• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Serasah Daun Sebagai Bahan Pembuat Kompos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Serasah Daun Sebagai Bahan Pembuat Kompos"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SERASAH DAUN SEBAGAI BAHAN

PEMBUAT KOMPOS

SKRIPSI

KHOIRUL ASWAR SRG 070308008

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PEMANFAATAN SERASAH DAUN SEBAGAI BAHAN

PEMBUAT KOMPOS

Oleh:

KHOIRUL ASWAR SRG

070308008/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

PEMANFAATAN SERASAH DAUN SEBAGAI BAHAN

PEMBUAT KOMPOS

Oleh:

KHOIRUL ASWAR SRG

070308008/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ainun Rohanah,STP, M.Si

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

ABSTRAK

KHOIRUL ASWAR SRG: Pemanfaatan Serasah Daun sebagai Bahan Pembuat Kompos, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik yang digunakan untuk menambah unsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai pengganti pupuk kimia. Kompos pada penelitian ini berasal dari serasah daun dengan menggunakan EM4 sebagai starter.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan yaitu faktor pemberian dosis EM4 (S) dan faktor pembalikan (P).

Diperoleh bahwa efek dosis EM4 berpengaruh sangat nyata terhadap C/N dan Rendemen serta berpengaruh nyata dengan pH, tetapi berpengaruh tidak nyata pada kadar air. Intensitas pembalikan memberikan efek berbeda tidak nyata pada semua parameter. Interaksi Dosis EM4 dan intensitas pembalikan memberikan efek berbeda tidak nyata dengan semua parameter.

Kata Kunci : Kompos, Serasah daun, Dosis EM4, Pembalikan, C/N, Kadar air, pH, Rendemen

ABSTRACT

KHOIRUL ASWAR SRG: Utilizing leaf litter as material of make compost, Supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.

Compost represent the manure coming from organic substance used to add the element or nutrition needed of the land either through direct and also indirectly in the place of chemical manure. Compost at this research made from leaves by using EM4 as starter.

A completely randomized with two treatments i. e. EM4 dosage and materials inversion were applied in this experiment with the C/N, water content,, yield, and pH of the compost as the parameters.

It was found that EM4 dosage had higly significant effect on the C/N and yield but had no significant effect on the water content. The intensif of material inversion had no significant effect on all parameters. The interaction of EM4 dosage and intensif of material inversion had no significant effect on all parameters.

(5)

 

RIWAYAT HIDUP

Khoirul Aswar Srg, dilahirkan di Padang sidimpuan pada tanggal 03

November 1988, dari ayah Darwin Siregar dan ibu Nurija Harahap. Penulis

merupakan putra pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari MAN 2 Model Padang Sidimpuan dan pada

tahun itu juga lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih

Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas

Pertanian.

Selama perkuliahan penulis mengikuti organisasi IMATETA pada periode

2010/2011. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul

“Pemanfaatan Serasah Daun sebagai Bahan Pembuat Kompos” yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu

Ainun Rohanah, STP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda dan ibunda,

serta seluruh keluarga atas segala bantuan baik materi maupun moril.

Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, namun penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, November 2011

(7)

 

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

DAFTAR TABEL ... . vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

Batasan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sampah ... 5

Jenis-jenis Sampah ... 6

Kompos ... 6

Prinsip Pengomposan ... 9

Pengomposan Anaerobik ... 12

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengomposan ... 13

EM4 (Effetive Microorganism) ... 14

Perbandingan C/N ... 15

pH ...16

Rendemen ...16

Penghalusan ... 17

Mutu pupuk kompos ... 18

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Bahan dan Alat ... 20

Metode Penelitian ... 20

Model Rancang Penelitian ... 21

Proses Pembuatan Kompos ... 22

Parameter Penelitian ... 22

HASIL DAM PEMBAHASAN Hasil Pemberian EM4... 24

Pembalikan ... 25

Perbandingan C/N ... 25

pH ... 28

Kadar Air... 30

Rendemen... 30

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

 

DAFTAR TABEL

Hal

1. Kandungan rata-rata hara kompos ... 7

2. Kandungan C/N dari beberapa sumber bahan organik ... 11

3. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya... 15

4. Standar Kualitas Kompos ... 19

5. Pengaruh pemberian EM4 terhadap perbandinagn C/N, pH, kadar air dan rendemen kompos ... 24

6 Pengaruh Intensitas pembaliakan terhadap perbandinagn C/N, pH, kadar air dan rendemen kompos ... 25

7. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian EM4 terhadap perbandingan C/N kompos ... 26

8. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian EM4 terhadap perbandingan pH kompos ... 28

9. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian EM4 terhadap rendemen kompos….31 10. Perbandingan analisis kompos dari sersah daun dengan SNI ... 32

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Hubungan Dosis EM4 terhadap C/N kompos ... 26

2. Hubungan dosis EM4 dengan pH kompos ... 29

(11)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Data Analisis Serasah Daun ... 37

2. Data Pengamatan C/N Kompos ... 37

3. Analisis Sidik Ragam C/N Kompos ... 37

4. Data Pengamatan pH Kompos ... 38

5. Analisis Sidik Ragam pH Kompos ... 38

6 Data Pengamatan Kadar Air Kompos ... 39

7. Analisis sidik Ragam Kadar Air Kompos ... 39

8. Data Pengamatan Rendemen Kompos ... 40

9. Analisis Sidik Ragam Rendemen Kompos ... 40

10. Standar Kualitas kompos... 41

11. Flowchart pembuatan kompos dari serasah daun ... 42

12. Pencacahan Serasah Daun ... 43

13. Serasah daun setelah dicacah ... 43

14. Proses Pembalikan Kompos ... 44

15. Penyaringan ... 44

(12)

ABSTRAK

KHOIRUL ASWAR SRG: Pemanfaatan Serasah Daun sebagai Bahan Pembuat Kompos, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik yang digunakan untuk menambah unsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai pengganti pupuk kimia. Kompos pada penelitian ini berasal dari serasah daun dengan menggunakan EM4 sebagai starter.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan yaitu faktor pemberian dosis EM4 (S) dan faktor pembalikan (P).

Diperoleh bahwa efek dosis EM4 berpengaruh sangat nyata terhadap C/N dan Rendemen serta berpengaruh nyata dengan pH, tetapi berpengaruh tidak nyata pada kadar air. Intensitas pembalikan memberikan efek berbeda tidak nyata pada semua parameter. Interaksi Dosis EM4 dan intensitas pembalikan memberikan efek berbeda tidak nyata dengan semua parameter.

Kata Kunci : Kompos, Serasah daun, Dosis EM4, Pembalikan, C/N, Kadar air, pH, Rendemen

ABSTRACT

KHOIRUL ASWAR SRG: Utilizing leaf litter as material of make compost, Supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.

Compost represent the manure coming from organic substance used to add the element or nutrition needed of the land either through direct and also indirectly in the place of chemical manure. Compost at this research made from leaves by using EM4 as starter.

A completely randomized with two treatments i. e. EM4 dosage and materials inversion were applied in this experiment with the C/N, water content,, yield, and pH of the compost as the parameters.

It was found that EM4 dosage had higly significant effect on the C/N and yield but had no significant effect on the water content. The intensif of material inversion had no significant effect on all parameters. The interaction of EM4 dosage and intensif of material inversion had no significant effect on all parameters.

(13)

 

PENDAHULUAN

Latar belakang

Memotong rumput atau menyapu halaman adalah aktivitas rutin

masyarakat, khususnya orang yang memiliki halaman luas. Aktivitas ini juga

merupakan aktivitas rutin petugas-petugas kebersihan kantor-kantor. Petugas

kebersihan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) hampir setiap hari menyapu

jalan-jalan dan taman-taman kota. Sebagian besar sampah-sampah yang mereka

kumpulkan adalah sampah organik. Kalaupun ada sampah non organik jumlahnya

kecil dan mudah dapat dipisahkan.

Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa

yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukannya sebagai

barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai

sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi

di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar.

Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah

yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan

sampah akhir (TPA).

Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Penanganannya tidak

memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sementara kebijakan

pemerintah, dalam memanfaatkan produk samping dari sampah dirasakan belum

maksimal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh

(14)

Berdasarkan perkiraan, volume sampah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata

sekitar 0,5 kg/perkapita/hari, sehingga untuk kota besar seperti Jakarta, semarang,

Surabaya dan Medan yang memiliki penduduk sekitar 10 juta orang menghasilkan

sampah sekitar 5000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka

kota-kota besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan

segala dampak negatif yang ditimbulkannya.

Pengelolaan sampah menjadi kompos ditinjau dari aspek ilmu

pengetahuan merupakan proses mikrobiologis. Proses yang terjadi merupakan

fermentasi atau perombakan bahan organik menjadi komponen yang lebih

sederhana dan stabil yang dalam larutan berbentuk ionik dan mudah diserap

tumbuhan (Sudrajat, 2006).

Pengomposan merupakan praktek tertua untuk menyiapkan pupuk organik

yang selanjutnya dikembangkan menjadi kunci teknologi daur ulang limbah

permukiman dan perkotaan. Pembuatan kompos dalam lingkungan rumah tangga

merupakan strategi yang dapat dilaksanakan dengan tujuan utama menekan

jumlah limbah pengumpulan dan biaya pengumpulan. Selain itu juga dapat

mengurangi polusi akibat pembakaran sampah yang sering dilakukan masyarakat.

Secara matematis pengomposan sangat menguntungkan karena limbah yang kerap

kali menjadi musuh masyarakat sekarang dapat menghasilkan manfaat bagi

masyarakat (Sutanto, 2002).

Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya berasal dari

pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Banyak sekali bahan dasar yang

bisa digunakan seperti jerami, sekam, rumput-rumputan, sampah kota, atau limbah

(15)

menimbulkan pencemaran lingkungan seperti bau tidak sedap atau menjadi sarang

lalat. Jalan pintas yang sering dijumpai adalah dengan membakar. Pembakaran

limbah organik tersebut selain tidak memberikan manfaat, juga dapat

menimbulkan polusi udara (Musnamar, 2002).

Kompos telah umum diketahui oleh masyarakat, demikian juga cara

pembuatannya bukan merupakan hal yang baru. Namun, sejalan dengan laju

penambahan tanah kritis yang brakibat terhadap rendahnya produksi holtikultur,

perlu diusahakan cara yang lebih cepat dalam pembuatan atau penyediaan kompos

sehingga unsur hara yang diperlukan tanah dan tanaman menjadi lebih cepat

tersedia. Usaha yang telah dilakukan adalah dengan menambah stimulator dalam

pembuatan kompos tersebut. Bahan-bahan tersebut misalnya Effective

Microorganism (EM4) ( Harijati, dkk, 1996 ).

Penambahan kompos pada tanah tersebut akan membantu melonggarkan

pertikel tanah yang padat dengan cara membuka pori-pori tanah yang merupakan

saluran atau jalan bagi udara dan air. Humus yang terdapat pada kompos dapat

memecah tanah liat menjadi remah (Djuarman, dkk, 2005).

Mikroorganisme efektif (EM4) merupakan kultur campuran berbagai jenis

mikroorganisme yang bermanfaat (Bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,

aktinomisetes, dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan

untuk menikkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM4 dapat

memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Sutanto, 2002).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menganalisis pupuk kompos

(16)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di program studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan penelitian ini.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam pembuatan kompos.

Batasan Penelitian

Selain proses pembuatan kompos dari serasah daun, penelitian ini juga

menanalisis rasio C/N kompos, pH, Kadar air dan rendemen dari kompos itu

(17)

 

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah

Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah

diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi dan dari segi

lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam

(Amurwaraharja, 2006).

Sumber sampah yang terbanyak berasal dari pemukiman dan pasar

tradisional. Sampah pasar khususnya, seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau

pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95 %) berupa sampah

organik, sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman

umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75 % terdiri dari sampah

organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).

Sampah memang kerap menjadi masalah besar. Sebenarnya permasalahan

sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan

cara mengolahnya menjadi kompos. Selama ini pupuk kompos yang dihasilkan

dari sampah organik dalam bentuk padat memang banyak. Namun, jarang yang

berbentuk cair, padahal kompos cair ini lebih praktis digunakan, proses

pembuatannya relatif mudah, dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak

(18)

Jenis-jenis Sampah 1. Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun

tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan

sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan untuk sampah

yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa

sayuran. Sedangkan bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan

organik yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering adalah kayu

atau ranting kering, dan dedaunan kering.

2. Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal dari

bahan yang bisa diperbaharui (recycle) dan sampah ini sangat sulit terurai oleh

jasad renik. Jenis sampah ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.

3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya

bagi manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas

cat semprot atau minyak wangi

(Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

Kompos

Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya berasal dari

pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Banyak sekali bahan dasar yang

bisa digunakan seperti jerami, sekam, rumput-rumputan, sampah kota, atau limbah

pabrik. Menumpuknya limbah organik memerlukan penanganan agar tidak

(19)

lalat. Jalan pintas yang sering dijumpai adalah dengan membakar. Pembakaran

limbah organik tersebut selain tidak memberikan manfaat, juga dapat

menimbulkan polusi udara. Kandungan rata-rata kompos dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Kandungan rata-rata hara kompos

Komponen Kandungan (%)

Kadar air 41,00-43,00

C-Organik 4,83-8,00

Sumber: Dari beberapa pupuk organic yang beredar dipasaran s/d 2002

(Musnamar, 2003).

Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami

pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos

memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil.

Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi

tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan

tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur.

Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh

lebih subur dan kualitas panennya lebih baik dari pada tanaman tanpa kompos.

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari makhluk hidup atau bahan

organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting,

(20)

manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan

istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi

kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan

ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan.

Bahan yang agak mudah dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan

bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat

keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang (Isroi, 2008).

Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan

organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya. Kompos yang

digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunnya terdiri

dari bahan-bahan organik.

Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:

1. Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.

2. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tidak berderai.

3. Menambah daya ikat air pada tanah.

4. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara.

5. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah .

6. Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara

ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik).

7. Membantu Proses pelapukan bahan mineral.

8. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba.

9. Menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan.

Ada beberapa macam pupuk dari bahan organik yang dikenal yaitu pupuk

(21)

mengalami proses penguraian atau pengomposan sedangkan pupuk kandang

humus melalui pengomposan (Indriani, 2004)

Prinsip Pengomposan

Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik

sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka

proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Didalam

perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka

perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik. Perubahan hayati yang penting

yaitu sebagai berikut :

1. Penguraian hidrat arang, selulosa, hemiselulosa.

2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air

3. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik

terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut

akan terlepas kembali bila jasad-jasad renik tersebut mati.

4. Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi

senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.

Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut menjadi

sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar

senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada

perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti

bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah

dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004).

pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai sumber energi bagi

(22)

Perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah

25-30 ( satuan berat n kering ), sedangkan C/N di akhir proses adalah 10-20. Pada

rasio yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan

terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan yang

mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung digunakan

(Damanhuri dan Padmi, 2007).

Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam

sumber. Dengan demikian kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi

tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung sellulose 15% - 30%,

lignin 5% - 30%, Protein, 5% - 40%, bahan mineral (Abu) 3% - 5%, di samping

itu, terdapat bahan larut air panas dan dingin (Gula, pati asam amino, urea, garam

ammonium) sebanyak 2% - 30% dan 1% - 15% lemak larut eter dan alkohol,

minyak dan lilin. Komponen organik ini mengalami proses dekomposisi dibawah

kondisi mesofilik dan termofilik. Pengomposan dengan menggunakan metode

timbunan dipermukaan tanah, lubang galian tanah, indore menghasilkan bahan

terhumifikasi berwarna gelap setelah 3 – 4 bulan dan merupakan sumber bahan

organik untuk pertanian berkelanjutan (Sutanto, 2002).

Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N,

semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan semakin lebih cepat

menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang

seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda.

(23)

Tabel 2. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik

Kotoran manusia (tinja) 6-10

Darah 3

Tepung tulang 8

Urine manusia 0,8

Eceng gondok 17,6

Jerami gandum 80-130

jerami padi 80-130

Ampas tebu 110-120

Jerami jagung 50-60

Sesbania sp. 17,9

Serbuk gergaji 500

Sisa sayuran 11-27

Sumber : Gaur AC, 1983

(Simamora dan Salundik, 2006).

Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,

selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur

menjadi amonia, CO2 dan air, 3) penguraian senyawa organik menjadi senyawa

yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan

hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan

demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah

(Indriani, 2004).

Hasil dari dekomposisi kompos secara aerobik adalah CO2, H2O (air),

humus dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat

disajikan dengan reaksi berikut.

Bahan Organik + CO2 + Humus + Hara + Energi

Mikroba Aerob

(24)

Selama Hidupnya, mikro organisme mengambil air dan oksigen dari

udara. Makanya diperoleh dari bahan organik yang akan diubah menjadi produk

metabolisme berupa karbondioksida (CO2), air ( H2O), humus dan energi.

Sebagian dari energi yang dihasilkan digunakan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhan dan reproduksi sisanya dibebaskan kelingkungan sebagai panas

(Djuarnani, dkk, 2005).

Pengomposan Anaerobik

Proses pengomposan anerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya,

proses ini dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk

(hampa udara). Proses pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob

untuk membantu mendekomposisikan bahan yang dikomposkan. Bahan baku

yang dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan organik yang berkadar

air tinggi.

Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4),

karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah

seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.

Gas metan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya

berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padat ini

yang disebut kompos padat dan yang cair yang disebut kompos cair

(25)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan

Pembuatan kompos dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Nilai C/N Bahan

Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri akan

semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio sehingga

menjadi 12-20.

2. Ukuran Bahan

Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya

karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.

3. Komposisi Bahan

Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat.

Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan

kotoran hewan.

4. Jumlah Mikroorganisme

Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses pengomposan

diharapkan akan semakin cepat. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4

sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat

bekerja efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak

mikroorganisme ada lima golongan yang pokok yaitu, bakteri fotosintesis,

lactobasilius sp, aspergillus sp, ragi (yeast), actinomycetes.

5. Kelembaban

Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban sekitar

(26)

optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan

mikroorganisme tidak berkembang atau mati.

6. Suhu

Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena

berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum bagi

pengomposan adalah 40-600 C. Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme akan

mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme belum dapat bekerja atau dalam

keadaan dorman.

7. Keasaman (pH)

Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara

menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa diturunkan

dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung nitrogen) seperti

urea atau kotoran hewan (Indriani, 2004).

EM4(Effective Microorganism)

EM4 (Effective Microorganism) merupakan bahan yang mengandung

beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses fermentasi.

Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis

(Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat, ragi (Sacharomices sp.),

actinomycetes, dan aspergillus sp. EM4 (Effective Microorganism) dapat

meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan

unsur hara untuk tanaman, serta menigkatkan aktivitas serangga, hama dan

(27)

Tabel 3 .Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya

Jenis organism Peranan

Bakteri Fotosintesis (Rhodopseudomonos sp)

Mensintesis bahan-bahan organik menjadi asam amino, asam nukleat, zat bioaktif, dan gula dengan bantuan sinar matahari

Bakteri asam laktat - menghasilkan asam laktat dari gula

- menekan pertumbuhan jamur yang

merugikan, seperti fusarium

- Mempercepat penguraian bahan-bahan

organik menjadi humus

Ragi\ yeast

(Sachromices sp)

- membentuk zat anti bakteri

- meningkatkan jumlah sel akar dan

perkembangan akar

Actinomycetes Menghasilkan zat-zat bioaktif yang berfungsi

menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri pathogen seperti fusarium

Jamur Fermentasi (Aspergillus sp)

Menguraikan bahan organik (selulosa, karbohidrat) dan mengubahnya menjadi alkohol, ester, dan zat antimikroba

Dapat menghilangkan bau

Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4

juga mempunyai manfaat yang lain seperti :

1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

2. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

3. Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga

kestabilan produksi.

Perbandingan C/N

Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N)

dalam satuan bahan. Semua makhluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan

karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil (Yuwono, 2005).

Perbandingan C/N bahan organik (bahan baku kompos) merupakan faktor

(28)

baik jika perbandingan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25-35

(Simamora dan Salundik, 2006).

Bahan organik yang mempunyai C/N yang tinggi berarti masih mentah.

Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan bila langsung

diberikan ke dalam tanah. Umumnya masalah utama pengomposan adalah kadar

rasio C/N yang tinggi. Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus,

misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik atau dengan menambahkan

kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen

(Yuwono, 2005).

C/N berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penambahan bahan

organik yang nisbah C/N tinggi mengakibatkan tanah mengalami perubahan

imbangan C/N dengan cepat, karena mikroorganisme tanah menyerang sisa

pertanaman. C/N juga berfungsi untuk menyeimbagkan ketersediaan nitrogen

yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Apabila bahan organik yang diberikan

ketanah mempunyai nisbah C/N yang tinggi, maka mikroorganisme tanah dan

tanaman akan berkompetisi memanfaatkan nitrogen dan tanaman selalu kalah

(Sutanto, 2002).

pH

Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 - 8,0, derajat keasaman bahan

pada permulaan pengomposan pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0 - 7,0).

Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan

karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah

bahan organik menjadi asam organik . Pada proses selanjutnya, mikroorganisme

(29)

sehingga derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral

(Djuarnani, dkk., 2005).

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan berat kering terhadap berat basah dan

dinyatakan dalam persen. Menurut Taib dkk (1989) rendemen dapat ditentukan

dengan cara bahan ditimbang sebelum diolah yang dinyatakan sebagai berat

basah, kemudian setelah selesai diolah bahan ditimbang kembali dan dinyatakan

sebagai berat kering. Kemudian rendemen dihitung dengan rumus :

Rendemen =

Meskipun kompos telah dikeringkan, tetapi ukurannya biasanya masih

cukup besar dan tidak seragam. Kompos yang telah kering dapat dihaluskan untuk

memperkecil ukuran kompos. Penghalusan dapat dilakukan secara manual, yaitu

dengan meremasnya atau menumbuknya.

Penghaluskan dapat pula dilakukan dengan bantuan mesin penghalus

kompos.Kompos yang telah dihancurkan selanjutnya diayak untuk mendapatkan

kompos dengan kehalusan tertentu. Pengayakan juga berfungsi untuk

menyeragamkan ukuran partikel kompos.Kompos untuk keperluan biasa dapat

diayak dengan menggunakan ayakan pasir. Kompos biasanya untuk kompos

(30)

Apabila kompos akan dibuat granul pengayakan harus menggunakan

saringan yang lebih halus lagi, yaitu di atas 80 mess dan penyakannya

menggunakan mesin. Kompos yang akan dihaluskan harus sudah cukup kering

dengan kadar air kurang dari 40%. Apabila kompos terlalubasah, kompos akan

menggumpal dan sulit melewati ayakan (Isroi dan Yuliarti, 2009).

Mutu Pupuk kompos

Kandungan unsur hara dalam pupuk kompos sangat bervariasi.Tergantung

dari jenis asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Ciri fisik kompos

yang baik adalah berwarna coklat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan

pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Produsen kompos yang baik akan

mencantumkan besarnya kandungan unsur hara pada kemasan. Meskipun demikia

dosis, dosis pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena

kelebihan dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman (Novizan, 2005)

Indonesia telah memiliki standar kualitas kompos, yaitu SNI

19-7030-2004 dan peraturan mentri pertanian No. 02/Pert/HK.060/2/2006. Di dalam

standar ini termuat batas-batas maksimum atau minimum sifat-sifat fisik atau

kimiawi kompos, termasuk didalamnya batas maksimum kandungan logam berat.

Untuk memastikan apakah seluruh kriteria kualitas komps ini terpenuhi maka

diperlukan analisis laboratorium. Pemenuhan atas standar tersebut penting,

terutama untuk kompos yang akan dijual kepasaran. Standar itu menjadi salah satu

jaminan bahwa kompos yang siap diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi

(31)

Tabel 4: Standar Kualitas kompos

No Parameter Satuan Min Maks No Parameter Satuan Min Maks

1 Kadar air % - 50 16 Cadmium (Cd) mg/kg * 3

Unsur Makro Unsur lain

9 Bahan organic % 27 58 25 Calsium (Ca) % * 25,50

Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari minimum         

(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Laboratorium Teknik

Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian, Universitas Sumatera Utara, pada

bulan Juli-agustus 2011.

Bahan dan alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang akan dilakukan pada penelitian adalah, Serasah

Daun , EM4, Air, dan Gula

Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah, Ember,

Plastik Kaca, Alat Tulis, Kamera, Saringan dan Goni.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian faktorial dengan perlakuan sebagai

berikut : Faktor I : Starter

S1 = 15 gr

S2 = 20 gr

S3 = 25 gr

Faktor II : Pembalikan

P1 = 2 hari sekali

P2 = 3 hari sekali

P3 = 4 hari sekali

Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak Tc = 3 x 3 = 9, sehingga ulangan percobaan

(33)

Tc (n-1) ≥1

9 (n-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 1,67

n ≥ 2,67 dibulatkan 3

Dengan demikian penelitian dilakukan 3 x ulangan, dengan kombinasi perlakuan

sebagai berikut :

S1P1 S2P1 S3P1

S1P2 S2P2 S3P2

S1P3 S2P3 S3P3

Model Rancangan Penelitian

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor starter (S) dan faktor

banyaknya Pembalikan (P) dengan kode rancangan :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij +∑ijk

Dimana :

Yijk = Pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan faktor

starter pada taraf ke-i dan perlakuan factor pembalikan pada taraf ke-j

pada ulangan k

µ = Nilai tengah sebenarnya

αi = Efek perlakuan starter pada taraf ke-i

βj = Efek perlakuan lama perendaman pada taraf ke-j

(αβ)ij = Efek interaksi perlakuan starter pada taraf ke-i dengan perlakuan factor

pembalikan pada taraf ke-j

(34)

Proses Pembuatan Kompos

Proses pembuatan kompos pada penelitian berlangsung selama 30 hari.

Setiap perlakuan terdiri dari 1 kg serasah daun yang sudah dicacah dam EM4

sebagai starter.

Setelah persipan alat dan bahan, serasah daun dicampur dengan EM4

dengan jumlah yang sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya ditambah air sampai

700 gr dan diaduk agar homogen. Kemudian dilakukan analisa awal.

Proses selanjutnya adalah proses pembalikan kompos, proses

pengomposan pada tahap dilakukan sesuai perlakuan.

Setelah selesai tahap pembalikan, tahap selanjutnya adalah tahap

pematangan/penstabilan karena proses dekomposisi telah selesai tinggal

menstabilkan hasil pengomposan. Kemudian dilakukan penyaringan untuk

mendapatkan ukuran yang seragam dan dianailsis sesuai dengan parameter.

Parameter yang diamati

1. Perbandingan C/N awal bahan

Setelah pencampuran dan penimbunan bahan, bahan terlebih dahulu

dianalisa perbandingan C/N-nya sebagai C/N awal campuran bahan

melalui analisa di Laboratorium.

2. Perbandingan C/N akhir kompos

Setelah proses pengomposan selesai dianalisa perbandingan C/N-nya

melalui analisa di Laboratorium.

3. pH (Derajat Keasaman)

(35)

Bahan yang sudah dicampur terlebih dahulu diukur untuk mengetahui

volume awal dari campuran bahan. Bahan tersebut dihitung rendemennya

dengan rumus sebagai berikut :

Rendemen =

bahan awal Berat

kompos Berat

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pemberian EM4

Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum diperoleh bahwa

pemberian EM4 berpengaruh terhadap perbandingan C/N, pH, kadar air,

rendemen kompos. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 . Pengaruh pemberian EM4 terhadap perbandingan C/N, pH, kadar air dan rendemen kompos.

Perlakuan C/N pH Kadar Air (%) Rendemen (%)

S1 = 15 gr 10,54 6,43 39,99 47,78

S2 = 20 gr 10,16 6,38 39,97 55,00

S3 = 25 gr 9,11 6,74 39,62 62,11

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada perlakuan S1 yaitu sebesar 10,54 dan terendah pada S3 yaitu sebesar

9,11. Pada parameter nilai pH kompos, pH tertinggi terdapat pada S3 sebesar 6,74

dan terendah pada perlakuan S2 sebesar 6,38. Dan pada kadar air, kadar air

tertinggi terdapat pada perlakuan S1 sebesar 39,99 % dan terendah pada perlakuan

S3 sebesar 39,62 %. Sedangkan pada parameter rendemen, rendemen terbesar

terdapat pada perlakuan S3 sebesar 62,11 % dan terendah terdapat pada perlakuan

S1 sebesar 47,78 %.

Dari tabel diatas secara umum dapat dilihat bahwa dengan semakin

besarnya dosis starter yang diberikan maka rasio C/N dari kompos akan semakin

(37)

Pembalikan

Pengaruh intensitas pembalikan terhadap parameter yang diamati dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 . Pengaruh Intensitas pembaliakan terhadap perbandinagn C/N, pH, kadar air dan rendemen kompos.

Perlakuan C/N pH Kadar Air (%) Rendemen (%)

P1 = 2 hari 10,18 6,44 39,67 53,11

P2 = 3 hari 10,12 6,58 39,74 54,56

P3 = 4 hari 9,50 6,53 40,18 57,22

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada perlakuan P1 sebesar 10,18 dan terendah pada P3 sebesar 9,50. Pada

parameter nilai pH kompos, pH tertinggi terdapat pada P2 sebesar 6,58 dan

terendah pada perlakuan P1 sebesar 6,44. Dan pada kadar air, kadar air tertinggi

terdapat pada perlakuan P3 sebesar 40,18 % dan terendah pada perlakuan P1

sebesar 39,67 %. Sedangkan pada parameter rendemen, rendemen terbesar

terdapat pada perlakuan P3 sebesar 57,22 % dan terendah terdapat pada perlakuan

P1 sebesar 53,11 %.

Untuk menganalisis tingkat perbedaan berbagai dosis pemberian EM4 dan

Intensitas pembalikan terhadap parameter yang diamati, maka dilakukan uji

statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut.

Perbandingan C/N

Pengaruh pemberian EM4

Dari daftar sidik ragam pada Lampiran 3. Dapat diketahui bahwa

pemberian EM4 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N.

(38)

pengaruh pemberian EM4 terhadap perbandingan C/N untuk tiap tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian EM4 terhadap perbandingan C/N kompos

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1 10,54 a A

2 0,8739 1,1976 S2 10,16 a A

3 0,9181 1,2564 S3 9,11 b AB

Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 7 dapat di ketahui bahwa perlakuan S1 berbeda berbeda tidak

nyata dengan dengan S2 dan berbeda nyata dengan S3, sedangkan S2 berbeda

nyata dengan S3.

Hubungan pemberian EM4 dengan perbandingan C/N kompos dapat dilhat

pada Gambar 1 berikut.

z  

Gambar 1. Hubungan Dosis EM4 terhadap C/N kompos

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak dosis EM4

yang diberikan pada proses pengomposan maka C/N kompos akan semakin

rendah. Hal ini dapat dilihat dengan dosis EM4 sebanyak 15 gr diperoleh C/N

kompos sebesar 10,54 dan pada dosis EM4 sebanyak 20 gr dieroleh C/N sebesar

(39)

Hal ini diduga dengan semakin banyaknya dosis EM4 yang diberikan

maka proses pengomposan akan lebih cepat sehingga rasio C/N kompos lebih

rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Yuwono (2005) yang menyebutkan

umumnya masalah utama pengomposan adalah kadar rasio C/N yang tinggi.

Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya

menambahkan mikroorganisme selulotik atau dengan menambahkan kotoran

hewan, karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.

Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan Djuarnani, dkk., (2005) yang

menyebutkan bahwa dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka

proses pengomposan diharapkan akan semakin cepat. Jumlah mikroorganisme

fermentasi di dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme

tersebut dipilih yang dapat bekerja efektif dalam memfermentasikan bahan

organik. Dengan semakin banyaknya EM4 yang diberikan maka proses

perombakan bahan organik akan lebih cepat dilakukan.

Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa kompos yang baik itu

mempunyai rasio C/N antara 10-20 misalnya pada literatur Damanhuri dan Padmi

(2007) yang menyebut harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan

yang mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung digunakan. Dari

literatur itu dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan S1 dan S2 dapat merupakan

kompos yang baik karena masuk pada kriteria dari yang disebutkan itu, sedangkan

(40)

Pengaruh Intensitas Pembalikan

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat diketahui bahwa intensitas

pembalikan berbeda tidak nyata terhadap perbandingan C/N kompos sehingga

pengujian tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi pemberian EM4 dan intensitas pembalikan

Dari Daftar Sidik ragam (lampiran 3) dapat diketahui bahwa interaksi

perlakuan pemberian EM4 dam pembalikan memberikan pengaruh berbeda tidak

nyata terhadap perbandingan C/N kompos sehingga pengujian tidak dilanjutkan.

pH

Pengaruh pemberian EM4

Dari daftar sidik ragam pada lampiran 5. Dapat diketahui bahwa

pemberian EM4 memberikan pengaruh nyata terhadap nilai pH. Hasil pengujian

dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian

EM4 terhadap pH untuk tiap tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian EM4 terhadap pH kompos

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S2 6,38 a A

2 0,2891 0,3962 S1 6,43 a A

3 0,3037 0,4157 S3 6,74 b AB

Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda tidak nyata

dengan perlakuan S2 dan berbeda nyata dengan perlakuan S3. Sedangkan

(41)

Hubungan pemberian EM4 dengan pH kompos dapat dilhat pada Gambar

2 berikut.

  Gambar 2. Hubungan dosis EM4 dengan pH kompos

Dari gambar diatas dapak kita lihat bahwa terjadi penurunan pH pada

perlakuan S2 dari S1 dan peningkatan pH pada perlakuan S3. Diduga ada

pengaruh pemberian dosis EM4 terhadap keasaman (pH) pada proses

pengomposan. Djuarnani dkk (2005) mengatakan derajat keasaman pada awal

proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah

mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik

menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang

lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga derajat

keasaman yang tinggi dan mendekati netral.

Intensitas Pembalikan

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa intensitas

pembalikan berbeda tidak nyata terhadap pH kompos sehingga pengujian tidak

(42)

Pengaruh interaksi pemberian EM4 dan intensitas pembalikan

Dari Daftar Sidik ragam (lampiran 5) dapat diketahui bahwa interaksi

perlakuan pemberian EM4 dan pembalikan memberikan pengaruh berbeda tidak

nyata terhadap pH kompos sehingga pengujian tidak dilanjutkan.

Kadar Air

Pengaruh pemberian EM4

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 7) dapat diketahui bahwa pemberian

EM4 berbeda tidak nyata terhadap kadar air kompos sehingga pengujian tidak

dilanjutkan.

Intensitas Pembalikan

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 7) dapat diketahui bahwa intensitas

pembalikan berbeda tidak nyata terhadap kadar air kompos sehingga pengujian

tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi pemberian EM4 dan intensitas pembalikan

Dari Daftar Sidik ragam (Lampiran 7) dapat diketahui bahwa interaksi

perlakuan pemberian EM4 dam pembalikan memberikan pengaruh berbeda tidak

nyata terhadap kadar air kompos sehingga pengujian tidak dilanjutkan.

 

Rendemen

Pengaruh pemberian EM4

Dari daftar sidik ragam pada Lampiran 9. Dapat diketahui bahwa

pemberian EM4 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen kompos.

(43)

pengaruh pemberian EM4 terhadap rendemen kompos untuk tiap tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian EM4 terhadap rendemen kompos

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1 47,78 a A

2 5,7726 7,9107 S2 55,00 b AB

3 6,0642 8,2994 S3 62,11 c B

Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda nyata

dengan perlakuan S2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan S3, sedangkan

S2 berbeda nyata dengan perlakuan S3.

Hubungan pemberian EM4 dengan Rendemen kompos dapat dilhat pada

Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Hubungan Dosis EM4 dengan rendemen kompos

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin banyak dosis EM4 pada

proses pengomposan maka rendemen kompos yang dihasilkan semakin besar. Hal

ini dapat dilihat dengan dosis EM4 sebanyak 15 gr diperoleh rendemen sebanyak

47,78 %, dosis EM4 sebanyak 20 gr diperoleh rendemen 55 %, sedangkan pada

(44)

Diduga dengan semakin bertambahnya dosis EM4 yang digunakan

semakin banyak rendemen yang dihasilkan. Dengan semakin banyaknya dosis

EM4 yang diberikan maka proses perombakan akan lebih mudah dan pada tahap

penyaringan maka akan lebih banyak hasil yang telah terdekomposisi oleh

aktivator tersebut.

Intensitas Pembalikan

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 9) dapat diketahui bahwa intensitas

pembalikan berbeda tidak nyata terhadap rendemen kompos sehingga pengujian

tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi pemberian EM4 dan intensitas pembalikan

Dari Daftar Sidik ragam (Lampiran 9) dapat diketahui bahwa interaksi

perlakuan pemberian EM4 dam pembalikan memberikan pengaruh berbeda tidak

nyata terhadap rendemen kompos sehingga pengujian tidak dilanjutkan.

.

Pebandingan Analisis Kompos dari Serasah Daun dengan SNI Tabel 10. Perbandingan analisis kompos dari serasah daun dengan SNI

Parameter Perlakuan SNI

S1P1 S1P2 S1P3 S2P1 S2P2 S2P3 S3P1 S3P2 S3P3 Min Maks

C/N 10.78 10.56 10.29 10.23 10.88 9.35* 9.53* 8.92* 8.81* 10 20

Kadar Air (%) 39.21 40.46 40.29 40.24 39.21 40.47 39.55 39.54 39.77 - 50

pH 6.36* 6.47* 6.47* 6.24* 6.28* 6.62* 6.71* 6.98 6.51* 6.8 7.49

Keterangan: * Tidak memenuhi standar mutu SNI      

Dari hasil analisis laboratorium, nilai C/N Kompos yang dihasilkan

berkisar dari 8.81 sampai 10.88. Ada beberapa perlakuan yang masuk pasa kriteria

(45)

kadar air nilai kadar air berkisar dari 39,21 % sampai 40,47 %, semua perlakuan

masuk pada standar SNI.

Sedangkan pada pengujian pH, nilai pH pengujian berkisar dari 6.24

sampai 6.98. hanya satu perlakuan yang masuk pada kriteria SNI yaitu S3P2.

Memang dari hasil analisis tidak ada satupun yang memenuhi tiga kriteria itu

secara keseluruhan, tapi rata-rata perlakuan sudah mendekati SNI. Dari Hasil

diatas dapat dilihat bahwa serasah daun dimanfaatkan menjadi kompos dengan

kombinasi perlakuan S1P1, S1P2, S1P3, S2P1, S2P2 secara umum memenuhi

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada penelitian ini pemberian dosis EM4 berpengaruh sangat nyata terhadap

nilai rasio C/N dan rendemen, namun berpengaruh nyata terhadap pH dan

berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air.

2. Intensitas pembalikan berpengaruh tidak nyata terhadap rasio C/N, pH, kadar

air dan rendemen dari kompos.

3. Interaksi perlakuan antara pemberian EM4 dan intensitas pembalikan

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap rasio C/N, pH, kadar air dan

rendemen dari kompos.

4. Dari pemberian dosis EM4 sebanyak 15 gr dapat diperoleh rasio C/N sebesar

10,54, pH sebesar 6,43, kadar air sebesar 39,99 %, dan rendemen sebesar

47,78 %. Dengan pemberian dosis EM4 sebanyak 20 gr dapat diperoleh rasio

C/N sebesar 10.16, pH sebesar 6,38, kadar air sebesar 39,97%, dan rendemen

sebesar 55,00 %. Dengan pemberian dosis EM4 sebanyak 25 gr dapat

diperoleh rasio C/N sebesar 9.11, pH sebesar 6,74, kadar air sebesar 39,62 %,

dan rendemen sebesar 62,11 %.

5. Dari intensitas pembalikan 2 hari sekali dapat diperoleh rasio C/N sebesar

10,18, pH sebesar 6,44, kadar air sebesar 39,67 %, dan rendemen sebesar

53,11 %. Dengan intensitas pembalikan 3 hari sekali dapat diperoleh rasio

C/N sebesar 10,12, pH sebesar 6,58, kadar air sebesar 39,74 %, dan rendemen

(47)

rasio C/N sebesar 9,50, pH sebesar 6,53, kadar air sebesar 40,18 %, dan

rendemen sebesar 57,22 %

6. Jika mengacu pada kriteria SNI, analisis dari parameter kompos yang diteliti

pada penelitian ini kombinasi perlakuan S1P1, S1P2, S1P3, S2P1 dan S2P2

secara umum memenenuhi kriteria SNI, hanya saja pada parameter pH,

diantara kombiansi perlakuan tersebut tidak ada memenuhi kriteria.

Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan serasah daun yang

homogen, misalkan dari daun kelapa sawit dan karet. Terlebih-lebih tanaman

ini adalah tanaman yang banyak dibududayakan khususnya di Sumatera

Utara.

2. Parameter pengujian perlu diperbanyak untuk mengetahui apakah kompos

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Amurwaraharja, I. P., 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Dengan Proses Hirarki Analitik dan Metode Valuasi Kontingensi Studi Kasus di Jakarta Timur, Makalah Falsafah Sains. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Ilmu Pengolahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana.

Damanhuri, E., dan Tri Padmi, 2007. Pengomposan-Composting.http://tsabitah.wordpress.com. Akses : 5 Maret 2010.

Djuarnani, N., Kristia, B.S., Setiawan, 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hadisuwito, S., 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair.. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Harijati., S.E. Indriwati, dan D.V. Sara., 1996. Pengaruh kompos berbahan Stimulator terhadap Produksi Kangkung Darat (Ipomea reptans poir). Pusat Studi Indonesia, Lemlit. UT, Jakarta.

Indriani, Y.H., 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Isroi. 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.

Murbondo, L., 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Musnamar. E.I., 2003 Pembuatan, Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya, Jakarta

Purwendro. S., dan Nurhidayat. 2006.Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik.. Seri Agritekno. Penebar Swadaya, Jakarta.

Simamora, S., dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudradjat.H.R., 2006. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutanto, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Taib, G., G. Said, S. Wiraatmadja., 1989. Operasi pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

(49)

 

Lampiran 1. Data Analisis Serasah Daun

Nama Sampel pH C-organik (%) N-total (%) C/N

Sersah Daun 6.25 29.09 2.17 13.41

Lampiran 2. Data Pengamatan C/N Kompos

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam C/N Kompos

(50)

Lampiran 4. Data Pengamatan pH Kompos

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam pH Kompos

(51)

Lampiran 6. Data Pengamatan Kadar Air Kompos

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Total 372.32 331.22 372.69 1076.23

Rataan 41.37 36.80 41.41 119.58 39.86

Lampiran 7. Analisis sidik Ragam Kadar Air Kompos

(52)

Lampiran 8. Data Pengamatan Rendemen Kompos

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Rendemen Kompos

(53)

Lampiran 10: Standar Kualitas kompos

No Parameter Satuan Min Maks No Parameter Satuan Min Maks

1 Kadar air % - 50 16 Cadmium (Cd) mg/kg * 3

Unsur Makro Unsur lain

9 Bahan organik % 27 58 25 Calsium (Ca) % * 25,50

Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari minimum         

(54)

Lampiran 11: Flowchart pembuatan kompos dari serasah daun

Mulai

Persiapan Bahan

Pembalikan Didiamkan selama 6

hari Pencampuran Pencacahan Daun

-Serasah Daun -Larutan EM4

Anaisis

Selesai Pematangan

Kompos

(55)

Lampiran 12. Pencacahan Serasah Daun

(56)

Lampiran 14. Proses Pembalikan Kompos

(57)

Gambar

Tabel 1. Kandungan rata-rata hara kompos
Tabel 2. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik
Tabel 3 .Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya Jenis organism Peranan
Tabel 4: Standar Kualitas kompos
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Mikro tahu 2018-2023 di maksud sebagai dokumen acuan perencanaan Dinas.. Tenaga Kerja Koperasi

1) Makna denotasi sebagai sarana penyampaian pesan secara tidak eksplisit. Pada buku novel grafis Batman: The Killing Joke , sebuah lelucon satire di gunakan sebagai

Subyek penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 28 sampai kurang dari 37 minggu (preterm) dengan tanda-tanda persalinan sebagai kasus dan ibu hamil

Kadar E2 dalam plasma darah sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dengan hormon E2 menunjukkan

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Landasan Teori dan Program Proyek Akhir

y Semua Semua gedung dan fasilitas gedung dan fasilitas yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan penanganan makanan harus dikontruksi dan didesain agar penanganan

Salah satu model regresi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel respon Y yang berupa data diskrit dengan variabel prediktor X berupa data

Kepuasan Kerja mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan Prestasi Kerja Karyawan, demikian juga Komitmen Organisasi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan