berskala besar oleh
seorang pemasar menunjukan sesuatu yang positif memgenai
ukuran, kekuatan dan keberhasilan pasar.
3. Ekspresi yang Lebih Kuat: Periklanan memberi peluang untuk
mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui
penggunaan cetakan, suara, warna penuh dengan seni.
4. Tidak Bersifat Pribadi: Periklanan tidak memiliki kemampuan
memaksa seperti wiraniaga perusahaan. Audiens tidak
merasa wajib memperhatikan atau menanggapi. Iklan
hanya mampu melakukan tugas yang bersifat monolog,
2. Fungsi dan Tujuan Iklan
Menurut Robert W. Pollay fungsi iklan ada 2, yaitu fungsi informasional dan transformasional.
Melalui fungsi informasional, iklan memberitahukan kepada konsumen tentang karakteristik
produk, sedangkan transformasional, iklan berusaha untuk mengubah sikap – sikap yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, pola – pola belanja, gaya hidup, teknik – teknik mencapai sukses dan sebagainya (Noviani, 2002:25).
Fungsi periklanan ditinjau dari segi komunikator dan komunikasi :
1. Menambah frekuensi penggunanya
2. Menambah frekuensi penggantian benda dengan benda yang sama
3. Menambah variasi penggunaan dari benda yang sama
4. Menambah volume pembelian dari barang atau jasa yang dianjurkan
5. Menambah dan memperpanjang musim penggunaan barang dan jasa.
(Liliweri, 1999:52)
Fungsi dan tujuan iklan pada hakikatnya adalah salah satu bentuk komunikasi.
Menurut Rhenald Kasali, secara garis besar iklan memiliki beberapa tujuan:
1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi informasi. Iklan mengkomunikasikan informasi
produk, ciri-ciri dan iklan memberitahukan konsumen tentang produk baru.
2. Periklanan menjalankan fungsi persuasif. Iklan mencoba membujuk para konsumen
3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi pengingat. Iklan terus – menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk, sehingga konsumen akan tetap membeli produk
yang diiklankan tanpa memperdulikan produk pesaingnya.
Sebagai alat marketing, iklan mempunyai tujuan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan
membedakan produk satu dengan produk yang lainnya, untuk mengkomunikasikan informasi
suatu produk, untuk membeli pilihan suatu produk, kesetiaan pada merek. Selain itu juga untuk
memberi informasi mengenai suatu produk, membentuk kesadaran dan loyalitas konsumen dan
akhirnya membujuk konsumen untuk membeli (Kotler, 1995:25).
3. Periklanan Sebagai Bentuk Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Proses komunikasi dibagi menjadi dua
tahap yaitu : Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna,
dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan“ pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi yang kedua adalah proses komunikasi
secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua yang
sering digunakan dalam komunikasi. Penting peranan media, yakni media sekunder, dalam
proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio,
dan televisi merupakan media efisien dalam mencapai jumlah komunikan dalam jumlah yang
Periklanan tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya, tapi juga alat
komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi untuk mengakaji iklan dalam perspektif
semiotika, dapat dilakukan lewat sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda
yang terdiri atas lambang.
Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas dua jenis, yaitu verbal dan non
verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal. Sedangkan lambang non verbal adalah
bentuk warna yang disajikan dalam iklan, yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk
realitas. Ikon disini digunakan sebagai lambang. Kajian sistem tanda dalam iklan juga mencakup
objek. Objek iklan adalah hal yang diiklankan. Dalam iklan produk atau jasa, produk dan jasa
itulah yang menjadi objeknya. Hal penting dalam menelaah iklan adalah penafsiran kelompok
sasaran dalam proses interpretasi.
B. Media Massa
Onong Uchjana Effendy (1992:62) menyatakan bahwa media massa adalah media komunikasi
yang mampu menjangkau khalayak dalam jumlah besar, heterogen, anonim, terpencar-pencar,
serta bagi komunikatornya yang menyebarkan pesannya bersifat abstrak. Media tersebut meliputi
pers, radio, televisi dan film dengan cirinya yang utama menimbulkan keserempakan dan
keserentakan pada khalayak saat diterpa pesan-pesan.
Media massa merupakan saluran untuk meyampaikan pesan yang dapat mencapai massa dalam
dua, yaitu media massa cetak dan media massa elektronik (Junaedhie, 1991:163). Dengan
mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media massa
merupakan alat komunikasi yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, berupa
alat-alat tercetak maupun elektronik hasil dari teknologi yang mampu menjangkau khalayak
dalam jumlah besar, heterogen dan anonim.
1. Media Televisi
Televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan teknologi; telefon, telegraf, fotografi, dan
rekaman suara (Mcquail D, 1996:15).Televisi mempunyai sifat istimewa bila dibanding media
lainnya. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan
maupun pendidikan (Skornis dalam Kuswandi, 1994:5). Televisi adalah paduan radio (broadcast)
dan film (moving pictures). Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siaran
televisi kalau tidak ada radio, dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak pada
layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film (Effendy, 2000:174).
Televisi dapat memberikan tiga pengaruh aspek bagi khalayaknya, yaitu:
1. Aspek kognisi (pengertian atau nalar) berupa penilaian atau pengertian diri seseorang
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
2. Aspek afeksi (perasaan atau emosi) merupakan evaluasi emotif (aspek emosional) untuk
menghasilkan penialian baik atau buruk.
3. Aspek konasi (kecenderungan berperilaku) merupakan proses tendensi atau
Televisi adalah sebuah media massa atau sarana komunikasi massa, umum, serta jenis
komunikasi yang bersifat komunikasi massa (terbuka). Dari aspek psikologi televisi dapat
memiliki berbagai fungsi afeksi dan mendorong khalayak, dengan kata lain bersifat membujuk
atau persuasif. Sebagai media siaran, televisi menjadi medium hiburan paling popular yang
memiliki daya penetrasi besar terhadap pemirsanya.Dan didukung dengan karakteristiknya yang
audio dan visual, televisi mampu membangkitkan selera pemirsa secara luas.
Keunikan televisi terletak pada kombinasi dari unsur dan citra bergerak, kemampuan untuk
mendemonstrasikan produk, penggunaan efek-efek khusus yang mendukung suara dan gambar,
kepercayaan dan gambar, dan kepercayaan pada sesuatu yang kita saksikan meski tidak secara
langsung, dan kemampuan menempati hati pemirsa.
2. Iklan Pada Media Televisi
Televisi sebagai alat untuk menunjukkan khalayak secara luas, tidak ada medium lain yang
memiliki keunikan seperti halnya televisi. Keunikan dari televisi yaitu terletak pada kombinasi
unsur dan citra bergerak, kemampuan untuk mendemonstrasikan produk, penggunaan efek-efek
khusus yang mendukung suara dan gambar, kepercayaan pada sesuatu yang kita saksikan meski
tidak secara langsung, dan kenmampuan menempati dengan pemirsa. Oleh karena keunikan yang
dimiliki televisi itulah medium televisi sering dipakai sebagai alat penyampaian pesan dan salah
satu pesan yang dimaksud adalah informasi berupa iklan karena sajian iklan menyelingi setiap
Iklan di televisi sangat beragam, yaitu iklan komersil dan iklan non komersil, juga ada iklan
corporate yang membangun suatu image. Iklan komersil di televisi adalah iklan-iklan yang
tujuannnya mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa. Misalnya iklan yang
menjual produk kecantikan, iklan yang menyangkut kesehatan seperti iklan susu, alat-alat
kesehatan, dan lain-lain. Dan masih banyak iklan-iklan yang bersifat komersial yang dibuat
sedemikian rupa oleh pembuat iklan agar produk atau jasa yang diiklankan melalui televisi dapat
meningkatkan tingkat penjualan dengan dukungan audio dan visual pada televisi.
Iklan non komersial merupakan iklan yang bertujuan mengkampanyekan gagasan untuk
kepentingan atau pelayanan masyarakat. Iklan non komersial banyak juga jenisnya, termasuk di
dalamnya iklan lowongan pekerjaan, undangan tebuka, iklan orang hilang, iklan duka cita, serta
iklan-iklan layanan masyarakat. Yang memasang iklan non komersial dapat siapa saja, seperti
badan-badan pemerintah, perusahaan-perusahaan, badan swasta, asosiasi dan sebagainya. Contoh
iklan non komersial adalah iklan KB, iklan layanan masyarakat yang diselenggarakan sebagai
sosialisasi program pemerintah terhadap keluarga berencana.
3. Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here” di Televisi
Nutrilon merupakan salah satu merek produk susu bayi yang dihasilkan oleh perusahaan
produsen susu terkenal, Nutricia. Nutrilon memiliki beberapa jenis produk yaitu, Nutrilon,
Nutrilon Gold, Nutrilon Royal, dan Nutrilon Soya. Nutrilon Royal tergolong produk paling
mahal dengan takaran kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan Nutrilon Gold maupun
Nutrilon. Jadi, positioning brand Nutrilon Royal adalah susu dengan kandungan nutrisi tinggi
Dalam iklan Nutrilon Royal 3, atribut produk yang digunakan ialah segala aspek pendukung
yang ingin disampaikan si pengiklan yaitu melalui kata-kata dan puisi pada iklan tersebut. Pada
akhir iklan ada kalimat “Life Starts Here” yang berarti “kehidupan dimulai dari sini” yang peneliti interpretasikan sebagai kehidupan seorang anak diawali oleh nutrisi apa yang ia dapatkan
dan dalam konteks ini ialah susu Nutrilon Royal.
Target pasar dalam penjualan Nutrilon Royal adalah para ibu yang memiliki usia berkisar antara
28-35 tahun, dengan asumsi pada usia ini merupakan usia produktif bagi seorang ibu untuk
mempunyai anak dan anak yang dimiliki diperkirakan mempunyai usia berkisar antara 0-7 tahun.
Target khususnya adalah keluarga muda yang memiliki tingkat kehidupan mapan serta
mempunyai latar belakang pendidikan yang baik. Mengingat bahwa iklan yang dibuat sangat
tersirat sehingga tidak semua kalangan dapat mengerti. Terlebih lagi susu Nutrilon Royal
harganya Rp 82.000/400 gr yang dirasa cukup mahal dibandingkan dengan susu anak lainnya.
Iklan yang berdurasi total sekitar satu setengah menit ini berupa rangkaian scene demi scene
yang satu sama lain tidak berhubungan langsung, dengan objek berupa anak-anak dalam aktivitas
kesehariannya. Ada anak yang sedang memperhatikan keong merayap di kaca pintu, ada anak
yang sedang bermain boneka, lalu anak yang tertidur di dalam mobil yang sedang berjalan, juga
ada yang terjun berenang di sungai, dan lain-lain dengan beragam tingkah laku serta suasananya.
Iklan ini menampilkan keceriaan dan kebebasan anak-anak yang masing-masing memiliki mimpi
yang berbeda. Dalam iklan tersebut dideskripsikan bahwa terdapat cita-cita dan harapan pada diri
setiap anak yang terlihat dari ketertarikannya dalam bermain dan menjadi suatu representasi dari
Letak kekuatan iklan ini adalah, meskipun pengadegannya sederhana, anak-anak yang terpancar
dari wajah-wajah mereka benar-benar tertangkap. Gambar-gambar yang terambil terlihat sangat
apik dengan pencahayaan alami, dan sudut pengambilan gambar yang pas, sehingga secara
keseluruhan rangkaian scene tersebut bercerita bak jutaan kata.
Nilai lebih yang membuat klip ini benar-benar hidup, adalah narasi yang lebih merupakan puisi
sederhana namun bermakna mendalam dan filosofis. Dan ditambah lagi, backsound berupa
alunan musik berirama Celtic yang bunyinya sangat khas dan benar-benar menyatu dengan
rangkaian gambar. Musik dari tiupan sebuah bagpipe, alat musik tradisional Skotlandia. Alunan
musik latar yang mirip dengan soundtrack dari film Titanic ditimbulkannya seolah-olah memiliki
daya magis yang membenam ke dalam dasar kalbu kita.
Berikut adalah rangkaian kata-kata puisi yang dijadikan sebagai narasi pada iklan susu Nutrilon
Royal versi “Life Starts Here”:
Let’s call on the interested
the wide-eyed
the hopeful
the princesses and the princes
there are believers
let’s summon the generals
the queens
the kings
and the knights start ride the adventurous trails
the lover
the big ones
the small ones
the boundaries the attendants
the discoverers
the conductor
the scientist
the CEOs
let’s call on the skywalkers
the movers
the seekers
let’s call on the curious
and bring on the hope.
life starts here…
C. Analisis Pesan Iklan Susu Nutrilon Royal
Sebagai salah satu bentuk komunikasi di media massa, maka iklan pada hakikatnya adalah
aktivitas menjual pesan (selling message) dengan menggunakan tampilan kreatif (Wibisono,
2003:xiii). Demikian pula terhadap iklan susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” yang
ditayangkan di televisi. Hanya saja dengan konsep yang terbilang unik dan tidak biasa maka
makna yang sesungguhnya ingin disampaikan tidak tersirat secara lugas. Mengingat bahwa
segmentasi khusus daripada iklan ini adalah keluarga muda yang memiliki tingkat kehidupan
dapat mengerti isi pesan yang terkandung di balik iklan ini. Peneliti menyimpulkan argumen di
atas dikarenakan faktor harga jual yang ditawarkan pada produk susu Nutrilon Royal terbilang
cukup mahal di pasaran dibandingkan dengan susu anak lainnya, yaitu Rp. 170.000,- per
kalengnya. Sehingga susu Nutrilon Royal dikategorikan sebagai jenis susu kelas premium di
pasaran. Dengan latar belakang ekonomi dan pendidikan yang kurang tinggi dirasa tidak mampu
untuk menjangkau produk susu Nutrilon Royal sebagai asupan gizi anak sehari-hari.
Diperlukan analisis semiotika untuk menginterpretasikan iklan tertsebut hingga makna yang
dimaksud, yaitu makna pesan generasi penerus dapat terungkap. Hal inilah yang menjadi
ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji fenomena ini menjadi sebuah penelitian ilmiah di
bidang semiotika.
1. Makna Visual Pada Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here”
Makna visual adalah pemahaman langsung yang tersirat dari tiap-tiap adegan dalam iklan.
Adegan-adegan tersebut dimaknai berdasarkan pada setiap gambar yang ditampilkan. Dalam
iklan ini ada sekitar 36 adegan yang masing-masingnya terpisah dan tidak ada kaitannya secara
langsung. Ada adegan seorang anak yang sedang memperhatikan keong merayap, ada anak yang
sedang tertidur di mobil, ada anak yang terjun ke sungai, ada anak yang bermain balapan mobil,
dan lain-lain, yang jika kesemuanya dimaknai hanya secara visual saja adalah cuplikan adegan
aktivitas bermain dan berekspresi anak sesuai dengan minatnya masing-masing terhadap hal-hal
2. Makna Audio pada Iklan Susu Nutrilon Royal Versi “Life Starts Here”
Makna audio adalah pemahaman terhadap pesan linguistik yang terdapat pada iklan. Makna
audio, atau juga makna linguistik merupakan makna bahasa yang dapat kita dengar langsung
ketika iklan ditampilkan. Pada iklan susu Nutrilon Royal ini makna audio dapat kita temukan
dalam bentuk narasi yang mengiringi iklan, disebabkan dalam iklan ini tidak terdapat dialog atau
percakapan pada pemain atau aktor iklan. Narasi yang disampaikan berasal dari suara anak-anak
pula yang merupakan rangkaian kata-kata yang menyerupai puisi sederhana dalam bahasa asing,
yaitu bahasa Inggris. Narasi dalam iklan susu Nutrilon Royal versi “ Life Starts Here” adalah sebagai berikut; Let’s call on the interested, the wide-eyed, the hopeful, the princesses and the
princes, there are believers, let’s summon the generals, the queens, the kings, and the knights
start ride the adventurous trails, let’s call on the leaders, the lover, the big ones, the small ones,
the boundaries, the attendants, the discoverers, the conductor, the scientist, the CEOs, let’s call
on the skywalkers, the movers, the seekers, let’s call on the curious, and bring on the hope..life
starts here…
3. Makna Pesan Generasi Penerus Pada Iklan Nutrilon Royal Versi “ Life Starts Here” Arti dari generasi penerus adalah generasi yang akan melanjutkan generasi sebelumnya atau
generasi di masa depan yang akan melanjutkan suatu kepemimpinan atau status atau peran
sosial di tataran masyarakat. Pesan generasi penerus adalah pesan yang akan peneliti ungkap di
balik setiap tanda-tanda yang terdapat dalam iklan Nutrilon Royal versi “ Life Starts Here” di
televisi. Makna pesan generasi penerus ini akan terungkap dengan memberi makna atau
interpretasi dari tanda visual yang berupa tiap-tiap unit gambar atau adegan, serta tanda audio
D. Semiotika
Kata semiotika berasal dari bahsa yunani, Seme, seperti dalam semiotikos yang berarti penafsir
tanda. Semiotika berarti ilmu analisis tanda dan studi tentang bagaimana sistem penandaan
berfungsi.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu tanda (sign). Dalam ilmu komunikasi
”tanda” merupakan sebuah interaksi makna yang disampaikan kepada orang lain melalui tanda -tanda. Dalam berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa lisan saja namun dengan tanda tersebut
juga dapat berkomunikasi. Ada atau tidaknya peristiwa, struktur yang ditemukan dalan sesuatu,
suatu kebiasaan semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera, sebuah isyarat tangan, sebuah
kata, suatu keheningan, gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, rambut uban, lirikan mata
dan banyak lainnya, semua itu dianggap suatu tanda (Zoezt, 1993:18 via
http://noviyanto-noviyanto72.blogspot.com).
Van Zoest mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan
dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimnya, dan penerimanya
oleh mereka yang mempergunakannya.” Batasan yang lebih jelas dikemukakan Preminger, dikatakan “semiotik” adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari
sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai
Ada dua tokoh penting dalam semiotika, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Piece.
Saussure dikenal sebagai bapak lmu bahasa modern yang mempergunakan istilah semiologi,
sedangkan Pierce menggunakan istilah semiotik. Baik semiotik maupun semiologi, keduaya
kurang lebih dapat saling menggantikan karena sama-sama mengacu kepada ilmu tentang tanda.
Adapun semiologi dan mitologi dari Roland Barthes yang mempraktekkan model linguistik dan
semiologi Saussurean.
Charles Sanders Pierce
Menurut Pierce kata „semiotika‟, kata yang sudah digunakan sejak abad kedelapan belas oleh ahli filsafat Jerman Lambert, merupakan sinonim kata logika. Logika harus mempelajari
bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut hipotesis Pierce yang mendasar dilakukan melalui
tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan manusia berfikir, berhubungan dengan orang lain dan
memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotika bagi Pierce adalah
suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau kerja sama tiga subyek yaitu tanda (sign),
obyek (object) dan interpretan (interpretant).
Charles Sanders Peirce ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika
menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda, manusia hanya dapat
berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang
bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal.
Menurut Pierce (dalam Hoed,1992 via http://islamicgraphicdesign.blogdetik.com) tanda adalah
sesuatu yang mewakili sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau
mewakili B, yaitu misalnya sebuah kebakaran (pengalaman). Tanda semacam itu dapat disebut
sebagai indeks; yakni antara A dan B ada keterkaitan (contiguity). Sebuah foto atau gambar
adalah tanda yang disebut ikon. Foto mewakili suatu kenyataan tertentu atas dasar kemiripan
atau similarity (foto Angelina Jolie, mewakili orang yang bersangkutan, jadi merupakan suatu
pengalaman).
Tanda juga bisa berupa lambang, jika hubungan antara tanda itu dengan yang diwakilinya
didasarkan pada perjanjian (convention), misalnya lampu merah yang mewakili “larangan (gagasan)” berdasarkan perjanjian yang ada dalam masyarakat. Burung dara sudah diyakini sebagai tanda atau lambang perdamaian; burung dara tidak begitu saja bisa diganti dengan
burung atau hewan yang lain, dan seterusnya (Istanto, 2000 via
http://islamicgraphicdesign.blogdetik.com/2008/09/25/semiotika/).
Ferdinand de Saussure
Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi
menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat
sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat
sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung
didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda
berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda
yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi
tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut
Saussure, tanda terdiri dari: bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan
orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk
signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified).
Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006 via
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html).
Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistem tanda. Semiotik dikenal sebagai disiplin
yang mengkaji tanda, proses menanda dan proses menandai. Bahasa adalah sebuah jenis tanda
tertentu. Dengan demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik.
Saussure menggunakan kata „semiologi‟ yang mempunyai pengertian sama dengan semiotika pada aliran Pierce. Kata Semiotik memiliki rival utama, kata semiologi. Kedua kata ini kemudian
digunakan untuk mengidentifikasikan adanya dua tradisi dari semiotik. Tradisi linguistik
menunjukkan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan nama-nama Saussure sampai Hjelmslev
dan Barthes yang menggunakan istilah semiologi. Sedang yang menggunakan teori umum
tentang tanda-tanda dalam tradisi yang dikaitkan dengan nama-nama Pierce dan Morris
menggunakan istilah semiotics. Kata Semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata
semiologi (Istanto, 2000 via http://islamicgraphicdesign.blogdetik.com/2008/09/25/semiotika/).
Ahli-ahli semiotika dari aliran Saussure menggunakan istilah-istilah pinjaman dari linguistik.
teori Hjelmslev, seorang strukturalist Denmark. Pengaruh itu tampak terutama dalam „semiologi komunikasi‟. Teori ini merupakan pendekatan kaum semiotika yang hanya memperhatikan tanda-tanda yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan sadar oleh mereka yang
mengirimkannya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima). Para ahli semiotika
ini tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda yang disampaikan, melainkan berusaha
untuk mendapatkan makna sekunder (konotasi) (Istanto, 2000
http://islamicgraphicdesign.blogdetik.com/2008/09/25/semiotika/).
Menurut Saussure, tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier (signifiant/wahana
tanda/penanda/yang mengutarakan/simbol) dan signified (signifie/makna/petanda/yang
diutarakan/thought of reference). Tanda menurut Saussure adalah kombinasi dari sebuah konsep
dan sebuah sound-image yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara signifier dan signified
adalah arbitrary (mana suka). Tidak ada hubungan logis yang pasti diantara keduanya, yang
mana membuat teks atau tanda menjadi menarik dan juga problematik pada saat yang bersamaan
(Berger, 1998: 7-8 via http://islamicgraphicdesign.blogdetik.com).
Prinsip-prinsip linguistik Saussure dapat disederhanakan sebagai berikut :
1. Bahasa adalah sebuah fakta sosial.
2. Sebagai fakta sosial, bahasa bersifat laten, bahasa bukanlah gejala-gejala permukaan
melainkan sebagai kaidah-kaidah yang menentukan gejala-gejala permukaan, yang
disebut sengai langue. Langue tersebut termanifestasikan sebagai parole, yakni tindakan
3. Bahasa adalah suatu sistem atau struktul tanda-tanda. Karena itu, bahasa mempunyai
satuan-satuan yang bertingkat-tingkat, mulai dari fonem, morfem, klimat, hingga wacana.
4. Unsur-unsur dalam setiap tingkatan tersebut saling menjalin melalui cara tertentu yang
disebut dengan hubungan paradigmatik dan sintakmatik.
5. Relasi atau hubungan-hubungan antara unsur dan tingkatan itulah yang sesungguhnya
membangun suatu bahasa. Relasi menentukan nilai, makna, pengertian dari setiap unsur
dalam bangunan bahasa secara keseluruhan.
6. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa yang prinsip-prinsipnya yang telah
disebut diatas, bahasa dapat dikaji melalui suatu pendekatan sikronik, yakni pengkajian
bahasa yang membatasi fenomena bahasa pada satu waktu tertentu, tidak meninjau
bahasa dalam perkembangan dari waktu ke waktu (diakronis).
Roland Barthes
Barthes lahir tahun 1951 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di
Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Roland Barthes dikenal
sebagai seorang pemikir strukturalis yang gemar mempraktikkan model linguistik dan semiologi
Saussurean. Ia berpendapat bahasa adalah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari
suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Fiske (1990)
menjelaskan masalah denotasi dan konotasi dengan menggunakan contoh fotografi. Menurut
Atau dengan kata lain denotasi dalam melihat foto yang muncul adalah pertanyaan “ini foto apa”, sedangkan konotasi menitikberatkan pertanyaan “mengapa fotonya ditampilkan dengan cara seperti itu?” denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru akan menjadi denotasi ketika konotasi tersebut adalah umum digunakan dan
dipahami bersama sebagai makna yang baku. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya
dimengerti sebagai makna harafiah, makna yang “sesungguhnya”. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti
yang sesuai dengan apa yang terucap. Di dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan
sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut dengan „mitos‟, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang
berlaku dalam suatu periode tertentu.
Selain denotasi dan konotasi dalam tatanan simbolik menurut Barthes, ada satu bentuk
penandaan yang disebut sebagai mitos. Mitos dapat dikatakan sebgai ideologi dominan pada
waktu tertentu. Denotasi dan konnotasi memiliki potensi untuk menjadi ideology yang bisa
dikategorikan sebagai konsep mitos (Myth). Mitos adalah sebuah kisah yang melaluinya sebuah
budaya menjelaskan dan memahami beberapa aspek dari realitas (Fiske, 1990). Mitos membantu
kita umtuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu. Barthes
berpendapat bahwa mitos melayani fungsi ideologis naturalisasi. Artinya mitos melakukan
kebiasaaan dan keyakinan yang dominan terlihat „natural‟, „normal‟, „abadi‟, „masuk akal‟, objektif‟, dan „benar bicara apa adanya‟.
Suatu teknik yang menarik dan memberikan hasil yang baik untuk masuk ke dalan titik tolak
berpikir ideologis adalah mempelajari mitos. Mitos dalam pandangan Susilo, adalah suatu
ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting
dalam kesatuan-kesatuan budaya. Dalam pemikiran Umar Junus, mitos tidak dibentuk melalui
penyelidikan, tetapi melalui anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan.
Tatanan pertandaan Barthes (Order of Signification) terdiri dari:
a. Denotasi
Makna kamus dari sebuah kata atau terminology atau objek ( literal meaning of term or
object)
b. Konotasi
Makna-makna kultural yang melekat pada sebuah terminology (The Cultural Meanings
that become attached to a term)
c. Metafora
Mengkomunikasikan dengan analogi. Misalkan menganalogikan sesuatu dengan
identitasnya, yaitu “cintaku adalah mawar merah”, hal itu mengartikan mawar merah
digunakan untuk menganalogikan cinta.
Subkategori metafor dengan menggunakan kata-kata “seperti”. Misalkan metafor berdasarkan identitas yaitu (cintaku=mawar merah), sedangkan simile berdasarkan
kesamaan (cintaku seperti mawar merah).
e. Metonimi
Mengkomunikasikan dengan asosiasi yang dibuat dengan cara menghubungakn sesuatu
kita ketahui dengan sesuatu yang lain.
f. Sinekdok
Subkategori metonimi yang memberikan makan “keseluruhan” atau “sebaliknya”. Artinya sebuah bagian digunakan untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian tersebut.
1. Semiotika Sebagai Pendekatan
Semiotika menawarkan suatu metode atau sistem yang memandang tanda-tanda secara
sistematis, seolah-olah tanda itu strukturnya jelas. Semiotika adalah usaha manusia untuk
mencari tanda-tanda yang bermakna atau dimaknai. Kajian semiotika sampai sekarang telah
membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang
pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satunya mengasumsikan
adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan,
saluran komunikasi dan acuan. Yang kedua memberi tekanan pada teori tanda dan
pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Yang diutamakan pada jenis kedua ini adalah segi
pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatiakn
daripada proses komunikasinya. Semiotika digunakan sebagai suatu pendekatan untuk
menganalisa teks media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui
membawa makna tunggal. Kenyataannya, teks media selau memilki ideologi dominan yang
terbentuk melalui tanda tersebut. Berarti teks media selalu membawa kepentingan-kepentingan
tertentu yang lebih luas dan lebih kompleks.
2. Semiotika Dalam Media
Media sesungguhnya memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui
penyebaran informasi. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam
memandang realita. Iklan itu cenderung mendistorsi, melebih-lebihkan dan melakukan seleksi
atas tanda-tanda atau citra-citra. Tanda-tanda atau citra-citra tidak mencerminkan realitas tetapi
mengatakan sesuatu tentang realitas. Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis
teks media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda.
Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna
tunggal.
3. Semiotika Gambar
James Gibson menyebutkan bahwa apa yang dimaksud dengan gambar adalah:
“the nation of image or picture sign relevant here consist of markings on a two dimensional (or
nearly two-dimensional) surface which are, as mater of cours, taken to delineate scenes of the
ordinary perceptual world.”
(ide tentang gambar atau tanda gambar terdiri dari penandaan atas suatu pemukaan dua dimensi