PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Hutang
Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul belum pernah
dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan
dengan jelas, benar, apa adanya, dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera
Utara.
Medan, 29 Juli 2013
Yang Membuat Pernyataan,
Nama : Ricky Sihombing
ABSTRAK
Pengaruh Hutang terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang secara baik secara parsial maupun simultan terhadap laba usaha. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 35 perusahaan barang konsumsi diperoleh 33 perusahaan sampel.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 17.0.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hutang Jangka Pendek dan Hutang Jangka Panjang berpengaruh signifikan terhadap Laba Usaha baik secara parsial maupun simultan. Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji t (parsial) dan uji F (simultan)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel hutang jangka pendek (CL) dan hutang jangka panjang (NCL) berpengaruh signifikan terhadap laba usaha (OP) serta secara simultan baik variabel hutang jangka pendek (CL) dan hutang jangka panjang (NCL) berpengaruh signifikan terhadap laba usaha (OP) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
ABSTRACT
The Effect of Debt to Operating Profit in the Consumer Goods Company Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX)
The purpose of this research is to empirically study the effect of liabilities on operating income. This research is classified as causal research and replication of former researches with population of this research are manufacturing firms consumer goods sector on BEI which go public during the period of 2010 to 2011. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 35 go public firms, 33 are used as the samples of this study.
Methods for collecting data in this research is done by documentation technique. secondary data obtained from the financial statements that contained in Indonesian Capital Market Directory. Data processing tchnique is done by multiple linear regression with SPSS 17.0.
The hypothesis of this study is Current Liabilities and Noncurrent Liabilities influenced Operating income on either partial or simultaneously. Hypothesis testing is done by t test (partial) and test F (simultaneous)
The result indicates that partially current liabilities (CL) and noncurrent liabilities (NCL) variable has significantly influenced the operating income (OP), as well as simultaneously both current liabilities (CL) variable and noncurrent liabilities (NCL) variable have significantly influenced the operating income (OP) variable of manufacturing firms consumer goods sector on BEI.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
kuasaNya yang senantiasa menyertai, membimbing, dan memberikan kemampuan
serta kekuatan kepada saya sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Hutang terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, disusun dalam rangka memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan,
dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Sekertaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekertaris Program Studi S1
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan
bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Dosen Pembaca atas segala masukan
dan saran yang telah diberikan.
6. Kedua orang tua penulis, T. Sihombing dan P. br Sitorus. Terima kasih banyak
untuk kasih sayang, didikan, dukungan berupa nasehat, doa, dan materi yang
diberikan kepada saya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin.
Medan, 29 Juni 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 6
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 23
3.2. Populasi dan Sampel ... 23
3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 23
3.4. Jenis Data ... 26
3.5. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 26
3.6. Metode Analisis Data ... 27
3.7. Jadwal Penelitian ... 30
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Secara Statistik ... 32
4.2. Hasil Analisis ... 33
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 47
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 47
5.3. Saran ... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel ... 25
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 32
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data... 33
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ... 34
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 37
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokolerasi ... 39
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi ... 40
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t ... 41
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F (1) ... 43
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 21 Gambar 4.1 Uji Normalitas (2)
Histogram ... 35 Gambar 4.2 Uji Normalitas (3)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan ... 51 Lampiran ii Data Variabel Penelitian Tahun 2006
(Sebelum Ditransformasi) ... 52 Data Variabel Penelitian Tahun 2007
(Sebelum Ditransformasi) ... 53 Lampiran iii Data Variabel Penelitian Tahun 2006
(Setelah Ditransformasi) ... 54 Data Variabel Penelitian Tahun 2007
ABSTRAK
Pengaruh Hutang terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang secara baik secara parsial maupun simultan terhadap laba usaha. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 35 perusahaan barang konsumsi diperoleh 33 perusahaan sampel.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 17.0.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hutang Jangka Pendek dan Hutang Jangka Panjang berpengaruh signifikan terhadap Laba Usaha baik secara parsial maupun simultan. Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji t (parsial) dan uji F (simultan)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel hutang jangka pendek (CL) dan hutang jangka panjang (NCL) berpengaruh signifikan terhadap laba usaha (OP) serta secara simultan baik variabel hutang jangka pendek (CL) dan hutang jangka panjang (NCL) berpengaruh signifikan terhadap laba usaha (OP) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
ABSTRACT
The Effect of Debt to Operating Profit in the Consumer Goods Company Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX)
The purpose of this research is to empirically study the effect of liabilities on operating income. This research is classified as causal research and replication of former researches with population of this research are manufacturing firms consumer goods sector on BEI which go public during the period of 2010 to 2011. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 35 go public firms, 33 are used as the samples of this study.
Methods for collecting data in this research is done by documentation technique. secondary data obtained from the financial statements that contained in Indonesian Capital Market Directory. Data processing tchnique is done by multiple linear regression with SPSS 17.0.
The hypothesis of this study is Current Liabilities and Noncurrent Liabilities influenced Operating income on either partial or simultaneously. Hypothesis testing is done by t test (partial) and test F (simultaneous)
The result indicates that partially current liabilities (CL) and noncurrent liabilities (NCL) variable has significantly influenced the operating income (OP), as well as simultaneously both current liabilities (CL) variable and noncurrent liabilities (NCL) variable have significantly influenced the operating income (OP) variable of manufacturing firms consumer goods sector on BEI.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik agar dapat
tetap menjalankan kegiatan operasinya, hal ini dikarenakan perkembangan dunia
usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha.
Manajemen yang baik tidak saja diperlukan untuk dapat berhasil dalam menghadapi
persaingan dalam dunia usaha, tetapi juga agar perusahaan dapat melakukan
pembelanjaan secara ekonomis, hal ini berkaitan erat dengan tujuan dari setiap
perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
Perkembangan suatu perusahaan dititikberatkan pada bagaimana cara perusahaan
tersebut mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan yang telah
ditetapkan. Besar kecilnya laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan
merupakan ukuran keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya, selain itu
juga laba digunakan oleh manajemen dalam mengambil keputusan.
Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari laporan
keuangan perusahaan tersebut, yang kemudian dijadikan acuan oleh manajemen
dalam membuat keputusan yang akan dijalankan oleh perusahaan. Laporan keuangan
yang dipakai perusahaan, antara lain :
1. laporan laba/rugi merupakan laporan hasil operasi yang dapat dicapai perusahaan
selama periode tertentu. Laporan laba/rugi berguna sebagai informasi kinerja
2. neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu periode, dimana di
neraca dapat diketahui nilai aktiva, hutang, dan modal yang dimiliki perusahaan.
Neraca berguna sebagai posisi keuangan perusahaan,
3. laporan arus kas memberikan suatu informasi mengenai arus kas masuk (cash in
flow) dan arus kas keluar (cash out flow)selama periode tertentu.
Laporan keuangan juga digunakan oleh pihak kreditor untuk menentukan apakah
kerjasama yang telah dijalankan dapat terus dijalankan atau tidak, namun untuk
memperoleh laba yang optimal tidaklah mudah, karena terdapat banyak faktor yang
dapat mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang akan diterima perusahaan, antara
lain besar kecilnya biaya, volume penjualan, pendapatan, modal, dan sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diterima perusahaan
adalah modal. Modal bagi perusahaan merupakan sumber dana yang mendukung dan
menjamin kelangsungan kegiatan perusahaan, dengan tersedianya modal yang cukup,
diharapkan dapat menjamin kelancaran aktivitas perusahaan, sehingga perusahaan
dapat mengembangkan kegiatan usahanya dan meningkatkan jumlah pendapatan
yang akhirnya akan meningkatkan laba. Pada umumnya perusahaan mempunyai 2
macam sumber modal, yaitu :
1. modal sendiri, yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan,
2. modal luar, yaitu modal yang diperoleh perusahaan dari pihak luar yang disebut
hutang.
Bagi beberapa perusahaan yang memiliki modal besar, tidak akan mengalami
kesulitan dalam mengembangkan usahanya, namun tidak sedikit perusahaan yang
usahanya, agar dapat mengatasi hal tersebut, pada umumnya pihak manajemen
perusahaan memiliki dua pilihan, yaitu menerbitkan saham baru atau melakukan
pinjaman dari pihak luar baik dalam hutang jangka pendek maupun hutang jangka
panjang, apabila manajemen memilih hutang sebagai alternatif sumber modal, maka
manajemen perusahaan dituntut untuk bekerja keras agar penggunaan modal tersebut
dapat memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan, sehingga perusahaan
dapat berkembang dengan baik dan mampu membayar hutang tersebut kepada
kreditor, baik pokok maupun bunganya. Terlebih lagi untuk perusahaan barang
konsumsi yang memiliki banyak pesaing, manajemen perusahaan harus lebih bekerja
keras dalam menentukan penggunaan hutang yang dimiliki perusahaan agar dapat
meningkatkan laba usaha, sehingga perusahaan dapat terus melanjutkan dan
mengembangkan usahanya.
Manajemen perusahaan yang gagal memanfaatkan penggunaan pinjaman modal
tersebut, akan berdampak buruk bagi perusahaan, seperti ditutupnya perusahaan,
karena mengalami kerugian dan tidak mampu membayar hutangnya. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat menggunakan pinjaman modal tersebut secara efisien,
maksudnya perusahaan harus dapat menyesuaikan jumlah pinjaman modal tersebut
atau hutang dengan kegiatan operasionalnya. Jika kebutuhan modal tersebut
terpenuhi, maka perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan dapat meningkatkan
volume penjualan, meningkatkan pendapatan, sehingga laba yang ditargetkan dapat
tercapai.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi atas penelitian yang dilakukan oleh
Usaha pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Indonesia (BEI).
Data yang digunakan oleh Proborini adalah laporan keuangan perusahaan tahun 2009.
Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan dimana penelitian yang dilakukan
hanya menggunakan periode pengamatan 1 tahun saja dan 1 jenis variabel idependen
(hutang jangka panjang). Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, saya
selaku penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan menambah periode
pengamatan menjadi 2 tahun, yaitu tahun 2010 dan 2011. Peneliti juga menambah
variabel independennya, yaitu hutang jangka pendek.
Melihat pentingnya penggunaan hutang sebagai modal kerja perusahaan yang
dapat mempengaruhi laba usaha, maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Hutang Terhadap Laba
Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalahnya, yaitu apakah hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap laba usaha baik secara parsial
maupun simultan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh signifikan hutang jangka pendek dan hutang jangka
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. penulis, yaitu untuk meningkatkan wawasan berpikir dan mengaplikasikan
ilmu yang telah didapatkan selama kuliah,
2. perusahaan, yaitu untuk memberikan informasi atas penelitian yang dilakukan
penulis agar dapat dijadikan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan,
3. pihak lain, yaitu sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka menambah
pembendaharaan pengetahuan di bidang akuntansi khususnya dan juga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
1. Hutang
Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana
dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan
kepada pihak lain. Hutang digunakan perusahaan untuk membiayai berbagai
macam kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan, misalnya untuk membeli
aktiva, bahan baku, dan lain-lain.
Barang dan jasa yang diperoleh perusahaan merupakan transaksi yang dapat
menimbulkan kewajiban untuk membayar kepada pihak lain, untuk menentukan
suatu transaksi sebagai hutang atau bukan sangat tergantung pada kemampuan
untuk menafsirkan transaksi atau kejadian yang menimbulkannya, seperti yang
dikemukakan oleh FASB berikut ini dalam Statement of Financial Accounting
Concept No.6 yang terdapat pada buku Chariri dan Ghozali (2005 : 157), yaitu
“hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa
yang mendatang yang mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke entitas lain di masa mendatang
sebagai akibat transaksi di masa lalu”.
Lebih lanjut dari definisi yang dikemukakan di atas, pengertian hutang
a. Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di
masa mendatang dari penyerahan barang atau jasa.
b. Berasal dari transaksi atau peristiwa masa yang lalu (telah terjadi).
Dua karakteristik yang penting dari hutang adalah kewajiban tersebut sudah
ada pada saat itu dan harus merupakan hasil transaksi masa lalu, serta timbulnya
hutang tergantung pada terjadinya suatu transaksi atau kejadian yang bersifat
eksternal. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian non
keuangan, seperti timbulnya kecelakaan yang menimbulkan kewajiban untuk
mengganti suatu kerusakan.
Munawir (2004 : 18) berpendapat bahwa “hutang adalah semua kewajiban
keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”,
sedangkan dalam hal ini Hongren, et al. (2006 : 505) menyatakan bahwa “hutang
merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau memberikan jasa di
masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
harus dibayar dengan uang, barang, atau jasa pada saat jatuh tempo.
Kohler menyatakan pendapatnya yang terdapat di dalam buku Chariri dan
Gozali (2005 : 160) bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam
bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai
berikut :
b. terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang, misalnya hutang untuk pembiayaan (funded debt) dan hutang yang masih harus dibayar (accrued liability),
c. terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang, misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat (contingent liability).
Berdasarkan kriteria tersebut, Chariri dan Gozali (2005 : 160) merumuskan
bahwa hutang dapat terjadi karena beberapa faktor berikut ini.
a. Kewajiban Legal/Kontrak (Contractual Liabilities)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal
berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang atau
jasa kepada entitas tertentu, misalnya hutang dagang dan hutang bank.
b. Kewajiban Konstrukif (Constructive Liabilities)
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan
untuk tujuan atau kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan
melalui perjanjian tertulis untuk mebayar sejumlah tertentu di masa yang akan
datang, contoh jenis kewajiban ini adalah bonus yang akan diberikan kepada
karyawan.
c. Kewajiban Ekuitabel
Kewajiban ekuitabel adalah kewajiban yang timbul karena adanya kebijakan
yang diambil oleh perusahaan karena alasan moral atau etika dan
perlakuannya diterima oleh praktik secara umum, contohnya hutang garansi
yang muncul karena alasan moral dimana perusahaan diharapkan tidak
merugikan konsumen, sehingga perlu memberikan garansi atas setiap produk
Hutang atau kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan tidak harus
berasal dari hutang atau kewajiban yang sah menurut aturan hukum saja, tapi
hutang atau kewajiban yang timbul karena tujuan tertentu atau untuk alasan moral
atau etika juga harus dicatat ke dalam laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan
jangka waktu pelunasan atau penyelesaian hutang atau kewajiban perusahaan
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu hutang jangka pendek (lancar) dan hutang
jangka panjang (tidak lancar). Hutang dianggap selesai atau lunas apabila suatu
perusahaan telah melakukan kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa
kepada pihak lain.
IAI (2004 : 62) menyebutkan bahwa “penyelesaian kewajiban masa kini
bisanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki
manfaat masa depan demi memenuhi tuntutan pihak lain”. Penyelesaian
kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan:
a. pembayaran kas, b. penyerahan aktiva, c. pemberian jasa,
d. penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau, e. konversi kewajiban ekuitas.
2. Hutang Jangka Pendek
Kadang kala perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek untuk
kegiatan operasi perusahaan yang biasa disebut dengan hutang (kewajiban) jangka
pendek atau lancar. IAI (2004 : 44) mengatakan bahwa suatu kewajiban
a. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan, atau
b. jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.
Yusuf (2005 : 230) mendefinisikannya sebagai berikut “kewajiban lancar
adalah hutang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu satu tahun
atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan, (2) dengan menggunakan aktiva
lancar atau hasil pembentukan kewajiban lancar yang lain”. Lebih jelas lagi
Niswonger, et al. (2000 : 441) berpendapat bahwa “kewajiban lancar adalah
kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar serta jatuh tempo dalam
jangka pendek, biasanya satu tahun”. Sebagian besar kewajiban lancar berasal
dari dua transaksi dasar berikut ini :
a. barang atau jasa yang telah diterima tetapi belum dibayarkan,
b. pembayaran yang telah diterima tetapi barang atau jasa tersebut belum
dikirimkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang
jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan menggunakan
aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.
Husnan (1998 : 499) mengelompokkan dana jangka pendek menjadi dua tipe,
yaitu pendanaan spontan dan pendanaan tidak spontan.
a. Pendanaan Spontan
Sumber dana yang ikut berubah apabila aktivitas perusahaan berubah,
b. Pendanaan Tidak Spontan atau Pendanaan yang Memerlukan Negosiasi
Pendanaan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan negosiasi agar
dapat menambah atau mengurangi dana yang dipergunakan oleh perusahaan.
Sumber pendanaan ini biasanya berasal dari bank dalam bentuk kredit jangka
pendek.
Horngren, et al. (2006 : 506) mengelompokkan hutang jangka pendek atau
kewajiban lancar menjadi dua bagian, yaitu kewajiban lancar dengan jumlah yang
diketahui dan kewajiban lancar yang harus diestimasi.
a. Kewajiban Lancar dengan Jumlah yang Diketahui
1) Hutang Usaha
Hutang usaha adalah jumlah yang dipinjam untuk pembelian produk atau
pemakaian jasa atas akun (utang) yang terbuka.
2) Wesel Bayar Jangka Pendek
Wesel bayar jangka pendek merupakan bentuk umum dalam pembiayaan
yang memiliki jatuh tempo satu tahun.
3) Hutang Pajak Penjualan
Hampir semua negara membebankan pajak untuk penjualan eceran. Para
pengecer mengumpulkan pajak penjualan sebagai tambahan pada harga
beli barang yang dijual, maka pengecer akan berutang pada negara atas
4) Bagian Lancar dari Hutang Jangka Panjang
Beberapa wesel bayar jangka panjang dan utang obligasi dibayar secara
angsuran. Bagian lancar dari utang jangka panjang merupakan jumlah
pokok utang dengan jangka waktu kurang dari satu tahun kewajiban
lancar. Bagian sisi dari pinjaman jangka panjang itu adalah kewajiban
jangka panjang.
5) Beban yang Terutang (Kewajiban Terutang)
Semua beban yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.
6) Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima dimuka disebut juga pendapatan tangguhan, dimana
perusahaan sudah menerima kas dari pelanggan sebelum mengakui
pendapatannya, karenanya perusahaan memiliki kewajiban untuk
menyediakan produk atau jasa kepada pelanggan.
b. Kewajiban Lancar yang Harus Diestimasi
Perusahaan sering mengetahui bahwa mereka mempunyai kewajiban, tetapi
mereka tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kewajiban tersebut.
Kewajiban ini tidak bisa diabaikan begitu saja, karena itu kewajiban ini harus
diperkirakan jumlahnya dan dilaporkan dalam neraca. Hutang Garansi adalah
salah satu contoh dari kewajiban lancar yang harus diestimasikan. Banyak
perusahaan yang mengeluarkan garansi terhadap barang yang dijualnya.
Periode garansi biasanya bermacam-macam, tetapi biasanya berkisar antara 90
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis-jenis hutang jangka
pendek dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) hutang jangka pendek yang
jumlahnya sudah pasti dan (2) hutang jangka pendek yang jumlahnya harus
diperkirakan.
3. Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang menurut Kieso (2002 : 242) “terdiri dari pengorbanan
manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang
yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaaan, mana
yang lebih lama”. Pengertian hutang jangka panjang oleh Dyckman, et al. (2000 :
218) adalah “kewajiban dengan jangka waktu yang melebihi satu tahun dari
tanggal neraca atau siklus operasi, mana yang lebih lama”.
Baridwan (2000 : 365) mengatakan bahwa “hutang jangka panjang digunakan
untuk menunjukkan hutang-hutang yang pelunasannya akan dilakukan dalam
waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan
dari kelompok aktiva lancar”. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Gunadi (2005 : 83) bahwa “kewajiban jangka panjang merupakan hutang yang
tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau yang pengeluarannya tidak
menggunakan sumber aktiva lancar”. Sementara itu Agus (2002 : 45) memberikan
definisi hutang jangka panjang, yaitu “kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,
yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun yang akan
Hutang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana untuk
pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen,
membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi hutang-hutang yang
lain, dengan kata lain, hutang jangka panjang diperlukan oleh setiap perusahaan
untuk mengembangkan usahanya sehingga kehidupan perusahaannya dapat terus
berlanjut, tetapi hutang yang dimiliki perusahaan harus lebih kecil dari aktiva
perusahaan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Kohler dalam buku Chariri
dan Gozali (2005 : 162) yaitu :
aturan struktur modal yang optimum menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah hutang yang lebih besar dari jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain “debt ratio” jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri)
Berdasarkan definisi dan penjelasan para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hutang jangka panjang merupakan pinjaman yang diperoleh
perusahaan dari pihak ketiga atau kreditor, yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun, dan dilunasi dengan sumber-sumber yang bukan dari aktiva lancar, serta
jumlah hutang jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi jumlah modal
sendiri.
Ditinjau dari jangka waktu pembayarannya, hutang jangka panjang dapat
berubah menjadi hutang jangka pendek atau hutang lancar, dengan ketentuan
apabila hutang jangka panjang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
melainkan diperbaharui atau diperpanjang, maka kewajiban tersebut tetap
termasuk ke dalam hutang jangka panjang.
Lebih lanjut Kieso, et al. (2002 : 242) dalam bukunya mengatakan bahwa :
pada umumnya, hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau
pembatasan (covenants or restrictions ) untuk melindungi baik peminjam
maupun pemberi pinjaman. Ketentuan dan persyaratan persetujuan lainnya antara
peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam indenture obligasi atau
perjanjian wesel. Item-item yang seringkali dinyatakan dalam indenture atau
perjanjian meliputi, jumlah yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga,
tanggal jatuh tempo, provisi penarikan, properti yang digadaikan sebagai jaminan,
persyaratan dana pelunasan, modal kerja, dan pembatasan dividen, serta
pembatasn yang berhubungan dengan asumsi hutang tambahan. Karena ketetapan
ini penting untuk memahami secara menyeluruh posisi keuangan dan hasil
operasi, maka semua ini harus dijelaskan dalam laporan keuangan atau catatan
yang menyertainya
Jenis-jenis hutang jangka panjang, antara lain hutang obligasi, wesel bayar
jangka panjang, hutang hipotik, hutang sewa guna usaha (leasing), hutang bank
jangka panjang, hutang bunga.
a. Hutang Obligasi
Obligasi merupakan jenis hutang jangka panjang yang paling umum
dilaporkan pada neraca perusahaan. Tujuan utama dari obligasi adalah
untuk meminjam uang dalam jangka panjang, apabila jumlah modal yang
obligasi merupakan surat pengakuan hutang pihak yang mengeluarkan
(perusahaan) kepada pihak yang membeli (investor). Di dalam surat
tersebut disebutkan jumlah nominal, bunga dan tanggal jatuh tempo,
sehingga dapat dikatakan bahwa obligasi merupakan surat janji tertulis
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa
yang akan datang dan juga bunga peiodik pada tingkat tertentu. Surat
obligasi dapat diperdagangkan seperti halnya saham-saham perusahaan.
b. Wesel Bayar Jangka Panjang
Pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar
sejumlah tertentu, pada tanggal tertentu dengan memperhitungkan tingkat
bunga tertentu. Wesel tidak dapat langsung dijual seperti obligasi di pasar
sekuritas publik yang terorganisasi.
c. Hutang Hipotik
Hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu atau hutang jangka
panjang dimana pihak pemberi pinjaman (kreditor) diberi hak terhadap
suatu barang tidak bergerak, agar bila pihak debitur tidak memenuhi
kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan hasil dari penjualan
tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihan.
d. Hutang Sewa Guna Usaha (Leasing)
Hutang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian aktiva
tetap (dalam bentuk capital lease) dan biasanya dicicil dalam jangka
panjang. Bagian dari hutang leasing yang diperoleh yang jatuh tempo
jangka pendek, sedangkan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun
dikelompokkan sebagai kewajiban jangka panjang.
e. Hutang Bank Jangka Panjang
Pinjaman yang diterima perusahaan dari sebuah bank dalam jumlah yang
besar dan jangka waktu pelunasan lebih dari satu tahun.
f. Hutang Bunga
Jumlah bunga yang harus dibayar perusahaan atas pinjaman jangka
panjangnya.
4. Laba Usaha
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk memperoleh
laba semaksimal mungkin. Proses untuk memperoleh laba tergantung dari jenis
kegiatan perusahaan tersebut. Pada perusahaan manufaktur upaya yang dilakukan
untuk mendapatkan laba adalah dengan membeli bahan baku dan bahan
pendukung lainnya yang kemudian diolah lebih lanjut dalam proses produksi,
sehingga menghasilkan suatu produk, kemudian dari produk yang dihasilkan
tersebut nantinya akan dijual, dan hasil dari penjualan tersebut akan diperoleh
laba, seperti yang diharapkan perusahaan. Laba tersebut diperoleh apabila jumlah
pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang terjadi.
Informasi mengenai laba sebuah perusahaan dapat diperoleh dalam laporan
keuangan yaitu, laporan laba/rugi. Laporan laba/rugi menyajikan laporan
mengenai pengasilan yang diperoleh, biaya-biaya yang terjadi, serta laba atau rugi
sebagai hasil dari kegiatan perusahaan selama periode tertentu. Informasi tersebut
keputusan. Hal ini dinyatakan oleh IAI (2004 : 5) yaitu, “tujuan laporan keuangan
untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi”.
Suatu perusahaan dikatakan akan berhasil apabila dalam kegiatan
operasionalnya memperoleh laba. Laba yang diperoleh perusahaan tersebut dapat
dijadikan patokan dalam menilai keberhasilan manajemen atas keputusan yang
dibuatnya. Pengertian laba secara konsep yang terdapat di dalam buku Harnanto
(2002 : 91), “laba adalah suatu pengembalian dari dan dalam jumlah di atas
investasinya”.
Secara umum laba diperoleh setelah pendapatan dikurangi biaya, seperti yang
dikemukakan oleh Soemarso (2005 : 230), “laba adalah selisih lebih pendapatan
atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha”. Apabila pendapatan melebihi
biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan mendapatkan laba dan sebaliknya jika
biaya melebihi pendapatan berarti perusahaan menderita rugi. Oleh karena itu,
laba adalah hasil pengurangan antara pendapatan dengan biaya, maka manajemen
perusahaan harus dapat menentukan jumlah pendapatan yang akan dihasilkan dan
jumlah biaya yang akan terjadi dalam periode yang bersangkutan.
Lebih luas lagi Stice, et al. (2004 : 226) mengemukakan bahwa “laba adalah
jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investasi) dan kondisi
perusahaan di akhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well off) dengan
di awal periode”. Laba merupakan jumlah yang diperoleh dari pengurangan
kepada investor sebagai hasil investasinya, dimana kondisi perusahaan di akhir
periode sama dengan di awal periode.
Pengertian laba yang umum digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan
adalah laba usaha atau laba operasi, karena laba ini merupakan keuntungan yang
benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Menurut Harnanto (2002 :
97), “laba usaha (laba operasi) meliputi, semua pendapatan dan beban, serta
untung dan rugi yang berasal dari on going operations atau transaksi-transaksi
terkait dengan usaha pokok dan di luar usaha pokok perusahaan”.
Warren, et al. (2006 : 303) berpendapat bahwa “laba operasi (operating
income), sering disebut dengan income from operations, ditentukan dengan
mengurangkan beban operasi dari laba kotor”. Senada dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Dyckman, et al. (2000 : 115), yaitu “laba operasi atau hasil
operasi dihitung dengan mengurangkan beban-beban operasi dari pendapatan atau
marjin kotor”, dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laba usaha
adalah laba yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan, dimana laba usaha
tersebut diperoleh dari selisih laba kotor dengan beban operasi (beban usaha).
Soemarso (2005 : 226) juga berpendapat bahwa “selisih antara laba bruto
dan biaya usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasi
(operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari
kegiatan utama perusahaan”. Oleh karena itu, akun-akun pendapatan dan beban
dipergunakan untuk mencari besarnya laba. Akun-akun tersebut dikelompokkan
a. laba kotor, yaitu merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan
dikurangi dengan HPP (Harga Pokok Penjualan),
b. laba usaha, yaitu merupakan selisih antara laba kotor dengan beban
operasi (beban penjualan dan beban administrasi & umum),
c. laba sebelum pajak adalah hasil pengurangan atau penambahan laba usaha
dengan beban dan pendapatan lain-lain, pos luar biasa dengan pengaruh
kumulatif perubahan prinsip akuntansi,
d. laba bersih adalah laba yang diterima perusahaan setelah dikurangi pajak
panghasilan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Proborini (2012) menganalisis pengaruh hutang jangka panjang terhadap laba
usaha pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data yang
digunakan adalah laporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar
di BEI pada tahun 2009. Berdasarkan pengujian hipotesis, hasil penelitian
menyimpulkan bahwa dari analisis koefisien korelasi terdapat hubungan antara
hutang jangka panjang dengan laba usaha dan hasil analisis koefisien regresi
terdapat pengaruh hutang jangka panjang terhadap laba usaha.
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Hubungan antara hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terhadap
Laba Usaha
Semua perusahaan membutuhkan modal pada saat pendiriannya dan juga
memerlukan dana setelah perusahaan itu berdiri untuk pengoperasiannya serta
untuk mengembangkan usahanya. Dana tersebut ada yang berasal dari pemilik
atau modal sendiri ataupun yang berasal dari pihak luar atau modal asing yang
disebut dengan hutang, apabila manajemen memilih hutang sebagai alternatif
sumber modal, maka manajemen perusahaan dituntut untuk bekerja keras agar
penggunaan modal tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar bagi
perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu
membayar hutang tersebut kepada kreditor, baik pokok maupun bunganya.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diterima
perusahaan adalah modal. Modal bagi perusahaan merupakan sumber dana yang
mendukung dan menjamin kelangsungan kegiatan perusahaan, dengan
tersedianya modal yang cukup, diharapkan dapat menjamin kelancaran aktivitas
perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengembangkan kegiatan usahanya dan
meningkatkan jumlah pendapatan yang akhirnya akan meningkatkan laba. Hutang Jangka Pendek
(X1)
Hutang digunakan untuk menjalankan kegiatan perusahaan, atau dengan kata
lain telah memberikan jaminan keamanan bagi perusahaan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Laba usaha adalah laba yang diperoleh perusahaan dari
kegiatan pokoknya dan didapat dari hasil pengurangan laba kotor dengan beban
operasi perusahaan dalam periode tertentu.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan,
berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat. Hipotesisnya adalah Hutang
Jangka Pendek dan Hutang Jangka Panjang berpengaruh signifikan terhadap
BAB III
METODDOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat.
Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset
atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel
lain. (Umar, 2003 : 30)
3.2. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2006 : 55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan barang
konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011, yaitu sebanyak 35
perusahaan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56), dari populasi yang ada, maka
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 perusahaan.
3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
78). Beberapa pertimbangan sebagai sampel yang ditentukan oleh peneliti
sebanyak 33 sampel adalah sebagai berikut :
1. perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011,
2. perusahaan tersebut memiliki laba usaha positif yang konsisten pada tahun
2010-2011,
3. perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun
2010-2011.
Berikut ini merupakan hasil pengolahan data dari jumlah perusahaan yang
dapat dijadikan sebagai sampel berdasarkan criteria yang telah ditetapkan
TABEL 3.1
Daftar Populasi dan Sampel
No. Nama Perusahaan
3.4. Jenis Data
Penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur
dalam suatu skala numerik (Sugiyono 2006 : 60). Menurut jenisnya, data yang
digunakan adalah data sekunder. Menurut Umar (2003 : 60) “data sekunder
merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk
tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif jika
digunakan oleh pihak lain”. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD).
3.5. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 : 31)
Variabel penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. variabel independen (bebas), yaitu variabel yang tidak tergantung pada
variabel lain (Umar, 2003 : 44). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah hutang jangka pendek (X1) dan hutang jangka panjang (X2).
2. variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat dari variabel bebas (Umar, 2003 : 44). Variabel dependen
dalam penelitian ini (Y) adalah laba usaha.
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian
asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedasitas, dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil Ghozali (2005 : 110).
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov, dimana data yang berdistribusi normal akan memiliki nilai yang
lebih besar dari 0,05, selain itu, uji normalitas dapat juga dilihat melaui grafik
histogram dan grafik normal plot.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2005 : 91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas dapat dilihat
dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Batasan yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance <0.10 atau sama
dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2005 : 92).
c. UjiHeterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskesdatisitas (Ghozali, 2005 : 105).
Menurut Ghozali (2005 : 105), ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskesdatisitas :
Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskesdatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisis :
a) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdatisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelsi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji
Durbin Watson dengan ketentuan dari Prof. Singgih sebagai berikut :
1. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Cara untuk mengatasi adanya masalah autokorelasi (bila ada) adalah
dengan cara transformasi data dan menambah data observasi.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang secara parsial terhadap laba usaha digunakan analisis regresi linier
sederhana dengan uji t. Cara yang digunakan adalah dengan membandingkan
nilai probabilitas masing-masing variabel dengan besarnya nilai α = 5 %. Adapun
aturan yang digunakan adalah jika probabilitas variabel diatas 5% maka H0
diterima, dan jika probabilitas variabel dibawah 5% maka H0 ditolak dan terima
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang secara bersama terhadap laba usaha digunakan analisis regresi
linier berganda dengan uji F.
Model regresi berganda untuk menguji hipotesis sebagai berikut :
Y=α+β1X1+ β2 X2 + e
Dimana :
Y = Laba Usaha
α = konstanta
β1 & β2 = koefisien regresi
X1 = Hutang Jangka Pendek
X2 = Hutang Jangka Panjang
e = Tingkat kesalahan pengganggu
3.7. Jadwal Penelitian
Pengajuan judul skripsi ke Departemen Akuntansi dilakukan pada bulan Juni
2013. Pengumpulan data direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2013
selama ± 1,5 bulan, sehingga pada bulan Agustus 2013 bisa dilakukan pengolahan
data yang terkumpul, dan diharapkan pada bulan September 2013 skripsi bisa
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data Secara Statistik
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setelah dilakukan pemilihan
sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 33 perusahaan. Berikut
merupakan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan :
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LN_CL 66 9,53 16,36 12,4263 1,57736
LN_NCL 66 8,32 15,59 11,3056 1,91713
LN_OP 66 8,30 15,53 11,7211 1,68786
Valid N (listwise) 66
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Dari tabel 4.1 diatas, dapat dijelaskan bahwa :
1. rata-rata dari CL (X1) adalah 12,4263 dengan standar deviasi sebesar 1,57736
dan jumlah data yang ada sebanyak 66. Nilai CL (X1) terendah adalah 9,53
dan nilai CL (X1) tertinggi adalah 16,36,
2. rata-rata dari NCL (X2) adalah 11,3056 dengan standar deviasi sebesar
1,91713 dan jumlah data yang ada sebanyak 66. Nilai NCL (X2) terendah
3. rata-rata dari OP (Y) adalah 11,7211 dengan standar deviasi sebesar 1,68786
dan jumlah data yang ada sebanyak 66. Nilai OP (Y) terendah adalah 8,3 dan
OP (Y) tertinggi adalah 15,53.
4.2. Hasil Analisis
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, normal probability plot
dan Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data
CL NCL OP
N 66 66 66
Normal Parameters(a,b) Mean 1043563,29 457982,71 541876,89
Std. Deviation 2369520,249 1005341,044 1125769,749
Most Extreme
Kolmogorov-Smirnov Z 2,982 2,647 3,031
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Hasil pengolahan data tersebut, diperoleh bahwa data dalam penelitian ini
tidak terdistribusi secara normal, dimana ketiga variabel memiliki nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu variabel CL sebesar 0,000, variabel
NCL sebesar 0,000, dan variabel OP sebesar 0,000. Ada beberapa cara mengubah
b) lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
c) lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai
tertentu.
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis
melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) yaitu dari
persamaan OP = f(CL, NCL) menjadi LN_OP = f(LN_CL, LN_NCL). Setelah
itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil
pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov :
Tabel 4.3
Uji Normalitas Setelah Transformasi Data
LN_CL LN_NCL LN_OP
N 66 66 66
Normal Parameters(a,b) Mean 12,4263 11,3056 11,7211
Std. Deviation 1,57736 1,91713 1,68786
Most Extreme Differences
Absolute ,107 ,102 ,108
Positive ,107 ,102 ,108
Negative -,067 -,067 -,075
Kolmogorov-Smirnov Z ,866 ,832 ,878
Asymp. Sig. (2-tailed) ,442 ,492 ,424
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Data yang diolah penulis, 2013
Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah
terdistribusi secara normal karena ketiga variabel mempunyai nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu CL sebesar 0,442, NCL sebesar 0,492,
dan OP sebesar 0,424, yang berarti bahwa H0 diterima. Setelah data
terdistribusi secara normal, maka dilajutkanlah uji asumsi klasik lainnya.
Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot
Regression Standardized Residual
3 2
1 0
-1 -2
Frequency
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: LN_OP
Mean =-8.68E-15 Std. Dev. =0.984
N =66
Gambar 4.1 Uji Normalitas (2)
Observed Cum Prob
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LN_OP
Gambar 4.2 Uji Normalitas (3)
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Hasil dari uji multikolinearitas dapat
Tabel 4.4
a Dependent Variable: LN_OP
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Dari hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka tolerance CL (X1) dan
NCL (X2) > 0,10 dan VIFnya < 10. Ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas di antara variabel independen dalam penelitian.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan
variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi
homoskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas, menurut
Ghozali (2005 : 105) “dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID”. Jika ada pola
tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka
titik-Regression Standardized Predicted Value
titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedasitas. Hasil dari uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Dari gambar scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini
mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun
yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin
Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.5
a Predictors: (Constant), LN_NCL, LN_CL b Dependent Variable: LN_OP
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Tabel 4.5, memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,853. Angka ini terletak
diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
2. Pengujian Hipotesis
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan
mendekati 1. Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar
variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah 0
sampai dengan 1. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka
variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square,
maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu
nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen
meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6
a Predictors: (Constant), LN_NCL, LN_CL b Dependent Variable: LN_OP
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Pada model summary di atas, angka R sebesar 0,853 menunjukkan bahwa
korelasi atau hubungan antara laba usaha (Y) dengan CL (X1) dan NCL (X2) erat
atau kuat karena > 0,5 (50%). Angka R square atau koefisien determinasi adalah
OP dapat dijelaskan oleh variasi variabel CL dan NCL. Sedangkan sisanya
sebesar 27,3% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian. Kemudian standard error of the estimate adalah sebesar
0,89550. Semakin kecil angka ini akan membuat model regresi semakin tepat
dalam memprediksi OP.
Untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yaitu CL dan NCL yang
dianggap sah secara parsial berpengaruh terhadap OP, dilakukan uji statistik t.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS, maka diperoleh hasil
seperti yang terlihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
a. Dependent Variable: LN_OP
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Dari tabel 4.7 diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu :
uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
sebesar 0,000 berada di bawah 0,05 yang menunjukkan bahwa CL secara
individual mempengaruhi OP,
uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independennya. Terlihat di atas bahwa NCL (X2) mempunyai angka
signifikansi sebesar 0,001 berada di bawah 0,05 yang menunjukkan bahwa
NCL secara individual mempengaruhi OP,
berdasarkan hasil model tersebut diketahui bahwa CL (X1) mempunyai
koefisien regresi dan nilai t hitung yang paling besar dibandingkan koefisien
regresi dan nilai t hitung NCL (X2). Berdasarkan hasil tersebut dapat
diidentifikasi bahwa CL memiliki pengaruh yang lebih nyata dan signifikan
terhadap OP.
Kemudian untuk menguji pengaruh CL dan NCL secara bersama terhadap
OP digunakan uji statistik F. Hasil uji statistik F dengan program SPSS dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8
1 Regression 134,656 2 67,328 83,959 ,000(a)
Residual 50,521 63 ,802
Total 185,177 65
a Predictors: (Constant), LN_NCL, LN_CL b Dependent Variable: LN_OP
Dari tabel 4.8 diatas, diperoleh nilai F hitung sebesar 83,959 dengan tingkat
signifikansi 0,000 (< 0,05). Signifikansi F sebesar 0,000 menunjukkan tingkat
kesalahan model yang diajukan. Nilai ini menunjukkan tingkat kesalahan yang
akan ditanggung sebagai peneliti bila menolak hipotesa nol. Dengan demikian,
maka tingkat kesalahan yang akan ditanggung kalau peneliti mengatakan bahwa
X1 sampai X2 mampu menjelaskan Y adalah 0,000. Tingkat kesalahan ini sangat
jauh di bawah nilai α yang sudah ditetapkan di muka yaitu 5%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa CL (X1) dan NCL (X2), secara bersama
berpengaruh terhadap OP.
a Dependent Variable: LN_OP
Sumber : Diolah dari SPSS, 2013
Dari nilai-nilai koefisien di atas, persamaan regresi yang dapat disusun untuk
variabel LN_CL dan LN_NCL adalah (dalam jutaan rupiah) :
LN_OP = 0,839 + 0,585 LN_CL + 0,319 LN_NCL
X1 = Hutang Jangka Pendek (LN_CL)
X2 = Hutang Jangka Panjang (LN_NCL)
CL memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,585, artinya apabila
terjadi perubahan variabel CL sebesar 1% akan menaikkan laba usaha sebesar
0.585 atau 58.5%. NCL memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,319,
artinya apabila terjadi perubahan variabel NCL sebesar 1% akan menaikkan laba
usaha sebesar 0,319 atau 31,9 %.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa
variabel independen yaitu Hutang Jangka Panjang (NCL) berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu Laba Usaha (OP). Hal ini sesuai dengan nilai
signifikansi t sebesar 0,001, nilai ini jauh lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Proborini (2007) yang menemukan bahwa informasi Hutang Jangka Panjang
memiliki pengaruh terhadap Laba Usaha.
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa
variabel independen, yaitu Hutang Jangka Pendek (CL) berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu Laba Usaha (OP). Hal ini sesuai dengan nilai
signifikansi t sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05.
Signifikansi t untuk variabel CL menunjukkan nilai yang terkecil dari variabel
NCL. Selain itu pula, nilai t hitung dan koefisien regresi CL juga menunjukkan
nilai yang terbesar dari variabel NCL. Ini mengindikasikan bahwa CL paling
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara bersama, CL dan NCL
berpengaruh signifikan terhadap OP yang ditunjukkan oleh signifikansi F < 0,05.
Nilai R square atau koefisien determinasi menunjukkan angka 0,727 yang
mengindikasikan bahwa 72,7% variasi atau perubahan dalam OP dapat dijelaskan
oleh variasi variabel-variabel CL dan NCL. Sedangkan sisanya sebesar 27,3%
dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
CL memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,585. Hal ini
mengandung arti bahwa apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap
(tidak berubah) maka perubahan variabel CL sebesar 1 akan menaikkan OP
sebesar 0,585 atau 58,5%. NCL memiliki koefisien regresi bertanda positif
sebesar 0,319. Hal ini mengandung arti bahwa apabila nilai koefisien regresi
variabel lainnya tetap (tidak berubah) maka perubahan variabel NCL sebesar 1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. NCL berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu OP. Hal ini
sesuai dengan nilai signifikansi t sebesar 0,001, nilai ini jauh lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05.
2. CL berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu OP. Hal ini
sesuai dengan nilai signifikansi t sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05.
3. Variabel CL menunjukkan nilai signifikansi yang terkecil sebesar 0,000 dari
variabel NCLsebesar 0,001, selain itu, nilai t hitung dan koefisien regresi CL
juga menunjukkan nilai yang terbesar yaitu 5,520 dari variabel NCL yaitu
3,658. Hal ini mengindikasikan bahwa CL paling berpengaruh terhadap OP.
4. CL dan NCL secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh
signifikan untuk α = 5% terhadap OP.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan
1. penelitian hanya mengambil dua variabel yaitu hutang jangka pendek dan
hutang jangka panjang sebagai variabel independen, namun masih banyak
variabel lain yang dapat mempengaruhi laba usaha,
2. Periode pengamatan dalam penelitian ini hanya mencakup 2 tahun yaitu
2010-2011.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran baik
bagi pihak peneliti selanjutnya.
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih banyak menggunakan variabel
independen yang turut mempengaruhi laba usaha.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat menambah tahun
pengamatan sehingga hasil yang diperolah dapat dijadikan dasar pengambilan
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Soekrisno, 2002. Auditing, Edisi 3, Cetakan 2, Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Baridwan, Zaki, 2000. Intermediate Accounting, Edisi 7, Cetakan 1, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
Chariri, Anis dan Imam Gozali, 2005. Teori Akuntansi, Edisi 3, Cetakan 1, Universitas Diponegoro, Semarang.
Dyckman, Thomas R., Roland E. Dukes, Charles J. Davis, 2000. Akuntansi Intermediate, Edisi 3, Cetakan 2, Penerjemah Munir Ali, Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3, Cetakan 5, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gunadi, 2005. Akuntansi Pajak, Edisi 1, Cetakan 1, PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta.
Harnanto, 2002. AkuntansiKeuangan Menengah, Edisi 1, Cetakan 1, Buku 1, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
Hongren, Charles, T., Walter T. Harison, Michael A. Robinson, 2006. Akuntansi di Indonesia, Edisi 3, Cetakan 5, Buku 1, Penerjemah Thomas H. Secokusumo, Salemba Empat, Jakarta.
Husnan, Suad, 1998. Manajemen Keuangan, Edisi 3, Cetakan 1, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogayakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan dan penulisan Skripsi, Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.