• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTORR-FAKTOR (Studi K Diaj U D DEPART FAKUL U

R YANG M

Kasus di Du Kecam Kabu ajukan Gun Untuk Memp Departemen D HOTN TEMEN IL LTAS ILM UNIVERSI MEMPENG MUDA usun IX Ser matan Perc

upaten Del

SKRIP

na Memenu mperoleh Ge n Ilmu Kes

DISUSUN NATALIA 0909020 LMU KESE MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2013 GARUHI PE A roja Pasar cut Sei Tua li Serdang)

PSI

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hotnatalia Naibaho

Nim : 090902029

ABSTRAK

FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS DI DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG) Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 87 Halaman, 4 Tabel, dan 6 Lampiran

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Pernikahan usia muda saat ini banyak terjadi dibeberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa. Seperti yang terjadi di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Terjadinya perkawinan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan perkawinan di usia muda.

Penelitian dilakukan di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menikah di usia muda yaitu sebanyak 6 orang dan seorang tokoh agama. Teknik pengumpulan data dengan dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan pernikahan usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dikarenakan hamil di luar nikah (Marrige By Acident) dan bukan hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka menikah di usia muda seperti faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai), faktor dorongan orang tua/ keluarga, juga faktor pendidikan yang begitu rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Hotnatalia Naibaho Nim : 090902029

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING YOUNG AGE MARRIAGE (CASE STUDY DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG SUBDISTRIC PERCUT SEI TUAN

DELI SERDANG REGENCY)

(This thesis consists of 6 chapters, 87 Pages, 4 Tables and 6 Appendix)

Marriage is a very important event and never forgotten in the course of one's life in a form and build a happy family. Marriage at a young age is a lot happening in some circles both in cities and villages. As in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung subdistric Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. The marriage at a young age is influenced by various factors that encourage them to establish a marriage at a young age.

The study was conducted in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. This study is descriptive, where informants in this study is that couples who had been married at a young age as many as 6 people and a religious leader. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by researchers who described qualitatively, so that in the end it can be concluded from these findings.

The results showed that the dominant factor in the young marriage in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan due to pregnancy out of wedlock (Marrige By acident) and not only that, there are other factors that cause them to get married at a young age as factors willingness it self (feel 've loved each other) , factor encouragement of parents / families, as well as the educational factor is so low due to the economic situation which is toomediocre.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, dan masukan dari semua pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan. Maka Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi

ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. Ph.D, selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan

dukungan serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kepada kedua orangtua saya, Bapak R. Naibaho dan mama Nurmala. Br.

Simbolon, yang talah memberikan doa, dukungan sehingga skripsi ini

dapat selesai.

5. Kepada abang-abang, kakak saya dan adik saya yang saat ini sedang

(5)

6. Buat teman saya Julia Hartati Br. Pasaribu yang sama-sama berjuang.

Trimakasi buat dukungannya. Kepada Anita Romauli Priskila Purba

(bebek) dan Vera Br. Simbolon. Ayo cepat kerjakan skripsi jangan cari job

aja trus.

7. Buat keluarga bogul (Obok/ Josua, Gomos, Odel, Mesra dan Nesry).

Kepada Juliarni Sipayung, Evi, Jane, dan cek Henny trimakasih atas

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Buat teman-teman kesos 09 dan adik stambuk ( Hana, Desi dan Riada)

yang mendukung dalam penulisan skripsi ini. Buat teman-teman yang

tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam

menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari

segi isi maupun penulisan dari skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan

saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang

akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR BAGAN...ix

DARTAR LAMPIRAN………x

BAB I. PENDAHULUAN ...….1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...10

1.3. Tujuan Penelitian ...10

1.4. Manfaat Penelitian ...10

1.5. Sistematika Penulisan…………...………...11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...12

2.1. Pernikahan………...12

2.1.1. Pengertian Pernikahan ...12

2.1.2. Tujuan Pernikahan………..………...….…...15

2.2. Pernikahan Usia Muda ...17

2.2.1. Pengertian Pernikahan Usia Muda………….………...……...……17

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda.…...…19

2.2.3 Risiko Pernikah Usia Muda ……….………....24

2.2.4 Usia ideal untuk menikah …….………...…26

(7)

2.4. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional..……….………...33

2.4.1. Defenisi Konsep………..…….………..…...33

2.4.2. Defenisi Oprasional ………….…..………..….…34

BAB III. METODE PENELITIAN ...37

3.1. Tipe Penelitian...37

3.2. Lokasi Penelitian ……..………...37

3.3 Unit Analisis dan Informan………..…………...38

3.3.1. Unit Analisis………..…………...38

3.3.2. Informan………..………….…38

3.3.2.1. Informan Kunci………..………..38

3.3.2.2 Informan Tambahan………..………....39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….………….…….39

3.5 Teknik Analisis Data……….……….…40

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN…….…..……..……….41

4.1. Lokasi dan Luas Desa……….………..……….…41

4.2. Tata Ruang Desa………..………..42

4.3. Cara Mencapai Desa………..……….43

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi………..………...47

4.4.1. Penduduk………..……….……….….47

4.4.2. Menurut Agama………..……….………....48

4.4.3. Menurut Mata Pencaharian…………..……….………...49

(8)

4.5.1. Fasilitas Jalan dan Jembatan………..…..………50

4.5.2. Fasilitas Pendidikan ………...…………51

4.5.3. Fasilitas Beribadah ……….52

BAB V. ANALISIS DATA………....53

5.1. Temuan………...53

5.1.1. Informan I ………..…54

5.1.2. Informan II ………..…..58

5.1.3. Informan III ……….……..61

5.1.4. Informan IV ……….………..64

5.1.5. Informan V ………...68

5.1.6. Informan VI ……….…..71

5.1.7. Informan VII ……….73

5.2. Analisis Data……….….…75

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….……84

6.1. Kesimpulan……….…...84

6.2. Saran……….….…85

(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 47

2. Tabel 4.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Agama 48

3. Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian 49

(10)

DAFTAR BAGAN

No Bagan Hal

(11)

LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Foto

3. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

4. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Poposal/Penelitian Skripsi

5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hotnatalia Naibaho

Nim : 090902029

ABSTRAK

FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS DI DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG) Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 87 Halaman, 4 Tabel, dan 6 Lampiran

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Pernikahan usia muda saat ini banyak terjadi dibeberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa. Seperti yang terjadi di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Terjadinya perkawinan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan perkawinan di usia muda.

Penelitian dilakukan di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menikah di usia muda yaitu sebanyak 6 orang dan seorang tokoh agama. Teknik pengumpulan data dengan dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan pernikahan usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dikarenakan hamil di luar nikah (Marrige By Acident) dan bukan hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka menikah di usia muda seperti faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai), faktor dorongan orang tua/ keluarga, juga faktor pendidikan yang begitu rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan.

(13)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Hotnatalia Naibaho Nim : 090902029

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING YOUNG AGE MARRIAGE (CASE STUDY DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG SUBDISTRIC PERCUT SEI TUAN

DELI SERDANG REGENCY)

(This thesis consists of 6 chapters, 87 Pages, 4 Tables and 6 Appendix)

Marriage is a very important event and never forgotten in the course of one's life in a form and build a happy family. Marriage at a young age is a lot happening in some circles both in cities and villages. As in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung subdistric Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. The marriage at a young age is influenced by various factors that encourage them to establish a marriage at a young age.

The study was conducted in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. This study is descriptive, where informants in this study is that couples who had been married at a young age as many as 6 people and a religious leader. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by researchers who described qualitatively, so that in the end it can be concluded from these findings.

The results showed that the dominant factor in the young marriage in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan due to pregnancy out of wedlock (Marrige By acident) and not only that, there are other factors that cause them to get married at a young age as factors willingness it self (feel 've loved each other) , factor encouragement of parents / families, as well as the educational factor is so low due to the economic situation which is toomediocre.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah

terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

keluarga bahagia. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam

mempersiapkan segala sesuatu yang meliputi aspek fisik, mental, dan sosial

ekonomi. Pernikahan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit

terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan

suatu masyarakat, bangsa dan negara.

Pernikahan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak

memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa

atau di kota. Namun tidak sedikit manusia yang sudah mempunyai kemampuan

baik fisik maupun mental akan mencari pasanggannya sesuai dengan apa yang

diinginkannya.

Dalam UU No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa

pernikahan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 dan pihak

wanita sudah mencapai umur 16 tahun, usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974

ayat (1) pernikahan dapat dan dilakukan jika pihak laki-laki dan perempuan

berusia minimal 19 tahun, ayat (2) untuk melangsungkan pernikahan

masing-masing calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapat

izin kedua orangtua, sesuai dengan kesepakatan pihak Badan Kependudukan dan

(15)

MOU yang menyatakan bahwa Usia Pernikahan Pertama diijinkan apabila pihak

pria mencapai umur 25 tahun dan wanita mencapai umur 20

Secara umum dapat dikatakan patokan minimal usia itu tergolong muda.

Batasan usia tersebut terlalu muda baik dilihat dari kondisi fisik maupun pisikis,

karena dengan kondisi demikian sukar untuk merealisasikan tujuan kebahagiaan

lahir batin sebagaimana menjadi maksud dari UU No. 1 tahun 1974

Dalam kehidupan manusia pernikahan bukan bersifat sementara tetetapi

untuk seumur hidup. Sayangnya tidak semua orang bisa memahami hakekat dan

tujuan dari pernikahan yang seutuhnya yaitu, mendapatkan kabahagiaan yang

sejati dalam berumahtangga.

Tingginya angka perceraian di Indonesia membuktikan perceraian ini

banyak terjadi akibat dari suami atau isteri yang ketika menghadapi masalah yang

tak kunjung dapat ia selesaikan mereka lalu merasa tidak bahagia ironisnya lagi,

dalam tekanan akibat masalah yang menimpanya itu, kemudian mereka secara

tidak sadar menggugat dirinya sendiri dengan menanyakan apakah ia tidak layak

mendapatkan kebahagiaan. Padahal kebahagiaan itu bersifat relatif. Karena

sifatnya yang relatif itu, maka ketika kebahagiaan semakin dicari, maka kita akan

semakin sulit mendapatkannya.

Kasus perceraian yang terjadi tahun 2010, yakni sebanyak 285.184 kasus.

Berdasarkan data yang dirilis Direktur Jendral Bimas Islam Kementerian Agama

Republik Indonesia, tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia yang menikah

sebanyak 2 juta orang, sementara 285.184 perkara yang berakhir dengan

(16)

Perceraian seringkali terjadi akibat faktor ekonomi, dan ketidakcocokan

individu dalam perjalanan rumahtangganya karena mereka mempertahankan ego

masing-masing. Perceraian dianggap sebagai salah satu pilihan cepat yang

ditempuh banyak pasangan setelah merasa terjebak dalam situasi yang dirasa kian

menjemukan. Sudah tidak ditemukannya lagi sesuatu yang dicari dari

pasangannya seperti yang diharapkan sebelum menikah. Persepsi yang telah

berubah dan harapan yang tidak terpenuhi pun turut mendorong keinginan untuk

bercerai.

Begitu juga dengan kesiapan finansial, karena finansial merupakan syarat

mutlak yang harus ada di dunia. Tanpa finansial, suatu pernikahan tidak akan

terwujud. Bagaimana mungkin suatu pernikahan akan terwujud bila tanpa modal

materi, apalagi pada zaman sekarang ini. Kesiapan fiansial dalam hal ini juga

berkaitan dengan kesiapan manusia untuk memberi nafkah pada keluarganya

nanti. Karena itu, seseorang yang mau menikah harus mempunyai pekerjaan

terlebih dahulu atau minimal mempunyai modal finansial dalam menghidupi

keluarganya nanti (Bachtiar, 2004:22)

Pernikahan pada hakikatnya bukan hanya ikatan untuk melegalkan

hubungan biologis namun juga membentuk sebuah keluarga yang menuntut

pelaku pernikahan mandiri dalam berpikir dan menyelesaikan masalah dalam

pernikahan. Karena pernikahan merupakan ikatan yang kuat didasari oleh

perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup. Dan

tentunya dalam jangka waktu yang lama dan didalam pernikahan tersebut terdapat

(17)

untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis serta mendapatkan

keturunan.

Pernikahan usia muda merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga

kita. Mengingat pernikahan usia muda bukan menjadi suatu hal baru untuk

diperbincangkan. Masalah ini sering diangkat dalam berbagai seminar dan

diskusi. Tema tersebut juga sering dibicarakan oleh media massa, baik elektronik

maupun non-elektronika. Masalah ini memang sebagai suatu tema yang laris

menggundang peminat, maka tidak mengherankan meskipun hal ini sering

dibahas namun selalu ramai dan mendapat perhatian, khususnya dari kalangan

kawula muda.

Pernikahan usia muda juga masih banyak dijumpai di negara berkembang

termasuk Indonesia. Sebenarnya pernikahan usia muda pada jaman

teknologi seperti sekarang ini merupakan kemunduran ke masa lampau,

ketika pendidikan masih belum berkembang. Pernikahan usia muda tidak

hanya terjadi di desa-desa tetetapi juga di kota-kota besar akibat pergaulan bebas

yang mengakibatkan kehamilan.

Pernikahan usia muda tersebut dilakukan di beberapa kalangan baik yang

ada di kota maupun di desa, sehingga hal tersebut menuai kontroversi.

Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia tahun 2007 terkait dengan

pernikahan usia muda, dibeberapa daerah tercatat sepertiga dari jumlah

pernikahan terdata dilakukan pasangan usia di bawah 16 tahun. Di Jawa Timur,

angka pernikahan dini mencapai 39,43%; Kalimantan Selatan 35,48%; Jambi

(18)

Kasus pernikahan usia dini, juga tidak hanya terjadi pada masyarakat

pedesaan tetapi juga pada masyarakat wilayah perkotaan yang tingkat

pendidikannya rata-rata lebih tinggi. Menurut data laporan Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional tentang pencapaian target Tujuan Pembangunan

Millenium Development Goals Indonesia tahun 2008, sebanyak 34,5% dari

2.049.000 pernikahan yang terjadi setiap tahun merupakan pernikahan usia dini.

Pada tahun 2011 terjadi 696.660 kasus pernikahan usia dini, di Jawa Timur

angkanya bahkan lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, sampai 39%.

(Bappenas, 2009).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Pusat Kajian dan

Perlindungan Anak di Indonesia, lebih dari 20 % masyarakatnya menikahkan

anak-anaknya dalam usia muda. Rata-rata anak yang dinikahkan pada usia muda

berusia antara 10-18 tahun dan didominasi perempuan. Perbandingan jumlah

angkanya bisa mencapai tiga kali lipat dari jumlah anak lelaki yang dinikahkan

dini. Sebab, dari data statistik tahun 2005, jumlah perempuan yang menikah usia

dini/muda mencapai 1600 orang sedangkan lelaki sekitar sekitar 500 orang.

Persentasi ini membuktikan masih sangat banyak masyarakat yang tidak

mengetahui mengenai dampak dan sebab akibat pernikahan usia muda tersebut.

Kemungkinan lain, informasi mengenai kesehatan reproduksi masih sangat

kurang disosialisasikan

Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat

itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Usia 20 – 24 tahun dalam psikologi,

dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya

(19)

kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi siremaja masih ingin

bertualang menemukan jati dirinya.

Menurut Hoffman dkk (dalam Adhim: 2002, 38) mengatakan bahwa usia

20 sampai dengan 24 tahun adalah sebagai saat terbaik untuk menikah dan selain

untuk keutuhan rumah tangga. Rentan usia ini juga paling baik untuk mengasuh

anak pertama. Senada dengan hal tersebut Rudangta juga mengatakan bahwa

idealnya untuk menikah adalah pada saat dewasa awal yaitu berusia 20 tahun

sebelum 30 tahun untuk wanita sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun.

Mengingat baik secara biologis dan psikis sudah matang, sehingga fisiknya untuk

memiliki keturunan sudah cukup matang. Artinya risiko melahirkan anak cacat

atau meninggal itu tidak besar (http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory

/2008/10/29/29 /158639/ketahuirisiko- pernikahan-dini-yuk, diakses pukul 21.35

WIB, 6 Oktober 2012).

Kematangan emosi merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

menjaga kelangsungan pernikahan. Pasangan suami istri yang memiliki

kematangan emosi ketika memasuki gerbang pernikahan akan cenderung lebih

mampu dalam mengelola segala perbedaan yang muncul. Adhim (2002: 109)

menyebutkan bahwa:

(20)

Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga

kelangsungan pernikahan. Karena dengan bertambahnya kematang emosi ataupun

cara berpikir seseorang akan lebih bisa menghadapi permasalahan dalam rumah

tangga baik suami maupun istri. Karena memasuki suatu pernikahan dituntut

untuk melibatkan diri secara emosional atau batin, dalam hal ini bahwa individu

yang telah memasuki lembaga pernikahan harus mampu mengendalikan dan

mengembangkan kebutuhan emosional dengan pasangan hidupnya agar tercapai

sebuah suasana rumah tangga yang bahagia, seperti yang menjadi tujuan dari

dilaksanakannya pernikahan.

Pernikahan yang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara

fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam

kehidupan berumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab

terjadinya pernikahan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang

mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan di usia muda.

Pernikahan pada usia muda biasanya kurang memperoleh keturunan yang

berkualitas dan tingkat kesejahteraan rumah tangga rendah. Karena kondisi

ekonomi sangat berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga sehingga tingkat

ekonomi yang rendah seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan

dalam keluarga. Akibatnya banyak masalah yang ditemui karena kondisi

keuangan yang memperihatinkan sehingga menyebabkan kondisi keluarga

menjadi tidak harmonis.

Kedewasaan ibu juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak,

karena ibu yang telah dewasa secara psikologis akan akan lebih terkendali emosi

(21)

Selain mempengaruhi aspek fisik, umur ibu juga mempengaruhi aspek

psikologi anak, ibu usia remaja sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam

arti keterampilan mengasuh anaknya. Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat

keremajaannya daripada sifat keibuannya.

Pernikahan di usia muda juga dapat menimbulkan resiko kesehatan bagi

anak perempuan, terutama bila terjadi kehamilan di usia muda. Hal ini

dikarenakan kematangan secara biologis yang belum betul-betul sempurna dapat

mengakibatkan kematian saat melahirkan. Selain itu, kematangan secara pribadi

juga masih belum maksimal. Untuk itu, setiap pasangan perlu matang secara

pribadi dalam menghadapi lingkungan yang berbeda satu sama lain. Keluarga

besar terkadang memiliki peran yang kuat dalam kehidupan rumah tangga

pasangan suami istri, sehingga keputusan keluarga cenderung lebih dominan.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi perlu disikapi secara matang untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari pasangan tersebut.

Pernikahan pada usia muda juga banyak terjadi di Pasar VII Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Desa Sambirejo Timur. Ada

beberapa faktor penyebab terjadinya pernikahan di usia muda didaerah ini.

Apabila kita cermati dengan seksama yang mendasari terjadinya pernikahan di

usia muda khususnya di masyarakat adalah karena adanya beberapa faktor seperti

faktor ekonomi, bahwa pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga

yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka

(22)

Kondisi ekonomi masyarakat di Tembung masih tergolong rendah.

Apalagi dewasa ini pemenuhan kebutuhan sehari-hari dirasakan sangat berat,

dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, dan banyaknya anak yang putus

sekolah dan tidak mampu melanjutkan kejenjang pendidikan, sehingga mereka

banyak mencari pekerjaan untuk meringankan baban orang tuanya. Anak laki-laki

bekerja sebagai kuli, menjadi tukang cuci motor dan kuli bangunan, sedangkan

anak-anak perempuan bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau tinggal di

rumah saja, kemudian dinikahkan. Sehingga banyak terjadi pernikahan diusia

muda.

Faktor keluarga juga mempengaruhi seseorang untuk menikah pada usia

yang masih tergolong muda, biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh

anaknya untuk menikah secepatnya tanpa memikirkan umur mereka, karena orang

tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan

karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket

sehingga segera menikahkan anaknya dan takutnya juga anaknya dikatakan

perawan tua sehingga segera dinikahkan ini di sebabkan karena hukum adat masih

berlaku.

Pada umumnya orang tua di daerah Tembung masih berangapan bahwa

seorang anak tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi karena mereka akan

berada di dapur dan tentunya sebagai ibu rumah tangga yang hanya akan

mengurus keluarga, karena inilah banyak orang tua yang menikahakan anaknya

(23)

Berdasarkan uraian tersebut ,maka peneliti tertarik untuk menelaah dan

mengkaji lebih lanjut dengan suatu penelitian yang berjudul: “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka

penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut “ faktor-faktor apa

yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia muda (Studi Kasus di dusun IX

Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang)”?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya pernikahan usia muda di dusun IX Seroja Pasar VII

Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

pengembangan teori-teori terkit harmonisasi keluarga, model pembinaan generasi

(24)

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakan masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematis

penulisan penelitian.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan

masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran,

defenisi konsep dan defenisi operasional.

Bab III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta

teknik analisis data.

Bab IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

penelitian dan data-data yang lain turut memperkaya

ilmiah ini.

Bab V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta analisisnya.

Bab VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan

2.1.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah kerja sama antara dua orang yang telah sepakat untuk

hidup bersama hingga hayatnya. Agar kehidupan rumah tangga ini dapat langgeng

sepanjang masa, mutlak diperlukan ikatan yang kuat berupa rasa cinta dan saling

memahami.

Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang

didalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belaah pihak. Janji setia

yang terucap merupakan sesuatu yang tidak mudah diucapkan.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan,

mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedangkan defenisi pernikahan menurut Duvall & Miller (1985)

“Socially recognized relationship between a man and woman that provider

for sexual relationship, legitimates childbearing and establishes a division

of labour between spouses”

Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari

itu pernikahan merupakan ikatan lahir batin dalam membina kehidupan keluarga.

(26)

memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan dirinya. Pernikahan sifatnya kekal

dan bertujuan menciptakan kebahagian individu yang terlibat didalamnya.

Menurut Bachtiar (2004) defenisi pernikahan adalah pintu bagi

bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam

jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban

yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan

kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan

itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat

mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara

kelangsungan manusia di bumi.

Terruwe menyatakan bahwa pernikahan merupakan suatu persatuan.

Persatuan itu diciptakan oleh cinta dan dukungan yang diberikan oleh seorang pria

pada isterinya, dan wanita pada suaminya.

Menurut Goldberg pernikahan merupakan suatu lembaga yang sangat

populer dalam masyarakat, tetetapi sekaligus juga bukan suatu lembaga yang

tahan uji. Pernikahan sebagai kesatuan tetap menjanjikan suatu keakraban yang

bertahan lama dan bahkan abadi serta pelesatarian kebudayaan dan terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan interpersonal (http://smktpi99.blogspot.com/2013

/01/pernikahan/15.html diakses pukul 11.34 WIB, 26 Februari 2013).

Menurut Kartono (1992), pengertian pernikahan merupakan suatu institusi

sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna

pernikahan berbeda-beda, tetetapi praktek-prakteknya pernikahan dihampir semua

kebudayaan cenderung sama pernikahan menunujukkan pada suatu peristiwa saat

(27)

para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi dengan

upacara dan ritual-ritual tertentu.

Menurut Saxton pernikahan memiliki dua makna, yaitu:

a. Sebagai suatu institusi sosial. Suatu solusi kolektif terhadap kebutuhan

sosial. Eksistensi dari pernikahan itu memberikan fungsi pokok untuk

kelangsungan hidup suatu kelompok dalam hal ini adalah masyarakat.

b. Makna individual. Pernikahan sebagai bentuk legitimisasi (pengesahan)

terhadap peran sebagai individual, tetetapi yang terutama, pernikahan di

pandang sebagai sumber kepuasan personal.

Menurut Abdul Jumali pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga,

melanjutkan keturunan menurut ketentuan hukum syariat Islam.

Hukum katholik pernikahan adalah ikatan seumur hidup antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri yang terjadi atas persetujuan kedua

belah pihak yang tidak dapat ditarik kembali.

Berdasarkan berbagai definisi tentang pernikahan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan

perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan diakui secara

sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang menjanjikan

(28)

2.1.2 Tujuan pernikahan

Bagi mayoritas penduduk Indonesia, sebelum memutuskan untuk menikah

biasanya harus melalui tahap-tahapan yang menjadi prasyarat bagi pasangan

tersebut. Tahapan tersebut diataranya adalah masa perkenalan atau dating

kemudian setelah masa ini dirasa cocok, maka mereka akan melalui tahapan

berikut yaitu meminang. Peminangan (courtship) adalah kelanjutan dari masa

perkenalan dan masa berkencan (dating). Selanjutnya, setelah perkenalan secara

formal melalui peminangan tadi, maka dilanjutkan dengan melaksanakan

pertunangan (mate-selection) sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk

melaksanakan pernikahan (Narwoko, dalam Kertamuda,2009:25).

Pernikahan merupakan aktivitas sepasang laki-laki dan perempuan yang

terkait pada suatu tujuan bersama yang hendak dicapai. Dalam pasal 1

Undang-Undang pernikahan tahun 1974 tersebut diatas dengan jelas disebutkan, bahwa

tujuan pernikahan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Walgito (2002), masalah pernikahan adalah hal yang tidak

mudah, karena kebahagiaan bersifat reltif dan subyektif. Subyektif karena

kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain, relatif karena

sesuatu hal yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan dan belum

tentu diwaktu yang lain juga dapat menimbulkan kebahagiaan.

Masdar Helmy (dalam Bachtiar, 2004) mengemukakan bahwa tujuan

pernikahan selain memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga

(29)

mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang

bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.

Menurut Soemijati (dalam bachtiar, 2004) tujuan pernikahan adalah untuk

memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan

perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan

kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti

ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum.

Menurut Bachtiar (2004), membagi lima tujuan pernikahan yang paling

pokok adalah:

1 Memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan

rumah tangga yang damai dan teratur

2 Mengatur potensi kelamin

3 Menjaga diri dari perbuatan-perbuan yang dilarang agama

4 Menimbulkan rasa cinta antara suami-isteri

5 Membersihkan keturunan yang hanya bisa diperoleh dengan jalan

pernikahan.

Sedangkan menurut Ensiklopedia Wanita Muslimah (dalam bacthtiar,

2004), tujuan pernikahan adalah:

1 Kelanggengan jenis manusia dengan adanya keturunan

2 Terpeliharanya kehormatan

3 Menenteramkan dan menenagkan jiwa

4 Mendapatkan keturunan yang sah

(30)

2.2 Pernikahan Usia Muda

2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Muda

Pernikahan usia muda dapat didefenisikan sebagai ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri di usia yang masih muda/remaja.

Sehubungan dengan pernikahan usia muda, maka ada baiknya kita terlebih dahulu

melihat pengertian daripada remaja (dalam hal ini yang dimaksud rentangan

usianya). Golongan remaja muda adalah para gadis berusia 13 sampai 17 tahun,

inipun sangat tergantung pada kematangan secara seksual, sehingga

penyimpangan-penyimpangan secara kasuistik pasti ada. Dan bagi laki-laki yang

disebut remaja muda berusia 14 tahun sampai 17 tahun. Dan apabila remaja muda

sudah menginjak 17 sampai dengan 18 tahun mereka lajim disebut golongan

muda/ anak muda. Sebab sikap mereka sudah mendekati pola sikap tindak orang

dewasa, walaupun dari sudut perkembangan mental belum matang sepenuhnya.

Namun dalam prakteknya didalam masyarakat sekarang ini masih banyak

dijumpai sebagian masyarakat yang melangsungkan pernikahan di usia muda atau

di bawah umur. Sehingga Undang-undang yang telah dibuat, sebagian tidak

berlaku di suatu daerah tertentu meskipun Undang-Undang tersebut telah ada

sejak dahulu.

Di Indonesia pernikahan usia muda berkisar 12-20% yang dilakukan oleh

pasangan baru. Biasanya, pernikahan usia muda dilakukan pada pasangan usia

rata-rata umurnya antara 16-20 tahun. Secara nasional pernikahan usia muda

dengan usia pengantin di bawah usia 16 tahun sebanyak 26,95%

(31)

Usia ideal perempuan untuk menikah adalah 19-25 tahun sementara

laki-laki 25-28 tahun. Karena diusia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis

sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan

secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis

dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk

melindungi baik psikis emosional, ekonomi dan sosial.

Dalam pernikahan, usia dan kedewasaan memang menjadi hal yang harus

diperhatikan bagi para pria dan wanita yang ingin melangsungkan pernikahan.

Karena bila kita melihat fenomena yang ada, pada orang yang dewasa ketika

berumah tangga dipandang akan dapat mengendaliakn emosi dan kemarahan yang

sewaktu-waktu akan muncul dalam keluarga. Ini dimungkinkan karena kualitas

akal dan mentalnya sudah relative stabil sehingga dapat mengontrol diri sendiri

maupun dengan pasangan dan lingkungan sekitar. Kedewasaan dalam bidang

fisik-biologis, sosial ekonomi, emosi dan tanggung jawab serta keyakinan agama,

ini merupakan modal yang sangat besar dan berarti dalam upaya meraih

kebahagiaan

Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari

satu sisi dapat mengindikasikan sikap tidak apresiatif terhadap makna menikah

dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah

pernikahan. Sebagian masyarakat yang melangsungkan pernikahan usia muda ini

dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk

melangsungkan pernikahan usia muda atau di bawah umur.

Setelah melihat uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

(32)

belum cukup atau belum matang untuk membentuk sebuah keluarga. Sedangkan

menurut kesehatan melihat pernikahan usai muda itu sendiri yang ideal adalah

perempuan diatas 20 tahun sudah boleh menikah, sebab perempuan yang menikah

dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim. Dan pada usia

remaja, sel-sel leher rahim belum matang, maka kalau terpapar human papiloma

Virus HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker (Kompono,

2007).

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda

Dalam melangsungkan suatu pernikahan maka perlu mempunyai persiapan

dan kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Namun

masih ada sebagian masyarakat di dusun IX Seroja Pasar VII Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang melangsungkan

pernikahan usia muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang

mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda tanpa

mempertimbangkan kematangan biologis, pisikologis maupun ekonomi.

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

BKKBN tahun 2011 menemukan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi

median usia pernikahan pertama perempuan adalah faktor sosial, ekonomi,

budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Di antara faktor-faktor tersebut, faktor

ekonomi merupakan faktor yang paling dominan terhadap median usia

nikah/kawin pertama perempuan. Hal ini ditengarai disebabkan oleh kemiskinan

yang membelenggu perempuan dan orang tuanya. Karena tidak mampu

(33)

menikah sehingga mereka terlepas dari tanggung jawab dan berharap setelah

anaknya menikah mereka akan mendapatkan bantuan ekonomi

(http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=7 diakses pukul

22:45 WIB,7 Januari 2012)

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dalam usia muda

yakni menurut RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari pernikahan

usia muda adalah:

a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga

b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan terlalu muda,

baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.

c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.

Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan

anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong

terjadinya pernikahan usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat

kita yaitu faktor ekonomi, pendidikan, keluarga, kemauan sendiri, media masa dan

hamil diluar nikah (http://alfiyah23.student.umm.ac.id/, diakses pada tanggal 22

Januari 2013 pukul 20.00 WIB)

a. Faktor Ekonomi

Mencher (dalam Siagian, 2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala

penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga

mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana

(34)

yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah

diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si

anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya ( terutama

untuk anak perempuan ), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu

perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang

dianggap mampu.

b. Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial

ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya

produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan

memutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda.

Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia

untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka

secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang

tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah

pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti

sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah

mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di

(35)

c. Faktor Keluarga/ Orang tua

Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah

secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan

pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal

yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki

yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal

yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak

gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan

adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain,

sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh

untuk melakukan pernikahan di usia muda.

e. Faktor Media massa

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media

masa sering digunakan sebagai alat menstransformasikan informasi dari dua arah,

yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau menstransformasi diantara

masyarakat itu sendiri.

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini

yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi

setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi

seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi

(36)

munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya,

masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi.

Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan

seks bebas.

Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran,

majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai

pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan

hubungan seksual pranikah.

f. Faktor MBA ( Marriage By Acident)

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa

disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan

pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi

dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah

menguntungkan, pada hal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa.

Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum

menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada

suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar

pentingnya pernikahan.

Berdasarkan data penelitian disejumlah daerah menunjukkan adanya trend

peningkatan perilaku seks di luar nikah. Beberapa penelitian menunjukkan

21-30% remaja Indonesia dikota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta,

telah melakukan hubungan seks pranikah dikalangan remaja

(http://www.koranindonesia.com/2008/11/05/menyelamatkan-generasi-muda/,

(37)

Data hasil penelitian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di kota

besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya) pada tahun 2009

menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah

melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakuka

hubungan sex pranikah.(http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?Siaran

Pers ID=7).

2.2.3 Risiko Pernikah Usia Muda

Masalah yang timbul dari pernikahan usia muda bagi pasangan suami istri

pada umumnya adanya percekcokan kecil dalam rumah-tangganya. Karena satu

sama lainnya belum begitu memahami sifat keduanya maka perselisihan akan

muncul kapan saja. Karena diantara keduanya belum bisa menyelami perasaan

satu sama lain dengan sifat keegoisannya yang tinggi dan belum matangnya fisik

maupun mental mereka dalam membina rumah tangga memungkinkan banyaknya

pertengkaran atau bentrokan yang bisa mengakibatkan perceraian.

Emosi yang tidak stabil, memungkinkan banyaknya pertengkaran jika

menikah diusia muda. Kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dengan usia saja,

banyak faktor seseorang mencapai taraf dewasa secara mental yaitu keluarga,

pergaulan, dan pendidikan. Semakin dewasa seseorang semakin mampu

mengimbangi emosionalitasnya dengan rasio. Mereka yang senang bertengkar

cenderung masih kekanak-kanakan dan belum mampu mengekang emosi.

Kesusahan dan penderitaan dalam kehidupan rumah tangga seperti;

kekurangan ekonomi, pertengkaran-pertengkaran dan tekanan batin yang dialami

(38)

anak-anaknya menjadi terganggu.Pernikahan usia muda bukan hanya dari masalah

kesehatan saja, dimana pernikahan diusia muda pada anak perempuan mempunyai

penyumbang terbesar terhadap kanker serviks. Tetetapi punya masalah juga

terhadap kelangsungan pernikahan. Pernikahan yang tidak didasari persiapan yang

matang akan menimbulkan masalah dalam rumah tangga seperti pertengkaran,

percekcokan, bentrok antara suami isteri yang menyebabkan terjadinya

perceraian. Tidak hanya itu saja, pernikahan diusia muda mendatangkan banyak

resiko seperti :

a. Kematian Ibu (Maternal Mortality)

Resiko kesehatan pada ibu yang usia muda juga tidak kalah besarnya

dibanding bayi yang dikandung. Ibu kecil yang berusia antara 10-14 tahun

berisiko meninggal dalam proses persalinan 5 kali lebih besar dari wanita dewasa.

Persalinan yang berujung pada kematian merupakan faktor paling dominan dalam

kematian gadis yang menikah di usia muda.

b. Kekerasan Rumah Tangga (Abuse and violence)

Ketidak setaraan jender merupakan konsekuensi dalam pernikahan anak.

Mempelai anak memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyuarakan pendapat,

menegosiasikan keinginan berhubungan seksual, memakai alat kontrasepsi, dan

mengandung anak. Demikian pula dengan aspek domestik lainnya. Dominasi

pasangan seringkali menyebabkan anak rentan terhadap kekerasan dalam rumah

tangga. Anak yang menghadapi kekerasan dalam rumah tangga cenderung tidak

melakukan perlawanan, sebagai akibatnya merekapun tidak mendapat pemenuhan

(39)

pasangan terpaut jauh usianya meningkatkan risiko keluarga menjadi tidak

lengkap akibat perceraian, atau menjanda karena pasangan meninggal dunia

Banyak sekali pernikahan-pernikahan ini harus berakhir kembali ke

pengadilan dalam waktu yang tidak lama setelah pernikahan, untuk perkara yang

berbeda yaitu perceraian.

c. Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini.

Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini

didukung oleh suatu penelitian yang menunjukkan bahwa keluaran negatif sosial

jangka panjang yang tak terhindarkan, ibu yang mengandung di usia dini akan

mengalami trauma berkepanjangan, selain juga mengalami krisis percaya diri.

Anak juga secara psikologis belum siap untuk bertanggungjawab dan berperan

sebagai istri, partner seks, ibu, sehingga jelas bahwa pernikahan anak

menyebabkan imbas negatif terhadap kesejahteraan psikologis serta

perkembangan kepribadian mereka.

Masalah yang ditimbulkan dari pernikahanan usia muda tidak hanya

dirasakan oleh pasangan pada usia muda, namun berpengaruh pula pada

anak-anak yang dilahirkannya. Bagi wanita yang melangsungkan pernikahan di bawah

usia 20 tahun, akan mengalami gangguan-gangguan pada kandungannya yang

dapat membahayakan kesehatan si anak, sehingga anak mengalami gangguan

perkembangan fisik dan rendahnya tingkat kecerdasan.

2.2.4 Usia ideal untuk menikah

Menurut Undang-Undang pernikahan, usia minimal untuk menikah adalah

(40)

1/1974 tentang pernikahan). Jelas bahwa UU tersebut menganggap orang di atas

usia tersebut bukan lagi anak-anak sehigga mereka sudah boleh menikah, batasan

usia ini dimaksud untuk mencegah pernikahan terlalu dini. Walaupun begitu

selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua

untuk menikahkan anaknya.

Setelah berusia di atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua (Pasal

6 ayat 2 Undang-Undang No. 1/1974). Tampaklah di sini, bahwa walaupun

Undang-Undang tidak menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun untuk

wanita dan 19 tahun untuk pria bukan anak anak lagi, tetetapi belum dianggap

dewasa penuh. Sehingga masih perlu izin untuk mengawinkan mereka. Ditinjau

dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang

bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat.

Di Indonesia ternyata masih banyak terjadi pernikahan di usia yang terlalu

muda. Itu semua terjadi karena pengaruh lingkungan atau karena didikan orang

tua sejak kecil yang di tanamkan pada anak-anak mereka hingga masa dewasa.

Para pisikolog mengkhawatirkan pernikahan yang terjadi diusia yang

muda akan menemui batu sandungan karena sangat bergantung pada keadaan jiwa

seseorang. Hal itu senada yang diungkapkan oleh para dokter, bahwa sebelum

melangsungkan pernikahan hendaknya calon suami istri benar-benar berpikir

secara jernih dan matang terutama kesiapan jasmaninya. Karena itu sudah menjadi

kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anak-anak mereka sebaik mungkin

dengan memberikan pendidikan yang memadai.

(41)

Kepada mereka hendaknya ditekankan bahwa alangkah baiknya

melangsungkan pernikahan setelah mencapai usia kedewasaan. Sebab cara

berpikir seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkatan umur, semakin matang

umurnya semakin matang pula cara berpikirnya.

Secara hukum pernikahan diusia 19 dan 16 tahun sah, sebab semua rukun

dan syarat telah terpenuhi. Tetapi dalam pernikahan, usia dan kedewasaan

memang menjadi hal yang harus diperhatikan bagi para pria dan wanita yang

ingin melangsungkan pernikahan. Dari segi mental, terkadang emosi remaja

belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24 tahun karena pada

saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Usia 20-40 tahun dikatakan

sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai timbul transisi dari

gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka kalau pernikahan

dilakukan dibawa 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin berpetualang

menemukan jati dirinya.

Bila kita melihat fenomena yang ada pada orang dewasa ketika berumah

tangga dipandang akan dapat mengendaliakn emosi dan kemarahan yang

sewaktu-waktu akan muncul dalam keluarga. Ini dimungkinkan karena kualitas akal dan

mentalnya sudah relatif stabil sehingga dapat mengontrol diri sendiri maupun

dengan pasangan dan lingkungan sekitar.

Kedewasaan dalam bidang fisik-biologis, sosial ekonomi, emosi dan

tanggung jawab serta keyakinan agama, ini merupakan modal yang sangat besar

dan berarti dalam upaya meraih kebahagiaan.

Bila diklasifikasikan aspek-aspek yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai

(42)

Setidaknya ada beberapa macam hal yang diharapkan dari pendewasaan usia,

seperti:

1. Pendidikan dan keterampilan

Dalam bidang pendidikan dan keterampilan merupakan aspek yang sangat

penting sebagai bekal kemampuan yang harus dimiliki bagi seseorang yang

melangsungkan pernikahan. Hal ini sebagai penopang dan sumber memperoleh

nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga.

Dalam proses pendidikan yang ditempuh diharapkan dapat terpancar ilmu

pengetahuan sebagai bekal yang tiada tara bila dibandingkan dengan potensi

lainnya kepala rumah tangga yang akan bertanggung jawab terhadap istri dan

anak-anak. besar yang tidak dapat diabaikan.

2. Psikis dan Biologis

Mentalitas yang mantap merupakan satu kekuatan besar dalam

memperoleh keutuhan sebuah rumah tangga. Keseimbangan fisik dan psikis yang

ada pada setiap individual manusia dapat membuahkan ketahanan dan kejernihan

akal sebagai jenis persoalan yang dihadapi. Akal yang potensial baru dapat

muncul setelah mengalami berbagai proses dan perkembangan. Aspek biologis

merupakan potensi yang sangat dominan terhadap keharmonisan rumah tangga.

Oleh karena itu keberadaannya tidak boleh diabaikan begitu saja.

3. Sosial kultural

Pada sisi ini, seorang individu diharapkan mampu membaca kondisi

dilingkungan sekitar dan dapat menyesuaikannya. Hal ini agar tercipta suasana

(43)

masyarakat sekitar sebagai bagian dari anggota masyarakat sehingga keluarga

yang dibentuk tidak merasa terisolasi dari pergaulan yang bersifat umum.

Secara sosiologis kedewasaan merupakan merupakan sesuatu yang

didasari atas perbedaan peran sosial yang ditempati. Artinya tingkat

perkembangan kedewasaan berbeda-beda sesuai dengan tempat dan

lingkungannya. Bagi pasangan dalam satu keluarga perlu memahami dan

membekali akan pengetahuan ini, agar kelengkapan potensi yang diperkirakan

dapat tercukupi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah

terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

keluarga bahagia. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam

mempersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik, mental, dan sosial

ekonomi. Pernikahan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit

terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan

suatu masyarakat bangsa dan negara.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan,

mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan

pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki

(44)

atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami isteri dalam

rumah tangga.

Namun masih ada sebagian masyarakat di dusun IX Seroja Kabupaten

Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan yang melangsungkan pernikahan usia

muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong

mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda.

a. Faktor ekonomi

Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya

dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.

b. Faktor pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan

masyarakat, akan pentingnya pendidikan serta kurangnya pengetahuaan akan

makna dan tujuaan sebuah pernikahan sehingga menyebabkan adanya

kecenderungan menikahkan anaknya yang masih tergolong usia muda.

c. Faktor keluarga/ orang tua

Biasanya orang tua bahkan keluarga meminta anaknya untuk menikah

secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan

pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal

yang tidak diinginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki

yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal

yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak

(45)

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan

adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain,

sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh

untuk melakukan pernikahan di usia muda.

e. Faktor Media massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern

kian Permisif terhadap seks. Faktor media massa banyak menjadi penyebab dari

adanya pernikahan usia remaja saat ini. Adanya penyalahgunaan seks atau

kenakalan remaja lainnya seringkali disebabkan oleh kurang adanya kemampuan

remaja untuk mengarahkan emosinya secara positif. Berkurangnya kemampuan

remaja ini berawal dari kurangnya dukungan yang positif. Selain itu, dipengaruhi

lingkungan terdekat remaja itu sendiri, termasuk orang tuanya sendiri.

f. Faktor MBA ( Marriage By Acident)

Mereka melakukan pernikahan bukan karena bermaksud mendirikan

rumah tangga di atas bangunan komitmen yang kokoh, melainkan karena karena

harus melaksanakan tanggung jawab mendidik anak secara bersama-sama. Selain

itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah

mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan dini karena ada suatu

kepaksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar

(46)

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, Peneliti membuat bagan yang

menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut

2.4 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.4.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secra cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk

menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan

objek penelitian. Dengan kata lain, Penulis berupaya membawa para pembaca

hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan

dimaksudkan oleh penulis. Jadi, defenisi konsep ialah pengertian terbatas dari Pernikahan usia muda di dusun IX

Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Pendidikan

3. Faktor Keluarga/ orang tua 4. Faktor Kemauan Sendiri 5. FaktorMedia Masa

(47)

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan,

maka Penulis membatasi konsep-konsep tersebut sebagai berikut:

1. Faktor adalah sesuatu yang mempengaruhi atas terjadinya hal tertentu

2. Pernikahan/ pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. (Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974).

3. Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur

masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1

tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimun pernikahan di usia

muda adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu

baru sudah boleh menikah. Tetapi dalam hal ini penulis mempunyai batas

dalam pernikahan usia muda yakni yang menikah pada usia dibawah 20

tahun.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah sesuatu

hal yang mempengaruhi seorang pria maupun wanita membuat suatu

ikatan lahir batin sebagai suami isteri di usia yang masih muda/ remaja.

2.4.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan

bahwa perumusan defenisi oprasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi

konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman

pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun

(48)

menstransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat

diobservasi (Siagian,2011:141).

Adapun yang menjadi defenisi oprasional yang Penulis rumuskan dalam

faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda, dapat diukur melalui

indikator.

a. Faktor Ekonomi

1. Jenis pekerjaan orang tua

2. Jumlah pendapatan dari orang tua informan.

3. Jumlah tanggungan orang tua

b. Faktor Pendidikan

1. Pernah atau tidak mengenyam bangku sekolah

2. Jenjang pendidikan formal yang diperoleh

c. Faktor keluarga/orang tua

1. Ada tidaknya keluarga/ orang tua yang menikah muda

2. Dijodohkan atau tidak

d. Faktor kemauan sendiri

1. Awal mulai berpacaran

(49)

e. Faktor Media massa

1. Media elektonik

2. Media massa

f. Faktor MBA ( Marriage By Acident)

1. Sering berdua-duan

2. Melakukan sex pranikah

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti.

Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian

itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung

(Siagian, 2011: 52). Maksud dari tipe penelitian ini adalah untuk mendapatkan

data dan informasi dengan meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam

lingkungan hidup kesehariannya, sehingga Peneliti sedapat mungkin berinteraksi

secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat kehidupan mereka,

mengamati dan mengikuti alur kehidupan informasi secara apa adanya.

Pendekatan studi kasus ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam

mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pernikahan usia muda,

sehingga diharapkan dapat menemukan berbagai pendekatan dalam menangani

masalah pernikahan usia muda. Dalam hal ini studi kasus yang diteliti adalah

keluarga yang menikah usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Desa Sambirejo Timur termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Wilayah

(51)

administratif masih termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan. Sebelah selatan

berbatasan dengan perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa, Sebelah timur

berbatasan dengan Desa Sena Kecamatan Batang Kuis dan sebelah barat berbatasan

dengan Desa Tembung, Kecamatan Medang Tembung.

Desa Sambirejo Timur terbagi kedalam 11 (sebelas) dusun antara lain

;Dusun Melati, Dusun Mawar, Dusun Melur, Dusun Angrek, Dusun Dahlia,

DusunKenanga, Dusun Tanjung, Dusun Cempaka, Dusun Seroja, Dusun Raya,

DusunBakung. Dusun-dusun yang ada di desa terletak di sisi kiri dan kanan

jalan-jalan utama desa

Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun atau kepala lingkungan

(kepling).Dusun I, II, III, terletak di sisi Jalan Sempurna, dusun IV,V,VI, terletak disisi jalan

makmur, dusunVII, VIII, IX, terletak disisi Jalan Sederhana, Dusun X, XI, terletak di sisi jalan

Rahayu.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini

adalah pasangan yang menikaha usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII

Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, sebanyak 6

keluarga yang menikah di usia muda serta 1 orang informan tambahan.

3.3.2 Informan

3.3.2.1 informan Kunci

Adapun informan kunci dari penelitian ini adalah 6 orang pasangan

(52)

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan kriteria Peneliti di

lapangan, yakni sebagai berikut:

a. Pasangan yang menikah diusia muda ( dari 16-20 tahun)

b. Pernikahan yang terjalin minimal satu tahun

c. Sudah memiliki anak.

3.3.2.2 Informan Tambahan

Adapun yang menjadi informana tambahan dalam penelitian ini adalah

satu orang dari tokoh agama yang bermukim di Desa Sambirejo Timur Kabupaten

Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpul dalam penelitian ini diperoleh dari:

a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk

memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian

ini Peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk

mengamati objek di lapangan yang meliputi pasangan usia muda yang

berada di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang.

b. Wawancara mendalam, bertujuan untuk memperoleh keterangan, pendapat

secara lisan dari seseorang dengan berbicara langsung maupun tanya

jawab dengan informan. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data

secara mendetail tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penikahan usia

muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

(53)

c. Studi kepustakaan, yakni mengumpulkan data melalui buku-buku,

jurnal-jurnal ataupun dokumen-dokumen lainnya yang mendukung penelitian

ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data

kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data,

menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikatagorikan pada

tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan

analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan

peneliti ( Moleong, 2006:247).

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis

secara kualitatif, arti

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan dan diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang

falciparum chloroquine resistance transporter (pfcrt) gene.The research aimed to indentify and describe point mutation distribution patterns of pfcrt gene based on topography

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana efektivitas pengawasan dan penyidikan terhadap tindak pidana penyalahgunaan takaran timbangan yang

Berdasarkan kenyataan secara empiris diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi vitamin C terhadap peningkatan penyerapan Zat Besi

Berdasarkan pada hasil serta keterbatasan penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran kepada investor yaitu, sebelum melakukan investasi pada saham, agar

Kadar C-Organik dan N-Total cenderung menurun seiring pertambahan kedalaman Humitropepts Kecamatan Lintong Nihuta dan meningkat pada ketinggian tempat yang lebih

Guru meminta siswa mengamati gambar dan bertanya jawab mengenai gambar 10 Penjelasan jenis-jenis makanan hewan Penayangan PPT dari jenis-jenis makanan hewan Guru menjelaskan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran histopatologi pankreas tikus hiperglikemia yang diinduksi aloksan dengan pemberian ekstrak etanol kulit batang